Post on 28-Dec-2019
i
SKRIPSI
STUDI VALIDASI SEMI-QUANTITATIF FOOD FREQUENCY
QUESTIONNAIRE DENGAN FOOD RECALL 24 JAM
PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR
NURMALA FITRI
K21111608
Skripsi ini Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Gizi
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
SKRIPSI
STUDI VALIDASI SEMI-QUANTITATIF FOOD FREQUENCY
QUESTIONNAIRE DENGAN FOOD RECALL 24 JAM
PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR
NURMALA FITRI
K21111608
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
iii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Ilmu Gizi
Nurmala Fitri
“Studi Validasi Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire Dengan
Foood Recall 24 Jam Pada Asupan Zat Gizi Mikro Remaja Di SMA Islam
Athirah Makassar”
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, ditandai dengan datangnya masa pubertas, adanya perkembangan fisik
yang maksimal.Remaja membutuhkan vitamin dan mineral untuk pendukung
pertumbuhan fisik, perkembangan serta menjaga agar sel serta jaringan baru tidak
cepat rusak.
Studi yang membandingkan dua pegukuran yaitu antara pengukuran yang
baru dengan pengukuran yang sudah diterima karena terpecaya dalam akurasi
( gold standard) disebut studi validasi. Dalam hal ini recall 24 jam sebagai gold
standar yang akan menvalidasikan metode SQ-FFQ Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui rata-rata asupan zat gizi mikro dengan metode SQ-FFQ dan metode
Recall 24 jam pada remaja serta mengetahui perbedaan dan korelasi dari kedua
metode tersebut.
Metode penelitian adalah Survey Analitik, dengan uji validasi, dilakukan
pada bulan April 2013, di SMA Islam Athirah Makassar sebanyak 93 sampel
dengan metode purposive sampling, setiap sampel dilakukan pengukuran
sebanyak tiga kali, dua kali recall 24 jam, dan satu kali metode SQ-FFQ.Asupan
zat gizi mikro dianalisis menggunakan nutri survey, kemudian perbedaan kedua
metode menggunakan uji pairedt-test atau wilcoxon dan korelasi menggunakan uji
Formula Pearson atau Spearman’s rho.
Hasil penelitian, memperlihatkan rata-rata asupan zat gizi mikro
menggunakan metode SQ-FFQ lebih tinggi dari pada food recall 24 jam,pada
Asupan vitmin A, E, B12, Fosfor, dan Fe, sedangkan vitamin D, AF, C, Ca, dan Zn
rata-rata asupan menggunakan metode food recall 24 jam lebih tinggi dari pada
SQ-FFQ. Tidak ada perbedaan antara kedua metode dalam mengukur asupan
vitamin D, E, AF, Ca, dan Fe atau H0 diterima dan Ha ditolak. dan terdapat
perbedaan dalam mengukur asupan vitamin A, B12, C, Zn, dan Fosfor atau H0
ditolak dan Ha diterima. ada korelasi antara kedua metode diamana p= 0,000
(p<0,05). Metode SQ-FFQ valid dalam mengukur asupan zat gizi mikro pada
remaja, khususnya untuk vitamin D,E,AF,kalsium,Fe, dan Zn.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa penggunaan metode SQ-FFQ
sebaiknya dilakukan minimal dua kali, dan recall 24 jam lebih dari dua kali agar
hasilnya lebih baik jika akan divalidasi antara kedua metode tersebut.
Daftar Pustaka : 38 ( 1989 – 2011)
Kata Kunci : Validasi, Semi-quantitatif FFQ, Recall 24 jam, zat gizi Mikro
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Skripsi yang
berjudul ”Studi Validasi Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnare Dengan
Food Recall 24 Jam Pada Asupan Zat Gizi Mikro Remaja di SMA Islam Athirah
Makassar ” dapat terselesaikan
Penyusunan skripsi ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan pada kesempatan
ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr.dra. Nurhaedar Jafar Apt., M.Kes selaku Ketua Program Studi ilmu
Gizi FKM-UH, Pembimbing Akademik, Dan sekaligus Pembimbing I Dan
Ibu Rahayu Indriasari, SKM, MPHCN,Ph.D Selaku Pembimbing II yang
dengan sabar dan tulus memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan
Skripsi ini.
2. Ibu Dr.dr. Citrakesumasari, M.Kes, Ulfah Nadjamuddin, S.Si,M.Kes,
Bpk Dian Sidiq Arsyad, SKM, MKM. Selaku Tim pengujin yang telah
meluangkan waktu dan menberikan saran selama penyusunan hasil ini.
3. Prof.Dr.dr Alimin Maidin, MPH, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
v
4. Kepala Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla
Makassar, Kepala SMA Islam Athirah Makassar berserta Staf yang telah
memberikan izin dan membantu penulis selama Penelitian ini berlangsung.
5. Seluruh responden siswa-siswi SMA Islam Athirah Makassar, yang telah
dengan ikhlas membantu menjadi responden dan memberikan informasi yang
penulis sangat butuhkan.
6. Tim validasi remaja Fatmah Makuituin atas kebersamaan dan motivasi yang
diberikan dari awal hingga penelitian berakhir.
7. Seluruh dosen-dosen pengajar beserta staf di Program Studi Gizi Fakultas
Kesehatan Massyarakat.
8. Teman-teman Tubel 2011, adik-adik angkatan 2009 dan 2010 Program Studi
Gizi Fakultas Kesehatan Massyarakat Universitas Hasanuddin Makassar atas
semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
9. Terkhusus ucapan terima kasih tak terhingga untuk Ayah dan Ibu sumber
motivasi dan sumber semangat. Karya kecil ini kupersembahkan untuk
kalian.
10. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga penulisan skripsi ini selesai sesuai dengan yang
diharapkan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya.
vi
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya sebagai bahan lanjutan serta
perkembangan ilmu pengetahuan.
Makassar, Agustus 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
A. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Mikro ........................... 10
B. Tinjauan Umum Tentang Survey Konsumsi Makanan .................... 14
C. Tinjauan Umum Tentang Validasi Konsumsi Makanan .................. 22
D. Tinjauan Umum tentang Remaja ...................................................... 25
E. Kerangka Teori Penelitian ................................................................ 35
F. Kerangka Fikir ................................................................................. 37
G. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ...................................... 37
H. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 39
viii
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 40
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 40
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 40
D. Instrumen Penelitian ......................................................................... 42
E. Pengumpulan Data ............................................................................ 43
F. Pengolahan dan Penyajian Data........................................................ 44
G. Analisis Data ..................................................................................... 44
H. Diagram Alur Penelitian ................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
A. Hasil Penelitian................................................................................. 47
B. Pembahasan ...................................................................................... 55
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................... 65
B. Saran ................................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Angka Kecukupan Zat Gizi Mikro usia remaja ......................................... 32
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMA Islam Athirah
Makassar .................................................................................................... 49
4.3 Distribusi Rerata Metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnaire dan Food Recall 24 Jam Pada Asupan Vitamin Remaja
di SMA Islam Athirah Makassar ................................................................ 50
4.4 Distribusi Rerata Metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnaire dan Food Recall 24 Jam Pada Asupan Mineral Remaja
di SMA Islam Athirah Makassar ................................................................ 51
4.5 Distribusi Normalitas Data Pada Asupan Vitamin pada metode
Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food
Recall 24 Jam ............................................................................................. 52
4.6 Distribusi Normalitas Data Pada Asupan Mineral pada metode
Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food
Recall 24 Jam ............................................................................................. 53
4.7 Distribusi Rerata Uji Perbedaan dan Uji Korelasi pada metode
Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dan Food
Recall 24 Jam ............................................................................................ 54
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori........................................................................................... 36
2.2 Kerangka Fikir ........................................................................................... 37
2.3 Gambar Alur Penelitian.............................................................................. 46
xi
DAFTAR SINGKATAN
SQ-FFQ : Semi-Quantitatif Food Frequency Questionare
FR 24 Jam : Food Recall 24 Jam
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Tabel Sintesa Penelitian Terkait
2. Diagram Proses Pengumpulan dan Analisis Data
3. Persetujuan Responden
4. Identitas Responden
5. Form Food Recall 24 Jam
6. Kuesioner Food Frequensi semi- quantitatif
7. Master Tabel
8. Hasil Analisis
9. Surat Izin Penelitian
10. Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian
11. Foto Kegiatan Penelitian
12. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu modal dasar pembangunan di Indonesia adalah Sumber Daya
Manusia (SDM) yang potensial dan produktif. Untuk itu diperlukan derajat
kesehatan yang tinggi, dimana salah satu faktor yang berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan adalah status gizi yang baik. Remaja kelak akan
menjadi SDM yang melanjutkan tongkat estafet pembangunan, sehingga perlu
dipersiapkan untuk dapat menjadi tenaga yang berdaya kerja tinggi dan produktif
(Sayogyo. S dkk, 2001 dalam Lydya Fanny, 2010).
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Meskipun sampai saat ini belum ada kesepakatan ahli tentang batasan
remaja baik melalui usia dan kapan mulai serta berakhirnya, akan tetapi masa
remaja ini ditandai dengan datangnya masa pubertas, adanya perkembangan fisik
yang maksimal dan sudah mampu bereproduksi. Bersamaan dengan pertumbuhan
fisik tersebut berkembang pula aspek psikologis dan aspek sosialnya
(Tarmudji, 2001).
Menurut Soetardjo (2011) transisi masa remaja merupakan masa
perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang
relative terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat
memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan
2
perubahan – perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini
membutuhkan zat gizi secara khusus.
Remaja membutuhkan mineral seperti kalsium, besi, dan seng untuk
pendukung pertumbuhan fisik juga vitamin A dan C untuk menjaga agar sel serta
jaringan baru tidak cepat rusak (Khomsan, 2004). Defisiensi mineral seperti zat
besi, zinc, dan kalsium merupakan masalah gizi kurang yang banyak diderita oleh
remaja (Ruel, 2001). Menurut Soekatri (2004), zat gizi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak remaja yaitu zat besi, kalsium,
zinc, vitamin A, dan vitamin C. Namun masalah gizi kurang dalam bentuk
defisiensi vitamin dan mineral seperti vitamin A, kalsium, yodium, zat besi, dan
zinc masih menimpa dua milyar manusia termasuk remaja (Arisman, 2004).
Konsumsi zat besi pada sebagian remaja Indonesia masih berada di bawah
standar konsumsi seharusnya. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001, ditemukan ada sebanyak 26,5% remaja Indonesia yang
berusia 15-19 tahun mengalami anemia atau kekurangan zat besi (Subeno, 2007).
Penelitian yang dilakukan pada 106 mahasiswa Universitas Andalas Padang
berusia 17-22 tahun menunjukkan rata-rata asupan zat besi remaja tersebut adalah
6.56mg/hari (Purnakarya dkk, 2009), sedangkan berdasarkan ALG (Acuan Label
Gizi) remaja seharusnya mendapat asupan zat besi sebanyak 26 mg/hari
(BPOM, 2007).
Kalsium merupakan salah satu zat gizi yang kurang diperhatikan remaja
Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan hariannya. Asupan kalsium untuk
masyarakat Indonesia masih rendah. Departemen Kesehatan RI tahun 2002
3
menunjukkan bahwa asupan rata-rata kalsium orang Indonesia hanya 254 mg/hari
(Sulaiman, 2009 dan Syamsir, 2008) sedangkan berdasarkan ALG (Acuan Label
Gizi), asupan harian kalsium untuk kelompok konsumen umum termasuk remaja
seharusnya adalah 800 mg/hari (BPOM, 2007).
Berikutnya, zat gizi lainnya yang belum diperhatikan sebagai asupan
harian yang penting bagi remaja di Indonesia adalah zinc, vitamin A, C, E dan
asam folat, asupan harian zinc, vitamin A, C, E dan asam folat pada remaja di
Indonesia masih kurang karena menu konsumsi remaja yang mengandung zat
tersebut masih di bawah konsumsi seharusnya (BPOM, 2007). Berdasarkan
penelitian Aryani, dkk (2010) pada 21 anak usia sekolah di Bandung dapat
dilihat bahwa asupan harian zinc cukup rendah. Sebesar 85,71% data berada di
bawah nilai Estimated Average Recommended (EAR) dan menunjukkan bahwa
setengah dari populasi ini yaitu 42,85% mengalami gejala defisiensi. Penelitian
yang dilakukan oleh Riyadi (1995) di pedesaan Bogor menunjukkan bahwa
prevalensi defisiensi zinc pada remaja sebesar 44,3%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnakarya pada mahasiswa
Andalas di Padang menunjukkan bahwa terdapat 94,3% remaja yang belum
memenuhi kebutuhan asupan vitamin A hariannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Elnovriza, dkk (2008) menunjukkan bahwa asupan rata-rata vitamin A pada 107
mahasiswa asrama dengan rata-rata umur 19 tahun di Andalas padang adalah
513.50 IU, sedangkan kebutuhan vitamin A konsumen umum termasuk remaja
tercantum pada Acuan Label Gizi sebesar 600 RE atau 2000 IU (BPOM, 2007),
serta untuk vitamin C penelitian yang dilakukan oleh Purnakarya pada mahasiswa
4
di Padang ini juga menunjukkan bahwa rata-rata asupan vitamin C adalah 25.58
mg perhari (Purnakarya, dkk, 2009), sedangkan asupan vitamin C yang memenuhi
kebutuhan remaja berdasarkan Acuan Label Gizi adalah 90 mg/hari (BPOM,
2007).
Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang penting pada remaja karena
pesatnya pertumbuhan. Meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung
vitamin E merupakan tantangan karena makanan sumber vitamin E umumnya
mengandung lemak tinggi. Hasil penelitian Seahaan (2007) pada remaja yang
mengkonsumsi suplemen antioksidan vitamin E yaitu sebanyak 8,3%. Sedangkan
penelitian yang dilakukan Emma Bennila Bangun, dkk (2012) di SMK 1 jorlang
Hataran Kab. Simalungun menujukan asupan asam folat < 125µg bahwa asupan
asam folat tidak sesuai dengan angka kecukupan asam folat yaitu 125 µg.
Kekurangan asupan harian beberapa zat gizi mikro pada remaja Indonesia
perlu diatasi dengan memperkaya zat gizi pada makanan yang dikonsumsi. Hal ini
penting karena remaja Indonesia mengalami gangguan tumbuh kembang dan
penurunan tingkat kecerdasan (Untoro, 2004). Beberapa remaja cenderung
menabukan jenis makanan tertentu. Sikap ini terbentuk karena sifat remaja
memang sering mencoba hal baru dan dapat melekatkan ciri khusus pada diri
mereka. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas diri ini, remaja cepat sekali
terpengaruhi oleh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk
menjadi vegetarian dan konsumsi fast food merupakan sebagian contoh
keterpengaruhan ini (Arisman, 2004).
5
Menurut Melbyet al (2008) bahwa peran gizi tidak hanya berhubungan
dengan penanggulangan penyakit dan defesiensi karena makanan itu sendiri,
tetapi juga pada pencegahan sehingga fokus saat ini adalah meninjau kembali
makanan yang dikonsumsi setiap hari utama nya bagi para remaja. Sehingga
menurut Wijono (2011) remaja sebaiknya tahu atau mengerti makanan yang ia
makan.
Kebiasaan makan yang diperoleh pada masa remaja akan berdampak pada
kesehatan dalam kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Salah
satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Makanan
ini meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu
banyak mengandung gula dan lemak, dan juga additive. Konsumsi makanan ini
secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain (Arisman, 2004).
Berdasarakan data Litbangkes dalam Suhendro (2003) terdapat Sepuluh
faktor resiko utama penyebab kesakitan/kematian pada usia remaja adalah:
Konsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, perilaku makan/jajan,
hygiene individu dan sanitasi, kesehatan mental, aktifitas fisik, faktor protektif,
aspek demografi, kesehatan reproduksi, merokok, kekerasan dan cedera.
Sementara menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2010) banyak persoalan yang
dihadapi para remaja yang berkaitan dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi
dan kesehatan yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Supariasa (2001) menyatakan bahwa penilaian konsumsi
makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
6
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan
perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan
tersebut. Sedangkan secara lebih khusus bertujuan antara lain untuk menentukan
tingkat kecukupan konsumsi makanan nasional dan kelompok masyarakat,
menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, menentukan
pedoman kecukupan makanan dan program pengembangan gizi, sebagai sarana
pendidikan gizi yang berkenan dengan makanan, kesehatan gizi masyarakat.
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi
makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu data yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui
frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali
informasi tentang kebiasaan makan (food habits) serta cara-cara memperoleh
bahan makanan tersebut. Metode-metode pengukuran konsumsi makanan bersifat
kualitatif antara lain metode food frequency, dietary history, telephone,dan food
list. Sedangkan metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
makanan dengan menggunakan Daftar Komposisi BahanMakanan (DKBM) atau
daftar lainnya. Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif
antara lain metode food recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food
records), penimbangan makanan (food weighing), food account, inventory
method, dan pencatatan (household food records) (Gibson, 2005).
Berdasarkan penelitian Betzabeth Slater, dkk (2010) tentang variasi
konsumsi zat gizi (konsumsi karotenoid, buah dan sayur-sayuran) dengan metode
FR 24 jam dan SQ-FFQ pada remaja menujukan koefisien validitas di hitung
7
dengan metode triad menujukan SQ-FFQ lebih besar dari pada FR 24 jam.
Sementara hasil penelitian Moh razif, dkk, (2008) di Malaysia pada 79 orang
wanita menujukan untuk metode SQ-FFQ dan FR 24 jam tidak ada perbedaan
yang signifikan pada asupan energi, lemak, vitamin A, C dan E yang dikonsumsi
pada wanita melayu dan india.
Sementara hasil penelitian Driekie Rankin, dkk (2009) di Afrika Selatan
pada remaja, menunjukan bahwa hasil validitas SQ-FFQ di kalangan remaja
adalah moderate dengan koefesien korelasi lebih dari 0,3 sedangkan untuk metode
FR 24 jam menunjukan korelasi yang rendah jika dibandingkan dengan SQ-FFQ.
Hasil penelitian Faldon Magkos, dkk (2004) di yunani pada masyarakat umum
tentang asupan kalsium menujukan bahwa asupan rata-rata kalsium yang
dibandingkan dengan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam diperoleh hasil SQ-FFQ
dapat memberikan perkiraan asupan kalsium dari 533 mg/hr diatas sedangkan
untuk FR 24 jam 799 mg/hr dibawah.
Di Indonesia dan khususnya di Kota Makassar belum ada penelitian yang
menunjukkan penilaian konsumsi yang membandingkan metode SQ-FFQ dengan
FR 24 jam terhadap asupan gizi Mikro pada remaja selain itu juga belum ada
metode Semi-Quantitatif Food frequency Questionnaire yang di kembangkan
untuk remaja sehingga penulis tertarik untuk mengembangkan kedua metode
tersebut terhadap Remaja di SMA Islam Athirah Makassar.
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan asupan zat gizi mikro dengan metode Semi-
Quantitatif Frequency Questionnaire dengan Food Recall 24
jam pada remaja di SMA Islam Athirah Makassar?
2. Bagaimana korelasi dari metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnaire Terhadap Food Recall 24 jam dalam mengestimasi
asupan zat gizi Mikro pada remaja di SMA Islam Athirah
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengembangkan Metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnaire Khususnya untuk menilai asupan Zat gizi Mikro Remaja
yang mana untuk memvalidasi digunakan metode Food Recall 24 Jam
sebagai Standar Acuan di SMA Islam Athirah Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui asupan zat gizi Mikro dengan menggunakan
metode Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire pada
remaja di SMA Islam Athirah Makassar
b. Untuk mengetahui asupan zat gizi Mikro dengan menggunakan
metode Food Recall 24 jam pada remaja di SMA Islam Athirah
Makassar
9
c. Untuk mengetahui perbedaan metode Semi-Quantitatif Food
Frequency Questionnaire dengan Food Recall 24 jam pada remaja
Siswa di SMA Islam Athirah Makassar.
d. Untuk mengetahui korelasi dari metode Semi-Quantitatif Food
Frequency Questionnaire Terhadap Food Recall 24 jam dalam
mengestimasi asupan zat gizi mikro pada remaja siswa di SMA
Islam Athirah Makassar.
D. ManfaatPenelitian
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang
metode penelitian penilaian konsumsi dalam memilih metode yang tepat
dalam mengukur konsumsi dan asupan zat gizi.
2. Manfaat institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pengembangan metode penilaian konsumsi pada anak remaja.
3. Manfaat bagi peneliti
Merupakan pengalaman berguna bagi peneliti dalam memperluas
wawasan dan pengalaman dan menjadi salah satu syarat di dalam
penyelesaian studi di program studi ilmu gizi, fakultas kesehatan
massyarakat UNHAS.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Asupan Zat Gizi Mikro
Asupan Zat Gizi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari
(Suharjo, 1999). Asupan makanan perlu diperhatikan sepenuhnya, Asupan
makanan tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar ataupun memenuhi selera,
tetapi juga harus mencukupi kebutuhan gizi.
Produksi energi serta pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh guna
mempertahankan kehidupan dan kesehatan membutuhkan berbagai kegiatan
fisiologis dan metabolisme yang saling berkaitan. Hal ini membutuhkan
pengaturan dan pengontrolan oleh berbagai unsur berupa hormon-hormon dan
enzim-enzim. Zat gizi mikro berupa vitamin dan mineral terutama berperan
sebagai faktor koenzim untuk membantu enzim tertentu dalam menjalankan
tugasnya. Dalam hal ini vitamin dan mineral berperan sebagai zat pengatur.
1. Vitamin
Vitamin adalah ikatan organik yang terdapat dalam pangan, Jumlah
vitamin yang dibutuhkan oleh manusia relatif sangat kecil, namun
kekurangan dari salah satu vitamin dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh. Pada umumnya kebutuhan vitamin diperoleh
dari makanan, meskipun ada bebrapa jenis vitamin yang dapat diproduksi
oleh tubuh namun kebutuhan belum dapat terpenuhi tanpa suplementasi
11
11
dari bahan makanan yang dikonsumsi. Setiap vitamin berbeda-beda di
dalam hal susunannya, sifat - sifatnya maupun pengaruhnya. Oleh sebab
itu vitamin yang digolongkan atas dua kelompok yaitu vitamin yang larut
dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam
air adalah Vitamin B kompleks, dan Vitamin C. Sedangkan yang larut
dalam lemak adalah Vitamin A, D, E, dan Vitamin K (Almatsier, 2011) .
a. Vitamin Larut Lemak
1) Vitamin A (Retinol)
Vitamin A terdapat dalam makanan dalam dua
bentuk pertama vitamin A dalam bentuk jadi, yang
terdapat di dalam makanan hewani, biasanya bersama
lemak dan yang kedua dalam bentuk prekursor, yang pada
tubuh diubah menjadi vitamin A, prekursor vitamin A
terutama dalam bentuk β-karoten, yaitu pigmen dalam
makanan nabati, yang menyumbang kurang lebih dua
pertiga kebutuhan vitamin A sehari. Fungsi utama A
adalah untuk penglihatan, pembentukan dan pemeliharaan
jaringan epitel, yang merupakan penghalang utama
terjadinya infeksi.
2) Vitamin D (Kalsitrol)
Vitamin D berupa hormon yang di bentuk dalam
tubuh, pertama melalui radiasi cahaya matahari terhadap
prekursor ikatan kolesterol di bawah kulit, produk antara
12
yang disentesis di dalam hati, kemudian pembentuk aktif
dalam ginjal. Fungsi utama vitamin D adalah pengaturan
metabolisme tulang dan mineral, mengatur proses dasar
sel yang berkaitan dengan perkembangbiakan dan
diferensiasi sel.
3) Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E atau Tokoferol mempunyai fungsi vital
sebagai antioksidan yaitu mencegah pemecahan jaringan
tubuh oleh oksigen atau proses oksidasi. Sebagai
antioksidan larut lemak, vitamin E melindungi asam
lemak membran sel dari kerusakan.
b. Vitamin Larut Air
1) Vitamin B
Vitamin golongan ini disebut vitamin urat syaraf
oleh karena mempunyai pengaruh terhadap urat syaraf.
Vitamin ini terdiri beberapa derivat/turunan antara lain
Vitamin B1(thiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3
(niasin), Vitamin B6 (piridoksin), Asam pantotenat, Biotin,
Vitamin B11 (asam folat), dan Vitamin B12 (kobalamin).
2) Vitamin C
Dari semua jenis vitamin yang ada, Vitamin C
paling mudah rusak oleh panas dan cahaya, oleh sebab itu
vitamin ini merupakan suatu zat reaktor yang kuat. Fungsi
13
utama dari Vitamin C adalah membantu proses
pembentukan kalogen yakni sejenis protein yang
merupakan komponen utama dalam jaringan ikat, tulang
rawan, matriks tulang, gigi dan lapisan enddothelium
pembuluh darah. Kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan gusi berdarah, luka sukar sembuh, bentuk
tulang tidak normal, kekurangan darah dan penyakit
skorbut.
2. Mineral
Mineral merupakan unsur-unsur anorganik tunggal yang luas
terdapat di alam. Tubuh manusia memerlukan elemen tertentu yang
disebut mineral. Mineral berperan aktif dalam pengontrolan proses
metabolisme secara keseluruhan yang disebut juga sebagai zat pengatur,
disamping itu mineral juga berperan sebagai zat pembangun. Hampir 4%
dari berat tubuh manusia terdiri dari mineral. Setiap hari 10-30 gram
mineral dibuang oleh tubuh dan harus diganti secara teratur. Mineral
dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah yang sangat bervariasi, sehingga
mineral dibedakan dalam mineral makro dan mineral mikro.
a. Mineral makro
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh
sebanyak lebih dari 100 mg/hr. Mineral ini merupakan 60%-80%
dari bahan organik didalam tubuh. Ada tujuh jenis mineral makro
14
yaitu Kalsium (Ca), Fosfor (P), Natrium (Na), Kalium (K),
Magnesium (Mg), Klor (Cl), dan Sulfur (S).
b. Mineral mikro
Mineral mikro terdapat dalam jumlah lebih kecil dalam
tubuh, yang merupakan 20%-40% dari bagian anorganik didalam
tubuh. Mineral mikro diperlukan untuk membantu proses
metabolisme spesifik dalam tubuh, dibutuhkan oleh tubuh kurang
dari 100 mg/hari. Terdapat 10 jenis mineral mikro yaitu: Besi
(Fe), Yodium (I), Zinc (Zn), Tembaga (Cu), Mangan (Mn),
Kromium (Cr), Kobal (Co), Selenium (Se), Molibdenum (Mo)
dan Fluor (F).
B. Tinjauan Umum Tentang Survey Konsumsi
Untuk menilai status gizi individu dapat dilakukan melalui penilaian
konsumsi pangan individu. Penilaian konsumsi pangan dilakukan untuk
mengetahui kebiasaan makan dan menghitung jumlah yang dimakan baik dalam
jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam survey konsumsi pangan terdapat
tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta
gabungan dari metode keduanya. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui
frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali
informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitatif digunakan untuk
mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi
zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau
15
daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar
Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM)
(Supariasa, 2002).
Metode Penilaian konsumsi makanan merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam menilai asupan zat gizi. Metode dan pengukuran jumlah dan
jenis konsumsi makanan untuk individu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Food Recall 24 jam
Dari berbagai metode survey konsumsi gizi tingkat individu, maka
metode FR 24 jam konsumsi gizi merupakan suatu metode yang paling
banyak digunakan dalam survey konsumsi gizi. Hal ini dikarenakan
metode ini cukup akurat, cepat pelaksanaannya, murah, mudah dan tidak
memerlukan peralatan yang mahal atau rumit. Meskipun demikian
diperlukan orang yang ahli untuk dapat melakukannya, karena metode FR
24 jam konsumsi gizi sangat mengandalkan ingatan responden. Di
samping itu diperlukan ketepatan menyampaikan ukuran rumah tangga
(URT) dari pangan yang telah dikonsumsi oleh responden, saat ketepatan
pewawancara untuk menggali semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden beserta ukuran rumah tangga (Widajanti, 2009).
Prinsip dari metode FR 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang la1u.
Dalam metode FR 24 jam, responden, disuruh menceritakan semua yang
dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu termasuk cara memasak
dan merek makanan bila dibeli dalam bentuk kemasan. Biasanya dimulai
16
sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya,
atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke
belakang sampai 24 jam penuh (Supariasa, 2002).
Recall satu kali 24 jam cukup untuk mengetahui rata-rata asupan zat
gizi untuk kelompok besar. Kelamahan Metode ini kurang cocok untuk
mengetahui asupan makan perorangan. Sehingga hendaknya metode FR 24
jam dilakukan bersamaan dengan metode lain seperti metode kuesioner
dan Frekuensi makanan (Moesijanti, 2011).
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dengan FR 24 jam data
yang diperoleh lebih bersifat kualitatif. Oleh karna itu untuk mendapatkan
data yang kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan
secara teliti dengan menggunakan alat ukur rumah tangga (sendok, gelas,
piring dan lain-lain) (Supariasa, 2002).
Keberhasilan FR 24 jam tergantung pada daya ingat responden,
kemampuan responden memperkirakan porsi atau berat makanan dan
minuman yang di konsumsi, tingkat motivasi responden dan kegigihan
pewawancara (Moesijanti, 2011).
Untuk membantu responden mengingat makanan yang
dikonsumsinya, maka metode ini sering membutuhkan alat bantu yang
disebut food model, akan tetapi kadangkala responden memperkirakan
secara berlebihan (overestimate) terhadap asupan rendah atau menduga
kerendahan (underestimate) terhadap asupan yang tinggi.
17
Pengukuran jika hanya dilakukan sebanyak satu kali (1x24 jam)
maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu. Pengukuran FR 24 jam sebaiknya dilakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya
dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat
menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan
variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson, 2005).
Menurut Achadi (2007) Food Recall 24 jam memiliki berbagai
kelebihan, yaitu:
a. Mendapatkan informasi yang detail tentang jenis dan jumlah
makanan dan minuman yang di konsumsi.
b. Beban responden rendah
c. Dapat memperkirakan asupan zat gizi suatu kelompok.
d. Recall secara beberapa kali dapat digunakan untuk
memperkirakan asupan zat gizi tingkat individu. Biasanya 2
atau kali dan dipilih weekend dan weekday.
Selain memiliki berbagai kelebihan, food recall juga memiliki
berbagai keterbatasan, yaitu :
a. Sering terjadi under/over reporting
b. Bergantung pada memori.
c. Bila dilakukan hanya satu hari, tidak dapat menggambarkan
kebiasaan makan.
2. Food record (pencatatan makanan)
18
Metode ini disebut juga diary records, yang digunakan untuk
mencatat jumlah makanan yang dikonsumsi. Food record biasanya lebih
akurat jika makanan yang dimakanan dicatat pada hari yang sama. Asupan
zat gizi individu dikalkulasikan dan dirata-ratakan pada akhir waktu, lalu
dibandingkan dengan anjuran asupan makanan (Krause, 2000).
Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang dimakan
dan diminum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga, atau
menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari
berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut
(Supariasa, 2002). Lamanya hari pencatatan disesuaikan dengan keadaan,
dapat saja tiga, lima atau tujuh hari bila variasi makanannya beragam
(Moesijanti, 2011).
3. Penimbangan makanan ( food weight )
Metode penimbangan adalah metode paling akurat untuk
memperkirakan konsumsi makanan dan asupan zat gizi. Pada metode ini
petugas atau responden menimbang dan mencatat seluruh makanan yang
dikonsumsi responden selama satu hari bila terdapat sisa makanan setelah
makan, maka sisa tersebut perlu ditimbang untuk mengetahui jumlah
sesungguhnya makanan yang dikonsumsi (Supariasa, 2002). Metode ini
menuntut responden tidak buta huruf, memahami cara menghitung dan
mencatat, metode ini lebih banyak membebani responden dari pada FR 24
jam, sehingga tingkat menjawabnya rendah dan jumlah sampel menjadi
kecil dan tidak representatif (Moesijanti, 2011).
19
4. Metode riwayat makan (dietary history)
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran tentang
asupan makanan berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama.
Seperti selama satu bulan atau satu tahun yang lalu. Metode ini
dikembangkan oleh Burke pada tahun 1940, kelebihan metode ini adalah
dapat memperoleh keterangan tentang asupan zat gizi responden pada
umumnya. Metode ini merupakan salah satu cara terbaik untuk
memperoleh perkiraan asupan zat gizi yang biasanya diperoleh responden.
Sedangkan kelemahannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan wawancara antara 1-2 jam, dibutuhkan pewawancara terlatih,
mahal dan asupan zat gizi cenderung dilaporkan secara berlebihan, metode
ini tidak cocok untuk digunakan dalam survey besar (Moesijanti, 2011).
5. Metode frekuensi makanan ( food frekuensi)
Tujuan dari Metode ini adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi bahan makanan atau makanan jadi pada waktu lalu.
Kuesioner terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makanan. Cara
ini merekam tentang berapa kali konsumsi bahan makanan sehari,
seminggu, sebulan atau waktu tertentu (Supariasa, 2002). Pada metode
food frekuensi tidak dilakukan standar ukuran porsi yang digunakan hanya
frekuensi berapa sering responden memakan makanan tersebut dan tidak
dilakukan dilakukan penimbangan ukuran porsinya sedangkan metode
Semi- Quantitatif suatu penelitian menerangkan hubungan antara nutrisi
dan asupan makan. Semi- Quantitatif memberikan gambaran ukuran porsi
20
yang dimakan seseorang dan frekuensi makan dalam waktu tahun, bulan,
mingggu dan hari makanan yang dimakan oleh responden serta
memberikan gambaran ukuran yang dimakan oleh responden dalam
bentuk, besar, sedang dan kecil.
Prinsip dan penggunaan metode frekuensi makanan (FFQ), (Khonson,
2002 dalam Rahmawati 2010):
1. Kuesioner Frekuensi makanan (FFQ) menilai energy dan atau
intake gizi dengan menentukan seberapa sering seseorang
mengkonsumsi sejumlah makanan yang merupakan sumber nutrisi
utama atau dari komponen makanan tertentu dalam pertanyaan per
hari, minggu atau bulan selama periode waktu tertentu (biasa nya 6
bulan sampai 1 tahun).
2. Menyediakan data tentang kebiasaan asupan nutrisi yang dipilih,
makanan tertentu atau kelompok-kelompok makanan.
3. Kombinasi khusus dari makanan dapat digunakan sebagai predictor
untuk asupan nutrisi tertentu atau non-gizi, asalkan komponen
asupan makanan terkonsentrasi dalam jumlah yang relative kecil
makanan atau kelompok makanan tertentu, misalnya konsumsi
vitamin C diperkirakan dari buah-buahan segar dan jus buah.
4. FFQ sering dirancang untuk mendapatkan informasi tentang aspek-
aspek tertentu dari diet, seperti lemak makanan atau vitamin
tertentu atau mineral dan aspek lain nya mungkin kurang baik
dicirikan.
21
5. Kuesioner ini terdiri dari daftar sekitar 100 atau lebih sedikit
makanan individu atau kelompok makanan yang contributor
penting untuk intake energy penduduk atau nutrisi khusus menarik
lainnya.
6. FFQ biasanya dikelola sendiri dan karena itu dirancang mudah
untuk diselesaikan oleh subyek penelitian (diwawancarai oleh
pewawancara atau mengisi kuesioner computer atau melalui
telepon).
FFQ terbagi dalam beberapa jenis antara lain (Gibson, 2005):
1) Simple or nonquantitatif FFQ
Jenis FFQ seperti ini biasanya tidak memberikan pilihan tentang
porsi yang biasa dikonsumsi, sehingga menggunakan standar porsi.
2) Semi- Quantitatif FFQ
Metode ini tidak hanya melihat bahan makanan yang dikonsumsi
oleh sampel, melainkan juga melihat besar porsi atau banyaknya
bahan makanan yang dikonsumsi oleh sampel. Metode SQ-FFQ
(Semi-Quantitatif Food Frequency) adalah metode yang digunakan
untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah
bahan makanan yang dikonsumsi selama periode tertentu seperti
setiap hari, minggu, bulan dan tahun. Selain itu dengan metode
frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi
bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
22
berdasarkan asupan zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan
dalam penelitian epidemiologi gizi (Supariasa dkk, 2002). Bahan
makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah bahan
makanan yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh
responden.
3. Quantitatif FFQ
Jenis FFQ yang memberikan pilihan porsi yang biasa dikonsumsi
responden, seperti kecil, sedang dan besar.
Metode ini relatif murah dan sederhana, dan dapat dilakukan
sendiri oleh responden, kelemahannya tidak bersifat kuantitatif,
dibutuhkan kejujuran responden, serta memerlukan percobaan
pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan di
masukkan ke dalam kuesioner (Moesijanti, 2011).
C. Tinjauan Umum Tentang Validitas konsumsi Makanan
Validitas menentukan adekuasi pengukuran. Valid artinya apabila apa
yang dihasilkan adalah refleksi atau interprestasi dari situasi sebenarnya.
Pengukuran dianggap valid bila metode atau alat yang digunakan mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (Gibson, 2005). Studi yang
membandingkan dua pegukuran yaitu antara pengukuran yang baru dengan
pengukuran yang sudah diterima karena terpecaya dalam akurasi ( gold standard)
disebut studi validasi.
23
Validitas dapat didefenisikan sebagai perbandingan dari metode
"pengujian" dengan metode lain, yang diistilahkan sebagai metode "referensi",
yang memiliki tingkat yang lebih besar dari validitas (Gibson, 2005).
Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi
dari suatu instrumen dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian. Validitas didasarkan pada nilai koefisien
korelasi, koefisien korelasi merupakan ketetapan peneliti, nilai koefisien korelasi
minimal yang dianggap valid tentunya berbeda-beda bergantung pada keputusan
peneliti. Walaupun demikian terdapat nilai korelasi yang cukup populer
digunakan yaitu sebesar 0,3.
Menurut Willet (1990) ada beberapa cara untuk menguji validitas suatu
metode survey konsumsi, yaitu :
- melakukan observasi langsung terhadap makanan yang
dikonsumsi responden.
- menimbang semua bahan makanan yang sudah dipilih sebelum
mulai makan
- membandingkan dua metode yang digunakan dalam survey
konsumsi
- melakukan analisis kimia dari sebagian contoh makanan yang
diambil dari responden pada waktu makan.
- melakukan pemeriksaan biokimia terhadap variabel yang
berhubungan secara fisiologis dengan zat gizi yang dimaksud.
24
Validitas pengukuran dipengaruhi oleh bias pengukuran, makin besar bias,
makin kurang valid pengukuran (Sastroasmoro, 2002). Validitas yang rendah
dipengaruhi dari sistematik error (bias) pada pelaporan asupan makanan (Barbara,
2003).
Presisi dan akurasi metode pembanding harus lebih tinggi dari metode
yang diuji, dan pengujian harus menguji parameter yang sama dan kerangka
waktu yang sama pula (Supariasa, 2002).
Presisi adalah kemampuan suatu metode dapat memberikan hasil yang
relatif sama bila digunakan pada waktu yang berbeda. Presisi ditentukan oleh
kesalahan dalam pengukuran dan perbedaan konsumsi dari individu di antara
kedua pengukuran. Tingkat presisi suatu metode dalam survey konsumsi
ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Lama waktu pengamatan yang digunakan
b. Macam populasi yang diteliti
c. Zat gizi yang ingin diketahui
d. Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat ketelitiannya
e. Varians antara dan intra responden.
f. Besar sampel memiliki nilai yang baik untuk memperkirakan nilai
mean serta menguji hipotesisi (Sastroasmoro, 2002).
Presisi dapat dilihat dari beberapa cara seperti : beda mean absolut, beda
mean sebagai persentase mean asupan, koefisien korelasi, koefisien variasi yang
berbeda pada tiap individu (Barbara, 2003).
25
D. Tinjauan Umum Tentang Remaja
1. Pengertian remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Hurlock, 1992). Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004), masa
remaja adalah peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang
mengalam perkembangan semua aspek/fungsi untuk mamasuki masa
dewasa. Masa remaja dan berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Sedangkan
menurut zakaria derajat dalam masa remaja, anak akan mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan
psikisnya. Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja
(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara anak-
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, konginitif, dan
sosial emosional (Anonim,2010).
Batasan usia remaja yang umumnya digunakan oleh para ahli
adalah antara 12-21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Tetapi
Maonks, Knores dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian yaitu masa pra remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun,
26
masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun
(Anonim, 2010).
2. Kebutuhan zat gizi mikro pada remaja
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramastis dalam
diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan
kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia
remaja (Soetardjo, 2011). Periode remaja merupakan salah satu tahapan
kehidupan seseorang dimana pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
mengalami puncaknya. Untuk mendukung proses pertumbuhan yang cepat
ini maka seorang remaja membutuhkan dukungan zat gizi yang cukup.
Remaja yang memiliki asupan gizi yang cukup akan memiliki kondisi
tubuh yang lebih sehat dalam menjalani aktifitasnya sehari-hari dengan
baik (Kuniasih, 2010).
Remaja membutuhkan energi dan nutrient untuk melakukan
deposit jaringan. Jika asupan nutrisi berlangsung optimal maka
pertumbuhan potensialnya akan terpenuhi/berlangsung optimal pula. Total
nutrien yang dibutuhkan jauh lebih tinggi pada masa remaja dari pada
ketika menjalani siklus kehidupan yang lain. Kegagalan mengkonsumsi
diet yag adekuat pada waktu ini dapat menyebabkan kematangan seksual
terlambat dan pertumbuhan mengalami perlambatan atau terhenti.
Kebutuhan nutrien tertinggi terjadi pada puncak percepatan pertumbuhan.
Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya, dan
selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutriennya.
27
a. Kebutuhan Mineral Pada Masa Remaja
Kebutuhan semua mineral selama masa remaja menigkat.
Remaja yang berada dalam masa puncak pertumbuhan zat gizi
dalam jumlah besar. Pada tahun-tahun masa pertumbuhann cepat,
remaja membutuhkan mineral kalsium, besi, zinc, magnesium dan
nitrogen dua kali lebih besar dibandingkan tahun yang lain.
1) Kebutuhan Kalsium
Kebutuhan kalsium pada usia remaja lebih banyak
dibandingkan dengan usia anak dan usia dewasa karena
peningkatan perkembangan otot, kerangka tubuh dan
kelenjar endokrin. Pada puncak pertumbuhan cepat,
penyimpanan kalsium harian dapat mencapai dua kali
lipat dari rata-rata penyimpanan selama periode usia
10-20 tahun.
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat
menyebabkan pengurasan massa dan kekerasan tulang
yang sedang dibentuk. Sedangkan kelebihan kalsium
dapat berpengaruh negatif terhadap penyerapan zinc,
besi, dan mangan. Kebutuhan kalsium di pengaruhi
oleh ketersediaan biologis, aktivitas fisik dan
keberadaan zat gizi lain. Angka kecukupan kalsium
pada remaja adalah 1000 mg/hari, baik untuk laki-laki
maupun perempuan. Hasil survey makanan yang
28
dilakukan oleh National institute of health
( worthington dan williams, 2000) menunjukkan bahwa
remaja perempuan mempunyai resiko lebih besar
kekurangan asupan kalsium. Banyaknya konsumsi
minuman ringan bikarbonat merupakan salah satu
faktor menurunnya asupan kalsium, selain itu minuman
bikarbonat umumnya mengandung kafein yang dapat
meningkatkan pengeluaran kalsium melalui urin.
2) Kebutuhan Besi
Kebutuhan besi selama masa remaja meningkat.
Peningkatan tajam terjadi terutama pada anak laki-laki,
karena diperlukan untuk penambahan volume darah dan
kenaikan konsentrasi hemoglobin, sehubungan dengan
terjadinya kematangan seksual. Laju pertumbuhan pada
remaja perempuan tidak secepat laki-laki, tetapi haid
biasanya dimulai satu tahun setelah puncak
pertumbuhan. Tambahan besi diperlukan untuk
mengganti besi yang hilang selama haid.
3) Kebutuhan Zinc
Zinc berperan dalam sintesis DNA dan RNA. Selain
itu Zinc juga berperan dalam pertumbuhan dan
kematngan seksual. Asupan makanan yang
mengandung seng yang terbatas dapat mempengaruhi
29
pertumbuhan fisik dan perkembangan karakteristik
seksual sekunder.
Angka kecukupan Zinc pada remaja laki-laki usia
10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun secara
berturut-turut adalah 14,0 mg, 17,4 mg, dan 17,0
mg/hari, sedangkan untuk remaja putri dengan usia
yang sama secara berturut-turut adalah 12,6 mg, 15,4
mg dan 14,0 mg/hari.
4) Kebutuhan Fosfor
Kebutuhan Fosfor pada remaja dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan gigi, Fosfor diabsorbsi
bersama kalsium dan dibantu Vitamin D, sehingga
kekurangan fosfor pada remaja dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan kehilangan pada massa
tulang.
b. Kebutuhan Vitamin
Kebutuhan vitamin selama remaja meningkat. Karena
kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan tiamin, riboflafin,
meningkat untuk melepas energi yang berasal dari metabolisme
karbohidrat. Kebutuhan vitamin B6, asam folat, dan vitamin B12
meningkat karena peningkatan sintesis jaringan. Peningkatan
kebutuhan vitamin D terjadi untuk pertumbuhan cepat kerangka
30
tubuh. Vitamin A,vitamin C, dan vitamin E dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel-sel baru.
Kebutuhan vitamin berhubungan dengan tingkat
kematangan remaja dibandingkan dengan usia kronologis, karena
tuntutan pertumbuhannya. Pada umumnya kebutuhan vitamin
dapat terpenuhi dengan cara memilih makanan yang baik. Tanpa
suplemen, kecuali pada remaja yang memerlukan diet khusus,
mempunyai gangguan makan atau penyakit kronis, atau kebiasaan
memilih makanan yang kurang baik yang sukar diperbaiki.
1) Kebutuhan Vitamin A
Kebutuhan Vitamin A bagi remaja untuk Mencegah
masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun,
juga berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel termasuk sel-sel tulang, vitamin
A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah,
kemungkinan melalui interaksi sel darah merah
sehingga dapat mencegah anemia, serta menjaga
kesehatan kulit.
2) Kebutuhan Vitamin D
Vitamin D Diperlukan untuk memperkuat dan
pemeliharaan tulang bersama dengan Vitamin A dan
Vitamin C serta kalsium dan fosfor, fungsi khusus
vitamin D membantu penyerapan kalsium dan fosfor
31
oleh tubuh sehingga dapat membantu pengerasan
tulang.
3) Kebutuhan Vitamin E
Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat
melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting
untuk kesehatan sel darah merah dan mencegah
terjadinya Anemia pada remaja putri.
4) Kebutuhan Asam Folat
Asam folat adalah salah satu vitamin B yang
merupakan komponen kunci dalam pembuatan DNA
dan RNA, Folat yang memainkan peran sangat penting
dalam perkembangan otak dan fungsi otak, penelitian
menunjukkan bahwa asupan folat memiliki hubungan
positif dengan prestasi akademis siswa di sekolah,
selain itu Asam Folat juga berperan dalam Membantu
proses pembentukan sel darah merah, sehingga dapat
mencegah terjadinya anemia megaloblastik pada
remaja.
5) Kebutuhan Vitamin B12
Selain berfungsi untuk merubah karbohidrat
menjadi energi. Vitamin B12 juga bermanfaat dalam
proses pembentukan sel darah merah sehingga dapat
mencegah terjadinya Anemia perininosa pada remaja.
32
6) Kebutuhan Vitamin C
Vitamin C pada remaja Dibutuhkan untuk
pembentukan kolagen, yaitu jaringan tissue yang
menahan sel. Juga penting untuk pertumbuhan tulang,
gigi & gusi, serta pembuluh darah. Vitamin C juga
membantu penyerapan zat besi & kalsium, membantu
dalam proses penyembuhan luka dan meningkatkan
fungsi otak.
Angka kecukupan gizi pada Usia remaja dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1. Angka kecukupan Zat gizi Mikro usia remaja
Zat gizi Laki-laki Perempuan
Kelompok Usia (Tahun) Kelompok Usia (tahun)
10-12 13-15 16-18 10-12 13-15 16-18
Vitamin A (RE)
Vitamin D(µg)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (µg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam Folat (µg)
Piridoksin (mg)
Vitamin B12 (µg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
Besi (mg)
Yodium (µg)
Seng (mg)
Selenium (µg)
Mangan (mg)
Fluor (mg)
600
5
11
35
1,0
1,0
12
300
1,3
1,8
50
1000
1000
170
13
120
14,0
20
1,9
1,7
600
5
15
55
1,2
1,2
14
400
1,3
2,4
75
1000
1000
220
19
150
17,4
30
2,2
2,3
600
5
15
55
1,3
1,3
16
400
1,3
2,4
90
1000
1000
270
15
150
17,0
30
2,3
2,7
600
5
11
35
1,0
1,0
12
300
1,2
1,8
50
1000
1000
180
20
120
12,6
20
1,6
1,8
600
5
15
55
1,1
1,0
13
400
1,2
2,4
65
1000
1000
230
26
150
15,4
30
1,6
2,4
600
5
15
55
1,1
1,0
14
400
1,2
2,4
75
1000
1000
240
26
150
14,0
30
1,6
2,4
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004.
33
3. Masalah gizi pada remaja
Usia remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab.
Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan
pertumbuhan fisik dan perkembangan yang dramastis. Kedua, perubahan
gaya hidup dan kebiasaan makan remaja yang mempengaruhi baik asupan
maupun kebutuhan gizinya. Ketiga, remaja mempunyai kebuthan gizi
khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olah raga, menderita
penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet yang berlebihan, pencandu
alkohol atau obat terlarang (Soetardjo, 2011).
Masalah yang sering timbul pada masa remaja yaitu makan tidak
teratur. Pada masa remaja aktivitas tinggi, baik kegiatan di sekolah
maupun diluar sekolah. Mereka sering makan dengan cepat lalu keluar
rumah. Tidak jarang mereka makan diluar rumah, dengan risiko mereka
makan dengan komposisi gizi yang tidak seimbang. Banyak iklan
makanan dengan sasaran remaja, antara lain restoran fast food. Oleh
karena itu sebaiknya di rumah di sediakan sayur dan buah segar, untuk
menjaga agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi. Pola makan remaja sering
kacau, tidak jarang mereka makan pagi dan siang dijadikan satu, remaja
perempuan cenderung sering melakukan diet dibanding remaja laki-laki.
Padahal untuk memenuhi kebutuhan pada puncak pacu tumbuh, mereka
memerlukan makan lebih sering atau dalam Jumlah yang banyak, agar
pertumbuhannya optimal (Soetjiningsih, 2002).
34
Banyak persoalan yang dihadapi para remaja yang berkaitan
dengan masalah gizi. Masalah-masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi
remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain, adapun masalah gizi yang
biasa dialami pada fase remaja akibat defisensi zat gizi mikro adalah
anemia (Khomsan, 2003).
Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada umumnya anemia
lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan
dengan pria. Penyebab aneima gizi besi adalah kurangnya asupan
zat besi, berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya
kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit
malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan
yang kurang tentang anemia.
Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja
berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang
lebih tinggi termasuk zat besi. Adanya siklus menstruasi setiap
bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah
terkena anemia defisiensi besi. Selain itu, remaja putri biasanya
sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang
membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap
makanan seperti pada diet vegetarian (Sediaoetama, 2006).
35
Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi ini pada
remaja puteri adalah apabila remaja puteri nantinya hamil, maka ia
tidak akan mampu memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga
janin dalam kandungannya serta pada masa kehamilannya anemia
ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, resiko kematian
maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian pranatal
(Hayati, 2010).
E. Kerangka Teori
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramastis dalam diri
seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan
yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. (Soetardjo,
2011).
Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya, jumlah makanan yang cukup sesuai
dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut
kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta
prestasinya. Konsumsi makanan remaja yang salah akan mengakibatkan
munculnya masalah gizi karena ketidak seimbangan konsumsi makanan secara
fisik.
36
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : WHO (2005) modifikasi oleh peneliti.
Status Gizi
Remaja
Asupan Zat
Gizi Mikro
FR 24 jam
SQ- FFQ
Faktor
psikologi
(pola makan)
- Gaya hidup
- Praktek dan
pola budaya
- Gangguan
makan
Faktor sosial
ekonomi
- Penyediaan
makanan
- Kurangnya
ketersediaan
pangan
- Kurangnya
akses terhadap
makanan
bergizi dan
keamanan
makanan
37
F. Kerangka Fikir
Gambar 2.2. Pola Fikir Variabel Yang Diteliti.
Validasi
Keterangan:
: Variabel Yang diteliti
: Perbandingan
G. Defenisi Operasional
1. Asupan Zat Gizi Mikro
Defenisi operasional :
Asupan zat gizi Mikro (Vitamin A,Vitamin D, Vitamin E, Asam Folat,
Vitamin B12, Vitamin C, Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc) adalah semua zat
gizi mikro yang berasal dari makanan, minuman dan suplemen yang di
konsumsi remaja.
Asupan Zat Gizi Mikro :
Vitamin A
Vitamin D
Vitamin E
Asam Folat
Vitamin B12
Vitamin C
Kalsium
Fosfor
Besi
Zinc
Metode
Food Recall 24 jam
Metode
Semi-Quantitatif FFQ
38
2. Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire
Defenisi Operasional:
Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire adalah kuesioner
makanan yang berisi sejumlah bahan makanan maupun makanan jadi yang
mangandung vitamin dan mineral dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Dengan menambahkan perkiraan jumlah porsi yang dikonsumsi remaja
melalui metode wawancara yang dilakukan sebanyak 1 kali.
3. Food Recall 24 jam
Defenisi Operasional :
Food Recall 24 jam adalah metode yang dilakukan melalui wawancara
dengan mencatat semua jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, yang
dilakukan selama 2 kali 24 jam pada hari yang berbeda, yakni Satu hari
mewakili hari kerja dan satu hari untuk mewakili hari libur.
4. Validasi
Definisi Operasional:
Validasi adalah membandingkan asupan zat gizi mikro sebagai hasil dari
metode Semi-Quantitatif FFQ dalam memperkirakan atau mengukur
asupan gizi, dengan rata-rata asupan metode Food Recall 24 jam sebagai
standar acuan, yang dilakukan 2 x 24 jam.
39
H. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Null (H0)
a. Tidak ada perbedaan jumlah rata-rata asupan zat gizi mikro
(Vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium,
Fosfor, Besi, Zinc) menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ
dengan metode Food Recall 24 jam.
b. Tidak ada korelasi asupan zat gizi mikro (Vitamin A, D, E, B12,
Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc)
menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food
Recall 24 jam.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada perbedaan jumlah rata-rata asupan zat gizi mikro (Vitamin A,
D, E, B12, Asam Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc)
menggunakan metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food
Recall 24 jam.
b. Ada korelasi asupan zat gizi mikro (Vitamin A, D, E, B12, Asam
Folat, C, dan Mineral Kalsium, Fosfor, Besi, Zinc) menggunakan
metode Semi-Quantitatif FFQ dengan metode Food Recall 24 jam
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey analitik dengan
uji validasi untuk melihat perbedaan dan korelasi jumlah asupan zat gizi mikro
dengan metode Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnaire dengan Food
Recall 24 jam pada remaja.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Islam Athirah
Makassar. Waktu dilaksanakannya penelitian pada Tanggal 8 sampai 22 April
2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu.
Kumpulan yang diukur atau diamati ciri-ciri disebut populasi studi
(Budiarto, Eko. 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
dan XI yang berada di SMA Islam Athirah Makassar. Jumlah populasi
dalam penelitian adalah 247 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian subjek atau invidu dalam populasi yang diteliti.
Sampel di ambil dengan metode purposive sampling. Jumlah Sampel
adalah siswa kelas X dan XI yang dipilih dengan kriteria khusus di SMA
41
Islam Athirah makassar sebanyak 93 siswa. Dimana pemilihan besar
sampel dalam uji validasi sebagai berikut ( Dahlan MS,2010 ) :
n = {( )
[( ) ( )⁄ ]}
+ 3
n = {( )
[( ) ( )⁄ ]}
n = 93 orang (sampel minimum)
Dimana:r = Kofisien Korelasi (0,3)
= Kesalahan tipe 1 (5% : 1,64)
= Kesalahan tipe 2 (10% : 1,282)
Dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang dipenuhi oleh
responden sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian, yang
termaksud krteria inklusi adalah :
1) Siswa kelas X dan XI
2) Bersedia menjadi responden
3) Berada ditempat saat penelitian berlangsung
b. Kriteria Eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan responden yang
memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian, yang
termaksud kriteria eksklusi adalah siswa yang sakit pada waktu
penelitian berlangsung.
42
D. Instrumen penelitian
Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Kuesioner Formulir SQ-FFQ
Proses uji coba kuesioner dilakukan pada siswa SMA Islam Athirah
Makassar yang berjumlah 20 siswa dan bukan termaksud siswa yang
menjadi responden dalam penelitian ini. Siswa tersebut mewakili 20%
dari total responden dalam penelitian. Hasil uji coba kuesioner semi-
Quantitatif food frequency questionnaire dari 189 bahan makanan dan
minuman yaitu 163 item. Apabila ada bahan makanan dan minuman
yang tidak dikonsumsi atau hanya satu dari dua puluh remaja yang
mengkonsumsi bahan makanan tersebut maka kami eksklusi dari
kuesioner SQ-FFQ.
b. Food Recall 24 jam.
c. Food picture
Langkah- langkah dalam proses pembuatan dari Food picture yaitu
1. Dengan mengumpulkan semua bahan makanan mentah, makan jadi,
cemilan dan minuman yang umum dikonsumsi oleh remaja dan
khususnya makanan dan minuman yang berada di SMA Islam
Athirah Makassar.
2. Semua bahan makanan dan minuman disesuaikan dengan porsi yang
biasanya dikonsumsi (porsi sedang) yang merujuk pada standar
ukuran rumah tangga
43
3. Kemudian bahan makanan dan minuman di timbang menggunakan
timbangan digital.
4. Untuk pemotretan menggunakan kamera standar dengan sudut
pandang dan jarak lensa ke objek 50 cm sama pada semua sampel
makanan dan minuman. Pada saat pemotretan built-in flash
dimatikan agar hasil dari foto akan lebih bagus karena flash dari
kamera bisa menyebabkan pantulan cahaya dari benda- benda yang
permukaannya mengkilap seperti sendok, piring dan semacamnya.
5. Selanjutnya food picture inilah yang digunakan sebagai alat bantu
dalam melakukan wawancara FR 24 jam dan SQ -FFQ.
d. Program komputer (Program SPSS, dan NutriSurvey Indonesia).
e. Alat tulis menulis.
E. Pengumpulan Data
1. Data Primer.
Untuk pengambilan data primer dilakukan wawancara dengan metode
SQ-FFQ dan FR 24 jam, Dimana proses wawancara dilakukan di SMA
Islam Athirah. Sebelumnya siswa diminta kesediaanya untuk menjadi
responden dengan menandatangani surat persetujuan menjadi
responden, Wawancara dilakukan terlebih dahulu untuk metode FR 24
jam selama 2 hari yakni satu hari untuk mewakili hari kerja, dan satu
hari untuk mewakili hari libur melalui prosedur mencatat semua jenis
makanan, minuman dan suplemen yang dikonsumsi responden selama
24 jam sebelumnya. Wawancara pertama untuk FR 24 jam hari libur di
44
lakukan pada hari senin. Dan wawancara kedua FR 24 jam hari kerja
dilakukan pada rentan hari rabu-jumat. Sedangkan untuk metode SQ-
FFQ dilakukan satu minggu sesudah FR 24 jam, dimana responden
ditayakan konsumsi bahan makanan untuk periode satu bulan terakhir.
Dipilih untuk melakukan FR 24 jam terlebih dahulu karena dalam
penelitian ini FR 24 jam menjadi standar acuan untuk memvalidasi
SQ- FFQ serta makanan yang masuk ke dalam daftar SQ-FFQ adalah
bagian dari FR 24 jam sehingga akan mengurangi bias dari kuesioner
tersebut.
2. Data Sekunder.
Data sekunder adalah Data yang diperoleh dari pihak sekolah berupa
data demografi dan data jumlah siswa, serta data lain yang mendukung
dalam penelitian.
F. Pengolahan dan Penyajian data
Data yang telah dikumpulkan dalam kuesioner identitas responden diberi
nomor ID, kemudian dilakukan entry data. Pengolahan data untuk masing-masing
metode dilakukan dengan mengolah data asupan dengan menggunakan software
NutriSurvei Versi Indonesia, untuk kedua metode diambil data rata-rata asupan
perhari. Kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan disertai penjelasan.
G. Analisis Data
Metode analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis univariat
45
Analisis asupan zat gizi mikro dalam bahan makan dari metode SQ-
FFQ dan FR 24 jam diolah dengan menggunakan perangkat lunak
(software) program komputer nutrisurvey versi indonesia. Untuk
mengetahui rata-rata asupan dari metode SQ-FFQ dengan FR 24 jam
menggunakan analisis univariat dengan software program komputer.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata
asupan zat gizi mikro dianalisis dengan uji paired t-test untuk sebaran
data normal dan wilcoxon untuk sebaran data tidak normal di gunakan
dari program komputer, dan uji korelasi dianalisis dengan uji pearson
bila sebaran data normal. Bila sebaran data tidak normal digunakan uji
sperman. Dimana Interpretasi hipotesis null (H0) ditolak bila p<0,05
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dalam penelitian digunakan uji
paired t-test dan wilcoxon untuk uji perbedaan sedangkan untuk
korelasi menggunakan uji pearson dan sperman rho. Untuk
mengetahui kekuatan korelasi digunakan koefisien korelasi.
Interpretasi nilai koefisien korelasi antara 0 – 1 adalah sebagai berikut
(Sopiyudin ,2011).
0,01 – 0,25 : Hubungan Lemah
0,26 – 0,50 : Hubungan Sedang
0,51 – 0,75 : Hubungan Kuat
0,76 – 1 : Hubungan Sangat Kuat
46
Gambar 3.3 Alur penelitian
Tahap I
Tahap II
Tahap pemilihan sampel
Tahap III
Pengumpulan data
primer melalui
wawancara
Tahap IV
Analisis data
Populasi
Siswa SMA Islam Athira
Uji Kelayakan Kuesioner
SQ-FFQ
Sampel siswa SMA
berjumlah 93 orang
Kriteria Inklusi
1) Siswa kelas X
dan XI
2) Bersedia
menjadi sampel
3) Berada ditempat
saat penelitian
berlangsung
Kriteria Inklusi
Siswa yang sakit pada
waktu penelitian
berlangsung.
Food recall 24 jam
1) Hari kerja
2) Hari libur
SQ- FFQ
SQ-FFQ
Food Recall 24 jam
Analisis Univariat
dengan nutrisurvey versi
indonesia
Analisis Bivariat
1) Uji normalitas data:
Uji Klomograov-
Smirnov
2) Uji perbedaan:Uji
pared t
test/willcoxon
3) Uji korelasi:
Formula
pearson/sperman
rho
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Tanggal 8 April sampai 22 April 2013
tentang study validasi FR 24 jam dan SQ-FFQ pada remaja di SMA Islam
Athirah Makassar dengan jumlah sampel 93 orang. Adapun hasil dari pengolahan
data dapat disajikan sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada tahun 1984 dengan resmi didirikan Yayasan Pendidikan Hadji
Kalla, yayasan ini membangun fasilitas pendidikan di tingkatan Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mulai
beroperasi pada tahun pelajaran 1984/1985.
Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat pada
akhirnya turut mengubah nama ditiap jenjang pendidikan yang diretas
Yayasan Hadji Kalla dari Perguruan Islam Athirah menjadi Sekolah Islam
Athirah pada tahun ajaran 2006-2007.
Pihak yayasan ingin berupaya memenuhi tuntutan masyarakat akan
sekolah berkualitas dan beridealisme islam. Awal berdiri, sekolah-sekolah
tersebut hadir diatas bekas Gedung Makodau di Jl. Kajaolalido, namun
saat ini sekolah Islam Athirah telah melebarkan sayap hingga ke Bukit
Baruga karena peminat yang bertambah tiap tahunnya.
48
Adapun susunan pengurus Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan
Islam Hadji Kalla berdasarkan struktur organisasi adalah:
1. Pembina
Ketua : Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
Anggota : Ir. H. Achmad Kalla
Drs. H. Suhaely Kalla
Ir. H. Halim Kalla
H. Muh. Aksa Mahmud
2. Pengurus
Ketua Umum : Dra. Hj. Fatimah Kalla
Ketua I : Muchlisa Jusuf Kalla, SE
Sekretaris Umum : Solichin Jusuf Kalla
Sekretaris I : Muhammad Zuhair, ST
Bendahara : H. Imelda Jusuf Kalla, SE
Bendahara I : Erwin Aksa Mahmud
3. Pengawas
Hj. Nuraini Kalla
Hj. Mufidah Jusuf Kalla
Dra. Hj. Farida Kalla
SMA Islam Athirah 1 Kajaolalido Makassar dibawah naungan Yayasan
Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla. Perguruan Islam Athirah
terletak di jalan Kajaolalido No. 22 Kelurahan Barru Kecamatan Ujung Pandang
kota Makassar. SMA Islam Athirah 1 Kajaolalido Makassar didirikan pada
49
tanggal 24 April 1984 dengan status sebagai sekolah swasta yang berakreditasi
‘A’. System pembelajaran yang diterapkan dalam SMA Islam Athirah 1
Kajaolalido Makassar adalah system moving class, dimana kelas disesuaikan
dengan mata pelajaran yang ada.
2. Deskripsi Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden yang meliputi kelas, umur dan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di SMA Islam
Athirah Makassar Tahun 2013
Karakteristik N %
Kelas
X
XI
53
40
57
43
Umur (tahun)
14
15
16
17
4
35
38
16
4.3
37.6
40.9
17.2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
42
51
45.2
54.8
Total 93 100
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa kelas yang dijadikan sampel
penelitian terbagi menjadi 2 tingkatan kelas, yaitu kelas X dan XI. Kelas X
dan XI masing-masing terdiri dari 2 kelas dengan jumlah secara keseluruhan
adalah 93 orang (57%) dan 40 orang (43%). Responden lebih banyak
tergolong dalam kelompok umur 16 tahun yaitu sebanyak 38 orang (40.9%)
50
dan kelompok umur 15 tahun yaitu 35 orang (37.6%) dibandingkan
kelompok umur 17 tahun yaitu 16 orang (17.2%) dan kelompok umur 14
tahun yaitu 4 orang (4.3%). Jenis kelamin responden yaitu responden laki-
laki sebanyak 42 orang (45.2%) dan responden perempuan sebanyak 51
orang (54.8%).
3. Hasil Pengukuran Asupan Zat Gizi Mikro
a. Rata-rata nilai asupan zat gizi mikro
Data asupan zat gizi mikro diperoleh dengan menggunakan
metode FR 24 Jam dan SQ-FFQ. Dimana asupan zat gizi mikro
meliputi vitamin dan mineral yaitu vitamin A, D, E, B12, C dan
Asam folat sedangkan mineral yaitu kalsium, Fosfor, Besi dan Zn.
Adapun distribusi rerata asupan zat gizi mikro pada kedua metode
tersebut antara lain seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Distribusi Rerata Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-Quantitatif
Food Frequency Questionnare Pada Asupan Vitamin Remaja di SMA
Islam Athirah Makassar Tahun 2013
Sumber: Data Primer,2013
METODE
VITAMIN A (RE) D (µg) E (mg) B12 (mg) Asam Folat
(mg)
C (mg)
FR 24jam(1)
min-max
X±SD/median
8.9-3357.1
3.503±2.219
0,3-100.6
4.9±1.1
0,3-8.2
3.1±3.0
0,1-8.4
1.6±1.4
9-256.3
79.1±193.0
0.1-1072
53.2±24.76.
FR 24jam(2)
min-max
X±SD/median
19.2-6681
4.059±2.863
0.3-101.0
5.2±1.3
1.0-9.0
3.27±2.9
0.3-5.4
1.65±1,5
2.0-233.2
88.9±79.3
0.2-329.0
30.6±19.21
FR24jam(1+2) min-max
X±SD/median
18.9-3412
3.781±266.7
0.4-100.3
5.0±1.9
0.6-7.3
3.2±2.9
0.4-6.9
1.6±1.6
24.6-199.7
84.0±74.8
3.35-571.8
41.9±26.3
SQ-FFQ min-max
X±SD/median
31.6-2051.6
4.12±2.99
0.2-102.3
4.5±1.9
1.3-8.8
3.2±2.9
0.4-113.8
3.0±1.6
2.0-213.0
81.7±77.1
6.5-519.0
39.0±29.4
51
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mean/median±SD
asupan vitamin A, D, E, B12, C dan Asam folat perhari antara metode
FR 24 jam dan SQ-FFQ berbeda. Metode SQ-FFQ memiliki rata-rata
asupan lebih tinggi dari FR 24 jam pada asupan Vitamin A, E, dan B12
sedangkan untuk vitamin D, C dan Asam Folat metode SQ-FFQ
memiliki rata-rata asupan lebih rendah dari FR 24 jam.
Tabel 4.4
Distribusi Rerata Metode Food Recall 24 Jamdan Semi-Quantitatif
Food Frequency Questionnare Pada Asupan Mineral Remaja
di SMA Islam Athirah Makassar Tahun 2013
METODE
MINERAL Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Zn (mg)
FR 24jam(1)
min-max
X±SD/median
31.8-762.1
134.4±152.3
60.1-896.2
4.38±154.3
1.5-17.6
5.19±3.91
1.1-9.7
3.3±3.2
FR 24jam(2)
min-max
X±SD/median
34.4-830.8
3.455±325.2
198.4-1031.0
5.190±149.8
1.5-16.1
5.3±4.0
1.2-12.3
3.8±3.6
FR24jam(1+2) min-max
X±SD/median
58.1-752.8
2.727±263.8
8.15-796.1
3.010±251.5
2.1-16.8
5.2±4.5
1.3-10.4
3.5±3.4
SQ-FFQ min-max
X±SD/median
55.6-618.3
2.544±234.0
223.8-851.0
4.903±125.7
2.2-18.5
5.3±5.0
2.1-8.8
3.9±3.7
Sumber : Data Primer, 2013
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mean/median±SD asupan mineral
Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn perhari antara metode FR 24 jam dan SQ-
FFQ berbeda. Dimana metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan lebih
tinggi dari FR 24 jam pada asupan Fosfor, Besi dan Zn. Sedangkan
untuk kalsium metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan mineral lebih
rendah dari FR 24 jam.
52
b. Uji normalitas distribusi data
Dalam melakukan suatu analisis dengan menggunakan analisis
perbedaan dan korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap
data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi uji normalitas sebaran.
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah
dalam variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Hal ini
berarti bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab pertanyaan
apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak,
sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi,
2000). Uji normalitas sebaran ini menggunakan teknik one sample
Kolmogorov-Smirnov test yang dikatakan normal jika p> 0,05.
Tabel 4.5
Distribusi Data Normal pada Asupan Vitamin
dengan Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-
Quantitatif Food Frequency Questionnare
Vitamin FR24 Jam SQ-FFQ
Distribusi Data P*) P
*)
A (RE) 0,000 0,000 Tidak Normal
D (µg) 0,000 0,000 Tidak Normal
E (mg) 0,025 0,003 Tidak Normal
B12 (mg) 0,000 0,000 Tidak Normal
Asam Folat(mg) 0,009 0,000 Tidak Normal
C (mg) 0,000 0,000 Tidak Normal
*) Uji Kolmogorov-Smirnov, distribusi normal P>0,05.
Pada Tabel 4.5 Terlihat hasil uji normalitas sebaran terhadap
asupan vitamin A, D, E, B12, Asam Folat dan vitamin C untuk kedua
metode memiliki distribusi data yang tidak normal dimana masing-
masing golongan vitamin memiliki nilai p <0,05.
53
Tabel 4.6
Distribusi Data Normal pada Asupan Mineral
dengan Metode Food Recall 24 Jam dan Semi-
Quantitatif Food Frequency Questionnare
Mineral FR24 Jam SQ-FFQ
Distribusi Data P*) P
*)
Kalsium (mg) 0,024 0,013 Tidak Normal
Fosfor (mg) 0,000 0,080 Normal
Besi (mg) 0,006 0,002 Tidak Normal
Zn (mg) 0,000 0,005 Tidak Normal
*) Uji Kolmogorov-Smirnov, distribusi normal P>0,05.
Pada Tabel 4.6 Terlihat hasil uji normalitas sebaran terhadap
asupan mineral Kalsium, Besi dan Zn dari kedua metode memiliki
nilai p<0,05 sehingga termasuk kategori tidak normal, sedangkan
untuk Fosfor pada metode FR 24 jam memiliki nilai p=0,00 (p<0,05)
dan metode SQ-FFQ memiliki nilai p=0,080 (p>0,05) sehingga
termasuk kategori normal.
c. Hasil uji perbedaan dan uji korelasi asupan zat gizi mikro
Asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E, B12, Asam
Folat dan vitamin C sedangkan mineral Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn
dengan menggunakan metode FR 24 Jam dan SQ-FFQ dilakukan
analisis perbedaan dan analisis korelasi untuk melihat validasi antara
kedua metode tersebut. Adapun hasil analisis yang dapat dilihat pada
Tabel.
54
Tabel 4.7
Distribusi Rerata, Uji Perbedaan dan Uji Korelasi dengan Metode
Food Recall 24 Jam dan Semi-Quantitatif Food Frequency Questionnare
Pada Remaja di SMA Islam Athirah Makassar Tahun 2013
Sumber : Data Primer,2013
a.. Ujipairedt-testatau Wilcoxon, Signifikanp<0,05
b. Perbedaan rerata (Mean SQ-FFQ - Mean FR 24 Jam) c. Persen Perbedaan Rerata, (pr/mean FR 24 Jam)x100%
d. Uji Formula Pearsonatau Spearman’s rho,signifikan p< 0,05
e. Koefisien korelasi
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat
gizi mikro perhari antara metode FR 24 jam dan SQ-FFQ berbeda.
Dimana metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan zat gizi mikro lebih
tinggi dari FR 24 jam pada asupan A, E, B12, Fosfor, Besi dan Zn
Sedangkan untuk vitamin D, Asam Folat, C dan Kalsium perhari antara
metode SQ-FFQ memiliki rata-rata asupan mineral lebih rendah dari FR
24 jam
Hasil statistik dengan menggunakan uji perbedaan paired t-test
atau uji Wilcoxon menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara
metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam mengukur asupan zat gizi mikro
Zat Gizi
Mikro
FR24 jam (1+2)
SQ-FFQ p
a pr
b %pr
c P
d r
e
X/MEDIAN±SD X/MEDIAN ±SD
Vitamin A 3.78±266.7 4.12±2.99 0,001 0.3 8.1 0,000 0,786
Vitamin D 5.0±1.9 4.59±1.90 0,413 -0.5 10 0,000 0,692
Vitamin E 3.2±2.9 3.2±2.90 0,335 0 0 0,000 0,603
Vitamin
B12
1.6±1.6 3.08±1.60 0,004 1.4 87.5 0,000 0,575
Asam
Folat
84.0±74.8 81.7±77.1 0,628 -2.3 2.7 0,000 0,425
Vitamin C 41.9±26.3 39.0±29.4 0,018 -2.9 6.9 0,000 0,704
Kalsium 2.727±263.8 2.544±234.0 0,211 -0.2 7.4 0,000 0,636
Fosfor 3.010±251.5 4.903±125.7 0,000 1.9 63.3 0,002 0,314
Besi 5.2±4.5 5.3±5.0 0,278 0.1 1.9 0,000 0,489
Zeng 3.5±3.4 3.9±3.7 0,000 0.4 11.4 0,000 0,547
55
meliputi vitamin A, B12, C, Fosfor dan Zn yang ditunjukkan dengan nilai p
= 0,000-0,018 (p<0,05) dapat dikatakan hasil uji signifikan secara statistik
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan antara kedua
metode tersebut. Sedangkan asupan vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium
dan Besi ditunjukan dengan nilai p= 0,211-0,628 (p>0,05) dapat dikatakan
hasil uji tidak signifikan sehingga H0 diterima dan Ha ditolak atau tidak
ada perbedaan antara kedua metode tersebut.
Hasil penelitian untuk mengetahui korelasi antara metode FR 24
jam dan SQ-FFQ digunakan uji Formula Pearson atau uji Spearman’s
rho. Pada hasil uji statistik menunjukkan nilai p <0,05 dapat dikatakan
hasil uji signifikan sehingga H0 ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan
antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam mengestimasi jumlah
asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C,
Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn yang dikonsumsi pada remaja.
B. Pembahasan
1. Distribusi hasil pengukuran asupan zat gizi mikro
Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran asupan zat gizi mikro
khususnya vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan
Zn pada remaja dengan menggunakan metode FR 24 jam dan SQ-FFQ.
Dimana pada penelitian ini metode FR 24 Jam merupakan gold standar dan
metode SQ-FFQ akan divalidasikan dengan gold standar. Metode FR 24
Jam merupakan suatu metode yamg paling banyak digunakan dalam survey
konsumsi gizi. Hendaknya metode FR 24 jam dilakukan bersamaan dengan
56
metode lain seperti kuesioner dan frekuensi makanan. keberhasilan FR 24
jam tergantung pada daya ingat responden, kemampuan responden
memperkirakan porsi atau berat makanan dan minuman yang di konsumsi
(Moesijanti, 2011). Metode FR 24 jam dilakukan sebanyak satu kali (1x24
jam) maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu. Pengukuran FR 24 jam sebaiknya dilakukan
berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya
dilakukan minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat
menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan
variasi yang lebih besar tentang asupan harian indvidu (Gibson, 2005).
Pada penelitian ini, kuesioner yang akan diuji validitasnya yaitu SQ-
FFQ dimana metode ini bertujuan untuk menilai frekuensi pangan yang
dikonsumsi pada kurun waktu sebulan terakhir dengan menambahkan
perkiraan jumlah porsi yang dikonsumsi pada remaja melalui metode
wawancara yang dilakukan sebanyak 1 kali. Sebelum dilakukan wawancara
menggunakan formulir SQ-FFQ, terlebih dahulu dilakukan uji coba
koesioner pada 20 siswa SMA Islam Athirah yang bukan termasuk dalam
sampel penelitian. Pada metode SQ-FFQ terdapat 156 item makanan dan
minuman yang dikonsumsi remaja di SMA Islam Athirah Makassar.
Menurut Marjolein (2010) perkiraan konsumsi pangan antara kedua metode
dari kelimpok makanan dan minuman yang dikonsumsi pada umumnya SQ-
FFQ tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari perkiraan FR 24 jam. Oleh
karena itu untuk melihat sejauh mana kemampuan suatu kuesioner untuk
57
dapat secara langsung dievaluasi dengan membandingkan perkiraan asupan
zat gizi individu dari hasil kuesioner dengan perkiraan asupan zat gizi yang
menggunakan metode yang akurat.
Validitas merupakan perbandingan dari metode pengujian dengan
metode lain yang diistilahkan sebagai metode refrensi yang memiliki tingkat
yang lebih besar dari validitas. Pengukuran dianggap valid bila metode atau
alat yang diunakan mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Gibson,
2005). Study yang membandingkan dua pengukuran yaitu antara
pengukuran yang baru dengan pengukuran yang sudah diterima karena
terpercaya dalam akurasi (gold standard) di sebut validasi. Hal ini sejalan
dengan tujuan dilaksanakannya penelitian ini, dimana SQ-FFQ divalidasi
dengan FR 24 jam sebagai gold standar.
2. Distribusi hasil Uji Beda
Analisis stastitik yang dilakukuan untuk mengetahui perbedaan
antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam pengukuran asupan zat gizi
mikro meliputi vitamin dan mineral dengan menggunakan uji perbedaan
paired t-test atau uji Wilcoxon dari program SPSS versi 16, menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam dalam
mengukur asupan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 (p<0,05).
Sebelum dilakukan uji perbedaan, terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas. Apabila data yang didapatkan normal, makan uji perbedaan
yang digunakan adalah uji Paired t-test, sedangkan apabila data yang
58
didapatkan tidak normal maka uji perbedaan yang digunakan adalah uji
Wilcoxon. Pada uji normalitas, diperoleh distribusi yang tidak normal pada
zat gizi mikro vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Besi dan Zn
hal ini ditunjukkan dengan nilai p<0,05. Sedangkan untuk data yang normal
terdapat pada Fosfor dengan nilai p>0,05. Menurut hasil analisis statistik
pada tabel 4.4 dan 4.5 didapatkan bahwa untuk semua zat gizi mikro nilai p
> 0,05 yang secara statistik nilai ini signifikan atau dengan kata lain ada
perbedaan antara kedua metode tersebut dalam mengukur asupan zat gizi
mikro atau dalam hal ini H0 ditolak dan Ha diterima.
Pada penelitian ini, didapatkan kedua metode ada berbeda dan ada
yang tidak berbeda dalam mengukur asupan zat gizi mikro meliputi vitamin
A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn. Hal ini
dikarenakan pada metode SQ-FFQ, sampel mengutarakan semua jenis
makanan yang dikonsumsi selama sebulan terakhir yang pada saat
penginputannya asupan sebulan tersebut dikonversikan menjadi rata-rata
berat asupan perhari agar hasil metode ini setara dengan hasil rata-rata
asupan perhari dengan menggunakan metode FR 24 Jam. Makanan dan
minuman yang dikonsumsi merupakan pola konsumsi dari sampel penelitian
yang memiliki kandungan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral.
namun tidak semua sumber zat gizi dikonsumsi perhari melainkan
perminggu atau perbulan. pada saat dilakukan wawancara, sampel belum
tentu menyebutkan semua jenis makanan yang ada pada SQ-FFQ.
59
Hal inilah yang menyebabkan hasil uji perbedaan antara kedua
metode terhadap asupan zat gizi mikro pada penelitian ini berbeda secara
signifikan. Hasil analisis asupan vitamin A, B12, C, Fosfor dan Zn. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Betzabeth Slater, dkk pada
tahun 2010 di kalangan remaja di Brazil menujukan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam terhadap konsumsi
buah dan sayuran. Dimana SQ-FFQ lebih besar dari FR 24 jam. Sedangkan
menurut Faidon magkos, dkk pada tahun 2004 di Yunani dalam menilai
asupan kalsium menujukan metode SQ-FFQ lebih tinggi dari FR 24 jam.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi Sulistiani, pada
tahun 2013 terhadap asupan mineral pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-
kassi Kota Makassar dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam
menujukan bahwa asupan mineral Fe dan Zn berbeda dengan nilai p < 0,05.
Sementara penelitian yang dilakukuan oleh Starti Takwin, pada tahun 2013
terhadap asupan vitamin pada ibu hamil menujukan bahwa asupan vitamin
A, B12 dan C berbeda dengan nilai p<0,05 antara metode SQ-FFQ dan FR
24 jam. Demikian penelitian yang dilakukan oleh Boeing, dkk pada tahun
1997 menyatakan bahwa pengambilan data FR 24 jam dilakukan setiap
bulan selama setahun agar tidak ada perbedaan yang signifikan antara hari
kerja dan hari libur.
Hasil penelitian asupan vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi
menujukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode SQ-FFQ
dibandingkan dengan metode FR 24 jam. Hal ini sejalan dengan hasil
60
penelitian Shahril dkk (2008) pada 51 wanita Melayu dan 28 wanita India
di Malaysia dimana rata-rata asupan yang di analisis menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan ketika asupan diperkirakan
menggunakan SQ-FFQ dengan FR 24 jam untuk asupan energi, protein,
karbohidrat, lemak total, asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal
dan polyunsaturated, asam lemak dan vitamin A (retinol dan beta karoten),
C dan E. Perbedaan rata-rata persen antara kedua metode itu lebih rendah
dari 10% di semua nutrisi dipelajari termasuk asupan energi. Perbedaan
persentase tertinggi rata-rata adalah vitamin C (6%) dan terendah adalah
asam lemak tak jenuh tunggal (2%) dimana hasil uji signifikan secara
statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua metode.
Penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi sulistiani, pada tahun
2013 terhadap asupan mineral pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-kassi
Kota Makassar dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam
menujukan bahwa asupan mineral Zn tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan nilai p >0,05 sedangkan penelitian yang dilakukuan oleh Starti
Takwin, pada tahun 2013 terhadap asupan vitamin pada ibu hamil
menujukan bahwa asupan vitamin E dan Asam Folat tidak ada berbeda yang
signifikan dengan nilai p > 0,05 antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam.
3. Distribusi Hasil Uji Korelasi
Uji korelasi dalam penelitian ini yaitu analisis statistik dengan
menggunakan Formula Pearson atau uji Spearman’s rho. Hasil uji statistik
dapat dikatakan ada hubungan antara metode SQ-FFQ dan FR 24 jam
61
dalam mengestimasi jumlah asupan zat gizi mikro meliputi vitamin A, D, E,
B12, Asam Folat, C, Kalsium, Fosfor, Besi dan Zn yang dikonsumsi pada
remaja.
Pada uji normalitas, diperoleh distribusi yang tidak normal pada zat
gizi mikro vitamin A, D, E, B12, Asam Folat, C, Kalsium, Besi dan Zn.
Menurut hasil analisis statistik pada tabel 4.4 dan 4.5 didapatkan bahwa
untuk semua zat gizi mikro secara statistik nilai ini signifikan atau dengan
kata lain ada hubungan antara kedua metode tersebut dalam mengukur
asupan zat gizi mikro atau dalam hal ini H0 ditolak dan Ha diterima.
Dalam analisis uji korelasi dengan sperman rank dan formula
pearson yang ditunjukkan pada tabel 4.6 yaitu untuk asupan vitamin A
memiliki korelasi sangat kuat dan vitamin D, E, B12, C dan kalsium dan Zn
antara kedua metode tersebut memiliki korelasi yang kuat. Untuk beberapa
vitamin dan mineral seperti Asam folat dan Besi menujukan korelasi sedang
antara kedua metode tersebut, ini menujukan metode SQ-FFQ adalah sama
baiknya dengan metode FR 24 jam.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neneng Dewi
sulistiani, pada tahun 2013 terhadap asupan mineral Fe, Zn dan kalsium
pada ibu hamil, di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar dengan
menggunakan metode SQ-FFQ dan FR 24 jam memiliki korelasi yang
sedang berkisar antara 0,461 -0,503. Sedangkan penelitian yang dilakukuan
oleh Starti Takwin, pada tahun 2013 terhadap asupan vitamin pada ibu
hamil menujukan bahwa asupan dengan menggunakan metode SQ-FFQ dan
62
FR 24 jam memiliki korelasi sedang 0,45 untuk vitamin B12 dan Asam Folat
memiliki korelasi lemah yaitu 0,13.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leena dkk (2004) yang
dilakukan pada 100 wanita yang berumur 34-75 tahun hasil menunjukkan
koefisien korelasi uji Spearman antara tingkat asupan dengan dua metode
yakni SQ-FFQ dengan FR 24 jam memiliki hubungan yang kuat dengan
nilai korelasi r= 0,51 untuk vitamin B12. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Syahril di Malaysia pada tahun 2008, yang mendapatkan
bahwa dalam menilai asupan Energy, Lemak, Protein, Karbohidrat, Vit. A,
Vit C, dan Vit E, metode SQ-FFQ dan metode FR 24 Jam memiliki korelasi
yang kuat. Demikian juga pada penelitian yang dilakukan Faidon Magkos,
dkk pada tahun 2004 di yunani menujukan bahwa metode SQ-FFQ dan FR
24 jam memiliki hubungan yang sangat kuat dengan korelasi 0,639 untuk
kalsium.
Ini menunjukkan bahwa SQ-FFQ dapat menghasilkan hasil yang
sebanding dengan FR 24 jam. Ini sekaligus membuktikan bahwa SQ-FFQ
dapat sama baiknya digunakan untuk menilai asupan zat gizi mikro. FR 24
jam yang digunakan sebagai gold standar yang memiliki kelebihan tidak
membebani responden dengan respon yang cukup tinggi, selain itu
memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu
sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari sehingga validitas dari metode
63
ini juga tinggi untuk menggambarkan actual intake zat gizi dibandingkan
dengan metode lain karena metode ini hanya mencakup konsumsi makan
dalam waktu yang singkat.
Hal inilah yang menyebabkan hasil pengukuran yang berbeda antara
kedua metode. Selain itu FR 24 jam memiliki keterbatasan dimana
keberhasilan metode ingatan 24 jam ini tergantung pada daya ingat subjek,
kemampuan responden memberikan perkiraan ukuran/porsi yang akurat,
tingkat motivasi responden, dan keuletan dan kesabaran pewawancara dan
metode ini tidak cocok untuk menilai kebiasaan asupan pangan/ gizi
individu (Siagian, 2010). Sehingga sangat besar kemungkinan terjadi bias
pada metode ini. Gold standar merupakan alat ukur pembanding untuk
suatu uji validasi, dimana gold standar ini harus lebih baik dari lebih valid
dari metode yang akan dibandingkan, selain itu gold standar juga sebaiknya
memiliki bias yang sedikit agar hasil dari uji validasi kuesioner dapat lebih
valid.
C. Keterbatasan Peneliti
Adapun beberapa keterbatasan yang dapat dikemukakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, masih kurangnya
referensi yang digunakan terutama untuk penelitian di Indonesia,
sehingga pembahasan yang ditampilkan belum beragam
64
2. Waktu penelitian yang kurang memadai karena wawancara dilakukan
sebanyak 3 kali pada 93 sampel. Dimana peneliti tidak diberikan
waktu terbatas sesuai dengan 1 jam belajar untuk kelas di jadikan
sampel.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, terdapat beberapa
hal yang dapat disimpulkan sesuai tujuan penelitian antara lain :
1. Rata-rata asupan zat gizi Mikro dengan metode Semi-Quantitatif Food
Frequenscy Questionnare Lebih tinggi di bandingkan recall 24 jam
pada asupan Vitamin A, E, B12, fosfor , Besi dan Zn.
2. Rata-rata asupan zat gizi mikro dengan metode Recall 24 jam lebih
tinggi di bandingkan dengan metode Semi-Quantitatif Food
Frequenscy Questionnare pada asupan vitamin D, Asam Folat, C dan
Kalsium.
3. Ada perbedaan antara metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnare dan Food Recall 24 Jam dalam mengestimasi asupan
zat gizi mikro meliputi vitamin, A, B12, C, Fosfor dan Zn. dan tidak
ada perbedaan antara kedua metode dalam mengestimasi asupan zat
gizi mikro meliputi vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi. pada
remaja SMA Islam Athirah Makassar.
4. Ada korelasi antara metode Semi-Quantitatif Food Frequency
Questionnare dan Food Recall 24 Jam dalam mengestimasi asupan zat
gizi mikro meliputi vitamin dan mineral pada remaja SMA Islam
Athirah Makassar. Dengan uji formula person/sperman rank yang
66
ditujukan nilai p < 0,05 untuk Vitamin A memiliki korelasi sangat
kuat dan vitamin D, E, B12, C, Kalsium dan Zn memiliki korelasi kuat
sedangkan asam folat dan Besi memiliki korelasi sedang sehingga
dapat dikatakan metode semi-Quatitatif FFQ valid dalam
mengestimasi asupan zat gizi mikro pada remaja.
5. Validitas Semi-Quantitatif Food Frequency Questionare sama
baiknya dengan Food Recall 24 jam dalam Mengestimasi Asupan Zat
Gizi Mikro pada remaja SMA Islam Athira Makassar Khususnya
Vitamin D, E, Asam folat, Kalsium, Besi dan Zn .
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini demi
penyempurnaan penelitian antara lain :
1. Perlu adanya penelitian-penelitian selanjutnya tentang studi validasi
asupan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral dengan
menggunakan metode semi-Quantitatif food frequency questionnaire
dan food recall 24 jam pada remaja sehingga dapat melengkapi yang
kurang dari penelitian sebelumnya.
2. Metode semi-Quantitatif food frequency questionnaire valid di
gunakan dalam menilai asupan zat gizi mikro pada remaja khususnya
Vitamin D, E, Asam Folat, Kalsium dan Besi.
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, E. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Almatsier Sunita,2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC : Jakarta
Aryani, WD, Oginawati, K, dan Santoso, M. 2010. Penentuan Total Asupan
Harian Unsur Gizi Mikro dalam Makanan Anak-anak Sekolah
Dasar di Bandung dengan Menggunakan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Barbara, M. and Black, A. 2003, Markers of Validity of Reported Energy Intake,
The American Society for Nutritional Sciences, J. Nutr, 133:
895S-920S.
Betzabeth slater.,2010.validation of a food frequency quetionare to assess the
consumption of carotenoids,fruits and vegetables among
adolescents the method of triads.cad saude publica,Rio de
janeiro,26(11):2090-2100.
BPOM. 2007. Acuan Label Gizi Produk Pangan. HK.00.05.52.6291. Bahan
Internet.http://pom.go.id/public/hukumperundangan/pdf/Acuan
LabelGizi.
Budiarto,eko,2001.Biostatiska untuk kedokteran dan kesehatan massyarakat.
penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Driekie Rankin,2009.Dietary assessment methodologi for adolescents : a review
of reproducibility and validation studies. S Afr J Clin-nutr,23
(2), P.65-74.
Elnovriza, D, Yenrina, R, dan Bachtiar, H. 2008. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat Asupan Zat Gizi Mahasiswa
Universitas Andalas Yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa.
Faidon Magkos,2004. Development and validation of a food frequency
questionare forassessing dietary calcium intake in the general
population.osteoporosis in,17,P. 304-312
Gibson, R.S. 2005, Principle of Nutritional Assesment, Oxford University Press:
New York
Hurlock, dkk .remaja rumah belajar psikologi. 2010.
http;//rumahbelajarpsikologi. compowered by joomla.
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Lydia Fanny,Salmiah,Asmaruddin.2010.Jurnal Tingkat Asupan zat Gizi Dan
Status Gizi Siswa SMU PGRI Kabupaten maros Propinsi
Sulawesi Selatan.Media Gizi Pangan Vol.IX edisi 1,Januari-
Juni.Bagian Gizi Politeknik Kesehatan:Makassar.
Melby MK, Utsugi M, Miyoshi M, and Watanabe S. 2008. Overview of Nutrition
and Dietary Recommendation in Japan. Apliction to Nutrition
Policy in Asian Countries
Moh Razif. 2011, semi-quantitatif food frequency questionare for Assesment of
Energy,total fat,fatty acids, and Vitamin A,C and E intake among
malaysia women.Mal J Nutr, 17 (1), P.1-18
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Poltekkes Depkes Jakarta. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan
solusinya.Salemba Medika: Jakarta.
Purnakarya, I, Elnovriza, D, dan Zulliadi, F. 2009. Studi Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Status Gizi pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas..
Riyadi, H. 1995. Studi Identifikasi Kandungan Seng Makanan, Bioavailabilitas,
Prevalensi, dan Faktor Penyebab, serta Upaya Mengatasi
Defisiensi Seng. Laporan Penelitian. PAU Pangan dan Gizi IPB,
Bogor.
Ruel MT. 2001. Can Food-Based Strategies Help Reduce Vitamin A and Iron
Deficiencies? A Review of Recent Evidence. Washington DC
:International Food Policy Research Institute
Sastroasmoro, P, Sarwono. 2002. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian
Penelitian Klinis, edisi 2 (ed-2). Jakarta : CV. Sagung Seto.
Sediaoetama, A. D. 2004, Ilmu Gizi, Jilid 1, Cetakan kelima, Dian Rakyat,
Jakarta
Soetardjo Susirah, 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama, Buku
AJAR I, Sagung Seto, Jakarta
Soekatri M, Kartono D. 2004. Angka kecukupan Mineral. Angka kecukupan
Vitamin Larut Lemak. Di dalam : Soekirman et al, editor.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta.
Sri Rumini,; Sri Sundari. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka
Cipta.2004
Subeno BT. 2007. Anemia defisiensi besi pada anak sekolah. http://www.
suaramerdeka.com/harian/0706/25/ragam01.htm
Suhendro, 2003, Jurnal Fast Food Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Obesitas
Pada Remaja Siswa-Siswi SMU di Kota Tangerang, Banten.
Suhardjo dan Kusnanto, C.M. 1992.Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi .
Kanisius.Yogyakarta
Sulaiman, M. 2009. Double Vitamin D and Calcium for Dislocated. Bahan
internet.http://mardalinasulaiman.blogspot.com/2009_08_01_arc
hive.htm.
Supariasa dkk.2002,Penilaian Status Gizi, EGC : Jakarta.
Tarmudji, 2001, Jurnal Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Agresivitas
Remaja, http://www.dep diknas. go.id/ journal/ htm.
Todd, K., Mark, H., Doris, H. 1983, Food Intake Measurement : problems and
approaches , Am.J.Clin.Nutr, no :37
Tabel Sintesa Hasil Penelitian Tentang Perbedaan SQ-FFQ dan Recall 24 Jam
No Nama
Peneliti /
tahun
Judul
Penelitian
Masalah Metode Penelitian Hasil Keterangan
1
Driekie Rankin,
Susanna
Magrietha
Hanekom,
Hattie Wright
and Una
Macintyre /2009
Dietary assessment
methodologi for
adolescents : a
review of
reproducibility and
validation studies.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan dan menguji
validitas dan Reproduksibilitas
FFQ semi kuantitatif dengan
recall 24 jam terhadap pola
makan remaja.
Lokasi :afrika selatan
Desain: : Cross-
Sectional
Hasil penelitian menujukan validitas
relatif FFQs di kalangan remaja
adalah moderate dengan koefesien
korelasi lebih dari 0,3 metode recall
24 jam menunjukkan rendah jika di
nadingkan dengan FFQs.
S Afr J Clin
Nutr
2010,23(2):65-
74.
2 Marjolein
Haftenberger,Th
orsten Heuar,
Christin
Heidemann,Frie
derike Kube,
Carolin Krems
and Gert BM
Mensink /2010
Relative validation
of a food frequency
questionnaire for
national health and
nutrition
monitoring
Penelitian ini dilakukan untuk
memvalidasi FFQ terhadap
asupan nutrisi yang berhubungan
dengan pemantauan gizi dan
kesehatan nasional pada
masyarakat Jerman yang berusia
10 sampai 80 tahun.
Lokasi: Jerman
n: 161 orang (berusia
18-80 thn)
Desain: Cross-
Sectional
Hasil penelitian menujukan korelasi
rank sperman antara FFQ dan recall
24 jam berkisar dari 0,15-0,80 untuk
pizza, untuk teh dengan 2 1/3 dari
koefesien korelasi melebihi 0,30.
semua koefesien korelasi secara
statistik signifikan kecuali untuk
pizza dan sayuran yang dimasak.
proporsi peserta di klasifikasikan ke
dalam kuartil yang sama atau
berdekatan asupan dinilai oleh kedua
Nutrition
journal
2010,9(1) :36
metode berfariasi antara 68% untuk
sayuran yang dimasak dan 94% untuk
kopi tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik pada
perkiraan konsumsi pangan antara
kedua metode dari kelompok
makanan. untuk kelompok makanan
lainnya, perkiraan konsumsi pangan
dengan FFQ itu umumnya tidak lebih
tinggi atau lebih rendah dari recall 24
jam.
3 Betzabeth
Slater, Carla
Cristina Enes,
Rossana
Voronica
Mendoza Lopez,
Nagila Raquel
Teixeira
Damasceno and
Silvia Maria
Voci /2010
Validation of a food
frequency
quetionnaire to
assess the
consumption of
carotenoids, fruits
and vegetables
among adolescents
the method of triads
Tujuan dari penelitian untuk
memvalidasi FFQ terhdap
komsumsi karoten pada buah dan
sayuran dibandingkan dengan
recall 24 jam di kalangan remaja
Lokasi:brazil,
n: 80 sekolah
Desain : Studi Kohor
Hasil penelitian menujukan koefesien
validitas di hitung menggunakan
metode triad dengan pengecualian
karetonoid persial dari FFQ lebih
besar dari recall 24 jam. Buah dan
sayur menunjukkan parsial tertinggi
( r= 0,235) dan 24 jam ( r=0,137).
Yang tertinggi koefesien validitas
diperoleh untuk sayuran sebagaimana
dinilai FFQ lebih besar dari recall 24
jam.
Cad Saude
Publica, Rio de
Janeiro,26(11):2
090-2100,
nov,2010
4 Mohd Razif
Shahril, Suhaina
Sulaiman,
Soraya Hanie
Shaharudin,
Nurismah Md
Isa & Sharifah
Noor Akmal
Syed Hussain /
200
Semi-Quantitative
Food Frequency
Questionnaire for
Assessment of
Energy, Total Fat,
Fatty Acids, and
Vitamin A, C and E
Intake among
Malaysian Women:
Comparison with
Three Days 24-
Hour Diet Recalls
Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan semi-
quantitative FFQ dengan Recall
24 jam selama 3 hari untuk
melihat asupan energi, total
lemak, asam lemak, vit. A, vit. C
dan vit. E di kalangan wanita
Malaysia
Lokasi :Malaysia
N : 88 orang
n : 51 wanita melayu
dan 28 wanita india
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas subyek penelitian berada
dalam rasio EI/BMR normal apabila
asupan energi mereka dinilai dengan
semi-kuantitatif FFQ(70%) dan
Recall 24-jam (74%).Namun, 10%
dari subyek penelitian terlalu
melebihkan (over reporting) asupan
mereka dinilai menggunakan FFQ
semi-kuantitatif. Analisist-test
menunjukkan tidak ada yang
perbedaan yang signifikan (p>0,05)
pada rata-rata konsumsi energi,
lemak total, asam lemak jenuh, asam
lemak tak jenuh tunggal dan asam
lemak tak jenuh gandadanvitamin A,
C dan E antara semi-kuantitatif FFQ
dan recall 24-jam. Persen perbedaan
rata-rata adalah juga kurang dari10%
untuk semua nutrisi termasuk dalam
penelitian ini. Ini menunjukkan
bahwa dengan FFQ semi-kuantitatif
Mal J Nutr 17
(1): 1 – 18, 2011
dapat menghasilkan hasil yang
sebanding dengan recall 24-jam.
Klasifikasi silang untuk kedua
metode dalam kuartil asupan
mengakibatkan klasifikasi yang
benar ke dalam kuartil yang sama
atau berdekatan dari 82% menjadi
96% dari subyek penelitian.
Hanya3% dari subjek terjadi
kesalahan klasifikasi.
5 Faidon Magkos,
et al / 2004
Development and
Validation of a food
frequency
Questionnaire
forassessing dietary
calcium intake in
the general
population
Penelitian ini untuk
mengembangkan dan
memvalidasi FFQ untuk menilai
asupan kalsium pada
Massyarakat Dibandingkan recall
24 jam
N: 1001 populasi
umum
Lokasi: yunani
Metode FFQ dalam menilai asupan
kalsium rata-rata dibandingkan
dengan recall 24-jam diperoleh (mean
± SD) -133 ± 333 mg / hari atau - 5,4
± 47,6% (P <0,001). Kedua metode
yang kuat berkorelasi (r = 0,639, P
<0,001), tetapi batas 95% dari
kesepakatan untuk penilaian individu
yang agak lebar, seperti FFQ dapat
memberikan perkiraan asupan
kalsium dari533 mg / hari di atas
untuk 799 mg / hari di bawah recall
Osteoporosis int
(2006) 17 : 304
– 312
6 Tinna
Eysteinsdottir,
Inga
Thorsdottir,Ingi
bjorg
Gunnarsdottir
and Laufey
Steingrimsdottir
/2011
Menilai validitas
asupan makanan
dengan
menggunakan
metode FFQ pada
lansia
untuk menguji validasi FFQ
terhadap asupan nutrisi pada
lansia di islandia
Lokasi :islandia,
N: 5764,
n: 128 lansia
Desain : Cross-
Sectional
Hasil penelitian menujukan
perbandingan FFQ dan metode
referensi usila mempunyai korelasi
≥0,4. untuk golongan buah,produk
susu,permen, minyak ikan, kopi, teh
(0,40-0,71).sedangkan untuk korelasi
sayuran mentah yaitu 0,33 untuk pria
dan wanita ≥0,4.korelasi untuk roti
gandum lebih rendah tetapi masih
signifikan(r=0.28,p=0,017).
pertanyaan untuk konsumsi daging
dan ikan serta sayuran yang dimasak
dan minuman ringan tidak ditemukan
hubungan yang signifikan.
Nutrition
Journal
2012,11:12
7 Cyntia A.
Thomson et
al/2002
Measuring dietary
change in a diet
intervention trial:
comparing food
freguency
questionnaire and
dietary recalls
Penelitian ini dilakukan untuk
mengukur validitas asupan
makanan pada penderita kanker
payudara dengan membandingkan
metode FFQ dengan recall 24 jam
.
Lokasi : Amerika
n : 397
Desain : Cross
Sectional
Hasil dari penelitian menujukan
Asupan makanan untuk 397 penderita
kanker payudara termaksud 200 dari
kelompok pembanding dan 197 dari
kelompok intervensi . perbandingan
FFQ dan recall 24 jam menujukan
perubahan signifikan dalam asupan
yaitu dengan korelasi 0,63 dan 0,43.
Am. J.
Epidemiol.
(2003) 157
(8):754-762
8 Putu moda
arsana,et
al/2011
Perbedaan rta-rata
intake
energi,protein,lema
k,karbohidrat
menngunakan
metode recall 24
jam dengan food
record sebagai gold
standard pada
pasien DM di RSU
DR saiful anwar
malang
Untuk mengvalidasi asupan
makanan terhadap penderita DM
dengan menggunakan metode
recall 24 jam dan record
Lokasi : RSU
DR.Saiful Anwar
malang.
Varibel :intake asupan
Energi,Protein,lemak
dengan metode recall
24 jam dan food
record.
Hasil paired T-test menunjukkan
tidak ada perbedaan hasil pengukuran
intake Energi,Protein,lemak dan KH
menggunakan metode recall 24 jam
dan food record.hasil pengukuran
menggunakan metode recall dan food
record tidak jauh berbeda. Tetapi
underreporting dari intake zat gizi di
tunjukkan dari hasil penelitian ini di
bandingkan dengan food record,hasil
recall 24 jam lebih rendah untuk zat
gizi berkisar antara 0,1%-0,8%
Jurnal
universitas
brawijaya
9 Nilsen,Katherin
e/2009
Comparison of
Children’s 24 –hour
recalls and food
records using two
methods of
analysis.
(Analisis
perbandingan
asupan zat gizi
menggunakan
Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan Recall 24
dengan record trhadap asupan zat
gizi pada anak –anak.
Lokasi: Nevada
n : 40 siswa
Desain: cross-sectional
Analisis konvensional recall 24 jam
di temukan perbedaan yang
signifikan dimana protein berarti
(p=0,04), karbohidrat (p=0,05), tetapi
tidak untuk energi (p=0,09) dan
lemak (p=0,33). hasil nya berkisar
antara 124%-131%, hal ini
menunjukkan over-report.
Sedangkan untuk metode record
tidak memiliki perbedaan yang
Proquest Thesis
(PQDT) AS,
2009
metode recall 24
jam dan metode
record pada anak)
signifikan antara rata-rata hasil
yang dilaporkan untuk energi dan
makronutrien lainnya berkisar antara
195%-112%.
10 Willem de
keyzer,et al
Repeated 24-hours
recalls versus
dietary records for
estimating nutrien
intakes in a national
food consumption
survey.
Penelitian ini dilakukan untuk
membandingkan dan
menganalisis asupan zat gizi
dengan metode recall 24 jam dan
record pada komsumsi pangan.
Lokasi: Belgia
n : 127 orang
Desain :Cross sectional
Hasil penelitian menujukan
sebanyak 127 orang sampel dapat
menyelesaikan recall 24 jam selama
5 hari. kedua metode memiliki rasio
intake sebesar 35% berada di
bawah kepercayaan 95% sehingga
misreporting. Perbedaan yang
signifikan antara dua metode asupan
makanan yang ditemukan untuk
energi, lemak, kolesterol, vitamin c,
tiamin, dan zat besi.secara umum
asupan recall 24 jam lebih tinggi di
bandingkan dengan metode record
.koefesien korelasi untuk semua
nutrisi berkisar antara 0,60-0,70
untuk tiamin dan air.
Jurnal Food and
Nutrion,vol 55,
2011
Proses Pengumpulan dan Analisis Data
MULAI
PENJELASAN RENCANA
PENELITIAN KEPADA SISWA
SEBAGAI RESPONDEN
Persiapan: 1. Kuesioner FFQ dan Recall
24 Jam 2. Photo model URT
makanan 3. Alat tulis
KESEDIAA
N STOP
TIDAK
WAWANCARA
DILAKSANAKAN
YA
IDENTITAS RESPONDEN
(KARAKTERSTIK) WAKTU : 3 MENIT
KUESIONER
FFQ
Cara Mengisi: 1. Peneliti menanyakan frekuensi konsumsi bahan makanan
yang tersedia di kuesioner (Harian, Mingguan, Bulanan, dll)
2. Pada saat menanyakan jenis porsi yang dikonsumsi (K, S, B) maka peneliti menunjukkan foto model makanan yang peneliti buat sebelumnya (dgn ukuran porsi sedang yang disertai ukuran berat (gr))
3. Setelah mengetahui frekuensi konsumsi dan jenis porsi yang dikonsumsi maka dapat dihitung rata-rata konsumsi perhari, misalnya Nasi putih dikonsumsi 2x perhari dengan porsi sedang (200 gr), maka rata-rata konsumsi perhari adalah 2 dikali 200 gr = 400 gr
WAKTU : 40 MENIT
Kelompok Makanan
Makanan pokok = 12
Lauk hewani = 30, Lauk nabati = 6, Sayuran = 18,
Buah = 20, Minyak = 6
Susu dna hasil olahannya = 6
Minuman = 9, Makanan jajanan = 37
DAY 1: FOOD RECALL 24 JAM
DAY 2: FOOD RECALL 24 JAM
Cara mengisi: 1. Menanyakan aktifitas yang pertama kali dilakukan pada
saat bangun (untuk memudahkan mengingat) 2. Kemudian menanyakan makanan yang dikonsumsi tiap
aktifitas yang dilakukan 3. Mencatat menu masakan yang dikonsumsi, dan bahan
makanan dalam menu tersebut. 4. Untuk URT bahan makanan, diperlihatkan kembali photo
model makanan sesuai dengan bahan makanan yang dikonsumsi untuk mengetahui beratnya
5. Mencatat berat bahan makanan yang dikonsumsi
WAKTU : 10 -15 MENIT
ANALISIS DATA (FFQ & FOOD
RECALL)
FFQ RECALL 24
NILAI GIZI: ENERGI, ZAT GIZI MAKRO &
MIKRO
NILAI GIZI: ENERGI, ZAT GIZI MAKRO &
MIKRO
Diolah menggunakan prpgram Nutrisurvey
Dgn memasukkan berat bahan makanan yang dikonsumsi ke dalam
program
Paired Test, untuk membandingkan nilai gizi yang diperoleh dari FFQ dan Recall 24 jam
Pearson correlation coefficient untuk mengetahui hubungan nilai gizi yang diperoleh dari FFQ & Recall 24 jam SELESAI
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASSYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Penelitian Berjudul :
No. Responden : ………….
Yang bertanda tangan di Bawah ini :
Nama :
Nis :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat Rumah :
Kelas :
Alamat Sekolah :
Tgl wawancara :
Pewawancara :
Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswa dari Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas
Kesehatan Makassar, Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar, 2013
Penelitian Responden
STUDY VALIDASI SEMI-QUANTITATIF
FOOD FREQUENCY QUESTIONARE DENGAN FOOD RECALLS 24
JAM PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO PADA REMAJA
DI SMA ISLAM ATHIRAH MAKASSAR
IDENTITAS SAMPEL
No. Kode Sampel :...............
Penelitian Berjudul :
STUDY VALIDASI SEMI-QUANTITATIF
FOOD FREQUENCY QUESTIONARE DENGAN FOOD RECALL 24
JAM PADA ASUPAN ZAT GIZI MIKRO REMAJA
Nama :………………………………………………………
Tempat/ tgl lahir :………………………………………………………
Jenis Kelamin :1 ( ) laki-laki
2 ( ) perempuan
Berat badan : ................... (dalam kg)
Tinggi badan : ................... (dalam cm)
Kelas : 1. ( ) X
2. ( ) XI
Asal sekolah :.............................................................................
Alamat sekolah :.............................................................................
............................................................................
Alamat rumah :................................................................................
...............................................................
FORM FOOD RECALL 24 JAM
No ID
Nama Sampel :
Kelas :
Hari Ke :
Tanggal :
NO Waktu (jam) Menu
Masakan
Bahan
Makanan
URT Berat
(gram)
1 Makan Pagi
2 Snack
3 Makan Siang
4 Snack
5 Makan Malam
6 Snack
FORMULIR METODE FREKUENSI MAKANAN
Semi Quantitatif
Nama Responden : Tgl wawancara :
Umur : Kelas :
Jenis Kelamin : No ID :
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Jenis Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
1-3
x/H
1-4
x/M
1-3
x/B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
per
nah
K S B
x/H
g/H
Makanan Pokok
Nasi putih 200 1 prg sdg
Nasi kuning 200 1 prg sdg
Nasi goreng
200
1 prg sdg
Buras
95
1 bh
Ketupat 110 1 bh
Roti Tawar Putih 30 2 iris
Laksa 20 1 prg sdg
Mi instan 80 1 bks
Singkong 120 1 ptg
Kentang 40 1 bh sdg
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
1-3
x/H
1-4
x/M
1-3
x/B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
per
nah
K S B
x/H
g/H
Lauk hewani
Daging sapi 35 1 ptg sdg
Hati sapi 35 1 ptg sdg
Ayam dengan kulit 45 1 ptg sdg
Ayam tanpa kulit 40 1 ptg sdg
Hati ayam 35 1 bh sdg
Ikan baronang 45 1/3 ekor
Ikan layang 45 1/3 ekor
Ikan kakap 45 1/3 ekor
Ikan cakalang 45 1/3 ekor
Ikan bandeng 45 1/3 ekor
Ikan bete-bete 45 1 ekor kcl
Ikan mairo 50 1 ptg
Ikan bolu 45 10 ekr kcl
Cumi-cumi 45 1/2 ekor
Udang segar 35 4 ekor sdg
Kepiting 30 1 ekor
Kerang 10 1 bh
Sosis 24 1 bj
Bakso 20 1 biji
Nagget 20 1 bj
Kornet 120 1 sdm
Ikan sarden 150 1 klg
Abon sapi 5 1 sdm
Ikan teri 15 2 sdm
Telur ayam kampung 40 1 btr
Telur ayam ras 55 1 btr
Telur bebek 60 1btr
Telur puyu 10 2 btr
Lauk nabati
Tahu 110 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg
Kacang merah 10 1 sdm
Kacang mente 10 1 sdm
Kacang hijau 10 1 sdm
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
1-3
x/H
1-4
x/M
1-3
X /
B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
p
ern
ah
K S B
x/H
g/H
Sayuran
Buncis 50 7 bh
Kacang panjang 50 3 bh
Brokoli 100 1 gls
Bayam 50 1 prg
Kangkung 50 1 prg
Sawi hijau 50 1 prg
Sawi putih 50 1 prg
Daun singkong 50 1prg
Taoge 50 1 prg
Ketimun 50 3 iris
Wortel 50 1/2 bh
Labu siam 50 1 ptg sdg
Kol 50 1/8 ptg
Jagung 50 1/3 ptg
Terong 50 ½ ptg
Daun kemangi 3 1 btg sdg
Daun bawang 2 1 jmp
Tomat 25 1 bj
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Jenis Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
x/H
-x /
M
X /
B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
per
nah
K S B
x/H
g/H
Buah
Alpukat 50 ½ bh bsr
Apel 75 ½ bh bsr
Jeruk manis sunkist 150 1 bh sdg
Jeruk manis 107 1 bh sdg
Mangga 90 ½ bh sdg
Nangka 60 3 biji
Papaya 110 1 ptg sdg
Rambutan 75 5 bh
Manggis 80 2 bh
Semangka 180 2 ptg sdg
Lengkeng 75 10 bh
Anggur 125 11 bh
Pir 85 1/2 bh
Pisang ambon 60 1 bh
Kedondong 100 1 bh sdg
Srikaya 100 1 bh sdg
Salak 80 1 bh
Sirsak 60 1 ptg sdg
Durian 35 3 bj
Langsat 75 5 bh
Melon 190 1 ptg
strawberi 50 4 bh sdg
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
1-3
x/H
1-4
x/M
1-3
x/B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
per
nah
K S B x/
H
g/H
Minyak
Minyak kelapa 10 1 sdm
Margarine 10 1 sdm
Mentega 10 1 sdm
Santan 50 ¼ gls
Susu dan hasil olahannya
Susu bubuk 10 1 sdm
Keju 10 1 sdm
Gula pasir 10 1 sdm
Yoghurt 200 1 gls
Es cream 125 1 cup
Feast 65 1 bks
Pedell pop stik 60 1 bks
Susu UHT 200 1 gls
Milo kaleng 240 1 klg
Milo sacet 14 1 bks
Hilo kotak 200 1 ktk
Boneto 200 1 ktk
Frisian flag 190 1 ktk
Energen 30 1 bks
Minuman
Teh 2 1 ktg
Kopi moca 5 1 sdm
Coca cola 200 1 gls
Sirup 200 1 gls
Jus alpukat 150 1 gls
Es jeruk 200 1 gls
Fanta 350 1 klg
Spirte 350 1 klg
Pepsi 350 1 klg
AW 330 1 klg
Buavita 250 1 ktk
Frestea 250 1 ktk
Teh kotak 250 1 ktk
Teh pucuk 350 1 btl
Teh botol 250 1 ktk
Teh gelas 190 1 gls
Pulpy 350 1 btl
Grentea 500 1 btl
Fruit tea 200 1 ktk
Maizone 500 1 btl
Pocari 500 1 btl
You c 140 1 btl kcl
Nama Makanan
Ber
at (
g)
Po
rsi
Frekuensi komsumsi Jenis Porsi
Rat
a-ra
ta
Ber
at
1-3
x/H
1-4
x/M
1-3
x/B
Tid
ak P
ern
ah
T Idak
per
nah
K S B
x/H
g/H
Makanan Jajanan
Wafer Tango 19 4 bh sdg
Malkist crackers 3 1 bh
Donat 65 1 bh
Risoles 50 1 bh
Pudding 65 1 bh
Brownis 30 1 bh
Ubi jalar goreng 60 1 bh
Sukun goreng 13 1 bh
Pisang goreng 60 1 bh
Bakwan 40 1 bh
Perkedel jagung 40 1 bh
Terang bulan 50 1 ptg sdg
Martabak 40 1 ptg sdg
Pisang ijo 60 1 bh
Pallu butung 220 1 mgk
Tella-tella 120 1 prg
Jalangkote 65 1 bh
Tahu isi 20 1 bh
Soto ayam 225 1 mgk
Coto 400 1 mgk
Kentang goreng 100 1 porsi
Tahu bakso 40 1 bj
Mie bakso 370 1 mgk
Pangsit 390 1 mgk
Gado-gado 430 1 prg
Batagor 220 1 prg
Siomay 160 1 mgk
sMie titi 400 1 prg
Sate ayam 80 5 tsk
Spageti 200 1 prg
Ayam krispi 80 1 ptg
Pizza 60 1 ptg
Kapurung 580 1 mgk
Kondro 340 1 mgk
Hamburger 105 1 bh
Pisang kriuk 78 8 ptg kcl
Krepes 47 1 bh
Roti bakar 35 1 ptg
Pop mie 56 1 cup
Pop mie goreng 60 1 cup
Mie gelas 28 1 bks
Buryam 53 1 bks
Chitato 40 1bks sdg
M patato 75 1 bks bsr
Lays 70 1 bks
Qtela sengkong 60 1 bks sdg
Chetos 40 1 bks sdg
Ring keju 28 1 bks sdg
Chiki balls 12 1 bks kcl
Taro 12 1 bks kcl
Choco mania 90 1 pak sdg
Good time 84 1 pak sdg
Tim tam 120 1 pak sdg
Oreo 29,4 1 bks sdg
Gengi raisan pie 85 1 bks sdg
Butter cookies
Biskuit roma kelapa
150
22
1 pak sdg
4 biji
Take it 17 1 bks
Beng -beng 20 1 bks
Silver quin 33 1 bks
Chaky silver 39 1 bks
Top leron 33 1 bks
Kit ket 17 1 bks
Delf 75 1 bks
Cha cha 45 1 bks
Momogi 10 1 bks
Wafer selamat 20 1 bks
Selai olei 12 1 bks
Bolu apollo 18 1 bks
Astor 40 1 dos
Biskuat 17,5 1 bks kcl
Better 16 1 bks
Hello panda 45 1 bks sdg
Suplemen
Stimuno 1 tablet
Herbalife (shake mix) 22 2 sdm
Analsisis Bivariat
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
R1Kalsium 93 31.80 762.10 1.9990E2 152.31658
R1Fosfor 93 60.10 896.20 4.3817E2 153.32853
R1Besi 93 1.50 17.60 5.1903 3.34474
R1Zn 93 1.10 9.70 3.3959 1.39374
R1VitA 93 8.90 3357.10 3.5033E2 508.82115
R1VitD 93 .30 100.60 4.9172 14.56460
R1VitE 93 .30 8.20 3.1925 1.67755
R1VitB12 93 .10 8.40 1.6225 1.13621
R1VitC 93 .10 1072.00 53.2581 151.67834
R1VitAsamFolat 93 6.90 256.30 79.1118 44.79547
R2Kalsium 93 34.40 830.80 3.4554E2 203.57202
R2Fosfor 93 198.40 1031.00 5.1902E2 149.85824
R2Besi 93 1.50 16.10 5.3705 3.16556
R2Zn 93 1.20 12.30 3.8120 1.70752
R2VitA 93 19.20 6681.00 4.0596E2 757.86255
R2VitD 93 .30 101.00 5.2151 16.30862
R2VitE 93 1.00 9.00 3.2720 1.74427
R2VitB12 93 .30 5.40 1.6503 .98314
R2VitC 93 .20 329.00 30.6516 39.25743
R2VitAsamFolat 93 12.00 233.20 88.9538 47.13402
RTotalKaslium 93 58.15 752.80 2.7272E2 138.97818
RTotalFosfor 93 8.15 796.10 3.0105E2 251.57890
RTotalBesi 93 2.10 16.85 5.2806 2.60729
RTotalZn 93 1.30 10.40 3.5852 1.30341
RTotalVitA 93 18.95 3412.00 3.7815E2 468.41445
RTotalVitD 93 .45 100.30 5.0632 14.80788
RTotalVitE 93 .65 7.35 3.2323 1.34634
RTotalVitB12 93 .45 6.90 1.6357 .81716
RTotalVitC 93 3.35 571.80 41.9565 82.39836
RTotalVitAsamFolat 93 24.60 199.75 84.0328 35.33786
FFQKalsium 93 55.60 618.30 2.5447E2 119.39987
FFQFosfor 93 223.80 851.00 4.9036E2 125.72416
FFQBesi 93 2.20 18.50 5.3645 2.38189
FFQZn 93 2.10 8.80 3.9011 1.16614
FFQVitA 93 31.60 2051.60 4.1286E2 418.29760
FFQVitD 93 .20 102.30 4.5957 14.57111
FFQVitE 93 1.30 8.80 3.2586 1.35960
FFQVitB12 93 .40 113.80 3.0814 11.65603
FFQVitC 93 6.50 519.00 39.0290 55.02881
FFQVitAsamFolat 93 2.00 213.00 81.7237 39.12789
Valid N (listwise) 93
Uji Normalitas Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
R1Kalsium .189 93 .000 .855 93 .000
R1Fosfor .096 93 .033 .978 93 .125
R1Besi .196 93 .000 .855 93 .000
R1Zn .117 93 .003 .869 93 .000
R1VitA .343 93 .000 .412 93 .000
R1VitD .376 93 .000 .274 93 .000
R1VitE .079 93 .189 .959 93 .005
R1VitB12 .123 93 .002 .809 93 .000
R1VitC .366 93 .000 .262 93 .000
R1VitAsamFolat .121 93 .002 .909 93 .000
R2Kalsium .088 93 .071 .957 93 .004
R2Fosfor .088 93 .075 .959 93 .005
R2Besi .189 93 .000 .867 93 .000
R2Zn .131 93 .000 .849 93 .000
R2VitA .384 93 .000 .307 93 .000
R2VitD .382 93 .000 .273 93 .000
R2VitE .131 93 .000 .883 93 .000
R2VitB12 .110 93 .007 .884 93 .000
R2VitC .219 93 .000 .582 93 .000
R2VitAsamFolat .124 93 .001 .940 93 .000
RTotalKaslium .099 93 .024 .952 93 .002
RTotalFosfor .273 93 .000 .823 93 .000
RTotalBesi .112 93 .006 .889 93 .000
RTotalZn .147 93 .000 .811 93 .000
RTotalVitA .340 93 .000 .465 93 .000
RTotalVitD .389 93 .000 .261 93 .000
RTotalVitE .099 93 .025 .942 93 .000
RTotalVitB12 .151 93 .000 .774 93 .000
RTotalVitC .335 93 .000 .330 93 .000
RTotalVitAsamFolat .108 93 .009 .955 93 .003
FFQKalsium .105 93 .013 .948 93 .001
FFQFosfor .087 93 .080 .977 93 .104
FFQBesi .121 93 .002 .843 93 .000
FFQZn .113 93 .005 .926 93 .000
FFQVitA .285 93 .000 .596 93 .000
FFQVitD .381 93 .000 .226 93 .000
FFQVitE .116 93 .003 .909 93 .000
FFQVitB12 .439 93 .000 .125 93 .000
FFQVitC .277 93 .000 .354 93 .000
FFQVitAsamFolat .145 93 .000 .915 93 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Perbedaan dan Korelasi
Npar Tests
Vitamin A
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitA - RTotalVitA Negative Ranks 27a 47.63 1286.00
Positive Ranks 66b 46.74 3085.00
Ties 0c
Total 93
a. FFQVitA < RTotalVitA
b. FFQVitA > RTotalVitA
c. FFQVitA = RTotalVitA
Test Statisticsb
FFQVitA -
RTotalVitA
Z -3.447a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitA FFQVitA
Spearman's rho RTotalVitA Correlation Coefficient 1.000 .786**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitA Correlation Coefficient .786** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests
Vitamin D
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitD - RTotalVitD Negative Ranks 49a 45.94 2251.00
Positive Ranks 41b 44.98 1844.00
Ties 3c
Total 93
a. FFQVitD < RTotalVitD
b. FFQVitD > RTotalVitD
c. FFQVitD = RTotalVitD
Test Statisticsb
FFQVitD -
RTotalVitD
Z -.819a
Asymp. Sig. (2-tailed) .413
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitD FFQVitD
Spearman's rho RTotalVitD Correlation Coefficient 1.000 .692**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitD Correlation Coefficient .692** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests
Vitamin E
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitE - RTotalVitE Negative Ranks 35a 52.84 1849.50
Positive Ranks 56b 41.72 2336.50
Ties 2c
Total 93
a. FFQVitE < RTotalVitE
b. FFQVitE > RTotalVitE
c. FFQVitE = RTotalVitE
Test Statistics
b
FFQVitE - RTotalVitE
Z -.964a
Asymp. Sig. (2-tailed) .335
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitE FFQVitE
Spearman's rho RTotalVitE Correlation Coefficient 1.000 .603**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitE Correlation Coefficient .603** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests Vitamin B12
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitB12 - RTotalVitB12 Negative Ranks 33a 40.58 1339.00
Positive Ranks 57b 48.35 2756.00
Ties 3c
Total 93
a. FFQVitB12 < RTotalVitB12
b. FFQVitB12 > RTotalVitB12
c. FFQVitB12 = RTotalVitB12
Test Statisticsb
FFQVitB12 -
RTotalVitB12
Z -2.851a
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitB12 FFQVitB12
Spearman's rho RTotalVitB12 Correlation Coefficient 1.000 .575**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitB12 Correlation Coefficient .575** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests Vitamin C
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitC - RTotalVitC Negative Ranks 32
a 49.08 1570.50
Positive Ranks 61b 45.91 2800.50
Ties 0c
Total 93
a. FFQVitC < RTotalVitC
b. FFQVitC > RTotalVitC
c. FFQVitC = RTotalVitC
Test Statisticsb
FFQVitC - RTotalVitC
Z -2.356a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitC FFQVitC
Spearman's rho RTotalVitC Correlation Coefficient 1.000 .704**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitC Correlation Coefficient .704** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests Asam Folat
Wilcoxon Signed Ranks Tes
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQVitAsamFolat - RTotalVitAsamFolat
Negative Ranks 47a 49.19 2312.00
Positive Ranks 46b 44.76 2059.00
Ties 0c
Total 93
a. FFQVitAsamFolat < RTotalVitAsamFolat
b. FFQVitAsamFolat > RTotalVitAsamFolat
c. FFQVitAsamFolat = RTotalVitAsamFolat
Test Statisticsb
FFQVitAsamFolat -
RTotalVitAsamFolat
Z -.485a
Asymp. Sig. (2-tailed) .628
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalVitAsam
Folat
FFQVitAsam
Folat
Spearman'
s rho
RTotalVitAsamFolat Correlation Coefficient 1.000 .425**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitAsamFolat Correlation Coefficient .425** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
Correlations
RTotalVitAsam
Folat
FFQVitAsam
Folat
Spearman'
s rho
RTotalVitAsamFolat Correlation Coefficient 1.000 .425**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQVitAsamFolat Correlation Coefficient .425** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests Kalsium
Wilcoxon Signed Ranks Tes
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQKalsium - RTotalKaslium Negative Ranks 50
a 50.24 2512.00
Positive Ranks 43b 43.23 1859.00
Ties 0c
Total 93
a. FFQKalsium < RTotalKaslium
b. FFQKalsium > RTotalKaslium
c. FFQKalsium = RTotalKaslium
Test Statistics
b
FFQKalsium - RTotalKaslium
Z -1.251a
Asymp. Sig. (2-tailed) .211
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalKaslium FFQKalsium
Spearman's
rho
RTotalKaslium Correlation Coefficient 1.000 .636**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQKalsium Correlation Coefficient .636** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Npar Tests
Besi
Wilcoxon Signed Ranks Tes
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQBesi - RTotalBesi Negative Ranks 39a 48.78 1902.50
Positive Ranks 54b 45.71 2468.50
Ties 0c
Total 93
a. FFQBesi < RTotalBesi
b. FFQBesi > RTotalBesi
c. FFQBesi = RTotalBesi
Test Statisticsb
FFQBesi - RTotalBesi
Z -1.084a
Asymp. Sig. (2-tailed) .278
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalBesi FFQBesi
Spearman's rho RTotalBesi Correlation Coefficient 1.000 .489**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQBesi Correlation Coefficient .489** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
*. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Npar Tests
Zn
Wilcoxon Signed Ranks Tes
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
FFQZn - RTotalZn Negative Ranks 25a 36.48 912.00
Positive Ranks 59b 45.05 2658.00
Ties 9c
Total 93
a. FFQZn < RTotalZn
b. FFQZn > RTotalZn
c. FFQZn = RTotalZn
Test Statisticsb
FFQZn - RTotalZn
Z -3.894a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalZn FFQZn
Spearman's rho RTotalZn Correlation Coefficient 1.000 .547**
Sig. (2-tailed) . .000
N 93 93
FFQZn Correlation Coefficient .547** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Fosfor
Paired T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 RTotalFosfor 3.0105 93 251.57890 26.08752
FFQFosfor 4.9036 93 125.72416 13.03699
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 RTotalFosfor & FFQFosfor 93 .314 .002
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 RTotalFosfor - FFQFosfor
-1.89312E2 243.43515 25.24305 -239.44670 -139.17695 -7.500 92 .000
Nonparametric Correlations
Correlations
RTotalFosfor FFQFosfor
RTotalFosfor Pearson Correlation 1 .314**
Sig. (2-tailed) .002
N 93 93
FFQFosfor Pearson Correlation .314** 1
Sig. (2-tailed) .002
N 93 93
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurmala Fitri
Tempat/Tanggal Lahir : Tual / 02Juni1986
Suku : Bugis
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kancil Utara No. 35 Makassar
E-Mail : vthreezaim26@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. SD Naskat Mathias 1 Tual, Tamat Tahun 1998
2. SMP YP PGRI Makassar, Tamat Tahun 2001
3. SMA YP PGRI 1 Makassar, Tamat Tahun 2004
4. D3 Gizi Poltekes Ambon,Tamatan Tahun 2007