Sukses Dengan Syukur Dan Sabar

Post on 18-Jun-2015

1.091 views 98 download

Transcript of Sukses Dengan Syukur Dan Sabar

Hidup Bahagia dengan dengan

Syukur dan Sabar

Alwi Alatas

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang keturunan Cina di Indonesia yang memiliki uang cukup banyak sebagai hasil jerih payahnya bekerja. Ia kemudian menabungkan uangnya sebesar 2 milyar rupiah di Bank Harapan Sentosa (BHS Bank), mungkin karena tergiur oleh suku bunga tinggi yang ditawarkan oleh bank milik kakak Edi Tansil itu.

Persoalan Hidup

Masalahnya, ia menabung tak lama sebelum terjadinya likuidasi bank secara besar-besaran pada tahun 1997 lalu. Bank Harapan Sentosa termasuk di antara bank yang dilikuidasi oleh pemerintah. Seluruh nasabah bank yang dilikuidasi pada saat itu hanya bisa menerima kembali uang tabungan mereka tak lebih dari dua juta rupiah.

Untuk yang memiliki uang tabungan lebih dari dua juta rupiah, maka pemerintah berjanji untuk mengembalikan uang mereka nantinya. Namun, pemerintah belum bisa menentukan waktu yang pasti untuk pengembalian uang tersebut.

Apa reaksi Anda bila menghadapi situasi semacam ini?

(Imaginasikan!)

Anda akan marah, sedih, stress, atau bersikap santai?

Ingat-ingat Kejadian paling menyenangkan dan paling

menyakitkan dalam hidup Anda (masing-masing 1 kejadian)

5 menit

Hidup ini seperti gelombang

Kadang kita berada di atas, kadang di bawah

Pada satu saat kita senang, di saat lain kita kesusahan

Sometimes we gain, other times we pain

Apa yang telah terjadi pada diri kita, menyenangkan atau

memberatkan, maka semua itu merupakan ketetapan-Nya

Kita tak bisa menghindari apa yang telah terjadi

Kalau kita tak bisa menghindarinya, apa yang mesti

kita lakukan?

Apakah kita akan mengutuk taqdir?

Apakah itu akan membuat keadaan

kita membaik?

Ingat, bukan taqdir yang menjadi masalah utama dalam hidup kita

Kalau begitu apa?

Sukses atau gagalnya Anda dalam hidup sangat ditentukan

oleh sikap Anda terhadap berbagai hal yang Anda alami

dalam hidup.

Sedih, tertekan, putus asa

Musibah

Senang, bangga, merasa aman

Nikmat

Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS 15: 56); … kaum yang kafir (QS 12: 87)

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS 7: 99)

Beginilah yang biasa dikatakan manusia:

Sial, duit gue hilangBrengsek, kemana aja sih ditungguin nggak

datangMampus deh, hidup gue sudah hancur!

Asyik, dosen gue gak masukYes, gue dibeliin mobil sama bonyok

Lo lihat tuh, gak bakal lo menang lawan gue!

Coba kita balik:Yes, mobil gue tubrukan, ancur berat Man

Asyik banget, duit tabungan gue hilangGue gak pernah sebahagia ini, gue dikucilin

sama teman sekampus

Gawat, gue dapat undian 1 MGue stres berat nih, nilai gue A semua

Hidup gue gak berarti lagi, semua orang sayang sama gue

Kita cenderung membenci musibah dan menyukai nikmat

Apakah yang kita benci selalu buruk dan yang kita sukai selalu

baik?

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2: 216)

Firaun dan Qarun mendapat nikmat. Tapi apakah itu baik bagi

mereka?

Pada suatu hari yang amat dingin, Ahmad bin Thulun, Gubernur Mesir, melewati seorang pemburu yang membawa anaknya. Ia merasa kasihan melihat keadaan pemburu dan anaknya itu. Lalu ia memerintahkan pembantunya agar menyerahkan semua emas yang dibawanya saat itu. Lalu pembantu itu meletakannya secara diam-diam di biliknya, dan langsung beranjak pergi. Begitu melihat emas yang banyak di rumahnya, pemburu itu tidak bisa melukiskan kegembiraannya dan langsung meninggal dunia selagi belum beranjak dari tempatnya.

Kisah Pemburu dan Emas

Sang gubernur kembali lagi dan melihat pemburu itu sudah meninggal. Sementara anaknya menangis tersedu di samping kepala bapaknya.

”Siapa yang telah membunuhnya?” tanya gubernur.

Anak itu menjawab, “Ada seorang laki-laki melewati tempat kami, lalu dia menuangkan sesuatu di bilik bapakku, dan bapakku meninggal dunia saat itu juga.”

“Benar, kamilah yang telah membunuhnya,” kata gubernur yang baru menyadari dampak negatif dari maksud baiknya, “Kekayaan datang secara tiba-tiba, namun dia tidak mampu menguasai jiwanya, sehingga seketika itu dia meninggal dunia. Andaikata kita memberikannya sedikit demi sedikit secara berangsur, tentu tidak akan membunuhnya.”

Gubernur memerintahkan sang anak agar mengambil semua emas pemberian itu, namun dia menolaknya. Anak itu berkata, “Demi Allah, saya tidak sudi memegang sedikit pun sesuatu yang telah membunuh bapakku

Nabi Ayyub ditimpa musibah dan penyakit, Nabi Yusuf difitnah dan masuk penjara. Tapi apakah itu

buruk bagi mereka?

      Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, ia tertidur di Masjidil Haram. Didalam tidurnya dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"

Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang

diterima?"Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima,

hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."

Hajinya Muwaffaq

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat menuju Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya.

Jawab orang itu, "Muwaffaq."Lalu Abdullah bin Mubarak bertanya padanya,

"Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai derajat yang sedemikian itu?"

Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat uang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menambal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini. Pada saat itu isteriku sedang hamil, maka suatu hari dia mencium bau makanan dari rumah tetanggaku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuanku kepada tetanggaku itu.

Jawab tetanggaku, "Aku terpaksa membuka rahasiaku, sebenarnya anak-anakku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu."

Ketika aku mendengar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus dirham dan kuserahkan kepada tetanggaku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan uang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.

"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq menutup kisahnya.

Ingat, sikap Anda terhadap musibah dan nikmat yang

membuat Anda sukses atau gagal!

Inilah pilihan Anda:

Iman Kufur

Nikmat/ Karunia

Musibah

Syukur Merasa aman dari tipu daya Allah

Sabar Berputus asa dari rahmat Allah

Jika Anda beriman, bersyukur dan bersabar maka hidup Anda akan selalu bahagia dan sukses

Rasulullah [saw] bersabda: قضاء للمؤمنين الله اليقضي بيده نفسى والذيشكرفكان سراء أصابته إن له خيرا كان االو, خيراله صبرفكان ضراء أصابته وإن خيراله

للمؤمن اال ذلك ليس Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, tidaklah Allah menetapkan suatu takdir bagi orang mu’min, melainkan takdir itulah yang terbaik baginya. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur dan jika ditimpa mudharat dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak terjadi kecuali bagi orang mu’min. (HR Muslim dan Ahmad)

Orang yang sabar mampu menetralisir musibah dan

karenanya gagal untuk menderita

Orang sabar itu:

Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan

Allah, dan tidak lesu dan tidak menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar.

(QS 3: 146)

Saat mendapat musibah seseorang cenderung berputus asa karena:

1.Rasa kehilangan

2.Pandangan dan perasaannya tertuju dan dikuasai oleh musibah yang baru saja terjadi

Sebabnya berputus asa

Kalau begitu apa jalan keluarnya?

orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa

innaa ilaihi raaji'uun." (QS 2: 156)

Kami menyebut ini:Zero Possessiveness

Apakah Anda akan merasa tertekan karena kehilangan sesuatu kalau Anda

merasa tidak memiliki apa-apa?

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS 94: 6)

Kami menyebut ini:

Opposite Possibilities in the Future

Apakah Anda akan kehilangan optimisme jika Anda tahu setelah musibah yang menimpa akan ada

kemudahan?

Abdullah bin Alwi al-Haddad, ”Jika dengan hikmah Allah suatu jalan

dipalang di hadapanmu, maka dengan rahmat-Nya Dia akan membuka jalan lain bagimu yang lebih bermanfaat dari jalan

pertama.”

Karena itu, orang yang sabar selalu merasa tenang dan relatif

bebas dari tekanan

Karena sabar adalah “obat” penetralisir musibah dan

penderitaan

Bahkan orang yang sabar mampu melihat hikmah

dan nikmat di dalam musibah, dan mereka bersyukur karenanya.

Kalau terhadap musibah saja seseorang mampu

bersyukur, maka bagaimana lagi terhadap

nikmat dan karunia?

Urwah bin Zubair, seorang tabi’in, terkena musibah di Damaskus yang menyebabkan seorang anaknya

meninggal dunia dan salah satu kakinya diamputasi. Ketika kembali ke Madinah ia berkata pada keluarganya,

”Janganlah kalian berduka cita atas musibah yang menimpa ini ... sesunguhnya Allah telah memberikan kepadaku empat orang anak, yang satu diambil dan

masih ada tiga orang anak lagi yang disisakan untukku ... Alhamdulillah. Allah telah memberikan

kepadaku empat anggota badan, satu di antaranya telah diambil dan yang tiga lagi masih disisakan untukku ...

Alhamdulillah. Demi Allah, kalaupun Ia mengambil sedikit dariku, Ia telah memberikan kepadaku yang lebih

banyak .... Kalaupun Ia mengujiku sekali, Ia telah memberikan keselamatan kepadaku berkali-kali ....

“Tidaklah seorang Muslim menderita karena kesedihan, kedudukan, kesusahan, kepayahan, penyakit, dan gangguan duri yang menusuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR Bukhari) Tiadalah suatu musibah yang menimpa seorang Muslim, melainkan dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahannya hingga duri yang mengenainya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Aisyah).  

Tiadalah seorang Muslim menderita kelelahan, sakit, kegalauan, kesedihan, siksaan, gelisah hingga duri yang mengenainya melainkan Allah menghapus dengannya dosa-dosanya. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Said dan Abu Hurairah) Seorang Mukmin tidak terkena duri dan yang lebih besar dari duri kecuali dengannya Allah mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu kesalahan. (HR. Muslim dari Aisyah)

Ibnu Mas’ud [ra] berkata, ”Aku pernah duduk-duduk bersama Rasulullah [shallallahu ’alaihi wasallam] lalu beliau tersenyum. Kami bertanya, ’Wahai Rasulullah, kenapa engkau tersenyum?’ Beliau menjawab, ’Karena heran terhadap keluh kesah seorang Mukmin karena sakit yang dideritanya. Jika ia mengetahui apa yang ada dalam sakit, maka ia akan lebih suka sakit hingga ia bertemu dengan Allah....’ (HR Ibnu Abu Dunya)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang Muslim mendapatkan musibah kemudian ia mengucapkan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, ’Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Ya Allah, berilah pahala atas musibahku dan berilah ganti untukku yang lebih baik daripada musibah tersebut.’ Melainkan Allah memberinya ganti yang lebih baik daripada musibah yang menimpanya.” Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, ‘Adakah kaum Muslimin yang lebih baik dari Abu Salamah? Dia adalah keluarga pertama yang hijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,’ kemudian aku mengucapkan do’a di atas lalu Allah memberi ganti untukku berupa Rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Hathib bin Abu Balta’ah untuk melamarku untuk beliau. Aku mempunyai anak perempuan dan aku adalah wanita pencemburu. Beliau bersabda, ‘Adapun anak perempuannya, maka aku berdo’a kepada Allah mudah-mudahan Allah mencukupinya (Ummu Salamah) dengannya, dan aku berdo’a kepada Allah agar Allah menghilangkan sifat cemburu.’ Kemudian aku menikah dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR Muslim)

Orang yang bersyukur jiwanya bahagia karena pandangan mereka selalu tertuju pada

nikmat

Kalau mereka selalu melihat nikmat, bukankah mereka akan

selalu merasa sukses dan bahagia?

Betapa mereka tidak sukses dan bahagia, sementara nikmat mereka selalu bertambah?

Dan, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti

Kami akan menambah kepadamu, dan jika kamu mengingkari, maka

sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7)

Jika Anda ingin pandai bersyukur, maka lakukanlah:

Positive Supposition (pengandaian positif)

Bayangkanlah kalau Anda menghadapi keadaan yang berlawanan dengan nikmat

Hal lain yang bisa Anda lakukan:Increasing the Value of

Ni’mah

Nikmat yang Anda terima mungkin kecil, tapi lihatlah

nikmat itu sebagai sesuatu yang besar

Ibnu Qayyim al-Jawziyah menjelaskan, “Di antara kehalusan

ubudiyah kepada Allah dalam kaitannya dengan nikmat,

hendaklah hamba menganggap nikmat yang sedikit sebagai nikmat

yang banyak, lalu banyak mensyukurinya.”

Dari Hanasy bin al-Harits, dia berkata, “Umar bin al-Khattab hampir tak pernah

mencela makanan. Seorang pembantunya, Yarfa atau Aslam pernah

berkata, ”Aku benar-benar akan membuat makanan agar Umar mencelanya.” Maka

dia membuat susu yang masam lalu menyuguhkannya kepada Umar. Ketika meminumnya, dia mengernyitkan dahi

seraya berkata, ”Alangkah enaknya minuman dari rizki Allah ini.”

Tidakkah Anda melihat bahwa orang-orang yang sabar dan

bersyukur senantiasa bahagia dan sukses dalam hidup?

Mereka tidak terpengaruh oleh keadaan yang menimpa mereka.

Mereka selalu menyikapi semua itu dengan cara terbaik: Cara orang-

orang beriman

Umar bin Khattab [ra] berkata, “Seandainya sabar dan syukur itu

dua ekor unta, maka aku tidak peduli mana di antara keduanya

yang aku naiki.”

Ibn Mas’ud [ra] berkata, “Iman adalah dua paroh, separoh sabar, dan separoh syukur.”

Hidup ini ibarat gelombang samudera yang mengombang-

ambingkan perjalanan kita

Maka apakah kita sudah menyiapkan layar syukur dan

sekoci sabar dalam mengarunginya?