Post on 29-Oct-2015
FOLIKULITIS SUPERFISIAL
A. Definisi
Folikulitis adalah peradangan atau inflamasi folikel rambut yang dapat
disebabkan oleh suatu infeksi, iritasi zat kimia atau cedera fisik. Inflamasi bisa
terjadi di bagian permukaan atau superfisial bahkan bagian yang lebih dalam atau
profunda dari folikel rambut. Folikulitis termasuk kasus yang sering ditemukan di
antara berbagai macam penyakit peradangan pada kulit.1
Pada folikulitis superfisial, peradangan terjadi pada bagian permukaan dari
folikel rambut. Gambaran kliniknya berupa pustul berkonsistensi lunak tanpa rasa
nyeri yang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa membekas di kulit. Gejala
tersebut biasa timbul pada kulit kepala pada anak-anak dan di daerah yang
berambut. 1,2
Pada folikulitis profunda, gejala radang yang timbul berupa massa eritema
dan memberikan gambaran pustul yang lebih besar daripada folikulitis superfisial.
Pada kasus ini penderita merasa sakit, tapi dapat sembuh dengan meninggalkan
bekas atau luka.1
B. Etiologi
Folikulitis karena suatu infeksi paling sering disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus. Adapun klasifikasi follikulitis berdasarkan kuman
penginfeksinya :3
1
1. Folikulitis bakteri :
~ Staphylococcus aureus
Periporitis Staphylogenes
Superfisial : Folikulitis stafilokokkus dan Bockhart impetigo
Profunda : Sycosis, furunkel, karbunkel
~ Pseudomonas aeruginosa (“Hot Tub” Folliculitis)
~ Folikulitis gram negatif
~ Folikulitis sifilitik
2. Folikulitis fungal
~ Dermatophytic folliculitis : Tinea kapitis, Tinea barbae, Majocchi
granuloma.
~ Folikulitis pityrosporum
~ Folikulitis kandida
3. Folikulitis viral
~ Folikulitis virus herpes simplex
~ Follicular molluscum contagiosum infestation
~ Demodicidosis
2
C. Epidemiologi
Folikulitis kronik di kaki dilaporkan banyak terjadi terutama pada laki-laki
dewasa muda di India. Gejala berupa pustul folikular superfisial dan profunda
yang berlangsung selama bertahun-tahun dan resisten terhadap pengobatan. Tidak
ditemukan kelainan sistemik. Dermatitis pustular atropikan pada kaki dilaporkan
sebesar 0.5% dari penyakit kulit di Lagos, Afrika Barat memperlihatkan kondisi
yang serupa. Kasus ini terutama terjadi pada laki-laki di area permukaan tibialis
anterior kaki, ada yang sampai ke paha dan lengan. Pustul miliar diikuti dengan
luka yang atrofi.4
D. Gejala Klinis
Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa papul, pustul yang
eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya multipel.5
Pada Folikulitis yang disebabkan oleh S.aureus gejala dapat terjadi pada
semua bagian permukaan tubuh tetapi ditemukan paling umum pada kepala dan
leher (terutama perioral, kulit kepala, dan daerah jenggot), aksila, pangkal paha,
dan bokong. Folikulitis yang melibatkan bulu mata disebut hordeolum. Jika
ditemukan di daerah kemaluan, mungkin terjadi melalui transmisi seksual. Lesi
primer berupa papula eritematosa dan mudah pecah berwarna kekuningan, pustula
berbentuk kubah putih dengan rambut di tengah, meskipun ujung rambut tidak
selalu terlihat. Karakteristik sekunder dapat berupa krusta, skuama dan ekskoriasi.
meskipun sebagian besar sering tanpa gejala, lesi folikulitis bisa gatal, terutama di
daerah yang tersumbat. Lesi dapat sembuh tanpa jaringan parut. Dalam banyak
3
kasus folikulitis umum, gejala-gejala sistemik tidak ditemukan. Pada pasien
berkulit gelap, eritema klasik dapat terlihat sedangkan pada pasien berkulit terang
samar-samar.6
E. Gambaran Histopatologis
Pada gambaran histopatologis follikulitis superfisial, tampak populasi sel
neutrofil yang memfiltrasi bagian infundibulum pada folikel rambut. Pada folikel
rambut tampak edematosa dengan sebukan sel-sel radang akut. 2,4
F. Patogenesis
1. Folikulitis stafilokokkus
Inflamasi yang biasa muncul berupa satu pustul atau sekelompok pustul,
biasanya disertai dengan demam atau gejala sistemik lain. Folikulits stafilokokkus
biasa diawali oleh cedera, abrasi atau bekas luka akibat operasi atau drainase
abses. Penyakit ini bisa juga disebabkan akibat komplikasi dari pemakaian obat
topikal steroid.(2,3)
4
Gambar 1. Gambaran histopatologis folikulitis bakterial perbesaran 100x. (dikutip dari kepustakaan 2)
Gambar 2. Folikulitis stafilokokkus (Dikutip dari kepustakaan 1)
Folikulits stafilokokkus dapat timbul di area seperti bulu mata, axilla, pubis
dan paha. Di daerah pubis bisa timbul akibat ditularkan dari pasangan seksual, dan
berdasarkan data epidemiologi kasus folikulitis dan furunkulosis di area genital
dan gluteus bisa digolongkan sebagai penyakit menular sex (PMS). Folikulitis
stafilokokkus juga dilaporkan pada penderita acquired immonodeficiency
syndrome (AIDS) dengan gejala pruritus.3
2. Keratosis Pilaris
Lesi berbentuk pustul yang sangat kecil menetap di daerah yang sama
untuk jangka masa yang panjang. Biasanya didapatkan pada daerah lengan dan
paha aspek posterolateral. Secara histologi, inflamasi berlaku di luar folikel
rambut. Garukan atau pemakaian pakaian yang ketat atau tindakan abrasif
terhadap pustul yang steril menyebabkan erupsi. Penderita biasa melakukan
tindakan sendiri karena kelihatan jelek pada kulit, tetapi penyakit ini tidak
memerlukan tindakan karena akan membaik sendiri tanpa tindakan yang
merugikan.1
5
3. Pseudo Folliculitis barbae (PFB)
Disebabkan oleh inflamasi pada kulit akibat mencukur. Didapatkan banyak
terjadi pada orang yang berkulit hitam karena struktur bulu yang berbentuk lebih
spiral dan kiting. Folikel rambut setelah dicukur meninggalkan residif yang akan
mempenetrasi kembali kulit dan menyebabkan abrasi. Biasanya terjadi di daerah
barbae, aksila, pubis dan kaki. Gejala papul atau pustul eritematosa akan muncul
sehingga folikel rambut yang residif tadi terangkat. Flora normal pada kulit bisa
mempenetrasi kulit dan menyebabkan infeksi yang lebih kronis.3
Gambar 4. Pseudofolikulitis barbae (dikutip dari kepustakaan 1)
4. Folikulitis akibat infeksi sekunder
6
Gambar 3. Keratosis Pilaris (dikutip dari kepustakaan 1)
1) Periporitis stafilogen adalah penyakit akibat infeksi sekunder S.aureus dari
miliaria pada bayi.
2) Infeksi S.aureus pada kelopak mata memb erikan gambaran bersisik dan
krusta pada margin kelopak mata dan biasanya disertai dengan
konjunktivitis.2
G. Diagnosis
Pustul folikular pada follikulitis masih sulit dibedakan dengan pustul non-
folikular pada kasus milaria yang mana harus diperhatikan penyebarannya
pertama kali dalam bentuk papulopustular dan dapat pecah pada kulit yang
awalnya normal. Pustul folikular juga menampakkan dermatosis pustular
subkornea yang berkumpul di sekeliling plak-plak dari eritema. Pustul folikular
dapat muncul dalam bentuk kurap, berbatas tegas, merah dan bengkak.4
H. Diagnosis Banding
7
Gambar 5. Infeksi sekunder S.aureus pada miliaria bayi (Dikutip dari kepustakaan 1)
Penyakit folikulitis superfisial didiagosa banding dengan :1,5,7
1) Dermatitis seboroik,
2) Rosasea kelopak mata
3) Tinea Barbae
4) Acne vulgaris
5) Keratosis piliaris
I. Penatalaksanaan
Folikulitis superfisial yang diakibatkan oleh bahan iritan dapat teratasi
setelah zat kimia atau bahan iritan tersebut dihindarkan. Folikulitis stafilokokkus
yang ringan dapat sembuh dengan pemberian antiseptik topikal. Pada kasus yang
lebih berat pemberian antibiotik topikal atau sistemik mungkin diperlukan.4
Pemberian 6.25% aluminium klorida heksahidrat dalam etil alkohol anhidrat
pernah dilaporkan sangat efektif mengobati folikulitis kronik dengan tipe yang
tidak spesifik, kecuali untuk lesi yang di kulit kepala.4
Jenis Folikulitis Superfisial Tindakan
Folikulitis stafilokokkus Kompres
Antibiotik oral
Mencari faktor predisposisi5
Keratosis Pilaris Antibiotik oral jika ada
folikulitis yang disebabkan oleh
bakteri
topikal steroid jika terdapat
inflamasi
Salap urea (vanamide) dan
8
pelembap asaml aktik (lac-
hydrin, Amlactin) melembutkan
kulit
Pseudofolikulitis barbae Mencabut folikel rambut yang
meradang.
Pemakaian krim cukur sewaktu
mencukur.
Antibiotik (tetrasiklin atau
cephalosporin) jika ada
inflamasi
Kortikosteroid (prednison) jika
terdapat inflamasi yang sedang-
berat
Triamcinolone acetonide jika
terdapat papul eritematosa
Tabel Penatalaksanaan Berbagai Jenis Penyakit Folikulitis Superfisialis(1,5)
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Habif T. Folliculitis In : Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to
Diagnosis and Therapy. 4th ed. USA: mosby; 2003. Pg.279-281
2. Craft N, Lee PK, Zipoli MT. Superficial Cutaneus Infections and
Pyodermas In : Wolff K, Katz SI. Gilchrest, Paller BA, Leffell DJ.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7thed: McGraw Hill;
2008. Pg. 1698-1699
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Folliculitis In : James WD, Berger
TG, Elston DM, eds. Andrews’ disease of the skin Clinical Dermatology.
10th ed. Canada : El Sevier; 2006. p: 252
4. Hay RJ, Adriaans BM. Bacterial Infections In : Burns T, Breathnach S,
Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology. 7th ed. Australia:
Blackshell Publishing Company; 2005. Pg. 27.20-22
5. Djuanda A. Folikulitis dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5th ed. Jakarta: FKUI; 2007. Pg.59,260
6. Nichols K. Folliculitis In : Kelly AP, Taylor SC. Dermatology For Skin Of
Color. 4th ed. USA: Cengage learning, Inc; 2009. Pg. 421-424
7. Hanna. S., Sharma. J. And Klotz J. Acne Vulgaris : More than Skin Deep.
DOJ.2003;9(3).8.
10