Post on 30-Jun-2015
1. Tokoh Pembaharu : Plato
Plato (bahasa Yunani: Πλάτων)
(lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar
347 SM) adalah seorang filsuf dan
matematikawan Yunani, penulis
philosophical dialogues dan pendiri dari
Akademi Platonik di Athena, sekolah
tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia
adalah murid Socrates. Pemikiran Plato
pun banyak dipengaruhi oleh Socrates.
Plato adalah guru dari Aristoteles.
Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία
atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada
keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah
peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan
tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal
ketika sedang menulis).
a. Ciri – ciri Karya Plato
- Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu
menampilkan kepribadian dan karangan Socrates
sebagai topik utama karangannya.
- Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada
dialog Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa
pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang
ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena
itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan,
maka yang paling cocok adalah tulisan yang
berbentuk dialog.
- Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan
adiduniawi.
Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam
karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya
terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
b. Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia Ide dan Dunia Indrawi
1. Idea – idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea.
Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Socrates tentang
definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang
modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan
yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh
pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan
pikiran manusia yang tergantung pada idea.
Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan
tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea
ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah
lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah
dengan idea genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di
antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”.
Idea ini melampaui segala idea yang ada.
2. Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia hitam yang mencakup benda-benda jasmani
yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada
lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi
perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia
jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
3. Dunia Idea
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak
ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu
idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal
ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja,
tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja
konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
c. Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan
1. Pandangan Plato tentang Karya Seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya
tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia
(Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai
mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada.
Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang
terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada
yang nyata ini.
2. Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya
tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa
keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa
Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun
dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta
ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih
rendah.
Papirus Oxyrhynhus,
potongan lukisan dari
karya Plato yang
berjudul Republik
2. Tokoh Pembaharu : Aristoteles
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM)
adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia
menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika,
retorika, politik, pemerintahan, etnis,
biologi dan zoologi. Bersama dengan
Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi
seorang di antara tiga orang filsuf yang
paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Aristoteles lahir di Stagira, kota di
wilayah Chalcidice, Thracia,
Yunani (dahulunya termasuk wilayah
Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya
adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari
Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles
menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di
Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato
meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.
Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan
dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang
diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring
jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna
menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak
lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk
menekankan pengetahuan.
a. Pemikiran Aristoteles
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia
masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya
tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin
Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang
dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang
Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap
hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato
yang menyatakan teori tentang
bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa
materi tidak mungkin tanpa
bentuk karena ia ada (eksis).
Pemikiran lainnya adalah tentang
gerak dimana dikatakan semua
benda bergerak menuju satu
tujuan, sebuah pendapat yang
dikatakan bercorak teleologis.
Karena benda tidak dapat
bergerak dengan sendirinya maka
harus ada penggerak dimana
penggerak itu harus mempunyai
penggerak lainnya hingga tiba
pada penggerak pertama yang tak
bergerak yang kemudian disebut
dengan theos, yaitu yang dalam
pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles
adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat
ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya
observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles
adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang
tepat dari dua kebenaran yang telah ada.
Misalkan ada dua pernyataan (premis) :
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Socrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Socrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-
bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi,
Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang
alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku
Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran
material.
Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan
kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai
dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang
akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa
yang ada di dalam kenyataan.aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu
Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun
dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah
peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti
yang konkrit.
b. Pengaruh Aristoteles
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih
merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation),
banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya.
Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut dianggap masuk akal dan sesuai dengan
pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori
tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran
Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad
ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi
Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles
tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika,
melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the
master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante
Alighieri.
3. Tokoh Pembaharu : Ptolomaeus
Claudius Ptolemaeus (bahasa Yunani: Κλαύδιος Πτολεμαῖος; 90 – 168),
adalah seorang ahli geografi, astronom,
dan astrolog yang hidup pada zaman
Helenistik di provinsi Romawi,
Aegyptus.
Ptolemaeus adalah pengarang
beberapa risalah ilmiah, tiga di antaranya
kemudian memainkan peranan penting
dalam keilmuwan Islam dan Eropa.
Yang pertama adalah risalah astronomi
yang dikenal sebagai Almagest (dalam
bahasa Yunani Η μεγάλη Σύνταξις ,
"Risalah Besar"). Yang kedua adalah
Geographia, yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Helenistik.
Yang ketiga adalah risalah astrologi dikenal sebagai Tetrabiblos ("Empat buku") dimana
dia berusaha mengadaptasi astrologi horoskop ke filosofi alam Aristotelian. Ia juga
melestarikan daftar raja-raja kuno, disebut "Kanon Ptolemaeus", yang penting bagi
penelitian sejarah Timur Tengah.
a. Nama dan Asal
Claudius adalah nomen (nama keluarga) seorang Roma; Ptolemaeus menyandang
nama itu, sehingga menjadi bukti bahwa dia adalah seorang warganegara Roma.
Sesuai kebiasaan, Keluarga Ptolemy pertama yang menjadi warganegara (entah itu
dia atau nenek moyangnya) mengambil nama itu dari seorang Roma yang bernama
Claudius, sehingga membuatnya diberi status kewarganegaraan. Jika orang Roma ini
adalah kaisar, kewarganegaraan sudah akan diberi di antara tahun 41 dan 68 M.
(waktu Claudius, lalu Nero, menjabat kaisar). Astronom itu juga mempunyai
praenomen (nama pertama), yang tetap tak diketahui. Tetapi, kemungkinan Tiberius,
karena praenomen itu sangat umum di antara yang keluarga-keluarga yang diberi
kewarganegaraan oleh kaisar ini.
Ptolemaeus (Ptolemy) adalah sebuah nama Yunani. Muncul satu kali di mitologi
Yunani, dalam bentuk Homeric. Cukup biasa di antara golongan sol bagian atas
Makedonia pada saat Alexander Agung, dan ada beberapa di antara tentara
Alexander, satu diantaranya pada tahun 323 S.M. menjadikan dirinya sendiri Raja
Mesir: Ptolemy I Soter; semua raja setelah dia, sampai Mesir menjadi provinsi Roma
pada tahun 30 S.M., adalah juga dari dinasti Ptolemaic. Hanya ada sedikit bukti
tentang subyek asal-usul Ptolemy (meskipun melihat di atas kewarganegaraan Roma
keluarganya), tetapi kebanyakan sarjana dan sejarawan mempertimbangkannya tak
mungkin bahwa Ptolemeus berhubungan dengan dinasti kerajaan Ptolemies.
Selain dianggap sebagai seorang anggota masyarakat Yunani Alexandria, hanya
sedikit rincian hidup Ptolemaeus yang diketahui. Dia menulis dalam bahasa Yunani
Kuno dan diketahui sudah menggunakan data astronomis Babilonia. Seorang
warganegara Roma, beberapa sarjana menyimpulkan bahwa secara etnik, Ptolemeus
adalah orang Yunani, dan sarjana lainnya berpendapat bahwa dia secara etnik orang
Mesir, meskipun Hellenize. Dia banyak dikenal dalam sumber bahasa Arab yang
muncul kemudian sebagai Upper Egyptian, diperkirakan dia mungkin berasal dari
Mesir selatan. Astronom, ahli ilmu bumi, dan pakar fisika Arab selanjutnya merujuk
padanya menggunakan nama Arabnya Batlamyus.
b. Karya – Karya Ptolomaeus
Peta dunia Ptolemy 150 Masehi
Digambar ulang pada abad ke-15
Peta lain Ptolemy
Digambar ulang oleh Johannes De Armsshein
Pada tahun 1482
Peta dunia Ptolemaeus,
Naskah kuno dari Nicolaus Germanus
Pada tahun 1467
Peta detail dari Asia Tenggara