Stratifikasi sosial 2016

Post on 10-Jan-2017

189 views 8 download

Transcript of Stratifikasi sosial 2016

STRATIFIKASI SOSIAL

Universitas Ibnu Chaldun Jakarta2016

1

1. Stratifikasi Sosial2

Stratifikasi sosial berasal dari istilah “Social Stratification” yang berarti sistem berlapis-lapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya : strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) (Moeis, 2008).

Pitrim A. Sorokin : “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah dengan ditandai oleh adanya ketidakseimbangan dalam pembagian antara hak dan kewajiban serta tanggung jawab individu dan kelompok di dalam suatu sistem sosial”.

3

Soerjono Soekamto : “ Pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern yang heterogen atas dasar kedudukan yang diperoleh melalui perjuangannya untuk melangsungkan interaksinya dalam masyarakat”.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt : “Sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat”.

4

Robert M.Z. Lawang : “Penggolongan orang-orang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise”.

Horton dan Horton : “Sistem pembedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat”.

Bruce J. Cohen : “Sistem yang menempatkan seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai”.

5

Astrid S. Susanto : “Hasil kebiasaan hubungan antar manusia dan tersusun sehingga setiap orang, setiap saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan orang secara vertikal maupun mendatar dalam masyarakatnya”.

Dari beberapa pengertian/definisi stratifikasi sosial di atas, dapat disimpulkan 3 hal, yaitu:

1. Adanya penggolong-golongan manusia secara bertingkat (hierarchis)

2. Dasar penggolongannya adalah kedudukan atau status sosial yang dimiliki oleh sesorang atau sekelompok orang.

3. Akibat penggolong-golongan tersebut adalah perbedaan antara hak, kesempatan dan kewajiban.

2. Timbulnya Stratifikasi Sosial

6

Karena adanya sistem penilaian atau penghargaan terhadap berbagai hal dalam masyarakat tersebut; berkenaan dengan potensi, kapasitas atau kemampuan manusia yang tidak sama satu dengan yang lain, dengan sendirinya sesuatu yang dianggap bernilai atau berharga itu juga menjadi keadaan yang langka, orang akan senantiasa meraih penghargaan itu dengan sekuat tenaga baik melalui persaingan bahkan tidak jarang dengan melalui konflik fisik (Moeis, 2008).

7

Herdiyanto (2005), stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut:

1. Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya, kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.

2. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama. Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.

3. Kriteria dasar Stratifikasi Sosial.

8

Moeis (2008) : (1).Kekayaan : “Ukuran ini dapat berupa kebendaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, orang-orang itu termasuk lapisan paling atas.Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat dari tempat tinggal, kendaraan-kendaraan, pakaian yang dikenakan, kebiasaan dalam mencukupkan kebutuhan rumah tangga, yang semuanya itu dianggap sebagai status simbol kedudukan seseorang”.

(2). Kekuasaan : “Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, maka orang itu menempati lapisan tertinggi dalam masyarakat”.

9

(3). Kehormatan : “Ukuran ini mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan, ukuran semacam ini biasanya hidup pada bentuk-bentuk masyarakat yang masih tradisional, orang-orang yang bersangkutan adalah individu yang dianggap atau pernah berjasa besar dalam masyarakat, orang atau orang-orang yang paling dihormati atau yang disegani, ada dalam lapisan atas”.

(4). Ilmu Pengetahuan : “Ukuran ini biasanya dipakai oleh masyarakat-masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ada kalanya ukuran tersebut menyebabkan akibat-akibat yang negatif, oleh karena kemudian ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya”.

10

Herdiyanto (2005) : “ menambah satau lagi kriteriteria dalam straftifikasi sosial yaitu : “Keturunan” adalah : Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan.Keturunan yang dimaksud adalah keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Kaum bangsawan akan menempati lapisan atas seperti gelar : Andi di masyarakat Bugis,Raden di masyarakat Jawa,Tengku di masyarakat Aceh, dsb.

3.Sifat-sifat stratifikasi.11

Menurut Herdiyanto (2005), Soerjono Soekanto membedakan lapisan sosial berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification) Stratifikasi ini adalah : “Stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal.Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja”. Contoh: Sistem kasta. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik dilapisan Brahmana. Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih. Feodal. Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.

12

2. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification) “Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sanga besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal”. Contoh: Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.

13

3. Stratifikasi Sosial Campuran : “Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka”. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

3.1. Kelebihan Stratifikasi Sosial Tertutup

Masyarakatnya stabil atau konflik antar strata hampir tidak ada karena menerima kedudukan yang telah diperoleh tanpa usaha itu (ascribed status), walaupun kedudukan itu tidak menguntungkan.

Tujuan kehidupan masyarakat akan lebih mudah tercapai,terutama untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya

3.1.1. Kelemahan stratifakasi sosial tertutup

Masyarakatnya statik dan apatis.

MENGAPA?tidak mungkin untuk melakukan

perubahan stratifikasi sosial yang telah ada dan yang digunakan oleh masyarakat sebelumnya

3.2. Keuntungan Stratifikasi Sosial Terbuka1. Memberi motivasi kepada setiap anggota masyarakat untuk berusaha2. Memberi kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk berusaha3. Pendistribusian kedudukan secara proporsional

3.2.1. Kelemahan Stratifikasi Sosial Terbuka

1. Munculnya persaingan yang tidak sehat

2. Kelas atas berpeluang lebih luas untuk status quo

3. Peluang konflik antar kelas lebih besar

4. Unsur-unsur Lapisan Masyarakat

18

Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi Indonesia, menyatakan bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teori sosiologi tentang sistem berlapis lapis dalam masyarakat, adalah kedudukan (status) dan peranan (role).

Kedudukan dan peranan ini merupakan unsur-unsur baku dalam sistem berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial masyarakat.

Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial itu sebagai pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antar individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.

19

Dalam hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat tergantung daripada keseimbangan kepentingan kepentingan individu-individu termaksud (Moeis, 2008)

4.1. Kedudukan (Status)20

Kedudukan, sebagaimana lazim dipergunakan, mempunyai dua arti :1. Secara abstrak, kedudukan berarti :

tempat seseorang dalam suatu pola tertentu; dengan demikian seseorang dikatakan memiliki beberapa kedudukan, oleh karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola-pola kehidupan. Ex : kedudukan A sebagai warga masyarakat merupaka kombinasi dari segenap kedududukannya sebagai guru, ayah, kepala sekolah, suami dsb.

21

2. Apabila dipisahkan dari individu yang memilikinya, kedudukan hanya merupakan kumpulan hak-hak dan kewajiban-kewajiban termaksud hanya dapat terlaksana melalui perantaraan individu-individu, maka agak sukar untuk memisahkannya secara tegas dan kaku. Ex : Hubungan pengemudi dengan tempat mengemudi, tempat mengemudi adalah alat tetap untuk mengemudikan mobil, sedangkan pengemudinya dapat digantikan oleh orang lain, yang mungkin akan dapat menjalankan mobil tersebut secara lebih baik atau lebih buruk.

22

Menurut Anonimous (2010), dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :

1. Ascribed Status : “ Merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah”, misalnya: Status perbedaan usia (age stratification),Stratifikasi berdasarkan jenis kelamin (gender) (sex stratification),Status yang didasarkan pada sistem kekerabatan,Stratifikasi berdasarkan kelahiran (born stratification),Stratifikasi berdasarkan kelompok tertentu (grouping stratification).

2. Achieved Status : “Merupakan status seseorang yang disandangnya karena diperoleh melalui perjuangan”. Contoh model ini adalah: Stratifikasi berdasarkan jenjang pendidikan (education stratification),Stratifikasi berdasarkan senioritas (seniority stratification),Stratifikasi di bidangpekerjaan (job stratification),Stratifikasi di bidang ekonomi (economic stratification)

23

3. Assigned Status : “Yaitu status sosial yang diperoleh seseorang atau sekelompok orang karena pemberian, akan tetapi dimasukkan ke dalam achieved status.

4.2. Peranan (Role)24

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status), dimana apabila seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran.

Peranan dan kedudukan (Status) itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya.

Yang membedakan dari keduanya adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan (Status) terlebih dahulu baru kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.

25

Pentingnya peranan adalah : “Bahwa hal itu mengatur perikelakuan seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain, sehingga dengan demikian, orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perikelakuan sendiri dengan perikelakuan orang-orang sekelompoknya”. (Moeis, 2008)

4.2.1. Peran Dalam Masyarakat

Setiap individu mempunyai peran yang senantiasa berhubungan dengan beberapa peran yang lain yang kemudian disebut “ set of role”.

Misal ; mahasiswa harus berhubungan orang lain yang berperan sebagai dosen, petugas administrasi, pimpinan fakultas, penjaga parkir dan sebagainya.

4.2.2. Beberapa hal yang berhubungan dengan peran

1. Peran-peran tertentu harus dilaksanakan kalau struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2. Peran seyogyanya dilekatkan kepada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya. Oleh karena itu mereka ini harus dilatih terlebih dulu

3. Dalam masyarakat kadang dijumpai individu yang tak mampu melaksanakan perannya sebagaimana diharapkan masyarakat role distance (pemisahan individu dengan perannya)

terjadi apabila individu merasa tertekan karena merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peran yang diharapkan masyarakat)

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan perannya, belum tentu masyarakat akan memberikan kesempatan yg luas bagi semua orang

5. Prespektif Sosiologi Tentang Stratifikasi Sosial Perlukah Stratifikasi sosial atau

pembedaan anggota masyarakat ke dalam berbagai kelas sosial itu ?

Jawaban atas pertanyaan ini sifatnya relatif: tergantung darimana sudut kita melihatnya dan pendekatan macam apa yang kita jadikan titik acuan.

6. Perspektif Stratifikasi sosial

1. Perspektif/Pendekatan Fungsional menjawab bahwa pelapisan sosial

adalah sesuatu yang inheran dan diperlukan demi kelangsungan sistem.

2. Perspektif/Pendekatan Konflik menjawab sebaliknya dan menyatakan

bahwa timbulnya pelapisan sosial sesungguhnya hanyalah ulah kelompok-kelompok elit masyarakat yang berkuasa untuk mempertahankan dominasinya.

7. Perbedaan Asumsi1. Pendekatan Fumgsional bertumpu kepada tradisi konservatif yang melihat

stratifikasi penting untuk memenuhi ”kebutuhan sosial” masyarakat secara keseluruhan.

Pandangan fungsional ini yakin bahwa tanpa adanya pelapisan sosial, masyarakat justru akan kacau karena akan ada peran-peran sosial tertentu yang mengalami kekosongan pelaksana atau pemeran.

2. Pendekatan Konflik mempertanyakan eksistensi dan makna dari pengertian

“kebutuhan sosial”. Penganut pendekatan ini umumnya curiga bahwa di

balik alasan bahwa pelapisan sosial itu dibutuhkan bagi kelangsungan sistem sosial sebenarnya merupakan kamuflase dari kebutuhan-kebutuhan untuk memperoleh barang dan jasa yang bernilai dan langka.

7.1. Pendekatan Fungsional Pelopornya adalah Kingsley Davis dan Wilbert Moore. stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat

yang membutuhkan pelbagai macam jenis pekerjaan pelapisan sosial itu perlu ada agar masyarakat berfungsi,

berbagai lapisan dalam masyarakat bergerak bersama untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat

Sistem pelapisan sebagai suatu ganjaran (atau hukuman) bagi pelayanan yang diberikan agar memperlancar masyarakat berfungsi.

Bagi penganut pendekatan fungsional stratifikasi sosial sebagai suatu “keperluan”. yang muncul dari kebutuhan masyarakat untuk menempatkan orang ke dalam posisi yang membentuk stuktur sosial, dan mendorong agar menjalankan tugas yang berhubungan dengan posisi tersebut.

7.1.2. Dua hal yang harus dilakukan masyarakat agar stratifikasi sosial dapat berfungsi optimal Masyarakat harus menanamkan keinginan untuk

mengisi posisi-posisi tertentu pada individu-individu yang sesuai untuk itu.

Setelah orang-orang merasa pada posisi-posisi itu, masyarakat harus menanamkan keinginan untuk menjalankan peranan yang sesuai dengan posisi tersebut.

8. Pendekatan Konflik Pelopornya Karl Marx, pendekatan konflik berpandangan bahwa bukan

kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi sosial, melainkan dominasi kekuasaan.

Artinya, adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus--karena semua anggota masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu--tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan itu sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya.

8.1. Bagi penganut pendekatan konflik

► Pemberian kesempatan yang tidak sama dan semua bentuk diskriminasi dinilai menghambat orang-orang dari strata rendah untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka semaksimal mungkin.

► Marx mengemukakan bahwa dasar pembentukan kelas sosial bukanlah konsensus, tetapi penghisapan suatu kelas oleh kelas lain yang lebih tinggi.

► Menurut Marx, di dalam masyarakat kapitalis, para pemilik sarana produksi pada hakekatnya adalah wakil dari kelas atas yang melakukan tekanan serta dapat memaksakan kontrol terhadap kelas buruh yang posisinya dalam lapisan masyarakat lebih rendah .

9. Menurut Zanden ada tiga pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial. 1. Pendekatan Obyektif Artinya, usaha untuk memilah-milah

masyarakat ke dalam beberapa lapisan dilakukan menurut ukuran-ukuran yang obyektif berupavariabel yang mudah diukur secara kuantitatif

Beberapa pakar demografi, misalnya, sering membagi masyarakat menurut kategori umur, tingkat pendidikan atau perbedaan besar penghasilan

2. Pendekatan Subyektif Artinya, munculnya pelapisan sosial dalam

masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria yang obyektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subyektif warga masyarakat itu sendiri.

Berbeda dengan pendekatan obyektif dimana peneliti bisa menyusun kategori statistik,

untuk pendekatan subyektif yang tersusun adalah kategori sosial yang ditandai oleh kesadaran jenis. Seseorang yang menurut kriteria obyektif termasuk miskin, menurut pendekatan subyektif ini bisa saja dianggap tidak miskin kalau ia sendiri memang merasa bukan termasuk kelompok masyarakat miskin.

3. Pendekatan Reputational Artinya, pelapisan sosial disusun dengan

cara subyek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam suatu skala tertentu.

Misal: Untuk mencari siapakah di desa tertentu

yang termasuk kelas atas, peneliti yang menggunakan pendekatan reputational bisa melakukannya dengan cara menanyakan kepada warga desa tersebut siapakah warga desa setempat yang paling kaya atau menanyakan siapakah warga desa setempat yang paling mungkin diminta pertolongan meminjamkan uang dan sebagainya.

5. Fungsi39

Herdiyanto (2005), stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :1. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif, seperti

menentukan penghasilan,tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/kedudukan seseorang.

2. Sistem pertanggaan (tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut prestise dan penghargaan, misalnya pada seseorang yang menerima anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya.

3. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat melalui kualitas pribadi,keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, kepemilikan, wewenang atau kekuasaan.

40

4. Penentu lambang-lambang (simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara berpakaian dan bentuk rumah.

5. Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.6. Alat solidaritas diantara individu-individu atau

kelompok yang mendudukisistem sosial yang sama dalam masyarakat.

6.Referensi41

Sunarto Kamanto, pengantar Sosiologi : Sebuah bunga rampai. Jakarta: yayasan obor indonesia.

Sunarto Kamanto, pengantar Sosiologi : lembaga penerbit FEUI. Jakarta

Anonimous.2010. Stratifikasi Sosial dan Diferensiasi Sosial.Universitas Pendidikan Indonesia.

Moeis, S. 2008. Buku Ajar Struktur Sosial:Stratifikasi Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Herdiyanto, A. 2005.Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial.Diakses pada tanggal 10 April 2014 dari http://110.139.54.25/dir/data pdf/DIFERENSIASI SOSIAL DAN STRATIFIKASI SOSIAL.pdf.

Singgih, D. S. 2014. Prosedur Analisis Stratifikasi Sosial dalam Perspektif Sosiologi. Universitas Airlangga.