Post on 07-Nov-2020
i
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDAI
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam MenyelesaikanPendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan
OLEH
ONA ROSALINA OLBARNIM. P00324013057
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2016
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Ona Rosalina Olbar
Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 29 Januari 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Ir Soekarno
B. Pendidikan
1. SDN 08 Kota Kendari Tamat Tahun 2006
2. SMP 02 Kota Kendari 2009
3. SMK Kesehatan Kota Kendari Tamat Tahun 2012
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan Tahun 2013
v
SURAT PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini.
Nama : Ona Rosalina Olbar
Nim : P00324013057
Program Studi : Diploma lll Jurusan Kebidanan
Judul KTI : Studi Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, Juli 2016
Yang membuat pernyataan.
Ona Rosalina Olbar
Nim : P00324013057
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi pada balita di wilaya kerja puskesmas kandai tahun
2016“. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
salah satu syarat ujian akhir program DIII Kebidanan pada Akademi
Kebidanan Politekknik Kesehatan Kendari.
Dalam pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari kesulitan serta
hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai
pihak akhirnya Karya tulis ilmiah ini selesai pada waktunya, selayaknya pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pembimbing I dan II yang telah membantu penulis hingga selesainya
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini Masih jauh dari
sempurna baik dari penyusunan maupun dari segi isi. Untuk itu penulis
berharap adanya kritik, saran, dan masukan yang bersifat mendukung dari
pembaca. Oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Ibu Halija, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kendari.
vii
3. Bapak Dr.H. Hamzah, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Kandai yang telah
memberikan izin penelitian.
4. Ibu Hendra Yulita, SKM, M.PH selaku pembimbing I, Ibu Elyasari, SST,
M.keb selaku pembimbing II. Yang telah memberikan bimbingan, dukungan
serta masukan berharga selama penyusunan hingga terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.keb selaku penguji I, Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Kes
selaku penguji II, Ibu Yustiari, SST selaku penguji III terimakasih atas
segala saran dan masukannya.
6. Seluruh staf ruang Gizi , serta bagian medical record Puskesmas Kandai
atas segala bantuan selama pengambilan data.
7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Poltekkes Depkes Kendari
yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama menempuh pendidikan
di bangku kuliah. Dan seluruh staf Tata Usaha Jurusan Kebidanan
Poltekes Depkes Kendari yang telah memberikan pelayanan kepada
penulis atas segala urusan hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
8. Orang Tua Tercinta (Ayahanda Arifin Ola dan Ibunda Hasina) serta Kakaku
Hasna,tomas,Eman,vina,Sherly dan Adik-adikku tersayang Eva dan Agus
yang telah memberikan dukungan moril, doa dan restu sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan Poltekkes Depkes
Kendari.
9. Teruntuk sahabat hatiku Najar Mahendra terima kasih untuk dukungan,
perhatian dan do’anya kepada penulis. Sahabatku tercinta
(Lili,Risma,Nurfajri,Ikra,Arjun,Fijun,Ivan,Catur,Indra,Andri,Andra) serta
viii
seluruh rekan-rekan mahasiswa kebidanan se-angkatan. Semoga
kebersamaan ini dapat menjadi awal yang baik untuk kita melangkah, dan
segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis sampaikan semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kendari, Juli 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDAI KOTA KENDARI
SULAWESI TENGGARATAHUN 2016
Ona Rosalina Olbar1,Hendra Yulita, S.KM., M.PH2,Elyasari, S.ST., M.Keb2
Latar Belakang :Kebutuhan gizi balita adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan balita.Metode Penelitian :Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif kuantitatif, Sampel sebanyak 109 orang diambil dengan metode Accidental Sampling. Data yang digunakan adalah data primer.Hasil Penelitian :Hasil penelitian ini menunjukan dari 109 responden pengetahuan baik pada kelompok SMA sebanyak 37 orang (33,1 %), dan yang berpengetahuan kurang pada kelompok SMA sebanyak 28 orang (25,6 %) untuk pengetahuan baik pada kelompok umur 20 - 35 sebanyak 47 orang (43,2 %),dan yang berpengetahuan kurang pada kelompok umur 20 - 35 sebanyak 34 orang (31,2 %) untuk berpengetahuan baik pada kelompok paritas >3 sebanyak 31 orang (28,5%), yang berpengetahuan kurang pada kelompok paritas 1-2 sebanyak 35 orang (32,1 %)untuk berpengetahuan baik pada kelompok penghasilan ≤ Rp. 1.850.000 sebanyak 34 orang (31,1 %) dan untuk berpengetahuan kurang pada kelompok ≤ Rp. 1.850.000sebanyak 52 orang (47,7 %) .Kesimpulan : Dari penelitian ini disimpulkan bahwa umur, pendidikan, paritas, penghasilan keluarga merupakan factor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada balita di Wilayah Puskesmas Kandai Kota kendari Tahun 2016.Saran : Diharapkan bagi petugas pelayanan kesehatan Gizi dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu balita tentang kebutuhan gizi yang baik pada balita sehingga pengetahuanya akan meningkat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Gizi balita, Kebutuhan Gizi.Daftar Pustaka : 31 (2001-2015)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Kebidanan2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUANA. LatarBelakang........................................................................... 1B. RumusanMasalah..................................................................... 5C. TujuanPenelitian ....................................................................... 5D. ManfaatPenelitian ..................................................................... 6E. KeaslianPenelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka ........................................................................ 9
1. Konsep Dasar Pengetahuan................................................. 92. Konsep Balita ....................................................................... 143. Konsep Gizi .......................................................................... 16
B. Landasan Teori......................................................................... 27C. KerangkaKonsepPenelitian....................................................... 29
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian......................................................................... 30B. LokasiPenelitian........................................................................ 30C. Waktu Penelitian....................................................................... 30D. Populasi, Sampeldan Sampling ................................................ 31E. Variabel Penelitian.................................................................... 33F. Definisi Operasional.................................................................. 33G. InstrumenPenelitian .................................................................. 35H. TeknikPengumpulan Data ....................................................... 36I. TeknikAnalisis Data .................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. GambaranUmumLokasiPenelitian ............................................. 39B. HasilPenelitian ........................................................................... 43C. Pembahasan.............................................................................. 49
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan .............................................................................. 53B. Saran......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Angka Kecukupan Kebutuhan Kalori per Anak per HariYang Dianjurkan ................................................................. 22
Tabel 2 Daftar Beberapa Bahan Makanan Sumber Karbohidrat .... 22
Tabel 3 Angka Kecukupan Protein per Anak per HariYang Dianjurkan ................................................................ 23
Tabel 4 Beberapa Bahan Makanan Sebagai Sumber Protein ........ 24
Tabel 5 Kadar Lemak Beberapa Bahan Makanan .......................... 24
Tabel 6 Jumlah Populasi ............................................................... 30
Tabel 7 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang KebutuhanGizi Balita .......................................................................... 35
Tabel 8 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang KebutuhanGizi Balita ........................................................................... 37
Tabel 9 Distribusi jumlah tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas kandai kota kendari tahun 2016 ...................... 39
Tabel 10 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu balita Tentang pengetahuan gizi di wilayah kerja puskesmasKandai tahun 2016 ............................................................. 43
Tabel 11 Distribusi frekuensi Umur ibu balita di wilayah kerja Puskesmas kandaiTahun 2016 ........................................................................ 43
Tabel 12 Distribusi frekuensi Pendidikan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas kandai tahun 2016........................................... 44
Tabel 13 Distribusi frekuensi paritas ibu balita di wilayah kerja Puskesmas kandai tahun 2016........................................... 44
Tabel 14 Distribusi frekuensi penghasilan ibu balita di wilayah kerja Puskesmas kandai ............................................................. 45
xiii
Tabel 15 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu balita berdasarkan Umur di wilayah kerja puskesmas kandai tahun 2016 ..................... 45
Tabel 16 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja puskesmas Kandai tahun 2016 ............................................................. 46
Tabel 17 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu balita berdasarkan Paritas di wilayah kerja puskesmas kandai tahun 2016.................. 47
Tabel 18 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu balita Berdasarkan penghasilan di wilayah kerja puskesmas kandai tahun 2016......................................................................... 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2. Observasi Data Awal
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari Puskesmas Kandai Tahun 2016
Lampiran 7. Master Tabel Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa global ini, tuntutan perubahan dunia serta teknologi yang
semakin maju, mendorong manusia agar lebih unggul sehingga mampu
bersaing dengan manusia lainnya. Mengingat bahwa sumber daya manusia
menjadi salah satu faktor penting dalam pembangunan, maka pembentukan
sumber daya manusia yang baik harus dimulai sejak dini, yakni sejak dalam
kandungan dan dalam masa balita (Mulyaningsih, 2008).
Setiap makhluk ciptaan Tuhan mutlak mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Pada manusia, proses tersebut terjadi
sangat cepat khususnya pada masa anak-anak. Masa balita merupakan
masa penentu untuk pertumbuhan selanjutnya. Masa ini ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seiring perubahan dalam
kebutuhan gizi. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Baik atau buruknya
kesehatan dan kesejahteraan seseorang akan bergantung pada keadaan
gizi orang tersebut. Semakin baik keadaan gizi seseorang, maka akan
semakin baik kesehatan dan kesejahteraan hidupnya (Wiryo, 2002).
Pada usia balita, kecukupan gizi pada anak sangat tergantung
kepada ibu atau pengasuhnya. Balita merupakan kelompok yang
menunjukan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat
gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Pada masa bayi dan
2
balita, orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsi anak dengan membiasakan pola makan yang
seimbang dan teratur setiap hari, sesuai dengan tingkat kecukupannya
(Bumi, 2009).
Faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan bagi kesehatan
anak terutama anak-balita adalah pemberian makanan (nutrisi) yang
cukup gizinya, yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita, sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal, sehat dan kuat.
Nutrisi merupakan faktor terpenting dalam organ tubuh manusia agar
berfungsi dengan baik, nutrisi memberikan energi bagi aktivitas tubuh
serta memelihara kesehatan dan menambah daya tahan tubuh terhadap
penyakit (Nurohman, 2001).
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai
kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat
mencegah penyakit-penyakit defisiensi, mencegah keracunan, dan juga
membantu mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2001).
Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi sangat penting. Oleh
karena untuk menciptakan generasi mendatang yang lebih baik, peran ibu
dalam merawat bayi dan anak menjadi faktor penentu. Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek tertentu yang
menghasilkan sebuah pengetahuan dengan tingkatan yang dimulai dari
tahu, memahami, mengaplikasi, menganalisis, sintesis, dan evaluasi.
3
Pengetahuan ibu tentang Kebutuhan gizi balita sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal atau beberapa faktor; seperti faktor umur, tingkat pendidikan,
faktor paritas, intelegensia, pekerjaan, sosial budaya, sosial ekonomi/
penghasilan keluarga, dan jenis kelamin (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita sangat berpengaruh
terhadap status gizi balita. Masalahnya, kesadaran akan pentingnya
pemberian gizi yang baik kadang belum sepenuhnya dimengerti. Ada
orang tua yaag sudah tahu akan gizi sehat, tetapi tidak peduli. Ada juga
yang belum tahu tetapi tidak rnencari tahu. Padahal seharusnya makanan
bergizi diperlukan semenjak ibu hamil sampai masa balita. Kebutuhan gizi
yang tidak sesuai dapat menyebabkan gizi kurang dan gizi buruk bahkan
dapat menyebabkan kematian pada balita (Qurnia, 2009).
Secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah
19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan
tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada
prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010,
dan 5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar
0,9% dari 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu
15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus
diturunkan sebesar 4.1% dalam periode 2013 sampai 2015 (Bappenas
dalam Balitbangkes, 2013).
Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila prevalensi gizi
buruk-kurang antara 20,0-29,0% dan dianggap prevalensi sangat tinggi
4
bila ≥30 persen (WHO, 2010). Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19
provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang di atas angka prevalensi
nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1%. Dari 19
provinsi tersebut, yang tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur dan yang
terendah adalah Jambi. Sedangkan Sulawesi Tenggara menempati urutan
ke – 13. Atas dasar sasaran MDG 2015, hanya terdapat tiga provinsi yang
memiliki prevalensi gizi buruk-kurang sudah mencapai sasaran yaitu: (1)
Bali, (2) DKI Jakarta dan (3) Bangka Belitung (Balitbangkes, 2013).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa balita dengan status gizi
kurang tertinggi di Sulawesi Tenggara ditemukan di Kab. Muna sebesar
20,4% dan yang terendah di Kab. Wakatobi sebesar 3,9%. Sedangkan gizi
buruk tertinggi terdapat di Kab. Buton yakni sebesar 14,7% dan yang
terendah adalah sebesar 0,2% di Kab. Wakatobi (Dinkes Sultra, 2014).
Data yang diperoleh peneliti pada saat observasi awal di bulan
Desember 2015 lalu, tercatat bahwa terjadi peningkatan kasus gizi kurang
dan gizi buruk pada balita di Puskesmas Kandai antara tahun 2014 - 2015.
Pada tahun 2014, tercatat 2 balita yang mengalami gizi buruk (0,1%) dan
35 balita mengalami gizi kurang (2,6%). Sedangkan pada tahun 2015,
jumlahnya meningkat menjadi 9 balita gizi buruk (0,7%) dan 86 balita gizi
kurang (6,4%) (lihat lampiran 2).
Melihat uraian tersebut di atas, serta merujuk pada fakta bahwa
masih ada balita yang mengalami gizi buruk serta masih banyaknya balita
dengan status gizi kurang di Puskesmas Kandai, maka peneliti berasumsi
bahwa masih ada ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
5
tentang kebutuhan gizi balita. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap kebutuhan gizi balita dengan
melakukan penelitian yang berjudul “Studi Pengetahuan Ibu tentang
Kebutuhan Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun
2016”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:
“Bagaimanakah Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2016?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Kandai tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita
berdasarkan faktor umur ibu di wilayah kerja Puskesmas Kandai
tahun 2016.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita
berdasarkan faktor tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja
Puskesmas Kandai tahun 2016.
6
c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita
berdasarkan faktor paritas ibu di wilayah kerja Puskesmas Kandai
tahun 2016.
d. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita
berdasarkan faktor penghasilan keluarga di wilayah kerja Puskesmas
Kandai tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan masukan bagi lembaga kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dengan menyediakan informasi yang
memadai tentang kebutuhan gizi pada balita.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis; untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai
pentingnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita.
b) Bagi Tempat Penelitian; sebagai informasi tambahan dalam
memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemenuhan gizi bagi
balita.
E. Keaslian Penelitian
Ada beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini:
1. Siti Munthofiah (2008) telah menyelesaikan tesis korelasi dengan
desain penelitian Analitik-Cross Sectional berjudul “Hubungan Antara
7
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Balita”.
Dalam penelitian ini, Munthofiah menggunakan teknik exhaustive dan
random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang secara statistik signifikan antara status gizi balita
dengan pengetahuan, sikap, maupun perilaku ibu.
2. Arista Tri Qurnia (2009) meneliti tentang pengaruh pengetahuan ibu
terhadap kebutuhan gizi balita di Desa Bancong Kecamatan Wonoasri
Kabupaten Madiun menggunakan metode Non Experimental-Cross
Sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling. Hasilnya, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi dengan status gizi balita sebesar 34,7 %. Selain
itu, sebagian besar pengetahuan ibu dan status gizi balita di Desa
Bancong termasuk dalam kategori baik.
3. Munifatul Maimonah dari Poltekkes Malang telah melakukan penelitian
dengan metode Deskriptif Statistik pada tahun 2009 yang berjudul
“Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi pada Balita di
Wilayah Posyandu Klurahan III Desa Klurahan Kecamatan Ngronggot
Kabupaten Nganjuk”. Teknik sampling yang digunakan adalah
Accidental Sampling. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari
87 responden terdapat 61 orang (70%) mempunyai pengetahuan baik,
21 orang (24%) mempunyai pengetahuan cukup dan 5 orang (6 %)
mempunyai pengetahuan kurang.
Keaslian penelitian ini dapat dilihat dari perbedaannya dengan
penelitian-penelitian tersebut di atas yang meliputi perbedaan tujuan
8
penelitian, desain/metode penelitian; dimana penelitian ini menggunakan
metode Deskriptif Kuantitatif, populasi dan sampel, serta lokasi dan waktu
penelitian.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1) Konsep Dasar Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai segala apa yang
diketahui berkenaan dengan suatu hal (Poerwodarminto dalam
Mulyaningsih, 2008).
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah
hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telingga dan
sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indera pendengaran dan
indra penglihatan.
Sebelum menghadapi perilaku baru, di dalam diri seseorang
terjadi proses berurutan yakni; Awareness (kesadaran) dimana
seseorang menyadari atau tahu terhadap stimulus, Interest (merasa
tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut, dan Trail yaitu mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus tersebut.
10
b. Tingkat Pengetahuan
Berikut ini tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012):
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap apa yang telah
diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur
tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah
dipelajari antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehesion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahuinya.
Seseorang atau ibu yang telah paham terhadap obyek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, serta
menyimpulkan materi yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya. Misalnya si ibu mampu menerapkan pengetahuan
tentang tata cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang
baik bagi balita.
11
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi. Contohnya kemampuan ibu untuk membedakan mana
sumber makanan yang lebih bergizi dan yang tidak.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya dapat menyusun rencana, merencanakan,
dan menyelesaikan antara teori atau materi yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan cara wawancara
atau menggunakan angket yang menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut di atas
(Notoatmodjo, 2012).
12
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan ibu, antara lain; umur, pendidikan,
paritas dan penghasilan keluarga.
1) Umur
Umur atau usia adalah waktu untuk hidup / ada sejak di
lahirkan sampai saat berulang tahun. Usia dapat mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
seseorang, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan
semakin membaik.
Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan lebih dipercaya dibandingkan orang yang belum
cukup dewasa. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin tua seseorang, maka akan semakin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang
dihadapi (Azwar, 2008).
2) Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar sehingga semakin tinggi pendidikan, seseorang akan lebih
mudah dalam menerima informasi.
13
Menurut Suparyanto (2010), pendidikan berarti suatu
bimbingan yang diberikan kepada seseorang demi
perkembangannya menuju ke arah cita-cita tertentu. Semakin
tinggi pendidikan sseorang maka makin mudah dalam
memperoleh informasi sehingga seseorang mampu berpikir
rasional.
Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Sumber pengetahuan ibu dapat diperoleh dari jenjang
pendidikannya, baik itu pendidikan formal, pendidikan informal dan
pendidikan non formal (Vembrianto dalam Mulyaningsih, 2008).
3) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita (BKKBN 2006 dalam Suparyanto, 2010).
Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita
yang pernah melahirkan bayi.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Paritas dapat dianggap sebagai suatu
pengalaman bagi seorang wanita/ibu. Pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan baik
diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung. Akan tetapi,
tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar. Dan wanita yang melahirkan
bayi untuk pertama kalinya biasanya belum memiliki pengetahuan
14
yang cukup tentang kebutuhan gizi balita karena belum memiliki
pengalaman.
Menurut Prawirohardjo (2010), paritas dapat dibedakan
menjadi:
a) Primipara; adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak
yang cukup besar untuk hidup di dunia luar,
b) Multipara; adalah wanita yang pernah melahirkan anak lebih
dari satu kali dan
(c) Grandemultipara; adalah wanita yang telah melahirkan 5 anak
atau lebih
4) Sosial Ekonomi/ Penghasilan Keluarga
Individu yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi
baik akan lebih berpeluang untuk mendapatkan informasi serta
pengetahuan dari berbagai sumber dibandingkan dengan keluarga
dengan status sosial ekonomi lebih rendah. Penghasilan keluarga
yang lebih besar dapat mendorong ibu untuk mendapatkan
informasi yang lebih dari berbagai sumber.
2) Konsep Balita
a. Definisi Balita
Secara harfiah, balita adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini. Namun karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi
usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu
15
tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya (Proverawati &
Asfuah, 2009).
Menurut Oetana dalam Dewi dkk. (2013), balita adalah anak
yang berusia di bawah 5 tahun yang merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan
zat-zat gizi yang tinggi. Balita merupakan kelompok umur yang paling
sering menderita kekurangan gizi, dalam hal ini Kekurangan Energi
protein (KEP).
Kuntjoyo (2006) menyatakan bahwa masa balita dibedakan
menjadi 2 fase yaitu masa bayi (0-12 bulan) dan masa kanak-kanak
(1-5 tahun).
b. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Menurut Soetjiningsih (2008), pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel, organ, maupun individu yang diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
Tumbuh adalah proses bertumbuhnya ukuran berbagai organ
fisik disebabkan karena peningkatan ukuran dari masing-masing sel
dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh atau pertambahan
jumlah keseluruhan sel-sel atau kedua-duanya (Suryanah, 2006).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
16
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
pematangan (Soetjiningsih, 2008).
Soetjiningsih juga menambahkan bahwa perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku.
3) Konsep Gizi
a. Definisi Gizi
Gizi adalah Ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya berupa penghasil energi, pembangun,
memelihara dan mengatur proses kehidupan (Almatsier, 2005). Gizi
berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza yang berarti makanan. Di satu
sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain berkaitan
dengan tubuh manusia. Sedangkan pengertian makanan menurut
Almatsier adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi
atau unsur kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh dan
berguna bila dimasukkan dalam tubuh.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan
dan kesehatan badan (Retnoningsih dan Suharso, 2009). Sedangkan
menurut Waryana (2010), gizi adalah makanan yang dapat
memenuhi kesehatan.
17
b. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup
untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,
kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat
badan, dan tinggi badan. Antara Kebutuhan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status
gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang
anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS) (Proverawati dan Asfuah, 2009).
Kebutuhan gizi menurut Proverawati dan Asfuah (2009)
meliputi:
a) Kebutuhan Energi; kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar
dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut
pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b) Kebutuhan zat pembangun; secara fisiologis, balita sedang dalam
masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar
daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi
yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih
kecil.
c) Kebutuhan zat pengatur; kebutuhan air bayi dan balita dalam
sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
Kebutuhan gizi balita di bawah satu tahun dan balita antara 1-
5 tahun berbeda disebabkan perbedaan kerja tubuhnya (faal).
18
1) Kebutuhan Gizi Balita 0-1 Tahun (Bayi)
Kebutuhan gizi balita di bawah 1 tahun atau bayi terdapat
di dalam Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MP
ASI).
a) ASI
Menurut Ratnaningsih dan Riyadi (2012), ASI adalah
makanan yang paling bagus untuk bayi.
ASI adalah sumber gizi terbaik dan paling ideal dengan
komposisi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan bayi pada
masa pertumbuhan. Bayi usia 0-6 bulan tidak perlu diberi
makanan lain kecuali ASI atau ASI eksklusif. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI pada bayi tanpa penambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk madu, teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur, dan
sebagainya sampai bayi berusia 6 bulan (Waryana, 2010).
Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI (Riksani, 2012),
antara lain:
a) Air; ASI mengandung 88,1% air. ASI yang diminum bayi
sudah mencukupi kebutuhan sesuai dengan kesehatan bayi.
ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan
keluar pada hari ketiga atau keempat.
b) Karbohidrat; Karbohidrat terbanyak dalam ASI adalah
laktosa. Laktosa diperlukan dalam pertumbuhan otak serta
memiliki struktur kimiawi berupa sepasang gula, yaitu
19
glukosa dan galaktosa. Glukosa adalah makanan utama
dalam perkembangan otak, sedangkan laktosa erperan
membantu penyerapan kalsium yang berguna dalam
pembentukan tulang. Sehingga bayi yang mengkonsumsi
ASI akan lebih kuat tulang dan tubuhnya.
c) Bahan Larut; ASI mengandung bahan larut yang rendah.
Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein,
7% laktosa dan 0,2% bahan-bahan lain.
d) Protein; ASI mengandung 2 macam protein tinggi yaitu whey
dan kasein. Whey adalah protein halus, lembut, serta mudah
dicerna. Sedangkan kasein adalah protein kasar, bergumpal,
dan sukar dicerna oleh usus bayi.
e) Taurin, DHA, AA; Taurin adalah sejenis asam amino kedua
terbanyak dalam ASI yang berperan penting dalam proses
pematangan sel otak. Apabila kekurangan taurin dapat
menyebabkan gangguan pada retina mata. DecosaHexoid
Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak
tak jenuh berantai panjang yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak secara optimal.
f) Zat Kekebalan Tubuh; ASI mengandung banyak zat
kekebalan tubuh, antara lai immunoglobulin dan sel-sel darah
putih hidup yang diperlukan untuk membantu kekebalan
tubuh bayi.
20
g) Laktoferin dan Lisosom; Laktoferin adalah pengangkut zat
besi dalam darah pada ASI. Lisosom adalah antibiotik alami
dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri berbahaya.
Pemberian ASI yang dianjurkan menurut Prawirohardjo
(2010) adalah:
a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat
memenuhi 100% asupan gizi bayi.
b) Usia 6-12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi
karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu
ditambahkan makanan pendamping ASi sesuai dengan usia
bayi.
b) MP ASI
Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan
yang diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan sampai 24
bulan. Peranan MP ASI sama sekali bukan untuk menggantikan
ASI melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Waryana, 2010).
Tujuan pemberian MP ASI adalah untuk menambah
energi dan zat-zat gizi yang dibutuhkan dan diperlukan bayi
karena ASI tidak dapat memenuhi bayi secara terus-menerus.
Beberapa pedoman dalam pemberian MP ASI pada bayi yang
masih minum ASI menurut Riksani (2012), antara lain:
a) Lanjutkan pemberian ASI sesuai keinginan bayi (ondemand).
b) Sebaiknya ibu memberikan makanan secara pelan dan
sabar, berikan dorongan agar bayi mau makan, tetapi jangan
21
memaksa untuk makan, ajak bayi untuk bicara dan
pertahankan kontak mata.
c) Jaga kebersihan dalam setiap makanan yang diberikan.
d) Mulai memberikan makanan pendamping setelah bayi
berusia 6 bulan dalam jumlah sedikit. Secara bertahap, ibu
bisa menambah jumlahnya sesuai usia bayi.
e) Variasi makanan secara bertahap ditambah agar bayi bisa
merasakan segala macam cita rasa.
f) Frekuensi makanan ditambah secara bertahap sesuai
bertambahnya usia, yaitu 2-3 kali sehari pada usia 6-8 bulan
dan 3-4 kali sehari pada usia 9-24 bulan dengan tambahan
makanan selingan 1-2 kali bila diperlukan.
g) Pilih variasi makanan yang kaya akan zat gizi.
h) Usahakan untuk membuat sendiri makanan yang akan
diberikan kepada bayi dan hindari makanan instan.
i) Jika bayi terlihat sakit, tambahkan asupan cairan (terutama
berikan ASI lebih sering).
2) Kebutuhan Gizi Balita 1-5 Tahun
Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
maka makanan yang dimakannya tidak boleh hanya sekedar
menyangkut perut saja. Makanan yang dimakan anak harus:
a) Beragam jenisnya
b) Jumlah atau porsinya cukup
22
c) Higienis dan aman
d) Makan secara teratur
e) Makan dilakukan dengan cara yang baik (Proverawati dan
Asfuah, 2009).
Menurut Karneni dalam Mulyaningsih (2008), unsur-unsur
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh balita digolongkan menjadi 3,
yaitu: 1) Pemberi tenaga; antara lain karbohidrat, lemak, protein,
2) Pemberi zat pembangun; antara lain protein, mineral, air 3)
Pemberi zat pengatur; antara lain vitamin, mineral.
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri dari elemen
karbon, hydrogen dan terbagi menjadi gula / karbohidrat
sederhana dan karbohidrat komplek. Karbohidrat merupakan
sumber energi yang paling ekonomis dan banyak tersedia.
Karbohidrat sangat bermanfaat karena merupakan penghasil
yang cepat dan menghasilkan serat agar proses eliminasi
dalam pencernaan dan fungsi intestinal bekerja normal
(Nurrohman, 2001).
Fungsi karbohidrat adalah sebagai: (1) sumber energi,
(2) pemberi rasa manis pada makanan, (3) penghemat protein,
(4) pengatur metabolisme tubuh, (5) membantu pengeluaran
feses (Almatsier, 2005).
Untuk menghitung jumlah kecukupan karbohidrat dalam
tubuh balita, maka dihitung berdasarkan jumlah konsumsi kalori
23
yang dibutuhkan oleh balita, hal ini dimaksudkan karena
karbohidrat merupakan sumber utama kalori dalam tubuh.
Berikut ini daftar kebutuhan kalori anak per hari yang
dianjurkan:
Tabel 1. Angka Kecukupan Kebutuhan Kalori per Anak per Hari yang Dianjurkan
Umur Kalori/ gram0 - 6 bulan7 - 12 bulan1 - 3 tahun4 - 6 tahun
55080012501750
Sumber: Nurrohman (2001)
Makanan yang mengandung karbohidrat banyak terdapat
pada jenis: (a) padi-padian; beras, jagung, gandum dan hasil
olahannya, (b) umbi-umbian; singkong, dan (c) sagu.
Tabel 2. Daftar Beberapa Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
Bahan Makanan % gram Bahan Makanan % gramBeras gilingBungkil tahuSaguKacang IjoKacang tanah keringTapioka
78,941,384,762,942,888,2
KeluwihNangka masakSalakPisangPepayaMangga
54,227,620,923,012,217,2
Sumber: Nurrohman (2001)
b) Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan
merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima
bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot,
seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di
24
dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain, dan cairan
tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi
dan darah, matriks intra seluler dan sebagainya adalah protein
(Proverawati & Asfuah, 2009).
Amalia & Mardiah (2006) berpendapat bahwa protein
sebagai zat pembangun sangat diperlukan oleh balita untuk
pembuatan sel-sel baru dan merupakan unsur pembentuk
organ tubuh seperti tulang, otot, gigi dan lain-lain. Selain itu
juga, protein berperan juga dalam pembentukan enzim dan
hormon yang dapat mengatur proses metabolisme dalam tubuh.
Fungsi protein adalah untuk: (1) pertumbuhan dan
pemeliharaan, (2) pembentukan esensial-esensial tubuh, (3)
mengatur keseimbangan air, (4) memelihara netralitas tubuh,
(5) pembentukan antibodi, (6) mengangkut zat-zat gizi, dan (7)
sumber energi (Almatsier, 2005).
Tabel 3. Angka Kecukupan Protein Rata-Rata per Anak per Hari yang Dianjurkan
Umur Protein/ gram0 - 6 bulan7 - 12 bulan1 - 3 tahun4 - 6 tahun
12152332
Sumber: Amalia & Mardiah (2006)
Protein dibedakan menjadi 2 macam yaitu protein nabati;
yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan, dan protein hewani;
yang bersumber dari hewan. Berikut contoh bahan makanan
sumber protein:
25
Tabel 4. Beberapa Bahan Makanan sebagai Sumber ProteinBahan Makanan Sumber Protein
Hewani
% gram
Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
% gram
DagingHatiBabat
18,819,717,6
Kacang kedelai keringKacang IjoKacang tanah
34,922,225,3
Sumber: Amalia & Mardiah (2006)
c) Lemak
Lemak tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen
sebagai sumber energi tubuh . Lemak tidak dapat larut dalam
air tetapi larut dalam organik (Nurrohman, 2001). Bayi sampai
umur 2 tahun mendapatkan 40 % energi dalam tubuhnya dari
lemak. Lemak merupakan nutrisi yang penting bagi balita
karena merupakan sumber energi yang penting untuk
pertumbuhan susunan saraf. Sumber makanan yang
mengandung lemak diantaranya seperti tabel dibawah ini:
Tabel 5. Kadar Lemak Beberapa Bahan Makanan
Lemak Nabati % gram Lemak Hewani % gramKacang tanahKacang Kedelai keringKelapa Tua
2,818,134,763,0
Daging sapi gemukDaging babi GemukDaging kambingTelor
22,045,09,211,5
Sumber: Nurrohman (2001)
d) Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat
diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan
pertumbuhan yang Normal. Vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena
26
itu harus diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi
(Proverawati & Asfuah, 2009).
Terdapat dua golongan vitamin yaitu vitamin yang larut
dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang
larut dalam air yaitu vitamin C, BI, B2, B 12, niasin, piridoksin
dan asam fosfat.
e) Mineral
Sekitar 4% tubuh manusia terdiri atas mineral yang juga
dikenal sebagai zat organik/ kadar abu. Dalam tubuh, mineral
dapat bergabung dengan zat organik dan ada pula yang
berbentuk ion-ion bebas.
Ada 3 fungsi utama mineral dalam tubuh (Proverawati &
Asfuah, 2009):
a) Sebagai komponen utama tubuh (structural element) atau
penyusun kerangka tulang, gigi dan otot-otot.
b) Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai
elektrolit yang mengatur tekanan osmosis (fluid balance),
mengatur keseimbangan asam basa dan permeabilitas
membrane. Contohnya Na, K, Cl, Ca dan Mg.
c) Sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzim dan
hormon.
27
f) Air dan Elektrolit
Air merupakan komponen kimia utama dalam tubuh
karena 65-70 % dari berat total tubuh terdiri atas air. Ada tiga
sumber air bagi tubuh, yaitu air yang berasal dari minuman, air
yang terdapat dalam makanan yang kita makan, serta air yang
berasal dari hasil metabolism di dalam tubuh. Air diperlukan
balita untuk membentuk cairan tubuh, sebagai alat pengangkut
unsur-unsur gizi, alat pengangkut sisa sisa pembakaran yang
tidak dapat digunakan lagi oleh tubuh dan juga untuk mengatur
panas tubuh (Proverawati & Asfuah, 2009).
B. Landasan Teori
Balita adalah adalah anak usia kurang dari lima tahun, sehingga
bayi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini
(Proverawati & Asfuah, 2009). Namun karena kerja alat tubuh (faal) balita
usia di bawah satu tahun (bayi) berbeda dengan balita usia di atas satu
tahun, maka kebutuhan gizinya pun memiliki perbedaan.
Kebutuhan gizi balita merupakan jumlah zat gizi yang diperkirakan
cukup untuk memelihara kesehatan balita. Unsur-unsur zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh balita hendaknya berupa zat pemberi tenaga
(karbohidrat, lemak, protein), zat pembangun (protein, mineral, air) serta
zat pengatur (vitamin, mineral) (Karneni dalam Mulyaningsih, 2008).
28
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek melalui indra yang dimilikinya baik itu
mata, hidung, telinga dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita sangat penting
dalam pemenuhan gizi balita. Tingkat pengetahuan ibu yang baik tentang
kebutuhan gizi balita dapat memotivasi ibu untuk lebih memperhatikan
makanan yang diberikan untuk balitanya. Hal ini tentunya akan
berpengaruh positif terhadap kesehatan serta status gizi balita itu sendiri.
Selain itu, hal ini juga dapat mengurangi angka atau kasus gizi kurang dan
gizi buruk pada balita.
Menurut Notoatmodjo (2012), umur atau usia seseorang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Pada umumnya, seseorang yang
lebih dewasa akan lebih berpengalaman dibandingkan orang yang lebih
muda usianya. Banyaknya pegalaman dalam hidup dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pengalaman dalam
melahirkan bayi hidup atau paritas juga akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai
oleh seorang wanita (BKKBN 2006 dalam Suparyanto, 2010). Wanita yang
memiliki 3 anak atau lebih akan lebih berpengalaman dibandingkan wanita
dengan hanya 1 anak sehingga tingkat pengetahuannya pun bisa
berbeda.
Selain umur, tingkat pendidikan dalam hal ini pendidikan formal atau
sekolah, dan penghasilan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap
29
pengetahuan ibu. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka semakin
mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki (Sunaryo dalam Maimonah, 2009). Begitupun halnya dengan
keadaan ekonomi atau penghasilan keluarga. Semakin tinggi penghasilan
dalam keluarga, maka semakin besar peluang untuk seorang ibu
meningkatkan pengetahuannya tentang kebutuhan gizi balita dari berbagai
sumber seperti mengikuti les, seminar, ataupun membeli buku-buku
tentang kebutuhan gizi bagi balita.
C. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti menyusun kerangka
konsep atau kerangka pemikiran sebagai berikut:
Keterangan :
Variabel bebas = Umur, tingkat pendidikan, paritas dan penghasilan.
Variabel terikat = Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita
Tingkat pendidikanPengetahuan ibu tentang
kebutuhan gizi balita
Umur
Paritas
Penghasilan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang telah digunakan dalam penelitian ini
adalah Deskriptif Kuantitatif.
Deskriptif adalah suatu jenis atau metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan data ataupun
keadaan suatu objek secara alamiah (Notoatmodjo, 2012).
Sedangkan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam
pengembangan ilmu pengetahuan menggunakan strategi penelitian
seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik (Emzir,
2007).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
Kandai Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari:
Posyandu Belibis, Posyandu Garuda, Posyandu Kutilang, Posyandu
Kasih Ibu, Posyandu Gelatik, Posyandu Tekukur, Posyandu Mawar,
Posyandu Melati, dan Posyandu Merpati.
31
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan 4 April – 19 Mei
tahun 2016.
D. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Menurut Arikunto (2002), populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2007), populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita
di Puskesmas Kandai tahun 2016 yang terdiri dari 9 posyandu yang
tersebar dalam 5 Kelurahan. Jumlah populasi penelitian ini adalah
1.090 orang. Detail populasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Jumlah Populasi
No. Kelurahan Nama Posyandu Jumlah Ibu Balita
1 Jati Mekar BELIBIS 95
2 GARUDA 43
3 KUTILANG 159
4 Gunung Jati KASIH IBU 197
5 GELATIK 65
6 TEKUKUR 127
7 Kampung Salo MAWAR 99
8 MELATI 157
32
9 Kandai MERPATI 148
JUMLAH 1090
Sumber: Data Sekunder (2015)
2. Sampel dan Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-
betul representatif atau mewakili (Sugiyono, 2007).
Menurut Arikunto (2002), jika jumlah populasi kurang dari
100, maka lebih baik diambil semua sebagai sampel. Akan tetapi
jika populasi lebih dari 100, maka 10 – 30% dapat dijadikan sampel.
Karena jumlah populasi penelitian ini adalah 1.090, maka
sampel yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 10% dari
populasi yang merupakan ibu balita 0-5 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Kandai tahun 2016. Adapun jumlah sampel yang akan
digunakan adalah 109 orang ibu balita anggota posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Kandai tahun 2016, yang akan diambil
dengan teknik Accidental Sampling.
33
Accidental Sampling adalah teknik pengambilan sampel
yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2003).
Berikut ini rumus yang digunakan peneliti dalam menentukan
jumlah sampel:
(Arikunto, 2002)
Ket: n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
Dik: N = 1090
Dit: n = ……….?
n = 10% × 1.090
n = 0,1 × 1.090
n = 109 orang
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ibu,
antara lain: faktor umur ibu, tingkat pendidikan, paritas ibu
dan penghasilan keluarga.
34
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu
tentang kebutuhan gizi pada balita.
F. Definisi Operasional
Definisi Opersional adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam,
2003). Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memaparkan
beberapa pengertian:
a. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita adalah banyaknya
informasi yang dimiliki ibu tentang balita dan kebutuhan gizi balita,
yang meliputi: pengertian balita, unsur gizi balita, sumber & fungsi
gizi balita, kebutuhan gizi balita, dan penerapan menu untuk balita
(Mulyaningsih, 2008).
b. Kebutuhan gizi balita adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan
cukup untuk memelihara kesehatan balita (Proverawati dan Asfuah,
2009).
c. Balita adalah anak yang berusia di bawah 5 tahun yang merupakan
kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat
sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi. (Oetana dalam Dewi
dkk., 2013).
d. Umur ibu yang dimaksud adalah umur ibu pada saat mengisi
kuesioner penelitian, dengan kriteria:
35
1) < 20 tahun,
2) 20-35 tahun dan
3) > 35 tahun
e. Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang
tercatat dalam status ibu dari balita di Puskesmas Kandai, dengan
kriteria objektif:
1) Dasar,
2) Menengah dan
3) Perguruan Tinggi
f. Paritas adalah keadaan wanita yang pernah melahirkan bayi hidup
(Adyaningsih, 2015), dengan kriteria:
1) 1-2 anak hidup dan
2) ≥ 3 anak hidup
g. Penghasilan keluarga merupakan pemasukan keluarga dalam hal
ekonomi atau materi setiap bulannya baik itu dari suami (ayah), dari
istri (ibu), maupun dari kedua-duanya. Penghasilan yang dimaksud
akan disesuaikan dengan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulawesi
Tenggara tahun 2016. Berdasarkan SK Pergub No. 54 tahun 2015,
UPM Sultra tahun 2016 dipatok menjadi Rp 1,85 juta perbulan
(Arifin, 2015). Kriteria penghasilan yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah:
1) < Rp 1. 850.000 (kurang) dan
2) ≥ Rp 1. 850.000 (cukup)
36
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
Menurut Notoadmodjo (2003), kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal yang ia
ketahui.
Kuesioner yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang diadaptasi dari Maimonah (2009) berisi 18 pernyataan
yang terdiri dari; 3 pernyataan tentang pengertian gizi dan 15
pernyataan tentang kebutuhan gizi balita 0-5 tahun.
Secara umum, pernyataan-pernyataan dalam kuesioner
tersebut bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang
kebutuhan gizi balita. Selain itu, kuesioner pada penelitian ini disajikan
dalam bentuk pernyataan tertutup artinya semua jawaban sudah
disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang ada; benar
atau salah.
Berikut kisi-kisi kuesioner penelitian ini:
Table 7. Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi Balita
No
Pokok Bahasan
Jumlah Soal
No. Soal
Bentuk Soal
Jenis Pertanyaan
Kunci Jawaban
Evaluasi
1 Pengertian Gizi
3
123
ObjektifBenar danSalah
PositifPositifPositif
BenarBenarBenar
Skor untuk jawaban yang
37
2 Kebutuhan Gizi Balita
15
456789101112131415161718
ObjektifBenar danSalah
PositifNegatifPositifNegatifNegatifPositifPositifPositifNegatifPositifPositifPositifNegatifPositifNegatif
BenarSalahBenarSalahSalahBenarBenarBenarSalahBenarBenarBenarSalahBenarSalah
tepat atau benar= 1
Skor untuk jawaban yang tidak tepat atau salah = 0
Sumber: Diadaptasi dari Maimonah (2009)
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Dalam mengumpulkan data primer, yakni pengetahuan ibu
tentang Kebutuhan gizi balita, peneliti telah menggunakan teknik
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Dalam hal ini, peneliti
mewawancarai langsung para ibu balita menggunakan daftar
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner untuk mengetahui
pengetahuan ibu tentang Kebutuhan gizi balita.
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa data
status gizi balita di Puskesmas Kandai Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2014 - 2015 dan data jumlah ibu yang
memiliki balita 0-5 tahun di Puskesmas Kandai tahun 2015. Data
38
tersebut diambil langsung oleh peneliti pada saat observasi awal
pada bulan Desember 2015.
I. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti telah mengikuti langkah-
langkah berikut:
1. Pemberian Kode dan Skor (Coding & Scoring);
Coding adalah pekerjaan memindahkan data dari daftar
pertanyaan/kuesioner ke daftar yang akan memberikan informasi
data yang ada, lalu diubah menjadi bentuk angka untuk
mempermudah perhitungan selanjutnya.
Yang dimaksud coding pada penelitian ini adalah memberikan
kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah peneliti
dalam mengolah dan menganalisis data. Adapun dalam pemberian
skor, untuk jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban
yang salah diberi nilai 0 (nol).
Selain itu, untuk mengetahui tingkat prosentase
pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi balita, maka peneliti akan
menggunakan rumus berikut:
(Nursalam, 2003)
Ket:
P = Tingkat prosentase variabel yang diteliti
X = Skor responden (jumlah jawaban benar)
39
Y = Total skor seluruh pernyataan kuesioner
2. Tabulasi (Tabulating);
Tabulasi adalah kegiatan untuk meringkas data yang masuk
atau data mentah ke dalam tabel – tabel yang telah dipersiapkan
(Notoatmodjo, 2003).
Setelah melakukan proses coding dan scoring, peneliti
kemudian akan menyusun hasil analisis data tersebut dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi
balita.
3. Klasifikasi (Classifying);
Setelah melakukan tabulasi, selanjutnya peneliti akan
mengklasifikasikan hasil analisis data (skor jawaban ibu balita) ke
dalam skala klasifikasi seperti pada tabel berikut ini:
Table 8. Tabel Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi Balita
No. Presentase Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi Balita
12
56 – 100 %≤ 55 %
BaikKurang
Sumber: Nursalam (2003)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah berdirinya puskesmas
Sejarah puskesmas kandai kota kendari merupakan
bangunan atau gedung peninggalan pemerintah Hindia Belanda
yang didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami beberapa kali
perubahan antara lain sebagai berikut :
a. Dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927
b. Dilakukan rehabilitas oleh pemerintah Jepang pada tahun 1942-
1945
c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945-1960
d. Menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960-1989
e. Menjadi puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001
f. Menjadi RSU Abunawas Kota Kendari pada tahun 2001
berdasarkan perda Kota kendari No. 17 tahun 2001
g. Menjadi Puskesmas Kandai tanggal 1 januari tahun 2014
2. Sarana Ruang
Puskesmas Kandai terdiri dari beberapa ruangan diantaranya :
a. Ruang Kepala Puskesmas
b. Ruang Kartu
c. Pojok Gizi
41
d. Poli KIA
e. Poli Umum
f. Ruangan Administrasi
g. Poli Gigi
h. Ruangan Promkes
i. Ruangan Apotik
j. Gudang Obat
k. Laboratorium
l. Unit Gawat Darurat
m. Ruang perawatan
n. Kamar Bersalin
o. Instalasi Gizi
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan Puskesmas Kandai Kota
Kendari di lengkapi dengan 1 unit mobil ambulance,
3. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas Kandai Kota Kendari
pada tahun 2016 Sebanyak
Tabel 9. Distribusi Jumlah Tenaga kesehatan di Puskesmas
Kandai
Kota Kendari Tahun 2016.
No. Jenis Tenaga Jumlah Tenaga1. Tenaga dokter :
1. Dokter Umum2. Dokter Gigi
31
42
2. Tenaga Paramedis :1. Serjana Kesmas2. Serjana Keperawatan3. Prifesi Ners Perawat4. Sarjana Apoteker5. D III Keperawatan6. D III Kebidanan7. D III Kesling8. D III Gizi9. D III Farmasi10. SPK/Perawat11.SMA/SMK
51112223143
5. Tenaga Sukarela 664. Tenaga Non Medis 5
B. Visi, Misi,Fungsi, Nilai-Nilai Dasar, Motto, Tugas Pokok
Dalam Menjalankan Tugas dan fungsinya Puskesmas Kandai kota
kendari mempunyai Visi dan Misi :
1. Visi
Puskesmas Pilihan Masyarakat
2. Misi
Dalam mencapai suatu tujuan Pembangunan Kesehatan maka
puskesmas kandai kota kendari berbagai kegiatan sebagai berikut :
a. Menyelanggarakan pelayanan kesehatan bermutu, merata serta
terjangaku oleh seluruh lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
sehingga mendorong kemandirian untuk hidup bersih dan sehat.
43
d. Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan dan pembangunan kesehatan
masyarakat.
e. Menggerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
3. Motto
Kesembuhan anda adalah kebahagiaan kami.
4. Tugas Pokok
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan,
pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar
pelayanan puskesmas.
5. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Puskesmas
Kandai Kota Kendari yang bertanggung jawab dalam pelayanan
kesehatan yang berfungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan medis
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis & non medis
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan
- Menyelenggarakan administrasi dan keuangan
44
- Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
6. Nilai-Nilai Dasar
a. Kejujuran
b. Keterbukaan
c. Kerendahan hati
d. Kesediaan melayani
e. Kerja keras
f. Kasih saying
g. Loyalitas.
C. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu balita
tentang kebutuhan gizi di Puskesmas Kandai Kota Kendari. Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada responden kemudian kuesioner di
kembalikan kepada peneliti untuk diolah.
Adapun hasil perolehan tersebut diuraikan sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Pengetahuan F(n) %
Baik 46 42,2
Kurang 63 57,7
Jumlah 109 100
Sumber : Data Primer,2016
45
Berdasarakan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan yang
telah disajikan dalam bentuk tabel 10 menunjukan bahwa dari 109
orang ibu balita yang berpengetahuan baik sebanyak 46 orang
(42,2%), yang pengetahuan kurang sebanyak 63 orang ( 57,7%)
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Umur ibu balita di Wilayah kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Umur F(n) %
20 21 19,2
20 – 35 80 73,3
35 8 7,4
Jumlah 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
yang telah disajikan dalam bentuk tabel 12 menunjukan bahwa dari
109 orang ibu balita yang terbanyak adalah umur 20 – 35 sebanyak
80 orang (73,3%), dan umur <20 tahun sebanyak 21 orang (19,2%),
sedangkan umur > 35 sebanyak 8 orang (7,4 %).
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pendidikan ibu balita di Wilayah kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Pendidikan ibu F(n) %
SMP 31 28,4
SMA 64 58,7
46
Perguruan tinggi 14 12,8
Jumlah 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarakan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
yang telah disajikan dalam bentuk tabel 11 menunjukan bahwa dari
109 orang ibu balita, yang terbanyak adalah ibu balita yang
pendidikan SMA sebanyak 64 orang (58,7%), SMP sebanyak 31
orang (28,4%), sedangkan perguruan tinggi sebanyak 14 orang
(12,.8%).
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Paritas ibu balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Paritas F(n) %
1-2 56 51,3
>3 53 48,6
Jumlah 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan yang
telah disajikan dalam bentuk tabel 13 menunjukan bahwa dari 109
orang ibu balita yang melahirkan 1 – 2 sebanyak 56 orang (51,3%)
dan > 3 sebanyak 53 orang (48,6%).
47
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Penghnsilan ibu balita di Wilayah kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Penghasilan F(n) %
< Rp. 1.850.000 86 78.8
> Rp. 1.850.000 23 21,1
Jumlah 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan yang
telah disajikan dalam bentuk tabel 14 menunjukan bahwa dari 109
orang ibu balita yang penghasilan < Rp. 1.850.000 sebanyak 86
orang (78,8%) dan > Rp. 1.850.000 sebanyak 23 orang (21,1%).
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu balita Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Umur
Pengetahuan
JumlahBaik Kurang
n % n % n %
< 20 2 1,8 19 17,4 21 19,2
20-35 37 33,9 43 39,4 80 73,4
>35 7 6,4 1 0,1 8 7,3
Jumlah 46 42,1 63 56,9 109 100
Sumber : Data Primer,2016
48
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
yang telah disajikan dalam bentuk tabel 16 menunjukan bahwa dari
109 orang ibu balita yang berpengetahuan baik pada kelompok
umur 20 – 35 tahun sebanyak 37 orang (33,9 %), dan
berpengetahuan kurang pada kelompok umur 20 – 35 tahun
sebanyak 43 orang (39,4 %).
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu balita Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Pendidikan
Pengetahuan
JumlahBaik Kurang
n % n % n %
SMP 5 4,5 26 23,8 31 28,4
SMA 28 25,6 36 33,0 64 58,7
Perguruan
Tinggi
13 11,9 1 0,1 14 12,8
Jumlah 46 42 63 57 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
yang telah disajikan dalam bentuk table 15 menunjukan bahwa dari
109 orang ibu balita yang berpengetahuan baik pada kelompok SMA
sebanyak 28 orang (25,6%), dan berpengetahuan Kurang pada
kelompok SMA sebanyak 36 orang (33,0%).
49
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu balita berdasarkan Paritas di Wilayah kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Paritas Ibu
Pengetahuan
JumlahBaik Kurang
n % n % n %
1-2 27 24,7 29 26,6 56 51,3
>3 19 17,4 34 31,1 53 48,6
Jumlah 46 42,1 63 57,7 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan yang
telah disajikan dalam bentuk tabel 17 menunjukan bahwa dari 109
orang ibu balita yang berpengetahuan baik pada kelompok paritas
1-2 sebanyak 27 orang (24,7%), dan berpengetahuan kurang pada
kelompok >3 sebanyak 34 orang (31,1 %).
50
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Pengetahuanibu balitaberdasarkan Penghasilan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Tahun 2016.
Penghasilan
Pengetahuan
JumlahBaik Kurang
n % n % n %
< Rp. 1.850.000 33 31,1 53 48,1 86 78,8
> Rp. 1.850.000 13 11,6 10 9,1 23 21,1
Jumlah 46 42,7 63 57,2 109 100
Sumber : Data Primer,2016
Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
yang telah disajikan dalam bentuk table 18 menunjukan bahwa dari
109 orang ibu balita yang berpengetahuan baik pada kelompok
penghasilan > Rp. 1.850.000 sebanyak 34 orang (31,1%), dan
berpengetahuan kurang pada kelompok < Rp. 1.850.000 sebanyak
52 orang (47,7 %).
D. Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan di Puskesmas Kandai yang berlangsung 01 April
sampai 02 Mei 2016 pembahasan sebagai berikut :
51
1. Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita
Berdasarkan Umur
Dari 109 ibu yang dilakukan wawancara, terdapat ibu balita
yang berpengetahuan baik pada kelompok umur 20 - 35 sebanyak
37 orang (33,9 %), dan yang berpengetahuan kurang pada
kelompok umur 20 – 35 sebanyak 43 orang (39,4%).
Berdasarkan hasil diatas, didapatkan bahwa pengetahuan
ibu tentang kebutuhan gizi balita masih sangat kurang. Ini terdapat
pada kelompok umur 20 – 35 tahun yang paling banyak masuk
dalam kategori pengetahuan kurang, sedangkan di ketahui bahwa
pada umur 20 – 35 tahun di harapkan ibu – ibu sudah lebih matang
dalam berbagai hal, termasuk dalam memperoleh informasi tentang
kesehatan anak khususnya dalam kebutuhan gizi balita, tetapi
kenyataanya justru masih cukup banyak yang belum mengetahui
hal tersebut, ini disebabkan karena faktor individu itu sendiri yang
kurang aktif mencari informasi yang bermanfaat bagi dirinya
maupun keluarga. Sebaliknya pada usia ibu diatas >35 tahun,
meskipun pernah memperoleh informasi tetapi mereka cenderung
tidak tanggap, kurang menyadari dan menganggap bahwa
kebutuhan gizi itu tidak penting untuk diketahui.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa Umur atau usia adalah waktu untuk hidup / ada sejak di
lahirkan sampai saat berulang tahun. Usia dapat mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia
52
seseorang, akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya akan semakin
membaik. (Azwar,2008)
2. Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Pada Balita
Berdasarkan Pendidikan
Dari 109 orang ibu yang dilakukan wawancara,
menunjukan bahwa yang berpengetahuan baik pada kelompok
SMA sebanyak 28 orang (25,6%), dan yang berpengetahuan
Kurang pada kelompok SMA sebanyak 36 orang (33,0%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menjelaskan
bahwa pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya
terhadap diri dan lingkungan. Oleh karena itu akan berbeda orang
yang berpendidikan rendah dalam menyikapi proses dan
berinteraksi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
akan mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula
menerima pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2012).
3. Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Balita Berdasarkan
Paritas
Dari 109 orang ibu yang dilakukan wawancara menunjukan
bahwa yang berpengetahuan baik pada kelompok paritas 1- 2
53
sebanyak 27 orang (24,7%), dan yang berpengetahuan kurang
pada kelompok paritas >3 sebanyak 34 orang (31,1%).
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan paritas atau
jumlah anak, jumlah anak yang dilahirkan dapat berhubungan
dengan pengalaman, pengalaman juga merupakan factor yang
mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2012), sesuatu yang
pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang
sesuatu yang bersifat informal, seseorang yang memiliki
pengalaman sebelumnya maka pengetahuan lebih baik.
4. Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Balita Berdasarkan
Penghasilan Keluarga.
Dari 109 orang ibu yang dilakukan wawancara menunjukan
bahwa yang berpengetahuan baik pada kelompok < Rp.1.850.000
sebanyak 33 orang (31,1%) dan yang berpengetahuan kurang pada
kelompok > Rp.1.850.000 sebanyak 13 orang (11,6%).
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Penghasilan keluarga merupakan pemasukan keluarga dalam hal
ekonomi atau materi setiap bulannya baik itu dari suami (ayah), dari
istri (ibu), maupun dari kedua-duanya. Penghasilan yang dimaksud
akan disesuaikan dengan UMP (Upah Minimum Provinsi) Sulawesi
Tenggara tahun 2016. (Arifin, 2015).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti yaitu untuk
mengetahui studi penegetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita di
wilaya kerja puskesmas kandai maka peneliti mengambil sampel 109
responden, dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian stud pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada
balita di wilayah kerja puskesmas kandai dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita dengan
kategori baik sebagian besar berada di kelompok umur 20-35
tahun 37 orang (33,9%) dan yang berpengetahuan kurang berada
di kelompok umur 20-35 tahun 43 orang (39,4%).
2. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita dengan
kategori baik sebagian besar berada di kelompok SMA 28 orang
(25,6%) dan yang berpengetahuan kurang berada di kelompok
SMA 36 orang (33,0%).
3. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi pada balita dengan
kategori baik sebagian besar berada di kelompok Paritas 1-2 27
orang (24,7%) dan yang berpengetahuan kurang berada di
kelompok Paritas >3 34 orang (31,1%).
55
4. Pengetahuan ibu tentang gizi pada balita dengan kategori baik
sebagian besar berada di kelompok Penghasilan keluarga < Rp.
1.850.000 33 orang (31,1%) dan yang berpengetahuan kurang
berada di kelompok Penghasilan keluarga < Rp. 1.850.000 53
orang (48,1%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu
balita tentang kebutuhan gizi pada balita, maka saran yang dapat
peneliti sampaikan adalah :
1. Bagi ibu balita
Diharapkan bagi ibu balita lebih meningkatkan wawasan dan
informasi baik dari tenaga kesehatan,media maupun elektrolit agar
dapat mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, serta di
harapkan ibu juga dapat memenuhi kebutuhan gizi bada balita.
2. Bagi Institusi Pendidikan Politeknik Kesehatan Kendari
Akan lebih mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai
kebutuhan gizi pada balita sehingga dapat di jadikan referensi dan
bahan bacaan di perpustakaan.
3. Wilayah Kerja Puskesmas Kandai
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam
memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu balita tentang
kebutuhan gizi pada balita sehingga pengetahuanya akan
meningkat.
56
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan
variabel penelitian dan sampel peneliti yang lebih bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Adyaningsih, N.F. (2015). Identifikasi Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Ruang Nifas RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2015. Kendari: Poltekkes Kendari.
Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Amalia, L. & Mardiyah. (2006) Makanan Tepat untuk Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
Arifin, A. (2015). KendariNews.com; UMP Sultra Naik. Diakses pada tanggal 22 Februari 2016. Dari: http://kendaripos.co.id/2015/11/2016/-ump-sultra-naik/
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar,A. (2008). Sikap Manusia, Teori dan Penularannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Balitbangkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemenkes RI.
Bumi, C. (2009). Pengaruh Ibu yang Bekerja Terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Mangunjiwan Kabupaten Demak. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016. Dari: http://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/03/ikpiii.
Dewi., Ibrahim, S., & Feryani. (2013). Identifikasi Status Gizi Balita di Puskesmas Andowia Kabupaten Konawe Utara Periode Juni Tahun 2013. Kendari: Poltekkes Kendari.
Dinkes Sultra. (2014). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2014. Kendari: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Emzir. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif & Kuantitatif; Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Maimonah, M. (2009). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Gizi pada Balita di Wilayah Posyandu Klurahan III Desa Klurahan Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Malang: Politeknik Kesehatan Malang.
Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Mulyaningsih, F. (2008). Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita Dan Pola Makan Balita terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Srihardono Kecamatan Pundong. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Munthofiah, S. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dengan Status Gizi Anak Balita. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam, (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurrohman. (2001). Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Sita.
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Proverawati, A. & Asfuah, S. (2009). Buku Ajar: Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha medika.
Qurnia, A.T. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi dengan Status Gizi Balita di Desa Bancong Kecamatan Wonoasri Kabupaten Madiun. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016. Dari: http://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/03/ikpiii/65.
Ratnaningsih,S. & Riyadi, S. (2012). Tumbang Cara Praktis Orang Tua untuk Memantau Pertumbuhan & Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Retnoningsih, A. & Suharso. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Lux). Semarang: CV. Widya Karya.
Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat.
Soekirman. (2001). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suparyanto. (2010). Konsep Paritas/Partus. Diakses pada tanggal 1 Maret 2016. Dari: http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/10/konsep-paritas-partus.
Suryanah. (2006). Perawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC.Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
Wiryo, H. (2002). Peningkatan Gizi Ibu Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
KUESIONER
STUDI PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN GIZIPADA BALITA DI PUSKESMAS KANDAI
TAHUN 2016
No. Responden: ……….
Petunjuk pengisian:
1. Di bawah ini ada 18 pernyataan seputar kebutuhan gizi balita. Jika
menurut Ibu pernyataan tersebut benar, maka berilah tanda ceklis ( √ )
pada kolom benar. Dan apabila pernyataannya salah, berilah tanda ceklis
( √ ) pada kolom salah.
2. Jawaban diisi sendiri dan tidak boleh diwakilkan.
A. DATA UMUM RESPONDEN
1. Umur < 20 th – 35 th
2. Pendidikan Terakhir
Sarjana
3. Penghasilan Keluarga: .850.000≥ Rp 1.850.000
4. Paritas : – 2 anak3 anak atau lebih
B. PERNYATAAN KUESIONER
No. Pernyataan Benar Salah Skor*)1 Gizi adalah zat berupa ikatan kimia yang
diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya sebagai penghasil energi, pembangun, dan mengatur proses kehidupan.
2 Kebutuhan gizi balita adalah jumlah zat gizi yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatanbalita.
3 Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat unsur kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh dan berguna tubuh.
4 ASI yang pertama kali keluar dinamakankolostrum.
5 Bayi di bawah 6 bulan tidak memerlukan ASI eksklusif karena susu formula lebih baik untuk bayi.
6 DecosaHexoid Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah zat gizi yang terkandung di dalam ASI yang berfungsi untuk mengoptimalkan pembentukan sel-sel otak.
7 MP-ASI atau Makanan Pendamping ASI adalah sumber gizi bagi balita untuk menggantikan peranan ASI.
8 Dalam pemberian MP-ASI, ibu sebaiknya memaksa bayi untuk menghabiskan makanannya.
9 Disamping makan tiga kali sehari anak balitadiatas 9 bulan perlu diberi makanan selingan.
10 Yang dimaksud gizi seimbang adalah makananyang mengandung zat tenaga, pembangun danpengatur.
11 Balita perlu diberikan makanan yangberaneka ragam sesuai pedoman gizi seimbangagar tercukupi kebutuhan gizinya
12 Buah-buahan tidak baik untuk anak balita karenadapat menyebabkan diare
13 Sumber makanan yang mengandung karbohidratadalah sagu, beras giling dan tapioka
14 Tempe dan tahu adalah makanan yang mengandung protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
15 Protein hewani adalah protein yang bersumber dari binatang antara lain daging, hati dan babat
16 Lemak tidak penting bagi balita karena akanmenganggu pertumbuhan susunan saraf
17 Balita membutuhkan karbohidrat, protein dan lemak yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa.
18 Air tidak diperlukan balita karena akan menyebabkan pilek
Sumber: Diadaptasi dari Maimonah (2009)
*) diisi oleh peneliti
Lampiran 4