Post on 23-May-2018
Chapter 1
Tiga Pendahuluan
Chapter 1
Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi
"Ada yang ingin ditanyakan?"
Sungguh saya selalu ingin memulai dengan kalimat itu di
suatu pelatihan komunikasi lisan dan tulisan.
Saya geregetan sekali ingin mengucapkan kalimat itu.
Karena, sejak kedatangan saya di ruang pelatihan, saya
merasa tidak seorang pun yang kurang suatu apa. Ya, tidak
seorang pun tidak bisa melakukan apa yang disebut
dengan komunikasi.
Semuanya bisa berbicara. Tidak kurang suatu apa di bibir
dan mulutnya. Tampak tidak ada kesulitan, karena mereka
berbincang-bincang satu sama lain. Itu yang terlihat di
mata saya, maka sungguh saya ingin bertanya, "Ada yang
ingin ditanyakan?"
Di saat yang nyaris bersamaan, saya mengamati bahwa
mereka tampak terpelajar. Ya. Tidak. Ya, mereka tampak
terpelajar. Tidak, mereka benar-benar terpelajar.
Mereka bisa membaca tulis, tentu saja. Seorang yang
terpelajar tentu saja bisa membaca tulis. Dan karena itu,
saya pun ingin bertanya dengan pertanyaan yang sama,
"Ada yang ingin ditanyakan?"
Chapter 1
Apa yang menghadirkan mereka ke ruangan ini? Apakah
benar ini semua hanya masalah nyali dan keberanian?
Atau adakah alasan yang lain? Saya hanya berharap,
memang ada yang ingin mereka ketahui, secara teknis
atau secara detail. Karena itu, pertanyaan saya adalah,
"Ada yang ingin ditanyakan?"
Kembali ke inti acara. Kembali ke kenapa saya diundang
dan hadir di sini.
Pertama, harus kita sadarkan dulu diri kita bahwa
komunikasi adalah kemampuan dasar yang penting.
Karena, tanpa komunikasi yang mumpuni, ide kreatif anda
tidak akan sampai pada orang lain. Orang lain jadi tidak
memahami anda dan tidak tergerak karena anda. Bukan
masalah siapa yang punya ide pertama kali, tetapi yang
penting adalah siapa yang menyampaikan ide tersebut.
Karena penyampai ide belum tentu pemilik ide. Sebaiknya,
pemilik ide berperan sekaligus sebagai penyampai ide.
Kedua, komunikasi adalah skill. Komunikasi adalah
keterampilan. Jadi bukan sesuatu yang tinggal dibaca dari
buku, atau tinggal mendengarkan seorang dosen/guru
bercerita di depan kelas. Komunikasi adalah keterampilan
yang harus terus-menerus dilakukan (baca: dilatih).
Chapter 1
Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri.
Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan.
Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu
karya seni. Dan yang terpenting adalah, seni bagaimana
menuliskan ide itu yang penting. Karena seberapa dalam
ide akan ditangkap oleh pembacanya, bergantung pada
seberapa baik "cita-rasa" yang disajikan di dalam tulisan
tersebut. Mulai dari pilihan kosakata, susunan kalimat,
keterlibatan pembaca, “nuansa yang disuguhkan” dan lain
sebagainya.
Komunikasi lisan yang baik, adalah komunikasi lisan yang
sederhana. Sederhana dalam kalimat, tidak seperti kalimat
majemuk. Sederhana pula dalam penyampaiannya.
Sehingga orang mudah memahami. Seperti sederhananya
kalimat Steve Jobs ketika launching produk-produk Apple
Inc. Tapi tetap saja, yang penting adalah bagaimana ide
tersebut sampai di benak audiens.
Kedua komunikasi itu adalah keterampilan yang terletak
di otot-otot jari dan mulut kita. Sekaligus bahasa tubuh
kita. Tidak bisa diajarkan dengan cara kuno: guru bicara
dan murid mendengarkan. Tidak. Tidak. Tidak seperti itu.
Keterampilan ini adanya di otot-otot kita. Bukan di otak
Chapter 1
kita. Makanya, kuncinya hanya tiga: latihan, latihan dan
latihan.
Karena itu, bentuk yang tepat dari pelatihan komunikasi
adalah workshop. Bukan seminar. Itu pun
workshop dengan kuantitas minimal 5 kali. Setelah itu,
juga harus diikuti dengan penampilan dan latihan yang
konsisten. Jadi, pelatihan komunikasi ini, hanyalah sebuah
awal.
Nah, kira-kira demikian pengantar dari saya sebelum kita
memasuki materi. Nah, ada yang ingin ditanyakan?
Chapter 1
Mengapa Saya Menulis Buku Ini
Tidak semua orang merasakan kegagalan. Ada yang
merasakan pahitnya kegagalan, tapi ada juga yang
langsung mereguk manisnya keberhasilan. Tidak pernah
ada orang yang gagal di sepanjang hidupnya, sebagaimana
tidak pernah ada orang yang selalu berhasil seumur
hidupnya.
Kebetulan saya adalah salah seorang yang pernah
merasakan pahitnya kegagalan. Kegagalan menyampaikan
ide saya di depan banyak orang. Kegagalan yang begitu
cepat terjadi, hingga saya sendiri seakan-akan tidak bisa
mengantisipasinya. Dan dalam buku ini, bagi mata yang
jeli, anda mungkin akan menemukan kegagalan tersebut.
Sebab, saya memang menuliskannya di dalam buku ini.
Hehehe :D Maaf ya, main rahasia-rahasiaan soal kegagalan
^_^
Tapi bukan kegagalan itu yang ingin saya bagi di sini. Tapi
justru semangat bangkit dari kegagalan itu sendiri.
Sebagaimana tidak pernah ada yang selalu berhasil, maka
tidak pernah ada kegagalan yang terulang. Manusia bukan
keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama, dua kali.
Manusia mampu belajar dari kegagalan dan bangkit
Chapter 1
memperbaikinya. Dan semangat itu yang ingin saya bagi
kepada anda semua!
Itu yang pertama. Inspirasi. Inspirasi adalah kata
kuncinya. Berbagai inspirasi sesungguhnya tersebar
begitu membludak di sekitar kita. Tapi kadang-kala
kesibukan manusia menghalangi mereka untuk mendapat
inspirasi. Melalui buku ini, saya hanya ingin mempertegas
inspirasi itu sendiri. Karena inspirasi, adalah sesuatu yang
ingin saya bagi melalui buku ini. Inspirasi adalah alasan
pertama saya menulis buku ini.
Alasan kedua. Setiap orang bisa belajar. Bahkan
pintar/mampu belajar sendiri (otodidak). Tapi, seringkali
proses belajar otodidak itu membutuhkan waktu yang
panjang dan usaha yang keras. Adanya guru, akan
membantu kita untuk belajar lebih banyak, lebih cepat dan
lebih mudah. Dan sebagaimana setiap orang harus belajar,
maka sebaiknya setiap orang juga harus mengajarkan
ilmunya kepada orang lain.
Persoalannya datang ketika tidak setiap orang mampu dan
mau mengajar. Ada yang mau tetapi tidak mempunyai
banyak waktu untuk mengajar. Ada yang memahami
ilmunya dengan baik, tetapi tidak mampu mengajarkan
Chapter 1
kepada orang lain, hingga lain memiliki kemampuan yang
sama. Dan berbagai alasan lainnya.
Buku ini saya tulis, untuk melengkapi pengajaran public
speaking. Karena, intensitas dan lama pertemuan dengan
pengajar akan selalu terbatas. Betul tidak? Tapi, di luar
pertemuan itu, anda sebaiknya terus-menerus belajar
kan? Sayangnya, adakalanya guru tidak selalu bisa
mendampingi anda belajar. Maka dari itu, buku ini akan
menjadi sarana pelengkap bagi anda untuk dapat
mempelajari ilmu public speaking. Ini alasan kedua.
Yang ketiga. Saya kira, setiap orang yang berusaha, harus
berusaha keras hingga mencapai batas, kan? Ini untuk
meraih target maksimal yang bisa dia capai. Karena, pada
prinsipnya, usaha yang setengah-setengah tidak akan
memberikan hasil yang maksimal. Lagipula, kita tidak
akan pernah tahu batas hasil yang mampu kita capai, bila
kita hanya setengah-setengah saja dalam berusaha. Betul,
tidak?
Saya suka sekali menulis. Menulis tentang apa pun, karena
menulis adalah bagian dari berekspresi. Tulisan saya
adalah ekspresi diri saya. Tulisan saya adalah gambaran
siapa saya. Tulisan saya adalah cermin siapa saya. Di
samping, menulis adalah sarana berkomunikasi,
Chapter 1
menyampaikan gagasan kepada orang lain. Menulis
tentang apa-apa yang sedang saya pikirkan/renungkan,
menulis puisi, sampai menulis tentang sesuatu yang
ilmiah. Dan saya merasa, saya belum berusaha maksimal
dalam menulis, ketika saya belum menyatukan tulisan-
tulisan saya menjadi sebuah buku
Sejak januari 2011 lalu, saya mulai menulis tentang public
speaking. Kebetulan saya membuat blog khusus mengenai
public speaking ini. Boleh dicek di
http://amazingpublicspeaking.wordpress.com. Beberapa
tulisan lain tentang public speaking juga ada di dalam blog
pribadi saya, http://ikhwanalim.wordpress.com. Buku ini
adalah penyempurnaan dari tulisan-tulisan tersebut yang
disatukan. Semua ide tulisan, datang dari pengalaman saya
sendiri, yang berhasil dan gagal, maupun dari kegagalan
dan keberhasilan orang lain. Dan di dalam buku ini, anda
akan menemukan beberapa tips dari public speaker yang
sukses.
Chapter 1
Sebelum, Saat dan Setelah
Public Speaking adalah suatu pembelajaran sepanjang
hayat. Barack Obama tidak belajar public speaking di
tahun 2008, ketika beliau akan mencalonkan diri sebagai
Presiden AS. Tidak, tidak. Beliau sudah melakukan public
speaking jauh sebelumnya. Sejak memberikan ceramah di
berbagai tempat di daerah tempat tinggalnya dahulu.
Iya, pada dasarnya kemampuan ini tidak datang begitu
saja sejak lahir. Kemampuan ini adalah akumulasi
pembelajaran seumur hidup, kemampuan ini datang dari
latihan. Baik terhadap public speaking yang pernah
dilakukan oleh diri sendiri, maupun ketika melihat orang
lain melakukan public speaking. Pembelajarannya bisa
didapat dari contoh-contoh baik dan buruk yang pernah
dilakukan oleh diri sendiri, maupun oleh orang lain.
Oleh karena itu, yang paling menjadi dasar untuk belajar
public speaking adalah motivasi belajar itu sendiri.
Motivasi belajar sering kali muncul dan bertahan lama,
ketika kita sangat memahami seberapa pentingnya dan
seberapa mendesaknya suatu ilmu untuk kita miliki
bukan? Nah di bagian pertama buku ini, saya akan
memaparkan beberapa alasan penting mengapa public
Chapter 1
speaking itu penting. Bagian pertama itu adalah :
“Motivasi Diri Anda untuk Public Speaking”
Bagian pertama baru memunculkan motivasi terdalam diri
anda untuk belajar public speaking. Motivasi ini penting
untuk menjadi dasar kuat yang bisa bertahan dalam waktu
yang panjang untuk terus-menerus belajar public
speaking. Tapi itu baru di tataran mental saja. Untuk detail
pelajarannya, sebagian besar saya jabarkan dalam bagian
kedua, “Belajar public speaking”. Dalam bagian ini,
teknik-teknik belajar public speaking yang baik, saya
paparkan secara lengkap. Tentu saja, ini adalah persiapan
kita sebelum “naik panggung” yang sebenarnya.
Saya memberikan tanda kutip pada kata “panggung”,
karena sesungguhnya “panggung” setiap public speaker
adalah berbeda-beda. Penyiar radio tidak pakai panggung
kan, tapi dia diberikan ruang waktu untuk melakukan
siaran. Panggung bagi corporate sales adalah ketika
bertemu dengan calon klien. Di sanalah panggung yang
sebenarnya bagi dia, ketika dia harus menawarkan produk
dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak panggung yang
lain bagi jenis public speaker yang lain kan?
Nah, katakanlah anda sudah mempunyai mental yang kuat
dan menguasai teknik-teknik public speaking. Pada fase
Chapter 1
yang berikutnya, yakni ketika public speaking itu akan
dilangsungkan, sebenarnya ada tiga tahap yang menyusun
rangkaian aktivitas public speaking itu sendiri. Yang
pertama adalah “Sebelum naik panggung”. Bagian ketiga
ini yang mempertebal kepercayaan diri anda sebelum
anda naik ke “panggung public speaking”.
Bagian keempat, “Ketika berada di panggung” berisi
tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh public
speaker. Bahwa panggung adalah miliknya, itu jelas.
Bahwa dia bisa public speaking dengan bermacam-macam
cara, itu jelas. Itu adalah hak public speaker. Dan berbagai
teknik lainnya dibahas dalam bagian ini. Bagian “Setelah
turun panggung” adalah bagian kelima, dimana bagian
ini mengilustrasikan bagaimana seorang public speaker
harus bersikap professional, agar order public speaking
terus-menerus datang kepadanya. Serta etika-etika
seorang public speaker professional.
Kita tidak boleh memandang public speaking secara
sempit. Seakan-akan hanya MC (master of ceremony) yang
membutuhkan kemampuan ini. Padahal, sesungguhnya
banyak profesi mengandalkan kemampuan ini. Bahkan,
banyak karir bergantung pada kemampuan ini. Bagian
keenam, membahas beragam profesi yang terkait public
Chapter 1
speaking: “Profesi yang butuh kemampuan public
speaking”
Bagian terakhir mencoba menjelaskan lembaga
pendidikan public speaking yang kami dirikan: “Tentang
Amazing Public Speaking School”
Chapter 1
Daftar Isi
Tiga Pendahuluan
Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi .……………..chapter 1
Mengapa Saya Menulis Buku Ini……………………….. chapter 1
Sebelum, Saat dan Setelah …………………………..........chapter 1
Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!
Public Speaking itu makhluk apa? ……………………..chapter 2
Mengapa harus Public Speaking? ………………….…..chapter 2
PS meningkatkan nilai tambah diri anda ………..….chapter 2
Kaya dari Public Speaking ………………………………...chapter 2
Jembatan itu bernama: Public Speaking ……………chapter 2
Belajar public speaking
Ibarat Belajar Renang ……………………………………….chapter 3
Tidak Harus Menjadi Orang Lain ……………………….chapter 3
Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf ………...chapter 3
Optimalkan Metode Mind-Mapping …………………..chapter 3
Langkah Ber-Mind Mapping ……………………………...chapter 3
Big Picture - Details - Big Picture ………………………chapter 3
Sebelum naik panggung
Kita juga perlu rasa takut,koq ………………………...…chapter 4
Chapter 1
Jangan Terburu-Buru ……………………………………….chapter 4
Bahan Baku Public Speaking ……………………………..chapter 4
Grogi itu Punya Siapa? ……………………………………...chapter 4
Ketika berada di panggung
Menjadi Entertainer di Panggung Presentasi ……..chapter 5
FOR dan FOE, Panduan Memahami Audiens ………chapter 5
Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi! …..chapter 5
Outfit yang Pas untuk Presentasi ………………………chapter 5
Aslinya Foto untuk Presentasi …………………………..chapter 5
So, The Stage is Yours ……………………………………….chapter 5
Lima Langkah Memperbaiki Presentasi …………….chapter 5
Setelah turun panggung
Menjadi Public Speaker Profesional …………………..chapter 6
Profesi yang butuh kemampuan public speaking
Moderator yang Simple dan Smoothly ………………..chapter 7
Menjadi Resepsionis Andal ……………………………….chapter 7
Ramahnya Penyiar Radio ………………………………….chapter 7
MC Pernikahan yang Pandai Menyambut Tamu …chapter 7
Memperkenalkan Produk Baru………………………… chapter 7
Komentator Sepak Bola yang Informatif ……………chapter 7
Chapter 1
Guru yang Bisa Menjelaskan ……………………………..chapter 7
Memenangkan Kontes Debat …………………………….chapter 7
Sumber-Sumber Inspirasi
Tentang Amazing Public Speaking School
Chapter 1
Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!
Chapter 1
Public Speaking itu makhluk apa?
Berbagai pidato telah mengubah dunia. Salah satu di
antaranya adalah di kampanye Barrack Obama “Yes, we
can!” Pidato-pidato Obama di berbagai kampanye di
pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) telah
mengubah persepsi warga AS kebanyakan bahwa mereka
bisa (can) mengubah (change) dan memperbaiki kondisi
perekonomian Negara mereka, yang krisis sejak 2008. Dan
pidato Obama, adalah salah satu bentuk public speaking.
…
Pidato “The Change is Within Reach”
…
Change is a health care plan that
guarantees insurance to every American
who wants it; that brings down premiums
for every family who needs it; that stops
insurance companies from discriminating
and denying coverage to those who need it
most.
…
Change is giving every child a world-class
education by recruiting an army of new
Chapter 1
teachers with better pay and more support;
by promising four years of tuition to any
American willing to serve their community
and their country; by realizing that the best
education starts with parents who turn off
the TV, and take away the video games, and
read to our children once in a while.
…
That is what change is.
That is the choice in this election.
…
Public speaking sesungguhnya hanyalah satu di antara
sekian banyak bentuk komunikasi. Komunikasi, bisa
diartikan sebagai proses menghantarkan
ide/ilmu/gagasan kepada orang lain. Pelaku komunikasi
disebut komunikator, yang menghantarkan
ide/ilmu/gagasan, dan pihak yang menerima
ide/ilmu/gagasan tersebut, disebut komunikan. Berbagai
bentuk komunikasi lainnya dapat dilakukan dalam bentuk
tulisan, pembicaraan empat mata, situs jejaring sosial,
surat elektronik (electronic mail, e-mail), komunikasi jarak
jauh (televisi, telepon), dan lain sebagainya.
Chapter 1
Public speaking dilakukan sebagai salah satu cara
berkomunikasi di berbagai bidang: bisnis, pendidikan,
politik, dan seterusnya. Fungsinya juga bermacam-macam:
customer service (pelayanan pada konsumen), speech
(pidato), presentasi penjualan, technical presentation,
menjadi presenter/master of ceremony (MC), presentasi
rencana bisnis, negosisasi politik, negosiasi bisnis,
termasuk bagaimana dosen/guru mengajar di depan kelas.
Masih ingat bagaimana produk-produk Apple Inc
diperkenalkan ke public? Steve Jobs, CEO (chief executive
officer, di Indonesia disebut sebagai direktur utama) Apple
Inc memperkenalkannya sendiri ke khalayak ramai. Beliau
menggunakan auditorium, membuat panggung di
dalamnya, mengundang banyak hadirin, termasuk di
antaranya wartawan, dan memperkenalkan produknya
seorang diri. Benar-benar seperti seorang salesman. Dan
apa yang dilakukan oleh Steve Jobs, juga termasuk public
speaking. Saya kagum dengan beliau dan selalu
menyebutkan beliau sebagai contoh, salah seorang public
speaker yang sukses.
Beberapa orang merasakan, bahwa public speaking adalah
sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka,
bingung ketika berada di depan mikrofon. Mereka
Chapter 1
gemetar berada di depan hadirin. Katanya, lutut terasa
bergetar ketika berada di depan banyak orang. Padahal,
mereka belum bicara apa-apa. Sedang di sisi lain, hadirin
sedang menanti apa yang ingin mereka sampaikan.
Katanya, untuk dapat menjadi pembicara sukses, caranya
cuma tiga. Hanya ada tiga langkah sederhana. Katanya.
Pertama, yakinkan diri anda bahwa anda bisa. Tanpa
keyakinan, anda bukan apa-apa sebelum maju ke
panggung, dan tetap tidak menjadi apa-apa setelah turun
dari panggung. Anda harus yakin dan meyakinkan hadirin
di hadapan anda.
Kedua, persiapan anda harus matang. Persiapan yang
tidak matang akan mengarahkan anda pada
ketidakyakinan anda pada materi yang anda sampaikan.
Anda akan bertanya-tanya, benar ga siy yang saya
sampaikan ini? Saya merasa orang di depan saya ini, tahu
bahwa saya tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan.
Dan seterusnya, dan seterusnya. Persiapan yang tidak
matang, hanya akan mengarahkan anda pada penyesalan.
Terakhir, lakukan latihan terus-menerus sebelum
anda melakukan public speaking. Karena, jam terbang
anda akan sangat menentukan kesuksesan anda di
panggung. Berlatihlah di hadapan rekan-rekan anda. Minta
Chapter 1
koreksi dari mereka, sebagaimana anda akan mampu
merasakan, bagian mana yang kurang dan bagian mana
yang berlebihan. Berlatihlah terus-menerus, dan lakukan
public speaking terus-menerus. Itu akan menyempurnakan
kemampuan anda.
Chapter 1
Mengapa harus Public Speaking?
Public speaking adalah salah satu metode dalam
menyampaikan ide/ilmu/gagasan kepada orang lain,
hingga mereka/dia melakukan sesuatu hal atau terjadi
perubahan dalam diri mereka/dia. Metode komunikasi ini
hanyalah salah satu di antara berbagai metode lainnya.
Dan seperti berbagai pilihan lainnya, anda cukup memilih
satu saja. Dan mengapa harus public speaking? Berikut ini
adalah gagasan kami, mengapa anda harus memilih
metode ini untuk menyampaikan pendapat anda.
Ide. Ini adalah alasan yang pertama. Setiap orang punya
ide. Ide ada dalam kegiatan manusia. Ide mengalir dalam
kegiatan manusia. Manusia berjalan dan bertindak. Ada
ide disana. Manusia melihat dan mendengar. Ada ide juga.
Manusia membaca dan bercerita. Masih ada ide disana.
Pendeknya, semua kegiatan manusia akan memberi
inspirasi dan menghadirkan ide. Dan ide yang masuk, akan
dialirkan pula kepada orang lain. Melalui kegiatan yang
sama seperti bagaimana ide itu datang. Menulis, berbicara,
bertindak, dan lain sebagainya. Setiap orang punya ide,
dan mereka ingin berbagi tentang ide mereka.
Chapter 1
Komunikan. Ini yang menjadi alasan kedua. Dua pelaku
dalam komunikasi adalah komunikator dan komunikan.
Komunikator punya ide, dan ingin idenya sampai
kepada komunikan. Komunikan pun beragam jumlah
dan macamnya. Komunikan bisa saja seorang diri, bisa
pula hadir belasan orang di hadapan komunikator. Bisa
juga seperti siswa di ruang kelas : 30-40 orang. Lebih luas
lagi, komunikan bisa berjumlah ribuan orang.
Macam komunikan juga beragam. Beragam dari
pengalamannya (FOE, frame of experience) dan beragam
dari pengetahuan yang mereka dapat (FOR, frame of
reference). Komunikan ada yang biasa mengerjakan
teknis-teknis di lapangan, ada juga yang sangat biasa
merumuskan teori-teori di dalam ruang kelas dan ruang
akademisi lainnya, bahkan ada komunikan yang sehari-
hari berkutat dalam tataran filosofis. Pekerjaan mereka
hanya berfilosofi dari hari ke hari. Pengalaman
membentuk FOE, dan FOE telah membentuk para
komunikan.
Komunikan memiliki bermacam referensi yang berbeda.
Keluarga pernah bercerita kepada mereka. Teman sebagai
tempat berbagi. Lingkungan pendidikan mengajak mereka
berdiskusi. Lingkungan pergaulan juga menjadi referensi
Chapter 1
bagi mereka. Berbagai referensi yang dimiliki, telah
membentuk para komunikan. FOR membentuk
komunikan.
Ada kalanya komunikan dengan terus terang menyatakan
ingin terlibat dalam komunikasi. Semua terbaca dari
tingkah laku. Eksplisit melalui lisan, atau implisit melalui
tindak-tanduk. Antusias mendengarkan, bersikap ingin
tahu. Ada juga yang diam-diam tidak peduli. Mereka ingin
lebih diperhatikan, oleh para komunikator, baru mereka
terlibat lebih dalam kegiatan berkomunikasi. Semuanya
adalah komunikan, dan komunikan yang berbeda-beda
karakternya, harus diperlakukan secara berbeda oleh
komunikator.
Efisiensi. Faktor ketiga dalam memilih bentuk
komunikasi adalah tingkat kesederhanaan bentuk
komunikasi itu sendiri. Seiring dengan banyaknya
komunikan kita dan jarak (distance) yang harus ditempuh
untuk menyampaikan gagasan, sementara di sisi lain
begitu terbatasnya waktu dan begitu mahalnya upaya
untuk melakukan komunikasi, berbagai alternatif
kemudian muncul. Banyak komunikan harus mendengar,
dan kemudian melakukan. Tentu berat sekali apabila
komunikator harus menemui komunikan satu demi satu
Chapter 1
supaya tiap-tiap orang melakukan perubahan. Dan
melakukan ini, berarti menempuh akumulasi jarak yang
luar biasa jauh, dan waktu yang luar biasa banyak untuk
menghampiri tiap komunikator.
Padahal, hanya ada sedikit jeda di antara
mengkomunikasikan ide dengan saat dimana
perubahan/tindakan itu dibutuhkan. Di sini, begitu
terbatasnya waktu untuk berkomunikasi. Biaya tinggi
komunikasi akan muncul manakala setiap komunikan
harus ditemui satu demi satu. Manakala semua kegiatan
komunikasi begitu memboroskan waktu. Tapi, masih
adakah bentuk komunikasi yang dapat menyederhanakan,
memudahkan dan menyelesaikan berbagai masalah itu
semua?
Dan public speaking adalah satu jawaban. Public
speaking memudahkan ide/gagasan/ilmu yang sudah ada
untuk ditransfer kepada komunikan. Public speaking dapat
menjawab berbagai problem yang muncul terkait
komunikan: berapa dan seperti apa komunikan. Terutama,
bagaimana public speaking dapat menjadi solusi bagi anda
dalam menyampaikan ide kepada sejumlah orang dengan
cara yang efektif dan efisien. Public speaking
menyederhanakan pemborosan waktu, tenaga, jarak dan
Chapter 1
biaya komunikasi hanya dalam satu kali komunikasi saja.
Betapa tidak, kepada semua komunikan yang harus
mendengarkan, kita dapat memangkas semua jarak untuk
menemui komunikan, hanya dengan mengumpulkan
komunikan dalam satu tempat!
Public speaking telah menjawab berbagai permasalahan
komunikasi yang selama ini telah mengganggu anda. Dan
tidak hanya mengatasi permasalahan, public speaking juga
telah membuktikan, bahwa metode ini adalah yang paling
efisien untuk menyampaikan ide/gagasan/ilmu
kepada khalayak. Jadi, mengapa anda tidak belajar dan
menggunakan metode public speaking saja? :)
Chapter 1
Public Speaking
meningkatkan nilai tambah diri anda
Beberapa orang memandang komunikasi itu tidak penting.
Orang-orang seperti ini mengutamakan action, biasanya.
Dan pada kenyataannya, mereka memang tidak salah.
Action adalah kegiatan yang akan memberiikan hasil.
Bukan kegiatan komunikasi, apalagi komunikasi yang
berbusa-busa tapi tidak efektif. Sebagian kecil yang lain,
biasanya take action dulu, baru berkomunikasi.
Beberapa yang lain, mengagung-agungkan komunikasi.
Terutama komunikasi untuk leadership. Katanya, dengan
komunikasi yang tepat, mereka akan bisa membuat orang
lain berubah –untuk melakukan sesuatu. Komunikasi bisa
membuat orang-orang take action, kata mereka. Yang ini
juga tidak salah, komunikasi untuk leadership memang
benar adanya seperti itu.
Bila kita bicara sebagai bagian dari organisasi, tentunya
kita semua menghendaki agar organisasi kita dibangun
dari dalam. Dibangun dari ide segar orang dalam dan
dengan action orang dalam. Untuk hal yang satu ini,
keduanya dijembatani oleh public speaking yang efektif
dan efisien. Efektif karena ide tersampaikan pada target
Chapter 1
komunikan dan efisien karena tidak memboroskan biaya
dan waktu. Dari sini, organisasi akan lebih sehat karena
semua sumber daya berasal dari dalam dan dijalankan
oleh orang dalam sendiri. Jadi, komunikasi public
speaking yang tepat adalah ciri-ciri organisasi yang sehat.
Akan tetapi, tidak hanya organisasi yang akan mendapat
nilai tambah dari public speaking. Diri anda, sebagai public
speaker juga akan mendapatkannya. Orang-orang lain
tidak hanya melihat anda dari bagaimana anda take action
saja. Tapi mereka juga akan memperhatikan bagaimana
anda berkomunikasi. Dan keduanya, action dan
komunikasi, akan membantu anda dalam karir, dengan
sangat mudah.
Menjadi public speaker, tidak harus berarti menjadi
MC, master of ceremony. Tidak harus juga berperan
sebagai pembawa acara. Banyak sekali profesi yang
membutuhkan kapasitas untuk berbicara di depan umum.
Dan itu tidak hanya di dunia entertainment saja,
dimana public speaking yang baik akan membantu anda
dalam karir. Tapi termasuk ketika anda bekerja di bidang
lain.
Baik anda bekerja di perusahaan, atau menjadi aktivis
sosial, atau menjadi pegawai pemerintahan, dan lain
Chapter 1
sebagainya, prestasi dan karir anda akan ditunjang oleh
bagaimana anda menyampaikan pendapat. Baik dalam
konteks kepemimpinan (leadership), atau hanya sekedar
mengemukakan pendapat saja. Khususnya komunikasi
dengan public speaking. Ingat, ide yang baik/segar/kreatif,
tidak akan menjadi demikian adanya kan, bila tidak bisa
dipahami oleh orang lain?
Oleh karena itu, sadarilah bahwa public speaking itu
penting. Dan latihlah diri anda untuk menjadi public
speaker yang handal. Karena public speaking yang baik
akan memberikan nilai tambah diri anda di hadapan orang
lain.
Chapter 1
Kaya dari Public Speaking
Siapa yang tidak kenal olga syahputra? presenter ini selalu
diminta menjadi pembawa acara oleh berbagai stasiun
televisi. Bukan cuma karena kocaknya, tapi juga karena
ke-lihai-annya memandu acara. Meski selalu menjadi
bulan-bulanan Raffi Ahmad di suatu acara musik televisi
swasta nasional, tapi Olga selalu di hati para pemirsa.
Dan jangan heran, kalau sekali waktu, anda nongkrong di
depan televisi seharian saja, maka anda akan melihat
wajah olga hampir di semua acara televisi. Pagi di acara
musik, kemudian siang hari di acara yang lain, sore juga
masih tampil, malam kemudian ikut menjadi presenter.
Beliau tentu seorang presenter profesional. Artinya,
kocak dan pandai memandu acara di atas panggung,
tetapi profesional bila bekerja sama dengan pihak
penyelenggara acara. Tiga hal ini yang membuat public
speaking selalu menjadi rezeki bagi Olga Syahputra.
Itu baru public speaking dari seorang presenter. Padahal
kemampuan public speaking bukan cuma milik presenter
seorang saja. Kemampuan public speaking adalah
kemampuan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang
yang ingin sukses di karir masing-masing. Kebetulan, salah
Chapter 1
satu karir tersebut adalah presenter. Sebaiknya kita
berpandangan luas dengan beranggapan bahwa tidak
hanya presenter yang membutuhkan kemampuan
public speaking.
Insinyur di perusahaan juga membutuhkan, koq. Mereka
kan harus presentasi secara teknis dan detail pekerjaan
kepada tim kerja, atasan dan kepada rekan sejawat. Baik
tentang rancangan konsep mereka, atau pun ketika
melaporkan hasil pekerjaan. Benar tidak? Kesuksesan
para insinyur menjadi semakin mantap ketika mereka
mampu merancang, melaksanakan dan melaporkan apa
yang mereka kerjakan. Apalagi ketika hasil pekerjaan
nyaris mendekati rancangan yang sudah dibuat. Kalau
sudah begini, karir akan gampang melesat naik.
Saya berikan satu ilustrasi yang menarik. Dari profesi
insinyur teknik sipil. Insinyur ini baru akan mengerjakan
proyek pembangunan, bila sudah ada tawaran dari
pemilik proyek. Bisa pemerintah maupun swasta.
Pertama-tama, pihak pemilik proyek mencari arsitek yang
mampu merancang bangunan yang diinginkan. Sesuai
spesifikasi, yang diawali dengan studi pendahuluan. Nah,
tahap pertama ini diakhiri dengan adanya suatu gambar
rancang bangunan dari sang arsitek.
Chapter 1
Dari rancangan yang sudah ada, kemudian ditawarkan
kepada kontraktor bangunan, dimana terdapat insiyur
teknik sipil di dalamnya. Sang insinyur kemudian akan
membuat rancangan versi teknik sipil, lengkap dengan
rencana anggaran dan belanja (RAB). Rancangan dan
biaya ini kemudian dipresentasikan kepada pemilik
proyek. Bila pemilik proyek setuju, pembangunan baru
akan dilakukan. Selalu akan terjadi perbedaan rancangan
arsitektur dengan realisasi teknik sipil di lapangan
nantinya. Sejauh apa insinyur teknik sipil mampu
mewujudkan bangunan tersebut, ternyata sangat
didukung oleh kemampuan komunikasi public speaking.
Karena banyak pihak harus diyakinkan. Mulai dari
penyedia (supplier) bahan bangunan, renegosiasi
anggaran dengan pemilik proyek, meyakinkan arsitek
bahwa teknologi bangunan harus disesuaikan dengan
rancangan arsitek, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut
informasi dari seorang rekan arsitek, kesesuaian
rancangan arsitek dengan bangunan yang sebenarnya, bila
mencapai 70% saja sudah suatu hasil yang bagus. Nah, jika
angka ini mampu dicapai, bahkan lebih, serta disampaikan
dalam presentasi akhir di depan pemilik proyek, tentu ini
akan berujung pada nama baik insinyur teknik sipil kan?
Chapter 1
Kalau sudah begini, order pembangunan akan
berdatangan
Karir karyawan di bagian corporate sales pun sangat
dilihat dari kemampuan mereka menjual. Karena, seperti
kita tahu, pekerjaan corporate sales adalah menawarkan
produk/jasa ke perusahaan lain. Dan berhasil tidaknya
mereka, tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan
menawarkan bukan? Nah, melakukan penawaran kepada
calon konsumen kan salah satu bentuk public speaking.
Dan sebagai orang pemasaran, kinerja mereka dilihat dari
seberapa banyak produk/jasa yang mampu mereka jual.
Berhasil menawarkan, berarti akan berhasil menjual,
berarti karir bisa menanjak lebih cepat.
Penyanyi handal tidak hanya bersuara bagus. Tidak cuma
paham musik. Tapi juga bisa menguasai audiens,
menenangkan audiens, menguasai keadaan panggung,
tidak hanya diam di satu bagian panggung saja, dan lain
sebagainya. dan semua kemampuan itu termasuk public
speaking. Ini yang membedakan satu penyanyi dengan
penyanyi yang lain. Ini juga yang membedakan penyanyi
kelas dunia dengan penyanyi kelas kampung. Yang
membedakan mereka yang akan berkarir cemerlang atau
Chapter 1
tidak. Yang membedakan mereka yang akan terus bersinar
atau cepet meredup.
Makanya, perkuat kemampuan public speaking anda.
Supaya anda bisa mendapat rezeki berlebih, jabatan tinggi,
karir yang melesat dengan kemampuan public speaking
anda :D
Chapter 1
Jembatan itu bernama: Public Speaking
Apakah anda pernah menyaksikan video tentang
bagaimana jembatan gantung antar dua tebing diciptakan?
Bila belum pernah, saya coba mengilustrasikannya di sini.
Pertama, dua orang yang akan membuat jembatan
bersama-sama naik ke satu tebing saja. Dari sini, mereka
menembak paku bertali yang menghubungkan satu tebing
dengan tebing lainnnya. Salah seorang di antara mereka
kemudian menyeberang ke tebing lain, dengan cara
merayap di atas tali. Tapi dia tidak hanya merayap saja,
melainkan membawa beberapa utas tali yang lain beserta
paku/pasak dan dua tiang kayu, tentu saja.
Berarti, sudah ada dua utas tali yang menghubungkan dua
tebing. Kemudian, tali kedua dipasak dengan kuat di
tebing yang baru bersama dengan tiang di masing-masing
ujung tali. Kedua tali ditarik kencang di bagian bawah
masing-masing tiang, lalu diikuti dengan mengencangkan
dua utas tali yang terikat di bagian atas tiang. Kini, kedua
tebing terhubung dengan 4 utas tali yang terikat pada 2
tiang.
Langkah selanjutnya adalah membuat anyaman tali antar
bagian bawah keempat tiang. Langkah ini akan lebih
Chapter 1
mudah, karena sudah ada dua utas tali terulur kencang.
Tentu akan lebih aman bagi para pembuat jembatan.
Sedikit demi sedikit, tali menganyam dua tali yang lain.
Menghubungkan dua tali yang terulur, dari ujung tebing
yang satu menuju ujung tebing yang lain.
Nah, selesai sudah. Banyak orang kini bisa menyeberang
menggunakan jembatan tali tersebut. Jembatan ini kian
aman, karena yang menyeberang bisa berpegangan pada
dua tali yang terulur di sisi samping jembatan, selain
‘lantai’ jembatan yang kuat, karena terdiri dari anyaman
tali.
Tebing pertama, dapat kita analogikan sebagai
komunikator, atau orang yang ingin menyampaikan
ide/gagasan. Sedangkan tebing kedua adalah, orang yang
diharapkan untuk mendengar ide, atau kita sebut
komunikan. Orang yang menyeberang menggunakan
jembatan tali ini, dari satu tebing ke tebing yang lain,
dapat kita sebut sebagai ‘ide’, atau ‘gagasan’, dan lain
sebagainya. Sedangkan jembatan tali adalah penghubung
antara komunikator dan komunikan, sehingga ide bisa
sampai dengan baik. Jembatan tali ini, dapat kita sebut
dengan Public Speaking.
Chapter 1
Nah, dari sini kita bisa menggunakan analogi di atas, untuk
mengetahui apa sesungguhnya kegunaan suatu public
speaking bagi anda. Jadi, bila anda punya suatu
ide/gagasan, yang ingin anda sampaikan kepada orang
lain, maka disanalah guna suatu public speaking. Ibarat
jembatan tali yang sudah saya ilustrasikan di atas, public
speaking akan sangat membantu anda. Dalam hal,
menyampaikan ide anda kepada orang lain.
Tentu saja, ini bukan hanya tentang menyampaikan ide.
Tapi ini adalah tentang membuat orang lain memahami
apa ide yang kita miliki. Lebih lanjut, ini adalah tentang
bagaimana menggerakkan orang lain. hanya dengan
kekuatan dari komunikasi ide milik kita dan dari kita.
Semua ini seperti sebuah jembatan yang menghubungkan
orang yang satu (komunikator) dengan orang yang lain
(komunikan). Jembatan itu bernama: public speaking!
Chapter 1
Belajar public speaking
Chapter 1
Ibarat Belajar Renang
Saya yakin, orang yang di-cemplung-kan ke air pasti bisa
berenang. Kalau dia tidak bisa renang, dia akan berusaha
supaya tetap mengapung. Dia akan menggerak-gerakkan
tangan dan kakinya. Kalau masih kelelep (bahasa jawa: air
terus-menerus masuk lewat mulut dan hidung, orang yang
akan tenggelam biasanya diawali dengan ini), berarti dia
masih kurang usaha untuk terus bergerak di dalam air.
Tapi seseorang tidak harus dilempar dulu ke kolam baru
bisa berenang kan? Pasti ada caranya supaya bisa
berenang tapi tidak dengan cara dilempar ke air. Ya tidak?
Caranya? Ya belajar. Mulai di kolam yang tidak dalam,
belajar mengapung dulu, atau belajar menggerak-
gerakkan kaki di air dulu atau diajar oleh pelatih renang,
dan seterusnya. Yang jelas, tidak dengan baca buku "cara
berenang yang baik", saja kan?
Iya, karena orang yang cuma tahu teori, tidak pernah
praktik, maka dia tidak bisa menjalankan teori itu. Anda
tahu tidak, dalam otot-otot kita ada sel syaraf juga. Dan
disinilah ilmu itu (juga) disimpan. tidak semuanya ada di
syaraf otak. Hasil belajar dari baca buku atau dari kelas,
biasanya disimpannya di otak. Tapi hasil belajar lewat
Chapter 1
pengalaman, atau lewat otot, disimpannya di syaraf di
otot-otot kita. Dan keterampilan itu ilmunya disimpan di
sel syaraf otot, bukan di sel syaraf otak.
Makanya, orang yang cuma baca, tapi tidak melakukan,
maka dia tidak akan belajar apa-apa dan dia tidak akan
bisa apa-apa. Sama seperti belajar renang lewat baca
buku, public speaking juga seperti itu. Orang yang cuma
membaca buku "bagaimana berbicara di depan publik”
tidak akan bisa melakukan public speaking. Percaya deh.
Kemampuan ini, cuma datang dari tiga kata: latihan,
latihan, dan latihan.
Tapi latihan sendiri saja, percuma. Kalau tidak ada yang
memberiikan feedback (umpan balik, saran, masukan, dll).
Kalau tidak ada yang memberiikan kritik dan saran, tetap
saja percuma. Latihan sendiri di kamar? Percuma, karena
tidak ada audiens. Latihan di depan cermin? Iya bisa
menyempurnakan penampilan kita. Tapi yang melihat,
memberii saran dan kritik, tetap saja cuma diri kita sendiri
lho.
Hajar langsung tanpa latihan? Ya tidak baik juga, yang ada
kita tidak tahu selera audiens. Kita tidak tahu cara public
speaker terbaik melakukannya. Seperti kita tidak tahu
bagaimana seorang Steve Jobs, CEO Apple Inc,
Chapter 1
mempersiapkan diri untuk sebuah public speaking. seakan
kita tidak tahu bagaimana Martin Luther King
mempersiapkan pidatonya yang termashyur itu: I Have a
Dream.
…
I Have a Dream
(by Martin Luther King)
…
I have a dream that one day this nation will
rise up and live out the true meaning of its
creed: "We hold these truths to be self-
evident, that all men are created equal."
I have a dream that one day on the red hills
of Georgia, the sons of former slaves and the
sons of former slave owners will be able to
sit down together at the table of
brotherhood.
I have a dream that one day even the state
of Mississippi, a state sweltering with the
heat of injustice, sweltering with the heat of
oppression, will be transformed into an
oasis of freedom and justice.
Chapter 1
I have a dream that my four little children
will one day live in a nation where they will
not be judged by the color of their skin but
by the content of their character.
I have a dream today!
I have a dream that one day, down in
Alabama, with its vicious racists, with its
governor having his lips dripping with the
words of "interposition" and "nullification" -
- one day right there in Alabama little black
boys and black girls will be able to join
hands with little white boys and white girls
as sisters and brothers.
I have a dream today!
I have a dream that one day every valley
shall be exalted, and every hill and
mountain shall be made low, the rough
places will be made plain, and the crooked
places will be made straight; "and the glory
of the Lord shall be revealed and all flesh
shall see it together."
…
Chapter 1
Maka dari itu, belajar public speaking itu ibarat belajar
berenang. Mungkin bisa kalo dipaksakan sendiri, tapi
percayalah hasilnya tidak akan maksimal. Belajarnya juga
bukan dengan membaca buku teori (saja). tapi juga
dengan berlatih. Berlatih juga tidak hanya berlatih sendiri,
sebaiknya selalu berlatih bersama orang lain. sehingga ada
saran dan kritik yang membangun.
Salam sukses
Chapter 1
Tidak Harus Menjadi Orang Lain
Anda tidak perlu menjadi seorang Steve Jobs untuk
berhasil menjual produk anda. Anda tidak harus menjadi
seorang Charles Bonar Sirait, ketika anda membawakan
berbagai acara. Anda tidak harus seperti Rhenald Kasali,
yang begitu sederhana menyampaikan materi-materinya
di berbagai kesempatan kuliah. Yang hanya harus adalah,
anda harus menjadi diri anda sendiri ketika anda
melakukan suatu public speaking.
Salah satu hal yang paling menarik dari public speaking
adalah bahwa setiap pribadi memiliki gayanya masing-
masing. Entah sebagai pendidik, sebagai pimpinan
organisasi, atau sebagai penyiar radio sekalipun. Dan
berbagai profesi lainnya. Perbedaan-perbedaan antar
pribadi ini yang kemudian, menjadi salah satu daya tarik
mengapa seorang hadirin bisa datang ke forum dimana
anda menjadi public speaker.
Karena, pada dasarnya setiap audiens akan selalu
berusaha memahami apa yang disampaikan oleh public
speaker. Sejak mereka berniat untuk menghadiri acara
yang terdapat aktivitas public speaking di dalamnya, sejak
itu pula mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan
Chapter 1
bagaimana gaya atau tipe public speaker menyampaikan
gagasannya. Betul tidak? Ini di satu sisi audiens.
Dari sisi public speaker, cuma ada dua yang sesungguhnya
harus mereka siapkan. Yang pertama, penguasaan
terhadap materi. Penguasaan materi ini hendaknya
mampu meningkatkan kepercayaan diri public
speaker. Ibarat presentasi penelitian, presenter yang telah
melakukan tugas penelitian, yang mereka sangat meyakini
kebenaran hasil penelitian tersebut, tentunya tidak perlu
malu dan canggung lagi. Kenapa? Karena mereka sendiri
yang melakukan penelitian tersebut, mencari pustaka-
pustaka terkait lalu menganalisis hasil penelitian masing-
masing. Dari sini, kepercayaan diri seharusnya sudah
mulai muncul. Ini contoh saja.
Kedua, pemahaman terhadap penguasaan audiens akan
materi yang ingin disampaikan. Salah satu fungsi public
speaking adalah memberikan materi baru. Dengan kata
lain, memberikan sesuatu yang baru. Dan ibarat jembatan,
public speaking berfungsi untuk menjembatani
pemahaman lama audiens (tebing yang satu) dan
pemahaman baru yang diharapkan (tebing yang satu lagi).
Nah, sebelum membangun jembatan ini di depan audiens,
tugas public speaker adalah mengetahui sudah sejauh
Chapter 1
mana audiens memahami akan materi atau hal
tersebut. Audiens yang berupa kumpulan anak SMA tentu
memiliki tingkat kedalaman pemahaman yang berbeda
bukan dengan seorang professor? Audiens yang ingin
menikmati acara musik, tentu berbeda bukan dibanding
acara formal yang berisikan para pejabat yang hadir?
Setelah melakukan persiapan sebelum public speaking,
melalui dua hal di atas, sebenarnya tugas public speaker
sudah selesai. Tetapi ini adalah tugas “sebelum naik
panggung”. Seorang public speaker hanya perlu melakukan
tugas dia yang berikutnya: melakukan public speaking “di
atas panggung”, sesuai dengan karakter pembawaannya
dia saja. Yang paling penting adalah, bagaimana
ketersampaian materi kepada audiens bisa benar-benar
terlaksana. Hingga kemudian, audiens bisa diharapkan
untuk melakukan sesuatu setelah pemahaman yang baru
akan materi tersebut.
Setelah ini, kita akan masuk ke bagian dimana anda bisa
melatih diri untuk sebuah public speaking.
Chapter 1
Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf
Public speaking sangat kental dengan latihan, latihan dan
latihan. Seorang Steve Jobs (Chief Executive Officer Apple)
saja, melatih dirinya di depan manajer pengembangan
produknya (product development) selama dua hari
berturut-turut, sebelum launching produk-produk Apple.
Bagaimana bisa kita mengabaikan pentingnya latihan,
ketika seorang CEO saja melatih dirinya selama dua hari
penuh, bahkan sambil meminta masukan dari bawahan-
bawahannya sendiri? Berikut ini adalah beberapa tips dari
saya, tentang bagaimana kita melatih diri untuk
sebuah public speaking.
Pertama, pastikan anda tidak berlatih sendirian.
Maksudnya, jangan sampai anda bahkan tidak bisa
mengkoreksi diri anda sendiri. Lebih bagus bila ada teman
yang menemani, dia akan bisa memberiikan koreksi. Atau
bila tidak, gunakan cermin. Berlatihlah di depan cermin.
Berlatihlah sendiri, dan lakukan koreksi sendiri terhadap
latihan anda. Ini untuk melatih sistematika kata-kata yang
kita ucapkan, sekaligus tingkat kejelasan lafal
(pengucapan) kata-kata kita.
Chapter 1
Sedangkan untuk melatih penguasaan anda terhadap
panggung yang disediakan, lakukan latihan sambil
berjalan kesana-kemari. Seakan-akan anda sedang berada
di panggung presentasi/pidato yang sebenarnya. Gunakan
ruangan yang cukup luas, agar tidak membatasi gerak-
gerik anda. Sebisa mungkin, lengkapi semua peralatan
semisal meja, kursi, pengeras suara, dan lain sebagainya.
Seakan-akan anda memang sudah berada di tempat acara,
ini sebagai simulasi. Boleh juga bila anda melatih diri di
tempat acara yang sebenarnya anda akan melakukan
presentasi/pidato. Menggunakan podium juga boleh, bila
anda diminta untuk berpidato.
Tapi, apabila anda benar-benar baru pertama kalinya
menghadapi presentasi/pidato, pertama-tama berlatihlah
terlebih dahulu untuk mengungkapkan isi hati dan isi
kepala anda terlebih dahulu. Tak usah dipusingkan dengan
materi yang ingin anda sampaikan. Ucapkan satu kata
terlebih dahulu. Ucapkan dengan sungguh-sungguh,
tegas dan jelas. Tidak perlu pengucapan yang terlalu
cepat. Dan latihlah beberapa kali. Hingga anda meraih
kesempurnaan. Ini untuk melatih cara anda berekspresi
dulu.
Chapter 1
Kemudian, berlatihlah untuk mengucapkan satu kalimat.
Diulang-ulang. Sungguh-sungguh, tegas dan jelas. Ketiga
kata sifat ini penting untuk memperoleh psikologi
massa dari audiens anda, nantinya. Anda boleh memilih
kalimat apapun, pokoknya yang sedang terpkirkan atau
yang sedang dirasakan. Public speaking yang baik akan
mentautkan hati dan pikiran sang pembicara agar audiens
bisa memahami pesan yang ingin dikomunikasikan.
Tutup latihan anda dengan berbicara sungguh-sungguh,
tegas dan jelas, sebanyak satu paragraf. Satu inti pesan
untuk satu kalimat. Gunakan beberapa kalimat yang
berhubungan (paragraf) untuk membentuk satu arti. Bila
anda benar-benar memasukkan perasaan anda ke
dalam kalimat-kalimat yang anda ucapkan, biasanya
(saya seringkali mengalami hal ini) pesan yang ingin
anda komunikasikan akan benar-benar dapat
dirasakan oleh audiens, hingga menggetarkan sukma
mereka!
Demikian, mudah-mudahan dapat memunculkan
keberanian anda untuk menjadi public speaker! Ingat cara
melatihnya : Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf.
Chapter 1
Optimalkan Metode Mind Mapping
Pernah tidak anda berusaha untuk mengingat sesuatu
yang penting, tapi anda (entah bagaimana) tidak bisa
mengingat hal tersebut? Akan tetapi, ketika anda sedikit
melupakan hal tersebut, ternyata anda malah berhasil
mengingatnya?
Dan memang demikian cara otak kita bekerja. Tidak
semua yang tersimpan dalam memori kita, bisa kita ingat
(recall) dengan cara yang sistematis, bisa jadi kita harus
mencari jalan lain untuk menemukannya.
Pernah tidak, anda mencoba untuk mengingat nama
seseorang dalam kategori tertentu, misalnya teman
kampus anda dari jurusan lain? Anda berusaha mengingat
siapa di jurusan lain, yang adalah teman anda, tapi anda
tetap tidak bisa. Akan tetapi, ketika anda mengingat ada
siapa saja teman dalam satu unit kegiatan anda, ternyata
anda justru menemukannya nama seseorang yang berasal
dari jurusan yang anda ingin cari. Saya pernah mengalami
kejadian seperti ini, berusaha mengingat yang terkait
dengan satu kategori tertentu, ternyata malah
menemukannya di kategori lain.
Chapter 1
Dan seperti itulah cara pikiran kita bekerja. Pikiran kita
tidak membuat memori terhadap sesuatu seperti sebuah
rantai yang sangat panjang. Dia justru berbentuk seperti
susunan terkecil tapi independen dalam otak, yaitu sel-sel
syaraf itu sendiri. Dimana ada satu badan sel berukuran
besar, yang memiliki beberapa tangan sekaligus. Dan
tangan-tangan ini berhubungan dengan badan sel yang
lainnya. Bagaimana pikiran kita bisa mengakses /
mengingat memori yang lain, adalah dengan menempuh
jalur menuju badan sel yang lain. Dan ini tidak harus
selalu sistematis/sekuensial/ berurutan. Perhatikan
gambar berikut.
(gambar sel syaraf)
Jadi, bentuk sel syaraf yang seperti batang pohon ini —
ada batang utama, cabang, kemudian dahan, dan diakhiri
dengan daun — bekerja dengan mengkombinasikan
kemampuan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang selalu
mencari keterkaitan antar hubungan, dan otak kanan yang
bersifat eksploratif mencari jalan baru.
Oleh karena itu, metode mind mapping ini bisa digunakan
dengan mudah untuk menyimpan maupun
mengeluarkan/memberiikan informasi. Menyimpan,
yang berarti kreatif membentuk informasi yang baru,
Chapter 1
dan mengeluarkan informasi yang berarti
menghimpun informasi yang sudah ada dan
menyampaikan kepada orang lain.
Selain itu, masih banyak manfaat lebih besar yang bisa
anda dapat, antara lain :
Merencanakan, yang berarti menghimpun
kegiatan apa saja yang harus dilakukan,
memperkirakan durasi lama kegiatan, menghitung
biaya yang harus dikeluarkan, dst. Kreativitasnya
adalah dalam mengkombinasikan kegiatan, durasi
dan biaya yang tepat, murah dan singkat.
Berkomunikasi, yakni menghimpun informasi
yang harus disampaikan serta berpikir kreatif
untuk menyampaikan secara tepat.
Menjadi lebih kreatif,
Menyelesaikan masalah, berarti menghimpun
tanda-tanda/clue serta berpikir kreatif dalam
mencari solusi.
Memusatkan perhatian,
Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran,
Mengingat dengan baik,
Belajar lebih cepat dan efisien,
Melatih “big picture”
Chapter 1
Bagaimana cara membuat mind mapping ? Anda Cuma
perlu tiga hal berikut :
Kertas kosong, gunakan secara landscape
(penggunaan kertas persegi panjang secara
horizontal)
Pena / pensil / spidol, beberapa warna, dan
Pikiran anda
Simpel kan? Efektif dan efisien, lagi!
Nah, selanjutnya kita masuk ke bagian penerapan mind
mapping
Chapter 1
Langkah Ber-Mind Mapping
Di tulisan sebelum ini, saya menyarankan untuk lebih
banyak menggunakan metode mind-mapping. Bukan apa-
apa, tapi terus terang, karena metode ini lebih efisien.
Dalam waktu yang relatif singkat, anda dapat menyimpan
dan mengeluarkan/memberiikan informasi yang baru saja
anda dapat. Tidak hanya yang baru saja anda dapat,
sebenarnya. Tapi sesuatu yang sangat dalam tersimpan di
memori anda, bertahun-tahun anda lakukan, setiaa hari
menjadi kegiatan anda, juga bisa anda kemukakan secara
sederhana dengan metode mind-mapping.
Itu tentang tulisan sebelum tulisan yang sedang anda baca
saat ini. Sekarang, mari kita berbicara bagaimana secara
teknis, kita menggunakan metode ini. Suatu kesia-siaan
‘kan ketika anjuran sudah berikan, bila tidak diikuti
dengan suatu pedoman teknis?
Pertama, mulailah dengan suatu kertas kosong. Tidak
harus kertas, tapi boleh juga papan tulis. Whiteboard atau
blackboard sama saja. Gunakan secara landscape, begitu
microsoft office word, biasanya bilang. Lalu, letakkan satu
kata kunci anda di tengah-tengah kertas/papan tulis.
Chapter 1
Cukup satu kata saja, yang menurut anda, menjadi titik
awal dari mind-mapping yang akan anda buat.
Kedua, buatlah secara radial. Artinya, perluaslah satu kata
yang sudah anda tuliskan, dengan kata-kata yang lain. Ke
sekeliling kata pertama tersebut. Boleh ke kanan, kiri, atas,
bawah, dan lain sebagainya. Ini namanya arah radial. Kata-
kata ini harus memiliki hubungan dengan kata utama
tersebut. Dan hubungkan kata baru tersebut dengan kata
utama anda. Gunakan suatu garis, atau semacam dahan
(bila ini dimisalkan dengan pohon), analogi jalan raya juga
bisa kita gunakan. Jadi, pada kata yang baru, anda beri
garis hubungnya. Ini adalah pada tahap kedua.
Tahap ketiga, bertindak kreatiflah. Gunakan belahan otak
kanan anda secara maksimal. Gunakan berbagai warna,
boleh merah, hijau, biru, dan seterusnya. Dan boleh juga
gunakan berbagai gambar. Sebenarnya, untuk tahap kedua
tidak harus menggunakan kata. Gambar juga boleh.
Pilihlah gambar yang mewakili maksud/makna yang ingin
anda sampaikan.
Oiya, jangan pernah mengubah tulisan yang sudah ditulis,
atau gambar yang sudah dibuat. Ini adalah proses kreatif,
proses yang menggunakan ide yang tiba-tiba muncul di
benak anda. Jadi jangan meng-edit ide tersebut kemudian.
Chapter 1
Percayalah, sebaiknya anda jangan mengubah ide anda.
Tunggu saja , hasil akhirnya pasti akan bagus sekali
Di tahun 1970 majalah saintifik Amerika mempublikasi
hasil penelitian Ralph Haber yang menunjukkan bahwa
individu dapat mengingat kembali gambar secara akurat
sekitar 85 — 95 persen. Seperti quote yang biasa kita
dengar “sebuah gambar senilai dengan ribuan kata”.
Kita mengasosiasikan dan mengingat gambar karena
gambar menggunakan berbagai macam cortical skills anda,
terutama imajinasi. Gambar lebih mampu
membangkitkan ingatan daripada kata-kata, lebih
presisi dan punya potensi dalam merangsang asosiasi
dalam rentang yang luas (wide range of associations),
karena itu akan memperkuat pikiran kreatif dan daya
ingat.
Dalam menyempurnakan peta pikiran yang anda buat dari
waktu ke waktu, cobalah untuk selalu menyisakan ruang
dari tiap mind-mapping yang pertama kali anda buat. Jadi,
pada kesempatan pertama tuangkanlah seluruh isi pikiran
anda, baik dari otak kanan maupun otak kiri, seluruhnya
di atas kertas atau papan tulis. Kemudian, simpanlah hasil
pikiran anda tersebut. Lakukan kegiatan yang lain.
Chapter 1
Di waktu yang lain, ketika pikiran anda masih segar
(fresh), cobalah untuk membuka lagi mind–mapping yang
sudah anda buat. Baca dengan seksama, perhatikan
seluruh kata, gambar dan warna. Adakah sesuatu yang
ingin anda tambahkan? Nah, begitu ada yang akan anda
tambahkan, disanalah yang disebut dengan
penyempurnaan mind-mapping. Karena itu, ada baiknya
bagi kita untuk menyediakan ruang kosong di tepi kertas
atau papan tulis, setiap kita selesai membuat mind-
mapping.
Chapter 1
Big Picture — Details — Big Picture
Kesempatan berbicara di depan orang banyak,
sesungguhnya adalah sebuah kesempatan yang sangat
langka. Kecuali bagi seorang dosen, saya kira. Dosen
kebanyakan, tentunya. Kenapa saya berpendapat seperti
itu? Karena sesungguhnya, setiap kesempatan public
speaking adalah sesuatu yang sangat langka. Langka bagi
para audiensnya, karena (biasanya) mereka baru sekali itu
bertemu dengan sang pembicara, dan langka karena (bisa
jadi) materi yang akan disampaikan tersebut juga baru
mereka dapatkan.
Di sisi pembicara, kesempatan untuk memenuhi harapan
tiap audiens juga adalah sesuatau yang langka. Karena
belum tentu dia akan memberiikan materi yang benar-
benar sama dibandingkan dengan materi yang
sebelumnya pernah dia sajikan. Selain itu, bisa jadi ada
perbedaan antara audiens yang akan dia hadapi nanti,
dibandingkan dengan audiens yang sudah-sudah. Di sini
saya ingin menggarisbawahi, menekankan bahwasanya
setiap momentum public speaking sesungguhnya
adalah momentum yang sangat langka. Karena
pembicara yang berbeda, materi yang berbeda, audiens
Chapter 1
yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda, dan
berbagai hal lainnya adalah sesuatu yang jarang terjadi.
Pesan saya, tentang satu momentum yang jarang ini,
berbicaralah dalam bahasa yang sederhana dan
sistematis: big picture —details — big picture.
Tiga langkah inilah yang ingin saya anjurkan kepada anda
: big picture —details — big picture. Ini adalah sistematika
yang akan menyederhanakan materi yang akan anda
sampaikan kepada audiens anda. Mulailah dengan
suatu big picture, gambaran besar. Beberapa ada juga yang
menyebutnya helicopter view. Jadi seperti berada di
ketinggian tertentu di atas suatu wilayah
menggunakan helikopter, ceritakanlah dengan
sederhana apa yang akan anda sampaikan. Seberapa
penting hal tersebut, apa kaitannya dengan hal-hal
lainnya, fenomena apa yang menjadi sebab atau akibat
dari hal ini, dan seterusnya dan seterusnya.
Aspek terpenting dalam big picture yang pertama ini,
justru semua hal yang tidak termasuk dalam lingkup
materi itu sendiri. Siapa tetangga kita, apakah rumah kita
di tanah datar atau di lereng, bangunan apa saja yang
terlihat di sekitar rumah kita? Seperti itu kan yang akan
Chapter 1
kita lihat pada rumah kita, dari ketinggian tertentu dengan
helikopter?
Nah, kita masuk ke bagian berikutnya. Di sinilah saatnya
kita berbicara tentang segala yang berbau detail.
Segala tentang rumah kita. Bukan tentang sekitar rumah
kita, atau keadaannya. Tapi tentang seberapa luas
tanahnya, seberapa luas bangunannya, ada berapa tingkat,
bagaimana konsep arsitekturnya, konsep desain
interiornya, apa saja bahan bangunannya, dan seterusnya
dan seterusnya.
Potretlah semuanya dan ceritakanlah semuanya. Dengan
detail. Anda bisa menggunakan konsep 5W + 1H (what,
when, who, where, why, how). Tentunya, jangan lupa untuk
memunculkan sesuatu yang baru. Mudah-mudahan tidak
ada audiens kita yang hadir saat ini dan di saat lain
berikutnya, yang akan berkata,
“wah, pembicara itu ngomongin hal yang
sama. Engga ada yang baru.”
Terakhir, sebagai penutup dalam presentasi atau pidato
anda. Berikanlah sedikit big picture kembali, sebagai
penutup yang berupa kesimpulan dan rangkuman.
Jangan sampai audiens kita justru merasa pikirannya yang
baru saja dibawa melanglang buana kesana kemari
Chapter 1
dengan berbagai detail yang anda kemukakan, ternyata
tidak menemukan titik pemberhentiannya. Selain itu, big
picture yang terakhir ini adalah big picture yang berbeda
dengan di awal anda berbicara. Ini adalah kesimpulan dan
rangkuman dari semua materi anda kepada audiens.
Mudah-mudahan bermanfaat, big picture — details — big
picture ini, semoga berhasil diterapkan dengan mudah dan
sederhana dalam presentasi ataupun pidato anda.
Chapter 1
Sebelum naik panggung
Chapter 1
Kita juga perlu rasa takut,koq
Banyak orang merasa khawatir tidak siap ketika diminta
menjadi seorang public speaker. Takut, katanya. Takut di
depan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, takut terdiam
seribu basa, takut ditertawakan, takut yang disampaikan
malah melebar ke mana-mana dan berbagai ketakutan
lainnya. Padahal, ketakutan yang menghinggapi seorang
calon public speaker adalah biasa terjadi. Pada siapapun.
Baik yang sudah terbiasa, maupun yang baru menjadi
public speaker. Seorang Charles Bonar Sirait pun juga
mengalami ketakutan yang sama. Tapi apakah lantas,
ketakutan ini adalah sebuah keburukan? Apakah lantas
ketakutan harus kita hapuskan sepenuhnya dari diri kita?
Keberanian adalah salah satu aspek penting yang akan
menunjang sukses tidaknya kita dalam melakukan suatu
public speaking. Tapi itu cuma salah satu aspek saja. Masih
banyak aspek lain yang perlu kita perhatikan.
Justru kita membutuhkan ketakutan untuk menyadarkan
diri kita bahwa kita belum siap. Ingat, momentum public
speaking adalah momentum yang sangat jarang
sesungguhnya. Materi yang sama, audiens yang sama,
tempat yang sama, pembicara yang sama adalah
Chapter 1
sesuatu yang nyaris tidak akan terulang, saya kira. Jadi,
setiap kesempatan yang diberikan harus kita
maksimalkan. Karena hanya itulah satu-satunya
kesempatan. Dan untuk inilah kita perlu rasa takut. Rasa
takut bahwa kita belum cukup menguasai materi kita.
Rasa takut bahwa kita belum cukup berlatih. Rasa takut
bahwa kita belum cukup mengenal siapa saja audiens kita,
dan berbagai ketakutan lainnya. Intinya, rasa takut bahwa
ketidaksiapan kita akan berujung pada hasil yang tidak
maksimal, harus tetap kita pelihara.
Memunculkan keberanian perlu, mereduksi ketakutan
juga penting. Tapi memelihara adanya ketakutan yang
tepat, juga penting agar kita dapat memberikan suatu
public speaking yang maksimal.
Chapter 1
Jangan Terburu-Buru
Kemarin siang, saya diminta oleh teman-teman untuk
presentasi di depan kelas. Presentasi tentang konsep
pemasaran dari produk roti yang ditugaskan kepada
kelompok kami. Saya diminta maju seorang diri. Bukan
apa-apa, kata teman-teman supaya bisa lebih berseni dan
lebih dramatis. Kebetulan, audiens adalah teman-teman
sekelas, jadi saya sudah tahu persis kebiasaan mereka
(sebagai audiens) seperti apa. Dan saya juga tahu harus
berbuat apa.
Mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, saya
kemudian berusaha untuk tenang. Kebetulan saya juga
mengenal karakter para audiens seperti apa. Sehingga
dapat menerapkan treatment (perlakuan) yang tepat.
Tentang apa yang saya sampaikan, saya membuat outline-
nya dulu di kertas kecil. Saya menulis disana, bahwa saya
harus menggugah perasaan hadirin dulu. Bahwa, makan
nasi adalah budaya. Yang ditularkan oleh orang tua kita
(sebagai pemilik rumah dan kepala keluarga) menjadi
ritual yang sangat biasa kita lakukan. Begitu ritualnya,
sehingga seakan-akan “hidup untuk makan nasi”.
Chapter 1
Kemudian, saya menegaskan kepada para audiens, bahwa
pengambil keputusan, pemilik dana sekaligus pembayar
transaksi makanan pokok adalah orang tua kita yang
menjadi kepala keluarga. Sehingga, bila kita ingin
mengubah kebiasaan makan nasi di masyarakat menjadi
makan roti, kita harus mengubah persepsi kepala keluarga
tentang makanan pokok ini. Selanjutnya, berbagai jurus
pemasaran saya paparkan, tanpa terburu-buru. Saya
berusaha memanfaatkan setiap momen dengan tepat,
termasuk bila audiens ada yang nyeletuk. Ya tanggapi saja.
Tidak masalah. Jangan dianggap sebagai gangguan. Yang
paling penting, pesannya tersampaikan dan presentasi
berjalan sebagai sebuah bentuk hiburan bagi audiens.
Demikian pentingnya menjaga ketenangan diri supaya
tidak terburu-buru dalam melakukan presentasi. Karena
ketidaksabaran justru berbuah pada ketidaksampaian
pesan yang diinginkan serta hambarnya presentasi yang
anda lakukan. Presentasi yang hambar akan membuat
presenter tidak diingat oleh audiens, dan terutama: pesan
tidak menancap di benak audiens.
Jangan terburu-buru, itu kuncinya.
Chapter 1
Bahan Baku Public Speaking
Public speaking adalah suatu proses. Proses komunikasi
untuk menghantarkan ide, dari komunikator kepada
komunikan. Bila diibaratkan suatu pabrik, yang memiliki
proses produksi, maka terdapat input dan output. Input ini
adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalankan
proses produksi. Sedangkan hasil produksinya, itu disebut
dengan ouput.
Kembali lagi ke proses komunikasi bernama public
speaking. Proses ini juga memiliki input dan output. Ouput
yang diinginkan adalah, tercapainya pemahaman pada
komunikan/audiens untuk kemudian, mereka dapat
tergerak untuk melakukan sesuatu. Tentu, karena public
speaking ini adalah suatu proses, maka terdapat input pula
yang harus ada sejak awal, sebagai bahan baku proses
komunikasi.
Input-nya adalah ide/gagasan yang ingin disampaikan.
Dan ini memang sesuatu yang harus ada sejak awal. Tapi,
ide tersebut tidak harus lengkap/sempurna ide tersebut
sebelum anda naik ke panggung public speaking. Yang
utama adalah, inti gagasan anda sebenarnya.
Chapter 1
Seperti sebuah pabrik, proses komunikasi adalah sesuatu
yang membutuhkan keahlian dan pengalaman. Keahlian
berarti kebisaan, kemampuan. Suatu kemampuan yang
ada untuk memberiikan hasil yang diinginkan. Bukankah
pabrik seperti itu? Pabrik itu kan punya standar kualitas
yang ingin dicapai, bila barang tidak memenuhi kualitas
maka dianggap cacat dan tidak akan dirilis ke pasar. Betul
tidak?
Selain itu, pengalaman adalah akumulasi proses dan
waktu yang memperkuat kemampuan itu sendiri. Di
pabrik, tenaga-tenaga berpengalaman akan terus
dipertahankan kan? Wajar saja, karena pengalaman
mereka dalam memproduksi barang berkualitas itulah
faktor penting yang mempengaruhi kualitas barang
produksi. Meskipun pengalaman tidak bisa dibeli atau
diperoleh dalam waktu singkat, tapi sesungguhnya
pengalaman bisa dipelajari, koq.
Nah, maka dari itu proses komunikasi membutuhkan
kemampuan untuk memastikan kualitas penyampaian ide
yang sudah ada. Selain kemampuan, pengalaman dalam
menyampaikan ide adalah faktor penting bagaimana ide
bisa tersampaikan. Makanya, jam terbang dalam public
speaking menjadi penting
Chapter 1
Tapi, proses dan bahan baku adalah dua hal yang berbeda
dalam pabrik. Demikian juga dengan komunikasi.
Prosesnya dan idenya adalah dua hal berbeda. Beda bab,
istilahnya. Bahkan bisa jadi beda buku Karena,
kemampuan public speaking yang mumpuni, belum tentu
bisa memberikan hasil yang maksimal ketika ide-nya saja
belum jelas benar. Dan sebaliknya, punya gagasan
cemerlang tapi tidak bisa menyampaikan, ya jadi percuma
kan punya ide?
Kita kembali ke judul di atas. Bahan baku public speaking.
Jadi, bahan baku yang harus dimiliki sebelum melakukan
public speaking, adalah ide/gagasan itu sendiri. Apa ide
saya? Itu adalah pertanyaan yang harus anda tanyakan
kepada diri anda sendiri, dan anda harus menguasai
jawabannya, sebelum anda naik ke panggung public
speaking
Chapter 1
Grogi itu Punya Siapa?
Jangan anda pikir yang grogi itu cuma mereka yang baru
beberapa kali melakukan public speaking. Tidak, lho.
Sebenarnya anda salah kalau berpikir seperti itu. Saya
seringkali bertanya kepada mereka yang sudah sangat
sering melakukan public speaking. Pertanyaan saya
adalah: “masih suka grogi gak, waktu melakukan public
speaking?”
Nah, ternyata, yang sudah mahir dan sudah sering
sekalipun, masih suka merasa grogi. Baik itu penyiar,
pembicara, trainer, dan lain sebagainya. Jadi jangan salah.
Si “grogi” tidak cuma memilih mereka yang baru beberapa
kali melakukan public speaking. Tapi mereka tidak
pandang bulu. Si “grogi” menyerang semua orang.
Ternyata oh ternyata.. hehe..
Jadi, anda tidak usah takut bahwa seakan-akan hanya anda
satu-satunya orang di dunia yang grogi ketika akan
melakukan public speaking. Semua orang ternyata pernah
(kalau tidak boleh dibilang selalu) mengalami grogi ketika
akan melakukan public speaking. Jadi, ketika di antara
orang-orang itu ada yang sanggup melawan rasa grogi
mereka, dan tampil prima di panggung public speaking,
Chapter 1
kenapa anda tidak bisa? Toh, rasa grogi milik semua
orang, ‘kan?
Jadi, sebenarnya memang rasa grogi ini bisa berakhir pada
dua hal. Pertama rasa grogi akan terus ada sampai dengan
akhir waktu menjadi pembicara/guru/moderator, dll. Tapi
ada juga yang kedua, yang berhasil menekan rasa grogi
tersebut hingga justru rasa percaya diri yang lebih
mendominasi. Yang kedua ini yang seharusnya menjadi
acuan kita. Performa kita sebagai public speaker akan lebih
optimal kalau bisa meraih rasa percaya diri sekaligus
menekan rasa grogi. Begitu ‘kan?
Chapter 1
Ketika berada di panggung
Chapter 1
Menjadi Seorang Entertainer di Panggung Presentasi
Berkali-kali menghadiri seminar di aula kampus saya,
membuat saya bertanya-tanya. Mengapa para pembicara
tersebut, terutama yang hanya tampil seorang diri,
seringkali membosankan?
Materi yang mereka sampaikan tidaklah membosankan,
sesungguhnya. Justru saya datang ke aula karena materi
yang akan mereka sampaikan. Pun, siapa mereka
(dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan),
mereka adalah orang-orang yang memang terkait dengan
materi mereka. Entah mereka adalah seorang dosen,
peneliti, praktisi bahkan pejabat terkait di topik-topik
tersebut. Tapi, yang menarik hanya materinya. Tidak
bagaimana mereka menyampaikannya.
Bicara penting tidak penting, yang paling penting adalah
materi. Itu memang benar, tidak perlu diperdebatkan. Dan
ketika pesan yang ingin kita berikan pada audiens lewat
materi itu sudah sampai pada target sasaran, tujuan kita
sebagai seorang presenter/pembicara, sudah selesai.
Tapi, tidak inginkah kita menjadi seorang entertainer di
atas panggung presentasi yang menghibur dan memukau
audiens kita? Nah, berikut adalah sedikit tips bagaimana
Chapter 1
tidak hanya menjadi seorang presenter, tapi juga
entertainer di panggung presentasi.
1. Sadarilah bahwa orang-orang datang untuk
mendengar anda. Sebelum anda melakukan presentasi di
hari-h, cobalah untuk hadir di hari gladi bersih. Sehari
atau dua hari sebelumnya. Latihlah diri anda sebagai
presenter di sana seorang diri. Berlatih di depan kursi-
kursi yang tak berpenghuni. Agar di hari-h anda
merasakan, bahwa audiens datang untuk mendengar anda
berbicara Hal ini menjadi penting ketika anda berada di
depan para hadirin, bahwa anda harus memberikan yang
terbaik pada audiens anda.
2. ketika anda berada di atas panggung presentasi,
sadarilah bahwa “semua mata tertuju pada
saya”. Semua gerak-gerik, ekspresi, intonasi dan kata-kata
anda. Karena audiens tidak hanya melihat layar presentasi
saja, atau hanya mendengar kata-kata saja, maka gerak-
gerik, ekspresi juga menjadi penting. Karena itu, menjadi
penting untuk mengintegrasikan sikap tubuh dan ekspresi
kita bersama dengan kata-kata yang kita ucapkan dan
intonasinya. Poin positifnya, pesan yang anda sampaikan
menjadi lebih jelas, anda juga menghibur dan memukau
audiens melalui kesatuan gerak tubuh dan kata-kata.
Chapter 1
3. sampaikanlah hal-hal menarik yang membuat
penampilan anda di atas panggung bisa diingat
banyak orang. Sampaikanlah cerita pribadi yang anda
alami. Yang menarik, tentu. Dan menarik tidak harus lucu,
lho. Yang jelas harus bersesuaian dan cocok dengan
dengan tema materi yang akan anda sampaikan.
Atau sampaikanlah insight-insight yang muncul di sekitar
kita. Insight ini adalah salah satu hal yang menarik ketika
kita mempresentasikan materi tentang marketing,
misalnya. Tentang mengapa perilaku konsumen bisa
berbeda-beda. Ternyata, ada perbedaan psikologis. Boleh
juga bercerita tentang hal-hal yang lucu. Dan tentu, lucu di
sini tidak sama dengan lucu-nya komedi-komedi kita yang
ada di Indonesia. Lucunya harus cerdas. Kira-kira begitu.
Bukan lucu yang menjelek-jelekkan orang lain. Bukan lucu
karena jelek.
4. Isilah presentasi anda dengan sedikit penampilan,
video, atau lagu. Bila perlu, sedikit menyanyi atau
memainkan alat musik. Tentu, tambahan seperti ini harus
disesuaikan dengan materi apa yang disampaikan. Sesuai
artinya, bisa sama dengan tema presentasi. Misal,
presentasi tentang bagaimana cara bermain gitar klasik,
diawali dengan permainan gitar klasik terlebih dahulu.
Chapter 1
Atau, sesuai juga bisa berarti ada kesamaan pesan/
kesimpulan yang akan/sudah disampaikan dalam
presentasi. Misalnya yang dilakukan oleh Steve Jobs ketika
memperkenalkan laptop paling tipis di dunia:
memasukkannya ke dalam amplop, meletakkannya di atas
meja, dan kemudian mengeluarkan laptop dari amplop di
hadapan audiens!
Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Selamat menjadi
Entertainer di Panggung Presentasi.
Chapter 1
FOR dan FOE, Panduan Anda Memahami Audiens
“Frame of Reference: The context,
viewpoint, or set of presuppositions or of
evaluative criteria within which a person’s
perception and thinking seem always to
occur, and which constrains selectively the
course and outcome of these activities”
Fontana Dictionary of Modern Thought (2nd
edn: 1988)
Read more: Frames of
Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f
rame.htm#ixzz1DkbIaD7z
Under Creative Commons
License: Attribution Non-Commercial No
Derivatives
Saat ini, kita berada di balik panggung public speaking,
menanti datangnya waktu dan tempat yang tepat untuk
menghadirkan diri kita sebagai public speaker di hadapan
para hadirin. Para hadirin, yang dengan sengaja sudah
datang ke gedung ini, sudah siap untuk melihat dan
mendengar apa yang akan kita sampaikan. Tapi tidak
Chapter 1
dengan kepala yang kosong tak berisi. Melainkan dengan
sejumlah pengetahuan dan pertanyaan yang sudah ada
sebelumnya. Kita, public speaker, tidak akan berbicara
dengan botol kosong.
Hadirin tidak datang seperti bayi yang baru lahir ke dunia.
Hadirin datang seperti seorang anak yang baru saja
menyelesaikan pendidikan dasar atau menengahnya, atau
seperti seorang sarjana yang baru saja menyelesaikan
pendidikan tingginya. Mereka datang dengan asumsi
tertentu, asumsi yang belum tentu sama dengan kita,
frekuensinya. Syukurlah bila sama, tetapi seringkali tidak.
Tapi justru di sanalah gunanya public speaking. Untuk
menghantarkan ide/gagasan/ilmu kepada para
komunikan, agar tercapai kesepahaman atau kemudian
tindakan.
Frame of Reference (FOR) dan Frame of Experience (FOE)
adalah dua kategori yang melingkupi semua asumsi yang
sudah mengisi hadirin di hadapan anda, public speaker.
FOR adalah asumsi-asumsi yang menjadi referensi bagi
para hadirin, bahkan setiap orang hadirin. Anda tahu,
sewaktu kecil, kita seringkali diberi tahu tentang sesuatu
oleh orang tua kita, bahkan sebelum kita melihatnya. Anda
tahu, guru geografi anda menceritakan tentang suatu
Chapter 1
wilayah, yang belum pernah anda kunjungi. Semua itu
membentuk persepsi anda tentang sesuatu. Simak quote
menarik berikut :
“We are told about the world before we see
it. We imagine most things before we
experience them. And those
preconceptions, unless education has made
us acutely aware, govern deeply the whole
process of perception” Walter
Lippmann Public OpinionNY, Macmillan,
1922
Read more: Frames of
Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f
rame.htm#ixzz1Dke3AqSL
Under Creative Commons
License: Attribution Non-Commercial No
Derivatives
Frame of Experience (FOE) adalah berbagai pengalaman
yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang
pernah dilakukan, yang memberiikan persepsi pada
hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai
kelompok. Semua FOE telah memberiikan asumsi bagi
mereka, sesuatu yang perlu anda ketahui, sebelum
Chapter 1
menghantar ilmu/ide anda kepada mereka. Segala hal
yang dialami oleh hadirin, selama itu berupa pengalaman,
kita masukkan semua ke dalam kategori ini.
Kedua makhluk ini, FOR dan FOE adalah pembentuk
persepsi dan asumsi hadirin kita. Sebagai public speaker,
kita harus mengetahui hal ini terlebih dahulu. Ini yang
mungkin membedakan, kita sebagai seorang mahasiswa
S1 akan terasa lebih sulit untuk menyampaikan ide
tentang penelitian ilmiah di hadapan seorang profesor
ketimbang puluhan rekan-rekan kita sendiri. Karena
profesor, memiliki lebih banyak FOR dan FOE ketimbang
rekan-rekan mahasiswa kita yang seumuran.
Simpulannya adalah, ketika anda sedang mempersiapkan
public speaking anda di depan khalayak, cobalah untuk
turut mencari tahu, apa saja FOE dan FOR yang sudah
menghinggapi mereka sebelumnya. Dengan mengetahui
kedua hal ini, akan mudah bagi kita untuk menghantarkan
ide/ilmu/gagasan kita kepada mereka.
Chapter 1
Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi Anda!
Ada banyak presenter yang sangat mengandalkan layar
presentasi mereka. Sejak awal menyiapkan diri untuk
presentasi, mereka menuang semua bahan yang akan
disampaikan, tumpah ruah ke dalam slide-slide mereka.
Khawatir gambar tidak bisa menjelaskan maksud yang
ingin mereka sampaikan, alih-alih mereka justru
menuangkan paragraf ke dalam tiap slide mereka.
Selain itu, mereka menghitung berapa banyak slide yang
harus mereka buat berdasar asumsi awal mereka: berapa
menit yang terhabiskan oleh setiap slide. Jadi misalnya
disediakan waktu 30 menit, dengan tiap slide
menghabiskan waktu 2 menit, maka slide yang harus
mereka buat adalah 15 slide! Entah bagaimana
mengisinya, pokoknya jumlahnya harus 15 slide, tidak
boleh lebih, apalagi kurang!!
Mereka mengawali presentasi dengan berdiri di hadapan
audiens. Tapi hanya berdiri saja. Mereka memberiikan
salam pembuka, tapi tidak menatap audiens. Kemudian
mereka fokus pada layar presentasi. Mereka menceritakan
semua yang terlihat di tiap slide, dan terus seperti itu pada
Chapter 1
slide-slide yang berikutnya. Rasanya, tidak ada bedanya,
antara ada audiens atau tidak ada..
Biasanya, hal ini terjadi karena anggapan dari presenter
sendiri, bahwa audiens adalah botol kosong. Botol yang
tidak ada isinya sama sekali, dan botol yang harus dituang
air “informasi” ke dalamnya. Padahal tidak sama sekali!
Audiens adalah manusia hidup yang datang untuk melihat
dan mendengarkan. Mereka ingin melakukan konfirmasi
atas apa yang mereka ketahui sebelumnya. Atau, bila
memang mereka belum mengetahui sesuatu apa pun,
mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka
ingin rasa ingin tahu tersebut terpuaskan.
Karena itu, sesungguhnya mereka ingin terlibat. Mereka
bukan botol kosong yang hanya ingin mendengar dan
menangkap informasi. Tapi mereka juga ingin
mengkonfirmasi apakah informasi tersebut benar adanya.
Minimal, sampai rasa ingin tahu mereka benar-benar
terjawab.
Bagi anda para presenter, jangan mudah ditipu oleh layar
presentasi. Layar adalah alat bantu bagi anda untuk
memudahkan penyampaian. Fungsi layar sesungguhnya
adalah memvisualisasikan apa yang anda sampaikan.
Memvisualisasikan kepada hadirin anda. Tapi inti dari
Chapter 1
presentasi anda tetaplah ide anda sendiri. Ide yang ingin
anda sampaikan.
Oleh karena itu, jangan menumpahkan semua bahan ke
dalam slide-slide presentasi anda. Slide hanyalah alat
bantu. Jangan sampai alat bantu justru mengganggu anda
dalam menyampaikan ide anda. Ide anda adalah prioritas
yang harus tersampaikan. Dan visualisasi melalui slide
presentasi hanyalah alat bantu.
Chapter 1
Mencuri Seluruh Perhatian Audiens
Public Speaking ternyata memang tidak bisa asal-asalan.
Mungkin bisa, bagi mereka yang sudah sangat
berpengalaman, yaitu yang sudah sangat sering diminta
untuk berbicara di depan hadirin. Tapi tentu saja, mereka
mengawali itu semua dengan belajar dan berlatih dengan
serius. Hampir semua aspek dalam public speaking tidak
bisa kita anggap remeh. Termasuk (dan terutama) dalam
hal mendapatkan perhatian audiens. Mulai dari yang
duduk di depan, hingga di belakang. Mulai dari awal,
hingga akhir kesempatan public speaking yang diberikan
kepada kita.
Ada beberapa hal yang coba saya sarankan kepada teman-
teman semua, seluruh pembaca artikel ini, terkait
bagaimana “mencuri seluruh perhatian audiens”:
Kenali siapa audiens anda. Pada dasarnya, tidak ada
waktu yang tidak tersedia bagi kita, calon pembicara
untuk mencari tahu siapa saja calon audiens kita.
Seberapa pun sempitnya waktu ketika kita dihubungi
untuk mengisi suatu kegiatan seminar, pelatihan, kelas,
dan lain sebagainya, sebenarnya selalu ada kesempatan
untuk mencari tahu siapa saja calon pendengar kita. Dan
Chapter 1
kesempatan ini jangan disia-siakan sama sekali. Aspek
penting yang harus kita ketahui adalah apa aktivitas
sehari-hari yang mereka lakukan. Berbicara di depan
puluhan mahasiswa tentu berbeda dengan berbicara di
hadapan para pejabat pemerintah, dan lain sebagainya.
Dari sini kita bisa mengetahui, gaya komunikasi seperti
apa yang layak kita bawakan. Lelucon seperti apa yang
pantas untuk kita sampaikan. Bila gaya komunikasi saja
sudah tidak pas, bagaimana kita akan mendapat perhatian
audiens ‘kan?
Kenali karakteristik audiens anda. Karakter audiens
juga akan mempengaruhi apa dan bagaimana kita
menyampaikan materi yang dipesan kepada kita. Karakter
yang paling utama adalah bagaimana kita harus
berinteraksi dengan mereka. Apakah mereka cukup
terbiasa untuk berdiskusi di tengah-tengah pembicaraan?
Atau justru diskusi biasanya dilakukan di tanya jawab?
Yang kedua, bagaimana posisi pemahaman mereka
terhadap hal yang akan anda sampaikan? Apakah hal
tersebut sudah demikian familiar bagi mereka, sehingga
kita tidak perlu mengulanginya dari dasar? Bisa jadi
sebaliknya, kita harus menekankan beberapa hal
fundamental di awal presentasi kita kepada audiens,
Chapter 1
sebelum sampai kepada inti materi. Seberapa perhatian
mereka terhadap apa yang anda sampaikan, dipengaruhi
juga oleh sejauh apa pemahaman mereka, disamping
minat terhadap materi yang akan anda sampaikan.
Hanya sebagai contoh, public speaking berupa pidato
sambutan tentu saja tidak memerlukan sejauh apa
pemahaman audiens akan yang anda sampaikan, cukup
menjembatani saja antara pembukaan dengan inti acara.
Tetapi sebaliknya dengan pengisi materi inti. Dia benar-
benar harus mengetahui sejauh apa posisi pemahaman
audiens, agar dapat menyampaikan materi sebaik-
baiknya, setepat-tepatnya. Keduanya berbeda, tetapi tetap
memerlukan perhatian yang sama kan dari seluruh
audiens?
Ciri-ciri audiens yang fokus pada public speaking
Ketiga parameter berikut dapat menjadi tolok ukur anda
sebagai pembicara, untuk mengukur seberapa perhatian
audiens terhadap apa yang anda sampaikan:
1. Aura positif. Apakah anda merasakan bahwa
situasi dan kondisi public speaking memiliki aura
positif seperti yang anda harapkan? Bila anda
berbicara dalam suatu pelatihan kepemimpinan,
Chapter 1
apakah anda merasakan munculnya semangat
kepemimpinan dari para peserta?
2. Interaktif. Interaktif disini, sebenarnya lebih
mengarah pada ketidakmonotonan suatu public
speaking. Bisa monoton, ketika metodenya itu-itu
saja. Hanya berbicara saja, bisa jadi monoton.
Tidak mengajak audiens aktif, bisa jadi monoton.
Hanya berdiri di satu titik saja di ruangan, bisa jadi
monoton. Dan seterusnya, dan seterusnya.
3. Komunikasi dua arah. Ini adalah salah satu
bentuk public speaking yang interaktif. Pelibatan
kedua fungsi komunikasi: komunikan dan
komunikator. Yang berbicara dan yang
mendengarkan. Tidak hanya satu arah saja, tidak
hanya satu pihak sebagai pembicara dan satu
pihak lainnya sebagai pendengar. Tapi keduanya
berbicara dan keduanya mendengarkan.
Parameter ini termasuk salah satu parameter
terpenting dalam kualitas anda sebagai seorang
pembicara.
Demikian artikel ini, semoga sukses menerapkannya bagi
anda, calon pencuri perhatian seluruh audiens
Salam, Ikhwan.
Chapter 1
Outfit yang Pas untuk Presentasi
Presentasi adalah soal menghantarkan. Presentasi
bermaksud menyampaikan pesan. Presentasi tidak hanya
secara lisan dan gambar di layar. Tapi presentasi juga
termasuk soal menyatukan materi presentasi dengan sang
presenter itu sendiri. Karena itu, outfit sebagai bagian dari
presenter, menjadi hal penting dalam presentasi. Dan ini,
harus benar-benar sesuai dengan jenis presentasi yang
dilakukan. Jenis presentasi, sedikit banyak bisa
menggambarkan materi presentasi yang ingin
disampaikan. Dari sini, kita menentukan outfit apa yang
sebaiknya kita gunakan. (outfit: pakaian)
Presentasi Akademik
Dunia pendidikan kental sekali dengan penelitian dan
pemaparan hasil penelitian. Setelah pendidikan Sekolah
Menengah, untuk menjadi seorang sarjana, mahasiswa
tersebut dituntut untuk mampu merancang,
melaksanakan, membahas dan menyampaikan penelitian
dan hasilnya kepada para dosen strata 1. Pada strata 2
(S2), tuntutan penelitian juga lebih mendalam, pada
bidang tertentu. Strata 3 lebih keren lagi, harus
Chapter 1
memunculkan sesuatu yang baru dan tidak lagi didukung
oleh pembimbing, melainkan oleh promotor.
Bahasan presentasi akademik bersifat logis, empiris
berdasar fakta atau data, dan sistematis, tentu saja. Di sini
presenter akan menyampaikan latar belakang dan tujuan
penelitiannya, metode penelitian kemudian hasil serta
kesimpulannya. Selanjutnya, para penguji akan
mempertanyakan segala hal yang terkait penelitian
sekaligus teori-teori yang menyertainya. Semua dilakukan
dengan logis, empiris, dan sistematis.
Outfit yang tepat : pakaian formal, karena suasana diskusi
yang formal, dan dalam kegiatan pendidikan yang bersifat
resmi. Minimal, kemeja dan dasi untuk pria, sedangkan
wanita memakai blus. Lebih baik bila memakai jas. Sepatu
juga menyesuaikan. Sepatu berhak tinggi menambah
percaya diri, tapi harus tetap membuat nyaman. Pria
mengenakan pantofel.
Presentasi Bisnis
Bisnis adalah dunia sosio-sains. Kombinasi antara social
dan sains, meski sedikit. Banyak hal dalam bisnis bisa
dijelaskan secara logis, meski sedikit. Sambil berjalan pada
rel logis, bisnis penuh dengan kreatifitas. Sehingga, tampil
Chapter 1
beda (baca: tampil kreatif) adalah suatu kebutuhan dalam
presentasi bisnis. Perbedaan akan membuat produk yang
anda perkenalkan akan diingat, dan perbedaan juga yang
akan membuat produk anda dibeli oleh banyak orang.
Lihat saja Steve Jobs. Pendiri Apple,Inc. yang setelah
kembali ke perusahaan yang didirikannya sendiri, menjadi
lebih terkenal sebagai seorang presenter handal produk-
produk Apple,Inc. Kecintaannya pada produk inovasinya,
membuat dirinya sendiri selaku CEO (baca: direktur
utama) yang mempresentasikan produk-produk inovatif
tersebut. Dan untuk itu, Steve Jobs berani tampil beda,
dalam presentasi, di depan audiens.
Dia selalu mengenakan black mock (sejenis bahan kaos),
blue jeans, dan sepatu olahraga. Mungkin terdengar aneh.
Mungkin terdengar freak banget. Tapi itulah dia Steve
Jobs. Inovator produk revolusioner, music players dan
SmartPhones. Setelah semua produk-produknya
mengubah kebiasaan umat manusia, apakah anda akan
melarangnya untuk berpresentasi dengan pakaian seperti
itu, terus-menerus? Setelah semua yang dia lakukan,
rasanya, anda tidak akan melarangnya
Mahasiswa dari kampus-kampus juga biasa melakukan
presentasi bisnis ke perusahaan-perusahaan. Ya, bisnis.
Chapter 1
Mereka mengajak perusahaan untuk berpartisipasi
sebagai sponsor dalam program mereka, dan mereka
mendapat pendanaan untuk program tersebut. Outfitnya?
Relatif standar, meski tidak jelek-jelek sangat. Kemeja,
jangan kaos. Celana bahan lebih baik dibanding celana
jeans. Bila perlu, membawa laptop untuk langsung
presentasi. Pakai Tablet PC juga boleh, koq. Semakin
terbaru, semakin baik malah
Cara ini sangat direkomendasikan, sebenarnya. Karena
desain slide presentasi dapat ditujukan langsung dan
personal untuk perusahaan tersebut, agar bersedia
menjadi sponsor.
Presentasi Seminar
Pernah menyaksikan program TV ”Mario Teguh Golden
Ways”, kan? Berkali-kali saya amati, atasan pakaian yang
beliau seringkali gunakan adalah kemeja, dasi dan jas.
Adakalanya juga beliau menggunakan kemeja dan dasi.
Bahkan, beberapa kali hanya mengenakan kemeja saja.
Untuk bawahan, hampir semuanya dipadankan dengan
celana berbahan katun.
Ketiga macam atasan pakaian yang digunakan Pak Mario
Teguh adalah pakaian yang seringkali digunakan para
Chapter 1
pembicara dalam seminar-seminar. Termasuk ketika saya
memoderasi seminar yang diisi oleh Wakil Menteri
Transportasi dan Rektor Universitas Paramadina. Bapak
Wakil Menteri Transportasi menggunakan kemeja dan jas
saja, sedangkan Bapak Rektor menggunakan kemeja batik.
Nah, ini. Pakaian resmi-tradisional seperti batik juga
sangat baik digunakan dalam presentasi. Di satu sisi
pakaian ini berpotongan kemeja, di sisi lain membawa
atribut budaya daerah dalam kegiatan semacam seminar.
Hal ini juga bernilai positif di hadapan audiens, koq.
Penutup
Ada nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sikap dan
tingkah laku kita kala berinteraksi dengan orang lain.
Tidak hanya dalam interaksi face to face dengan seorang
lawan bicara, tapi juga ketika kita berhadapan dengan
lawan bicara dalam jumlah besar (audiens). Tidak hanya
nilai budaya bangsa yang hadir, sesungguhnya. Tapi ada
kesan menghormati yang kita jaga dan perlihatkan pada
rekan presenter kita. Semuanya penting : eye contact, open
posture dan hand gesture. Dan sama pentingnya dengan
yang kita bahas kali ini di atas: outfit yang tepat untuk
presentasi.
Chapter 1
Aslinya Foto untuk Presentasi
Gambar berbicara lebih banyak daripada sekedar tulisan.
Dan gambar berupa fotografi yang ditampilkan dalam
presentasi, akan lebih menyentuh hati ketimbang sekedar
gambar (kartun atau diagram). Ingatlah apa yang disebut :
Picture Superiority Effect (PSE). Apabila hanya tulisan,
hanya akan diingat sebanyak 10% di antara materi yang
disampaikan, pada 72 jam berikutnya. Sedangkan apabila
disampaikan bersama dengan gambar, orang-orang akan
mengingat sebanyak 65% di antaranya, pada jam yang
sama, yaitu 72 jam setelah presentasi dihantarkan.
Menurut John Medina, setiap kata pada layar presentasi
kita akan diingat sebagai sebuah gambar. Karena itu, pada
layar presentasi berisikan 40 kata (ini adalah jumlah kata
yang sering muncul dalam tiap slide presentasi, menurut
suatu penelitian), pesan yang ingin disampaikan akan
sangat-sangat membingungkan. Ada 40 gambar gitu!
Nah, agar tidak membingungkan waktu memakai foto
untuk presentasi, ini adalah kriteria penting untuk si foto
tersebut :
Chapter 1
Simplicity: point of interest
Sederhanakan objek foto yang anda ambil dengan kamera
anda, sehingga objek itu terkesan “tunggal” atau menjadi
“pusat perhatian”, terhadap benda-benda lain di
sekitarnya. Ambil contoh dalam fotografi, bagaimana kita
memotret masjid di tengah-tengah hiruk-pikuk keramaian
kota dan masyarakatnya, dengan tujuan foto ini digunakan
untuk memvisualisasikan suatu situs peribadatan
terhadap sekitarnya. Atau bagaimana kita memotret suatu
bangunan dengan atap yang unik di tengah-tengah suatu
lingkungan dengan banyak rerumputan di sekitarnya dan
satu tempat parkir di sebelah bangunan tersebut?
Balance: mau simetris atau asimetris ?
Indahnya fotografi dalam presentasi adalah ketika kita
dapat menyesuaikan objek foto yang “simple” tapi
“harmonis” dengan benda-benda lain yang berada di
sekitar objek tersebut. Balance tidak harus simetris,
karena objek tidak harus berada di tengah-tengah foto.
Tetapi dapat juga dilakukan dengan meletakkan objek di
posis yang asimetris terhadap benda-benda lainnya.
Misalkan bagaimana kita menempatkan seorang pedagang
keliling (objek) di jalan-jalan perumahan, untuk
Chapter 1
memvisualisasikan keinginan pedagang tersebut untuk
dapat menjajakan dagangannya di kompleks perumahan
tersebut. Seberapa jauh pandangan seorang pedagang ini
dapat memperlihatkan kepada audiens sejauh apa
“keinginan” pedagang ini untuk menjajakan dagangannya
dari rumah ke rumah. Untuk ini, kita dapat meletakkan
sang “objek” di sisi tepi dari gambar foto kita untuk
memaksimalkan “keinginan” sang objek.
Framing: sense of deepness
Memberikan ”kedalaman” pada gambar foto kita juga
penting untuk melukiskan ruang 3 dimensi dalam potret 2
dimensi kita. Misalnya, dalam suatu lembar promosi
wisata, terdapat foto danau yang dipotret dari tempat
yang agak tinggi. Dari titik pemotretan ini, kita bisa
melihat bagaimana luas permukaan danau secara
keseluruhan. Termasuk seberapa lebar siy kira-kira danau
tersebut? Hehe.. betul tidak?
Atau misalkan, di lembar promosi wisata yang lain, sang
pemasar ingin memperlihatkan pantai Indonesia sebagai
pantai dengan garis terpanjang di dunia dan sangat layak
menjadi daerah kunjungan wisata. Cara menampilkan
”panjangnya garis pantai” adalah dengan memotret bibir
Chapter 1
pantai sepanjang mungkin dengan teknik yang
memaksimalkan lembar potret kita, yaitu memotret garis
pantai hingga tampak diagonal dalam foto kita.
Ekspresi dong… fotografi bisa mengeksplorasi
ekspresi makhluk hidup, lho!
Menghadirkan perasaan audiens ke dalam ruang
presentasi juga butuh media, tentu saja. Tidak bisa hanya
dengan mengandalkan lisan dari kita saja. Dan di sinilah
kelebihan foto sebagai media presentasi. Rekaman gambar
makhluk hidup dengan ekspresi aslinya (yang tentu sulit
untuk direkayasa secara digital) menjadi salah satu yang
dapat kita gunakan untuk menyentuh perasaan audiens,
hingga mengajak mereka hadir dan merasakan presentasi
kita seutuhnya.
Foto tanpa editing, seindah warna aslinya
Alam tidak pernah luntur warnanya. Pun demikian dengan
bentuknya. Berjalan-jalanlah bersama audiens anda yang
belum pernah mereka kunjungi, alam yang ada dalam foto
anda. Pun mereka pernah, ajaklah sekali lagi seakan-akan
anda dan mereka benar-benar ada di alam itu.
Deskripsikan pada mereka bagaimana keadaan di sana.
Chapter 1
Maksimalkan indera audiens kita agar mereka turut
merasakan suasana yang sama dengan kita. Libatkan
mereka bersama kita sehingga sebagaimana mereka juga
berada di alam yang sama dengan kita. Dan semuanya bisa
kita lakukan dengan foto alam tanpa editing sedikitpun!
Chapter 1
So, The Stage is Yours
Beberapa orang di antara kita adakalanya mengalami
gugup sebelum maju untuk presentasi. Sebenarnya
presentasinya tidak langsung dilakukan. Jadi, bukan yang
langsung diminta, untuk kemudian langsung
mempresentasikan. Tapi ada jeda waktu untuk
mempersiapkan materi presentasi dan bagaimana
presentasi itu disampaikan. Nah, meski demikian, ternyata
beliau juga masih belum PeDe setelah beberapa kali
latihan.
Percaya atau tidak, siap atau tidak siap, sesungguhnya kita
harus maju ketika sudah diminta untuk presentasi. Karena
tidak bisa tidak, masa’ ketika sudah di depan audiens, kita
tiba-tiba ingin mundur. Saya pernah mengalami ini
sebelumnya. Bukan saya sebagai yang mempresentasikan,
tetapi saya sebagai audiens. Saya sudah melihat seseorang
maju dan berdiri di depan, di tempat seharusnya
presentasi dilakukan. Dan saya siap melihat dan
mendengarkan. Tetapi, ternyata yang sudah di depan,
setelah berbicara beberapa saat—entah apa saat itu, saya
lupa apa yang sudah beliau sampaikan. Eh, ternyata eh
ternyata. Beliau minta mundur. Katanya, belum
Chapter 1
mempersiapkan diri. Padahal sudah terlanjur di depan,
dan sudah terlanjur ada yang disampaikan.
Nah, dua kejadian ini kan sangat disayangkan yah kalau
terjadi. Harus kita yakini bahwa akan ada saat kita untuk
maju dan menyampaikan pendapat kita. Siap tidak siap,
ada yang harus disiapkan atau tidak, ternyata
para audiens sudah ingin mendengar kita. Nah ini kan
tidak baik. Saya pribadi punya pengalaman seperti itu.
Ketika itu, saya diminta untuk menyampaikan beberapa
patah kata mewakili teman-teman. Tapi ternyata, apa yang
ingin saya sampaikan sudah terucapkan oleh ketua panitia
yang membuka acara, dan ketua organisasi dari yang
punya acara tersebut. Wah, gelagapan lah saya. Dan
hasilnya tidak baik, benar-benar tidak baik.
Selidik punya selidik, ada beberapa hal yang memang
seringkali mendasari sukses tidaknya kita untuk
presentasi. Dan ternyata, hal itu jauh dari persiapan. Jauh
dari kesiapan atau ketidaksiapan yang kita lakukan
sebelumnya. Hal tersebut adalah, ketenangan mental kita
untuk presentasi. Dan ini yang krusial, ternyata.
Dalam cerita tentang saya, saya bukannya tidak
menyiapkan diri. Saya sudah menyiapkan diri. Dengan
beberapa materi yang saya rencanakan untuk saya
Chapter 1
sampaikan, tentu saja. Nah, ini dia masalahnya. Saya tidak
menyiapkan mental saya ketika ternyata apa yang saya
akan sampaikan, sudah disampaikan oleh dua pembicara
sebelum saya. Dan inilah yang menyebabkan kegagalan
saya.
Padahal, kalau kita sudah memiliki ketenangan mental,
kita akan tenang menghadapi keadaan ini dan justru
berpikir kreatif untuk mensolusikannya. Dan bagi mereka
yang berhasil melakukannya, ini adalah batu loncatan
untuk bisa berhasil lebih baik lagi di kesempatan-
kesempatan presentasi yang berikutnya. Dan uniknya,
kejadian ini bisa berlaku untuk siapapun. Artinya, kita bisa
mengulangi keberhasilan-keberhasilan yang sudah ada
(baik oleh diri sendiri maupun orang lain) ini. Kalau sudah
siap dengan ketenangan mental, ya sudah. Silakan maju
saja. Saya akan menyemangati dengan kata-kata :
The Stage is Yours (panggung adalah milik anda)
Chapter 1
Lima Langkah Memperbaiki Presentasi
Tidak semua presentasi bisa diisi dengan materi yang
menarik. Terkadang, materi yang disampaikan terlalu
teknis, sulit untuk comprehensive, atau hanya sekedar
berbagi hal-hal menarik kepada audiens. Tapi, anda tidak
mungkin kembali ke balik panggung, membatalkan
presentasi kan? Hanya karena materi yang harus anda
sampaikan, tampak tidak menarik bagi audiens.
“The show must go on”, itu mungkin yang ada di pikiran
anda saat itu. Dalam keadaan seburuk apa pun, anda harus
tetap tenang dan berpikir kreatif, untuk mengatasi
persoalan ini. Berikut ini, kami berikan 5 langkah, yang
dapat anda gunakan kapan pun dan di mana pun untuk
menghidupkan kembali presentasi yang membosankan.
1. Tambahkan Variasi Vokal
Bahkan presentasi yang paling membosankan sekalipun,
akan menjadi “hidup” bila presenter manggunakan
beberapa variasi vocal. Lebih spesifik, ubahlah bagaimana
anda melafalkan kata-kata anda, atau berikan tekanan
suara pada pernyataan-pernyataan yang penting, atau
merendahkan suara anda untuk membuat efek pada isi
Chapter 1
materi yang tidak begitu penting menjadi lebih menarik.
Perubahan vocal yang monoton menjadi variasi yang lebih
hidup, akan membantu audiens anda untuk lebih
mendengarkan.
2. Tunjukkan Passion
Pilih topik paling tidak menarik di dunia, berikan passion,
dan—seperti sulap—anda sudah punya topik menarik
untuk didengarkan. Audiens anda begitu pintar, dan
mengetahui secara cepat, apakah presenter meyakini
kebenaran dari apa yang dia katakana. Ketika topik
dipresentasikan dengan passion, bahkan presentasi paling
teknis sekalipun dapat “hidup”.
3. Jadikan Nyata
Satu tantangan terbesar bagi presenter yang menyajikan
materi yang cukup teknis adalah menciptakan relevansi
antara audiens dengan materi. Terutama, bagi audiens
yang tidak familiar dengan topik tersebut. Sebagai contoh,
tidak semua orang tertarik dengan obat-obatan dan cara
menggunakannya. Bagaimanapun, jika presenter mampu
menunjukkan bagaimana obat-obatan dapat digunakan
secara sehari-hari, tiba-tiba semua materi menjadi
Chapter 1
menarik untuk diaplikasikan. Dengan memberiikan
informasi nyata melalui contoh dan studi kasus, presenter
dapat menjawab keingintahan paling dalam dari audiens :
“Dari presentasi ini, apa yang berguna bagi saya?”
4. Tunjukkan dengan Visual
Sebagian besar presenter memahami bahwa audiens
menyerap informasi dengan cara yang berbeda-beda.
Beberapa menggunakan pendekatan auditori, yang lain
menyediakan handout dan beberapa lainnya lebih
memilih menonton video multimedia daripada
mendengarkan kuliah selama 1 jam. Karena itu, presentasi
yang menarik menggunakan berbagai alat, dan ini sering
dilakukan! Bawalah gambar, video, chart, handout, dan
banyak media visual lainnya untuk presentasi anda.
Menggunakan dua atau lebih alat bantu visual, akan
membuat audiens anda terus tertarik dengan materi
anda—hingga presentasi selesai.
5. Pelan dan Bernafas Sejenak
Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa presenter tidak
boleh bernafas saat presentasi. Tidak ada aturan juga yang
menyatakan bahwa presentasi harus dihantarkan secepat-
Chapter 1
cepatnya. Pada kenyataannya, berhenti sejenak dalam
presentasi anda, akan memberiikan waktu bagi audiens
untuk menangkap, maksud apa yang presenter ingin
sampaikan. Terutama, bila presentasi terisi penuh dengan
fakta dan gambar, tanpa pesan singkat yang tersurat.
Sediakan waktu untuk bernafas, melihat sekeliling, dan
memastikan bahwa semua audiens terlibat dengan anda.
Presentasi yang terlalu cepat, kata-kata yang mengalir
secepat kereta api, slide yang segera berganti hanya dalam
hitungan detik, akan mengganggu audiens. Dan mereka,
akan meninggalkan anda dengan hanya sedikit informasi.
Jauh dari yang anda harapkan.
Itulah lima langkah untuk memperbaiki presentasi yang
membosankan. Ini hanyalah lima langkah. Tentu masih
ada banyak metode lainnya. Nantikan artikel berikut dari
kami, mengenai PUBLIC SPEAKING.
Chapter 1
Setelah turun panggung
Chapter 1
Menjadi Public Speaker Profesional
Public speaker bukan sekedar profesi yang dilakukan di
panggung presentasi. Tidak, lebih dari itu. Public speaker
profesional, adalah mereka yang profesional sejak
sebelum, saat, dan setelah momentum public speaking.
Public speaker profesional memiliki disiplin tertentu yang
secara konsisten mereka jalani untuk membangun karir
dan profesi mereka. Kita bahas satu demi satu.
Public speaker professional mempersiapkan diri
sebelum tampil di panggung
Public speaker professional sadar bahwa kesempatan
hanya datang satu kali. Pada materi yang sama, audiens
yang sama, waktu yang sama, semuanya hanya terjadi satu
kali. Dan public speaker professional tidak ingin menyia-
nyiakan kesempatan tersebut. Maka dari itu, mereka
selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Public speaker professional siap dengan keadaan
apapun yang mungkin terjadi di panggung
Sadar bahwa keberjalanan acara akan sangat bergantung
pada diri mereka, public speaker handal mempersiapkan
Chapter 1
diri untuk segala kemungkinan. Mulai dari keadaan paling
baik, yakni kesesuaian rundown acara dengan teknis
lapangan, hingga kemungkinan crash yang bisa terjadi
kapan pun di panggung. Public speaker professional siap
dengan perubahan keadaan yang tiba-tiba, siap untuk
mempercepat komunikasi yang dia lakukan, dan siap
untuk mengulur waktu yang sudah diberikan demi
kesesuaian dan keberjalanan acara. Sebabnya tentu saja
jelas, panitia tidak ingin kekacauan di balik panggung,
diketahui oleh audiens.
Public speaker professional, sebisa mungkin tidak
menolak tawaran yang diberikan
Bagi para public speaker professional, tawaran adalah
rezeki. Menolak tawaran public speaking, berarti menolak
rezeki. Dan mereka sadar, sekali menolak, bisa berarti
tidak akan diminta kembali untuk menjadi public speaker.
Kecuali bertabrakan dengan agenda penting pribadi, yang
tidak bisa ditunda-tunda lagi, atau bertabrakan dengan
agenda public speaking yang lain, maka public speaker
professional akan selalu berusaha mengambil kesempatan
yang diberikan.
Chapter 1
Profesi yang butuh kemampuan public
speaking
Chapter 1
Moderator yang Simple dan Smoothly
Dalam sebuah kegiatan seminar, inti acaranya adalah
penyampaian suatu materi kepada hadirin. Mereka datang
setelah mendapat informasi melalui baligo, spanduk,
radio, televisi dan lain sebagainya. Hadirin tentu memiliki
harapan tentang apa dan bagaimana materi disampaikan
oleh pembicara. Ekspektasi ini kemudian sedikit demi
sedikit dipenuhi melalui penyampaian materi. Dan
mencapai puncaknya ketika sesi tanya jawab dilakukan.
Keberjalanan seminar yang baik dan efektif mencapai
tujuan pemberian informasi ditunjang oleh beberapa
elemen seminar. Mulai dari tata panggung, pencahayaan,
tata suara (kapasitas speaker, microfon, dan lain
sebagainya), termasuk orang-orang yang berperan di
dalamnya : MC (master of ceremony), LO (liaison officer),
dan terutama : moderator.
Moderator ini layaknya sebuah interface dalam komputer.
Sistem operasi (operating system) komputer yang canggih
sekalipun, akan memberiikan kesulitan bagi para
penggunanya ketika tidak memiliki interface yang simple
dan smoothly. Sama dengan moderator seminar.
Moderator yang baik, adalah moderator yang bisa
Chapter 1
menjembatani pembicara dan hadirin secara simple dan
smoothly. Moderator yag berkualitas, akan memimpin
jalannya seminar dengan smooth (halus), secara perlahan
mengatur tempo pemberian informasi. Tujuannya agar
hadirin benar-benar bisa menangkap informasi seutuhnya
dan sesederhana mungkin dalam alokasi waktu yang
diberikan panitia.
Biasanya, MC akan mengawali acara seminar dengan
salam, tentu saja. Kemudian berlanjut dengan
menyebutkan judul seminar yang sedang dilaksanakan.
Setelah sedikit pengantar, MC akan meminta seorang
dirigen untuk memimpin lagu Indonesia Raya. Lagu ini
tidak selalu ada, tapi alangkah baiknya bila penyelenggara
membiasakan agar lagu ini selalu dinyanyikan. Kemudian,
MC akan mempersilakan moderator untuk maju ke
panggung dan mulai memimpin jalannya seminar. Kita
misalkan, moderatornya adalah anda.
Ketika sudah di depan panggung, sebaiknya anda
memberiikan sedikit pengantar. Semacam basa-basi
memang, tapi karena moderator analog dengan interface,
basa-basi ini penting bagi anda untuk menciptakan
jembatan yang menghubungkan pikiran hadirin dengan
Chapter 1
materi seminar yang sesaat lagi akan diberikan. Berikut
contohnya:
Saya adalah mahasiswa program bisnis
administrasi, tapi saya juga pengajar siswa
sekolah. Beberapa orang menyebut saya
adalah pengajar, tapi saya sebenarnya tidak
ingin disebut seperti itu. Saya lebih melihat
apa yang saya lakukan sebagai memberii
inspirasi. Karena, ketika mengajar
matematika, fisika, kimia, saya yakin
mereka tidak belajar banyak dari saya. Tapi
mereka justru belajar banyak ketika mereka
membaca sendiri, latihan soal sendiri, dan
seterusnya. Ketika mereka bertemu dengan
saya, saya akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Memberikan alternatif
solusi atas soal-soal yang mereka kerjakan.
Mereka sesungguhnya butuh motivasi dari
kita, contoh dari kita, dan kita menjadi
teladan bagi mereka. Semua itu, saya sebut
dengan “menginspirasi”.
Chapter 1
Dan hari ini, kita akan bicara tentang
inspirasi dalam dunia pendidikan. Inspirasi
dari Indonesia Mengajar. Sudah hadir di
antara kita, founder Yayasan Indonesia
Mengajar, Bapak Anies Baswedan dan
rekan beliau, Bapak Bambang Susantono.
Keduanya akan mensosialisasikan program
Indonesia Mengajar. Nanti kita bisa
eksplorasi lebih lanjut, tentang apa
sebenarnya program ini, syarat
keikutsertaannya bagaimana, dan
seterusnya.
Anda boleh membuat semacam yel-yel yang diteriakkan
oleh hadirin. Tujuannya adalah agar meniadakan jarak
antara kedua pihak. Kalau perasaan “dekat” sudah muncul
di hadirin, mereka akan meningkatkan perhatian pada
pembicara serta semakin antusias untuk bertanya. Tentu
saja, yel-yel yang anda siapkan harus berkait dengan
materi yang disampaikan.
Kemudian, undanglah pembicara anda menuju panggung
dengan cara yang tidak biasa. Terserah anda, yang tidak
biasa itu seperti apa. Saya sendiri biasanya mengundang
Chapter 1
dengan cara menyebutkan profil beliau. Aktivitas yang
dilakukan, pekerjaan/jabatan, buku yang pernah ditulis,
dan lain sebagainya. Baru kemudian saya menyebut nama
beliau. Dan pembicara akan naik ke atas panggung.
Biasanya, pembicara lebih dari satu orang. Karena itu,
selain kursi VIP (Very Important Person) di deretan depan
kursi hadirin, di panggung juga disediakan kursi tangan
dan meja. Setelah pembicara yang diundang duduk di
kursi di panggung, barulah anda mengundang pembicara
yang berikutnya. Lakukan terus hingga semua pembicara
sudah ada di panggung. Tentu saja, tidak ada sesuatu kaku
dalam “cara mengundang” ini. Ada boleh lebih kreatif,
selama masih sesuai norma dan etika di wilayah itu.
Selama pembicara menyampaikan materi, panggung dan
waktu adalah milik mereka. Tidak boleh diusik oleh anda.
Setelah anda mempersilakan pembicara untuk berbicara,
tugas anda hanyalah mengawasi penggunaan waktu oleh
mereka. Tidak boleh diinterupsi oleh anda. Bila waktu
hampir habis, segera ingatkan mereka. Tentu dengan cara
yang santun. Biasanya, dengan memberikan kertas kecil
bertuliskan “maaf pak/ibu, waktunya tinggal 5 menit lagi.
Mohon menyesuaikan”. Tapi tidak ada aturan yang kaku,
Chapter 1
sebenarnya. Anda sebagai moderator, tinggal
menyesuaikan dengan etika setempat.
Sebelum sesi tanya jawab, giringlah para hadirin untuk
bertanya. Munculkan semangat dahulu, dengan yel-yel
yang sudah anda buat. Kemudian berikan sedikit
simpulan, tentang apa yang sudah disampaikan. Berikan
motivasi untuk bertanya, kemudian buka sesi tanya jawab.
Untuk memudahkan anda, berikan batasan jumlah
penanya dan berapa pertanyaan yang ditanyakan. Jangan
lupa memberii tahu, berapa lama sesi tanya jawab akan
dilakukan. Sebisa mungkin, buatlah penanya berasal dari
kelompok hadirin yang berbeda: kanan, tengah dan kiri.
Setelah itu, rangkumlah pertanyaan yang sudah anda
dapat. Agar dengan mudah dan sistematis dijawab oleh
para pembicara.
Tutuplah seminar dengan suatu rangkuman. Bila ada,
kutiplah kalimat yang menggugah para hadirin dan
memberii pesan kuat pada hadirin. Agar pesan inti dari
pembicara, bisa dibawa keluar ruangan, dan tertancap di
benak hadirin. Kalimat ini bisa berasal dari spanduk yang
menjadi latar panggung, kata-kata pembicara, atau kalimat
yang ada di presentasi pembicara.
Chapter 1
Mudah kan, menjadi “moderator yang simple dan
smoothly”? Yang penting, persiapkan diri anda. Latihlah
berbicara menjadi moderator di depan cermin di rumah
anda. Bila perlu tuliskan di atas kertas, semua yang ingin
anda katakan. Datanglah ke tempat acara sehari
sebelumnya untuk melihat panggung, kursi hadirin, tata
cahaya, efek suara, dan lain sebagainya. Bila perlu,
berlatihlah lebih dulu di sana. Di hari-h, jangan lupa
datang lebih dulu daripada pembicara. Semoga sukses!
Sumber inspirasi: ketika menjadi moderator di roadshow
Indonesia Mengajar di Aula Timur ITB
Chapter 1
Menjadi Resepsionis Andal
Suatu waktu di Jakarta, saya menghadiri panggilan
wawancara kerja. Sembari menunggu di lobby perusahaan
tersebut, saya mengamati kinerja resepsionis disana.
Kebetulan, sejak pertama datang, saya juga sudah
langsung menghubungi beliau, yang langsung bertanya,
“selamat pagi. mau ketemu dengan siapa, pak?” sapaan
tersebut diiringi dengan senyuman lebar. Setelah beliau
tahu saya ingin bertemu dengan siapa dan beliau sudah
menghubungi, saya duduk menunggu di tempat yang
disediakan. Kemudian, sembari menunggu, saya melihat
beliau menjalankan tugasnya: melayani tamu perusahaan,
menyapa semua karyawan yang datang, menerima telepon
dari perusahaan supplier atau distributor mereka.
Tampaknya, pekerjaan yang sederhana dan sepele
(remeh). Tapi jadi tidak remeh karena pekerjaan itu terus-
menerus dilakukan sejak pagi hingga sore. Sedikit saja
konsentrasi buyar, bisa berabe (baca: kacau) itu
pekerjaan. Sedikit saja terbawa emosi akibat urusan
kantor yang lain, atau urusan keluarga, bisa berabe juga
itu pekerjaan.
Chapter 1
Persisten. Gigih. Ini yang pertama. Karena seorang
resepsionis selalu mengerjakan pekerjaan yang sama dari
pagi hingga sore. Kebosanan adalah kata pertama yang
harus dihadapi. Karena kebosanan bisa mengarahkan
resepsionis pada keteledoran dalam pekerjaannya.
Misalnya, menghadapi tamu perusahaan dengan wajah
yang tidak ramah & senyum yang tidak tersungging di
bibir. Atau juga, lupa menukarkan KTP tamu dengan ID
card “tamu”/”pengunjung” pada tiap tamu perusahaan
yang datang.
Baik dan ramah. Baik karena selalu memberiikan
layanan terbaik kepada antar bagian dalam perusahaan
dan kepada perusahaan lain. Resepsionis di perusahaan
tertentu, ada kalanya ditugaskan untuk menyambungkan
antar bagian dalam perusahaan melalui telepon intra-
perusahaan. Resepsionis juga harus ramah kepada
perusahaan lain, karena ini adalah salah satu cara untuk
menampilkan citra baik perusahaan.
Kenal dengan banyak orang dan tahu posisi mereka di
perusahaan.Karena itu resepsionis harus ramah kepada
karyawan dalam perusahaan, resepsionis harus mengenali
berbagai nama dan posisi yang jumlahnya sangat banyak
itu. Makanya, beberapa karakter seringkali menjadi
Chapter 1
kriteria untuk menjadi seorang resepsionis. Misalnya,
supel. Supel artinya pandai bergaul. Biasanya mereka yang
berkarakter supel, mudah untuk mengingat wajah, nama
dan “siapa” orang lain itu. Biasanya juga, mereka adalah
pribadi yang SKSD: “sok kenal sok dekat”. Karakter seperti
ini akan sangat menunjang karir seorang resepsionis yang
handal.
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional harus juga
dikuasai oleh resepsionis. Bila ini dikuasai oleh
resepsionis, maka ini adalah senjata ampuh yang dapat
membawa karir sang resepsionis melompat setinggi-
tingginya! Wajar, ini adalah bahasa pergaulan yang
dipakai secara internasional. Bertemu dengan tamu dari
negara lain, ekspatriat dari eropa atau amerika, misalnya.
Bahkan, kadang-kala eksekutif perusahaan harus diajak
berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Demikian empat hal yang akan memperkuat kinerja, posisi
dan karir seorang resepsionis di dalam perusahaan. Empat
hal yang sebenarnya semua resepsionis pasti punya, tetapi
dalam kadar yang berbeda-beda. Padahal, kadar tersebut
yang akan memperkuat citra profesional seorang
resepsionis. Berminat menjadi resepsionis? Sebaiknya
anda terapkan empat kriteria di atas.
Chapter 1
Ramahnya Penyiar Radio
Para pembaca yang budiman, tahukah anda bahwa
mendengarkan radio adalah pekerjaan sambilan? Yup,
pekerjaan yang dilakukan sembari mengerjakan pekerjaan
lain. Dan biasanya, cenderung mengutamakan pekerjaan
lain tersebut daripada pekerjaan ‘mendengarkan’. Betul
tidak para pembaca yang budiman? Sopir angkutan kota
yang memutar radio, tentu lebih mengutamakan
pekerjaan menyetir dan menerima ongkos perjalanan dari
penumpang, daripada pekerjaan ‘mendengarkan radio’
kan?
Nah, bicara tentang mendengarkan radio, para
pendengarnya ternyata bermacam-macam. Mulai dari
sopir angkot yang saya sebut di atas, atau pelajar sekolah
yang mendengarkan radio di rumah setelah pulang
sekolah, atau para pebisnis. Radio sebagai media, memang
memegang peranan penting dalam penyebaran informasi.
Kita ambil contoh saja untuk segmen remaja. Bagi
kalangan muda ini, radio berfungsi sebagai trendsetter,
karena melalui media ini, remaja bisa mendapatkan
informasi tentang gaya bicara, gaya hidup dan cara
berperilaku.
Chapter 1
Kalau begitu, tugas penyiar radio dari stasiun radio itu
sebenarnya apa sih? Kan sudah tahu ya, segmen
pendengar radio itu bermacam-macam. Kemudian,
mendengarkan radio itu juga bukan prioritas utama.
Berarti, tugas penyiar radio untuk menyampaikan
informasi semakin berat yah. Berat karena harus
membuat audiens tertarik dengan bahasan (minimal
sampai jadi aktivitas sambilan), jangan sampai pindah ke
lain saluran. Itu yang pertama. Kemudian, pada tahap
kedua, membuat informasi benar-benar sampai ke benak
pendengar.
Lantas, seperti apa menjadi penyiar radio yang baik itu?
Nah, ini ada beberapa tips yang harus anda terapkan, bila
ingin menjadi penyiar radio yang baik:
Miliki suara yang “hear-catching”. Ini memang jadi jurus
utama para pendengar. Dan ini juga yang jadi alasan
stasiun radio merekrut penyiar radio. Hear-catching lebih
karena penekanan suara pada nada-nada tertentu dalam
kalimat. Pernah dengar penyiar radio menyapa pendengar
kan? Nah, kira-kira seperti itu. Biasanya juga, penyiar
radio harus mampu menggunakan kosakata yang
dianggap “gaul” oleh para pendengarnya. Tentu, “gaul”
Chapter 1
disini, harus disesuaikan konteks segmen masing-masing.
“gaul” versi remaja tentu berbeda dengan “gaul” versi ibu-
ibu, apalagi “gaul” versi pebisnis.
Mudah dicerna. Penyiar radio sebaiknya tidak memakai
bahasa yang berat. Jangan pakai bahasa kamus lah. Pakai
bahasa sehari-hari saja. Maksudnya, jangan pake kosakata
yang jarang digunakan orang. Pakai yang umum-umum
saja. Untuk diingat, segmen pendengar anda memang
berasal dari satu kelompok segmen, yang memiliki
kesamaan karakteristik tertentu. Tapi, tingkat pendidikan
mereka bisa sangat beragam. Dan ini mempengaruhi
penguasaan kosakata yang mereka miliki. Tentu saja, tidak
semuanya menguasai banyak kosakata. Tapi mereka
semua pasti menguasai sedikit kosakata.
Sistematis. Tips ini terutama ketika penyiar radio,
sekaligus menjadi moderator dalam acara yang memiliki
narasumber sebagai pemberi informasi. Sistematis
artinya, mulailah dengan suatu latar belakang yang
menarik. Apa karena sedang tren, atau karena informasi
ini akan berguna bagi segmen tersebut, dan lain
sebagainya. Kemudian masuk ke materi yang ingin banyak
Chapter 1
dibahas atau diinformasikan kepada para pendengar.
Berikan jeda iklan di waktu yang tepat. Jeda juga tidak
harus iklan, bisa berupa lagu juga. Berikutnya, ketika
kembali ke acara, lakukan review kembali. Supaya
pendengar benar-benar menangkap informasi secara
keseluruhan, tidak sepotong-sepotong.
Tekun menyapa pendengar. Mendengarkan radio adalah
pekerjaan sambilan. Kalau tidak suka dengan apa yang
didengar, pendengar tinggal menggeser gelombang radio
saja. Tidak peduli bagaimana perasaan penyiar dan
kawan-kawan operator radio. Betul ‘kan?
Pendengar radio yang baik, adalah mereka yang pandai
mencari perhatian pendengar. Caranya bagaimana?
Pertama, rajin menyapa pendengar. Sapa mereka yang
baru “tune-in” dengan radio anda. Sapa mereka setelah
lagu selesai diputar. Sapa lagi mereka setelah jeda iklan,
dan seterusnya.
Kedua, selalu ceritakan program apa yang sedang
didengarkan oleh pemirsa. Apakah acara tangga lagu
terbaik, diskusi, dan lain sebagainya. Ini akan membuat
pendengar yang baru bergabung, segera paham acara apa
yang sedang berlangsung.
Chapter 1
Atur flow pendengar biar terkesan “rapi”. Tidak cuma
masalah tersampaikannya informasi secara baik, tapi
“image” juga penting. Ini tidak hanya image penyiar,
melainkan image stasiun radio yang bersangkutan juga.
Caranya? Relatif gampang. Yang pertama, jangan terlalu
cepat. Terlalu cepat berarti kita juga mengajak pendengar
kita untuk mendengar secara cepat. Padahal, mendengar
radio adalah aktivitas sambilan kan?
Kedua, atur aliran informasi secara “smooth” alias halus.
Perpindahan flow dari materi ke iklan ke lagu, dan
sebaliknya harus dilakukan secara halus. Berikan jeda
berupa lagu, sesaat pada pemberian informasi, untuk
mengendapkan lebih dalam informasi yang telah
disampaikan. Berikan simpulan singkat sebelum materi
mendapat jeda iklan atau lagu. Mulai dengan review
singkat sesaat sebelum materi kembali dimulai.
Itulah lima tips bagi calon penyiar radio. Tenang saja, tips
pertama tidak harus berbakat, koq. Merasa tidak
berbakat? Ya tidak apa-apa. Perbanyak latihan. Suara tidak
harus bagus sejak awal. Karena kualitas penyiar radio
tidak hanya ditentukan oleh suaranya saja. Tapi
ditentukan oleh kualitas performa secara keseluruhan.
Semoga sukses
Chapter 1
Sumber inspirasi: setelah menjadi narasumber dalam acara
Biz-Talk di K-Lite FM Bandung
Chapter 1
MC Pernikahan yang Pandai Menyambut
Tamu
Pernikahan adalah acara yang sakral-spiritual, serta
membahagiakan. Karena, pernikahan menyatukan dua
insan berbeda jenis ke dalam satu ikatan sehidup-semati.
Semuanya berbahagia, tidak terkecuali mempelai
perempuan dan mempelai lelaki. Keluarga keduanya pun
ikut berbahagia, termasuk juga kerabat dan sanak saudara
yang lain. Semuanya berbahagia pada kebahagiaan yang
lebih besar yang akan dicapai oleh keluarga baru ini.
Pernikahan diawali dengan suatu akad. Ini adalah acara
resmi yang harus benar-benar ada. Disini ikatan
pernikahan benar-benar disahkan oleh penghulu, antara
mempelai pria dan wali mempelai wanita. Kemudian,
adanya suatu pesta pernikahan, difungsikan sebagai media
informasi yang menyatakan bahwa sudah ada sepasang
pria dan wanita yang dinikahkan. Dalam momentum ini,
dibutuhkan peran seorang MC pernikahan untuk
memimpin jalannya resepsi pernikahan sebaik-baiknya.
Master of Ceremony (MC) dalam suatu pernikahan,
termasuk public speaking juga. Yang harus diingat oleh MC
pernikahan, adalah rangkaian acara harus berjalan lancar
Chapter 1
dan tertib. Lancar artinya tidak ada hambatan berarti
dalam pelaksanaan maupun peralihan acara. Sedangkan
tertib adalah berjalan sesuai dengan rancangan acara yang
sudah disusun. Tetapi, satu hal yang tidak boleh dilupakan
oleh MC pernikahan adalah nuansa “khidmat” itu sendiri.
Karena, resepsi pernikahan adalah suatu bentuk rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
MC pernikahan akan memimpin jalannya resepsi, yang
sebagian besar diisi oleh salam dan ucapan selamat dari
hadirin. Para tamu undangan ini akan mengantri untuk
bersalaman dengan keluarga dan pasangan pengantin.
Kemudian, tamu undangan dipersilakan untuk menikmati
hidangan yang sudah dipersiapkan. Di akhir sesi
pernikahan, akan ada sesi foto-foto pasangan pengantin
bersama kolega dan keluarga mereka. Keberjalan
rangkaian acara tersebut, harus dimoderasi oleh MC
pernikahan agar berjalan tertib, lancar dan khidmat.
Tugas MC pernikahan adalah menyambut tamu-tamu
undangan yang terus-menerus datang memenuhi
undangan pasangan pengantin dan keluarga. Ucapan-
ucapan selamat bisa diulang beberapa kali, untuk
memunculkan nuansa kebahagiaan di dalam ruang pesta
pernikahan. Nama pasangan pengantin dan nama keluarga
Chapter 1
juga sebaiknya selalu disebut, karena pesta pernikahan
adalah suatu acara “pemberitahuan” kepada tamu-tamu
yang diundang, bahwa pasangan pengantin yang disebut
namanya telah sah menjadi sepasang suami-istri.
Sembari mempersilakan hadirin untuk menikmati
hidangan, MC pernikahan dapat mengisi jeda-jeda
rangkaian acara dengan selingan musik, pembacaan puisi,
dan lain sebagainya. Di akhir acara, MC pernikahan
biasanya mengorganisir tamu undangan yang memiliki
hubungan dengan pasangan pengantin, dalam sesi foto
bersama. Baik itu teman sekolah, teman kuliah, rekan
kerja, maupun keluarga semuanya diorganisir di sini
untuk menjalani sesi foto.
Ada empat poin penting yang harus selalu ditekankan dan
diulang-ulang oleh MC pernikahan: pertama, ucapan
selamat dari tamu undangan kepada pasangan pengantin
dan keluarga. Kedua, mempersilakan hadirin untuk
menikmati hidangan yang disediakan. Ketiga, penampilan
band pengiring atau musikalisasi puisi untuk mengisi
jeda-jeda dalam rangkaian acara. Keempat,
mengorganisir sesi-sesi foto pasangan pengantin bersama
kerabat dan keluarga.
Chapter 1
Sumber inspirasi: pernikahan salah seorang rekan kuliah
saya, dimana saya menjadi MC
Chapter 1
Memperkenalkan Produk Baru, Seperti Steve Jobs
Tanpa saya beritahu sebelumnya, tampaknya anda semua
sudah mengetahui siapa itu Steve Jobs. Ya, beliau adalah
Chief Executive Officer (CEO, Direktur Utama) Apple Inc.
sekarang, yang dahulu bernama Apple Computer Inc.
Apple Inc. adalah cinta pertama beliau, sebuah perusahaan
komputer yang beliau dirikan di akhir tahun 1970-an.
Apple Inc adalah cinta pertama dan terakhir seorang Steve
Jobs. Cinta beliau tertanam begitu dalam pada setiap
produk-produk yang diluncurkan oleh Apple Inc, yang
seperti kita tahu, hampir semua produknya mengubah
perilaku umat manusia. Siapa tidak kenal dengan pemutar
music digital iPod? Laptop super tipis MacBook Air?
Gadget handphone, iPhone? Komputer tablet iPad?
Semuanya mengubah industrinya masing-masing. Tapi,
ada satu kesamaan di antara semua produk-produk Apple
Inc tersebut.
Yup, semua produk tersebut, sebelum dirilis ke pasar,
diawali oleh suatu launching yang heboh terlebih dahulu.
Launching yang dihadiri oleh banyak orang. Bukan karena
produknya saja, tetapi juga karena bagaimana produk
tersebut di-launching di acara yang memang dirancang
Chapter 1
untuk launching produk baru. Dan hasilnya luar biasa.
Perhatikan: 300,000 unit iPad berhasil terjual pada hari-h
launching. Dalam 3 hari setelah launching, iPhone 4 terjual
1,7 juta unit, dan iPhone 3G terjual 1 juta unit hanya dalam
waktu 1 minggu sejak launching!
Saya mengunduh (download) dan menyaksikan berulang-
ulang, bagaimana seorang Steve Jobs melakukan launching
produk-produk Apple Inc, dan dari video-video tersebut,
saya menangkap beberapa pesan penting bagi anda yang
ingin melakukan launching produk-produk perusahaan
anda:
Fokus pada peserta launching, bukan pada produk
yang diluncurkan
Jangan bercerita tentang kelebihan produk anda (saja).
Tapi jadikanlah momen launching sebagai sebuah
pertunjukan. Dan itu yang dilakukan oleh Steve Jobs dan
Apple Inc. launching produk apple adalah sebuah
pertunjukan, bukan sekedar perkenalan produk saja.
Masih ingat bagaimana Oom Steve memperkenalkan iPod?
Yup, “1000 lagu dalam kantong anda”. Dan kalimat itu
disertai gerakan memasukkan digital music player ke
dalam kantong. Itu adalah sebuah pertunjukan. Bagaimana
Chapter 1
dengan peluncuran MacBook Air? Ya! Laptop ini
sebelumnya disimpan dalam amplop coklat, hanya untuk
menunjukkan betapa tipisnya laptop ini!
Buat media membicarakan produk anda terlebih
dahulu, sebelum launching
Ini yang namanya buzz marketing. Artinya isu terlebih
dahulu dilempar ke pasar (calon pembeli), baru produk
benar-benar dirilis ke pasar. Apple Inc—katanya—tidak
sengaja membocorkan desain produk handphone mereka
ke pasar, yaitu iPhone. Padahal, ketidaksengajaan tersebut
pasti disengaja, untuk membentuk buzz (terjemahan:
dengungan) di pasar.
Jadilah revolusioner!
Dari sejak awal pendirian hingga saat ini, Apple selalu
berusaha tampil beda. Bukan sekedar beda, atau asal beda.
Tapi benar-benar berbeda. Sejak peluncuran the
Macintosh, salah satu personal computer (PC) pertama di
dunia. Kemudian tahun 2001, dengan digital music player
iPod-nya, salah satu pemain pertama yang merilis digital
music player. Kemudian smartphone iPhone pada 2007,
yang mencoba menandingi BlackBerry dari RIM (Research
Chapter 1
In Motion). Dan komputer tablet iPad pada 2010 yang kini,
menguasai 90% pangsa pasar.
Ubah launching produk menjadi sebuah event
pertunjukan
Steve Jobs tidak hanya memperkenalkan produk baru.
Oom Steve tidak hanya memberiitahukan bagaimana cara
menggunakannya, atau manfaatnya untuk apa. Tapi dia
bahkan mengubah acara launching produk menjadi
seperti konser musik: orang membayar untuk datang,
melihat dan mendengar apa yang dia katakan. Orang
membayar untuk melihat dia berbicara, berjalan dan
berekspresi di atas panggung.
Lakukan pre-order
Persilakan para calon pembeli, melakukan pre-order
terlebih dahulu. Bahkan sebelum produk diluncurkan dan
didistribusikan ke pasar. Urutannya adalah, buat media
membicarakan produk anda. Kemudian, umumkan pre-
order produk anda. Baru lakukan launching produk.
Begitu banyaknya produk Apple yang terjual pada minggu
pertama penjualannya, sebenarnya lebih banyak
ditentukan oleh pre-order ini.
Chapter 1
Rilis produk yang membuat pelanggan anda ingin
pamer
Ini gunanya focus group discussion untuk riset pasar.
Survey pasar yang biasa pakai kuesioner tidak ada
gunanya, karena terlalu kuantitatif. Pasar bisa saja
“bohong” untuk mengatakan mereka maunya apa. Padahal
ada kebutuhan tersembunyi yang mereka miliki. Yaitu
kebutuhan: pamer kepada orang lain.
Nah, kalau anda sudah menemukan produk apa yang
membuat pelanggan anda ingin pamer kepada orang lain,
lakukan 6 langkah pertama, lalu rilis produk yang
membuat pelanggan anda ingin pamer!
Sumber inspirasi: http://blog.kissmetrics.com/product-
launch-strategies/
Chapter 1
Komentator Sepak Bola yang Informatif
Kita mengenal banyak komentator di sepak bola
Indonesia. Contohnya, ada Bung Kus (nama sebenarnya M.
Kusnaeni, tapi di depan televisi lebih dikenal sebagai Bung
Kus) dan ada Bung Towel (nama aslinya Tomy Welly,
nama bekennya Bung Towel). Sejauh pengamatan saya,
keduanya berada di era yang berbeda. Belakangan, nama
yang kedua tampak lebih sering muncul di televisi,
khususnya di tayangan Liga Champion. Bisa jadi, masing-
masing memiliki eranya di layar kaca.
Menjadi komentator sepak bola memang tidak mudah,
menurut saya. Sejak pendapatan stasiun televisi berasal
dari iklan yang ditayangkan (kalau di Indonesia, sangat
didominasi oleh perusahaan rokok), maka saat-saat
sebelum pertandingan dimulai, istirahat babak pertama,
dan setelah pertandingan berakhir lebih didominasi oleh
iklan tersebut. Maklum, sepak bola adalah bisnis. Tidak
hanya di lapangan hijau, tapi sampai ke layar televisi.
Selain itu, masa-masa pertandingan dari menit 1 hingga ke
menit 90 juga lebih didominasi oleh komentator asing
yang sepaket dengan hak siar yang dibeli oleh stasiun
televisi Indonesia. Itu kalau bicara mengenai tayangan
Chapter 1
internasional, seperti Piala Dunia ataupun Liga Champions
Eropa. Untuk siaran sepak bola lokal seperti Liga Super
Indonesia, Liga Premier Indonesia atau Liga Divisi Utama,
tentu saja semuanya diisi oleh komentator lokal dalam
bahasa Indonesia.
Menjadi public speaker seperti komentator sepak bola
memang bukan pekerjaan yang mudah. Di satu sisi, begitu
banyak orang yang mampu memberi komentar, jadi
persaingan menjadi komentator cukup ketat. Sementara di
sisi lain, menjadi komentator yang memberi nilai tambah
tayangan sepak bola, juga cukup sulit. Kemampuan
memberi nilai tambah ini yang sangat dicari oleh stasiun
televisi. Stasiun televisi tentu tidak menghendaki
komentator yang hanya memberi komentar pada jalannya
pertandingan. Tapi yang dicari oleh stasiun televisi adalah,
komentator yang mampu memberii informasi lebih
mengenai pemain, klub, pelatih dan lain sebagainya.
Tapi kelebihan informasi yang dimiliki oleh komentator
tidak mungkin dibagikan begitu saja kepada para pemirsa
televisi kan? Tidak mungkin semuanya bisa disampaikan.
Selain bisa menyebabkan overload informasi di benak
pemirsa, waktu yang tersedia juga sangat singkat: 90
menit ditambah sebelum pertandingan, jeda istirahat dan
Chapter 1
setelah pertandingan. Itu untuk tayangan lokal. Tayangan
impor dari eropa atau amerika latin (termasuk piala
dunia) biasanya kesempatan memberi komentar justru
sangat sedikit saja: sebelum pertandingan, jeda istirahat
dan setelah pertandingan.
Jadi, tantangannya selama ini adalah bagaimana memilah
dan mengemas informasi dari begitu banyak sumber,
untuk kemudian menjadi informasi yang singkat, padat
dan penting untuk diketahui oleh para pemirsa. Itu
tantangan umumnya. Masih ada tantangan yang lebih
khusus, yang biasanya memang diniatkan tersendiri oleh
tiap-tiap komentator.
Kita ambil contoh Bung Kus, beliau sadar bahwa selalu ada
individu pemirsa yang baru saja ikut menikmati indahnya
tayangan sepak bola, khususnya internasional. Orang-
orang ini bukan penyuka olahraga sepak bola, yang hobi
bermain futsal setiap pekan. Tapi orang-orang seperti ini
benar-benar baru menikmati indahnya menonton sepak
bola. Nah, orang-orang yang baru bergabung ini, tentu
tidak bisa disodorkan informasi yang berat. Tapi harus
diberikan informasi yang sederhana, tapi terus menarik
minat mereka untuk konsisten menonton tayangan sepak
Chapter 1
bola. Komentator seperti ini kan yang dikehendaki oleh
stasiun televisi yang mendapat pemasukan dari iklan?
Jadi, masuk akal memang bila pekerjaan sehari-hari
komentator adalah pelatih sepak bola atau wartawan
sepak bola. Karena mereka harus bergaul dengan
informasi yang sedemikian banyaknya. Supaya, analisis
mereka bisa tajam. Tetapi, tantangannya adalah
bagaimana mengemas informasi tersebut menjadi
demikian sederhana di mata dan telinga pemirsa. Nah, ada
beberapa kiat menarik bagi anda, yang berminat menjadi
komentator sepak bola:
Sampaikan secara sederhana analisis yang anda
miliki. Sederhana biasanya identik dengan pola kalimat
yang sederhana. Kalau kita belajar bahasa Indonesia dulu
di sekolah, kira-kira yang disebut sederhana adalah yang
memiliki pola kalimat S-P-O atau S-P-O-K. jangan
menggunakan kalimat majemuk—yang biasanya
panjang—dan susah ditangkap intinya oleh pemirsa.
Disamping menggunakan kosakata yang memang umum
digunakan.
Manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu anda tidak
banyak. Jadi jangan lakukan pemborosan kata.
Sepengamatan saya, ada komentator yang boros
Chapter 1
menggunakan kata. Contohnya adalah menggunakan
istilah fast-break dan counter attack, dalam satu kalimat
yang sama. Padahal dua istilah tersebut memiliki makna
yang sama, yakni segera melakukan serangan balik setelah
memotong serangan lawan.
Sumber inspirasi: wawancara dengan Muhammad
Kusnaeni, yang pernah saya tonton di salah satu saluran
televisi swasta nasional
Chapter 1
Guru yang Bisa Menjelaskan
Profesi guru itu susah-susah gampang. Lebih banyak
susahnya daripada gampangnya. Susah, karena bertugas
untuk mencerdaskan orang lain. Susah, karena tugasnya
tidak hanya ngomong di depan kelas. Tapi member
penugasan, memeriksa tugas, memberi kuis, sampai
memberi dan memeriksa soal ujian, itu juga tugas guru
dan dosen.
Tapi relatif gampang yang dilakukan, dibandingkan
dengan jenis pekerjaan lainnya. Coba bandingkan dengan
profesi distributor yang harus berkeliling daerah, tidak
bekerja di tempat. Berurusan dengan macet, ketemu
pemilik toko yang gagal menjual barang dari prinsipal, dan
seterusnya. Kalau dosen dan guru kan berhadapan dengan
manusia-manusia yang ingin bertambah cerdas.
Tapi kalau dipikir, mencari guru/dosen yang baik itu
susah. Pengajar yang baik, menurut teman saya yang
memiliki usaha bimbingan belajar, itu susah dicari. Selain
harus bertingkah-laku baik, pengajar yang baik juga harus
mampu menjelaskan. Nah, ini yang susah. Ada banyak
orang pintar yang bisa mengerjakan soal, tapi cuma ada
sedikit orang yang bisa mengajar.
Chapter 1
Pengajar yang baik, adalah mereka yang bisa kembali ke
konsep pada saat penjelasan teknis dilakukan. Jadi, setelah
menjelaskan tujuan pembelajaran (baik makro maupun
mikro), kemudian penjelasan teknis, pengajar mampu
mengkaitkan kembali dengan konsep dasar dari materi
yang dijelaskan.
Penguasaan konsep dan teknis. Ini yang sebenarnya
menjadi alasan, kenapa banyak orang bisa mengerjakan
soal dengan baik, tapi tidak bisa menjelaskan. Mereka
paham bagaimana teknis, tapi tidak paham dengan
konsep. Atau, paling tidak, tidak bisa mengkaitkan dengan
konsep yang dia pahami.
Selebihnya, pengajar adalah profesi public speaking yang
relatif mudah. Karena, hampir setiap hari momen
mengajar itu ada. Jadi kesempatan ini tentu akan
memperkuat kemampuan komunikasi. Selain itu, audiens
juga relatif sama dari waktu ke waktu. Yakni, mahasiswa
atau siswa.
Jadi, para pengajar tinggal memperkuat pemahaman
terhadap konsep saja dan tidak hanya bergantung pada
teknis. Karena, dalam pengajaran kepada siswa atau
mahasiswa, yang penting adalah pembentukan pola pikir
melalui penanaman konsep yang jelas
Chapter 1
Memenangkan Kontes Debat
Mungkin kita seringkali melihat debat yah, seakan-akan
debat itu tidak ada gunanya. Hanya mempertahankan
pendapat yang tidak jelas tujuannya. Beberapa
berpendapat, kenapa tidak diskusi saja siy? Mencari solusi
terbaik kan bisa dengan diskusi. Tidak harus
mempertahankan pendapat (saja).
Padahal, debat itu sangat bermanfaat sesungguhnya,
teman-teman. Debat akan melatih kita untuk
berkomunikasi. Dua hal arti komunikasi disini:
menyampaikan pendapat dan (dengan cepat) memahami
pendapat orang lain. Menyampaikan pendapat berarti
melatih intonasi dan struktur kalimat yang keluar dari
mulut kita. Selain itu menyampaikan pendapat berarti
melatih bagaimana menempatkan gesture yang sesuai
dengan kata-kata yang diucapkan. Debat juga membantu
kita dengan cepat memahami apa yang dimaksud orang
lain, keterkaitan pendapat kita, dan bagaimana kita harus
merespon/menanggapinya.
Debat Akademis adalah kesempatan berlatih bagi semua
orang, dan karena ini adalah latihan, maka tidak harus
menang kan. Tentu saja. Tapi, tidak ada salahnya
Chapter 1
mempersiapkan yang terbaik dari diri dan tim agar bisa
meraih hasil. Yah, minimal bisa sampai babak final lah.
Kan kalau begitu sudah ada kepastian gelar yang
diperoleh. Berikut tips-tipsnya :
Melakukan Brainstorming
Mulailah dengan melakukan brainstorming pada tema
debat hasil undian. Mulailah dengan mereka-reka topik
apa yang akan dibahas dari tim lawan. Jadi, debat (yang
memang mempertahankan pendapat) sebenarnya tidak
hanya sekedar “tim saya benar, tim kamu salah”. Tidak.
Tidak seperti itu. Karena melakukan debat berarti juga
menangkis semua kemungkinan serangan debat dari tim
lawan. Nah, brainstorming inilah yang harus dilakukan di
awal.
Mencari Data yang Relevan
Kemudian, terhadap semua kemungkinan topik-topik yang
muncul dari brainstorming, mari mencari data yang
relevan. Usahakan semua topik tersebut bisa kita tangkis
dengan data yang kita miliki. Dan inilah menariknya
debat: data bisa sangat beragam tingkat kepercayaannya.
Data yang tersebar di internet dan berbagai media lainnya,
ditulis oleh beragam kalangan. Mulai dari ahli sampai yang
hanya sekedar mengutip-ngutip saja. Bahkan, tingkat
Chapter 1
kepercayaan sampai pada pihak mana yang mengeluarkan
data. Data yang dikeluarkan oleh institusi bisa saja, adalah
data yang membenarkan tindakan suatu institusi. Atau,
bisa juga hanya sekedar hasil liputan dari suatu peristiwa
atau wawancara terhadap seseorang. Ini yang
menyebabkan data dari berita tetap bisa kita gunakan,
meski tidak sekuat data hasil penelitian.
Jelang Debat yang Sebenarnya
Persiapkan data-data anda dan susun dalam skenario yang
pas: ada data untuk presentasi, ada data untuk senjata
rahasia. Logika yang sederhana, pengetahuan umum dan
data-data pendukung yang masih terkait langsung, boleh
dimasukkan untuk presentasi. Sisanya, simpan untuk
senjata rahasia sebagai bahan untuk debat terbuka
Pada prinsipnya, semua data dari berbagai sumber
dengan tingkat kepercayaan yang beragam dapat
digunakan. Hanya saja bagaimana kita akan
menggunakannya
Menyampaikan Pendapat Tim
Debat akan diawali dengan presentasi singkat dari tim pro
dan tim kontra. Awali presentasi
dengan insight (pengertian yang mendalam) tentang tema
debat. Kemudian, sampaikan logika yang masuk akal dari
Chapter 1
pemaparan tim anda dan didukung oleh data yang kuat (di
sinilah hasil brainstorming dan pencarian data akan
terlihat manfaatnya). Akhiri dengan kesimpulan bahwa
tim anda pro/kontra terhadap topik debat.
Pada sesi debat terbuka, gunakan logika untuk
meyakinkan pihak lawan debat. Dan disinilah pentingnya
data untuk memperkuat logika anda. Logika anda bisa jadi
masuk akal, tapi tidak akan kuat bila tidak didukung data
yang tepat (Sekali lagi, data bisa ada mulai dari yang
memperkuat sampai yang sangat membantah, semua
tergantung siapa yang mengeluarkan data dan validitas
data itu sendiri ). Tambahkan ekspresi wajah dan sikap
tubuh yang tepat. Lakukan gerakan tangan yang sesuai
dengan kalimat yang meluncur dari mulut kita.
Penilaian Debat
Debat tidak hanya dinilai dari ramainya debat saja,
sebenarnya. Akan tetapi, ada banyak sekali poin penilaian
yang harus dipenuhi. Biasanya, nilai tim akan sangat
tergantung pada nilai individu. Disinilah mengapa
kontribusi individu itu penting. Pemerataan pendapat dari
tiap orang adalah salah satu indikatornya. Selain itu, ada
indikator lain seperti sikap, kelengkapan data, presentasi
dan seterusnya.
Chapter 1
Kunci Sukses Debat
Pada akhirnya, action adalah yang terpenting dan itu ada
di debat terbuka. Kunci sukses paling sederhana adalah
serang kesimpulan tim lawan dari berbagai perspektif.
Penyerangan baru bisa terlihat hasilnya, kalau dilakukan
bertubi-tubi. Dan ini butuh kekompakan tim. Kunci sukses
kedua adalah, giring lawan ke area debat yang
memperkuat posisi kita, dan hindari topik-topik yang akan
melemahkan kita. Debat bisa dimenangkan oleh siapapun,
termasuk oleh tim yang –rasanya– common sense-nya
tidak sesuai dengan common sense kebanyakan orang
Dan disinilah menariknya debat itu.
Chapter 1
Closing
Chapter 1
Sumber-Sumber Inspirasi
Charles Bonar Sirait, The Power of Public Speaking
http://amazingpublicspeaking.wordpress.com
http://blog.guykawasaki.com
http://ikhwanalim.wordpress.com
http://www.mindmapping.com
http://www.slideshare.net
http://www.youtube.com
Chapter 1
Tentang Amazing Public Speaking School
Lembaga pendidikan Amazing Public Speaking School
didirikan pada januari 2011. Lembaga ini adalah
manifestasi mimpi pendirinya, Ikhwan Alim. Beliau
pernah mengalami kegagalan dalam menyampaikan
gagasan di muka umum. Tetapi, kejadian ini bukan
memukul mundur mental beliau, melainkan justru
memotivasi beliau untuk terus-menerus memperbaiki diri.
Karena, pada dasarnya, beliau meyakini bahwa setiap
orang adalah unik. Dan setiap orang yang unik, tentu
mempunyai gagasan untuk disampaikan. Gagasan-gagasan
yang tentu saja, akan membuat hidup kita, menjadi lebih
baik. Tapi, harus diingat. Bahwa gagasan yang tidak
pernah disampaikan, tidak akan membuat perubahan
apapun. Dan adalah percuma, ketika gagasan unik tidak
bisa disampaikan dengan baik oleh sang pemilik gagasan
tersebut. Oleh karena itu, menyampaikan gagasan dengan
baik (hingga orang lain memahaminya) adalah suatu
kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang.
Saat ini, Amazing Public Speaking School memiliki dua
program utama. Yaitu, Excellent Public Speaker (EPS)
dan Best Speaker Class (BSC). Kelas EPS lebih
diprioritaskan kepada para professional muda, yang ingin
Chapter 1
mempertajam kemampuannya menyampaikan gagasan,
terutama di muka umum. Sedangkan kelas BSC lebih
difokuskan kepada para pelajar dan mahasiswa, terutama
ketika melakukan presentasi dan pidato.
Selain itu, kami juga bersedia berbagi ilmu, di kelas
pelatihan yang memang dibuat secara customized untuk
klien kami.
Bagi anda yang tertarik untuk bekerja sama dengan kami,
silakan menghubungi email kami,
e-mail: ihwanul.alim@gmail.com
Chapter 1
Endorsement Terhadap Buku Ini
"Membaca buku ini serasa mendapat coach
langsung dari penulis, karena ditulis dengan
bahasa lisan yang ringan dan sarat dengan
pengalaman lapangan. Seolah penulis tahu apa
saja masalah yang hendak dikonsultasikan para
pembaca kemudian menyajikan solusinya dengan
apik. Layak disantap!"
Irfan Agustiyan Darfiansyah, S.Si, Apt.
MC berbagai acara dan seminar, moderator, pengajar tahsin
"menjadi pembicara yang inspiratif adalah impian
kebanyakan orang di dunia ini. Terkadang mereka
bukannya tidak mampu, hanya saja mereka belum
pernah mau mencoba. Buku ini memberikan narasi
yang sangat renyah bagi kamu yang ingin dapat
"menghipnotis" banyak orang. Baca bukunya,
perbanyak latihan dan... Ya ! The Stage Will Be
Chapter 1
Yours"
Ridwansyah Yusuf Achmad
Writer, Trainer, Speaker
"Buku wajib yang harus dibaca..kebanyakan orang
dalam hatinya banyak yang ingin diucapkan tapi
kata - kata itu tidak keluar, alias blank sesaat,
bukan karena tidak tau jawaban apa yang
ditanyakan, tetapi karena grogi jadi semua hilang
sesaat,dengan membaca buku ini yg intinya
bagaimana memotivasi untuk percaya diri, tidak
perlu menjadi orang lain, dengan menguasai
situasi dengan tenang kita akan bisa mengucapkan
kata dan kalimat yang mudah dimengerti oleh
lawan bicara kita. Be authentic..sukses to
Ikhwan..
Yusni Marlina, Praktisi dari MarkPlus Inc