T PK 0807939 CHAPTER3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/10323/4/t_pk_0807939_chapter3.pdf94...

97
93 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1) metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7) hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan model. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk. Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan untuk memperbaiki output. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang

Transcript of T PK 0807939 CHAPTER3 - repository.upi.edurepository.upi.edu/10323/4/t_pk_0807939_chapter3.pdf94...

93

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam

bidang studi IPS dan diarahkan pada peningkatan keterampilan berpikir siswa

SMA pada mata pelajaran sejarah. Dalam bab ini, bahasan yang dikaji meliputi 1)

metode penelitian, 2) lokasi dan subjek penelitian, 3) teknik pengumpulan data, 4)

analisis data, dan 5) pengembangan instrumen, 6) langkah-langkah penelitian, 7)

hasil pra survey dan 8) penyusunan draft awal model dan 9) pengembangan

model.

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan

(research and development). Borg and Gall (1983:722) memberikan definisi

terhadap penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a

process used to develop and validity education product”. Langkah-langkah

penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada

kajian dan temuan penelitian, kemudian dikembangkan dalam suatu produk.

Pengembangan produk yang didasarkan pada temuan kajian pendahuluan, diuji

dalam suatu situasi dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai

pada akhirnya diperoleh suatu model (sebagai produk) yang dapat digunakan

untuk memperbaiki output.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan evaluatif. Metode

deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang

94

kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji

coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji

coba dan setiap uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi

proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba tersebut diadakan

penyempurnaan (Sukmadinata, 2008: 167).

Langkah-Langkah dalam penelitian dan pengembangan (research and

development) menurut Borg and Gall terdiri atas 10 langkah. Langkah-langkah

tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Analisis data, studi literatur, observasi dan persiapan laporan dilakukan

dalam tahapan ini.

2. Perencanaan (Planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi

kemampuan-kemampan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian,

rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian. Dalam hal ini,

perencanaan mencakup penetapan tujuan yang hendak dicapai, mendesain

langkah-langkah penelitian dan mengadakan uji coba terbatas

pengembangan model dalam skala kecil.

3. Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product).

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen

evaluasi. Pengembangan produk awal dilakukan dengan menyusun model

pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah berdasarkan penelitian

pra survei.

95

4. Uji coba pendahuluan (Preliminary field testing). Uji coba pendahuluan

melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah terbatas, yang dilaksanakan

di SMA PGRI Rangkasbitung. Selama uji coba, diadakan analisis data

berdasarkan pengamatan/ observasi, wawancara dan penyebaran angket.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), tujuannya adalah

memperbaiki model pendahuluan yang dilakukan terhadap uji coba model

pendahuluan.

6. Uji coba utama (main field testing), yaitu uji coba model yang lebih luas

dengan melibatkan sekolah dan subjek dalam jumlah yang lebih banyak.

Uji coba lapangan ini dilaksanakan pada tiga sekolah, yaitu di SMAN 1,

SMAN 3 Rangkasbitung dan SMAN 2 Rangkasbitung yang mewakili

high class , middle class dan low class. Data kuantitatif berupa pre test

dan post test dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),

dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama dan perbaikan hasil uji coba

model yang lebih luas. Langkah ini dilaksanakan dengan cara kolaborasi

antara peneliti dengan guru bidang studi sejarah untuk menghasilkan

model pembelajaran inkuiri yang ideal.

8. Uji coba lapangan (main field testing). Melibatkan sekolah dan subjek

penelitian yang lebih banyak lagi. Pada langkah ini dikumpulkan data-data

berupa angket, observasi dan hasil wawancara, untuk kemudian dianalisis.

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision) berdasarkan pada

model operasional dan uji coba model yang lebih luas.

96

10. Penyebaran dan distribusi (dissemination and implementation), pada

langkah ini, dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas

produk/ model.

Berdasarkan 10 langkah yang dikembangkan oleh Borg and Gall di atas,

maka langkah-langkah tersebut kemudian dimodifikasi bentuk langkah penelitian

dan pengembangan yang dikembangkan oleh Sukmadinata (2006:184) yang

terdiri atas 3 tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3)

uji model. Adapun langkah-langkah Research and Development hasil modifikasi

ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development (Sukmadinata, 2007:189)

Atas dasar pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian

ini dilaksanakan hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa

uji coba terbatas dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam

pelaksanaan, prosedur penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang

disarankan oleh Borg and Gall (1983).

Dari Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi

oleh Sukmadinata di atas, maka penulis menggambarkan penelitian dan

pengembangan model pembelajaran inkuiri dalam penelitian sebagai berikut:

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN PENGUJIAN

Uji Coba

Terbatas Uji

Coba

Luas

Luas

Studi

Pustaka

Survei

Lapangan

Penyusunan

Draft Produk

Pre Test

Perlakuan

Post Test

97

Bagan 3.2 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan

Model Pembelajaran Inkuiri

1. Studi Pendahuluan

a. Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan cara mengkaji teori-teori yang mendukung

bagi pembelajaran sejarah di SMA, model pembelajaran inkuiri dan keterampilan

berpikir dari berbagai sumber literatur, dan mengkaji hasil-hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan model pembelajaran inkuiri. Hasil studi literatur

Kajian Literatur

- Teori yang relevan

- Hasil penelitian terdahulu

STUDI PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

Penelitian Pra Survei

1. Situasi di lapangan

(Desain dan penerapan

sejarah yang sedang

berlangsung, Kegiatan

belajar Siswa,

kemampuan dan kinerja

guru,)

2. Kondisi dan

pemanfaatan sarana,

fasilitas dan lingkungan

1. Penyusunan pengembangan

draft awal model

2. Perencanaan model

Draf awal model siap di

ujicobakan

Uji Coba Terbatas

- Rancangan desain model

- Implementasi

- Evaluasi dan refleksi

- Penyempurnaan

Uji Coba Luas

- Rancangan/ desain model

- Implementasi

- Evaluasi

- penyempurnaan

- Kesimpulan

Draft model yang akan diujicobakan

pada uji coba lebih luas

MODEL AKHIR

98

tersebut digunakan sebagai dasar-dasar pengetahuan serta landasan teoritis dalam

penelitian ini.

b. Persiapan teknis dan administratif

Persiapan teknis dan administratif dilakukan untuk mendapatkan izin

melaksanakan penelitian dari instansi yang berwenang. Pertama-tama adalah

dengan mengajukan izin penelitian ke direktur pasca sarjana dan rektor UPI

Bandung. Desain penelitian disetujui oleh tim penguji, dan berdasarkan SK

Direktur Pascsarjana UPI Bandung Nomor 0043/H40.7/PL/2011 pada tanggal 7

Januari 2011. Setelah mendapatkan surat izin melaksanakan penelitian dari

direktur pasca sarjana dan rektor UPI Bandung, maka peneliti melanjutkan

prosedur ke Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Rangkasbitung. Merujuk pada

izin dari Rektor UPI Bandung dan Surat izin dari Dinas Pendidikan Kabupaten

Lebak, dan memperoleh nomor surat penelitian 423/177-Disdik.Kab/2011

tanggal 26 Januari 2011, maka peneliti mengajukan permohonan ke sekolah-

sekolah di Kecamatan Rangkasbitung.

c. Penelitian pra survey

Langkah pertama dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk penelitian

pra survei. Penelitian pra survei merupakan kegiatan penelitian yang bersifat

deskriptif. Melalui pra survei, peneliti dapat mengungkap jawaban dari

pertanyaan apa, bagaimana, bukan pertanyaan mengapa. Tujuan utamanya adalah

mengumpulkan informasi tentang variabel. prasurvei juga dilaksanakan untuk

mengumpulkan data berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran (Sukmadinata, 2007:184).

99

Penelitian pra survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data berkenaan

dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, terutama

yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajaran inkuiri.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi dokumenter, dan

observasi pada saat terjadinya PBM. Berdasarkan data yang didapat dari kajian

literatur dan hasil penelitian pra survei, yang mengacu pada dasar-dasar teori hasil

studi kepustakaan, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana proses

pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan. Setelah itu, maka peneliti dapat

menyusun draft awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk

meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Adapun aspek-aspek yang diteliti

dalam penelitian pra survei, diantaranya adalah 1) rancangan dan implementasi

pembelajaran sejarah yang biasa dilakukan oleh guru, 2) kegiatan belajar siswa, 3)

kemamouan dan kinerja guru, 4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran,

fasilitas dan lingkungan. Rancangan dan implementasi ini berkaitan dengan

perencanaan pengajaran, penggunaan media dan sumber belajar, serta evaluasi

yang digunakan. Penelitian pra survei ini juga untuk mengkaji kemampuan dan

kinerja guru, dan aktivitas belajar siswa.

Hasil studi pendahuluan ini dijadikan sebagai dasar untuk

mengembangkan model pembelajaran inkuiri dalam implementasi pembelajaran

sejarah di SMA, yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Selain itu, hasil

penelitian pra survei ini juga digunakan untuk pemilihan dan penetapan lokasi

SMA di Kecamatan Rangkasbitung sebagai tempat dilakukannya penelitian

pengembangan model inkuiri. Selanjutnya, maka peneliti dapat menyusun draf

100

awal produk yang dikembangkan, yaitu model inkuiri untuk meningkatkan

keterampilan berpikir siswa.

d. Penyusunan dan Perencanaan draft awal model

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan rancangan model yang

dikembangkan maka kegiatan selanjutnya adalah penyusunan draf awal model

pembelajaran pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah untuk

mengembangkan keterampilan berpikir, difokuskan pada 3 tahap yang terdiri atas

penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

1.) Perencanaan pembelajaran

Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu

menciptakan hasil yang diharapkan (Ely, 1979). Perencanaan sistem pembelajaran

yang sistematis dan terarah yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar

yang efektif, efisien, dan menarik. Pengembangan rencana pembelajaran diawali

dengan menganalisis kurikulum terutama dari silabus yang dibuat BSNP, dari

hasil analisis dikembangkan dalam bentuk silabus yang selanjutanya

dioperasionalkan dalam bentuk RPP (silabus dan RPP terlampir). Rincian RPP

merujuk kepada ketentuan yang dituntut oleh kurikulum terutama ketentuan dari

tuntutan standar proses pendidikan yang secara umum meliputi; tujuan, materi

pembelajaran, model/ metode pembelajaran dan evaluasi. Selanjutnya unsur-unsur

tersebut menjadi fokus pengembangan dari model ini.

(a.) Tujuan Pembelajaran.

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam

Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses disebutkan bahwa

101

salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan

proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik sesuai

dengan kompetensi dasar. Perencanaan untuk model pembelajaran inkuiri ini

pertama-tama adalah mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai. Seperti yang

telah diuraikan sebelumnya bahwa tujuan dari model inkuiri adalah suatu upaya di

dalam menyediakan sarana bagi siswa untuk meningkatkan sikap dan

keterampilan intelektual di dalam memecahkan suatu masalah secara independen

berdasarkan langkah-langkah yang sistematis. Tujuan pemecahan masalah

merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir yang dipilih untuk

dikembangkan dalam model ini dan sekaligus menjadi tujuan utama dalam proses

pembelajaran.

(b.) Materi pelajaran

Materi atau bahan ajar diperlukan untuk menguasai suatu tujuan atau

sasaran pembelajaran. Materi atau bahan ajar berkenaan dengan fakta, konsep,

prinsip generalisasi dan masalah-masalah yang dikaji dalam dalam suatu mata

pelajaran. Materi keterampilan berpikir bersumber dari materi yang terdapat

dalam mata pelajaran sejarah. Ketepatan guru dalam penentuan materi sangat

tergantung kepada kemampuan guru di dalam mengaitkan suatu tema/topik

dengan permasalahan dan mengembangkan materi tersebut untuk mendukung

terhadap permasahan yang telah ditentukan. Untuk itu, maka topik yang

dikembangkan sebaiknya memberi keleluasaan bagi guru, bukan pada hal-hal

teoritik tetapi berakar pada masalah lingkungan siswa (Erliany,2007:124).

102

(c.) Model pembelajaran

Model pembelajaran inkuiri yang dikembangkan pada penelitian ini

memiliki lima langkah utama, yaitu: 1) perumusan masalah, 2) perumusan

hipotesis, 3) pengumpulan data, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penyimpulan.

Langkah-langkah tersebut selanjutnya akan dipaparkan dalam langkah-langkah

penelitian penelitian, tepatnya tampak dalam desain rancangan model

pembelajaran inkuiri.

(d.) Media dan sumber belajar.

Model pembelajaran inkuiri merupakan model yang menggunakan

multimetode dan multimedia. Artinya, melalui inkuiri siswa memungkinkan untuk

belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri, baik dari media grafis

(buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain) maupun dari media elektronik(radio,

televisi, komputer, dan internet). Oleh sebab itu keberhasilan penerapan model

pembelajaran inkuiri sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemamfaatan

media dan sumber belajar.

Media bagan dan lembar tugas siswa berupa artikel juga dikembangkan

sesuai dengan topik materi yang diajarkan kepada siswa. Berdasarkan studi

pendahuluan, diperoleh informasi bahwa dalam kurikulum mata pelajaran sejarah

SMA, khususnya pada kelas X semester II, materi yang akan dipelajari adalah

perkembangan dan peradaban Indonesia. Dengan demikian, media yang akan

digunakan,sudah disiapkan oleh guru dan peneliti yang disesuaikan dengan

ketersediaan sarana dan prasarana disekolah.

103

(e.) Evaluasi Hasil Belajar.

Rancangan berikutnya adalah unsur evaluasi yang digunakan untuk menilai

pencapaian sasaran-sasaran pembelajaran. Evaluasi dalam rancangan model ini

terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses

dilakukan melalui observasi atau pengamatan perilaku siswa pada saat

merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis melalui diskusi

selama proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup;

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat,

mencari informasi dan menyimpulkan.

2.) Implementasi.

Implementasi pembelajaran merupakan tahapan proses pelaksanaan

pembelajara yang direncanakan. Menurut Seller dan Miller (1985: 13)

menyatakan implementasi dalam pembelajaran yaitu: “In some case

implementation has been identified with instruction…”. Sejalan dengan Hamalik

(2007: 237) mengemukakan bahwa “implementasi merupakan suatu proses

penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis

sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan,

maupun sikap.” Proses pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

proses pembelajaran yang umumnya digunakan guru, yaitu: 1) kegiatan awal atau

pendahuluan, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan akhir atau penutup. Ketiga tahapan

pembelajaran tersebut didalamnya tercakup langkah-langkah pembelajaran inkuiri

yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Kegiatan inti, mengacu pada

standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

104

3.) Evaluasi

Penelitian ini bertujuan menemukan suatu model inkuiri yang cocok untuk

meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada tingkat SMA. Untuk itu

diperlukan evaluasi selama proses pengembangan baik dalam tingkat perencanaan

mapun implementasi. Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan bersama-sama

guru bidang studi, draf RPP yang telah dirancang oleh peneliti didiskusikan untuk

mendapatkan masukan dari guru bidang studi. Evaluasi ini lebih menitik beratkan

kepada penyamaan persepsi mengenai langkah-langkah RPP, baik isi maupun

rumusannya.

Penilaian juga dilakukan setelah rencana pembelajaran/ RPP tersebut

dilaksanakan untuk melihat kecocokan antara yang sudah disepakati dengan

implementasinya baik yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran, materi,

metode, media dan sumber belajar, serta evaluasi. Hasil dari evaluasi didiskusikan

dengan guru. Dari penilaian dan diskusi ini, dilakukan beberapa penyempurnaan

baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

Desain pengembangan model pembelajaran inkuiri ini dikembangkan

untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata pelajaran sejarah di SMA

Dalam tahap ujicoba, model pembelajaran inkuiri dalam penelitian ini

diujicobakan melalui pendekatan penelitian tindakan sampai diperoleh model

yang solid dan sesuai dengan kondisi yang ada (Arikunto, 2006:12).

105

Hopkins (1993:44) memaparkan bahwa classroom action research

merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran di kelas secara professional. Desain penelitian yang dipergunakan

berbentuk siklus yang mengacu pada model Kemmis dan Taggart

(Hopkins,1993:48), yang terdiri terdiri dari 4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi yang terjadi secara berulang dalam bentuk

lingkaran yang terus-menerus sampai ditemukan model yang solid. Model

penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan oleh inkuiri

yang dilakukan seseorang di dalam upayanya untuk memahami sambil melakukan

kegiatan, perbaikan, penyesuaian, dan pembaharuan (Wiriaatmadja, 2002:125).

Aspek-aspek yang diteliti pada fase ini adalah draft model pembelajaran inkuiri

dan pelaksanaan penggunaan model tersebut.

a. Uji Coba Terbatas

Melakukan uji coba penggunaan program pembelajaran berbasis web pada

skala terbatas yang dilaksanakan di SMA PGRI (kategori rendah). Pelaksanaan

penelitian uji coba model terbatas ini dilakukan dalam bentuk siklus berulang

sampai diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan.

Aspek-aspek yang akan diteliti pada tahapan ini adalah: (1)perencanaan

pembelajaran, (2) implementasi draf model, (3) refleksi dan penyempurnaan

model, dan (4) evaluasi. Hasil refleksi dan penyempurnaan dijadikan dasar untuk

menentukan keputusan perbaikan pada siklus berikutnya (Arikunto, 2006:16).

Selama uji coba berlangsung, peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan dengan

cara observasi dengan cermat hingga diperoleh data untuk bahan refleksi. Hasil

106

pengamatan oleh guru dan peneliti dijadikan bahan untuk melakukan revisi pada

uji coba berikutnya, hingga pada tahap penyempurnaan.

b. Uji Coba Luas

Setelah diadakan penyempurnaan model pembelajaran hasil uji coba

terbatas pada masing-masing siklus, selanjutnya dilakukan uji coba dengan skala

lebih luas untuk menghasilkan model yang diharapkan yang dilaksanakan pada

sekolah kategori dengan kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi

sebagai sampel dalam penelitian ini. Setiap sekolah diambil sampel sebanyak satu

kelas sebagai kelas uji coba. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

B. Lokasi dan Subjek

Participant (subject) menurut Mac Millan (2008: 110) yakni “someone

from whom data are collected.” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas subjek/ objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sampel yaitu “the group of elements, or a single element, from which data are or

have been obtained”. Sampel juga merupakan bagian dari populasi yang diambil

dari sumber data yang dianggap memiliki karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Setelah menetapkan subjek penelitian, maka dilakukan

sampling. Penetapan sampling dilakukan dalam penelitian pra survey dan pada

saat proses pengembangan model, yaitu dalam uji terbatas dan uji coba luas.

107

Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Mac Millan, maka dipilih

subjek pada penelitian pra survei. Dalam penelitian pra survei, yang dijadikan

sebagai subjek penelitian adalah guru sejarah di kelas X SMA Kecamatan

Rangkasbitung dan siswa SMA kelas X. Tujuan penetapan subjek penelitian ini

yaitu untuk mendapatkan gambaran proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

selama ini. Secara keseluruhan, subyek utama dalam penelitian pengembangan

model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah ini adalah siswa kelas X

SMA semester genap tahun pelajaran 2010/2011 di wilayah Kecamatan

Rangkasbitung.

Penetapan sampel pada tahap pengembangan dalam uji coba terbatas dan

uji coba luas dilaksanakan dengan menggunakan purposive sampling. Purposive

sampling adalah teknik penentuan sampel diambil dengan maksud atau tujuan

tertentu (http://www.socialresearchmethods.net/kb/sampnon.php). Seseorang atau

sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang

atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.

Purposive sampling dibagi menjadi dua bagian, yaitu judgement sampling dan

quota sampling.

Sampling purposive yang diambil penulis adalah judgement sampling.

Artinya, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa sampel tersebut

merupakan pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Jadi,

judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel

karena mereka mempunyai “information rich”(http://www.purposive-sampling

&catid=309&Itemid=585).

108

Melalui sampling purposive, penelitian dilaksanakan pada SMA Swasta

PGRI Rangkasbitung sebagai lokasi pengembangan dan uji coba terbatas.

Penetapan satu sekolah untuk pengembangan model inkuiri ini dianggap mewakili

sekolah swasta lainnya dan didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji

coba pengembangan. Tujuannya adalah adanya kerjasama yang baik dan

kemauan dari pihak sekolah, atau guru untuk melaksanakan pengembangan

pembelajaran model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir pada mata

pelajaran sejarah. Kerjasama ini merupakan hal yang penting, karena akan

menentukan keberhasilan uji coba model yang dikembangkan.

Uji coba terbatas pengembangan model inkuiri dilakukan di SMA PGRI

Rangkasbitung dengan kategori rendah. Asumsinya adalah, jika penelitian yang

dilakukan pada sekolah berkategori rendah, maka jika diaplikasikan pada sekolah

dengan kategori klasifikasi sedang dan yang lebih baik, maka akan diperoleh hasil

yang lebih baik pula. Pertimbangan lainnya adalah adanya kemungkinan untuk

dilakukan ujicoba. Artinya, adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan pembelajaran model inkuiri dan aspek konteks pula.

Faktor perizinan dianggap penting karena akan menjadi penentu dapat

dilakukannya penelitian dengan baik. Oleh karena itu, penetapan sampel

disesuaikan dengan kebutuhan dan sekolah yang dipilih adalah SMA PGRI.

Pada uji coba luas, peneliti menggunakan tiga sekolah, yaitu SMAN 1

Rangkasbitung (kategori baik), SMAN 3 Rangkasbitung (kategori sedang), dan

SMAN 2 Rangkasbitung (kategori kurang). Penetapan sampel pada uji coba luas

dilakukan berdasarkan pembagian kriteria, yakni sekolah yang dianggap baik,

109

sedang dan kurang. Penetapan kriteria/ kualifikasi sekolah ini dapat dilihat

berdasarkan a) opini masyarakat (keinginan orang tua memilih sekolah

berdasarkan dengan status ekonomi dan pendidikan orang tua), b) kemampuan

sekolah untuk menghasilkan output berupa kuantitas lulusan siswa dalam ujian

UAN, dan c) ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Adapun penetapan

kriteria dalam sampling ini berdasarkan pada opini masyarakat dan juga

ketersedian sarana dan prasarana di sekolah. Kriteria penetapan sekolah ini

didasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Departemen Pendidikan

Kecamatan Rangkasbitung. Penetapan sampel terhadap sekolah yang dipilih,

dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas

No Kelompok Klasifikasi Nama Sekolah Jumlah

Siswa

Jumlah

Guru

1 Uji Coba Terbatas Kurang SMA S PGRI 20 1

2.

Uji Coba Luas Baik SMAN 1 Rangkasbitung 30 1

Sedang SMAN 3 Rangkasbitung 30 1

Kurang SMAN 2 Rangkasbitung 30 2

Jumlah 110 5

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian,

yaitu studi pendahuluan dan pada tahap pengembangan. Pada setiap

penelitian, dipilih teknik pengumpulan data yang disesuaikan dengan tujuan

masing-masing. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang

dilaksanakan adalah observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.

110

Pada tahap studi pendahuluan, teknik pengumpulan data dilakukan

dengan studi dokumentasi, termasuk kajian literatur, wawancara, observasi

dan angket, Ke empat teknik pengumpul data tadi saling melengkapi dan

memberikan kontribusinya masing-masing. Studi dokumentasi digunakan

untuk melengkapi data hasil wawancara dan observasi. Wawancara digunakan

untuk mengungkapkan kondisi pembelajaran sejarah pada saat ini, kebutuhan

model yang diharapkan dan ruang lingkup isi draft. Observasi digunakan

untuk melihat kondisi pembelajaran saat ini dan pelaksanaan uji coba draft

model. Angket diberikan kepada guru untuk mengetahui pandangan mereka

terhadap pembelajaran sejarah yang telah dilaksanakan sebelum diujicobakan

model, sedangkan angket untuk siswa diberikan untuk mengetahui pandangan

mereka tentang pembelajaran yang diterimanya.

Pada tahap pengembangan model uji coba terbatas, ada beberapa siklus

yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dikembangkan hingga

menghasilkan model yang dianggap sesuai. Pada tahap ujicoba ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, angket,

dan tes uraian terbuka ditujukan kepada siswa (instrumen terlampir). Angket

diberikan kepada guru untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam

penerapan model, sedangkan angket untuk siswa bertujuan untuk mengetahui

hasil belajar yang diperoleh sebelum dan setelah mengikuti proses

pelaksanaan model. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang

berkaitan dengan pembelajaran yang dikembangkan. Observasi dilakukan

terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala

111

yang dihadapi subjek. Tes, diberikan kepada siswa untuk mengetahui

keberhasilan model pembelajaran yang diimplementasikan untuk mengetahui

peningkatan keterampilan berpikir pada hasil.

D. Pengembangan Instrumen

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikaitkan dengan tahap-

tahap penelitian yaitu tahap penelitian awal, berupa studi pendahuluan, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi, termasuk kajian

literatur, wawancara, observasi dan angket, yang dikembangkan baik untuk

guru maupun untuk siswa. Pada tahap pengembangan model dikembangkan

instrumen angket, obsevasi kelas dan instrumen hasil belajar berupa tes.

1. Studi dokumenter

Studi dokumenter dilakukan terhadap administrasi kelengkapan mengajar

guru, yaitu pengajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran sejarah, sumber

yang digunakan dan data-data lainnya yang mendukung. Studi dokumenter juga

mengungkap ketersediaan dokumen yang ada, sesuai dengan tahapan proses

pembelajaran (mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak

lanjut pembelajaran).

2. Instrumen Angket/ questionnaire

Angket digunakan dalam kegiatan penelitian pra survei dan pada saat

pengembangan model. Responden dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan

siswa SMA kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. Penggunaan angket

dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai implementasi pembelajaran

112

sejarah di SMA, aktivitas belajar siswa, kemampuan dan kinerja guru,

pemanfaatan sarana, fasilitas dan lingkungan.

Angket disusun dengan cara gabungan, yaitu terdiri dari butir pertanyaan

berstruktur dan butir pertanyaan terbuka (Sudjana, 1989:103). Hal ini didasarkan

pada alasan untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban dan dapat

menggali informasi yang lebih luas,

Penggunaan angket pada tahap pra survei ditujukan untuk guru dan untuk

siswa. Instrumen angket untuk guru, secara garis besar dikembangkan dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan, yang mencakup pengalaman mengajar,

pengembangan rencana pengajaran, penerapan pengajaran sejarah, dan evaluasi

pengajaran sejarah. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kondisi

pembelajaran yang telah dilakukan guru. Instrumen angket untuk guru

dikembangkan melalui 56 butir pertanyaan untuk menjaring data berkenaan

dengan aspek-aspek identitas, aktualisasi diri, pandangan guru terhadap sejarah,

pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA, pengembangan keterampilan berpikir

siswa, sarana /prasarana yang mendukung pembelajaran sejarah, evaluasi

pembelajaran sejarah dan iklim sosial dan psikologis di sekolah. Angket untuk

siswa diberikan kepada siswa SMA kelas X yang dikembangkan melalui 20 butir

pertanyaan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran sejarah di

sekolah selama ini.

3. Instrumen Kegiatan observasi Kelas

Dalam penelitian ini, observasi kelas dilakukan pada saat penelitian

pra survei dan tahap pengembangan model inkuiri. Observasi dilakukan

113

terhadap proses penerapan model untuk mengetahui secara langsung kendala/

hambatan yang dihadapi di kelas pada saat implementasi pengembangan

model tersebut.

Kegiatan observasi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan

melalui penelitian pendahuluan/ penelitian pra survei, yakni dengan cara

mengamati langsung kegiatan pembelajaran sejarah yang sedang berlangsung.

Setiap kondisi diamati mulai dari perencanaan pembelajaran/membuka pelajaran,

tahap kegiatan inti sampai dengan penutup. Tahap kedua, kegiatan observasi

dilakukan pada tahap pengembangan model pembelajaran inkuiri pada mata

pelajaran sejarah. Data yang dikumpulkan meliputi; aktivitas siswa, aktivitas

guru, serta kondisi dan suasana yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan observasi ini

dilaksanakan pada uji coba terbatas dan uji coba secara luas.

4. Instrumen Hasil Belajar

Instrumen hasil belajar dikembangkan dalam bentuk tes, dan tes yang

digunakan adalah tes subjektif, yaitu tes yang mengukur kemajuan belajar yang

memerlukan jawaban terbuka dan uraian. Bentuk tes ini peneliti anggap cocok

untuk model yang akan dikembangkan karena jawabannya memerlukan jawaban

yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya pun

menjurus kepada kognitif tingkat tinggi (Arikunto, 2007:162). Hasil belajar

berkenaan dengan kemampuan menyeleksi, mengorganisasi, mengintegrasi,

menghubungkan, dan mengevaluasi gagasan yang membutuhkan jawaban

yang lebih terbuka, dan hal ini dapat dicapai melalui tes subjektif.

114

Dalam penelitian ini instrumen hasil belajar tidak dilakukan uji validitas

dan uji realibilitas. Hal tersebut merujuk kepada pendapat Kamarga (2000:115)

bahwa pertimbangan tidak dilakukannya uji validasi dan uji reliabilitas pada hasil

penilaian apabila penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil tes tulis semata

tetapi juga mempertimbangkan aspek penampilan (performance) siswa ketika

proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian instrumen hasil belajar hanya

sampai kepada pertimbangan ahli dalam hal ini guru bidang studi dan

pembimbing. Indikator keterampilan berpikir yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini yaitu a) keterampilan merumuskan masalah, b) keterampilan

membuat hipotesis, c) keterampilan mengumpulkan data, d) keterampilan menguji

hipotesis, dan e) keterampilan membuat kesimpulan.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari hasil

instrumen pada saat pra survei, pengembangan model inkuiri pada uji coba

terbatas dan uji coba luas. Pada penelitian pengembangan model pembelajaran

inkuiri, dilakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data

kualitatif, sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesakannya , mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

orang lain (Moleong, 2006: 248).

115

Analisis data kualitatif ini dilakukan pada studi awal, dan pengembangan

model pada uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk memberikan data yang

terkumpul, maka analisis data dalam kegiatan ini dianalisis dengan

pendekatan kualitatif untuk kegiatan observasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

Analisis kuantitatif digunakan untuk studi awal dengan menganalisis data

yang diperoleh melalui angket, dicari frekuensinya untuk setiap alternatif jawaban

untuk kemudian dihitung presentasinya yang dianalisa melalui uji-t untuk

kemudian diolah menggunakan software komputer. Pada pengembangan uji

coba model, analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar berupa

post test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Uji t dilakukan untuk

mengetahui perbedaan efektivitas model pembelajaran inkuiri untuk

meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada mata pelajaran sejarah di

SMA antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan model, yaitu

dengan cara membandingkan hasil pretest dengan tes uji coba pertama, hasil tes

uji coba pertama dengan hasil tes uji coba kedua, tes uji hasil coba kedua dengan

hasil tes uji coba ketiga, dan hasil tes uji coba ketiga dengan hasil tes uji coba

keempat.

F. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pengembangan model yang

merujuk kepada langkah penelitian yang dikemukakan oleh Borg dan Gall, yang

telah disederhanakan oleh Sukmadinata (2008 :184) menjadi tiga langkah,

116

meliputi 1.) studi pendahuluan, 2.) pengembangan dan 3.) pengujian. Atas dasar

pertimbangan kondisi dan situasi di lapangan, maka penelitian ini dilaksanakan

hanya pada langkah kedua, yaitu pengembangan model, berupa uji coba terbatas

dan uji coba luas. Meskipun terjadi penyederhanaan dalam pelaksanaan, prosedur

penelitian yang dilakukan tetap mengacu pada model yang disarankan oleh Borg

and Gall (1983). Secara umum, langkah-langkah penelitian, dapat dilihat pada

bagan 3.2 di awal (hal.87). Untuk lebih lanjut, dapat dapat dilihat dalam

pemaparan berikut.

1. Studi Pendahuluan

Pada studi pendahuluan ini, prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari

beberapa tahap, yaitu:

a. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model yang akan dikembangkan

b. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu

c. Melakukan kegiatan pra survei

2. Pengembangan Model

Pengembangan model didasarkan pada temuan/ hasil pra survey.

Berdasarkan hasil pra survey, terlihat kelemahan atau hal-hal yang harus

dimodifikasi dari model inkuiri yang akan dikembangkan, sehingga hasil

pengembangan model adalah yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih lanjut,

desain model, perkembangan model hingga bentuk final/ akhir model dipaparkan

pada bab IV.

117

G. Hasil Penelitian Pra Survei

Pada pembahasan ini, guru memiliki peran utama, dan dianggap sebagai

faktor kunci dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, latar belakang

pendidikan, pengalaman mengajar, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti

akan memberi pengaruh yang besar kepada kinerja guru. Berkenaan dengan latar

belakang guru yang mengajar pada mata pelajaran sejarah pada beberapa sekolah

di Kecamatan Rangkasbitung, maka dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru

Guru Pendidikan terakhir

Pengalaman mengajar

Pengalaman mengajar sejarah kelas X

A B C D E

S-1 S-1 S-1 S-1 S-1

3 tahun 17 tahun 11 tahun 21 tahun 19 tahun

2 tahun 7 tahun 5 tahun 10 tahun 3 tahun

Tabel 3.2, menunjukkan bahwa secara umum latar belakang pendidikan

guru adalah berpendidikan tinggi, yaitu sarjana dan rata-rata memiliki

pengalaman mengajar di atas 10 tahun.

1. Deskripsi data

a. Desain dan Implementasi Proses Pembelajaran yang Sedang

Berlangsung

1.) Persiapan guru dalam mengajar

Pada aspek ini, guru memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ada

dalam angket, seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:

118

Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar

Jumlah guru

a. Membaca panduan penyusunan kurikulum dari BSNP b. Membaca buku sumber yang berhubungan dengan mata pelajaran c. Membaca buku pegangan siswa d. Melihat RPP yang sudah ada

2 2 1 -

J U M L A H 5

Data pada tabel 3.3 tersebut memberikan informasi bahwa guru-guru telah

mengembangkan RPP berdasarkan panduan penyusunan kurikulum dari BSNP,

sedangkan dua orang guru (40%) lainnya mengembangkannya dari buku

pegangan guru, dan satu guru membuat RPP berdasarkan buku pegangan siswa.

Tujuan pengembangan RPP dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2.) Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Tabel 3.4 Tujuan Pengembangan Rencana Pembelajaran

Jumlah guru a. Memberikan arahan agar pembelajaran sejarah mengacu pada

tujuan yang telah ditetapkan b. Agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan efisien c. Untuk melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP d. Sebagai formalitas dan tuntutan kepala sekolah saja.

3 1 1 -

Jumlah 5

Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas, maka 3 orang guru (60%)

memahami kegunaan pengembangan rencana pembelajaran, yaitu sebagai arahan

agar pembelajaran sejarah mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Guru

lainnya memberikan jawaban agar pembelajaran sejarah lebih efektif dan untuk

melihat ketercapaian materi yang ada dalam RPP. Adapun pendapat guru

mengenai pengembangan aspek-aspek dalam RPP tampak pada tabel berikut.

119

3.) Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana

Pembelajaran

Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam Rencana

Pembelajaran Jumlah guru

1. Pengembangan RPP a. Menjabarkan dari tujuan pengajaran yang tercantum dalam

GBPP b. Mengembangkan berdasarkan topik-topik dalam GBPP c. Mengembangkan materi dari buku pedoman guru/ siswa d. Meng-copy dari RPP yang telah ada (guru lain/ internet) dan

mendiskusikannya dengan guru mata pelajaran serumpun

2 2 1

2. Pengembangan Materi Pembelajaran a. Berdasarkan PB/Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan b. Diperluas dari sumber lain yang mendukung materi

pembelajaran c. Disesuaikan dengan buku pegangan siswa

1 3

1

3. Pengembangan Metode Pembelajaran a. Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, Pokok Bahasan dan

materi yang akan diajarkan b. Mencari metode baru yang relevan c. Menggunakan metode yang tradisional dan biasa digunakan d. Sesuai dengan perasaan

2 1 2

4. Pengembangan Media Pembelajaran a. Menggunakan multimedia yang relevan disesuaikan dengan

tujuan dan materi b. Menggunakan media yang ada dan menyesuaikannya dengan

tujuan dan materi c. Bagaimana nanti di kelas saja d. Jarang menggunakan media

2 3

5. Waktu pelaksanaan Evaluasi Hasil Belajar a. Setiap akhir pembelajaran b. Saat proses dan akhir pembelajaran c. Pada tengah dan akhir semester saja d. Pada akhir semester

4 1

6. Tujuan Evaluasi Hasil Belajar a. Untuk memberikan skor b. Mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan c. Mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan, dikaitkan dengan kehidupan mereka d. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan

2 3

120

Dari paparan data tabel 3.5 di atas, dipahami secara umum guru mata

pelajaran sejarah di SMA belum memahami cara mengembangkan rencana

pembelajaran yang benar. Dalam mengembangkan RPP, pada umumnya, guru

tampak hanya mengembangkan atau membuat RPP berdasarkan RPP yang sudah

ada. Keadaan ini juga ditunjukkan dari kecenderungan guru dalam menggunakan

sumber utama dari buku pegangan siswa saat mengembangkan materi dan strategi

pembelajaran. Kelemahan lainnya terlihat dalam melakukan evaluasi hasil belajar.

Guru cenderung melakukan evaluasi pada setiap selesai menyampaikan materi

setiap satu pokok bahasan, sehingga yang menjadi tujuan evaluasi adalah

bagaimana siswa sebanyak mungkin menguasai materi pelajaran. Data ini

menggambarkan suatu kesimpulan, yaitu bahwa guru kurang merasakan kegunaan

dari pengembangan rencana pembelajaran. Aspek lain yang perlu diperhatikan

adalah ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Hasil

tersebut dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

4.) Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Tabel 3.6 Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Jumlah Guru 1. Sumber Belajar

a. Buku, papan tulis, lingkungan sekitar dan penjelasan dari guru

b. Media gambar, lukisan, peta c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,

multimedia)

3 1 1

2. Hambatan terbatasnya sumber Belajar a. Terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah b. Tidak tersedianya buku sumber sejarah yang mendukung

dalam pembelajaran sejarah c. Tidak ada siswa yang memiliki buku sumber sejarah d. Banyak buku sumber sejarah yang sudah tidak layak pakai

2 2 1

121

3. Metode pembelajaran yang digunakan a. Ceramah b. Tanya jawab c. Berdiskusi d. Pengalaman langsung

2 2 1

4. Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah yang digunakan a. Tes tertulis berbentuk pilihan ganda, isian, uraian dan

menjodohkan b. Tes lisan, dan tanya jawab c. Non tes (observasi) d. Perpaduan tes dan non tes

3 2

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran

yang dilakukan menunjukkan adanya keterbatasan dalam sumber belajar, yang

pada umumnya hanya berasal dari penjelasan guru, dari papan tulis, dan hanya

sekali waktu saja menggunakan sumber lain. Hambatan/ kendala yang dialami

oleh guru adalah terbatasnya siswa yang memiliki buku paket sejarah, sehingga

terkadang mempersulit guru ketika mengadakan pembelajaran. Hal inilah yang

menyebabkan pembelajaran cenderung hanya menggunakan metode ceramah

sebagai metode yang sering digunakan dan siswa menjadi pasif. Implikasinya

yakni kurang berkembangnya keterampilan berpikir siswa, karena guru lebih

berorientasi kepada pembelajaran yang bersifat tradisional.

Jika dibandingkan dengan hasil observasi di kelas, memang ditemukan

hambatan seperti yang telah diuraikan oleh guru dalam angket yang telah

diberikan sebelumnya kepada guru mata pelajaran sejarah. Keadaan kelas kurang

mendukung terjadinya pembelajaran sejarah yang optimal, karena kurangnya

buku sumber. Hanya beberapa siswa yang memiliki buku paket. Buku paket dari

perpustakaan pun sudah kurang sesuai dengan kurikulum yang sedang

berlangsung. Ada beberapa siswa yang memang memperhatikan penjelasan guru

dengan baik, namun tidak jarang juga yang tampak mengantuk, kurang

122

memperhatikan dan terkesan acuh. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab

dengan siswa, di sisi lain, siswa pun menunjukkan adanya kurangnya respon

dalam menanggapi pertanyaan dari guru, sehingga komunikasi yang sering terjadi

pada pembelajaran adalah komunikasi satu arah.

Pada umumnya, semua guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran,

dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan LKS atau menyuruh siswa

membaca materi untuk pertemuan berikutnya. Pada pertemuan berikutnya,

terkadang guru lupa untuk mengaitkannya dengan materi sebelumnya dan tidak

mengadakan tanya jawab, diskusi atau menyediakan suatu permasalahan yang

harus diselesaikan siswa sehingga dapat merangsang keterampilan berpikir siswa.

Guru cenderung menggunakan cara mengajar seperti pada pertemuan

sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hal tersebut sudah menjadi suatu

kebiasaan dan membentuk sebuah pola. Pada akhirnya, siswa menjadi pihak yang

terkena dampaknya, di satu sisi, pada dasarnya usia pada jenjang pendidikan

menengah adalah tahapan di mana siswa sedang mengalami perkembangan,

memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sudah dapat diajak diskusi dan

mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan kajian di atas, maka di satu sisi guru cukup menguasai materi

pembelajaran sejarah, namun belum dapat mengelola kelas dengan optimal. Oleh

karena itu, seringkali keadaan ini menimbulkan pandangan pada diri siswa bahwa

pembelajaran sejarah hanyalah pembelajaran yang kurang bermakna, karena

kurang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.

123

5.) Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

Tabel 3.7 Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

INDIKATOR 0 1 2 3 4 Menjelaskan tujuan terlebih dahulu kepada siswa pada kegiatan awal PBM 2 3

Memberikan gambaran umum mengenai materi yang akan dibahas 3 2

Memberikan apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa

1 3 1

Menjelaskan terlebih dahulu konsep atau istilah yang akan diajarkan 2 3

Memberikan contoh tentang konsep atau istilah yang sedang diajarkan 2 3 Menjelaskan materi sesuai dengan TPK 2 2 1

Menggunakan metode pengajaran sesuai dengan RPP 2 2 1

Menggunakan langkah-langkah pengajaran sesuai dengan RPP dan disesuaikan dengan alokasi waktu

1 2 2

Menggunakan sumber belajar sesuai dengan RPP 1 3 1

Menggunakan media belajar sesuai dengan RPP 1 3 1 Menanyakan kepada siswa mengenai gagasan utama mengenai materi yang diajarkan 3 2

Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat 2 3

Mengemukakan permasalahan untuk dijadikan pokok bahasan agar dicari pemecahan masalahnya

2 2 1

Menanyakan persamaan atau perbedaan aspek yang terdapat dalam materi yang sedang dibahas

3 2

Memberikan penguatan terhadap materi yang telah dibahas 2 2 1

Memberikan reward and punishment 3 2

Menggunakan penilaian/ evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan RPP 2 3

Keterangan:

0 = jarang sekali dilakukan (antara 0 - 20 %) 1 = jarang dilakukan (antara 20.01 - 40%) 2 = kadang-kadang dilakukan (antara 40.01- 60%) 3 = sering dilakukan (antara 60.01 – 80 %) 4 = sering sekali dilakukan (antara 80.01-100%)

Berdasarkan tabel 3.7 tersebut, pada aspek-aspek kegiatan yang lebih

spesifik, mengarah kepada bentuk model pembelajaran inkuiri, guru memberikan

jawaban kadang-kadang dilakukan, yakni dilihat dari indikator a) memberikan

apersepsi/ mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengetahuan awal siswa

(3 orang cenderung kadang-kadang dilakukan,), b) memberikan kesempatan

124

kepada murid untuk mengadakan tanya jawab, atau berpendapat (3 orang

menyatakan kadang-kadang melakukan), c) mengemukakan permasalahan kepada

siswa untuk dijadikan pokok bahasan dan dicari pemecahan masalahnya (2 orang

menyatakan kadang-kadang, 2 orang menjawab jarang melakukan).

Apabila jawaban guru pada angket, dibandingkan dengan hasil observasi

di kelas, tampak ada sedikit perbedaan. Melalui observasi aktivitas kelas, terlihat

bahwa hampir semua guru tidak menjelaskan tujuan pengajaran, hanya

menuliskan topik/ materi yang akan dibahas saja. Berdasarkan hasil pra survei,

hanya 2 orang guru yang menjelaskan tujuan pengajaran. Secara umum, materi

yang diajarkan berasal dari buku pegangan siswa, bukan berasal dari tujuan yang

sudah dicantumkan dalam TPK dalam RPP. Hal ini diketahui dari cara guru

mengajar, terfokus kepada buku paket, tanpa mengadakan perluasan atau

pendalaman materi. Cara pengajaran seperti itu, menunjukkan bahwa guru kurang

siap dengan materi pengajaran, karena tampak guru membawa buku pegangan

siswa dan sering membuka buku untuk melihat materi yang ada pada buku paket.

Pada awal pembelajaran, dan ketika proses pembelajaran berlangsung,

guru menjelaskan konsep mengenai topik yang sedang dibahas, dan memberikan

beberapa contoh yang sesuai dengan materi, namun hanya satu atau dua orang

guru yang sudah tampak mampu mengemukakan masalah untuk dijadikan pokok

bahasan untuk dicari pemecahan masalahnya oleh siswa. Usaha guru untuk

memberikan stimulus kepada siswa sudah mulai tampak. Kendalanya adalah,

banyak siswa yang masih enggan dan belum terbiasa untuk memberikan jawaban,

dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat masih perlu ditingkatkan lagi.

125

Evaluasi dilakukan pada proses dan hasil pembelajaran dengan

memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berperan

aktif dalam aktivitas pembelajaran, namun pertanyaan-pertanyaan yang

dimunculkan, kurang menunjukkan adanya bentuk pertanyaan yang mengarah

pada pertanyaan model inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Dari hasil temuan di atas, kita lihat hasil angket tentang pandangan siswa

mengenai pembelajaran sejarah, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa

Jumlah siswa a. Agama b. PPKn c. Bahasa Indonesia d. IPA e. Matematika f. IPS

4 12 18 7 37 32

Jumlah 110

Dari tabel 3.10 di atas, mata pelajaran IPS, termasuk sejarah, menempati

urutan ke dua (29,09%) yang merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa.

7.) Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Adapun persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah di SMA dapat

digambarkan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 3.9 Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa

a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat pelajaran

bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

67 9 26 8

Jumlah 110

126

Pada tabel 3.9 tersebut, pada umumnya, siswa menganggap bahwa sejarah

hanya merupakan pelajaran yang bercerita mengenai tokoh dan peristiwa pada

masa lalu. Ini diketahui dari 110 responden yang menjawab demikian. Hanya 8

orang yang berpendapat bahwa mata pelajaran sejarah sebagai bekal pengetahuan

dan mendapatkan manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan

datang, sedangkan 67 orang (60,91%) mengemukakan anyak bercerita tentang

tokoh dan peristiwa pada masa lalu.

8.) Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Alasan tidak menyenangi pelajaran di atas, diantaranya tampak dalam

tabel 3.10 seperti di bawah ini.

Tabel 3.10 Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah

Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110

Merujuk pada tabel 3.10 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran sejarah

adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, tempat merupakan alasan

yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang cukup banyak,

terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,55%) yang menjawab

demikian. Selain itu, alasan lain adalah karena banyak istilah-istilah yang kurang

dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari.

127

9.) Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Persepsi siswa tentang pembelajaran sejarah tampak pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah

Jumlah siswa a. Kurang menyenangkan karena guru lebih banyak

menerangkan dan siswa mendengarkan b. Cukup menyenangkan karena gurunya baik c. Cukup menyenangkan karena menggunakan berbagai macam

metode d. Menyenangkan, karena materinya memancing rasa ingin tahu

dan selalu dihubungkan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

62

29 14

5

Jumlah 110

Tabel 3.11 ini diketahui secara umum persepsi siswa mengenai pelajaran

sejarah. Mereka beranggapan bahwa pelajaran tersebut sulit dimengerti dan

pembelajarannya kurang menyenangkan serta terlalu banyak hafalannya.

Sebanyak 62 responden (56,36%) menyatakan bahwa pelajaran sejarah

merupakan pelajaran yang kurang menyenangkan karena guru lebih banyak

menerangkan dan siswa mendengarkan. Ada 29 orang siswa (26,36%) yang

menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang

menyenangkan, namun dengan alasan yang cukup subjektif, yaitu gurunya baik.

128

10.) Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Di bawah ini kita lihat cara mengajar guru di kelas dari pendapat siswa.

Tabel 3.12 Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga

membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini

9 72 8

21

Jumlah 110 Dari tabel 3.12 tersebut, diperoleh gambaran bahwa secara umum, guru

sejarah hanya menjelaskan teori dan meterinya saja. Model pembelajaran ke arah

inkuiri sudah mulai muncul, terbukti dari 21 orang responden (19,10%) yang

menyatakan bahwa guru menjelaskan teori dan memperlihatkan gambar, tabel

atau bagan untuk mendorong rasa ingin tahu dan mencoba menjelaskan teori,

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori serta menghubungkannya

dengan contoh yang relevan pada masa kini.

Pembelajaran sejarah di kelas X SMA yang selama ini dilaksanakan oleh

guru menunjukkan bahwa guru kurang terampil dalam menciptakan kegiatan

belajar mengajar yang menyenangkan di kelas, dan kurangnya keterampilan serta

kreativitas guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu,

ditawarkan alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut, yaitu dengan

memperkenalkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri kepada guru,

sehingga diharapkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dapat ditingkatkan.

129

11.) Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Di bawah ini digambarkan harapan siswa terhadp cara guru mengajar.

Tabel 3.13 Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru

Jumlah siswa a. Ceramah, mendengarkan cerita dari guru b. Membaca dan mengerjakan LKS c. Tanya jawab, berdiskusi, inkuiri d. Mengunjungi tempat di luar sekolah

11 14 63 22

Jumlah 110 Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa sebagian besar siswa (57,27%)

mengharapkan pembelajaran yang bersifat student oriented, seperti tanya jawab,

berdiskusi, inkuiri. Dengan demikian, ini merupakan kajian penting bagi guru

karena ini menunjukkan keinginan siswa agar guru dapat mengelola pembelajaran

dengan baik, sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna dan

menyenangkan.

12.) Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Berikut ini harapan dan pendapat siswa mengenai pembelajaran inkuiri.

Tabel 3.14 Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri

Jumlah siswa a. Sangat perlu, untuk meningkatkan keterampilan berpikir dan

dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari b. Perlu, agar lebih mudah dimengerti dan tidak membosankan c. Kurang perlu, karena sejarah hanya mempelajari peristiwa

pada masa lalu d. Tidak perlu, karena saya kurang menyukai pelajaran sejarah

35

49 17 9

Jumlah 110 Data pada tabel 3.14 tersebut mengindikasikan perlunya peningkatan

keterampilan berpikir melalui pembelajaran inkuiri agar dapat menyelesaikan

permasalahan sehari-hari. Sebagian besar siswa (44,54%) menjawab sangat perlu

mengaitkan pembelajaran sejarah dengan permasalahan, baik masalah yang

130

berhubungan dengan materi sejarah itu sendiri maupun masalah yang

berhubungan dengan lingkungan sekitar yang bertujuan untuk mengkaitkan

keterampilan berpikir dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari dan agar

lebih mudah dimengerti sehingga pembelajaran sejarah tidak membosankan.

b. Kemampuan dan aktivitas belajar siswa

Gambaran mengenai kemampuan dan aktivitas belajar siswa didapatkan

melalui instrumen angket yang telah disebarkan kepada siswa kelas X dari SMA

yang telah dipilih sebagai sampel pada studi pendahuluan dan melalui observasi

kegiatan kelas. Seluruh angket yang disebarkan berjumlah 110, dan angket

tersebut dikembalikan oleh seluruh siswa.

1.) Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Pertanyaan tentang pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah didapat

melalui jawaban berikut pada tabel 3.17.

Tabel 3.15 Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah

Jumlah siswa a. Mengikuti keinginan orang tua b. Supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan c. Agar dapat melanjutkan ke perguruan tinggi d. Agar mendapatkan teman banyak

15 61 22 12

Jumlah 110 Dari tabel 3.15 di atas, diketahui bahwa pada umumnya tujuan bersekolah

adalah supaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, dibuktikan dengan 61 orang

(55,45%) yang menjawab demikian, 22 orang bertujuan untuk melanjutkan ke

perguruan tinggi (20%) sedangkan sebagian siswa lainnya, yang berjumlah 15

orang siswa (13,64%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk mengikuti

keinginan orang tua, artinya, ada beberapa siswa yang bersekolah karena terpaksa,

131

bukan berasal dari kesadaran siswa sendiri, melainkan berasal dari tuntutan dan

keinginan orang tua.

2). Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Di bawah ini, digambarkan pendapat siswa mengenai aktivitas bersekolah.

Tabel 3.16 Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah

Jumlah siswa a. Menyenangkan, karena mendapat ilmu dan mendapat teman b. Menyenangkan, karena dapat melanjutkan cita-cita c. Biasa saja, karena tidak ada yang berkesan d. Tidak menyenangkan, karena terlalu banyak materi yang harus

dipelajari, dan banyak teman yang mengganggu.

33

67 10 -

Jumlah 110

Dari data 3.16 di atas, diketahui bahwa pada umumnya aktivitas

bersekolah adalah agar dapat melanjutkan cita-cita, dibuktikan dengan 67 orang

(60,91%) yang menjawab demikian, sedangkan sebagian siswa lainnya, yang

berjumlah 33 orang siswa (30%) menjawab bahwa tujuan bersekolah adalah untuk

mendapatkan ilmu dan mendapatkan teman. Siswa juga memberikan jawaban atas

pertanyaan tentang aktivitas belajar siswa di luar sekolah.

3.) Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

Jawaban siswa/ responden berhubungan dengan aktivitas belajarsiswa di

rumah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.17 Aktivitas Belajar Siswa di Rumah

Jumlah siswa a. Kurang dari 1 jam b. Antara 1-2 jam c. Lebih dari 2 jam d. Tidak tentu

19 41 7 43

Jumlah 110

132

Dari hasil jawaban siswa yang ditunjukkan tabel 3.17, pada umumnya

siswa belajar secara tidak menentu (39,09%), maksudnya adalah, kemungkinan

siswa bisa belajar kurang dari satu jam, 1-2 jam atau mungkin lebih dari dua jam.

Data menunjukkan 19 orang (17,27%) belajar di rumah kurang dari dua jam,

antara 1-2 jam (37,27%), tergantung dari tuntutan tugas yang diminta oleh guru.

Dengan demikian, jawaban belajar di rumah, sangat erat kaitannya dengan

pekerjaan rumah (PR). Jadi, jika guru tidak memberikan PR atau tugas, maka

aktivitas belajar siswa di rumah pun berkurang.

4.) Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Mengenai pelajaran sejarah, diperoleh sejumlah data mengenai alasan

disenangi atau tidaknya pelajaran sejarah di SMA kelas X. Di bawah akan

diuraikan terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 3.18 Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa a. Banyak bercerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu b. Banyak tempat-tempat bersejarah yang dapat dikunjungi c. Memperkenalkan perjalanan sejarah yang ada di dunia d. Sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan manfaat

pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang.

35 16 33 26

Jumlah 110

Dari data pada tabel 3.18 yang diperoleh, sebagian besar siswa masih

berpandangan bahwa mereka menyenangi pembelajaran sejarah hanya sebatas

pada cerita tentang tokoh dan peristiwa pada masa lalu. Jawaban ini diberikan

oleh 35 orang siswa (31, 82%), namun sudah mulai tampak adanya pemahaman

siswa mengenai alasan mereka menyenangi pembalajaran sejarah, yang diberikan

oleh 26 orang siswa (23,64%), yaitu sebagai bekal pengetahuan dan mendapatkan

manfaat pelajaran bagi masa sekarang dengan masa yang akan datang. Artinya,

133

keadaan ini akan memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi guru untuk

mengembangkan kreativitasnya agar pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan

kebutuhan, diantaranya dengan cara merangsang keterampilan berpikir yaitu

dengan menyodorkan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan oleh

siswa melalui langkah-langkah tertentu, diantaranya dapat diambil dari

lingkungan yang paling dekat dengan siswa.

5). Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Berbagai pendapat yang dikemukakan siswa mengenai alasan siswa tidak

menyenangi pembelajaran sejarah.

Tabel 3.19 Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran Sejarah

Jumlah siswa a. Banyak menghafal angka, tahun, nama orang dan tempat b. Banyak istilah-istilah yang kurang dimengerti c. Ceritanya membingungkan d. Tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-hari

49 29 8 24

Jumlah 110 Merujuk pada data tabel 3.19 di atas, alasan tidak menyenangi pelajaran

sejarah adalah banyak menghafal angka, tahun, nama orang, dan tempat

merupakan alasan yang menempati urutan pertama. Ini menunjukkan jumlah yang

cukup banyak, terbukti dari 110 orang responden, 49 orang siswa (44,54%) yang

menjawab demikian. Alasan lainnya adalah karena banyak istilah-istilah yang

kurang dimengerti dan tidak mendapatkan manfaat bagi bagi kehidupan sehari-

hari. Dari jawaban yang dikemukakan siswa dari data yang diperoleh, maka dapat

dilihat bahwa suatu pembelajaran yang baik dan menyenangkan jika adanya

keterkaitan antara aspek guru, siswa dan lingkungan sekitar.

134

c. Kemampuan dan kinerja Guru

Gambaran mengenai kemampuan, kinerja guru dan pandangan terhadap

pembelajaran sejarah, hubungannya dengan keterampilan berpikir diperoleh

melalui sejumlah pertanyaan, yang dikembangkan dalam instrumen angket, baik

angket yang diberikan kepada guru maupun yang diberikan kepada siswa.

1.) Tujuan guru mengajar

Pertanyaan pertama adalah mengenai tujuan guru mengajar.

Tabel 3.20 Tujuan Guru Mengajar

Jumlah Guru a. tugas rutin sehari-hari, yakni menyelesaikan materi b. proses mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa c. sebagai sarana dalam mendapatkan penghasilan d. tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku

siswa ke arah yang lebih baik

- 2 - 3

Jumlah 5

Berdasarkan jawaban yang diberikan, seperti tampak pada tabel 3.20,

diketahui tiga orang guru cenderung berpandangan bahwa tugas mengajar sebagai

tanggung jawab profesi secara moril dan mengubah perilaku siswa ke arah yang

lebih baik. Dari data tersebut, maka dapat ditarik suatu pemahaman bahwa guru

sudah mulai memahami bahwa tugas mengajar bukan hanya sekedar proses

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, namun juga mendidik.

135

2.) Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Tabel 3.21 Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar

Jumlah Guru a. Mengajar adalah panggilan hati, dapat dilakukan siapa pun b. Mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai

materi pelajaran c. Mengajar hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki

sertifikat sebagai pendidik d. Mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu

dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik

- 2 1 2

Jumlah 5 Berdasarkan data pada tabel 3.21, guru memberikan jawaban yang

berbeda antara satu terhadap yang lain. Ada guru yang berpandangan bahwa

mengajar dapat dilakukan siapa pun asalkan menguasai materi pelajaran. Dari

pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa guru ini belum memahami tugas

mengajar. Satu orang memberikan jawaban bahwa mengajar hanya bisa

dilakukan oleh orang yang memiliki sertifikat sebagai pendidik, dan dua orang

guru lainnya memberikan pendapatnya bahwa mengajar memerlukan keahlian

khusus, hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang

pendidikan keguruan dan memiliki sertifikat sebagai pendidik. Perbedaan ini

berakibat pada pemahaman mereka mengenai tujuan mengajar, dan pada

implementasinya di kelas, juga berpengaruh pada kemauan dan kemampuan untuk

meningkatkan kreativitas dalam mengajar.

3.) Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

Untuk mengkaji mengenai pandangan tentang pelajaran sejarah , tujuan

sejarah di SMA dan model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk

pembelajaran sejarah di SMA, dapat dilihat pada tabel berikut.

136

Tabel 3.22 Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru a. Mata pelajaran yang memiliki materi terlalu banyak untuk

disampaikan kepada siswa b. Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan beban materi yang

terlalu banyak c. Dianggap sebagai mata pelajaran yang sepele, karena tidak

bermanfaat d. Dapat menanamkan nilai positif bagi murid dan memberikan

manfaat bagi kehidupan sehari-hari.

2 3 - -

Jumlah 5 Dari tabel 3.22 tersebut, pandangan guru terhadap pelajaran sejarah

merupakan suatu beban dan data yang diperoleh merupakan permasalahan yang

dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di SMA. Mereka berasumsi bahwa

mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang memiliki materi terlalu

banyak untuk disampaikan kepada siswa, di sisi lain alokasi waktu yang tersedia

tidak sesuai dengan beban materi yang terlalu banyak. Tidak heran jika terkadang

guru hanya mengejar ketercapaian materi dan tujuan berdasarkan apa yang telah

ada dalam rencana pembelajaran, tanpa memperhatikan kebutuhan siswa itu

sendiri, termasuk perkembangan mental, fisik dan perkembangan kognitifnya.

4.) Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

Untuk mengetahui lebih lanjut, pandangan guru terhadap tujuan

pembelajaran sejarah di SMA, maka akan digambarkan dalam bentuk tabel.

137

Tabel 3.23 Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di SMA

Jumlah Guru a. Sebagai materi yang harus disampaikan pada siswa, karena

tercantum dalam kurikulum b. Membekali materi sejarah sebanyak-banyaknya kepada siswa c. Membekali siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan

mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

d. Menjadikan siswa dengan ilmu dan pengetahuan agar menjadi ilmuwan

3 - 2 -

Jumlah 5 Tabel 3.23 menunjukkan bahwa pada umumnya, 3 orang guru

beranggapan bahwa pelajaran sejarah adalah materi yang harus disampaikan pada

siswa, karena tercantum dalam kurikulum. Sementara guru yang lain memiliki

pendapat yang berbeda, mereka berasumsi bahwa pelajaran sejarah bertujuan

untuk membekali siswa agar menjadi warga negara yang baik dan

mengembangkan keterampilan berpikir dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan. Keadaan ini menunjukkan belum adanya pemahaman sepenuhnya

dari guru mengenai pelajaran sejarah. Mereka hanya memberikan materi, karena

telah tercantum dalam kurikulum, tanpa memperhatikan aspek perkembangan

siswa, membekali dan mananamkan sikap kebangsaan.

5.) Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam Pelajaran

Sejarah

Selanjutnya pada tabel 3.24, diperoleh data mengenai model pembelajaran

yang sesuai untuk pembelajaran sejarah.

138

Tabel 3.24 Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran

Dalam Pelajaran Sejarah Jumlah Guru

a. Model yang mengacu pada pendekatan teacher centered b. Model yang mengacu pada pendekatan student centered c. Tidak memerlukan model khusus d. Semua model dapat digunakan dalam pembelajaran

sejarah di SMA

- 2 - 3

Jumlah 5 Berdasarkan data 3.24, tampak pemahaman guru mengenai penggunaan

model pembelajaran cukup baik, diantaranya adalah model yang mengacu pada

pendekatan student centered untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

6.) Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Pandangan guru terhadap model pembelajaran sejarah diperkuat dengan

pendapat guru mengenai keterampilan berpikir, yang tercermin pada tabel berikut:

Tabel 3.25 Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan Berpikir

Jumlah Guru a. Sangat diperlukan, untuk melatih keterampilan berfikir siswa, b. Perlu, sebagai tujuan yang harus dicapai dalam pelajaran

sejarah di SMA c. Tidak perlu, karena pada dasarnya masing-masing siswa

sudah memiliki dasar keterampilan berpikir masing-masing. d. Tergantung dengan kebutuhan

2 3 - -

Jumlah 5 Tabel 3.25 di atas menunjukkan bahwa guru perlu melakukan pembiasaan

kepada siswa untuk melakukan pembelajaran sejarah dalam rangka melatih

keterampilan berpikir siswa. Hal ini dilatarbelakangi pula dengan perkembangan

fisik, kognitif dan mental siswa pada masa tersebut, sehingga beberapa guru

berpandangan demikian. Untuk mengukur pembiasaan pembelajaran sejarah yang

berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir siswa, maka diperlukan

adanya suatu evaluasi.

139

7.) Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Di bawah ini diuraikan mengenai pandangan guru mengenai cara evaluasi

yang digunakan dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Selanjutnya,

akan terlihat pada tabel 3.26 di bawah ini:

Tabel 3.26 Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir

Jumlah siswa a. Tidak perlu diadakan evaluasi b. Diamati secara langsung selama proses pembelajaran

berlangsung c. Dilakukan secara pre test dan post test d. Dilakukan pengtamatan selama pembelajaran berlangsung, dan

melaksanakan pre test dan post test

- 2 1 2

Jumlah 5 Terlihat pada tabel 3.26 pandangan guru terhadap evaluasi keterampilan

berpikir cukup beragam, namun secara umum menunjukkan hal yang positif, di

mana evaluasi terhadap pembelajaran sejarah dalam meningkatkan keterampilan

berpikir, dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan pada akhir

pembelajaran. Di sisi lain, pemahaman mengenai tujuan mengajar guru, tidak

disesuaikan dengan tujuan pengajaran sejarah, yaitu membekali siswa untuk

menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

8.) Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah

Untuk mengetahui cara guru mengajar, maka digambarkan pendapat siswa

mengenai kinerja guru di kelas.

140

Tabel 3.27 Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah

Jumlah Siswa a. Guru jarang menjelaskan materi b. Guru menjelaskan teori dan materinya saja c. Guru terlalu banyak memberikan contoh, sehingga

membingungkan siswa d. Guru memperlihatkan gambar, tabel atau bagan untuk

mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini

9 72 8

21

Jumlah 110 Dari tabel 3.27 di atas, diperoleh suatu kenyataan bahwa pembelajaran

sejarah merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan karena guru hanya

menjelaskan teori dan materinya saja. Usaha dari guru untuk menjelaskan teori

dan menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini sudah

tampak, namun hanya dilakukan oleh beberapa orang guru saja.

9.) Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah

Dalam pembelajaran sejarah, yang tidak kalah penting peranannya adalah

pemanfaatan sumber belajar.

Tabel 3.28 Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah

Jumlah Siswa a. Buku, papan tulis, dan penjelasan dari guru b. Media gambar, lukisan, peta , lingkungan sekitar c. Media cetak (surat kabar, majalah, buku paket, artikel) d. Media elektronik (TV, OHP, infokus, CD interaktif,

multimedia)

50 42 -

18

Jumlah 110 Dari tabel 3.28 di atas, pada pemanfaatan media, guru juga hanya

mengandalkan buku dan papan tulis. Penggunaan media cetak, media gambar dan

elektronik merupakan hal yang jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan sumber belajar, sarana dan prasarana juga media pembelajaran,

141

padahal penggunaan sumber dan media pembelajaran dapat menggunakan dengan

sumber dan media yang sederhana sekalipun. Hal terpenting adalah, siswa dapat

mengambil hikmah dan nilai-nilai positif pembelajaran sejarah berdasarkan

pembelajaran yang telah dilakukannya. Dengan demikian, kinerja guru perlu

ditingkatkan, sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Kondisi dan Pemanfaatan Sarana, Fasilitas dan Lingkungan

Dari penelitian pra survei yang telah dilakukan, kondisi SMA yang berada

di Kecamatan Rangkasbitung, secara umum memenuhi syarat minimal sebagai

suatu pusat pendidikan. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu setiap sekolah

memiliki ruang-ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil dan

halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Hampir semua SMA yang

ada di Kecamatan Rangkasbitung memiliki fasilitas lain, seperti laboratorium,

tempat ibadah dan perpustakaan yang terpisah dengan ruangan lainnya.

Dilihat dari sarana yang tersedia, SMA yang dijadikan sebagai sampel

penelitian merupakan lingkungan yang cukup baik, karena relatif aman, berada di

lingkungan sekolah-sekolah lainnya, dan jauh dari keramaian, sehingga suasana

belajar yang tenang cukup terpenuhi. Selain itu, SMA PGRI tempat dilakukan

ujicoba terbatas model inkuiri adalah salah satu sekolah yang termasuk ke dalam

sekolah yang memiliki syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan.

Kelengkapan sarana sangat memadai, di mana setiap jenjang kelas menempati

satu ruang kelas masing-masing.

Persoalan mulai tampak pada fasilitas yang ada, yaitu ketika guru

menyatakan kesulitan dalam pembelajaran di kelas. Fasilitas ini mencakup

142

fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum yang tersedia pada SMA ini

diantaranya adalah papan tulis (dalam hal ini white board) dan perlengkapan

belajar untuk siswa (buku, catatan dan perlengkapannya). Fasilitas umum yang

menjadi kendala adalah buku pegangan siswa. Hal ini disebabkan karena

terbatasnya buku sumber yang dimiliki siswa. Keterbatasan ini disebabkan karena

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, siswa tidak harus memiliki dan

membeli buku pegangan siswa. Keadaan ini merupakan salah satu kendala yang

ada dalam implementasi pembelajaran, sebab akan menghambat proses

pembelajaran sejarah di kelas. Beberapa buku sumber sejarah kelas X seharusnya

disediakan oleh pihak sekolah, tetapi buku yang tersedia di perpustakaan pun

sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang diterapkan sekarang, karena

standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD) dan materi/ pokok bahasan yang

ada di dalam buku tersebut berbeda cukup jauh dengan pembahasan yang ada

dalam buku sumber yang digunakan pada kurikulum KTSP. Dengan demikian,

untuk mengatasi persoalan tersebut, diperlukan adanya strategi. Strategi yang

digunakan guru adalah dengan cara membagi kelas ke dalam beberapa kelompok

diskusi. Masing-masing kelompok, minimal memiliki satu buah buku paket/

pegangan siswa sebagai dasar untuk sumber belajar, sedangkan sumber lainnya

dapat diperoleh dengan cara mencari informasi dari media cetak, maupun dengan

mengadakan browsing di internet, sesuai dengan materi yang akan dibahas.

Dilihat dari fasilitas khusus, berupa media pembelajaran, juga mengalami

hambatan. Media yang tersedia di perpustakaan, seperti peta, atlas, globe, koran,

majalah, dan buku sumber lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran

143

sejarah, terlihat tidak terawat. Guru menyatakan jarang menggunakan media

karena keterbatasan waktu, keadaan ini dapat diatasi dengan menggunakan media

berupa bagan atau tabel materi. Media berupa tabel atau bagan materi dapat

dipersiapkan oleh guru, media peta pun dapat dibuat oleh siswa untuk

mempermudah pembelajaran. Tabel atau bagan model pembelajaran inkuiri dan

beberapa gambar atau informasi dari berbagai media, dapat membantu guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran sejarah, dikaitkan dengan contoh-contoh

yang dekat dengan lingkungan siswa, sehingga menunjang kinerja guru dan

proses belajar mengajar. Untuk aspek lingkungan, cenderung kepada peranan

kepala sekolah terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di lingkungan

sekolahnya. Kepedulian dan peranan kepala sekolah di SMA PGRI, tempat

dilakukannya uji coba terbatas dapat berlangsung cukup baik, karena karena

kepala SMA selalu memberikan dorongan dan motivasi, serta arahan untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Adanya peranan

kepala sekolah berupa dorongan dan motivasi kepada guru-guru, merupakan

salah satu indikator yang menunjang keberhasilan implementasi dan

pengembangan model pengembangan pembelajaran inkuiri.

2. Kesimpulan

Dengan mengetahui temuan dan data dari hasil angket yang telah

disebarkan kepada guru maupun siswa, dapat dilihat bahwa pembelajaran sejarah

di SMA dipengaruhi oleh 4 aspek, yaitu 1) perencanaan pembelajaran sejarah

yang sedang berlangsung, 2) aktivitas belajar siswa, 3) kemampuan dan kinerja

guru serta 4) kondisi dan pemanfaatan saran, fasilitas dan lingkungan.

144

Pada dasarnya sudah ada kemungkinan untuk dikembangkannya model

inkuri dilihat dari 4 aspek tersebut. Misalnya dilihat dari pemahaman mengenai

tugas mengajar dan pembelajaran sejarah. Dari 5 orang responden, 2 orang

menjawab bahwa mengajar memerlukan keahlian khusus, hanya mampu

dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan

memiliki sertifikat sebagai pendidik. Selain itu, melihat temuan tentang tujuan

pembelajaran sejarah, dua orang guru berpandangan bukan hanya menjejali

mereka dengan setumpuk materi saja, tetapi juga untuk membekali siswa agar

menjadi warga negara yang baik dan mengembangkan keterampilan berpikir dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Artinya, pada dasarnya guru sudah

memahami bahwa pembelajaran sejarah adalah untuk menanamkan nilai-nilai

kebangsaan. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang baik mengenai pembelajaran

sejarah agar menjadi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan siswa. Salah

satu caranya adalah dengan mendorong rasa ingin tahu dan menjelaskan teori dan

menghubungkannya dengan contoh yang relevan pada masa kini/lingkungan

sekitar siswa.

Kaitannya dengan keterampilan berpikir, dua orang guru memberikan

jawaban mengenai pentingnya menanamkan keterampilan berpikir sebagai tujuan

yang harus dicapai dalam pelajaran sejarah di SMA. Pada kenyataannya,

pembelajaran, yang berhubungan dengan cara mengajar guru, sumber belajar dan

media yang digunakan tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan guru mengenai

pentingnya menanamkan keterampilan berpikir. Ini dibuktikan dengan 51 orang

siswa yang menjawab pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang

145

kurang menyenangkan karena guru lebih banyak menerangkan dan siswa hanya

mendengarkan.

Pemanfaatan sumber dan media belajar di kelas sangat minim, dengan

alasan keterbatasan alokasi waktu. Umumnya, siswa berpendapat bahwa guru

hanya menggunakan model pembelajaran yang tradisional, yakni ceramah,

dengan menggunakan sumber seadanya. Dengan alasan seperti itu, maka

memperlihatkan kurangnya pemahaman dan aplikasi guru mengenai kinerjanya

baik dalam pengembangan rencana pembelajaran, maupun dalam implementasi

kurikulum pembelajaran sejarah di kelas.

Pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun, merupakan model penting

dalam melakukan pembelajaran sejarah di kelas, namun pengalaman dan

pelatihan yang pernah diikuti ternyata juga masih menunjukkan adanya

kekurangan dalam kinerja guru. Kekurangan ini dapat diperkecil dengan adanya

kemauan dan keterbukaan dari guru untuk mengadakan perubahan dalam

pembelajaran ke arah yang lebih baik. Di sini, guru bersedia untuk membuka diri,

menerima dan melakukan perubahan yang bersifat positif dalam pembelajaran

sejarah di SMA. Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan untuk

memperkenalkan, menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

Berdasarkan temuan-temuan dari hasil pra survey kondisi pembelajaran

sejarah di SMA di Kecamatan Rangkasbitung, terdapat kekuatan dan kelemahan.

Kekuatan terletak pada: 1) Keadaan guru-guru IPS hampir semua berlatar

belakang pendidikan Sarjana (S1), di dukung oleh pengalaman mengajar yang

146

relatif lama yang rata-rata lebih dari 10 tahun. Hal tersebut ditunjang juga dengan

penataran maupun pelatihan baik dalam bidang kurikulum, maupun penggunaan

media dan model-model pembelajaran baik itu model pembelajaran umum

maupun khusus model pembelajaran sejarah. Keadaan guru ini merupakan potensi

yang cukup besar untuk dapat mengembangkan pembelajaran sejarah ke arah

yang lebih baik. 2). Sarana prasarana yang cukup lengkap untuk mengembangkan

pembelajaran sejarah, kondisi kelas dan perpustakaan yang rata-rata cukup

memadai. 3). Kondisi sosial dan psikologi yang cukup menunjang. Menurut

Sanjaya (2008:197) kondisi tersebut merupakan faktor pendukung terhadap

keberhasilan pembelajaran.

Kelemahannya yaitu; 1) Pembuatan rencana pembelajaran yang masih

mengadopsi dari RPP yang sudah ada. Kondisi ini mengakibatkan

ketidaksesuaian rencana dengan kebutuhan siswa sehingga tujuan pembelajaran

tidak tercapai, padahal perencanaan pembelajaran merupakan proses pembuatan

keputusan hasil berpikir secara rasional seorang guru tentang sasaran dan tujuan

pembelajaran, yang produk akhirnya berupa dokumen yang dijadikan sebagai

acuan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran (Sanjaya,2008:28). 2).

Keterbatasan buku sumber mata pelajaran sejarah dan media di beberapa sekolah

merupakan suatu hambatan, sehingga diperlukan kejelian dan kreativitas guru

untuk membuat pelajaran sejarah menjadi menyenangkan dan bermakna bagi

siswa dengan mencari buku sumber lain dan media yang mendukung bagi proses

pembelajaran. 3) Alokasi waktu yang sangat terbatas, yang membutuhkan strategi

guru untuk memberdayakan siswa agar memiliki pengetahuan awal sebelum

147

pembelajaran dimulai. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang yang terjadi

berdasarkan seluruh sampel yang diteliti, hampir semuanya menunjukkan pola

pembelajarannya mengarah kepada pembelajaran yang dominasi metode ceramah

dan berpusat kepada guru. Temuan penelitian ini sesuai dengan temuan hasil

penelitian Syaodih (2007:8) bahwa implementasi materi IPS di sekolah saat ini ;

(1)lebih menekankan aspek pengetahuan, (2)berpusat pada guru, (3) mengarahkan

bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta (4) hanya

membentuk budaya menghapal dan bukan berpikir kritis. Hasil tersebut didukung

oleh pendapat Supriatna (2007:76), yang mengemukakan bahwa selama ini

pengajaran di sekolah masih menggunakan pendekatan tradisional, seperti

ceramah, dan lebih menekankan pada aspek-aspek kognitif tingkat rendah.

Pelaksanaan pembelajaran sejarah yang tergambar di atas cenderung

mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar pada domain kognitif tingkat

rendah atau berpikir tahap rendah, sehingga siswa tidak tertantang untuk berpikir,

sehingga keterampilan berpikir siswa kurang berkembang. Kondisi ini sangat

bertentangan dengan salah satu ciri KTSP yaitu berbasis kompetensi yang

mengarahkan para siswa agar mampu berpikir tahap tinggi (Sukmadinata 2009),

dan tuntutan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang

harus dijawab dan diemban oleh pendidikan ilmu-ilmu sosial di masa mendatang

(Hasan,1996:13). Dengan mempertimbangkan unsur kekuatan yang dimiliki dari

kondisi pembelajaran sejarah, khususnya untuk tingkat SMA di Kecamatan

Rangkasbitung, maka dikembangkan model pembelajaran inkuiri namun tetap

148

memperhatikan keterbatasan pada masing-masing aspek yang berpengaruh untuk

pengembangan model inkuiri ini.

Model pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat dijadikan alternatif

dalam memperbaiki kelemahan pembelajaran sejarah, sehingga dapat mengajak

siswa melakukan berbagai interpretasi secara mandiri sebagai dasar

pengembangan pembelajaran, atau untuk melakukan penafsiran kritis terhadap

peristiwa sejarah yang beragam untuk memahami masalah sehari-hari. Ini sesuai

dengan salah satu prinsip dalam KTSP, yaitu berpusat pada potensi,

perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Artinya, sekolah tidak hanya berkewajiban untuk memelihara nilai-nilai di

masyarakat, tetapi juga harus memberikan keaktifan kepada siswa secara kritis

dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang timbul.

H. Penyusunan Pengembangan Draft Awal Model Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada

penelitian pra survey, salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian dalam

pengembangan pembelajaran sejarah di SMA adalah pengembangan keterampilan

berpikir. Proses pembelajaran pada studi pendahuluan adalah munculnya gejala

kecenderungan pengelolaan pembelajaran lebih berorientasi pada proses

menghapal materi pelajaran dan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Artinya,

dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memandang siswa sebagai objek yang

harus diisi dengan berbagai informasi.

Berdasarkan hasil penelitian pra survei, maka kegiatan selanjutnya adalah

penyusunan draf awal model pembelajaran yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu:

149

a)desain rencana pengembangan model pembelajaran inkuiri, b) prosedur

implementasi model pembelajaran inkuiri, c) dan evaluasi pembelajaran.

1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri

Dalam rangka mengimplementasikan inkuiri di kelas, Etheredge &

Rudinsky (2003) memberikan model sederhana dari suatu kegiatan inkuiri yang

umumnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (a) guru berusaha

menggali minat dan latar belakang pengetahuan awal siswa dan merancang

kegiatan dengan menggunakan variabel tunggal serta menerapkan konsep-konsep

sains yang akan dipelajari, (b) guru membantu siswa merumuskan pertanyaan,

merancang dan melaksanakan kegiatan inkuiri, dan (c) guru membantu siswa

menilai proses dan hasil pembelajaran yang dilakukannya. Agar proses inkuiri

dapat berlangsung secara maksimal dan produknya menjadi bermakna bagi guru

maupun siswa, maka penerapan inkuiri sebaiknya diawali dari masalah-masalah

sederhana, kemudian dikembangkan secara bertahap ke arah permasalahan yang

lebih kompleks (Joyce, et al , 2000; Bonnstetter, 2000).

Ada beberapa model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh ahli,

termasuk dalam pembelajaran IPS, diantaranya; Hasan (1998), Lee (1974), Ellis

(1976), Beyer (1971) Massialas (1966). Berdasarkan uraian di atas peneliti

mencoba mengembangkan langkah-langkah dari model pembelajaran inkuiri yang

dikemukakan para ahli dengan harapan model ini bisa membantu mempermudah

para guru di lapangan dalam mengimplementasikannya dalam rangka untuk

meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Di bawah ini merupakan langkah-

langkah inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli.

150

Tabel 3.29 Perbandingan Langkah Pembelajaran Inkuiri

NO Tokoh Langkah-langkah pembelajaran inkuiri ke-

1 2 3 4 5 6

1 Hasan Merumuskan

masalah

Mengembang

kan hipotesis

Pengumpulan

data

Pengolahan

data

Pengujian

hipotesis

Penarikan

kesimpulan

2 Ellis Menyatakan

masalah atau

pertanyaan

untuk

diselidiki

Menyeleksi

sumber-

sumber data

yang cocok

Mengumpulk

an data-data

Memproses

data

Membuat

kesimpulan

3 Beyer Mendefinisik

an masalah

Mengembang

kan hipotesis

atau solusi

rencana

hipotesis

Menguji

hipotesis

sesuai dengan

data yang

relevan

Menarik

suatu

kesimpulan

Menerapkan

kesimpulan

dan

generalisasi

4 Lee Pertanyaan

diajukan dan

dinyatakan

dengan jelas

Mengembang

kan jawaban

sementara

Mengumpulk

an data yang

menunjang

terhadap

jawaban

sementara.

Menggamba

rkan

kesimpulan

yang diambil

dari data-

data yang di

dapat.

Kesimpulan

dipergunaka

n untuk

pertanyaan

dan sub

pertanyaan

yang

diajukan

5 Massial

as& Cox

Tahap

orientasi

Tahap

merumuskan

masalah

Tahap

mengajukan

hipotesis/

definisi

Mengumpul

kan data/

Eksplorasi

Menguji

hipotesis/

Pembuktian

Merumusk

an

Kesimpulan

6 Rancan

gan

pengem

bangan

model

Merumuskan

masalah

Eksplorasi:

Merumuskan

hopitesis

Elaborasi:

Mengumpulk

an data

Konfirmasi:

Menguji

hipotesis

Menarik

kesimpulan

Berdasarkan tabel 3.29 di atas, desain model pembelajaran pada penelitian

ini dikembangkan melalui tahapan yang mengacu pada persamaan langkah-

langkah inkuiri yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas. Pada penelitian ini,

desain rencana pelaksanaan model pembelajaran inkuiri, mencakup lima langkah,

yaitu a) merumuskan masalah, b) membuat hipotesis, c) mengumpulkan data, d)

menguji hipotesis, dan e) membuat kesimpulan. Dari lima langkah tersebut,

151

penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini, dan yang membedakannya

dari model inkuiri lainnya adalah penekanan pada langkah ke tiga, yang merujuk

pada heuristik dan kritik. Alasannya adalah pada langkah ketiga ini merujuk pada

heuristik dan kritik dalam metodologi sejarah.

Dasar pemikiran menentukan perumusan masalah pada langkah pertama

adalah tujuan dari pengembangan model yang ditujukan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir. Suriasumatri (2003:29) berasumsi, manusia akan berpikir

apabila sedang menghadapi masalah. Pada perumusan masalah ini, pembelajaran

dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan ”menerima” pengetahuan.

Langkah kedua, ketiga dan keempat merupakan aktivitas yang terkait, mengacu

pada standar proses dari BSNP (2007) yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan

konfirmasi. Secara umum, melalui tiga langkah tersebut, diharapkan siswa dapat

menguji hipotesis berdasarkan rumusan hipotesis dari suatu permasalahan yang

dikaji dan pengolahan data yang didapat. Dengan demikian, siswa terkondisikan

melakukan tiga aktivitas tersebut secara utuh. Langkah terakhir adalah membuat

kesimpulan yang merupakan langkah umum dari langkah terakhir model inkuiri.

Kelima langkah pembelajaran tersebut yang merupakan kerangka model menjadi

kerangka yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

Jenis inkuiri yang digunakan adalah jenis guide inkuiry dengan

pertimbangan berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam proses pembelajaran

sejarah dengan menggunakan model inkuiri ini masih baru dan atau belum

dilaksanakan secara lengkap sesuai dengan prosedur. Dalam inkuiri terbimbing

(guided inquiry), guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi

152

pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran

aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Model

inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang belum terbiasa atau belum

berpengalaman belajar dengan model pembelajaran inkuiri. Dengan pembelajaran

ini, siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga

siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran (Herdian, 2010). Kelow ( 2008)

menambahkan, pembelajaran yang cocok digunakan adalah jenis guide inkuiri.

”With young children or students new to inquiry it is usually necessary to use a

form of guided inquiry” ( http://www.galileo.org/inquiry-what.html ).

Pada pembelajaran ini, siswa dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan

untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar

mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur.

Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi

siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan oleh siswa.

Dalam guide inquiry guru dapat memunculkan suatu kegiatan, dengan

menampilkan foto atau memberikan motivasi untuk melakukan diskusi,

membimbing siswa untuk mengembangkan pertanyaan dari diskusi yang sedang

dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka ditetapkan desain

rancangan model inkuiri ini dalam penyusunan draf awal model, yang kemudian

dikembangkan melalui kegiatan: a.) Uji coba terbatas, dan b.) Uji coba luas.

153

Merujuk pada langkah-langkah model pembelajaran inkuiri tersebut, maka dibuat

format pengembangan desain model pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Bagan 3.3 Desain Perencanaan Model Pembelajaran Inkuiri

Berdasarkan desain awal model pembelajaran inkuiri, maka

dikembangkan ke dalam format RPP. Format RPP dari model pembelajaran

inkuiri ini dikembangkan atas unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan,

bahan ajar, model yang dikembangkan dalam bentuk prosedur pembelajaran,

media/sumber dan evaluasi. Pengembangan unsur-unsur tersebut diuraikan di

bawah ini.

(a.) Tujuan

Penentuan tujuan merupakan komponen pertama yang tercantum dalam

RPP, yang berfungsi mengidentifikasi tujuan yang hendak dicapai yang di

Tujuan Pembelajaran: Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Materi: Sejarah Kelas X SMA Semester II

Prosedur/ Langkah-langkah Inkuiri:

1. Perumusan Masalah kegiatan awal

2. Eksplorasi: Perumusan hipotesis

3. Elaborasi: Pengumpulan data berbasis pada langkah kegiatan

heuristik& kritik dalam metodologi sejarah inti

4. Konfirmasi : Pengujian Hipotesis

5. Penyimpulan kegiatan penutup

EVALUASI

154

dalamnya digambarkan hasil dan proses yang diharapkan dapat dicapai oleh

siswa. Begitu juga rumusan tujuan model inkuiri untuk meningkatkan

keterampilan berpikir siswa, diarahkan kepada dua aspek, yaitu aspek proses dan

aspek hasil. Aspek proses ditekankan pada aktivitas siswa di kelas. Pada aspek

hasil, tujuan lebih memfokuskan kepada aplikasi penggunaan kemampuan

akademik siswa di dalam merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencari dan

mengolah data menguji hipotesis, dan menyimpulkan terhadap suatu

permasalahan. Aspek yang ada pada proses dan hasil tersebut merupakan

indikator keterampilan berpikir. Sasaran proses diarahkan kepada pengungkapan

aktivitas siswa baik secara individu, maupun kelompok di dalam mengungkap

suatu permasalahan dalam topik tertentu berdasarkan prosedur pembelajaran

model inkuiri yang telah ditetapkan.

(b.) Materi/ Bahan Ajar

Untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran dalam meningkatkan

keterampilan berpikir dengan model inkuiri, guru harus memilih tema dan materi

yang kira-kira dapat diangkat untuk menjadi masalah, yang merupakan salah satu

media untuk menstimulus keterampilan berpikir siswa dengan cara mengaitkan

materi dengan permasalahan kehidupan yang dekat dengan siswa yang bisa diuji

kebenarannya.

(c.) Prosedur Pembelajaran

Komponen selanjutnya adalah prosedur pembelajaran. Komponen ini

merupakan bagian penting dalam penelitian ini. Prosedur model inkuiri untuk

meningkatkan keterampilan berpikir dijabarkan dalam bentuk langkah-langkah

155

pembelajaran yang diarahkan untuk peningkatan keterampilan berpikir siswa

SMA dengan memperhatikan tuntutan kurikulum dan disesuaikan dengan potensi

yang berkembang selama ujicoba. Langkah pembelajaran dikembangkan pada

tiga langkah utama sebagai urutan pembelajaran pada umumnya, yaitu : kegiatan

awal, kegiatan inti dan penutup .

(d.) Media/ Sumber Belajar

Model pembelajaran inkuiri ini menggunakan media dan berbagai

sumber, yang mewarnai dalam prosedur kegiatan inkuiri, misalnya media grafis,

seperti; buku, majalah, surat kabar, maupun dari media elektronik seperti; video,

dan internet. Dalam kegiatan ini, digunakan media bagan dan lembar tugas siswa

berupa artikel singkat dengan bentuk historical analysis and interpretation.

(e.) Kegiatan Evaluasi.

Kegiatan evaluasi dalam model inkuri untuk meningkatkan keterampilan

berpikir ini terdiri dari dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses dilakukan melalui observasi aktivitas siswa pada saat

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, pengujian

hipotesis hingga penyimpulan melalui proses tanya jawab dan diskusi selama

proses pembelajaran berlangsung. Perilaku siswa yang diamati mencakup;

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat,

mencari informasi dan menyimpulkan. Perilaku yang diamati diceklis pada format

yang telah disediakan. Evaluasi hasil dilakukan melalui tes tertulis berbentuk tes

objektif yang berisi tentang permasalahan yang perlu pemecahan. Selanjutnya

156

unsur-unsur pembelajaran tersebut tampak pada langkah-langkah kegiatan

pembelajaran yang tertuang dalam format RPP di bawah ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : …………………………………… Mata pelajaran : Sejarah Kelas/ semester : X/ 2 Standar Kompetensi : …………………………….(diisi sesuai dengan standar isi kurikulum) Kompetensi Dasar : ………………………………… Indikator : ………………………………… Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit) A. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi Dasar) 2. Tujuan Pembelajaran Khusus (indikator: susunan indikator merupakan penanda pencapaian

kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur, mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan)

B. Materi Pembelajaran (uraian materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan langkah-langkah yang sistematis)

C. Metode Pembelajaran Dikembangkan berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran inkuiri dan metode yang dianjurkan dari masing-masing langkah.

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran 1.Pendahuluan

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran • Menyampaikan tujuan pembelajaran • Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

Tahapan Kegiatan

Tujuan Uraian Kegiatan

Merumuskan masalah

• mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok

• memonitor terhadap semua kegiatan yang dilakukan siswa

• siswa memiliki kemampuan untuk bekerjasama, kompak, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah

• Memotivasi siswa untuk meningkatkan respon melalui tanya jawab dan mempelajari menggali informasi akademis

• Pembentukan kelompok kecil, kelompok besar

• Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk mengorganisasi tugas dalam kelompoknya

• Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu ataupun kelompok dengan meningkatkan rasa kebersamaan, kekompakan dan percaya diri melalui diskusi kelompok

• Siswa dibawa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki dan guru menantang siswa untuk menyelesaikan teka-teki tersebut

2. Kegiatan Inti Eksplorasi: Merumuskan hipotesis

• Menumbuhkan sikap percaya diri (self belief), siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan

• Siswa dibimbing untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji

157

• Menanamkan manfaat penting tentang materi yang sedang dibahas

kebenarannya • Jika individu dapat

membuktikan hipotesisnya tersebut, maka akan mendorong individu itu untuk berpikir lebih lanjut

Elaborasi: Mengumpulkan data (heuristik)

• Membangkitkan respon untuk mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa dengan cara melakukan tanya jawab dan pencarian data/ informasi agar terjadi pembelajaran yang lebih mendalam

• Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka

• Siswa mengumpulkan data/ informasi mengenai peristiwa yang mereka lihat atau yang mereka dapat, seperti buku sumber, tajuk rencana dari surat kabar, maupun dari sumber internet.

Konfirmasi: Menguji hipotesis (kritik)

• Mendorong, membimbing dan menilai kemampuan keterampilan berpikir siswa

• Menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis melalui kerja kelompok dengan didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penutup

Menyimpulkan • Menanamkan kemampuan untuk mendemonstrasikan materi dan menyelesaikan masalah dari materi yang telah dibahas

• Mengadakan refleksi/ umpan balik terhadap tujuan materi yang telah berhasil dikuasai siswa dan materi mana yang perlu diperbaiki.

• Memotivasi dan mendorong masing-masing siswa

• Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran

• Mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Memberi perhatian dengan cara memberikan reward dan punishment kepada siswa

• Membantu siswa untuk memahami kekurangan, perasaan dan bakat yang dimiliki siswa

• Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas dan mengadakan evaluasi, baik secara tes, ataupun non tes pada proses dan hasil pembelajaran

E. Sumber dan Media Pembelajaran 1. Buku teks siswa kelas X

Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

2. Buku-buku sejarah yang relevan 3. Informasi dari media cetak, elektronik

F. Penilaian 1. Penilaian tes 2. Penilaian non tes (evaluasi dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar)

158

Mengetahui, Maret 2011 Kepala Sekolah Guru Sejarah

Bagan 3.4 Format RPP awal model pembelajaran inkuri

2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri

Pengembangan prosedur implementasi model pembelajaran inkuiri untuk

meningkatkan ketampilan berpikir berdasarkan desain rencana pembelajaran

yang digunakan dalam RPP di atas, pada umumnya dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu(1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) penutup.

Pendahuluan/ Kegiatan awal diisi dengan tahap perumusan masalah.

Pada kegiatan awal ini, yang dilakukan guru adalah menyampaikan tujuan yang

akan dicapai selama pembelajaran berlangsung dan pengkondisian siswa untuk

belajar melalui model inkuiri. Pada tahap ini, dijelaskan langkah-langkah inkuiri

serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan

masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Merumuskan masalah

merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan/ masalah yang

mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan

masalah tersebut tentu memerlukan jawaban, dan siswa didorong untuk

mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban tersebut yang sangat

penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses ini, siswa

akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui

proses berpikir.

159

Kegiatan inti, mengacu pada standar proses dari BSNP (2007) terdiri dari

eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dikaitkan dengan langkah inkuiri, proses

eksplorasi mencakup perumusan hipotesis. Salah satu cara yang dapat dilakukan

guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah

dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Dengan

demikian, siswa dapat berperan aktif untuk menyampaikan pendapatnya baik

secara individu maupun kelompok.

Proses elaborasi mencakup pengumpulan data. Pengumpulan data, jika

dikaitkan dengan metodologi sejarah, identik dengan langkah heuristik, yang

merupakan langkah pertama, di mana siswa diberi tugas melalui kegiatan

diskusi, untuk selanjutnya dapat menyajikan hasil kerjanya tersebut dalam

bentuk presentasi. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi

yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Ada beberapa teknik pengum-

pulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah, seperti: studi

kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara (interview). Dapat pula

digunakan teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis (topical

approach) beserta berbagai perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan

terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus (case study). Dalam

pengumpulan data, siswa dibimbing untuk mengumpulkan data berupa

informasi dari berbagai sumber, baik yang berasal dari buku sumber lain, surat

160

kabar dan dari internet. Pengumpulan sumber tersebut berhubungan dengan

materi yang akan dibahas.

Dalam kegiatan konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah menguji

hipotesis, yakni menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan

data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan

tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Pengujian hipotesis ini erat kaitannya dengan kritik

dalam metodologi sejarah. Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau

kritis memerlukan data-data yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang

diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring

sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Dalam melakukan

kritik, kadangkala diperlukan pengetahuan dan penghayatan kultural tentang si-

tuasi dan kondisi dimana dokumen tersebut dibuat. Dalam kegiatan inti ini,

peran guru sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru

memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Guru menunjukkan jalan

keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Peran ini sangat penting

karena mampu membantu kelancaran langkah-langkah inkuiri, termasuk dalam

kegiatan diskusi. Guru juga membimbing dan mengarahkan jalannya serta

membantu kelancaran diskusi.

Langkah terakhir adalah kegiatan penutup. Dalam kegiatan ini, langkah

inkuiri yang tercakup di sini adalah penyimpulan. Merumuskan kesimpulan

161

merupakan gong-nya proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang

akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang

relevan. Pada langkah ini, guru juga melakukan refleksi dan umpan balik

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Selain mempersiapkan RPP, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh

guru sebelumnya antara lain, memberi penjelasan tentang prosedur inkuiri,

pembuatan LKS, dan pembagian tugas dalam kelompok. Pembuatan LKS yang

dirancang khusus untuk peningkatan berpikir siswa perlu dipersiapkan dengan

tujuan untuk memberi arah terhadap permasalahan yang akan dipecahkan

selama proses pembelajaran. Mengenai persiapan pembentukan kelompok

dimaksudkan pada saat kegiatan pembelajaran memasuki kegiatan diskusi

kelompok siswa sudah siap dengan kelompoknya. Hal penting dalam

mempersiapkan kelompok ini adalah memperhatikan heterogenitas kemampuan

akademik, sehingga siswa yang kurang bisa terbantu, begitu juga dengan

persiapan pencarian informasi dari berbagai sumber baik itu surat kabar, internet

atau narasumber lainnya yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan

akan lebih mengefektifkan pelaksanaan model ini.

Untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran

sejarah, maka diperlukan media yang berfungsi untuk membantu tercapainya

tujuan yang diharapkan. Melalui inkuiri, siswa memiliki banyak kesempatan

untuk belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri maupun kelompok,

baik media cetak maupun media elektronik. Pada penelitian ini, ada media yang

162

dikembangkan oleh guru, ada pula media yang digunakan siswa dalam

pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan berpikir.

Pengembangan media pembelajaran digunakan untuk memfasilitasi

kegiatan belajar siswa. Dalam model pembelajaran inkuiri, guru diberikan

keleluasaan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai/ relevan dengan

materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Media yang

dikembangkan dapat berupa media grafis dan elektronik. Media grafis yang

dikembangkan guru diantaranya yaitu media gambar, media tabel atau bagan.

Media gambar ditunjukkan oleh penjelasan konsep secara singkat oleh guru,

kemudian siswa diminta untuk menganalisis gambar tersebut. Media ini

membantu guru untuk memancing siswa dalam merumuskan masalah. Media

bagan atau tabel dibuat dan dikembangkan dengan cara membuat bagan atau

peta konsep yang menghubungkan materi masa lalu dengan kehidupan

kontekstual yang relevan, di samping itu juga untuk mendorong keingintahuan

siswa dan mempermudah siswa dalam merumuskan hipotesis. Dengan

demikian, maka pemahaman siswa diharapkan lebih mendalam. Melalui

beberapa media tersebut, maka siswa dapat melakukan analisis, mendapatakan

pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan tertentu, dan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah.

3. Pengembangan Alat Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri

Rancangan model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan berpikir siswa pada pembelajaran sejarah di SMA. Untuk

163

mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pada perencanaan model pembelajaran

inkuiri ini, maka diperlukan suatu alat yang dapat mengukurnya sebagai

kegiatan evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan berupa evaluasi proses

(observasi kegiatan kelas) dan evaluasi hasil pada akhir pembelajaran yang

dikembangkan berupa tes, yang bersifat deskriptif.

Evaluasi proses dilakukan melalui observasi atau pengamatan kegiatan/

aktivitas siswa pada saat merumuskan masalah, menentukan hipotesis, menguji

hipotesis dan pelaksanaan diskusi selama proses pembelajaran berlangsung.

Kegiatan siswa yang diamati mencakup mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan, mengemukakan pendapat , mencari informasi dan menyimpulkan.

Perilaku yang diamati dilakukan dengan cara diceklis pada format yang telah

disediakan.

I. Pengembangan dan Pelaksanaan Uji Coba Model

1. Uji Coba Terbatas

Berdasarkan desain awal model pembelajaran inkuiri dan format RPP

awal model pembelajaran inkuiri, diadakanlah uji coba berupa uji coba terbatas

dan uji coba luas.

a. Uji Coba Terbatas I

(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas 1

Setelah melalui diskusi dengan guru mata pelajaran sejarah, maka

dihasilkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan

164

diimplementasikan sesuai dengan prosedur model inkuiri. Dari diskusi tersebut,

dihasilkan draft RPP untuk uji coba 1 sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) I

Mata pelajaran : Sejarah

Kelas/ semester : X/ 2

Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi Ciri-Ciri Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat

Pada Masa Pra aksara pada masa food gathering dan masa food

producing

Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)

G. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

1. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri sosial-budaya masyarakat pada masa pra

aksara

2. Menganalisis perkembangan minimal 2 ciri-ciri kehidupan ekonomi masyarakat pada

masa pra aksara

3. Membedakan perkembangan ciri sosial, budaya, ekonomi antara masa food gathering

dan masa food producing

4. Menjelaskan 2 karakteristik zaman pra aksara yang ada di Indonesia dengan

menggunakan kata-kata sendiri

5. Menganalisis karakteristik sosial/ budaya masyarakat pra aksara jika dihubungkan

dengan karakteristik sosial-budaya pada masa modern

H. Materi Pembelajaran

Kehidupan Sosial-Budaya/ Ekonomi Masyarakat Pra Aksara

• Karakteristik kehidupan sosial-budaya masyarakat pada masa berpindah tempat(food

gathering) dan masa menetap (food producing)

• Karakteristik sosial-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara (masa food

gathering dan masa food producing) dengan karakteristik sosial-ekonomi kehidupan

masyarakat modern

• Karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan awal masyarakat pra aksara dengan

karakteristik sosial-budaya-ekonomi kehidupan masyarakat modern (misalnya (a) pola

kepemimpinan primus interpares , (b) perbandingan peran wanita pada masa pra aksara

dengan masa modern.

I. Metode Pembelajaran

Diskusi, tanya jawab, penugasan.

J. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan awal

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

merumuskan masalah (a)

165

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar

• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai

materi yang akan dibahas

2. Kegiatan Inti

membuat hipotesis (b)

• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya

• Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang

permasalahan dirumuskan sebelumnya.

mengumpulkan data/ heuristik (c)

• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data dari berbagai sumber yang

sesuai dengan permasalahan yang sedang dibahas.

• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang

mereka temukan.

menguji hipotesis/ kritik (d)

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja

kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan

3. Kegiatan Penutup

Menyimpulkan (e)

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru , siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi sebagai

kesimpulan akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang

dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

K. Sumber dan Media Pembelajaran

4. Buku teks siswa kelas X

Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri

Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

5. Buku-buku sejarah yang relevan

6. Informasi dari media cetak, elektronik, internet

L. Penilaian

1. Penilaian Proses

2. Penilaian hasil

Maret 2011

Mengetahui, Guru Sejarah

Kepala Sekolah

Bagan 3.5 Draft RPP Uji Coba I

166

(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas I

Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji

coba pertama, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut :

Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru langsung memberikan materi mengenai

kehidupan sosial, budaya dan ekonomi pada masa pra aksara di Indonesia tanpa

terlebih dahulu mengemukakan tujuan dari pembelajaran yang akan dilalui begitu

juga prosedur inkuiri yang akan digunakan. Selanjutnya, siswa diminta untuk

membedakan karakteristik pada masa food gathering dengan food producing

dalam bentuk bagan, walaupun pada awalnya hanya guru yang aktif dalam

menjelaskan bagan tersebut.

Kegiatan inti; pada kegiatan inti, terdapat tiga langkah dalam kegiatan inkuiri,

yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dan menguji hipotesis. Pada

kegiatan inti ini, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi. Masing-

masing kelompok bertukar pengalaman dan bekerjasama untuk menyelesaikan

permasalahan/ materi yang sedang dibahas. Dalam perumusan hipotesis, siswa

diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Di sini, terjadi pembagian tugas

dalam kelompok. Setelah itu, secara kelompok membuat suatu karangan analisis

mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah teknik berhuma, pola

kepemimpinan primus inter pares dan pembagian pola pekerjaan (peran wanita)

yang diterapkan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering

dan food producing) masih berlaku juga di masyarakat modern pada saat ini. Di

sini, ada siswa yang aktif bekerja, namun ada juga yang masih berdiam diri dan

167

mengganggu teman lainnya. Pada pengumpulan data/heuristik, guru mulai

membimbing siswa dalam kegiatan mengumpulkan dan analisis data atau sumber

informasi lainnya. Siswa belum diminta untuk mengumpulkan dan menganalisis

data pada langkah ini. Saat pengujian hipotesis, hasil pekerjaan siswa

dipresentasikan dan siswa yang lain menanggapi, dengan tujuan untuk

menciptakan pengembangan berpikir siswa. Hasil kerja siswa tampak terfokus

pada data yang ada pada buku sumber, sehingga hasil belajar siswa antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya menunjukkan hasil yang serupa.

Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup atau penyimpulan diisi oleh kesimpulan

singkat dari guru. Guru melakukan kesimpulan terhadap materi yang telah

dibahas dan tidak mengajak siswa untuk berperan aktif dalam penyimpulan

diskusi kelompok, juga melakukan post test, tetapi cukup menyita waktu sehingga

jam pelajaran selanjutnya terpakai untuk kegiatan ini.

(3.) Refleksi dan Umpan Balik Uji Coba Terbatas I

Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji

coba terbatas I, maka didapatkan refleksi di bawah ini:

a. Guru belum memahami model pembelajaran inkuiri secara menyeluruh

b. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas, walaupun

sudah tampak adanya usaha untuk mengubah kebiasaan cara mengajar

secara tradisional

c. Kurangnya keterampilan, pengetahuan dan pemahaman guru mengenai

materi yang berkaian dengan model inkuiri dan guru kurang mendorong

168

minat siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di

kelas

d. Dilihat dari aktivitas siswa selama diskusi, siswa masih tampak bingung

apa yang harus dilakukan, dan belum terbiasa dengan pembelajaran

menggunakan pola baru, terlebih dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dalam setiap langkahnya. Beberapa siswa bertanya

kepada guru apa yang harus dilakukan, termasuk dalam langkah ketiga,

yaitu pengolahan data. Pertanyaan ini muncul hampir pada setiap

tahapan, sehingga aktivitas guru lebih banyak menjelaskan langkah-

langkah dalam inkuiri.

Sebagai umpan balik, berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba

pertama, diadakan diskusi dengan guru, yang kemudian dihasilkan umpan balik

dan dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

a. Guru dianjurkan untuk membiasakan diri dalam menjelaskan tujuan dan

kriteria keberhasilan siswa

b. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara

menyeluruh sehingga peneliti harus memberikan penjelasan lebih lanjut

mengenai model pembelajaran inkuiri dan bagaimana caranya agar

menarik minat dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam belajar

c. Guru harus membiasakan dalam menggunakan media dan sumber

belajar yang lebih variatif dan melibatkan siswa secara aktif dalam

proses pembelajaran dan melihat atensi siswa sebelum memulai

pembelajaran

169

d. Guru harus terampil dalam memancing siswa untuk menggunakan

menghubungkan materi dengan pengalaman siswa atau kehidupan

kontekstual, serta mendorong siswa agar terampil dalam menggunakan

data dan informasi yang relevan selain buku paket yang sesuai dengan

materi yang akan dibahas

e. Dalam proses belajar, siswa masih banyak yang belum mengerti dengan

perintah dari guru yang harus dikerjakan oleh siswa, siswa pun masih

bingung dan belum terbiasa dengan pembelajaran ini, dengan demikian

diperlukan peran guru dalam memberikan penjelasan tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa, terutama dalam langkah heuristik/ pengolahan

data

b. Uji Coba Terbatas II

(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba II

Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba pertama,

sebelum dilaksanakan implementasi uji coba terbatas II, guru melakukan

pembagian kelompok dengan memberikan tugas mencari informasi dari internet

dan surat kabar yang berhubungan dengan materi perkembangan teknologi dan

sistem kepercayaan awal masyarakat pada masa pra aksara. Untuk RPP pada uji

coba, perubahan tampak pada materi yang akan dibahas. Adapun rumusan RPP

untuk uji coba terbatas dua sebagai berikut :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) II

Mata pelajaran : Sejarah

Kelas/ semester : X/ 2

170

Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia

Kompetensi Dasar : Menjelaskan Perkembangan Teknologi dan Sistem Kepercayaan Awal

Masyarakat Pada Masa Pra aksara

Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

1. Menganalisis sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat

2. Mengidentifikasi sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam

3. Membandingkan sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan bercocok tanam

4. Mennguraikan pengertian teknologi

5. Menguraikan minimal 2 perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan

bercocok tanam

6. Membandingkan perkembangan teknologi pada masyarakat berburu dan berpindah

tempat dengan masa bercocok tanam

7. Menganalisis bagaimana masyarakat pra aksara meninggalkan tradisi masa lalunya

B. Materi Pembelajaran

• Sistem kepercayaan awal masyarakat berburu dan berpindah tempat

• Sistem kepercayaan awal masyarakat bercocok tanam

• Animisme dan dinamisme, kaitannya dengan kehidupan masyarakat pada masa

modern, dan bagaimana menyikapinya

• Pengertian teknologi dan pemanfaatannya

• Perkembangan teknologi pada masa berburu dan meramu

• Perkembangan teknologi pada masa bercocok tanam

• Perbedaan pemanfaatan teknologi pada masa pra aksara dengan kehidupan pada saat

ini dalam dunia modern

C. Metode Pembelajaran

Diskusi, tanya jawab, penugasan.

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

merumuskan masalah (a)

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar

• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai

materi yang akan dibahas

2. Kegiatan Inti

membuat hipotesis (b)

• Guru menjelaskan materi mengenai kepercayaan awal masyarakat berburu/ berpindah

tempat dan bercocok tanam

• Siswa diminta untuk mengidentifikasi kepercayaan pada masa pra aksara yang masih ada

pada konteks kehidupan saat ini di beberapa aspek kehidupan

mengumpulkan data/ heuristik (c)

• Guru menjelaskan perkembangan teknologi pada masa pra aksara secara singkat

171

• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mecari informasi yang telah

ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk menjelaskan bagaimana masyarakat

pra aksara memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewariskan masa lalunya serta

melahirkan tradisi seperti Abris sous roche

• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan

permasalahan yang sedang dibahas.

• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang

mereka temukan.

menguji hipotesis/ kritik (d)

• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penggunaan teknologi pada masa pra aksara

dengan pemanfaatan teknologi saat ini dan bagaimana dampak penggunaan teknologi

saat ini dengan menghubungkannya pada masa sekarang (modern) dan menugaskan

siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Siswa yang sudah selesai dapat

mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan pendapat, sedangkan siswa

lainnya mengomentari dan menambahkan.

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja

kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penutup

Menyimpulkan (e)

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan pembelajaran sejarah berdasarkan refleksi

dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

E. Sumber dan Media Pembelajaran

7. Buku teks siswa kelas X

Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri

Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

8. Buku-buku sejarah yang relevan

9. Informasi dari media cetak, elektronik, internet

F. Penilaian

• Penilaian Proses

Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian

terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.

• Penilaian Hasil

Dilakukan berupa tes uraian.

Mengetahui, Maret 2011

Kepala Sekolah Guru Sejarah

Bagan 3.6 Draft RPP Uji Coba Terbatas II

172

(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas II

Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi pada uji

coba terbatas ke dua, didapatkan temuan-temuan sebagai berikut :

Kegiatan awal; pada kegiatan awal, guru mulai menginformasikan tujuan

pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Guru mengungkap

pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi dan memberikan motivasi agar

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan menggali pengalaman dan

pengetahuan awal siswa, juga membangkitkan motivasi belajar dengan cara

menginformasikan manfaat dan arti penting materi pelajaran. Pada tahap

perumusan masalah, secara brainstorming, guru meminta para siswa untuk

menyebutkan karakteristik teknologi dan sistem kepercayaan pada zaman pra

aksara yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil brainstorming tersebut, siswa

diminta untuk menguraikan dan membedakan karakteristik sistem teknologi dan

sistem kepercayaan pada masa pra aksara dengan sistem teknologi dan sistem

kepercayaan masa kini dalam bentuk bagan/ tabel. Guru menghadirkan media

berupa gambar salah satu suku bangsa yang masih meneruskan tradisi pada masa

zaman batu/ megalithikum, seperti minoritas masyarakat yang tinggal di pulau

Jawa, pedalaman Papua dan pedalaman Kalimantan. Berdasarkan gambar

tersebut, guru meminta siswa untuk merumuskan masalah.

Kegiatan inti; pada kegiatan inti, tepatnya pada tahap perumusan hipotesis, guru

bertanya kepada siswa mengenai isu dari tradisi megalithikum yang telah

dimunculkan di awal, setelah itu memberi stimultan, bagi siapa yang berani untuk

memberikan tanggapan atau mengemukakan pendapat, maka akan mendapatkan

173

poin tambahan. Pada tahap ini lah siswa diminta untuk mengajukan jawaban

sementara terhadap permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji

kebenarannya. Saat pengumpulan data, siswa sudah diberikan tugas untuk

mencari informasi lain di luar buku paket yang dilakukan pada pertemuan

sebelumnya. Dari sumber yang didapat, secara kelompok membuat suatu laporan

singkat mengenai kehidupan masyarakat Indonesia saat ini, apakah pada saat ini

masih terdapat tradisi sistem kepercayaan pada masa pra aksara yang tertinggal

atau berkembang di Indonesia hingga saat ini, dan mengenai primus interpares.

Pada kegiatan ini, siswa tertarik dan mencari informasi yang relevan dengan topik

yang sedang dibahas dari buku paket dan sumber lainnya. Guru juga membimbing

siswa dalam kegiatan mengumpulkan sumber/ informasi dan analisis data.

Langkah ini merupakan langkah yang amat penting karena dalam metodologi

sejarah, pengumpulan data akan menentukan bagi langkah selanjutnya, yaitu

kritik dan historiografi (dalam hal ini, kritik yang dimaksud adalah pengujian

hipotesis). Pada pengujian hipotesis, guru membimbing dan memberi motivasi

siswa untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan kerjasama/ diskusi di kelas,

termasuk dalam kegiatan menguji hipotesis sehingga dapat menumbuhkan

kepercayaan diri siswa. Di sini, terdapat beberapa siswa saja yang tampak aktif

dalam aktivitas tersebut.

Kegiatan penutup; pada kegiatan penutup, siswa mengambil pokok pikiran dan

berusaha menyimpulkan materi yang telah dibahas, juga mengadakan evaluasi

berupa post test untuk mengetahui perkembangan pembelajaran yang telah

174

dilakukan, agar pada langkah selanjutnya dapat dilakukan refleksi terhadap

kelebihan dan kekurangan model yang telah diterapkan.

(3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas II

Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji

coba terbatas II, maka didapatkan refleksi di bawah ini:

a. Guru masih belum memahami model pembelajaran inkuiri secara

menyeluruh, namun sudah tampak adanya peningkatan dibandingkan

ketika pertama kali menerapkan model pembelajaran ini.

b. Secara keseluruhan, guru terkadang masih mendominasi kegiatan

pembelajaran di kelas, walaupun sudah tampak adanya usaha untuk

mengubah kebiasaan cara mengajar secara tradisional ke arah inkuiri

c. Siswa sudah mulai antusias dengan pembelajaran menggunakan pola

model pembelajaran inkuiri, namun peran guru dalam pengembangan

model pembelajaran ini masih kurang, di mana guru belum

menunjukkan apresiasinya terhadap siswa yang telah berperan aktif

dalam diskusi kelas dan bagi siswa yang telah dapat menghubungkan/

mengaitkan antara materi pembelaaran dengan materi kontekstual.

d. Masih terbatasnya kuantitas dan kualitas siswa yang aktif di kelas dalam

bertanya, mengemukakan pendapat dan menyimpulkan pada saat

merumuskan masalah dan menguji hipotesis. Pendapat yang

dikemukakan pun cenderung relatif masih homogen antara satu siswa

terhadap siswa lainnya.

175

e. Siswa masih menghadapi kendala keterbatasan waktu dalam

pelaksanaan proses dan hasil belajar, di mana hanya beberapa kelompok

saja yang dapat mengemukakan hasil diskusinya.

Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke dua, diadakan

diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan

hal-hal sebagai berikut :

a. Siswa perlu membiasakan diri untuk memanfaatkan sumber belajar dan

media yang ada, juga memilih dan memilah data ataupun informasi yang

sesuai/ relevan dengan pokok bahasan dalam tahap pengolahan data.

b. Pemberian contoh-contoh dan tanya jawab dalam rangka menjelaskan

konsep, dapat dilakukan dengan cara mengangkat isu-isu kontemporer

atau dengan mencari contoh/ permasalahan yang dekat dengan kehidupan

siswa, sehingga pemahaman siswa mengenai materi yang sedang dibahas

lebih mendalam.

c. Keterlibatan guru dalam melakukan motivasi dan reward secara aktif

dalam proses pembelajaran perlu ditingkatkan lagi, begitu pula dalam

menciptakan suasana kelas yang lebih mendukung.

d. Kendala keterbatasan waktu diatasi dengan cara menugaskan siswa untuk

membaca materi di rumah untuk pertemuan selanjutnya dan mencari data

atau informasi yang relevan dengan materi/ pokok bahasan pada

pertemuan selanjutnya.

176

c. Uji Coba Terbatas III

(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba III

Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke

dua, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan

kekurangan uji coba II yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi tersebut,

maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba terbatas III. Adapun rumusan RPP

untuk uji coba terbatas tiga tampak seperti di bawah ini:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) III

Mata pelajaran : Sejarah

Kelas/ semester : X/ 2

Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang

berpengaruh terhadap peradaban Indonesia

Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

1. Mengidentifikasi asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

2. Membandingkan proses migrasi ras bangsaproto melayu dan deutro melayu

3. Menunjukkan pada peta asal- usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

4. Menganalisis pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

B. Materi Pembelajaran

• Asal-usul persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

• Pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

• Jenis bangsa dan ras yang terdapat di Indonesia

C. Metode Pembelajaran

Diskusi, tanya jawab, penugasan.

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran

merumuskan masalah (a)

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar

• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan

177

mengenai materi yang akan dibahas

2. Kegiatan Inti

membuat hipotesis (b)

• Guru secara singkat menjelaskan materi mengenai asal-usul dan persebaran nenek

moyang bangsa Indonesia

• Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai asal-usul dan persebaran

nenek moyang bangsa Indonesia

• Secara berkelompok, siswa diminta untuk menunjukkan asal-usul dan persebaran

nenek moyang bangsa Indonesia, dan menggambarkannya dalam bentuk bagan

• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang

telah ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal

penyebab persebaran nenek moyang dari Yunan , pengaruh persebaran nenek

moyang bangsa Indonesia yang ada di sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai

positif yang mendasari sikap nenek moyang bangsa Indonesia dalam

kedatangannya ke Indonesia.

mengumpulkan data / heuristik(c)

• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan

permasalahan yang sedang dibahas.

• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang

mereka temukan dari berbagai sumber yang relevan.

menguji hipotesis/ kritik (d)

• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab persebaran nenek moyang

dari Yunan , pengaruh persebaran nenek moyang bangsa Indonesia yang ada di

sekitar mereka dan mengambil nilai-nilai positif yang mendasari sikap nenek

moyang bangsa Indonesia dalam kedatangannya ke Indonesia.

• Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan

mengemukakan pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan

menambahkan.

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan

kerja kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Penutup

Menyimpulkan (e)

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan

akhir kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang

dirumuskan berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

E. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Buku teks siswa kelas X

Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga

Serangkai

Pustaka Mandiri

Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

2. Buku-buku sejarah yang relevan

3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet

178

F. Penilaian

• Penilaian Proses

Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri.

Penilaian terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.

• Penilaian Hasil

Dilakukan berupa tulisan/ uraian

Mengetahui, Maret 2011

Kepala Sekolah Guru Sejarah

Bagan 3.7 Draft RPP Uji Coba Terbatas III

(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas III

Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan

pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Setelah

menyampaikan tujuan, guru merumuskan masalah dan mengajukan pertanyaan

untuk merumuskan hipotesis sebelum diputuskan terlebih dahulu di ajukan ke

siswa yang kemudian disimpulkan untuk disepakati bersama untuk dibuktikan

kebenarannya. Aktivitas siswa sudah berjalan dengan baik mulai dari

penyampaian tujuan, penyajian atau perumusan masalah yang harus dipecahkan.

Guru sudah mampu melibatkan siswa untuk berpikir, hal ini terlihat dalam

langkah perumusan masalah dan hipotesis di mana banyak siswa yang mencoba

mengemukakan pendapatnya, walau akhirnya guru hanya menunjuk tiga orang

siswa saja sebagai perwakilan kelompok yang diminta menuliskan pendapatnya

di whiteboard. Hal tersebut dilakukan sebagai solusi keterbatasan waktu. Guru

menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa

(terdiri dari beberapa suku) dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk

menggali pengalaman yang dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam

179

memahami materi yang akan dibahas. Pemanfaatan media berupa bagan dan

gambar mengenai kemajemukan suku bangsa serta penugasan kepada siswa untuk

membaca buku pegangan siswa dan pencarian informasi lainnya di rumah,

membuat siswa lebih siap jika diadakan kegiatan tanya jawab dalam merumuskan

masalah.

Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, minat (interest) siswa dalam diskusi

meningkat dibuktikan dengan lebih banyak siswa yang terlibat aktif dalam diskusi

kelompok di kelas pada materi asal-usul nenek moyang Indonesia. Kegiatan

dalam upaya pelacakan dan pengungkapan data memperlihatkan upaya untuk

membandingkan, menyeleksi serta memutuskan data yang tepat serta

mengonfirmasikan beberapa data yang didapatnya baik dari internet, buku sumber

maupun surat kabar yang berhubungan dengan materi. Guru memberikan

pengarahan pada tahap pengumpulan data/ heuristik ini, terlihat siswa begitu

antusias mengikuti arahan dari guru. Sebagian besar siswa dapat mengidentifikasi

masalah, menganalisis masalah, dan memilih/ memilah sumber informasi yang

relevan. Dengan begitu, pemahaman siswa meningkat karena guru berhasil dalam

memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-contoh yang

dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa. Pada pengujian hipotesis/kritik, siswa

mempresentasikan hasil diskusinya dan menunjukkan jalur masuknya persebaran

nenek moyang bangsa Indonesia berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh

perwakilan salah satu kelompok berdasarkan pada sumber yang mereka

dapatkan.

180

Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, siswa dapat

mengaktualisasikan dirinya melalui presentasi, terlihat dari kemampuan dalam

menyimpulkan materi berdasarkan diskusi yang telah dibahas. Dalam

pemanfaatan waktu yang tersedia, alokasi waktu yang ada dapat digunakan

dengan baik, walaupun membutuhkan waktu tambahan sekitar 3-5 menit, namun

lebih baik karena membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan

pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini diakhiri dengan pemberian tugas untuk

mencari data pada pembelajaran selanjutnya.

(3.) Refleksi dan Umpan balik Uji Coba Terbatas III

Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji

coba terbatas III, maka didapatkan refleksi di bawah ini:

a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan penggunaan model inkuiri, ditandai

dengan meningkatnya keterampilan berpikir siswa melalui aktivitas siswa di

kelas, di mana siswa mulai terbiasa belajar mandiri, walaupun dalam aspek-

aspek tertentu masih perlu bimbingan guru.

b. Keterbatasan alokasi waktu sudah bisa diminimalisir, sehingga pada saat post

test berlangsung, waktu yang tersita lebih sedikit dibandingkan pada uji coba

pertama dan uji coba 2.

Berdasarkan hasil observasi, dan refleksi uji coba ke tiga, diadakan

diskusi dengan guru, yang kemudian dilaksanakan umpan balik dihasilkan hal-

hal sebagai berikut :

a. Guru sebaiknya mempertahankan cara mengorganisasi kelas dengan

menggunakan media, sumber belajar dan informasi yang dapat menggugah

181

minat siswa untuk dapat mengkonstruk pemahamannya sendiri dari materi

yang sedang dibahas agar terjadi pemahaman yang mendalam.

b. Peneliti bersama guru, memberikan dorongan kepada siswa berupa motivasi

untuk terbiasa dalam ikut berperan aktif dalam diskusi kelompok dan diskusi

kelas, terutama dalam kegiatan tanya jawab dan mengemukakan pendapat.

d. Uji Coba Terbatas IV

(1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Uji Coba Terbatas IV

Berdasarkan hasil umpan balik, evaluasi dan refleksi uji coba terbatas ke

tiga, peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membicarakan kelebihan dan

kekurangan uji coba terbatas III yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil diskusi

tersebut, maka dihasilkan draft RPP untuk uji coba IV. Adapun rumusan RPP

untuk uji coba terbatas tiga tampak sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) IV

Mata pelajaran : Sejarah

Kelas/ semester : X/ 2

Standar Kompetensi : Menganalisa kehidupan Awal Masyarakat Indonesia

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat dunia yang

berpengaruh terhadap peradaban Indonesia

Alokasi Waktu : 1 jam pelajaran (1x 45 menit)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

1. Mendeskripsikan pengertian peradaban

2. Mendeskripsikan proses awal pembentukan peradaban

3. Mendeskripsikan ciri-ciri peradaban awal bangsa Indonesia

4. Menganalisis hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/

peradaban dunia

B. Materi Pembelajaran

• Pengertian peradaban

• Proses awal pembentukan peradaban

182

• Ciri-ciri peradaban

• peradaban awal masyarakat Indonesia

• Hubungan peradaban awal masyarakat Indonesia dengan kebudayaan/ peradaban

dunia

C. Metode Pembelajaran

Diskusi, tanya jawab, penugasan.

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

merumuskan masalah (a)

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil

• Siswa diminta untuk membaca buku sumber yang dimiliki dan melalui tanya jawab

menjelaskan ciri-ciri peradaban

• Siswa secara berkelompok mengadakan diskusi mengenai pertanyaan “mengapa lahir

dan berkembangnya peradaban awal di dunia pada umumnya berada di daerah aliran

sungai?”

2. Kegiatan Inti

membuat hipotesis (b)

• Guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai perdaban air yang banyak lahir di

dunia

• Secara berkelompok, siswa diminta untuk merumuskan hipotesis awal dari rumusan

masalah yang telah ditetapkan

• Berdasarkan penjelasan dari guru, siswa diminta untuk mencari informasi yang telah

ditugaskan dan secara berkelompok diminta untuk membuat dugaan awal penyebab

lahirnya peradaban-peradaban besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal

sebagai peradaban air, dan mengidentifikasi/ menghubungkannya dengan peradaban di

Indonesia.

mengumpulkan data/ heuristik (c)

• Melalui kelompok, siswa mencari informasi tentang data yang sesuai dengan

permasalahan yang sedang dibahas.

• Siswa mengumpulkan dan mendiskusikan data/ informasi mengenai peristiwa yang

mereka temukan

• Siswa secara berkelompok membuat hasil diskusi dalam bentuk karangan analitis

menggunakan sumber-sumber yang relevan dan menunjang bagi pembuatan karya tulis

tersebut dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya

menguji hipotesis/ kritik (d)

• Guru menugaskan siswa untuk menganalisis penyebab lahirnya peradaban-peradaban

besar dan terkenal di dunia pada umumnya dikenal sebagai peradaban air dan

menganalisis bagaimana peradaban di Indonesia

• Siswa yang sudah selesai dapat mempresentasikan hasil temuannya dan mengemukakan

pendapat, sedangkan siswa lainnya mengomentari dan menambahkan.

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja

kelompok yang didukung oleh sumber informasi dan data-data yang ditemukan namun

tetap dapat dipertanggungjawabkan.

183

3. Penutup

Menyimpulkan (e)

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru , siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir

kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan

berdasarkan refleksi dari hasil tanya jawab dan diskusi kelas.

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

E. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Buku teks siswa kelas X

Herimanto (2009). Sejarah: Pembelajaran Sejarah Interaktif. Jakarta: Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri

Badrika, I Wayan (2006). Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

2. Buku-buku sejarah yang relevan

3. Informasi dari media cetak, elektronik, internet

4. Peta

F. Penilaian

• Penilaian Proses

Dilakukan ketika diskusi kelas dan keterlibatan siswa dalam kegiatan inkuiri. Penilaian

terhadap proses ini berbentuk daftar checklist.

• Penilaian Hasil

Dilakukan berupa tulisan/ uraian

Mengetahui, Maret 2011

Kepala Sekolah Guru Sejarah

Bagan 3.8 Draft RPP Uji Coba Terbatas IV

(2.) Implementasi RPP Uji Coba Terbatas IV

Kegiatan awal. Pada kegiatan awal, guru menginformasikan tujuan

pembelajaran dan menyampaikan kriteria keberhasilan siswa. Aktivitas siswa

sudah berjalan dengan baik mulai dari penyampaian tujuan, penyajian atau

perumusan masalah yang harus dipecahkan. Dilihat dari aktivitas siswa, langkah-

langkah dalam tiap tahapan menunjukkan peningkatan dalam kualitasnya. Dalam

hal ini, aktivitas siswa yang terlibat dalam diskusi kelompok lebih stabil, pada

umumnya tidak ada lagi yang merasa kesulitan. Penggunaan beberapa media

184

berupa gambar, dan bagan berisi materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan

kehidupan siswa terbukti cukup efektif untuk menstimulus keingintahuan siswa

dalam melakukan tanya jawab melalui perumusan masalah.

Kegiatan inti. Pada kegiatan inti, khususnya saat perumusan hipotesis,

pengumpulan data dan pengujian hipotesis, sebagian besar siswa sudah ikut

terlibat dalam diskusi kelas yang diisi dengan presentasi, tanya jawab,

mengemukakan pendapat dan adanya proses timbal balik yang positif antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya, misalnya memberi masukan dan sanggahan.

Keadaan ini menandakan bahwa semua siswa menunjukkan peningkatan dalam

keterampilan berpikirnya dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya.

Antusias siswa menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, di mana

kemampuan siswa dalam tanya jawab dan kemampuan untuk memahami konsep

serta keterampilan membuat hipotesis mengalami peningkatan yang cukup

signifikan.

Pengunaan data dan informasi pada langkah pengolahan data/heuristik,

dalam hal ini artikel dari surat kabar maupun dari internet sudah digunakan

dengan maksimal. Begitu juga sumber belajar lainnya sudah dimanfaatkan

sebagai sumber pembelajaran, sehingga pemfokusan hanya pada satu sumber

belajar tidak terjadi. Siswa sudah dapat memilih sumber yang relevan dan lebih

bersifat objektif terhadap pemilihan sumber yang didapat. Dengan demikian,

pemahaman siswa meningkat karena ternyata juga tidak terlepas dari peran guru

dalam memancing siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan contoh-

contoh yang dekat dengan lingkungan/ kehidupan siswa, keterampilan berpikir

185

siswa meningkat dalam identifikasi masalah, analisis masalah, pemilihan dan

pemilahan sumber informasi. Selain itu, pemberian motivasi terhadap siswa pada

proses dan akhir pembelajaran juga dianggap penting. Pada pengujian hipotesis,

siswa menguji hipotesisnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dan

menunjukkan jalur masuknya persebaran nenek moyang bangsa Indonesia

berdasarkan gambar yang telah dibuat oleh perwakilan salah satu kelompok

berdasarkan pada sumber yang mereka dapatkan.

Kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, guru memberikan reward

terhadap hasil presentasi kelompok yang dianggap baik, sesuai dengan materi

yang sedang dibahas, dan memenuhi kriteria penilaian dalam diskusi. Di sini, sisa

waktu yang tersisa lebih banyak dibandingkan pertemuan sebelumnya, sehingga

mempermudah guru untuk mengadakan evaluasi.

(3.) Refleksi Uji Coba Terbatas IV

Dari temuan yang didapatkan berdasarkan implementasi model pada uji

coba terbatas IV, maka didapatkan refleksi di bawah ini:

a. Tujuan pembelajaran pada setiap langkah dapat dilaksanakan siswa dengan

baik.

b. Sumber dan media belajar yang disiapkan oleh guru mempermudah siswa

dalam memahami materi pelajaran

c. Aktivitas siswa dalam pembelajaran sejarah lebih terarah dan lebih merata

186

d. Siswa sudah tidak menghadapi hambatan/ kendala untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dalam post test, sehingga untuk mengadakan evaluasi

ini memerlukan waktu yang relatif lebih singkat.

Dari hasil perkembangan implementasi model pembelajaran inkuiri pada uji coba

terbatas, maka dapat dilihat bahwa pada uji coba ke tiga, model yang digunakan

sudah berjalan dengan baik dan stabil, sehingga setelah uji coba ke empat,

pelaksanaan ujicoba dapat diakhiri. Dengan demikian, maka diperoleh bentuk akhir

model yang siap untuk diujicobakan secara lebih luas. Bentuk akhir model

pembelajaran inkuiri yang dikembangkan melalui uji coba terbatas ini, dapat dilihat

pada bagan 3.9 sebagai berikut.

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

DESAIN a. Tujuan pembelajaran

• Karakteristik tujuan mengacu pada pengembangan keterampilan berpikir

• Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik tujuan dan disesuaikan dengan

kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa

b. Materi pembelajaran

• Dikembangkan dalm bentuk tabel/ bagan

• Mengembangkan pengetahuan dan keingintahuan siswa dengan materi yang dibahas

melalui langkah-langkah penelitian yang sistematis

c. Prosedur pembelajaran

1. Pendahuluan

• Melakukan persiapan untuk melakukan proses pembelajaran

• Menyampaikan tujuan pembelajaran

• Mengungkap pengalaman belajar siswa sebagai apersepsi

• Guru menjelaskan prosedur inkuiri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

a.) merumuskan masalah

• Melakukan Pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar

• Melalui tanya-jawab siswa bersama-sama guru merumuskan permasalahan mengenai

materi yang akan dibahas

• Guru menjelaskan materi dengan contoh-contoh yang dekat dengan kehidupan siswa

sehari-hari dan melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengalaman yang

dimiliki, sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dibahas.

• Guru menggunakan beberapa media berupa gambar, dan bagan untuk menstimulus

keingintahuan siswa dalam merumuskan masalah secara bersama dengan melakukan

tanya jawab

2. Kegiatan Inti

b.) membuat hipotesis

187

• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

sedang dikaji dan Siswa juga sudah dipersiapkan untuk membaca buku pegangan siswa

di rumah dan informasi lain yang mendukung terhadap materi yang akan dibahas

• siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya

• Siswa bersama-sama guru merumuskan hipotesis atau jawaban sementara tentang

permasalahan dirumuskan sebelumnya.

c.) mengumpulkan data/ heuristik

• Melalui diskusi kelompok, siswa diminta untuk mencari informasi yang relevan dengan

topik yang sedang dibahas dari berbagai sumber yang ada,baik lingkungan,

perpustakan, buku sumber lain yang relevan dan sebagainya

• Menciptakan variasi dalam membangun suasana kelas dengan unsur konteks dalam

proses belajar adalah suatu keharusan dalam belajar yang lebih bergairah dan

menyenangkan

• Guru menugaskan, mendorong, dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan

keterampilan berpikir dengan cara identifikasi masalah, analisis masalah, pengumpulan

data, mencari informasi yang relevan dengan topik yang sedang dibahas.

d.) menguji hipotesis/ kritik

• Siswa mempresentasikan hasil diskusinya

• Kelompok lain bertanya, menanggapi, dan memberikan tanggapan terhadap hasil

presentasi

• Masing-masing siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan aktivitas dan

keterampilan berpikirnya

• Menciptakan pengembangan berpikir siswa melalui pengujian hipotesis dengan kerja

kelompok yang didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan

3. Penutup

e.) menyimpulkan

• Siswa mempresentasikan materi berdasarkan hasil yang telah didiskusikan

• Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil diskusi sebagai kesimpulan akhir

kelas yang dihubungkan dengan rumusan permasalahan awal yang dirumuskan

• Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah dibahas

• Guru mengevaluasi siswa dengan memberikan pos test

• Penugasan

EVALUASI

Evaluasi dilaksanakan selama proses PBM berlangsung dan pada akhir PBM. Pada proses PBM,

evaluasi dilakukan berupa observasi kegiatan siswa, sedangkan pada akhir pembelajaran,

evaluasi dilakukan dengan cara menyebarkan tes berupa uraian kepada siswa

Bagan 3.9 Bentuk Akhir Model Pembelajaran Inkuiri

Perubahan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan keterampilan

berpikir yang mencakup rencana dan pelaksanaan pembelajaran, dari draf awal

menjadi model akhir dapat dilihat pada tabel 3.30 di bawah ini

188

Tabel 3.30 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR DARI DRAF AWAL SAMPAI FINAL

DRAFT AWAL DRAFT YANG DISEMPURNAKAN MODEL AKHIR

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

merumuskan masalah (a) - Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - Siswa dibimbing untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - dengan bimbingan guru, siswa mengumpulkan data/ informasi berkaitan dengan materi yang sedang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik(d) - pengujian hipotesis dengan bimbingan guru 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa dibimbing dalam menyimpulkan - pemberian tugas

Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. materi 3. Indikator 6. Media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti eksplorasi membuat hipotesis(b) - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa diarahkan untuk mencaridata/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas

Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil

Desain/ Perencanaan 1. Standar Kompetensi 4. Tujuan 2. Kompetensi Dasar 5. Materi 3. Indikator 6. media/

sumber Implementasi

1. Pendahuluan - Motivasi - Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran merumuskan masalah (a) - mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran secara individu/ kelompok 2. Kegiatan Inti membuat hipotesis(b) eksplorasi - siswa diminta untuk mengajukan hipotesis elaborasi mengumpulkan data/ heuristik(c) - siswa ditugaskan dan didorong untuk memilih dan memilah data/ informasi yang relevan berkaitan dengan materi yang dibahas konfirmasi menguji hipotesis/ kritik (d) - pengujian hipotesis melalui presentasi hasil diskusi kelompok sesuai data, informasi dari berbagai sumber 3. Kegiatan Penutup menyimpulkan(e) - siswa menyimpulkan - guru memberikan reinforcement terhadap performance presentasi siswa - Pemberian tugas

Evaluasi - Evaluasi Proses - Evaluasi hasil

189