Post on 15-Nov-2021
1
2
1. Home /
2. Archives /
3. Vol 1 No 01 (2012)
Published: 2012-12-12
Articles
EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE ASING DI INDONESIA DIKAJI DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 30 TAHUN 1999 (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Agung Nomor 01
K/Pdt.Sus/2010)
Ni Putu Rossica Sari, Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Nyoman A Martana
o PDF
“INSIDER TRADING“DALAM KEGIATAN PASAR MODAL MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1995
I.B PRIYANTA PUTRA, NI KETUT SUPASTI DARMAWAN, I KETUT WESTRA
o PDF
PERKAWINAN NYEBURIN BERBEDA AGAMA DITINJAU DARI HUKUM ADAT BALI (Studi
Kasus Di Banjar Dakdakan, Desa Pakraman Kelaci Kelod, Kabupaten Tabanan)
I WAYAN PUTRO ADNYANA, I WAYAN WINDIA, I KETUT SUDANTRA
o PDF
EKSISTENSI SAKSI MAHKOTA KAITANNYA DENGAN SPLITSING DALAM PEMBUKTIAN
PERKARA PIDANA
Sang Ayu Ditapraja Adipatni, I Wayan Sutarajaya, I Wayan Bela Siki Layang
o PDF
KEDUDUKAN DPRD KABUPATEN JEMBRANA DALAM PENGAWASAN TERHADAP
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
3
Ni Putu Wilda Karismawati, I Gede Yusa, I Wayan Suarbha
o PDF
SURAT PERINTAH PENGHENTIAN PENYIDIKAN (SP3) DALAM PERKARA TINDAK PIDANA
KORUPSI
Etik Jamsianah, I Gede Artha, Ni Nengah Adiyaryani
o PDF
PERANAN TIM LIKUIDASI DALAM RANGKA LIKUIDASI BANK
I MADE DARMADI YOGA, A.A. Gede Agung Dharmakusuma, Desak Putu Dewi KASIH
o PDF
PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI
DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA
I GUSTI AYU DIAN NINGRUMI, DEWA NYOMAN RAI ASMARAPUTRA, NYOMAN A. MARTANA
o PDF
IMPLEMENTASI PERIZINAN PEREDARAN OBAT NARKOTIKA DI KOTA DENPASAR
Nyoman Setiawan Adiwijaya, I Gusti Ngurah Wairocana, Cokorda Dalem Dahana
o PDF
PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
YANG BERAT ( UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK
ASASI MANUSIA )
I Gede Sadia Dwi Ratmaja, I Ketut Keneng, I Ketut Sudjana
o PDF
PERAN DINAS TENAGA KERJA DALAM MENCEGAH TERJADINYA MASALAH TKI DI LUAR
NEGERI
Soraya Taufik, Dewa Gede Rudy, I Made Dedy Priyanto
4
o PDF
1 PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP KASUS PENCEMARAN LINGKUNGAN
OLEH LIMBAH SABLON DI KABUPATEN BADUNG
Anom Eka Kusyadi, I Gusti Ngurah Wairocana, Putu Gede Arya Sumerthayasa
o PDF
PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN AKIBAT TERKENA SANKSI BAGI PEGAWAI
NEGERI SIPIL
I Made Adi Sucipta Yadnya, Cok Istri Anom Pemayun, I Ketut Suardita
o PDF
PENERAPAN “ASAS TIDAK ADA EKSTRADISI UNTUK KEJAHATAN POLITIK” TERHADAP
PENOLAKAN PERMINTAAN EKSTRADISI
Ketut Gede Sonny Wibawa, I Dewa Gede Palguna, Anak Agung Sri Utari
o PDF
PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PASAR MODAL
(STUDI KASUS PT BANK LIPPO Tbk)
Dewa Ayu Budiartini, Dewa Gde Rudy, Ni Putu Purwanti
o PDF
PERANAN DAN EFEKTIFITAS MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
LINGKUNGAN HIDUP DI BALI
Komang Tri Darmayanti, I Ketut Tjukup, I Nyoman Satyayudha Dananjaya
o PDF
KEKUATAN SURAT ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERSIDANGAN DITINJAU
DARI HUKUM ACARA PIDANA
Yudhistira Yudhistira, I Dewa Nyoman Sekar, I Ketut Sudjana
o PDF
5
PERAN SERTA MASYARAKAT DAERAH BANTARAN SUNGAI BADUNG DALAM
PENANGANAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH KOTA DENPASAR
Ida Bagus Ade Wihendra, I Gusti Ngurah Wairocana, Cokorda Dalem Dahana
o PDF
PENGATURAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH
DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA DENPASAR
I Gede Agus Yuliarta, I Gusti Ngurah Wairocana, I Ketut Sudiarta
o PDF
PEMBERIAN SANKSI ADMINISTRASI DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI DINAS
PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI
I Made Arya Junantara, Cok Istri Anom Pemayun, Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati
o PDF
6
KEDUDUKAN DPRD KABUPATEN JEMBRANA DALAM PENGAWASAN
TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
oleh
Ni Putu Wilda Karismawati
I Gede Yusa
I Wayan Suarbha
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana
Abstract
Parliament is element of the regional administration, the council has three functions,
legislative, budgetary, and oversight. oversight function is not described in the
oversight of the financial management area, so this area of financial management
oversight becomes blurred if being on legislation or oversight function.
Key words : Oversight, Parliament, Management, Financial local
I. PENDAHULUAN
Otonomi Daerah adalah terdapatnya keleluasaan Pemerintah Daerah untuk
mengatur dan menyelenggarakan sendiri pemerintahan atas dasar “prakarsa,
kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam rangka mengembangkan dan
memajukan daerahnya”.1 Dasar hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan
didaerah adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang mana dalam Pasal 41 menetapkan DPRD Provinsi/Kabupaten/Kota
mempunyai 3 fungsi yaitu:
a. Legislasi
1 Syaiful Rahman, 2004, Pembangunan dan Otonomi Daerah, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, h.
103
7
b. Anggaran
c. Pengawasan
Hal ini sama dengan Pasal 292 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang
MPR, DPR, DPD, DPRD.
Fungsi pengawasan dipertegas dalam Pasal 293 Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa salah satu tugas dan wewenang DPRD adalah
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan APBD.
Berdasarkan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo. Pasal 292 dan
293 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 ternyata tidak mengatur mengenai fungsi
pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Hal ini menunjukkan adanya
kekosongan norma terkait dengan fungsi pengawasan DPRD terhadap pengelolaan
keuangan daerah. Dengan Kata lain apakah Pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan daerah menjadi kewenangan legislasi atau kewenangan pengawasan atau
kedua-duanya dari DPRD.
II. Isi Makalah
2.1.Metode
Dalam metode penelitian diuraikan tentang jenis penelitian. Jenis Penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif yang berangkat dari kekosongan norma
terkait dengan Pasal 41 Undang-Undang 32 Tahun 2004 jo. Pasal 292 dan Pasal 293
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009. Untuk itu pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan perundang-undangan dengan bahan hukumnya meliputi bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik
8
pengumpulan bahan hukum penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka terhadap
bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun
bahan hukum tersier. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan analisa secara
kualitatif.
2.2 Hasil dan Pembahasan
Kekosongan norma terkait dengan pengawasan DPRD terhadap pengelolaan
keuangan daerah dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah jo. Pasal 292 dan Pasal 293 Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD ditemukan jawabannya dalam PP Nomor
58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Daerah Pasal 132 yang mana dalam PP
tersebut telah menjelaskan kekosongan norma yang ada pada Undang-Undang 32
Tahun 2004 dan Undang-Undang 27 Tahun 2009, bahwa fungsi pengawasan yang
dimiliki oleh DPRD berkaitan pula dengan pengawasan terhadap pengelolaan
keuangan daerah yang diwujudkan dengan APBD.
Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan daerah di Dikabupaten Jembrana terdiri dari
beberapa Peraturan Perundang-Undangan yaitu :
a. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
9
d. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah;
e. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
f. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Kepala daerah (Bupati Kabupaten Jembrana) adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan
daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah Kabupaten Jembrana.
Dalam pengelolaan keuangan daerah ini, sebenarnya tercakup beberapa peran
penting dari beberapa organ pemerintah yaitu :2
a. Organ Pemerintah yang memegang pimpinan dibidang keuangan;
b. Pejabat yang menjalankan pengurusan umum serta pejabat yang ditunjuk
menjalankan pengurusan.
c. Wilayah berlakunya sistem pengurusan dan pertanggungjawaban keuangan;
d. Institusi pengawasan pengelolaan keuangan.
Kewenangan pengelolaan keuangan berada pada kekuasaan kepala daerah
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 menyatakan bahwa “Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
2 Bachrul Amiq, 2010, Aspek Hukum Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah, LaksBang,
Yogyakarta, h. 26
10
keuangan daerah”. Bupati Jembrana selaku kepala daerah merupakan pemegang
kekuasaan atas pengelolaan keuangan daerah menetapkan pejabat-pejabat tertentu
dan para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para
pengelola keuangan daerah Kabupaten Jembrana tersebut adalah :3
1. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretaris daerah Kabupaten Jembrana selaku koordinator pengelolaan keuangan
daerah berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah
menyusun kebijakan dan mengoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan
termasuk pengelolaan keuangan Daerah. Di Kabupaten Jembrana Koordinator
Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu Sekretaris Daerah Kabupaten Jembrana yang
terdiri dari 1 (satu) orang.
2. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah (PPKD) merupakan kepala Satuan
Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) yang mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD). Di
Kabupaten Jembran Bendahara Umum Daerah berjumlah 1 orang.
3. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Pejabat Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
3 Ahmad Yani, 2008, Hubungan Kewenangan Antara Pemeruntah Pusat dan Pemerintah Daerah
di Indonesia, Jakarta, h.361-368
11
Pejabat pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang
milik daerah.
4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD
PPTK adalah pejabat pada unit SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. Dikabupaten Jembrana
setiap SKPD memiliki beberapa PPTK sesuai dengan kebutuhan kegiatan yang
dilakukan oleh SKPD tersebut.
5. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
PPK SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD. Pejabat Penatausahaan keuangan (SKPD) tidak boleh merangkap sebagai
pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah, bendahara, PPTK.
Setiap SKPD di Kabupaten Jembrana Memiliki 1 PPK.
6. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara
pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk
keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009, menyatakan bahwa DPRD merupakan
sebuah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah Provinsi/Kabupaten/Kota. Sebagai unsur
12
penyelenggaraan pemerintahan didaerah, DPRD mempunyai fungsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan.
Tujuan dari pengawasan yang dilakukan DPRD khususnya DPRD Kabupaten
Jembrana adalah untuk menjamin keterwakilan masyarakat jembrana, dimana rakyat
yang diwakili oleh DPRD dapat melakukan pengawasan sebagai perwujudan dari
kehidupan demokrasi. Dengan Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD diharapkan
dapat membangun sebuah early warning system atau sistem penanda bahaya apabila
terjadi kejanggalan atau penyimpangan dalam proses pengelolaan tata pemerintahan
daerah, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Ruang lingkup pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Jembrana
setidaknya meliputi 3 (tiga) yaitu :
a. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana
b. Pengawasan terhadap Pelaksanaan APBD Kabupaten Jembrana
c. Pengawasan terhadap Peraturan /Keputusan Bupati Jembrana
Menetapkan agenda dalam pengawasan merupakan langkah pertama yang harus
ditempuh dalam melakukan pengawasan. Dalam agenda ini berisikan kerangka peran
DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan yang dimilikinya.
III. Penutup
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pengawasan DPRD terhadap
pengelolaan keuangan daerah adalah :
13
1. Kepala daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah. dalam
pengelolaan keuangan daerah kepala daerah memiliki hak untuk menyerahkan
kewenangannya kepada para pejabat pengelola keuangan daerah.
2. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh DPRD berada
pada fungsi legislasi dan fungsi pengawasan terkait dengan keberadaan Perda
kabupaten Jembrana tentang APBD
Daftar Bacaan
Rahman ,Syaiful, 2004, Pembangunan dan Otonomi Daerah, yayasan Pancur Siwah,
Jakarta.
Yani ,Ahmad, 2008, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah di Indonesia, RajaGrafindo, Jakarta.
Amiq, Bachrul, 2010, Aspek Hukum Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam Perspektif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, LaksBang Pressindo,
Yogyakarta.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, DPD, dan DPRD, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 123.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.