Post on 20-Jul-2020
STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE DI MUARA SUNGAI
BAJULMATI, DESA GAJAHREJO, KECAMATAN GEDANGAN, KABUPATEN
MALANG, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
RABBANI IMADUDDIN AZIZ
NIM. 115080601111086
FAKULTAS PRIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
ii
STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE DI MUARA SUNGAI
BAJULMATI, DESA GAJAHREJO, KECAMATAN GEDANGAN, KABUPATEN
MALANG, JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
RABBANI IMADUDDIN AZIZ
NIM. 115080601111086
FAKULTAS PRIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
iii
SKRIPSI
STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE DI MUARA SUNGAI
BAJULMATI, DESA GAJAHREJO, KECAMATAN GEDANGAN, KABUPATEN
MALANG, JAWA TIMUR
Oleh:
Rabbani Imadudin Aziz
115080601111086
Telah dipertahankan di depan penguji
Pada Tanggal 23 November 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dosen Penguji I
(Oktiyas M. Luthfi ST., M.Sc)
NIP. 19791031 200801 1007
Tanggal:
Dosen Penguji II
(Andik Isdianto, S.T, M.T)
NIK. 201309820928100
Tanggal:
Dosen Pembimbing I
(Dr. H. Rudianto, MA)
NIP. 19570715 198603 1024
Tanggal:
Dosen Pembimbing II
(Dhira K. Saputra S. Kel, M. Sc)
NIK.2012018601151001
Tanggal:
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP
NIP. 19630608 198703 10013
Tanggal:
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rabbani Imaduddin Aziz
NIM : 115080601111086
Prodi : Ilmu Kelautan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan laporan skripsi ini
merupakan hasil karya sendiri. Sepanjang sepengtahuan saya belum pernah
terdapat tulisan seperti ini, pendapat atau bentuk lain yang telah diterbitkan oleh
orang lain kecuali tertulis dalam laporan di daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti ataupun terdapat bukti bahwa laporan skripsi
ini hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan yang saya
lakukan sesuai hukum yang berlaku.
Malang, 8 Agustus 2015
Rabbani Imaduddin Aziz
NIM. 115080601111086
v
LEMBAR UCAPAN TERIMAKASIH
Laporan Skripsi Mengenai Strategi Pengelolaan Ekowisata Mangrove di
Muara Sungai Bajulmati, Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten
Malang ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Perempuan paling cantik yang pernah dilahirkan bumi. Terimakasih banyak,
Ma. Sekarang anaknya sudah boleh bebas naik gunung ya.
2. Bapak, atas dukungan moril demi kelancaran proses pembelajaran selama
ini. Terima kasih sudah menjadi contoh laki-laki paling hebat bagi penulis.
3. Dinda, Satria, Dimas. Tanpa kalian, penulis hanya seorang pemuda yang
gemar keluyuran tanpa adanya pertanggung jawaban.Terimakasih untuk doa
dan inspirasinya.
4. Yangkung Yanguti Kramat Jati dan Yanguti Madiun. Terimakasih atas doa
dan dorongan kepada penulis dengan gemar sekali bertanya “Jadi bulan apa
wisudanya, Le?”
5. Bpk. Izhar, Ibu Leha, Cak Sis, Pak Nur, Dimas, Alex, Oki, Marcel, Pak
Marwan, Pak Ponidi, Kuper dkk, Adin, dan keluarga Bajulmati lainnya.
Terimakasih untuk waktu, tenaga, emosi, ilmu, dan apa-apa yang membantu
kelancaran penulis dalam penyelesaian tugas akhir.
6. Bpk. Dr. H. Rudianto, M.A sebagai Dosen Pembimbing 1 dan Bpk. Dhira
Kurniawan Saputra, S.Kel, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing 2 untuk waktu,
tenaga, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman Asrama Perjuangan: Dimas, Ajis, Icang, Botak, Deri, Kici,
Bang Ryan, Shod, Firman, Om Ilwan, Om Minollah, dan Om-om lain yang
datang silih berganti. Terimakasih untuk semua motivasi dan relaksasi yang
diberikan kepada penulis.
8. Chacha dan Samsul, terimakasih sudah mau-maunya meminjamkan laptop
demi kelancaran penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.
vi
9. Kawan-kawan Crocogeners dan The Bapers: Desty, Armyn, Hilya, Mutiara,
Syifa, Nadya, Tambah, Oji. Terimakasih atas motivasi dan dorongan kepada
penulis dengan perkataan “Lulusnya bareng aja ya, Kak”. Jujur, itu sangat
membantu, adik-adik junior.
10. Segenap rekan-rekan dalam perkumpulan Lak-laki Purna Ganteng (La
Purga): Yusran, Dani, Mandor, Ian, Saga, Dukun, Farid, Pepi, Riza, Arif
bewok, Arif garuk-garuk, Ibnu. Terimakasih untuk relaksasi dan semangat
yang diberikan kepada penulis. Terimakasih juga telah mengubah penulis
dari mahasiswa kupu-kupu menjadi mahasiswa kupu-kupu malam.
11. Teman-teman Magelhaens (IK 2011) dan seputaran Korbar: Yunan, Danang,
Aay, Yusak, Daus, Dimas, Bagas, Fazi, Fauzul, Moko, Ina, Reja Mbah,
Fakmi, Fahmi, Gadang, Anjas, Dito, Yosev, Bang Sonta, Bang Iqbal, dan
lainnya yang banyak. Terimakasih atas dukungan, ilmu, dan relaksasi yang
diberikan kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu. Terimakasih
banyak.
Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, 8 Desember 2015
Penulis
vii
RINGKASAN
Rabbani Imaduddin Aziz. Strategi Pengelolaan Ekowisata Mangrove di Muara Sungai Bajulmati, Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang,Jawa Timur. (Di bawah bimbingan H. Rudianto dan Dhira Kurniawan Saputra)
Malang memiliki beberapa pantai yang berpotensi untuk dijadikan kawasan
ekowisata. Selain Pantai Balekambang dan Sendang Biru yang menjadi titik utama, Malang juga memiliki pantai-pantai alami yang tak kalah berpotensi,salah satunya yaitu Muara Sungai Bajulmati, terutama di bagian muara yang dipenuhi dengan mangrove menuju sampai wilayah pantainya.
Wilayah tersebut merupakan wilayah dengan karakteristik yang menarik. Oleh karena itu, penduduk setempat sudah menunjukkan perhatian akan kawasan tersebut, salah satunya dengan membuka wilayah tersebut sebagai kawasan ekowisata dan menyediakan atraksi berupa berkano di sepanjang sungai hingga muara dan wilayah pantai.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi ekowisata mangrove di muara sungai Bajulmati, menghitung nilai Daya Dukung Kawasan diarea tersebut, dan merumuskan strategi bagi pengelolaan ekowisata tersebut.
Pengambilan data dilakukan secara primer dan sekunder menggunakan metode observasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan beberapa metode di antaranya Identifikasi Potensi, Analisis Daya Dukung Kawasan, dan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread).
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya Laporan Skripsi yang berjudul “Strategi Pengelolaan
Ekowisata Mangrove di Muara Sungai Bajulmati, Desa Gajahrejo, Kecamatan
Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur ” dapat terselesaikan. Dalam laporan
ini disajikan beberapa pokok bahasan yang membahas mengenai potensi Muara
Sungai Bajulmati dan berbagai pendukungnya untuk kemudian bisa dijadikan
ekowisata mangrove. Segala kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa dan
sangat disadari bahwa penulis masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan,
maka diharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki laporan ini. Semoga
laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................................. iv
LEMBAR UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................... v
RINGKASAN .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 15
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 15
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 16
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 17
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 17
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 18
2.1 Mangrove ...................................................................................................... 18
2.1.1 Pengertian Mangrove .............................................................................. 18
2.1.2 Jenis-Jenis Mangrove ............................................................................. 18
2.1.3 Fauna di Habitat Mangrove ..................................................................... 19
2.1.4 Karakteristik Ekosistem Mangrove .......................................................... 19
2.1.5 Zonasi Penyebaran Mangrove ................................................................ 20
2.1.6 Fungsi Ekosistem Mangrove ................................................................... 20
2.1.7 Mangrove Asosiasi.................................................................................. 21
2.2 Ekowisata ...................................................................................................... 21
2.2.1 Pengertian Ekowisata ............................................................................. 21
2.2.2 Pengertian Ekowisata Bahari .................................................................. 22
2.2.3 Prinsip Ekowisata ................................................................................... 22
2.2.4 Kriteria Ekowisata ................................................................................... 24
3. METODOLOGI PENELITIAN SKRIPSI .............................................................. 26
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 26
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................. 26
3.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 28
3.4 Jenis Pengumpulan Data .............................................................................. 28
x
3.4.1 Data Primer............................................................................................. 29
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................................ 30
3.5 Metode Pengambilan Data ............................................................................ 32
3.5.1 Penentuan Lokasi Pengamatan Ekosistem Mangrove ............................ 32
3.5.2 Metode Pengamatan Ekosistem Mangrove ............................................. 32
3.5.3 Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat .................................... 34
3.5.4 Metode Pengambilan Data Persepsi Pengunjung ................................... 35
3.5.5 Metode Pengambilan Data Persepsi Pengelola ...................................... 35
3.6 Metode Analisis Data .................................................................................... 36
3.6.1 Analisis Identifikasi dan Kelayakan Potensi ............................................ 36
3.6.2 Analisis Daya Dukung Kawasan ............................................................. 36
3.6.3 Analisis Perencanaan Strategi Pengelolaan ........................................... 37
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 39
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................................. 39
4.1.1 Letak dan Luas ........................................................................................... 39
4.1.2 Luas Total Area Mangrove ...................................................................... 39
4.1.3 Batas Zona Pemanfaatan Ekosistem Mangrove ..................................... 41
4.1.4 Aksesbilitas ............................................................................................. 41
4.1.5 Kondisi Geofisik ...................................................................................... 42
4.2 Profil Pengelola ............................................................................................. 42
4.3 Kondisi Sosial ................................................................................................ 43
4.3.1 Karakteristik Masyarakat ......................................................................... 44
4.3.2 Pemahaman dan Persepsi Masyarakat ................................................... 46
4.3.3 Karakteristik Usia Pengunjung ................................................................ 47
4.3.4 Karakteristik Profesi Pengunjung ............................................................ 48
4.3.5 Pemahaman dan Persepsi Pengunjung .................................................. 49
4.4 Isu-Isu Sosial yang Berkembang ................................................................... 50
4.5 Ekosistem Mangrove ..................................................................................... 51
4.5.1 Kondisi Fisik Lingkungan Mangrove ........................................................ 51
4.5.2 Potensi Sumberdaya Hayati dan Non Hayati .......................................... 53
4.6 Kecocokan Kawasan Muara Sungai Bajulmati sebagai Ekowisata ................ 58
4.7 Daya Dukung Kawasan Ekowisata ................................................................ 59
4.8 Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata ........................................... 60
4.8.1 Analisis Faktor Internal (IFAS) ................................................................ 61
4.8.2 Analisis Faktor Eksternal (EFAS) ............................................................ 62
xi
4.8.3 Matriks Skor IFAS dan EFAS ................................................................. 63
4.8.4 Matriks SWOT ........................................................................................ 66
4.8.5 Alternatif Strategi .................................................................................... 67
4.8.6 Implementasi Alternatif Strategi Pengelolaan .......................................... 68
4.9 Kalender Atraksi Ekowisata Muara Sungai Bajulmati .................................... 70
5. KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 72
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 72
5.2 Saran ............................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 73
LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan untuk Wawancara........................................... 76
LAMPIRAN 2. Lembar Perhitungan ..................................................................... 86
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria Ekowisata ...................................................................................... 24
Tabel 2 Alat Penelitian ............................................................................................ 27
Tabel 3 Bahan Penelitian ........................................................................................ 27
Tabel 4 Jenis dan Komposisi Data .......................................................................... 31
Tabel 5 Matriks IFAS .............................................................................................. 37
Tabel 6 Matriks EFAS ............................................................................................. 38
Tabel 7 Matriks Analisis SWOT .............................................................................. 38
Tabel 8 Daftar Nama Pengurus Lembaga Harapan Bajulmati ................................. 43
Tabel 9 Kondisi Kualitas Lingkungan ...................................................................... 52
Tabel 10 Jenis Tekanan dan Dampak bagi Ekosistem Mangrove .......................... 52
Tabel 11 Nilai Kerapatan Mangrove di Setiap Stasiun ............................................ 54
Tabel 12 Nilai Dominansi di Setiap Stasiun ............................................................. 55
Tabel 13 Fauna yang Berada di Kawsan Ekowisata Muara Sungai Bajulmati ......... 57
Tabel 14 Kecocokan Ekowisata di Kawasan Muara Sungai Bajulmati .................... 58
Tabel 15 Nilai DDK ................................................................................................. 60
Tabel 16 Identifikasi Faktor-faktor SWOT ............................................................... 61
Tabel 17 Hasil Skor IFAS ........................................................................................ 63
Tabel 18 Hasil Perhitungan EFAS .......................................................................... 64
Tabel 19 Matriks SWOT .......................................................................................... 66
Tabel 20 Skala Prioritas Alternatif Strategi .............................................................. 67
Tabel 21 Naturalist Calendar Catalogue ................................................................. 70
Tabel 22 Atraksi yang Diusulkan ............................................................................. 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 26
Gambar 2 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 28
Gambar 3 Transek Kuadran ................................................................................... 33
Gambar 4 Total Luasan Mangrove ......................................................................... 40
Gambar 5 Batas Zona Ekowisata Mangrove ........................................................... 41
Gambar 6 Karakteristik Usia Masyarakat ................................................................ 45
Gambar 7 Karakteristik Pendidikan Masyarakat ..................................................... 46
Gambar 8 Persepsi Masyarakat tentang Ekowisata ................................................ 47
Gambar 9 Karakteristik Usia Pengunjung ............................................................... 48
Gambar 10 Karakteristik Profesi Pengunjung ......................................................... 49
Gambar 11 Persepsi Pengunjung tentang Ekowisata ............................................. 50
Gambar 12 (A) Brugueira gymnorhiza dan (B) Nypa frutican .................................. 56
Gambar 13 Kuadran SWOT .................................................................................... 65
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan untuk Wawancara .............................................. 76
LAMPIRAN 2. Lembar Perhitungan ...................................................................... ..86
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu aspek penting untuk membangun ekonomi
sekarang ini, khususnya wilayah bahari, pada wilayah ini pariwisata jelas merupakan
sebagai lahan pendapatan ekonomi masyarakat lokal. Menurut Wahab (1975) dalam
Mawardi (2003), Pariwisata merupakan jalan alternatif baru bagi masyarakat untuk
mempercepat kenaikan taraf ekonomi mereka. Selain itu, pariwisata merupakan
perangsang bagi usaha-usaha produktif lainnya yang semua itu akan berdampak
pada kenaikan taraf hidup masyarakat. Namun, pariwisata yang sistem pengelolaan
dan pengembangannya tidak sesuai dapat menimbulkan kerusakan bagi alam.
Konsep ekowisata dinilai cocok untuk dikembangkan di Indonesia dengan
beberapa alasan yang melandasinya, diantaranya Indonesia kaya akan
keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya. Sumber daya alam dan budaya
merupakan titik utama dari konsep ekowisata. Pengembangan ekowisata menitik
beratkan pada pelibatan masyarakat, hal ini sesuai dengan karakter demografi dari
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar. Indonesia dengan potensi alam
dan budaya yang ada serta sumber daya manusiayang besar, seharusnya mampu
bersaing dan menjadi primadona pengembangan ekowisata di tingkat regional. Pada
masa mendatang, konsep ekowisata diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif
jawaban bagi upaya untuk memelihara lingkungan dan sekaligus meningkatkan
ekonomi daerah-daerah yang ada dan berpotensi sebagai ekowisata di Indonesia.
Menurut Feller dalam Samantha Jones (2005), ekowisata merupakan
perjalanan menuju kawasan yang masih alami, tidak terjamah, dan tidak
terkontaminasi, dengan tujuan untuk mengkaji, mengagumi, atau menikmati
pemandangan, hewan-hewan, tumbuhan, serta budaya-budaya yang ditemukan di
kawasan tersebut. Sedangkan menurut Honey (1999) Ekowisata merupakan
perjalanan menuju daerah yang masih asli, rawan kerusakan, dan biasanya
dilindungi agar segala kerusakan yang terjadi hanya berdampak rendah bagi
kawasan tersebut. Ekowisata juga membantu untuk mendidik wisatawan,
16
menyediakan dana bagi upaya konservasi, dan juga sekaligus membantu bagi
perkembangan ekonomi masyarakat lokal.
Malang memiliki beberapa pantai yang berpotensi untuk dijadikan kawasan
ekowisata. Selain Pantai Balekambang dan Sendang Biru yang menjadi titik utama,
Malang juga memiliki pantai-pantai alami yang tak kalah berpotensi,salah satunya
yaitu Muara Sungai Bajulmati, terutama di bagian muara yang dipenuhi dengan
mangrove menuju sampai wilayah pantainya. Wilayah tersebut merupakan wilayah
dengan karakteristik yang menarik. Oleh karena itu, penduduk setempat sudah
menunjukkan perhatian akan kawasan tersebut, salah satunya dengan membuka
wilayah tersebut sebagai kawasan ekowisata dan menyediakan atraksi berupa
berkano di sepanjang sungai hingga muara dan wilayah pantai.
Selain itu, masyarakat setempat juga menunjukkan kepedulian akan
ekosistem mangrove yang ada di kawasan tersebut, yaitu dengan cara pembersihan
sampah dan penanaman mangrove di sepanjang sungai sampai muara secara rutin.
Namun demikian, pengelolaan di kawasan tersebut masih sangat kurang, hal ini
ditunjukkan dengan kapabilitas SDM pengelola yang masih minim. Hal ini
merupakan akar utama permasalahan yang sering kali dihadapi oleh masyarakat
setempat sebagai pengelola kawasan ini. Masalah ini disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya tingkat pendidikan dan taraf ekonomi masyarakat sekitar yang
masih rendah. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai strategi pengelolaan
ekowisata agar wilayah ini dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tentunya
dengan konsep ekowisata agar sumberdaya alam yang ada tetap sustainable dan
lestari.
1.2 Perumusan Masalah
Muara Sungai Bajulmati merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk
dijadikan ekowisata. Namun demikian, ada beberapa kendala terkait dengan
pengelolaan di kawasan tersebut. Oleh sebab itu, penyusunan strategi pengelolaan
perlu dilakukan agar dapat memberikan suatu rekomendasi strategi untuk
mengembangkan ekowisata di daerah ini. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat
dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah potensi ekowisata mangrove di Muara Sungai Bajulmati?
17
2. Bagaimanakah daya dukung kawasan untuk ekowisata mangrove Muara
Sungai Bajulmati?
3. Apa saja strategi yang dihasilkan dari penelitian ini?
1.3 Tujuan
Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi
strategi untuk pengembangan ekowisata di Muara Sungai Bajulmati. Secara rinci
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi dan kesesuaian ekosistem mangrove di daerah
muara Sungai Bajulmati untuk ekowisata secara berkelanjutan.
2. Menghitung nilai daya dukung kawasan untuk ekowisata mangrove
Muara Sungai Bajulmati.
3. Memberikan rekomendasi strategi pengelolaan ekowisata di Muara
Sungai Bajulmati.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai informasi bagi beberapa pihak dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan
potensi ekosistem mangrove sebagai objek wisata dengan tetap memperhatikan
aspek-aspek pendidikan, pelestarian, dan peningkatan nilai estetika. Secara rinci,
berikut adalah manfaat dari penelitian ini:
1. Untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini dipergunakan sebagai informasi bagi kelembagaan
formal dan non formal untuk penyusunan program keterlibatan
masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan ekosistem mangrove.
2. Untuk Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan
kemampuan untuk menganalisis data serta memahami permasalahan
yang ada dan menemukan solusinya dengan cara memadukan teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
18
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mangrove
2.1.1 Pengertian Mangrove
Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugis) dan grove (English).
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Mangrove adalah sejenis pohon, semak,
atau pakis, secara umum mempunyai ukuran setinggi satu sampai satu setengah
meter. Normalnya mangrove tumbuh di atas rata-rata muka air laut di zona pasang
surut dan kawasan muara (Mangrovewatch, 2015).
Bengen (2001) menjelaskan bahwa hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang surut, tepatnya
daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat
kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut. Hutan
mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah tropis &
sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah pasang surut
pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik.
2.1.2 Jenis-Jenis Mangrove
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44
jenis epifit dan1 jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis
pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true
mangrove), sementara jenis lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai
jenis mangrove asosiasi. Saenger, dkk (1983) mencatat ada 60 jenis tumbuhan
mangrove sejati di seluruh dunia. Dengan demikian terlihat bahwa Indonesia
memiliki keragaman jenis yang tinggi.
Soemodihardjo (1993) dalam Noor (1999) menjelaskan bahwa di Indonesia
terdapat 15 keluarga, 18 genera, 41 spesies mangrove sejati dan 116 spesies
asosiasi mangrove. Di Bali dan Lombok ditemukan 29 spesies mangrove sejati.
Berdasarkan teknologi penginderaan jauh, luas hutan mangrove di dunia kurang
19
lebih 18.108.770 ha (ISME, 1997). Data lain yang berasal dari IUCN pada tahun
1983 menyebutkan bahwa luas hutan mangrove adalah 16.881.000 ha, meskipun
data ini tidak mencakup semua Negara di dunia.
2.1.3 Fauna di Habitat Mangrove
Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di antara akar dan
lumpur sekitarnya. Walaupun banyak hewan yang tinggal sepanjang tahun, habitat
mangrove penting pula untuk pengunjung yang hanya sementara waktu saja, seperti
burung yang menggunakan dahan mangrove untuk bertengger atau membuat
sarangnya tetapi mencari makan di bagian daratan yang lebih ke dalam, jauh dari
daerah habitat mangrove. Kelompok hewan arboreal yang hidup di atas daratan
seperti serangga, ular pohon, primata dan burung yang tidak sepanjang
hidupnyaberada di habitat mangrove, tidak perlu beradaptasi dengan kondisi pasang
surut (Nybakken 1993 dalam Mawardi, 2006).
Kelompok lain yang bukan hewan arboreal adalah hewan-hewan yang
hidupnya menempati daerah dengan substrat yang keras (tanah) atau akar
mangrove maupun pada substrat yang lunak (lumpur). Kelompok ini antara lain
adalah jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan dan golongan invertebrata lainnya.
Kelompok lainnya lagi adalah yang selalu hidup dalam kolom air laut seperti macam-
macam ikan dan udang (Irwanto, 2006).
2.1.4 Karakteristik Ekosistem Mangrove
Mangrove adalah tumbuhan khas daerah tropis yang hidup pada temperatur
dari 19° sampai 40° C dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari10° C. Berbagai jenis
mangrove yang tumbuh di bibir pantai dan menjorok ke zona air laut, merupakan
suatu ekosistem yang khas, karena bertahan hidup di dua zona transisi antara
daratan dan lautan, sementara tanaman lain tidak mampu bertahan. Kumpulan
berbagai jenis pohon yang seolah menjadi garda depan garis pantai yang secara
kolektif disebut hutan mangrove. Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada
berbagai organisme lain baik hewan darat maupun hewan air untuk bermukim dan
berkembang biak (Bengen, 2001).
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan
fauna pantai, hidup sekaligus di dua habitat, yaitu daratan dan air laut, antara batas
20
air pasang dan surut. Mangrove berperan dalam melindungi garis pantai dari erosi,
gelombang laut dan angin topan. Tanaman mangrove berperan juga sebagai perisai
alam dan menstabilkan tanah dengan menangkap dan memerangkap endapan
material dari darat yang terbawa air sungai dan yang kemudian terbawa ke tengah
laut oleh arus. Hutan mangrove tumbuh subur dan luas di daerah delta dan aliran
sungai yang besar dengan muara yang lebar. Hutan mangrove mempunyai toleransi
besar terhadap kadar garam dan dapat tumbuh di daratan bersalinitas tinggi di mana
tanaman biasa tidak dapat tumbuh (Irwanto, 2006).
2.1.5 Zonasi Penyebaran Mangrove
Menurut Bengen (1999), kondisi tanah mempunyai kontribusi besar dalam
membentuk zonasi penyebaran tanaman dan hewan seperti perbedaan spesies
kepiting pada kondisi tanah yang berbeda. Api-api dan pedada tumbuh sesuai di
zona berpasir, mangrove cocok di tanah lembek berlumpur dan kaya humus
sedangkan jenis tancang menyukai tanah lempung dengan sedikit bahan organik.
Keadaan morfologi tanaman, daya apung dan cara penyebaran bibitnya serta
persaingan antar spesies, merupakan faktor lain dalam penentuan zonasi ini.
Formasi hutan mangrove yang terbentuk di kawasan mangrove biasanya didahului
oleh jenis pohon pedada dan api-api sebagai pionir yang memagari daratan dari
kondisi laut dan angin.
Umumnya di perbatasan daerah laut didominasi jenis mangrove pionir
Avicennia sp. dan Sonneratia sp.,sedangkan di pinggiran atau bantaran muara
sungai ditumbuhi oleh Rhizophora sp.. Di belakang zona ini merupakan zona
campuran jenis mangrove seperti Rhizophora sp., Sonneratia sp., Bruguiera sp., dan
jenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove seperti tingi (Ceriops sp,) dan
panggang (Excoecaria sp.). Di sepanjang sungai di bagian muara biasanya dijumpai
pohon nipah (Nypa fruticans) (Feller, 1996).
2.1.6 Fungsi Ekosistem Mangrove
Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak
langsung (non economic values) maupun secara langsung kepada kehidupan
manusia (economic values), di antaranya ialah menstabilkan pantai, tumbuhan
pionir, penyaring polutan, obat-obatan, dan sarana rekreasi (Sitnik, 1996).
21
Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah
adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks, rapat, lebat dan dapat
memerangkap sisa-sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari
bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan
demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang.
Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena
endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan
kesempatan bagi tumbuhan terrestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan.
Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar
yang hanyut dan terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat
berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun
waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri. (Feller,
1996)
2.1.7 Mangrove Asosiasi
Mangrove asosiasi adalah tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, yang
tidak ditemukan secara eksklusif di hutan mangrove dan hanya merupakan vegetasi
transisi ke daratan atau lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove.
Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan hutan pantai atau
komunitas pantai dan disebarkan oleh arus laut. Tumbuhan ini tahan terhadap
salinitas, seperti Terminalia, Hibiscus, Thespesia, Calophyllum, Ficus, Casuarina,
beberapa polong, serta semak Aslepiadaceae dan Apocynaceae. Ke arah tepi laut
tumbuh Ipomoea pes-caprae, Sesuvium portucalastrum dan Salicornia
arthrocnemum mengikat pasir pantai. Spesies seperti Porteresia (=Oryza)
coarctata toleran terhadap berbagai tingkat salinitas. Ke arah darat terdapat kelapa
(Cocos nucifera), sagu (Metroxylon sagu), Dalbergia, Pandanus, Hibiscus tiliaceus
dan lain-lain (Setiawan et al, 2002)
2.2 Ekowisata
2.2.1 Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu usaha yang memprioritaskan berbagai
produk-produk pariwisata berdasarkan sumberdaya alam, pengelolaan ekowisata
22
untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan hidup, pendidikan yang
berasaskan lingkungan hidup, sumbangan kepada kegiatan konservasi
danmeningkatkan kesejahteraan untuk masyarakat lokal (World Tourism
Organization, 2002).
Menurut The International Ecotourism Society (2002) mendefinisikan
ekowisata sebagai perjalanan ke lokasi alam yang bertujuan untuk melestarikan
lingkungan danmenyejahterakan masyarakat lokal. Dari definisi ini, disebutkan
bahwa ekowisata merupakan perjalanan wisata yang berlokasi di alam bebas yang
mana dalam aktivitasnya sangat tergantung kepada alam, sehingga lingkungan,
ekosistem, dan kerifan-kearifan lokal yang ada di dalamnya harus dilestarikan
keberadaanya agar terciptanya suatu keberlanjutan ekologi. Sedangkan menurut
Rainforest Alliance (2005), ekowisata merupakan pariwisata berkelanjutan yang
menekankan kepada upaya konservasi alam serta member kemakmuran ekonomi
bagi masyarakat lokal.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang
alami maupun buatan serta budaya yang ada dan bersifat informatif dan partisipatif
yang bertujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu; keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi
akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman
alam, intelektual, dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya
berbagai ragam mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang
berkembang di kawasan tersebut. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan
pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai tujuan ekowisata dan
menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di
daerah tersebut (Subadra, 2008).
2.2.2 Pengertian Ekowisata Bahari
2.2.3 Prinsip Ekowisata
Honey (1999) dalam bukunya Ecotourism and Sustainable Development,
mengemukakan bahwa ada tujuh butir prinsip-prinsip ekowisata yaitu:
23
1. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (Involves travel to natural
destinations). Biasanya ditandai dengan tempat yang jauh, ada penduduk
atau tidak ada penduduk, dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi.
2. Meminimalkan dampak negatif (Minimized impact). Pariwisata umumnya
menyebabkan kerusakan tetapi ekowisata berusaha untuk meminimalkan
dampak negatif yang bersumber dari wisatawan, hotel, dan infrastruktur
lainnya.
3. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (Build environmental
awarness). Unsur penting dalam ekowisata adalah pendidikan, baik untuk
wisatawan maupun untuk masyarakat penggerak kegiatan tersebut.
4. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada
kegiatan konservasi (Provides direct financial benefits for conservation).
Ekowisata dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan,
penelitian dan pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk
dan sebagainya.
5. Memberikan manfaat finansial dan pemberdayaan masyarakat lokal
(Provides financial benefits and empowerment for local people).
Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan
konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Menghormati kebudayaan setempat (Respect local culture). Ekowisata
bersifat ramah lingkungan dan budaya. Ekowisata tidak bersifat destruktif,
intrusif, polutan, dan eksploitatif terhadap budaya setempat.
7. Mendukung gerakan Hak Asasi Manusia dan demokrasi (Support human
right and democratic movement). Ekowisata juga harus memenuhi sisi
kemanusiaan dengan tidak melakukan kegiatan yang melanggar HAM
dan demokrasi.
Sedangkan Drumm dan Moore (2002) menyatakan bahwa dalam
pengembangan ekowisata harus memiliki dampak negatif yang rendah terhadap
sumber daya alam yang dijadikan sebagai obyek wisata, melibatkan stakeholders
(perorangan, masyarakat, eco-tourists, tour operator dan institusi pemerintah
maupun non pemerintah) dalam tahap perencanaan, pembangunan, penerapan dan
pengawasan, serta menghormati budaya-budaya dan tradisi-tradisi lokal;
24
menghasilkan pendapatan yang pantas dan berkelanjutan bagi para masyarakat
lokal, stakeholders dan tour operator lokal; menghasilkan pendapatan untuk
pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata; dan mendidik para
stakeholders mengenai peranannya dalam pelestarian alam.
2.2.4 Kriteria Ekowisata
Menurut Tuwo (2011) ekowisata memiliki 3 kriteria, yaitu memberi nilai
konservasi yang dapat dihitung, melibatkan masyarakat, menguntungkan dan dapat
memelihara sumberdaya alam tersebut. Ketiga kriteria ini dapat dipenuhi bila pada
setiap ekowisata memadukan 4 komponen, yaitu ekosistem, masyarakat, budaya,
dan ekonomi.
Damanik dan Weber (2006) dalam pengelolaan ekowisata, identifikasi
fasilitas dan infrastruktur yang tersedia harus sejelas mungkin. Berikut beberapa
kriteria pemilihan atraksi wisata :
Tabel 1 Kriteria Ekowisata
KRITERIA UTAMA KRITERIA TAMBAHAN
Atraksi alam - Keajaiban dan keindahan
alam (topografi) *
- Keragaman flora*
- Keragaman fauna*
- Kemudahan untuk mengamati kehidupan satwa liar*
- Ketersediaan informasi yang
akurat tentang vegetasi
- Ketersediaan ekosistem yang belum terjamah manusia
Aksesbilitas - Tidak terlalu jauh dari
bandara atau pelabuhan laut
- Durasi dan kenyamanan perjalanan cukup memadai
Atraksi Penunjang
- Ketersediaan atraksi alam lain di kawasan ekowisata
Atraksi Budaya
- Tempat warisan atau peninggalan sejarah
- Kebudayaan lokal
25
- Kesempatan untuk berenang (air terjun, danau, pantai)
- Keunikan objek
- Peluang untuk lintas alam
(trekking, rafting, snorkeling, dll)
- Objek megalitik
- Suhu dan kelembapan
udara yang nyaman
- Curah hujan yang normal
Akomodasi - Ketersediaan atau
kemungkinan pengembangan akomodasi yang memenuhi standar higienis
- Ketersediaan menu makanan yang praktis dan higienis
Prasyarat Dasar
- Jaminan keamanan wisatawan
- Ketersediaan bantuan dan perawatan medis *Kriteria mutlak
Sumber : Steck et al (2006), dengan beberapa modifikasi dalam Damanik
dan Weber (2009)
26
3. METODOLOGI PENELITIAN SKRIPSI
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan muara Sungai Bajulmati, Desa
Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada bulan Mei
2015 yang terbagi menjadi tiga tahap.
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
27
Tabel 2 Alat Penelitian
No. Alat Keterangan Fungsi
1. Kamera Digital Canon Dokumentasi
2. GPS (Global Positioning System)
Garmin map 6OCSx
Untuk menentukan koordinat stasiun yang akan diamati
3. Kalkulator Casio Untuk perhitungan mangrove
4. Meteran Roll Meter Sebagai transek kuadran
5. Software Arc View Gis 9.3 Untuk pembuatan peta
6. Laptop VAIO Untuk mengolah data
7. Alat Tulis Pulpen dan Buku Untuk pencatatan
8. Termometer Digital DEKKO 300 TYPE K Untuk pengukuran suhu perairan
9. Salinometer ATAGO PAL-06S Untuk pengukuran salinitas perairan
10. DO meter Lutron DO-5510 Untuk pengukuran DO perairan
11. pH meter pHTestr 30 Untuk pengukuran pH perairan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 3 Bahan Penelitian
No. Bahan Keterangan Fungsi
1. Citra Satelit GoogleEarthTM
Sumber data dari satelit GeoEye-1
Sebagai peta lokasi stasiun penelitian
2. Peta Rupa Bumi Muara Sungai Bajulmati
Diolah dengan Arc Gis 9.3
Peta lokasi stasiun penelitian
3. Aquadest Sebagai bahan untuk
kalibrasi
28
3.3 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka pemikiran daripenelitian yang akan dilakukan kali ini
adalah:
3.4 Jenis Pengumpulan Data
Pengambilan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil dua
macam data, yaitu data primer dan data sekunder, dimana data primer
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Kawasan Muara
Sungai Bajulmati
Kondisi Biologi
Observasi dan
Perhitungan
Vegetasi Mangrove
(kerapatan, diameter,
dominansi)
Biota
Mangrove
Kondisi
Kimia
Pengukuran
Suhu,
Salinitas, DO,
pH
Kondisi
Fisik
Perolehan
Data dari
Instansi dan
Lembaga
Terkait
Geografi,
Demografi,
Topografi,
Akesbilitas,
Infrastruktur
Kondisi
Sosial
Wawancara
Masyarakat,
Stakeholder,
Wisatawan
Analisis SWOTdan Perhitungan Daya
Dukung
Strategi Pengelolaan Kawasan
Ekowisata secara Berkelanjutan
29
pengumpulannya dilakukan dengan mencatat hasil observasi,wawancara, dan
dokumentasi, sedangkan data sekunder didapat dari literatur penunjang.
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan mengadakan observasi
langsung terhadap gejala objek yang diselidiki, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan yang khusus diadakan (Surakhmad, 1985). Adapun
dalam penelitian ini data-data primer yang akan diambil adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan kondisi yang ada di wilayah tersebut. Kondisi ini
meliputi ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
ekowisata di daerah tersebut. Data ini akan diperoleh dengan metode
observasi langsung di lapangan.
2. Faktor Kimia
Faktor kimia merupakan faktor yang memengaruhi ekosistem mangrove yang
ada di wilayah tersebut. Faktor kimia dalam penelitian ini meliputi beberapa
parameter lingkungan. Yaitu suhu, salinitas, DO, dan pH perairan. Data-data ini
diperoleh menggunakan alat dari masing-masing parameter.
3. Faktor Sosial
Faktor sosial dalam penelitian ini meliputi tiga komponen dalam pengelolaan
ekowisata, yaitu masyarakat, stakeholder, dan wisatawan. Data-data ini akan
diperoleh dengan metode wawancara, adapun daftar pertanyaan yang akan
digunakan dalam wawancara terlampir dalam lembar lampiran. Data-data yang
akan diperoleh terkait dengan faktor ini meliputi identitas responden, dan
pemahaman serta persepsi responden tentang ekowisata. Pengambilan jumlah
sampel dilakukan menggunakan rumus Slovin menurut Kusmayadi dan Endar
(2000) dalam Wiharyanto (2010), sebagai berikut:
n =N
1 + N(e)2
n = Besarnya sampel
N = Ukuran populasi
e = Nilai kritis/batas ketelitian (20% = 0,2)
30
Adapun perhitungan untuk mengambil data jumlah responden menggunakan
rumus ini terlampir dalam lembar lampiran. Untuk menggunakan rumus ini,
pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan. Batas toleransi
kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin kecil toleransi
kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan populasi. Misalnya,
penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki tingkat akurasi 95%.
Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat akurasi 98%. Dengan
jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar
jumlah sampel yang dibutuhkan. (Sevilla, 2007)
4. Faktor Biologi
Faktor biologi merupakan faktor yang menggambarkan keadaan ekosistem
mangrove di wilayah tersebut. Faktor biologi dalam penelitian ini meliputi data
tentang vegetasi mangrove (kerapatan, tinggi, dominansi vegetasi, dan
diameter mangrove) dan biota-biota yang ada dalam ekosistem mangrove
tersebut. Data-data dari faktor biologi dalam penelitian ini diperoleh dengan
metode observasi langsung di lapangan menggunakan alat dan bahan yang
sesuai. Adapun alat dan bahan dari pengambilan data ini terlampir di tabel alat
dan bahan.
5. Faktor Lainnya
Faktor lain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
menjadi pendukung tentang pengelolaan ekowisata di wilayah Muara Sungai
Bajulmati. Faktor lain dalam penelitian ini meliputi isu-isu yang berkembang di
wilayah tersebut dan kebijakan pengelolaan yang sudah berjalan di wilayah
tersebut. Data dari faktor ini diperoleh dengan metode wawancara kepada
beberapa responden, di antaranya ialah masyarakat sekitar dan lembaga
terkait di sekitar lokasi.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang di luar dari penyelidik sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu
sesungguhnya adalah data asli. Sumber sekunder berisi data dari tangan ke dua
atau tangan ke sekian, yang bagi penyelidik tidak mungkin berisi data yang seasli
31
data primer (Surakhmad, 1985). Adapun dalam penelitian ini data-data sekunder
yang akan diambil adalah sebagai berikut:
1. Faktor Fisik
Faktor fisik dalam merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
pengelolaan dan perkembangan ekowisata. Faktor fisik dalam penelitian ini
meliputi geografi, topografi, demografi, dan aksesbilitas. Data-data ini diperoleh
dengan metode pengkolektifan data dari instansi-instansi terkait.
2. Faktor Biologi
Selain perolehan data tentang faktor biologi dalam pengambilan data primer,
perlu dilakukan semacam pencocokan dari data-data yang didapatkan di
lapangan terhadap literatur-literatur terkait. Data sekunder tentang faktor
biologi dalam penelitian ini diperoleh dari pustaka-pustaka terdahulu.
Secara rinci, perbedaan antara data primer dan data sekunder dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4 Jenis dan Komposisi Data
No. Kelompok Jenis Data
Aspek-aspek Jenis Data
Primer Sekunder
1. Faktor Fisik
Geografi √
Topografi √
Demografi √
Aksesbilitas √
Kondisi Fisik √
2. Faktor Kimia Parameter Lingkungan (Suhu, Salinitas, DO, pH)
√
3. Faktor Sosial
Masyarakat
Identitas (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan)
√
Persepsi, Pemahaman, dan Harapan
√
32
Stakeholder
Identitas (Umur, Instansi, Jabatan, Pendidikan)
√
Persepsi, Pemahaman, dan Harapan
√
Wisatawan
Identitas (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Daerah Asal)
√
Persepsi, Pemahaman, dan Keinginan √
4. Faktor Biologi
Vegetas Mangrove (Kerapatan, Tinggi, Dominansi Vegetasi, dan Diameter)
√ √
Biota Mangrove √ √
5. Faktor Lainnya
Isu-isu yang Berkembang
√
Kebijakan Pengelolaan √
3.5 Metode Pengambilan Data
3.5.1 Penentuan Lokasi Pengamatan Ekosistem Mangrove
Penentuan stasiun sampling menggunakan metode Purposive Sampling.
Lokasi yang ditentukan untuk pengamatan vegetasi mangrove harus dapat mewakili
setiap zona mangrove yang terdapat di wilayah kajian (Bengen, 2011). Data
vegetasi mangrove yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Penentuan
lokasi stasiun pengamatan di kawasan Muara Sungai Bajulmati dilakukan dengan
menentukan lokasi ekosistem mangrove yang banyak didatangi oleh pengunjung.
Menentukan lokasi ekosistem mangrove yang alami dan tidak didatangi oleh
pengunjung karena lokasi tersebut daerah konservasi. Penentuan lokasi stasiun
pengamatan di Muara Sungai Bajulmati juga mempertimbangkan lokasi ekosistem
mangrove yang dekat dengan pemukiman, bangunan masyarakat lokal, dan juga
bangunan industri.
3.5.2 Metode Pengamatan Ekosistem Mangrove
Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999) pengambilan sampel dilakukan
dalam transek quadran 10x10 m, 5x5 m, dan 1x1 m. Untuk pohon berdiameter >10
cm diambil dari transek yang berukuran 10x10 m. Untuk belta berdiameter 2-10 cm
33
diambil dari transek yang berukuran 5x5 m. Untuk semai berukuran <2 cm diambil
dari transek yang berukuran 1x1 m. Seperti pada gambar berikut:
Adapun data yang akan diambil adalah:
1. Kerapatan
Kerapatan vegetasi merupakan salah satu cara melihat seberapa
rapat suatu jenis vegetasi di suatu tempat. Data yang didapatkan diolah dan
dianalisis secara matematis menurut Bengen (2000) dalam Wiharyanto
(2010) dengan rumus:
Kerapatan Jenis (ind/ha) : Jumlah tegakan jenis I dalam setiap hektar:
Di = ni
𝐴x 10.000m2
Di = Kerapatan jenis I
ni = Jumlah total tegakan dari jenis I
A = Luas total area pengambilan sampel (m2)
2. Basal Area
Basal area merupakan luas proyeksi dari tumbuhan pada permukaan
tanah. Di mana nilai dipengaruhi oleh diameter batang pohon, semakin besar
diameter batang pohon maka semakin besar pula nilai basal area. Adapun
10x10 5x5 1x1 P
e
r
a
i
a
r
a
n Gambar 3 Transek Kuadran
34
rumus perhitungan basal area menurut Snedaker dan Snedaker (1984)
adalah sebagai berikut:
Basal Area =π Diameter suatu jenis 2
4
3. Dominansi
Menurut Odum (1971) dalam Patang (2012), nilai dominansi
menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan
melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan cara memperbanyak
jumlah jenis, besarnya ukuran, maupun pertumbuhan yang dominan. Adapun
rumus untuk mencari nilai dominansi menurut Snedaker dan Snedaker
(1984) adalah sebagai berikut:
Di =∑BA
A
Di = Dominansi (m2/Ha)
∑BA = Jumlah Basal Area jenis i (m2)
A = Luas plot (m2)
Adapun rumus untuk mencari nilai dominansi relatif ialah sebagai berikut:
RDi =Di
∑D x 100%
RDi = Dominansi Relatif Jenis
Di = Dominansi
∑D = Dominansi seluruh jenis
3.5.3 Metode Pengambilan Data Persepsi Masyarakat
Data diperoleh secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara
terstruktur dengan responden melalui kuesioner dengan jumlah responden sebanyak
24 orang. Metode pengambilan data yang digunakan adalah purposive samplilng,
yaitu metode pengambilan sampel yang tidak secara acak melainkan dengan
berdasarkan pertimbangan tertentu dan sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa
responden harus bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara
sengaja (purposive). Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden
35
(masyarakat) yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan bersedia untuk
diwawancarai. Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data identitas responden (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan)
2. Data persepsi masyarakat tentang mangrove dan ekowisata
3. Kegiatan pemanfaatan mangrove di lokasi penelitian
4. Keterlibatan masyarakat
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan ekowisata
tersebut, menjadi salah satu yang berperan penting dalam kegiatan ekowisata,
karena masyarakat yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus
menentukan kualitas produk dari wisata di kawasan tersebut. Kesenian budaya yang
menjadi salah satu daya tarik wisata juga menjadi tujuan para wisatawan. Oleh
karena itu, dalam pengelolaan dan pengembangan suatu kawasan ekowisata,
masyarakat lokal menjadi salah satu komponen paling penting.
3.5.4 Metode Pengambilan Data Persepsi Pengunjung
Data diperoleh secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara
terstruktur dengan responden melalui kuesioner dengan jumlah responden sebanyak
23 orang. Metode pengambilan data yang digunakan adalah purposive samplilng,
yaitu metode pengambilan sampel yang tidak secara acak melainkan dengan
berdasarkan pertimbangan tertentu dan sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa
responden harus bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara
sengaja (purposive). Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden
(pengunjung) yang berusia berkisar antara 18-40 tahun. Hal ini dimaksudkan agar
pengunjung dapat mudah mengerti maksud dari partanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data identitas responden (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan)
2. Data persepsi pengunjung tentang mangrove dan ekowisata
3. Kondisi kawasan ekowisata
4. Kesan dari atraksi ekowisata
3.5.5 Metode Pengambilan Data Persepsi Pengelola
Data diperoleh secara langsung di lokasi penelitian melalui wawancara secara
terstruktur dengan responden melalui kuesioner dengan jumlah responden sebanyak
36
9 orang. Metode pengambilan data yang digunakan adalah purposive samplilng,
yaitu metode pengambilan sampel yang tidak secara acak melainkan dengan
berdasarkan pertimbangan tertentu dan sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa
responden harus bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara
sengaja (purposive). Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah responden
(pengelola) yang lebih lama mengelola kawasan ekosistem mangrove dan bersedia
untuk diwawancarai. Hal ini dimaksudkan agar responden dapat lebih mengerti akan
keadaan tentang lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data identitas responden (umur, pendidikan terakhir, pekerjaan)
2. Data persepsi pengelola tentang mangrove dan ekowisata
3. Kegiatan pengelolaan mangrove di lokasi penelitian
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Identifikasi dan Kelayakan Potensi
Analisis ini merupakan serangkaian identifikasi yang meliputi potensi dari
aktivitas yang ada, kemudian SDM (Sumberdaya Manusia) pengelola, fasilitas
penunjang, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Pengambilan
datanya dilakukan dengan observasi dan wawancara. Seperti pengambilan data
aktivitas ekowisata, yang menjadi bahan untuk diidentifikasi adalah ekosistem
mangrove di kawasan muara Sungai Bajulmati, dimana data didapatkan melalui dari
lieratur dan lapang. Data seperti potensi SDM, sosial ekonomi, dan sosial budaya
didapatkan melalui literatur dan wawancara. Selain itu, analisis ini juga memadukan
antara teori yang dikemukakan oleh Dammanik dan Weber (2006) tentang kriteria
ekowisata dengan kondisi yang ada di lapangan.
3.6.2 Analisis Daya Dukung Kawasan
Analisis daya dukung kawasan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
suatu kawasan ekowisata mangrove dapat menerima sejumlah wisatawan.Daya
dukung dapat diartikan sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap
sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak alam.
Perhitungan DDK dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut (Yulianda, 2007) :
DDK = K x Lp
Lt x
Wp
Wt
37
Keterangan :
DDK : Daya Dukung Kawasan
K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan
Lt : Unit area untuk kategori tertentu
Wt : Waktu yang disediakan oleh pengelola
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung
3.6.3 Analisis Perencanaan Strategi Pengelolaan
Dalam penelitian ini tujuan utama dari perencanaan pengelolaan yang
strategis adalah agar pengelola dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal
dan eksternal, sehingga pengelola dapat mengantisipasi perubahan yang terjadi,baik
itu ekologi maupun non-ekologi. Maka dari itu perencanaan strategis didapat dari
analisis SWOT untuk memperoleh rumusan dari produk jasa yang sesuai dengan
keinginan pengunjung dengan dukungan optimal dari sumberdaya yang ada, yaitu
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor
internal kekuatan dan kelemahan. Faktor internal disusun menjadi matriks yang
disebut matriks faktor strategi internal atau IFAS (Internal Strategic Factor Analisis
Summary). Faktor eksternal disusun menjadi matriks yang disebut matriks faktor
strategi eksternal EFAS (Eksternal Strategic Factor Analisis Summary). Setelah
matriks IFAS dan EFAS selesai disusun, kemudian hasilnya disusun dalam model
kuantitatif, yaitu matriks SWOT untuk merumuskan strategi pengelolaan
perusahaan. Adapun tabel IFAS dan EFAS menurut Fredi Rangkuti (2004) dalam
Wiharyanto (2010) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Matriks IFAS
IFAS Nilai Bobot Skor Keterangan
Kekuatan X X X
Kelemahan X X X
Jumlah X X X
38
Tabel 6 Matriks EFAS
EFAS Nilai Bobot Skor Keterangan
Peluang X X X
Ancaman X X X
Jumlah X X X
Kemudian setelah menyusun matriks IFAS dan EFAS, hal yang dilakukan
untuk dapat menyusun faktor-faktor strategi pengelolaan adalah menyusun matriks
SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 pasang kemungkinan alternatif strategis.
Komponen matriks SWOT dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7 Matriks Analisis SWOT
Internal-External Strength (S) Weakness (W)
Opportunities (O) SO WO
Threat (T) ST WT
Sumber: (Rangkuti (2004) dalam Wiharyanto, 2010)
Alternatif strategi yang diperoleh dari matriks tersebut adalah :
Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang
yang sudah ada.
Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada
dengan mengatasi kelemahan yang ada.
Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Letak dan Luas
Menurut data dari website Pemkab Malang (2015), secara geografis
Gajahrejo terletak pada posisi 7°21′-7°31′ Lintang Selatan dan 110°10′-111°40′ Bujur
Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 156
m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Malang tahun 2004,
selama tahun 2004 curah hujan di Desa Gajahrejo rata-rata mencapai 2.400 mm.
Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm
yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2013-2019. Secara
administratif, Desa Gajahrejo terletak di wilayah Kecamatan Gedangan Kabupaten
Malang dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Gedangan Di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sindurejo
Di sisi Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sedangkan di sisi timur
berbatasan dengan desa Sidodadi.
Jarak tempuh Desa Gajahrejo ke ibu kota kecamatan adalah 7 km, yang
dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten adalah 29 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam.
Ekowisata di Muara Sungai Bajulmati berada di kawasan Desa Gajahrejo,
Kecamatan Gedangan. Bermula dari kesadaran beberapa warga akan pentingnya
ekosistem mangrove sebagai penyangga ekosistem. Maka seiring berjalannya
waktu, kesadaran dan kepedulian tersebut berkembang menjadi ekowisata. Konsep
ekowisata selain menjaga kelestarian mangrove, terdapat juga perhatian pada
pendidikan bagi masyarakat setempat khususnya anak-anak dan pengunjung
tentang pentingnya ekosistem mangrove serta pelatihan penanaman, dan juga
pengelolaan ekosistem tersebut.
4.1.2 Luas Total Area Mangrove
Luas total mangrove yang berada di kawasan ekowisata sepanjang sungai
Bajulmati hingga muara Sungai Bajulmati adalah ± 3,3 ha. Luas total mangrove yang
40
berkondisi buruk di kawasan ekowisata ini adalah ± 1,8 ha, sedangkan luas total
mangrove yang berkondisi buruk di kawasan ekowisata ini adalah ± 0,9 ha.
Mangrove yang berkondisi buruk dalam penelitian ini maksudnya adalah mangrove
yang mempunyai kerapatan yang rendah di antara titik lokasi lain. Luasan ini diukur
menggunakan citra satelit dengan Google Earth. Untuk dapat lebih jelasnya, luasan
total mangrove di kawasan ekowisata ini dapat dilihat di gambar berikut:
Gambar 4 Total Luasan Mangrove
Jika dinilai dari pengamatan langsung di lapang, pengambilan data secara
wawancara, dan dilihat dari gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ± 0,9 ha
luas mangrove yang berkondisi buruk (dalam garis merah) diakibatkan oleh
dekatnya ekosistem mangrove dengan pemukiman serta aktivitas manusia lebih
tinggi dibandingkan titik lokasi mangrove yang lainnya.
41
4.1.3 Batas Zona Pemanfaatan Ekosistem Mangrove
Ekowisata mangrove yang berada di kawasan muara Sungai Bajulmati
secara administrasi berada di Desa Gajahrejo, Kabupaten Malang Selatan. Kawasan
ekowisata ini secara geografis dan administratif berbatasan dengan Desa Umbulrejo
di sebelah utara, lalu berbatasan dengan Desa Sitiarjo di sebelah timur. Kawasan
ekowisata ini juga berbatasan dengan perkebunan milik warga Desa Gajahrejo.
Untuk lebih jelasnya, batas dari zona kawasan ekowisata ini dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 5 Batas Zona Ekowisata Mangrove
4.1.4 Aksesbilitas
Akesesbilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung
keberhasilan pengembangan pada suatu wilayah, karena merupakan instrumen
penghubung antara wilayah pengembangan dengan daerah luar. Perjalanan dari
kota Malang menuju ekowisata mangrove Muara Sungai Bajulmati berjarak sekitar
42
kurang lebih 74 km. Rute jalan menuju kawasan Muara Sungai Bajulmati saat ini
mudah untuk diakses, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
Akan tetapi di sepanjang jalan dari pertigaan Sendang Biru menuju Muara Sungai
Bajulmati sedang terjadi perbaikan jalan yang menyebabkan jalan rusak, walaupun
demikian rute tersebut masih dapat diakses oleh pengunjung.
4.1.5 Kondisi Geofisik
Menurut data dari Pemerintah Kabupaten Malang (2015), wilayah Desa
Gedangan secara umum mempunyai ciri geologis berupa lahan tanah liat yang
sangat cocok sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Secara prosentase
kesuburan tanah Desa Gedangan terpetakan sebagai berikut: sangat subur 20 %,
subur 25 %, sedang 10 %, tidak subur/ kritis 40 %. Berdasarkan data yang masuk,
tanaman palawija seperti kedelai, kacang tanah, kacang panjang, jagung, dan ubi
kayu, ubi jalar, serta tanaman buah pisang dan kelapa mampu menjadi sumber
pemasukan (income) yang cukup bagi penduduk. Untuk tanaman perkebunan, jenis
tanaman tebu merupakan tanaman handalan.
Masih menurut data dari Pemerintah Kabupaten Malang (2015), jenis tanah
liat yang cenderung labil di Desa Gedangan ini menjadi kurang bagus sebagai lahan
pemukiman dan jalan karenanya banyak pemukiman warga yang mudah rusak .
Sedangkan keberadaan testur tanah hitam yang lembek dan bergerak juga
mengakibatkan jalan-jalan cepat rusak. Karenannya, pilihan teknologi untuk
membangun jalan dari bahan-bahan yang relatif bertahan lama menjadi pilihan
utama.
4.2 Profil Pengelola
Ekowisata yang berada di kawasan muara Sungai Bajulmati dikelola oleh
lembaga independen masyarakat setempat yang sudah mempunyai badan hukum
sendiri, lembaga ini bernama Lembaga Harapan Bajulmati. Lembaga ini terbentuk
pada sekitar tahun 2001, awalnya lembaga ini hanya berfokus pada kegiatan
pendidikan. Tetapi seiring berjalannya waktu, lembaga ini memperluas fokusnya
pada beberapa bidang, diantaranya kewirausahaan dan konservasi lingkungan. Dari
sinilah kawasan muara Sungai Bajulmati dijadikan kawasan ekowisata yang dikelola
43
oleh lembaga ini. Adapun anggota Lembaga Harapan Bajulmati adalah sebagai
berikut:
Tabel 8 Daftar Nama Pengurus Lembaga Harapan Bajulmati
No. Nama Jabatan
1. Sohibul Izhar Ketua
2. Mahbub Sekretaris & Bendahara
3. Sriyanto Ketua Bid. Pendidikan
4. Siswono Ketua Bid. Sarana dan Prasarana
5. Saidi Ketua Bid. Konservasi Lingkungan
6. Ponidi Ketua Bid. Kewirausahaan
7. Daslan Anggota
8. Sutik Anggota
9. Hasan Anggota
10. Marwan Anggota
11. Junaedi Anggota
12. Darmono Anggota
13. Kuncoro Anggota
14. Sulistyaman Anggota
15. Dedi Anggota
4.3 Kondisi Sosial
Penentuan jumlah responden ditentukan menurut hasil dari perhitungan
rumus Slovin, berikut adalah hasil perhitungan dari rumus Slovin:
1. Masyarakat
44
Total warga = 512 orang
Jumlah responden menurut rumus slovin= 24 orang
2. Pengunjung
Total pengunjung= 278 orang
Jumlah responden menurutrumus slovin= 25 orang
3. Pengelola
Total jumlah pengelola= 15 orang
Jumlah responden menurut rumus slovin= 9 orang
4.3.1 Karakteristik Masyarakat
Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang bermukim di Desa
Gajahrejo. Jumlah responden menurut perhitungan rumus slovin adalah sebanyak
24 orang, terdiri dari 15 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Sebagian besar usia
masyarakat Desa Gajahrejo berkisar antara 20-55 tahun dengan presentase 57%,
kisaran usia 15-20 tahun dengan presentase 14%, kisaran usia <10 tahun dengan
presentase 13%, kisaran usia 10-15 tahun dengan presentase 10%, dan kisaran
usia >55 tahun dengan presentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa usia mayoritas
masyarakat di sekitar kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati berada di dalam
produktif, hal ini dapat berdampak positif bagi pengembangan pengelolaan
ekowisata jika disertai dengan kualitas SDM yang tinggi.
45
Gambar 6 Karakteristik Usia Masyarakat
Secara umum pendidikan masyarakat Desa Gajahrejo tergolong rendah,
karena hanya ada 5 orang yang mencapai tingkat pendidikan di perguruan tinggi
dengan presentase 1%, lalu sekitar 31 orang yang mencapai tingkat pendidikan di
SLTA dengan presentase 6%, kemudian sekitar 101 orang yang mencapai tingkat
pendidikan SLTP dengan presentase 20%, lalu sekitar sekitar 286 orang yang
mencapai tingkat pendidikan SD dengan presentase 56%, dan yang tidak/belum
bersekolah dengan jumlah 89 orang dengan presentase 17%. Hal ini menunjukkan
salah satu kelemahan dari pengelola ekowisata Muara Sungai Bajulmati, yaitu
rendahnya taraf pendidikan masyarakat yang menjadi pilar utama dari konsep
ekowisata.
13%
10%
14%
57%
6%
Karakteristik Usia Masyarakat
<10
10-17
18-45
45-60
>60
46
Gambar 7 Karakteristik Pendidikan Masyarakat
4.3.2 Pemahaman dan Persepsi Masyarakat
Pemahaman masyarakat Desa Gajahrejo tentang ekosistem mangrove
masih terbilang cukup rendah, sebab hanya sebagian masyarakat yang mengetahui
tentang fungsi dari ekosistem mangrove. Sebelum tahun 1998, mangrove di
kawasan Muara Sungai Bajulmati dimanfaatkan sebagai alih lahan menjadi tambak,
namun sekitar tahun 2000 ada beberapa masyarakat yang mengetahui dan
menunjukkan kepeduliannya akan ekosistem mangrove. Setelah tahun 2000,
pemanfaatan mangrove di kawasan Muara Sungai Bajulmati hanya sebatas
penebangan untuk kayu bakar atau bahan bangunan. Walaupun demikian,
mayoritas masyarakat Desa Gajahrejo mengatakan bahwa kondisi ekosistem
mangrove di kawasan Muara Sungai Bajulmati dalam kondisi baik, hanya saja
keadaan perairan yang jika musim hujan tiba sering terjadi penumpukan sampah.
1%
6%
20%
56%
17%
Karakteristik Pendidikan Masyarakat
Perguruan Tinggi
SLTA
SLTP
SD
Tidak/Belum sekolah
47
Gambar 8 Persepsi Masyarakat tentang Ekowisata
Pemahaman masyarakat Desa Gajahrejo mengenai konsep ekowisata juga
masih terbilang rendah, sebab hanya sebagian masyarakat yang mengetahui
konsep ekowisata. Hal-hal seperti ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat Desa Gajahrejo dan juga tidak adanya sosialisasi atau pemberian
informasi secara konsisten kepada seluruh masyarakat oleh pemerintah atau
stakeholder. Jika di sekitar kawasan estuari Desa Gajahrejo akan dikembangkan
menjadi kawasan ekowisata yang berkelanjutan, maka sangat diperlukan adanya
sosialisasi yang kontinyu mengenai konservasi mangrove yang selanjutnya
berkembang menjadi konsep ekowisata. Selain itu, sosialisasi ini berguna juga agar
masyarakat lebih bijak dalam pemanfaatan mangrove, dan juga dapat
mengantisipasi faktor-faktor eksternal maupun internal yang dapat membahayakan
kawasan estuari pada umumnya dan ekosistem mangrove khususnya.
4.3.3 Karakteristik Usia Pengunjung
Jumlah responden menurut rumus slovin adalah sebanyak 28 orang, terdiri
dari 17 laki-laki dan perempuan. Sebagian besar usia pengunjung berkisar antara
20-30 tahun dengan presentase sebesar 70%, kemudian yang berusia di bawah 20
11%
25%
64%
Persepsi Masyarakat tentang Ekowisata
Baik
Sedang
Buruk
48
tahun sebesar 15%, lalu yang berusia antara 31-40 tahun sebesar 10%, dan yang
berusia >40 tahun sebesar 5%.
Gambar 9 Karakteristik Usia Pengunjung
4.3.4 Karakteristik Profesi Pengunjung
Pengunjung yang diwawancarai adalah pengunjung yang berusia 18-40
tahun, hal ini dimaksudkan agar pengunjung mampu menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan dalam pengambilan data secara wawancara. Jumlah responden yang
diwawancarai adalah 70% dari responden pengunjung sebelumnya, yaitu 20 orang.
Sebagian besar profesi pengunjung adalah mahasiswa/pelajar dengan presentase
60%, kemudian yang tidak bekerja sebesar 20%, selanjutnya yang berprofesi di
bidang swasta sebesar 15%, lalu yang berprofesi sebagai tenaga pengajar
sebanyak 5%.
15%
70%
10%
5%
Karakteristik Usia Pengunjung
<20 tahun
20 - 30 tahun
31 - 40 tahun
>40 tahun
49
Gambar 10 Karakteristik Profesi Pengunjung
4.3.5 Pemahaman dan Persepsi Pengunjung
Keberadaan pengunjung merupakan salah satu tujuan dan parameter dari
keberhasilan suatu kawasan ekowisata. Namun jika pemahaman pengunjung
tentang daerah konsep ekowisata yang syarat akan konservasi minim, hal ini justru
menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem mangrove itu sendiri. Akan tetapi
pemahaman pengunjung tentang konservasi ekosistem mangrove sudah sangat
baik, ini ditunjukkan dengan kesadaran mereka untuk tidak melakukan hal-hal yang
dinilai dapat berakibat buruk pada ekosistem mangrove, seperti tidak menginjak
propagul yang baru ditanam dan tidak membuang sampah sembarangan. Jumlah
responden yang diambil untuk menentukan pemahaman dan persepsi pengunjung
berjumlah sebanyak 20 orang, dengan kisaran usia dari 20-30 tahun, hal ini
dimaksudkan agar responden mampu menangkap dan mengerti pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam proses pengambilan data.
60%15%
5%
20%
Karakteristik Profesi Pengunjung
Mahasiswa/pelajar
Swasta
Tenaga pengajar
Tidak bekerja
50
Gambar 11 Persepsi Pengunjung tentang Ekowisata
Pemahaman pengunjung mengenai konsep ekowisata sudah baik, mayoritas
dari pengunjung yang diwawancarai mampu menjelaskan konsep ekowisata
walaupun hanya secara umum dan sederhana. Ini merupakan nilai tambah tersendiri
bagi kawasan ekowisata di Muara Sungai Bajulmati, karena dengan adanya hal ini
pengunjung mampu dan mengerti aturan ketika berada di dalam kawasan ekowisata
walaupun belum adanya peraturan tertulis dari pengelola. Walaupun demikian, jika
pengembangan ekowisata di kawasan Muara Sungai Bajulmati dijalankan dengan
sistem berkelanjutan, maka panduan atau pearturan-peraturan tertulis sangat perlu
diberlakukan di kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati demi mengantisipasi
adanya pengunjung-pengunjung yang minim informasi tentang konsep konservasi
ekosistem mangrove dan konsep ekowisata.
4.4 Isu-Isu Sosial yang Berkembang
Dalam pengembangan kawasan Ekowisata Muara Sungai Bajulmati, ada
beberapa isu sosial yang berkembang. Jika isu-isu ini dibiarkan tumbuh atau
setidaknya tidak dihadapi dengan pertimbangan yang matang maka akan berpotensi
konflik dalam jangka panjang, adapun isu yang dimaksud adalah status kepemilikan
lahan. Sepanjang jalan dari Kecamatan Sumbermanjing Wetan hingga Kecamatan
72%
17%
11%
Persepsi Pengunjung tentang Ekowisata
Baik
Sedang
Buruk
51
Gedangan, mayoritas kepemilikan lahan menjadi milik Perhutani, hingga melewati
beberapa objek wisata pantai yang berada di sana, seperti Pantai Goa Cina, Pantai
Bengkung, Pantai Watu Leter, Pantai Bajulmati, dan Pantai-pantai sepanjang Jalur
Lintas Selatan.
Akan tetapi, sepanjang proses migrasi masyarakat luar menuju wilayah
sekitar kawasan pantai ini, telah terjadi pemanfaatan lahan menjadi objek wisata,
yang mana jika dilihat dari segi hukum maka hal tersebut adalah ilegal. Hal ini dipicu
oleh rendahnya taraf ekonomi masyarakat, kesadaran masyarakat akan potensi
wisata, dan juga lahan yang tidak dikelola oleh Perhutani. Hal ini tentu akan
menimbulkan konflik berkepanjangan jika dibiarkan, akan tetapi pemerintah
setempat yang sekaligus bertugas sebagai stakeholder seperti pejabat desa
bersama tokoh masyarakat dan pihak perhutani telah mengadakan musyawarah
bersama. Dari musyawarah tersebut terbentuklah suatu kesepakatan, kesepakatan
ini kemudian disebut dengan KSO (Kerjasama Standar Operasi), yaitu berupa
sistem bagi hasil antara pengelola dengan pihak pemilik lahan.
Adapun rasio dari KSO tersbut adalah 70:30, maksudnya 70% dari total
keuntungan pengelolaan objek wisata menjadi milik pemilik lahan, dan 30% lainnya
menjadi milik pengelola, pengelola di sini termasuk perangkat desa dan juga
lembaga-lembaga yang mengelola objek wisata tersebut.
4.5 Ekosistem Mangrove
4.5.1 Kondisi Fisik Lingkungan Mangrove
Parameter lingkungan diperoleh dari hasil pengamatan di lapang. Parameter
lingkungan meliputi suhu, salinitas, DO, dan pH. Berikut adalah hasil pengamatan
parameter lingkungan mangrove:
52
Tabel 9 Kondisi Kualitas Lingkungan
Stasiun
Total
Kerapatan
(ind/m2)
Suhu
(ᴼC)
Salinitas
(‰)
DO
(mg/L) pH Substrat
1 97 29,2 33,46 5,31 7,33 Lumpur
2 90 29,7 33,68 5,23 7,75 Lumpur
3 47 29,6 33,54 5,25 7,46 Pasir
Baku
Mutu
Perairan
28-30 33-34 >5 7-8,5
Dari hasil pengamatan parameter lingkungan di setiap stasiun bahwa suhu, salinitas,
DO, dan pH pada ekosistem mangrove di Muara Sungai Bajulmati masih sesuai
dengan baku mutu keputusan Kementrian Lingkungan Hidup no. 51 tahun 2004
tentang baku mutu air laut. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan mangrove lebih
dipengaruhi oleh kondisi di lokasi masing-masing, seperti aktivitas manusia di satu
titik dengan lainnya. Aktivitas manusia itu bisa berupa pertanian dan kegiatan
perikanan seperti memancing.
Tabel 10 Jenis Tekanan dan Dampak bagi Ekosistem Mangrove
No. Tekanan Habitat Dampak Kategori
1. Penebangan liar Ekosistem
Mangrove
Berkurangnya
jumlah vegetasi
mangrove
Kecil
2.. Sampah dari
Pengunjung
Ekosistem
Mangrove
Sampah yang
dibawa oleh
pengunjung
Besar
53
berupa sampah
plastik menutupi
akar nafas pada
mangrove
sehingga
menyebabkan
kerusakan pada
mangrove.
3.
Sampah dari
Masyarakat
Sekitar
Ekosistem
Mangrove
Ancaman bagi
kehidupan
vegetasi
mangrove yang
diakibatkan oleh
sampah rumah
tangga berupa
limbah cair hasil
MCK maupun
sampah-sampah
plastic.
Besar (musiman)
Jika dilihat pada tabel di atas, jenis tekanan yang paling besar terhadap ekosistem
mangrove adalah aktivitas manusia dan sampah. Aktivitas manusia di sini adalah
aktivitas pengunjung serta kegiatan masyarakat yang berada di sekitar ekowisata
mangrove, seperti perkebunan dan pertanian. Kemudian tekanan selanjutnya ialah
sampah yang melimpah ketika musim penghujan datang,sampah-sampah ini berasal
dari limbah rumah tangga serta batang-batang pohon.
4.5.2 Potensi Sumberdaya Hayati dan Non Hayati
Kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati mempunyai beberapa potensi
yang mampu menjadi daya tarik bagi pengunjung. Berikut adalah potensi-potensi
tersebut:
1. Mangrove
54
Pada ekosistem mangrove yang terdapat di kawasan ekowisata Muara Sungai
Bajulmati terdapat beberapa jenis mangrove, yaitu: (a) Nypa frutican, (b) Avicennia
alba, (c) Sonneratia alba, dan (d) Bruguiera gimnorrhiza. Kerapatan vegetasi
merupakan salah satu cara melihat seberapa rapat suatu jenis vegetasi di suatu
tempat. Pada kali ini data diambil dari 3 stasiun yang berbeda, stasiun 1 dengan
kordinat 8°26'35.94"S - 112°39'53.65"T, stasiun ini terletak di zona pasang surut
dekat pantai yang merupakan titik pertama dari zona ekosistem mangrove, selain itu,
zona ini dalam pemanfaatan sebagai ekowisata merupakan titik akhir dari jalur
berkano yang merupakan salah satu dari atraksi yang disediakan oleh pengelola.
Kemudian stasiun 2 dengan kordinat 8°26'35.37"S - 112°39'50.82"T, stasiun ini
merupakan zona ekosistem mangrove yang merupakan lokasi estuari, selain itu,
zona ini merupakan lahan yang disediakan pengelola ekowisata kawasan mangrove
Muara Sungai Bajulmati sebagai salah satu kegiatan dari ekowisata, yaitu
penanaman mangrove bagi para pengunjung. Lalu Stasiun 3 dengan kordinat
8°26'35.74"S - 112°39'48.18"T, stasiun ini merupakan zona yang berdekatan dengan
lahan yang dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai perkebunan, selain itu zona
ini merupakan titik awal jalur berkano bagi para pengunjung.
Dari pengamatan di lapangan, ditemukan bahwa stasiun 1 terdiri dari 2 jenis
mangrove, yaitu Avicennia alba dan Sonneratia alba dengan substrat pasir, lalu
stasiun 2 terdiri dari 3 jenis mangrove, yaitu Nypa frutican, Sonneratia alba, dan
Bruguierra gimnorrhiza dengan substrat lumpur, kemudian yang terakhir stasiun 3
terdiri dari 1 jenis mangrove yaitu Nypa frutican dengan substrat lumpur. Berikut
adalah tabel kerapatan mangrove di kawasan ekowisata mangrove Muara Sungai
Bajulmati:
Tabel 11 Nilai Kerapatan Mangrove di Setiap Stasiun
Stasiun Spesies Mangrove Jumlah
Tegakan
Kerapatan (Ind/100m2)
Pohon=10x10, Belta=5x5, Semai=1x1
Σ Kerapatan (Ind/100m2)
1 Avicennia alba Pohon=9
9 53
55
Belta=11 44
Semai=0 0
Sonneratia alba
Pohon=12 12
44 Belta=8 32
Semai=0 0
2
Nypa frutican
Pohon=12 12
48 Belta=9 36
Semai=0 0
Sonneratia alba
Pohon=9 9
29 Belta=5 20
Semai=0 0
Bruguierra
gimnorrhiza
Pohon=5 5
13 Belta=2 8
Semai=0 0
3 Nypa frutican
Pohon=15 15
47 Belta=8 32
Semai=0 0
Selain kerapatan, perhitungan dan pengamatan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dominansi mangrove. Adapun dominansi mangrove yang
didapatkan pada ketiga stasiun penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 12 Nilai Dominansi di Setiap Stasiun
Stasiun Spesies Basal Area (cm2) Nilai Dominansi Dominansi Relatif Jenis
(%)
1 Avicennia alba 39.44 0.394 29.06
56
Sonneratia alba 96.29 0.963 70.94
2
Nypa frutican 426.84 4.268 72.26
Sonneratia alba 79.66 0.797 13.49
Bruguierra
gymnorrhiza 84.18 0.842 14.25
3 Nypa frutican 2617.35 26.173 100.00
Dari hasil perhitungan pada stasiun 1 dominansi terbesar yaitu Sonneratia
alba dengan nilai dominansi sebesar 70.94%. Pada stasiun 2 dominansi terbesar
yaitu Nypa frutican dengan nilai dominansi sebesar 72.26%. Pada stasiun 3
dominansi terbesar yaitu Nypa frutican dengan nilai dominansi sebesar 100%.
Namun kelebihan dari keempat jenis mangrove tersebut bukan hanya dari nilai
kerapatan yang tinggi, melainkan dari bentuk fisik dari jenis-jenis mangrove tersebut.
Walaupun konservasi yang dilakukan oleh pengelola belum optimal, namun kondisi
asli ekosistem mangrove mempunyai keunikan tersendiri bagi kawasan tersebut.
Gambar 12 (A) Brugueira gymnorhiza dan (B) Nypa frutican
A
B
57
Jika dilihat pada gambar di atas, mangrove di kawasan muara Sungai Bajulmati
mempunyai ukuran yang besar. Spesies mangrove Nypa frutican di kawasan ini
mempunyai diameter hingga 2 meter, sedangkan di kawasan lain hanya memiliki
diameter tidak lebih dari 1 meter. Mangrove seperti ini berada di sepanjang sungai
hingga muara Sungai Bajulmati, jika ukuran yang besar dari mangrove di kawasan
ini ditambah dengan kerapatan yang tinggi, maka hal ini menjadi keunikan tersendiri
bagi kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati.
2. Fauna
Ekosistem mangrove bukan hanya terdiri dari flora saja, di dalamnya juga
berada habitat fauna yang menjadi satu kesatuan dengan ekosistem mangrove. Ada
dua tipe fauna di kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati, yaitu fauna air dan
darat. Adapun fauna perairan yaitu kepiting biola (Uca sp), kelomang (Clibanarius
sp), ikan gelodok (Periophthalmus sp), dan berbagai jenis ikan lainnya. Kemudian
adapun fauna daratan yaitu kera (Macaca fascicularis), biawak (Varanus albigularis),
burung kuntul (Egretta sp), burung bangau (Ciconiidae sp) dan berbagai jenis
burung lainnya. Keberadaan satwa yang beragam di kawasan ini merupaka
kekhasan dari kawasan ekowisata ini sendiri, hal ini tentu menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini. Adapun nama spesies
beserta kondisi yang ada di ekosistem mangrove tersebut ada pada tabel berikut:
Tabel 13 Fauna yang Berada di Kawsan Ekowisata Muara Sungai Bajulmati
No.
Nama Biota/Spesies
Nama Lokal
Referensi
1. Uca sp Kepiting Biola
zipcodezoo.com/index.php/uca_sp
2. Clibanarius sp Keong Bakau / Kelomang
zipcodezoo.com/index.php/clibanarius_sp
3. Periophthalmus sp
Ikan Gelodok
fishbase.org/index.php/periopthalmus_sp
4. Macaca fascicularis
Kera zipcodezoo.com/index.php/macaca_fascicularis
58
5. Varanus albigularis
Biawak zipcodezoo.com/index.php/varanus_albigularis
6. Egretta sp Burung Kuntul
zipcodezoo.com/index.php/egretta_sp
7. Ciconiidae sp Burung Bangau
zipcodezoo.com/index.php/ciconiidae_sp
4.6 Kecocokan Kawasan Muara Sungai Bajulmati sebagai Ekowisata
Sebelum menentukan strategi yang tepat untuk pengelolaan ekowisata
berbasis mangrove di kawasan muara Sungai Bajulmati, terlebih dahulu kita harus
menentukan kecocokan dari kawasan tersebut. Kecocokan kawasan ini sebagai
ekowisata dapat dinilai dengan cara memadukan teori dari literatur dan kondisi di
lapangan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang
dikemukakan oleh Damanik dan Weber (2006) tentang kriteria ekowisata. Berikut
adalah matriks kecocokan ekowisata di kawasan muara Sungai Bajulmati:
Tabel 14 Kecocokan Ekowisata di Kawasan Muara Sungai Bajulmati
No. Kriteria Ekowisata menurut Damanik dan Weber (2006)
Skor
1. Atraksi Alam:
Keindahan alam 100
Keragaman flora dan fauna 100
Kemudahan untuk mengamati pemandangan 75
Ketersediaan ekosistem yang belum terjamah manusia
40
2. Aksesbilitas:
Tidak terlalu jauh dari bandara atau pelabuhan
9
Durasi dan keamanan perjalanan cukup memadai
30
3. Atraksi Penunjang:
Ketersediaan atraksi alam di kawasan ekowisata
100
4. Atraksi Budaya:
Tempat warisan atau peninggalan sejarah 10
59
Kebudayaan lokal 10
5. Akomodasi:
Ketersediaan atau kemungkinan pengembangan akomodasi yang memenuhi standar higienis
72
Ketersediaan menu makanan yang praktis dan higienis
20
6. Prasyarat Dasar:
Jamanan keamanan wisatawan 90
Ketersediaan bantuan dan perawatan medis 60
Poin pertama tentang atraksi alam dalam teori Dammanik dan Weber (2006)
adalah kriteria utama ekowisata. Sedangkan poin-poin selanjutnya merupakan
kriteria tambahan. Sedangkan skoring sendiri didapat dari nilai dikali bobot, untuk
perhitungan skoring terlampir di lembar lampiran. Menurut hasil perpaduan antara
teori yang dikemukakan oleh Dammanik dan Weber (2006) tentang kriteria
ekowisata dengan kondisi yang ada di lapangan pada tabel di atas, kawasan muara
Sungai Bajulmati dinilai cocok untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata.
4.7 Daya Dukung Kawasan Ekowisata
Daya dukung kawasan adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara
fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa
menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda, 2007). Walaupun
mungkin di kawasan ekowisata mangrove di muara Sungai Bajulmati permintaan
sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi kegiatan yang dilakukan di
lingkungan alam.
Ekosistem mangrove di sekitar kawasan Muara Sungai Bajulmati memiliki
keunikan yang khas, selain jenis fauna yang ada di sekitar lokasi ekowisata, kondisi
ekosistemnya pun sangat menarik dengan adanya sungai besar di antara hutan
mangrove. Keunikan ini dapat berfungsi sebagai daya tarik pengunjung untuk
melakukan kegiatan ekowisata melalui perairan ataupun daratan. Perhitungan
mengenai nilai Daya Dukung Kawasn terlampir dalam lembar lampiran. Berikut
60
adalah tabel nilai dari daya dukung kawasan di kawasan ekowisata mangrove Muara
Sungai Bajulmati:
Tabel 15 Nilai DDK
No. Lokasi Kegiatan Nilai DDK (orang/hari)
1. Perairan Berkano 140
2. Daratan Menananam mangrove
28
1. Perairan
Kegiatan ekowisata mangrove di kawasan muara Sungai Bajulmati dapat
dilakukan dengan menyusuri sungai di sepanjang hutan mangrove yang berada
di kawasan muara Sungai Bajulmati ini. Kegiatan yang dilakukan di kawasan ini
dalam pelaksanaannya harus memperhatikan nilai dari daya dukung kawasan.
Terdapat satu kegiatan di salah satu lokasi ekowisata, yaitu berkano, dengan
nilai daya dukung kawasan sebesar 140. Nilai ini menunjukkan bahwa dalam
satu hari kawasan ini mampu menampung maksimal sebanyak 140 pengunjung.
2. Daratan
Ekowisata mangrove di kawasan muara Sungai Bajulmati juga
menyediakan kegiatan selain berkano, yaitu penanaman mangrove sebagai
salah satu aktivitas ekowisata. Selain sebagai atraksi, penanaman ini juga
berfungsi sebagai sarana edukasi kepada pengunjung yang datang. Nilai daya
dukung kawasan pada kegiatan ini adalah sebesar 28. Nilai ini menunjukkan
bahwa dalam satu hari maksimal jumlah pengunjung yang dapat berkunjung ke
kawasan ini adalah sebanyak 28 orang.
4.8 Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata
Analisa SWOT ditujukan untuk mengindentifikasi hubungan-hubungan
sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Oleh karena itu,seluruh pihak
terutama masyarakat sekitar perlu mengetahui apa saja kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh kawasan objek ekowisata tersebut (Dammanik dan Webber,
2006).
61
Tabel 16 Identifikasi Faktor-faktor SWOT
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
Penunjang konservasi hutan mangrove
Adanya atraksi penunjang ekowisata
Keberadaan vegetasi dan fauna hutan mangrove yang baik
Terbatasnya SDM yang kompeten
Kurangnya Publikasi
Tata Kelola Dana
Sarana dan Prasarana yang kurang
Kesempatan (Opportunities) Ancaman (Threats)
Sebagai alternatif pariwisata baru
Dukungan partisipasi masyarakat lokal
Perkembangan trend ekowisata
Penebangan hutan mangrove secara liar
Pembangunan Jalur Lintas Selatan
Lonjakkan pengunjung tanpa adanya aturan yang ketat
4.8.1 Analisis Faktor Internal (IFAS)
Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, sebaiknya perlu
mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam Faktor Internal Strategi (IFAS). Dalam
analisa faktor internal ini terdapat dua bagian, yaitu Kekuatan (Strengths) dan
Kelemahan (Weaknesses) yang ada pada kawasan ekowisata Muara Sungai
Bajulmati. Adapun penjelasan faktor-faktor internal tersebut adalah:
a. Kekuatan (Strength)
Dari pengamatan di lapang dengan menggunakan kajian literatur,
wawancara, ataupun penelitian eksploratif didapatkan faktor Kekuatan
(Strength) yang terdapat pada kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati,
berikut adalah penjelasan masing-masing faktor:
1. Penunjang hutan konservasi mangrove, maksudnya sebagian dana
yang berasal dari tiket masuk diperuntukkan ke dalam kegiatan
konservasi, seperti pembelian bibit dan juga biaya monitoring.
2. Keberadaan vegetasi dan fauna mangrove.
62
3. Atraksi penunjang ekowisata berupa berkano dan menanam
mangrove.
b. Kelemahan (Weakness)
Dari pengamatan di lapang dengan menggunakan kajian literatur,
wawancara, ataupun penelitian eksploratif didapatkan faktor Kelemahan
(Weakness) yang terdapat pada kawasan ekowisata Muara Sungai
Bajulmati, berikut adalah penjelasan masing-masing faktor:
1. Terbatasnya SDM yang kompeten.
2. Kurangnya publikasi.
3. Tata kelola dana yang belum optimal.
4. Sarana dan prasarana yang belum optimal.
4.8.2 Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
Sebelum strategi untuk pengelolaan diterapkan, dalam tahap perencanaan
strategi harus menganalisis faktor eksternal (EFAS) terlebih dahulu untuk
mengetahui kemungkinan Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat). Adapun
penjelasan faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
a. Peluang (Opportunity)
Dari pengamatan di lapang dengan menggunakan kajian literatur,
wawancara, ataupun penelitian eksploratif didapatkan faktor Peluang
(Opportunity), yang terdapat pada kawasan ekowisata Muara Sungai
Bajulmati, berikut adalah penjelasan masing-masing faktor:
1. Alternatif pariwisata baru, yaitu pariwisata yang melibatkan kegiatan
konservasi sebagai atraksi di dalamnya.
2. Dukungan partisipasi masyarakat lokal, dalam hal ini partisipasi yang
dimaksud adalah banyaknya masyarakat yang berkecimpung pada
kegiatan ekowisata, seperti menjadikan rumah mereka sebagai homestay
bagi para pengunjung. Menurut data hasil pengamatan dan wawancara,
jumlah homestay yang ada di sekitar kawasan sebanyak 15 unit.
3. Perkembangan trend ekowisata.
4. Pembangunan Jalur Lintas Selatan.
b. Ancaman (Threats)
63
Dari pengamatan di lapang dengan menggunakan kajian literatur,
wawancara, ataupun penelitian eksploratif didapatkan faktor Ancaman
(Threat), yang terdapat pada kawasan ekowisata Muara Sungai Bajulmati,
berikut adalah penjelasan masing-masing faktor:
1. Volume sampah yang meningkat saat musim hujan, hal ini disebabkan
karena masyarakat sekitar tidak mempunyai Tempat Pembuangan Akhir
(TPA), sehingga sungai menjadi tempat pembuangan sampah-sampah
dari aktivitas rumah tangga. Ketika musim hujan tiba, arus sungai
membawa sampah menuju muara, dan air laut pasang sehingga
menyebabkan sampah-sampah dari laut terbawa menuju muara. Hal ini
menyebabkan volume sampah meningkat disatu titik, yaitu muara yang
berfungsi sebagai kawasan ekowisata.
2. Lonjakkan pengunjung tanpa adanya peraturan yang ketat. Mayoritas
pengunjung datang pada hari libur atau waktu-waktu tertentu, sementara
itu peraturan tentang reservasi belum diperketat sehingga menyebabkan
lonjakkan pengunjung. Jika pada hari-hari biasa pengunjung datang tidak
sampai 50 orang, namun jika terjadi lonjakkan pengunjung bertambah
dua kali lipatnya bahkan lebih di waktu yang sama.
4.8.3 Matriks Skor IFAS dan EFAS
Setelah faktor-faktor strategis internal dan eksternal diidentifikasi, tahap
selanjutnya adalah menentukan skor yang merupakan hasil perkalian antara nilai
dengan bobot dari masing-masing faktor. Adapun bobot Skor dari IFAS dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 17 Hasil Skor IFAS
IFAS Nilai Bobot Skor Keterangan
S1 3 0.21 0.64 Sebagai penunjang
konservasi hutan mangrove
S2 2 0.22 0.44 Keberadaan fauna dan
vegetasi mangrove yang baik
S3 3 0.23 0.68 Adanya atraksi penunjang
ekowisata
W1 2 0.15 0.3 Terbatasnya SDM yang
kompeten
64
IFAS Nilai Bobot Skor Keterangan
W2 2 0.1 0.2 Tata kelola dana yang belum
optimal
W3 3 0.09 0.27 Sarana dan prasarana yang belum optimal
Pada faktor eksternal strategis dilakukan juga penentuan skor melalui proses
yang sama dengan perhitungan skor IFAS. Adapun perhitungan skor EfAS dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 18 Hasil Perhitungan EFAS
EFAS Nilai Bobot Skor Keterangan
O1 3 0.1 0.3 Sebagai alternatif pariwisata baru
O2 2 0.13 0.26 Dukungan partisipasi masyarakat lokal
O3 3 0.12 0.36 Perkembangan trend ekowisata belakangan ini
O4 3 0.13 0.37 Pembangunan Jalur Lintas Selatan
T1 3 0.13 0.39
Meningkatnya volume sampah saat musim hujan.
T2 3 0.15 0.45
Lonjakan wisatawan dikhawatirkan akan merusak ekosistem dan melebihi daya dukung kawasan
T3 3 0,11 0,33 Adanya pesaing di sekitar
kawasan.
65
Skor yang didapatkan akan digunakan untuk membuat kuadran dengan
sumbu x dan y dari strategi SWOT. Sumbu x adalah faktor strategis internal
sedangkan sumbu y adalah faktor strategis eksternal. Kuadran tersebuat akan
membuat 4 kemungkinan yaitu S-O, O-W, W-T, dan T-S. Letak kuadran ini akan
menentukan fokus strategi pengelolaan ke depannya. Setelah didapatkan hasil
penjumlahan skor dari kekuatan dan kelemahan, didapatkan selisih keduanya
adalah 0,97 sedangkan hasil penjumlahan skor dari peluang dan ancaman
didapatkan selisihnya adalah 1,15. Hasil keduanya masuk ke dalam kuadran III
dengan strategi yang dibuat memanfaatkan kelemahan (W) dan ancaman (T) yang
ada. Berikut adalah hasil letak kuadran:
Berdasarkan letak kuadran di atas, maka strategi yang dapat diterapkan
adalah meminimalkan segala kelemahan untuk menghadapi setiap ancaman berupa
volume sampah yang meningkat saat musim hujan dan lonjakkan pengunjung pada
waktu-waktu tertentu. Kedua ancaman tersebut ditentukan karena mempunyai skor
yang paling besar dalam matriks SWOT.
O = 1,31
W = 0,77
S = 1,76
T =0,84
0,97
1,15
W - T
Gambar 13 Kuadran SWOT
66
4.8.4 Matriks SWOT
Setelah melakukan perhitungan EFAS dan IFAS serta menentukan letak titik
strategi pada kuadran SWOT, hal yang harus dilakukan selanjutnya untuk
menentukkan alternatif strategi adalah menyusun matriks SWOT. Matriks ini
merupakan perpaduan antara kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang
yang dimiliki oleh ekowisata bahari di Muara Sungai Bajulmati. Adapun matriks
SWOT dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 19 Matriks SWOT
S 1. Sebagai
penunjang konservasi hutan mangrove.
2. Keberadaan fauna dan vegetasi mangrove yang baik.
3. Adanya atraksi penunjang ekowisata.
W 1. Terbatasnya SDM
yang kompeten. 2. Tata kelola dana yang
belum optimal. 3. Sarana dan prasarana
yang belum optimal.
O
1. Sebagai alternatif pariwisata baru.
2. Dukungan partisipasi masyarakat lokal.
3. Perkembangan trend ekowisata belakangan ini.
4. Pembangunan Jalur Lintas Selatan
STRATEGI S-O
1. Pelatihan rutin kepada masyarakat sekitar dan pengelola tentang konservasi dan ekowisata. (S1,2,3, dan O1,2,3,4)
STRATEGI W-O
1. Perbaikan, perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan ekowisata. (W3dan O1,2,3,4)
2. Pengadaan biaya tiket masuk yang konsisten. (W2 dan O1,2,3,4)
EFAS
IFAS
IFAS
67
T
1. Banyaknya sampah saat musim hujan
2. Lonjakan wisatawan dikhawatirkan akan merusak ekosistem dan melebihi daya dukung kawasan
3. Adanya pesaing di sekitar kawasan.
STRATEGI S-T
1. Pembuatan tempat pembuangan akhir dan penyuluhan berkala kepada masyarakat lokal. (S1,2,3 dan T1,)
2. Penerapan peraturan secara bagi pengunjung tentang Daya Dukung Kawasan. (S1,2,3dan T2)
STRATEGI W-T
1. Perbaikan pengelolaan dan peningkatan mutu SDM. (W3 dan T1,2)
2. Perekrutan anggota baru pengelola. (W1,2 dan T1,2,)
3. Perbaikan aturan tentang reservasi bagi pengunjung. (W1,2,3,4 dan T2)
4. Peningkatan intensitas monitoring dan rehabilitasi ekosistem mangrove. (W1 dan T1)
4.8.5 Alternatif Strategi
Berdasarkan seluruh perhitungan analisis faktor internal dan eksternal, serta
penyusunan matriks SWOT untuk ekowisata Muara Sungai Bajulmati, maka dapat
ditentukan skala prioritas dari alternatif strategi bagi pengelolaan ekowisata tersebut.
Adapun penilaian dari alternatif strategi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 20 Skala Prioritas Alternatif Strategi
Peringkat Alternatif Strategi Keterkaitan Jumlah Skor
1 Pelatihan rutin kepada masyarakat sekitar dari pengelola tentang konservasi dan ekowisata.
(S1,2,3, dan O1,2,3,4)
3,76
2 Perbaikan aturan tentang reservasi bagi pengunjung.
(W1,2,3,4 dan T2)
3,12
3 Penerapan peraturan secara bagi pengunjung tentang Daya Dukung Kawasan.
(S1,2,3dan T2)
2,6
4 Perbaikan, perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan ekowisata.
(W1,4dan O1,2,3,4)
2,47
68
Peringkat Alternatif Strategi Keterkaitan Jumlah Skor
5 Peningkatan keamanan dan penyuluhan berkala kepada masyarakat lokal.
(S1,2,3 dan T1,)
2,32
6 Peningkatan intensitas monitoring dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
(W1 dan T4) 2,16
7 Perbaikan pengelolaan dan peningkatan mutu SDM.
(W1,2,3 dan T1,2)
1,46
8 Pengadaan biaya tiket masuk yang konsisten.
(W2 dan O1,2,3,4)
1,33
9 Perekrutan anggota baru pengelola.
(W1,2 dan T1,2,)
1,21
4.8.6 Implementasi Alternatif Strategi Pengelolaan
Berdasarkan penilaian dan penyusunan matriks SWOT, maka didapat
rekomendasi alternatif strategi untuk pengelolaan kawasan ekowisata di Muara
Sungai Bajulmati, adapun alternatif strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan rutin kepada masyarakat sekitar dari pengelola tentang
konservasi dan ekowisata.
Pelatihan di sini dimaksudkan agar kesiapan masyarakat dalam mengelola
kawasan yang ada di daerahnya meningkat, Hal ini juga ditujukan agar
regenerasi para pelaku konservasi tetap berjalan.
2. Perbaikan aturan tentang reservasi bagi pengunjung.
Sebelumnya, banyak pengunjung yang datang dalam jumlah besar tanpa
koordinasi dengan pihak pengelola sebelumnya. Hal ini dikhawatirkan
menimbulkan kesulitan pihak pengelola dalam melayani para pengunjung.
3. Penerapan peraturan secara bagi pengunjung tentang Daya Dukung
Kawasan.
Penerapan peraturan ini merupakan salah satu pilar utama dari ekowisata.
Sebab jika ada lonjakkan pengunjung tanpa diimbangi dengan peraturan
mengenai daya dukung kawasan, maka hal ini dapat menjadi dampak negatif
yang besar bagi ekosistem.
69
4. Perbaikan, perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan
ekowisata.
Alternatif strategi ini bisa menjadi arahan bagi pengelola untuk menyiasati
kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sana. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara pengecekan fasilitas dan kerja bakti secara rutin bagi pengelola
dan juga masyarakat sekitar.
5. Pembuatan Tempat Pembuangan Akhir dan penyuluhan berkala kepada
masyarakat lokal.
Alternatif strategi ini diarahkan kepada pengelola untuk menjaga kawasan
ekosistem mangrove dari ancaman berupa sampah yang meningkat saat
musim hujan, hal ini bisa dilakukan dengan cara monitoring berkala. Selain
itu, perlu juga sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya regulasi
dalam pembuangan sampah.
6. Peningkatan intensitas monitoring dan rehabilitasi ekosistem
mangrove.
Untuk meminimalisir dampak dari rusaknya ekosistem mangrove akibat
kegiatan masyarakat lokal ataupun yang berasal dari kegiatan ekowisata
maka peningkatan intensitas monitoring dan rehabilitasi oleh pengelola perlu
dilakukan.
7. Perbaikan pengelolaan dan peningkatan mutu SDM.
Alternatif strategi kali ini memang sangat dibutuhkan dan dinilai akan berhasil
untuk meningkatkan mutu kualitas kawasan ekowisata. Namun yang
menjadikan alternatif strategi ini bukan menjadi prioritas utama karena
alternatif ini perlu pihak di luar pengelola sendiri. Pihak ini dapat berupa
pemerintah, akademisi, ataupun lembaga-lembaga lingkungan hidup untuk
dapat melakukan pelatihan ataupun penyuluhan terkait peningkatan mutu
SDM di kawasan ekowisata tersebut.
8. Pengadaan biaya tiket masuk yang konsisten.
Alternatif strategi ini dibuat atas dasar penarikan jumlah nominal tiket masuk
oleh pengelola kepada pengunjung masih belum konsisten. Hal ini menjadi
arahan bagi pengelola agar tata kelola dana menjadi optimal dan juga bisa
mengarahkan kepada pertumbuhan ekonomi yang kuat bagi masyarakat
sekitar.
70
9. Perekrutan anggota baru pengelola.
Alternatif strategi ini dimaksudkan agar pengelola yang lama mendapat
bantuan SDM yang baru, selain itu proses regenerasi sangat perlu untuk
tetap mengelola kawasan ini. Namun hal ini masih belum dapat menjadi
prioritas utama, sebab dukungan masyarakat memang besar untuk kawasan
ekowisata ini, tetapi di sisi lain mereka masih belum ada keinginan untuk
menjadi pengelola.
4.9 Kalender Atraksi Ekowisata Muara Sungai Bajulmati
Sebagai daerah ekowisata, pengelola ekowisata Muara Sungai Bajulmati
mempunyai jadwal sendiri dalam penyediaan atraksi bagi pengunjung. Adapun
atraksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21 Naturalist Calendar Catalogue
Bulan Atraksi Lokasi
Februari Berkano dan melihat satwa liar
Sepanjang sungai
Maret Berkano dan melihat satwa liar
Sepanjang sungai
April Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
Mei Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
Juni Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
Juli Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
Agustus Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
September Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Sepanjang sungai dan mangrove spot
Pada bulan Mei-September, atraksi yang disediakan adalah berkano, melihat satwa
liar, dan menanam mangrove. Kemudian pada bulan Oktober-Januari, tidak ada
71
atraksi yang disediakan oleh pengelola karena selain musim hujan yang
menyebabkan kenaikan pada muka air sungai, waktu selama 4 bulan ini juga
dipergunakan oleh pengelola untuk membersihkan sampah-sampah yang ada akibat
naiknya muka air sungai. Sebagai bagian dari implementasi strategi, ada beberapa
atraksi yang diusulkan kepada pengelola. Adapun atraksi-atraksi usulan bagi
ekowisata Muara Sungai Bajulmati adalah sebagai berikut:
Tabel 22 Atraksi yang Diusulkan
Atraksi Manfaat untuk
Konservasi
Manfaat untuk
Ekonomi
Dampak yang Timbul
Upaya Mengurangi Dampak
Berkano, melihat satwa, dan menanam mangrove
Penambahan jumlah vegetasi mangrove
Menambah pemasukan bagi pengelola
Banyaknya sampah dari pengunjung, mangrove yang ada terancam rusak
Membuat tempat sampah di Wild spot , memberlakukan peraturan yang tegas
Melihat satwa liar
Memberikan ruang bagi mangrove yang baru ditanam
Menambah pemasukan bagi pengelola
Banyaknya sampah dari pengunjung
Membuat tempat sampah di Wild spot , memberlakukan peraturan yang tegas
Berkano dan melihat satwa
Memberikan ruang bagi mangrove yang baru ditanam
Menambah pemasukan bagi pengelola
Membuat tempat sampah di Wild spot , memberlakukan peraturan yang tegas
Dalam usulan atraksi tersebut dipertimbangkan juga nilai daya dukung kawasan bagi
setiap kegiatan, terutama kegiatan menanam mangrove. Menurut hasil perhitungan,
nilai daya dukung kawasan bagi kegiatan menanam mangrove adalah sebesar 28
orang per hari. Maka usulan yang diajukan adalah kegiatan penanaman mangrove
dilakukan setiap satu bulan dalam satu tahun, hal ini dikarenakan kondisi ekosistem
mangrove yang rentan jika terus menerus menampung jumlah pengunjung
sepanjang tahun dan juga ketersediaan lahan bagi propagul yang akan ditanam.
72
5. KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Ekosistem mangrove di kawasan Muara Sungai Bajulmati dinilai cocok dan
berpotensi untuk dijadikan kawasan ekowisata. Hal ini berdasarkan kesesuaian yang
didapat antara perpaduan teori konsep ekowisata dengan kondisi lapang.
2. Daya dukung dari kegiatan berkano yang berlokasi di perairan ekowisata Muara
Sungai Bajulmati adalah sebanyak 140 orang/hari. Kemudian daya dukung dari
kegiatan menanam mangrove yang berlokasi di daratan kawasan ekowisata Muara
Sungai Bajulmati adalah sebanyak 28 orang/hari.
3. Strategi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan rutin kepada masyarakat sekitar dari pengelola tentang konservasi
dan ekowisata.
b. Perbaikan aturan tentang reservasi bagi pengunjung.
c. Penerapan peraturan secara bagi pengunjung tentang Daya Dukung Kawasan.
d. Perbaikan, perawatan dan penambahan fasilitas pendukung kegiatan
ekowisata.
e. Peningkatan keamanan dan penyuluhan berkala kepada masyarakat lokal.
f. Peningkatan intensitas monitoring dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
g. Perbaikan pengelolaan dan peningkatan mutu SDM.
h. Pengadaan biaya tiket masuk yang konsisten.
i. Perbaikan aturan tentang reservasi bagi pengunjung
j. Perekrutan anggota baru pengelola.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu diadakannya lagi kajian yang lebih mendalam tentang kondisi
masyarakat dari perspektif yang lebih luas.
2. Perlu diadakannya lagi kajian yang lebih mendalam tentang isu-isu yang
berkembang.
73
3. Perlu diadakannya lagi kajian yang lebih dalam tentang pengelolaan
ekowisata secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G 1999. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosiistem Mangrove. PKSPL. IPB. Bogor.
Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – IPB, Bogor
Bengen, D.G, 2003. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Peisisir - Sinopsis, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor.
Damanik, J., Helmut F.W.. 2009. Perencanaan Ekowisata : dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta : Pusat Studi Pariwisata (Puspar) & Andi Offset
Drumm, Andy, and Moore. 2002. Ecotourism Development – A Manual for Conservation Planners and Managers, Volume 1. The Nature Conservancy, Arlington, Virginia, USA
Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fakultas kehutanan. Universitas Gadjah mada.
Feller, I. C. 1996. Effects of nutrient enrichment on leaf anatomy of dwarf Rhizophora mangle L. (redmangrove). Biotropica 28: 13-22
Fennell, D.A. 2008. Ecotourism: an introduction. Edisi ketiga. Routledge. New York.
FishBase. Key identification. http://www.fishbase.org/index.php/taxonomy [12-1-2015].
Honey, M. 1999. Ecotourism and Sustainable Development: Who Owns Paradise?. Island Press, Washington DC
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Lundlberg, D.E., M.H. Stavenga, M. Krishnamoorthy. 1997. Ekonomi Pariwisata. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Mawardi, I. September 2006, "Pengembangan EKowisata Sebagai Strategi Pelestarian Hutan Mangrove". Volume 7, No.3.
Mangrovewatch. Mangroves Defined. http://www.mangrovewatch.org.au [11-10-2015]
74
M. Sitnik. 1996. MANGROVE ECOLOGY: A Manual for a Field Course A Field Manual Focused on the Biocomplexity on Mangrove Ecosystems. Smithsonian Institution. Washington. DC.
Muhlhausler, Peter. 2001. Discourses of ecotourism: the case of Fraser Island, Queensland. Departments of Linguistics and Anthropology, University of Adelaide, Adelaide, Australia. Page 359-380
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Bandung :PT.Ghalia Indonesia.
Patang. Desember 2012, "Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove (Kasus Di Desa Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai). Volume 8, No. 2
Patilima, H. 2005. Metode penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta
Pemkab Malang. Profil Desa Gedangan. . http://www.gedangan.malangkab.go.id [12-1-2015]
Rainforest Alliance SmartWood Program. 2005. High Conservation Value Forest (HCVF) Assessment Report for Serapung Unit, February 2005. 88pp.
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor
Saenger, P., E.J. Hegerl, and J.D.S. Davie, 1983. Global status of mangrove ecosystems. IUCN. Commision on Ecology No. 3
Saulina, S. 2002. Kajian Kesesuaian Ekowisata Mangrove Di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. USU. Vol. 38
Setiawan, A. Dwi, A. Susilowati dan Sutarno. 2002. Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem Mangrove di Jawa Petunjuk Praktikum Biodiversitas; Studi Kasus Mangrove. UNS Press. Semarang
Snedaker, S.C., 1978. Mangroves: their value and perpetion. Nature and Resources
14: 6-13.
Subadra. 2008. Ekowisata Hutan Mangrove Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara
Sugiono, A. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PI. Raja Grafindo Persada.
Surakhmad, Winarno.1985. Pengantar Penelitian Ilmiah – Dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito
75
The International Ecotourism Society. An introduction fact sheet on marine ecotourism. http://www.ecotourism.org/textfiles/marfaq.txt [11-10-2015].
Thomlinson, P.B. 1986. The botany of mangroves. Cambridge University Press:
London. Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya : Briliant
Internasional Wiharyanto, D., dan A. Laga. April 2010, "Kajian Hutan Mangrove Di Kawasan
Konservasi Desa Mamburungan Kota Tarakan Kalimantan Timur". Volume 2, No. 1.
World Tourism Organization (WTO). 2002. Tourism and poverty Alleviation. Spain.
World Tourism Organization (WTO). 2002. Enhancing the economic benefits of tourism for local communities and poverty alleviation. WTO. Madrid.
Voucat, V.S., Avila. 2002. Community-based ecotourism management moving towards sustainability, in Ventanilla, Oaxaca, Mexico. Environment Department, University of York, YO10 5DD York, UK. Jurnal of Ocean & Coastal Management. Vol 45 (2002) 511-529.
Yulianda, F. 2007. Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Berbasis Kesesuaian dan Daya Dukung. Bogor: IPB Press
Yusuf, A.M. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press
ZipCodeZoo. Key Identification. http://www.zipcodezoo.com/index.php/taxonomy [12-1-2015].
76
LAMPIRAN 1. Daftar Pertanyaan untuk Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) UNTUK MASYARAKAT
Isi atau berilah tanda (√ ) atau (x) pada pilihan jawaban di bawah ini
Tanggal Wawancara: _____________
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia :
4. Pendidikan : SD Diploma (D1, D2, D3)
SMP S1
SMA S2/S3
5. Pekerjaan :
6. Pendapatan : 250 ribu – 500 ribu
500 ribu – 750 ribu 1 juta – 2 juta
750ribu – 1 juta > 2 juta
II. PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI EKOWISATA
1. Apakah Anda mengetahui konsep ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda mengetahui bahwa daerah ini menjadi tujuan ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda mendukung kegiatan ekowisata yang dilakukan di Muara
Sungai Bajulmati?
a. Ya
b. Tidak
III. INFORMASI KONDISI EKOWISATA DI MUARA SUNGAI BAJULMATI
1. Bagaimana akses untuk mencapai Muara Sungai Bajulmati?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Cukup
d. Sulit
77
2. Apa saja fasilitas yang terdapat di Muara Sungai Bajulmati? (*boleh diisi lebih
dari satu)
Penginapan
Rumah makan
Penyewaan Alat
Sarana air bersih/air tawar
Lainnya (………………….)
3. Bagaimana kondisi fasilitas tersebut?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
4. Apakah fasilitas tersebut sudah mencukupi?
a. Sudah
b. Belum
5. Bagaimana keamanan dan kenyamanan di Muara Sungai Bajulmati?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
6. Apakah dengan luas kawasan wisata Muara Sungai Bajulmati dengan atraksi
yang ada dan jumlah wisatawan yang berkunjung sudah cukup sesuai?
a. Ya
b. Tidak, (alasan………………)
IV. SOSIAL-EKONOMI-KELEMBAGAAN
1. Menurut Anda, bagaimana pengelolaan yang terdapat di Muara Sungai
Bajulmati?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
2. Bagaimana hubungan antara masyarakat dan pihak pengelola?
a. Sangat baik
b. Baik
78
c. Cukup
d. Kurang
3. Apa saja kegiatan ekowisata yang diadakan di Muara Sungai Bajulmati?
Kano
Menikmati Pemandangan
Memancing
Lainnya (....................)
4. Apakah Anda ikut dilibatkan dalam kegiatan ekowisata di Muara Sungai
Bajulmati?
a. Ya, sebagai (…………….)
b. Tidak
5. Apakah Anda merasa terganggu dengan aktivitas wisatawan di Muara Sungai
Bajulmati?
a. Ya
b. Tidak
6. Kegiatan apa yang disukai wisatawan?
a. Menikmati pemandangan alam
b. Melakukan susur sungai dengan kano
c. Memancing
d. Lainnya (…………..)
7. Apakah ada kegiatan wisatawan yang merusak lingkungan?
a. Ya, (sebutkan………..)
b. Tidak
8. Apakah kegiatan ekowisata di Muara Sungai Bajulmati memberikan
pendapatan tambahan kepada Anda?
a. Ya
b. Tidak
9. Jika Ya, berapa besar penghasilan yang Anda dapatkan setiap hari dari
kegiatan ekowisata di Muara Sungai Bajulmati?
50 ribu – 75 ribu 125ribu – 150 ribu
75 ribu – 100 ribu >150 ribu
100 ribu – 125 ribu
79
10. Adakah kegiatan UKM yang dikembangkan oleh Desa Gedangan? Jika ada
apa?
11. Apakah produk utama dari Desa Gedangan?
12. Apakah ada acara budaya tahunan di Desa Gedangan? Jika ada seperti apa
acaranya?
V. ISU DAN PERMASALAHAN
1. Apa saja kegiatan pemanfaatan perairan yang biasa dilakukan
masyarakat? (misal: penangkapan, budidaya, dll)
2. Apakah dalam kegiatan penangkapan digunakan sejenis bom atau
racun?
3. Apa saja permasalahan yang terdapat di sekitar Muara Sungai Bajulmati?
4. Apa saran serta harapan yang dapat Anda berikan untuk pengelolaan
lebih lanjut di kawasan Muara Sungai Bajulmati?
5. Budaya apa yang dimiliki dan dapat dijadikan sebagai atraksi wisata?
80
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) UNTUK WISATAWAN
Isi atau berilah tanda (√ ) atau (x) pada pilihan jawaban di bawah ini
Tanggal Wawancara:_____________
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia :
4. Daerah Asal :
II. PERSEPSI MENGENAI EKOWISATA
1. Apakah Anda mengetahui tentang Ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda setuju apabila kawasan Muara Sungai Bajulmati dikembangkan
menjadi kawasan Ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda bersedia mengeluarkan biaya lebih (tambahan) untuk upaya
pelestarian lingkungan Muara Sungai Bajulmati?
a. Ya
b. Tidak
4. Jenis kegiatan pelestarian lingkungan apa yang Anda sarankan dilakukan di
Muara Sungai Bajulmati?
Konservasi Mangrove
Konservasi Burung
Konservasi Ikan
III. INFORMASI DASAR WISATAWAN
1. Darimana Anda mengetahui Muara Sungai Bajulmati?
a. Teman
b. Media cetak/online
c. Lainnya (…………..)
2. Apa tujuan kunjungan Anda ke Muara Sungai Bajulmati?
a. Berwisata
b. Penelitian/Pendidikan
c. Tugas Pekerjaan
81
d. Lainnya (………….....)
3. Mengapa Anda memilih Muara Sungai Bajulmati?
a. Jarak yang dekat
b. Biaya yang murah
c. Keindahan potensi alam
d. Lingkungan yang sepi dan alami
e. Lainnya (…………...)
4. Bersama siapa Anda berkunjung ke Muara Sungai Bajulmati?
a. Sendiri
b. Teman
c. Keluarga
d. Rombongan wisata/tour
e. Lainnya
5. Aktivitas wisata apa yang Anda sukai?
a. Menikmati pemandangan alam
b. Melakukan kegiatan berkano
c. Memancing
d. Lainnya (…………..)
6. Berapa biaya yang Anda keluarkan selama berwisata di Muara Sungai
Bajulmati?
a. 100 ribu – 150 ribu d. 250 ribu – 300 ribu
b. 150 ribu – 200 ribu e. < 300 ribu
c. 200 ribu – 250 ribu
7. Sudah berapa kali anda berkunjung ke Muara Sungai Bajulmati?.....kali
8. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk perjalanan wisata ini mulai
dariberangkat hingga kembali pulang?.................(jam atau hari)
9. Bila menginap, dimana?
Penginapan mess dalam kawasan Muara Sungai Bajulmati
Penginapan di sekitar kawasan Muara Sungai Bajulmati
Lainya......................
IV. PERSEPSI WISATAWAN MENGENAI SUMBERDAYA PESISIR MUARA
SUNGAI BAJULMATI
1. Bagaimana kondisi alam Muara Sungai Bajulmati?
82
a. Sangat indah
b. Indah
c. Biasa saja
d. Kurang
Alasan: …….
2. Bagaimana kondisi lingkunganMuara Sungai Bajulmati?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Biasa saja
d. Kurang
3. Menurut Anda, apa yang menjadi daya tarik utama Muara Sungai Bajulmati?
a. Konservasi mangrove
b. Keindahan pantai
c. Spot memancing
d. Lainnya (…………………………)
V. PERSEPSI WISATAWAN MENGENAI KONDISI FISIK MUARA SUNGAI
BAJULMATI
1. Bagaimana transportasi untuk akses menuju, dari dan selama di Muara
Sungai Bajulmati?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
2. Bagaimana akses untuk mencapai Muara Sungai Bajulmati?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Cukup
d. Sulit
3. Apa saja fasilitas yang terdapat di Muara Sungai Bajulmati? (*boleh diisi lebih
dari satu)
Penginapan
Rumah makan
Penyewaan Alat
Sarana air bersih/air tawar
Lainnya (………………….)
83
4. Darimana Anda mendapatkan fasilitas tersebut?
a. Akomodasi dari pihak pengelola
b. Akomodasi pribadi
c. Lainnya (………………..)
5. Bagaimana kondisi fasilitas tersebut?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
6. Apakah fasilitas tersebut sudah mencukupi?
a. Sudah
b. Belum
7. Bagaimana keamanan dan kenyamanan Anda di Muara Sungai Bajulmati?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup
d. Kurang
VI. PERSEPSI WISATAWAN MENGENAI SOSIAL-EKONOMI-MASYARAKAT
1. Bagaimana penerimaan masyarakat?
a. Sangat baik
b. Baik
c. Biasa saja
d. Kurang
2. Menurut Anda, apakah masyarakat sudah cukup dilibatkan dalam kegiatan
ekowisata di Muara Sungai Bajulmati?
a. Sudah, (kegiatan,…………..)
b. Belum
3. Menurut Anda apakah dengan adanya kegiatan ekowisata di Muara Sungai
Bajulmati memberi pendapatan tambahan kepada masyarakat?
a. Ya
b. Tidak
VII. Apa saran dan harapan Anda bagi pengembangan kawasan ekowisata di
Muara Sungai Bajulmati ?
84
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) UNTUK PENGELOLA
Isi atau berilah tanda (√ ) atau (x) pada pilihan jawaban di bawah ini
Tanggal Wawancara:_____________
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Usia :
4. Daerah Asal :
5. Pendidikan : SD Diploma (D1, D2,
D3)
SMP S1
SMA S2/S3
II. PENGELOLAAN EKOWISATA
1. Apakah Anda mengetahui tentang Ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda setuju apabila kawasan Muara Sungai Bajulmati dikembangkan
menjadi kawasan Ekowisata?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah ekowisata berperan bagi masyarakat?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, apa saja peran ekowisata tersebut?
4. Fasilitas apa saja yang terdapat di Muara Sungai Bajulmati?
Atraksi Wisata
Kebersihan
Monitoring Area
5. Kegiatan konservasi dan/atau edukasi apa yang sudah dilakukan terhadap
wisatawan?
6. Apakah tersedia guidelines bagi para pengunjung?
85
a. Ya
b. Tidak
7. Darimana saja pendapatan yang diperoleh oleh Muara Sungai Bajulmati?
8. Langkah apa saja yang sudah dilakukan pengelola Muara Sungai Bajulmati
untuk menarik minat wisatawan untuk datang?
86
LAMPIRAN 2. Lembar Perhitungan
1. Responden
a. Masyarakat
n = 512
1+512(0,04) = 24 orang
b. Wisatawan
n = 278
1+278(0,04) = 23 orang
c. Pengelola
n = 15
1+15(0,04) = 9 orang
2. Kerapatan Mangrove
a. Kerapatan Jenis (ind/ha) : Jumlah tegakan jenis I dalam setiap
hektar:
Di = ni
𝐴x 10.000m2
Di = Kerapatan jenis I
ni = Jumlah total tegakan dari jenis I
A = Luas total area pengambilan sampel (m2)
b. Kerapatan Relatif Jenis
𝑅𝐷𝑖 = 𝑛𝑖
∑𝑛𝑖 𝑥100%
Rdi = Kerapatan relatif jenis
ni = Jumlah tegakan jenis i
∑ni = Jumlah tegakan seluruh jenis
3. Dominansi Mangrove
a. Dominansi Jenis
Di =∑BA
A
Di = Dominansi (m2/Ha)
∑BA = Jumlah Basal Area jenis i (m2)
A = Luas plot (m2)
87
b. Dominansi Relatif Jenis
RDi =Di
∑D x 100%
RDi = Dominansi Relatif Jenis
Di = Dominansi
∑D = Dominansi seluruh jenis
4. Daya Dukung Kawasan
a. Berkano
DDK = 1 x 350
10 X
8
2 = 140 orang
b. Menanam Mangrove
DDK = 1 x 140
20 X
8
2 = 28 orang
5. Skoring Kecocokan Ekowisata
Skor = Bobot x Nilai
No. Kriteria Ekowisata menurut Damanik dan Weber
(2006) Nilai Bobot Skor
1 Atraksi Alam:
· Keindahan alam 20 5 100
· Keragaman flora dan fauna 20 5 100
· Kemudahan untuk mengamati pemandangan 15 5 75
· Ketersediaan ekosistem yang belum terjamah
manusia 10 4
40
2 Aksesbilitas:
· Tidak terlalu jauh dari bandara atau
pelabuhan 9 1
9
· Durasi dan keamanan perjalanan cukup
memadai 10 3
30
3 Atraksi Penunjang:
· Ketersediaan atraksi alam di kawasan
ekowisata 20 5
100
4 Atraksi Budaya:
· Tempat warisan atau peninggalan sejarah 10 1 10
· Kebudayaan lokal 10 1 10
5 Akomodasi:
· Ketersediaan atau kemungkinan pengembangan akomodasi yang memenuhi standar higienis 18
4 72
· Ketersediaan menu makanan yang praktis
dan higienis 10 2
20
6 Prasyarat Dasar:
· Jamanan keamanan wisatawan 18 5 90
· Ketersediaan bantuan dan perawatan medis 15 4 60
88
6. Skoring EFAS dan IFAS untuk SWOT
a. Penilaian
b. Pembobotan
Faktor IFAS
Faktor IFAS
Nilai Wawancara Responden Rata-rata
Jumlah Presentase Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9
s1 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3.2 21.17 0.21
s2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3.3 21.90 0.22
s3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 3.4 22.63 0.23
w1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1.4 9.49 0.09
w2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1.3 8.76 0.09
w3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.0 6.57 0.07
w4 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1.4 9.49 0.09
Σ 15.2 100.0 1.0
Faktor IFAS
& EFAS
Nilai Wawancara Responden Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9
s1 2 3 2 3 3 2 4 4 3 3
s2 1 2 4 3 3 3 2 2 1 2
s3 4 3 3 2 2 3 2 4 3 3
w1 3 1 2 2 3 4 3 1 2 2
w2 2 1 3 3 2 3 2 1 3 2
w3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2
w4 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3
o1 3 2 2 3 4 2 3 4 3 3
o2 3 4 2 2 3 1 2 3 2 2
o3 2 3 1 3 3 2 3 4 4 3
o4 3 2 4 4 3 3 2 2 3 3
t2 4 3 4 2 2 4 3 3 2 3
t3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3
89
Faktor EFAS
Faktor EFAS
Nilai Wawancara Responden
AVE Jumlah
Presentase Bobot 1 2 3 4 5 6 7 8 9
o1 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3.2 19.46 0.19
o2 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2.7 16.13 0.16
o3 3 2 2 3 4 4 3 4 3 3.1 18.79 0.19
o4 2 3 4 3 2 3 4 2 3 2.9 17.46 0.17
t2 2 3 1 2 1 2 3 3 3 2.2 13.41 0.13
t3 3 3 2 3 2 1 2 3 3 2.4 14.74 0.15
Σ 16.6 100.0 1.0