Post on 19-Oct-2020
TINJAUAN TINGKAT KONDISI FISIK WASIT SEPAKBOLA
PENGCAB PSSI KOTA PADANG
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan kepada Tim Penguji Skipsi Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
Oleh:
NADIA INTAN LESTARI
00870 / 2008
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
ABSTRAK
Nadia Intan Lestari, 2012: Tinjauan Kondisi Fisik Wasit Sepakbola Pengcap
PSSI Kota Padang 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang kondisi fisik wasit
sepakbola pengcab PSSI kota Padang . Dimana sering terjadi kesalahan dalam
memimpin karena Kurangnya kemampuan wasit dalam memimpin Pertandingan.
Salah satu sebab kurangnya kemampuan wasit karena kurang nya kondisi
fisik wasit. Maka dilakukan tes yang terdiri dari kecepatan dan daya tahan,
sedangkan jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah
Wasit-wasit yang aktif dan terdaftar sebagai anggota wasit sepakbola pengcap
PSSI kota Padang yang terdiri dari wasit C I, C II dan C III, yang berjumlah 30
orang tahun 2012, Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling,
artinya semua wasit sepakbola pengcap PSSI kota Padang yang berada pada
populasi dijadikan sampel yaitu sebanyak 30 orang.
Data dikumpulkan dengan menggunakan tes yang dikeluarkan oleh FIFA
tahun 2009 yaitu FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun 2009
tes kecepatan lari 6 x 40 meter dan tes daya tahan lari 20 x 150 meter Analisis
data digunakan teknik analisis deskriptif melalui Statistik (tabulasi frekuensi).
Dari analisis data diperoleh hasil penelitian:
1. Rata-rata tingkat kecepatan yang dimiliki wasit sepakbola pengcab PSSI kota
Padang 5,69 detik tergolong kategori baik sekali.
2. Rata-rata tingkat daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola pengcab PSSI kota
Padang 30,49 tergolong kategori kurang.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... ... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah. ............................................................... 4
D. Perumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................ 6
1. Hakekat Kepemimpinan Wasit Sepakbola ........................... 6
2. Kondisi fisik ....................................................................... 8
B. Kerangka Konseptual .............................................................. 16
C. Pertanyaan Peneliti .................................................................. 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 18
C. Defenisi Operasional ............................................................... 18
D. Populasi dan sampel ................................................................ 19
ii
E. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 20
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 20
G. Instrumen Penelitian dan Pelaksanaan Tes ............................... 21
H. Teknik Analisis Data ............................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskriptif Data ......................................................................... 25
B. Analisis Data ............................................................................. 25
C. Pembahasan ............................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 33
B. Saran ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 34
LAMPIRAN ................................................................................................ 36
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Populasi Penelitian Wasit Sepakbola Pengcap PSSI Kota
Padang ................................................................................................... 19
2. Kriteria Interval Waktu Untuk Tes Kecepatan ........................................ 22
3. Kriteria Interval Waktu Untuk Tes Daya Tahan ...................................... 23
4. Distribusi Frekuensi Daya Tahan Wasit Sepakbola ................................. 26
5. Distribusi Frekwensi Kecepatan Wasit Sepakbola .................................. 27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Alur Daya Tahan .......................................................................... 13
2. Kerangka Konseptual .............................................................................. 17
3. Bentuk Tes Kecepatan ............................................................................. 21
4. Bentuk Tes Daya Tahan .......................................................................... 22
5. Histogram Tingkat Daya Tahan Wasit Sepakbola .................................... 26
6. Histogram Tingkat Kecepatan Wasit Sepakbola ..................................... 28
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Hasil Tes Daya Tahan20x150 meter ............................................. 36
2. Daftar hasil Tes Kecepatan 6x40 M ......................................................... 38
3. Dokumentasi ........................................................................................... 40
4. Keterangan Pemeriksaan Alat Ukur ........................................................ 42
5. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ............................ 43
6. Surat Balasan Penelitian Dari Pengurus Perkumpulan Wasit Sepakbola
PSSI Pengcab Kota Padang ..................................................................... 44
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga adalah suatu aktifitas yang banyak dilakukan oleh
masyarakat, sekarang ini keberadaannya tidak lagi dipandang sebelah mata
tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena olahraga
sudah banyak disenangi oleh masyarakat, baik tua maupun muda.
Olahraga mempunyai makna tidak saja hanya untuk kesehatan,
prestasi, pendidikan tetapi olahraga juga sebagai sarana untuk membina dan
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa yang nantinya berpengaruh
terhadap pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan UU no. 3 Tahun 2005
pasal 4 menyebutkan tujuan keolahragaan Nasional yaitu:
“Keolahragaan Nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan
kesehatan dan kebugaran prestasi, kualitas manusia, menanamkan
nilai moral dan akhlak mulia, sportifitas, disiplin, mempererat dan
membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh pertahanan
Nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan
bangsa.”
Banyak sekali cabang olahraga yang di gemari masyarakat, dan salah
satu yang sangat populer di seluruh kalangan masyarakat di dunia adalah
sepakbola, karena olahraga ini tidak sulit dipelajari dan tidak membutuhkan
tempat dan biaya yang mahal.
Dalam permainan sepakbola terdapat nilai sportifitas, menanamkan
nilai moral dan akhlak mulia, mempererat dan membina persatuan. Contohnya
menerima dengan lapang dada kekalahan dalam permainan, menghargai tim
yang menang, terjadinya hubungan baik antar daerah dengan permainan
1
2
sepakbola. Permainan sepakbola sudah memasyarakat di Indonesia. Hal itu
dapat kita lihat dengan begitu banyaknya orang menggemari sepakbola baik
sebagai pemain maupun sebagai penonton. Penggemar permainan juga terlihat
di perkotaan sampai pedesaan, kalangan anak-anak sampai orang tua, bahkan
wanita juga menggemari aktifitas sepakbola. Alasan mereka menggemari
sepakbola beragam-ragam seperti mengisi waktu luang, untuk
berolahraga,untuk mencapai prestasi.
Olahraga sepakbola dipertandingkan mulai tingkat daerah, nasional
sampai di tingkat dunia. Dalam kelancaran pelaksanaan pertandingan
sepakbola peranan wasit sangat menentukan jalannya pertandingan. Untuk itu
seorang wasit wajib memiliki sertifikat wasit dimana dia harus memahami
peraturan dan memiliki kondisi fisik yang bagus. Kondisi fisik (physical
conditioning) yang baik dibutuhkan untuk bisa berlari memimpin
pertandingan selama 2 kali 45 menit karena dalam pertandingan wasit
sepakbola harus dekat dengan bola supaya pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan pemain baik disengaja maupun tidak sengaja dapat dilihat dengan
jelas, secara idealnya seorang wasit itu dalam memimpin pertandingan harus
berjarak 15 sampai 20 meter dari bola. Wasit sepakbola harus memiliki
kemampuan memimpin pertandingan dengan baik. Supaya setiap keputusan
yang di ambil selalu tepat.
Seorang wasit harus memiliki komponen-komponen yang mendasari
untuk pencapaian kesegaran jasmani diantaranya: kondisi fisik, teknik
penguasaan peraturan permainan dan aplikasi peraturan di lapangan. Hal
tersebut dapat dimiliki oleh seorang wasit melalui latihan fisik yang sistematis,
3
penguasaan peraturan permainan yang selalu berkembang dan sesering
mungkin untuk memimpin suatu pertandingan, sehingga terciptanya
kematangan mental pada saat memimmpin suatu pertandinganyang tingkatnya
lebih profesional, karena sedikit saja wasit lalai dalam mengambil keputusan
dapat dapat mengakibatkan kerugian bagi salah satu tim yang bertanding.
Kesalahan-kesalahan dalam mengambil keputusan oleh wasit karena
jauhnya dari pada bola. Saat memimpin pertandingan berdampak tidak dapat
menguasai jalannya pertandingan. Akibatnya keputusan yang diambil tidak
tepat sesuai dengan peraturan permainan yang sesungguhnya
Demikian kondisi fisik wasit sepakbola Pengcab PSSI kota Padang
tahun 2012 belum ada pihak yang mendata tentang kemampuan kondisi fisik
wasit yang berdomisili di kota Padang. Hal ini terlihat dari setiap digelarnya
turnamen sepakbola sering terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan
sehingga protes dari pemain dalam lapangan dan hujatan dari para penonton
sering dilontarkan saat pertandingan berlangsung. Lebih fatal lagi kesalahan
dalam memberikan pelanggaran dapat berdampak terhadap pemukulan
terhadap wasit dan perkelahian antar pemain.
Kurangnya kemampuan wasit sepakbola kota Padang dalam
memimpin pertandingan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
seperti: kemampuan kondisi fisik, pemahaman terhadap peraturan permainan,
pengalaman memimpin suatu pertandingan, kurang berani mengambil
keputusan dan lain-lain. Berdasarkan faktor-faktor penyebab masalah diatas
maka perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan kondisi fisik wasit
sepakbola.
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat
diidentifikasi penyebab masalah yang ada dapat sebagai berikut:
1. Kondisi fisik wasit
2. Pemahaman terhadap peraturan pertandingan
3. Pengalaman memimpin pertandingan
4. Mental dalam memimpin pertandingan
5. Mengambil keputusan
6. Sarana dan prasarana
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan fenomena yang peneliti
temukan di lapangan maka penelitian ini di batasi pada Tinjauan Kondisi Fisik
Wasit Pengcab Kota Padang meliputi daya tahan dan kecepatan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan
masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana daya tahan wasit sepakbola Pengcab PSSI Kota Padang
2. Bagaimana Kecepatan wasit sepakbola Pengcab PSSI Kota Padang
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diajukan tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tingkat kondisi fisik wasit sepakbola Pengcab
kota Padang dilihat dari segi:
5
1. Daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola.
2. Kecepatan yang dimiliki wasit sepakbola.
F. Manfaat Penelitian
Dengan selesainya penelitian akan berguna bagi penulis sebagai:
1. Persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu
Keolahragaan
2. Sebagai bahan masukan bagi wasit sepakbola Pengcab kota Padang untuk
meningkatkan kesegaran jasmani.
3. Sebagai bahan bacaan dan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan
4. Bahan bagi peneliti lanjutan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
1. Hakekat Kepemimpinan Wasit Sepakbola
Wasit adalah seseorang yang memimpin dalam suatu pertandingan
dan juga termasuk kedalam perangkat suatu pertandingan sepakbola, tanpa
adanya Wasit yang memimpin dalam suatu pertandingan sepakbola maka
pertandingan tersebut tidak akan bisa berlangsung. PSSI (2008:3). PSSI
(2008:3) juga mengemukakan bahwa wasit adalah seseorang yang
mempunyai kemampuan memimpin pertandingan dan telah memiliki
sertiPengcabat sebagai wasit. Sesuai dengan Pedoman Dasar PSSI menjadi
seorang Wasit dapat di klasiPengcabasikan sebagai berikut: C III Tingkat
PENGCAB, C II Tingkat PENGPROV, C I Tingkat Nasional dan FIFA
Tingkat Internasional.
Berpedoman pada tugas dan wewenang wasit maka faktor-faktor
yang mempengaruhi wasit yaitu: 1. Faktor internal seperti usia, kejujuran,
adil, disiplin, kejelian, kepercayaan diri motivasi dan lain sebagainya. 2.
Faktor eksternal seperti penonton, official tim, sarana dan prasarana,
pemain yang tidak mempunyai pengetahuan tentang peraturan permainan
dan lain sebagainya.
Ordway Tead dalam Sutarno (1986:12) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang diinginkan.
Selanjutnya Stogdil dalam Sutarno (1986:13) menyatakan bahwa
6
7
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok orang
yang terorganisir dalam usaha menetapkan dan mencapai tujuan.
Sementara itu Hemphill dalam Thoha (1996:227) mengartikan
kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan
suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari
suatu persoalan bersama.
Dari beberapa definisi para ahli diatas tentang kepemimpinan,
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan yang
diinginkan.
Dapat disimpulkan bahwa wasit adalah seorang pemimpin,
pengadil, penegak aturan dilapangan dan tampa adanya seorang wasit
pertandingan tidak bisa dilaksanakan. Wasit berfungsi sebagai pengadil,
penengah, pemimbing dan lain sebagainya. Seorang wasit dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
Seorang wasit harus mempunyai kepemimpinan yang baik.
Berpedoman pada pendapat para ahli diatas, kepemimpinan wasit yaitu
suatu kemapuan sesorang untuk membimbing mengarahkan,
mempengaruhi, sekelompok orang (pemain) bekerja sama demi tujuan
tertentu (pemain menginginkan kemenangan dan wasit menginginkan
permaianan berjalan dengan baik dan sukses).
Betitik tolak dari uraikan diatas, tidak mengkin rasanya seorang
Wasit dan asisten wasit akan memimpin pertandingan secara adil dan
bijaksana tanpa diiringi oleh kondisi fisik yang baik.
8
2. Kondisi Fisik
Jonath Krempel dalam Syafrudin (1999), mengatakan kondisi fisik
itu dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit kondisi
fisik merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan dan
daya tahan. Sedangkan dalam arti luas adalah ketiga faktor kekuatan,
kecepatan dan daya tahan ditambah dengan faktor kelenturan (fleksibility)
dan koordinasi (coordination).
Sarumpaet dalam Ananto Asril (2008:11) mengatakan, kondisi
fisik adalah keadaan fisik seseorang pada saat tertentu untuk melakukan
suatu pekerjaan yang dijadikan bebannya. Seseorang dapat dikatakan
berada dalam kondisi fisik baik kalau ia mampu melakukan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya atau yang ingin dilakukannya tanpa kelelahan
yang berlebihan. Menurut Sajoto (1988: 57) “Kondisi fisik adalah salah
satu persyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan
prestasi seorang atlet, bahkan dikatakan dasar landasan titik tolak suatu
awalan olahraga prestasi”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dikemukakan bahwa kondisi
fisik merupakan semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi
yang realisasinya dilakukan melalui kemampuan pribadi.
Sementara itu Prihastono dalam Alfroki Martha (2008:13)
berpendapat komponen kondisi fisik terdiri atas 2 bagian yaitu: kondisi
fisik umum dan kondisi fisik khusus, kondisi fisik umum adalah
kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan tubuh yang terdiri
9
dari: kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, dan kelincahan.
Selanjutnya Frohner dalam Syafruddin (2005:39) bahwa latihan kondisi
fisik umum berarti latihan-latihan yang beraneka ragam untuk
mengembangkan kemampuan tubuh dan merupakan dasar untuk
meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus. Sedangkan kemampuan
kondisi fisik khusus merupakan kemampuan yang langsung dikaitkan
dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga. Jonath dan Krempel
dalam Syafrudin (2005:40) mengatakan bahwa bila kondisi dihubungkan
dengan kemampuan prestasi dalam suatu cabang olahraga tertentu, maka
kondisi disini disebut degan kondisi fisik khusus.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa ;
latihan kondisi fisik umum merupakan suatu fundamen fisik dalam setiap
cabang olahraga. Ini berarti bahwa kondisi fisik umum merupakan semua
kemampuan jasmani atlet secara umum yang merupakan kondisi awal
tubuh sebelum mengikuti latihan secara khusus yang direalisasikan melalui
kemampuan pribadi dan diperlukan untuk semua cabang olahraga. Kondisi
fisik khusus merupakan suatu latihan yang optimal dari kemampuan
kondisi yang menentukan prestasi setiap cabang olahraga. Dengan kata
lain, setiap cabang olahraga atau disiplin tertentu membutuhkan
kemampuan kondisi fisik khusus tersendiri dan spesiPengcab.
Kondisi fisik juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, kelemtukan dan daya ledak.
Syafruddin (2005:35). Kondisi fisik berfungsi untuk meningkatkan
10
perkembangan fisik pada umumnya (multi lateral physical development),
meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specipic physical
development), menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih dan
dibina, untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi dan cara belajar
teknik. Arsil (2000:17). Persiapan fisik berarti mempersiapkan fisik pada
umumnya, persiapan fisik khususnya dan penyempurnaan kemampuan
biomotorik khususnya. Bafirman dan Apri Agus (2008:16).
Secara umum kondisi fisik yang diperlukan dalam masing-masing
olahraga adalah sama, artinya setiap cabang olahraga memerlukan kondisi
fisik dalam usaha mencapai prestasi yang optimal, begitu halnya wasit
sepakbola. Seseorang dapat dikatakan dalam keadaan kondisi fisik yang
baik kalau ia mampu melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya
atau yang ingin dilakukannya tanpa kelelahan yang berlebihan.
Arsil (2000: 6-8) mengemukakan beberapa fungsi dari kondisi fisik
antara lain sebagai berikut:
1) meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya. 2).
Meningkatkan perkembangan fisik yang khas yang dituntut oleh
kebutuhan olahraga tersebut. 3). Menyempurnakan teknik dari
olahraga yang dipilih atau dibina. 4). Meningkatkan dan
menyempurnakan strategi dan cara belajar teknik. 5). Optimasi
taktik dan strategi harus disesuaikan dengan kemampuan
individu tersebut. 6) Membentuk kepribadian dan prilaku
sebagai sikap olahragawan yaitu sportif tahan terhadap
penderitaan. 7). Membangun kesehatan. 8). Menghindari
terjadinya cidera. 9). Meningkatkan pengetahuan seseorang atau
atlet mengenai dasar latihan ditinjau dari segi physiologis
maupun physicologisnya.
Dengan kondisi fisik yang baik diduga wasit dapat memimpin
pertandingan sesuai dengan peraturan permainan yang ada.
11
Berpedoman pada bentuk tes kondisi dan kebugaran wasit
sepakbola yang dikeluarkan oleh FIFA ada dua komponen kondisi fisik
yang harus dipunyai oleh seorang wasit yaitu daya tahan (endurance) dan
kecepatan (Speed).
a. Daya Tahan (Endurance)
“Secara sederhana daya tahan dapat diartikan dengan
kemampuan menghadapi kelelahan. Namun secara definitif daya tahan
merupakan kemampuan tubuh untuk mengatasi kelelahan yang
disebabkan oleh pembebanan dalam waktu yang relatif lama”.
Syafrudin (2005:67).
Menurut Yunus (2000) dalam Alfroki Martha, (2008:10).
Mengemukakan “Daya tahan merupakan kemampuan organisme tubuh
untuk melakukan pembebanan selama mungkin baik secara statis
maupun dinamis tampa menurunnya kualitas kerja“. Weineck dalam
syafruddin (2005:67) mengemukakan bahwa daya tahan adalah
kemampuan atlit mengatasi kelelahan fisik dan psikis (mental).
Sedangkan aktifitas gerakan yang mempergunakan lebih besar dari
jumlah otot-otot yang di bebani disebut dengan “daya tahan umum”
dan jika daya tahan itu berlangsung dibawah pemakaian Oksigen (O2)
dinamakan”aerobik”, dan sebaliknya jika aktifitas itu berlangsung
tanpa menggunakan oksigen (O2) dinamakan dengan”anerobik”.
Tujuan utama dari latihan daya tahan adalah meningkatkan
kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru-paru
dan sistim peredaran darah. Syafruddin (2005:68). Menurut Heckson
12
dalam Arsil (2000:21) mengemukakan bahwa daya tahan dapat
meningkatkan kapasitas otot sekler dalam metabolism aerobik karena
adanya perubahan pembentukan system energi dalam mitikondria dan
peningkatan kapasitas respiratori. Secara umum kemampuan daya
tahan dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan
gerak fisik. Selanjutnya (Darwis;1999) mengemukakan “daya tahan
adalah kemampuan organisme seseorang untuk mengatasi kelelahan
yang timbul setelah melakukan aktifitas tubuh berolahraga dalam
waktu lama”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan yaitu
kemampuan fungsi jantung, sistim peredaran darah, metabolism
tubuh, sitem pernapasan, kemampuan organ-organ, koordinasi gerakan
dan motivasi. Jonath/krempel (1981) dalam Syafruddin (2005:73).
Menurut Bompa dalam Adnan Fardi (2004;32),
mengklasiPengcabasikan daya tahan atas “daya tahan umum dan daya
tahan khusus”. Daya tahan umum adalah kemampuan sekelompok
otot, sistim syaraf pusat, jantung dan pernafasan atau
cardiorespiratory. Daya tahan menyangkut karekteristik setiap cabang
olahraga.
Daya tahan lokal mengandung daya tahan otot, (Lamb, dalam
Arsil. 2000;23). Sedangkan daya tahan umum dikenal sebagai daya
tahan jantung dan paru. Daya tahan umum akan melibatkan aktivitas
otot-otot yang luas, serta di arahkan pada daya tahan jantung dan
pernafasan yang lazim disebut daya tahan cardiovaskuler.
13
Gambar 1.
Bagan Alur Daya Tahan
Sumber: Pembinaan Kondisi Fisik, Arsil (2000: 23)
Sedangkan yang dimaksud dengan latihan daya tahan
selanjutnya disebut endurance adalah latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan seluruh tubuh untuk selalu bergerak dalam
tempo sedang sampai cepat, dengan waktu yang cukup lama.
Sedangkan yang dimaksud dengan endurance adalah kemampuan
seseorang melaksanakan gerak dengan seluruh tubuhnya dalam waktu
yang cukup lama dan dengan waktu sedang sampai cepat, tanpa
mengalami rasa sakit dan kelelahan berat.
Daya tahan (Endurance)
Lokal Umum
Daya Tahan Jantung dan
Paru-paru
Daya Tahan Otot
Daya Tahan Anaerobik Daya Tahan Aerobik
Daya Tahan Umum
Daya Tahan Khusus
14
Para ahli fisiologi berpendapat bahwa latihan Endurance adalah
sangat penting bagi semua cabang olahraga. Walaupun perbedaan
kebutuhan atau tuntutan setiap cabang olahraga tersebut. Ada sejumlah
metode atau cara latihan untuk meningkatkan kapasitas daya tahan atau
Endurance, mulai dari latihan interval training sampai latihan-latihan
jarak jauh dalam tempo rendah. Pada dasarnya latihan lari, sepeda, dan
berenang adalah merupakan latihan Endurance (Sajoto M: 1988).
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya
tahan adalah kemampuan tubuh menghadapi kelelahan dalam waktu
yang lama. Dengan daya tahan yang baik maka seorang wasit akan
dapat memimpin pertandingan sesuai dengan peraturan permainan
sepakbola yang ada. Daya tahan yang dibutuhkan oleh seorang Wasit
adalah daya tahan aerobik, karena Wasit akan memimpin pertandingan
selama 2 x 45 menit bahkah bisa terjadi perpanjangan waktu 2 x 15
menit.
b. Kecepatan (Speed)
Kecepatan secara fisiologis diartikan sebagai kemampuan yang
berdasarkan kelentukan (fleksibilitas), proses sistim persyarapan dan
alat-alat otot untuk melakukan gerakan-gerakan dalam satu satuan
waktu tertentu. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (2005:54).
Sedangkan secara fisikalis kecepatan dapat diartikan sebagai jarak
dibagi waktu dan hasil dari pengaruh kekuatan terhadap tubuh yang
bergerak, dimana kekuatan dapat mempercepat gerakan tubuh.
15
Syafruddin (2005:54). Menurut Bafirman dan Apri Agus (2008:100)
Kecepatan merupakan kemampuan tubuh mengarahkan semua
sistemnya dalam melawan beban,jarak dan waktu yang menghasilkan
kerja mekanik. Sedangkan Sajoto dalam Ananto Asril (2008:17)
mendefinisikan kecepatan adalah suatu kemampuan reaksi otot yang
ditandai dengan pertukaran antara kontraksi dan relaksasinya yang
menuju kemaksimal.
Kecepatan reaksi menunjukan kemampuan untuk menjawab
secepat mungkin suatu rangsangan melalui pendengaran, penglihatan
dan rasa. Kecepatan reaksi dapat dirubah dalam waktu interval yang
besar dimana interval itu terjadi dari suatu tanda. Kecepatan gerakan
siklis dan asiklis menentukan pelaksanaan pada aktifitas dengan
adanya hambatan luar yang sedikit. Kecepatan asiklis ditandai oleh
kecepatan reaksi maksimal melalui explosif dari otot. Kecepatan
gerakan siklis sering juga digambarkan sebagai gerakan yang
berulang-ulang, dimana gerakan ini dapat dikenal melalui kontraksi
submaximal. Kontraksi submaximal adalah hasil dari amplitudo
gerakan dengan frekruensi gerak . (Fauzan Hos; 1989)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan gerakan yang berkesinambungan dalam
bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Jonath dan krempel dalam Syafruddin (2005:62-63)
mengatakan bahwa kecepatan dibatasi oleh faktor-faktor seperti:
16
Kekuatan otot, viskositas, kecepatan reaksi, kecepatan kontraksi,
anthropometri, daya tahan kecepatanatau daya tahan aerobik dan
koordinasi. Sedangkan Ken dalam Bafirman dan Apri Agus
(2008:101) mengemukakan bahwa kecepatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor,sedangkan faktor tersebut tergantung pada jenis
kecepatannya, seperti: kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sistim
syaraf,daya orientasi dan ketajaman panca indra. Kecepatan bergerak
dipengaruhi oleh kekuatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan,
kelincahan dan keseimbangan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecepatan sangat
dibutuhkan oleh seorang wasit sepakbola. Karena seorang Wasit
sepakbola yang memiliki kecepatan yang baik akan mampu berada
saat terjadinya pelanggaran atau kejadian-kejadian dalam memimpin
suatu pertandingan.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian teori diatas, Seorang Wasit haruslah memiliki
kondisi fisik (daya tahan dan kecepatan) yang baik karena dengan kondisi
fisik yang baik akan mempengaruhi kemampuan seorang wasit dalam
memimpin pertandingan. Dengan kondisi fisik yang baik seorang wasit akan
dapat menerapkan peraturan permainan dengan baik pula, selalu dekat dengan
bola yang dimainkan, keputusan yang diambil tidak merugikan salah satu tim,
di senangi oleh pemain dan dapat menjaga pemain dari cidera.
17
Walaupun masih ada faktor lain yang mempengaruhi dalam memimpin
pertandingan, maka mengetahui keadaan kondisi fisik seperti nya sudah dapat
diprediksi kemampuan dalam memimpin pertandingan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.
Kerangka Konseptual
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah maka pertanyaan penelitian adalah:
1. Bagaimanakah tingkat kemampuan Daya Tahan Wasit sepakbola Pengcab
kota Padang?
2. Bagaimanakah tingkat kemampuan Kecepatan Wasit sepakbola Pengcab
kota Padang?
DAYA TAHAN
KECEPATAN
KONDISI FISIK
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dimana peneliti
ini bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu apa adanya. Sebagaimana yang
dikemukakan Arikunto (2003:310) bahwa:”penelitian deskriptif adalah
penelitian yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan”.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di track atletik GOR H. Agus Salim Kota
Padang
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada hari minggu tanggal 26 maret 2012.
C. Definisi Operasional
Kondisi fisik berasal dari kata “condition” (bahasa latin) yang berarti
keadaan. Menurut harsono (1996:1) “kondisi fisik adalah kemampuan
fungsional dari seluruh sistem tubuh”komponen kondisi fisik dalam penelitian
ini terdiri dari:
1. Daya tahan
Daya tahan dalam penelitian ini adalah waktu yang ditempuh
dalam jarak 150 meter dalam satuan detik dengan menggunakan bentuk tes
18
19
daya tahan. Dalam penelitian ini digunakan bentuk tes daya tahan sesuai
yang di keluarkan oleh FIFA 2009 yaitu fitness test for referees and
asistant referees 20x150 meter dengan waktu 30 detik, penelitian
dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari 20 kali pengulangan.
2. Kecepatan
Kecepatan dalam penelitian ini adalah waktu yang ditempuh dalam
jarak 40 meter dalam satuan detik dengan menggunakan bentuk kecepatan
sesuai yang dikeluarkan oleh FIFA tahun 2009 yaitu fitness test for referee
60x40 meter. Dengan waktu <6,4 detik, penelitian dilakukan dengan
mengambil nilai rata-rata dari 6 kali pengulangan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah wasit-wasit yang aktif dan terdaftar
sebagai anggota wasit sepakbola Pengcap kota Padang yang terdiri dari
wasit C I, C II dan C III, yang berjumlah 29 orang.
Tabel. 1: Jumlah Populasi Penelitian Wasit Pengcab Kota Padang
Tingkatan Populasi Sampel
FIFA 1 1
CI 16 16
CII 1 1
CIII 12 12
Jumlah 30 30
Sumber data: Data Pengurus Perkumpulan Sepakbola Pengcap Kota
Padang Tahun 2012)
20
2. Sampel
Berpedoman kepada populasi maka sampel yang diambil
menggunakan teknik total sampling maksudnya subjek yang digunakan
adalah wasit yang aktif dalam perkumpulan wasit sepakbola Pengcap kota
Padang yaitu sebanyak 29 orang.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data penelitian yang diambil dalam suatu penelitian yaitu:
data primer yaitu data yang diambil langsung melalui tes kondisi fisik
wasit sepakbola Pengcap kota Padang dan data sekunder yaitu data yang
diambil dari pengurus perkumpulan wasit sepakbola Pengcap kota Padang.
2. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diambil langsung dari
perkumpulan wasit sepakbola Pengcap kota Padang.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes Kecepatan
lari 6 x 40 meter dengan waktu rata-rata 6,4 detik, diikuti dengan pemulihan
berjalan kembali ketempat start. Dan juga tes Daya Tahan lari 20 x 150 meter
dengan waktu rata-rata 30 detik, diikuti dengan pemulihan selama 40 detik
untuk berjalan sepanjang 50 meter menuju ke start yang kedua dan seterusnya.
Tes ini dikeluarkan oleh FIFA (2009:1-6).
21
G. Instrumen Penelitian Dan Pelaksanaan Tes
Pelaksanaan Tes
1. Tes kecepatan lari 6 x 40 meter (sprint)
Tujuan: Mengukur kemampuan kecepatan
Alat : - Stop Watch
- Meteran
- Bendera Start
- Pena dan Kertas
Penilaian: Penilaian dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari 6x
pengulangan.
Gambar 3: Bentuk tes kecepatan
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun 2009
Cara pelaksanaan tes:
Peserta berdiri dibelakang garis star dengan jarak 1,5 meter,
dengan sikap star melayang peserta berlari ke garis start, Saat peserta telah
melewati garis star bendera diangkat oleh starter dan waktu mulai dihitung
oleh timer. Peserta berusaha lari secepat mungkin mencapai garis finis.
Tiap Peserta delakukan 6 kali pengulangan dengan jarak tempuh 40 meter.
Dengan waktu < 6.4 detik, dan masa pemulihan kembali ke garis start.
Finish
sprint
Start 1.5 m
40 m
22
Tabel. 2: Kriteria interval waktu yang digunakan untuk tes kecepatan
Kelas Interval Kategori
< 6,4 detik Baik sekali
6,4 detik Baik
> 6,4 detik Kurang
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun 2009
2. Tes Daya tahan lari 20 x 150 meter
Tujuan: Mengukur kemampuan daya tahan dengan intensitas yang tinggi
Alat : - Stop Watch
- Meteran
- Lintasan trek Atletik
- Bendera Start
- Peluit
- Pena dan Kertas
Penilaian: Penilaian dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata dari 20 x
pengulangan
Gambar 4: Bentuk tes Daya Tahan
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun 2009
Finish 2 150 m run
Start 1
50 m walk
Start 2
50 m walk
Finish 1 150 m run
23
Cara Pelaksanaan:
Setiap peserta berada di posisi star 1 dan star 2, setiap start jumlah
masksimal peserta 6 orang. peserta bersiap-siap dengan mengambil posisi
star melayang, waktu peluit di bunyikan dan bendera diangkat oleh sterter
para peserta memulai lari sampai ke finis yang telah ditentukan dengan
jarak tempuh 150 dengan waktu 30 detik. Timer yang berada di finis 1 dan
2 mencatat waktu peserta yang masuk pada garis finis, sampai pada garis
finis peserta melakukan pemulihan dengan cara berjalan menuju garis star
kembali dengan jarak tempuh 50 meter dan waktu 40 detik. Pada saat
peluit berikutnya para peserta berlari kembali sepanjang 150 meter dengan
waktu 30 detik dan diikuti dengan pemulihan sambil berjalan sepanjang 50
meter dengan jangka waktu 40 detik kembali.
Jumlah yang harus dicapai oleh setiap pesrta adalah sebanyak 10
lap dan 20 x start.
Tabel 3: Kriteria interval waktu yang digunakan untuk tes daya tahan
Kelas Interval Kategori
< 30 detik Baik sekali
30 detik Baik
> 30 detik Kurang
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun 2009
H. Teknik Analisis Data
Setelah hasil data dilapangan dikumpulkan selanjutnya dilakukan
pengelolaan data berdasarkan data yang terkumpul dan telah memenuhi syarat
untuk dianalisa, teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan deskriptif
yang menggunakan tabulasi frekruensi dan rata-rata dan dibantu dengan
program komputer SPSS V.12 dengan rumus sebagai berikut:
24
P = F x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekruensi
N = Jumlah Sampel
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian, yang terdiri dari
deskriptif data, analisis data dan pembahasan. Data yang dianalisis sesuai dengan
hasil temuan faktual di lapangan seperti apa adanya. Hasil analisis ini merupakan
gambaran tingkat kondisi fisik yang dimiliki oleh wasit sepakbola Pengcab Kota
Padang.
A. Deskriptif Data
1. Daya Tahan
Berdasarkan hasil tes daya tahan, diperoleh skor maksimum 32,93
detik tergolong kategori kurang dan skor minimum 28,48 detik tergolong
kategori baik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
2. Kecepatan
Berdasarkan hasil tes kecepatan, diperoleh skor maksimum 6,29
tergolong kategori baik sekali dan skor minimum 5,28 tergolong kategori
baik sekali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
B. Analisis Data
Analisis data penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan
urutan pada pertanyaan dan tujuan penelitian. Semua data dianalisis secara
statistik deskritif dengan tabulasi frekuensi.
1. Daya Tahan
Berdasarkan hasil tes lari 20x150 meter wasit sepakbola Pengcab
Kota Padang dapat diperoleh data distribusi frekuensi sebagai berikut:
25
26
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Daya Tahan Wasit Sepakbola Pengcab
Kota Padang
No Kelas
Interval
Frekuensi
Kategori Absolut
(Fa) Relatif (%)
1 < 30 detik 10 33,33 Baik Sekali
2 30 detik 1 3,33 Baik
3 > 30 detik 19 63,33 Kurang
Jumlah 30 100 -
Rata-rata 30,49 Kurang
Skor Maxsimum 32,93 Kurang
Skor Minimum 28,48 Baik Sekali
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees tahun
2009
Rata–rata tingkat daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola
Pengcab Kota Padang = 30,49 tergolong kategori kurang. Agar lebih
jelasnya hasil daya tahan dapat dilihat pada gambar histogram sebagai
berikut:
Gambar 5: Histogram Tingkat Daya Tahan Wasit Sepakbola
PengcabKota Padang
Dari histogram di atas dari 30 orang wasit, 10 orang (33,33%)
memiliki daya tahan < 30 detik tergolong kategori baik sekali, 1 orang
(3,33%) memiliki daya tahan 30 detik tergolong kategori baik dan 19
orang (63,33%) memiliki daya tahan > 30 detik tergolong kategori kurang
dimiliki oleh wasit sepakbola Pengcab Kota Padang.
0
5
10
15
20
Baik Sekali Baik Kurang
33%
3%
63%
27
Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa
kemampuan daya tahan wasit sepakbola Pengcab Kota Padang
dikategorikan kurang. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap
kemampuan daya tahan dapat terjawab.
1. Kecepatan
Berdasarkan hasil tes lari 6x40 meter wasit sepakbola Pengcab
Kota Padang diperoleh data distribusi sebagai berikut:
Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Kecepatan Wasit Sepakbola
Pengcab Kota Padang
No Kelas
Interval
Frekuensi
Kategori Absolut
(Fa) Relatif (%)
1 < 6,4 detik 30 100,00 Baik Sekali
2 6,4 detik 0 0,00 Baik
3 > 6,4 detik 0 0,00 Kurang
Jumlah 30 100 -
Rata-rata 5,69 Baik Sekali
Skor Maxsimum 6,29 Baik Sekali
Skor Minimum 5,28 Baik Sekali
Sumber: FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees
tahun 2009
Rata–rata tingkat kecepatan wasit sepakbola Pengcab Kota
Padang = 5,69 tergolong kategori baik sekali. Agar lebih jelasnya hasil
kecepatan dapat dilihat pada gambar histogram sebagai berikut:
28
Gambar 6: Histogram Tingkat Kecepatan Wasit Sepakbola
Pengcab Kota Padang
Dari histogram di atas dari 30 orang wasit, 30 orang (100%)
memiliki kecepatan < 6,4 detik tergolong kategori baik sekali.
Sedangkan untuk kategori baik dan kurang tidak ada (0%) dimiliki
oleh wasit sepakbola Pengcab Kota Padang.
Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa
kemampuan kecepatan wasit sepakbola Pengcab Kota Padang
dikategorikan baik sekali. Dengan demikian pertanyaan penelitian
yang menyangkut kecepatan dapat terjawab.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data mengenai “Kondisi Fisik Wasit Sepakbola
Pengcab Kota Padang”, yang berkenaan dengan: kemampuan kecepatan dan
daya tahan. Agar lebih jelasnya jawaban dari pertanyaan dapat diuraikan
sebagai berikut:
0
5
10
15
20
25
30
Baik Sekali Baik kurang
100%%
0% 0%
29
1. Daya tahan
Rata-rata tingkat daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola
Pengcab Kota Padang 30,49 detik dikategorikan kurang, artinya wasit
sepakbola Pengcab Kota Padang tidak memiliki daya tahan yang baik.
Apabila seorang wasit tidak memiliki daya tahan yang baik, maka dapat
mempengaruhi kualitas penampilan wasit. Hal ini disebabkan, dalam suatu
pertandingan seorang wasit dituntut mampu bergerak lebih lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang wasit harus bergerak selalu mengiringi di mana bola di
mainkan. Dengan waktu 2x45 menit dengan luas lapangan 110x75 meter.
Jika seorang wasit tidak memiliki daya tahan yang baik, maka dia akan
kesulitan untuk mengikuti jalannya suatu pertandingan, walaupun wasit
tersebut memiliki kemampuan penguasaan peraturan permainan yang baik.
Daya tahan yang baik juga dapat meningkatkan kesegaran jasmani
seorang wasit dan dapat meningkatkan kondisi fisik wasit sehingga dapat
menampilkan kondisi fisik yang dibutuhkan secara prima. Walaupun unsur
kondisi fisik yang lainnya bagus tetapi tidak didukung oleh daya tahan
yang bagus akan sangat mempengaruhi pencapaian prestasi wasit
sepakbola.
Apabila daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola kurang berarti
dalam hal ini kesegaran jasmani wasit menurun sehingga wasit tidak dapat
bertahan cukup lama dalam memimpin pertandingan. Hal ini dapat
mempengaruhi kepemimpinan wasit sepakbola di lapangan pertandingan,
30
seperti kelelahan, kurang bersemangat, sering terjadinya kesalahan-
kesalahan dalam mengambil keputusan dikarenakan jauh dari bola atau
tidak sanggup berlari cepat untuk mengikuti tempo permainan yang
berjalan cepat.
Agar dapat mengatasi terjadinya kegagalan dalam kepemimpinan
seorang wasit di lapangan, harus memiliki daya tahan yang baik seperti
daya tahan aerobik. Oleh sebab itu harus perlu di tingkatkan secara
sistematis agar menjadi lebih baik. Hal senada juga di ungkapkan oleh
Purwanto (mantan wasit FIFA, instruktur Fisik wasit PSSI) pada acara
refresing wasit nasional CI wilayah Sumatra pada tanggal 21-24 Mei 2010
yang bertempat di Bengkulu mengatakan bahwa daya tahan bisa
ditingkatkan dengan program latihan yang terarah dan latihan yang teratur.
Latihan untuk meningkatkan daya tahan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode latihan interval dengan durasi latihan yang lama
seperti lari 45 menit. Para pelatih juga dapat memberikan latihan seperti
latihan lari jarak jauh. Selanjutnya, Syafruddin (1999:52) Tujuan utama
dari latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung
disamping meningkatkan kerja paru-paru dan sistem peredaran darah.
Ketiga fondamen ini merupakan bagian untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan fisik yang lainnya.
Kemampuan daya tahan yang dimiliki oleh wasit sepakbola
Pengcab Kota Padang kurang, maka harus perlu ditingkatkan melalui
latihan yang terprogram secara sistematis.
31
2. Kecepatan
Rata-rata tingkat kecepatan yang dimiliki wasit sepakbola Pengcab
Kota Padang 5,69 detik dikategorikan baik sekali. Agar seorang wasit
sepakbola Pengcab Kota Padang dapat menciptakan kepemimpinan yang
baik dalam suatu pertandingan, maka seorang wasit harus memiliki
kecepatan yang baik sekali.
Menurut Julius Dede (mantan wasit FIFA, pengawas pertandingan
devisi utama, biro wasit Pengprov Sumbar) dalam pembukaan acara
penataran wasit sepakbola tingkat daerah yang bertempat di Kayu Tanam
pada tanggal 10-16 Mei 2010 mengutarakan bahwa Apabila seorang wasit
sepakbola memiliki kecepatan yang baik sekali, maka di dalam memimpin
sebuah pertandingan akan dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Dengan kecepatan yang dimilikinya, seorang wasit akan tetap dekat dari
pada bola, sehingga dapat dengan mudah melihat situasi dan kondisi
permainan yang sedang berlangsung diantara ke dua kesebelasan.
Selanjutnya, seorang wasit akan mudah untuk memimpin
pertandingan dan dapat menguasai jalannya pertandingan. Sebaliknya,
apabila seorang wasit tidak memiliki kecepatan yang baik sekali, maka
dalam suatu pertandingan sepakbola, kepemimpinan seorang wasit akan
sangat terganggu dan kesulitan dalam mengambil sebuah keputusan serta
dapat mengakibatkan kerugian bagi salah satu tim yang bertanding.
Diantaranya disebabkan; karena jauhnya seorang wasit dari pada
bola dalam memimpin pertandingan sering tidak bisa menguasai jalannya
32
pertandingan yang mengakibatkan pengambilan keputusan tidak tepat
dengan peraturan permainan yang sesungguhnya atau salah dalam
mengambil keputusan, kurangnya kerjasama antara wasit dengan asisten
wasit, sering wasit terlambat pada tempat terjadinya pelanggaran, waktu
serangan balik wasit sering terlambat dalam menempatkan posisinya, dan
yang sangat penting yaitu jauhnya wasit dengan bola yang dimainkan.
Kalau ini di biarkan maka penampilan wasit sepakbola Pengcab Kota
Padang akan terganggu dan kepemimpinannya sebagai seorang wasit akan
dinilai buruk serta dapat menjatuhkan citra wasit dalam persepakbolaan.
Kecepatan yang baik sekali akan mampu memperlihatkan
penampilan wasit dengan baik secara maksimal, meskipun kedua
kesebelasan bermain dengan tempo permainan yang cepat. Oleh sebab itu,
unsur kecepatan yang dimiliki oleh wasit Pengcab Kota Padang perlu
dipertahankan yang salah satunya dapat melalui proses latihan yang
disusun berdasarkan program latihan yang sudah terencana dan sistematis
agar menjadi lebih baik.
Berkenaan dengan hal tersebut Suharno (1993: 9) mengemukakan
bahwa “kecepatan wasit dapat tinggi tergantung dari potensi sejak lahir
dan hasil latihan secara teratur, cermat dan tepat”. Di samping itu, para
wasit juga dapat melatih kecepatan dengan berbagai bentuk latihan, seperti
latihan speedplay. Seorang wasit dapat memimpin suatu pertandingan
dengan baik tidak hanya memiliki kecepatan saja, tapi seorang wasit juga
harus mempunyai daya tahan yang baik. Sehingga wasit dapat memimpin
pertandingan dengan baik jauh dari kericuhan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab terdahulu
dapat dikemukakan kesimpulan bahwa:
1. Rata-rata tingkat kecepatan yang dimiliki wasit sepakbola Pengcab Kota
Padang 5,69 detik tergolong kategori baik sekali.
2. Rata-rata tingkat daya tahan yang dimiliki wasit sepakbola Pengcab Kota
Padang 30,49 tergolong kategori kurang.
B. Saran-saran
Berdasarkan pada kesimpulan, maka penulis menyarankan kepada:
1. Pembina perwasitan Pengcab Kota Padang untuk dapat memperhatikan
tingkat kondisi fisik yang dimiliki wasit Pengcab Kota Padang saat
sekarang agar dapat ditingkatkan menjadi lebih baik, Terutama daya tahan.
2. Wasit sepakbola Pengcab Kota Padang untuk dapat mempertahankan
kemampuan kecepatan melalui metode latihan yang sudah ada seperti
speed play,interval running dan meningkatkan kemampuan daya tahan
melalui latihan lari jarak jauh, fartlek, interval training dan jalan jarak
jauh.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Arsil (2000) Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNP
Arikunto, S, (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Asril, Ananto. (2008). Studi Tentang Kondisi Fisik Atlet Sepakbola PS Kerinci
Divisi III. Padang: FIK UNP Padang
Bafirman. (1999). Sport Medicine. Padang: FIK UNP
Bafirman & Agus, Apri. 2008. Buku Ajar Pembentukan Kondisi Fisik. Padang:
Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP
FIFA, (2009). FIFA Fitness Test for Referee and Assistant Referees, Zurich
Harsono. (1996). Prinsip-Prinsip Pelatihan. Jakarta: PIO-KONI Pusat
Internet, (2010), http://www.ehow.com/football-referee.html
_________, (2010), http://www.suryanto.blog.unair.ac.id
_________, (2010), http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com.
Kartono, Kartini (1994). Psikologi sosial untuk manajemen, perusahaan dan
industry. Jakarta. PT.Raja Grapindo Persada
Martha, Alfroki, (2008). Tinjauan Kondisi Fisik Wasit Sepakbola Pengcap
PSSI Kota Padang.Padang; FIK UNP Padang
PSSI, (2008). Peraturan Umum Pertandingan: PSSI
_________, (2008). Peraturan Oraganisasi Tentang Badan Perwasitan
Sepakbola Indonesia: PSSI
_________, (2009). Peraturan Permainan (Laws of the game), Jakarta: Bidang
Sumber Daya PSSI
Suharsono HP. (1983). Ilmu Coaching Umum. FKIK-IKIP Yogyakarta
Suharno.(1993). Metodologi Pelatihan Olahraga. Seri Bahan Penataran Pelatih
Tingkat Muda/ Madya. Jakarta: KONI Pusat. Pusat Pendidikan dan
Penataran.
35
Sutarno. (1991). Dasar-dasar Kepemimpinan administrasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Syafruddin .(1999). Dasar-Dasar Kepelatihan Olahraga. Padang: FIK UNP.
_________. (2005). Pengantar Ilmu Melatih. DIP. Proyek UNP Dasar-dasar
Kepelatihan Olahraga. Padang FIK UNP
Thoha, Miftah. (1996). Kepemimpinan Dalam Suatu Manajemen, Suatu
Pendekatan Perilaku. Jakarta: CV Rajawali
Undang-Undang RI. No. 3. (2005). Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Jakarta. Sinar Grafika
Lampiran 1
Hasil Tes Daya Tahan 20X150 m
No
. NAMA
PENGULANGAN / SERI
Rata
-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
SYAMSUL BAHRI (CIII
PENGCAB)
30.8
6 30.56
30.1
8
30.0
5
30.0
0
30.2
8
30.5
6
30.3
1
29.0
1
30.1
5
30.2
7
30.68
30.32
31.28
31.20
31.20
32.18
30.47
35.09
33.44
30.68
2
WAHYU PERMANA
(CIII PENGCAB)
31.1
6 30.41
30.1
8
30.2
8
29.3
1
30.3
1
28.4
1
31.0
2
31.1
8
32.0
1
31.4
6 31.5
5 31.6
7 31.8
7 31.1
5 31.4
4 32.1
8 32.6
0 31.4
5 31.6
0 31.5
5
3
HUSNUL HADI (CI
NASIONAL)
30.9
8 30.41
30.3
2
30.4
4
30.4
0
30.6
8
30.4
2
30.7
6
30.1
5
30.3
0
30.1
2 30.5
5 33.3
1 32.0
7 31.4
8 31.1
0 31.6
6 32.6
0 31.1
0 31.1
0 30.5
5
4
AHMAD HIDAYAT (CI
NASIONAL)
31.1
9 30.63
30.0
1
30.4
4
31.0
0
32.1
7
31.1
4
30.7
0
30.2
7
30.1
1
30.3
6
31.09
31.60
33.54
31.48
34.01
30.28
32.08
31.10
31.60
31.09
5
DEVIO FERNANDO
(CIII PENGCAB)
31.2
0 30.63
30.3
2
31.1
7
30.1
2
30.6
1
31.3
0
31.6
2
31.1
5
31.7
7
32.0
4
31.56
50.55
31.33
30.41
32.43
31.34
31.40
31.81
32.07
31.56
6
JERTA TRI D (CI
NASIONAL)
30.3
3 30.10
30.3
2
31.4
4
30.0
0
30.4
1
28.4
1
30.3
1
30.4
2
28.3
0
30.1
5 30.1
5 31.7
8 31.3
3 28.3
1 31.0
8 31.7
3 30.1
8 30.4
7 31.1
0 30.1
5
7
NUKI SAPUTRA (CI
NASIONAL)
30.8
6 30.44
30.0
1
30.3
1
29.4
0
30.6
2
30.8
4
30.1
1
30.4
3
31.8
6
30.2
2
30.32
30.79
31.81
31.68
31.79
31.72
30.68
31.48
32.27
30.32
8
ARDO OKI L. (CIII
PENGCAB)
31.1
0 30.44
30.8
1
30.3
1
30.4
5
30.4
4
27.3
0
31.0
1
30.4
3
29.7
2
30.5
6
30.82
31.89
32.41
31.20
33.11
31.29
31.30
35.01
32.66
30.82
9 EVAN (CI NASIONAL)
28.4
8 30.44
27.8
1
30.3
1
29.0
0
30.7
1
27.3
0
28.1
9
27.4
1
28.3
0
27.1
1 27.0
9 28.8
1 28.7
6 28.5
5 30.3
1 30.4
1 30.5
7 30.0
5 27.2
0 27.0
9
10
DEDI AIDIL (CI
NASIONAL)
30.2
0 30.00
30.8
1
30.7
0
30.8
1
30.4
1
30.4
4
30.8
4
28.1
9
30.3
4
31.8
2
30.41
30.32
28.81
30.19
30.41
30.00
29.41
30.76
30.05
30.41
11
ANGGA R (CI
NASIONAL)
28.9
7 29.31
27.8
1
30.7
0
29.0
0
29.1
1
27.3
0
28.1
9
27.4
1
29.7
2
27.1
1
29.66
29.52
28.76
28.20
30.11
30.35
28.57
30.81
27.11
29.66
12
EDO HERNIO (CIII
PENGCAB)
32.9
3 30.44
27.8
1
30.2
1
30.4
1
30.7
1
30.8
4
31.0
0
31.8
6
30.9
3
32.1
4 31.1
1 33.1
6 34.3
0 31.1
0 33.7
6 31.1
1 31.3
9 31.7
0 32.0
1 32.6
6
13 FADLI (CIII PENGCAB)
31.0
1 30.33
30.7
6
30.0
1
29.4
1
31.4
5
30.8
1
30.0
1
30.1
7
31.2
8
32.2
8
30.77
31.09
31.61
31.29
31.29
31.24
31.48
32.24
31.72
30.10
14
FOBI GUNTALA (CIII
PENGCAB)
31.2
1 30.11
30.8
0
30.8
0
30.2
8
30.0
0
30.8
1
31.8
1
31.2
7
32.1
7
34.0
5
34.1
7
31.0
5
31.1
1
31.0
0
31.7
1
30.2
6
31.0
7
31.1
8
31.0
7
29.4
0
15 YULVI (CIII PENGCAB)
30.9
6 30.81
30.8
0
30.3
4.
30.2
8
30.0
0
29.7
7
30.0
1
29.7
7
30.1
7
31.7
0 34.1
7 30.7
7 31.0
5 30.6
1 32.1
3 31.7
1 31.4
6 33.1
1 31.0
7 31.4
0
16
ASPRIANTON (CI
NASIONAL)
31.0
2
30.11
1
30.7
6
30.1
8
30.2
8
30.0
0
31.8
1
30.0
1
29.7
7
31.2
7
30.4
5
31.19
31.45
31.77
31.05
30.61
30.29
32.09
31.28
31.28
31.15
17
RIHUL MUNANDAR (CI
NASIONAL)
30.2
5 30.11
29.1
1
30.0
0
28.8
1
27.4
1
30.0
0
31.8
1
28.3
2
30.0
0
31.1
9
30.45
29.44
30.51
30.43
29.72
31.24
29.26
31.28
31.37
31.15
18
IKE KURNIAWAN (CI
NASIONAL)
29.6
8 30.81
29.0
0
30.0
0
27.7
4
29.7
0
31.1
7
30.1
1
32.1
1
31.7
0
27.4
5 28.5
3 29.3
0 29.5
9 30.2
4 28.0
9 29.4
6 30.2
8 30.2
8 30.1
1 27.0
0
19
JAYATMI FUJILA (CI
NASIONAL)
29.5
3 30.11
30.0
1
30.4
6
29.4
1
30.7
1
30.1
1
29.7
1
28.7
0
29.1
4
28.1
9
29.63
29.00
27.41
30.00
30.02
30.47
30.01
29.00
29.06
29.52
36
37
20
HENDRIK (CIII
PENGCAB)
31.6
5 30.43
30.8
4
30.2
0
30.8
4
31.0
4
30.3
6
34.1
9
32.4
3
33.1
4
31.4
7
30.4
9
32.0
2
32.8
1
33.4
5
31.7
0
31.3
9
32.1
1
31.4
6
31.4
4
32.4
3
21 ILVINO (CI NASIONAL)
30.8
9 30.82
30.0
1
30.4
6
29.4
1
30.4
4
30.3
6
30.7
2
30.1
1
31.7
8
30.1
9 31.3
1 30.4
4 30.7
8 31.0
4 32.1
9 31.4
7 31.2
8 33.2
0 30.0
4 31.2
9
22
EDO WIRADANA
(FIFA)
29.6
3 30.82
30.4
1
30.4
6
29.4
1
30.1
8
30.1
4
29.7
2
28.7
0
29.1
4
28.1
9
29.11
29.63
30.14
30.00
29.74
28.83
30.02
29.47
29.06
28.81
23
ARPRISMAN ARANDA
(C1 NASIONAL)
29.7
7 29.30
30.1
5
30.1
8
30.8
1
30.8
6
30.1
7
30.6
1
30.1
1
30.5
6
29.3
3
29.63
29.00
30.00
28.47
28.83
29.39
30.14
29.00
28.42
29.52
24
RAHMAD HIDAYAT
(CIII PENGCAB)
30.9
2 30.11
30.2
6
30.6
3
30.5
6
30.7
1
31.1
8
30.0
9
30.4
5
31.0
2
32.6
7 31.4
1 31.1
1 31.7
6 30.3
9 30.2
9 31.2
0 31.6
6 31.0
1 31.5
5 30.3
7
25
M ARNANDO (CI
NASIONAL)
29.8
1 29.00
27.4
1
30.2
6
28.1
1
30.4
3
27.1
1
30.4
1
27.6
7
29.0
0
28.7
9
29.33
28.09
30.66
29.46
28.77
30.86
31.70
33.04
32.76
32.76
26
AGUNG (CI
NASIONAL)
29.3
9 29.30
27.4
1
30.2
6
28.1
1
30.1
1
30.6
0
30.3
0
27.0
0
28.1
7
30.1
9
29.33
29.49
30.79
30.15
28.77
29.70
29.81
30.81
30.00
27.58
27
PRIADI LISKA (CI
NASIONAL)
29.8
6 30.17
30.3
5
30.2
6
29.0
0
30.1
1
27.1
1
30.3
0
30.4
1
29.0
0
30.1
9 30.7
2 29.4
9 30.6
6 30.1
5 30.1
8 30.7
3 30.6
6 30.0
0 30.1
3 27.5
7
28
ANDREAS (CI
NASIONAL)
31.5
4 29.18
30.3
5
30.7
1
28.1
1
30.4
3
30.6
0
31.0
0
30.4
1
31.1
7
31.8
4
32.07
33.14
32.42
31.05
31.87
32.19
34.56
31.18
31.04
34.50
29
RAJA ZOMI C. (CIII
PENGCAB)
29.2
0 30.35
30.0
0
30.2
6
30.1
9
30.4
3
27.1
1
31.0
0
27.6
7
28.1
7
30.1
9
29.33
28.09
28.28
29.70
28.00
29.70
28.00
28.76
29.35
26.73
30
YULISMAN (CII
PENGPROV)
30.0
0 30.35
30.1
7
30.7
1
30.1
9
30.8
8
30.6
0
30.0
0
30.4
1
30.0
0
30.1
9 30.7
2 30.8
1 29.6
6 29.4
7 29.1
8 28.8
6 29.6
6 28.8
1 30.8
1 30.1
1
37
38
Lampiran 2
Hasil tes lari 6 x 40 meter
NO.
NAMA
Rata-rata
PENGULANGAN / SERI
1 2 3 4 5 6
1. SYAMSUL BAHRI (CIII PENGCAB)
5.61 5.40 5.41 5.72 5.62 5.72 5.79
2. WAHYU PERMANA (CIII PENGCAB)
5.56 5.69 5.28 5.50 5.29 5.72 5.89
3. HUSNUL HADI (CI NASIONAL)
5.99 5.53 6.25 6.01 6.00 6.28 5.87
4. AHMAD HIDAYAT (CIII PENGCAB)
5.70 5.62 5.66 5.47 5.85 5.84 5.79
5. DEVIO FERNANDO (CIII PENGCAB)
5.87 5.72 6.02 6.00 6.00 5.60 5.91
6. JERTA TRI DIWANTO (CI NASIONAL)
5.44 5.44 5.59 5.47 5.56 5.59 5.03
7. NUKI SAPUTRA (CI NASIONAL)
5.76 5.22 6.00 6.04 5.68 5.59 6.03
8. ARDO OKI L. (CIII PENGCAB)
5.42 5.47 5.46 5.22 5.44 5.50 5.40
9. EVAN (CI NASIONAL)
5.50 5.44 5.91 5.34 5.50 5.34 5.45
10. DEDI AIDIL (CI NASIONAL)
5.94 5.88 6.21 5.57 6.06 5.92 5.77
11. ANGGA RAHMADIAN (CI NASIONAL)
5.65 5.66 5.54 5.53 5.58 5.64 5.96
12. EDO HERNIO (CIII PENGCAB)
6.25 6.13 6.21 5.58 6.67 6.12 6.52
13. FADLI (CIII PENGCAB)
5.59 5.07 5.44 5.86 5.40 5.62 6.14
14. FOBI GUNTALA (CIII PENGCAB)
6.17 5.92 6.53 5.97 6.30 6.00 6.32
15. YULVI (CIII PENGCAB)
6.29 5.96 6.24 5.47 6.47 6.40 7.20
16. ASPRIANTON (CI NASIONAL)
6.18 5.78 6.06 6.20 6.06 6.50 6.47
17. RIHUL MUNANDAR (CI NASIONAL)
5.54 5.79 5.18 5.68 5.98 5.47 5.18
18. IKE KURNIAWAN (CI NASIONAL)
5.35 4.32 5.86 5.49 5.61 5.55 5.25
19. JAYATMI FUJILA (CI NASIONAL)
5.75 5.58 6.69 5.73 5.62 5.36 5.76
20. HENDRIK (CIII PENGCAB)
5.85 6.03 6.56 5.84 5.48 5.65 5.59
21. ILVINO
(CI NASIONAL)
5.58 5.31 5.83 6.70 5.32 5.08 5.28
22. EDO WIRADANA (FIFA)
5.45 4.80 5.90 6.80 5.21 4.87 5.10
23. APRISMAN ARANDA (CI NASIONAL)
5.35 5.16 5.66 4.96 5.48 5.47 5.36
24. RAHMAT HIDAYAT
(CIII PENGCAB)
5.79 5.55 5.40 5.90 5.97 5.90 6.02
25. M ARNANDO (CI NASIONAL)
5.48 5.69 5.31 5.82 5.40 5.60 5.06
39
NO.
NAMA
Rata-rata
PENGULANGAN / SERI
1 2 3 4 5 6
26. AGUNG (CI NASIONAL)
5.53 5.56 6.09 5.28 5.11 5.60 5.35
27. PRIADI LISKA (CI NASIONAL)
5.74 6.25 5.42 6.36 5.58 5.68 5.15
28. ANDREAS (CI NASIONAL)
5.77 5.92 5.79 5.54 6.06 5.79 5.52
29. RAJA ZOMI C. (CIII PENGCAB)
5.28 5.14 5.19 5.46 5.11 5.50 5.25
30. YULISMAN (CII PENGPROV)
5.60 5.35 5.55 5.47 5.18 6.00 6.05
40
Lampiran 3
DOKUMENTASI
1. Foto bersama
2. Tes kecepatan
41
3. Tes daya tahan
42
43
44