Post on 11-Mar-2019
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 1
STUDI KOMPARASI POTENSI DESA WISATA WANGUNHARJA DAN DESA WISATA SARI BUNIHAYU
DALAM SATUAN KAWASAN WISATA CIATER DI KABUPATEN SUBANG
Dinna Cahyaningrum, Enok Maryani, Dede Sugandi
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.
ABSTRAK Sejalan dengan dinamika penduduk, gerak perkembangan pariwisata merambah dalam
berbagai bidang terminologi. Salah satu perkembangan pariwisata ialah Desa Wisata.
Berdasarkan data Disbudparpora Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa Wisata
Wangunharja di Desa Sanca Kecamatan Ciater dan Desa Wisata Sari Bunihayu di Desa
Bunihayu Kecamatan Jalancagak merupakan dua daerah yang dinilai memiliki
karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik yang merupakan bagian dari
pengelompokan daya tarik satu kesatuan kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya
berada dalam Satuan Kawasan Wisata Ciater. Wangunharja memiliki tingkat kunjungan
lebih banyak, dimana wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516 orang sedangkan,
pada Bunihayu sebanyak 959 orang. Namun, akses menuju Bunihayu ini cukup mudah
dilalui, karena letaknya yang dekat dari jalan raya utama sedangkan, Wangunharja
terletak sangat jauh. Penelitian ini bermaksud untuk mengkomparasikan kedua Desa
Wisata sehingga, dapat mengetahui potensi wisata masing-masing desa. Metode yang
digunakan ialah metode deskriptif serta dilihat dari sisi pendekatan kuantitatif dengan
variabel penelitian tunggal yaitu potensi wisata pada masing-masing desa, dimana aspek
yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis, tata ruang, tata
bangunan, budaya, kerajinan, cerita rakyat, dan upacara serta indikator penunjang
pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, partisipasi masyarakat desa, dan wisatawan.
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh kawasan Desa Wisata, dimana sampel
wilayah Wangunharja berada pada Dusun 3 (Banceuy) sedangkan, Bunihayu berada
pada Dusun 2 (Cicariu), dan sampel manusianya terdiri dari penduduk setempat,
wisatawan, serta pengelola wisata. Analisis data yang digunakan yaitu pengharkatan,
persentase, dan Uji Beda T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya
perbedaan potensi wisata diantara keduanya. Dilihat dari Objek dan Daya Tarik Wisata,
Wangunharja lebih baik dibandingkan dengan Bunihayu. Mengenai aksesibilitas dan
prasarana, Bunihayu memiliki kondisi lebih baik dibandingkan dengan Wangunharja.
Sedangkan, dari segi sarana kedua Desa Wisata ini tergolong sama. Selain itu,
partisipasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat di
Wangunharja lebih tinggi dibandingkan dengan Bunihayu. Sehingga, dengan adanya
keberadaan Objek dan Daya Tarik Wisata serta dukungan masyarakat yang
direalisasikan dalam bentuk partisipasi yang diberikan membuat Wangunharja memiliki
keunggulan lebih baik dibandingkan Bunihayu.
Kata Kunci : Potensi Wisata, Partisipasi, Desa Wisata, Kabupaten Subang.
2 | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
A COMPARATIVE STUDY OF POTENTIAL TOURISM BETWEEN VILAGE WANGUNHARJA AND VILAGE SARI
BUNIHAYU IN CIATER TOURISM AREA IN SUBANG REGENCY
ABSTRACT In line with society dynamics, tourism field development has expanded various
terminologies. One of the developments was Tourism Village. Based on the data of
Tourism and Culture Department of Subang Regency in 2012, Wangunharja Tourim
Village in Village Sanca Subdistrict Ciater and Sari Bunihayu Tourism Village of
Subdistrict Jalancagak were two villages with unique socio-culture life system, which
could be the part of tourism attraction in the same area. The two villages were situated
closely in Ciater Tourism Area. Village Wangunharja had more visitors, the total of the
visitors were 1.516 visitors, while Bunihayu got 959 visitors. However, it was much
easier to reach Bunihayu since it was located near the main road, while Wangunharja
was quite far away. The research was intended to compare the two tourism villages, to
be able to find out each of the tourism potential. The method used was descriptive,
combined with quantitative using single variable namely tourism potential of each
village, where the indicator aspects were physical aspect, social, biotic, typology, space
development, building development, culture, handicraft industry, and ceremonies and
other supporting tourism indicators such as accessibility, amenity, villagers
participation, and tourists. The population was all area of Tourism Village, the sample
in Wangunharja was in Banceuy, the sample in Bunihayu was Cicariu, and the villagers,
tourists and tourism organizers. The data analysis used were valuating, percentage, and
T-Test. The result showed that there were differences of tourism potential owned by the
two villages. Viewed by the tourism object and tourism potential attraction,
Wangunharja was considered better than Bunihayu. From the accessibility and
infrastructure side, Bunihayu was better than Wangunharja. In term of facilities, the two
villages were almost similar. Besides, the parttcipation of the Wangunharja’s villagers
was considered better than Bunihayu’s. Thus, by the existence of Tourist Objects and
Tourism Potential Attraction and the participation of the villagers led Wangunhaja to
be more excellent than Bunihayu.
Key words : Tourism Potential, Participation, Tourism Village, Kabupaten Subang
iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
PENDAHULUAN
“Pariwisata saat ini telah merupakan
bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis
global yang sangat menjanjikan...”
(Hermantoro, H, 2011 : 17).
Berkembangnya perjalanan wisata
menyebabkan berkembangnya sebuah
Daerah Tujuan Wisata (DTW). Perjalanan
wisata yang dilakukan tidak luput dari
adanya pergerakan wisatawan. Sejalan
dengan dinamika penduduk, gerak
perkembangan pariwisata merambah dalam
berbagai bidang terminologi. Salah satu
perkembangan pariwisata ialah Desa
Wisata. Nuryanti, W dalam Prihandono, F
(2011 : 17) mengemukakan bahwa “Desa
Wisata adalah suatu bentuk integrasi, antara
atraksi wisata, akomodasi, dan fasilitas
(amenitas) pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku”. Daerah yang memiliki
karakteristik pola kehidupan sosial budaya
yang unik di Kabupaten Subang Provinsi
Jawa Barat ialah Desa Sanca Kecamatan
Ciater dan Desa Bunihayu Kecamatan
Jalancagak.
Sebagian besar masyarakat di kedua
desa ini, bermatapencaharian sebagai petani
dengan mengolah lahan menjadi sawah dan
kebun. Masyarakat agraris Desa Sanca
Kecamatan Ciater dan Desa Bunihayu
Kecamatan Jalancagak memanfaatkan
teknik tanam padi secara tradisional mulai
dari nandur, ngawuluku, ngabuat
(membajak sawah, menanam padi, menuai
padi hingga panen). Pengunjung dapat
melihat serta bergabung dengan warga desa
atau petani untuk menggarap sawahnya
maupun kebun. Selain itu, dari hasil panen
tersebut, pengunjung dapat memetik dan
merasakan buah-buahan segar langsung dari
pohonnya atau dapat dibawa pulang sekadar
untuk oleh-oleh. Pengunjung pun dapat
menikmati makanan dan minuman khas
pedesaan Tatar Sunda serta disuguhi atraksi
budaya setempat dengan menunjukan
pergelaran seni yang diiringi alat-alat
kesenian tradisional yang telah dipelihara
masyarakat desa.
Keahlian masyarakat desa dalam
mementaskan pergelaran seni sudah
menjadi tradisi leluhur yang diwariskan
secara turun temurun. Hingga saat ini,
kegiatan tersebut masih tetap dilaksanakan
sebagai salah satu sendi kehidupan
masyarakat desa yang mampu
menumbuhkembangkan dan melestarikan
seni-budaya milik masyarakat Subang.
Kondisi lingkungan alam, warisan seni-
budaya yang bernilai, serta tata cara hidup
masyarakat Sunda yaitu dengan konsep
“silih asah, silih asih, silih asuh”, dan
aktivitas kegotongroyongan yang mewarnai
hampir semua aspek kehidupan
kemasyarakatan, menjadikan daerah Sanca
dan Bunihayu memiliki daya tarik wisata
yang dapat dikembangkan sebagai Daerah
Tujuan Wisata (DTW). Sehingga, kedua
desa ini pun, yaitu Desa Sanca dan Desa
Bunihayu ditetapkan menjadi Desa Wisata
di Kabupaten Subang. Desa Sanca dikenal
dengan nama Desa Wisata Wangunharja
dan Desa Bunihayu dikenal dengan nama
Desa Wisata Sari Bunihayu. Kedua Desa
Wisata ini merupakan bagian dari
pengelompokan daya tarik satu kesatuan
kawasan tujuan wisata yang sama, tepatnya
berada dalam Satuan Kawasan Wisata
Ciater Kabupaten Subang.
Berdasarkan data Disbudparpora
Kabupaten Subang Tahun 2012, Desa
Wisata Wangunharja Kecamatan Ciater
memiliki tingkat kunjungan lebih banyak
bila dibandingkan dengan Desa Wisata Sari
Bunihayu Kecamatan Jalancagak, dimana
wisatawan yang berkunjung sebanyak 1.516
orang pada Desa Wisata Wangunharja dan
959 orang pada Desa Wisata Sari Bunihayu.
Namun, jarak dari Desa Wisata
Wangunharja Desa Sanca Kecamatan Ciater
ke jalan raya utama sangat jauh dan kondisi
jalan akses yang menghubungkan tempat-
tempat di Desa Wisata memiliki jalan aspal
yang telah mengalami kerusakan karena,
hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal
dan sebagian lagi merupakan perkerasan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v
batu yang tidak teratur dan bergelombang.
Berbeda halnya dengan Desa Wisata Sari
Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan
Jalancagak, akses menuju Desa Wisata ini
cukup mudah, karena letaknya yang dekat
dari jalan raya utama dan kualitas jalan
akses memiliki kondisi cukup baik sehingga
mudah dilalui.
Sedangkan, mengenai dari Objek
dan Daya Tarik Wisata (ODTW) kedua
Desa Wisata dengan khas daerah Tatar
Sunda ini memiliki ciri khas dan keunikan
alamiah berupa benda-benda yang tersedia
dan terdapat di alam semesta, adanya hasil
ciptaan manusia, tata cara hidup masyarakat
yang unik, yang didukung dengan kondisi
lingkungan alam, sosial budaya, dan
ketersediaan fasilitas (amenitas) yang
mampu menopang kegiatan pariwisata.
Namun, dalam hal ini terdapat suatu kondisi
yang berbeda diantara kedua Desa Wisata
tersebut yang berdampak pada jumlah
kunjungan wisatawan. Maka, dari
identifikasi tersebut timbul pertanyaan
penelitian dengan mengkomparasikan
kedua Desa Wisata : 1) Bagaimana potensi
wisata di Desa Wisata Wangunharja dan
Desa Wisata Sari Bunihayu? 2) Bagaimana
bentuk partisipasi yang dilakukan
masyarakat dalam mendukung pemanfaatan
potensi wisata di Desa Wisata Wangunharja
dan Desa Wisata Sari Bunihayu? 3)
Bagaimana karakteristik wisatawan yang
berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja
dan Desa Wisata Sari Bunihayu?
TINJAUAN TEORI
Potensi Desa Wisata ialah segala
sesuatu serta kemampuan seperti atraksi
wisata, aksesibilitas, dan fasilitas yang
terdapat di Desa Wisata yang merupakan
daya tarik agar wisatawan mau berkunjung
ke daerah wisata tersebut. Menurut Sukarsa,
I (1999 : 40) “Atraksi wisata ialah segala
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”.
Masih menurut Sukarsa, suatu tempat
hendaknya memiliki beberapa hal penting,
yaitu sebagai berikut :
1) Adanya benda-benda yang tersedia dan
terdapat di alam semesta (Natural
Amenities) seperti iklim, pemandangan
alam, hutan, flora dan fauna.
2) Adanya hasil ciptaan manusia (Man
Made Supply) seperti benda-benda
bersejarah, kebudayaan dan keagamaan,
monumen bersejarah, museum, kesenian
rakyat, acara-acara tradisional, rumah-
rumah ibadah.
3) Adanya tata cara hidup masyarakat (The
Way Of Life) seperti bagaimana
kebiasaan hidupnya, adat istiadat
misalnya upacara pembakaran mayat
(ngaben) di Bali.
Aksesibilitas adalah kemudahan
dalam mencapai daerah tujuan wisata baik
secara jarak geografis atau kecepatan teknis,
serta tersedianya sarana transportasi ke
tempat tujuan tersebut” (Yoeti, O, 1990 :
36). Syarat aksesibilitas sendiri menuntut
bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang
dibutuhkan harus mudah ditemukan dan
dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi
sulit dicapai meskipun lokasinya sudah
diketahui, masalahnya ialah mengenai
kondisi jalan. Kondisi jalan yang buruk akan
berakibat pada waktu tempuh yang
dibutuhkan. Waktu menjadi lama karena
harus melalui kondisi jalan yang tidak stabil.
Untuk itu, perlu adanya akses jalan yang
baik yang diindahkan untuk dapat dilalui
oleh wisatawan sehingga akan
menimbulkan integrasi antara atraksi
wisata, jasa wisata, dan angkutan wisata.
Dilain sisi, Soekadijo, 1997 : 85
mengemukakan bahwa “Fasilitas wisata
merupakan jasa, dimana aktivitas orang
yang menerimannya menentukan
pelaksanaannya”. Selain fasilitas, perlu
adanya kesinambungan antara pelayanan
(service) yang penyajiannya disertai
keramah-tamahan (hospitality) yang dapat
menjadi daya tarik wisata. Adapun fasilitas
wisata di Daerah Tujuan Wisata (DTW)
yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan ialah tempat
penginapan (akomodasi), sarana dan
prasarana kepariwisataan.
vi | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini ialah metode deskriptif
dimana, peneliti bermaksud memberikan
gambaran mengenai perbandingan keadaan
Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata
Sari Bunihayu. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, yang dapat
dipandang sebagai sesuatu yang konkrit,
teramati, dan terukur. Konkrit yang
dimaksud ialah potensi wisata yang nyata
keberadaannya di Desa Wisata
Wangunharja dan Desa Wisata Sari
Bunihayu baik atraksi wisata alamiah,
atraksi wisata dari hasil ciptaan manusia,
adanya tata cara hidup masyarakat yang
unik serta indikator penunjang pariwisata
seperti aksesibilitas dan fasilitas. Teramati
berarti dapat diamati dengan panca indera
mengenai masing-masing potensi wisata
tersebut, dan dapat diukur mengenai
seberapa besar perbedaan kedua Desa
Wisata dilihat dari masing-masing aspek
potensi wisata, partisipasi masyarakat desa
dalam mendukung perkembangan potensi
wisata, dan tingkat kepuasan wisatawan
mengenai Desa Wisata dimana, hal ini
dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis data yang berupa angka-angka.
Populasi dalam penelitian ini
meliputi seluruh kawasan Desa Wisata
Wangunharja yang berjumlah 4.203 dan
Desa Wisata Sari Bunihayu yang berjumlah
5.263 dengan menggunakan rumus Dixon
dan B. Leach dalam Tika, P (2005 : 25-27)
dan tingkat kepercayaan 95%, didapat
jumlah sampel manusianya sebanyak 67
penduduk pada Desa Wisata Wangunharja
dan 80 penduduk pada Desa Wisata Sari
Bunihayu. Sedangkan, mengenai penarikan
sampel wisatawan di Desa Wisata
Wangunharja dan Desa Wisata Sari
Bunihayu dilakukan secara insidental
dengan jumlah sampel sebanyak 50
wisatawan pada masing-masing Desa
Wisata. Mengenai sampel wilayah, Desa
Wisata Wangunharja berada pada Dusun 3
(Banceuy) sedangkan, Desa Wisata Sari
Bunihayu berada pada Dusun 2 (Cicariu).
Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur variabel
penelitian tunggal ini yaitu terdiri dari
potensi wisata, partisipasi masyarakat, dan
karakteristik wisatawan. Adapun variabel
potensi wisata yang menjadi indikatornya
yaitu aspek fisik, sosial, biotis, tipologis,
tata ruang, tata bangunan, budaya,
kerajinan, cerita rakyat, dan upacara adat;
indikator penunjang pariwisata seperti
aksesibilitas mengenai kualitas jalan raya,
kualitas jalan akses, jenis angkutan ke
tempat wisata, dan papan petunjuk (arah
menuju objek wisata, petunjuk atraksi,
petunjuk fasilitas); ketersediaan fasilitas
mengenai sarana wisata seperti akomodasi
yang tersedia, rumah makan, sarana
rekreasi, tempat hiburan dan pementasan
atraksi seni, tempat ibadah, ruang
pertemuan, tempat parkir, WC umum, toko
cinderamata dan prasarana wisata seperti
penggunaan daya listrik, kebutuhan air
bersih, fasilitas kesehatan, tersedianya
telekomunikasi. Mengenai variabel
partisipasi masyarakat desa dilihat dari
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
berpartisipasi yaitu faktor usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan lamanya tinggal; bentuk
partisipasi yang dilakukan berupa
sumbangan uang, harta benda, tenaga,
keterampilan, ide/buah pikiran, dan bentuk
partisipasi secara tidak langsung.
Sedangkan, mengenai variabel wisatawan
yang menjadi indikatornya yaitu
karakteristik sosio-demografis seperti jenis
kelamin, usia, status pernikahan, tingkat
pendidikan, dan pekerjaan; karakteristik
geografis mengenai daerah asal/lokasi
tempat tinggal wisatawan; karakteristik
psikografis seperti motivasi berwisata,
aktivitas atau kegiatan berwisata (allocentri
& psychocentric), dan pengeluaran
wisatawan; karakteristik perjalanan seperti
teman perjalanan, waktu melakukan
perjalanan, pengorganisasian perjalanan,
moda transportasi yang digunakan, lama
waktu perjalanan, dan penggunaan
akomodasi.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini terdiri dari teknik observasi,
kuesioner (angket) dan interview
(wawancara), studi literatur, serta studi
dokumentasi. Analisis data yang digunakan
terdiri dari tiga analisis yaitu pengharkatan,
persentase, dan Uji Beda T-Test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Wisata di Desa Wisata Matriks perbandingan kedua Desa
Wisata dapat dilihat pada Tabel 1 dimana,
potensi wisata berdasarkan kriteria
perwujudan Desa Wisata menunjukkan
bahwa, Wangunharja tergolong ke dalam
kelas I yaitu sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan
skor 90 sedangkan, Sari Bunihayu tergolong
ke dalam kelas II yaitu cukup potensial
untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata
dengan skor 72. Dilihat dari potensi
aksesibilitas dan potensi prasarana, faktor
ini menunjukkan hal yang sebaliknya.
Wangunharja tergolong ke dalam kelas II
yaitu cukup potensial untuk dikembangkan
sebagai Desa Wisata dengan skor 15,
sedangkan Sari Bunihayu tergolong ke
dalam kelas I yaitu sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai Desa Wisata dengan
skor 20. Sedangkan, mengenai potensi
sarana wisata kedua desa ini sama-sama
tergolong ke dalam kelas II, yaitu cukup
potensial untuk dikembangkan sebagai Desa
Wisata dimana Wangunharja memiliki skor
8 dan Sari Bunihayu memiliki skor 10. Dari
hasil pengharkatan mengenai besarnya
potensi.
Syarat aksesibilitas sendiri menuntut
bahwa atraksi wisata dan akomodasi yang
dibutuhkan harus mudah ditemukan dan
dicapai. Jika objek wisata dan akomodasi
sulit dicapai meskipun lokasinya sudah
diketahui, masalahnya ialah mengenai
kondisi jalan. Hasil analisis data
menunjukan bahwa masih terdapatnya
unsur-unsur aksesibilitas yang kurang
mendukung. Dari kondisi jalan akses yang
menghubungkan tempat-tempat di Desa
Wisata Wangunharja, memiliki jalan aspal
yang telah mengalami kerusakan karena,
hanya sebagian ruas jalan saja yang diaspal
dan sebagian lagi merupakan perkerasan
batu yang tidak teratur dan bergelombang
sehingga, dapat menghambat perjalanan.
Sedangkan, di Desa Wisata Sari
Bunihayu kualitas jalan akses memiliki
kondisi cukup baik karena, disamping jalan
yang beraspal masih terdapatnya kondisi
jalan yang berbatu dan sedikit berlubang.
Dari sisi jasa angkutan yang terdapat di
masing-masing Desa Wisata sangat minim,
yaitu berupa “ojeg”. Sehingga, perlu adanya
upaya memperbaiki kondisi aksesibilitas
dalam rangka memberikan kemudahan bagi
wisatawan, sehingga akan menimbulkan
integrasi antara atraksi wisata, jasa wisata,
dan angkutan wisata untuk menuju lokasi
daerah tujuan wisata.
Pada potensi fasilitas (amenitas) ini,
Desa Wisata Sari Bunihayu memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan dengan Desa
Wisata Wangunharja. Adapun sarana wisata
yang tersedia di Desa Wisata Wangunharja
seperti akomodasi berupa rumah-rumah
penduduk atau homestay, jasa angkutan
berupa “ojeg”, rumah makan berupa
warung, mushola, tempat parkir, dan
lapangan terbuka sebagai tempat
pementasan atraksi seni. Selebihnya,
mengenai sarana pelengkap dan sarana
penunjang seperti kolam, arena rekreasi,
WC umum, dan toko cinderamata tidak
tersedia di Desa Wisata Wangunharja ini.
Sedangkan, di Desa Wisata Sari Bunihayu
untuk sarana pokok dan sarana pelengkap
sudah tersedia dengan baik, hal ini dicirikan
dengan adanya akomodasi berupa villa yang
dilengkapi dengan sarana lain didalamnya,
angkutan berupa ojeg, rumah makan, kolam
renang dan kolam pancing, arena tempat
bermain anak, pendopo/panggung terbuka
sebagai tempat hiburan, mushola,
amphiteater, serta adanya tempat parkir
yang cukup luas. Namun, masih adapula
sarana penunjang yang dapat melemahkan
perkembangan ke depannya, yaitu tidak
adanya toko cinderamata.
iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
Tabel 1
Matriks Perbandingan Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu
No Pengkajian Indikator Desa Wisata Wangunharja
Desa Sanca
Desa Wisata Sari Bunihayu
Desa Bunihayu
1 Potensi
Wisata
Kriteria Perwujudan
Desa Wisata
Kelas I (Sangat Potensial) Kelas II (Cukup Potensial)
Faktor Aksesibilitas Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial)
Faktor Sarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas II (Cukup Potensial)
Faktor Prasarana Kelas II (Cukup Potensial) Kelas I (Sangat Potensial)
2 Faktor
masyarakat
berpartisipasi
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Usia Kategori usia 25 Kategori usia 25
Lamanya tinggal >10 tahun >10 tahun
Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Dasar
Pekerjaan Petani Petani
Penghasilan Rp.400.000 – Rp.600.000 Rp.400.000 – Rp.600.000
Bentuk
Partisipasi
masyarakat
Jasa tenaga kerja Purata (mean) 42,00 dan
simpangan baku (standard
deviations) 15,716.
Purata (mean) 6,33 dan
simpangan baku (standard
deviations) 6,028.
Keterampilan Purata (mean) 25,33 dan
simpangan baku (standard
deviations) 20,984.
Purata (mean) 8,67 dan
simpangan baku (standard
deviations) 6,429.
Tidak Langsung Purata (mean) 53,00 dan
simpangan baku (standard
deviations) 20,688.
Purata (mean) 60,60 dan
simpangan baku (standard
deviations) 29,305.
3 Karakteristik
Sosio-
Demografis
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Usia 25 – 44 tahun 25 – 44 tahun
Status Pernikahan Menikah Menikah
Pendidikan Sarjana Sarjana
Mata Pencaharian PNS Wiraswasta
Penghasilan > Rp.2.000.000 > Rp.2.000.000
Karakteristik
Geografis
Asal Daerah Kabupaten Subang DKI Jakarta
Karakteristik
Psikografis
Motivasi Relaksasi/Refresing Relaksasi/Refresing
Aktivitas Wisata Melihat & menikmati
objek wisata berupa : air
terjun (curug),situs.
Berenang, memancing,
membeli oleh-oleh khas
daerah.
Pola Pengeluaran < Rp.100.000 Rp.100.000-Rp.300.000
Karakteristik
Perjalanan
Sumber Informasi Keluarga/teman/saudara Keluarga/teman/saudara
Waktu Berwisata Akhir pekan/minggu dan
hari libur/Raya
Hari libur/Raya dan akhir
pekan/minggu
Teman perjalanan Keluarga Keluarga
Pengorganisasian
perjalanan
Keluarga Keluarga
Moda Transportasi Kendaraan pribadi Kendaraan pribadi
Akomodasi Rumah teman/saudara Villa
Lamanya Berwisata Sehari dan menetap Sehari & tidak menginap Sumber : Hasil Penelitian, 2013
Dilihat dari kondisi prasarana wisata,
penggunaan tenaga listrik dan penyediaan
air bersih di Desa Wisata Wangunharja Desa
Sanca Kecamatan Ciater tersedia dengan
kondisi cukup baik. Namun, untuk fasilitas
kesehatan yang tersedia berupa puskesmas
terletak agak jauh, dan untuk
telekomunikasi tidak terlalu memadai.
Sedangkan, prasarana wisata di Desa Wisata
Sari Bunihayu Desa Bunihayu Kecamatan
Jalancagak tergolong cukup potensial. Hal
ini didasari oleh kelengkapan prasarana
wisata seperti listrik yang memadai
bersumber dari PLN, adanya air bersih,
telekomunikasi yang lengkap, serta fasilitas
kesehatan.
iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
Mengingat, wisatawan yang berkunjung
mempunyai tujuan untuk bersenang-
senang maka kelengkapan sarana dan
prasarana menjadi pertimbangan sebelum
melakukan aktivitas wisata.
Partisipasi Masyarakat Desa Melalui bantuan program SPSS
dari hasil pengolahan statistik dengan
rumus Uji Beda T-Test, partisipasi
masyarakat secara tidak langsung/dalam
menerapkan unsur-unsur Sapta Pesona di
Wangunharja memiliki purata (mean)
53,00 dan simpangan baku (standard
deviations) 20,688 sedangkan, Sari
Bunihayu memiliki purata (mean) 60,60
dan simpangan baku (standard deviations)
29,305. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa dukungan masyarakat secara tidak
langsung terlihat lebih besar pada Desa
Wisata Sari Bunihayu dibandingkan
dengan Desa Wisata Wangunharja.
Namun, dukungan ini tidak sepenuhnya
direalisasikan dalam bentuk nyata.
Pada gambar 1, objek wisata yang
tersedia dan terdapat di alam semesta
(Natural Amenities) di Desa Wisata
Wangunharja ialah Curug Bentang. Curug
ini memiliki aliran sungai yang masih
jernih dan pemandangan alam yang indah
yang dikelilingi sawah-sawah petani serta
beragam jenis flora lainnya sehingga,
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi
wisatawan. Meskipun akses menuju objek
wisata ini berupa jalan setapak dan letak
curug berada jauh dari tempat tinggal
penduduk, hal ini tidak menjadi hambatan
masyarakat untuk mengelola objek wisata
ini. Masyarakat ikut menjaga kebersihan,
melestarikan lingkungan, dan memelihara
keindahan di sekitar objek wisata ini
sehingga, dapat memberikan dampak
positif terhadap perkembangan pariwisata.
Sedangkan pada gambar 2, di Desa
Wisata Sari Bunihayu objek wisata yang
terdapat di alam semesta ialah Curug
Cirangrang. Berbeda halnya dengan
Curug Bentang di Desa Wisata
Wangunharja, Curug Cirangrang ini
belum berkembang pesat menjadi objek
wisata yang dapat menarik wisatawan.
Letaknya yang jauh dari pemukiman
warga serta akses jalan yang sulit dan
kondisi yang tidak baik, membuat
masyarakat kurang mendukung terhadap
pengelolaan curug tersebut untuk
dikembangkan menjadi objek wisata yang
menarik untuk dikunjungi.
Objek wisata lain yang terdapat di
Desa Wisata Wangunharja ialah berupa
hasil ciptaan manusia seperti kesenian
rakyat, kebudayaan, kerajinan, cerita
rakyat, dan situs/makam keramat. Selain
itu, adapula tata cara hidup masyarakat
seperti bagaimana kebiasaan hidupnya,
adat istiadat misalnya upacara-upacara
penting yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat desa. Hingga saat ini, kegiatan
tersebut masih tetap dilaksanakan sebagai
salah satu sendi-sendi kehidupan
masyarakat yang mampu
menumbuhkembangkan dan melestarikan
seni-budaya milik masyarakat Subang.
Dilihat dari bentuk partisipasi
dalam bentuk keterampilan, masyarakat
Desa Wisata Wangunharja meng-
implementasikan hal ini dalam
keterlibatannya dalam pementasan atraksi
seni, seperti seni tradisional celempung,
toleat, dan karinding. Seni tradisional
celempung ini merupakan alat kesenian
tradisional khas Sunda dimana masyarakat
memainkannya dengan cara memukul
ujung bambu yang berlubang dan dibantu
dengan suara mulut sebagai gong.
Sedangkan, untuk toleat dimainkan
dengan cara ditiup, bentuknya mirip
dengan suling namun mempunyai suara
yang lebih unik. Seni tradisional toleat ini
dipadukan dengan beberapa jenis alat
musik lain seperti kecapi dan kendang
sehingga, dapat menghasilkan jenis musik
yang bagus. Selain itu, ada pula
pementasan seni gembyung guna
bertujuan untuk menghormati para
leluhur.
iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
Gambar 1. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Wangunharja
Kecamatan Ciater Kabupaten Subang
Gambar 2. Peta Persebaran Objek Wisata Berdasarkan Penggunaan Lahan Desa Wisata Sari Bunihayu
Kecamatan Jalancagak
iv | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
Atraksi seni ini dimainkan untuk
upacara adat seperti halnya Ruwatan
Bumi, dimana tata cara hidup ini
merupakan salah satu unggulan daya tarik
wisata di Desa Wisata Wangunharja.
Selain pementasan atraksi seni,
masyarakat di Desa Wisata Wangunharja
pun memiliki keterampilan berupa
pembuatan kerajinan khas dan
cinderamata. Adapun cinderamata yang
dibuat seperti gantungan kunci berbentuk
alat musik tradisional celempung, toleat,
dan karinding. Sedangkan, kerajinan khas
yang dihasilkan berupa kerajinan
anyaman seperti boboko, aseupan, nyiru,
ayakan, dan kipas. Adapula alat-alat seni
tradisional khas Sunda seperti celempung,
toleat, dan karinding yang dibuat dalam
bentuk ukuran yang sebenarnya dari
bambu tamiang dan kayu berenuk. Tidak
hanya keterampilan dalam pembuatan
kerajinan dan cinderamata saja yang
masyarakat miliki, keterampilan dalam
pembuatan makanan dan minuman khas
daerah setempat pun menjadi salah satu
bentuk partisipasi yang diberikan.
Masyarakat desa, terutama kaum
perempuan berperan serta dalam
pembuatan makanan dan minuman khas
Sunda seperti opak, rangginang,
ranggining, papais, ali aggrem, wedang
jahe, dan lain sebagainya. Makanan dan
minuman ini akan memilliki daya tarik
yang tinggi jika disajikan dengan tata cara
khas Sunda, sehingga wisatawan yang
berkunjung terutama wisatawan
mancanegara akan tertarik untuk
menikmatinya karena, di daerah asalnya
tidak terdapat jenis makanan dan
minuman tersebut. Disisi lain, dalam
mendukung perkembangan Desa Wisata,
masyarakat ikut berpartisipasi dalam
memberikan sumbangan berupa
ide/pendapat/buah pikir dalam setiap
diskusi dan pengambilan keputusan.
Sedangkan, di Desa Wisata Sari
Bunihayu hanya sebagian masyarakat saja
yang ikut berpartisipasi dalam bentuk
keterampilan. Hal ini dikarenakan, Desa
Wisata Sari Bunihayu merupakan Desa
Wisata yang dikelola secara perorangan
sehingga, terdapatnya batasan dalam
keikutsertaan didalamnya. Selain itu,
sedikitnya warga yang memiliki
keterampilan membuat Desa Wisata Sari
Bunihayu dalam objek wisata berupa hasil
ciptaan manusia seperti kesenian rakyat,
kebudayaan, dan kerajinan serta tata cara
hidup masyarakat seperti kebiasaan
hidupnya dan adat istiadat misalnya
upacara-upacara penting yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat desa, kurang
diminati oleh wisatawan terutama
wisatawan mancanegara. Karena,
kurangnya daya tarik mengenai seni-
budaya yang bernilai dan serta adat
istiadat masyarakat Sunda yang ingin
diketahuinya. Sehingga, hal ini dapat
melemahkan perkembangan Desa Wisata
Sari Bunihayu, dimana akan berdampak
pada kunjungan wisatawan. Selain
pemaparan diatas, hal ini ditunjukkan
melalui hasil pengolahan statistik dengan
bantuan program SPSS. Mengenai
partisipasi yang diberikan dalam bentuk
keterampilan yang dimiliki, Wangunharja
memiliki purata (mean) 25,33 dan
simpangan baku (standard deviations)
20,984 sedangkan, Sari Bunihayu
memiliki purata (mean) 8,67 dan
simpangan baku (standard deviations)
6,429. Hasil tersebut menggambarkan
bahwa bentuk partisipasi yang masyarakat
berikan lebih besar pada Desa Wisata
Wangunharja dibandingkan dengan Desa
Wisata Sari Bunihayu.
Mengenai partisipasi masyarakat
dalam penyediaan jasa tenaga kerja seperti
menjadi pemandu wisata, menyediakan
jasa penginapan dan transportasi untuk
memenuhi segala kebutuhan wisatawan
dalam berkunjung ke Desa Wisata,
berdasarkan pengolahan statistik
Wangunharja memiliki purata (mean)
42,00 dan simpangan baku (standard
deviations) 15,716 sedangkan, Sari
Bunihayu memiliki purata (mean) 6,33
dan simpangan baku (standard deviations)
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | v
6,028. Terlihat pada hasil pengolahan
tersebut bahwa, partisipasi masyarakat di
Wangunharja lebih tinggi dibandingkan
dengan Sari Bunihayu.
Hal ini dikarenakan, partisipasi
yang diberikan seperti menjadi pemandu
wisata, menyediakan jasa penginapan dan
transportasi, seluruh masyarakat di Desa
Wisata Wangunharja tepatnya di Dusun II
Banceuy dapat menyediakan jasa tenaga
kerja tersebut. Masyarakat yang menjadi
pemandu wisata merupakan warga sekitar
asli yang mengetahui asal muasal daerah
lingkungannya sehingga, dapat
menjelaskan seluruh hal yang ingin
wisatawan ketahui.
Mengenai jasa penginapan dan
transportasi seluruh masyarakat desa
dapat ikut berpartisipasi dalam
menyediakannya, karena jasa penginapan
di Desa Wisata Wangunharja berupa
rumah-rumah penduduk yang dapat di
digunakan sebagai tempat tinggal
sementara selama berwisata di daerah
tujuan wisata ini. Sedangkan, transportasi
yang digunakan ialah berupa “ojeg”, yang
dapat membawa wisatawan untuk
mengakses daerah tersebut. Jasa angkutan
“ojeg” di Desa Wisata ini bersifat
sukarela, sehingga setiap masyarakat
dapat menjadi ‘tukang ojeg’ dalam
mengantarkan wisatawan ke objek wisata
yang ingin dikunjunginya. Wisatawan
dapat melakukan perjalanan wisata dalam
bentuk rombongan, karena jasa tenaga
kerja tersedia dalam jumlah yang
memadai dan mencukupi.
Berbeda halnya dengan Desa
Wisata Sari Bunihayu, jasa penginapan
berupa villa, transportasi berupa “ojeg”,
dan pemandu wisata kurang tersedia
dengan jumlah yang banyak. Sehingga,
jika berkunjung dalam bentuk rombongan,
pengelola wisata harus
mempersiapkannya terlebih dahulu.
Meskipun Sari Bunihayu memiliki sarana
yang lebih lengkap seperti tersedianya air
panas secara otomatis, Dispenser, PABX
Telephone, pelayanan kamar, kolam
renang, kolam pancing, dan arena rekreasi
untuk bermain, hal ini bukanlah menjadi
aspek utama dalam menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Jika hal ini
tidak didasarkan pada peran serta
masyarakat maka Desa Wisata sulit
dikembangkan, karena kurangnya
partisipasi yang diberikan.
Karakteristik Wisatawan
Berdasarkan analisis hasil
penelitian, wisatawan yang berkunjung ke
Desa Wisata Wangunharja dan Desa
Wisata Sari Bunihayu memiliki ciri-ciri
yang tidak berbeda jauh, mulai dari ciri-
ciri berdasarkan karakteristik sosio-
demografis, karakteristik geografis,
karakteristik psikografis, dan karakteristik
perjalanan.
Mengenai karakteristik sosio-
demografis, wisatawan yang berkunjung
ke Desa Wisata Wangunharja dan Desa
Wisata Sari Bunihayu berdasarakan jenis
kelamin sebagian besar diantaranya
adalah berjenis kelamin laki-laki.
Wisatawan laki-laki melakukan aktivitas
wisata untuk melepaskan diri dari
kejenuhan rutinitas kerjanya sehari-hari.
Di Desa Wisata, wisatawan dapat
menikmati alam pedesaan yang masih
bersih dan merasakan hidup di suasana
desa. Selain itu, wisatawan dapat
beristirahat dan mengembalikan kekuatan
setelah bekerja keras dan menghilangkan
ketegangan (strain) dan tekanan (stress)
yang dialaminya.
Berdasarkan usia, rata-rata
wisatawan yang berkunjung ke
Wangunharja dan Sari Bunihayu memiliki
usia 22 – 44 tahun. Wisatawan dengan
rentang usia ini memiliki keingian yang
besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan
wisata. Selain itu, wisatawan pada usia
menengah memiliki kecenderungan untuk
refreshing, rileks, menikmati
pemandangan alam yang masih asri,
mengetahui budaya lain, atau olahraga
seperti jalan-jalan dan berenang.
vi | Dinna Cahyaningrum, dkk.
Studi Komparasi Potensi Desa Wisata Wangunharja dan Desa Wisata Sari Bunihayu…
Dilihat dari status wisatawan,
mayoritas wisatawan yang berkunjung ke
Desa Wisata Wangunharja dan Desa
Wisata Sari Bunihayu berstatus menikah.
Wisatawan yang berstatus menikah dan
mempunyai anak tentunya tidak dapat
memiliki waktu luang yang lebih untuk
melakukan aktivitas di luar rumah.
Wisatawan yang berstatus menikah
memiliki tingkat kepuasan sendiri sebagai
orang tua, karena dapat berwisata bersama
suami/istri dan anak-anak.
Gambaran wisatawan yang
berkunjung ke Wangunharja dan Sari
Bunihayu memiliki tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan yang beragam.
Sebagian besar dari wisatawan memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi yaitu
berada pada jenjang sarjana. Tingkat
persentase tertinggi pun berada pada
kalangan PNS di Wangunharja, sedangkan
bagi kalangan wiraswasta berada pada
Sari Bunihayu. Selain itu, adanya tingkat
pendapatan yang tinggi >2.000.000,
merupakan faktor yang mampu
membentuk permintaan wisatawan
terhadap kegiatan berwisata. Biasanya,
dengan tingginya tingkat pendidikan
wisatawan, maka tingkat keterlibatan
wisatawan terhadap kegiatan serta motif
dalam berwisata akan semakin tinggi, dan
dengan semakin tingginya tingkat
penghasilan, maka akan memungkinkan
wisatawan untuk membelanjakan uangnya
dalam segala aktivitas yang dilakukan di
Desa Wisata.
Dilihat dari karakteristik geografis,
wisatawan yang berkunjung ke
Wangunharja dan Sari Bunihayu berasal
dari berbagai kecamatan, kabupaten serta
kota. Mayoritas wisatawan yang
berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja
berasal dari berbagai kecamatan di
Kabupaten Subang. Sedangkan,
wisatawan yang berkunjung ke Desa
Wisata Sari Bunihayu mayoritas berasal
dari luar Kabupaten Subang, yaitu DKI
Jakarta dan Kabupaten Karawang.
Berdasarkan Peta Kondisi Iklim dan
Curah Hujan Kabupaten Subang yang
diperoleh dari BAPPEDA, kecamatan-
kecamatan di daerah Subang bagian
tengah dan Subang bagian utara memiliki
suhu rata-rata tahunan >200C dan rata-rata
curah hujan 1000 – 2500 mm/tahun.
Dengan demikian, Desa Wisata memang
cocok dikunjungi oleh wisatawan dari
berbagai daerah, terutama daerah yang
memiliki suhu udara panas-lembab.
Selain itu, Desa Wisata cocok jika
dikunjungi oleh wisatawan yang berasal
dari daerah yang memiliki tingkat polusi
tinggi seperti, DKI Jakarta dan daerah
yang beriklim panas seperti Kabupaten
Karawang. Karena, wisatawan yang
masuk ke Desa Wisata itu akan dapat
menikmati alam pedesaan yang masih
bersih dan merasakan hidup di suasana
desa dengan sejumlah adat istiadatnya.
KESIMPULAN
Potensi Wisata di DesaWisata.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapatnya perbedaan potensi
wisata diantara keduanya. Pada potensi
wisata berdasarkan kriteria perwujudan
Desa Wisata, Wangunharja lebih baik
dibandingkan dengan Sari Bunihayu
dimana, Wangunharja tergolong kedalam
kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 90
sedangkan, Sari Bunihayu tergolong
kedalam kelas II dengan skor yang
dimiliki ialah 72. Dilihat dari potensi
aksesibilitas dan potensi prasarana, Sari
Bunihayu memiliki kondisi yang lebih
baik dibandingkan dengan Wangunharja
dimana, Sari Bunihayu tergolong kedalam
kelas I dengan skor yang dimiliki ialah 20
sedangkan, Wangunharja tergolong
kedalam kelas II dengan skor yang
dimiliki ialah 15. Mengenai potensi sarana
wisata kedua desa menunjukkan kondisi
yang sama, tergolong kedalam kelas II
yaitu cukup potensial untuk
dikembangkan sebagai Desa Wisata
dimana Wangunharja memiliki skor 8 dan
Sari Bunihayu memiliki skor 10.
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | vii
Berdasarkan hasil pengharkatan
yang dilakukan, diperoleh besarnya
potensi masing-masing Desa Wisata
dimana Desa Wisata Wangunharja
mendapatkan nilai 78% sedangkan Desa
Wisata Sari Bunihayu 73%. Hal ini
menunjukkan bahwa keseluruhan faktor
potensi yang menjadi indikator dalam
pengembangan Desa Wisata Wangunharja
memiliki keunggulan yang lebih besar
dibandingkan dengan Desa Wisata Sari
Bunihayu.
Partisipasi Masyarakat Desa
Terdapatnya beberapa bentuk
partisipasi yang dilakukan masyarakat
seperti berpartisipasi dalam menyediakan
jasa tenaga kerja, partisipasi keterampilan
yang dimiliki masyarakat desa, partisipasi
dalam memberikan sumbangan
ide/pendapat/buah pikir dalam setiap
diskusi/forum, serta dalam menciptakan
suasana indah dan mempesona yang
merupakan bentuk partisipasi secara tidak
langsung. Namun, hasil penelitian
menunjukkan terdapatnya perbedaan
partisipasi masyarakat yang dilakukan.
Partisipasi yang dilakukan menunjukkan
bahwa keterlibatan anggota masyarakat di
Dusun III Banceuy Desa Sanca
Kecamatan Ciater dalam mengembangkan
Desa Wisata Wangunharja lebih tinggi
dibandingkan dengan keterlibatan
masyarakat di Dusun II Cicariu Desa
Bunihayu Kecamatan Jalancagak dalam
mengembangkan Desa Wisata Sari
Bunihayu. Sehingga, dengan adanya
dukungan masyarakat yang direalisasikan
dalam bentuk partisipasi yang diberikan
membuat Desa Wisata Wangunharja dapat
dikembangkan dengan lebih baik
dibandingkan Desa Wisata Sari Bunihayu.
Karakteristik Wisatawan yang
Berkunjung ke Desa Wisata
Karakteristik wisatawan yang
berkunjung ke Desa Wisata Wangunharja
dan Desa Wisata Sari Bunihayu tidak
menunjukkan adanya perbedaan, dimana
keduanya termasuk kedalam segmen
psikosentris. Karena, pada segmen ini
wisatawan menunjukkan ciri-ciri
menyukai daerah yang aman, nyaman
menyerupai tempat tinggalnya, tidak
menyukai tempat terpencil, cenderung
menghindari jenis kegiatan yang penuh
tantangan, lama tinggal di daerah tujuan
wisata cukup singkat, sedikit
membelanjakan uangnya, dan memiliki
motivasi untuk bersenang-senang
(Relaksasi atau Refresing). Sehingga,
keinginan wisatawan akan kebutuhan
untuk melakukan aktivitas wisata di Desa
Wisata dapat menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kebudayaan Pariwisata dan
Olahraga Kabupaten Subang
(DISBUDPARPORA). (2012).
Data Potensi Pariwisata
Kabupaten Subang 2012. Subang:
Tidak Diterbitkan.
Hermantoro, H. (2011). Creative-Based
Tourism Dari Wisata Rekreatif
Menuju Wisata Kreatif. Depok:
Aditri.
Prihandono, F. (2011). Peranan Job
Description Dalam Placement Di
Kompepar Desa Wisata Tanjung
Kabupaten Sleman. Skripsi
Sarjana Pendidikan pada FPIPS
UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Sukarsa, I. (1999). Pengantar Pariwisata.
Denpasar: Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Timur.
Soekadijo. (1997). Anatomi Pariwisata.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Tika, P. (2005). Metode Penelitian
Geografi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Yoeti, O. (1990). Pengantar Ilmu
Pariwisata. Bandung: Angkasa.