Post on 16-Feb-2018
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT TELEKOMUNIKASI
INDONESIA TBK. DALAM MEMBENTUK OPINI PUBLIK
INDIPRENEUR SURABAYA, JAWA TIMUR
LORENSA VIRGIANA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Public
Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam Membentuk Opini Publik
Indipreneur Surabaya, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Lorensa Virgiana
NIM I34100006
ABSTRAK
LORENSA VIRGIANA. Strategi Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk. dalam Membentuk Opini Publik IndiPreneur Surabaya, Jawa Timur.
Dibimbing oleh YATRI INDAH KUSUMASTUTI.
Public Relations merupakan penghubung antara perusahaan dengan
publiknya yang melaksanakan kegiatan komunikasi terencana, baik ke dalam
maupun ke luar. Peranan seorang praktisi Public Relations salah satunya adalah
mengevaluasi opini publik karena hal ini berpengaruh terhadap reputasi dan
eksistensi perusahaan. Bukan perkara mudah untuk menciptakan opini yang
positif di benak publik. Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
bertugas menciptakan suatu strategi yang kreatif dan tepat guna membentuk opini
positif seperti yang diharapkan oleh manajemen perusahaan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif didukung dengan data kualitatif untuk
mengetahui strategi yang diimplementasikan melalui berbagai aktivitas
penyampaian pesan dan hubungannya dengan opini publik dengan ukuran
tingkatan cognition, affect, dan behaviour. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
variabel ragam dan frekuensi aktivitas penyampaian pesan berhubungan opini
publik. Perhitungan analisis SWOT menunjukkan bahwa Public Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. harus melakukan diversifikasi aktivitas
penyampaian pesan agar dapat menghadapi ancaman perusahaan.
Kata kunci: opini publik, Public Relations, strategi, SWOT
ABSTRACT
LORENSA VIRGIANA. The Strategy of Public Relations PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. for Creating Public Opinion in IndiPreneur Program Surabaya
East Java. Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI.
Public Relations is the connector between the company and its publics that
implement planned communication activities, either inside or outside. One of
Public Relations role is to evaluate public opinion as this also affect the
company's reputation and existence. It’s not an easy work to create a positive
opinion in the public mind. Public Relations of PT Telkomunikasi Indonesia Tbk.
work to create creative and appropriate strategies in order to form a positive
opinion as expected by the company management. This study uses a quantitative
approach and supported by qualitative data to determine which strategies are
implemented through a variety of activities to deliver messages and the correlation
with public opinion in cognition, affect, and behavior level. The statistic result
showed that there is correlation between the diversity and frequency of Public
Relation communication activities with public opinion. SWOT analysis
calculation indicates that the Public Relations of PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk. should diversify the activities to deliver messages in order to face the threats
of the company.
Keywords: public opinion, Public Relations, strategies, SWOT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
STRATEGI PUBLIC RELATIONS PT TELEKOMUNIKASI
INDONESIA TBK. DALAM MEMBENTUK OPINI PUBLIK
INDIPRENEUR SURABAYA, JAWA TIMUR
LORENSA VIRGIANA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam
Membentuk Opini Publik IndiPreneur Surabaya, Jawa Timur
Nama : Lorensa Virgiana
NIM : I34100006
Disetujui oleh
Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai April 2014 ini ialah
Public Relations, dengan judul Strategi Public Relations PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. dalam Membentuk Opini Publik Indipreneur Surabaya, Jawa
Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ivone Andayani selaku pembimbing
di Telkom Divisi V Jawa Timur serta rekan – rekan Corporate Communications
yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengambilan data. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dukungan, saran, dan curahan
waktunya kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Tak lupa penulis
sampaikan terima kasih sebesar – besarnya kepada kedua orang tua tercinta,
Bapak Rudik Anang Bahtiar dan Ibu Kustiyawati, yang selalu melimpahkan kasih
sayang, doa, serta motivasi kepada penulis. Sahabat Saya Novalina yang selalu
menemani dan memberi semangat, Ryane, Putri, Nur Hannah, Ahmad Fauzi,
Ninish Fajrina, dan Indah Tri yang setia memberikan kehangatan, kritik, dan
saran, serta Gebyar, Fihim, Anggi, Tira, Aulia, dan teman – teman KPM yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala masukan yang
membangun kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Lorensa Virgiana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Kegunaan Penelitian 4
PENDEKATAN TEORITIS 6
Strategi Public Relations 8
Opini Publik 11
Publik 14
Analisis SWOT 14
Kerangka Pemikiran 20
Hipotesis Penelitian 21
Definisi Operasional 21
PENDEKATAN LAPANGAN 26
Lokasi dan Waktu 26
Metode Penelitian 26
Teknik Pemilihan Responden dan Informan 26
Teknik Pengumpulan Data 27
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 27
GAMBARAN UMUM 28
Sekilas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 28
Visi, Misi, dan Budaya Kerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 29
Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. 31
Indonesia Digital Entrepreunur (IndiPreneur) Telkom 30
STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBENTUK
OPINI PUBLIK 32
Strategi Komunikasi Public Relations Telkom 32
Aktivitas sebagai Implementasi Strategi Public Relations Telkom 34
AKTIVITAS PENYAMPAIAN INFORMASI OLEH PUBLIC RELATIONS
DAN OPINI PUBLIK PROGRAM 37
Aktivitas Penyampaian Informasi Program IndiPreneur Telkom 37
Tingkat Pengetahuan mengenai Ragam dan Frekuensi Aktivitas
Penyampaian Informasi Program IndiPreneur Telkom 38
Tingkat Penilaian terhadap Kekuatan Rancangan Pesan terkait Program
IndiPreneur Telkom 41
Opini Publik terkait Pelaksanaan Program IndiPreneur Telkom 43
ANALISIS HUBUNGAN AKTIVITAS PENYAMPAIAN INFORMASI
OLEH PUBLIC RELATIONS DENGAN OPINI PUBLIK PROGRAM
INDIPRENEUR TELKOM 46
Hubungan Pengetahuan mengenai Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh
Public Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Affect 46
Hubungan Pengetahuan mengenai Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh
Public Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Cognition 47
Hubungan Pengetahuan mengenai Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh
Public Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Behaviour 47
Hubungan Pengetahuan tentang Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public
Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Affect 49
Hubungan Pengetahuan tentang Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public
Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Cognition 49
Hubungan Pengetahuan tentang Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public
Relations dan Opini Publik menurut Tingkatan Behaviour 50
Hubungan Penilaian terhadap Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik
menurut Tingkatan Affect 51
Hubungan Penilaian terhadap Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik
menurut Tingkatan Cognition 52
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik menurut Tingkatan
Behaviour 53
Hubungan Aktivitas Public Relations dan Opini Publik 54
ANALISIS SWOT 56
Analisis SWOT 56
Analisis Faktor Strategi Internal 59
Analisis Faktor Strategi Eksternal 61
Susunan Formulasi Strategi 60
Pemilihan Alternatif Strategi dengan Matriks SWOT 61
SIMPULAN DAN SARAN 66
Simpulan 66
Saran 66
DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN 70
RIWAYAT HIDUP 81
DAFTAR TABEL
1 Stakeholders internal dan eksternal 14
2 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 15
3 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) 16
4 Matriks SWOT 19
5 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan affect 46
6 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan cognition 47
7 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan behaviour 48
8 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public Relations dan
opini publik tingkatan affect 49
9 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public Relations dan
opini publik tingkatan cognition 50
10 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public Relations
dan opini publik tingkatan behaviour 51
11 Jumlah dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik tingkatan
affect 52
12 Jumlah dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik tingkatan
cognition 53
13 Sebaran dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik tingkatan
behaviour 53
14 Sebaran nilai koefisien korelasi aktivitas Public Relations dengan opini publik 55
15 Faktor Strategi Internal (IFAS) Telkom 58
16 Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Telkom 60
17 Matriks SWOT 65
DAFTAR GAMBAR
1 Proses pembentukan opini publik 12
2 Matriks internal-eksternal 17
3 Diagram analisis SWOT 18
4 Kerangka analisis hubungan strategi Public Relations terhadap opini 20
5 Struktur organisasi Telkom 31
6 Presentase ragam aktivitas penyampaian pesan yang diketahui responden 39
7 Tingkat pengetahuan responden mengenai ragam penyampaian pesan 40
8 Tingkat pengetahuan responden mengenai frekuensi penyampaian pesan 41
9 Tingkat penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan (akumulasi 42
10 Tingkat penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
berdasarkan ragam media 42
11 Opini publik berdasarkan tingkat affect, cognition, dan behaviour 43
12 Opini publik responden 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tampilan portal IndiPreneur Telkom www.smartbisnis.co.id 70
2 Press Release IndiPreneur Januari 2014 71
3 Hasil olahan data statistik 76
4 Jadwal pelaksanaan penelitian 79
5 Kerangka sampling 80
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif kuat menembus angka 6,3 persen
atau nomor dua di Asia setelah China, yang didorong oleh kuatnya daya konsumsi
swasta dan meningkatnya investasi yang berorientasi pada permintaan domestic
(Kemendag 2012). Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif kuat tersebut
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah keberadaan Perseroan
Terbatas (Persero). Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas dikenal
sebagai salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional.
Perseroan Terbatas (Persero) menurut UU No. 40 Tahun 2007 adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang – undang dan
peraturan pelaksanaannya. Sebagai badan hukum yang dimiliki bersama,
keberadaan Perseroan Terbatas (Persero) saat ini cukup banyak. Khususnya di
Indonesia, jumlah Perseroan Terbatas (Persero) yang tercatat sebagai BUMN
(Badan Usaha Milik Negara)1 sebanyak 140 perusahaan yang bergerak di 13
sektor usaha. Jumlah yang tidak sedikit tersebut menimbulkan situasi persaingan
yang tidak dapat dihindari. Kemunculan perusahaan atau unit usaha yang
menawarkan produk atau jasa serupa akan menciptakan situasi persaingan dimana
setiap perusahaan berusaha menjadi lebih unggul daripada pesaing lainnya. Hal ini
memaksa manajemen dari perusahaan untuk berpikir kreatif guna menciptakan
solusi bagi persaingan atau strategi yang tepat agar produk ataupun jasa yang
menjadi pilihan usaha akan tetap unggul dan bertahan serta mampu menguasai
pasar.
Strategi merupakan seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau seseorang dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan
untuk memperoleh keunggulan kompetisi dalam pasar agar lebih baik dari para
pesaingnya (Ruslan 2001). Selain strategi di bidang keuangan, pemasaran
penjualan, ataupun periklanan, pendekatan Public Relations sebagai bagian yang
menjadi kekuatan komunikasi dan informasi perusahaan dengan stakeholders
adalah salah satu strategi perusahaan agar dapat menjaga posisi perusahaan di
pasar.
Public Relation atau seringkali dikenal sebagai PR melakukan pendekatan
citra atau image dari suatu unit usaha penyedia barang dan jasa sebagai salah satu
komponen dalam menjaga posisi unit usaha di pasar dan keberlangsungan usaha
dalam jangka panjang. PR bertugas menciptakan pemahaman – pemahaman
melalui kekuatan informasi. Informasi dapat bersumber dari realita mengenai
barang atau jasa yang diproduksi, aktivitas perusahaan, maupun tanggung jawab
sosial perusahaan yang informasinya disebarluaskan kepada publik perusahaan.
Sebagai bagian yang menjalankan fungsi strategis di perusahaan, seorang praktisi
PR bertugas mengevaluasi sikap atau opini publik yang akan berdampak aktivitas
dan eksistensi perusahaan. Wasesa (2010) menjelaskan bahwa tugas PR adalah
1 Sumber: http://www.bumn.go.id/daftar-bumn/
2
melakukan battle of opinions, dimana PR harus mampu menciptakan opini publik
yang kuat sehingga berpengaruh terhadap opini yang datang dari benak publik.
Istilah opini publik (dalam bahasa Inggris Public Opinion) terdiri dari dua
kata berbahasa latin, yakni opinari dan publicus. Opinari berarti berpikir atau
menduga, publicus berarti milik masyarakat luas. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa opini publik menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan, harapan,
dan pilihan yang dilakukan banyak orang (Kasali 1994). Opini publik sangat
penting untuk ditinjau oleh praktisi PR karena akan menyangkut reputasi dan
eksistensi perusahaan. Ruslan (2001) mengungkapkan bahwa praktisi Public
Relations harus mengevaluasi secara berkala tentang opini publik yang sedang
berkembang dalam segmen – segmen publiknya. Kasali (1994) menambahkan
bahwa khususnya perusahaan besar (konglomerat dan BUMN) sudah pasti akan
selalu memantau kebijakan politik dan opini yang diungkapkan maupun yang
tidak diungkapkan oleh segmen publik tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa
opini publik memiliki pengaruh yang kuat terhadap perusahaan. Opini publik
tidak dapat dipisahkan karena seluruh aktivitas dan kebijakan perusahaan akan
dinilai oleh publiknya, baik secara verbal maupun non verbal, diungkapkan
maupun tidak diungkapkan. Publik memiliki keunikan dimana memiliki
kebebasan untuk memilih, menyerukan pendapat, memuji, bahkan mengkritik
perusahaan. Opini publik yang positif atau baik tentu akan mendatangkan
keuntungan bagi berbagai pihak, khususnya para pemangku kepentingan atau
publik perusahaan. Apapun bentuknya, opini yang disuarakan oleh masyarakat
akan berpengaruh pada perusahaan.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (selanjutnya disebut Telkom) adalah
salah satu perusahaan penyedia produk dan jasa layanan komunikasi dan
informasi terlengkap dan terbesar di Indonesia. Majalah ekenomi terkemuka
berbasis di Amerika Serikat Forbes, Telkom menempati urutan 685 dari 2000
perusahaan publik berkinerja terbaik serta urutan keempat di Indonesia2. Prestasi
ini menunjukkan bahwa Telkom adalah perusahaan yang memiliki keunggulan
bersaing, baik produk maupun pengelolaan perusahaan. Selain itu, pencapaian
prestasi ini juga tidak terlepas dari pengaruh opini publik perusahaan. Akan tetapi,
sebagai penyedia produk dan jasa layanan komunikasi informasi di era berbasis
teknologi saat ini, Telkom memiliki beragam stakeholders sebagai bagian dari
publiknya yang tersebar di seluruh Indonesia sehingga menimbulkan
ketidakpastian terhadap opini yang muncul dari aktivitas dan juga kebijakan yang
dilakukan Telkom. Publik perusahaan memiliki karakteristik yang heterogen
sehingga menjadi kewajiban Public Relations Telkom untuk melakukan kontrol
terhadap opini yang berkembang. Public Relations Telkom sebagai penghubung
perusahaan dengan publiknya memerlukan suatu strategi tepat dalam memberikan
aksi dan informasi yang relevan dengan kebutuhan kedua belah pihak.
Cutlip, Center, dan Broom (2000) menyebutkan organisasi atau perusahaan
dan publik mempunyai definisi yang berlainan atas isu. Organisasi atau
perusahaan tidak membicarakan hal yang sama ketika terlibat dalam komunikasi
tentang suatu isu. Demikian halnya dengan publik program IndiPreneur Telkom.
IndiPreneur (Indonesia Digital Entepreneur) merupakan salah satu bagian dari
mega proyek Telkom untuk mewujudkan Indonesia Digital Society demi
2 Sumber : http://www.beritasatu.com/ekonomi/142337-daftar-perusahaan-ri-yang-tembus-2000-
terbaik-dunia-versi-forbes.html.
3
terciptanya daya saing masyarakat di bidang teknologi dan informasi serta
pembangunan Indonesia di sektor informasi, ekonomi, dan sosial budaya melalui
pengembangan usaha UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) berbasis
digital. Selama ini UMKM berada di posisi yang tidak menguntungkan karena
menghadapi ketatnya kompetisi, khususnya dari pesaing modern dan UMKM
masih menggunakan cara – cara tradisional dalam produksi dan pemasaran
(Setiawan 2013). Pengetahuan dan keterampilan pengelola UMKM dalam
menjalankan bisnis secara modern (menggunakan perangkat teknologi dan
komunikasi modern) perlu ditingkatkan. Telkom sebagai pencetus program
IndiPreneur yang tergolong masih baru ini harus mampu membentuk opini publik
yang baik terhadap program tersebut sehingga tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan terhadap penggunaan teknologi informasi dapat
tercapai. Public Relations Telkom memerlukan suatu rancangan dalam
memberikan aksi dan informasi terhadap pemilik UMKM agar mau mengikuti
kegiatan edukasi digital bussiness sesuai target sebanyak 500.000 UMKM yang
akan meningkatkan daya saing dan mengurangi kesenjangan yang terjadi di
bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu mendongkrak sektor
perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian
guna mengidentifikasi dan menganalisis strategi yang digunakan Public Relations
Telkom dalam memberikan aksi dan informasi tersebut kepada publik perusahaan,
khususnya pemilik UMKM sebagai publik dari program Indipreneur Telkom.
Masalah Penelitian
Strategi merupakan satu hal penting yang harus dipersiapkan agar dapat
mencegah kesalahan dan kegagalan yang mampu mengganggu kestabilan usaha
suatu perusahaan di masa depan. Sebagai penghubung antara perusahaan dengan
publiknya, praktisi Public Relations Telkom haruslah menyiapkan strategi yang
tepat dalam mengkomunikasikan seluruh informasi yang relevan dengan
kebutuhan perusahaan serta publiknya dengan tujuan menciptakan opini yang
menguntungkan bagi berbagai pihak, khususnya bagi perusahaan demi eksistensi
usahanya dalam jangka panjang. Begitu pula dengan program IndiPreneur
(Indonesia Digital Entrepreneur) yang merupakan salah satu bagian dari mega
proyek Telkom untuk mewujudkan Indonesia Digital Society demi terciptanya
daya saing masyarakat di bidang teknologi dan informasi serta pembangunan
Indonesia di sektor informasi, ekonomi, dan sosial budaya melalui pengembangan
usaha UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) berbasis digital. Public
Relations juga harus mempersiapkan strategi untuk memberikan aksi dan
informasi kepada publik terkait agar maksud dan tujuan dari IndiPreneur diterima
dengan baik. Oleh karena itu dicetuskan pertanyaan penelitian pertama yakni
bagaimana strategi yang diterapkan Public Relations PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. dalam memberikan aksi dan informasi kepada publik?
Strategi tersebut direalisasikan dalam bentuk aktivitas – aktivitas Public
Relations yang mampu memengaruhi opini khalayak yang menjadi publik
perusahaan. Selama ini kegiatan mengevaluasi opini publik oleh Public Relations
jarang terpublikasi. Banyak penelitian tentang Public Relations seringkali terfokus
pada pelaksanaan aktivitas media relations dan publikasi di media. Opini publik
4
tidak menjadi elemen utama untuk dianalisis dan dihubungkan dengan aktivitas
penyampaian pesan oleh Public Relations. Oleh karena itu, penelitian ini
mengangkat permasalahan terkait opini publik sebagai permasalahan penelitian
kedua, yakni bagaimana keterkaitan aktivitas yang dilakukan Public
Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dengan opini publik terkait
program IndiPreneur? Program IndiPreneur adalah program yang tergolong
masih baru dibandingkan dengan produk dan layanan lainnya dari Telkom
sehingga opini publik yang berkembang terhadap kegiatan tersebut perlu untuk
dianalisis lebih jauh demi keberlanjutan dari program tersebut.
Strategi yang telah dikonsepkan oleh Public Relations perusahaan
diwujudkan dalam bentuk aktivitas - aktivitas Public Relations yang bertujuan
untuk mencapai tujuan perusahaan yang dicita-citakan. Akan tetapi, melihat
situasi publik yang beragam, faktor lingkungan, dan program IndiPreneur yang
masih relatif baru diinisiasikan, Public Relations Telkom memerlukan suatu
rancangan dalam memberikan aksi dan informasi terhadap pemilik UMKM agar
mau mengikuti kegiatan edukasi digital bussiness sesuai target sebanyak 500.000
UMKM yang akan meningkatkan daya saing dan mengurangi kesenjangan yang
terjadi di bidang teknologi informasi dan komunikasi sehingga mampu
mendongkrak sektor perekonomian Indonesia. Hingga saat ini, jumlah UMKM
yang bergabung dalam program IndiPreneur Telkom di Surabaya masih sebanyak
22.567 UMKM. Berdasarkan uraian tersebut, maka dicetuskan permasalahan
penelitian ketiga, yakni bagaimana usulan strategi yang dapat diterapkan oleh
Public Relations PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam membentuk opini
publik positif terhadap program IndiPreneur?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan suatu tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis strategi yang diterapkan Public Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam memberikan aksi dan informasi
kepada publik
2. Menganalisis keterkaitan aktivitas yang dilakukan Public Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dengan opini publik terkait program
IndiPreneur
3. Merumuskan usulan strategi bagi praktisi Public Relations PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam membentuk opini publik yang
positif terhadap positif terhadap program IndiPreneur.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai strategi
Public Relations yang digunakan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. serta
pengaruhnya terhadap opinii publik terhadap perusahaan. Secara lebih khusus,
penelitian ini akan bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi akademisi
5
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi penelitian –
penelitian selanjutnya yang sejenis. Diharapkan peneliti selanjutnya mampu
memperbaiki kelemahan – kelemahan pada penelitian ini.
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai produk, jasa layanan komunikasi, serta aktivitas yang
dilakukan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
3. Bagi instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan perbaikan
dalam penerapan kebijakan internal maupun eksternal serta pengembangan
strategi dan aktivitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. sehingga mampu
meningkatkan kinerja dan kualitasnya.
6
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Public Relations
Public Relations secara harfiah terdiri dari dua kata dalam bahasa Inggris,
yakni Public dan Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat.
Public (dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah khalayak) didefinsikan
sebagai kelompok atau orang – orang yang berkomunikasi dengan suatu
organisasi, baik secara internal ataupun eksternal (Jefkins 2002). Kemudian
relations diartikan sebagai hubungan-hubungan, dimana individu atau kelompok
melakukan interaksi.
Hubungan masyarakat atau Public Relation (PR) dapat didefinisikan sebagai
suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan
untuk menciptakan serta memelihara sikap saling pengertian antara sebuah
lembaga/institusi dengan masyarakat. Jefkins (2002) menjelaskan bahwa PR
adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke
luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Ruslan (2001)
menyebutkan bahwa PR atau humas bertujuan untuk menegakkan atau
mengembangkan suatu “citra yang menguntungkan” (favorable image) bagi
organisasi/perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholders-
nya (khalayak sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal).
Jefkins (2004) membedakan PR dengan kegiatan periklanan, pemasaran,
promosi penjualan, dan publisitas. PR bukan salah satu bentuk periklanan,
pemasaran, promosi penjualan, maupun publisitas, namun dapat menunjang
keberhasilan satu sama lain. Periklanan terkait dengan fungsi penjualan dan
pembelian seperti promosi, penyediaan pasokan, perekrutan staf, atau
pengumuman hasil perdagangan. Pemasaran terkait dengan proses manajemen
yang bertanggung jawab untuk mengenali, mengantisipasi, dan memuaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen demi meraih laba. Promosi penjualan
merupakan suatu bentuk dari komunikasi pemasaran yang sifatnya lebih personal.
Publisitas merupakan hasil, akibat, atau dampak dari dirumuskannya suatu
informasi. Sedangkan PR memiliki fungsi yang lebih luas daripada itu. PR terkait
dengan keseluruhan komunikasi dari suatu organisasi serta kemampuan mendidik
pasar (market education) sehingga konsumen mampu mengetahui keberadaan
serta kegunaan produk-produk yang dihasilkan dengan mengutamakan kekuatan
informasi.
Ruslan (2001) menjelaskan bahwa peranan umum PR/Humas dalam
manajemen suatu badan/organisasi itu terlihat adanya aktivitas pokok, yaitu:
a. Mengevaluasi sikap atau opini publik.
b. Mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi/perusahaan dengan
kepentingan publiknya.
c. Merencanakan dan melaksanakan penggiatan aktivitas PR/Humas.
7
Ruslan (2001) menambahkan peranan PR atau humas tersebut diharapkan
menjadi “mata” dan “telinga”, serta “tangan kanan” bagi top manajemen dari
organisasi atau lembaga, yang ruang lingkup tugasnya antara lain meliputi
aktivitas:
a. Membina hubungan ke dalam (publik internal)
Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari
unit/badan/perusahaan/organisasi itu sendiri dan mampu mengidentikkan atau
mengenali hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di dalam masyarakat,
sebelum kebijakan itu dijalankan oleh organisasi.
b. Membina hubungan ke luar (publik eksternal)
Publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan
tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif publik terhadap lembaga yang
diwakilinya.
Konsep bauran PR juga dikenal pada kajian ilmu PR sebagai pengembangan
konsep bauran pemasaran Philip Kotler yang memasukkan dua unsur tambahan,
yakni Power dan PR. Lebih lanjut, Ruslan (2000) merinci korelasi komponen
utama peranan PR dalam konsep bauran PR sebagai berikut:
a. Publication (publikasi atau publisitas)
Setiap fungsi dan tugas PR adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau
kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui oleh publik.
Setelah itu, menghasilkan publisitas untuk memperoleh tanggapan positif secara
lebih luas dari masyarakat. Dalam hal ini, tugas praktisi PR adalah menciptakan
berita untuk mencari publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers atau
wartawan dengan tujuan menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang
diwakilinya.
b. Event (penyusunan program acara)
Merancang acara tertentu atau lebih dikenal dengan peristiwa khusus
(special events) yang dipilih dalam jangka waktu, tempat, dan obyek tertentu yang
khusus sifatnya untuk memengaruhi opini publik. Ada beberapa jenis event,
diantaranya:
Callendar Event merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan pada bulan
tertentu sepanjang tahun
Special Event merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada momen
tertentu diluar acara rutin dari program kerja PR, misalnya peluncuran
produk baru, pembukaan kantor atau pabrik baru, dan lain sebagainya
Moment Event merupakan event dilaksanakan pada acara yang bersifat
momentum atau lebih khusus lagi, misalnya pesta emas, pesta perak,
pesta berlian, hingga millenium.
c. News (menciptakan berita)
Berupaya menciptakan berita melalui press release, newsletter, dan bulletin,
yang mengacu pada teknis penulissan 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why,
dan How) dengan sistematika penulisan “piramida terbalik”
d. Community involvement (kepeduliannya terhadap komunitas)
Keterlibatan tugas sehari – hari praktisi PR adalah mengadakan kontak
sosial dengan kelompok masyarakat tertentu untuk menjaga hubungan baik
(community relations and humanity relations) dengan pihak organisasi atau
lembaga yang diwakilinya
8
e. Inform or image (memberitahukan atau meraih citra)
Ada dua fungsi utama dari PR, yaitu memberitahukan sesuatu kepada publik
atau menarik perhatian, sehingga diharapkan akan memperoleh tanggapan berupa
citra positif dari suatu proses “nothing” diupayakan menjadi “something”. Dari
yang tidak tahu menjadi tahu, setelah tahu menjadi suka, dan kemudian
diharapkan timbul sesuatu (something) yaitu berupa citra
f. Lobbying and negotiation (pendekatan atau bernegosiasi)
Keterampilan untuk melobi secara pendekatan pribadi dan kemudian
kemampuan bernegosisasi sangat diperlukan bagi seorang praktisi PR agar semua
rencana, ide, atau gagasan kegiatan suatu lembaga atau organisasi sebelum
dimasyarakatkan perlu memperoleh dukungan dari individu dan lembaga yang
berpengaruh sehingga timbul saling menguntungkan (win-win solution)
g. Social Responsibility (tanggung jawab sosial)
Aspek tanggung jawab sosial dalam dunia PR adalah cukup penting, tidak
hanya memikirkan keuntungan materi bagi lembaga atau organisasi serta tokoh
yang diwakilinya tetapi juga kepedulian kepada masyarakat untuk mencapai
sukses dalam memperoleh simpati atau empati dari khalayaknya. Hal ini dalam
fungsi PR (corporate function) terdapat fungsi yang berkaitan dengan social
marketing.
Strategi Public Relations
Ruslan (2001) menyebutkan strategi adalah bagian terpadu dari suatu
rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan
(planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari
proses manajemen. Manajemen itu sendiri memiliki beberapa unsur – unsur lain
disamping unsur perencanaan, yakni pengorganisasian (organizing), strukturisasi,
pengawakan (staffing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling).
Berdasarkan uraian tersebut, lebih lanjut Ruslan (2001) mendefinisikan strategi
Public Relations sebagai alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna
mencapai tujuan Public Relations dalam kerangka rencana Public Relations
(Public Relations plan). Mendukung pernyataan tersebut, Wasesa (2010) dalam
bukunya Strategi Public Relations menyebutkan bahwa saat ini mulai muncul
harapan dari lini manajemen atas fungsi PR yang lebih kuat dalam menunjang
tujuan perusahaan.
Ruslan (2001) menjelaskan PR berfungsi untuk menciptakan iklim yang
kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat
humas dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan
bersama, melalui berbagai macam aspek – aspek pendekatan atau strategi humas
yaitu:
1. Strategi Operasional
Strategi operasional dilakukan melalui pelaksanaan program humas yang
dilaksanakan dengan pendekatan kemasyarakatan (sociology approach), melalui
mekanisme sosial kultural dan nilai – nilai yang berlaku di masyarakat. Hal ini
dapat dilihat bahwa cermin opini publik atau kehendak masyarakat yang terekam
pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai
media massa. Artinya, pihak humas mutlak bersikap atau berkemampuan untuk
9
mendengar (listening) dan bukan sekedar hear mengenai aspirasi yang ada di
dalam masyarakat, baik menyangkut etika, moral, maupun nilai – nilai
kemasyarakatan yang dianut. Itu merupakan acuan dalam strategi operasional
kehumasan.
2. Pendekatan Persuasif dan Edukatif
Pendekatan persuasif dan edukatif dilakukan terkait dengan fungsi humas
itu sendiri, yakni menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan
menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya, baik bersifat
mendidik dan memberikan penerangan maupun dengan melakukan pendekatan
persuasi agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi, dan
sebagainya.
3. Pendekatan Tanggung Jawab Sosial Humas
Pendekatan tanggung jawab sosial humas dimaksudkan untuk
menumbuhkan sikap bahwa sasaran dan tujuan yang hendak dicapai bukan
memperoleh keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), tetapi
memperoleh keuntungan bersama (benevitas) yang terampil dalam memadukan
keuntungan dengan motivasi tanggung jawab sosialnya.
4. Pendekatan Kerjasama
Humas berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi
dengan berbagai kalangan, baik ditujukan hubungan ke dalam (internal relations)
maupun hubungan ke luar (external relations) untuk meningkatkan kerjasama.
Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya dan agar
dapat diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakat (publik sasarannya)
dalam menyelenggarakan hubungan baik dengan publiknya (community relations),
untuk memperoleh opini publik dan perubahan sikap yang positif bagi kedua
belah pihak (mutual understanding).
5. Pendekatan Koordinatif dan Integratif
Untuk memperluas peranan humas/PR di masyarakat, maka fungsi humas
dalam arti sempit hanya mewakili lembaga/institusinya, tetapi peranan lebih luas
berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional dan mewujudkan
ketahanan nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya (Poleksosbud), dan
Hankamnas.
PR atau Humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan “citra
yang menguntungkan” bagi organisasi atau perusahaan, atau produk barang dan
jasa terhadap para stakeholders-nya (publik eksternal maupun eksternal), sehingga
untuk mencapai tujuan tersebut strategi kegiatan PR atau Humas semestinya
diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholders sebagai tempat
akarnya sikap tindak dan persepsi mereka. Konsekuensinya, jika strategi tersebut
berhasil maka akan memperoleh sikap dan persepsi yang menguntungkan dari
stakeholders sebagai khalayak sasarannya. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini
dan citra yang menguntungkan (Ruslan 2001).
Banyak penelitian melakukan kajian pada aktivitas PR sebagai wujud dari
strategi PR yang telah ditetapkan oleh manajemen. Shimp dan Delozier (1986)
dalam Putra (2008) menyebutkan beberapa aktivitas khusus dari Public Relations
seperti media relations, product publicity, employee communications, corporate
advertising, public affairs, goverment relations, sponsorships, event management,
issue management dan dealer relations, keterangan pers, konferensi pers,
penampilan pada radio dan televisi, sangat bermanfaat dan efektif untuk
10
menciptakan product awareness, membangun opini, sikap, dan persepsi positif
publik terhadap organisasi beserta produk – produknya beserta menunjang
aktivitas pembelian. Lebih lanjut, Putra (2008) menyebutkan bahwa banyak
organisasi mengubah strategi komunikasi untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan lebih banyak menggunakan taktik PR sebagai alat komunikasi pada
umumnya dan alat promosi pada khususnya dibandingkan taktik – taktik lainnya
seperti iklan (adevertising), promosi penjualan (sales promotion), penjualan
langsung (direct selling), dan lain-lain. Kajian Khadijah (2011) mengambil media
relation sebagai strategi dalam membangun citra perusahaan. Keberhasilan
perusahaan dalam memperoleh publisitas dapat diperoleh dari hubungan yang
harmonis dengan media. Peran media bagi PR juga sebagai saluran dalam
penyampaian pesan yang berguna untuk memperkenalkan, informasi dan
pemberitaan dari PR sebagai kekuatan pembentuk opini (power of opinion) yang
sangat efektif. Kerjasama dengan media akan menghasilkan frekuensi publisitas
yang cukup tinggi. Dampak pemberitaan dari media akan menimbulkan efek
keserempakan, efek dramatisir, efek publisitas tinggi, waktu relatif singkat,
pembentukan opini, khalayak yang sangat luas dalam waktu yang bersamaan.
Novianti (2010), disamping dengan penggunaan aktivitas media and press
relations sebagai strategi dalam membentuk citra positif dan mempertahankan
eksistensi perusahaan, PT Indocement Tungal Prakarsa Tbk. juga melakukan
strategi dasar yakni strategi edukatif-informatif dengan penyampaian berita
maupun informasi kepada publiknya sesuai dengan fakta dan opini yang ada di
dalam maupun di luar perusahaan. Disamping itu, PR Indocement juga melakukan
strategi metode komunikasi, kegiatan internal perusahaan (internal special events,
forum komunikasi rapat, company gathering, pengelolaan intranet, koordinir
media internal), serta kegiatan eksternal perusahaan (promosi dan publikasi, press
release, daily news monitoring, hubungan dengan media dan pers, corporate
relations and site visit, external special events, pengelolaan website) yang
bertujuan untuk memengaruhi terciptanya opini publik perusahaan yang memiliki
pengaruh pada eksistensi Indocement. Hasilnya menunjukkan bahwa berbagai
strategi yang dilakukan sudah dapat membentuk opini publik (internal dan
eksternal) yang positif. Hal ini dibuktikan dari banyaknya responden yang
menyatakan citra perusahaan positif (75%). Putra (2008) menggunakan analisis
SWOT (Strength Weaknesses Opportunities and Threaths) dalam
mengidentifikasi strategi PR yang digunakan Public Relations Pariwisata Bali.
Berbagai strategi yang dianalisis berdasarkan SWOT digunakan sebagai indikator
dalam mengidentifikasi persoalan persepsi publik atau stakeholders terkait.
Efektifitas aktivitas yang dilakukan oleh praktisi PR sebagai wujud strategi
yang dirancang dapat diukur melalui tiga variabel3
, yaitu ragam aktivitas,
frekuensi aktivitas, dan kekuatan rancangan pesan. Secara lebih rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Ragam aktivitas
Ragam aktivitas merupakan jenis – jenis aktivitas untuk menyebarluaskan
informasi mengenai perusahaan, baik aktivitas, produk dan jasa.
3 Pengembangan dari konsep variabel penelitian berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran
Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat” Yassiranda (2011) dalam Tami (2013).
11
2. Frekuensi aktivitas
Frekuensi aktivitas berarti jumlah (banyaknya) pengulangan aktivitas yang
dilakukan praktisi Public Relations.
3. Kekuatan rancangan pesan
Pesan yang disampaikan dalam aktivitas – aktivitas Public Relations harus
dirancang agar idealnya dapat menarik perhatian khalayak atau publik. Hal
tersebut dapat ditinjau lebih lanjut berdasarkan teori ANSVA menurut Monroe
dalam Kusumastuti (2009). Attention merupakan upaya untuk menimbulkan
perhatian masyarakat luas, sehingga timbul ketertarikan dalam diri masyarakat
untuk melihat atau membaca informasi yang disampaikan. Need merupakan
bagaimana informasi yang disampaikan melalui berbagai aktivitas PR dapat
memenuhi kebutuhan publik, seperti informasi event perusahaan, publikasi,
informasi tentang produk, dan sebagainya. Satisfaction merupakan tingkat
kepuasan khalayak atas segala aktivitas yang dilakukan. Visualization merupakan
pendapat publik mengenai penggambaran pelaksanaan aktivitas PR yang
dilakukan, seperti event, website, dan lainnya seputar perusahaan. Action
menggambarkan tingkat keinginan publik untuk melakukan pembelian, mengikuti
event yang diadakan, mengisi kolom saran, dan lainnya.
Opini Publik
Opini publik (dalam bahasa Inggris public opinion) terdiri dari dua kata
berbahasa latin, yakni opinari dan publicus. Opinari berarti berpikir atau
menduga, publicus berarti milik masyarakat luas. Dengan demikian, dapat
diartikan bahwa opini publik menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan, harapan,
dan pilihan yang dilakukan banyak orang (Kasali 1994). Ruslan (2001)
menerjemahkan istilah public opinion menjadi istilah pendapat umum. Cutlip.
Center, dan Broom (2000) menjabarkan istilah opini publik sebagai proses
dinamis komunikasi antarpribadi dan media mengenai isu di antara kelompok dan
kumpulan orang yang mempunyai kapasitas untuk bertindak dengan cara serupa.
Cutlip dan Center dalam Effendy (1999) menjelaskan opini sebagai
pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.
Memahami opini seseorang, terutama opini publik, bukanlah susuatu yang
sederhana. Seorang praktisi PR hendaknya dapat memahami secara berkala opini
yang tengah beredar dalam segmen publiknya. Opini sendiri punyai kaitan yang
erat dengan sikap atau attitude (Kasali 1994). Lebih jauh, Abelson4 dalam Kasali
(1994) menyebutkan bahwa opini mempunyai unsur sebagai molekul opini, yakni:
a. Belief (kepercayaan tentang sesuatu)
b. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
c. Perceptions (persepsi)
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah sikap telah dipergunakan orang secara
bergantian dengan opini, dalam arti kata: yang sebenarnya sikap disebut opini,
sedangkan yang sebenarnya opini dikatakan sikap. Sikap hanyalah merupakan
kecenderungan atau predisposisi untuk menggapai suatu persoalan atau situasi.
Jadi, sikap tertahan di dalam (inwardly held) yang bila menghadapi suatu
4 R.P Abelson, “Computers, Polls, and Public Opinion", dalam Transactions, 5, 1968, hal. 20-27.
12
rangsangan bisa diekspresikan ke luar (outwardly expressed) dalam bentuk opini,
suatu pernyataan secara verbal (Effendy 1999). Lebih lanjut, sikap yang
merupakan paduan dari pikiran (kognisi) dan perasaan (afeksi) pada suatu ketika
dapat diekspresikan dalam bentuk tindakan atau perilaku secara fisik atau dalam
bentuk opini secara verbal.
Gambar 1 Proses pembentukan opini publik Sumber: Ruslan (2001)
Penelitian opini menurut J. Carrol Bateman dalam karyanya berjudul Public
Relations for Trade Associations5 didefinisikan sebagai upaya untuk menelaah
secara kuantitatif maupun kualitatif, sikap publik terhadap sebuah perusahaan
dagang, industri, atau organisasi lainnya, dan terhadap kebijaksanaannya,
personelnya, pelayanannya, atau produksinya. Istilah sikap (attirude) pada definisi
tersebut sama saja dengan istilah opini (opinion), sebab opini adalah
pengekspresian sikap yang bersemi di lubuk hati seseorang.
Persepsi lahir dari adanya pengalaman masa lalu yang dipertajam oleh nilai
– nilai budaya, nilai – nilai yang dianut, serta berita – berita yang berkembang.
Komponen ini memberikan suatu rekaman di benak seseorang dan siap dipanggil
kembali jika di kemudian hari berhadapan dengan stimuli serupa. Stimuli yang
masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk memberikan suatu
interpretasi. Interpretasi inilah yang melahirkan sikap seseorang (Kasali 1994).
Komponen pembentuknya, menurut Ruslan (2001) dikenal istilah ABCs of
attitude, yaitu:
1. Komponen A: Affect (perasaan atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut,
benci, sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu,
sebagai akibat telah merasakannya atau timbul setelah melihat dan
mendengarkannya. Kemudian komponen afektif tersebut merupakan
evaluasi berdasarkan perasaan seseorang yang secara emotif (aspek
emosional) untuk menghasilkan penilaian, yaitu “baik atau buruk”.
5 Diadopsi pada Effendy OU. 1999. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis.
Bandung(ID): PT Remaja Rosdakarya. 177 hal.
FAKTOR
PENENTU
Latar belakang
budaya
Pengalaman
masa lalu
Nilai-nilai yang
dianut
Berita yang
bercabang
PERSEPSI OPINI KONSENSUS OPINI PUBLIK
PROSES
PEMBENTUKAN
SIKAP
AFFECT
BEHAVIOURS
COGNITIONS
13
2. Komponen B: Behaviour (tingkah laku)
Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku
seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan, menerima,
menolak, mengambil, membeli, dan lain sebagainya. Jadi merupakan
komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif (active element)
untuk melakukan “tindakan atau berperilaku” atas suatu reaksi yang sedang
dihadapinya.
3. Komponen C: Cognition (pengertian atau nalar)
Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran sesorang untuk
menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan
pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian atau pengertian dari
seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan penalarannya. Artinya
kognitif tersebut merupakan aspek kemampuan intelektualitas seseorang
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Aktivitas PR yang menyangkut pendapat umum (opini publik) merupakan
aspek yang penting untuk keberhasilan menciptakan opini publik positif dan pada
akhirnya akan tercipta suatu citra yang baik bagi lembaga atau organisasi yang
menjadi tanggung jawabnya (Ruslan 2001). Wasesa (2010) mengungkapkan
bahwa sebuah realitas dapat dipersepsikan berbeda oleh tiap individu dan juga
bisa dipersepsikan berbeda oleh anggota publik yang berbeda. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan citra yang diinginkan oleh manajemen perusahaan, praktisi
PR harus memahami secara persis proses seleksi apa yang terjadi ketika publik
menerima informasi mengenai realitas yang terjadi, sehingga praktisi PR harus
mampu memberikan stimulus yang dapat memacu persepsi yang diharapkan
manajemen muncul di benak publik untuk memberikan opini dan citra yang
positif terhadap perusahaan. Dengan kata lain, diperlukan suatu strategi yang tepat
dan sesuai dengan kondisi publik untuk mampu membentuk opini positif dari
publik sehingga akan berdampak baik pada citra perusahaan.
Strategi tentu dibutuhkan dalam pembentukan opini publik. Cutlip, Center,
dan Broom (2000) menjabarkan alasan mengapa strategi diperlukan melalui
pendekatan hubungan koorientasi sebagai berikut:
a. Organisasi dan publik mempunyai definisi yang berlainan atas isu. Mereka
betul – betul tidak membicarakan hal yang sama ketika terlibat dalam komunikasi
tentang “isu itu”. Mereka membicarakan isu yang berbeda – beda
b. Persepsi organisasi tentang pandangan publik tentang suatu isu (evaluasi
definisi “dan” atau “atau”) tidak sesuai dengan pandangan aktual publik.
Manajemen organisasi membuat keputusan tentang publik berdasarkan perkiraan
tidak akurat tentang pandangan publik. Tidak mengejutkan bila hubungan menjadi
buruk ketika anggota publik menjadi sasaran tindakan dan komunikasi organisasi
c. Anggota publik mempunyai persepsi tidak akurat tentang pendirian
organisasi atau isu yang menjadi kepentingan bersama. Tanggapan publik
terhadap manajemen organisasi, produk, tindakan dan prosedur, dan lain-lainnya
didasarakan pada perkiraan tidak akurat tentang kebijakan dan nilai manajemen.
14
Publik
Khalayak atau publik adalah kelompok atau orang-orang yang
berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal
(Jefkins 2004). Kegiatan – kegiatan PR tidak diarahkan kepada khalayak dalam
pengertian yang seluas – luasnya (masyarakat umum). Hal ini mengindikasikan
bahwa kegiatan – kegiatan PR tersebut khusus diarahkan kepada khalayak terbatas
atau pihak tertentu yang berbeda – beda. Jefkins (2004) menambahkan
penyebaran suatu pesan PR tidak dilakukan secara merata ke semua orang seperti
halnya pesan – pesan iklan melalui media massa. Dalam memilih khalayak, PR
bersifat lebih diskriminatif. Unsur atau segmen tertentu sengaja dipilih dalam
rangka lebih mengefektifkan penerimaan pesan – pesan.
Publik atau khalayak perusahaan juga dikenal dengan istilah stakeholders.
Tugas dari praktisi PR adalah membina hubungan baik dengan para stakeholders
melalui proses komunikasi. Kasali (1994) menyebutkan stakeholders merupakan
setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang
mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Kasali (1994) menjelaskan secara umum stakeholders dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian, yakni stakeholders internal dan stakeholders eksternal.
Keberhasilan perusahaan pada manajemen modern untuk memperoleh kepuasan
stakeholders dapat dijadikan indikator keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang
gagal umumnya kehilangan kepercayaan dari stakeholders-nya. Oleh karena itu,
tugas PR adalah merawat dan mengembangkan kepercayaan unsur internal dan
eksternal (Kasali 1994).
Tabel 1 Stakeholders internal dan eksternal
Stakeholders internal Stakeholders eksternal
1. Pemegang saham
2. Manajemen dan Top Executive
3. Karyawan
4. Keluarga Karyawan
1. Konsumen
2. Penyalur
3. Pemasok
4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. pers
Konsumen dan masyarakat setempat/komunitas akan menjadi objek sasaran
dari penelitian ini sebagai publik eksternal perusahaan karena urgensinya terhadap
eksistensi perusahaan dan keterkaitannya dengan opini publik yang mampu
merefleksikan reputasi dari perusahaan.
Analisis SWOT
SWOT menurut Rangkuti (2009) adalah singkatan dari lingkungan internal
strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats
yang dihadapi dunia bisnis. Rangkuti (2009), faktor internal dan eksternal yang
dipertimbangkan dalam analisis SWOT dapat menunjukkan kinerja perusahaan.
15
Rangkuti (2009) mengungkapkan bahwa analisis SWOT merupakan
identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan strategi
perusahaan yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Lebih lanjut,
Rangkuti (2009) menjelaskan jika analisis SWOT dilakukan dengan
membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses).
Tahap awal yang dilakukan adalah pengumpulan data. Rangkuti (2009)
lebih lanjut menyebutkan jika tahapan ini tidak sekedar kegiatan pengumpulan
data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis.
Tahap ini dilakukan dengan membedakan data eksternal dan internal perusahaan
melalui matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) dan matriks Faktor Strategi
Internal (IFAS). Berikut adalah cara – cara penentuan Faktor Strategi Eksternal:
1. Busun dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman).
2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil
diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.
Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing – masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0
(outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Langkah – langkah diatas dapat disajikan dalam suatu tabel matriks Faktor
Startegi Eksternal seperti tabel 2 berikut.
Tabel 2 Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)
Indikator Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Ancaman
1
2
:
n
Peluang
1
2
:
n
Total 1,00
16
Langkah – langkah serupa juga dilakukan untuk menentukan Faktor Strategi
Internal yang dapat disajikan dalam suatu tabel matriks Faktor Startegi Eksternal
seperti tabel 3 berikut.
Tabel 3 Matriks faktor strategi internal (IFAS)
Indikator faktor internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1
2
:
n
Kelemahan
1
2
:
n
Total 1,00
Langkah menyusun matriks Faktor Strategi Internal adalah sebagai berikut:
1. Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dalam
kolom 1.
2. Beri bobot masing – masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktor –
faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (Tidak boleh melebihi
total skor 1,0).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang termasuk
pada kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat
baik) dengan membandingkannya dengan rata – rata industri atau dengan
pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.
Misalnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata
– rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di
bawah rata – rata industri, nilainya adalah 4.
Setelah ditentukan EFAS dan IFAS, selanjutnya dapat dilakukan suatu
analisis yang disajikan dalam matriks internal-eksternal (IE Matrix) untuk melihat
strategi yang tepat untuk diterapkan (Rangkuti 2009). Matriks internal-eksternal
dapat disajikan seperti gambar 2 berikut.
17
4.0 3.0 2.0 1.0
3.0
2.0
1.0
Total skor faktor strategi internal
Gambar 2 Matriks internal-eksternal
Keterangan:
I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal
II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal
III : Strategi turn around
IV : Strategi stabilitas
V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau stabilitas (tidak ada
perubahan terhadap laba)
VI : Strategi divestasi
VII : Strategi diversifikasi konsentrik
VIII : Strategi diversifikasi konglomerat
IX : Strategi likuidasi atau bangkrut
Langkah berikutnya yang juga dapat dilakukan untuk mempertajam analisis
dan penentuan strategi yang tepat adalah penentuan EFAS dan EFAS dalam
bentuk kuadran dengan cara mengurangi poin opportunities dengan threats untuk
menghasilkan titik Y. Kemudian dilanjutkan dengan mengurangkan strength
dengan weaknesses untuk menghasilkan titik X. Titik (X,Y) dimasukkan ke dalam
matriks SWOT sehingga diperoleh posisi perusahaan dalam hal ini adalah Telkom
berada pada kuadran tertentu (Rangkuti 2009).
I
Pertumbuhan
II
Pertumbuhan
III
Penciutan
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
VI
Penciutan Stabilitas
VII
Pertumbuhan
VIII
Pertumbuhan
IX
Likuiditas
Kuat Rata - rata Lemah
Total skor
faktor
strategi
eksternal
Tinggi
Rendah
Menengah
18
Gambar 3 Diagram analisis SWOT Sumber: Rangkuti (2009)
Gambar 3 menunjukkan posisi perusahaan (dalam hal ini Public Relations
Telkom dalam empat kuadran:
Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan Telkom
memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi
ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(Growth Oriented Strategy).
Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Telkom masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran III : Telkom menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di
pihak lain, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi pengelola Telkom adalah meminimalkan masalah-
masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik.
Kuadran IV : Telkom menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Putra (2008) menjelaskan analisis situasi ini menekankan pentingnya suatu
organisasi untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis kondisi-kondisi
strategis yang ada di lingkungan internal maupun eksternal yang kemudian
dikaitkan dengan visi dan misi organisasi tersebut dalam pencapaian tujuan
dengan melakukan perbandingan terhadap beberapa faktor, yaitu antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) dan dipergunakan untuk
menentukan kinerja perusahaan.
1. Mendukung strategi
agresif
3. Mendukung strategi
Turn Around
BERBAGAI
PELUANG
KELEMAHAN
INTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
BERBAGAI
ANCAMAN
4. Mendukung strategi
defensif
2. Mendukung strategi
diversifikasi
19
Tabel 4 Matriks SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman Sumber: Rangkuti (2009)
20
Kerangka Pemikiran
Perusahaan memiliki kewajiban menyampaikan informasi tentang produk,
kebijakan, dan kegiatan yang relevan dengan visi dan misi perusahaan kepada
publiknya. Keberagaman publik tentu saja menimbulkan ketidakpastian terkait
opini yang muncul dari aktivitas dan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Opini publik yang positif terhadap perusahaan tentu menjadi salah satu kekuatan
untuk menjaga eksistensinya dalam menghasilkan produk dan/atau jasa.
Berbagai strategi perlu diciptakan PR untuk membentuk opini publik.
Strategi yang diciptakan dapat diwujudkan melalui aktivitas – aktivitas PR.
Tingkat pengetahuan mengenai ragam dan frekuensi aktivitas serta tingkat
penilaian terhadap kekuatan rancangan pesan pada aktivitas penyampaian
informasi dapat memengaruhi sikap publik yang menjadi khalayak perusahaan
sehingga berpengaruh pada opini publik yang muncul terhadap perusahaan
(Gambar 3).
Keterangan:
Gambar 4 Kerangka analisis hubungan strategi Public Relations terhadap opini
: berhubungan
: unit analisis SWOT
dan studi deskriptif
STRATEGI
Public Relations
Aktivitas Public Relations (X)
OPINI PUBLIK (Y)
(diukur melalui komponen sikap)
Affect
Cognition
Behaviour
Tingkat keragaman aktivitas
Frekuensi aktivitas
Tingkat kekuatan rancangan pesan
21
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka analisis di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Semakin beragam aktivitas penyampaian pesan yang diakses, semakin
positif opininya terhadap Telkom.
2. Semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan, semakin positif opininya
terhadap Telkom.
3. Semakin tinggi tingkat kekuatan rancangan pesan, semakin positif opini
publik terhadap Telkom
4. Diduga terdapat hubungan antara ragam, frekuensi aktivitas penyampaian
pesan, dan kekuatan rancangan pesan dengan opini publik Telkom
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terdiri dari berbagai
indikator. Masing – masing indikator dan variabel dideskripsikan terlebih dahulu
kemudian diberikan batasan masing – masing agar ditemukan skala
pengukurannya. Definisi operasional untuk masing – masing variabel adalah
sebagai berikut:
1. Strategi Public Relations
Strategi Public Relations adalah alternatif optimal yang dipilih untuk
ditempuh guna mencapai tujuan Public Relations dalam kerangka rencana Public
Relations (Public Relations plan) Telkom dengan berbagai pendekatan, yakni
pendekatan strategi operasional, pendekatan persuasif dan edukatif, pendekatan
tanggung jawab sosial, pendekatan kerjasama, serta pendekatan koordinatif dan
integratif.
2. Aktivitas Public Relations
Aktivitas Public Relations adalah segala bentuk kegiatan penyampaian aksi
dan informasi yang dilaksanakan oleh Public Relations sebagai wujud dari strategi
yang telah dirancang, dapat diukur dengan:
a) Ragam aktivitas adalah banyaknya jenis aktivitas Public Relations yang
digunakan untuk menyebarluaskan segala informasi tentang Telkom dan
diketahui oleh publik Telkom (pengelola UMKM). Variabel ragam aktivitas
diukur berdasarkan aktivitas penyampaian informasi mana yang diketahui
khalayak dan digunakan sebagai sumber informasi mengenai perusahaan.
Pengukuran menggunakan skala ordinal berdasarkan jumlah atau banyaknya
aktivitas penyampaian pesan yang diketahui oleh responden dalam
memperoleh informasi mengenai perusahaan. Jumlah pertanyaan untuk
ragam aktivitas Public Relations sebanyak 5 pertanyaan. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 5 – 6 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi skor 7 – 8 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 9 – 10 (Kode 3)
22
b) Frekuensi aktivitas adalah tingkat keseringan aktivitas dilaksanakan oleh
Public Relations Telkom dalam menyampaikan informasi tentang
perusahaan kepada khalayak (yang diketahui khalayak). Variabel frekuensi
aktivitas diukur berdasarkan seberapa sering aktivitas yang dilaksanakan
oleh Public Relations Telkom dalam menyampaikan informasi tentang
perusahaan yang diketahui responden. Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak pernah, skor 1
2) Jarang, skor 2
3) Sering, skor 3
4) Sangat sering, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk frekuensi aktivitas berjumlah 5 pertanyaan.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 5 – 6 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi skor 7 – 8 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 9 – 10 (Kode 3)
c) Kekuatan rancangan pesan merupakan tingkat kekuatan desain aktivitas
penyampaian informasi kepada khalayak yang dinilai oleh responden.
Kekuatan rancangan diukur berdasarkan lima dimensi, yaitu attention, need,
satisfaction, vizualization, dan action.
a. Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian, dikur
berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut dapat menarik
perhatian responden. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan
empat kategori, yaitu:
1) Tidak tahu, skor 1
2) Kurang menarik, skor 2
3) Menarik, skor 3
4) Sangat menarik, skor 4
b. Need merupakan kebutuhan responden akan informasi yang disediakan
pihak manajemen atau Public Relations Telkom. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak tahu, skor 1
2) Kurang lengkap, skor 2
3) Lengkap, skor 3
4) Sangat lengkap, skor 4
c. Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan
informasi yang diterima mengenai Telkom. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak tahu, skor 1
2) Tidak puas, skor 2
3) Puas, skor 3
4) Sangat puas, skor 4
d. Vizualization merupakan persepsi responden terhadap penggambaran isi
pesan yang disampaikan praktisi Public Relations Telkom. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
23
1) Tidak tahu, skor 1
2) Kurang lengkap, skor 2
3) Lengkap, skor 3
4) Sangat lengkap, skor 4
e. Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk mengikuti
program/menggunakan produk Telkom. Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Sangat lemah, skor 1
2) Lemah, skor 2
3) Kuat, skor 3
4) Sangat kuat, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk variabel kekuatan rancangan pesan berjumlah 17
pertanyaan dari keseluruhan indikator kekuatan rancangan pesan.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 17 – 33 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi skor 34 – 50 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 51 – 68 (Kode 3)
Jumlah pertanyaan untuk variabel aktivitas berjumlah 27 pertanyaan dari
keseluruhan indikator opini publik. Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi,
sedang, dan rendah dihitung berdasarkan penjumlahan masing – masing kode.
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi kode 3 – 4 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi kode 5 – 6 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi kode 7 – 9 (Kode 3)
3. Opini Publik
Opini publik adalah dugaan, perkiraan, harapan, dan pilihan yang
diungkapkan oleh khalayak perusahaan, dapat diukur dengan:
1. Affect (perasaan atau emosi) merupakan komponen yang berkaitan dengan
rasa senang, suka, sayang, takut, benci, sedih dan kebanggaan hingga muak
atau bosan terhadap aktivitas Public Relations Telkom, sebagai akibat telah
merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkannya.
Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, berdasarkan
apa yang dirasakan terhadap Telkom sebagai akibat dari aktivitas Public
Relations.
a. Tidak setuju, skor 1
b. Kurang setuju, skor 2
c. Setuju, skor 3
d. Sangat setuju, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk variabel affect berjumlah 5 pertanyaan dari
keseluruhan indikator kekuatan rancangan pesan. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 5 - 9 (Kode 1)
24
b. Sedang jika akumulasi skor 10 - 14 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 15 - 20 (Kode 3)
2. Cognition (pengertian atau nalar) merupakan komponen yang berkaitan
dengan penalaran publik untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan
pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya yang muncul setelah
dilaksanakan aktivitas Public Relations Telkom. Komponen ini
menghasilkan penilaian atau pengertian dari seseorang berdasarkan rasio
atau kemampuan penalarannya. Pengukuran menggunakan skala ordinal
dengan empat kategori, berdasarkan apa yang diketahui atau dimengerti
tentang Telkom sebagai akibat dari aktivitas Public Relations.
a. Tidak setuju, skor 1
b. Kurang setuju, skor 2
c. Setuju, skor 3
d. Sangat setuju, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk variabel cognition berjumlah 5 pertanyaan dari
keseluruhan indikator kekuatan rancangan pesan. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 5 - 9 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi skor 10 - 14 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 15 - 20 (Kode 3)
3. Behaviour (tingkah laku) merupakan komponen yang menampilkan tingkah
laku atau perilaku publik Telkom, misalnya bereaksi untuk menerima,
menolak, mengambil, dan membeli. Jadi merupakan komponen untuk
menggerakkan publik secara aktif (active element) untuk melakukan
“tindakan atau berperilaku” atas suatu reaksi yang sedang dihadapinya.
Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, berdasarkan
apa yang dilakukan responden terhadap Telkom sebagai akibat dari
aktivitas Public Relations.
a. Tidak setuju, skor 1
b. Kurang setuju, skor 2
c. Setuju, skor 3
d. Sangat setuju, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk variabel behaviour berjumlah 5 pertanyaan dari
keseluruhan indikator kekuatan rancangan pesan. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Rendah jika akumulasi skor 5 - 9 (Kode 1)
b. Sedang jika akumulasi skor 10 - 14 (Kode 2)
c. Tinggi jika akumulasi skor 15 - 20 (Kode 3)
Jumlah pertanyaan untuk variabel opini publik berjumlah 15 pertanyaan dari
keseluruhan indikator opini publik. Akumulasi skor dikategorikan menjadi positif
dan negatif.
25
Interval = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah interval
a. Negatif jika akumulasi kode 3 – 4
b. Netral jika akumulasi kode 5 – 6
c. Positif jika akumulasi kode 7 – 9
26
PENDEKATAN LAPANGAN
Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada sejumlah UMKM (Usaha Menengah, Kecil,
dan Mikro) di wilayah Surabaya, Jawa Timur yang menjadi mitra binaan CDC
(Community Development Center) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. divisi
regional V Jawa Timur. Waktu yang dibutuhkan pada penelitian ini yakni enam
bulan, terhitung dari bulan Februari 2014 sampai dengan Juni 2014 (Lampiran 4).
Objek penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan UMKM merupakan sektor vital perekonomian nasional dan Telkom
memiliki aktivitas-aktivitas Public Relations dan tanggung jawab sosial yang
mendukung pengembangan UMKM berbasis pengembangan teknologi informasi
disamping alasan Telkom adalah perusahaan terbesar penyedia produk dan jasa
layanan komunikasi di Indonesia yang memiliki banyak kelompok binaan. Selain
itu, Telkom memiliki satu divisi khusus yang menjalankan fungsi serta peranan
Public Relations, yaitu Divisi Corporate Communications.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode survai, yaitu dengan menggunakan pertanyaan terstruktur
atau sistematis yang sama kepada banyak orang (kuesioner), untuk kemudian
seluruh jawaban yang diperoleh dicatat, diolah, dan dianalisis. Hal ini sesuai
dengan konsep penelitian survei dari Singarimbun dan Effendi (2008) bahwa
penelitian survei dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi serta
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Sedangkan
pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dengan informan
dan observasi lapang serta analisis SWOT (Strength Weakness Opportunities and
Threats) untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail tentang bagaimana aspek
– aspek eksternal seperti kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats) dapat
disikapi lebih lanjut untuk disesuaikan dengan kondisi internal perusahaan seperti
kekuatan (strength), dan kelemahan (weakness) (Putra 2008). Output dari analisis
SWOT yang digunakan adalah usulan strategi yang nantinya akan menjadi
masukan bagi perusahaan terkait penerapan yang paling efektif dan
menguntungkan perusahaan dan bermanfaat bagi publik perusahaan.
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Responden pada penelitian ini merupakan responden yang dipilih dengan
teknik sensus, yakni sebuah sampel yang diambil keseluruhan dari populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengelola UMKM binaan Telkom area
Surabaya, Jawa Timur yang mengetahui secara pasti keberadaan program
IndiPreneur Telkom (Mitra Telkom). Kemudian kerangka sampling dibuat untuk
27
menentukan rincian unsur sampling yang akan menjadi responden penelitian.
Kerangka sampling dalam penelitian ini adalah pengelola yang mengikuti
program IndiPreneur Telkom Divisi V Jatim, dimana unit analisisnya adalah
satuan unit usaha. Kerangka sampling dibuat dengan mendata seluruh populasi.
Informan diambil dari divisi Corporate Communications sebagai divisi yang
menjalankan fungsi dan peranan Public Relations sejumlah empat orang.
Berdasarkan perincian tersebut, didapatkan total jumlah sampel penelitian
sebanyak 30 responden dan empat informan yang diselesaikan dalam jangka
waktu 4 minggu.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara
terstruktur dengan menggunakan kuesioner kepada 30 responden dan empat
informan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi atau jawaban atas
pertanyaan – pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain wawancara
terstruktur melalui kuesioner, data primer juga diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan informan menggunakan panduan pertanyaan wawancara untuk
mendapatkan informasi tentang strategi Public Relations yang digunakan serta
identifikasi bersama peluang, ancaman, kelebihan, dan kelemahan perusahaan.
Data sekunder yang digunakan dalam penilitian ini diperoleh dari dokumen
perusahaan (profil, strategi, aktivitas Public Relations, laporan
pertanggungjawaban kegiatan perusahaan, dll). Sealin itu, data sekunder juga
ditunjang dengan sejumlah literatur dari hasil penelitian terdahulu yang sejenis,
buku, jurnal ilmiah, skripsi/tesis/disertasi, dan internet.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data.
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS for
Windows versi 20, dianalisis dengan metode yang sesuai dalam mengukur tingkat
ragam aktivitas, frekuensi aktivitas, kekuatan rancangan pesan, dan opini publik
perusahaan.
Uji statistik yang digunakan berupa Uji Korelasi Rank Spearman. Uji
Korelasi Rank Spearman merupakan uji statisitik yang digunakan untuk melihat
hubungan antara data – data yang berbentuk ordinal. Penyajian data dilakukan
dengan tabulasi frekuensi, tabulasi silang, grafik dan diagram yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan ketersediaan data.
Data – data kualitatif terkait strategi dan aktivitas Public Relations Telkom
yang didapatkan saat wawancara menjadi informasi tambahan untuk mendukung
dan memperkuat data kuantitatif yang diperoleh. Setelah opini publik berhasil
dianalisis, langkah selanjutnya adalah penggunaan analisis SWOT untuk
merumuskan strategi Public Relations yang efektif sesuai dengan elemen peluang,
ancaman, kelebihan, dan kekurangan untuk dapat digunakan oleh manajemen
Telkom.
28
GAMBARAN UMUM
Sekilas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.6
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Group) adalah satu-satunya BUMN
telekomunikasi serta penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar
di Indonesia berbasis ICT (Information, Communication, Technology), mencakup
telepon tetap (fixed phone), telepon wireless (fixed wireless), telepon seluler, data
dan internet, jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui
anak perusahaan. Telkom Group melayani pelanggan di seluruh Indonesia dengan
rangkaian lengkap layanan telekomunikasi. Telkom juga menyediakan berbagai
layanan di bidang informasi, media dan edutainment, termasuk cloud-based and
server-based managed services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce
dan layanan portal lainnya. Saham Telkom tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI :
TLKM) dan menerbitkan American Depository Shares yang terdaftar di New York
Stock Exchange (NYSE : TLK) dan London Stock Exchange (LSE : TKIA).
Telkom mengembangkan portofolio bisnis yang dikenal dengan istilah
TIMES. Berikut penjelasan portofolio bisnis Telkom.
1. Telecommunication
Telekomunikasi merupakan bagian business legacy Telkom. Sebagai ikon bisnis
perusahaan, Telkom melayani sambungan telepon kabel tidak bergerak Plain
Ordinary Telephone Service (POTS), telepon nirkabel tidak bergerak, layanan
komunikasi data, broadband, satelit, penyewaan jaringan dan interkoneksi, serta
telepon seluler yang dilayani oleh Anak Perusahaan Telkomsel. Layanan
telekomunikasi Telkom telah menjangkau beragam segmen pasar mulai dari
pelanggan individu sampai dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta
korporasi.
2. Information
Layanan informasi merupakan model bisnis yang dikembangkan Telkom dalam
ranah New Economy Business (NEB). Layanan ini memiliki karakteristik sebagai
layanan terintegrasi bagi kemudahan proses kerja dan transaksi yang mencakup
Value Added Services (VAS) dan Managed Application/IT Outsourcing (ITO), e-
Payment dan IT enabler Services (ITeS).
3. Media
Media merupakan salah satu model bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai
bagian dari NEB. Layanan media ini menawarkan Free To Air (FTA) dan Pay TV
untuk gaya hidup digital yang modern.
4. Edutainment
Edutainment menjadi salah satu layanan andalan dalam model bisnis NEB
Telkom dengan menargetkan segmen pasar anak muda. Telkom menawarkan
6 Sumber : www.telkom.co.id
29
beragam layanan di antaranya Ring Back Tone (RBT), SMS Content, portal dan
lain-lain.
5. Services
Services menjadi salah satu model bisnis Telkom yang berorientasi kepada
pelanggan. Ini sejalan dengan Customer Portfolio Telkom kepada pelanggan
Personal, Consumer/Home, SME, Enterprise, Wholesale, dan Internasional.
Sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom Group terus mengupayakan
inovasi di sektor-sektor selain telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara
seluruh produk, layanan dan solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business.
Untuk meningkatkan business value, pada tahun 2012 Telkom Group mengubah
portofolio bisnisnya menjadi TIMES (Telecommunication, Information, Media,
Edutainment & Service). Untuk menjalankan portofolio bisnisnya, Telkom Group
memiliki empat anak perusahaan, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Selular
(Telkomsel), PT Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT Telkom
Metra dan PT Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel).
Visi, Misi, dan Budaya Kerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Telkom dikenal sebagai suatu organisasi bisnis yang menyediakan beragam
kebutuhan komunikasi dan informasi konsumen di berbagai daerah di seluruh
wilayah Indonesia bahkan juga menyediakan jaringan yang dapat diakses di luar
wilayah Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan visi dan misi corporate
merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan dan dipegang erat demi
menjaga kontinuitas bisnis di masa depan. Sodiqin (1998) menjabarkan visi
sebagai cara pandang sebuah organisasi terhadap harapan yang ingin dicapai di
masa yang akan datang. Sedangkan misi merupakan usaha, kegiatan, tindakan
yang strategis, dan merupakan tugas satuan yang mendukung tugas kerja
organisasi. Berdasarkan definisi tersebut, untuk mencapai tujuan bisnisnya,
Telkom mencetuskan visi dan misi perusahaan sebagai berikut:
Visi Telkom
Menjadi pemain terdepan dalam Telecommunication, Information, Media,
Edutainment and Services (TIMES) di wilayah.
“To become a leading Telecommunication, Information, Media, Edutainment and
Services (TIMES) player in the region”.
Misi Telkom
Menyediakan layanan “more for less” TIMES.
Menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.
Budaya Telkom
Corporate Culture : The Telkom Way
Basic Belief : Always The Best
Core Values : Solid, Speed, Smart
Key Behaviours : Imagine, Focus, Action
Inisiatif Strategis : Pusat keunggulan Fokus pada portofolio dengan pertumbuhan atau value yang tinggi
30
Percepatan ekspansi internasional Transformasi biaya Pengembangan IDN (id-Access, id-Ring, id-Con) Indonesia Digital Solution (“IDS”) – layanan konvergen pada solusi
ekosistem digital Indonesia Digital Platfrom (“IDP”) – platform enabler untuk
pengembangan ekosistem Eksekusi sistem pengelolaan anak perushaan terbaik Mengelola portofolio melalui BoE dan CRO Meningkatkan sinergi di dalam Telkom Group.
Program Indonesia Digital Entrepreunur (IndiPreneur) Telkom
Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia
merupakan tulang punggung pertumbuhan perekonomian nasional dengan
pengembangan bisnis yang senantiasa berorientasi pada kepedulian dan
pembangunan masyarakat berbasis digital yang mudah, murah, dan bermanfaat.
Telkom memiliki satu target menjadi “The King of Digital” dimana target tersebut
dibagi menjadi tiga bagian, yakni Digital Media, Digital Ecosystem, dan Digital
Society. Khusus untuk Digital Society, Telkom telah merancang pengembangan
digital untuk seluruh kota di Indonesia sehingga nantinya akan tercipta ekosistem
– ekosistem yang Digital Friendly. Selain itu, Digital Society inilah yang akan
menjadi pendorong terciptanya Indonesia Digital Network (IDN), program besar
Telkom sampai 2014 untuk merealisasikan MP3EI (Master Plan Percepatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) sebagai bentuk kontribusi Telkom
untuk membantu pemerintah membangun Indonesia yang lebih baik.
Atas dasar inilah, Telkom sangat memberi perhatian pada pengembangan
UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) melalui program IndiPreneur
(Indonesia Digital Entrepreneur) yang menjadi bagian dari mega proyek Telkom
Digital Society tersebut. Diketahui bahwa sekitar 59 juta dari 242 juta lebih
penduduk Indonesia merupakan pelaku UMKM sehingga mampu memberikan
kontribusi positif bagi pendapatan nasional, yaitu sebesar 56,5 persen dari total
GDP Indonesia (LPJ Sosialisasi Telkom 2014). Para pelaku UMKM dibekali
dengan pengetahuan mengenai implementasi teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dan e-Commerce serta memberikan kemampuan untuk menjalankannya.
Melalui program ini, UMKM lokal dapat mengembangkan bisnis dengan solusi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkualitas serta terjangkau, seperti
koneksi broadband, web builder, web hosting, domain name, dan e-Commerce
application yang dapat dinikmati secara gratis dan dioperasikan dengan mudah
sehingga mampu memberikan kemudahan dan keunggulan kompetitif bagi
UMKM untuk bersaing di pasar global.
IndiPreneur juga bertujuan untuk memerangi kesenjangan kualitas
pendidikan antara kota dan pelosok dengan menyediakan infrastruktur Wifi.
Diharapkan infrastruktur tersebut dapat mencerdaskan bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang lebih maju dan memiliki daya saing tinggi di kancah global dengan
31
pemerataan akses informasi dan pembelajaran yang bisa diakses di smartphone,
netbook, laptop, dan perangkat akses internet lain.
Tahun 2014, Telkom menargetkan sekitar 500 ribu UMKM yang tersebar
di seluruh Indonesia dapat berkembang melalui program IndiPreneur ini. Seluruh
UMKM yang tergabung dalam program ini akan terdaftar pada portal IndiPreneur
yakni www.smartbisnis.co.id. Melalui portal tersebut, pengelola UMKM tidak
hanya dapat mempromosikan produk atau jasa yang menjadi core busniness-nya,
akan tetapi juga dapat mengakses informasi seputar perkembangan terkini di
dunia bisnis (Lampiran 1).
Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Struktur suatu organisasi atau perusahaan menggambarkan bagaimana
organisasi atau perusahaan tersebut mengatur manajemen di dalamnya, termasuk
mengatur hubungan antar orang, kelompok, dan kepentingan. Struktur suatu
perusahaan dibentuk secara sengaja sebagai salah satu instrumen untuk
melaksanakan portofolio bisnis serta mencapai tujuan yang telah tertuang dalam
visi dan misi perusahaan. Struktur organisasi Telkom disusun sedemikian rupa
untuk menjalankan portofolio bisnis TIMES dan juga mencapai keunggulan
kompetitif di pasar lokal maupun global (Gambar 5).
Gambar 5 Struktur organisasi Telkom Sumber : www.telkom.co.id
Direktur
Utama Group
DIRUT Telkomsel DIRUT Telin DIRUT
TelkomMetra
DIRUT
TelkomMetra
Direktur
Enterprise &
Business Service
Direktur
Wholesale &
International
Service
Direktur Human
Capital
Management
Direktur
Keuangan
Direktur Network
& IT Solution
Direktur Innovation
& Strategic
Portofolio
Direktur
Consumer Service
32
STRATEGI KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS DALAM
MEMBENTUK OPINI PUBLIK
Strategi Komunikasi Public Relations Telkom
Strategi merupakan seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan atau seseorang dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan
untuk memperoleh keunggulan kompetisi dalam pasar agar lebih baik dari para
pesaingnya (Ruslan 2001). Telkom menerapkan strategi komunikasi yang
disesuaikan dengan portofolio bisnisnya, yakni TIMES (Telecommunication,
Information, Media, Edutainment & Service). Atas dasar tersebut, PR Telkom
menyadari bahwa pendekatan dalam melakukan komunikasi dengan publik tidak
hanya semata – mata untuk menciptakan reputasi baik perusahaan, akan tetapi
juga komunikasi yang mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk mengakses informasi atau
memberikan kritik dan saran terhadap perusahaan, sehingga diharapkan mampu
menjembatani kedua belah pihak dan meningkatkan customer satisfaction. Secara
umum, PR Telkom berada di bawah naungan divisi Corporate Communications
Telkom yang berkantor pusat di Jakarta. Akan tetapi, Telkom membagi dirinya ke
dalam tujuh regional kerja, yaitu divisi I Sumatera, divisi II Jakarta dan sekitarnya,
divisi III Jawa Barat, divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, divisi V Jawa
Timur, divisi VI Kalimantan, divisi VII Indonesia Bagian Timur. Masing –
masing regional tersebut memiliki Public Relations yang lingkup tugasnya
pengembangan di masing – masing regional.
Strategi komunikasi yang diterapkan oleh divisi Corporate Communications
sebagai komunikator perusahaan dengan publiknya untuk membentuk opini
publik diintegrasikan dengan stakeholders sasarannya. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan dari staf Corporate Communication Telkom IH berikut.
“Industri teknologi dan komunikasi di Indonesia tumbuh di Indonesia
sebesar 1,333 % dalam 12 tahun dan pertumbuhannya lebih tinggi
dibandingkan industri – industri lain. Telkom sebagai perusahaan terbesar
telekomunikasi ikut andil di dalamnya. Tugas PR adalah membentuk
persepsi The King of Digital bagi Telkom di benak publik dengan melakukan
berbagai bentuk strategi komunikasi yang disesuaikan dengan segmen
publik Telkom, apakah itu pemerintah, investor, media, atau masyarakat
luas (konsumen)“ (IH, 33 tahun).
Jika yang menjadi publik adalah pihak pemerintah, metode komunikasi
yang digunakan berupa public exposse, talkshow, dan juga seminar. Jika
perusahaan lain atau BUMN lain yang menjadi publik sasarannya, metode
komunikasi yang digunakan berupa FGD (Focus Group Discussion) dan
gathering. Jika yang menjadi publik sasarannya adalah media, komunikasi
dilakukan melalui touring, public exposse, press conference, news release, dan
juga website. Touring, FGD, talkshow, advertising, website, event, seminar, dan
sponsorship digunakan sebagai media komunikasi dengan komunitas atau
kelompok terkait. PR Telkom juga menggunakan talkshow, website, advertising,
dan seminar sebagai media komunikasi dengan customer dan masyarakat umum.
33
Hal ini dimaksudkan agar metode komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien
serta cocok dengan kriteria maupun kebutuhan komponen sasarannya.
Ruslan (2001) menjelaskan bahwa PR berfungsi untuk menciptakan iklim
yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara PR
dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan bersama,
melalui berbagai macam aspek – aspek pendekatan atau strategi PR. Hal ini juga
yang dapat ditemukan dalam strategi komunikasi yang dilakukan oleh PR Telkom,
diantaranya:
1. Pendekatan persuasif dan edukatif
Pendekatan persuasif dan edukatif dilakukan terkait dengan fungsi PR itu
sendiri, yakni menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan
menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya, baik bersifat
mendidik dan memberikan penerangan maupun dengan melakukan pendekatan
persuasi agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi, dan
sebagainya. PR Telkom melakukan komunikasi dua arah dengan publiknya.
Artinya, PR Telkom tidak hanya memberikan informasi terus menerus terkait
produk, layanan, dan aktivitas perusahaan kepada publik, akan tetapi juga
menerima (listening, bukan sekedar hearing) kritik dan saran, baik melalui media
cetak, milis, website, dan call center 147. Selain itu, PR Telkom juga memberikan
kesempatan bagi pihak eksternal perusahaan untuk melakukan company visit
(biasanya dari sekolah dan Perguruan Tinggi setempat) yang tentunya akan
mengomunikasikan visi perusahaan melalui edukasi kepada publik.
2. Pendekatan kerjasama
PR Telkom berupaya untuk membina hubungan yang harmonis antara
organisasi dengan berbagai stakeholders-nya, baik ditujukan hubungan ke dalam
(internal relations) maupun hubungan ke luar (external relations) untuk
meningkatkan kerjasama. PR Telkom memasyarakatkan misi perusahaan agar
dapat diterima atau mendapat dukungan dari publik sasarannya dan memperoleh
opini publik dan perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak (mutual
understanding). Hal ini dilakukan misalnya dengan melakukan negosiasi dengan
bupati atau gubernur untuk rancangan pengembangan wilayah berbasis digital,
press conference, launching, dan bekerjasama dengan berbagai media untuk
mengomunikasikannya ke khalayak luas sehingga dapat membentuk opini di
benak publik. Kaitannya dengan internal relations, PR Telkom juga bersinergi
dengan divisi – divisi terkait untuk dapat melakukan kinerjanya secara maksimal.
Misalnya, PR bersinergi dengan divisi CDC (Community Development Center)
untuk menyampaikan informasi detail terkait program Telkom untuk
pemberdayaan komunitas atau mitra binaan Telkom karena tidak akan cukup
apabila penyampaian informasi hanya dilakukan oleh PR melalui kerjasama media.
PR Telkom membentuk persepsi publik terlebih dahulu untuk kemudian
disinergikan dengan divisi terkait agar opini yang berkembang di benak publik
semakin baik dan menguntungkan berbagai pihak.
3. Pendekatan koordinatif dan integratif
PR Telkom memiliki peranan yang lebih lebih luas tidak hanya membentuk
reputasi baik perusahaan, tetapi juga berpartisipasi dalam menunjang program
pembangunan nasional. Telkom memiliki mega proyek Indonesia Digital Society
yang mendukung MP3EI (Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) yang harus dikomunikasikan juga kepada khalayak luas
34
sebagai bentuk kepedulian Telkom untuk Indonesia, sehingga mampu membentuk
reputasi yang baik bagi perusahaan. Tidak sekedar reputasi positif yang
diharapkan, akan tetapi kontribusi Telkom untuk Indonesia juga mendukung
pembangunan Indonesia berbasiskan pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga Indonesia memiliki daya saing di tingkat global.
Beberapa pendekatan komunikasi yang dilakukan PR Telkom diatas secara
tidak langsung dalam periode tertentu mampu membentuk opini positif dari
khalayak terhadap Telkom sebagai perusahaan yang menyediakan jasa dan
layanan komunikasi yang baik. Hampir seluruh responden menganggap Telkom
sebagai perusahaan yang bagus, berkembang, dan memiliki banyak produk untuk
dikonsumsi. Strategi tersebut dianggap berhasil sehingga dapat memperoleh sikap
dan persepsi yang menguntungkan dari khalayak sasarannya dan pada akhirnya
akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan (Ruslan 2001).
Aktivitas sebagai Implementasi Strategi Public Relations Telkom
Public Relations melakukan pendekatan citra atau image dari suatu unit
usaha penyedia barang dan jasa sebagai salah satu komponen dalam menjaga
posisi unit usaha di pasar dan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. PR
Telkom bertugas menciptakan pemahaman – pemahaman melalui kekuatan
informasi. Informasi dapat bersumber dari realita mengenai produk Telkom Group
yang disediakan, aktivitas perusahaan, maupun tanggung jawab sosial perusahaan
yang informasinya disebarluaskan kepada publik Telkom. Sebagai bagian yang
menjalankan fungsi strategis di perusahaan, Wasesa (2010) menjelaskan bahwa
tugas PR adalah melakukan battle of opinions, dimana PR harus mampu
menciptakan opini publik yang kuat sehingga berpengaruh terhadap opini yang
datang dari benak publik, baik internal maupun eksternal perusahaan.
Ada dua aktivitas utama yang dilakukan PR Telkom dalam memberikan
informasi kepada publik untuk membentuk opininya, yakni:
1. Internal communications
a. Publikasi dan sosialisasi untuk publik internal di website internal Telkom
(Portal Telkom). Telkom memiliki portal khusus untuk karyawan yang
menjadi bagian dari publik internal. PR Telkom mengelola portal
tersebut untuk menyosialisasikan berbagai informasi terkait perusahaan,
baik prestasi dan penghargaan Telkom, berita karyawan, capaian kinerja
Telkom, dan artikel terkait lainnya. Hal ini dilakukan PR Telkom sebagai
upaya untuk memberikan kemudahan bagi seluruh karyawan Telkom
dalam mengakses informasi terbaru. Disamping itu, portal internal ini
juga dimaksudkan sebagai sarana publikasi bagi karyawan terkait
kegiatan – kegiatan yang dilakukan perusahaan sehingga karyawan selalu
up to date terhadap informasi – informasi tersebut.
2. External communications
a. Media exposse (press release, press conference)
Fungsi dan tugas PR adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas
atau kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui
oleh publik. Setelah itu, menghasilkan publisitas untuk memperoleh
35
tanggapan positif secara lebih luas dari masyarakat. Dalam hal ini, tugas
praktisi PR adalah menciptakan berita untuk mencari publisitas melalui
kerjasama dengan pihak pers atau wartawan dengan tujuan
menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya (Ruslan
2000). PR Telkom juga mengandalkan kekuatan media untuk
menghasilkan publisitas untuk memengaruhi opini publik terhadap
perusahaan. Beberapa media, baik cetak, internet, ataupun radio di Jawa
Timur yang menjadi rekan dari PR Telkom, adalah Jawa Pos, Investor
Daily, Suara Karya, Antara, Bisnis Indonesia, Seputar Indonesia,
Komputek, Surya, Radar Surabaya, Memo, Bangsa, Jakarta Post, Berita
Lima, Okezone, Kompas, Viva News, Berita Jatim, Kabar Bisnis, Suara
Surabaya, Radio Sonora, Radio Suara Surabaya, Radio Pas FM, dan
Radio Pro2 FM (Lampiran 3).
b. Media relationship
Keberhasilan perusahaan dalam memperoleh publisitas dapat diperoleh
dari hubungan yang harmonis dengan media. Peran media bagi Public
Relations adalah sebagai saluran dalam penyampaian pesan yang
berguna untuk memperkenalkan informasi dan pemberitaan dari PR
sebagai kekuatan pembentuk opini (power of opinion) yang sangat
efektif (Khadijah 2011). Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh PR
Telkom demi menjaga hubungan yang harmonis dengan media adalah
media gathering. Kegiatan yang dilakukan dengan pers biasanya
diwujudkan dalam bentuk sport gathering, kontak personal, berkumpul
ketika ada event-event yang diliput, dan lain sebagainya dengan
intensitas yang tidak rutin tapi sering dilakukan.
c. Customer education
Aktivitas lain yang dilakukan PR Telkom dalam memberikan aksi dan
informasi kepada publik perusahaan adalah melalui kegiatan customer
education. Edukasi dilakukan dalam bentuk company visit, seminar di
perguruan tinggi setempat dan event ke sekolah – sekolah di Surabaya
dan sekitarnya. Tanggal 11 Oktober 2013, Telkom bekerja sama dengan
pihak perguruan tinggi setempat (Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel) untuk mengadakan pelatihan “Toko Online” yang diikuti oleh
sekitar 30 peserta 7. Berbagai metode tersebut dilakukan dengan maksud
untuk menyampaikan informasi seputar Telkom dalam bentuk kegiatan
yang tidak terkesan “menggurui” dan menunjang pengembangan potensi
dan bakat peserta dengan basis teknologi, informasi, dan komunikasi.
d. Complain handling
Komplain dari konsumen ataupun stakeholders yang berkepentingan
juga ditangani oleh PR Telkom. Dikhususkan untuk komplain via call
center Telkom 147, penanganan komplain langsung dilakukan oleh
bagian customer services. Seringkali, saat ini komplain dari publik
terpublikasi di media online, seperti kaskus. Berbagai komentar terkait
isu Telkom ataupun keluhan atas produk dan layanan Telkom dapat
diakses jutaan pelanggan. Peranan PR Telkom disini adalah melakukan
7 Sumber : Data peserta pelatihan Toko Online LPKBI 2013 – 2014 Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel
36
kontrol dengan memberikan informasi yang relefan dengan isu supaya
tidak memberikan kerugian bagi banyak pihak yang berkepentingan.
e. Bekerjasama dengan unit – unit atau divisi terkait untuk beberapa
program
Berbagai upaya dalam memberikan aksi dan informasi kepada publik
akan lebih efektif hasilnya jika dilakukan dengan integrasi dan
kolaborasi yang baik dengan divisi – divisi lain dalam perusahaan. Hal
ini juga dilakukan oleh PR Telkom untuk mengupayakan efektifitas
penyampaian informasi kepada publik. Misalnya, pada mega proyek
Digital Society, secara khusus PR Telkom berkoordinasi dengan unit
pengembangan komunitas CDC (Community Development Center)
dalam memberikan informasi kepada publik sasaran melalui sosialisasi,
pengembangan kapasitas dari komunitas, dan lain sebagainya.
f. Event Management
Aktivitas event management dilakukan oleh PR Telkom. Bagi setiap
kegiatan di luar kantor yang diprakarsai oleh Telkom, peran PR adalah
menyusun informasi – informasi apa yang dapat dibawa pada kegiatan
tersebut sebagai sarana edukasi dan persuasi. PR Telkom juga
menyiapkan press converence atau sesi bagi pers atau media untuk
meliput kegiatan dan memperoleh informasi seputar kegiatan sebagai
data untuk dipublikasikan.
37
AKTIVITAS PENYAMPAIAN INFORMASI OLEH PUBLIC
RELATIONS DAN OPINI PUBLIK PROGRAM
INDIPRENEUR TELKOM
Aktivitas Penyampaian Informasi Program IndiPreneur Telkom
IndiPreneur Telkom adalah salah satu program baru Telkom yang diinisiasi
untuk mendukung program pembangunan perekonomian nasional Indonesia
dengan UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) sebagai sasarannya.
Informasi seputar program tersebut mutlak dibutuhkan oleh UMKM maupun
seluruh stakeholders lainnya yang menjadi publik perusahaan agar dapat
berkontribusi dalam mencapai tujuan program dan tentunya juga mampu
membangun UMKM di seluruh wilayah Indonesia.
Pemberitaan di media
Segala bentuk aktivitas penyampaian informasi yang dilakukan oleh PR
Telkom bertujuan untuk membentuk persepsi di benak publik terhadap perusahaan.
Salah satunya adalah melakukan sinergi dengan pihak media untuk memberitakan
program, kegiatan, dan isu mengenai perusahaan sehingga diketahui oleh publik
luas. PR Telkom menyusun press release terkait isu atau kegiatan perusahaan
yang ingin diberitakan kepada khalayak luas dan didistribusikan kepada beberapa
media massa cetak (Lampiran 2). Press Release seputar kegiatan IndiPreneur
telah didistribusikan kepada media cetak lokal, seperti Jawa Pos, Antara, Seputar
Indonesia, Surya, dan Radar Surabaya.
Pemberitaan di internet
Telkom merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
disoroti keberadaannya oleh berbagai pihak karena dikenal dengan produk dan
layanannya serta kegiatan dan prestasi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan teknologi dan informasi
yang sangat pesat saat ini merupakan suatu peluang bagi PR sebagai penghubung
antara perusahaan dengan khalayak luas untuk mendistribusikan informasi –
informasi tersebut. PR Telkom bekerjasama dengan berbagai warta berita online
untuk juga ikut menginformasikan kepada berbagai pihak mengenai produk,
layanan, prestasi, dan aktivitas dari Telkom. Pemberitaan melalui internet juga
dilakukan oleh PR Telkom dengan mengaktifkan portal atau website resmi milik
Telkom, yakni www.telkom.co.id yang berisi berbagai macam ulasan mengenai
Telkom Group yang bisa diakses secara terbuka oleh khalayak luas serta website
khusus IndiPreneur (www.smartbisnis.co.id) yang secara khusus dibuat untuk
mewadahi para penggunanya.
Berita mengenai program IndiPreneur Telkom yang terbilang masih baru
tersebut dapat diakses dengan cepat di media internet. Berbagai artikel terkait
telah banyak diterbitkan oleh berbagai portal berita online, seperti Republika
Online, Berita Jatim, Kabar Bisnis, Koran Indonesia, dan lain sebagainya
sebanyak 48 media online (Lampiran 3), website Telkom dan website Indipreneur
sendiri. Beberapa waktu yang lalu, pemberitaan prestasi Telkom terkait program
IndiPreneur tersebut tercatat dalam Rekor Muri di Sidoarjo, Jawa Timur. Telkom
juga mengadakan IndiPreneur Fest pada tahun 2013 dan juga diberitakan oleh
banyak warta berita online yang dapat diakses secara bebas oleh khalayak luas.
38
Sosialisasi dan Brosur
Sosialisasi dilakukan oleh pihak Telkom sebagai bentuk komunikasi dengan
publik IndiPreneur atau sasaran program tersebut, yakni pengelola UMKM yang
juga menjadi mitra binaan Telkom. Secara khusus, sosialisasi dikelola oleh bagian
pembinaan komunitas atau community relations yang dijalankan oleh CDC
(Community Development Center). Tidak hanya kepada mitra binaan, sosialisasi
juga pernah diadakan dengan mengajak rekan – rekan mahasiswa yang memiliki
jiwa entrepreneur agar dapat terdedah informasi seputar bisnis berbasiskan media
digital yang diusung Telkom sejak tahun 2013.
Penyampaian informasi seputar IndiPreneur kepada pihak terkait dalam
sosialisasi dilakukan selama beberapa jam dengan sekaligus memberikan praktek
langsung bagi peserta untuk dapat menggunakan perangkat komputer, layanan
internet dan email, serta mendaftarkan unit bisnis atau UMKM peserta di website
IndiPreneur www.smartbisnis.co.id. PR Telkom disini bersinergi dengan divisi
CDC untuk melaksanakan sosialisasi dengan melakukan pertukaran informasi
seputar IndiPreneur sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di masa depan terkait
dengan pemberitaan yang akan dipublikasikan oleh PR Telkom.
Sosialisasi dan pelatihan bagi UMKM pada tahun 2014 dilakukan selama
beberapa kali. Tanggal 24 Februari 2014 dilakukan sosialisasi dan pelatihan bagi
UMKM di beberapa tempat dalam waktu yang berbeda, yakni di BLC Margoyoso
dan Dinoyo, Surabaya, Jawa Timur. Pelatihan untuk anggota mitra Telkom
lainnya juga dilakukan di tempat yang sama pada bulan Maret 2014 dan dihadiri
oleh puluhan peserta.8
Tingkat Pengetahuan mengenai Ragam dan Frekuensi Aktivitas
Penyampaian Informasi Program IndiPreneur Telkom
Responden dalam penelitian ini adalah pengelola UMKM yang menjadi
mitra binaan Telkom yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan data
yang sudah diolah, didapatkan hasil bahwa penyampaian pesan seputar
IndiPreneur melalui sosialisasi yang diberikan pihak Telkom kepada UMKM
mitra binaan lebih banyak diketahui oleh responden dengan presentase sebesar
62 % (Gambar 4). Artinya, sosialisasi digunakan sebagai sumber informasi utama
bagi pengelola UMKM dalam mengetahui lebih jauh informasi mengenai
IndiPreneur tersebut, sedangkan media cetak, internet, dan brosur sebagai
sumberi informasi memiliki porsi yang lebih kecil diketahui dan diakses oleh
responden dengan presentase masing – masing sebesar 9%, 4%, dan 2%. Sisanya
sebesar 23 % adalah tingkat pengetahuan resonden terhadap media penyampai
informasi IndiPreneur dari rekan, teman, atau saudara.
8 Sumber : Data peserta pelatihan Bos Toko dan IndiPreneur Telkom Surabaya 2014
39
Gambar 6 Presentase ragam aktivitas penyampaian pesan yang diketahui
responden
Keseluruhan responden mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah sumber
informasi utama sehingga responden mengetahui berbagai informasi tentang
program dari sosialisasi tersebut. Sumber informasi lainnya seperti pemberitaan di
media cetak, internet, ataupun brosur tidak banyak diketahui. Hal ini
mengindikasikan bahwa aktivitas penyampaian pesan oleh PR Telkom yang
diketahui responden tidak beragam. Kenyataan tersebut diperkuat dengan
pernyataan responden HR yang sudah menjadi mitra Telkom selama 4 tahun
sebagai berikut.
“Program UKM Online dari Telkom itu taunya dari sosialisasi mbak. Dapat
telepon dari orang Telkomnya untuk datang ke sosialisasi. Kalau dari
internet tidak mbak, karena memang tidak pakai internet. Masih ada
kebutuhan lain. Koran juga tidak langganan” (HR, pengusaha potong kertas
struk).
Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yakni jangkauan berita
yang tidak sampai kepada responden (pemberitaan di media internet atau media
cetak lebih umumnya tersegmentasi pada kalangan menengah ke atas), responden
yang tidak akses kepada internet ataupun surat kabar, dan juga frekuensi
pemberitaan yang tidak terlalu sering. Terhitung pada tahun 2014, jumlah
pemberitaan di media dari Press Release yang disediakan oleh PR Telkom hanya
sebanyak tiga kali pemberitaan. Hal ini tentu saja berdampak pada opini dan sikap
publik terhadap program tersebut. Hampir 100% responden mengaku tidak
mengetahui program IndiPreneur sebelum menerima sosialisasi dari pihak
Telkom.
Fungsi dan tugas PR adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau
kegiatan perusahaan yang pantas untuk diketahui oleh publik, kemudian
menghasilkan publisitas untuk memperoleh tanggapan positif secara lebih luas
dari masyarakat. Tugas praktisi PR adalah menciptakan berita untuk mencari
publisitas melalui kerjasama dengan pihak pers atau wartawan dengan tujuan
menguntungkan citra lembaga atau organisasi yang diwakilinya (Ruslan 2000).
Publikasi melalui media dan pers yang dilakukan oleh PR kurang tersegmentasi
dengan tepat, khususnya untuk program IndiPreneur sehingga pada akhirnya
pengelola UMKM yang tidak akses menjadi tidak mengetahui informasi dari
Sosialisasi 62%
Media Cetak 9%
Media Internet
4%
Brosur 2%
Rekan/Saudara 23%
40
media – media yang bersangkutan. Berkaitan dengan kondisi tersebut, PR Telkom
bertugas dalam membentuk persepsi terlebih dahulu di benak publik sehingga
publik paling tidak mengetahui bahwa Telkom memiliki program tersebut.
Menyadari perihal tersebut, PR tidak dapat berdiri sendiri ketika akan
menyampaikan informasi dan membentuk opini publik terhadap program Telkom
tersebut ataupun perusahaan secara umumnya. Akan tetapi, PR juga
mensinergikan dirinya dengan divisi terkait, seperti CDC, dalam menyampaikan
informasi yang dibutuhkan publik sehingga terciptalah sosialisasi yang
dikhususkan bagi mitra binaan Telkom serta kelompok lain yang membutuhkan
sosialisasi menurut pihak Telkom. Jadi, pemberitaan di media saja memang tidak
cukup untuk membentuk persepsi, opini, dan sikap publik yang terkait dengan
pelaksanaan program tersebut. Terutama bagi penerima manfaat program, adanya
sosialisasi dan pembinaan secara berkala dapat memacu semangat dalam
mengembangkan UMKM. Bagi pihak Telkom sendiri, disamping penilaian yang
baik terhadap perusahaan oleh publik, keikutsertaan berbagai pihak dalam
mendukung program tersebut tentu akan memberikan keuntungan bisnis
(peningkatan jumlah pelanggan produk dan jasa Telkom) serta tercapainya
pemenuhan tanggung jawab Telkom untuk Indonesia.
Berdasarkan beberapa sumber informasi seputar IndiPreneur yang diketahui
responden sesuai penjelasan diatas, dapat pula dianalisis tingkat pengetahuan
responden mengenai ragam aktivitas penyampaian pesan tersebut. Didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai ragam aktivitas
penyampaian pesan tentang IndiPreneur berada pada kategori sedang. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak banyak responden yang mengetahui dan tidak
mengakses sumber media selain sosialisasi untuk mengetahui info seputar
program IndiPreneur. Sebaran dan presentase responden dapat dilihat pada tabel
dan diagram berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 % responden memiliki tingkat
pengetahuan mengenai ragam aktivitas penyampaian pesan tentang IndiPreneur
yang sedang. Tidak berbeda jauh dengan presentase dari kategori sedang, tingkat
pengetahuan responden pada kategori rendah memiliki presentase sebesar 46,7 %.
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan responden pada kategori tinggi hanya
sebesar 3,3 %. Artinya, sedikit responden yang mengetahui media penyampaian
pesan mengenai IndiPreneur selain melalui sosialisasi.
Gambar 7 Tingkat pengetahuan responden mengenai ragam penyampaian pesan
0
10
20
30
40
50
60
Rendah Sedang Tinggi
Presentase
Pengetahuan Mengenai Ragam Media Penyampaian Pesan
41
Sejalan dengan ragam media penyampaian pesan yang diketahui responden,
pengetahuan responden mengenai frekuensi penyampaian pesan melalui beberapa
media tersebut masih rendah dengan presentase sebanyak 50 %. Tingkat
pengetahuan pada kategori sedang sebesar 46,7 % dan 3,3 % pada kategori tinggi.
Artinya, sebagian responden tidak mengetahui secara pasti seberapa sering media
– media tersebut memberitakan atau menyebarluaskan informasi seputar program
IndiPreneur (Gambar 8).
Gambar 8 Tingkat pengetahuan responden mengenai frekuensi penyampaian
pesan
Berdasarkan pengakuan responden yang hampir keseluruhan mengetahui
program tersebut via sosialisasi, rata – rata mengetahui sosialisasi dilakukan
sebanyak satu kali (tidak sering) dan hampir tidak mengetahui seberapa sering
diberitakan melalui media lainnya, baik cetak ataupun internet. Hal ini juga
dinyatakan oleh SI.
“Pemberitahuan sosialisasi dapatnya sekali mbak. Orang Telkom yang
menelepon secara langsung untuk memberikan instruksi ikut sosialisasi.
Diajak teman juga sekali untuk datang, kebetulan mitra binaan dengan
Telkom juga” (SI, pedagang alas kaki).
Pernyataan SI tersebut juga diperkuat oleh ungkapan dari ES sebagai berikut.
“Saya taunya dari teman sekali. Kalau dari koran atau internet tidak pernah
mbak. Tidak sempat juga buka – buka di internet atau baca koran mbak.
Mending cari duit” (ES, pedangang sepatu).
Tingkat Penilaian terhadap Kekuatan Rancangan Pesan terkait Program
IndiPreneur Telkom
Kekuatan rancangan pesan merupakan elemen penting dalam
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Penelitian ini menggunakan
komponen ANSVA menurut Alan H Monroe dalam Kusumastuti (2009), yakni
terdapat lima tahapan urutan motif sesuai cara berpikir manusia dalam formula
tersebut: Attention (perhatian), Need (kebutuhan), Satisfaction (kepuasan),
Visualization (visualisasi), dan Action (tindakan).
Secara keseluruhan, penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
tentang IndiPreneur berada pada kategori rendah dengan presentase yang cukup
0
10
20
30
40
50
60
Rendah Sedang Tinggi
Presentase
Pengetahuan responden tentang frekuensi aktivitas
42
tinggi, yakni sebesar 93,3 %. Angka tersebut dapat dikaitkan dengan pengetahuan
responden mengenai ragam aktivitas penyampaian pesan tentang IndiPreneur
yang berbanding terbalik dengan variabel penilaian terhadap kekuatan rancangan
pesan ini. Pengetahuan yang tidak cukup tinggi terhadap ragam aktivitas
penyampaian pesan membuat responden juga tidak cukup pertimbangan untuk
menilai bagaimana kekuatan rancangan pesan dari masing – maisng media
penyampai pesan seputar IndiPrenuer sesuai formula ANSVA. Berikut
merupakan gambaran lebih detail dari penilaian responden terhadap kekuatan
rancangan pesan dari masing – masing media penyampai pesan seputar
IndiPreneur Telkom yang terbagi dalam tiga kategori, yakni rendah, sedang dan
tinggi.
Gambar 9 Tingkat penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
(akumulasi)
Diagram berikut menggambarkan bahwa rata – rata penilaian responden
terhadap kekuatan rancangan pesan dari masing – masing media berada pada
kategori rendah dengan komposisi yang jauh berbeda dengan komponen sedang
dan tingginya. Tingkat penilaian pada kategori tinggi hanya ada pada sosialisasi,
yakni sebesar 63,3 %.
Gambar 10 Tingkat penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
berdasarkan ragam media
0
20
40
60
80
100
Rendah Sedang Tinggi
Presentase
Penilaian terhadap kekuatan rancangan pesan
Media CetakMedia
InternetBrosur Sosialisasi
Rekan/Saudara
Rendah 90 96,7 93,3 6,7 73,3
Sedang 6,7 3,3 3,3 30 20
Tinggi 3,3 0 3,4 63,3 6,7
0
20
40
60
80
100
120
Pre
sen
tase
43
Penilaian pada kekuatan pesan yang tinggi pada media sosialisasi didukung
oleh pernyataan CKD berikut.
“Sudah cukup menarik informasi yang disampaikan, tetapi masih kurang
mbak waktunya. Masih belum paham betul jadi sebaiknya ada sosialisasi
lagi. Tapi keseluruhan sudah memuaskan dan menarik” (CKD, pedagang
baju, tas, sepatu wanita).
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan ungkapan SI sebagai berikut berikut.
“Sudah cukup memuaskan tetapi secara pribadi masih kurang. Inginnya
nambah lagi biar lebih paham dan bisa mengelola bisnis online” (SI,
pedagang sepatu).
Hal ini dapat terjadi mengingat sosialisasi merupakan ragam aktivitas
penyampaian pesan yang diketahui dan diakses oleh seluruh responden,
sedangkan untuk media cetak, internet, brosur, dan informasi dari rekan atau
saudara, penilaian responden berada pada kategori rendah dengan presentase
diatas 90 % untuk media cetak, internet, dan brosur serta 73,3 % untuk penilaian
terhadap informasi dari rekan atau saudara responden dikarenakan rata – rata
responden mengungkapkan bahwa mereka tidak mengakses atau tidak mengetahui
informasi seputar IndiPreneur dari media yang bersangkutan.
Opini Publik terkait Pelaksanaan Program IndiPreneur Telkom
Cutlip dan Center dalam Effendy (1999) menjelaskan opini sebagai
pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.
Memahami opini seseorang, terutama opini publik, bukanlah susuatu yang
sederhana. Seorang praktisi Public Relations hendaknya dapat memahami secara
berkala opini yang tengah beredar dalam segmen publiknya. Opini sendiri punya
kaitan yang erat dengan sikap atau attitude (Kasali 1994). Penelitian ini
menggunakan tiga elemen sikap, yakni affect, cognition, dan behaviour untuk
menilai opini publik, khususnya terhadap program IndiPreneur Telkom.
Gambar 11 Opini publik berdasarkan tingkat affect, cognition, dan behaviour
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Affect Cognition Behaviour
Presentase
Opini publik berdasarkan tingakatan affect, cognition, dan behaviour
Rendah
Sedang
Tinggi
44
Opini publik berdasarkan komponen affect, cognition, dan behaviour
terhadap program IndiPreneur Telkom adalah tinggi pada tingkatan affect dan
cognition, akan tetapi sedang pada tingkatan behaviour-nya dengan presentase
masing – masing 53,3 %, 83,3 %, dan 60 %. Angka tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas – aktivitas penyampaian pesan yang dilakukan PR Telkom bekerjasama
dengan pihak – pihak terkait (khususnya melalui sosialisasi) cukup efektif
memberikan dampak pada tingkat affect, cognition, dan behaviour publik
IndiPreneur.
Tingkat Affect
Ruslan (2001) menjelaskan bahwa affect berkaitan dengan rasa senang, suka,
sayang, takut, benci, sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap
sesuatu, sebagai akibat telah merasakannya atau timbul setelah melihat dan
mendengarkannya, dalam hal ini adalah perasaan responden terhadap program
IndiPreneur Telkom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat affect
responden terhadap program tersebut adalah tinggi dengan presentase sebesar
53,3 %. Sementara 40 % responden berada pada tingkat affect sedang, dan 6,7 %
responden pada tingkatan rendah.
Sebagian besar responden telah merasakan manfaat dari pemberian
informasi seputar IndiPreneur dan juga menilai baik pada program tersebut. Akan
tetapi juga ada sebagian responden yang memiliki penilaian berbeda. Responden
berinisial AS mengutarakan bahwa belum merasakan manfaat dan pentingnya
program tersebut karena dinilai kurang cocok dengan bisnis penerbitan buku yang
dikelolanya.
Tingkat Cognition
Ruslan (2001) menjelaskan bahwa komponen kognisi ini berkaitan dengan
penalaran sesorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian
yang berkaitan dengan pendiriannya, dalam hal ini adalah informasi tentang
Telkom dan program IndiPreneur yang sedang dilaksanakan. Senada dengan
tingkatan affect, tingkat pengetahuan responden berada pada kategori tinggi
dengan presentase yang lebih besar dari tingkatan affect, yakni sebesar 83,3 %.
Sebagian besar responden mengetahui dan masih mengingat berbagai
informasi yang telah didapatkan setelah mengikuti sosialisasi atau dari media
penyampaian pesan lain yang diakses. Informasi seputar biaya transaksi, website
www.smartbisnis.co.id sebagai portal khusus IndiPrneuer, Telkom sebagai
pengusung program, serta pelayanan yang diberikan Telkom masih diketahui
dengan cukup baik oleh responden.
Tingkat Behaviour
Ruslan (2001) menjelaskan bahwa komponen ini lebih menampilkan
tingkah laku atau perilaku seseorang secara aktif (active element), yakni kaitannya
dengan perilaku publik yang menjadi bagian dari program IndiPreneur Telkom.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat perilaku yang ditampilkan responden
terhadap program tersebut berada pada kategori sedang atau dengan presentase
sebesar 60% dari total 100% tingkatan behaviour. Arti dari presentase tersebut
adalah segala bentuk penyampaian informasi kepada publik mengenai program
yang dilakukan oleh PR Telkom dan pihak terkait tidak berdampak secara
signifikan pada perilaku responden.
45
Beberapa responden memberikan keterangan bahwa pengetahuan terhadap
program tersebut tidak selalu selaras dengan perilaku yang ditampakkan.
Meskipun mengetahui secara pasti informasi dan manfaat program tersebut,
namun responden masih menyesuaikan lagi dengan prioritas kebutuhan,
kemampuan mengakses internet dan juga menggunakan perangkat komputer, serta
kesesuaian dengan unit bisnis atau UMKM yang digeluti apakah memerlukan
internet sebagai basis pemasaran dan pengelolaan bisnis atau tidak. Hal tersebut
juga diungkapkan oleh SI sebagai berikut.
“Saya kurang mengerti penggunakan komputer mbak, apalagi internet. Jadi
mungkin akan berguna jika diterapkan oleh yang bisa mempraktekkan. Saya
sudah mendaftar akan tetapi belum ada hasilnya karena tidak dikelola. Bagi
yang mengerti dan mampu tentu akan sangat bermanfaat mbak” (SI,
pedagang sepatu).
Secara keseluruhan, ketiga komponen tersebut mampu menggambarkan
bagaimana opini publik terkait program IndiPreneur. Berikut sebaran dan
presentase akumulasi tingkatan affect, cognition, dan behaviour responden
menjadi tingkat opini publik.
Gambar 12 Opini publik responden
Opini publik terkait program IndiPreneur Telkom yang sudah dilaksanakan
sejak tahun 2013 terbilang positif. Sebanyak 73,3 % responden mengakui bahwa
Telkom memberikan banyak ilmu dan keuntungan bagi pengembangan usaha
bisnis yang dikelola melalui program tersebut. Telkom dinilai sebagai perusahaan
yang memberikan pelayanan yang cukup baik, tidak hanya dari produk dan jasa
komunikasi yang disediakan, akan tetapi juga bentuk dukungannya kepada
masyarakat untuk mengembangkan sektor perekonomian maupun sektor lainnya.
01020304050607080
Negatif Netral Positif
Presentase
Opini publik
46
ANALISIS HUBUNGAN AKTIVITAS PENYAMPAIAN
INFORMASI OLEH PUBLIC RELATIONS DENGAN OPINI
PUBLIK PROGRAM INDIPRENEUR TELKOM
Hubungan Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan
Opini Publik menurut Tingkatan Affect
Ragam aktivitas penyampaian pesan dilihat dari pengetahuan responden
terhadap aktivitas Public Relations yang digunakan untuk menginformasikan
IndiPreneur Telkom dan diketahui oleh publik Telkom (pengelola UMKM).
Informasi seputar IndiPreneur disebarluaskan melalui media cetak, internet,
brosur, sosialisasi, dan juga dari rekan/saudara pengelola UMKM.
Pembahasan berikut menguraikan tentang hubungan antara ragam aktivitas
penyampaian pesan oleh PR dan opini publik menurut tingkatan affect. Tingkatan
affect yang dimaksud adalah perasaan senang, puas, dan menerima atas program,
produk, dan layanan Telkom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar
26,7 % responden memiliki opini positif dengan pengetahuan terhadap ragam
aktivitas yang rendah. Opini positif juga dimiliki oleh sebanyak 23,3 % responden
dengan pengetahuan mengenai ragam aktivitas sedang dan 3,3 % responden
dengan pengetahuan ragam penyampaian pesan tinggi.
Tabel 5 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan affect
Opini
publik
(affect)
Ragam aktivitas penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 1 3,3 1 3,3 0 0 2 6,7
Netral 5 16,7 7 23,3 0 0 12 40,0
Positif 8 26,7 7 23,3 1 3,3 16 53,3
Total 14 46,7 15 49,9 1 3,3 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,097, Nilai Signifikansi = 0,608
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan responden tentang ragam aktivitas penyampaian dan tingkat affect
dari opini publik. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank pearman
yang menunjukkan nilai signifikansi 0,608 dimana angka tersebut lebih besar dari
taraf kepercayaan α 0,05 (0,608 > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua
variabel yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai
semakin tinggi ragam media penyampaian pesan yang diketahui maka semakin
positif opini publik tingkatan affect tidak dapat diterima. Perhitungan uji statistik
Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 3.
47
Hubungan Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan
Opini Publik menurut Tingkatan Cognition
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai hubungan antara ragam aktivitas
penyampaian pesan oleh PR Telkom dengan opini publik menurut tingkatan
cognition. Bahasan ini mencakup keterkaitan aktivitas – aktivitas penyampaian
pesan oleh PR Telkom yang diketahui responden dengan opini terhadap Telkom
dan program IndiPreneur-nya dilihat dari komponen pengetahuan responden
tentang Telkom, program IndiPreneur, dan mengingat informasi – informasi
seputar program.
Hasil tabulasi silang menunjukkan 30 % responden memiliki opini publik
positif pada pengetahuan mengenai ragam penyampaian pesan rendah, 50 % pada
pengetahuan mengenai ragam penyampaian pesan sedang, dan 3,3 % pada
pengetahuan mengenai ragam penyampaian pesan tinggi.
Tabel 6 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan cognition
Opini publik
(cognition)
Ragam aktivitas penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 2 6,7 0 0 0 0 2 6,7
Netral 3 10,0 0 0 0 0 3 10,0
Positif 9 30,0 15 50,0 1 3,3 25 83,3
Total 14 46,7 15 50,0 1 3,3 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,434, Nilai Signifikansi = 0,017. Signifikan pada
α 0,05
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan
tentang ragam aktivitas penyampaian pesan dengan opini publik tingkatan
cognition dengan nilai signifikansi 0,017 (0,017 < 0,05) dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,434 yang berarti mempunyai hubungan moderat (sedang). Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis semakin tinggi ragam media penyampaian
pesan yang diketahui maka semakin positif opini publik tingkatan cognition dapat
diterima. Aturan dalam menentukan kekuatan hubungan tersebut adalah sebagai
berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01 – 0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10 –
0,29 (hubungan lemah), 0,30 – 0,49 (hubungan moderat), 0,50 – 0,69 (hubungan
kuat), 0,70 – 0,89 (hubungan sangat kuat), >0,9 (hubungan mendekati sempurna).
Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 3.
Hubungan Ragam Aktivitas Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan
Opini Publik menurut Tingkatan Behaviour
Bahasan berikut mengurai keterkaitan antara pengetahuan mengenai ragam
aktivitas penyampaian pesan oleh PR Telkom dengan opini publik menurut
tingkatan behaviour. Tingkatan behaviour yang dimaksud adalah keinginan
responden untuk menggunakan produk dan layanan Telkom, mengikuti program
Telkom, dan mengajak rekan atau saudara untuk melakukan hal yang serupa.
48
Hasil tabulasi menunjukkan bahwa opini publik netral dimiliki oleh 33 %
responden dengan pengetahuan mengenai ragam aktivitas rendah. Demikian pula
dengan 23,3 % dan 3,3 % responden dengan pengetahuan mengenai ragam
penyampaian pesan sedang dan tinggi juga memiliki opini publik yang netral
terhadap Telkom.
Tabel 7 Jumlah dan presentase ragam aktivitas penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan behaviour
Opini publik
(behaviour)
Ragam aktivitas penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 3 10,0 2 6,7 0 0 5 16,7
Netral 10 33,3 7 23,3 1 3,3 18 60,0
Positif 1 3,3 6 20,0 0 0 7 23,3
Total 14 46,6 15 50,0 1 3,3 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,304, Nilai Signifikansi = 0,102
Berdasarkan tabel tabulasi silang, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada
keterkaitan antara ragam aktivitas penyampaian dan tingkat behaviour dari opini
publik. Hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman yang
menunjukkan nilai signifikansi 0,102 dimana angka tersebut lebih besar dari taraf
kepercayaan α 0,05 (0,102 > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua
variabel yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai
semakin tinggi ragam media penyampaian pesan yang diketahui maka semakin
positif opini publik tingkatan behaviour tidak dapat diterima. Perhitungan uji
statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 3.
Ketiga elemen yang telah diuji secara statistik diatas menunjukkan hasil
bahwa hanya tingkatan cognition yang memiliki hubungan dengan ragam aktivitas
penyampaian pesan. Tingkatan cognition berkaitan dengan penalaran sesorang
untuk menilai suatu informasi ataupun pesan dan fakta. Beragam aktivitas
penyampaian informasi yang dilakukan akan mudah diingat dan dicerna sebagai
pengetahuan oleh responden sehingga tingkat cognition akan lebih mudah ditempa
oleh informasi – informasi dari luar. Media penyampai pesan seputar IndiPreneur
yang diketahui responden masih dapat diingat dan juga digunakan sebagai sumber
informasi sehingga responden tahu dan pengetahuan mengenai ragam
penyampaian pesan menjadi berkorelasi dengan tingkat cognition responden
secara moderat (sedang). Akan tetapi belum mencapai tahap merasakan manfaat
dari ragam informasi yang diakses dan mencari informasi lebih dalam dari media
yang bersangkutan ataupun media penyampai pesan lainnya sehingga tidak
berkorelasi dengan tingkatan affect dan behaviour. Berhubungan secara moderat
(sedang) dapat diakibatkan karena tingkat pengetahuan responden tentang ragam
aktivitas penyampaian pesan berada pada level sedang (Gambar 7).
49
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan Opini
Publik menurut Tingkatan Affect
Menurut Morrison (2010) dalam Tami (2013), frekuensi diartikan sebagai
jumlah waktu rata – rata mereka yang terjangkau memiliki peluang terekspos oleh
pesan merek dalam suatu preiode tertentu. Pengetahuan mengenai frekuensi
penyampaian pesan berarti banyaknya pengulangan aktivitas penyampaian pesan
yang diketahui oleh responden melalui berbagai media, seperti media cetak,
internet, brosur, sosialisasi, dan seberapa sering mendengarkan informasi seputar
IndiPreneur Telkom melalui rekan atau saudara.
Pembahasan berikut menguraikan keterkaitan antara frekuensi penyampaian
pesan oleh PR Telkom dengan opini publik menurut tingkatan affect. Tingkatan
affect yang dimaksud adalah perasaan senang, puas, dan menerima atas program,
produk, dan layanan Telkom. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa 26,7 %
responden memiliki opini publik positif dengan pengetahuan tentang frekuensi
penyampaian pesan rendah. Sebesar 23,3 % opini publik juga positif dengan
pengetahuan mengenai frekuensi penyampaian pesan sedang serta sebesar 3,3 %
untuk frekuensi tinggi.
Tabel 8 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan affect
Opini
publik
(affect)
Frekuensi penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 2 6,7 0 0 0 0 2 6,7
Netral 5 17,7 7 23,3 0 0 12 40,0
Positif 8 26,7 7 23,3 1 3,3 16 53,3
Total 15 51,0 14 46,6 1 3,3 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,195, Nilai Signifikansi = 0,302
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi
penyampaian pesan dan tingkatan affect dari opini publik. Hasil tersebut diperkuat
dengan hasil uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan nilai signifikansi
0,302 dimana angka tersebut lebih besar dari taraf kepercayaan α 0,05 (0,302 >
0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel yang digunakan. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi frekuensi aktivitas
penyampaian pesan maka semakin positif opini publik tingkatan affect tidak dapat
diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 3.
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan Opini
Publik menurut Tingkatan Cognition
Pembahasan berikut menguraikan hubungan antara frekuensi penyampaian
pesan dan opini publik menurut tingkatan cognition. Bahasan ini mencakup
keterkaitan frekuensi penyampaian pesan dengan opini terhadap Telkom dan
program IndiPreneur-nya dilihat dari komponen pengetahuan responden,
50
mencakup pengetahuan tentang Telkom, program IndiPreneur, dan mengingat
informasi – informasi seputar program.
Hasil tabulasi silang menunjukkan kecenderungan peningkatan presentase
dari masing – masing kategori (rendah, sedang, dan tinggi) pada elemen frekuensi
penyampaian pesan yang ketiganya berada pada tingkat opini publik positif
menurut komponen cognition. Opini publik positif dimiliki responden sebesar
33,3 % dengan pengetahuan mengenai frekuensi penyampaian pesan rendah.
Sebesar 46,7 % responden juga memiliki opini publik positif dengan pengetahuan
mengenai frekuensi penyampaian pesan sedang. Kondisi opini yang sama juga ada
pada responden dengan pengetahuan mengenai frekuensi penyampaian pesan
tinggi, sebesar 3,3 %.
Tabel 9 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan cognition
Opini publik
(cognition)
Frekuensi penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 2 6,7 0 0 0 0 2 6,7
Netral 3 10,0 0 0 0 0 3 10,0
Positif 10 33,3 14 46,7 1 3,3 25 83,3
Total 15 50,0 14 46,7 1 3,3 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,500, Nilai Signifikansi = 0,005. Signifikan pada
α 0,05
Hasil tersebut menggambarkan jika terdapat hubungan positif antara
frekuensi penyampaian pesan dengan opini publik tingkatan cognition dengan
nilai signifikansi 0,005 (0,005 < 0,05), dan signifikan pada taraf kepercayaan α
95 % (0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,500 yang berarti mempunyai
hubungan moderat (sedang). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis semakin tinggi
frekuensi penyampaian pesan maka semakin positif opini publik tingkatan
cognition dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat
pada lampiran 3.
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan oleh Public Relations dan Opini
Publik menurut Tingkatan Behaviour
Pembahasan selanjutnya menguraikan tentang keterkaitan frekuensi
penyampaian pesan oleh PR Telkom terkait informasi IndiPreneur dengan opini
publik menurut tingkatan behaviour. Tingkatan behaviour yang dimaksud adalah
keinginan responden untuk menggunakan produk dan layanan Telkom, mengikuti
program Telkom, dan mengajak rekan atau saudara untuk melakukan hal yang
serupa.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa opini publik netral dimiliki oleh
keseluruhan responden pada tingkat pengetahuan mengenai frekuensi
penyampaian pesan yang rendah, sedang maupun tinggi dengan presentase masing
– masing sebesar 33,3 %, 23,3 % dan 3,3 %.
51
Tabel 10 Jumlah dan presentase frekuensi penyampaian pesan oleh Public
Relations dan opini publik tingkatan behaviour
Opini publik
(behaviour)
Frekuensi penyampaian pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 4 13,3 1 3,3 0 0 5 16,7
Netral 10 33,3 7 23,3 1 3,3 18 60,0
Positif 1 3,3 6 20,0 0 0 7 23,3
Total 15 50,0 14 46,7 1 3,3 30 100,0 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,446, Nilai Signifikansi = 0,014. Signifikan pada
α 0,05
Hasil tersebut menggambarkan jika terdapat hubungan positif antara
pengetahuan tentang frekuensi penyampaian pesan dengan opini publik tingkatan
behaviour dengan nilai signifikansi 0,014 (0,014 < 0,05), dan signifikan pada taraf
kepercayaan α 5 % (0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,446 yang
berarti mempunyai hubungan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis semakin
tinggi frekuensi penyampaian pesan maka semakin positif opini publik tingkatan
behaviour dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat
pada lampiran 3.
Kesimpulan yang didapatkan dari infromasi diatas adalah kecenderungan
adanya korelasi antara indikator frekuensi penyampaian pesan dengan opini
menurut tingkatan cognition dan behaviour. Tingkatan cognition berkaitan dengan
penalaran sesorang untuk menilai suatu informasi ataupun pesan dan fakta,
sedangkan tingkatan behaviour berkaitan dengan tingkah laku atau perilaku
seseorang. Beragam aktivitas penyampaian informasi dan frekuensi
penyampaiannya masih diingat dan dicerna sebagai pengetahuan oleh responden.
Media penyampai pesan seputar IndiPreneur yang diketahui responden masih
dapat diingat dan juga digunakan sebagai sumber informasi dengan frekuensi
tertentu, sehingga responden tahu dan frekuensi penyampaian pesan menjadi
berkorelasi dengan tingkat cognition responden secara moderat (sedang) dan
mampu berdampak juga pada tingkatan behaviour-nya. Berhubungan secara
moderat (sedang) dapat diakibatkan karena tingkat pengetahuan responden
tentang frekuensi penyampaian pesan berada pada level yang tidak cukup tinggi
(Gambar 8).
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik menurut
Tingkatan Affect
Kekuatan rancangan pesan merupakan tingkat kekuatan desain aktivitas
penyampaian informasi kepada responden yang diukur berdasarkan lima dimensi,
yaitu attention, need, satisfaction, visualization, dan action. Kelima dimensi
tersebut digunakan kepada masing – masing aktivitas penyampaian pesan seputar
IndiPreneur oleh PR Telkom dan pihak yang terkait program tersebut. Penelitian
ini mengidentifikasi bagaimana penilaian responden terhadap kekuatan rancangan
pesan tersebut dan keterkaitannya dengan opini publik menurut tingkatan affect.
52
Tingkatan affect yang dimaksudkan adalah perasaan senang, puas, dan menerima
atas program, produk, dan layanan Telkom.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa opini publik positif dimiliki
responden dengan presentase sebesar 50 %. Opini positif juga ditunjukkan oleh
responden sebanyak 3,3 % dengan tingkat penilaian terhadap kekuatan rancangan
pesan pada kategori sedang. Tidak ada responden yang memberikan penilaian
tinggi pada elemen kekuatan rancangan pesan menurut tingkatan affect ini.
Tabel 11 Jumlah dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik
tingkatan affect
Opini
publik
(affect)
Kekuatan rancangan pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 2 6,7 0 0 0 0 2 6,7
Netral 11 36,7 1 3,3 0 0 12 40,0
Positif 15 50,0 1 3,3 0 0 16 53,3
Total 28 93,4 2 6,6 0 0 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0,202, Nilai Signifikansi = 0,285
Hasil tersebut menggambarkan jika tidak ada hubungan antara penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan dan tingkatan affect dari opini publik. Hasil
tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan
nilai signifikansi 0,285 dimana angka tersebut lebih besar dari taraf kepercayaan α
0,05 (0,282 > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua variabel yang
digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi
kekuatan rancangan pesan maka semakin positif opini publik pada tingkatan affect
tidak dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat pada
lampiran 3.
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik menurut
Tingkatan Cognition
Pembahasan berikutnya menguraikan hubungan antara penilaian terhadap
kekuatan rancangan pesan dan opini publik menurut tingkatan cognition. Bahasan
ini mencakup keterkaitan penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
dengan opini terhadap Telkom dan program IndiPreneur-nya dilihat dari
komponen pengetahuan responden, mencakup pengetahuan tentang Telkom,
program IndiPreneur, dan mengingat informasi – informasi seputar program.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa opini publik positif dimiliki
responden dengan presentase sebesar 76,6 %. Opini positif juga ditunjukkan oleh
responden sebanyak 6,7 % dengan tingkat penilaian terhadap kekuatan rancangan
pesan pada kategori sedang. Tidak ada responden yang memberikan penilaian
tinggi pada elemen kekuatan rancangan pesan untuk tingkatan cognition, sama
seperti penilaian kekuatan rancangan pesan menurut tingkatan affect.
53
Tabel 12 Jumlah dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik
tingkatan cognition
Opini publik
(cognition)
Kekuatan rancangan pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 2 6,7 0 0 0 0 2 6,7
Netral 3 10,0 0 0 0 0 3 10,0
Positif 23 76,6 2 6,7 0 0 25 83,3
Total 28 93,3 2 6,7 0 0 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0,049, Nilai Signifikansi = 0,798
Hasil tersebut menggambarkan jika tidak ada hubungan antara penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan dan tingkatan cognition dari opini publik.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman yang
menunjukkan nilai signifikansi 0,798 dimana angka tersebut lebih besar dari taraf
kepercayaan α 0,05 (0,798 > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua
variabel yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai
semakin tinggi kekuatan rancangan pesan maka semakin positif opini publik pada
tingkatan cognition tidak dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman
dapat dilihat pada lampiran 3.
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Opini Publik menurut
Tingkatan Behaviour
Pembahasan ini menguraikan hubungan antara penilaian terhadap kekuatan
rancangan pesan dan opini publik menurut tingkatan cognition, mencakup
keterkaitan penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan dengan opini
terhadap Telkom dan program IndiPreneur-nya dilihat dari komponen
pengetahuan responden, mencakup pengetahuan tentang Telkom, program
IndiPreneur, dan mengingat informasi – informasi seputar program.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa opini publik netral dimiliki
responden dengan presentase sebesar 53,3 %. Opini netral juga ditunjukkan oleh
responden sebanyak 6,7 % dengan tingkat penilaian terhadap kekuatan rancangan
pesan pada kategori sedang. Tidak ada responden yang memberikan penilaian
tinggi pada elemen kekuatan rancangan pesan untuk tingkatan behaviour, sama
seperti penilaian kekuatan rancangan pesan menurut tingkatan affect dan cognition.
Tabel 13 Sebaran dan presentase kekuatan rancangan pesan dan opini publik
tingkatan behaviour
Opini publik
(behaviour)
Kekuatan rancangan pesan Total
Rendah Sedang Tinggi
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Negatif 5 16,7 0 0 0 0 5 16,7
Netral 16 53,3 2 6,7 0 0 18 60,0
Positif 7 23,3 0 0 0 0 7 23,3
Total 28 100,0 2 100,0 0 0 30 100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0,296, Nilai Signifikansi = 0,112
54
Hasil tersebut menggambarkan jika tidak ada hubungan antara penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan dan tingkatan behaviour dari opini publik.
Hasil tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman yang
menunjukkan nilai signifikansi 0,112 dimana angka tersebut lebih besar dari taraf
kepercayaan α 0,05 (0,112 > 0,05), artinya tidak ada hubungan antara kedua
variabel yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai
semakin tinggi kekuatan rancangan pesan maka semakin positif opini publik pada
tingkatan behaviour tidak dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman
dapat dilihat pada lampiran 3.
Ketiga hubungan yang telah diuji diatas menunjukkan hasil bahwa diantara
ketiga tingkatan affect, behaviour, dan behaviour tidak ada yang berkorelasi
positif dengan indikator penilaian terhadap kekuatan rancangan pesan. Hal ini
dapat disebabkan oleh tingkat penilaian terhadap kekuatan pesan yang rendah
(Gambar 7) dan juga dapat dikaitkan dengan ragam aktivitas yang diketahui oleh
responden yang berada pada tingkat sedang sehingga beberapa responden tidak
sampai pada tahap menilai kekuatan pesan menurut dimensi ANSVA karena tidak
mengetahui ragam – ragam aktivitas penyampaian pesan yang digunakan PR
Telkom.
Hubungan Aktivitas Public Relations dan Opini Publik
Cutlip dan Center dalam Effendy (1999) menjelaskan opini sebagai
pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.
Ruslan (2001) menerjemahkan istilah opini publik menjadi istilah pendapat umum.
Cutlip. Center, dan Broom (2000) menjabarkan istilah opini sebagai proses
dinamis komunikasi antarpribadi dan media mengenai isu di antara kelompok dan
kumpulan orang yang mempunyai kapasitas untuk bertindak dengan cara serupa.
Indikator opini publik program IndiPrneuer Telkom yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tingkat affect, cognition, dan behaviour, sesuai dengan
konsep Kasali (1994) bahwa opini sendiri punya kaitan yang erat dengan sikap
atau attitude.
Pembentukan opini itu sendiri tidak terlepas dari proses komunikasi antara
perusahaan dan publiknya yang dijembatani oleh Public Relations. Segala bentuk
penyampaian informasi seputar Telkom dan program IndiPreneur-nya sedikit
banyak dapat memberikan dampak pada opini yang berkembang. Aktivitas
penyampaian pesan yang merupakan bentuk implementasi dari strategi yang
dirancang menggunakan tiga alat ukur dalam penelitian ini, yaitu pengetahuan
tentang ragam aktivitas penyampaian pesan, pengetahuan terhadap frekuensi
aktivitas penyampaian pesan, dan penilaian terhadap kekuatan rancangan pesan
seputar IndiPreneur Telkom. Tabel 14 berikut menunjukkan nilai koefisien
korelasi olah statistik menggunakan Rank Spearman untuk menguji hubungan
aktivitas PR dengan opini publik.
55
Tabel 14 Sebaran nilai koefisien korelasi aktivitas Public Relations dengan opini
publik
Aktivitas Public Relations Opini publik
Affect Cognition Behaviour Akumulasi
Ragam aktivitas
penyampaian pesan 0,097 0,434
* 0,304 0,425
*
Frekuensi aktivitas
penyampaian pesan 0,195 0,500
* 0,446
* 0,591
*
Penilaian terhadap
kekuatan rancangan pesan 0,202 -0,049 -0,296 -0,075
Keterangan: * signifikan pada α 0,05
Berdasarkan hasil tabel 14, variabel ragam dan frekuensi aktivitas
penyampaian pesan memiliki hubungan dengan akumulasi opini publik. Hal ini
didasarkan pada uji korelasi Rank Spearman yang menunjukkan nilai signifikansi
yang lebih kecil dari derajat kepercayaan (α) 0,05, yakni sebesar 0,019 dan 0,001
dengan nilai koefisien korelasi masing – masing sebesar 0,425 dan 0,591
(Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keragaman aktivitas
penyampaian pesan yang diketahui dan diakses maka akan semakin baik opini
publik terhadap perusahaan. Semakin tinggi frekuensi aktivitas penyampaian
pesan yang diketahui dan diakses maka semakin baik pula opini publik terhadap
perusahaan.
56
ANALISIS SWOT
Analisis SWOT
Telkom adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penyedia produk dan
jasa telekomunikasi yang memiliki jutaan pelanggan tersebar di seluruh wilayah
Indonesia maupun di beberapa negara di luar Indonesia. Strategi sebagai elemen
mutlak yang harus dimiliki oleh Telkom untuk mewujudkan visi dan misinya
perlu dirumuskan. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
merupakan instrumen yang dikembangkan untuk merumuskan strategi PR Telkom,
sebagai salah satu strategi untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dalam
jangka panjang, dalam memberikan aksi dan informasi kepada publik. Analisis ini
dilakukan dengan membandingkan faktor eksternal perusahaan, yakni peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal perusahaan, yakni
kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Faktor – faktor strategi
eksternal dan internal dirumuskan bersama dengan PR Telkom melalui
wawancara mendalam, observasi di lapang, dan melihat berbagai data terkait yang
dimiliki perusahaan, seperti data stakeholders mapping dan sebaran media Jawa
Timur yang dikelola oleh PR Telkom.
Analisis Faktor Internal
Analisis Strength (Kekuatan)
Analisis strength (kekuatan) merupakan analisis faktor – faktor lingkungan
internal Telkom. Bagian ini terfokus pada analisis aktivitas PR Telkom dalam
memberikan aksi dan infromasi kepada publik. Aktivitas PR Telkom dalam
menyampaikan informasi kepada publik cukup beragam, yaitu:
a. Media relations dan media exposse merupakan aktivitas utama yang
menjadi kekuatan bagi Telkom dalam membentuk opini publik yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Pemberitaan di media, baik cetak
maupun elektronik dimaksudkan untuk memberikan edukasi kepada publik
tentang program – program, prestasi dan capaian, produk dan jasa, serta
kegiatan tanggung jawab sosial Telkom. Media adalah sarana yang kuat
pengaruhnya kepada berbagai kalangan publik dan mampu menjangkau
wilayah yang lebih luas daripada metode komunikasi konvensional.
b. Aktivitas Government Relations dimaksudkan sebagai cara untuk membina
hubungan baik dengan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pusat
yang memiliki keterkaitan dengan jangkauan kerja Telkom di seluruh
wilayah Indonesia. Saat ini Telkom diminta oleh pemerintah Indonesia
untuk mendukung MP3EI (Master Plan Percepatan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) melalui pengembangan teknologi dan komunikasi
untuk meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi Indonesia. Hubungan
yang baik dengan pemerintah merupakan suatu kekuatan bagi Telkom untuk
semakin mengembangkan bisnisnya dan memberikan kontribusi nyata untuk
Indonesia.
57
c. Aktivitas lainnya seperti event management juga dilakukan untuk
memberikan edukasi bagi khalayak luas. Bagi setiap kegiatan di luar kantor
yang diprakarsai oleh Telkom, peran PR adalah menyusun informasi –
informasi apa yang dapat dibawa pada kegiatan tersebut sebagai sarana
edukasi dan persuasi.
d. Customer education merupakan aksi yang dilakukan PR Telkom untuk
menyampaikan informasi kepada publik, biasanya berupa kegiatan company
visit atau seminar di lembaga – lembaga tertentu.
e. Aktivitas internal communications dilakukan untuk tetap menjaga kualitas
dan hubungan yang baik diantara karyawan dan para pimpinan Telkom.
Beberapa diantaranya adalah dengan aktif mengelola portal internal Telkom
yang berisi informasi dan juga kabar terkini seputar keluarga besar Telkom
Group serta menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh divisi yang ada.
Analisis Weaknesses (Kelemahan)
Analisis mengenai aspek weaknesses (kelemahan) merupakan analisis faktor
– faktor kelemahan internal Telkom. Beberapa kelemahan yang ditemukan di
lapang dan saat wawancara yaitu:
a. Kelemahan utama yaitu minimnya media komunikasi konvensional yang
digunakan untuk memberikan edukasi kepada khalayak luas. Penggunaan
media massa dinilai lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan
informasi seputar Telkom kepada khalayak karena dapat dilakukan dalam
waktu singkat serta menjangkau wilayah yang luas, terlebih lagi di era
kecanggihan teknologi informasi saat ini. Akan tetapi, tidak dapat
dipungkiri bahwa media konvensional masih dibutuhkan sebagai media
edukasi bagi kalangan tertentu, khususnya bagi yang tidak mengakses media
cetak ataupun tidak mampu mengakses internet karena faktor tertentu. Hal
ini juga harus dipikirkan oleh PR Telkom untuk lebih dapat mengefektifkan
aktivitas penyampaian pesan kepada publik perusahaan.
b. Frekuensi komunikasi yang jarang dengan publik tertentu juga berpengaruh
pada opini dari publik perusahaan. Publikasi seputar Telkom terkait
kegiatan atau program Telkom (non-produk) dirasa kurang, sehingga masih
ada bagian publik yang tidak terpapar informasi seputar Telkom yang
seharusnya dapat menjadi publik sasaran dari aktivitas atau program yang
bersangkutan.
c. Complain handling melalui media atau customer service dianggap
masyarakat kurang memuaskan. PR Telkom memiliki kewajiban untuk
memberikan penjelasan atau konfirmasi bagi komplain masyarakat di media.
Akan tetapi, apresiasi khalayak di media sangat sulit ditelusuri satu per satu
dan sangat mudah menyebar sehingga belum dapat dikontrol atau ditangani
secara maksimal oleh PR Telkom. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan
keterbatasan sumberdaya manusia di divisi Corporate Communiations
Telkom yang menangani khusus complain handling tersebut.
Lebih lanjut, beberapa kekuatan dan kelemahan Telkom yang telah
dijabarkan diatas disajikan dalam matriks faktor strategi internal disertai dengan
bobot dan ratingnya untuk mendapatkan penilaian dari setiap indikator yang
digunakan pada tabel 15 berikut.
58
Tabel 15 Faktor strategi internal (IFAS) Telkom
Indikator Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
Government Relations, dukungan pemerintah
terhadap Telkom untuk membangun
Indonesia lebih baik
0,15 4 0,60
Media Relations dan Media Exposse 0,15 3 0,45
Customer Education 0,05 3 0,15
Event management 0,15 4 0.60
Internal Communications dan integrasi
dengan berbagai divisi terkait
0,10 4 0,40
Kelemahan
Frekuensi komunikasi yang jarang dengan
publik, khususnya publik IndiPreneur
0,05 1 0,05
Kurangnya penggunaan media komunikasi
konvensional kepada segmen publik tertentu
0,15 1 0,15
Kurangnya publikasi tentang aktivitas
Telkom (non produk) yang dapat diikuti oleh
khalayak luas
0,10 1 0,10
Complain Handling 0,05 2 0,10
Minimnya personil Corporate
Communications Telkom yang menangani
non-media
0,05 3 0,15
Total 1,00 2,75
Analisis Faktor Eksternal
Analisis Threats (Ancaman)
Analisis mengenai faktor ancaman dalam instrumen SWOT ini adalah
analisis faktor – faktor lingkungan eksternal berupa ancaman terhadap Telkom
sebagai BUMN yang memiliki basis bisnis di bidang digital dan telekomunikasi.
Beberapa indikator yang dianggap sebagai ancaman bagi Telkom, yaitu:
a. Kemunculan berbagai penyedia jasa dan produk serupa di Indonesia
(kompetitor Telkom) serta waktu untuk mempersiapkan tantangan ASEAN
Economic Community bagi Telkom sehingga mampu membawa perusahaan
dan seluruh bagian di dalamnya ke dalam persaingan global. Kedua
indikator tersebut tidak dapat diacuhkan mengingat akan sangat berpengaruh
pada keberlangsungan bisnis Telkom dalam jangka waktu pendek maupun
panjang.
b. Kondisi pasar yang mudah dimasuki oleh produk luar yang masuk ke
Indonesia sebagai produk atau jasa subtitusi. Sudah jelas bahwa
keberadaanya memang menjadi ancaman, tidak hanya bisnis Telkom, akan
tetapi juga penyedia produk dan jasa lainnya sehingga mematikan
komoditas lokal yang seharusnya menjadi penguasa pasar di Indonesia.
c. Kondisi konsumen Indonesia yang beragam atau heterogen akan menjadi
ancaman yang cukup serius bila tidak ditangani dengan baik oleh
59
manajemen Telkom. Konsumen memiliki kebebasan untuk memilih produk
atau jasa yang akan digunakan, menyukai atau mengkritik apabila tidak puas
dengan produk atau jasa yang digunakan, dan berhak menyuarakan juga di
berbagai media. Kondisi tersebut jelas menimbulkan ketidakpastian bagi
pasar Telkom dan harus terus dikontrol agar konsumen menjadi loyal
dengan produk dan layanan Telkom. Konsumen yang tidak loyal juga
menjadi ancaman bagi Telkom karena dapat mengurangi angka penjualan
dan juga berpengaruh pada laba yang diperoleh (Tabel 21).
Analisis Opportunities (Peluang)
Analisis mengenai aspek peluang merupakan analisis faktor – faktor
peluang dari lingkungan eksternal Telkom yang dapat berkontribusi bagi
kelangsungan bisnis Telkom dalam jangka panjang. Beberapa peluang bagi
Telkom yaitu:
a. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat di era global saat
ini. Peluang ini adalah peluang terbesar bagi Telkom untuk
mengembangkan bisnisnya. Indikator tersebut menjadi peluang bagi Telkom
karena core busniness Telkom sebagai penyedia jasa dan layanan
komunikasi serta digital dan menuntut Telkom untuk semakin baik dalam
mengembangkan bisnisnya.
b. Peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia dan rencana pembangunan
wilayah Indonesia Timur. Keduanya memang tidak saling berkaitan secara
langsung, akan tetapi menjadi elemen penting yang perlu diperhatikan oleh
Telkom. Pembangunan wilayah Indonesia Timur saat ini sangat diharapkan,
baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat di wilayah tersebut. Telkom
dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk mengembangkan jaringan kerja
dan pembangunan fasilitas telekomunikasi sehingga wilayah Indonesia
Timur menjadi terdedah akses informasi dan komunikasi yang lebih baik.
Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat Indonesia juga mendukung bagi
pengembangan bisnis Telkom karena akan meningkatkan tingkat pemakaian
produk dan jasa telekomunikasi, terutama di era digital seperti saat ini
sehingga juga mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan bagi
Telkom. Telkom mencoba membangun network di seluruh wilayah
Indonesia, tidak hanya terpusat di Jawa dan Sumatera. Hal ini tentunya akan
memberikan peluang bisnis bagi Telkom untuk meningkatkan
produktifitasnya di sektor komunikasi dan informasi.
Lebih lanjut, beberapa ancaman dan peluang bagi Telkom yang telah
dijabarkan diatas disajikan dalam matriks faktor strategi eksternal disertai dengan
bobot dan ratingnya untuk mendapatkan penilaian dari setiap indikator yang
digunakan pada tabel 16 berikut.
60
Tabel 16 Faktor strategi eksternal (EFAS) Telkom
Indikator Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Ancaman
Kemunculan berbagai penyedia jasa dan
produk yang serupa di Indonesia
(kompetitor)
0,20 2 0,40
Konsumen yang sangat heterogen 0,15 2 0,30
Pasar persaingan dengan produk luar yang
masuk ke Indonesia
0,15 3 0,45
Waktu untuk menghadapi tantangan
ASEAN Economic Community, jadi harus
mempersiapkan agar dapat bersaing secara
global
0,20 2 0,40
Konsumen yang tidak loyal dengan jasa
dan layanan Telkom
0,05 4 0,20
Peluang
Perkembangan teknologi dan informasi
sesuai dengan core business Telkom
0,10 4 0,40
Peningkatan pendapatan masyarakat
Indonesia
0,05 4 0,20
Ketersambungan digital yang semakin
baik di masyarakat Telkom
membangun itu
0,02 3 0,06
Peningkatan pendapatan Telkom dari
pengembangan media digital
0,03 2 0,06
Pengembangan wilayah Indonesia Timur 0,05 3 0,15
Total 1,00 2,62
Susunan Formulasi Strategi
Matriks faktor strategi eksternal (EFAS) dan matriks faktor strategi internal
(IFAS) pada tabel 15 dan tabel 16 digunakan sebagai dasar dalam menyusun
formulasi strategi tepat yang disesuaikan dengan lingkungan eksternal dan internal
Telkom. Hasil pada tabel 16 menunjukkan skor total EFAS sebesar 2,62 dan 2,75
untuk skor total IFAS pada tabel 15. Perhitungan tersebut kemudian dianalisis
lebih lanjut menggunakan matriks internal-eksternal atau IE Matrix (Gambar 2)
sehingga didapatkan hasil bahwa strategi yang tepat untuk ditetapkan PR Telkom
dalam memberikan aksi dan informasi kepada publik adalah pertumbuhan atau
stabilisasi. Maksud dari pertumbuhan atau stabilisasi adalah keadaan dimana
strategi yang sebaiknya diambil adalah dengan melakukan diversifikasi
(pertumbuhan) atau stabilisasi dengan kecenderungan untuk mempertahankan
strategi – strategi yang selama ini diterapkan. Akan tetapi, untuk memperoleh
capaian yang lebih besar, Telkom sebaiknya melakukan strategi integrasi
horizontal, yaitu dengan cara memperluas kegiatan lini produk atau membangun
di lokasi lain yang tujuannya adalah meningkatkan jenis produk atau jasa. Salah
satunya rencana yang bisa dipercepat pelaksanaannya adalah pengembangan
61
Kekuatan (S)
0,88
Kelemahan (W) 1,65
kawasan Indonesia Timur dari segi pengembangan teknologi dan informasi
disertai dengan kegiatan – kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat setempat.
Gambar 13 berikut menunjukkan posisi kuadran SWOT dari Telkom. Posisi
Telkom ditunjukkan dari arsiran bergaris yang menunjukkan bahwa Telkom
berada di kuadran II. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, Telkom masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi.
Hasil perhitungan menunjukkan selisih total skor EFAS (Y) sebesar – 0,88
dan selisih total skor IFAS (X) sebesar 1,65.
Peluang (O)
Ancaman (T)
Gambar 13 Posisi kuadran SWOT Telkom
Pemilihan Alternatif Strategi dengan Matriks SWOT
Strategi Public Relations Strength – Opportunities (S-O)
Strategi S-O dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, dalam hal ini
adalah Telkom, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Terdapat beberapa alternatif formulasi
strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Memperluas jaringan kerjasama dengan lebih banyak media, baik cetak
maupun elektronik
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat saat ini menjadi
peluang bagi Telkom untuk semakin mengembangkan bisnisnya. PR
Telkom memang pada dasarnya telah memanfaatkan media massa sebagai
penyampai pesan kepada khalayak karena media adalah ujung tombak dari
segala aktivitas PR. Akan tetapi hal tersebut dirasa belum cukup karena
masih ada beberapa kalangan publik yang belum terjangkau. Kerjasama
yang lebih luas dengan media lokal, baik cetak atau elektronik, seperti
televisi atau radio lokal maupun nasional dan pembuatan milis atau grup
yang terbuka perlu dilakukan. Hubungan dengan media yang luas dan baik
dalam jangka panjang akan mampu membentuk reputasi Telkom yang lebih
62
baik lagi, membentuk persepsi khalayak, memengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional..
Apa yang sudah dilakukan oleh PR Telkom dalam menyampaikan informasi
kepada publik sudah efiesien namun tidak cukup efektif dalam membentuk
opini publik yang positif di beberapa kalangan. Penggunaan media internet
juga sangat diperlukan untuk menyentuh kalangan remaja dan dewasa yang
sudah terbiasa dengan penggunaan internet. Publikasi program dan produk
Telkom Group dapat dilakukan secara aktif melalui social media yang
tercatat memiliki pengguna yang sangat banyak di Indonesia.
2. Peningkatan hubungan kerjasama dengan pemerintah pusat atau daerah
daerah untuk mengembangkan daerah berbasis digital
Hubungan yang terjalin baik dengan pemerintah adalah suatu
keuntungan bagi Telkom untuk menjalankan bisnis dan kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan. Rencana Telkom dalam jangka panjang salah
satunya adalah dapat mengembangkan jaringan ke wilayah Indonesia Timur.
Hal ini juga selaras dengan keinginan pemerintah untuk melakukan
pemerataan pembangunan yang selama ini terpusat di Jawa, Bali, Sumatera.
PR Telkom harus mulai merancang atau menjalin hubungan dengan pihak
pemerintah untuk merealisasikan hal tersebut. Saat ini, Telkom juga
memiliki mega proyek Indonesia Digital Society yang juga bekerjasama
dengan pemerintah untuk pembangunan Indonesia berbasis digital agar
mampu bersaing di era global. Terlebih lagi dengan adanya keputusan untuk
dilaksanakannya pasar terbuka ASEAN 2015 mendatang. Jika tidak mau
tertinggal, sarana dan prasarana teknologi komunikasi informasi harus
segera diperbaiki dan dikembangkan sebagai salah satu usaha menghadapi
wacana tersebut.
Strategi Public Relations Weaknesses – Opportunities (W-O)
Strategi W-O diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkan kelemahan yang dimiliki. Terdapat beberapa alternatif
formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Meningkatkan jumlah publikasi di media, baik cetak maupun elektronik
Frekuensi publikasi di media cetak atau elektronik perlu ditingkatkan
karena dengan paparan media secara konsisten dan frekuensi yang tinggi
maka akan memberikan pengaruh pada persepsi dan opini khalayak
terhadap Telkom. Selama ini, aktivitas paparan di media dirasa kurang
cukup memberikan informasi kepada publik di segmen tertentu karena
frekuensi pemberitaan atau penyebaran informasi apapun seputar Telkom,
kegiatan, dan prestasinya masih kurang. Penyampaian secara kreatif di
media juga dapat dipertimbangkan oleh PR Telkom. Tidak hanya melalui
pemberitaan di koran dan artikel online, akan tetapi juga menggunakan
metode kreatif seperti pengadaan kuis berhadiah di media sosial untuk
menjangkau kalangan remaja dan dewasa awal yang sudah terpapar
teknologi dengan frekuensi tertentu dalam satu bulan. Penggunaan media
konvensional juga masih dibutuhkan untuk memberikan informasi yang
serupa bagi segmen publik menengah ke bawah dan belum terpapar
teknologi ataupun internet, seperti personal communication, selebaran, event
bulanan, dan sebagainya.
63
2. Menambah pengelolaan untuk penggunaan media konvensional
Penggunaan media massa cetak ataupun elektronik tidak selalu efektif
dalam menyampaikan pesan kepada publik. Ada beberapa publik tertentu
yang tidak terjangkau oleh media tersebut. Penggunaan media komunikasi
konvensional (secara langsung) masih tetap diperlukan untuk memberikan
edukasi kepada khalayak seputar program dan produk Telkom. Bagi
kalangan tertentu yang tidak dapat mengakses media cetak surat kabar,
internet, televisi, ataupun radio masih dapat terkena dampak penyampaian
informasi dengan menggunakan metode penyampaian secara langsung.
Misalnya, melakukan seminar dan pelatihan internet bagi siswa Sekolah
Dasar serta UMKM dengan frekuensi tertentu dalam satu bulan.
3. Menyampaikan informasi melalui kelompok bagi kalangan tertentu
Selama ini, kegiatan yang terkait dengan kelompok – kelompok
tertentu tidak diadakan oleh PR Telkom, akan tetapi secara langsung
dilakukan oleh bagian CDC atau Community Development Center. Akan
tetapi, PR Telkom juga harus menjalankan peranan ini untuk
mengembangkan kelompok – kelompok tertentu karena penyampaian
informasi melalui kelompok akan lebih efektif pada beberapa kasus.
Pengaruh kelompok dapat memengaruhi cara berpikir atau cara berperilaku
sesorang. Informasi seputar Telkom, baik program ataupun produk Telkom
Group dapat disampaikan melalui kelompok dengan berbagai metode,
seperti seminar, roadshow, sponsorship, kunjungan ke kampus atau sekolah
dengan menawarkan beragam manfaat dari produk dan layanan Telkom
kepada kelompok yang bersangkutan.
Strategi Public Relations Strength – Threats (S-T)
Strategi S-T dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan, dalam hal ini Telkom, untuk mengatasi ancaman. Terdapat beberapa
alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Mengaktifkan suara layanan konsumen di media cetak, elektronik, ataupun
secara langsung (media kontrol)
Lini produk dan jasa yang ditawarkan Telkom ataupun Telkom Group
sudah beragam dan memiliki pelanggan sekitar 147 juta jiwa tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi Telkom
untuk meningkatkan manfaat produk dan pelayanan primanya. Salah satu
pelayanan yang perlu ditingkatkan adalah layanan kritik dan saran dari
konsumen. Pelayanan yang baik dan tepat akan memberikan kepuasan bagi
pelanggan sehingga akan meningkatkan kesukaan terhadap Telkom. Selain
itu, dengan memberikan ruangan khusus untuk menyampaikan ide, kritik,
dan saran konsumen, seperti milis untuk media internet juga mampu
memberikan kontrol terhadap opini yang berkembang di benak publik.
Terutama internet memberikan ruang yang sangat luas bagi pengakses untuk
memberikan komentar, baik positif maupun negatif yang juga mampu
berdampak pada opini publik keseluruhan terhadap Telkom. Pelayanan
konsumen secara langsung yang ramah dan sesuai dengan kebutuhan
informasi pelanggan juga harus ditekankan kepada customer service Telkom
147 agar dapat meningkatkan kepuasannya.
64
2. Menyiapkan SDM dengan memberikan aksi dan infromasi terkait
perusahaan, sehingga membuat karyawan terlibat dan memiliki rasa
tanggung jawab dalam memuaskan konsumen, baik langsung ataupun tidak
langsung
Sumberdaya manusia profesional dan berkualitas merupakan salah
satu aset penting dalam mendukung keberhasilan perusahaan mencapai visi
dan misinya. PR Telkom juga harus dibekali dengan kemampuan
berkomunikasi yang baik. Terlebih untuk menghadapi era global saat ini dan
ASEAN Economic Community di tahun 2015 mendatang yang juga harus
dipersiapkan dengan matang untuk dapat bersaing dengan negara lain. Salah
satunya adalah dengen peningkatan kemampuan berbahasa asing, terutama
Bahasa Inggris. Selain itu, PR juga bertanggung jawab untuk meningkatkan
frekuensi dan kualitas edukasi kepada seluruh karyawan karena karyawan
juga merupakan agen penyampai informasi kepada khalayak luas.
3. Prinsip jemput bola untuk customer education
Kebutuhan informasi jutaan pelanggan Telkom yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia harus dilayani sebaik mungkin. Tidak hanya melalui
berbagai aktivitas pemberitaan di media dan layanan konsumen, akan tetapi
juga pelayanan informasi secara langsung. Beberapa cara yang dapat
dijadikan alternatif adalah dengan melakukan roadshow ke instansi –
instansi pendidikan ataupun pemerintah, event bulanan di titik – titik
tertentu di pusat kota, dan kerjasama dengan lembaga swadaya atau
kelompok tertentu untuk mengadakan pelatihan TIK yang difasilitasi oleh
Telkom dengan prinsip win – win solution. Hal ini akan memberikan
edukasi kepada publik dan secara tidak langsung akan memberikan efek
simpatik publik kepada Telkom.
Strategi Public Relations Weaknesses – Threats (W-T)
Strategi W-T didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Terdapat
beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Peningkatan pelayanan complain handling untuk memuaskan kebutuhan
konsumen akan informasi
Selama ini pelayanan complain handling dirasa kurang memuaskan
kebutuhan informasi pelanggan. Oleh karena itu, peningkatan pelayanan
tersebut harus ditingkatkan untuk memaksimalkan kinerja Telkom dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan di seluruh Indonesia. Pelayanan komplain
yang baik dan tepat akan memberikan kepuasan bagi pelanggan sehingga
akan meningkatkan kesukaan terhadap Telkom. Complain handling dapat
dilakukan dengan memberikan ruang khusus untuk menyampaikan ide,
kritik, dan saran konsumen, seperti milis untuk media internet juga mampu
memberikan kontrol terhadap opini yang berkembang di benak publik.
Internet memberikan ruang yang sangat luas bagi pengakses untuk
memberikan komentar, baik positif maupun negatif yang juga mampu
berdampak pada opini publik keseluruhan terhadap Telkom. Pelayanan
konsumen secara langsung yang ramah dan sesuai dengan kebutuhan
informasi pelanggan juga harus ditekankan kepada customer service Telkom
147.
65
Tabel 17 Matriks SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTH (S)
S1Government Relations
terpelihara dengan baik
S2 Media Relations dan
Media Exposse
S3 Customer Education
S4 Event management
S5 Internal
Communications dan
integrasi dengan
berbagai divisi terkait
WEAKNESSES (W)
W1 Frekuensi
komunikasi yang
jarang dengan publik
W2 Kurangnya
penggunaan media
komunikasi
konvensional
W3 Kurangnya publikasi
tentang aktivitas
Telkom (non
produk)
W4 Complain Handling
W5 Minimnya personil
Corporate
Communications
yang menangani
non-media
OPPORTUNITIES (O)
O1 Perkembangan teknologi
dan informasi
O2 Peningkatan pendapatan
masyarakat Indonesia
O3 Ketersambungan digital
yang makin baik di
masyarakat
O4 Peningkatan pendapatan
Telkom dari
pengembangan media
digital
O5 Pengembangan wilayah
Indonesia Timur
STRATEGI SO
Memperluas jaringan
kerjasama dengan lebih
banyak media, baik cetak
maupun elektronik
Peningkatan hubungan
kerjasama dengan
pemerintah pusat/daerah
daerah untuk
mengembangkan daerah
berbasis digital dengan
pelayanan dan konektifitas
terbaik
STRATEGI WO
Meningkatkan jumlah
publikasi di media, baik
ceta maupun elektronik
Menambah pengelolaan
untuk media
konvensional (secara
langsung) bagi kalangan
tertentu agar informasi
lebih merata
Menyampaikan
informasi melalui
kelompok bagi kalangan
tertentu
THREATS (T)
T1 Kemunculan jasa dan
produk yang serupa di
Indonesia (kompetitor)
T2 Konsumen yang sangat
heterogen
T3 Pasar persaingan dengan
produk luar
T4 Waktu untuk
menghadapi tantangan
AEC
T2 Konsumen yang tidak
loyal dengan jasa dan
layanan Telkom
STRATEGI ST
Mengaktifkan suara
layanan konsumen di media
cetak, elektronik, ataupun
secara langsung (media
kontrol)
Menyiapkan SDM dengan
memberikan aksi dan
infromasi terkait
perusahaan.
Prinsip jemput bola untuk
customer education
STRATEGI WT
Peningkatan pelayanan
complain handling untuk
memuaskan kebutuhan
konsumen akan
informasi, menggunakan
teknologi
66
PENUTUP
Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:
1. Strategi yang digunakan oleh PR Telkom dalam memberikan aksi dan
informasi dilakukan melalui beberapa pendekatan, yakni pendekatan
persuasif dan edukatif, pendekatan kerjasama, dan pendekatan koordinatif
dan integratif. Keseluruhan pendekatan itu direalisasikan juga dalam
berbagai aktivitas untuk menyampaikan pesan seputar Telkom kepada
publik yang terbagi pada dua aktivitas komunikasi, yakni internal
communications dan eksternal communications. Internal communications
adalah komunikasi, publikasi, dan sosialisasi untuk publik internal,
sedangkan external communications dilakukan kepada publik eksternal.
2. Ragam aktivitas penyampaian pesan oleh PR Telkom yang diketahui
responden masuk dalam kategori sedang, sedangkan frekuensi penyampaian
pesan dan penilaian terhadap kekuatan rancangan pesan tergolong rendah.
Hal ini dapat terjadi karena hampir sebagaian besar responden kurang
mengenal media lain selain sosialisasi dalam mengakses informasi seputar
IndiPrenuer Telkom. Opini publik terhadap Telkom termasuk pada kategori
positif.
3. Ragam aktivitas penyampaian pesan IndiPreneur berhubungan menurut
tingkatan cognition dan tidak berhubungan menurut tingkatan affect dan
behaviour. Frekuensi aktivitas berhubungan dengan tingkatan cognition dan
behaviour. Penilaian kekuatan rancangan pesan tidak memiliki hubungan
dengan ketiga elemen opini publik. Secara keseluruhan, variabel ragam dan
frekuensi aktivitas penyampaian pesan berhubungan opini publik.
4. Telkom menghadapi situasi dimana ancaman terhadap perusahaan cukup
besar, akan tetapi disisi lain juga memiliki kekuatan internal yang mampu
menghadapi ancaman tersebut. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
stabilisasi dengan kecenderungan untuk mempertahankan strategi – strategi
yang selama ini diterapkan atau diversifikasi dengan kecenderungan
peningkatan jenis aktivitas penyampaian pesan kepada publik yang
dilakukan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang
dapat menjadi masukan atau saran, diantaranya sebagai berikut:
1. Penggunaan media komunikasi konvensional oleh PR Telkom, disamping
juga tetap dilakukan pengembangan aktivitas penyampaian pesan melalui
kekuatan media supaya lebih efektif dan menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
2. Peningkatan frekuensi edukasi dan event untuk publik luas (jemput bola),
melalui roadshow, seminar, sponsorship, pelatihan kepada siswa/mahasiswa
67
dan UMKM yang dikoordinasikan dengan unit – unit terkait dalam waktu
tertentu.
3. Penggunaan media internet lebih diaktifkan, khususnya publikasi melalui
social media karena pengaruh dan penggunanya yang besar di Indonesia.
Pengadaan event atau kuis dengan frekuensi tertentu juga perlu untuk
meningkatkan minat pengguna internet mengakses informasi tentang
Telkom.
4. Hubungan baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk
pengembangan wilayah berbasis digital perlu ditingkatkan. Disamping akan
membawa keuntungan bisnis bagi Telkom, juga dapat membuktikan
kontribusi Telkom untuk Indonesia yang mampu bersaing di era global.
5. Mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional dan handal untuk
menghadapi era ASEAN Economic Community dengan pelatihan Bahasa
Inggris dan IT.
6. Pengelolaan yang lebih aktif, khususnya untuk aktivitas complain handling
di media sehingga mampu memberikan informasi yang lebih tepat, sesuai
dengan kebutuhan publik, dan menguntungkan semua pihak yang
berkepentingan.
7. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan menggunakan indikator serupa
dengan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang
lebih valid.
68
DAFTAR PUSTAKA
Cutlip SM, Center AH, Broom GM. 2000. Effevtive Public Relations: merancang
dan melaksanakan kegiatan kehumasan dengan sukses. (Alih bahasa dari
Bahasa Inggris oleh Pohan RVH). Jakarta(ID): PT Indeks Kelompok
Gramedia. 455 hal. [Judul asli: Effective Public Relations].
Effendy OU. 1999. Hubungan masyarakat suatu studi komunikologis.
Bandung(ID): PT Remaja Rosdakarya.
Jefkins F. 2002. Public Relations. (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Haris M).
Jakarta(ID): Erlangga. 440 hal. [Judul asli: Public Relations].
Kasali R. 1994. Manajemen Public Relations: konsep dan aplikasinya di
Indonesia. Jakarta(ID): Pusaka Utama Graviti. 265 hal.
Karadeniz M. 2009. The comparison of Public Relations and advertisement
activities In a successful marketing management, which one should be In
forefront. Jurnal. [internet]. [dikutip tanggal 10 november 2013]. Dapat
diunduh dari:
http://www.dho.edu.tr/enstitunet/dergi/04_mustafa_karadeniz.pdf.
[Kemendag] Kementrian Perdagangan. 2012. Laporan Kinerja 2012. [internet].
[dikutip tanggal 21 Oktober 2013]. Dapat diunduh dari:
http://www.kemendag.go.id/id/about-us/strategic-planning/laporan-kinerja-
2012.
Khadijah S. 2011. Strategi Public Relations dalam membangun citra perusahaan
(Studi deskriptif membangun hubungan baik dengan media dalam upaya
meningkatkan citra perusahaan). Jurnal. [internet]. [dikutip tanggal 5
November 2013]. Dapat diunduh dari: http://www.ejournal-
unisma.net/ojs/index.php/makna/article/view/399/367.
Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor(ID): IPB Press. 200 hal.
Muryanto. 2008. Perkembangan pengaturan pendirian Perseroan Terbatas (PT) di
Indonesia. [tesis]. [internet]. [dikutip tanggal 1 Maret 2014]. Semarang(ID):
Universitas Diponegoro. 127 hal. Dapat diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/18373/1/M_U_R_Y_A_N_T_O.pdf.
Novianti N. 2010. Strategi Public Relations dalam mempertahankan eksistensi
corporate image melalui opini publik (Studi kasus PT Indocement Tunggal
Pralarsa Tbk.). [skripsi]. [internet]. [dikutip tanggal 4 November 2013].
Bogor(ID). Institut Pertanian Bogor. 101 hal. Dapat diunduh dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/27293/I10nno.pdf?se
quence=12.
Putra KDC. 2008. Strategi Public Relation pariwisata Bali. Ilmu Komunikasi.
[internet]. [dikutip tanggal 21 Oktober 2013]. Dapat diunduh dari:
http://jurnal.uajy.ac.id/jik/files/2012/05/3.-Kadek-Dwi-Cahaya-Putra-41-
66.pdf.
Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT: Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta(ID):
Gramedia Pustaka Utama. 188 hal.
Ruslan R. 2000. Kiat dan strategi kampanye Public Relations. Jakarta(ID): PT
RajaGrafindo Persada. 128 hal.
Ruslan R. 2001. Manajemen humas & manajemen komunikasi (Konsepsi dan
aplikasi). Jakarta(ID): PT Raja Grafindo Persada. 336 hal.
69
Setiawan AB. 2013. Studi untuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk aktivitas dan strategi bisnis pada UMKM batik. [internet]. [dikutip
tanggal 2 Juli 2014]. Dapat diunduh dari:
http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/aptika-ikp/files/2013/02/STUDI-
UNTUK-PEMANFAATAN-TEKNOLOGI-INFORMASI-DAN-
KOMUNIKASI-UNTUK-AKTIVITAS-DAN-STRATEGI-BISNIS-PADA-
UMKM-BATIK.pdf.
Singarimbun M, Effendi S.1987. Metode penelitian survai. Yogyakarta(ID):
LP3ES.
Sodiqin A. 2009. Membangun visi dan misi instansi. Medik. [Internet]. [dikutip
tanggal 13 Mei 2014]. Dapat diunduh dari:
http://bdkjakarta.kemenag.go.id/file/media/2629forummembangunvisidanmi
siinstansi.pdf
Tami AI. 2013. Analisis strategi komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor. 131 hal.
[UU] Undang – Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Wasesa SA. 2010. Strategi Public Relations. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka
Utama. 414 hal.
70
Lampiran 1 Tampilan portal IndiPreneur Telkom www.smartbisnis.co.id
70
71
Lampiran 2 Press Release IndiPreneur Januari dan Mei 2014
71
72
PRESS RELEASE
1000 UKM Sidoarjo Siap Tembus Pasar Dunia
Baru......% UKM Sidoarjo Yang Tembus Pasar Dunia Bagian dari konsep Digital Society yang dipersembahkan oleh Telkom
Indonesia
Sidoarjo, 2 Mei 2013 – Sidoarjo yang selama ini dikenal sebagai Kota UKM akan makin maju
setelah Telkom Indonesia mengajak semua UKM di kota tersebut untuk meng-online kan bisnisnya di Portal
bisnis Telkom www.smartbisnis.co.id. Hari ini, bertempat di hall Sun Hotel Sidoarjo dalam acara bertajuk
IndiPreneur Fest 2013, tak kurang dari 500 UKM Sidoarjo akan dipandu Telkom untuk memasarkan
produknya menembus pasar global sehingga akan punya daya saing kompetitif dan mempertinggi daya saing
kota Sidoarjo.
Menurut General Manager Jatim Tengah Timur, Sujito, “Sampai akhir tahun ini, kami punya harapan
bisa mendidik 1000 UKM Sidoarjo untuk go global sehingga selain punya keunggulan kompetitif, mereka
akan jadi penggerak pertumbuhan perekonomian di Sidoarjo” Bukan hanya itu saja, setelah go global melalui
portal bisnis Telkom, Telkom memberikan akses internet dan berbagai aplikasi bisnis online seperti web
hosting, domain name dan e-commerce application secara gratis agar pelaku UMKM tidak harus terbebani
biaya yang tidak relevan. “Mereka hanya akan membayar ketika terjadi transaksi bisnis online dengan nilai
berkisar Rp100–Rp1.000,- per transaksi online” tambah Jito.
Melihat potensi jumlah UKM dan UMKM yang sangat besar di Sidoarjo, Jito optimis bahwa solusi
bisnis online yang diberikan oleh Telkom ini akan mampu menjadi daya dorong yang luar biasa bagi produk-
produk Sidoarjo untuk lebih dikenal di pasar global.
“Secara nasional, Telkom sudah mentargetkan tahun ini bisa meng-online tak kurang dari 100 ribu
UKM Indonesia,” tambah GM Industry Divisi Business Service, Ace. Diakui Ace, Indonesia masih memliki
jumlah enterpreneur yang kurang, padahal salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu bangsa adalah minim
2% jumlah penduduknya adalah entrepeneur. Saat ini, katanya, jumlah pelaku usahanya masih berkisar 1,5%,
sementara beberapa negara di Asia seperti Cina dan Jepang sudah 10% dan Singapore serta Malaysia berkisar
7%. Salah satu sebabnya, menurutnya, adanya ketertinggalan UKM-UKM Indonesia dalam memanfaatkan
teknologi informasi untuk mendukung kemajuan usahanya sehingga punya pasar yang lebih luas dan
mendunia.
Menyadari beberapa kelemahan bisnis UKM Indonesia di bidang pemanfaatan teknologi informasi,
dan kurangnya penguasaan teknik pemasaran online, Telkom juga menggandeng HIPSI (Himpunan
pengusaha Santri Indonesia) Sidoarjo untuk menjadi pendamping atau mentoring para pelaku bisnis UKM
Sidoarjo.
Sementara itu, ditemui di tempat yang sama, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan & ESDM Sidoarjo, Fenny Apridawati mengatakan bahwa dari......UKM di Sidoarjo,.hanya...%
diantaranya yang sudah online, dan …...UKM yang sudah go public dengan mengekspor produknya ke manca
negara. Angka ini dinilai Fenny masih lambat untuk mendongkrak perekonomian di Sidoarjo. “Kami butuh
enabler untuk mempercepat proses tersebut, dan itu disolusi Telkom dengan teknologi informasi, baik dari
sisi akses maupun konten dan aplikasinya”, kata Fenny.
Menurut Jito, pihaknya sudah menyediakan tak kurang dari......acceess point di …..lokasi sentra
UKM, dan …..lainnya dipasang di publik area Sidoarjo seperti taman kota, ….....
Saat ini, Sidoarjo dijuluki sebagai kota UKM se-Indonesia, lantaran dengan jumlah penduduk terpadat
kedua se Jatim setelah Surabaya, jumlah pelaku bisnis UKM di Sidoarjo merupakan terbanyak di Jawa Timur,
bahkan di Indonesia. Selama 3 tahun terakhir ini, Balan layanan Umum (BLU) memberikan predikat kepada
kota Sidoarjo sebagai kota UKM terbaik.
Lebih jauh lagi, usaha pemberdayaan UKM Indonesia melalui program IndiPreneur adalah bagian
dari program Indonesia Digital Society. Program Indiso ini akan berjalan sesuai dengan misinya untuk
meningkatkan e-literacy di Indonesia jika mendapat dukungan penuh dari Pemerintahan Kabupaten/Kota
setempat. Dalam implementasinya, berupa penyediaan akses informasi kecepatan tinggi (broadband access)
pada berbagai sektor yaitu : e-Government Sector, e-Public Sector, e-Economic Sector dan kebutuhan lokal
(pilihan) di masing masing daerah sesuai potensinya. Misal di Jogja memilih budaya/culture, Bali memilih
pariwisata/tourism, Bandung memilih kreatifitas digital/digital creative. “Dan karena potensi Sidoarjo yang
paling menonjol adalah UKM, maka Sidoarjo memilih UKM nya” tambah Ace.
73
Dalam Indiso, 3 mega project yg dijalankan oleh Telkom adalah IndiSchool, IndiPreneur dan
IndiFinance. “Terkait upaya Telkom menjadi pendamping Pemkab Sidoarjo dalam mewujudkan Sidoarjo
Digital Society, Indischools dan IndiPreneur adalah program yang sedang focus untuk kami garap disini
sesuai dengan potensi kotanya” tambah Jito mengakhiri press conference.
Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi :
Ivone Andayani
Public Relations Telkom Regional Jawa Timur
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tel. 62-31-70017000.
Atau 081 21 70 2121
email : ivone@telkom.co.id
fb : Ivone Andayani
@MyIvone
website: www.telkom.co.id
Note :
Dari data potensi UKM Indonesia tahun 2011 dan 2012 terjadi peningkatan jumlah pelaku bisnis UKM
sebagai berikut :
Jenis Usaha
2011
2012
Usaha Besar
69.791 78.410
Usaha Menengah
192.131 198.443
Usaha Kecil
4.485.316 4.690.298
Usaha Mikro
52.352.285 54.171.448
Total
57.029.732 59.138.599
Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk atau disingkat Telkom. Telkom adalah penyedia layanan
berbasis ICT (Information, Communication, Technology) terbesar dan terlengkap di Indonesia, mencakup
telepon tetap (fixed phone), telepon wireless (fixed wireless), telepon seluler, data dan internet, jaringan dan
interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaa. Saat ini Telkom telah memperluas
portofolio usahanya yang mencakup TIMES (telecommunication, information, media, edutainment, services).
Saham Telkom tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI : TLKM), dan menerbitkan American Depository
Shares yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE : TLK) dan London Stock Exchange (LSE :
TKIA)
74
Lampiran 3 Daftar pemuatan berita IndiPreneur via media online
News Release :
Tahun 2014, Telkom Fokus Penetrasi Pasar SME pada 3 bidang SOHO, Business Solution,
dan Digital Media
Pemuatan :
1. http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/soho-business-solution-dan-digital-media
2014, Telkom Fokus Penetrasi Pasar SME di 3 Bidang
SOHO, Business Solution, dan Digital Media
2. http://m.beritajatim.com/ekonomi/193747/2014,_telkom_fokus_penetrasi_pasar_sme_pada_3
_bidang_soho.html#.Ur0IHfuoDcI 2014, Telkom Fokus Penetrasi Pasar SME pada 3 Bidang SOHO
3. http://wartapedia.com/tekno/telko/operator/12552-telkom-kembangkan-program-pengelolaan-sentra-
umkm
TELKOM: Kembangkan Program Pengelolaan Sentra UMKM
4. http://www.siaga.co/news/2013/09/19/telkom-dukung-umkm-memperluas-sme-surabaya/ Telkom Dukung UMKM Memperluas SME Surabaya
5. http://www.wartamalut.com/2013/09/program-sme-surabaya-luar-biasa-bisa.html
Program SME Surabaya Luar Biasa Bisa
6. http://kabarbisnis.com/photo/284808
Telkom resmikan SME Surabaya Luar Biasa Bisa
7. http://koran-indonesia.com/2012/10/penetrasi-telkom-pelanggan-kecil-menengah-ditarget-capai-
8/#.Ur0IZPuoDcI
Penetrasi Telkom: Pelanggan Kecil Menengah Ditarget Capai 8%
8. http://www.merdeka.com/teknologi/telkom-bidik-rp-100-miliar-dari-3-segmen-pasar-ukm.html
Telkom bidik Rp 100 miliar dari 3 segmen pasar UKM
9. http://surabaya.tribunnews.com/2013/12/26/tahun-2014-telkom-ingin-gandeng-500-ribu-ukm
Tahun 2014, Telkom Ingin Gandeng 500 Ribu UKM
10. http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=2014-Ini-Langkah-Kuda-Telkom-di-Pasar-UKM
2014, Ini Langkah Kuda Telkom di Pasar UKM
11. http://ekbis.sindonews.com/read/2013/12/26/32/820940/tlkm-bidik-pendapatan-enterprise-dan-sme-
rp10-t
TLKM bidik pendapatan enterprise dan SME Rp10 T
News Release :
Telkom Pacu Pertumbuhan Bisnis ICT Awal 2014
Pemuatan :
1.Telkom: Bisnis UKM Tumbuh Rp 100 Miliar di 2014
http://inet.detik.com/read/2014/01/02/171131/2456941/328/telkom-bisnis-ukm-tumbuh-rp-100-
miliar-di-2014
2. Telkom Genjot Pertumbuhan IT Services
www.sindonews.com/.../2014/.../telkom-genjot-pertumbuhan-bisnis-it-services
3. Telkom Seriusi Layanan IT
http://m.jpnn.com/news.php?id=214225
4. 2014, Telkom Focus Bidik Segmen UKM
http://m.beritajatim.com/ekonomi/197048/2014,_telkom_fokus_bidik_segmen_ukm.html
5. Tiga Langkah Telkom kembangkan Layanan Bisnis
http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/01/30/tiga-langkah-telkom-kembangkan-layanan-bisnis
6. Telkom Pacu Bisnis IT Service di 2014
http://www.kabarindo.com/?act=single&no=33204
7. Siasat Telkom Genjot Bisnis Teknologi Informasi
http://indotelko.com/kanal_indepth?it=Siasat-Telkom-Genjot-Bisnis-Teknologi-Informasi
8. Telkom Pacu Bisnis Teknologi Informasi via UKM
http://wartaekonomi.co.id/berita23691/telkom-pacu-bisnis-teknologi-informasi-korporasiukm.html
9. Ini Dia Strategi Telkom Pacu Bisnis Layanan IT
http://industri.kontan.co.id/news/ini-dia-strategi-telkom-pacu-bisnis-layanan-it
10. Tiga Langkah Telkom Kembangkan Layanan Bisnis
75
http://id.berita.yahoo.com/tiga-langkah-telkom-kembangkan-layanan-bisnis-072602262--
finance.html
11. Telkom Pacu Bisnis Teknologi Informasi UKM
http://www.metrotvnews.com/tekno/read/2014/02/02/985/212692/Telkom-Pacu-Bisnis-Teknologi-
Informasi-UKM#.Uu8WNKvRy_w.gmail
News Release: Telkom Luncurkan SME Indonesia Bisa
Sidoarjo, 13 Januari 2014
Pemuatan :
1. http://www.merdeka.com/teknologi/telkom-luncurkan-program-baru-bernama-sme-
indonesia-bisa-sib.html
2. http://m.beritajatim.com/ekonomi/195425/telkom_luncurkan_sme_untuk_ukm_sidoarjo.html
3. http://surabaya.tribunnews.com/2014/01/13/telkom-garap-ict-untuk-sentra-ukm-di-sidoarjo
4. http://www.antarajatim.com/lihat/berita/124924/telkom-bangkitkan-wirausaha-melalui-sme-
indonesia-bisa
5. http://www.jpnn.com/read/2014/01/14/210738/Telkom-Incar-Rp-100-Miliar-dari-UKM-
6. http://www.republika.co.id/berita/trendtek/aplikasi/14/01/13/mzcho4-telkom-ict-permudah-
pelaku-usaha-ukm
7. http://www.kabarindo.com/?act=single&no=32791
8. http://kabarbisnis.com/photo/284996
9. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=342479
10. http://www.solopos.com/2014/01/14/telkom-targetkan-1-juta-ukm-481791
11. http://kabarbisnis.com/read/2844425
12. http://www.jurnaljakarta.com/berita-1309-telkom-luncurkan-sme-indonesia-bisa.html
13. http://portaljatim.com/index.php/ekonomi/item/1833-telkom-target-kelola-100-sentra-ukm-
se-indonesia
14. http://www.ciputranews.com/ekonomi-bisnis/telkom-dorong-pelaku-ukm-manfaatkan-ict
15. http://www.bumn.go.id/telkom/publikasi/berita/telkom-luncurkan-program-sme-indonesia-
bisa/
16. http://www.metrotvnews.com/tekno/read/2014/01/06/13/205574/Telkom-Mendukung-
Modernisasi-UKM-dengan-Luncurkan-SME-Indonesia-BISA
17. http://startupbisnis.com/belajar-bisnis-online-mewujudkan-ukm-indonesia-yang-maju-
mandiri-dan-modern-pada-program-ukm-indonesia-bisa-oleh-telkom/
18. http://www.gresnews.com/berita/advertorial/141961-telkom-menggarap-100-sentra-ukm-
melalui-program-sme-indonesia-bisa/
19. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/01/09/72240/modernisasi_ukm_telkom_l
uncurkan_sme_indonesia_bisa/
20. http://www.the-marketeers.com/archives/telkom-targetkan-500000-pelaku-ukm-gabung-
program-sme-indonesia-bisa.html
21. http://www.telkom.co.id/telkom-bangkitkan-inovasi-dan-semangat-wirausaha-melalui-sme-
indonesia-bisa.html
22. http://swa.co.id/technology/majukan-ukm-telkom-luncurkan-sme-indonesia-bisa
23. http://id.berita.yahoo.com/mewujudkan-sme-indonesia-yang-maju-mandiri-dan-modern-
014342057.html
24. http://www.smartbisnis.co.id/gallery/peluncuran-program-sme-indonesia-bisa
25. http://indotelco.com/2014/01/15/dir-ebis-luncurkan-program-sme-indonesia-bisa/
26. http://www.indonesiaheadlines.com/news/majukan-ukm-telkom-luncurkan-sme-indonesia-
bisa/
76
Lampiran 4 Hasil olahan data statistik
Hasil Korelasi Rank Spearman
Correlations
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Affect
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,097
Sig. (2-tailed) . ,608
N 30 30
Affect
Correlation Coefficient
,097 1,000
Sig. (2-tailed) ,608 .
N 30 30
Correlations
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Behavior
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,304
Sig. (2-tailed) . ,102
N 30 30
Behavior
Correlation Coefficient
,304 1,000
Sig. (2-tailed) ,102 .
N 30 30
Correlations
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Cognition
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,434*
Sig. (2-tailed) . ,017
N 30 30
Cognition
Correlation Coefficient
,434* 1,000
Sig. (2-tailed) ,017 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Pengetahuan ttg Frekuensi Aktivitas
Affect
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Frekuensi Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,195
Sig. (2-tailed) . ,302
N 30 30
Affect
Correlation Coefficient
,195 1,000
Sig. (2-tailed) ,302 .
N 30 30
77
Correlations
Pengetahuan ttg Frekuensi
Aktivitas
Cognition
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Frekuensi Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,500**
Sig. (2-tailed) . ,005
N 30 30
Cognition
Correlation Coefficient
,500** 1,000
Sig. (2-tailed) ,005 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Pengetahuan ttg Frekuensi
Aktivitas
Behavior
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Frekuensi Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,446*
Sig. (2-tailed) . ,014
N 30 30
Behavior
Correlation Coefficient
,446* 1,000
Sig. (2-tailed) ,014 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Penilaian ttg Kekuatan
Rancangan Pesan
Affect
Spearman's rho
Penilaian ttg Kekuatan Rancangan Pesan
Correlation Coefficient
1,000 ,202
Sig. (2-tailed) . ,285
N 30 30
Affect
Correlation Coefficient
,202 1,000
Sig. (2-tailed) ,285 .
N 30 30
Correlations
Penilaian ttg Kekuatan
Rancangan Pesan
Cognition
Spearman's rho
Penilaian ttg Kekuatan Rancangan Pesan
Correlation Coefficient
1,000 -,049
Sig. (2-tailed) . ,798
N 30 30
Cognition
Correlation Coefficient
-,049 1,000
Sig. (2-tailed) ,798 .
N 30 30
78
Correlations
Penilaian ttg Kekuatan
Rancangan Pesan
Behavior
Spearman's rho
Penilaian ttg Kekuatan Rancangan Pesan
Correlation Coefficient
1,000 -,296
Sig. (2-tailed) . ,112
N 30 30
Behavior
Correlation Coefficient
-,296 1,000
Sig. (2-tailed) ,112 .
N 30 30
Correlations
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Variabel Y
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Ragam Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,425*
Sig. (2-tailed) . ,019
N 30 30
Variabel Y
Correlation Coefficient
,425* 1,000
Sig. (2-tailed) ,019 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Pengetahuan ttg Frekuensi
Aktivitas
Variabel Y
Spearman's rho
Pengetahuan ttg Frekuensi Aktivitas
Correlation Coefficient
1,000 ,591**
Sig. (2-tailed) . ,001
N 30 30
Variabel Y
Correlation Coefficient
,591** 1,000
Sig. (2-tailed) ,001 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Variabel Y Penilaian ttg
Kekuatan Rancangan Pesan
Spearman's rho
Variabel Y
Correlation Coefficient
1,000 -,075
Sig. (2-tailed) . ,695
N 30 30
Penilaian ttg Kekuatan Rancangan Pesan
Correlation Coefficient
-,075 1,000
Sig. (2-tailed) ,695 .
N 30 30
79
Lampiran 5 Jadwal pelaksanaan penelitian
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Skripsi
Pengambilan
Data Lapang
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Draft Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
80
Lampiran 6 Kerangka sampling
NO Nama
Responden
UMKM Usia Alamat
1 NA Karsa motor 33 karangrejo sawah v/22
2 WJ Kosan 56 bentul 2/18
3 YT CV Balqis 59 wisma pagesangan iv/4
4 ES Kosan 61 jetis kulon 1/60
5 AA Toko Rommy 32 pagesangan 2/49
6 DS Oxy Stockhist 64 karangrejo 15/21
7 RE Paket
pernikahan
44 pagesangan timur jaya/27
8 DK Konter
Imanuel
27 alun alun bangun sari
9 NA Butik 49 gunung sari indah X14
10 NAI Warnet Melati 51 kendangsari gg SD inpres
no 05
11 EMY ATK, air
mineral
42 putat C barat VIII/42
12 AS Penerbitan
buku TK
58 wonokitri gg buntu 90F
13 BS Toko Virgo 51 gang menur 1/15
14 SSD Azzam cell 27 raya jeruk 124
15 MS Peracangan 43 banyu urip jaya 1/29
16 HR Potong kertas
struk
38 manyar sabrangan IXA
17 SI Sepatu 36 ketintang madya II/34
18 AF Fadil Jaya
Abadi
45 karangrejo XII/60
19 ES Sepatu 44 ketintang PTT IV/18A
20 CKD Baju tas sepatu
perempuan
38 jagalan 3/20
21 MD Bengkel 49 pulo wonokromo XI/22
22 MSW Nisa
Collection
55 jetis kulon IX/20
23 AH Citra muslim 44 darmokali tugu 41N
24 SWR Kosan 51 menur 2/65
25 DS Alas kaki 38 pekayon, sidoarjo
26 AA Sepatu 52 margoyoso 45
27 FAS Sepatu 45 manyar sabrangan V
28 EF Peracangan 44 menur 6/18
29 ADR Alas kaki 47 darmokali IV/23
30 HA Batik 43 dinoyo 23
81
RIWAYAT HIDUP
Lorensa Virgiana dilahirkan di Lumajang, Jawa Timur pada tanggal 31
Agustus 1991. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Rudik Anang
Bahtiar dan Ibu Kustiyawati. Penulis menempuh pendidikan formal sejak di TK
Bhayangkari pada tahun 1996. Pada tahun 1998 penulis menempuh pendidikan
formal di SD Ditotrunan 01 Lumajang sampai tahun 2000 hingga kemudian
pindah ke SD Dawuhan Situbondo. Kemudian penulis kembali ke Lumajang dan
melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 01 Lumajang selama 3 tahun. Setelah lulus
SMP pada tahun 2007, penulis melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 02 Lumajang
sampai tahun 2010. Pada bulan Februari 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI)
Aktivitas penulis selama di IPB tidak hanya di perkuliahan, tetapi juga di
organisasi. Penulis adalah anggota dari Divisi Public Relations HIMASIERA
(Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat) periode 2011-2012 dan melanjutkan ke periode satu tahun
kepengurusan berikutnya di divisi yang sama sebagai bendahara divisi Public
Relations HIMASIERA.
Berkaitan dengan aktivitas penulis di organisasi, penulis juga aktif di
beberapa kepanitiaan. Tahun 2012 penulis pernah menjabat sebagai anggota
Divisi Sponsorship Indonesian Ecology Expo 2012 dan ketua Divisi Sponsorship
pada tahun 2013, anggota Divisi Acara HIMASIERA CHARITY, anggota Divisi
Humas dan Sponsorship Masa Perkenalan Departemen (MPD), dan masih banyak
kepanitiaan lainnya.
.
79