Post on 09-Mar-2019
SURVEI MOTIVASI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
(TUNARUNGU WICARA) TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN PENJASORKES DI
SLB ABC “SWADAYA” KENDAL
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata Satu
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
DIAN LUTHFIYANA
6101405069
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2009
ii
SARI
Dian Luthfiyana. 2009. Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus (Tunarungu Wicara) Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes Di SLB ABC “Swadaya” Kendal. Skripsi, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : Motivasi, Proses Pembelajaran
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui motivasi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di SLB ABC “Swadaya” Kendal. Di SLB ABC ”Swadaya”, ada empat jenis golongan anak luar biasa yaitu, tunanetra (SLB-A), tunarungu wicara (SLB-B), tunagrahita ringan (SLB-C), tunagrahita sedang (SLB-C1). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLB berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) yang mengikuti kegiatan Penjasorkes, sebanyak 40 siswa. Populasi ini sekaligus sebagai sample penelitian, dengan teknik purposive sample. Populasi tidak diambil secara keseluruhan, yaitu hanya 25 siswa karena adanya alasan tertentu, diantaranya adalah sebagian siswa tidak pernah berangkat sekolah dalam jangka waktu yang relatif lama, dan dianggap sudah keluar. Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi siswa mengikuti pelajaran Penjasorkes yang berasal dari dalam dan dari luar diri individu. Adapun analisis data menggunakan deskriptif prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata secara keseluruhan tingkat motivasi intrinsik dalam mendorong siswa mengikuti pelajaran Penjasorkes diperoleh sebanyak 17 siswa (68,00%) yang memiliki motivasi instrinsik dalam kategori sedang, sebanyak 8 siswa (32,00%) yang memiliki faktor motivasi instrinsik dalam kategori tinggi dan tidak ada yang memiliki kategori rendah. Beberapa alasan siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes ditinjau dari motivasi intrinsik antara lain : 1) agar tubuh menjadi sehat, 2) agar tubuh kuat, 3) agar badan kurus, 4) menjaga kesehatan badan, 5) karena hobi, 6) merupakan kebutuhan, 7) kondisi fisik menjadi lebih baik, 8) senang berolah raga sejak kecil, 9) cita-cita menjadi guru olahraga, 10) ingin menjadi atlet, 11) ingin dapat nilai bagus. Rata-rata tingkat motivasi ekstrinsik diperoleh sebanyak 19 siswa (76,00%) yang memiliki motivasi ekstrinsik dalam kategori sedang, sebanyak 6 siswa (24,00%) yang memiliki motivasi ekstrinsik dalam kategori rendah dan tidak ada yang memiliki kategori tinggi. Beberapa alasan siswa mengikuti pelajaran Penjasorkes ditinjau dari motivasi ekstrinsik antara lain : 1) guru olahraga yang baik, 2) permintaan orang tua, 3) mencari teman, 4) membanggakan orang tua, 5) mendapatkan simpati, 6) mencari pengalaman, 7) menambah wawasan, 8) memperoleh pujian, 9) hobi dari orang tua, 10) pelajaran yang menarik.
Disarankan agar pemberian motivasi dari guru dapat menumbuhkan motivasi dari luar diri siswa. Dengan penuh kesabaran dan perhatian yang khusus, perlunya diberikan semangat bagi siswa untuk selalu ingin maju dan berkembang seperti halnya anak-anak normal lainnya. Dengan pemberian semangat tersebut akan dapat memunculkan motivasi dari diri siswa yang mengalami berkebutuhan khusus (tunarungu wicara).
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Unnes pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 24 Maret 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Uen Hartiwan, Mpd Drs. H. Sulaiman, M.Pd
NIP. 131281216 NIP. 131813670
Mengetahui,
Ketua Jurusan PJKR
Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd
NIP. 131961216
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Senin
Tanggal : 24 Agustus 2009
Pukul : 12.00 – 14.00 WIB
Tempat : Lab. PJKR FIK
Ketua, Sekretaris, Drs. M. Nasution, M.Kes Dra. Heny Setyawati, M.Si NIP. 19640423 199002 1 001 NIP.19670610 199203 2 001
Dewan Penguji :
1. Drs. Zaeni, M.Pd (Ketua) NIP. 19580709 198403 1 004
2. Drs. Uen Hartiwan, M.Pd (Anggota) NIP. 19530411 198303 1 001
3. Drs. H. Sulaiman, M.Pd (Anggota)
NIP. 19620612 198901 1 001
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Kedisiplinan adalah kunci menuju keberhasilan dan kesuksesan (NN).
Kebenaran itu adalah dari Tuhan, sebab itu janganlah engkau termasuk orang-
orang yang bimbang (Al-Baqoroh: 147).
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini saya persembahkan untuk
1. Ayah dan Ibuku (bpk. Romdhoni dan
ibu Supatmi) tersayang,
2. Adik-adiku, Erik dan Nana
tersayang,
3. Kakakku (Razif) yang selalu
menemaniku, membantuku dan
menyemangatiku setiap saat,
4. Teman-teman PJKR 2005 B,
5. Almamaterku FIK UNNES.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus (Tunarungu wicara)
Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes di SLB ABC “Swadaya” Kendal.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan, arahan, dan
bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang telah
memberikan kemudahan sehubungan dengan ijin penelitian.
3. Drs. Uen Hartiwan, M.Pd selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya dalam penulisan skripsi.
4. Drs. H. Sulaiman, M.Pd selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan, sehingga skripsi ini telah
terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang yang telah mendorong dan membentu penulis.
6. Staf Tata Usaha dan Administrasi, yang telah membantu penulis dalam proses
perijinan.
vii
7. Kepala sekolah dan segenap guru SLB ABC “Swadaya” Kendal Kec.
Kaliwungu, Kab. Kendal yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
8. Kepala sekolah SLB bagian B Widya Bhakti Semarang yang telah
memberikan ijin uji validitas.
9. Siswa-siswa SLB (tunarungu wicara) ABC “Swadaya” Kendal dan SLB
bagian B Widya Bhakti Semarang yang telah membantu penulis dalam
pengisian angket.
10. Bapak dan Ibu serta saudara-saudaraku yang telah membantu penulis.
11. Semua teman-teman di yellow kost (Maya, Linda, Pa_Ul) yang selalu
membuat keramaian dan kebahagiaan di kost.
12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberi dorongan kepada penulis.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahNya atas kebaikan
semua pihak yang telah membentu penulis baik meterial maupun sepiritual.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Maret 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .......................................................................................................... i
SARI ............................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2. Permasalahan ............................................................................ 6
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.5. Penegasan Istilah ....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. LANDASAN TEORI ................................................................ 10
2.1.1. Motivasi ...................................................................... 10
2.1.1.1. Pengertian Motivasi ............................................ 10
ix
2.1.1.2. Macam motivasi ................................................ 10
2.1.1.3. Bentuk motivasi ................................................ 13
2.1.1.4. Fungsi motivasi ................................................. 14
2.2.1. Anak Berkebutuhan Khusus(Anak Luar Biasa) ............ 15
2.3.1. Proses Pembelajaran .................................................... 24
2.4.1. Penjasorkes.................................................................. 28
2.5.1. Pembelajaran adaptif dalam penjas begi ABK.............. 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian ................................ 36
3.1.1. Populasi ........................................................................... 36
3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 36
3.1.3. Variabel Penelitian ........................................................... 37
3.1.4. Instrumen Penelitian......................................................... 37
3.1.5. Prosedur Pengadaan Instrumen ......................................... 38
3.1.6. Metode Pengumpulan Data .............................................. 38
3.1.7. Persiapan Penelitian ......................................................... 39
3.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 40
3.1.8.1. Uji Validitas ...................................................... 40
3.1.8.2. Uji Reliabilitas ................................................... 41
3.1.9. Metode Analisis Data ....................................................... 42
3.1.10. Keterbatasan.................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ...................................................... 45
x
4.1.1. Motivasi intrinsik ............................................................. 46
4.1.2. Motivasi ekstrinsik ........................................................... 48
4.2. Pembahasan .............................................................................. 74
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan .................................................................................. 78
5.2. Saran ........................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Motivasi Siswa Mengikuti Pelajaran Penjasorkes ...................................... 45
2. Motivasi Intrinsik ...................................................................................... 47
3. Motivasi Ekstrinsik ................................................................................... 48
4. Faktor Kesehatan ...................................................................................... 49
5. Faktor Tubuh yang Kuat ............................................................................ 50
6. Faktor Badan Menjadi Kurus ..................................................................... 51
7. Faktor Menjaga Kesehatan Badan ............................................................. 53
8. Faktor Hobi ................................................................................................ 54
9. Faktor Kebutuhan ...................................................................................... 55
10. Faktor Kondisi Fisik Menjadi Baik ............................................................ 56
11. Faktor Kesenangan Sejak Kecil ................................................................. 57
12. Faktor Cita-cita ......................................................................................... 59
13. Faktor Keinginan Menjadi Atlet ................................................................ 60
14. Faktor Nilai Bagus ..................................................................................... 61
15. Faktor Guru yang Baik .............................................................................. 62
16. Faktor Permintaan Orang Tua ................................................................... 63
17. Faktor Mencari Teman .............................................................................. 64
18. Faktor Kebanggaan Orang Tua .................................................................. 65
19. Faktor Simpati ........................................................................................... 66
20. Faktor Pengalaman ..................................................................................... 68
21. Faktor Menambah Wawasan ..................................................................... 69
22. Faktor Memperoleh Pujian ........................................................................ 70
23. Faktor Hobi Orang Tua ............................................................................. 71
24. Faktor Pelajaran yang Menarik .................................................................. 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Batang Motivasi Mengikuti Pelajaran Penjasorkes .................................... 46
2. Batang Motivasi Intrinsik Siswa ................................................................. 47
3. Batang Motivasi Ekstrinsik Siswa ............................................................. 48
4. Lingkaran Faktor Kesehatan ...................................................................... 50
5. Lingkaran Faktor Tubuh Menjadi Kuat ..................................................... 51
6. Lingkaran Faktor Tubuh Menjadi Kurus..................................................... 52
7. Lingkaran Faktor Menjaga Kesehatan Badan ............................................. 53
8. Lingkaran Faktor Hobi ............................................................................... 55
9. Lingkaran Faktor Kebutuhan ...................................................................... 56
10. Lingkaran Faktor Kondisi Fisik Menjadi Baik ............................................ 57
11. Lingkaran Faktor Kesenangan Sejak Kecil ................................................. 58
12. Lingkaran Faktor Cita-cita ......................................................................... 59
13. Lingkaran Faktor Keinginan Menjadi Atlet ................................................ 60
14. Lingkaran Faktor Nilai Bagus .................................................................... 61
15. Lingkaran Faktor Guru yang Baik .............................................................. 63
16. Lingkaran Faktor Permintaan Orang Tua .................................................... 64
17. Lingkaran Faktor Mencari Teman .............................................................. 65
18. Lingkaran Kebanggaan Orang Tua ............................................................. 66
19. Lingkaran Faktor Simpati ........................................................................... 67
20. Lingkaran Faktor Mencari Pengalaman ..................................................... 68
21. Lingkaran Faktor Menambah Wawasan ..................................................... 69
22. Lingkaran Faktor Memperoleh Pujian ....................................................... 71
23. Lingkaran Faktor Hobi Orang Tua............................................................. 72
24. Lingkaran Faktor Pelajaran yang Menarik ................................................ 73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
25. Daftar SK Pembimbing ............................................................................. 83
26. Usul Penetapan Pembimbing ..................................................................... 84
27. Surat Keterangan Permohonan Observasi .................................................. 85
28. Surat Keterangan Ijin Penelitian ................................................................. 86
29. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ................................................... 87
30. Kisi-kisi ..................................................................................................... 88
31. Angket Uji Coba Penelitian ........................................................................ 91
32. Data Hasil Uji Coba ................................................................................... 93
33. Perhitungan Validitas Angket Uji Coba ...................................................... 95
34. Perhitungan Reliabilitas Uji Coba .............................................................. 96
35. Angket Penelitian ....................................................................................... 97
36. Tabel Distribusi Hasil Penelitian ............................................................... 99
37. Tabel Frekuensi .......................................................................................... 100
38. Analisis Deskriptif Prosentase ................................................................... 104
39. Daftar Siswa SLB ABC “Swadaya” Kendal .............................................. 106
40. Daftar Guru SLB ABC “Swadaya” Kendal................................................. 107
41. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hayat. Indonesia adalah salah satu bangsa yang sedang
berkembang, yang ingin mensejajarkan diri dengan bangsa lain di dunia.
Di era globalisasi ini sangat diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas, berguna bagi nusa dan bangsa. Sesuai dengan tujuan dari
pembangunan suatu negara adalah meningkatkan kualitas manusia dan
masyarakat pada umumnya. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan peningkatan kualitas manusia Indonesia.
Peningkatan kualitas manusia dapat dihasilkan dari proses belajar pada diri
individu. Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik
dipelajari. Ketiga hal tersebut terkait dengan pembelajaran. Dan belajar itu sendiri
dilakukan oleh siswa secara individu. Bila siswa belajar, maka akan terjadi
perubahan mental pada diri siswa itu sendiri.
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar.
Kekuatan penggerak itu berasal dari berbagai sumber. Siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu dapat berupa keinginan,
perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental itu dapat tergolong rendah
atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebutkan kekuatan mental
yang mendorong terjadinya belajar tersebut adalah sebagai motivasi belajar.
2
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Pembinaan jasmani merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan
kualitas manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan pendidikan jasmani
yang diarahkan guna terbentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar
dapat dihasilkan manusia yang produktif. Pertumbuhan jasmani adalah proses
berlangsungnya perubahan jasmani yang sejalan dengan meningkatnya usia
seseorang. Pertumbuhan itu memungkinkan perkembangan ranah-ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan
yang erat kaitanya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai
ungkapan yang kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan
hidup sehat, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Dalam perkembanganya di Indonesia, pendidikan jasmani tidak hanya
didominasi oleh orang-orang yang sehat saja. Kesehatan yang meliputi kesehatan
badan, kesehatan rokhani, dan kesehatan mental. Berkaitan dengan pendidikan
jasmani, maka siswa yang memiliki keterbatasan mempunyai hak yang sama
dengan mereka yang normal dalam memperoleh pendidikan. Pelayanan
pendidikan bagi anak-anak yang kesulitan belajar yang tidak didasarkan atas
landasan teoritik yang dapat diandalkan, mungkin bukan hanya tidak efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi si anak.
3
Untuk itu anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam belajar atau anak luar biasa
harus digolongkan atau dipisahkan dalam proses pembelajarannya dengan anak-
anak yang normal.
Anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai anak
yang memiliki keterbatasan dalam berpikir. Sehingga dalam pendidikanya perlu
dibedakan dengan anak normal lainya. Hal ini disebabkan karena apabila anak
luar biasa dalam pendidikanya diikutkan dalam anak-anak yang normal, maka
anak tersebut tidak akan mampu mengikuti pelajaran seperti anak normal lainya.
Agar anak luar biasa tidak kesulitan dalam mengikuti pelajaran
Penjasorkes, maka dari golongan-golongan diatas tidak dijadikan satu dalam
proses pembelajaranya. Hal ini dikarenakan agar anak dapat merespon hal apa
saja yang telah diajarkan oleh guru apabila dikelompokkan menurut golongannya
masing-masing.
Anak tunarungu menurut derajat pendengaranya dapat diklasifikasikan
dalam tuli dan kurang mendengar. Sebagai akibat dari ketunaan tersebut
mempengaruhi pula dalam kepribadianya. Perkembangan kepribadian terjadi
dalam pergaulan dan perluasan pengalaman, dan pada umumnya diarahkan oleh
faktor-faktor pada anak itu sendiri. Ketidakmampuan menerima rangsangan
pendengaran mengakibatkan kemiskinan berbahasa. Ketidaktetapan emosi, dan
keterbatasan perkembangan pengetahuan, dihubungkan dengan sikap lingkungan
terhadapnya akan mempengaruhi perkembangan kepribadiannya. Seorang anak
tunarungu berusaha mengadakan kontak dengan orang lain, tetapi sering
ditertawakan, sehingga menyebabkan anak enggan berlatih berbicara, enggan
4
berkomunikasi dan dapat menimbulkan perasaan malu, merasa selalu bersalah,
takut menatap oarang lain, dan lain sebagainya.
Ada beberapa ciri khas anak tunarungu, antara lain : Cara berjalanya cepat
dan agak membungkuk, gerakan matanya cepat atau agak beringas, gerak anggota
badannya lincah dan cepat, pada waktu berbicara pernafasannya pendek dan agak
terganggu, miskin kosa kata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang
mengandung arti kiasan, sulit mengartikan kata-kata yang abstrak, kurang
menguasai irama dan gaya bahasa (Depdikbud, 1983: 9).
Dalam mengikuti kegiatan Penjasorkes dibutuhkan adanya kesegaran
jasmani. Kegiatan berolahraga bagi penderita tunarungu perlu diberikan dorongan,
baik berupa penyuluhan latihan-latihan keterampilan dalam kegiatan olahraga.
Sehingga akan muncul keinginan dari diri si anak untuk terus bergerak aktif.
Selain dorongan, motivasi yang dimiliki siswa dalam melakukan kegiatan
Penjasorkes di sekolah juga penting, sebab dengan motivasi yang tinggi akan
mendapatkan hasil yang tinggi pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki
motivasi rendah dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Jadi apabila dalam
melakukan suatu kegiatan tidak disertai dengan motivasi yang tinggi, maka tujuan
yang diharapkan tidak akan tercapai dengan baik, untuk itu motivasi mempunyai
peranan yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran
Penjasorkes.
Salah satu Sekolah Luar Biasa yang ada di Kabupaten Kendal, adalah SLB
ABC ”Swadaya” Kendal, yang beralamat di Jl. Masjid no. 30 Karangtengah, Kec.
Kaliwungu, Kab. Kendal. Di SLB ABC ”Swadaya”, ada empat jenis golongan
5
anak luar biasa yaitu, tunanetra (SLB-A), tunarungu wicara (SLB-B), tunagrahita
ringan (SLB-C), tunagrahita sedang (SLB-C1). Dari keempat golongan yang ada,
golongan yang paling banyak jumlah muridnya adalah tunagrahita, yang terdiri
dari tunagrahita ringan dan sedang, yang kedua adalah penderita tunarungu
wicara, dan yang terakhir adalah tunanetra.
SLB ABC ”Swadaya” Kendal merupakan salah satu lembaga sosial yang
ada di Kabupaten Kendal yang peduli terhadap anak-anak cacat, kepedulian itu
diwujudkan dengan menampung anak-anak cacat, termasuk tunarungu untuk
dididik agar nantinya anak-anak tersebut bisa berkembang di masa depan. Dalam
pengembangan pendidikan jasmani tidak terlepas dari penerapan ilmu dan
teknologi. Pemberian bentuk pendidikan Jasmani Adaptif harus dapat disesuaikan
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik, sehingga anak didik dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rokhaninya.
Dengan didapatkannya mata kuliah Penjas Adaptif, penulis tertarik dengan
penelitian tentang anak berkebutuhan khusus. Hal ini juga dikuatkan dengan
kegiatan observasi yang sudah pernah dilakukan oleh penulis pada saat mendapat
mata kuliah Penjas Adaptif, di SLB ABC ”Swadaya” Kendal. Dalam hal ini,
penulis berinteraksi langsung dengan anak-anak berkebutuhan khusus di SLB
ABC ”Swadaya” Kendal dalam kegiatan Penjasorkes. Dalam kegiatan ini banyak
siswa saling bergerak aktif dalam kegiatan berolahraga. Dengan dilaksanakannya
observasi tersebut, kemudian penulis berkeinginan untuk melanjutkan penelitian
di SLB ABC ”Swadaya”, untuk mengetahui lebih lanjut tingkat motivasi siswa
tunarungu wicara di SLB ABC ”Swadaya” Kendal.
6
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil judul penelitian :
Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan Khusus (Tunarungu Wicara) Terhadap
Proses Pembelajaran Penjasorkes Di Sekolah Luar Biasa ABC ”Swadaya”
Kendal.
1.2.Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah : bagaimana motivasi yang dapat
mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti
proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah : untuk mengetahui motivasi siswa berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan literature bagi para peneliti di bidang
keolahragaan.
2. Bagi kepala sekolah dan pengurus di SLB ABC “Swadaya” dapat dijadikan
sebagai bahan masukkan tentang gambaran motivasi siswa yang bervariasi
sehingga dapat menerapkan cara untuk meningkatkan motivasi siswanya.
7
3. Sebagai pegangan bagi guru dan calon guru pendidikan jasmani, khususnya
guru di SLB dalam melaksanakan tugasnya untuk memberi rangsangan dan
motivasi agar murid-muridnya giat melaksankan aktivitas jasmani.
1.5.Penegasan Istilah
Penulisan ini, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah pengertian
tentang judul yang penulis ambil, maka dalam penegasan istilah ini penulis akan
menjelaskannya secara terperinci, yaitu :
1.5.1. Motivasi
Motivasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
belajar.
Dari segi dorongan menurut Hull, dorongan atau motivasi berkembang
untuk memenuhi organisme. Disamping itu juga merupakan sistem yang
memungkinkan organisme dapat memelihara kelangsungan hidupnya (Monty,
2000: 72).
Mc Donald merumuskan bahwa “Motivation is an energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”,
yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan (Oemar Hamalik, 2007: 173).
8
1.5.2. Siswa Berkebutuhan Khusus (Tunarungu wicara)
Para siswa penderita tunarungu wicara di SLB ABC “Swadaya” Kendal
kec. Kaliwungu, kab. Kendal. Disini yang dimaksudkan dengan berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara) adalah anak-anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya.
1.5.3. Terhadap Proses Pembelajaran
Proses adalah runtutan perubahan atau peristiwa perkembangan sesuatu
(KBBI, 1993: 206).
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Siswa
adalah penentu terjadinya proses belajar. Dan proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal dan hasil belajar (Dimyati, 2002: 10).
Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke
penerima pesan.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar
sedemikian rupa, sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
9
Proses Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
1.5.4. Penjasorkes
Menurut Adang Suherman (2000: 23) Penjasorkes adalah proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan jasmani.
1.5.5. Di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal adalah sebuah yayasan di
bidang pendidikan yang merupakan Sekolah Luar Biasa. Letaknya di Jl. Masjid
no. 30 Karangtengah, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal.
Dari pengertian di atas, maka Survei Motivasi Siswa Berkebutuhan
Khusus (Tunarungu Wicara) Terhadap Proses Pembelajaran Penjasorkes di SLB
ABC ”Swadaya” Kendal adalah suatu penelitian tentang sejauh mana atau
seberapa besar motivasi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) di
Sekolah Luar Biasa ABC ”Swadaya” Kendal dalam mengikuti kegiatan belajar-
mengajar Penjasorkes.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Motivasi
2.1.1.1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, yang berarti sesuatu yang didorong
seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Berasal dari kata motif itu, motivasi
mempunyai arti sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiaman, A.
M, 2006: 73).
Motivasi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dalam diri individu
yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
belajar.
Mc Donald merumuskan bahwa “Motivation is an energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”,
yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan (Oemar Hamalik, 2007: 173).
2.1.1.2. Macam-macam Motivasi
Menurut Sri Mulyani motivasi yang mendasari tingkah laku manusia
banyak jenisnya, dan dapat digolongkan berdasarkan latar belakang
11
perkembangannya, motivasi dalam hal ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
motiasi primer dan skunder (Monty, 2000: 86).
Motivasi primer adalah motivasi bawaan dan dapat dipelajari. Motivasi ini
timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang, termasuk
dalam motivasi primer ini antara lain rasa haus, rasa lapar, dan hasrat seksual.
Motivasi sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui
pengalaman. Motivasi ini oleh beberapa ahli juga disebut sebagai motivasi sosial.
Macam-macam motivasi menurut Sardiman (2006: 86) dibagi menjadi:
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a. Motif-motif bawaan
Adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motif ini ada tanpa dipelajari.
b. Motif-motif yang dipelajari
Adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.
2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan,
bernafas, seksual, berbuat, dan kebutuhan untuk istirahat.
b. Motif-motif darurat, meliputi: dorongan untuk menyelamatkan diri,
dorongan untuk membalas, dll.
c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat
individu.
3. Motivasi jasmaniah dan rokhaniah
a. Momen timbulnya alasan.
12
b. Momen pilih.
c. Momen putusan.
d. Momen terbentuknya kemauan.
4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi yang mencakup dalam situasi belajar yang bersumber dari
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut
motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri
peserta didik. Sebagaimana dikemukakan oleh Emerson, bahwa the reward of
a think well done is to have done it. Yang artinya, bahwa motivasi intrinsik
adalah bersifat nyata atau motivasi sesungguhnya, yang disebut sound
motivation.
Menurut Singgih D. Gunarso (1989: 53) motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi akan tetapi tidak memerlukan
rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah memiliki
dorongan dari dalam yang menyebabkan individu berprestasi.
Aktivitas dan dorongan motivasi intrinsik cenderung dapat bertahan
lama dibandingkan kegiatan dengan dorongan dari luar.
Menurut A. Kamiso (1991: 135) biasanya orang yang mempunyai
motivasi intrinsik menunjukkan sikap sebagai berikut :
1. Tekun dalam usaha memperdalam ilmu.
2. Menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam usaha belajar dan berlatih.
3. Tidak menggantungkan diri pada orang lain.
13
4. Mempunyai kepribadian yang matang dan mantap.
5. Percaya pada diri sendiri.
6. Mempunyai kedisiplinan dalam latihan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,
seperti angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan
persaingan. Yang bersifat negatif adalah sarkasme, ejekan dan hukuman.
Motivasi ektrinsik tetap diperlukan dalam sekolah, sebab pembelajaran di
sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta
didik.
Sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi karena adanya dorongan atau
rangsangan dari luar dirinya.
Menurut Max Darsono (2000: 63) motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dalam diri seseorang karena pengaruh dari rangsangan luar.
Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi
ekstrinsik terletak di luar tingkah laku tersebut.
2.1.1.3. Bentuk-bentuk motivasi
Adapun beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, antara lain:
a. Memberi angka
b. Hadiah
c. Saingan
d. Ego-involvement
14
e. Memberi ulangan
f. Mengetahui hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat untuk belajar
j. Minat
k. Tujuan yang diakui
2.1.1.4. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memadu, dan
memelihara perilaku seseorang secara terus menerus.
Adapun fungsi dari motivasi menurut Sardiman (2007: 85) adalah :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, hal ini berfungsi sebagai penggerak motor
yang melepaskan energi. Motivasi merupakan kekuatan yang dapat
mendorong atau menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yaitu mengarahkan ke tujuan yang hendak
dicapai. Motivasi merupakan pengatur dalam memilih alternatif antara dua
atau lebih suatu tindakan yang bertentangan.
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut. Motivasi sebagai pengarah yang mengarahkan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi siswa mempunyai peranan penting dalam melaksanakan proses
pembelajaran Penjasorkes. Hubungan antara motivasi dengan kegiatan
15
Penjasorkes, keduanya saling mendukung dan saling berpengaruh terhadap hasil
akhir siswa yang mengikuti kegiatan Penjasorkes diawali dengan motivasi yang
baik, maka akan mendatangkan hasil yang baik. Sebaliknya apabila siswa yang
mengikuti kegiatan Penjasorkes diawali dengan motivasi yang rendah maka akan
memperoleh hasil yang jelek.
Motivasi bagi anak, remaja, dewasa dan orang tua mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk dapat bersenang-senang dan mendapatkan kegembiraan.
2. Untuk melepaskan ketegangan psikis.
3. Untuk mendapatkan pengalaman estetika.
4. Untuk dapat berhubungan dengan orang lain atau mencari teman.
5. Untuk kepentingan kebanggaan kelompok.
6. Untuk memelihara kesehatan badan.
7. Untuk kebutuhan psikis sesuai dengan pekerjaanya.
Dalam kegiatan belajar mengajar Penjasorkes peranan motivasi, baik
motiasi intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, karena aktivitas siswa
dapat berkembang dengan adanya motivasi dan inisiatif.
2.1.2. Anak Berkebutuhan Khusus (Anak Luar Biasa)
Anak Berkebutuhan Khusus menurut Heward adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik
http/:id.wikipedia/Anak Berkebutuhan Khusus (20/01/2009).
16
Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak
berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Ditinjau dari aspek psikologi
perkembangan, kesulitan dalam belajar dapat dipandang sebagai kelambatan
kematangan fungsi neurologist tertentu. Menurut pandangan ini, tiap individu
mempunyai laju perkembangan yang berbeda-beda, baik fungsi motorik, kognitif
maupun afektif. Anak luar biasa ini meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat
mata (termasuk buta atau setengah buta), cacat pada tulang (termasuk lumpuh
karena gangguan otak), tuli (termasuk tuli total dan sebagian), cacat pada alat
bicara, epilepsy, gangguan emosi, dan cacat bawaan. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi
tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan
tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuhan
khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B
untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk
tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
(Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan
17
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan (Amin,
1981: 23).
Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan
indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang
digunakan harus bersifat aktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan
tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan
media yang bersuara adalah tape recorder. Untuk membantu tunanetra
beraktifitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan
Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana
tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium).
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara
internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara.
saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara
berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
18
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan.
http/:id.wikipedia/Anak Berkebutuhan Khusus (20/01/2009).
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. Tunagrahita ringan
(IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi
(Amin, 1981: 24).
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit
atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan
fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
19
5. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku
disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor
eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
6. Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan
dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa,
berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir,
membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi,
brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan.
individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata,
mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Menurut Arch C. Meck dalam bukunya yang berjudul The Educational of
Exeptional Children, anak cacat adalah anak yang penampilan geraknya
menyimpang dari gerakan normal secara keseluruhan http/:id.wikipedia/Anak
Berkebutuhan Khusus (20/01/2009).
Menurut The Committee of National Society For The Study of Education
di AS, cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang
menyimpang dari gerakan yang normal, walaupun telah dikembangkan secara
20
maksimal. Penyimpangan itu dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku,
emosional, dan sosial.
Perbedaan utama anak cacat dengan anak normal terletak pada keadaan
atau kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak
dapat melakukan tugas dan fungsinya seperti yang dilakukan oleh anak normal.
Bila kita berbicara tentang anak luar biasa, mereka memiliki kondisi yang
berbeda dengan anak yang dikatakan normal dalam kaitannya dengan tuntutan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau moral. Mereka yang disebut anak-anak
luar biasa itu tidak merupakan kelompok anak yang terpisah benar-benar dari
anak-anak pada umumnya.
Anak tunarungu menurut derajat pendengaranya dapat diklasifikasikan
dalam tuli dan kurang mendengar. Gangguan pendengaran merupakan salah satu
hambatan yang sangat berarti untuk melakukan komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu dampak gangguan pendengaran adalah sering terjadi salah
faham sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian diri.
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengarannya
(kurang dengar atau bahkan tuli), Sehingga organ pendengarannya kurang/tidak
berfungsi dengan baik. Bagi yang sudah terlatih, mereka dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan cara melihat gerak bibir (lip reading) lawan bicaranya.
Oleh karena itu ada yang menyebut anak tunarungu dengan istilah “pemata”,
karena matanya seolah-olah tanpa berkedip melihat gerak bibir lawan bicaranya.
Prinsip ini menuntut guru ketika memberi penjelasan hendaknya menghadap ke
anak (face to face) sehingga anak dapat melihat gerak bibir guru. Demikian pula
21
halnya dengan anak yang mengalami gangguan komunikasi, karena organ
bicaranya kurang berfungsi sempurna, akibatnya bicaranya sulit dipahami (karena
kurang sempurna) oleh lawan bicaranya. Agar guru dapat memahaminya, maka
anak diminta menghadap guru (face to face) ketika berbicara.
Ada dua kategori gangguan pendengaran, yaitu: pertama, disebut ”tuli”
dan yang kedua sulit mendengar, artinya seseorang baru bisa mendengar apabila
ada suara keras. ”Tuli” berarti adanya kerusakan pada pendengaran yang cukup
berat sehingga tidak bisa menerima informasi bahasa termasuk memprosesnya.
Sedangkan ”sulit mendengar” berarti adanya kerusakan pada alat pendengaran
yang sifatnya bisa tetap dan tidak tetap, namun tidak sama dengan tuli. Gangguan
pendengaran selain menjadi hambatan dalam proses komunikasi dan interaksi
dengan orang lain juga dapat berakibat negatif terhadap munculnya konsep diri
yang rendah pada siswa. Tanda-tanda adanya gangguan awal pada pendengaran
adalah dalam setiap pembicaraan kepala diarahkan pada sumber suara, pertanyaan
minta diulang, kurang konsentrasi, rasa sakit pada telinga, melamun dan lain-lain.
Secara medis arti dari tunarungu adalah kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak dapat
berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran.
Secara pedagogis tunarungu adalah kekurangan atau kehilangan
pndengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga
memerlukan pendidikan dan bimbingan khusus.
Anak-anak yang menderita tuli biasanya juga akan mengalami kesulitan
dalam berbicara. Oleh karena itu pada penderita tunarungu biasanya juga
22
menderita tunawicara. Hal itu disebabkan karena si penderita sulit menerima dan
mengolah informasi bahasa dari orang lain. Tidak mampu berbicara, tidak mampu
melakukan komunikasi melalui kata-kata, seperti gagap, artikulasi tidak jelas atau
suara tidak terdengar.
1) Klasifikasi Anak Tunarungu
a. Berdasarkan tingkat kerusakan / kehilangan kemampuan mendengar
percakapan / bicara, orang digolongkan dalam 5 kelompok, yaitu :
1. Sangat ringan 27-40 DB.
2. Ringan 41-55 DB.
3. Sedang 56-70 DB.
4. Berat 71-90 DB.
5. Ekstrim 91 DB keatas.
b. Ketunarunguan berdasarkan tempat terjadinya kerusakan, dapat dibedakan
atas :
1. Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah, sehingga menghambat
bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli konduktif.
2. Kerusakan telinga bagian dalam dan hubungan ke saraf otak yang
menyebabkan tuli sensoris.
c. Karakteristik Ketunarunguan
Kognisi anak tunarungu antara lain adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah
dibandingkan kemampuan verbal anak mendengar. Namun performance
IQ anak tunarungu sama dengan anak mendengar.
23
2. Daya ingat pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak
mendengar, terutama pada informasi yang bersifat suksesif / berurutan.
Namun pada informasi serempak antara anak tunarungu dan anak
mendengar tidak ada perbedaan.
3. Daya ingat jangka panjang hampir tidak ada perbedaan walaupun
prestasi akhir biasanya tetap lebih rendah.
2) Beberapa ciri khas anak tunarungu wicara (Depdikbud, 1983: 9), antara lain :
a. Cara berjalanya cepat dan agak membungkuk. Hal ini disebabkan adanya
kerusakan pada alat pendengaran bagian alat keseimbangan.
b. Gerakan matanya cepat atau agak beringas. Hal ini menunjukkan bahwa ia
ingin menangkap keadaan sekitarnya, sehingga anak tunarungu dapat
disebut sebagai anak pemata.
c. Gerak anggota badannya lincah dan cepat. Hal tersebut terlihat saat
mereka mengadakan komunikasi yang cenderung menggunakan gerak
isyarat dengan orang disekelilingnya, dan anak penderita tunarungu dapat
disebut sebagai manusia motorik.
d. Pada waktu berbicara pernafasannya pendek dan agak terganggu. Hal ini
disebabkan tidak terlatihnya sejak kecil, terutama pada saat menangis yang
merupakan dasar perkembangan bicara atau bahasa.
e. Miskin kosa kata.
f. Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti
kiasan.
24
g. Sulit mengartikan kata-kata yang abstrak, kurang menguasai irama dan
gaya bahasa.
2.1.3. Proses Pembelajaran
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, kegiatan, dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Hasil dari belajar bukan dari suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan.
Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu perilaku (Catharina, 2004:
2). Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
ia tidak belajar maka responnya menurun. Belajar juga dapat diartikan bahwa
belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena
hasil dari pengalaman. Belajar merupakan perubahan relative permanen yang
terjadi karena hasil praktik atau pengalaman. Belajar merupakan perubahan
individu yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah perubahan disposisi
atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan
perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
Proses adalah runtutan perubahan (peristiwa) perkembangan sesuatu
(KBBI, 1993: 206).
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
25
Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instruction (dari eksternal). Pembelajaran
yang bersifat eksternal datang dari seorang guru yang disebut teaching atau
pengajaran. Pembelajaran yang berorientasi begaimana si belajar berperilaku,
memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang
bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang kedalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar
dalam bentuk ingatan jangka panjang. Hasil belajar itu memberikan kemampuan
kepada si belajar untuk melakukan berbagai penampilan.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar
sedemikian rupa, sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
Pembelajaran menurut aliran Behavioristik adalah upaya membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi
hubungan lingkungan dengan tingkah laku si belajar.
Menurut Oemar Hamalik (1999: 65) ada tiga ciri khas yang terkandung
dalam sistem pembelajaran, yaitu :
1. Rencana adalah penataan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur
sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.
2. Saling ketergantungan antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi
dalam suatu keseluruhan.
3. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
26
Adapun Prinsip-prinsip dari pembelajaran menurut Achmad Sugandi
(2004: 10) antara lain :
1. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik.
2. Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif.
3. Prinsip pembelajaran dari teori humanisme.
4. Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan.
5. Prinsip pembelajaran konstruktivisme.
6. Prinsip pembelajaran bersumber dari asas mengajar.
Proses Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
a) Modifikasi Pembelajaran ABK
Dalam merancang pembelajaran atau Pendidikan Luar Biasa maka kita harus
menemukan dan memenuhi kebutuhan yang unik pada setiap jenis kelainan
yang ada pada siswa. Karena itu Pendidikan Luar Biasa harus bisa melakukan
modifikasi sehingga kebutuhan pendidikan siswa terpenuhi, keterampilan
yang diberikan secara penuh dapat berfungsi dan dikuasai serta seluruh angota
dari kegiatan dapat secara penuh berpartisipasi. Modifikasi secara umum
dilakukan pada :
1. Kurikulumnya (total atau sebagian).
2. Strategi belajarnya ( diganti atau disesuaikan).
3. Materi dan alatnya (medianya).
4. Pengaturan kelasnya (tehnik mengajarnya).
27
5. Lingkungan (arsitekturnya dan sarana fisiknya).
Secara mendasar yang perlu dirancang dalam pembelajaran adaptif yang
dapat memenuhi kebutuhan pendidikan ABK dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu : Kelas, program, dan layanannya.
Untuk itu maka dalam pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus bisa
dilakukan pada:
1. Kelas atau Lokasi Pengajaran ABK berlangsung
a. Kelas dan lokasi pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga
ABK dapat dengan leluasa menggunakan kelas itu.
b. Modifikasi kelas harus mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
c. Modifikasi kelas harus memenuhi faktor keselamatan.
d. Modifikasi kelas harus memenuhi kebutuhan pendidikan setiap ABK,
sehingga ia efisien menggunakan saluran informasinya yang masih tersisa.
2. Guru
Guru PLB yang dapat memberikan pelayanan Pendidikan Luar Biasa pada
siswa Anak Berkebutuhan Khusus bisa guru biasa dengan berkonsultasi pada
guru khusus atau Guru pembimbing khusus yang memang telah dipersiapkan
dengan kompetensinya. Guru PLB untuk ABK ada beberapa macam
tergantung peran dan kebutuhan layanan, yaitu :
a. Guru Biasa.
b. Guru konsultan.
c. Guru kunjung.
d. Guru Pembimbing khusus.
e. Guru kelas Khusus.
28
2.1.4. Penjasorkes
1. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pengertian Pendidikan Jasmani pada umumnya dapat dibedakan dari dua
sudut pandang, yaitu :
a. Pandangan Tradisional
Pandangan tradisional menganggap bahwa pendidikan jasmani semata-mata
hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau
penyelaras pendidikan rokhani manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani
hanya sebagai pelengkap saja.
b. Pandangan Modern
Pandangan modern atau sering juga disebut pandangan holistic, menganggap
bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-
pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh
karena itu Pendidikan Jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani
saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.
Pendidikan Jasmani pada dasarnya adalah proses pendidikan melalui
aktivitas jasmani dan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani
(Adang Suherman, 2000: 23).
2. Tujuan Pendidikan Jasmani
Secara umum tujuan Pendidikan Jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam
empat kategori, yaitu:
29
a. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan
aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbagai
organ tubuh seseorang (physical fitness).
b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan
gerak secara efektif, efesien, halus, indah, sempurna (skillful).
c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir
dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani
ke dalam lingkunganya sehingga memungkinkanya tumbuh dan
berkembangnya pengetahuan,sikap, dan tanggung jawab siswa.
d. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa
dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.
3. Bahan Ajar Pendidikan Jasmani
Selain aktivitas jasmani, para penyelenggara Pendidikan Jasmani dituntut
harus memahami secara mendalam beberapa disiplin lainnya yang berada di
bawah payung Pendidikan Jasmani. Beberapa diantaranya adalah, sport medicine,
training theory, sport biomekanik, sport psikologi, sport pedagogi, sport
sosiologi, sport history, dan sport philosophy.
4. Komponen-komponen Kesegaran Jasmani
Komponen-komponen kesegaran jasmani merupakan satu kesatuan dan
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dan masing-masing komponen
memiliki ciri-ciri tersendiri serta memiliki fungsi pokok atau berpengaruh pada
kesegaran jasmani orang. Agar seseorang dapat dikatakan tingkat kondisi fisiknya
30
baik atau tingkat kesegaran jasmaninya baik, maka status setiap komponen
kesegaran jasmani harus dalam kategori baik.
Secara umum komponen atau unsur-unsur dari kesegaran jasmani itu
adalah :
1) Daya tahan kardiovaskuler (cardiovascular endurance)
Daya tahan kardiovaskuler adalah kesanggupan sistem jantung, paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan
kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif
sehingga dapat dipergunakan dalam proses metabolisme tubuh. Daya tahan
otot (muscle endurance).
Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu
kelompok ototnya untuk berkontaksi terus menerus dalam waktu relatif cukup
lama dengan beban tertentu.
2) Kekuatan Otot (muscle strength)
Kekuatan otot adalah tenaga / gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan otot
atau sekelompok otot pada suatu kontraksi maksimal.
3) Kelentukan (flexibility)
Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk
melaksanakan segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya,
terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian.
4) Komposisi tubuh (body composition)
Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat
lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas massa otot (40-50 %), tulang (16-
31
18 %) dan organ-organ tubuh (29-39 %). Berat lemak dinyatakan dalam
presentasenya terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin
kecil presentasi lemak, makin baik kinerja seseorang.
5) Kecepatan gerak (speed of movement)
Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melaksanakan gerak-gerak yang
sama atau tidak sama secepat mungkin.
6) Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-
posisi di arena tertentu. Kelincahan sesorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh,
jenis kelamin, berat badan dan kelelahan.
7) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ
syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat dengan perubahan
letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun
dalam gerak dinamis.
8) Kecepatan reaksi (reaction time)
Kecepatan reaksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberi jawaban
gerak setelah menerima suatu rangsangan.
9) Koordinasi (coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan
yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif.
32
2.1.5. Pembelajaran Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan
sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek
tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan
Pendidikan luar biasa (PLB).
PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan
layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial Kelas, program
atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar
Biasa.
ABK bisa memiliki masalah dalam sensoriknya, motoriknya, belajarnya,
dan tingkah lakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik
anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon
rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan
bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan
gerakan yang terarah dengan benar.
Di satu sisi, Anak Luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan
bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat
melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada
pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya.
Pendidikan Jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus
mengandung pembetulan kelainan fisik.
33
Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan Jasmani yang
diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat
kemampuan ABK merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada
PLB dalam bentuk kelas khusus, program khusus, maupun dalam bentuk layanan
khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa lainnya.
Apa dan bagaimana Pendidikan Jasmani bagi ABK atau Pendidikan
Jasmani Adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini:
1. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif
Secara mendasar Pendidikan Jasmani Adaptif adalah sama dengan
Pendidikan Jasmani biasa. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu aspek dari
seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.
Pendidikan Jasmani Adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan
yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,
menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problem dalam ranah
psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan
sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah
dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
peranan Pendidikan Jasmani bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat besar
dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan
tersebut.
34
2. Ciri-ciri Program Pengajaran Adaptif
Sifat program pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif memiliki ciri
khusus yang menyebabkan nama Pendidikan Jasmani ditambah dengan kata
adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
a. Program Pengajaran Penjas Adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik
kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh
kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang
normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses
dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang
berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh
karena itu pendidikan Jasmani Adaptif akan dapat membantu dan menolong
siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
b. Program Pengajaran Penjas Adaptif harus dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan
Jasmani Adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang
progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan
demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat
kemampuan teman sebayanya.
3. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Tujuan pendidikan jasmani adaptif anrara lain :
a. Untuk menolong siswa menkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
b. Membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang
35
memperburuk keadaannya melalui Pendidikan Jasmani tertentu.
c. Memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam
sejumlah olahraga dan aktivitas jasmani.
d. Menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan
mentalnya.
e. Membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan
perasaan memiliki harga diri.
f. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap
mekanika tubuh yang baik.
g. Menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat
diminatinya.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Metodologi adalah cara yang memecahkan masalah dalam penelitian.
Penggunaan metode harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji agar
diperoleh hasil dan simpulan yang tepat.
3.1.1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) Populasi adalah keseluruhan dari
subyek penelitian.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal, yang
jumlahnya ada 40 siswa tunarungu wicara.
3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006:
131). Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan purposive sample.
Subyek yang diambil tidak keseluruhan, karena alasan tertentu. Salah satunya
adalah adanya beberapa siswa yang sering tidak masuk dalam jangka waktu yang
lama. Jumlah subjek secara keseluruhan ada 40 siswa, karena alasan tertentu,
subyek yang diambil hanya 25 siswa.
37
3.1.3. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi (2006: 118) Variabel Penelitian adalah obyek
penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
• Variabel bebas
Motivasi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara).
• Variabel Terikat
Proses pembelajaran Penjasorkes.
3.1.4. Instrumen Penelitian
Keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang dipakai,
sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesisis diperoleh melalui instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-
betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga data empiris dapat diperoleh
sebagaimana adanya.
Apabila sudah ada instrumen yang terstandar, maka peneliti boleh
meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Dan bagi instrumen
yang belum ada persediaan di Lembaga Pengukuran dan Penilaian, maka peneliti
harus menyusun sendiri, mulai dari merencanakan, menyusun, mengadakan uji
coba dan merevisi (Suharsimi Arikunto, 2006: 166).
38
3.1.5. Prosedur pengadaan instrumen
1. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi
variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan
tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan
surat pengantar, kunci jawaban dan lain-lain yang perlu.
4. Uji coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-
saran, dan sebagainya.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dan
mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.
3.1.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Kuesioner atau Angket
Menurut Arikunto (2006: 225) Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui .
Kuesioner atau angket digunakan untuk mencari data tentang motivasi
siswa tunarungu wicara dalam Penjasorkes.
39
2. Metode Observasi
Metode Observai adalah metode pengamatan langsung (Suharsimi
Arikunto, 2006: 229). Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
mengamati proses pembelajaran anak tunarungu wicara di SLB ABC “Swadaya”.
Peneliti mengamati aktivitas guru dan siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran Penjasorkes.
3. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006: 231) metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Studi dokumentasi pada penelitian ini diperoleh dari catatan mengenai
guru penjasorkes mengajar dan siswa tunarungu wicara. Selain itu, sebagai bukti
peneliti mengambil gambar kegiatan pembelajaran Penjasorkes guru dan siswa
dalam bentuk foto.
3.1.7. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian ini diawali dengan mengurus perijinan penelitian,
penyusunan angket, uji coba angket, uji validitas dan uji reliabilitas angket.
a. Perijinan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mengurus perijinan di instansi, dalam hal ini
diperlukan surat ijin dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang sebagai pengantar untuk mengadakan penelitian yang ditujukan kepada
kepala Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal.
40
b. Persiapan Angket Penelitian
Langkah awal dalam penyusunan angket yaitu membuat kisi-kisi angket
yang nantinya dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan, sebelum diuji cobakan
angket dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
c. Uji Coba Angket
Angket merupakan alat ukur sebelum dipergunakan untuk penelitian yang
sesungguhnya, terlebih dahulu diuji cobakan sebagai syarat supaya diperoleh alat
ukur yang valid dan reliabilitas sehingga hasil pengukuran tersebut dapat
dipercaya.
3.1.8. Uji Validitas dan Reliabilitas
3.1.8.1. Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud. Instrumen disusun sesuai dengan isi dari
keseluruhan masalah yang diteliti dengan langkah-langkah:
1. Menetapkan konsep.
2. Membuat rencana angket.
3. Menyusun angket.
4. Mengkonsultasikan angket kepada ahli.
41
5. Angket disetujui dan memenuhi validitas
Kriteria valid yang digunakan yaitu dengan mengkorelasikan antara skor
tiap item soal dengan skor total. Untuk mengukur validitas digunakan rumus
korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut :
∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
)](][)([
))((2222 YYNXXN
XYXYXYNrxy
Keterangan :
rxy : koefesien korelasi antara variabel x dan veriabel y
x : nilai faktor tertentu
y : nilai faktor total
N : jumlah responden
Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga pada taraf
signifikasi 5%.
Berdasarkan analisi validitas hasil uji coba instrumen angket diketahui dari
22 soal yang dinyatakan valid ada 21 soal. Kriteria valid yang digunakan rxy>rtabel
pada taraf signifikan 5% dengan N = 25 yaitu 0,396 (Suharsimi Arikunto, 2006:
359). Apabila butir soal memiliki koefisien rxy>rtabel, maka butir soal tersebut
dikatakan valid.
3.1.8.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
42
tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Dalam penelitian ini untuk
mencari realibilitas, alat ukur digunakan teknik dengan menggunakan rumus
Spearman-Brown (Suharsimi Arikunto, 2006: 180).
( )2/21/1
2/21/111 1
2r
xrr+
=
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
r1/21/2 : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan
instrumen
(Suharsimi Arikunto, 2006: 180)
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen atau harga
r11=0,91285. Instrumen dikatakan reliabel apabila harga r11 berada lebih besar dari
bilangan batas pada taraf rtebel. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen
menunjukkan harga r11data berada lebih besar dari bilangan batas rtabel pada taraf
signifikan 5% dengan N=25, yaitu 0,396.
3.1.9. Metode Analisis Data
Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian korelasional,
komparatif, atau eksperimen diolah dengan rumus-rumus statistik yang sudah
disediakan, baik secara manual maupun menggunakan jasa komputer. Data yang
43
diperoleh dari angket dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan (Suharsimi Arikunto, 2006: 239).
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi :
1. Persiapan
2. Tabulasi
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian
Tahapan analisis data adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data
Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan
hasil observasi, angket, dan dokumentasi.
2. Reduksi data
Memilih hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian.
3. Penyajian data
Sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
4. Pengambilan keputusan
Peneliti berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering muncul.
Data dari dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang akan
dianalisis secara deskriptif prosentase dengan langkah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai responden dari masing-masing aspek atau sub variabel.
b. Merekap nilai.
c. Menghitung nilai rata-rata.
44
d. Menghitung prosentasi dengan rumus
%100xNnDP =
Keterangan :
DP : deskriptif prosentase
N : skor empirik (skor yang diperoleh)
n : skor ideal / jumlah nilai responden
3.1.10. Keterbatasan
Walaupun penelitian ini telah diusahakan sebaik-baiknya tetapi ada
beberapa keterbatasan dan kekurangan yang dialami oleh peneliti diantaranya
yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan angket tertutup, jadi responden tinggal memilih
jawaban yang sesuai dengan keinginannya. Untuk mengatasinya perlu
memberikan pengarahan secukupnya terhadap hal - hal yang belum dimengerti
oleh responden.
2. Kondisi siswa yang tidak normal (tunarungu wicara) menjadikan kesulitan
bagi responden dalam memahami angket, sehingga diperlukan guru
pendamping dalam menjawab angket.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis data yang terkumpul maka dapat diperoleh hasil
untuk motivasi yang dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa
ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal yang terdiri
dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sebagai berikut.
Tabel 1. Tabel Motivasi Siswa mengikuti Pelajaran Penjasorkes
Berdasarkan tabel diatas diperoleh sebanyak 16 siswa atau 64,00% yang
memiliki motivasi yang dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes dalam kategori sedang,
sebanyak 9 siswa atau 36,00% yang memiliki motivasi yang dapat mendorong
siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses
pembelajaran Penjasorkes dalam kategori tinggi dan tidak ada yang memiliki
kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 1 berikut.
16 64.0 64.0 64.09 36.0 36.0 100.0
25 100.0 100.0
SedangTinggiTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
46
Gambar 1.
Diagram Batang Motivasi siswa mengikuti Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan
4.1.1. Motivasi Intrinsik
Berdasarkan analisis data yang terkumpul maka dapat diperoleh hasil
untuk motivasi instrinsik yang terdiri dari indikator menjadikan tubuh sehat,
aktivitas sehari-hari serta untuk mencapai kesuksesan. Motivasi intrinsik yang
dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti
proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal
sebagai berikut:
47
Tabel 2. Motivasi Instrinsik
Berdasarkan tabel diatas diperoleh sebanyak 17 siswa (68,00%) yang
memiliki motivasi instrinsik dalam kategori sedang, sebanyak 8 siswa (32,00%)
yang memiliki faktor motivasi instrinsik dalam kategori tinggi dan tidak ada yang
memiliki kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 2
berikut.
Gambar 2
Diagram batang Motivasi Instrinsik Siswa
17 68.0 68.0 68.08 32.0 32.0 100.0
25 100.0 100.0
SedangTinggiTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
32.00%
68.00%
0.00%0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Tinggi Sedang Rendah
48
0.0%
76.0%
24.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
80.0%
Tinggi Sedang Rendah
4.1.2. Motivasi Ekstrinsik
Sedangkan motivasi ekstrinsik yang terdiri dari indikator untuk
bermasyarakat, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta mendapatkan
kesenangan. Motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes di
SLB ABC “Swadaya” Kendal diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
Tabel 3. Motivasi Ekstrinsik
Berdasarkan tabel diatas diperoleh sebanyak 19 siswa (76,00%) yang
memiliki motivasi ekstrinsik dalam kategori sedang, sebanyak 6 siswa (24,00%)
yang memiliki motivasi ekstrinsik dalam kategori rendah dan tidak ada yang
memiliki kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar 3
berikut.
Gambar 3 Diagram Batang Motivasi Ekstrinsik Siswa
6 24.0 24.0 24.019 76.0 76.0 100.025 100.0 100.0
RendahSedangTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
49
1. Motivasi Intrinsik
a. Menjadikan Tubuh Sehat
Hasil penelitian motivasi intrinsik pada indikator menjadikan tubuh
yang sehat terdiri dari 5 butir pertanyaan yang memuat tentang faktor
kesehatan, tubuh yang sehat, badan menjadi kurus, dan untuk menjaga
kesehatan badan. Secara terperinci hasil penelitian masing-masing faktor
dari menjadikan tubuh yang sehat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor Kesehatan
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) di
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kendal untuk kesehatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Faktor Kesehatan
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 25 siswa atau 100%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes agar tubuh
menjadi sehat. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi agar tubuh
menjadi sehat tidak ada (0,00%). Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam
Gambar 4 berikut :
25 100.0 100.0 100.0YaValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
50
100.00%
Ya
Gambar 4.
Diagram lingkaran Faktor Kesehatan
2) Faktor Tubuh yang kuat
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) di
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk memperoleh tubuh
menjadi lebih kuat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Faktor Tubuh yang kuat
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 16 siswa atau 64,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes agar tubuh
menjadi kuat. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi agar tubuh
menjadi kuat sebanyak 9 siswa atau 36,00%. Hasil selengkapnya dapat
dilihat dalam Gambar 5. berikut :
16 64.0 64.0 64.09 36.0 36.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
51
36.00%
64.00%
TidakYa
Gambar 5.
Diagram lingkaran faktor tubuh menjadi kuat
3) Faktor Badan menjadi kurus
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) di
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk memperoleh badan
yang lebih kurus diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Faktor Badan Menjadi Kurus
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 20 siswa atau 80,00%
tidak memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes agar
badan menjadi lebih kurus. Sedang siswa yang memiliki motivasi agar
5 20.0 20.0 20.020 80.0 80.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
52
80.00%
20.00%
TidakYa
badan menjadi lebih kurus sebanyak 5 siswa atau 20,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 6. berikut:
Gambar 6.
Diagram Lingkaran faktor tubuh menjadi kurus
4) Faktor Menjaga kesehatan badan
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) di
Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk menjaga kesehatan
badan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Faktor Menjaga Kesehatan Badan
22 88.0 88.0 88.03 12.0 12.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
53
12.00%
88.00%
TidakYa
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 22 siswa atau 88,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes untuk
menjaga kesehatan badan. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi
untuk menjaga kesehatan badan sebanyak 3 siswa atau 12,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 7. berikut:
Gambar 7
Diagram Lingkaran Faktor untuk Menjaga Kesehatan Badan
b. Aktivitas Sehari-hari
Hasil penelitian motivasi intrinsik pada indikator aktivitas sehari-
hari yang terdiri dari 5 butir pertanyaan yang memuat tentang faktor hobi,
kebutuhan, menjaga kondisi fisik tetap sehat dan kesenangan sejak kecil..
Secara terperinci hasil penelitian masing-masing faktor dari aktivitas
sehari-hari dapat dijelaskan sebagai berikut.
54
36.00%
64.00%
TidakYa
1) Faktor Hobi
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena merupakan
hobi yang harus dikembangkan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 8. Faktor Hobi
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 16 siswa atau 64,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes merupakan
salah satu hobi mereka. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi yang
merupakan salah satu hobi sebanyak 9 siswa atau 36,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 8. berikut:
Gambar 8
Diagram Lingkaran Faktor Hobi
16 64.0 64.0 64.09 36.0 36.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
55
2) Faktor Kebutuhan
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal merupakan salah
satu kebutuhan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 9. Faktor Kebutuhan
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 13 siswa atau 52,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes merupakan
salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedang siswa yang tidak
memiliki motivasi yang merupakan salah satu kebutuhan sebanyak 12
siswa atau 48,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 9.
berikut:
12 48.0 48.0 48.013 52.0 52.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
56
52.00% 48.00%
TidakYa
Gambar 9.
Diagram Lingaran Faktor Kebutuhan
3) Faktor Kondisi fisik menjadi lebih baik
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk
memperoleh kondisi fisik menjadi lebih baik diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 10. Faktor Kondisi Fisik menjadi Lebih Baik
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 18 siswa atau 72,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes untuk
memperoleh kondisi fisik menjadi lebih baik. Sedang siswa yang tidak
18 72.0 72.0 72.07 28.0 28.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
57
28.00%
72.00%
TidakYa
memiliki motivasi agar kondisi fisik menjadi lebih baik sebanyak 7 siswa
atau 28,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 10. berikut:
Gambar 10
Diagram Lingkaran Faktor Kondisi Fisik menjadi lebih Baik
4) Faktor Kesenangan Sejak kecil
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal merupakan
kesenangan sejak kecil diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 11. Faktor Kesenangan Sejak Kecil
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 11 siswa atau 44,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes merupakan
kesenangan sejak waktu kecil. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi
11 44.0 44.0 44.014 56.0 56.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
58
56.00%
44.00%
TidakYa
yang merupakan kesenangan sejak kecil sebanyak 14 siswa atau 56,00%.
Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 11. berikut:
Gambar 11
Diagram Lingkaran Faktor Kesenangan Sejak Kecil
c. Untuk Mencapai Sukses
Hasil penelitian motivasi intrinsik pada indikator untuk mencapai
sukses terdiri dari 3 butir pertanyaan yang memuat tentang cita-cita sejak
kecil, keinginan menjadi atlit dan untuk memperoleh nilai yang baik.
Secara terperinci hasil penelitian masing-masing faktor dari untuk
mencapai sukses dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Faktor Cita-cita menjadi guru Olahraga
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena memiliki
cita-cita untuk menjadi guru olahraga diperoleh hasil sebagai berikut :
59
48.00% 52.00%
TidakYa
Tabel 12. Faktor Cita-cita Menjadi Guru Olahraga
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 13 siswa atau 52,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
memiliki cita-cita menjadi guru olahraga. Sedang siswa yang tidak
memiliki motivasi untuk menjadi guru olahraga sebanyak 12 siswa atau
48,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 12. berikut:
Gambar 12
Diagram Lingkaran Faktor Keinginan Menjadi Guru Olahraga
13 52.0 52.0 52.012 48.0 48.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
60
32.00%
68.00%
TidakYa
2) Faktor Keinginan menjadi atlit
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena memiliki
keiginan untuk menjadi atlit diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 13. Faktor Keinginan Menjadi Atlit
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 17 siswa atau 68,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
memiliki keinginan untuk menjadi atlit. Sedang siswa yang tidak memiliki
motivasi untuk menjadi atlit sebanyak 8 siswa atau 32,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 13. berikut:
Gambar 13
Diagram Lingkaran Faktor Keinginan Menjadi Atlit
17 68.0 68.0 68.08 32.0 32.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
61
4.00%
96.00%
TidakYa
3) Faktor Nilai yang bagus
Motivasi intrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk
memperoleh nilai yang bagus diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 14. Faktor Nilai yang bagus
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 24 siswa atau 96,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
ingin memperoleh nilai yang bagus. Sedang siswa yang tidak memiliki
motivasi untuk memperoleh nilai yang bagus sebanyak 1 siswa atau
4,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 14. berikut:
Gambar 14.
Diagram Lingkaran Faktor nilai yang bagus
24 96.0 96.0 96.01 4.0 4.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
62
2. Motivasi Ekstrinsik
a. Untuk bermasyarakat
Hasil penelitian motivasi ekstrinsik pada indikator untuk
bermasyarakat terdiri dari 6 butir pertanyaan yang memuat tentang faktor
guru yang baik, permintaan orang tua, mencari teman, dan kebanggan orang
tua. Secara terperinci hasil penelitian masing-masing faktor dari untuk
bermasyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Faktor Guru yang baik
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena guru
olahraga yang baik diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 15. Faktor guru yang baik
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 14 siswa atau 56,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
faktor guru yang baik. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi
mengikuti pelajaran Penjasorkes karena guru yang baik sebanyak 11
responden atau 44,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar
15. berikut :
14 56.0 56.0 56.011 44.0 44.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
63
44.00%
56.00%
TidakYa
Gambar 15.
Diagram Lingkaran Faktor Guru yang Baik
2) Permintaan orang tua
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk permintaan
dari orang tua diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 16. Faktor Permintaan Orang Tua
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 15 siswa atau 60,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
permintaan orang tua. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi karena
permintaan orang tua sebanyak 10 siswa atau 40,00%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat dalam Gambar 16. berikut:
15 60.0 60.0 60.010 40.0 40.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
64
40.00%
60.00%
TidakYa
Gambar 16.
Diagram Lingkaran Faktor Permintaan Orang Tua
3) Mencari teman
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk mencari
teman diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 17. Faktor Untuk Mencari Teman
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 20 siswa atau 80,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes untuk
mencari teman. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi untuk mencari
20 80.0 80.0 80.05 20.0 20.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
65
20.00%
80.00%
TidakYa
teman sebanyak 5 siswa atau 20,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat
dalam Gambar 17 berikut:
Gambar 17.
Diagram Lingkaran Faktor Mencari Teman
4) Kebanggaan Orang tua
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal untuk kebanggaan orang tua diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 18. Faktor Kebanggan Orang Tua
13 52.0 52.0 52.012 48.0 48.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
66
48.00% 52.00%
TidakYa
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 13 siswa atau 52,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
untuk kebanggaan orang tua. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi
untuk kebanggaan orang tua sebanyak 12 siswa atau 48,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 18. berikut:
Gambar 18.
Diagram Lingkaran Faktor Kebanggan Orang Tua
5) Simpati
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal karena faktor simpati diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 19. Faktor Simpati
19 76.0 76.0 76.06 24.0 24.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
67
48.00% 52.00%
TidakYa
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 19 siswa atau 76,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
faktor simpati. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi mengikuti
pelajaran Penjasorkes karena faktor simpati sebanyak 6 siswa atau
24,00%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 19. berikut:
Gambar 19. Diagram Lingkaran Faktor Simpati
b. Mendapatkan Pengetahuan dan Pengalaman
Hasil penelitian motivasi ekstrinsik pada indikator mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman terdiri dari 2 butir pertanyaan yang memuat
tentang faktor mencari pengalaman dan menambah wawasan. Secara
terperinci hasil penelitian masing-masing faktor dari mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman dapat dijelaskan sebagai berikut.
68
44.00%
56.00%
TidakYa
1) Mencari Pengalaman
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal untuk mencari
pengalaman diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 20. Faktor Pengalaman
Berdasarkan tabel di atas, bahwa sebanyak 14 siswa atau 56,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes
dikarenakan mencari pengalaman. Sedang siswa yang tidak memiliki
motivasi untuk mencari pengalaman sebanyak 11 siswa atau 44,00%. Hasil
selengkapnya dapat dilihat dalam Gambar 20. berikut:
Gambar 20.
Diagram Lingkaran Faktor Pengalaman
14 56.0 56.0 56.011 44.0 44.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
69
52.00% 48.00%
TidakYa
2) Faktor Menambah Wawasan
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal untuk menambah wawasan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 21. Faktor Menambah Wawasan
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 12 siswa atau 48,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes untuk
menambah wawasan. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi untuk
menambah wawasan sebanyak 13 siswa atau 52,00%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat dalam Gambar 21. berikut:
Gambar 21. Diagram Lingkaran Faktor Menambah Wawasan
12 48.0 48.0 48.013 52.0 52.0 100.025 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
70
c. Mendapatkan Kesenangan
Hasil penelitian motivasi ekstrinsik pada indikator mendapatkan
kesenangan terdiri dari 2 butir pertanyaan yang memuat tentang faktor
mencari perhatian dan kesenangan orang tua. Secara terperinci hasil penelitian
masing-masing faktor dari mendapatkan kesenangan dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1) Faktor Memperoleh Pujian
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Kendal untuk memperoleh pujian diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 22. Faktor Memperoleh Pujian
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 17 siswa atau 68,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes untuk
memperoleh pujian. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi untuk
memperoleh pujian sebanyak 8 siswa atau 32,00%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat dalam Gambar 22. berikut:
17 68.0 68.0 68.08 32.0 32.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
71
32.00%
68.00%
TidakYa
Gambar 22.
Diagram Lingkaran Faktor Memperoleh Pujian
2) Faktor Hobi orang tua
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena merupakan
hoby orang tua diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 23. Faktor Hobi Orang Tua
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 23 siswa atau 92,00%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes
dikarenakan hobi orang tua. Sedang siswa yang tidak memiliki motivasi
23 92.0 92.0 92.02 8.0 8.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
72
8.00%
92.00%
TidakYa
karena hobi orang tua sebanyak 2 siswa atau 8,00%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat dalam gambar 23. berikut:
Gambar 23.
Diagram Lingkaran Faktor Hobi Orang Tua
d. Peran Serta Guru
Hasil penelitian motivasi ekstrinsik pada indikator peran serta guru
terdiri dari 1 butir pertanyaan yang memuat tentang faktor pelajaran
Penjasorkes merupakan pelajaran yang menarik. Secara terperinci hasil
penelitian faktor dari peran serta guru dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Pelajaran yang menarik
Motivasi ekstrinsik mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan bagi siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal karena pelajaran
Penjasorkes merupakan pelajaran yang menarik diperoleh hasil sebagai
berikut :
73
8.00%
92.00%
TidakYa
Tabel 24. Faktor Pelajaran yang Menarik
Berdasarkan tabel diatas, bahwa sebanyak 23 siswa atau 92%
memiliki motivasi mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes karena
pelajaran Penjasorkes merupakan pelajaran yang menarik. Sedang siswa
yang tidak memiliki motivasi karena pelajaran Penjasorkes merupakan
pelajaran yang menarik sebanyak 2 siswa atau 8,00%. Hasil selengkapnya
dapat dilihat dalam Gambar 24 berikut:
Gambar 24.
Diagram Lingkaran Faktor Pelajaran Yang Menarik
23 92.0 92.0 92.02 8.0 8.0 100.0
25 100.0 100.0
YaTidakTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
74
4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang menunjukkan bahwa motivasi yang
dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti
proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal
berdasarkan analisis data yang terkumpul maka dapat diperoleh hasil sebanyak 16
siswa atau 64,00% yang memiliki motivasi yang dapat mendorong siswa
berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran
Penjasorkes dalam kategori sedang, sebanyak 9 siswa atau 36,00% yang memiliki
motivasi yang dapat mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara)
dalam mengikuti proses pembelajaran Penjasorkes dalam kategori tinggi dan tidak
ada yang memiliki kategori rendah.
Motivasi intrinsik yang mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu
wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sebanyak 68,00% dalam kategori sedang.
Selain motivasi intrinsik yang berperan dalam memotivasi siswa
berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses pembelajaran
Penjasorkes, motivasi dari luar (ekstrinsik) juga berperan di dalamnya. Hasil
survei menunjukkan bahwa besarnya motivasi ekstrinsik rata-rata mencapai
76,00% dalam kategori sedang.
1. Motivasi Intrinsik
Berdasarkan hasil analisis di atas maka motivasi intrinsik yang mendorong
siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebanyak 68,00% dalam
75
kategori sedang. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar siswa
memiliki motivasi intrinsik yang muncul dari diri siswa dalam menguikuti
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Motivasi yang muncul dari diri siswa
dalam hal keinginan untuk memperoleh kesehatan bagi tubuhnya. Ada beberapa
alasan penderita tunarungu wicara mengikuti kegiatan Penjasorkes ditinjau dari
motivasi intrinsik, antara lain: faktor kesehatan sebanyak 100%, tubuh yang kuat
64,00%, badan menjadi kurus sebanyak 80,00%, menjaga kesehatan badan
sebanyak 88,00%, faktor hobi sebanyak 64,00%, faktor kebutuhan sebanyak
52,00%, kondisi fisik menjadi baik sebanyak 72,00%, kesenangan sejak kecil
sebanyak 44,00%, cita-cita menjadi guru olahraga 52,00%, keinginan menjadi
atlet 68,00%, dan mendapat nilai bagus 96,00%.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keinginan untuk memperoleh kesehatan
dengan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara
keseluruhan dijawab “ya” oleh seluruh responden (100%). Hal ini memberikan
gambaran bahwa siswa telah mengetahui bahwa dengan mengikuti pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan kondisi kesehatan badan akan semakin baik.
Demikian pula untuk menjaga kesehatan badan, sebanyak 88,00% responden
menjawab bahwa dengan mengikuti pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
akan dapat menjaga kesehatan badan. Karena dengan berolahraga kondisi badan
akan lebih terjamin kesehatannnya dibandingkan dengan yang tidak ikut dalam
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Sedangkan pada indikator-indikator yang lain misalnya karena faktor
kesenangan sejak kecil, sebagian besar responden menjawab tidak, yaitu sebanyak
76
56,00%. Hal ini memberikan gambaran bahwa keinginan untuk mengikuti
pendidikan jasmani belum muncul sejak dini pada diri siswa berkebutuhan khusus
(tunarungu wicara) siswa Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal.
Secara keseluruhan bahwa motivasi intrinsik siswa berkebutuhan khusus
(tunarungu wicara) Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal termasuk dalam
kategori sedang yaitu sebanyak 68,00% sedangkan lainnya termasuk dalam
kategori tinggi sebanyak 32,00% dan yang termasuk dalam kategori kurang tidak
ada. Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan siswa akan kesehatan badan
dengan ikut pada pendidikan jasmani telah muncul dari diri siswa berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara) siswa Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal.
2. Motivasi Esktrinsik
Motivasi ekstrinsik terjadi karena adanya dorongan atau rangsangan dari
luar diri siswa. Menurut Max Darsono (2000 : 63) motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dalam diri seorang karena pengaruh dari rangsangan luar.
Hasil survei menunjukkan bahwa besarnya motivasi ekstrinsik rata-rata mencapai
76,00% dalam kategori sedang. Ada beberapa alasan penderita tunarungu wicara
mengikuti kegiatan Penjasorkes ditinjau dari motivasi ekstrinsik, antara lain: guru
yang baik sebanyak 56,00%, permintaan orang tua sebanyak 60,00%, mencari
teman sebanyak 80,00%, kebanggaan orang tua sebanyak 52,00%, faktor simpati
sebanyak 76,00%, mencari pengalaman sebanyak 56,00%, menambah wawasan
sebanyak 48,00%, memperoleh pujian sebanyak 68,00%, hobi orang tua sebanyak
92,00%, dan pelajaran yang menarik sebanyak92,00%.
77
Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi
ekstrinsik diluar tingkah laku tersebut. Menurut hasil penelitian bahwa motivasi
ekstrinsik siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) siswa Sekolah Luar
Biasa ABC “Swadaya” Kendal termasuk dalam kategori sedang. Hal ini
memberikan gambaran bahwa para siswa Sekolah Luar Biasa ABC masih
memerlukan motivasi yang berasal dari luar diri siswa. Motivasi dari luar diri
siswa tersebut dapat berasal dari teman sebaya, orang tua pendidikan maupun
pihak luar yang dapat meningkatkan minat untuk mengikuti pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan. Dengan dorongan yang ada karena adanya keterbatasan
yang ada (tunarungu wicara) maka siswa Sekolah Luar Biasa sangat memerlukan
dorongan dari luar.
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, motivasi yang dapat
mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti
proses pembelajaran Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa ABC “Swadaya” Kendal
sudah baik. Karena sebanyak 16 siswa atau 64,00% memiliki motivasi yang dapat
mendorong siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti
proses pembelajaran Penjasorkes dalam kategori sedang, sebanyak 9 siswa atau
36,00% dalam kategori tinggi. Faktor motivasi instrinsik yang dapat mendorong
siswa berkebutuhan khusus (tunarungu wicara) dalam mengikuti proses
pembelajaran Penjasorkes dalam kategori sedang sebanyak 68,00% dan sebanyak
32,00% memiliki faktor motivasi intrinsik yang tinggi. Sedangkan yang memiliki
faktor motivasi ekstrinsik dalam kategori sedang sebanyak 76,00% dan sebanyak
14,00% memiliki faktor motivasi ekstrinsik dalam kategori rendah.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka dikemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pemberian motivasi dari guru olahraga sangat diperlukan untuk
menumbuhkan motivasi dari luar siswa, karena dengan memberikan motivasi
berupa dorongan untuk selalu menjaga kesehatan tubuh dengan cara
79
keikutsertaan dalam pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
akan dapat menjaga kesehatan tubuh siswa.
2. Dengan penuh kesabaran dan perhatian yang khusus, perlunya diberikan
semangat bagi pada siswa untuk selalu ingin maju dan berkembang seperti
halnya anak-anak normal lainnya. Dengan pemberian semangat tersebut akan
dapat memunculkan motivasi dari diri siswa yang mengalami berkebutuhan
khusus (tunarungu wicara).
80
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2003. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta. Andurrahman Mulyono. 1990. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta. Achmad Sugandi. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT UMK UNNES. Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Beltasar Tarigan. 1999. penjaskes Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Dimyati Mahmud. 1989. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dimyati dan Mudjiyono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hasibuan. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Rosdakarya. Harsuki. 1999. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Kamiso. 1991. Ilmu Kepelatihan Dasar. Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1993. Jakarta: Balai Pustaka. M Amin. 1981. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Masri Singarimbun. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Max Darsono. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Monty Satiadarma. 2000. Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : Primacon
Jaya Dinamika. Oemar Hamalik. 1999. kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. -------------------- 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. Sardiman AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
81
Singgih D. Gunarso. 1989. Psikologi Olahraga. Semarang: FPOK IKIP. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Hs. 1989. Ortodidaktik Tuna Rungu Wicara Jurusan B Untuk SPGLB.
Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tri Anni Chatarina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UMK UNNES. Yusuf Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :
Rosdakarya. http://id.wikipedia.org/wiki/Anak berkebutuhan khusus (20/ 1/ 2009)
82
83
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Kampus Sekaran Gunung pati Semarang 50229 Telp.8508007 Fax.8508007 Email: FIK-UNNES SMG.@.COM
KEPUTUSAN
DEKAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR: 07/FIK/2008
TENTANG PENETAPAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI SMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2008/2009
DEKAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Menimbang : bahwa untuk memperlancar mahasiswa FIK membuat skripsi, maka
perlu menetapkan Dosen-dosen FIK UNNES untuk menjadi pembimbing.
Mengingat : 1. ..................................................................... Memperhatikan : Usul Ketua Jurusan PJKR tanggal 1 September 2008
MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : menunjuk dengan menugaskan kepada : 1. Nama : Drs. Uen Hartiwan, M.Pd NIP : 131281216 Pangkat/Gol : Pembina/ IV a Jabatan : Lektor Kepala Mata Kuliah : Pend. Gerak Softball Sebagai Pembimbing Utama 2. Nama : Drs. H. Sulaiman, M.Pd NIP : 131813670 Pangkat/Gol : Pembina/ IV a Jabatan : Lektor Kepala Mata Kuliah : Biomekanika Olahraga Sebagai Pembimbing Pendamping Untuk membimbing mahasiswa penyusun skripsi : Nama : DIAN LUTHFIYANA NIM : 6101405069 Jurusan : PJKR Ditetapkan di : Semarang Pada tanggal : 4 September 2008 An. Dekan Pembantu Dekan Bidang Akademik Drs. M. Nasution, M.Pd NIP. 131876219
84
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PJKR Kampus Sekaran Gunung pati Semarang 50229 Telp.8508007 Fax.8508007 Email: FIK-UNNES SMG.@.COM
Nomor : 464/PJKR/VII/2008 Lamp : - Hal : Usul Penetapan pembimbing Yth. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES Kampus Sekaran Gunung Pati di SEMARANG Merujuk Keputusan Rektor UNNES Nomor 73/1995 tentang Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program S1 Pasal 7 mengenai Penentuan Pembimbing, dengan ini saya usulkan :
1. Nama : Drs. Uen Hartiwan, M.Pd NIP : 131281216 Pangkat/Gol : Pembina/ IV a Jabatan : Lektor Kepala Mata Kuliah : Pend. Gerak Softball Sebagai Pembimbing Utama 2. Nama : Drs. H. Sulaiman, M.Pd NIP : 131813670 Pangkat/Gol : Pembina/ IV a Jabatan : Lektor Kepala Mata Kuliah : Biomekanika Olahraga Sebagai Pembimbing Pendamping Dalam penyusunan Skripsi oleh mahasiswa : Nama : DIAN LUTHFIYANA NIM : 6101405069 Jurusan : PJKR
TEMA : ”SURVEI MOTIVASI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU
WICARA) TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SLB ABC ”SWADAYA” KENDAL”
Untuk itu mohon diterbitkan surat penetapannya. Ketua Jurusan PJKR Drs. Hermawan Pamot. R, M.Pd NIP. 131961216
85
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Kampus Sekaran Gunung pati Semarang 50229 Telp.8508007 Fax.8508007 Email: FIK-UNNES SMG.@.COM
Nomor : 1127/H37.1.6/PP/2008 Lamp : Hal : Permohonan Observasi Lapangan Yth. Kepala SLB ABC ”Swadaya”
Jl. Masjid No. 30 Karangtengah
Kaliwungu, Kab. Kendal
Dengan hormat,
Dalam rangka tugas penyelesaian tugas Skripsi mahasiswa kami jurusan PJKR FIK –
UNNES, dengan ini Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES memohonkan ijin untuk
melakukan observasi di tempat saudara yang akan dilaksanakan pada tanggal 14-15
Januari 2009.
Nama : DIAN LUTHFIYANA
NIM : 6101405069
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
An. Dekan
Pembantu Dekan Bid. Akademik
Drs. M. Nasution, M.Pd
NIP. 131876219
86
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Kampus Sekaran Gunung pati Semarang 50229 Telp.8508007 Fax.8508007 Email: FIK-UNNES SMG.@.COM
Nomor : 42B/H37.1.6/PL/2008 Lamp : Hal : Permohonan Ijin Penelitian Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan studi mahasiswa kami untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Strata 1, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES memohon ijin Saudara: Nama : DIAN LUTHFIYANA NIM : 6101405069 Prodi/Smester : PJKR S1 / VII Untuk mengadakan penelitian dengan judul : ‘SURVEI MOTIVASI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNA RUNGU) TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENJAS DI SEKOLAH LUAR BIASA ABC ” SWADAYA” KENDAL” Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
87
SLB ABC ”SWADAYA’ KENDAL Jl. Masjid No. 30 Karangtengah
Kecamatan Kaliwungui Kabupaten Kendal Tlp. 08157682454
SURAT KETERANGAN No. 009/SK/SLB/II/2009
Berdasarkan Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu
Keolahragaan Semarang no. 42 b/H.37.1.6/PL/2009 untuk mahasiswa
program studi Strata 1 Ilmu Keolahragaan tersebut di bawah ini :
Nama : DIAN LUTHFIYANA
NIM : 6101405069
Prodi : PJKR / S1
Judul : ”SURVEI MOTIVASI SISWA BERKEBUTUHAN
KHUSUS (TUNARUNGU WICARA) TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SLB ABC ”SWADAYA”
KENDAL”
Kaliwungu, 27 Februari
Kepala
SLB ABC ”Swadaya” Kendal
RIYATNI NIP. 130884096
88
KISI-KISI ANGKET MOTIVASI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
(TUNARUNGU WICARA) DALAM PROSES PEMBELAJARAN
PENJASORKES
Motivasi Komponen Indikator Pertanyaan Jawaban Ya Tidak
Motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. • Motivasi intrinsik
adalah dorongan yang berasal dari diri sendiri.
• Motivasi ekstrinsik terjadi karena dorongannya tumbuh karena adannya rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik Motivasi ekstrinsik
1. Menjadikan tubuh sehat
2. Aktivitas
sehari-hari 3. Untuk
mencapai sukses
1. 1. Untuk ber-
masyarakat
1. Saya mengikuti pelajaran penjas agar tubuh menjadi sehat.
2. Saya mengikuti pelajaran penjas supaya tubuh kuat.
3. Saya mengikuti pelajaran penjas agar badan saya kurus.
4. Saya mengikuti pelajaran penjas untuk menjaga kesehatan badan.
1. Saya mengikuti pelajaran
penjas karena hobi saya olahraga.
2. Olahraga merupakan kebutuhan saya.
3. saya mengikuti pelajaran penjas untuk menghilangkan kejenuhan di dalam kelas.
4. Kondisi fisik saya menjadi baik setelah mengikuti pelajaran penjas.
5. Saya senang berolahraga sejak kecil.
1. Saya mengikuti pelajaran
penjas karena cita-cita saya menjadi guru olahraga.
2. Saya mengikuti pelajaran penjas karena saya ingin menjadi atlet.
3. Saya ingin mendapatkan nilai yang bagus.
1. Saya mengikuti pelajaran
penjas karena guru olahraga saya baik.
89
2. Mendapat pengetahuan dan pengalaman
3. Mendapat kesenangan
4. Peran serta guru
2. Saya mengikuti pelajaran penjas karena disuruh orang tua saya.
3. Saya mengikuti pelajaran penjas agar teman saya tambah banyak.
4. Saya mengikuti pelajaran penjas agar orang tua saya bangga saya bisa melakukan olahraga.
5. Saya ingin mendapat simpati dari guru olahraga.
1. Setelah mengikuti pelajaran penjas, pengalaman berolahraga saya menjadi banyak.
2. Setelah mengikuti pelajaran penjas wawasan saya bertambah banyak.
1. Saya mengikuti pelajaran
penjas agar dipuji teman. 2. Saya mengikuti pelajaran
penjas karena orang tua saya senang berolahraga.
1. Saya mengikuti pelajaran
penjas karena guru olahraga saya ramah, baik, akrab dengan saya, dan pembelajarannya mudah dipahami karena gerakan-gerakannya mudah.
90
ANGKET UJI COBA PENELITIAN
SLB BAGIAN B WIDYA BHAKTI SEMARANG
91
TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET PENELITIAN
No No Resp BUTIR SOAL BUTIR SOAL Total Ganjil Genap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 221 UC-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 20 10 10 2 UC-02 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 8 11 3 UC-03 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 10 10 4 UC-04 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 16 8 8 5 UC-05 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 10 10 6 UC-06 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 17 8 9 7 UC-07 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 17 8 9 8 UC-08 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 15 7 8 9 UC-09 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 14 7 7
10 UC-10 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 15 6 9 11 UC-11 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 12 7 5 12 UC-12 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 16 6 10 13 UC-13 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 3 1 14 UC-14 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 9 8 15 UC-15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 17 8 9 16 UC-16 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 18 9 9 17 UC-17 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 2 18 UC-18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 11 11 19 UC-19 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 14 7 7 20 UC-20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 11 10 21 UC-21 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 10 5 5 22 UC-22 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 9 10 23 UC-23 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 15 7 8 24 UC-24 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 13 6 7 25 UC-25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 14 7 7
Valid
itas
�X 22 24 14 24 17 19 8 20 16 17 18 22 24 13 20 19 19 16 13 10 17 16 388 188 200 �X2 22 24 14 24 17 19 8 20 16 17 18 22 24 13 20 19 19 16 13 10 17 16 �XY 362 385 246 384 288 323 122 333 276 297 301 364 385 226 339 322 325 285 225 183 295 274
rxy 0.556 0.561 0.508 0.516 0.455 0.578 -0.041 0.496 0.507 0.625 0.423
0.610
0.561
0.426
0.628 0.558 0.6
20 0.67
1 0.40
9 0.49
9 0.58
7 0.47
0
rtabel 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396
0.396
0.396
0.396
0.396 0.396 0.3
96 0.39
6 0.39
6 0.39
6 0.39
6 0.39
6 �
Kategori Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid �
92
PERHITUNGAN VALIDITAS ANGKET PENELITIAN
Rumus :
Kriteria Butir angket Valid jika rxy > rtabel
Perhitungan : berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1.
No. X Y X2 Y2 XY 1 1 20 1 400 20 2 0 19 0 361 0 3 1 20 1 400 20 4 1 16 1 256 16 5 1 20 1 400 20 6 1 17 1 289 17 7 1 17 1 289 17 8 1 15 1 225 15 9 1 14 1 196 14 10 1 15 1 225 15 11 1 12 1 144 12 12 1 16 1 256 16 13 0 4 0 16 0 14 1 17 1 289 17 15 1 17 1 289 17 16 1 18 1 324 18 17 0 3 0 9 0 18 1 22 1 484 22 19 1 14 1 196 14 20 1 21 1 441 21 21 1 10 1 100 10 22 1 19 1 361 19 23 1 15 1 225 15 24 1 13 1 169 13 25 1 14 1 196 14 Σ 22 388 22 6540 362
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
25 x 362
rxy
=
25 x 22 - 22 2
rxy = 0.556
Pada α = 5% dengan N= 25 diperoleh rtabel = 0,396
karena rxy > r tabel, maka angket No. 1 tersebut Valid.
( )( )( ){ } ( ){ }2222xyr
ΣΥ−ΝΣΥΣΧ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΝΣΧΥ=
93
PERHITUNGAN RELIABILITAS ANGKET PENYESUAIAN DIRI
Rumus : Kriteraia : Antara 0,800 - 1,00 adalah sangat tinggi Antara 0,600 - 0,800 adalah tinggi Antara 0,400 - 0,600 adalah Cukup Antara 0,200 - 0,400 adalah sangat rendah Perhitungan : berikut ini perhitungan korelasi antara skor ganjil dan genap No. X Y X2 Y2 XY 1 10 10 100 100 100 2 8 11 64 121 88 3 10 10 100 100 100 4 8 8 64 64 64 5 10 10 100 100 100 6 8 9 64 81 72 7 8 9 64 81 72 8 7 8 49 64 56 9 7 7 49 49 49 10 6 9 36 81 54 11 7 5 49 25 35 12 6 10 36 100 60 13 3 1 9 1 3 14 9 8 81 64 72 15 8 9 64 81 72 16 9 9 81 81 81 17 1 2 1 4 2 18 11 11 121 121 121 19 7 7 49 49 49 20 11 10 121 100 110 21 5 5 25 25 25 22 9 10 81 100 90 23 7 8 49 64 56 24 6 7 36 49 42 25 7 7 49 49 49 � 188 200 1542 1754 1622 Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
25 x 1622 188 x 200
rxy
= 25 x 1542 - 188 2 25 x 1754 - 200 2 rxy = 0.840 Setelah diketahui hasil rxy maka dimasukan dalam rumus reliabilitas r11 = 2 x 0.840 1 + 0.84 r11 = 0.91285 Pada � = 5% dengan N= 25 diperoleh rtabel = 0,396 karena rxy > r tabel, maka angket tersebut reliabel
xy
xy11 r1
r.2r
+=
94
ANGKET PENELITIAN
SLB ABC ”SWADAYA” KENDAL
95
TABEL DISTRIBUSI DATA HASIL PENELITIAN
No Nomor Angket Jumlah Kategori1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Tinggi2 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 8 Tinggi3 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 Sedang4 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Tinggi5 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 7 Sedang6 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 Tinggi7 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 6 Sedang8 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 Sedang9 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 6 Sedang
10 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 Sedang11 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6 Sedang12 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 8 Tinggi13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 9 Tinggi14 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 6 Sedang15 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 6 Sedang16 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Sedang17 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 6 Sedang18 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 6 Sedang19 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Tinggi20 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6 Sedang21 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 5 Sedang22 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 9 Tinggi23 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 7 Sedang24 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 5 Sedang25 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 7 Sedang�X 25 16 5 22 16 12 18 11 13 17 18 173
Jawaban Ya 25 16 5 22 16 12 18 11 13 17 18 173 Jawaban Tidak 0 9 20 3 9 13 7 14 12 8 7 102
Ya 100% 64.00% 20.00% 88.00% 64.00% 48.00% 72.00% 44.00% 52.00% 68.00% 72.00% 62.91% Tidak 0.00% 36.00% 80.00% 12.00% 36.00% 52.00% 28.00% 56.00% 48.00% 32.00% 28.00% 37.09% 100%
96
No Nomor Angket Jumlah Kategori Skor Total % Kategori
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 Tinggi 16 76.19% Tinggi2 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 Tinggi 15 71.43% Tinggi3 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 Tinggi 14 66.67% Sedang4 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 Tinggi 16 76.19% Tinggi5 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Tinggi 15 71.43% Tinggi6 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 Tinggi 17 80.95% Tinggi7 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 Sedang 12 57.14% Sedang8 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 5 Sedang 9 42.86% Sedang9 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 Tinggi 14 66.67% Sedang
10 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 Tinggi 14 66.67% Sedang11 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 5 Sedang 11 52.38% Sedang12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tinggi 18 85.71% Tinggi13 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 Tinggi 16 76.19% Tinggi14 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6 Sedang 12 57.14% Sedang15 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 Tinggi 13 61.90% Sedang16 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 Sedang 13 61.90% Sedang17 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 6 Sedang 12 57.14% Sedang18 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 Sedang 11 52.38% Sedang19 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 7 Tinggi 17 80.95% Tinggi20 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 Tinggi 14 66.67% Sedang21 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 Sedang 10 47.62% Sedang22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tinggi 19 90.48% Tinggi23 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 Tinggi 14 66.67% Sedang24 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 5 Sedang 10 47.62% Sedang25 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 5 Sedang 12 57.14% Sedang�X 24 14 15 20 13 19 14 12 17 23 9
Jawaban Ya 24 14 15 20 13 19 14 12 17 23 16Jawaban Tidak 1 11 10 5 12 6 11 13 8 2 0
Ya 96.00% 56.00% 60.00% 80.00% 52.00% 76.00% 56.00% 48.00% 68.00% 92.00% Tidak 4.00% 44.00% 40.00% 20.00% 48.00% 24.00% 44.00% 52.00% 32.00% 8.00%
97
Tabel frekuensi kesehatan
Kategori Jawaban frekuensi persen valid
persen komulatif persen
ya 25 25 100 100
Tubuh yang Sehat frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 9 36 36 36 ya 16 64 64 64
total 25 100 100 100
Badan yang Kuat frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 20 80 80 80 ya 5 20 20 20
total 25 100 100 100
Menjaga Kesehatan Badan frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 3 12 12 12 ya 22 88 88 88
total 25 100 100 100
Hobi frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 9 36 36 36 ya 16 64 64 64
total 25 100 100 100
Kebutuhan frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 13 52 52 52 ya 12 48 48 48 total 25 100 100 100
Permintaan Orang Tua
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 10 40 40 40 ya 15 60 60 60 total 25 100 100 100
98
Untuk Mencari Teman frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 5 20 20 20 ya 20 80 80 80 total 25 100 100 100
Faktor Kebanggan Orang
Tua
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 12 48 48 48 ya 13 52 52 52
total 25 100 100 100
Faktor Simpati frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 6 24 24 24 ya 19 76 76 76
total 25 100 100 100
Faktor Pengalaman
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 11 44 44 44 ya 14 56 56 56
total 25 100 100 100
Faktor Menambah Wawasan
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 13 52 52 52 ya 12 48 48 48
total 25 100 100 100
Kondisi Fisik menjadi Lebih Baik frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 7 28 28 28
99
ya 18 72 72 72 total 25 100 100 100
Kesenangan Sejak Kecil
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 13 52 52 52 ya 12 48 48 48
total 25 100 100 100
Cita-cita Menjadi Guru OR
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 12 48 48 48 ya 13 52 52 52
total 25 100 100 100
Keinginan Menjadi Atlit frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 8 32 32 32 ya 17 68 68 68
total 25 100 100 100
Nilai yang Bagus frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 1 4 4 4 ya 24 96 96 96
total 25 100 100 100
Guru yang Baik frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 11 44 44 44 ya 14 56 56 56
total 25 100 100 100
Memperoleh Pujian
frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 8 32 32 32 ya 17 68 68 68
100
total 25 100 100 100
Hobi Orang Tua frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 2 8 8 8 ya 23 92 92 92
total 25 100 100 100
Pelajaran yang Menarik frekuensi persen valid
persen komulatif persen
tidak 2 8 8 8 ya 23 92 92 92
total 25 100 100 100
101
ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MINAT SISWA MENGIKUTI PELAJARAN PENJASKES
A. Faktor Motivasi Instrinsik Range = Data maksimal - Data minimal Data maksimal = 11 x 1 = 11 Data minimal = 11 x 0 = 0 Range = 11 0 = 11 Range
Panjang kelas int. =
Banyak Kelas = 11 : 3 = 3.67 Interval Interval Kategori 7.3 < Skor < 11.0 66.7% < % < 100.0% Tinggi 3.7 < Skor < 7.3 33.3% < % < 66.7% Sedang 0.0 < Skor < 3.7 0.0% < % < 33.3% Rendah Dari hasil penelitian diperoleh: Skor total = 8 Skor maksimal = 11 DP = Skor total x 100% Skor maksimal 8 x 100% = 72.7% 11 Kriteria = Tinggi
Jadi responden nomor 1 termasuk dalam kategori tinggi di dalam faktor instriksiknya B. Faktor Motivasi Ekstrinsik Range = Data maksimal - Data minimal Data maksimal = 10 x 1 = 10 Data minimal = 10 x 0 = 0 Range = 10 0 = 10 Range
Panjang kelas int. =
Banyak Kelas = 10 : 3 = 3.33 Interval Interval Kategori 6.7 < Skor < 10.0 66.7% < % < 100.0% Tinggi 3.3 < Skor < 6.7 33.3% < % < 66.7% Sedang 0.0 < Skor < 3.3 0.0% < % < 33.3% Rendah Dari hasil penelitian diperoleh:
102
Skor total = 8 Skor maksimal = 10 DP = Skor total x 100% Skor maksimal 8 x 100% = 80.0% 10 Kriteria = Tinggi
Jadi responden nomor 1 termasuk dalam kategori sedang di dalam faktor ekstrinsiknya Faktor Instrinsik dan Ekstrinsik Range = Data maksimal - Data minimal Data maksimal = 21 x 1 = 21 Data minimal = 21 x 0 = 0 Range = 21 0 = 21 Range
Panjang kelas int. =
Banyak Kelas = 21 : 3 = 7.00 Interval Interval Kategori 14.0 < Skor < 21.0 66.7% < % < 100.0% Tinggi 7.0 < Skor < 14.0 33.3% < % < 66.7% Sedang 0.0 < Skor < 7.0 0.0% < % < 33.3% Rendah Dari hasil penelitian diperoleh: Skor total = 16 Skor maksimal = 21 DP = Skor total x 100% Skor maksimal 16 x 100% = 76.19% 21 Kriteria = Tinggi
Jadi responden nomor 1 termasuk dalam kategori tinggi di dalam faktor instriksik dan ekstrinsiknya
103
DAFTAR RESPONDEN SLB ABC SWADAYA KENDAL
NO NAMA KELAS
1 FANI FENANDA D1
2 M. FIRDAUS JAVARIO D1
3 RIZAL DIAN WICAKSONO D1
4 BENEDIQTA DWI RIZKIA D2
5 ALFIADO RICO JANUAR D2
6 ISNI FAISOL D2
7 NUR ISNAINI D3
8 M. FAHRIZAL ILMI D3
9 A. KHOIRUL MUIN D3
10 RIZAL ALFIANTO D3
11 ASNAL MUQOSIM D3
12 M. IZUDIN D4
13 ELITA DWI WAHYU D5
14 SUPRI MAULANA D5
15 DAYANTI NOVITASARI D5
16 FARIZ STYADI D5
17 FITRI ARIYANA D6
18 DWI LESTARI D6
19 ARIF SAIFUDIN VII
20 RIZKI DIAN VII
21 FARID AMBRUJUKA VIII
22 NILA KURNIAWATI VIII
23 TRI KARTIKASARI VIII
24 BURHANUDIN AHMAD IX
25 WIKOH AYIYAH IX
104
DAFTAR GURU SLB ABC “SWADAYA” KENDAL
NO NAMA GURU JABATAN
1 RIYATNI Kepala SLB ABC “Swadaya”
2 UCU INDRAYATI Waka SLB ABC “Swadaya”
3 Dra. WIDIYATI NANI H. Guru Kelas
4 KANAFI Guru Kelas
5 SUSI SUDARTI Guru Kelas
6 PARIYEM Guru Kelas
7 SUTRIYANINGSIH Guru Kelas
8 Dra. SULARSIH Guru Kelas
9 ELAN AFILIA ARDIYANI, A.Ma Guru Kelas
10 ETI SULISTYOWATI Guru Kelas
11 KHOIRUL ULUM, S.Ag Guru Kelas
12 KHAYATUN M, SH Guru Kelas
13 FAUZAH, S.Ag Guru Kelas
14 SULISTYOWATI, S.Pd Guru Kelas
15 SRI SULISTYOWATI S.Sos I Guru Kelas
16 UMI ROHMATUL H. S. P Guru Kelas
17 MAHENDRA KUNCORO, S.Pd Guru Kelas
18 RIZKY PUTRI ANGGRAINI Guru Kelas
105
SLB ABC “Swadaya” Kendal
Lapangan Voli SLB ABC “Swadaya” Kendal
106
Gedung SLB ABC “Swadaya” Kendal
Kantor SLB ABC “Swadaya” Kendal
107
Peneliti memberi arahan kepada salah satu responden
Proses pengisian angket oleh responden
108
Proses pelaksanaan pengisian angket
Kegiatan setelah pengisian angket