Post on 01-Nov-2021
63
STRATEGI PEMBELAJARAN MENGHADAPI REVOLUSI
PENDIDIKAN FOUR POINT ZERO (4.0) STUDI KASUS DI SMP NEGERI
KECAMATAN KINALI
KABUPATEN PASAMAN BARAT
Oleh: Ahd. Gozali
(SMP 5 Kinali)
ABSTRAK
Revolusi Industri 4.0 telah banyak merubah hidup dan kerja
manusia secara fundamental. Pendidikan 4.0 adalah program untuk
mendukung terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan
pemerataan kualitas pendidikan keterampilan abad 21, yaitu kolaborasi,
komunikasi, berpikir kritis dan kreatif. Seorang guru perlu
mempersiapkan berbagai strategi agar dapat menciptakan suasana
belajar yang lebih menguntungkan, baik dengan ataupun tidak
menggunakan kemajuan teknologi. Teknologi Pendidikan adalah
pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik dan alat
bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia. Di
sini diutamakan proses belajar itu sendiri di samping alat-alat yang
dapat membantu proses belajar itu. Teknologi pendidikan itu dalam
bahasa Inggris diistilahkan dengan instruktional technology atau
educational technology. Penelitian ini tertuju kepada guru di SMPN
Sekecamatan Kinali, dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan
metode pemgumpulan data dengan observasi dan wawancara. Penelitian
ini menemukan hasil. 1) Pembelajaran masih banyak yang menggunakan
pola lama. 2) Media ICT dan e-Learning belum sepenuhnya dapat
diterapkan. 3) Pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif, kritis dan
kreatif belum sepenuhnya terwujud. Bahkan masih jauh, jika para
pendidik tidak melakukan terobosan-terobosan inovatif dalam
pendekatan dan metode pembelajarannya. 4) Keefektifan problem
solving mutlak masih sangat diperlukan, agar persoalan-persoalan yang
muncul dalam pembelajaran dapat diatasi dengan cara yang tepat.
Sehingga kesan pembelajaran tidak terabaikan.
Key Word: Revolusi Industri 4.0. Pembelajaran Abad 21, Strategi
Pembelajaran 4.0
Pendahuluan
Era Revolusi Industri 4.0 (selanjutnya: Era 4.0) membawa dampak yang
tidak sederhana. Ia berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk
64
dalam hal ini adalah pendidikan. Era ini ditandai dengan semakin sentralnya peran
teknologi cyber dalam kehidupan manusia. Maka tak heran jika dalam dunia
pendidikan muncul istilah “Pendidikan 4.0”.
Revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara
fundamental. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri
generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas.
Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis
telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.
Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli
teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan
teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Ini adalah
lompatan dari pendidikan 3.0 yang mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi
kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile
berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak dan hal lain
dengan E di depannya.
Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan revolusi
industri keempat dimana manusia dan mesin di selaraskan untuk mendapatkan
solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi
baru. Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menyesuaikan kurikulum
pendidikan dengan tantangan dan kebutuhan pada era sekarang ini. Kurikulum
yang membuka akses bagi generasi milenial mendapatkan ilmu dan pelatihan
untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.
Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya pendidikan
cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses
dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan Kelas
Dunia untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki setidaknya 4 keterampilan
abad 21, yaitu kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada
standar kompetensi global dalam mempersiapkan generasi muda memasuki
realitas kerja global dan kehidupan abad 21.
Pada situasi seperti ini, guru memundak tanggung jawab besar dalam
membentuk moral bangsa, moral generasi penerus perjuangan the founding
65
fathers. Membimbing agar peserta didiknya untuk tidak kecanduan terhadap
gadged yang kurang sehat. Menimbulkan kecintaan belajar. Mengarahkan mereka
untuk menikmati kemajuan teknologi pada arah yang lebih positif.
Dikarenakan itulah, maka seorang guru perlu mempersiapkan berbagai
strategi agar dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menguntungkan, baik
dengan ataupun tidak menggunakan kemajuan teknologi. Moedjiono berpendapat
bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan
mengupayakan terjadinya antara aspek - aspek dari komponen pembentuk sistem
pembelajaran, dimana guru menggunakan siasat tertentu.1
Dalam menghadapi era pendidikan 4.0 Riley menyebutkan “Hari ini kita
menyiapkan para siswa untuk memasuki dunia kerja yang belum tercipta, dengan
menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk menyelesaikan
permasalahan yang juga belum diketahui”.2
Pendidikan mestinya berorientasi terhadap dunia kerja, dengan tidak
meyampinglkan akhlak, karakter, dan aspek non-materi lainnya. Hal ini dilakukan
agar pendidikan selaras dengan pancasila pada sila pertama.
Dari berbagai keterangan di atas, sepertinya ada yang luput dari para
pendidik, khususnya terhadap guru-guru yang berkhidmat di SMP Negeri
sekecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat, yaitu kurangnya persiapan dalam
menghadapi “era baru” ini. Imbas dari itu, pembelajaran terkesan kurang
mengasyikkan, peserta didik bosan, dan pembelajaran menjadi kurang diminati
dan menjadi aktivitas yang kurang mengasyikkan.
Pembelajaran yang disajikan yang bernuansa konvensional tidak lagi
diminati. Metode ceramah yang selama ini dianggap paling jitu tidak lagi
berfungsi, tugas rumah dianggap menjadi beban yang patut untuk dihindarkan,
dan berbagai persoalan lainnya yang membuat kelas bak penjara.
1 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Program Peningkatan Kualifikasi
Guru dan Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, (Cet. Ke I; Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 37 2 Ungkapan dari Richard Riley, Secretary of State of Education USA 1993-2001, lihat juga
pada Transformasi Perguruan Tinggi Era Pendidikan 4.0 lldikti5.ristekdikti.go.id/asset
66
Mengkaji hal itu, persoalan utamanya bukan hanya karena trend “anak
sekarang”, tetapi juga muncul dari sistem pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik yang belum siap dengan era pendidikan 4.0 dan
kemajuan abad 21. Sehingga solusi dan jalan keluar perlu dicarikan, agar
pelajaran menjadi lebih mengasyikkan dan menempati posisi pertama di hati
peserta didik dan menjadi kebutuhan yang mempunyai kecondongan
berpengetahuan secara psikologi. Maka strategi pembelajaran yang terintegrasi
dengan kemajuan teknologi dan revolusi industri mutlak diperlukan, dan harus
dikuasai oleh guru.
Penelitian ini berfokus kepada beberpa hal yang berkaitan dengan integrasi
teknologi dengan strategi pembelajaran, yaitu:
1. Budaya Belajar di SMP Negeri Sekecamatan Kinali
2. Integrasi ICT dalam Pembelajaran di SMP Negeri Sekecamatan Kinali
3. Model Pembelajaran Kolaborasi, Komunikasi, Berpikir Kritis dan Kreatif di
SMP Negeri Sekecamatan Kinali
4. Langkah-langkah Problem Solving yang Dilakukan Oleh Guru
A. Pengertian Strategi
Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar
haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola
umum kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.3
Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular aducational goal (J.R.
David, 1976). Jadi dengan demikian, strategi pembelajaran dapat diartikan
3 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia,
2005), h. 11
67
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.4
Kemp (1995) menjelaskan, bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat
diatas, Dick and Carrey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah sutu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.5
Dari beberapa pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati,
yakni : pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru
sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan, berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan yang jelas dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah ruh dari implementasi sautu strategi.6
B. Kontribusi Strategi Terhadap Capaian Belajar
1. Manfaat Strategi Pembelajaran Bagi Siswa.
a. Siswa terbiasa belajar dengan perencanaan yang disesuaikan dengan
kemampuan diri sendiri
b. Siswa memiliki pengalaman yang berbeda beda dengan temannya,
meski ada juga pengalaman belajar yang sama.
c. Siswa dapat memacu prestasi belajar berdasarkan kecepatan
belajarnya sendiri secara optimal.
4 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2008), h. 186 5 Ibid., h. 187
6 Zaenal mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan : Matagraf
Yogyakarta, 2017), h. 93-94
68
d. Terjadi persaingan yang sehat dalam mencapai hasil belajar yang
efektif dan efisien.
e. Siswa dapat mencapai kepuasan jika dapat mencapai hasil belajar
sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
f. Siswa dapat mengulang uji kompetensi ( remidi ) jika terjadi
kegagalan dalam Uji kompetensi.
g. Siswa dapat berkolaborasi dalam proses pembelajaran, sehingga
menumbuhkan tanggung jawab bersama dan tanggung jawab diri
sendiri.
2. Manfaat Strategi Pembelajaran Bagi Guru.
a. Guru dapat mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil
yang efektif dan efisien.
b. Guru dapat mengontrol kemampuan siswa secara teratur.
c. Guru dapat mengetahui bobot soal yang dipelajari siswa pada saat
proses belajar mengajar dimulai.
d. Guru dapat memberikan bimbingan kepada siswa, ketika siswa
mengalami kesulitan, misalnya dengan memberikan teknik
pengorganisasian materi yang dipelajari sisiwa, atau teknik belajar
yang lain.
e. Guru dapat membuat peta kemampuan siswa, sehingga dapat dipakai
sebagai bahan analisis.
f. Guru dapat melaksanakan program belajar akseleratif bagi siswa yang
mampu.
3. Integrasi Strategi Pembelajaran dengan Teknologi
Teknologi Pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan
penilaian sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar
itu sendiri di samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu.
69
Teknologi pendidikan itu dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan
instruktional technology atau educational technology.7
Dengan menggunakan bantuan teknologi informasi dan komunikasi
tersebut, dan dengan adanya alat-alat itu dapat mengubah pikiran manusia,
mengubah cara kerja dan cara hidupnya. Demikian juga, pendidikan tidak
terlepas dari pengaruh teknologi. Kejadian ini dapat diidentifikasikan
sebagai kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan
komunikasi.8
Dalam dunia pendidikan, ada beberapa hal yang termasuk sebagai
teknologi pembelajaran. Sebagiannya di jelaskaskan di bawah ini:
1. E-Learning
E-learning atau electronic learning merupakan konsep
pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan media elektronik.
Perkembangan teknologi yang sangat maju di era modern dan
globalisasi memungkinkan berbagai kegiatan dilakukan secara cepat
dan efisien. Perkembangan teknologi sudah banyak memberi pengaruh
terhadap cara hidup kita, salah satunya adalah dalam bidang
pendidikan dengan penggunaan e-learning dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah, perguruan tinggi, dan lain sebagainya.
Knight dalam Saefuddin mengungkapkan bahwa E-
learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke
pembelajaran. Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus
pergi keluar untuk mencari pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan
Model e-learning disebut juga Pull Model of Learning.9
Tujuan dari pengembangan e-learning sendiri adalah proses
belajar sepanjang waktu (long life learning), siswa/mahasiswa dapat
lebih aktif dalam proses pembelajaran, menghemat waktu karena
7 Nasution, Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 1
8 Ibid. h. 99
9 Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008), h. 71
70
apabila diterapkan dalam proses belajar maka mahasiswa tidak perlu
harus hadir di kelas hanya untuk mengumpulkan tugas, cukup tugas
tersebut dikirim melalui aplikasi pada mobile phone yang secara tidak
langsung akan meningkatkan kualitas proses belajar itu sendiri.
Dalam Sanaki: 2009, Secara khusus Clark dan Mayer
mengungkapkan bahwa e-learning mempunyai ciri-ciri antara lain:
a. Memiliki content yang relevan dengan tujuan pembelajaran,
b. Menggunakan metode instruksional, misalnya penyajian contoh
dan latihan,
c. Membangun pemahman dan kemampuan yang terkait dengan
tujuan pembelajaran baik secara perorangan atau kelompok,
d. Menggunkan elemen-elemen seperti kata-kata dan gambar-
gambar untuk menyempaikan materi pembelajaran.10
Sesuai dengan konsep e-learning, maka Tujuan dari penggunaan
e-learning sebagai sistem pembelajaran adalah:
a. Meningkatkan klualitas belajar pembelajar.
b. Mengubah budaya mengajar pengajar.
c. Mengubah belajar pembelajar yang pasif kepada budaya belajar
yang aktif, sehingga terbentuk indepen- dent learning.
d. Memperluas basis dan kesempatan belajar oleh
masyarakat.
e. Mengembangkan dan memperluas produk dan layanan
baru.11
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan
pembelajaran yang berbasis E-Learning. Diantaranya adalah dengan
memanfaatkan beberapa aplikasi yang telah didesain oleh para ahli.
Aplikasi-aplikasi ini memungkinkan peserta didik untuk belajar sendiri
10
Hujair A.H Sanaky, Media Pembelajaran, (Yogyakarta, Safiria Insani Press, 2009), h.
208 11
Ibid. h. 204-205
71
di rumahnya. Guru sebagai pembimbing bisa mengirimkan materi
ajarnya di sana, juga bisa melakukan evaluasi online, tanpa harus
terikat dengan waktu dan tempat. Aplikas-aplikasi yang dimaksud
adalah:
a. Geschool
Geschool adalah website jejaring sosial edukasi. Sebagaimana
jejaring sosial lainnya, geschool bertujuan untuk pertemanan
dengan berbagai fiturnya dan geschool menggabungkan
kemampuan jejaring sosial Facebook dan Twitter sehingga sangat
layak untuk menjadi media sosial baik pelajar maupun masyarakat
secara luas. Namun basis utama dari geschool adalah tersedianya
pembelajaran online yang lengkap yang dirancang sedemikian rupa
untuk dapat belajar kapan saja dimana saja seiring aktivitas sosial
seseorang. Dan karena berbasis pendidikan ini geschool secara
khusus membangun komunitas sekolah – sekolah baik secara
akademis maupun sosial.
Geschool menyediakan berbagai macam kebutuhan tentang
pendidikan mulai dari materi pelajaran-pelajaran, contoh soal-soal
ujian, dari mulai sekolah dasar hingga sekolah menengah. Sehingga
banyak berguna untuk memudahkan siswa dalam belajar. dengan
tampilan yang menarik juga membuat siswa tertarik dan nyaman
dalam belajar. Selain itu geschool juga menyediakan berbagai
macam kuis atau permainan sehingga membuat kita tak jenuh
dalam menggali informasi. dengan banyaknya reaword membuat
kita lebih semangat dalam mengumpulkan poin untuk mencapai
tingkatan yang lebih tinggi.12
b. Edmodo
Edmodo adalah platform pembelajaran berbasis jejaring sosial
yang diperuntukan untuk guru, murid sekaligus orang tua murid.
12
https://www.geschool.net
72
Edmodo pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 2008 oleh
Nic Borg dan Jeff O’hara dan Edmodo sendiri bisa dibilang
merupakan program e-learning yang menerapkan sistem
pembelajaran yang mudah, efisien sekaligus lebih menyenangkan.13
Edmodo menjadi salah satu jaringan sosial yang paling cepat
berkembang di tahun 2011 awal, terbukti dengan adanya sekitar 1
juta pengguna di dalamnya. Hanya beberapa bulan kemudian,
pengguna bertambah menjadi 7 juta orang dan akhirnya pada tahun
2015, terdapat 50 juta pengguna Edmodo yang berasal dari
berbagai belahan dunia.
Edmodo mempunyai beberapa manfaat dalam pembelajaran
sebagai berikut :
1) Edmodo merupakan wahana komunikasi dan diskusi yang
sangat efiesien untuk para guru dan murid.
2) Dengan Edmodo, siswa satu dengan siswa lainnya dapat
dengan mudah berinteraksi dan berdiskusi dengan pantauan
langsung dari gurunya.
3) Selain itu, Edmodo mempermudah komunikasi antara guru,
murid sekaligus orang tua murid.
4) Sebagai sarana yang tepat untuk ujian maupun quiz.
5) Guru dapat memberikan bahan ajar seperti pertanyaan, foto,
video pembelajaran kepada murid dengan mudah. Selain itu,
murid juga dapat mengunduh bahan ajar tersebut
6) Dengan adanya Edmodo, orang tua murid dapat memantau
kegiatan belajar anaknya dengan mudah.
7) Mempermudah guru dalam memberikan soal dari mana saja
dan kapan saja.
c. Blogger
Media blog ini pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com,
yang dimiliki oleh Pyra Labs sebelum pada akhirnya diakuisisi oleh
13
https://go.edmodo.com/about/
73
pihak Google pada sekitar akhir tahun 2002.14
Semenjak itu,
banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka
(open source) yang diperuntukkan kepada perkembangan para
penulis blog (blogger) tersebut.
Blog merupakan singkatan dari "Web Log" adalah sebuah
aplikasi web yang berupa tulisan-tulisan ataupun gambar yang
biasa disebut dengan sebuah posting atau postingan dalam sebuah
halaman website umum seperti blog. Tulisan-tulisan ini seringkali
dimuat dalam urut terbalik biasanya isi terbaru dahulu baru
kemudian diikuti isi yang lebih lama, meskipun tidak selamanya
seperti ini. Situs web seperti blog ini biasanya dapat diakses oleh
semua pengguna Internet sesuai dengan topik atau tujuan yang
sedang dicari oleh pengunjung atau visitor darisearch engine.
Educational Blogger Network dalam “use weblog technology
for the teaching of writing and reading across the disciplines”
(eBn, 2003) menambahkan bahwa blog telah mampu merambah
segala bidang, mulai jurnalisme, politik, hiburan, dan pendidikan,
dari pendidikan awal sampai lanjutan. Meskipun masih berupa
embrio, namun ide tersebut menyimpan potensi untuk berkembang
lagi. Campbell (2003) lebih lanjut menyarankan kalau blog bisa
digunakan sebagai media bagi mahasiswa untuk mengungkapkan
pendapat, ide, dan informasi menarik lainnya dalam lingkup
pembelajaran bahasa Inggris. Duber (2002) bahkan telah
menyediakan link ke beberapa blog tutor yang ada di dunia maya
sana.
d. Google Kelas
Google Kelas atau Google Classroom adalah serangkaian
tools produktivitas gratis dari Google meliputi Gmail, Drive, dan
Docs, tersedia untuk pengguna Google Apps for Education.
14
Alfa Hartoko, Menjadi Kaya dan Terkenal dengan Blogspot, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), h. 2
74
Classroom dirancang untuk membantu guru atau pengajar membuat
dan mengumpulkan tugas tanpa menggunakan kertas, termasuk
fitur untuk menghemat waktu Guru seperti kemampuan untuk
membuat salinan Google Docs secara otomatis bagi setiap siswa.
Classroom juga dapat membuat folder Drive untuk setiap tugas dan
setiap siswa, agar semuanya tetap teratur.
Google Classroom membuat kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih produktif dan bermakna dengan menyederhanakan
tugas, meningkatkan kolaborasi, dan membina komunikasi.
Pengajar dapat membuat kelas, memberikan tugas, mengirim
masukan, dan melihat semuanya di satu tempat.15
2. Media ICT dalam Kelas
Secara etimologi media berasal dari bahasa latin dan merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti ‘perantara’
atau ‘pengantar’. Kata kunci media adalah “perantara”.16
Sedangkan
media secara terminologi cukup beragam, sesuai sudut pandang para
pakar media pendidikan. Heinich, dkk misalnya mengemukakan istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber
dan penerima.17
Sadiman mengatakan, media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.18
Dalam proses pembelajaran antara meteri, guru, strategi dan
media, dan siswa menjadi rangkaian mutual yang saling
mempengaruhi sesuai kedudukan masing–masing. Guru berkedudukan
15
https://support.google.com/edu/classroom/ 16
Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2012), h. 26 17
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), h.4 18
Arief S. Sadiman, et. all, Media Pendidikan “Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya”, (Bandung: Rajawali Pers, 2010, h. 6
75
sebagai penyalur pesan dan siswa berkedudukan sebagai penerima
pesan. Sedangkan media berkedudukan sebagai perantara dalam
pembelajaran. Namun pemilihan media yang tepat sangat dipengaruhi
strategi, pendekatan, metode dan format pembelajaran yang digunakan
guru.19
Perkembangan Information and Communication Technology
(ICT) atau Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat sejalan dengan
perkembangan teknologi telekomunikasi, termasuk jaringan komputer.
Berbagai teknologi dan aplikasi pendukung juga telah dikembangkan
sebagai upaya untuk mendukung dan mempermudah aktivitas
kehidupan manusia dan organisasi, termasuk kegiatan belajar mengajar
dalam dunia pendidikan.
Sebagai perangkat yang dipergunakan dalam pembelaajaran,
media pembelajaran berbasis ICT ini memiliki manfaat yang sangat
banyak. Di antaranya: 20
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik dan pengetahuan.
d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat
kerana kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk
mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang
cukup banyak dan kemungkinanya dapat diserap oleh siswa.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata
dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara
yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
19
Musfiqon, Op., Cit., h. 37 20
Azhar Arsyad, Op., Cit., h. 25-27
76
f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secra individu.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
h. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif, beban guru
untuk menjelaskan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran
dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga dapat memusatkan
perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti mengatakan manfaat
dari media pembelajaran berbasis ICT adalah sebagai alat bantu
seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
peserta didik agar menjadi lebih baku dan lebih jelas dengan mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera sehingga
memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai bakat dan
kemampuan visual, auditor, dan kinestetiknya.
Dalam aplikasinya, media pembelajaran berbasis ICT yang bisa
dimanfaatkan dan dirancang oleh guru, kemudian dipergunakan di
dalam kelas sangat banyak. Diantaranya:
a. MS Powerpoint
Microsoft Power Point merupakan salah satu program
berbasis multi media yang dirancang khusus untuk menyampaikan
presentasi yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi
yang menarik. Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik
untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai
kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-
animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.
Banyak manfaat yang dimiliki oleh PowerPoint di antaranya:
77
Program atau software ini mempunyai beragam fungsi dan
manfaat, antara lain:
1) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan
animasi.
2) Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik.
3) Dapat disimpan dalam bentuk CD / Disket / Flashdisk,
sehingga paraktis untuk di bawa ke mana-mana.
4) Memudahkan pengguna mengatur materi yang hendak
disampaikan.
5) Membuat audience lebih gampang memahami materi presentasi
karena hanya menampilkan poin-poin utama yang disuguhkan
dalam bentuk slide.
6) Membuat penyajian materi lebih berkesan, apalagi jika
pengguna menambahkan animasi-animasi di dalamnya. Sebab,
pada kasus yang sering ditemui, audience kurang fokus dan
bosan apabila materi nan ditampilkan monoton.
b. Prezi
Prezi adalah sebuah perangkat
lunak untuk presentasi berbasis internet (SaaS). Selain untuk
presentasi, Prezi juga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengeksplorasi dan berbagi ide di atas kanvas virtual. Prezi
menjadi unggul karena program ini menggunakan en:Zooming
User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna Prezi untuk
memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi mereka.
Prezi digunakan sebagai alat untuk membuat presentasi
dalam bentuk linier maupun non-linier, yaitu presentasi terstruktur
sebagai contoh dari presentasi linier, atau presentasi berbentuk
peta-pikiran (mind-map) sebagai contoh dari presentasi non-linier.
Pada Prezi, teks, gambar, video, dan media presentasi lainnya
ditempatkan di atas kanvas presentasi, dan dapat dikelompokkan
dalam bingkai-bingkai yang telah disediakan. Pengguna kemudian
78
menentukan ukuran relatif dan posisi antara semua objek presentasi
dan dapat mengitari serta menyorot objek-objek tersebut. Untuk
membuat presentasi linier, pengguna dapat membangun jalur
navigasi presentasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Prezi sendiri bermanfaat sebagai:
1) Membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan dan
informati
2) Meningkatkan kualitas belajar.
3) Pembelajaran menggunakan prezi lebih baik dari pada hanya
menerangkan tanpa menggunakan media apapun
4) Dengan adanya pembelajaran menggunakan prezi, siswa akan
lebih tertarik terhadap pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran lebih berkualitas
5) Materi juga akan lebih tersusun secara sistematis, sehingga
mempermudah guru pada saat menjelaskan materi
c. Lectora Inspire
Lectora inspire adalah Authoring Tool untuk pengembangan
konten E-Learning yang dikembangkan oleh Trivantis Corporation.
Pendirinya adalah Timothy D. Loudermilk di Cincinnati, Ohio,
Amerika tahun 1999. Pada tahun 2000, Lectora menjadi yang
pertama sistem Authoring AICC-bersertifikat di pasar. Pencapaian
ini memberikan Lectora kredibilitas yang dibutuhkan untuk
mendapatkan penerimaan dalam industri elearning. Lectora inspire
merupakan salah satu program aplikasi yang dapat digunakan
untuk membuat presentasi maupun media pembelajaran.
Selanjutnya pada tahun 2011 Lectora mendapat penghargaan
dalam bidang produk E-Learning inovatif, Authoring tool, Tool
presentasi terbaik dan teknologi E-Learning terbaik.
Keuntungan lainnya menggunakan lectora Inspire sebagai
media pembelajaran. Yaitu:
79
1) Lectora itu mudah, dapat dimanfaatkan guru atau siapapun
yang belum (bahkan tidak) mahir menggunakan bahasa
pemrograman yang rumit.
2) Sistem pembelajaran lebih interaktif.
3) Lectora itu multifungsi, dapat digunakan untuk membuat
website, konten e-learning interaktif, dan presentasi produk
atau profil perusahaan.
4) Mampu mengombinasikan gambar, audio, video, dan animasi
dalam satu kesatuan.
5) Fitur-fitur yang disediakan Lectora Inspire sangat
memudahkan pengguna pemula untuk membuat multimedia
(audio dan video) pembelajaran.
6) Mampu memvisualisasikan materi abstrak.
7) Media penyimpanan yang ralatif mudah dan fleksibel.
8) Template Lectora cukup lengkap.
9) Lectora Inspire menyediakan Media library yang sangat
membantu pengguna.
10) Mampu membawa objek besar dalam kelas.
11) Lectora sangat memungkinkan penggunanya untuk
mengkonversi presentasi Microsoft PowerPoint ke konten e-
learning.
12) Menampilkan objek yang tidak bisa dijangkau oleh mata
telanjang.
13) Lectora Inspire menyediakan 8 tipe pertanyaan yang mudah
diterapkan disertai skor di akhir evaluasi.
d. Ispring Suite
iSpring merupakan perangkat untuk membuat media
pembelajaran yang bersifat presentasi yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran yang memuat aspek media pada audio, visual,
audio visual, dan beragam jenis evaluasi yang sudah disediakan.
Selain itu, iSpring dapat mengkonversi file powerpoint menjadi
80
bentuk flash yang aktraktif sehingga user dapat menggunakannya
baik secara langsung maupun dioptimalkan untuk pembelajaran
dalam bentuk e-learning. berinteraksi langsung terhadap materi
yang disampaikan ditambah dengan materi-materi pokok dalam
power point.
iSpring adalah adalah alat yang memberikan beberapa fitur
pada power poiny yang di dalamnya termasuk terdapat karakter
simulasi dialog yang realistik dengan tambahan fitur evaluasi
penilaian. Hasil dari pembuatan media pembelajaran menggunakan
iSpring dapat dikonversikan dalam bentuk format flash, power
point, HTML5, dan MP4 video, atau bahkan bisa dijadikan sebagai
media berbasis mobile.
Software iSpring sudah banyak digunakan dalam berbagai
bidang seperti bidang pemasaran, video simulasi, interaksi kursus,
hingga pada pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan proses
pembuatannya yang mudah tetapi dapat menciptakan karya yang
inovatif dan menarik.
METODE PENELITIAN
A. Model dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research)
yang bermaksud mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok,
lembaga, dan masyarakat.21
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu
peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut
perspektif peneliti sendiri.22
Pendekatan ini digunakan karena data yang
21
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), h. 5 22
Ibid., h. 81
81
diperoleh adalah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis dan lisan
dari orang-orang serta berupa perilaku yang diamati.
B. Sumber Data
Pengumpulan data merupakan cara-cara tertentu atau teknik-teknik
tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. 23
Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.24
Teknik
pengumpulan data ini menggunakan pendekatan Field Research, yaitu riset
yang dilakukan di ranah atau medan terjadinya gejala- gejala,25
Data-data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari sumber primer
yaitu sumber yang langsung didapat dari objek penelitian, atau datang
langsung dari sampel yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini data
Primernya adalah guru PAI dan peserta didik di SMP Negeri sekecamatan
Kinali yang diambil secara random.
Menurut Sugiyono, bermacam-macam teknik pengumpulan data yang
secara umum melipiti: observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan
gabungan.26
Maka dalam penelitian ini, peneliti menetapkan teknik yang pakai
adalah teknik gabungan, yaitu menggabungkan hasil antara observasi,
wawancara. Dijelaskan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan.27
Observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
23
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan islam Pengembangan Ilmu Berparadigma
Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), h. 56 24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2012), h. 308 25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), h. 63 26
Ibid., h. 309 27
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2004), h. 104
82
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.28
Sanafiah Faisal membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar
(overt observastion and covert observastion), observasi yang tak
berstruktur (unstructured observation), masing-masing tipe dan jenis
observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material
sumber data penelitian.29
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam
penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap.
Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat dan
mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka.
Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan
menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.30
Observasi Terus Terang atau Tersamar Konsekuensinya peneliti
harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik pengumpulan data
di lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat
alamiah.
Observasi berstruktur, fokus observasi akan berkembang selama
kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas
seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara
berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen yang telah baku,
tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.31
Dari keterangan di atas, maka dalam penelitian ini, penalti
menetapkan jenis observasi yang digunakan adalah observasi terstuktur,
28
Sugiyono, Op. Cit., h. 310 29
Ibid. 30
Ibid., h. 310 31
Ibid., h. 310-313
83
karena dalam melakukan observasi ini, peneliti telah menentukan beberapa
hal yang akan diamati dan berapa hal data yang akan diperoleh, seperti :
(1) program pembelajaran guru PAI, (2) strategi yang digunakan guru PAI,
(3) metode pembelajaran guru PAI, dan (4) problem solving oleh guru pai
terhadap peserta didik,
2. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan –
pertanyaan pada responden.32
Wawancara lapangan adalah produksi
bersama peneliti dan anggota. Anggota yang peserta aktif yang wawasan,
perasaan, dan kerjasama merupakan bagian penting dari proses diskusi
yang mengungkapkan makna subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari
keterlibatan bagaimana dia mendengarkan, menghadiri, mendorong,
menyela, memulai topik, dan berakhir tanggapan-merupakan bagian
integral akun responden.
Esterberg mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu;
Wawancara terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur
(semistructure Interview); Wawancara tak berstruktur (unstructured
Interview).33
Maka dalam penelitian ini, teknik wawancara yang
dipergunakan adalah wawancara restruktur.
C. Metode Analisis
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema atau
dapat dirumuskan. Keabsahan informasi penelitian diperoleh melalui langkah
sebagai berikut:
1. Mereduksi data merupakan proses menyeleksi, merangkum, memilih hal-
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu.34
32
Ibid., h. 39 33
Ibid., h. 317-319 34
Ibid., h. 338
84
2. Mendisplaykan data adalah menampilkan informasi yang diperoleh dari
proses reduksi data kemudian informasi tersebut dihimpun dan
diorganisasikan berdasarkanfokus permasalahan yang diteliti.35
3. Menarik kesimpulan dan verifikasi data.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Budaya belajar guru PAI di SMP Negeri sekecamatan Kinali
Pada bagian ini, penulis melihat beberapa aspek yang dilakukan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran. Penulis melakukan observasi yang sifatnya
partisipan. Terlihat bahwa dalam mengajar, guru-guru lebih banyak
menggunakan metode dan pendekatan konvensional. Metode yang digunakan
ceramah monoton, tulis tugas monoton. Guru masuk ke dalam kelas dan
menyuruh peserta didik membahas LKS nya dan mengerjakan beberapa soal
yang ada di dalamnya.
Dalam wawancara dengan salah seorang guru, beliau menyebutkan
bahwa dirinya tidak sempat membuat rancangan desain dan metode
pembelajaran. Beliau memberikan alasan bahwa guru banyak disibukkan hal
lain sesudah pulang sekolah. Di sana memang banyak guru yang menyibukkan
dirinya dengan berbagai hal, seperti berkebun dan lain sebagainya. Hal ini
membuat guru tidak sempat merancang desain pembelajaran yang dapat
disajikan secara menarik kepada peserta didik.
Sesuai dengan pengamatan penulis, secara umum pembelajaran yang
dilakkuan diberbabai sekolah ini adalah berupa pembelajaran satu arah,
dimana guru mendominasi kelas. Peserta didik jarang dibimbing untuk
berkolaborasi. Peserta didik juga jarang diberikan kesempatannya untuk
memberikan gagasannya terkait materi yang dipelajari.
Meski demikian, disetiap sekolah, ada beberpa guru yang mengerti dan
dapat mengoperasikan berbagai teknologi dalam pembelajaran, namun
terkendala oleh sarana dan prasarana yang kurang memadai. Rata-rata dalam
setiap sekolah hanya mempunyai satu atau dua proyektor, dan tidak seberapa
35 Ibid., h. 341
85
sekolah yang menyediakan koneksi internet yang dpaat diakses oleh guru
maupun peserta didik untuk menunjang pembelajaran yang dilaksanakan.
Tentunya hal ini menjadi penghambat besar dalam melakukan inovasi
pembelajaran yang terintegrasi dengan tuntutan global.
B. Integrasi ICT dalam Pembelajaran di SMP Negeri Sekecamatan Kinali
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran dimana peserta
didik aktif berkontribusi dalam menuntaskan materi pelajaran yang sedang
dibahas. Untuk mencapai hal ini, tentunya pendidik harus mempunyai
kompetensi dibidang pengelolaan pembelajaran. Dalam menyajikan
pembelajaran guru dituntut mempunyai kemampuan dalam mengoperasikan
berbagai alat yang dapat dijadikan media pembelajaran berbasis ICT.
Dalam kasus ini, peneliti melakukan pengamatan di SMPN 6 Kinali.
Sebagian besar guru sudah mampu mengoperasikan media jenis ini meski
belum terlalu mahir, namun kepandaiannya cukup untuk mengorganisasikan
peserta didik saat pembelajaran dilaksanakan. Meskipun demikian, guru
belum mau memanfaatkan sumber daya yang ada. Akibatnya berbagai sarana
pembelajaran yang telah disediakan oleh sekolah tidak termanfaatkan.
Bapak Sulpianto misalnya, seorang guru yang mengajarkan Pendidikan
Jasmani dan Olah Raga, yang lebih memilih pembelajaran dilaksanakan di
bawah teriknya matahari untuk mempraktekkan berbagai gerakan dan teori
yang terdapat dalam bidang studinya. Seharusnya, saat-saat seperti ini, media
pembelajaran ICT sangat membantu guru dan peserta didik. Karena merasa
bosan dan lelah, peserta didik lebih memilih bermain di kantin daripada
belajar di lapangan yang panas. Guru dan peserta didik tentunya akan
dirugikan kondisi seperti ini.
Ibu Erni Yeti, sebagai wakil kurikulum menyampaikan, “kami sudah
berupaya untuk menyediakan berbagai fasilitas belajar, namun guru-guru
belum bisa memanfaatkannya dengan maksimal”. Salah seorang guru yang
mengajarkan bidang studi Bahasa Inggris menyebutkan:
86
“dulu pembelajaran juga dilakukan seperti ini (ceramah dan mencatat. ed), tapi
siswa mengerti, anehnya anak-anak sekarang tidak bisa dilakukan seperti itu.
Jika kami dipaksa harus menggunakan Infokus, hal itu tidak mungkin, banyak
di antara kita yang belum memahami penggunaannya”.
Untuk persoalan yang berkaitan dengan penerapan ICT dalam
pembelajaran, yang merupakan imbas dari revolusi 4.0 dan tutuntutan
pembelajaran abad 21, maka yang aktif dalam dalam bidang ini hanya SMPN
2 Kinali, itupun hanya terbatas pada media pembelajaran yang didesain
menggunakan MS Powerpoint, itupun karena sekolah ini merupakan sekolah
SMP model di Kecamatan Kinali yang telah disumbsidi oleh pemerintah.
Sisanya seperti e-learning dan penilaian harian atau penilaian tengah semester
berbasis online sama sekali belum pernah dilakukan. Guru PAI SMPN 6
penah melakukannya dua kali, satu kali dengan Geschool dan satu kali dengan
Googke Classroom pada semester satu tahun pelajaran 2019/2020.
C. Model Pembelajaran yang Kolaboratif, Komunikatif, Kritis dan Kreatif
di SMP Negeri Sekecamatan Kinali
Penulis bertanya kepada salah seorang guru di SMPN 3 Kinali tentang
bagaimana cara guru tersebut mengajar di kelas. Guru ini menyebutkan:
“Bidang studi yang saya ajarkan itu Matematika. Saya masuk ke dalam kelas,
dan sesudah mengambil absensi siswa, saya memulai pembelajaran dengan
menjelaskan materi yang sedang dipelajari. Saya menjelaskan berbagai rumus
yang dipakai pada saat itu, menjelaskannya satu persatu. Nanti sesudah saya
selesai menjelaskan, saya memerintahkan beberapa siswa untuk maju ke
depan menjawab beberapa soal yang saya buat. Menggunakan langkah-
langkah yang saya ajarkan. Kemudian peserta didik akan melihat.”
Dari ungkapan salah seorang guru di atas, terlihat bahwa guru tersebut sudah
memenuhi aspke kolaborasi dan komunikasi, sesuai dengan tuntutan
pembelajaran abad 21. Namun pada aspek kritis dan kreatif, belum terlihat
padan strategi pembelajaran yang dilakukannya.
Ibu Nur dari SMPN 2 Kinali mengungkapkan:
“Saya mengajarkan bahasa Indonesia, kebanyakan metode yang saya gunakan
adalah diskusi, sebab banyak sekali teks yang mesti dipelajari. Dalam
kesempatan-kesempatan tertentu, sayan juga melengkapi pembelajaran dengan
powerpoint untuk menyajikan materi kepada peserta didik”.
87
Saat penulis menanya tentang empat aspek pembelajaran abad 21. Ibu Nur
menjelaskan:
“Siswa dalam berdikusi terlihat aktif, mereka saling berbagi ide tentang
maslaah-malasalah pembelajaran yang mereka hadapi. Mereka banyak
menemukan gagasan-gagasan baru dalam memecahkan berbagai persoalan
pembelajaran tersebut. Jika model pembelajaran seperti ini diterapkan, saya
hanya membimbing mereka agar diskusi tetap terarah”
Dari ungkapan di atas, dalam amatan penulis, pembelajaran yang
dilakukan ibu Nur termasuk pembelajaran yang bagus. Dimana dia telah
menerapkan media ICT dalam pembelajaran yang dilakukannya, juga
menerapkan empat pilar pembelajaran abad 21. Namun pembelajaran seperti
ini belum sepenuhnya diterapkan oleh guru-guru di sekolah tersebut, juga di
sekolah-sekolah lain di Kecamatan Kinali.
D. Langkah-langkah Problem Solving yang Dilakukan Oleh Guru
Dalam pembelajaran, tentunya banyak persoalan yang ditemukan.
Persoalan itu bisa saja muncul dari peserta didik, lingkungan belajar, maupun
materi pelajaran yang sedang diajarkan. Menghadapi situasi-situasi seperti ini,
guru harus mempunyai langkah-langkah efektif dalam memecahkan berbagai
persoalan tersebut, dan mengembalikan suasana belajar kepada habitatnya.
Bapak Teguh yang mengajarkan Prakarya di SMPN 5 Kinali
menyebutkan:
“Ada banyak hal yang dihadapi saat pembelajaran telah dimulai. Tidak jarang
kita menemukan peserta didik yang kurang bersemangat saat belajar. Ada juga
beberapa peserta didik yang memang tidak menyukai bidang studi saya,
mungkin karena bidang studi saya berada di luar minatnya. Hal seperti ini
menurut saya biasa. Karena tidak semua peserta didik kreatif dalam berkarya,
sesuai dengan indikator-indikator yang ada dalam materi saya. Namun
meskipun demikian, saya tetap memberi motivasi kepada peserta didik agar
mereka dapat mebgikuti pelajaran dengan baik”.
Ibu Suryaningsih yang mengajarkan IPS di SMPN 7 Kinali
menyebutkan:
“Saya sering mengajar pada jam-jam terakhir. Banyak sekali siswa-siswa yang
mengantuk dan sudah mulai lelah karena mengikuti pembelajaran sejak
88
paginya. Pada kondisi seperti ini pembelajaran yang saya lakukan akan lebih
fleksibel dari biasanya.”.
Hal-hal yangbberkaitan dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran,
secara umum pendidik di SMP Negeri sekecamatan kinali tampak begitu
faham dengan kondisi peserta didiknya. Meskipun demikian, tentu masih
banyak hal-hal yang perlu diperbaiki, demi eningkatkan hasil belajar yang
lebih maksimal.
E. Pembahasan
Dengan berbagai amatan dan hasil wawancara yang telah disebutkan di
atas, peneliti mengambil beberapa poin penting. Yaitu:
1. Dalam hal budaya belajar yang dilakukan guru di SMP Negeri
Sekecamatan Kinali, tampaknya masih lebih banyak menerapkan dan
menggunakan cara-cara lama. Hal ini dilihat dari keseriusan dan
ketertarikan peserta didik terhadap beberapa bidang studi yang
dipelajarinya. Sepertinya peserta didik memilih-milih guru untuk diikuti
pelajarannya dengan serius. Hal ini tentunya muncul karena peran seorang
guru dalam mengolah dan mengelola pembelajaran di kelas.
2. Berkaitan dengan penerapan media ICT dalam pembelajaran, penulis
mengetahui bahwa hanya sebagian kecil yang memfungsikan hal ini.
Penyebab terbanyak adalah selain sarana prasarana yang kurang memadai,
guru-guru juga kurang memahami dalam mengoperasikan komputer dan
internet.
3. Pembelajaran abad 21 yang menitik beratkan pada aspek kolaborasi,
komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, mengacu pada standar kompetensi
global nampaknya masih kurang. Ditandai dengan banyaknya
pembelajaran satu arah yang didominasi oleh guru di kelas.
4. Dalam bidang problem solving, para pendidik nampaknya mempunyai
pengalaman yang banyak dalam menghadapi situasi pembelajaran. Namun
solusi-solusi yang diterapakan belum sepenuhnya mampu memutar arah
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
89
PENUTUP
Dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan, yaitu:
1. Pembelajaran masih banyak yang menggunakan pola lama
2. Media ICT dan e-Learning belum sepenuhnya dapat diterapkan.
3. Pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif, kritis dan kreatif belum
sepenuhnya terwujud. Bahkan masih jauh, jika para pendidik tidak
melakukan terobosan-terobosan inovatif dalam pendekatan dan metode
pembelajarannya.
4. Keefektifan problem solving mutlak masih sangat diperlukan, agar
persoalan-persoalan yang muncul dalam pembelajaran dapat diatasi
dengan cara yang tepat. Sehingga kesan pembelajaran tidak terabaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. Abu dan Joko Tri Prasetya, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung :
Pustaka Setia
Arsyad. Azhar, 2011, Media Pembelajaran, Jakarta: Kharisma Putra Utama
Darwis. Amri, 2014, Metode Penelitian Pendidikan islam Pengembangan Ilmu
Berparadigma Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Hadi. Sutrisno, 2000, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset
Hartoko. Alfa, 2010, Menjadi Kaya dan Terkenal dengan Blogspot, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo
Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009, Strategi Pembelajaran, Program Peningkatan
Kualifikasi Guru dan Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah, Cet. Ke I; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Agama Islam Departemen Agama RI
Musfiqon, 2012, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, Jakarta:
Prestasi Pustaka
Mustakim. Zaenal, 2017, Strategi Dan Metode Pembelajaran, Pekalongan :
Matagraf Yogyakarta
Nasution, 2008, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
Ridwan, 2004, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula, Bandung: Alfabeta
Sa’ud. Udin Saefudin, Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2008
90
Sadiman. Arief S., et. all, 2010, Media Pendidikan “Pengertian Pengembangan
dan Pemanfaatannya”, Bandung: Rajawali Pers
Sanaky. Hujair A.H, 2009, Media Pembelajaran, Yogyakarta, Safiria Insani Press
Sanjaya. Wina, 2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Prenadamedia Group
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Usman. Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2000, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara
https://go.edmodo.com/about/
https://support.google.com/edu/classroom/
https://www.geschool.net
lldikti5.ristekdikti.go.id/asset