Teknologi Pembuatan Kain-2009

Post on 26-Jul-2015

249 views 2 download

Transcript of Teknologi Pembuatan Kain-2009

JENIS KAIN

Kain Tenun (Woven Fabric) :

Dibentuk oleh anyaman-anyaman

benang

Kain Rajut (Knitting Fabric)

Dibentuk oleh Jeratan-jeratan benang

Kain Kempa (Non Woven)

Dibentuk oleh lapisan-lapisan serat

Jenis Kain

Kain Tenun

Kain Rajut

Kain Kempa (Non Woven)

TEKNOLOGI PEMBUATAN KAIN TENUN

Kain Tenun terdiri dari benang-benang

sejajar dan searah dengan pinggir kain

dan benag-benang yang melintang.

Benang-benang yang sejajar pinggir kain

disebut benang lusi.

Benang-benang yang melintang disebut

benang pakan.

Penyilangan antara benang lusi dan

benang pakan dihasilkan kain tenun

KAIN TENUN

TEKNOLOGI PERTENUNAN (WEAVING)

Definisi :

Pertenunan (Weaving) adalah metode pembuatan kain melalui proses silangan antara benang lusi dan benang pakan.

Prinsip Pertenunan :

1. Pembukaan mulut lusi, yaitu proses menaikan atau menurunkan sebagian benang lusi.

2. Pemasukan benang pakan, yaitu proses memasukkan benang pakan ke dalam mulut lusi.

3. Pengetekan benang pakan, yaitu proses merapatkan benang pakan.

PROSES PERTENUNAN

1. Persiapan Pertenunan (Weaving

Preparation)

2. Pertenunan (Weaving Process)

PERSIAPAN PERTENUNAN

Tujuan :

1. Memperbaiki sejauh mungkin kualitas

benang, sehingga dalam proses

pertenunan tidak mengalami kesulitan.

2. Membuat gulungan benang yang

sesuai dengan persyaratan proses

selanjutnya, baik dalam bentuk

maupun volumenya.

Pada umumnya proses persiapan

pertenunan meliputi :

1. Proses Pengelosan (Winding)

2. Proses Perangkapan (Doubling)

3. Proses Penggintiran (Twisting)

4. Proses Penghanian (Warping)

5. Proses Pencucukan (Drawing-in)

6. Proses Pemaletan (Pirn Rewinding)

Persiapan Pertenunan

Contoh

Urutan Proses Pertenunan

Bahan Baku

Pengelosan Pengelosan

Perangkapan Pemaletan

Penggintiran

Penghanian

Pencucukan

Pertenunan

Benang Lusi Benang Pakan

Macam Benang :

1. Benang dari serat alam, seperti kapas,

wool, sutera, rami, dll.

2. Benang semi-synthetic, seperti rayon

viskosa, rayon acetat, dll.

3. Benang Synthetic, seperti nylon,

poliester, acrilyc, polyprophhelene, dll.

BAHAN BAKU (BENANG)

Mutu Benang :

Keseragaman Nomor Benang

Keseragaman Twist Benang

Kekuatan Tarik

Grade

Kerataan

Bahan Baku (Benang)

Penomoran Benang Penomoran Benang Tidak Langsung

(Makin besar diameter benang/makin kasar, makin kecil nomornya)

Macamnya : Ne1 dan Nm

Ne1 20 artinya benang tersebut tiap pound

panjangnya 20 hanks.

Nm 10 artinya benang tersebut 1 gram

panjangnya 20 meter

Bahan Baku (Benang)

Ne1 = Panjang Benang (hanks)/Berat Benang (pound)

Nm = Panjang Benang (meter)/Berat Benang (gram)

Penomoran Benang Penomoran Benang Langsung

(Makin kecil diameter benang/makin halus, makin kecil nomornya)

Macamnya : Tex dan Td (D)

100 Tex artinya benang tersebut tiap

1000 meter, beratnya 100 gram.

150 D artinya benang tersebut tiap 9000

meter, beratnya 150 gram.

Bahan Baku (Benang)

Tex = 1000 x Berat (gram)/Panjang (meter)

Td = 9000 x Berat (gram)/Panjang (meter)

Tujuan :

1. Penggulungan Benang dalam bentuk

kelosan.

2. Memperbaiki mutu benang yang akan

diproses, yang meliputi : kekuatan,

kerataan, kebersihan dan sambungan-

sambungan yang kurang baik.

3. Memperbaiki gulungan benang.

4. Meningkatkan efesiensi produksi.

PROSES PENGELOSAN

Mesin Kelos (Winding Mc.)

Tujuan :

1. Merangkap benang sesuai dengan

kebutuhan proses selanjutnya

2. Mempersiapkan benang yang akan

diproses gintir (twisting)

Pada dasarnya dalam proses perangkapan,

baik mesin yang digunakan maupun

prosesnya sama dengan proses pengelosan.

Hanya pada proses perangkapan benang

yang disuapkan lebih dari satu helai.

PROSES PERANGKAPAN

Proses penggintiran adalah merangkap beberapa helai benang yang kemudian diberi puntiran (twist) yang tertentu untuk setiap panjang tertentu.

TPI : Twist per Inchi TPM : Twist per meter

Tujuan dari proses penggintiran adalah untuk meningkatkan mutu dan kenampakan (oerformance) dari benang maupun kain yang ditenun dari benang tersebut, yang meliputi :

- Keseimbangan puntiran - Kekuatan tarik - Tahan gosok - Efek hias - Kilau kain - Efek garis keper (pada hasil desain tenun)

PROSES PENGGINTIRAN

Macam Proses Penggintiran :

1. Penggintiran Turun (Down Twisting)

2. Penggintiran Naik (Up Twisting)

Proses Penggintiran

Penggintiran Turun

(Down Twisting)

Keterangan :

1. Rak kelos

2. Bar Penahan

3. Rol Penyuap

4. Lapet

5. Bobbin

6. Spindel

7. Tin Rol

8. Pita Spindel

9. Ring Rail

10. Traveler

Penggintiran Naik

(Up Twisting)

Keterangan :

1. Tin Rol

2. Pita Spindel

3. Spindel

4. Bobbin Cakra

5. Lapet

6. Traverse

7. Penggulung Benang

Arah Puntiran pada Benang

S Z Putaran arah S Putaran arah Z

Puntiran benang ada dua macam yaitu : Puntiran arah S

dan puntiran arah Z

Skematis Benang Gintir

Z

S

Z S S S S S

Z

Tujuan :

Menggulung benang ke dalam boom

lusi/tenun, yaitu boom yang dipasang

pada mesin tenun, dengan gulungan

yang sejajar.

PROSES PENGHANIAN

Hasil Penghanian yang Baik : 1. Benang yang digulung harus sama panjang

2. Letak benang-benang yang digulung harus sejajar.

3. Benang yang digulung pada boom tenun tidak boleh terlalu penuh.

4. Lebar benang pada boom tenun harus lebih lebar dari lebar sisir.

5. Panjang benang harus lebih panjang dari panjang kain yang akan ditenun.

6. Permukaan benang pada boom tenun harus rata.

7. Cakra Boom tidak boleh miring.

Proses Penghanian

Macam Alat Penghanian

1. Alat Hani Tangan

2. Mesin Hani Seksional

3. Mesin Hani Lebar

Proses Penghanian

1

2

3

5 6 7 8

9

4

Proses Penghanian

Skema Mesin Hani Seksional

Keterangan :

1. Rak Kelosan benang 6. Rol Pengantar

2. Rol Pengantar 7. Tambur

3. Sisir Silangan 8. Rol Pengatur Tegangan

4. Sisir Hani 9. Boom tenun

5. Pengukur Panjang Hanian

Proses Penghanian

Contoh Gbr. Mesin Hani Lebar

Benang dalam boom tenun sebelum

ditenun diperlukan proses pencucukan.

Yang termasuk proses pencucukan,

antara lain :

- Memasukkan benang lusi pada gun-gun.

- Memasukkan benang lusi pada sisir tenun.

- Memasukkan benang lusi pada dropper

(alat penjaga lusi putus).

PROSES PENCUCUKAN

Proses Pencucukan

Pencucukan pada Mata Gun dengan

tangan

Pencucukan dengan Mesin

Proses Pencucukan

Tujuan :

Menggulung kembali benang-benang

dari bentuk untaian, bentuk bobin

kerucut atau silinder lainnya, menjadi

bentuk bobin pakan atau palet (pirn).

PROSES PEMALETAN

Hal yang perlu diperhatikan :

1. Makin panjang benang yang dapat

digulung pada palet dalam ukuran

tertentu, makin baik karena

meningkatkan efesiensi.

2. Harus dapat memilih macam palet yang

sesuai dengan macam teropong yang

dipakai

Proses Pemaletan

Posisi Penggulungan

Proses Pemaletan

KONSEP PERTENUNAN

Gerakan Primer

&

Gerakan Sekunder

Gerakan Primer

Pembukaan Mulut Lusi

(Shedding Motion)

Peluncuran Benang Pakan

(Picking Motion)

Pengetekan

(Beating Motion)

Gerakan Sekunder

Penguluran Lusi

(Let - off Motion)

Penggulungan Kain

(Take - up Motion)

Klasifikasi Mesin Tenun Mesin Tenun

Fly Shuttle Shuttleless

Ordinary Automatic Single Phase Multi Phase

Shuttle Change Cop Change

Rotary Hopper

Box Magazine

Loom Winder

Gripper

Rapier

Projectile

Rigid

Flexible

Air

Water

ALAT TENUN BUKAN MESIN

Bagian-bagian Mesin Tenun Shuttle (Teropong) dan Terjadinya Tenunan

Keterangan :

1. Boom Lusi

2. Boom Kain

3. Poros Utama

4. Rangka Gun

5. Rol kerekan

6. Injakan

7. Lade

8. Poros Lade

9. Benang Lusi

10.Kain Tenunan

11. Teropong

1

5

4

3

2

6

7

8

9 10

11

ALAT TENUN MESIN (ATM) SHUTTLELESS

Mesin Tenun Rapier

Mesin Tenun Rapier

Mesin Tenun Air Jet

Kontruksi & Anyaman

1. Nomor benang

2. Tetal benang Jumlah benang per satuan panjang

– Tetal lusi – Tetal pakan

Kontruksi Kain Tenun

3. Anyaman

- Anyaman Polos

- Anyaman Keper

- Anyaman Satin

Anyaman Dasar Kain Tenun

• Anyaman Polos (Plain)

•Anyaman Keper (Twill)

• Anyaman Satin

BESAR PRODUKSI

• TERUTAMA KECEPATAN MOTOR

MESIN (RPM)

• TETAL LUSI ATAU PAKAN

• NOMOR BENANG

• JENIS ANYAMAN

PRODUKSI MESIN TENUN

(PER 8 JAM EFEKTIF)

• PRODUKSI ATBM (2 - 5 KG)

• ATM shuttle (5 - 10 KG )

• MESIN MODERN (Shuttleless)

(DIATAS 10 KG)

TEKNOLOGI PEMBUATAN KAIN RAJUT

Terbentuk dari jeratan-jeratan dari satu macam

benang atau lebih yang searah dengan lebar

kain atau yang searah panjang kain.

Kain Rajut Pakan, yaitu terbentuk dari jeratan-

jeratan benang yang memanjang keraah lebar

kain atau arah pakan pada pertenunan.

Kain Rajut Lusi, yaitu terbentuk dari jeratan-

jeratan benang kearah panjang kain, jadi

seperti benang lusi pada kain tenun.

KAIN RAJUT

Kain Rajut

Kain Rajut Lusi Kain Rajut Lusi

Istilah Dalam Rajut :

Course (deret jeratan) adalah satu deretan

jeratan rajut ke arah lebar kain.

Wale (baris jeratan) adalah satu deretan

jeratan rajut ke arah panjang kain.

“Knit” bila sebuah jarum dalam satu periode

gerakan akan mengambil benang baru dan

melepaskan benang lama

“Tuck” bila sebuah jarum dapat mengambil

benang baru tetapi tidak dapat melepaskan

jeratan lama yang telah terbentuk sebelumnya.

Wale

Course

Course dan Wale

Struktur Knit

Formasi terjadinya Tuck

KAIN RAJUT PAKAN

– Kain Rajut pakan

* Kain rajut rangkap (double knit)

- bercorak

- tanpa corak

– * Kain rajut sepihak (plain jersey)

- bercorak

- tanpa corak

– Twist per inch (TPI) = a V Ne1

a untuk benang rajut = 2,75 – 3,25

a untuk benang pakan = 3,50 – 4,00

a untuk benang lusi = 4,00 – 4,75

Mesin Rajut

Datar

Pemakaian nomor benang

• Ms Rajut Datar

Ne1 = Cut2 /14

Ms rajut Bundar

- Plain & Rib 1x1 Ne1 = Cut2 / 6

- Rib 2x2 Ne1 = Cut2 / 8

_ Kaos kaki plain Ne1 = Cut2 / 20

Ms rajut lusi Ne1 = Cut2 / 18

Proses Terjadinya Jeratan

6

7

8

5 33

2

1

J

J J

J

J J

J

jl jl jl jl

J

4

PENGELOMPOKAN MESIN

RAJUT • Mesin Rajut

* Ms Rajut Pakan

+ M R D : 2 posisi; 3 posisi; Interlock ; Peralatan khusus utk motif

+ M R B : - Silinder : Tanpa sinker;Dengan Sinker; Prltan khusus

- Silinde + dial : Rib; Interlock; Prltan khusus

* Ms Rajut Lusi :

- MRL “ Rachel”

- MRL “Tricot”

- MRL dengan peluncuran pakan

Kehalusan Mesin Rajut

• Untuk MRD & MRL

Jumlah jarum (alur) dlm “needle bed”

Cut ( gauge) =---------------------------------------------

Lebar kerja maksimum ( dalam inch)

Untuk MRB

Jumlah jarum (alur) dalam silinder

Cut ( gauge) = ------------------------------------------

Keliling silinder ( dalam inch)

Catt: Bila ms menggunakan 2 needle bed atau needle bar atau Silinder

dan dial kehalusan akan menjadi dua kali

Jeratan Rajut Datar

Rib 2 x 2

Proses Pembuatan Kain Teknologi Perajutan (Knitting)

Mesin Hani

Mesin Rajut

Pengujian kain rajut:

• Course per inch / cm

• Wales per inch / cm

• Panjang jeratan

• Kekuatan kain

• Tebal

• Perubahan ukuran karena pencucian

Skema Proses

Alur Proses

Pembuatan

Kain Kempa

Proses Pembuatan Kain Kain Kempa (Non Woven)

PEMILIHAN SERAT PADA

KAIN KEMPA

• Ditentukan oleh:

* Metode pembuatan kain

* Pemakaian akhir kain

*Daya guna kain yang dibutuhkan

KAIN KEMPA DAPAT

DIPEROLEH

DARI PROSES: • Resin Bonding

• Spun Bonding

• Needle Punching

• Fluid Pressure

• Heat Bonding

• Web Formation

• Miscellsneus

PARAMETER PENTING DALAM

MEMPRODUKSI KAIN KEMPA

• Panjang serat → 4 mm s/d 135 mm

• Diameter serat → 0,9 d tex s/d 20 d tex

• Penampang melintang → normalnya bundar

• Kerutan serat :

* Kilau serat (Fibre lustre)

SS of take up rollers

* Draw Ratio = -------------------------

-

SS of feed rollers