Post on 07-Nov-2019
93
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam
bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa
SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1)
metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4)
analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7)
hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan
model.
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan
(research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi
terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a
process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah
penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada
kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk.
Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji
dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai
pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan
untuk memperbaiki output.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode
deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
94
kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji
coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji
coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi
proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan
penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).
Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and
development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan
dalam tahapan ini.
2. Perencanaan (Planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi
kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,
rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini,
perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain
langkah-langkah penelitian dan mengadakan uji coba terbatas
pengembangan model dalam skala kecil.
3. Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product).
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen
evaluasi. Pengembangan produk awal dilakukan dengan menyusun model
pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah berdasarkan penelitian
pra survei.
95
4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan
melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan
di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data
berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah
memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model
pendahuluan.
6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas
dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak.
Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1,
SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili
high class , middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test
dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),
dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba
model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi
antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan
model pembelajaran inkuiri yang ideal.
8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek
penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data
berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis.
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada
model operasional dan uji coba model yang lebih luas.
96
10. Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada
langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas
produk/ model.
Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas,
maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian
dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang
terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3)
uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi
ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:
Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189)
Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian
ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa
uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam
pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang
disarankan oleh Borg and Gall (1983).
Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi
oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan
pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut:
STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN PENGUJIAN
Uji Coba
Terbatas Uji
Coba
Luas
Luas
Studi
Pustaka
Survei
Lapangan
Penyusunan
Draft Produk
Pre Test
Perlakuan
Post Test
97
Bagan 3.2 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan
Model Pembelajaran Inkuiri
1. Studi Pendahuluan
a. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung
bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan
berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian
terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur
Kajian Literatur
- Teori yang relevan
- Hasil penelitian terdahulu
STUDI PENDAHULUAN
PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI
Penelitian Pra Survei
1. Situasi di lapangan
(Desain dan penerapan
sejarah yang sedang
berlangsung, Kegiatan
belajar Siswa,
kemampuan dan kinerja
guru,)
2. Kondisi dan
pemanfaatan sarana,
fasilitas dan lingkungan
1. Penyusunan pengembangan
draft awal model
2. Perencanaan model
Draf awal model siap di
ujicobakan
Uji Coba Terbatas
- Rancangan desain model
- Implementasi
- Evaluasi dan refleksi
- Penyempurnaan
Uji Coba Luas
- Rancangan/ desain model
- Implementasi
- Evaluasi
- penyempurnaan
- Kesimpulan
Draft model yang akan diujicobakan
pada uji coba lebih luas
MODEL AKHIR
98
tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam
penelitian ini.
b. Persiapan teknis dan administratif
Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin
melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah
dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI
Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK
Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7
Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari
direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan
prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada
izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Lebak, dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011
tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolah-
sekolah di Kecamatan Rangkasbitung.
c. Penelitian pra survey
Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian
pra survei. Penelitian pra survei merupakan kegiatan penelitian yang bersifat
deskriptif. Melalui pra survei, peneliti dapat mengungkap jawaban dari
pertanyaan apa, bagaimana, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah
mengumpulkan informasi tentang variabel. prasurvei juga dilaksanakan untuk
mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran (Sukmadinata, 2007:184).
99
Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan
dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama
yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan
observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian
literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil
studi kepustakaan, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana proses
pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat
menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti
dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi
pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3)
kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran,
fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan
perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi
yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan
kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa.
Hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai dasar untuk
mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam implementasi pembelajaran
sejarah di SMA, yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, hasil
penelitian pra survei ini juga digunakan untuk pemilihan dan penetapan lokasi
SMA di Kecamatan Rangkasbitung sebagai tempat dilakukannya penelitian
pengembangan model inkuiri. Selanjutnya, maka peneliti dapat menyusun draf
100
awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan
keterampilan berpikir siswa.
d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang
dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model
pembelajaran pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas
penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
1.) Perencanaan pembelajaran
Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran
yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar
yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali
dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari
hasil analisis dikembangkan dalam bentuk silabus yang selanjutanya
dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP
merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari
tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi
pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur
tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini.
(a.) Tujuan Pembelajaran.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses disebutkan bahwa
101
salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini
pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang
telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di
dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan
keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen
berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah
merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk
dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses
pembelajaran.
(b.) Materi pelajaran
Materi atau bahan ajar diperlukan untuk menguasai suatu tujuan atau
sasaran pembelajaran. Materi atau bahan ajar berkenaan dengan fakta, konsep,
prinsip generalisasi dan masalah-masalah yang dikaji dalam dalam suatu mata
pelajaran. Materi keterampilan berpikir bersumber dari materi yang terdapat
dalam mata pelajaran sejarah. Ketepatan guru dalam penentuan materi sangat
tergantung kepada kemampuan guru di dalam mengaitkan suatu tema/topik
dengan permasalahan dan mengembangkan materi tersebut untuk mendukung
terhadap permasahan yang telah ditentukan. Untuk itu, maka topik yang
dikembangkan sebaiknya memberi keleluasaan bagi guru, bukan pada hal-hal
teoritik tetapi berakar pada masalah lingkungan siswa (Erliany,2007:124).
102
(c.) Model pembelajaran
Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini
memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan
hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan.
Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah
penelitian penelitian, tepatnya tampak dalam desain rancangan model
pembelajaran inkuiri.
(d.) Media dan sumber belajar.
Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan
multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk
belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis
(buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio,
televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model
pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan
media dan sumber belajar.
Media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel juga dikembangkan
sesuai dengan topik materi yang diajarkan kepada siswa. Berdasarkan studi
pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran sejarah
SMA, khususnya pada kelas X semester II, materi yang akan dipelajari adalah
perkembangan dan peradaban Indonesia. Dengan demikian, media yang akan
digunakan,sudah disiapkan oleh guru dan peneliti yang disesuaikan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana disekolah.
103
(e.) Evaluasi Hasil Belajar.
Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai
pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini
terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat
merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi
selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup;
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat,
mencari informasi dan menyimpulkan.
2.) Implementasi.
Implementasi pembelajaran merupakan tahapan proses pelaksanaan
pembelajara yang direncanakan. Menurut Seller dan Miller (1985: 13)
menyatakan implementasi dalam pembelajaran yaitu: “In some case
implementation has been identified with instruction…”. Sejalan dengan Hamalik
(2007: 237) mengemukakan bahwa “implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis
sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap.” Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proses pembelajaran yang umumnya digunakan guru, yaitu: 1) kegiatan awal atau
pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan akhir atau penutup. Ketiga tahapan
pembelajaran tersebut didalamnya tercakup langkah-langkah pembelajaran inkuiri
yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kegiatan inti, mengacu pada
standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
104
3.) Evaluasi
Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu
diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan
mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama
guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk
mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan
kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun
rumusannya.
Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut
dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan
implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi,
metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan
dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.
2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Desain pengembangan model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan
untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah di SMA
Dalam tahap ujicoba, model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini
diujicobakan melalui pendekatan penelitian tindakan sampai diperoleh model
yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada (Arikunto, 2006:12).
105
Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research
merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan
berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart
(Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk
lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model
penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri
yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan
kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125).
Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri
dan pelaksanaan penggunaan model tersebut.
a. Uji Coba Terbatas
Melakukan uji coba penggunaan program pembelajaran berbasis web pada
skala terbatas yang dilaksanakan di SMA PGRI (kategori rendah). Pelaksanaan
penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang
sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan.
Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahapan ini adalah: (1)perencanaan
pembelajaran, (2) implementasi draf model, (3) refleksi dan penyempurnaan
model, dan (4) evaluasi. Hasil refleksi dan penyempurnaan dijadikan dasar untuk
menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya (Arikunto, 2006:16).
Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan dengan
cara observasi dengan cermat hingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil
106
pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada
uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan.
b. Uji Coba Luas
Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba
terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala
lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada
sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi
sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu
kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
B. Lokasi dan Subjek
Participant (subject) menurut Mac Millan (2008: 110) yakni “someone
from whom data are collected.” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas subjek/ objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel yaitu “the group of elements, or a single element, from which data are or
have been obtained”. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil
dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan
sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada
saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas.
107
Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih
subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan
sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan
Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini
yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan
model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X
SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan
Rangkasbitung.
Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan
uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan
tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang
atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan
quota sampling.
Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling.
Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut
merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi,
judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel
karena mereka mempunyai “information rich”(http://www.purposive-sampling
&catid=309&Itemid=585).
108
Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta
PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas.
Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili
sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji
coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan
kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan
pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata
pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan
menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan.
Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI
Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang
dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah
dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil
yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk
dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula.
Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat
dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel
disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI.
Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1
Rangkasbitung (kategori baik), SMAN 3 Rangkasbitung (kategori sedang), dan
SMAN 2 Rangkasbitung (kategori kurang). Penetapan sampel pada uji coba luas
dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik,
109
sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat
berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah
berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan
sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian
UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan
kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga
ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini
didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan
Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih,
dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas
No Kelompok Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah
Siswa
Jumlah
Guru
1 Uji Coba Terbatas Kurang SMA S PGRI 20 1
2.
Uji Coba Luas Baik SMAN 1 Rangkasbitung 30 1
Sedang SMAN 3 Rangkasbitung 30 1
Kurang SMAN 2 Rangkasbitung 30 2
Jumlah 110 5
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu studi pendahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada setiap
penelitian, dipilih teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan
masing-masing. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
dilaksanakan adalah observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.
110
Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi
dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan
memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan
untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan
untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan
model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan
untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft
model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka
terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan
model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan
mereka tentang pembelajaran yang diterimanya.
Pada tahap pengembangan model uji coba terbatas, ada beberapa siklus
yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dikembangkan hingga
menghasilkan model yang dianggap sesuai. Pada tahap ujicoba ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket,
dan tes uraian terbuka ditujukan kepada siswa (instrumen terlampir). Angket
diberikan kepada guru untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam
penerapan model, sedangkan angket untuk siswa bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti proses
pelaksanaan model. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang
berkaitan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Observasi dilakukan
terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala
111
yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui
keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan berpikir pada hasil.
D. Pengembangan Instrumen
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahap-
tahap penelitian yaitu tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian
literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk
guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan
instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes.
1. Studi dokumenter
Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar
guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber
yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga
mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses
pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut pembelajaran).
2. Instrumen Angket/ questionnaire
Angket digunakan dalam kegiatan penelitian pra survei dan pada saat
pengembangan model. Responden dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan
siswa SMA kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penggunaan angket
dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pembelajaran
112
sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru,
pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan.
Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan
berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan
pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat
menggali informasi yang lebih luas,
Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk
siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang mencakup pengalaman mengajar,
pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi
pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi
pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru
dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan
dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah,
pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir
siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi
pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk
siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir
pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di
sekolah selama ini.
3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas
Dalam penelitian ini, observasi kelas dilakukan pada saat penelitian
pra survei dan tahap pengembangan model inkuiri. Observasi dilakukan
113
terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/
hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan
model tersebut.
Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan
melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara
mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung.
Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran,
tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi
dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata
pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas
guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini
dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas.
4. Instrumen Hasil Belajar
Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang
digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes yang mengukur kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban terbuka dan uraian. Bentuk tes ini peneliti anggap cocok
untuk model yang akan dikembangkan karena jawabannya memerlukan jawaban
yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya pun
menjurus kepada kognitif tingkat tinggi (Arikunto, 2007:162). Hasil belajar
berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi,
menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan yang membutuhkan jawaban
yang lebih terbuka, dan hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif.
114
Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas
dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115)
bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil
penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata
tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya
sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan
pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan masalah, b) keterampilan
membuat hipotesis, c) keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji
hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari hasil
instrumen pada saat pra survei, pengembangan model inkuiri pada uji coba
terbatas dan uji coba luas. Pada penelitian pengembangan model pembelajaran
inkuiri, dilakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data
kualitatif, sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesakannya , mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain (Moleong, 2006: 248).
115
Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan
model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang
terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan
pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data
yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban
untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk
kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji
coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa
post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk
mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di
SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu
dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes
uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan
hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba
keempat.
F. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model yang
merujuk kepada langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, yang
telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2008 :184) menjadi tiga langkah,
116
meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar
pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan
hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas
dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur
penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg
and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada
bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam
pemaparan berikut.
1. Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
a. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan
b. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu
c. Melakukan kegiatan pra survei
2. Pengembangan Model
Pengembangan model didasarkan pada temuan/ hasil pra survey.
Berdasarkan hasil pra survey, terlihat kelemahan atau hal-hal yang harus
dimodifikasi dari model inkuiri yang akan dikembangkan, sehingga hasil
pengembangan model adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih lanjut,
desain model, perkembangan model hingga bentuk final/ akhir model dipaparkan
pada bab IV.
117
G. Hasil Penelitian Pra Survei
Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai
faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang
pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti
akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar
belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah
di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru
Guru Pendidikan terakhir
Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar sejarah kelas X
A B C D E
S-1 S-1 S-1 S-1 S-1
3 tahun 17 tahun 11 tahun 21 tahun 19 tahun
2 tahun 7 tahun 5 tahun 10 tahun 3 tahun
Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan
guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki
pengalaman mengajar di atas 10 tahun.
1. Deskripsi data
a. Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang
Berlangsung
1.) Persiapan guru dalam mengajar
Pada aspek ini, guru memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada
dalam angket, seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
118
Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar
Jumlah guru
a. Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP b. Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran c. Membaca buku pegangan siswa d. Melihat RPP yang sudah ada
2 2 1 -
J U M L A H 5
Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah
mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP,
sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku
pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa.
Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran
Tabel 3.4 Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran
Jumlah guru a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada
tujuan yang telah ditetapkan b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja.
3 1 1 -
Jumlah 5
Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas, maka 3 orang guru (60%)
memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran, yaitu sebagai arahan
agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Guru
lainnya memberikan jawaban agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan untuk
melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP. Adapun pendapat guru
mengenai pengembangan aspek-aspek dalam RPP tampak pada tabel berikut.
119
3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana
Pembelajaran
Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana
Pembelajaran Jumlah guru
1. Pengembangan RPP a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam
GBPP b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan
mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun
2 2 1
2. Pengembangan Materi Pembelajaran a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi
pembelajaran c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa
1 3
1
3. Pengembangan Metode Pembelajaran a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan
materi yang akan diajarkan b. Mencari metode baru yang relevan c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan d. Sesuai dengan perasaan
2 1 2
4. Pengembangan Media Pembelajaran a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan
tujuan dan materi b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan
tujuan dan materi c. Bagaimana nanti di kelas saja d. Jarang menggunakan media
2 3
5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar a. Setiap akhir pembelajaran b. Saat proses dan akhir pembelajaran c. Pada tengah dan akhir semester saja d. Pada akhir semester
4 1
6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar a. Untuk memberikan skor b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
2 3
120
Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata
pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana
pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru
tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah
ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan
sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi
pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar.
Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi
setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah
bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini
menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan
dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan
adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil
tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Tabel 3.6 Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
Jumlah Guru 1. Sumber Belajar
a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru
b. Media gambar, lukisan, peta c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,
multimedia)
3 1 1
2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung
dalam pembelajaran sejarah c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai
2 2 1
121
3. Metode pembelajaran yang digunakan a. Ceramah b. Tanya jawab c. Berdiskusi d. Pengalaman langsung
2 2 1
4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan
menjodohkan b. Tes lisan, dan tanya jawab c. Non tes (observasi) d. Perpaduan tes dan non tes
3 2
Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang
pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya
sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami
oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga
terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang
menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah
sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya
yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih
berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.
Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan
hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah
diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang
mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya
buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari
perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang
berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru
dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang
122
memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab
dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon
dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi
pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.
Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran,
dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa
membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya,
terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak
mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang
harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa.
Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu
kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang
terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan
menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan,
memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi
pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh
karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa
pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena
kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
123
5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
Tabel 3.7 Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah
INDIKATOR 0 1 2 3 4 Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3
Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2
Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa
1 3 1
Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan 2 3
Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan 2 3 Menjelaskan materi sesuai dengan TPK 2 2 1
Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP 2 2 1
Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu
1 2 2
Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP 1 3 1
Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP 1 3 1 Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan 3 2
Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat 2 3
Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya
2 2 1
Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas
3 2
Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas 2 2 1
Memberikan reward and punishment 3 2
Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP 2 3
Keterangan:
0 = jarang sekali dilakukan (antara 0 - 20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%) 2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)
Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih
spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan
jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan
apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa
(3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan
124
kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang
menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada
siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang
menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan).
Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi
di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat
bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya
menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei,
hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi
yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang
sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru
mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau
pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang
siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan
siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket.
Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung,
guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan
beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang
guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok
bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk
memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah,
banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban,
dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi.
125
Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan
memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan
aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang
dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah
pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa
Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa
mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa
Jumlah siswa a. Agama b. PPKn c. Bahasa Indonesia d. IPA e. Matematika f. IPS
4 12 18 7 37 32
Jumlah 110
Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati
urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa.
7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah
Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat
digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 3.9 Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah
Jumlah siswa
a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran
bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.
67 9 26 8
Jumlah 110
126
Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah
hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada
masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8
orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan
dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan
datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang
tokoh dan peristiwa pada masa lalu.
8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah
Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam
tabel 3.10 seperti di bawah ini.
Tabel 3.10 Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari
49 29 8 24
Jumlah 110
Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah
adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan
yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak,
terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab
demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang
dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari.
127
9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah
Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut.
Tabel 3.11 Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah
Jumlah siswa a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak
menerangkan dan siswa mendengarkan b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam
metode d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu
dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
62
29 14
5
Jumlah 110
Tabel 3.11 ini diketahui secara umum persepsi siswa mengenai pelajaran
sejarah. Mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti dan
pembelajarannya kurang menyenangkan serta terlalu banyak hafalannya.
Sebanyak 62 responden (56,36%) menyatakan bahwa pelajaran sejarah
merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan karena guru lebih banyak
menerangkan dan siswa mendengarkan. Ada 29 orang siswa (26,36%) yang
menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang
menyenangkan, namun dengan alasan yang cukup subjektif, yaitu gurunya baik.
128
10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru
Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa.
Tabel 3.12 Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru
Jumlah siswa a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga
membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk
mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini
9 72 8
21
Jumlah 110 Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru
sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah
inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang
menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel
atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori,
mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya
dengan contoh yang relevan pada masa kini.
Pembelajaran sejarah di kelas X SMA yang selama ini dilaksanakan oleh
guru menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam menciptakan kegiatan
belajar mengajar yang menyenangkan di kelas, dan kurangnya keterampilan serta
kreativitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu,
ditawarkan alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yaitu dengan
memperkenalkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri kepada guru,
sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.
129
11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru
Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar.
Tabel 3.13 Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru
Jumlah siswa a. Ceramah, mendengarkan cerita dari guru b. Membaca dan mengerjakan LKS c. Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri d. Mengunjungi tempat di luar sekolah
11 14 63 22
Jumlah 110 Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa (57,27%)
mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab,
berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru
karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran
dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan.
12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri
Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri.
Tabel 3.14 Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri
Jumlah siswa a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan
dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa
pada masa lalu d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah
35
49 17 9
Jumlah 110 Data pada tabel 3.14 tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan
keterampilan berpikir melalui pembelajaran inkuiri agar dapat menyelesaikan
permasalahan sehari-hari. Sebagian besar siswa (44,54%) menjawab sangat perlu
mengaitkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan, baik masalah yang
130
berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan
keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar
lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan.
b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa
Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan
melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA
yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi
kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket
tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa.
1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah
Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat
melalui jawaban berikut pada tabel 3.17.
Tabel 3.15 Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah
Jumlah siswa a. Mengikuti keinginan orang tua b. Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan c. Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi d. Agar mendapatkan teman banyak
15 61 22 12
Jumlah 110 Dari tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa pada umumnya tujuan bersekolah
adalah supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, dibuktikan dengan 61 orang
(55,45%) yang menjawab demikian, 22 orang bertujuan untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi (20%) sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 15
orang siswa (13,64%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mengikuti
keinginan orang tua, artinya, ada beberapa siswa yang bersekolah karena terpaksa,
131
bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan
keinginan orang tua.
2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah
Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah.
Tabel 3.16 Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah
Jumlah siswa a. Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman b. Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita c. Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan d. Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus
dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu.
33
67 10 -
Jumlah 110
Dari data 3.16 di atas, diketahui bahwa pada umumnya aktivitas
bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang
(60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang
berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk
mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah.
3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah
Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di
rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.17 Aktivitas Belajar Siswa di Rumah
Jumlah siswa a. Kurang dari 1 jam b. Antara 1-2 jam c. Lebih dari 2 jam d. Tidak tentu
19 41 7 43
Jumlah 110
132
Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya
siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan
siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam.
Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam,
antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru.
Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan
pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka
aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang.
4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah
Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan
disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan
diuraikan terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 3.18 Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat
pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.
35 16 33 26
Jumlah 110
Dari data pada tabel 3.18 yang diperoleh, sebagian besar siswa masih
berpandangan bahwa mereka menyenangi pembelajaran sejarah hanya sebatas
pada cerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Jawaban ini diberikan
oleh 35 orang siswa (31, 82%), namun sudah mulai tampak adanya pemahaman
siswa mengenai alasan mereka menyenangi pembalajaran sejarah, yang diberikan
oleh 26 orang siswa (23,64%), yaitu sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan
manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Artinya,
133
keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk
mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan
kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu
dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh
siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari
lingkungan yang paling dekat dengan siswa.
5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah
Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak
menyenangi pembelajaran sejarah.
Tabel 3.19 Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah
Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari
49 29 8 24
Jumlah 110 Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran
sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat
merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang
cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang
menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang
kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-
hari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat
dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya
keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.
134
c. Kemampuan dan kinerja Guru
Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap
pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh
melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik
angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa.
1.) Tujuan guru mengajar
Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar.
Tabel 3.20 Tujuan Guru Mengajar
Jumlah Guru a. tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi b. proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa c. sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan d. tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku
siswa ke arah yang lebih baik
- 2 - 3
Jumlah 5
Berdasarkan jawaban yang diberikan, seperti tampak pada tabel 3.20,
diketahui tiga orang guru cenderung berpandangan bahwa tugas mengajar sebagai
tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang
lebih baik. Dari data tersebut, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa guru
sudah mulai memahami bahwa tugas mengajar bukan hanya sekedar proses
mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga mendidik.
135
2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar
Tabel 3.21 Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar
Jumlah Guru a. Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun b. Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai
materi pelajaran c. Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki
sertifikat sebagai pendidik d. Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu
dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik
- 2 1 2
Jumlah 5 Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang
berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa
mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari
pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas
mengajar. Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa
dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang
guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian
khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang
pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini
berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada
implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk
meningkatkan kreativitas dalam mengajar.
3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA
Untuk mengkaji mengenai pandangan tentang pelajaran sejarah , tujuan
sejarah di SMA dan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk
pembelajaran sejarah di SMA, dapat dilihat pada tabel berikut.
136
Tabel 3.22 Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA
Jumlah Guru a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk
disampaikan kepada siswa b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang
terlalu banyak c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak
bermanfaat d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan
manfaat bagi kehidupan sehari-hari.
2 3 - -
Jumlah 5 Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah
merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang
dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa
mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu
banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia
tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang
guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah
ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu
sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya.
4.) Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA
Untuk mengetahui lebih lanjut, pandangan guru terhadap tujuan
pembelajaran sejarah di SMA, maka akan digambarkan dalam bentuk tabel.
137
Tabel 3.23 Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA
Jumlah Guru a. Sebagai materi yang harus disampaikan pada siswa, karena
tercantum dalam kurikulum b. Membekali materi sejarah sebanyak-banyaknya kepada siswa c. Membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan
mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
d. Menjadikan siswa dengan ilmu dan pengetahuan agar menjadi ilmuwan
3 - 2 -
Jumlah 5 Tabel 3.23 menunjukkan bahwa pada umumnya, 3 orang guru
beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah materi yang harus disampaikan pada
siswa, karena tercantum dalam kurikulum. Sementara guru yang lain memiliki
pendapat yang berbeda, mereka berasumsi bahwa pelajaran sejarah bertujuan
untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan
mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Keadaan ini menunjukkan belum adanya pemahaman sepenuhnya
dari guru mengenai pelajaran sejarah. Mereka hanya memberikan materi, karena
telah tercantum dalam kurikulum, tanpa memperhatikan aspek perkembangan
siswa, membekali dan mananamkan sikap kebangsaan.
5.) Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran
Sejarah
Selanjutnya pada tabel 3.24, diperoleh data mengenai model pembelajaran
yang sesuai untuk pembelajaran sejarah.
138
Tabel 3.24 Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran
Dalam Pelajaran Sejarah Jumlah Guru
a. Model yang mengacu pada pendekatan teacher centered b. Model yang mengacu pada pendekatan student centered c. Tidak memerlukan model khusus d. Semua model dapat digunakan dalam pembelajaran
sejarah di SMA
- 2 - 3
Jumlah 5 Berdasarkan data 3.24, tampak pemahaman guru mengenai penggunaan
model pembelajaran cukup baik, diantaranya adalah model yang mengacu pada
pendekatan student centered untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
6.) Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir
Pandangan guru terhadap model pembelajaran sejarah diperkuat dengan
pendapat guru mengenai keterampilan berpikir, yang tercermin pada tabel berikut:
Tabel 3.25 Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir
Jumlah Guru a. Sangat diperlukan, untuk melatih keterampilan berfikir siswa, b. Perlu, sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran
sejarah di SMA c. Tidak perlu, karena pada dasarnya masing-masing siswa
sudah memiliki dasar keterampilan berpikir masing-masing. d. Tergantung dengan kebutuhan
2 3 - -
Jumlah 5 Tabel 3.25 di atas menunjukkan bahwa guru perlu melakukan pembiasaan
kepada siswa untuk melakukan pembelajaran sejarah dalam rangka melatih
keterampilan berpikir siswa. Hal ini dilatarbelakangi pula dengan perkembangan
fisik, kognitif dan mental siswa pada masa tersebut, sehingga beberapa guru
berpandangan demikian. Untuk mengukur pembiasaan pembelajaran sejarah yang
berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir siswa, maka diperlukan
adanya suatu evaluasi.
139
7.) Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir
Di bawah ini diuraikan mengenai pandangan guru mengenai cara evaluasi
yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Selanjutnya,
akan terlihat pada tabel 3.26 di bawah ini:
Tabel 3.26 Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir
Jumlah siswa a. Tidak perlu diadakan evaluasi b. Diamati secara langsung selama proses pembelajaran
berlangsung c. Dilakukan secara pre test dan post test d. Dilakukan pengtamatan selama pembelajaran berlangsung, dan
melaksanakan pre test dan post test
- 2 1 2
Jumlah 5 Terlihat pada tabel 3.26 pandangan guru terhadap evaluasi keterampilan
berpikir cukup beragam, namun secara umum menunjukkan hal yang positif, di
mana evaluasi terhadap pembelajaran sejarah dalam meningkatkan keterampilan
berpikir, dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir
pembelajaran. Di sisi lain, pemahaman mengenai tujuan mengajar guru, tidak
disesuaikan dengan tujuan pengajaran sejarah, yaitu membekali siswa untuk
menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
8.) Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah
Untuk mengetahui cara guru mengajar, maka digambarkan pendapat siswa
mengenai kinerja guru di kelas.
140
Tabel 3.27 Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah
Jumlah Siswa a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga
membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk
mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini
9 72 8
21
Jumlah 110 Dari tabel 3.27 di atas, diperoleh suatu kenyataan bahwa pembelajaran
sejarah merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan karena guru hanya
menjelaskan teori dan materinya saja. Usaha dari guru untuk menjelaskan teori
dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini sudah
tampak, namun hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja.
9.) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah
Dalam pembelajaran sejarah, yang tidak kalah penting peranannya adalah
pemanfaatan sumber belajar.
Tabel 3.28 Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah
Jumlah Siswa a. Buku, papan tulis, dan penjelasan dari guru b. Media gambar, lukisan, peta , lingkungan sekitar c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,
multimedia)
50 42 -
18
Jumlah 110 Dari tabel 3.28 di atas, pada pemanfaatan media, guru juga hanya
mengandalkan buku dan papan tulis. Penggunaan media cetak, media gambar dan
elektronik merupakan hal yang jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan sumber belajar, sarana dan prasarana juga media pembelajaran,
141
padahal penggunaan sumber dan media pembelajaran dapat menggunakan dengan
sumber dan media yang sederhana sekalipun. Hal terpenting adalah, siswa dapat
mengambil hikmah dan nilai-nilai positif pembelajaran sejarah berdasarkan
pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja guru perlu
ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan siswa.
d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan
Dari penelitian pra survei yang telah dilakukan, kondisi SMA yang berada
di Kecamatan Rangkasbitung, secara umum memenuhi syarat minimal sebagai
suatu pusat pendidikan. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu setiap sekolah
memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil dan
halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Hampir semua SMA yang
ada di Kecamatan Rangkasbitung memiliki fasilitas lain, seperti laboratorium,
tempat ibadah dan perpustakaan yang terpisah dengan ruangan lainnya.
Dilihat dari sarana yang tersedia, SMA yang dijadikan sebagai sampel
penelitian merupakan lingkungan yang cukup baik, karena relatif aman, berada di
lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan jauh dari keramaian, sehingga suasana
belajar yang tenang cukup terpenuhi. Selain itu, SMA PGRI tempat dilakukan
ujicoba terbatas model inkuiri adalah salah satu sekolah yang termasuk ke dalam
sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan.
Kelengkapan sarana sangat memadai, di mana setiap jenjang kelas menempati
satu ruang kelas masing-masing.
Persoalan mulai tampak pada fasilitas yang ada, yaitu ketika guru
menyatakan kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Fasilitas ini mencakup
142
fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum yang tersedia pada SMA ini
diantaranya adalah papan tulis (dalam hal ini white board) dan perlengkapan
belajar untuk siswa (buku, catatan dan perlengkapannya). Fasilitas umum yang
menjadi kendala adalah buku pegangan siswa. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya buku sumber yang dimiliki siswa. Keterbatasan ini disebabkan karena
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, siswa tidak harus memiliki dan
membeli buku pegangan siswa. Keadaan ini merupakan salah satu kendala yang
ada dalam implementasi pembelajaran, sebab akan menghambat proses
pembelajaran sejarah di kelas. Beberapa buku sumber sejarah kelas X seharusnya
disediakan oleh pihak sekolah, tetapi buku yang tersedia di perpustakaan pun
sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang diterapkan sekarang, karena
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan materi/ pokok bahasan yang
ada di dalam buku tersebut berbeda cukup jauh dengan pembahasan yang ada
dalam buku sumber yang digunakan pada kurikulum KTSP. Dengan demikian,
untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan adanya strategi. Strategi yang
digunakan guru adalah dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok
diskusi. Masing-masing kelompok, minimal memiliki satu buah buku paket/
pegangan siswa sebagai dasar untuk sumber belajar, sedangkan sumber lainnya
dapat diperoleh dengan cara mencari informasi dari media cetak, maupun dengan
mengadakan browsing di internet, sesuai dengan materi yang akan dibahas.
Dilihat dari fasilitas khusus, berupa media pembelajaran, juga mengalami
hambatan. Media yang tersedia di perpustakaan, seperti peta, atlas, globe, koran,
majalah, dan buku sumber lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran
143
sejarah, terlihat tidak terawat. Guru menyatakan jarang menggunakan media
karena keterbatasan waktu, keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan media
berupa bagan atau tabel materi. Media berupa tabel atau bagan materi dapat
dipersiapkan oleh guru, media peta pun dapat dibuat oleh siswa untuk
mempermudah pembelajaran. Tabel atau bagan model pembelajaran inkuiri dan
beberapa gambar atau informasi dari berbagai media, dapat membantu guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran sejarah, dikaitkan dengan contoh-contoh
yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga menunjang kinerja guru dan
proses belajar mengajar. Untuk aspek lingkungan, cenderung kepada peranan
kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di lingkungan
sekolahnya. Kepedulian dan peranan kepala sekolah di SMA PGRI, tempat
dilakukannya uji coba terbatas dapat berlangsung cukup baik, karena karena
kepala SMA selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta arahan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Adanya peranan
kepala sekolah berupa dorongan dan motivasi kepada guru-guru, merupakan
salah satu indikator yang menunjang keberhasilan implementasi dan
pengembangan model pengembangan pembelajaran inkuiri.
2. Kesimpulan
Dengan mengetahui temuan dan data dari hasil angket yang telah
disebarkan kepada guru maupun siswa, dapat dilihat bahwa pembelajaran sejarah
di SMA dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu 1) perencanaan pembelajaran sejarah
yang sedang berlangsung, 2) aktivitas belajar siswa, 3) kemampuan dan kinerja
guru serta 4) kondisi dan pemanfaatan saran, fasilitas dan lingkungan.
144
Pada dasarnya sudah ada kemungkinan untuk dikembangkannya model
inkuri dilihat dari 4 aspek tersebut. Misalnya dilihat dari pemahaman mengenai
tugas mengajar dan pembelajaran sejarah. Dari 5 orang responden, 2 orang
menjawab bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu
dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan
memiliki sertifikat sebagai pendidik. Selain itu, melihat temuan tentang tujuan
pembelajaran sejarah, dua orang guru berpandangan bukan hanya menjejali
mereka dengan setumpuk materi saja, tetapi juga untuk membekali siswa agar
menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Artinya, pada dasarnya guru sudah
memahami bahwa pembelajaran sejarah adalah untuk menanamkan nilai-nilai
kebangsaan. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai pembelajaran
sejarah agar menjadi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan siswa. Salah
satu caranya adalah dengan mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan
menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini/lingkungan
sekitar siswa.
Kaitannya dengan keterampilan berpikir, dua orang guru memberikan
jawaban mengenai pentingnya menanamkan keterampilan berpikir sebagai tujuan
yang harus dicapai dalam pelajaran sejarah di SMA. Pada kenyataannya,
pembelajaran, yang berhubungan dengan cara mengajar guru, sumber belajar dan
media yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan guru mengenai
pentingnya menanamkan keterampilan berpikir. Ini dibuktikan dengan 51 orang
siswa yang menjawab pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang
145
kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa hanya
mendengarkan.
Pemanfaatan sumber dan media belajar di kelas sangat minim, dengan
alasan keterbatasan alokasi waktu. Umumnya, siswa berpendapat bahwa guru
hanya menggunakan model pembelajaran yang tradisional, yakni ceramah,
dengan menggunakan sumber seadanya. Dengan alasan seperti itu, maka
memperlihatkan kurangnya pemahaman dan aplikasi guru mengenai kinerjanya
baik dalam pengembangan rencana pembelajaran, maupun dalam implementasi
kurikulum pembelajaran sejarah di kelas.
Pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun, merupakan model penting
dalam melakukan pembelajaran sejarah di kelas, namun pengalaman dan
pelatihan yang pernah diikuti ternyata juga masih menunjukkan adanya
kekurangan dalam kinerja guru. Kekurangan ini dapat diperkecil dengan adanya
kemauan dan keterbukaan dari guru untuk mengadakan perubahan dalam
pembelajaran ke arah yang lebih baik. Di sini, guru bersedia untuk membuka diri,
menerima dan melakukan perubahan yang bersifat positif dalam pembelajaran
sejarah di SMA. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan untuk
memperkenalkan, menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri
dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
Berdasarkan temuan-temuan dari hasil pra survey kondisi pembelajaran
sejarah di SMA di Kecamatan Rangkasbitung, terdapat kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan terletak pada: 1) Keadaan guru-guru IPS hampir semua berlatar
belakang pendidikan Sarjana (S1), di dukung oleh pengalaman mengajar yang
146
relatif lama yang rata-rata lebih dari 10 tahun. Hal tersebut ditunjang juga dengan
penataran maupun pelatihan baik dalam bidang kurikulum, maupun penggunaan
media dan model-model pembelajaran baik itu model pembelajaran umum
maupun khusus model pembelajaran sejarah. Keadaan guru ini merupakan potensi
yang cukup besar untuk dapat mengembangkan pembelajaran sejarah ke arah
yang lebih baik. 2). Sarana prasarana yang cukup lengkap untuk mengembangkan
pembelajaran sejarah, kondisi kelas dan perpustakaan yang rata-rata cukup
memadai. 3). Kondisi sosial dan psikologi yang cukup menunjang. Menurut
Sanjaya (2008:197) kondisi tersebut merupakan faktor pendukung terhadap
keberhasilan pembelajaran.
Kelemahannya yaitu; 1) Pembuatan rencana pembelajaran yang masih
mengadopsi dari RPP yang sudah ada. Kondisi ini mengakibatkan
ketidaksesuaian rencana dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan pembelajaran
tidak tercapai, padahal perencanaan pembelajaran merupakan proses pembuatan
keputusan hasil berpikir secara rasional seorang guru tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran, yang produk akhirnya berupa dokumen yang dijadikan sebagai
acuan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran (Sanjaya,2008:28). 2).
Keterbatasan buku sumber mata pelajaran sejarah dan media di beberapa sekolah
merupakan suatu hambatan, sehingga diperlukan kejelian dan kreativitas guru
untuk membuat pelajaran sejarah menjadi menyenangkan dan bermakna bagi
siswa dengan mencari buku sumber lain dan media yang mendukung bagi proses
pembelajaran. 3) Alokasi waktu yang sangat terbatas, yang membutuhkan strategi
guru untuk memberdayakan siswa agar memiliki pengetahuan awal sebelum
147
pembelajaran dimulai. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang yang terjadi
berdasarkan seluruh sampel yang diteliti, hampir semuanya menunjukkan pola
pembelajarannya mengarah kepada pembelajaran yang dominasi metode ceramah
dan berpusat kepada guru. Temuan penelitian ini sesuai dengan temuan hasil
penelitian Syaodih (2007:8) bahwa implementasi materi IPS di sekolah saat ini ;
(1)lebih menekankan aspek pengetahuan, (2)berpusat pada guru, (3) mengarahkan
bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta (4) hanya
membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis. Hasil tersebut didukung
oleh pendapat Supriatna (2007:76), yang mengemukakan bahwa selama ini
pengajaran di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional, seperti
ceramah, dan lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif tingkat rendah.
Pelaksanaan pembelajaran sejarah yang tergambar di atas cenderung
mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar pada domain kognitif tingkat
rendah atau berpikir tahap rendah, sehingga siswa tidak tertantang untuk berpikir,
sehingga keterampilan berpikir siswa kurang berkembang. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan salah satu ciri KTSP yaitu berbasis kompetensi yang
mengarahkan para siswa agar mampu berpikir tahap tinggi (Sukmadinata 2009),
dan tuntutan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
harus dijawab dan diemban oleh pendidikan ilmu-ilmu sosial di masa mendatang
(Hasan,1996:13). Dengan mempertimbangkan unsur kekuatan yang dimiliki dari
kondisi pembelajaran sejarah, khususnya untuk tingkat SMA di Kecamatan
Rangkasbitung, maka dikembangkan model pembelajaran inkuiri namun tetap
148
memperhatikan keterbatasan pada masing-masing aspek yang berpengaruh untuk
pengembangan model inkuiri ini.
Model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat dijadikan alternatif
dalam memperbaiki kelemahan pembelajaran sejarah, sehingga dapat mengajak
siswa melakukan berbagai interpretasi secara mandiri sebagai dasar
pengembangan pembelajaran, atau untuk melakukan penafsiran kritis terhadap
peristiwa sejarah yang beragam untuk memahami masalah sehari-hari. Ini sesuai
dengan salah satu prinsip dalam KTSP, yaitu berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Artinya, sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di
masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa secara kritis
dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang timbul.
H. Penyusunan Pengembangan Draft Awal Model Pembelajaran Inkuiri
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada
penelitian pra survey, salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian dalam
pengembangan pembelajaran sejarah di SMA adalah pengembangan keterampilan
berpikir. Proses pembelajaran pada studi pendahuluan adalah munculnya gejala
kecenderungan pengelolaan pembelajaran lebih berorientasi pada proses
menghapal materi pelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Artinya,
dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memandang siswa sebagai objek yang
harus diisi dengan berbagai informasi.
Berdasarkan hasil penelitian pra survei, maka kegiatan selanjutnya adalah
penyusunan draf awal model pembelajaran yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
149
a)desain rencana pengembangan model pembelajaran inkuiri, b) prosedur
implementasi model pembelajaran inkuiri, c) dan evaluasi pembelajaran.
1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
Dalam rangka mengimplementasikan inkuiri di kelas, Etheredge &
Rudinsky (2003) memberikan model sederhana dari suatu kegiatan inkuiri yang
umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru berusaha
menggali minat dan latar belakang pengetahuan awal siswa dan merancang
kegiatan dengan menggunakan variabel tunggal serta menerapkan konsep-konsep
sains yang akan dipelajari, (b) guru membantu siswa merumuskan pertanyaan,
merancang dan melaksanakan kegiatan inkuiri, dan (c) guru membantu siswa
menilai proses dan hasil pembelajaran yang dilakukannya. Agar proses inkuiri
dapat berlangsung secara maksimal dan produknya menjadi bermakna bagi guru
maupun siswa, maka penerapan inkuiri sebaiknya diawali dari masalah-masalah
sederhana, kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah permasalahan yang
lebih kompleks (Joyce, et al , 2000; Bonnstetter, 2000).
Ada beberapa model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh ahli,
termasuk dalam pembelajaran IPS, diantaranya; Hasan (1998), Lee (1974), Ellis
(1976), Beyer (1971) Massialas (1966). Berdasarkan uraian di atas peneliti
mencoba mengembangkan langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan para ahli dengan harapan model ini bisa membantu mempermudah
para guru di lapangan dalam mengimplementasikannya dalam rangka untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Di bawah ini merupakan langkah-
langkah inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli.
150
Tabel 3.29 Perbandingan Langkah Pembelajaran Inkuiri
NO Tokoh Langkah-langkah pembelajaran inkuiri ke-
1 2 3 4 5 6
1 Hasan Merumuskan
masalah
Mengembang
kan hipotesis
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Pengujian
hipotesis
Penarikan
kesimpulan
2 Ellis Menyatakan
masalah atau
pertanyaan
untuk
diselidiki
Menyeleksi
sumber-
sumber data
yang cocok
Mengumpulk
an data-data
Memproses
data
Membuat
kesimpulan
3 Beyer Mendefinisik
an masalah
Mengembang
kan hipotesis
atau solusi
rencana
hipotesis
Menguji
hipotesis
sesuai dengan
data yang
relevan
Menarik
suatu
kesimpulan
Menerapkan
kesimpulan
dan
generalisasi
4 Lee Pertanyaan
diajukan dan
dinyatakan
dengan jelas
Mengembang
kan jawaban
sementara
Mengumpulk
an data yang
menunjang
terhadap
jawaban
sementara.
Menggamba
rkan
kesimpulan
yang diambil
dari data-
data yang di
dapat.
Kesimpulan
dipergunaka
n untuk
pertanyaan
dan sub
pertanyaan
yang
diajukan
5 Massial
as& Cox
Tahap
orientasi
Tahap
merumuskan
masalah
Tahap
mengajukan
hipotesis/
definisi
Mengumpul
kan data/
Eksplorasi
Menguji
hipotesis/
Pembuktian
Merumusk
an
Kesimpulan
6 Rancan
gan
pengem
bangan
model
Merumuskan
masalah
Eksplorasi:
Merumuskan
hopitesis
Elaborasi:
Mengumpulk
an data
Konfirmasi:
Menguji
hipotesis
Menarik
kesimpulan
Berdasarkan tabel 3.29 di atas, desain model pembelajaran pada penelitian
ini dikembangkan melalui tahapan yang mengacu pada persamaan langkah-
langkah inkuiri yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas. Pada penelitian ini,
desain rencana pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, mencakup lima langkah,
yaitu a) merumuskan masalah, b) membuat hipotesis, c) mengumpulkan data, d)
menguji hipotesis, dan e) membuat kesimpulan. Dari lima langkah tersebut,
151
penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, dan yang membedakannya
dari model inkuiri lainnya adalah penekanan pada langkah ke tiga, yang merujuk
pada heuristik dan kritik. Alasannya adalah pada langkah ketiga ini merujuk pada
heuristik dan kritik dalam metodologi sejarah.
Dasar pemikiran menentukan perumusan masalah pada langkah pertama
adalah tujuan dari pengembangan model yang ditujukan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir. Suriasumatri (2003:29) berasumsi, manusia akan berpikir
apabila sedang menghadapi masalah. Pada perumusan masalah ini, pembelajaran
dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan.
Langkah kedua, ketiga dan keempat merupakan aktivitas yang terkait, mengacu
pada standar proses dari BSNP (2007) yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Secara umum, melalui tiga langkah tersebut, diharapkan siswa dapat
menguji hipotesis berdasarkan rumusan hipotesis dari suatu permasalahan yang
dikaji dan pengolahan data yang didapat. Dengan demikian, siswa terkondisikan
melakukan tiga aktivitas tersebut secara utuh. Langkah terakhir adalah membuat
kesimpulan yang merupakan langkah umum dari langkah terakhir model inkuiri.
Kelima langkah pembelajaran tersebut yang merupakan kerangka model menjadi
kerangka yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.
Jenis inkuiri yang digunakan adalah jenis guide inkuiry dengan
pertimbangan berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam proses pembelajaran
sejarah dengan menggunakan model inkuiri ini masih baru dan atau belum
dilaksanakan secara lengkap sesuai dengan prosedur. Dalam inkuiri terbimbing
(guided inquiry), guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi
152
pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran
aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Model
inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang belum terbiasa atau belum
berpengalaman belajar dengan model pembelajaran inkuiri. Dengan pembelajaran
ini, siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga
siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran (Herdian, 2010). Kelow ( 2008)
menambahkan, pembelajaran yang cocok digunakan adalah jenis guide inkuiri.
”With young children or students new to inquiry it is usually necessary to use a
form of guided inquiry” ( http://www.galileo.org/inquiry-what.html ).
Pada pembelajaran ini, siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan
untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur.
Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi
siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan oleh siswa.
Dalam guide inquiry guru dapat memunculkan suatu kegiatan, dengan
menampilkan foto atau memberikan motivasi untuk melakukan diskusi,
membimbing siswa untuk mengembangkan pertanyaan dari diskusi yang sedang
dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka ditetapkan desain
rancangan model inkuiri ini dalam penyusunan draf awal model, yang kemudian
dikembangkan melalui kegiatan: a.) Uji coba terbatas, dan b.) Uji coba luas.
153
Merujuk pada langkah-langkah model pembelajaran inkuiri tersebut, maka dibuat
format pengembangan desain model pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Bagan 3.3 Desain Perencanaan Model Pembelajaran Inkuiri
Berdasarkan desain awal model pembelajaran inkuiri, maka
dikembangkan ke dalam format RPP. Format RPP dari model pembelajaran
inkuiri ini dikembangkan atas unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan,
bahan ajar, model yang dikembangkan dalam bentuk prosedur pembelajaran,
media/sumber dan evaluasi. Pengembangan unsur-unsur tersebut diuraikan di
bawah ini.
(a.) Tujuan
Penentuan tujuan merupakan komponen pertama yang tercantum dalam
RPP, yang berfungsi mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai yang di
Tujuan Pembelajaran: Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Materi: Sejarah Kelas X SMA Semester II
Prosedur/ Langkah-langkah Inkuiri:
1. Perumusan Masalah kegiatan awal
2. Eksplorasi: Perumusan hipotesis
3. Elaborasi: Pengumpulan data berbasis pada langkah kegiatan
heuristik& kritik dalam metodologi sejarah inti
4. Konfirmasi : Pengujian Hipotesis
5. Penyimpulan kegiatan penutup
EVALUASI
154
dalamnya digambarkan hasil dan proses yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa. Begitu juga rumusan tujuan model inkuiri untuk meningkatkan
keterampilan berpikir siswa, diarahkan kepada dua aspek, yaitu aspek proses dan
aspek hasil. Aspek proses ditekankan pada aktivitas siswa di kelas. Pada aspek
hasil, tujuan lebih memfokuskan kepada aplikasi penggunaan kemampuan
akademik siswa di dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencari dan
mengolah data menguji hipotesis, dan menyimpulkan terhadap suatu
permasalahan. Aspek yang ada pada proses dan hasil tersebut merupakan
indikator keterampilan berpikir. Sasaran proses diarahkan kepada pengungkapan
aktivitas siswa baik secara individu, maupun kelompok di dalam mengungkap
suatu permasalahan dalam topik tertentu berdasarkan prosedur pembelajaran
model inkuiri yang telah ditetapkan.
(b.) Materi/ Bahan Ajar
Untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran dalam meningkatkan
keterampilan berpikir dengan model inkuiri, guru harus memilih tema dan materi
yang kira-kira dapat diangkat untuk menjadi masalah, yang merupakan salah satu
media untuk menstimulus keterampilan berpikir siswa dengan cara mengaitkan
materi dengan permasalahan kehidupan yang dekat dengan siswa yang bisa diuji
kebenarannya.
(c.) Prosedur Pembelajaran
Komponen selanjutnya adalah prosedur pembelajaran. Komponen ini
merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Prosedur model inkuiri untuk
meningkatkan keterampilan berpikir dijabarkan dalam bentuk langkah-langkah
155
pembelajaran yang diarahkan untuk peningkatan keterampilan berpikir siswa
SMA dengan memperhatikan tuntutan kurikulum dan disesuaikan dengan potensi
yang berkembang selama ujicoba. Langkah pembelajaran dikembangkan pada
tiga langkah utama sebagai urutan pembelajaran pada umumnya, yaitu : kegiatan
awal, kegiatan inti dan penutup .
(d.) Media/ Sumber Belajar
Model pembelajaran inkuiri ini menggunakan media dan berbagai
sumber, yang mewarnai dalam prosedur kegiatan inkuiri, misalnya media grafis,
seperti; buku, majalah, surat kabar, maupun dari media elektronik seperti; video,
dan internet. Dalam kegiatan ini, digunakan media bagan dan lembar tugas siswa
berupa artikel singkat dengan bentuk historical analysis and interpretation.
(e.) Kegiatan Evaluasi.
Kegiatan evaluasi dalam model inkuri untuk meningkatkan keterampilan
berpikir ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilakukan melalui observasi aktivitas siswa pada saat
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengujian
hipotesis hingga penyimpulan melalui proses tanya jawab dan diskusi selama
proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup;
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat,
mencari informasi dan menyimpulkan. Perilaku yang diamati diceklis pada format
yang telah disediakan. Evaluasi hasil dilakukan melalui tes tertulis berbentuk tes
objektif yang berisi tentang permasalahan yang perlu pemecahan. Selanjutnya
156
unsur-unsur pembelajaran tersebut tampak pada langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang tertuang dalam format RPP di bawah ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : …………………………………… Mata pelajaran : Sejarah Kelas/ semester : X/ 2 Standar Kompetensi : …………………………….(diisi sesuai dengan standar isi kurikulum) Kompetensi Dasar : ………………………………… Indikator : ………………………………… Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi Dasar) 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (indikator: susunan indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan)
B. Materi Pembelajaran (uraian materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis)
C. Metode Pembelajaran Dikembangkan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri dan metode yang dianjurkan dari masing-masing langkah.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1.Pendahuluan
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
Tahapan Kegiatan
Tujuan Uraian Kegiatan
Merumuskan masalah
• mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok
• memonitor terhadap semua kegiatan yang dilakukan siswa
• siswa memiliki kemampuan untuk bekerjasama, kompak, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
• Memotivasi siswa untuk meningkatkan respon melalui tanya jawab dan mempelajari menggali informasi akademis
• Pembentukan kelompok kecil, kelompok besar
• Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mengorganisasi tugas dalam kelompoknya
• Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu ataupun kelompok dengan meningkatkan rasa kebersamaan, kekompakan dan percaya diri melalui diskusi kelompok
• Siswa dibawa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan guru menantang siswa untuk menyelesaikan teka-teki tersebut
2. Kegiatan Inti Eksplorasi: Merumuskan hipotesis
• Menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan
• Siswa dibimbing untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji
157
• Menanamkan manfaat penting tentang materi yang sedang dibahas
kebenarannya • Jika individu dapat
membuktikan hipotesisnya tersebut, maka akan mendorong individu itu untuk berpikir lebih lanjut
Elaborasi: Mengumpulkan data (heuristik)
• Membangkitkan respon untuk mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa dengan cara melakukan tanya jawab dan pencarian data/ informasi agar terjadi pembelajaran yang lebih mendalam
• Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka
• Siswa mengumpulkan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka lihat atau yang mereka dapat, seperti buku sumber, tajuk rencana dari surat kabar, maupun dari sumber internet.
Konfirmasi: Menguji hipotesis (kritik)
• Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan keterampilan berpikir siswa
• Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis melalui kerja kelompok dengan didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Penutup
Menyimpulkan • Menanamkan kemampuan untuk mendemonstrasikan materi dan menyelesaikan masalah dari materi yang telah dibahas
• Mengadakan refleksi/ umpan balik terhadap tujuan materi yang telah berhasil dikuasai siswa dan materi mana yang perlu diperbaiki.
• Memotivasi dan mendorong masing-masing siswa
• Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran
• Mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Memberi perhatian dengan cara memberikan reward dan punishment kepada siswa
• Membantu siswa untuk memahami kekurangan, perasaan dan bakat yang dimiliki siswa
• Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas dan mengadakan evaluasi, baik secara tes, ataupun non tes pada proses dan hasil pembelajaran
E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku teks siswa kelas X
Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
2. Buku-buku sejarah yang relevan 3. Informasi dari media cetak, elektronik
F. Penilaian 1. Penilaian tes 2. Penilaian non tes (evaluasi dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar)
158
Mengetahui, Maret 2011 Kepala Sekolah Guru Sejarah
Bagan 3.4 Format RPP awal model pembelajaran inkuri
2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Pengembangan prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan ketampilan berpikir berdasarkan desain rencana pembelajaran
yang digunakan dalam RPP di atas, pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu(1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup.
Pendahuluan/ Kegiatan awal diisi dengan tahap perumusan masalah.
Pada kegiatan awal ini, yang dilakukan guru adalah menyampaikan tujuan yang
akan dicapai selama pembelajaran berlangsung dan pengkondisian siswa untuk
belajar melalui model inkuiri. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Merumuskan masalah
merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan/ masalah yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan
masalah tersebut tentu memerlukan jawaban, dan siswa didorong untuk
mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban tersebut yang sangat
penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses ini, siswa
akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui
proses berpikir.
159
Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari
eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dikaitkan dengan langkah inkuiri, proses
eksplorasi mencakup perumusan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah
dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dengan
demikian, siswa dapat berperan aktif untuk menyampaikan pendapatnya baik
secara individu maupun kelompok.
Proses elaborasi mencakup pengumpulan data. Pengumpulan data, jika
dikaitkan dengan metodologi sejarah, identik dengan langkah heuristik, yang
merupakan langkah pertama, di mana siswa diberi tugas melalui kegiatan
diskusi, untuk selanjutnya dapat menyajikan hasil kerjanya tersebut dalam
bentuk presentasi. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Ada beberapa teknik pengum-
pulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah, seperti: studi
kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara (interview). Dapat pula
digunakan teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis (topical
approach) beserta berbagai perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan
terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus (case study). Dalam
pengumpulan data, siswa dibimbing untuk mengumpulkan data berupa
informasi dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku sumber lain, surat
160
kabar dan dari internet. Pengumpulan sumber tersebut berhubungan dengan
materi yang akan dibahas.
Dalam kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah menguji
hipotesis, yakni menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengujian hipotesis ini erat kaitannya dengan kritik
dalam metodologi sejarah. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau
kritis memerlukan data-data yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang
diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring
sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Dalam melakukan
kritik, kadangkala diperlukan pengetahuan dan penghayatan kultural tentang si-
tuasi dan kondisi dimana dokumen tersebut dibuat. Dalam kegiatan inti ini,
peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru
memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru menunjukkan jalan
keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Peran ini sangat penting
karena mampu membantu kelancaran langkah-langkah inkuiri, termasuk dalam
kegiatan diskusi. Guru juga membimbing dan mengarahkan jalannya serta
membantu kelancaran diskusi.
Langkah terakhir adalah kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, langkah
inkuiri yang tercakup di sini adalah penyimpulan. Merumuskan kesimpulan
161
merupakan gong-nya proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan. Pada langkah ini, guru juga melakukan refleksi dan umpan balik
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Selain mempersiapkan RPP, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh
guru sebelumnya antara lain, memberi penjelasan tentang prosedur inkuiri,
pembuatan LKS, dan pembagian tugas dalam kelompok. Pembuatan LKS yang
dirancang khusus untuk peningkatan berpikir siswa perlu dipersiapkan dengan
tujuan untuk memberi arah terhadap permasalahan yang akan dipecahkan
selama proses pembelajaran. Mengenai persiapan pembentukan kelompok
dimaksudkan pada saat kegiatan pembelajaran memasuki kegiatan diskusi
kelompok siswa sudah siap dengan kelompoknya. Hal penting dalam
mempersiapkan kelompok ini adalah memperhatikan heterogenitas kemampuan
akademik, sehingga siswa yang kurang bisa terbantu, begitu juga dengan
persiapan pencarian informasi dari berbagai sumber baik itu surat kabar, internet
atau narasumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
akan lebih mengefektifkan pelaksanaan model ini.
Untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran
sejarah, maka diperlukan media yang berfungsi untuk membantu tercapainya
tujuan yang diharapkan. Melalui inkuiri, siswa memiliki banyak kesempatan
untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri maupun kelompok,
baik media cetak maupun media elektronik. Pada penelitian ini, ada media yang
162
dikembangkan oleh guru, ada pula media yang digunakan siswa dalam
pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.
Pengembangan media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi
kegiatan belajar siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru diberikan
keleluasaan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai/ relevan dengan
materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Media yang
dikembangkan dapat berupa media grafis dan elektronik. Media grafis yang
dikembangkan guru diantaranya yaitu media gambar, media tabel atau bagan.
Media gambar ditunjukkan oleh penjelasan konsep secara singkat oleh guru,
kemudian siswa diminta untuk menganalisis gambar tersebut. Media ini
membantu guru untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah. Media
bagan atau tabel dibuat dan dikembangkan dengan cara membuat bagan atau
peta konsep yang menghubungkan materi masa lalu dengan kehidupan
kontekstual yang relevan, di samping itu juga untuk mendorong keingintahuan
siswa dan mempermudah siswa dalam merumuskan hipotesis. Dengan
demikian, maka pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam. Melalui
beberapa media tersebut, maka siswa dapat melakukan analisis, mendapatakan
pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan tertentu, dan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah.
3. Pengembangan Alat Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri
Rancangan model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah di SMA. Untuk
163
mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pada perencanaan model pembelajaran
inkuiri ini, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengukurnya sebagai
kegiatan evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan berupa evaluasi proses
(observasi kegiatan kelas) dan evaluasi hasil pada akhir pembelajaran yang
dikembangkan berupa tes, yang bersifat deskriptif.
Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan kegiatan/
aktivitas siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji
hipotesis dan pelaksanaan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan siswa yang diamati mencakup mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, mengemukakan pendapat , mencari informasi dan menyimpulkan.
Perilaku yang diamati dilakukan dengan cara diceklis pada format yang telah
disediakan.
I. Pengembangan dan Pelaksanaan Uji Coba Model
1. Uji Coba Terbatas
Berdasarkan desain awal model pembelajaran inkuiri dan format RPP
awal model pembelajaran inkuiri, diadakanlah uji coba berupa uji coba terbatas
dan uji coba luas.
a. Uji Coba Terbatas I
(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas 1
Setelah melalui diskusi dengan guru mata pelajaran sejarah, maka
dihasilkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan
164
diimplementasikan sesuai dengan prosedur model inkuiri. Dari diskusi tersebut,
dihasilkan draft RPP untuk uji coba 1 sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) I
Mata pelajaran : Sejarah
Kelas/ semester : X/ 2
Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi Ciri-Ciri Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat
Pada Masa Pra aksara pada masa food gathering dan masa food
producing
Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
G. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri sosial-budaya masyarakat pada masa pra
aksara
2. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri kehidupan ekonomi masyarakat pada
masa pra aksara
3. Membedakan perkembangan ciri sosial, budaya, ekonomi antara masa food gathering
dan masa food producing
4. Menjelaskan 2 karakteristik zaman pra aksara yang ada di Indonesia dengan
menggunakan kata-kata sendiri
5. Menganalisis karakteristik sosial/ budaya masyarakat pra aksara jika dihubungkan
dengan karakteristik sosial-budaya pada masa modern
H. Materi Pembelajaran
Kehidupan Sosial-Budaya/ Ekonomi Masyarakat Pra Aksara
• Karakteristik kehidupan sosial-budaya masyarakat pada masa berpindah tempat(food
gathering) dan masa menetap (food producing)
• Karakteristik sosial-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara (masa food
gathering dan masa food producing) dengan karakteristik sosial-ekonomi kehidupan
masyarakat modern
• Karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara dengan
karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan masyarakat modern (misalnya (a) pola
kepemimpinan primus interpares , (b) perbandingan peran wanita pada masa pra aksara
dengan masa modern.
I. Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab, penugasan.
J. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan awal
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
merumuskan masalah (a)
165
• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai
materi yang akan dibahas
2. Kegiatan Inti
membuat hipotesis (b)
• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya
• Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang
permasalahan dirumuskan sebelumnya.
mengumpulkan data/ heuristik (c)
• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data dari berbagai sumber yang
sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas.
• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang
mereka temukan.
menguji hipotesis/ kritik (d)
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja
kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Kegiatan Penutup
Menyimpulkan (e)
• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Dengan bimbingan guru , siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi sebagai
kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang
dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.
• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test
• Penugasan
K. Sumber dan Media Pembelajaran
4. Buku teks siswa kelas X
Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
5. Buku-buku sejarah yang relevan
6. Informasi dari media cetak, elektronik, internet
L. Penilaian
1. Penilaian Proses
2. Penilaian hasil
Maret 2011
Mengetahui, Guru Sejarah
Kepala Sekolah
Bagan 3.5 Draft RPP Uji Coba I
166
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas I
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji
coba pertama, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut :
Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru langsung memberikan materi mengenai
kehidupan sosial, budaya dan ekonomi pada masa pra aksara di Indonesia tanpa
terlebih dahulu mengemukakan tujuan dari pembelajaran yang akan dilalui begitu
juga prosedur inkuiri yang akan digunakan. Selanjutnya, siswa diminta untuk
membedakan karakteristik pada masa food gathering dengan food producing
dalam bentuk bagan, walaupun pada awalnya hanya guru yang aktif dalam
menjelaskan bagan tersebut.
Kegiatan inti; pada kegiatan inti, terdapat tiga langkah dalam kegiatan inkuiri,
yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan menguji hipotesis. Pada
kegiatan inti ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-
masing kelompok bertukar pengalaman dan bekerjasama untuk menyelesaikan
permasalahan/ materi yang sedang dibahas. Dalam perumusan hipotesis, siswa
diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Di sini, terjadi pembagian tugas
dalam kelompok. Setelah itu, secara kelompok membuat suatu karangan analisis
mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah teknik berhuma, pola
kepemimpinan primus inter pares dan pembagian pola pekerjaan (peran wanita)
yang diterapkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering
dan food producing) masih berlaku juga di masyarakat modern pada saat ini. Di
sini, ada siswa yang aktif bekerja, namun ada juga yang masih berdiam diri dan
167
mengganggu teman lainnya. Pada pengumpulan data/heuristik, guru mulai
membimbing siswa dalam kegiatan mengumpulkan dan analisis data atau sumber
informasi lainnya. Siswa belum diminta untuk mengumpulkan dan menganalisis
data pada langkah ini. Saat pengujian hipotesis, hasil pekerjaan siswa
dipresentasikan dan siswa yang lain menanggapi, dengan tujuan untuk
menciptakan pengembangan berpikir siswa. Hasil kerja siswa tampak terfokus
pada data yang ada pada buku sumber, sehingga hasil belajar siswa antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya menunjukkan hasil yang serupa.
Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup atau penyimpulan diisi oleh kesimpulan
singkat dari guru. Guru melakukan kesimpulan terhadap materi yang telah
dibahas dan tidak mengajak siswa untuk berperan aktif dalam penyimpulan
diskusi kelompok, juga melakukan post test, tetapi cukup menyita waktu sehingga
jam pelajaran selanjutnya terpakai untuk kegiatan ini.
(3.) Refleksi dan Umpan Balik Uji Coba Terbatas I
Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji
coba terbatas I, maka didapatkan refleksi di bawah ini:
a. Guru belum memahami model pembelajaran inkuiri secara menyeluruh
b. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, walaupun
sudah tampak adanya usaha untuk mengubah kebiasaan cara mengajar
secara tradisional
c. Kurangnya keterampilan, pengetahuan dan pemahaman guru mengenai
materi yang berkaian dengan model inkuiri dan guru kurang mendorong
168
minat siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di
kelas
d. Dilihat dari aktivitas siswa selama diskusi, siswa masih tampak bingung
apa yang harus dilakukan, dan belum terbiasa dengan pembelajaran
menggunakan pola baru, terlebih dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dalam setiap langkahnya. Beberapa siswa bertanya
kepada guru apa yang harus dilakukan, termasuk dalam langkah ketiga,
yaitu pengolahan data. Pertanyaan ini muncul hampir pada setiap
tahapan, sehingga aktivitas guru lebih banyak menjelaskan langkah-
langkah dalam inkuiri.
Sebagai umpan balik, berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba
pertama, diadakan diskusi dengan guru, yang kemudian dihasilkan umpan balik
dan dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
a. Guru dianjurkan untuk membiasakan diri dalam menjelaskan tujuan dan
kriteria keberhasilan siswa
b. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara
menyeluruh sehingga peneliti harus memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai model pembelajaran inkuiri dan bagaimana caranya agar
menarik minat dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam belajar
c. Guru harus membiasakan dalam menggunakan media dan sumber
belajar yang lebih variatif dan melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran dan melihat atensi siswa sebelum memulai
pembelajaran
169
d. Guru harus terampil dalam memancing siswa untuk menggunakan
menghubungkan materi dengan pengalaman siswa atau kehidupan
kontekstual, serta mendorong siswa agar terampil dalam menggunakan
data dan informasi yang relevan selain buku paket yang sesuai dengan
materi yang akan dibahas
e. Dalam proses belajar, siswa masih banyak yang belum mengerti dengan
perintah dari guru yang harus dikerjakan oleh siswa, siswa pun masih
bingung dan belum terbiasa dengan pembelajaran ini, dengan demikian
diperlukan peran guru dalam memberikan penjelasan tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa, terutama dalam langkah heuristik/ pengolahan
data
b. Uji Coba Terbatas II
(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba II
Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba pertama,
sebelum dilaksanakan implementasi uji coba terbatas II, guru melakukan
pembagian kelompok dengan memberikan tugas mencari informasi dari internet
dan surat kabar yang berhubungan dengan materi perkembangan teknologi dan
sistem kepercayaan awal masyarakat pada masa pra aksara. Untuk RPP pada uji
coba, perubahan tampak pada materi yang akan dibahas. Adapun rumusan RPP
untuk uji coba terbatas dua sebagai berikut :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) II
Mata pelajaran : Sejarah
Kelas/ semester : X/ 2
170
Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal
Masyarakat Pada Masa Pra aksara
Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Menganalisis sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat
2. Mengidentifikasi sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam
3. Membandingkan sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan bercocok tanam
4. Mennguraikan pengertian teknologi
5. Menguraikan minimal 2 perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan
bercocok tanam
6. Membandingkan perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan berpindah
tempat dengan masa bercocok tanam
7. Menganalisis bagaimana masyarakat pra aksara meninggalkan tradisi masa lalunya
B. Materi Pembelajaran
• Sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat
• Sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam
• Animisme dan dinamisme, kaitannya dengan kehidupan masyarakat pada masa
modern, dan bagaimana menyikapinya
• Pengertian teknologi dan pemanfaatannya
• Perkembangan teknologi pada masa berburu dan meramu
• Perkembangan teknologi pada masa bercocok tanam
• Perbedaan pemanfaatan teknologi pada masa pra aksara dengan kehidupan pada saat
ini dalam dunia modern
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab, penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
merumuskan masalah (a)
• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai
materi yang akan dibahas
2. Kegiatan Inti
membuat hipotesis (b)
• Guru menjelaskan materi mengenai kepercayaan awal masyarakat berburu/ berpindah
tempat dan bercocok tanam
• Siswa diminta untuk mengidentifikasi kepercayaan pada masa pra aksara yang masih ada
pada konteks kehidupan saat ini di beberapa aspek kehidupan
mengumpulkan data/ heuristik (c)
• Guru menjelaskan perkembangan teknologi pada masa pra aksara secara singkat
171
• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mecari informasi yang telah
ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk menjelaskan bagaimana masyarakat
pra aksara memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewariskan masa lalunya serta
melahirkan tradisi seperti Abris sous roche
• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas.
• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang
mereka temukan.
menguji hipotesis/ kritik (d)
• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penggunaan teknologi pada masa pra aksara
dengan pemanfaatan teknologi saat ini dan bagaimana dampak penggunaan teknologi
saat ini dengan menghubungkannya pada masa sekarang (modern) dan menugaskan
siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Siswa yang sudah selesai dapat
mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan pendapat, sedangkan siswa
lainnya mengomentari dan menambahkan.
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja
kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Penutup
Menyimpulkan (e)
• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran sejarah berdasarkan refleksi
dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.
• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test
• Penugasan
E. Sumber dan Media Pembelajaran
7. Buku teks siswa kelas X
Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
8. Buku-buku sejarah yang relevan
9. Informasi dari media cetak, elektronik, internet
F. Penilaian
• Penilaian Proses
Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian
terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.
• Penilaian Hasil
Dilakukan berupa tes uraian.
Mengetahui, Maret 2011
Kepala Sekolah Guru Sejarah
Bagan 3.6 Draft RPP Uji Coba Terbatas II
172
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas II
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji
coba terbatas ke dua, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut :
Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru mulai menginformasikan tujuan
pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Guru mengungkap
pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi dan memberikan motivasi agar
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan menggali pengalaman dan
pengetahuan awal siswa, juga membangkitkan motivasi belajar dengan cara
menginformasikan manfaat dan arti penting materi pelajaran. Pada tahap
perumusan masalah, secara brainstorming, guru meminta para siswa untuk
menyebutkan karakteristik teknologi dan sistem kepercayaan pada zaman pra
aksara yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil brainstorming tersebut, siswa
diminta untuk menguraikan dan membedakan karakteristik sistem teknologi dan
sistem kepercayaan pada masa pra aksara dengan sistem teknologi dan sistem
kepercayaan masa kini dalam bentuk bagan/ tabel. Guru menghadirkan media
berupa gambar salah satu suku bangsa yang masih meneruskan tradisi pada masa
zaman batu/ megalithikum, seperti minoritas masyarakat yang tinggal di pulau
Jawa, pedalaman Papua dan pedalaman Kalimantan. Berdasarkan gambar
tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan masalah.
Kegiatan inti; pada kegiatan inti, tepatnya pada tahap perumusan hipotesis, guru
bertanya kepada siswa mengenai isu dari tradisi megalithikum yang telah
dimunculkan di awal, setelah itu memberi stimultan, bagi siapa yang berani untuk
memberikan tanggapan atau mengemukakan pendapat, maka akan mendapatkan
173
poin tambahan. Pada tahap ini lah siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji
kebenarannya. Saat pengumpulan data, siswa sudah diberikan tugas untuk
mencari informasi lain di luar buku paket yang dilakukan pada pertemuan
sebelumnya. Dari sumber yang didapat, secara kelompok membuat suatu laporan
singkat mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah pada saat ini
masih terdapat tradisi sistem kepercayaan pada masa pra aksara yang tertinggal
atau berkembang di Indonesia hingga saat ini, dan mengenai primus interpares.
Pada kegiatan ini, siswa tertarik dan mencari informasi yang relevan dengan topik
yang sedang dibahas dari buku paket dan sumber lainnya. Guru juga membimbing
siswa dalam kegiatan mengumpulkan sumber/ informasi dan analisis data.
Langkah ini merupakan langkah yang amat penting karena dalam metodologi
sejarah, pengumpulan data akan menentukan bagi langkah selanjutnya, yaitu
kritik dan historiografi (dalam hal ini, kritik yang dimaksud adalah pengujian
hipotesis). Pada pengujian hipotesis, guru membimbing dan memberi motivasi
siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan kerjasama/ diskusi di kelas,
termasuk dalam kegiatan menguji hipotesis sehingga dapat menumbuhkan
kepercayaan diri siswa. Di sini, terdapat beberapa siswa saja yang tampak aktif
dalam aktivitas tersebut.
Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup, siswa mengambil pokok pikiran dan
berusaha menyimpulkan materi yang telah dibahas, juga mengadakan evaluasi
berupa post test untuk mengetahui perkembangan pembelajaran yang telah
174
dilakukan, agar pada langkah selanjutnya dapat dilakukan refleksi terhadap
kelebihan dan kekurangan model yang telah diterapkan.
(3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas II
Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji
coba terbatas II, maka didapatkan refleksi di bawah ini:
a. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara
menyeluruh, namun sudah tampak adanya peningkatan dibandingkan
ketika pertama kali menerapkan model pembelajaran ini.
b. Secara keseluruhan, guru terkadang masih mendominasi kegiatan
pembelajaran di kelas, walaupun sudah tampak adanya usaha untuk
mengubah kebiasaan cara mengajar secara tradisional ke arah inkuiri
c. Siswa sudah mulai antusias dengan pembelajaran menggunakan pola
model pembelajaran inkuiri, namun peran guru dalam pengembangan
model pembelajaran ini masih kurang, di mana guru belum
menunjukkan apresiasinya terhadap siswa yang telah berperan aktif
dalam diskusi kelas dan bagi siswa yang telah dapat menghubungkan/
mengaitkan antara materi pembelaaran dengan materi kontekstual.
d. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas siswa yang aktif di kelas dalam
bertanya, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan pada saat
merumuskan masalah dan menguji hipotesis. Pendapat yang
dikemukakan pun cenderung relatif masih homogen antara satu siswa
terhadap siswa lainnya.
175
e. Siswa masih menghadapi kendala keterbatasan waktu dalam
pelaksanaan proses dan hasil belajar, di mana hanya beberapa kelompok
saja yang dapat mengemukakan hasil diskusinya.
Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke dua, diadakan
diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Siswa perlu membiasakan diri untuk memanfaatkan sumber belajar dan
media yang ada, juga memilih dan memilah data ataupun informasi yang
sesuai/ relevan dengan pokok bahasan dalam tahap pengolahan data.
b. Pemberian contoh-contoh dan tanya jawab dalam rangka menjelaskan
konsep, dapat dilakukan dengan cara mengangkat isu-isu kontemporer
atau dengan mencari contoh/ permasalahan yang dekat dengan kehidupan
siswa, sehingga pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dibahas
lebih mendalam.
c. Keterlibatan guru dalam melakukan motivasi dan reward secara aktif
dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan lagi, begitu pula dalam
menciptakan suasana kelas yang lebih mendukung.
d. Kendala keterbatasan waktu diatasi dengan cara menugaskan siswa untuk
membaca materi di rumah untuk pertemuan selanjutnya dan mencari data
atau informasi yang relevan dengan materi/ pokok bahasan pada
pertemuan selanjutnya.
176
c. Uji Coba Terbatas III
(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba III
Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke
dua, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan
kekurangan uji coba II yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut,
maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba terbatas III. Adapun rumusan RPP
untuk uji coba terbatas tiga tampak seperti di bawah ini:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) III
Mata pelajaran : Sejarah
Kelas/ semester : X/ 2
Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang
berpengaruh terhadap peradaban Indonesia
Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Mengidentifikasi asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
2. Membandingkan proses migrasi ras bangsaproto melayu dan deutro melayu
3. Menunjukkan pada peta asal- usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
4. Menganalisis pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
B. Materi Pembelajaran
• Asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
• Pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
• Jenis bangsa dan ras yang terdapat di Indonesia
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab, penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran
merumuskan masalah (a)
• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan
177
mengenai materi yang akan dibahas
2. Kegiatan Inti
membuat hipotesis (b)
• Guru secara singkat menjelaskan materi mengenai asal-usul dan persebaran nenek
moyang bangsa Indonesia
• Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai asal-usul dan persebaran
nenek moyang bangsa Indonesia
• Secara berkelompok, siswa diminta untuk menunjukkan asal-usul dan persebaran
nenek moyang bangsa Indonesia, dan menggambarkannya dalam bentuk bagan
• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang
telah ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal
penyebab persebaran nenek moyang dari Yunan , pengaruh persebaran nenek
moyang bangsa Indonesia yang ada di sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai
positif yang mendasari sikap nenek moyang bangsa Indonesia dalam
kedatangannya ke Indonesia.
mengumpulkan data / heuristik(c)
• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas.
• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang
mereka temukan dari berbagai sumber yang relevan.
menguji hipotesis/ kritik (d)
• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab persebaran nenek moyang
dari Yunan , pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia yang ada di
sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai positif yang mendasari sikap nenek
moyang bangsa Indonesia dalam kedatangannya ke Indonesia.
• Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan
mengemukakan pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan
menambahkan.
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan
kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Penutup
Menyimpulkan (e)
• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan
akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang
dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.
• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test
• Penugasan
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku teks siswa kelas X
Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga
Serangkai
Pustaka Mandiri
Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
2. Buku-buku sejarah yang relevan
3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet
178
F. Penilaian
• Penilaian Proses
Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri.
Penilaian terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.
• Penilaian Hasil
Dilakukan berupa tulisan/ uraian
Mengetahui, Maret 2011
Kepala Sekolah Guru Sejarah
Bagan 3.7 Draft RPP Uji Coba Terbatas III
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas III
Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan
pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Setelah
menyampaikan tujuan, guru merumuskan masalah dan mengajukan pertanyaan
untuk merumuskan hipotesis sebelum diputuskan terlebih dahulu di ajukan ke
siswa yang kemudian disimpulkan untuk disepakati bersama untuk dibuktikan
kebenarannya. Aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik mulai dari
penyampaian tujuan, penyajian atau perumusan masalah yang harus dipecahkan.
Guru sudah mampu melibatkan siswa untuk berpikir, hal ini terlihat dalam
langkah perumusan masalah dan hipotesis di mana banyak siswa yang mencoba
mengemukakan pendapatnya, walau akhirnya guru hanya menunjuk tiga orang
siswa saja sebagai perwakilan kelompok yang diminta menuliskan pendapatnya
di whiteboard. Hal tersebut dilakukan sebagai solusi keterbatasan waktu. Guru
menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa
(terdiri dari beberapa suku) dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
menggali pengalaman yang dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam
179
memahami materi yang akan dibahas. Pemanfaatan media berupa bagan dan
gambar mengenai kemajemukan suku bangsa serta penugasan kepada siswa untuk
membaca buku pegangan siswa dan pencarian informasi lainnya di rumah,
membuat siswa lebih siap jika diadakan kegiatan tanya jawab dalam merumuskan
masalah.
Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, minat (interest) siswa dalam diskusi
meningkat dibuktikan dengan lebih banyak siswa yang terlibat aktif dalam diskusi
kelompok di kelas pada materi asal-usul nenek moyang Indonesia. Kegiatan
dalam upaya pelacakan dan pengungkapan data memperlihatkan upaya untuk
membandingkan, menyeleksi serta memutuskan data yang tepat serta
mengonfirmasikan beberapa data yang didapatnya baik dari internet, buku sumber
maupun surat kabar yang berhubungan dengan materi. Guru memberikan
pengarahan pada tahap pengumpulan data/ heuristik ini, terlihat siswa begitu
antusias mengikuti arahan dari guru. Sebagian besar siswa dapat mengidentifikasi
masalah, menganalisis masalah, dan memilih/ memilah sumber informasi yang
relevan. Dengan begitu, pemahaman siswa meningkat karena guru berhasil dalam
memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang
dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa. Pada pengujian hipotesis/kritik, siswa
mempresentasikan hasil diskusinya dan menunjukkan jalur masuknya persebaran
nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh
perwakilan salah satu kelompok berdasarkan pada sumber yang mereka
dapatkan.
180
Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, siswa dapat
mengaktualisasikan dirinya melalui presentasi, terlihat dari kemampuan dalam
menyimpulkan materi berdasarkan diskusi yang telah dibahas. Dalam
pemanfaatan waktu yang tersedia, alokasi waktu yang ada dapat digunakan
dengan baik, walaupun membutuhkan waktu tambahan sekitar 3-5 menit, namun
lebih baik karena membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan
pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian tugas untuk
mencari data pada pembelajaran selanjutnya.
(3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas III
Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji
coba terbatas III, maka didapatkan refleksi di bawah ini:
a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model inkuiri, ditandai
dengan meningkatnya keterampilan berpikir siswa melalui aktivitas siswa di
kelas, di mana siswa mulai terbiasa belajar mandiri, walaupun dalam aspek-
aspek tertentu masih perlu bimbingan guru.
b. Keterbatasan alokasi waktu sudah bisa diminimalisir, sehingga pada saat post
test berlangsung, waktu yang tersita lebih sedikit dibandingkan pada uji coba
pertama dan uji coba 2.
Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke tiga, diadakan
diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan hal-
hal sebagai berikut :
a. Guru sebaiknya mempertahankan cara mengorganisasi kelas dengan
menggunakan media, sumber belajar dan informasi yang dapat menggugah
181
minat siswa untuk dapat mengkonstruk pemahamannya sendiri dari materi
yang sedang dibahas agar terjadi pemahaman yang mendalam.
b. Peneliti bersama guru, memberikan dorongan kepada siswa berupa motivasi
untuk terbiasa dalam ikut berperan aktif dalam diskusi kelompok dan diskusi
kelas, terutama dalam kegiatan tanya jawab dan mengemukakan pendapat.
d. Uji Coba Terbatas IV
(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas IV
Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke
tiga, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan
kekurangan uji coba terbatas III yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi
tersebut, maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba IV. Adapun rumusan RPP
untuk uji coba terbatas tiga tampak sebagai berikut:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) IV
Mata pelajaran : Sejarah
Kelas/ semester : X/ 2
Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang
berpengaruh terhadap peradaban Indonesia
Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :
1. Mendeskripsikan pengertian peradaban
2. Mendeskripsikan proses awal pembentukan peradaban
3. Mendeskripsikan ciri-ciri peradaban awal bangsa Indonesia
4. Menganalisis hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/
peradaban dunia
B. Materi Pembelajaran
• Pengertian peradaban
• Proses awal pembentukan peradaban
182
• Ciri-ciri peradaban
• peradaban awal masyarakat Indonesia
• Hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/ peradaban
dunia
C. Metode Pembelajaran
Diskusi, tanya jawab, penugasan.
D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
merumuskan masalah (a)
• Melakukan Pembentukan kelompok kecil
• Siswa diminta untuk membaca buku sumber yang dimiliki dan melalui tanya jawab
menjelaskan ciri-ciri peradaban
• Siswa secara berkelompok mengadakan diskusi mengenai pertanyaan “mengapa lahir
dan berkembangnya peradaban awal di dunia pada umumnya berada di daerah aliran
sungai?”
2. Kegiatan Inti
membuat hipotesis (b)
• Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai perdaban air yang banyak lahir di
dunia
• Secara berkelompok, siswa diminta untuk merumuskan hipotesis awal dari rumusan
masalah yang telah ditetapkan
• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang telah
ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal penyebab
lahirnya peradaban-peradaban besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal
sebagai peradaban air, dan mengidentifikasi/ menghubungkannya dengan peradaban di
Indonesia.
mengumpulkan data/ heuristik (c)
• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang dibahas.
• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang
mereka temukan
• Siswa secara berkelompok membuat hasil diskusi dalam bentuk karangan analitis
menggunakan sumber-sumber yang relevan dan menunjang bagi pembuatan karya tulis
tersebut dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya
menguji hipotesis/ kritik (d)
• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab lahirnya peradaban-peradaban
besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal sebagai peradaban air dan
menganalisis bagaimana peradaban di Indonesia
• Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan
pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan menambahkan.
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja
kelompok yang didukung oleh sumber informasi dan data-data yang ditemukan namun
tetap dapat dipertanggungjawabkan.
183
3. Penutup
Menyimpulkan (e)
• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir
kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan
berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.
• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test
• Penugasan
E. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku teks siswa kelas X
Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
2. Buku-buku sejarah yang relevan
3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet
4. Peta
F. Penilaian
• Penilaian Proses
Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian
terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.
• Penilaian Hasil
Dilakukan berupa tulisan/ uraian
Mengetahui, Maret 2011
Kepala Sekolah Guru Sejarah
Bagan 3.8 Draft RPP Uji Coba Terbatas IV
(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas IV
Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan
pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Aktivitas siswa
sudah berjalan dengan baik mulai dari penyampaian tujuan, penyajian atau
perumusan masalah yang harus dipecahkan. Dilihat dari aktivitas siswa, langkah-
langkah dalam tiap tahapan menunjukkan peningkatan dalam kualitasnya. Dalam
hal ini, aktivitas siswa yang terlibat dalam diskusi kelompok lebih stabil, pada
umumnya tidak ada lagi yang merasa kesulitan. Penggunaan beberapa media
184
berupa gambar, dan bagan berisi materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan
kehidupan siswa terbukti cukup efektif untuk menstimulus keingintahuan siswa
dalam melakukan tanya jawab melalui perumusan masalah.
Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, khususnya saat perumusan hipotesis,
pengumpulan data dan pengujian hipotesis, sebagian besar siswa sudah ikut
terlibat dalam diskusi kelas yang diisi dengan presentasi, tanya jawab,
mengemukakan pendapat dan adanya proses timbal balik yang positif antara satu
kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya memberi masukan dan sanggahan.
Keadaan ini menandakan bahwa semua siswa menunjukkan peningkatan dalam
keterampilan berpikirnya dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.
Antusias siswa menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, di mana
kemampuan siswa dalam tanya jawab dan kemampuan untuk memahami konsep
serta keterampilan membuat hipotesis mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
Pengunaan data dan informasi pada langkah pengolahan data/heuristik,
dalam hal ini artikel dari surat kabar maupun dari internet sudah digunakan
dengan maksimal. Begitu juga sumber belajar lainnya sudah dimanfaatkan
sebagai sumber pembelajaran, sehingga pemfokusan hanya pada satu sumber
belajar tidak terjadi. Siswa sudah dapat memilih sumber yang relevan dan lebih
bersifat objektif terhadap pemilihan sumber yang didapat. Dengan demikian,
pemahaman siswa meningkat karena ternyata juga tidak terlepas dari peran guru
dalam memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-
contoh yang dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa, keterampilan berpikir
185
siswa meningkat dalam identifikasi masalah, analisis masalah, pemilihan dan
pemilahan sumber informasi. Selain itu, pemberian motivasi terhadap siswa pada
proses dan akhir pembelajaran juga dianggap penting. Pada pengujian hipotesis,
siswa menguji hipotesisnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dan
menunjukkan jalur masuknya persebaran nenek moyang bangsa Indonesia
berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh perwakilan salah satu kelompok
berdasarkan pada sumber yang mereka dapatkan.
Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, guru memberikan reward
terhadap hasil presentasi kelompok yang dianggap baik, sesuai dengan materi
yang sedang dibahas, dan memenuhi kriteria penilaian dalam diskusi. Di sini, sisa
waktu yang tersisa lebih banyak dibandingkan pertemuan sebelumnya, sehingga
mempermudah guru untuk mengadakan evaluasi.
(3.) Refleksi Uji Coba Terbatas IV
Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji
coba terbatas IV, maka didapatkan refleksi di bawah ini:
a. Tujuan pembelajaran pada setiap langkah dapat dilaksanakan siswa dengan
baik.
b. Sumber dan media belajar yang disiapkan oleh guru mempermudah siswa
dalam memahami materi pelajaran
c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran sejarah lebih terarah dan lebih merata
186
d. Siswa sudah tidak menghadapi hambatan/ kendala untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam post test, sehingga untuk mengadakan evaluasi
ini memerlukan waktu yang relatif lebih singkat.
Dari hasil perkembangan implementasi model pembelajaran inkuiri pada uji coba
terbatas, maka dapat dilihat bahwa pada uji coba ke tiga, model yang digunakan
sudah berjalan dengan baik dan stabil, sehingga setelah uji coba ke empat,
pelaksanaan ujicoba dapat diakhiri. Dengan demikian, maka diperoleh bentuk akhir
model yang siap untuk diujicobakan secara lebih luas. Bentuk akhir model
pembelajaran inkuiri yang dikembangkan melalui uji coba terbatas ini, dapat dilihat
pada bagan 3.9 sebagai berikut.
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
DESAIN a. Tujuan pembelajaran
• Karakteristik tujuan mengacu pada pengembangan keterampilan berpikir
• Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik tujuan dan disesuaikan dengan
kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa
b. Materi pembelajaran
• Dikembangkan dalm bentuk tabel/ bagan
• Mengembangkan pengetahuan dan keingintahuan siswa dengan materi yang dibahas
melalui langkah-langkah penelitian yang sistematis
c. Prosedur pembelajaran
1. Pendahuluan
• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi
• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
a.) merumuskan masalah
• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai
materi yang akan dibahas
• Guru menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa
sehari-hari dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengalaman yang
dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dibahas.
• Guru menggunakan beberapa media berupa gambar, dan bagan untuk menstimulus
keingintahuan siswa dalam merumuskan masalah secara bersama dengan melakukan
tanya jawab
2. Kegiatan Inti
b.) membuat hipotesis
187
• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang dikaji dan Siswa juga sudah dipersiapkan untuk membaca buku pegangan siswa
di rumah dan informasi lain yang mendukung terhadap materi yang akan dibahas
• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya
• Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang
permasalahan dirumuskan sebelumnya.
c.) mengumpulkan data/ heuristik
• Melalui diskusi kelompok, siswa diminta untuk mencari informasi yang relevan dengan
topik yang sedang dibahas dari berbagai sumber yang ada,baik lingkungan,
perpustakan, buku sumber lain yang relevan dan sebagainya
• Menciptakan variasi dalam membangun suasana kelas dengan unsur konteks dalam
proses belajar adalah suatu keharusan dalam belajar yang lebih bergairah dan
menyenangkan
• Guru menugaskan, mendorong, dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan
keterampilan berpikir dengan cara identifikasi masalah, analisis masalah, pengumpulan
data, mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas.
d.) menguji hipotesis/ kritik
• Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
• Kelompok lain bertanya, menanggapi, dan memberikan tanggapan terhadap hasil
presentasi
• Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan
keterampilan berpikirnya
• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja
kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Penutup
e.) menyimpulkan
• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan
• Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir
kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan
• Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas
• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test
• Penugasan
EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan selama proses PBM berlangsung dan pada akhir PBM. Pada proses PBM,
evaluasi dilakukan berupa observasi kegiatan siswa, sedangkan pada akhir pembelajaran,
evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan tes berupa uraian kepada siswa
Bagan 3.9 Bentuk Akhir Model Pembelajaran Inkuiri
Perubahan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan
berpikir yang mencakup rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dari draf awal
menjadi model akhir dapat dilihat pada tabel 3.30 di bawah ini
188
Tabel 3.30 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DARI DRAF AWAL SAMPAI FINAL
DRAFT AWAL DRAFT YANG DISEMPURNAKAN MODEL AKHIR
Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. media/
sumber Implementasi
1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
merumuskan masalah (a) - Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - Siswa dibimbing untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - dengan bimbingan guru, siswa mengumpulkan data/ informasi berkaitan dengan materi yang sedang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik(d) - pengujian hipotesis dengan bimbingan guru 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa dibimbing dalam menyimpulkan - pemberian tugas
Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil
Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. Media/
sumber Implementasi
1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa diarahkan untuk mencaridata/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas
Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil
Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. Materi 3. Indikator 6. media/
sumber Implementasi
1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis(b) eksplorasi - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa ditugaskan dan didorong untuk memilih dan memilah data/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas
Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil