Taman Lingsar

Post on 24-Oct-2015

59 views 1 download

description

Taman Lingsar

Transcript of Taman Lingsar

PENDIDIKAN PANCASILA

 PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MATARAMOKTOBER, 2013

TAMAN PURA LINGSAR

Oleh :

Della Fitry Febrianti (J1A013025)

Desak Made Galih Pertiwi (J1A013026)

Kartika Gemma Pravitri (J1A013057)

Lale Wira Selviana C. (J1A013062)

Kinanty Dilla Humaira (J1A013059)

TOPIK KHUSUS:

Sejarah berdiri dan terbentuknya Taman Pura Lingsar

Deskripsi bangunan yang ada di Taman Pura Lingsar

Kehidupan masyarakat di sekitar Taman Pura Lingsar

Situs peninggalan di Taman Pura Lingsar Budaya dan tradisi masyarakat Taman

Pura Lingsar

Sejarah berdiri dan terbentuknya Taman Pura Lingsar

Agama Hindu yang diibawa oleh orang Bali mengajarkan bahwa ajaran agama Hindu tidak boleh dipaksakan kepada orang yang beragama lain. Yang boleh dipaksakan oleh raja (Bali) pada waktu itu hanyalah bahwa semua orang harus menyampaikan terima kasih kepada Tuhan, menurut caranya masing-masing. Berdasarkan prinsip itu maka pembangunan yang dilakukan oleh raja Anak Agung Made Karangasem pada akhir Abad ke-19 di tempat yang sekarang kita kenal sebagai Taman Lingsar ialah :

Bangunan Pura Gaduh untuk pemeluk agama Hindu-Budha Bangunan Kemaliq untuk penganut ajaran Waktu Telu

Deskripsi bangunan yang ada di Taman Pura Lingsar

Pura Gaduh

Dikelilingi oleh tembok dari bata dengan tinggi 3,51m, tebal 85cm, diberi pintu utama di sebelah barat bagian tengah. Tembok batu bata ini disebut Kori Agung. Bangunan suci yang terdapat dalam halaman pura (Jeroan Pura) antara lain :

1. Bale Penyawangan ke Sarasuta

Bentuknya empat persegi panjang, bertiang enam (Sekenam), atapnya berbentuk limas an terbuat dari genteng, berlantai batu bata dengan tinggi 6 meter dari tanah.

2. Penyungsungan Batara Gunung Agung

Terbuat dari batu bata dan batu padas tanpa atap. Badan (Pelinggih ) dari bangunan ini penuh dengan hiasan bunga padma dan relief punakawan yang ada dalam cerita pewayangan.

3. Penyungsungan Batara Gaduh

Bangunan ini untuk sebelah barat dipuja sebagai tempat Batara Sakti yang mengarah ke bukit , sedangkan sebelah timurnya dipuja sebagai tempat Batara Ayu Mas Lingsar. Bentuknya empat persegi panjang bertingkat dua dengan enam buah tiang (Sekenem), atapnya berbentuk limas an dan terbuat dari ijuk, dan lantainya terbuat dari batu bata

4. Penyungsungan Batara Ngurah

Terbuat dari batu bata dan tanpa atap

5. Penyungsungan Batara Gunung Rinjani

Bentuknya menyerupai empat persegi panjang bertingkat, dasarnya dari batu bata dengan tinggi 6 meter dari tanah dan berhiaskan bunga padma dan relief wayang, beratap ijuk.

6. Penyawangan Pura Lingsar Ulon

Bentuknya empat persegi panjang bertiang enam (Sekenem), atapnya berbentuk limas an dari genteng, berlantai batu bata dengan tinggi 60 cm dari tanah.

7. Bale Pararianan

Berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan tempat untuk mempesiapkan sesajen yang akan dipersembahkan. Bentuknya empat persegi panjang, bertiang enam (Sekenem), atapnya berbentuk limas an dari genteng, dan lantainya terbuat dari btu bata dengan tinggi 50 cm dari tanah.

8. Bale Pewedaan

Berfungsi sebagai tempat pendeta memimpin upacara. Bentuknya empat persegi panjang, bertiang enam (Sekenem) dan ditunjang oleh empat buah pilar dari batu bata yang diplester semen dan kapur serta dibatasi oleh masing-masing oleh empat buah tiang kayu. Atapnya terbuat dari genteng, sedangkan atap serambinya dari seng. Lantainya terbuat dari batu bata.

Kompleks Kemaliq

Dikelilingi oleh tembok dari bata yang sekarang keadaannya sudah di pugar. Tembok aslinya terbuat dari tanah dan sekarang sudah tidak ada lagi. Di sisi sebelah barat diberi pintu utama yang disebut Kori Agung (Pemedal). Di sisi sebelah selatan terdapat dua buah pintu untuk menuju ke Kompleks Pesiraman. Bangunan dalam kompleks Kemaliq antara lain :

1. Cungkup Sumber Mata Air (Kelebutan)

Bentuknya menyerupai segi empat dengan dinding keliling dari batu bata setinggi 1,50 m. terdapat sebuah pintu masuk di sebelah selatannya. Cungkup ini dibuat tanpa atap.

2. Bale Sekepat

Jumlahnya dua buah degan masing-masing tiangnya berjumlahempat buah. Terletak di depan cungkup mata air dengan atap genteng, berlantai batu bata setinggi 30 cm dari tanah. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan sarana persembahyangan.

3. Bangunan Baru

Bangunan Baru 1. Yaitu berfungsi sebagai tempat berziarah orang Sasak dan orang Cina. Bangunan ini letakya di sebelah timur cungkup mata air. Pada bangunan ini banyak tersimpan batu-batu yang di bungkus kain putih, konon orang-orang yang datang berziarah untuk memohon sesuatu dan jika terkabul maka mereka akan datang kembali dengan membawa batu yang di letakkan dalam bangunan ini. Bangunan ini berbentuk empat persegi panjang, beratap genteng, dan lantai serta temboknya terbuat dari keramik.Bangunan Baru 2. Jumlahnya dua buah dan menempel pada tembok keliling di sebelah timur berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat bagi pengunjung.

Kompleks Pesiraman

Kompleks Pesiraman dibagi menjadi dua, yaitu pesiraman laki-laki dan pesiraman perempuan. Kompleks ini dikelilingi tembok dengan tinggi 2m terbuat dari batu bata dan bagian sebelah barat terdapat sebuah pintu masuk. Kompleks Pesiraman terdapat beberapa bangunan yaitu:

1. Pancuran

Pesiraman Barat. Tempat pancuran bagi laki-laki .

Pesiraman Timur. Tempat pancuran bagi perempuan

2. Bale Pesiraman

Letaknya di depan Pancuran Laki-laki, bentuknya empat persegi panjang, bedtiang enam (Sekenem), atapnya berbentuk limas an dan terbuat dari genteng, lantainya terbuat dari batu bata dengan tinggi 30 cm dari tanah.

Kehidupan masyarakat di sekitar Taman Pura Lingsar

Kehidupan masyarakat antar umat beragama di sekitar Taman Pura Lingsar ini berlatar belakang etnis, kultur, dan keyakinan yang berbeda. Rasa kebersamaan antar umat beragama tercermin pada upacara tradisi “Perang Topat” bisa menjadi contoh nyata dalam mengembangkan hidup berdampingan di masyarakat yang sangat pluralistik seperti halnya Indonesia ini.

Taman pura lingsar dibangun sebagai lambang persatuan. Karena itulah tidak ada yang lebih tinggi atau rendah pada komplek taman pura lingsar yang luas itu. Umat hindu dan suku sasak yang beragama islam secara rukun merawat dan menjaga taman pura lingsar itu bersama-sama.

Untuk menjaga kedamaian, masyarakat di sekitar taman pura lingsar tidak boleh memelihara babi ataupun sapi. Bahkan dalam radius 90 meter dari taman pura lingsar, babi dan sapi tidak boleh berkeliaran. Itu merupakan bentuk toleransi, karena babi haram bagi umat islam, dan sapi dianggap binatang suci oleh umat hindu.

 Penduduk sekitar mayoritas bekerja sebagai petani, buruh, peternak, dan pedagang.

Sarana yang digunakan masyarakat di Taman Pura Lingsar

Bencingah

Bencingah adalah halaman luar dari bangunan pokok ( Pura Gaduh, Kemaliq dan Pesiraman )

Bangunan Bale

Di halaman luar Pura Lingsar (Bencingah) terdapat 2 buah bangunan Bale bejajar. Bale ini berfungsi sebagai tempat musyawarah dan tempat kesenian.

Kul-kul

Di salah satu Bale bejajar terdapat sebuah kul-kul. Kul-kul adalah sebuah pentungan besar yang berfungsi untuk menandakan perang topat di mulai.

Pancuran

Pancuran ini terdiri dari 9 aliran air yang berfungsi sebagai tempat pemandian umum. Letaknya di samping bangunan Pesiraman untuk yang laki-laki dan di depan pesiraman untuk perempuan.

Budaya dan tradisi masyarakat Taman Pura Lingsar

Lempar koin

Tradisi ini dilakukan dengan cara melemparkan koin ke dalam kolam sambil berbalik badan. Apabila muncul ikan yang menghuni dasaran kolam tersebut, dipercaya keinginan kita terkabul.Tradisi lempar koin dilakukan di dalam Kemaliq yaitu cungkup sumber mata air atau kelebutan.

Gede Balian

Gede Balian adalah sebuah tradisi pengobatan di Taman Pura Lingsar. Umat Hindu menyebutnya sebagai tempat melikat (pengobatan). Gede Balian dilakukan di bangunan Pesiraman. Tradisi ini dilakukan menurut keyakinan masing-masing.

Perang Topat

Ritual “Perang Topat” yang digelar setiap tahun pada bulan Purnama Sasih keenam menurut Kalender Bali dan ke pitu (tujuh) menurut kalender Sasak. Sebelum peperangan dimulai terlebih dahulu diadakan upacara Pujawali.Upacara ini merupakan pencerminan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan kemakmuran.