Post on 12-Jun-2015
description
PINJAMAN DAERAH
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
1
• Otonomi Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, dan meningkatkan daya saing dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
• Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada Pemerintahan Daerah.
• Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.
PENDAHULUAN
DANA KE DAERAH PADA APBN 2011(Triliun Rupiah)
Dana ke Daerah = 752,3 T (61,2 %)
Total Belanja = 1.229,6 T
Melalui Angg.K/L dan APP (Program Nasional) Melalui APP (Subsidi) Melalui Angg. Transfer ke Daerah
(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L
•PNPM 13,0(1.2%) • BBM 95,9(8.5%) •DBH 83,5(7.4%) • Dana Dekon 24,4(2.2%) •Jamkes 6,3(0.6%) • Listrik 40,7(3.6%) •DAU 225,5(20.0%) • Dana TP 12,9(1.2%) • Pangan 15,3(1.4%) •DAK 25,2(2.2%) • Dana Vertikal 134,3(11.9%) • Pupuk 16,4(1.5%) •OTSUS 10,4(0.9%) • Benih 0,12(0.0%) • Penyesuaian 48,2(4.3%) *) APP = Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
Total 19,3(1.7%) Total 168,4(15.0%) Total 393,0(34.5%) Total 171,61(15,2%)
Belanja Pusat di Pusat; 373,8 T; 33,2%Belanja Pusat di
Daerah; 171,6 T; 15,2%
Transfer ke Daerah; 393,0 T; 34.9%
Subsidi; 168,4 T; 15,0%
Bantuan ke Masyarakat; 19,3 T;
1,7%
Sumber : APBN 2011
• Porsi belanja APBD masih didominasi oleh belanja pegawai dibandingkan jenis belanja lainnya. Pada tahun 2012, porsi belanja pegawai mencapai sebesar 42,30%.
• Porsi belanja modal mengalami trend menurun selama 2007-2012. Pada tahun 2012, porsi belanja modal terhadap total belanja hanya mencapai 22,26%.
• Selain itu, Peningkatan Penerimaan dalam APBD tidak dibarengi dengan peningkatan Belanja Modal dengan proporsi yang sama. Hal ini berdampak pada menurunnya persentase Belanja Modal terhadap Penerimaan APBD
28.9526.25 25.3
21.4 22.07 22.26
38.4440.07
41.5145.7 44.54
42.3
18.23 17.97 18.6 18.36 20.26 19.82
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Komposisi Belanja APBD
Belanja Modal Belanja Pegawai Belanja Barang&Jasa
(%)
32.03
26.00 26.61
23.8623.72
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010 2011
Belanja Modal thd Penerimaan
Belanja Modal thd Penerimaan
(%)
Tahun-
50,000,000,000,000
100,000,000,000,000
150,000,000,000,000
200,000,000,000,000
250,000,000,000,000
300,000,000,000,000
350,000,000,000,000
400,000,000,000,000
450,000,000,000,000
500,000,000,000,000
TAHUN 2007 TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011
PENDAPATAN
BELANJA MODAL
4
2008 2009 2010 20110.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
6.13%
4.63%
4.21%
7.25%
KONTRIBUSI PINJAMAN DAERAH TERHADAP PEMBIAYAAN DEFISIT APBD TAHUN 2008-2011
PP NOMOR 30 TAHUN 2011TENTANG PINJAMAN DAERAH
• Pinjaman Daerah harus merupakan inisiatif Pemda.
• Pinjaman Daerah digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan, dan/atau kekurangan arus kas.
• Pemda dapat meneruskan Pinjaman Daerah sebagai pinjaman, hibah, dan/atau penyertaan modal kepada BUMD.
• Pengelolaan Pinjaman Daerah harus memenuhi prinsip taat pada peraturan perundang-undangan, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, dan kehati-hatian.
• Pinjaman Daerah dilakukan berdasarkan kesepakatan.
PRINSIP UMUM PINJAMAN DAERAH
SUMBER PINJAMAN DAERAH
• Pemerintah Pusat;1. Penerusan Pinjaman Luar Negeri;2. Penerusan Pinjaman Dalam Negeri;3. Pusat Investasi Pemerintah.
• Pemerintah Daerah Lain;• Lembaga Keuangan Bank;• Lembaga Keuangan Bukan Bank;• Masyarakat, dalam bentuk Obligasi Daerah.
• Pinjaman Jangka Pendek• jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun
anggaran dan • kewajiban pembayaran kembali pinjaman harus dilunasi
dalam tahun anggaran bersangkutan. • digunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas.
• Pinjaman Jangka Menengah • jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran • kewajiban pembayaran kembali pinjaman harus dilunasi
dalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah.
• digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan penerimaan
JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH
• Pinjaman Jangka Panjang
• jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran
• Pengembalian pinjaman harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.
• Pinjaman jangka panjang yang bersumber dari Pemerintah, Pemda Lain, Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank digunakan untuk mendanai Kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang :
a. Menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagi APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dan sarana tersebut;
b. Menghasilkan penerimaan tidak langsung berupa penghematan terhadap belanja APBD yang seharusnya dikeluarkan apabila Kegiatan tersebut tidak dilaksanakan; dan/atau
c. Memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
• Pinjaman jangka panjang yang bersumber dari masyarakat (Obligasi Daerah) digunakan untuk mendanai Kegiatan investasi prasarana dan/atau sarana dalam rangka penyediaan pelayanan publik yang menghasilkan penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas penggunaan prasarana dan/atau sarana tersebut.
JENIS DAN PENGGUNAAN PINJAMAN DAERAH
PERSYARATAN UMUM PINJAMAN DAERAH
• Jumlah sisa pinjaman daerah + jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya
• Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman (DSCR) yang ditetapkan oleh Pemerintah
• Persyaratan lain yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman
• Tidak mempunyai tunggakan Pinjaman kepada Pemerintah, apabila Pinjaman Daerah yang akan diajukan bersumber dari Pemerintah,
• Mendapat persetujuan DPRD untuk pinjaman Jangka Menengah dan Panjang.
DSCR = {PAD + DAU + (DBH-DBHDR)} – BW > 2,5
Pokok + Bunga + Biaya Lain
PROSES ON LENDING KEPADA PEMERINTAH DAERAH(BERDASARKAN PP 10/2011 DAN PP 30/2011)
BAPPENAS
7. Hasil Penilaian dituangkan dalam DRPLN-JM . PP 10 Psl 13 ay 3
LENDER
10. Menteri Perencanaan menyusun DRPPLN. PP 10 Psl 14 ay 3
14. Menteri Perencanaan menyampaikan Daftar Kegiatan yang dapat dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri kepada Menteri.
PP 10 Psl 15 ay 1
Komitmen Pendanaan
11. Pemda mengajukan Usulan Pembiayaan / Usulan Pinjaman dgn melampirkan pertimbangan Menteri Dalam Negeri. PP 30 Psl 18 ay 2 dan PP 10 Psl 19 ay 1
PEMDA
21. Pemda membayar kewajiban pinjaman daerah kepada Pemerintah Pusat. PP 30 Psl 51 s/d 54
5. Pemda mengusulkan Kegiatan ke Menteri Perencanaan. PP 10 Psl 12 ay 3
4. Menteri Perencanaan menyusun Rencana Pemanfaatan PLN. PP 10 Psl 10
MENKEU
19. Menteri mengalokasikan dalam APBN. PP 30 Psl 28, PP 10 Psl 39 ay 2
16. Menteri atau pejabat yang diberi kuasa melakukan perundingan. PP 10 Psl 31 ay 117. Perjanjian PLN ditandatangani. PP 10 Psl 32.18. Perjanjian peneruspinjaman PLN
PP 30 Psl 22 s.d. 24, PP 10 Psl 34
20. Menteri melakukan penyaluran pinjaman kepada Pemda. PP 30 Psl 29 s/d 31, PP 10 Psl 40 ay122. Menteri melakukan penatausahaan Pemberian Pinjaman kepada Pemda. PP 30 Psl 55 ay1
13. Menteri menyetujui atau menolak Usulan Pinjaman Daerah. PP 30 psl 20 ay 1
3. Menteri Menyusun Batas Maksimal PLN.
PP 10 Psl 9 ay 1
1. Menteri Menyusun Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal.2. Proyeksi Kebutuhan Pinjaman Pemda dan Menetapkan
Peta Kafis Daerah. PP 30 psl 19 ay 1 a..
15. Menteri menetapkan PLNyang akan diteruspinjamkan kepada Pemda dan BUMN dan dihibahkan kepada Pemda. PP 10 Psl 22 ay 1
23. Menteri membayar kewajiban pinjaman ke Lender.
PP 10 Psl 41
6. Menteri Perencanaan Melakukan Penilaian Kelayakan Kegiatan. PP 10 Psl 13 ay 1 8. Pemda meningkatkan kesiapan
kegiatan yang telah tercantum dalam DRPLN-JM. PP 10 Psl 14 ay 1 9. Menteri Perencanaan melakukan
penilaian pemenuhan kriteria kesiapan kegiatan.
PP 10 Psl 14 ay 2
12. Menteri melakukan penilaian usulan Pinjaman Daerah. PP 30 Psl 19 ay 1 PP 10 Psl 21 ay 1
26. Menteri melakukan Monev. PP 30 Psl 56
24. Menteri menyusun dan menyajikan laporan keuangan sesuai SAP. PP 30 Psl 57 ay 125. Sanksi Pemotongan DAU/DBH. PP 30
Psl 64 ay 2
27. Publikasi Informasi Pinjaman. PP 10 Psl 82.
MEKANISME PINJAMAN PIP
1) Perda tentang Pinjaman Daerah
1) Tim Analis menyampaikan Hasil Analisa ke Kepala PIP untuk mendapatkan persetujuan diterima/ditolak , atas • Pinjaman sampai Rp 100
M dengan jangka waktu sampai 5 tahun persetujuan oleh Kepala PIP
• Pinjaman di atas 100 M – 500 M dengan jangka waktu di atas 5 – 10 tahun mendapatkan persetujuan Dewan Pengawas PIP
• di atas 500 M dan jangka waktu di atas 10 tahun mendapatkan persetujuan Komite Investasi Pemerintah Pusat (KIPP)
2)
Presentasi Kepala DaerahDi PIP (sangat dianjurkan unsur pimpinan DPRD diikutsertakan)
3)
Tim Analis PIP melakukan penilaian kelayakan proyek
1)
Adanya peranan pendanaan dari APBD atas pembangunan Proyek
2)
Adanya persetujuan dari DPRD.atas rencana pinjaman
SYARAT EFEKTIF PINJAMAN
PPERSETUJUAN PINJAMAN-PENGAJUAN USULAN
PINJAMAN KE PIPPERSIAPANDI DAERAH
4)
PIP meminta analisis Keuangan Pemerintah Daerah kepada DJPK
2)
Persetujuan Pemda terhadap Indicative offer yang ditawarkan PIP
4)
Penandatangan perjanjian pinjaman
4) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dariGubernur/Bupati/ Walikota
1) Pemda mengajukan surat Permohonan kepada Kepala PIP
Penyampaian indikative offer Kepada Pemda
3)
Persetujuan pinjaman
2) Surat Pernyataan Kepala Daerah bersedia dipotong DAU dan / atau DBH secara langsung.3) Surat Kuasa Kepala Daerah kepada Dirjen PerimbanganKeuangan untuk melakukan pemotongan DAU dan/atau DBH
5) Legal Opinion dari Biro/Kabag Hukum Pemerintah Daerah6) Penyaluran dana pinjaman
Memastikan bahwa Proyek yang diusulkan pembiayaan dari PIP telah masuk pada RPJMD.Memastikan bahwa perencanaan Proyek telah diselesaikan (DED, Master Plan).
3)Status tanah proyek milik Pemda yang dibuktikan dengan sertifikat4)
5)
Pembahasan Teknis antara Pejabat Teknis Pemda dan PIP
Pemda menyampaikanProposal , study kelayakan dan dokumen pendukung berdasarkan surat dari PIP
5)
6)
5)
MEKANISME PINJAMAN PERBANKAN
PEMDA MENDAGRI MENKEU PERBANKAN
3. Pemda menyampaikan rencana pinjaman kepada Mendagri untuk mendapatkan pertimbangan
5. Menkeu dan Mendagri berkoordinasi dalam memberikan pertimbangan
7. Pemda mengajukan usulan pinjaman kepada perbankan setelah mendapat pertimbangan Mendagri
1. Pemda merencanakan kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman perbankan dan menyiapkan proposal pinjaman
2. Pemda meminta persetujuan DPRD
4. Mendagri melakukan koordinasi dengan Menkeu
6. Mendagri memberikan pertimbangan
8. Perbankan melakukan penilaian atas usulan pinjaman sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
9. Persetujuan Pinjaman
10.Penandatanganan Perjanjian Pinjaman
15
PMK 111/PMK.07/2012 tentang
Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban Obligasi Daerah
Pengusulan
Penerbitan Obligasi Daerah
Persetujuan Prinsip Menteri
Keuangan
Proses di Pasar Modal
Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
(PMK 111/PMK.07/2012)
Diatur dalam Peraturan Pasar
Modal (Bapepam-LK)
Penerbitan Obligasi Daerah hanya dapat dilakukan di Pasar Modal domestik dan dalam mata uang rupiah
16
ALUR PENERBITAN OBLIGASI DAERAH
1.Kepala Daerah membentuk tim persiapan.
2.Tim persiapan menyiapkan kegiatan dan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka penerbitan obligasi daerah.
3.Kepala daerah meminta persetujuan prinsip DPRD .
1.Kepala Daerah mengajukan surat usulan penerbitan obligasi daeah kepada Menkeu c.q. DJPK.
2.DJPK melakukan penilaian administrasi dan keuangan.
3.DJPK memperhatikan pertimbangan DJPU atas penilaian administrasi thd kesiapan unit pengelola obligasi.
4.DJPK a.n. Menkeu memberikan persetujuan/penolakan atas rencana Penerbitan Obligasi Daerah.
1. Pemberian mandat kepada penjamin emisi efek.
2. Penunjukan lembaga dan profesi penunjang.
3. Due Diligence.
4. Pemeringkatan.
5. Penetapan struktur Obligasi Daerah.
6. Persiapan dokumen, pembuatan perjanjian pendahuluan dengan BEI dan KSEI serta pengajuan pernyataan pendaftaran.
7. Pemasaran obligasi & penentuan tingkat bunga.
8. Pembentukan sindikasi.
9. Pernyataan efektif.
1. Pencetakan dan pendistribusian prospektus dan formulir.
2. Penawaran dan penjatahan.
3. Pembelian dan pendistribusian Obligasi Daerah.
4. Laporan pasar perdana dan pencatatan di bursa efek.
5. Laporan keterbukaan informasi.
Persiapan di Daerah
Penawaran Umum
Persetujuan Prinsip Menkeu
Pra-registrasi & Registrasi di Bapepam LK
17
18
Kepala daerah meminta persetujuan prinsip DPRD yang meliputi: a. nilai bersih maksimal Obligasi Daerah yang akan
diterbitkan;b. kesediaan pembayaran pokok dan bunga akibat
penerbitan Obligasi Daerah;c. kesediaan pembayaran segala biaya yang timbul dari
penerbitan Obligasi Daerah.
Tim Persiapan penerbitan Obligasi Daerah paling tidak melakukan:
a. penentuan kegiatan;b. pembuatan Kerangka Acuan Kegiatan;c. penyiapan Studi Kelayakan Kegiatan;d. membuat perhitungan batas kumulatif
pinjaman;e. membuat perhitungan DSCR; danf. mengajukan permohonan persetujuan
prinsip kepada DPRD.
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGANDIREKTORAT PEMBIAYAAN DAN KAPASITAS DAERAH GEDUNG RADIUS PRAWIRO LT. 12 JL DR WAHIDIN NO. 1, JAKARTA 10710TELEPON (021) 3510220, FACSIMILE (021) 3510220