Post on 21-Dec-2016
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI
( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
DECISION SUPPORT SYSTEM OF STATE SCHOOL BUILDING MAINTENANCE
(Case Study at Tigaraksa District Tangerang Regency)
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104
MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI
( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I S.A.Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D ……………… ……….. NIP. 19690501199512001
Pembimbing II Widi Hartono, ST, MT ………………. ………...
NIP. 197307291999031001
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI
( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang )
Disusun Oleh:
ENGKUS KUSNADI S.940809104
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Jum’at, tanggal 28 Januari 2011
Dewan Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D ………………
NIP. 196910261995031002 Sekretaris Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS ……………… NIP. 194804221985032001
Penguji I S.A.Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D ……………… NIP. 19690501199512001
Penguji II Widi Hartono, ST, MT ………………
NIP.197307291999031001
Mengetahui,
Direktur Program Ketua Program Studi Pascasarjana Magister Teknik Sipil
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 195708201985031004 NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini,
N a m a : ENGKUS KUSNADI
NIM : S.940809104
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SEKOLAH NEGERI
( Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang)
Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tesebut.
Surakarta, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
Engkus Kusnadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Pendukung Kepeutusan Pemeliharaan
Bangunan Sekolah Negeri (Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten
Tangerang) dapat diselesaikan dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen Penguji.
4. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), Pembimbing Akademik sekaligus
Sekretaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Stefanus Adi Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama.
6. Widi Hartono,ST,MT. selaku Pembimbing Pendamping.
7. Kusno Adi Sambowo, ST, Ph. D. selaku dosen penguji
8. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.
9. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan
Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Departemen Pekerjaan
Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
10. Bupati Tangerang, Kepala Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Tangerang
dan Kepala Dinas Bangunan dan Permukiman Kabupaten Tangerang yang
telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis.
11. Istriku tercinta Nina Herniawati,S.Si. dan anak-anakku tersayang Sarah Az
Zahra Salsabila dan Salwa Laila Syakira yang telah memberikan dorongan dan
do’a dan dorongan moral dalam menyelesaikan pendidikan ini.
12. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selama ini menjadi
teman seperjuangan.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi civitas akademika,
dan bermanfaat pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Tangerang.
Surakarta, Januari 2011
Penulis,
Engkus Kusnadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Bangunan gedung sekolah merupakan prasarana yang sangat penting dalam mendukung suksesnya program pendidikan. Seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan layan bangunan sekolah akan mengalami penurunan. Agar bangunan sekolah selalu dalam kondisi baik harus dilakukan pemeliharaan dan perawatan. Kendala dalam pemeliharaan adalah adanya keterbatasan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem yang dapat membantu dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri.
Penilaian skala prioritas menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kriteria yang dipakai yaitu tingkat kerusakan gedung, status tanah, status bangunan, lokasi sekolah, rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dan luas wilayah layanan sekolah. Penilaian bobot antar kriteria melibatkan stake holder dari DPRD, Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pendidikan, Dinas Bangunan, kepala sekolah, guru dan komite sekolah. Metode penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi komponen dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Penilaian kerusakan bangunan dilakukan dengan survey langsung ke lapangan.
Hasil analisa terhadap 41 gedung sekolah, didapat 5 besar sekolah yang mengalami kerusakan yang paling besar yaitu SDN Kadongdong dengan Indeks kondisi bangunan 44,056 %, SDN Kalapa Dua II dengan Indeks kondisi bangunan 60,76 %, SDN Pasir bolang dengan Indeks kondisi bangunan 66,71 %, SDN Kadeper dengan Indeks kondisi bangunan 73,26 % dan SDN Pete dengan Indeks kondisi bangunan 73,63 %. Adapun hasil perhitungan skala prioritas, menunjukan 5 besar sekolah yang mendapat prioritas penanganan pemeliharaan yaitu SDN Kadongdong dengan nilai 0,453, SMPN Tigaraksa II dengan nilai 0,386, SDN Kalapa Dua II dengan nilai 0,368, SDN Gudang dengan nilai 0,351 dan SDN Nagrak dengan nilai 0,347. Kata kunci: penilaian kerusakan bangunan, prioritas pemeliharaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
School building, is a very important infrastructure to support successful educational programs. Along with age, the ability to service the school buildings will decrease. For school buildings in good condition, must be carried out maintenance and care. Obstacles in maintenance is the presence of budget constraints. This research aims to create a system that can assist in determining the priority handling of public school building maintenance.
Assessment of priorities using the method of Analytical Hierarchy Process (AHP). The criteria used is the level of damage to buildings, land status, the status of buildings, location of schools, the ratio of study groups with the number of classrooms and school service area. Assessment of weight among the criteria involve stake holders of the Parliament, the Regional Planning Agency, Department of Education, Office Building, head master, teachers and school committees. Building condition assessment method is done by calculating an index building conditions that are merging two or more of the component value multiplied by the weight condition (Condition Composite Index). Assessment of building damage done directly to the field survey.
Result analysis of 41 school buildings, obtained top 5 schools that experienced the greatest damage is SDN Kadongdong with Building Condition Index 44.056%, SDN Kalapa Dua II with Building Condition Index 60.76%, SDN Pasir Bolang with Building Condition Index 66.71%, SDN Kadeper with Building Condition Index 73,26 %, SDN Pete with Building Condition Index 73.63%. As for the calculation of the priority scale, showing top 5 schools that receive priority handling of maintenance that is SDN Kadongdong with values 0.453, SMP Tigaraksa II with a value of 0.386, SDN Kalapa Dua II with a value of 0.368,SDN Gudang with a value of 0.351 and SDN Nagrak with value 0.347.
Keywords: building condition assesment, maintenance priorities.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbila’lamin kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T.
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga tesis dengan judul
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan
Sekolah Negeri di Kabupaten Tangerang (Studi Kasus di Kecamatan Tigaraksa)
dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik
untuk menyelesaikan program pasca sarjana pada Magister Teknik Sipil
Konsentrasi Teknik Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini mengangkat permasalahan tentang penentuan skala prioritas
penanganan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat dan
mampu menambah khasanah keilmuan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis,
Engkus Kusnadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….…….…………..
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................
PERNYATAAN ORISINILITAS ...…………………………….……..................
UCAPAN TERIMAKASIH .......………………………………………......…….
ABSTRAK ……..…………………………………........………………….……
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………...…..
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….…..
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..…..
DAFTAR NOTASI ………...…………………………………………….…
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………..…………….……………………….…
1.2. Rumusan Masalah ………..……………………………………….…
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………………
1.4. Manfaat Penelitian ………………………….………………………..
1.5. Batasan Penelitian …………..………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Pustaka ………………...……………………………………
2.2. Landasan Teori ………………..…………………………………….
2.2.1. Bangunan Gedung Sekolah …………………………………
2.2.2. Standar Bangunan Gedung Sekolah ..……….………………
2.2.2.1 Standar Ruang Minimal ……………………………..
2.2.2.2 Persyaratan Lahan dan Bangunan Gedung Sekolah ..
2.2.3. Kerusakan Bangunan Gedung …….. ……………………
2.2.3.1 Penyebab Kerusakan Bangunan Gedung….……..…..
2.2.3.2 Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Sekolah ………
2.2.3.3 Survei Kondisi Bangunan Sekolah …………….…..
2.2.4. Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung Sekolah ….
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xiii
xv
xvi
xvii
1
3
3
3
4
5
8
8
9
10
10
12
13
14
16
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.2.4.1 Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Gedung ………..
2.2.4.2 Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Sekolah ……………………………………………..
2.2.5. Penentuan Nilai Kondisi Bangunan ………………..……….
2.2.6. Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan
Bangunan Sekolah ………………………………………….
2.2.7. Metode Analytical Hierarchy Process ……………………….
2.2.7.1 Perhitungan Bobot Elemen ………………………….
2.2.7.2 Pembobotan Kriteria ………………………………..
2.2.8. Sistem Pendukung Keputusan ……………………………….
2.2.8.1 Subsistem Manajemen Dialog ………………………
2.2.8.2 Subsistem Manajemen Database ……………………
2.2.8.3 Subsistem Manajemen Pemodelan …………………
2.3 Penelitian Terdahulu ………………………………………………….
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian …………………………………………………….
3.2. Tahapan Penelitian ……………………………………………………
3.3. Data Penelitian …….…..……………………………………………
3.2.1. Jenis dan Sumber Data ……………………………………..
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
3.2.3. Teknik Pengolahan Data ……………………………………
3.4. Penentuan Kriteria Awal……………………………………………..
3.5. Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah ………………………..………….
3.6. Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah ……………………………………………………………….
3.7. Penyusunan Skenario Penanganan Pemeliharaan Penanganan Pemeliharaan Berdasarkan Anggaran Yang Tersedia ………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Sekolah Negeri di Kecamatan Tigaraksa ………………………
4.2. Perhitungan Bobot Komponen Gedung Sekolah ……………………
4.3. Penentuan Nilai Pengurang dan Faktor Koreksi Pada Kerusakan Gedung ……………………………………………………………….
19
20
21
24
25
27
29
30
31
32
33
34
35
35
39
39
39
40
40
41
42
42
43
44
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.3.1 Penentuan Nilai Pengurang ………………………………….
4.3.2 Penentuan Faktor Koreksi ……………………………………
4.4. Perhitungan indeks kondisi bangunan gedung sekolah ……………….
4.4.1. Contoh Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah……..
4.4.2. Indeks Kondisi Gedung Sekolah di Kecamatan Tigaraksa…..
4.5. Penentuan Skala Prioritas rehabilitasi bangunan sekolah …..............
4.5.1 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria ...............................
4.5.2 Perhitungan Nilai Sekolah Berdasarkan Bobot Kriteria
Dan Sub Kriteria .........................................................................
4.5.2 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan
Sekolah di Kecamatan Tigaraksa ..............................................
4.6. Perhitungan Biaya Pemeliharaan Bangunan Sekolah ……………..
4.7. Skenario Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah .....................
4.8. Sistem Pendukung Keputusan…………………………………………
4.8.1 Gambaran Umum Sistem Pendukung Keputusan Pemeliharaan
bangunan Sekolah. …………………………………………..
4.8.2 Petunjuk penggunaan sistem pendukung keputusan …………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………...
5.2. Saran …………………..……………………………………………
Daftar Pustaka …………………………………………………………………
Lampiran ………………………………………………………………………
62
69
73
73
82
84
86
95
98
99
106
110
110
113
122
123
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung…........................
Metode pemeriksaan non destruktif ………………….................
Metode pemeriksaan destruktif…………………………..............
Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan……………................
Nilai perbandingan tingkat kepentingan elemen …….............
Nilai random indeks……………………………………..............
Perbandingan penelitian terdahulu dengan penulis………...........
Kriteria awal yang digunakan untuk penentuan skala prioritas
Kriteria pembobotan elemen dan komponen bangunan................
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen struktur...............
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen arsitektur............
Jenis kerusakan dan nilai pengurang komponen utilitas................
Faktor kombinasi jenis kerusakan ................................................
Faktor kombinasi jenis kerusakan pada bangunan sekolah ..........
Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen struktural……
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen struktural……......
Perhitungan indeks kondisi sub komponen struktural ..................
Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural...
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen arsitektural …......
Perhitungan indeks kondisi sub komponen arsitektural ...............
Perhitungan indeks kondisi elemen komponen utilitas ................
Perhitungan indeks kondisi sub komponen utilitas ……............
Daftar indeks kondisi bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa
Bobot kriteria dan sub kriteria Penanganan Pemeliharaan
Bangunan Sekolah .....................................................................
Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria
Hasil perhitungan skala prioritas ............................................
Perhitungan harga satuan bangunan per m2 ...........................
14
18
18
22
27
30
34
41
46
63
66
68
69
70
75
76
76
77
79
80
81
82
83
95
97
98
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Tabel 4.22
Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah ....................
Perhitungan Rekapitulasi biaya pemeliharaan bangunan sekolah
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario pertama
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario kedua
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga
dengan sumber dana APBD…………………………………….
Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga
dengan sumber dana APBN/DAK………………………………
103
105
106
107
108
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Bagan alir pemeriksaan berkala pada bangunan gedung….…
Skema perbandingan kriteria dan sub kriteria……………….
Struktur hirarki dalam metode AHP………….......................
Matriks perbandingan preferensi………..................................
Struktur dasar sistem pendukung keputusan………………....
Bagan alir sistem pendukung keputusan .................................
Bagan alir penggunaan sistem pendukung keputusan ............
Skema AHP bangunan gedung sekolah……………. .............
Skema bangunan gedung sekolah………………. .................
Bobot komponen gedung sekolah bertingkat dengan KM/WC.
Bobot komponen gedung sekolah bertingakt tanpa KM/WC….
Bobot komponen gedung sekolah tak bertingkat dengan KM/WC
Bobot komponen gedung sekolah tak bertingkat tanpa KM/WC
Denah dan tampak SDN Kadongdong ...................................…
Photo kerusakan pada gedung SDN Kadongdong .............….
Diagram alir sistem pendukung keputusan ……….................
Diagram alir program sistem pendukung keputusan ...............
Tampilan muka program sistem pendukung keputusan ..........
Tampilan menu utama .............................................................
Pemilihan jenis bangunan untuk perhitungan IKB ...................
Hasil perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah ..................
Rekapitulasi hasil perhitungan indeks kondisi bangunan ..........
Grafik kondisi bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa ......
Pengisian data untuk perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
Hasil perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria ....................
Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria
Rekapitulasi hasil perhitungan masing-masing sekolah
Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah ……..
17
24
26
28
33
37
38
45
54
58
59
60
61
74
74
112
113
114
115
116
117
117
118
119
120
121
121
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
Lampiran D
Lampiran E
Lampiran F
Lampiran G
Perhitungan bobot komponen/elemen Bangunan Sekolah ……
Formulir survey kerusakan gedung sekolah.………..............
Data Umum Sekolah....................................................……….
Gambar eksisting dan photo dokumentasi ..................………
Quisioner penentuan bobot kriteria dan sub kriteria …............
Quisioner penentuan bobot komponen bangunan sekolah .....
Printout outpot program ..........................................................
LA
LB
LC
LD
LE
LF
LG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR NOTASI
Simbol Keterangan
λmaks
aij
Anxn
AHP
BP
Bt
C
CCI
CI
CR
Dj
Hsb
IK
IKB
IKE
IKK
IKSB
IKSE
IKSK
Kt
Lb
nKn
NP
n
RI
Sj
Tkb
Eigenvalue maksimum
Nilai matriks perbandingan berpasangan
Matriks resiprokal
Analytical Hierarchy Process
Biaya Pemeliharaan
Bobot total
Nilai kondisi komponen
Composite Condition Index
Consistency Index
Consistency Ratio
Kuantitas kerusakan
Harga satuan pembangunan baru
Indeks Kondisi
Indeks Kondisi Bangunan
Indeks Kondisi Elemen
Indeks Kondisi Komponen
Indeks Kondisi Sub Bangunan
Indeks Kondisi Sub Elemen
Indeks Kondisi Sub Komponen
Koefisien tingkat
Luas bangunan
Nilai kriteria ke n
Nilai pengurang
Jumlah komponen/elemen
Random Index
Tingkat kerusakan elemen
Tingkat kerusakan bagunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
wi
W
Wi
Xi
Vektor matriks
Bobot komponen/elemen bangunan
Perkalian elemen matriks dalam satu baris
Eigenvector (bobot elemen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan gedung supaya dapat dihuni dengan layak selama umur layannya,
harus memenuhi persyaratan teknis. Persyaratan teknis bangunan gedung bertujuan
untuk menjamin terselenggaranya fungsi bangunan gedung yang aman, sehat,
nyaman, efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya. Dalam
perkembangan selama usia layannya, bangunan gedung mengalami pengurangan
kemampuan layannya. Agar bangunan gedung dapat tetap berfungsi selama usia
layannya, maka perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan secara intensif.
Bangunan sekolah merupakan salah satu fasilitas publik yang mempunyai
fungsi amat penting. Oleh karenanya bangunan sekolah ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius dalam hal pemeliharaan dan perawatannya. Pemerintah
Kabupaten Tangerang setiap tahunnya telah menganggarkan dana yang cukup besar
untuk pemeliharaan dan perawatan bangunan sekolah. Namun jumlah sekolah yang
rusak dengan kemampuan keuangan daerah tidaklah seimbang, sehingga sampai saat
ini belum semua sekolah yang rusak dapat diperbaiki. Berdasarkan data statistik dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, saat ini di Kabupaten Tangerang terdapat
3203 sekolah dari tingkat TK sampai dengan SLTA yang terdiri dari 1106 sekolah
negeri dan 2097 sekolah swasta. Dengan jumlah sekolah yang begitu banyak dan
anggaran yang terbatas, maka sampai saat inipun masih belum semua gedung
sekolah dapat tertangani secara maksimal.
Kondisi gedung sekolah di Kabupaten Tangerang pada saat ini berdasarkan
data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, untuk bangunan sekolah dasar
negeri dari 4867 ruang kelas yang ada, 3407 dalam kondisi baik, 476 dalam kondisi
rusak berat dan 984 dalam kondisi rusak ringan, ini belum termasuk sekolah yang
kebutuhan ruangnya belum terpenuhi karena dengan jumlah rombongan belajar yang
ada baru ada 4867 ruang yang tersedia dan jumlah rombongan belajar yang ada 7697
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
rombongan belajar. Pada tingkat SLTP Kondisinya lebih baik yaitu dari 944 ruang
kelas yang ada 852 dalam kondisi baik, 33 rusak berat dan 59 dalam kondisi rusak
ringan. Pada tingkat SLTA dari 341 ruang kelas yang ada 313 dalam kondisi baik,
11 rusak berat dan 17 rusak ringan, sedangkan jumlah rombongan belajar yang ada
yaitu 407 buah (Anonim,2009).
Dalam proses penganggaran kegiatan rehabilitasi gedung sekolah di
Kabupaten Tangerang, masih sering terdapat kekurang tepatan. Faktor-faktor yang
menyebabkan kekurang tepatan penganggaran ini disebabkan oleh tidak adanya
database kondisi sekolah yang akurat, dan belum adanya sistem yang komprehensif
dalam penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan gedung sekolah. Selama
ini penentuan skala priorits penanganan pemeliharaan bangunan sekolah hanya
menitikberatkan pada kriteria tingkat kerusakan. Akibatnya sering terjadi kekurang
tepatan dalam penentuan prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah. Ada
sekolah-sekolah yang seharusnya lebih layak untuk mendapatkan pemeliharaan, tapi
tidak mendapatkan pemeliharaan. Dalam kasus lain ada sekolah yang status tanahnya
belum jelas tetapi mendapatkan rehabilitasi. Akibatnya dalam proses pembangunan
fisik sering terjadi konflik dengan pihak-pihak yang mengklaim kepemilikan tanah
sekolah. Dalam beberapa kasus proses rehabilitasi terhenti, karena sekolah kalah
dalam sengketa kepemilikan lahan sekolah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang
standar prasarana dan sarana bangunan sekolah, sebenarnya telah dijelaskan syarat-
syarat dari lahan dan bangunan sekolah, diantaranya persyaratan status tanah, status
bangunan, persyaratan teknis bangunan sekolah dan lain-lain.
Mengingat beberapa masalah diatas maka dilakukan penelitian untuk
membuat sistem penilaian yang dapat membantu untuk menentukan skala prioritas
penanganan pemeliharaan gedung sekolah di Kabupaten Tangerang. Diharapkan
dengan adanya sebuah sistem ini, kegiatan penanganan infrastruktur bangunan
sekolah di Kabupaten Tangerang menjadi lebih efisien, efektif dan tepat sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
1.2 Rumusan Masalah :
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimanakah model penilaian kondisi bangunan sekolah negeri di
Kabupaten Tangerang ?
2. Bagaimanakah kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang ?
3. Bagaimanakah sistem pendukung keputusan untuk membantu penentuan
prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah Negeri di Kabupaten
Tangerang ?
4. Bagaimana urutan prioritas dan skenario penanganan pemeliharaan bangunan
sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang ?
1.3 Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Mendapatkan model penilaian kondisi bangunan sekolah negeri di
Kabupaten Tangerang.
2. Mendapatkan kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa
Kabupaten Tangerang.
3. Mendapatkan sebuah sistem pendukung penentuan prioritas penanganan
pemeliharaan bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang.
4. Mendapatkan urutan prioritas dan skenario penanganan pemeliharaan
bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
1.4 Manfaat Penelitian :
Diharapkan dengan adanya sebuah sistem pendukung dalam penentuan skala
prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah, kegiatan penanganan
infrastruktur bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang menjadi lebih efisien,
efektif dan tepat sasaran sehingga secara tidak langsung dapat menunjang misi
Kabupaten Tangerang yaitu membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mutu pendidikan diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat
kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan
kesejehetraan sosial.
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, dilakukan pembatasan masalah untuk memudahkan dan
mencegah dari bias yaitu :
1. Yang menjadi objek penelitian yaitu hanya bangunan ruang kelas dan kantor,
bukan pada bangunan penunjang lainnya.
2. Bangunan gedung yang diteliti dari tiap sekolah hanya diambil 1 unit, dipilih
yang kondisinya paling rusak di komplek sekolah tersebut, mengacu kepada
sistem penganggaran di Kabupaten Tangerang.
3. Pembobotan komponen sekolah dilakukan berdasarkan penilaian peneliti
dengan diskusi bersama orang yang ahli dan kompeten dibidang bangunan
gedung.
4. Desain kuisioner bersifat tertutup, tidak membuka kemungkinan adanya opini
lain.
5. Penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan metode visual survey, beberapa
elemen yang sulit diukur di prediksi berdasarkan kriteria yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Bangunan sekolah selama umur layannya akan mengalami penurunan
kemampuan daya dukung. Penurunan kemampuan ini disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya faktor usia bangunan, pengaruh lingkungan setempat, faktor manusia,
penggunaan material yang kurang bagus dan faktor bencana alam. Faktor manusia
meliputi faktor perencanaan, pelaksanaan dan faktor pemeliharaan.
Di negara-negara berkembang dimana penguasaan teknologi dan sumber daya
manusia yang masih sangat terbatas, faktor kesalahan perencanaan masih sangat
besar pengaruhnya dalam kegagalan bangunan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Oyewande di Nigeria kegagalan bangunan disebabkan kesalahan
perencanaan (50 %), kesalahan pelaksanaan (40 %) dan kegagalan akibat material
yang jelek (10 %) (Oyewande dalam Ayininoula dan Olalusi, 2004). Penelitian
terhadap beberapa bangunan tinggi di Jakarta menunjukan daya tahan dan
kehandalan suatu gedung sangat ditentukan oleh faktor disain, pelaksanaan, dan
lingkungan sekitar gedung yang mencapai bobot 80 persen, sedangkan faktor
pemeliharaan bobotnya 20 persen (Rilatupa, 2008).
Pada bangunan sekolah dasar, jenis kesalahan yang sering menyebabkan
terjadinya kerusakan bangunan yang disebabkan faktor desain, yaitu kurang jelasnya
spesifikasi material, kurang jelasnya gambar, kekurangsinkronan antara gambar
arsitektur, struktur dan gambar Mekanikal Elektrikal (Hajji, 2009). Selain beberapa
penyebab diatas, gempa merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya
kerusakan bangunan, termasuk di dalamnya bangunan sekolah (Yustarini dkk, 2009).
Masalah yang sering dihadapi dalam penanganan pemeliharaan adalah adanya
keterbatasan anggaran, akibatnya pemeliharaan dan perawatannya harus dilakukan
secara bertahap. Proses pemilihan sekolah mana yang menjadi prioritas utama sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menjadi kendala tersendiri. Hal ini disebabkan ada banyak kriteria yang menentukan
dalam pemilihan prioritas penanganan pemeliharaan.
Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan skala prioritas
dengan multikriteria adalah metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang
dikembangkan oleh Thomas L Saaty. AHP adalah teori pengukuran melalui
perbandingan berpasangan dan bergantung pada penilaian para pakar untuk
mendapatkan skala prioritas. Dalam metode AHP untuk pengambilan keputusan
yang perlu diketahui adalah masalah, kebutuhan dan tujuan keputusan, kriteria
keputusan, subkriteria, stakeholder, kelompok-kelompok yang terkena dampak dan
alternatif-alternatif yang diambil (Saaty, 2008).
Beberapa penelitian tentang penentuan prioritas pemeliharaan bangunan
gedung pernah dilakukan. Darmawan (2005) melakukan penelitian tentang
penentuan skala prioritas dalam pengelolaan sarana dan prasarana gedung
perkantoran pemerintahan Kabupaten Tenggamus, metode AHP digunakan
menghitung bobot fungsionalnya. Penentuan prioritas berdasarkan kondisi
bangunan. Untuk menilai kondisi bangunan dilakukan dengan menghitung nilai
indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau lebih nilai kondisi
dikalikan dengan bobotnya (Composite Condition Index). Hasil penelitian
menunjukan prioritas penanganan bangunan yaitu Dinas Permukiman dan
Prasarana Daerah 88,72 %; Dinas Perhubungan 89,8 %; Badan Pendidikan dan
Pelatihan 91,69 %; Badan Perencanaan Daerah 95,29 % dan Badan Pengawasan
Daerah 97,38 %.
Seputro (2008) meneliti tentang sistem untuk menentukan prioritas
rehabilitasi bangunan sekolah SMPN I Pakem Yogyakarta. Sistem pengambilan
keputusan untuk menentukan prioritas rehabilitasi menggunakan metode AHP.
Kriteria yang menjadi acuan yaitu indeks kondisi bangunan dan besarnya biaya yang
diperlukan untuk pemeliharaan bangunan agar kembali ke kondisi semula. Indeks
kondisi bangunan menggambarkan kondisi bangunan pada saat penelitian, angka 100
menunjukan bangunan dalam kondisi baik sekali dan angka 0 menunjukan bangunan
dalam keadaan runtuh. Hasil penelitian menunjukan prioritas penanganan
berdasarkan kerusakan yaitu kelas VIII A, ruang pantri, KM/WC, ruang kelas VII C,
ruang kelas VIIB. Prioritas penanganan berdasarkan indeks kerusakan dan biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pemeliharaan didapat prioritas penanganan yaitu ruang kelas VIII A, ruang
laboratorium IPA, ruang kelas III A, ruang kelas III C dan ruang kelas VIII B.
Suparjo dkk (2009) melakukan penelitian terhadap gedung Akademi
Perawatan Panti Rapih pasca gempa. Perhitungan tingkat kerusakan bangunan
menggunakan metode indeks kondisi bangunan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kondisi bangunan gedung Akademi Keperawatan Panti Rapih yaitu 93,5 % dan
besarnya biaya yang diperlukan untuk perbaikan sebesar Rp. 73.160.000,00.
Sutikno (2009) telah mengembangkan sistem untuk penentuan skala prioritas
pemeliharaan bangunan SMKN I Singkawang. Metode yang digunakan yaitu
Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menghitung bobot fungsionalnya. Untuk
menilai kondisi bangunan digunakan metode Composite Condition Index. Biaya
pemeliharaan dihitung sesuai prosedur Standar Nasional Indonesia (SNI).
Berdasarkan hasil penelitian tiga urutan pertama prioritas pemeliharaan pada
kelompok ruang belajar dari 22 (dua puluh dua) ruang yang ada, yaitu bengkel
elektronik, bengkel bangunan dan bengkel mesin. Prioritas pemeliharaan pada
kelompok ruang penunjang dari 14 (empat belas) ruang yang ada berturut-turut dari
pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang KM/WC, ruang gudang dan ruang
selasar. Prioritas pemeliharaan pada kelompok ruang kantor dari 4 (empat) ruang
yang ada berturut-turut dari pertama sampai dengan ketiga, yaitu ruang dewan guru,
ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.
Sibali dkk (2009) melakukan penelitian penentuan skala prioritas penanganan
jalan di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Perhitungan bobot kriteria dengan
menggunakan metode AHP, didapat bobot masing-masing yaitu pemerataan
aksesibilitas (21,12 %); pengembangan wilayah (21,48 %); pengembangan sector
ekonomi (18,06 %); aspek biaya (10,79 %); dampak lingkungan (16,64 %) dan
kerusakan jalan (11,92 %). Dari masing-masing kriteria ditentukan sub kriterianya
dan dihitung bobot masing-masing bobot sub kriteria. Penilaian bobot total untuk
masing-masing jalan disesuaikan dengan bobot global dari masing-masing sub
kriteria. Dari hasil penelitian didapat 5 besar bobot kinerja jalan dari 20 jalan yang
diteliti yaitu Jalan Balai Kota (0,3655); Jalan Abunawas (0,3655); Jalan
Tebaununggu (0,3778); Jalan Made Sabara (0,3775) dan Jalan Malik Raya (0,3766).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Metode AHP juga telah digunakan oleh Fakhroji (2009) untuk menentukan
skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan gedung sekolah dasar negeri di
Kabupaten Tabalong. Hasil penelitian menunjukan bahwa kriteria dan bobot kriteria
penentuan prioritas pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah kriteria tingkat
kerusakan bangunan (0,334), jumlah siswa (0,267), umur bangunan (0,206), lokasi
bangunan (0,114) dan angka partisipasi murni (0,079). Urutan prioritas sepuluh besar
pemeliharaan bangunan gedung SDN adalah SDN Masukau, SDN 2 Belimbing, SDN
Kapar Hulu, SDN 2 Sulingan, SDN 4 Belimbing Raya, SDN Mabu’un, SDN 1
Sulingan, SDN 2 Kapar, SDN Kasiau Raya dan SDN 4 Belimbing.
Hal yang luput dimasukan untuk menjadi kriteria dalam penelitian yang
dilakukan oleh Fakhroji, adalah faktor legalitas status sekolah, legalitas bangunan
sekolah apakah sudah memiliki IMB atau belum. Padahal kedua hal ini sudah
diharuskan dalam Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang standar prasarana dan
sarana bangunan sekolah.
Dalam penelitian ini, akan dimasukan kriteria status tanah, kepemilikan IMB,
dan kriteria rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas yang
ada.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Bangunan Gedung Sekolah
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia
melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (Anonim, 2002).
Bangunan gedung sekolah adalah gedung yang sebagian atau seluruhnya
berada di atas lahan, yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran
pada pendidikan formal (Anonim, 2007 b).
Bangunan gedung sekolah harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu
agar layak untuk digunakan dalam mendukung kegiatan belajar dan mengajar. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menenegah Pertama/Madrasah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah telah ditentukan
bahwasanya bangunan gedung sekolah harus memenuhi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan keamanan (Anonim, 2007 b).
Seiring dengan bertambahnya usia bangunan dan pengaruh lingkungan di
sekitarnya, maka kinerja dari gedung tersebut akan semakin menurun. Selain faktor
umur bangunan banyak faktor lain yang menyebabkan berkurangnya kemampuan
layan bangunan. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penurunan kualitas bangunan. Kerusakan yang terjadi pada gedung
dapat disebabkan oleh perencanaan yang salah, kesalahan pabrikasi, kesalahan pada
proses konstruksi dan sebagian kecil disebabkan oleh ketidaktepatan pengoperasian
dan kurangnya pemeliharaan (David dkk, dalam Ratay, 2005).
Adapun faktor pelaksanaan, yang menyebabkan jeleknya mutu bangunan dapat
disebabkan oleh buruknya mutu sumber daya manusia yang ada, rendahnya kualitas
material yang digunakan, rendahnya standar kualitas konstruksi, lokasi proyek yang
kurang tepat, pengawasan yang tidak cukup, persiapan yang kurang, tidak tepatnya
penyimpanan dan penanganan material, kekurang tepatan methoda konstruksi yang
dipakai, kurangnya perlindungan terhadap faktor matahari dan hujan, adanya
kelemahan koordinasi antara pihak pengawas, kontraktor dan sub kontraktor (Watt,
1999).
Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung selain disebabkan oleh faktor–
faktor diatas, sering juga disebabkan oleh gempa dan faktor biologi. Sebagai negara
tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi, Indonesia sangat cocok untuk
berkembangbiaknya makhluk hidup yang dapat merusak bangunan gedung. Bahan
bangunan yang sering diserang terutama yang berbahan kayu. Makhluk hidup yang
sering merusak kayu adalah jamur pembusuk, rayap, serangga bubuk serta cacing
laut penggerek kayu (Suranto,2002).
2.2.2 Standar Bangunan Sekolah
Kementerian Pendidikan Nasianal telah mengatur standar sarana dan
prasarana sekolah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 tentang standar prasarana dan sarana bangunan sekolah. Standar ini mencakup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan lahan sekolah, persyaratan bangunan
gedung sekolah dan lain-lain.
2.2.2.1 Standar Ruang Minimal
Sebuah sekolah dasar sekurang-kurangnya haarus memiliki prasarana
sebagai berikut : ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium IPA, ruang
pimpinan, ruang guru, tempat beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Sebuah sekolah menengah pertama sekurang-
kurangnya harus memiliki prasarana sebagai berikut: ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium ilmu pengetahuan alam, ruang pimpinan, ruang
guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang unit kesehatan
sekolah, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
bermain/berolahraga. Sebuah sekolah menengah atas sekurang-kurangnya harus
memiliki prasarana sebagai berikut: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang
laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru,
ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi
kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga (Anonim,
2007b).
2.2.2.2 Persyaratan Lahan dan Bangunan Sekolah
Lahan sekolah dan bangunan sekolah mempunyai beberapa persyaratan agar
layak huni.
A. Lahan Sekolah
Lahan sekolah harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam
peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota atau
rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan
tanah dari pemerintah daerah setempat. Lahan memiliki status hak atas tanah,
dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu
minimum 20 tahun (Anonim, 2007 b).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
B. Bangunan Sekolah
Ada beberapa persyaratan bangunan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Persyaratan tata bangunan
Bangunan gedung untuk satuan pendidikan SD memenuhi ketentuan tata
bangunan yang terdiri dari: koefisien dasar bangunan maksimum 30 %,
koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang
ditetapkan dalam peraturan daerah, jarak bebas bangunan gedung yang
meliputi garis sempadan bangunan gedung dengan as jalan, tepi sungai, tepi
pantai, jalan kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara
bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan jarak antara as jalan dan
pagar halaman yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
2. Persyaratan keselamatan.
Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut :
a. Memiliki struktur yang stabil dan kokoh sampai dengan kondisi
pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan
beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk
menahan gempa dan kekuatan alam lainnya.
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah
dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
3. Persyaratan kesehatan
Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
yang memadai.
b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran
dan tempat sampah, serta penyaluran air hujan.
c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung
dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
4. Persyaratan aksesibilitas.
Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Persyaratan kenyamanan
Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut :
a. Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang
mengganggu kegiatan pembelajaran.
b. Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi
kondisi di luar ruangan.
c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.
6. Persyaratan sistem keamanan
Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan berikut.
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi
penunjuk arah yang jelas.
7. Persyaratan daya listrik
Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900
watt.
8. Persyaratan perizinan bangunan
Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin
penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Persyaratan rasio jumlah ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar
Jumlah ruang kelas minimal sama dengan jumlah ruang kelas.
2.2.3 Kerusakan Bangunan Gedung
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia
atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau
sebab lain yang sejenis (Anonim, 2007). Menurut undang-undang nomor 28 tahun
2002 tentang bangunan gedung, intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan
atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:
a. Kerusakan ringan
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai dan dinding pengisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Kerusakan sedang
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan
atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dll.
c. Kerusakan berat
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik
struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
2.2.3.1 Penyebab Kerusakan Bangunan
Menurut Rahmadi (2010), kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh :
1. Faktor umur bangunan, deteriorasi mutu bahan bangunan akibat
creep/shrinkage, fatique, radiasi sinar matahari dan korosi,
2. Faktor kondisi tanah dan air, differential settlement pada pondasi, up lift pada
lantai basemen,
3. Faktor angin,
4. Faktor gempa bumi, tsunami,
5. Faktor tanah longsor, tanah longsor sebagai akibat dari banjir, curah hujan
tinggi dan erosi tanah,
6. Faktor petir,
7. Faktor kualitas bahan bangunan,
8. Faktor kualitas perencanaan,
9. Faktor kualitas pelaksanaan,
10. Faktor alih fungsi bangunan,
11. Faktor kebakaran.
Pada kenyataannya kerusakan yang terjadi pada bangunan biasanya tidak
hanya terjadi disebabkan oleh satu sebab saja, melainkan gabungan dari beberapa
penyebab. Misalkan ketika terjadi gempa bumi, kerusakan yang terjadi bisa akibat
gempa bumi itu sendiri dan akibat kebakaran yang terjadi pada bangunan. Dalam
kasus lain, sering kerusakan pada bangunan terjadi akibat kesalahan pada
perencanaan dan pelaksanaan sekaligus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2.2.3.2 Jenis dan Tipe Kerusakan Bangunan Gedung
Kerusakan yang terjadi pada bangunan gedung, secara umum terbagi menjadi
kerusakan pada komponen arsitektur, komponen struktur, dan komponen mekanikal
elektrikal. Jenis dan tipe kerusakan yang terjadi pada gedung sangat dipengaruhi
oleh penyebabnya. Menurut Amri (2005), jenis kerusakan yang sering terjadi pada
bangunan adalah sebagaimana dalam Tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung (Amri, 2005)
I.KOMPONEN ARSITEKTUR
NAMA KOMPONEN
BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Atap Genteng genteng keramik, genteng beton, genteng logam, genteng kaca.
retak, pecah, bocor, rembesan, karat.
Atap Lembaran seng, alumunium, serat, logam ringan
pecah, karat, retak, lapuk, patah.
Bubungan Atap seng, asbes, genteng, polycarbonate pecah, patah, lapuk, sobek
Talang dan Jurai Seng lembaran, polimer
lapuk, karat, bocor, sobek.
Penutup Lantai plesteran, beton tumbuk, ubin PC, teraso, keramik, marmer, vynil, parket, papan, plywood
melendut, retak, terlepas, aus, busuk, bocor, serangan serangga
Penutup Dinding Plesteran, keramik, marmer, granit, wall paper
retakan, terlepas, sobek, noda kotor
Penutup Plapon Bahan organik, asbes, plywood, gypsum, GRC, lembar alumunium, akustik
Terlepas, lendut, gelombang, retak, pecah, busuk, hancur, berubah warna, hancur, luntur.
Kusen kayu, alumunium, baja, PVC, beton busuk, bubuk, sobek, lepas, karat, retak.
Daun pintu/jendela
kayu, alumunium, polimer, seng, baja
ukuran berkurang , busuk, karat, lepas/macetnya engsel & kunci
Kunci dan Gantungan
besi, baja, logam campuran, kuningan
karat, sulit dikunci, copot, pecah
Pekerjaan Kaca kaca biasa, kaca warna, kaca es, kaca seni
pecah, retak, getar
Pengecatan kapur padam, cat emulsi, cat acrylic, cat minyak
retak rambut, mengelupas, belang-belang
Rabat beton semen, pasir, kerikil amblas, retak, hancur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 2.1 Jenis dan tipe kerusakan pada bangunan gedung (lanjutan)
II.KOMPONEN STRUKTUR
NAMA KOMPONEN
BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Pondasi beton, pasangan batu, pasangan bata
pecah, penurunan, tergerus, patah
Sloof Beton bertulang patah, retak
Kuda-kuda kayu kayu, pelat baja lendutan pada rangka atap, patah, lendutan pada gording dan kaso, lapuk
Kuda-kuda baja WF, baja siku, kanal, baja ringan, baja pipa bulat
lendutan rangka atap, lendutan pada gording dan kaso, karat, terpuntir, retak/pecah pada sambungan, trekstang tidak sempurna
Rangka langit-langit
kayu, baja, alumunium lendutan, patah, lapuk, bergelombang, terjatuh, serangan serangga.
Dinding pemikul beban
pasangan bata merah, batako, beton ringan
retak, melendut, runtuh
Dinding pengisi pasangan bata, panel pracetak, kayu , batako, gypsum, GRC, teakwood
retak, melendut
Lantai kayu, beton, panel pracetak melendut, retak, spalling, busuk, karat pada tulangan
Balok Beton bertulang keropos, retak, lendut, pengelupasan, patah
Pondasi beton, pasangan batu, pasangan bata
pecah, penurunan, tergerus, patah
Sloof Beton bertulang patah, retak
Kolom Beton bertulang
retak, patah, keropos, pengelupasan, lapuk, patah pada joint, runtuh
III.PEKERJAAN UTILITAS NAMA KOMPONEN
BAHAN-BAHAN TIPE KERUSAKAN
Saluran air kotor dan air hujan
keramik, beton, logam, PVC bau, pecah, bocor, tersumbat, karat
Saluran air bersih Pipa PVC, keran air, pompa air, bak air, tanki air
pecah, bocor, pudar,tersumbat, karat
Pekerjaan Listrik kabel, pipa, armature terkelupas, terbakar, pecah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.3.3 Survei Kondisi Bangunan Sekolah
Kegiatan survei/pemeriksaan kondisi bangunan perlu dilakukan dengan
tujuan agar kegiatan pemeliharaan terhadap bangunan dapat berjalan secara efisien
dan efektip.
Pada prinsifnya pemeriksaan pada bangunan bisa digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu pemeriksaan untuk pendataan asset, pemeriksaan rutin/berkala, dan
pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan pendataan asset dilakukan guna mendaftarkan gedung baru
untuk dilaporkan dalam rangka tertib administrasi asset bangunan gedung negara.
Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atau sebagian
bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya
dalam tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan gedung
(Anonim, 2002). Pemeriksaan rutin/berkala yang dilakukan secara berkala terhadap
bangunan dapat memberikan informasi tentang kerusakan yang terjadi pada
bangunan sejak dini, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Dengan adanya
penanganan kerusakan sejak awal dapat mencegah terjadinya peningkatan volume
kerusakan, sehingga dapat mengefisienkan biaya pemeliharaan.
Apabila ada hal khusus yang terjadi pada bangunan, seperti terjadi kebakaran,
ada gempa bumi atau yang lainnya dapat dilakukan pemeriksaan khusus. Pada
pemeriksaan khusus pada bangunan, biasanya untuk mendapatkan kondisi bangunan
yang akurat. Pada pemeriksaan khusus dilakukan penyelidikan disertai dengan
penelitian mendetail dengan bantuan alat-alat tertentu atau penelitian lanjut di
laboratorium. Alur kegiatan survei pada bangunan gedung ditunjukan dalam Gambar
2.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.1 Pemeriksaan berkala pada bangunan (Anonim,1999)
Pemeriksaan bangunan gedung secara umum dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test) dan
Pemeriksaan dengan cara merusak (Destructive test)
1. Pemeriksaan dengan cara tidak merusak (Non destructive test)
Pada pemeriksan ini, alat bantu yang digunakan tidak sampai merusak
komponen bangunan yang ada. Jenis-jenis pemeriksaan yang tidak merusak
sebagaimana dalam Tabel 2.2:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 2.2 Metode pemeriksaan non destruktif (Amri, 2005)
NO METODE PENGGUNAAN
1 Pemeriksaan Visual
Pengamatan pola retak, pengelupasan, scalling, korosi, atau cacat pelaksanaan.
2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi Mendeteksi kemungkinan timbulnya retakan atau mutu pengelasan pada bangunan baja.
3 Pemeriksaan dengan dial gauge atau peralatan pengukur regangan khusus (electrical strain gauge)
Pemeriksaan regangan dan lendutan pada bangunan baja.
4 Pemeriksan dengan alat Portabel Corrosion meter
Pengukuran tingkat korosi pada baja tulangan didalam beton
5 Pengujian dengan palu beton (Schmid’s hammer test)
Pengukuran mutu kuat tekan beton.
6 Pengujian dengan alat penetrasi Windsor probe
Pengukuran mutu kuat tekan beton
7 Pengujian dengan alat ultrasonic pulse velocity test
Mengetahui mutu beton dan prediksi adanya retakan dan kedalaman retakan.
8 Pengujian dengan impact echo Menentukan berbagai kerusakan dalam elemen beton seperti retak, rongga.
9 Pemeriksaan dengan R bar meter Untuk mengetahui kedalaman posisi tulangan dan jarak antar tulangan.
10 Pemeriksaan dengan radio aktif Mencari kebocoran pada beton
11 Pengukuran dengan theodolite dan water pass
Untuk mengukur kemiringan atau penurunan bangunan eksisting.
12 Pengukuran dengan covermeter Menentukan tulangan tertanam, mengukur kedalaman selimut beton, dan memperkirakan diameter tulangan.
2. Pemeriksaan Destruktif
Pengujian destruktif dilakukan dengan mengambil sebagian komponen
bangunan, misalkan komponen beton atau baja tulangan. Kemudian komponen ini
diperiksa secara lebih teliti dengan bantuan alat di laboratorium. Metode pengujian
destruktip diantaranya sebagaimana dalam Tabel 2.3 :
Tabel 2.3 Pemeriksaan destruktif (Amri, 2005)
NO METODE PENGGUNAAN
1 Pengujian tensile strength test pada baja
Mengetahui kuat tarik baja.
2 Pemeriksaan dengan alat radiograpi
Menngetahui mutu kuat tekan beton eksisting, modulus elastisitas
3 Pemeriksaan dengan larutan Phenol Phetalin
Pemeriksaan laju karbonasi pada beton yang terbakar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2.2.4 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Bangunan gedung selama umur layannya supaya tetap dapat berfungsi dengan
baik harus dilakukan pemeliharaan dan perawatan, baik rutin maupun berkala.
Kegiatan pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung merupakan bagian mutlak
dari pemanfaatan bangunan gedung.
2.2.4.1 Jenis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008
tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung, kegiatan
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung dikatagorikan menjadi :
A. Pemeliharaan bangunan gedung
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan
bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik
fungsi (preventive maintenance). Pekerjaan permeliharaan meliputi jenis
pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau penggantian
bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan
pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
B. Perawatan bangunan gedung
Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana
dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi (currative maintenance).
Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan,
komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen
rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen
pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan perawatan bangunan gedung dikategorikan
menjadi :
1. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan
sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat
berubah.
2. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur,
struktur maupun utilitas bangunannya.
3. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap
mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas
bangunannya dapat berubah.
2.2.4.2 Biaya Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Sekolah
Besarnya biaya pemeliharaan bangunan gedung negara maksimal sebesar 2 %
tiap tahunnya. Biaya perawatan bangunan disesuaikan dengan tingkat kerusakannya,
yang ditentukan sebagai berikut:
1. Perawatan tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 30%
dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,
untuk tipe/klas dan lokasi yang sama;
2. Perawatan tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45%
dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,
untuk tipe/klas dan lokasi yang sama;
3. Perawatan tingkat kerusakan berat, biayanya maksimum adalah sebesar 65%
dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,
untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
Pembiayaan pemeliharaan bangunan gedung sekolah mengacu kepada harga
satuan pembangunan gedung per-m2 yang dikeluarkan oleh bupati/walikota. Untuk
pekerjaan pemeliharaan perhitungan biaya, harga satuan per-m2 dikalikan dengan
tingkat kerusakan bangunan gedung.
Perhitungan harga satuan bangunan per-m2 mengacu kepada formula yang
telah dibuat oleh Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang menentukan harga satuan bangunan yaitu faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik
meliputi biaya bahan bangunan dan biaya upah dan biaya peralatan. Sedangkan biaya
non fisik berupa biaya keuntungan kontraktor sebesar 10 %, pajak penghasilan 2%,
pajak pertambahan nilai 10 %, asuransi sebesar 3,8 %, biaya perizinan IMB dan
sertifikat laik fungsi sebesar 1,5 %, tingkat inflasi harga bahan 5 % dan kesehatan
dan keselamatan kerja sebesar 1 %.
Harga satuan bangunan gedung per-m2 didapat dengan memasukan harga-
harga bahan bangunan dan harga upah kerja kedalam formula. Harga bahan
bangunan didapat dari survey pada bebarapa toko bahan bangunan dan diambil rata-
ratanya, sedangkan harga upah kerja diambil dari survei ke kontraktor-kontraktor dan
diambil harga rata-ratanya.
Pembiayaan pemeliharaan bangunan didapat dengan perhitungan sebagai
berikut :
Bp = Lb * Tk * Kt * Hsb (2.1)
dengan : Bp = Biaya pemeliharaan, Lb = Luas Bangunan, Hsb = Harga Satuan Pembangunan Baru, Tk = Tingkat/besar kerusakan, Kt = Koefisien Tingkat.
2.2.5 Penentuan Nilai Kondisi Bangunan.
Untuk menilai kondisi bangunan pada suatu waktu dapat dilakukan dengan
menetapkan nilai indeks kondisi bangunan yang merupakan penggabungan dua atau
lebih nilai kondisi komponen yang dikalikan dengan bobot komponen masing-
masing. Menurut Hudson dalam Suparjo (2009), indeks kondisi gabungan
(Composite Condition Index) dirumuskan dalam Persamaan 2.2 :
CCI= W1 * C1 + W2 * C2 + W3 * C3 +……………+Wn*Cn (2.2)
Atau dapat dituliskan : CCI = ∑ (ǢƅȖðƅ)Öw妮囊 (2.3)
dengan : CCI = Indeks Kondisi Gabungan, W = Bobot Komponen, C = Nilai Kondisi Komponen, I = 1 = Komponen ke – 1 (satu), N = Banyaknya Komponen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Nilai indeks kondisi ini mempunyai skala antara 0 (nol) hingga 100 (seratus),
yang menggambarkan tingkat kondisi bangunan. Indeks kondisi bernilai nol berarti
bangunan sudah tidak berfungsi dan seratus untuk bangunan yang masih dalam
kondisi baik sekali.
Menurut Hudson dalam Sutikno (2009) langkah perhitungan indeks kondisi
bangunan sebagai berikut :
1. Tahap I : Indeks kondisi sub elemen ( IKSE )
Untuk menghitung hilai IKSE, menggunakan Persamaan 2.4 :
IKSE = ( ) ( )dtFDijSjTjap
i
m
j
,*,,1001 1å å= =
- (2.4)
dengan : α = nilai pengurang, P = jumlah jenis kerusakan untuk kelompok sub elemen yang ditinjau,
M = jumlah tingkat kerusakan untuk jenis kerusakan, F(t,d) = faktor koreksi untuk kerusakan berganda yang berbeda.
Dalam menghitung IKSE dengan rumus diatas, nilai seratus diatas merupakan
nilai maksimum. Nilai pengurang besarnya antara 0 (nol) sampai dengan seratus
(100) tergantung pada jenis kerusakan (Tj), tingkat kerusakan (Sj), dan kuantitas
kerusakan ( Dij). Karena setiap jenis kerusakan mempunyai nilai pengurang
maksimum seratus, maka sub elemen yang mengalami lebih dari satu jenis
kerusakan, nilai pengurang dari kombinasi kerusakan harus dikoreksi agar total nilai
pengurang tidak lebih dari seratus.
Jumlah faktor koreksi untuk setiap kombinasi kerusakan adalah satu, seperti
yang diformulasikan oleh Uzarski (Darmawan, 2005), sebagaimana dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Faktor koreksi untuk kombinasi kerusakan yang lebih dari satu (Darmawan, 2005).
Nomor Jumlah Kombinasi Kerusakan
Prioritas Bahaya Kerusakan
Faktor Koreksi F (t,d)
1
2
I 0,8 - 0,7- 0,6
2
3
I 0,5 - 0,6
II 0,3 - 0,4
III 0,1 - 0,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Untuk semua jenis kerusakan pada satu sub elemen, maksimum jumlah
perkalian antara nilai pengurang dengan faktor koreksi adalah seratus. Nilai IKSE
yang dihasilkan berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus. Pada sub elemen
yang masih dalam kondisi baik (tanpa kerusakan) diberikan nilai pengurang sama
dengan 0 (nol) sehingga memperoleh nilai IKSE sama dengan 100 (seratus).
2. Tahap II: Indeks Kondisi Elemen (IKE)
IKE = IKSE1*BSE1 + IKSE2*BSE2 +………….+ IKSEr*BSEr (2.5)
dengan : IKE = Indeks Kondisi Elemen, IKSE = Indeks Kondisi Sub Elemen, BSE = Bobot Fungsional Sub Elemen, r = Banyaknya sub elemen.
3. Tahap III : Indeks Kondisi Sub Komponen (IKSK)
IKSK = IKSK1*BSK1 + IKSK2*BSK2 +………….+ IKSKs*BSKs (2.6)
dengan : IKSK = Indeks Kondisi Sub Komponen, IKE = Indeks Kondisi Elemen, BE = Bobot Fungsional Elemen, s = Banyaknya elemen.
4. Tahap IV : Indeks Kondisi Komponen (IKK)
IKK = IKSK1*BSK1 + IKSK2*BSK2 +………….+ IKSKt*BSKt (2.7)
dengan : IKK = Indeks Kondisi Komponen, IKSK = Indeks Kondisi Sub Komponen, BSK = Bobot Fungsional Sub Komponen, t = Banyaknya sub Komponen.
5. Tahap VI : Indeks Kondisi Bangunan (IKB)
IKB = IKK1*BK1 + IKK2*BK2 +………….+ IKKV*BKV (2.8)
dengan : IKB = Indeks Kondisi Bangunan, IKK = Indeks Kondisi Komponen, BK = Bobot Fungsional Komponen,
v = Banyaknya Komponen.
Kerusakan yang terjadi pada satu komponen/elemen akan menyumbangkan
penurunan nilai pada komponen/elemen tersebut yang yang akhirnya akan
mengurangi nilai indeks kondisi keseluruhan bangunan. Nilai indeks kondisi ini
mempunyai skala 0 (nol) hingga 100 (seratus) yang menggambarkan tingkat kondisi
bangunan. Penetapan nilai pengurang (NP) akibat kerusakan yang terjadi pada setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
komponen/elemen berdasarkan Tabel 2.6 sampai dengan Tabel 2.8. Besarnya nilai
pengurang untuk setiap jenis kerusakan tergantung persentase volume kerusakan
yaitu volume kerusakan bangunan dibandingkan dengan volume eksisting bangunan.
Volume kerusakan dibagi dalam empat tingkat interval intensitas kerusakan yaitu:
1) Kerusakan ringan (>0% - < 15%), dengan NP = 25 (dua puluh lima).
2) Kerusakan sedang (>15% - 35%), dengan NP = 50 (lima puluh).
3) Kerusakan berat (>35% - 65%), dengan NP = 75 (tujuh puluh lima).
4) Kerusakan tidak laik fungsi (>65%), dengan NP = 100 (seratus).
Sedangkan, bila tanpa kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan
kondisi bangunan dalam keadaan baik, sekaligus memberikan nilai skala indeks
kondisi sebesar 100 (seratus).
2.2.6 Perhitungan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan
Sekolah
Perhitungan skala prioritas didapat dengan melakukan penilaian kondisi
masing-masing sekolah terhadap kriteria dan sub kriteria yang telah ditentukan.
Bobot total didapat dengan menjumlahkan hasil penilaian terhadap semua kriteria
yang ada.
Gambar 2.2 Bagan Perbandingan Kriteria dan Sub Kriteria
Persamaan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing sekolah
mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Sibali (2009), yaitu :
BT= nK1 + nK2 + nK3 +………………………+ nn*Kn (2.9)
BOBOT GLOBAL
Kriteria 1 (Bobot = n1)
Kriteria 2 (Bobot = n2)
Kriteria ke-n (Bobot = n3)
Sub Kriteria 2
(Bobot=n12) Sub Kriteria 1
(Bobot=n11) Sub Kriteria 3
(Bobot=n13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Atau dapat dituliskan : BT = ∑ (f ƅ)Öw妮囊 (2.10)
dengan : BT = Bobot Total masing-masing sekolah, nKn = Bobot Kriteria ke n, n = Banyaknya Kriteria.
2.2.7 Metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP)
Untuk membantu pengambilan keputusan dengan batasan kriteria yang
banyak, para ahli telah mengembangkan bebarapa sistem yang dapat membantu
mempermudah pengambilan keputusan lebih akurat. Teknik pengambilan keputusan
yang saat ini dipakai yaitu : Teknik perbandingan indeks kinerja (Comparative
Performance Index), Metode Bayes, Metode Perbandingan Eksponensial, Metode
Delphi, Metode SWOT, Sistem pemungutan suara, Sistem pakar dan Proses hierarki
analitik (Marimin, 2005).
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode
untuk menginterpretasikan data-data kualitatif ke data kuantitatif, tidak bias, dan
lebih objektif. AHP dianggap sebagai metode yang tepat untuk menentukan suatu
pilihan dari berbagai kriteria. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan skala rasio,
baik dari perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu. AHP memiliki
perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan
ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen struktur (Saaty, 1991).
Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya menutupi
semua kekurangan dari model-model sebelumnya.Kelebihan AHP dibandingkan
dengan yang lainnya :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari hirarki yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
AHP mempunyai kemampuan untuk memecah masalah yang multiobjektif
dan multikreteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dalam hirarki , jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang
komprehensif. Langkah dalam AHP sebagai berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
konstribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kinerja yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan “ judgement “ dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement
seluruhnya sebanyak n x (n-1)/2) buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang diperbandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dengan menguji konsistensinya , jika tidak konsisten
maka pengambilan data diulangi.
level 1
Tujuan
level 2 Kriteria
level 3 Alternatif`
Gambar 2.3 Struktur hirarki dalam metode AHP
Tujuan
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 4 Kriteria 3
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Saaty (1980) telah menetapkan suatu skala untuk penilaian, penilaian dengan
angka dari 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen terhadap elemen lain, sebagaimana dalam Tabel 2.5 :
Tabel 2.5 Nilai perbandingan tingkat kepentingan elemen (Saaty, 1980)
Intensitas Kepentingan
Keterangan Penjumlahan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya
Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen yang lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua nilai pilihan
Kebalikan Jika untuk satu aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya disbanding dengan i
2.2.7.1 Perhitungan Bobot Elemen
Perhitungan bobot elemen pada metode AHP menggunakan matriks
perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang
paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A1, A2,………….,An, maka
hasil perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini:
A1 A2 …………. An
A1 a11 a12 ................ a1n
A2 a21 a22 ..………. a2n
. . . . .
. . . . .
An an1 an2 ………….. ann
Gambar 2.4 Matriks perbandingan Preferensi
Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n
elemen, yaitu w1,w2, ………, wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai
perbandingan secara berpasangan antara (w1,w2) dapat dipresentasikan seperti
matriks tersebut.
(ēw)(ē凭) = a ( i,j ) ; i.j = 1,2,……..n. (2.11)
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen
operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama.
Sehingga bisa didapat a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1
dengan A1 sendiri, sedangkan a12 adalah perbandingan kepentingan elemen
operasi A1 dengan A2 dan besarnya a21 adalah 1/ a12 , yang menyatakan
tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2 terhadap elemen operasi A1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2.2.7.2 Pembobotan Kriteria
Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria yaitu dengan
jalan menentukan nilai eigen (eigenvector). Cara untuk mendapatkan bobot
adalah dengan langkah berikut :
1. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n
seperti dalam persamaan dibawah ini :
Wi = √a11xa12x … … a1n. (2.12)
2. Menghitung vektor prioritas atau vektor eigen Ĩƅ = ēw∑ēw (2.13)
Hasil yang didapat berupa vector eigen sebagai bobot elemen
3. Menghitung nilai eigen maksimum ( λmaks ), dengan cara mengkalikan
matriks resiprokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan
operasi matriks adalah nilai eigen maksimum ( λmaks ).
λmaks = ∑ aij * Xi (2.14)
dengan : λmaks = eigenvalue maksimum
aij = nilai matriks perbandingan berpasangan
Xi = vector eigen ( bobot )
4. Perhitungan Indeks Konsitensi
Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang
akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Matriks bobot yang diperoleh
dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan
cardinal dan ordinal, sebagai berikut :
Hubungan Kardinal : aij * ajk = aik
Hubungan Ordinal : Ai>Aj dan Aj>Ak, maka Ai>Ak
Rumusan untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah sebagai berikut : ðA = 试λša1ú–奴守(奴能囊) (2.15)
dengan : λmaks = eigenvalue maksimum
n = ukuran matriks
Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak,
perlu diketahui rasio yang cukup baik, yaitu apabila CR < 0,1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika
penilaian numerik dilakukan secara acak dari skala 1/9,1/8,….1,2….9 akan
diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda, sebagai
mana pada Tabel 2.6:
Tabel 2.6 Nilai Random Indeks (Saaty, 1980)
Ukuran Matriks
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai RI
0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio
konsistensi ( CR ). ðe = 匿年捏年 (2.16)
Dalam perhitungan model AHP, matriks perbandingan dapat diterima
jika Nilai Rasio Konsistensi ≤ 0,1. Apabila nilai Nilai Rasio Konsistensi ≥ 0,1 maka
penilaian perbandingan harus dilakukan kembali.
Berdasarkan uraian mengenai sistem pengambilan keputusan, metode
AHP merupakan metode yang sesuai untuk analisa dalam penelitian ini.
2.2.8 Sistem Pendukung Keputusan
Dalam manajemen rehabilitasi bangunan, pengambilan keputusan adalah
salah satu faktor yang sangat penting. Pengambilan keputusan ini diperlukan dalam
setiap tahapan, baik pada tahap perencanaan, perancangan, pelaksanaan maupun
pada tahap pengontrolan. Dengan semakin kompleknya masalah yang ada biasanya
pengambilan keputusan menjadi semakin rumit, apalagi jika data atau informasi yang
akan dioleh sangat banyak dan membutuhkan perhitungan yang rumit. Untuk
mempermudah pengolahan data biasanya menggunakan bantuan seperangkat sistem
yang mampu memecahkan masalah secara efisien dan efektif. Proses pengolahan
data dibantu dengan komputer, sedangkan proses penilaian tetap kita yang
melakukan. Sistem ini biasa disebut dengan sistem pendukung keputusan (decision
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
support system). Pada dasarnya sistem ini memanfaatkan keunggulan komputer
dalam pengolahan data yang rumit dan keunggulan manusia dalam menilai.
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2000), Pengambilan keputusan adalah
bentuk pemilihan dari berbagai alternatif yang mungkin dipilih yang prosesnya
melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan mendapatkan keputusan terbaik.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem adalah seperangkat elemen yang saling
berinteraksi, membentuk kegiatan atau prosedur yang mencari pencapaian suatu
tujuan dengan mengoperasikan data untuk menghasilkan informasi.
Menurut Turban dan Aronson, Sistem Pendukung keputusan adalah suatu
sistem interaktif berbasis komputer yang dapat membantu pengambil keputusan
dalam menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan yang bersifat
tidak teratur (Turban dalam Marimin, 2004). Berdasarkan definisi diatas sistem
pendukung keputusan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Sistem pendukung keputusan menggabungkan data dan model menjadi satu
bagian.
2. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk membantu para pengambil
keputusan dalam proses pengambilan keputusan dari masalah yang tidak
terstruktur.
3. Sistem pendukung keputusan cenderung dipandang sebagai penunjang penilaian
pengambil keputusan dan sama sekali bukan untuk menggantukannya.
4. Teknik sistem pendukung keputusan dikembangkan untuk meningkatkan
efektifitas pengambilan keputusan.
Sesuai dengan fungsinya sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan,
maka dalam sistem pendukung keputusan biasanya terdiri dari tiga sub sistem, yaitu
sub sistem dialog, sub sistem data base dan sub sistem pemodelan.
2.2.8.1 Subsistem Manajemen Dialog
Sebagaimana telah dikemukakan bahwasanya dalam sistem pendukung
keputusan, peran manusia dalam penilaian tidak bisa digantikan. Oleh karenanya
dalam sistem ini biasanya tersedia sarana untuk melakukan komunikasi interaktif
dengan komputer yang biasa disebut dengan sub sistem dialog. Komponen dialog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam sistem pendukung keputusan adalah berupa perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang memberi sarana interface (antarmuka) antara
pemakai dengan sistem. Menurut Suryadi dan Ramdhani (2000), fungsi dan
fleksibilitas suatu sistem pendukung keputusan tergantung pada kemudahan interaksi
antara sistem dan pemakainya (pengambil keputusan). Pada umumnya dialog antara
sistem dengan pengguna terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Pilihan, sistem mengajukan beberapa alternatif pilihan kepada pengambil
keputusan.
2. Persetujuan, pernyataan yang diajukan oleh sistem guna mendapatkan
persetujuan pemakai. Bentuk ini diaplikasikan pada penentuan pilihan
diantara dua alternatif dan umumnya pada operasi-operasi tambahan, seperti
penulisan laporan ke printer atau yang lainnya.
3. Isian, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus dijawab oleh pemakai
dengan mengisi bagian kosong dengan jawaban yang dianggap tepat. Jenis
pertanyaan biasanya berkaitan dengan masukan-masukan untuk pemodelan.
2.2.8.2 Subsistem Manajemen Database
Sub sistem database ini berfungsi sebagai pengelola data yang mempunyai
fungsi meliputi pemasukan data, penambahan data, perubahan data, penghapusan
data, penjabaran data, pengurutan data, dan duflikasi data. Pengorganisasian data
yang baik sangat menunjang analisis dan presentasi data yang dibutuhkan sistem
penunjang keputusan. Database yang akan digunakan meliputi data tentang :
a. Data jenis kerusakan yang terjadi pada komponen sekolah, termasuk besarnya
nilai pengurang berdasarkan jenis dan volume kerusakan.
b. Data umum sekolah, mencakup data jumlah siswa, jumlah rombongan
belajar, data jumlah ruang kelas yang ada, dan lain-lain.
c. Data status tanah sekolah
d. Data status bangunan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2.2.8.3 Subsistem Manajemen Pemodelan
Sub sistem pemodelan ini berupa sistem perangkat lunak yang mempunyai
fungsi yaitu sebagai perancang model, perancang format keluaran model, untuk
memperbaharui dan merubah model dan untuk memanipulasi data. Sistem ini
mempunyai fasilitas untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi
semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan sistem pendukung keputusan
(Marimin,2004).
Gambar 2.4 Struktur dasar Sistem Pendukung Keputusan (Turban,1990)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai penentuan skala prioritas penanganan
pemeliharaan telah dilakukan beberapa peneliti. Adapun persamaan dan
perbedaannya dengan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagaimana dalam Tabel
2.7
Tabel 2.7 Perbandingan penelitian terdahulu dengan yang dilakukan penulis
Nama Peneliti
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Metode yang
dipakai
Kriteria yang dipakai
Lokasi Penelitian
Sutikno
UNS 2009
Sistem penentuan
skala prioritas pemeliharaan
banguan sekolah
Analytical Hierarchy Process
Dan Composit Condition
Index
Tingkat kerusakan bangunan,
Biaya pemeliharaan
SMKN I Kota
Singkawang
Haris Fakhroji
ITS 2009
Penentuan Prioritas
Pemeliharaan Bangunan
Gedung SDN di Kabupaten
Tabalong
Analytical Hierarchy Process
Tingkat kerusakan bangunan,
Jumlah siswa , Umur
bangunan, Lokasi
bangunan dan angka
partisipasi murni
Gedung SDN di
Kecamatan Murung Pudak,
Kabupaten Tabalong
Engkus Kusnadi
UNS 2011
Penentuan Prioritas
Pemeliharaan Bangunan Sekolah
Negeri dengan Sistem
Pendukung Keputusan
Analytical Hierarchy Process
Dan Composit Condition
Index
Tingkat kerusakan bangunan,
Status tanah, Status
bangunan, Lokasi
Sekolah, Rasio siswa
dengan ruang kelas, Luas
layanan sekolah
Gedung SDN,
SLTPN, SMAN di
Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu bangunan gedung sekolah negeri di Kecamatan
Tigaraksa Kabupaten Tangerang Banten. Kecamatan Tigaraksa dijadikan objek
penelitian dikarenakan Tigaraksa merupakan ibukota Kabupaten Tangerang.
Diharapkan dengan penelitian ini bisa didapatkan gambaran kondisi bangunan
sekolah di ibukota Kabupaten Tangerang. Bangunan sekolah yang disurvei meliputi
bangunan sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah
atas.
3.2 Tahapan Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema/topik penelitian, perumusan dan tujuan penelitian. Dalam
hal ini tema yang diangkat adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
Pemerintah Kabupaten Tangerang, yaitu penentuan skala prioritas penanganan
pemeliharaan bangunan gedung sekolah.
2. Melakukan studi literatur dan kajian pustaka yang berkaitan dengan tema yang
diteliti.
3. Menentukan kriteria dan sub kriteria berdasarkan studi literatur, kajian pustaka
dan hasil wawancara dengan pemangku kepentingan.
4. Melakukan penyebaran kuisioner untuk pembobotan masing-masing kriteria
dan sub kriteria dengan responden dari Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan
Daerah, UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa, DPRD, Kepala
Sekolah dan Komite Sekolah.
5. Melakukan perhitungan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria dengan
metode AHP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
6. Membuat model penilaian kondisi bangunan yang mengacu kepada metode
indeks kondisi yang dikembangkan oleh Uzarski (1997), yaitu melakukan
penilaian kondisi bangunan secara bertahap dari komponen yang paling kecil
sampai kepada tingkatan paling atas berupa sistem bangunan menyeluruh.
Adapun langkah-langkah dalam penilaiannya sebagai berikut :
a. Untuk penilaian langkah pertama dilakukan pembuatan hirarki bangunan.
Pembuatan hirarki bangunan mulai dari sistem bangunan menyeluruh terus
dibagi menjadi sistem struktur, sistem arsitektur, sistem mekanikal
elektrikal. Kemudian masing-masing sistem ini diuraikan sampai kepada
komponen yang paling kecil.
b. Melakukan pembobotan komponen bangunan. Pembobotan bangunan
berdasarkan tingkat kepentingan fungsi komponen masing-masing elemen
terhadap sistem diatasnya.
7. Membuat sistem penentuan skala prioritas penanganan rehabilitasi dan
pemeliharaan bangunan sekolah negeri.
8. Melakukan pengumpulan data primer/survey lapangan dan data sekunder.
9. Melakukan perhitungan indeks kondisi bangunan masing-masing sekolah
berdasarkan data survey kondisi eksisting masing-masing bangunan sekolah.
10. Melakukan perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan
sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa kabupaten Tangerang.
11. Melakukan perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi/pemeliharaan masing-
masing gedung sekolah.
12. Menentukan skenario penanganan rehabilitasi/pemeliharaan berdasarkan
anggaran yang tersedia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3.1 Bagan alir pembuatan sistem pendukung keputusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 3.2 Bagan alir penggunaan sistem pendukung keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.3 Data Penelitian
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang diperlukan terdiri dari dua
macam yaitu :
a. Data primer
Data primer yang dikumpulkan yaitu berupa data kondisi sekolah, baik itu
lokasi, jenis dan tingkat kerusakan, photo eksisting gedung yang ada, kondisi
lingkungan sekitar sekolah dan lain-lain. Data primer yang lain yaitu data tentang
penentuan jenis kriteria dan penilaian pembobotan antar kriteria yang akan
digunakan untuk penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan
sekolah. Sumber data yang dipakai yaitu responden yang memahami dibidang ini,
yaitu dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Badan Perencanaan Daerah,
kepala sekolah dan DPRD Kabupaten Tangerang.
b. Data sekunder
Data sekunder yang diperlukan mencakup data sekolah terdiri dari profil
sekolah, data jumlah siswa, jumlah rombongan belajar, jumlah ruang kelas, status
tanah sekolah, status bangunan sekolah dan lain-lain. Adapun sumber data yaitu dari
UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
a. Observasi di lapangan
Observasi langsung di lapangan untuk mendapatkan data tentang kondisi
eksisting gedung sekolah. Alat bantu yang digunakan yaitu alat ukur/meteran
dan kamera.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan kriteria yang digunakan dalam
penentuan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di
Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan dengan pejabat Dinas Pendidikan,
Badan Perencanaan Daerah, pihak sekolah dan anggota DPRD Kabupaten
Tangerang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
c. Kuisioner
Kuisioner dilakukan untuk mendapatkan pembobotan kriteria dan sub
kriteria yang digunakan dalam penentu skala prioritas penanganan pemeliharaan
bangunan sekolah di Kabupaten Tangerang. Wawancara dilakukan dengan
pejabat Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Daerah, Pihak Sekolah dan
anggota DPRD Kabupaten Tangerang.
3.3.3 Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Pengolahan data dengan AHP ini dimaksudkan
untuk mendapatkan bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria. Adapun
pengolahan data kerusakan bangunan sekolah menggunakan metode indeks kondisi
bangunan (Composite condition indeks)
3.4 Penentuan Kriteria Awal
Dalam penyusunan skala prioritas penanganan rehabilitasi bangunan sekolah
kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap sistem penentuan skala prioritas. Penentuan faktor-faktor tersebut
berdasarkan peraturan-peraturan yang ada, studi literatur dari penelitian sebelumnya
dan wawancara dengan pemangku kepentingan dalam hal rehabilitasi dan
pemeliharaan bangunan sekolah.
Berdasarkan hasil kajian, ditentukan kriteria-kriteria awal tersebut adalah
sebagaimana dalam Tabel 3.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3.1 Kriteria awal yang digunakan untuk penentuan skala prioritas
Nomor Kriteria Sub Kriteria Dasar
1 Tingkat Kerusakan
Undang-undang nomor 28 th.2002 tentang Bangunan Gedung.
2 Status tanah milik sekolah dengan sertifikat, milik sekolah tanpa sertifikat, bukan milik sekolah
Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah, Undang-undang bangunan gedung
3 Status bangunan bangunan milik sekolah dng IMB, bangunan milik sekolah tanpa IMB, bukan milik sekolah
Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana prasarana sekolah, Undang-undang bangunan gedung
4 Lokasi sekolah mudah dijangkau, susah dijangkau
Haris, 2009
5 Rasio rombongan belajar dengan ruang kelas
rombel < ruang kelas, rombel = ruang kelas, rombel > ruang kelas
Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah
6 Luas area layanan sekolah
Luas, tidak luas Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah
3.5 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah.
Penentuan bobot kriteria menggunakan metode AHP, untuk menentukan
bobot akan dilakukan penyebaran kuisioner kepada pihak yang mempunyai
kepentingan dan memahami masalah ini. Dari kuisioner yang didapat penilaian
mereka tentang tingkat kepentingan masing-masing kriteria dari masing-masing
responden. Kemudian dilakukan perhitungan sehingga didapat bobot masing-masing
kriteria dari masing-masing responden. Adapun rencana responden yang akan
disurvei yaitu dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a. Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang
b. UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa
c. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang
d. DPRD kabupaten Tangerang
e. Kepala Sekolah di Kecamatan Tigaraksa
f. Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang
g. Komite Sekolah
h. Guru
3.6 Perhitungan skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah
Perhitungan skala prioritas didapat dengan mencari bobot total masing-masing
sekolah setelah dilakukan perhitungan dengan persamaan 2.9. Setelah didapat bobot
masing-masing sekolah dilakukan pengurutan dari nilai terbesar sampai nilai terkecil.
3.7 Penyusunan Skenario Penanganan Pemeliharaan Berdasarkan Anggaran Yang Tersedia.
Setelah didapat susunan skala prioritas, maka berdasarkan anggaran yang
tersedia maka dilakukan skenario penanganan pemeliharaan. Penyusunan skenario
didasarkan atas aspek keamanan, efisiensi biaya dan aspek pemerataan
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Teknis Sekolah Negeri di Kecamatan Tigaraksa
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, sekolah
negeri yang berada di Kecamatan Tigaraksa terdiri dari sekolah dasar negeri (SDN)
sebanyak 36 buah, sekolah lanjutan tingkat pertama negeri (SLTPN) sebanyak 4
buah dan sekolah lanjut tingkat atas (SLTA). Sekolah lanjut tingkat atas terbagi
menjadi sekolah menengah atas negeri (SMAN) sebanyak 2 buah dan sekolah
menengah kejuruan negeri (SMKN) sebanyak 2 buah.
Adapun sistem struktur sekolah negeri Kecamatan Tigaraksa, menggunakan
protipe bangunan sekolah negeri di Kabupaten Tangerang. Secara umum bangunan
sekolah ini mempunyai data sebagai berikut :
· Komponen struktur
· Struktur bawah : pondasi pelat beton setempat, pondasi batu kali
· Struktur atas : portal beton bertulang
· Struktur atap : Kuda-kuda kayu kamper medan 8/12, kuda-kuda baja
Wide flange 150 dan kuda-kuda baja ringan
· Rangka atap : Usuk kayu borneo 5/7 dan reng kayu borneo ¾
· Komponen arsitektur
· Penutup atap : Genteng keramik, genteng baja ringan
· Plapond : Rangka kayu borneo 4/6 dan penutup jabeesmen
· Dinding : Pasangan bata finishing plester aci.
· Pintu dan jendela : Kusen kayu kamper singkil 5/15, daun pintu panel
Pasangan kaca 5 mm
· Penutup lantai : Pasangan keramik 30/30
· Penutup dinding KM : Pasangan keramik 20/25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
· Komponen Utilitas
· Sumber listrik : PLN 1300 Watt, 2200 Watt
· Sumber air : Air tanah dengan pompa listrik
· Instalasi Kabel : Standar PLN
· Armatur : Lampu TL 2x20 Watt dan lampu pijar
4.2 Pembobotan Komponen Gedung Sekolah
Bangunan sekolah tersusun dari komponen-komponen yang menjadi satu
yaitu komponen struktur, arstiektur dan utilitas. Setiap komponen tersebut dapat
diuraikan lagi menjadi elemen dan sub elemen, misal komponen struktur terbagi
menjadi struktur bawah, struktur atas dan struktur atap. Untuk perhitungan kondisi
gedung, masing-masing komponen, elemen dan sub elemen harus diketahui kondisi
dan bobot masing-masing.
Perhitungan bobot pada penelitian ini menggunakan metode AHP, adapun
langkah perhitungan bobot yaitu :
1. Menyusun hirarki gedung sekolah.
2. Menentukan kriteria yang digunakan untuk memberikan penilaian kepentingan
antar komponen gedung.
3. Memberikan penilaian kepentingan antar komponen gedung berdasarkan
masing-masing kriteria.
4. Melakukan perhitungan bobot komponen gedung dan mengecek konsistensi
penilaian dengan metode AHP.
Skema hirarki bangunan gedung sekolah dalam penelitian ini diuraikan
sebagaimana dalam Gambar 4.2. Penentuan kriteria yang digunakan dalam penilaian
bobot elemen dan komponen berdasarkan kajian literature. Sebagai contoh menurut
Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung, bangunan gedung
harus memenuhi kriteria keselamatan, kenyamanan dan kesehatan. Maka ketiga
kriteria ini yang digunakan sebagai dasar penentuan bobot komponen utama
bangunan gedung sekolah. Kriteria untuk komponen dan elemen yang lain dapat
dilihat dalam Tabel 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gambar 4.2 Skema bangunan gedung sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan komponen/elemen bangunan
TINJAUAN ELEMEN KRITERIA PEMBOBOTAN
Gedung Struktur Arsitektur Utilitas
Keselamatan Kenyamanan Kesehatan
Struktur
Struktur atap Struktur atas Struktur Bawah
Mendukung dan Menyalurkan beban Mendukung bentuk bangunan Mendukung kekakuan struktur
Arsitektur
Penutup atap dan Lisplang Plapon Dinding Pintu dan Jendela Lantai
Mendukung kenyamanan aktivitas Mengatur sirkulasi udara dan cahaya Mendukung keindahan dan bentuk bangunan Melindung dari cuaca
Utilitas Kelistrikan Air bersih Air kotor
Mendukung kenyamanan Mendukung aktivitas KBM Mendukung kebersihan & kesehatan
Struktur atap Kuda-kuda Rangka atap Ikatan angin
Mendukung & menyalurkan beban atap Mendukung bentuk atap Memberi kekakuan pada atap
Struktur atas Kolom Balok Pelat
Mendukung & menyalurkan beban Mendukung bentuk bangunan Memberi kekakuan pada bangunan
Struktur bawah Pondasi Sloof
Mendukung dan menyalurkan beban Mendukung kekakuan bangunan Melindungi dinding dari rembesan air
Rangka atap Gording Kaso dan reng
Mendukung dan menyalurkan beban Tempat meletakan penutup atap Mendukung bentuk atap
Kolom Kolom utama Kolom selasar Kolom praktis
Mendukung dan menyalurkan beban Memberi kekakuan pada struktur Memperkuat dinding bata
Balok
Balok induk Balok anak Balok selasar Ring balok
Mendukung dan menyalurkan beban Memberi kekakuan pada struktur Mendukung bentuk bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan elemen bangunan (Lanjutan)
TINJAUAN ELEMEN KRITERIA PEMBOBOTAN
Pelat Pelat lantai Pelat tangga
Mendukung dan menyalurkan beban Sebagai pendukung aktivitas
Pondasi Pondasi pelat Pondasi batu kali
Mendukung dan menyalurkan beban Mendukung dan tempat dudukan dinding
Penutup atap Genteng Bubungan Lisplang
Melindungi dari panas dan hujan Mendukung keindahan bangunan
Plapon Rangka plapon Penutup plapon Cat plapon
Dudukan instalasi listrik Memperindah ruangan Mencegah kotoran dan meredam panas
Lantai dan penutup dinding
Lantai keramik Lantai rabat Keramik dinding
Mendukung kenyamanan aktivitas Mendukung kebersihan & kesehatan Mendukung keindahan
Pintu dan Jendela Pintu Jendela
Melindungi dari cuaca dan polusi Mendukung Keamanan Mendukung estetika dan bentuk gedung
Pintu
Kusen Daun pintu Kunci Engsel Plitur/cat
Pengaman ruangan Menunjang aksesibilitas Mendukung estetika dan bentuk gedung Melindungi dari cuaca
Jendela
Kusen Daun jendela Kaca Kait angin Engsel Slot Plitur/cat
Memberi pencahayaan alami Memberi sirkulasi udara Memberi keindahan bangunan
Pas. Dinding bata Pasangan bata Plester aci Cat dinding
Melindungi bangunan dari cuaca Mendukung estetika dan bentuk gedung Memberi dudukan bagi kusen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4.1 Kriteria pembobotan elemen bangunan (Lanjutan)
TINJAUAN ELEMEN KRITERIA PEMBOBOTAN
Kelistrikan
Instalasi Kabel Lampu TL Lampu pijar Stop kontak Saklar
Membantu pencahayaan ruangan Sumber energi bagi peralatan penunjang KBM
Air Bersih
Pompa air Tangki air Instalasi pipa Bak air Kran
Menjamin ketersediaan air bersih Mendukung penyaluran air bersih
Air kotor
Water closed Floor drain Septic tank Saluran air
Menyalurkan air kotor Mendukung kebersihan dan kesehatan
Perhitungan dilakukan dengan membandingkan nilai masing-masing sub
komponen terhadap masing-masing kriteria yang digunakan. Susunan hirarki paling
atas dapat dilihat pada gambar dibawah ini .
Gambar 4.1 Skema AHP bangunan gedung sekolah
Bobot Komponen Gedung
Kriteria Kenyamanan Kriteria Keselamatan Kriteria Kesehatan
Komponen Struktur Komponen Arsitektur Komponen Utilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Langkah berikutnya pada setiap komponen dilakukan penilaian perbandingan
untuk masing-masing kriteria, adapun langkah perhitungannya sebagai berikut :
1) Perhitungan bobot sub bangunan berdasarkan kriteria :
a. Keselamatan
Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang keselamatan penghuni
bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :
· Perbandingan acuan komponen struktur
Struktur : Arsitektur = 3 : 1 artinya komponen struktur sedikit
lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
arsitektur
Struktur : Utilitas = 9 : 1 artinya komponen struktur mutlak
lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
utilitas.
· Perbandingan acuan komponen arsitektur
Arsitektur : Struktur = 1 : 3 artinya komponen arsitektur tidak
sedikit lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada
komponen arsitektur
Arsitektur : Utilitas = 7 : 1 artinya komponen arsitektur jelas
lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
utilitas.
· Perbandingan acuan komponen utilitas
Utilitas : Struktur = 1 : 9 artinya komponen utilitas mutlak
tidak lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
arsitektur
Utilitas : Arsitektur = 1 : 7 artinya komponen arsitektur jelas
tidak lebih penting dalam menunjang keselamatan daripada komponen
utilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis
dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut :
Struktur Arsitektur Utilitas
Struktur 1 3 9
Arsitektur 1/3 1 7
Utilitas 1/9 1/9 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
Baris I : Wi = ( 1,00 x 3,00 x 9,00)1/3 = 3,0000
Baris II : Wi = ( 0,33 x 1,00 x 7,00)1/3 = 1,3264
Bairis III : Wi = ( 0,11 x 0,11 x 100)1/3 = 0,2513
Wi = 4,5777
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ = Ǣƅ∑Ǣƅ Bobot komponen struktur X1 = 3,000/4,5777 = 0,6554
Bobot komponrn arsitektur X2 = 1,3264/4,5777 = 0,2897
Bobot komponen utilitas X3 = 0,2513/4,5777 = 0,0549
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.14
1 3 9 0,6554 2,01869 1/3 1 7 X 0,2897 = 0,89250 1/9 1/9 1 0,0549 0,16911
λmaks = ∑ aij * Xi 3,0803
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan
2.15 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bXb�能�邹(�能囊) = 0,04
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga
nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ðe = 匿年捏年 = b,b恼b,闹X = 0,069
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,069 < 0,1 ( Ok ).
b. Kenyamanan
Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang kenyamanan penghuni
bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :
· Perbandingan acuan komponen struktur
Struktur : Arsitektur = 1 : 7 artinya komponen struktur jelas
tidak lebih penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen
arsitektur
Struktur : Utilitas = 1 : 3 artinya komponen struktur tidak sedikit
lebih penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen
utilitas
· Perbandingan acuan komponen arsitektur
Arsitektur : Struktur = 7 : 1 artinya komponen arsitektur lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen arsitektur
Arsitektur : Utilitas = 5 : 1 artinya komponen arsitektur lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen utilitas
· Perbandingan acuan komponen utilitas
Utilitas : Struktur = 3 : 1 artinya komponen utilitas sedikit
lebih penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen
arsitektur
Utilitas : Arsitektur = 1 : 5 artinya komponen utilitas tidak lebih
penting dalam menunjang kenyamanan daripada komponen arsitektur.
Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis
dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut :
Struktur Arsitektur Utilitas
Struktur 1 1/7 1/3 Arsitektur 7 1 5 Utilitas 3 1/5 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
Baris I : Wi = ( 1,00 x 0,14 x 0,33)1/3 = 0,3625
Baris II : Wi = ( 7,00 x 1,00 x 5,00)1/3 = 3,2711
Bairis III : Wi = ( 3,00 x 0,20 x 100)1/3 = 0,8434
Wi = 4,477
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ = Ǣƅ∑Ǣƅ Bobot komponen struktur X1 = 0,3625/4,477 = 0,081
Bobot komponrn arsitektur X2 = 3,2711/4,477 = 0,7306
Bobot komponen utilitas X3 = 0,8434/4,477 = 0,1884
Menghitung nilai λmaks dengan persamaan 2.14
1 1/7 1/3 0,081 0,24814 7 1 5 X 0,7306 = 2,23934 3 1/5 1 0,1884 0,57741
λmaks = ∑ aij * Xi 3,06489
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan
2.15 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bj恼Xi能�邹(�能囊) = 0,032
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga
nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 ðe = 匿年捏年 = b,b�挠b,闹X = 0,056
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ).
c. Kesehatan
Perbandingan antar sub bangunan dalam menunjang kesehatan penghuni
bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
· Perbandingan acuan komponen struktur
Struktur : Arsitektur = 1 : 9 artinya komponen struktur mutlak
tidakt lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
arsitektur
Struktur : Utilitas = 1 : 3 artinya komponen struktur sedikit tidak
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen utilitas
· Perbandingan acuan komponen arsitektur
Arsitektur : Struktur = 9 : 1 artinya komponen arsitektur
mutlaklebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
struktur
Arsitektur : Utilitas = 7 : 1 artinya komponen arsitektur jelas
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen utilitas
· Perbandingan acuan komponen utilitas
Utilitas : Struktur = 3 : 1 artinya komponen utilitas sedikit
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
arsitektur
Utilitas : Arsitektur = 1 : 7 artinya komponen utilitas jelas tidak
lebih penting dalam menunjang kesehatan daripada komponen
arsitektur.
Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis
dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut :
Struktur Arsitektur Utilitas
Struktur 1 1/9 1/3 Arsitektur 9 1 7 Utilitas 3 1/7 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
Baris I : Wi = ( 1,00 x 0,11 x 0,33)1/3 = 0,3333
Baris II : Wi = ( 9,00 x 1,00 x 7,00)1/3 = 3,9791
Bairis III : Wi = ( 3,00 x 0,14 x 100)1/3 = 0,7539
Wi = 5,0663
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ = Ǣƅ∑Ǣƅ Bobot komponen struktur X1 = 0,3333/5,0663 = 0,0658
Bobot komponrn arsitektur X2 = 3,9791/5,0663 = 0,7854
Bobot komponen utilitas X3 = 0,7539/5,0663 = 0,1488
Menghitung nilai λmaks dengan persamaan 2.14
1 1/9 1/3 0,0658 0,20266 9 1 7 X 0,7854 = 2,41924 3 1/7 1 0,1488 0,4584
λmaks = ∑ aij * Xi 3,0803
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan
2.15 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bXb�能�邹(�能囊) = 0,040
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga
nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 ðe = 匿年捏年 = b,b恼bb,闹X = 0,069
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima RI = 0,069 < 0,1 ( Ok ).
Selanjutnya bobot komponen struktur, arsitektur, dan utilitas yang sudah
diperoleh berdasarkan kriteria keselamatan, kenyamanan dan kesehatan
disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut :
Keselamatan Kenyamanan Kesehatan
Struktur 0,6554 0,0809 0,06579 Arsitektur 0,2897 0,7306 0,78539 Utilitas 0,0549 0,1883 0,14882
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2) Perhitungan bobot antar kriteria :
Perbandingan bobot antar kriteria yaitu membandingkan tingkat masing-masing
kriteria dalam mendukung fungsi dari bangunan secara umum.
bangunan dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :
· Perbandingan acuan kriteria keselamatan
Keselamatan : Kenyamanan = 2 : 1 artinya kriteria keselamatan
agak sedikit lebih penting daripada kriteria kenyamanan
Keselamatan : Kesehatan = 3 : 1 artinya kriteria keselamatan
sedikit lebih penting daripada kriteria kesehatan
· Perbandingan acuan kriteria kenyamanan
Kenyamanan : Keselamatan = 1 : 2 artinya kriteria kenyamanan
tidak agak sedikit lebih penting daripada keselamatan
Kenyamanan : Kesehatan = 3 : 1 artinya kriteria kenyamanan
sedikit lebih penting kriteria kesehatan
· Perbandingan acuan kriteria kesehatan
Kesehatan : Keselamatan = 1 : 3 artinya kriteria kesehatan
sedikit tidak lebih penting kriteria keselamatan
Kesehatan : Kenyamanan = 1 : 3 artinya kriteria kesehatan sedikit
tidak lebih penting daripada kenyamanan
Setelah dibuat penilaian perbandingan kemudian nilai-nilai tersebut ditulis
dalam bentuk matriks 3 x 3, diperoleh sebagai berikut :
Keselamatan Kenyamanan Kesehatan
Keselamatan 1 2 3 Kenyamanan 1/2 1 3 Kesehatan 1/3 1/3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.12
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
Baris I : Wi = ( 1,00 x 2,00 x 3,00)1/3 = 1,8171
Baris II : Wi = ( 0,50 x 1,00 x 3,00)1/3 = 1,1477
Bairis III : Wi = ( 0,33 x 0,33 x 100)1/3 = 0,4807
Wi = 3,4426
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.13 Ĩƅ = Ǣƅ∑Ǣƅ Bobot kriteria keselamatan X1 = 1,8171/3,4426 = 0,5278
Bobot kriteria kenyamanan X2 = 1,1477/3,4426 = 0,3325
Bobot kriteria kesehatan X3 = 0,4807/3,4426 = 0,1396
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.14
1 2 3 0,5278 1,6118 1/2 1 3 X 0,3325 = 1,0153 1/3 1/3 1 0,1396 0,4264
λmaks = ∑ aij * Xi 3,0536
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan
2.15 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,b闹�能�邹(�能囊) = 0,027
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga
nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.16 eA = 匿年捏年 = b,b挠呢b,闹X = 0,046
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima RI = 0,046 < 0,1 ( Ok ).
3) Perhitungan bobot komponen global
Perhitungan bobot komponen global, dilakukan dengan melakukan perkalian
antara matriks bobot komponen bangunan dengan matriks bobot kriteria.
Selamat nyaman sehat kriteria bobot global
Struktur 0,6554 0,0809 0,06579 0,5278 0,382 Arsitektur 0,2897 0,7306 0,78539 0,3325 0,505 Utilitas 0,0549 0,1883 0,14882 0,1396 0,112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Hasil perhitungan diatas merupakan bobot komponen bangunan, yaitu
· Bobot komponen Struktur = 38,2 %
· Bobot komponen Arsitektur = 50,5 %
· Bobot komponen Utilitas = 11,2 %
Demikian perhitungan bobot dilakukan untuk hirarki yang lebih rendah
sampai dengan elemen terkecil dari bangunan. Detail perhitungan secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran A.
Penilaian pembobotan komponen dan sub komponen bangunan gedung
sekolah dalam penelitian ini melibatkan sepuluh orang ahli dibidang bangunan.
Para ahli tersebut terdiri dari :
a. Pihak Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang = 2 orang
b. Pihak konsultan = 4 orang
c. Pihak kontraktor = 4 orang
Dalam penelitian ini jenis gedung sekolah dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
1. Bangunan tidak bertingkat dengan kamar mandi/WC
2. Bangunan tidak bertingkat tanpa kamar mandi/WC
3. Bangunan bertingkat dengan kamar mandi/WC
4. Bangunan bertingkat tanpa kamar mandi/WC
Dari hasil perhitungan didapat bobot rata- rata elemen dan komponen dari
penilaian masing – masing ahli sebagaimana dalam Gambar 4.3 sampai
dengan Gambar 4.6. Perhitungan lengkap bisa dilihat dalam Lampiran A.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 4.3 Bobot komponen bangunan sekolah bertingkat dengan KM/WC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 4.4 Bobot komponen bangunan sekolah bertingkat tanpa KM/WC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gambar 4.5 Bobot komponen bangunan sekolah tidak bertingkat dengan KM/WC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.6 Bobot komponen bangunan sekolah tidak bertingkat tanpa KM/WC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
4.3 Penentuan Nilai Pengurang dan Faktor Koreksi Pada Kerusakan Bangunan Gedung
4.3.1 Penentuan Nilai Pengurang
Perhitungan indeks kondisi bangunan, didapat dengan melakukan
pengamatan semua elemen dan sub elemen bangunan. Pengamatan yang dilakukan
meliputi jenis kerusakan yang ada pada sub elemen, tingkat kerusakan dan volume
atau kuantitas kerusakannya. Kerusakan yang terjadi pada elemen/sub elemen
dijadikan sebagai nilai pengurang (deduct value) bagi elemen tersebut. Pada
beberapa elemen ada kemungkinan terdapat lebih dari satu jenis kerusakan, maka
agar nilai pengurang pada elemen tersebut tidak lebih dari seratus perlu dibuat
koreksi kombinasi kerusakan.
Kerusakan yang terjadi pada satu komponen/elemen akan menyumbangkan
penurunan nilai pada komponen/elemen tersebut yang yang akhirnya akan
mengurangi nilai indeks kondisi keseluruhan bangunan. Nilai indeks kondisi ini
mempunyai skala 0 (nol) hingga 100 (seratus) yang menggambarkan tingkat kondisi
bangunan. Penetapan nilai pengurang (NP) akibat kerusakan yang terjadi pada setiap
komponen/elemen mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Sutikno (2009)
dan Budhi Darmawan (2005).
Besarnya nilai pengurang untuk setiap jenis kerusakan tergantung persentase
volume kerusakan bangunan. Volume kerusakan dibagi dalam empat tingkat interval
intensitas kerusakan yaitu:
1) Kerusakan ringan (>0% - < 15%), dengan NP = 25 (dua puluh lima).
2) Kerusakan sedang (>15% - 35%), dengan NP = 50 (lima puluh).
3) Kerusakan berat (>35% - 65%), dengan NP = 75 (tujuh puluh lima).
4) Kerusakan tidak laik fungsi (>65%), dengan NP = 100 (seratus).
Apabila bila tanpa kerusakan (0%), maka NP = 0 (nol) yang menunjukkan
kondisi elemen/komponen bangunan dalam keadaan baik, sekaligus memberikan
nilai skala indeks kondisi sebesar 100 (seratus). Sebagai contoh komponen rangka
atap, mempunyai luas 100 m2. Apabila ada yang mengalami kerusakan patah atau
lapuk dengan luas antara 1 m2 sampai dengan kurang dari 15 m2 (>0% - < 15%) ,
maka nilai pengurangnya adalah 25, sedangkan apabila yang mengalami kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dengan luas diatas 15 m2 sampai dengan 35 m2 (>15% - 35%) maka nilai
pengurangnya adalah 50. Demikian seterusnya sesuai dengan ketentuan diatas.
Akan tetapi untuk jenis kerusakan tertentu pada elemen yang vital, maka nilai
pengurang tidak mengacu pada ketentuan diatas. Misalkan jenis kerusakan patah
pada elemen kuda-kuda kerusakan sebesar 10 % sudah dianggap memberikan nilai
pengurang sebesar 100 %, karena dengan kerusakan 10 % pada kuda-kuda sistem
struktur sudah dianggap tidak berfungsi. Jadi untuk komponen kuda-kuda kerusakan
0 – 1 % memberikan nilai pengurang 25, kerusakan 1 – < 10 % memberikan nilai
pengurang 50 dan kerusakan > 10 % memberikan nilai pengurang 100. Untuk
memudahkan nilai pengurang untuk masing-masing jenis kerusakan ditampilkan
dalam Tabel 4.2 sampai dengan Tabel 4.4
Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur
Elemen Elemen /
Sub Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang
Struktur Atap
Kuda-kuda gording
Patah/tekuk >0% - < 1 % 25
1% - < 10% 50 >10% 100
Lapuk/karat >0% - < 10 % 25
10% - 50% 50 >50% 100
Lendut
Ringan (<1/400)L >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1/400 –1/200)L
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (>1/200)L >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
Ikatan angin Pecah, lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Usuk, reng Pecah, lapuk
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
30% - 60% 75 > 60% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur (lanjutan)
Elemen Sub Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang
Struktur Atas
Kolom
Lendut
>0% - < 1 % 25 1% - 10% 50
>10% 100 Keropos
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
> 35% 100
Retak
Ringan (<1 mm) >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1-3 mm)
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (> 3 mm) >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
Balok
Patah
>0% - < 1 % 25 1% - 10% 50
>10% 100
Retak
Ringan (<1 mm) >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1-3 mm)
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (> 3 mm) >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
Lendut
Ringan (<1/400)L >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1/400 –1/200)L
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (>1/200)L >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
Pelat Lantai Retak
Ringan (<1 mm) >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1-3 mm)
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (> 3 mm) >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.2 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk komponen struktur (lanjutan)
Elemen Sub Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang Struktur Atas
Pelat Lantai Lendut
Ringan (<1/400)L
>0% - < 30% 8
>30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1/400 –1/200)L
>0% - < 30% 26
>30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (>1/200)L
>0% - < 30% 51
30% - 60% 75
> 60% 100
Struktur Bawah
Pondasi pelat beton
Retak
Ringan (<1 mm)
>0% - < 30% 8
>30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1-3 mm)
>0% - < 30% 26
>30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (> 3 mm)
>0% - < 30% 51
30% - 60% 75
> 60% 100
Turun
>0% - < 1 % 25
1% - 10% 50
>10% 100
Pondasi batu kali
Turun, retak
>0% - < 15% 25
15% - 35% 50 >35% - 65% 75
> 65% 100
Sloof
Patah
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
> 35% 100
Retak
Ringan (<1 mm) >0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25
Sedang (1-3 mm)
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (> 3 mm) >0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.3 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Arsitektur
Elemen Sub Elemen Jenis
Kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang Penutup atap
Genteng
pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Bubungan
pecah, retak, lendut
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Lisplang
pecah, lapuk
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Plafond
Rangka dan penutup Plafond
Lendut
Ringan (<1/400)L
>0% - < 30% 8 >30% - 60% 16
> 60 % 25 Sedang (1/400 –1/200)L
>0% - < 30% 26 >30% - 60% 38
> 60% 50
Berat (>1/200)L
>0% - < 30% 51 30% - 60% 75
> 60% 100 Lapuk , lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Cat Plafond
terkelupas,pudar
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Pintu
Kusen Pintu
pecah, lapuk/dimakan rayap
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Daun Pintu pecah, lapuk,
lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Engsel Pintu
lepas, macet
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 Handel/ Kunci kunci rusak,
handel lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Cat Pintu
terkelupas, warna pudar
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.3 Jenis kerusakan dan NP untuk Komponen Arsitektur (lanjutan)
Elemen Sub Elemen Jenis
Kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang Jendela
Kusen Jendela
pecah, lapuk/dimakan rayap
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Daun Jendela pecah, lapuk,
lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Kaca Jendela
pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Engsel Jendela
Lepas, macet
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Kait angin
Lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Cat Jendela
terkelupas, warna pudar
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Dinding
Pasangan bata
Pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Plester aci
Retak, terkelupas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Cat Dinding
Terkelupas, warna pudar
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Penutup lantai dan dinding
Lantai dan dinding keramik
Lepas, pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Rabat
pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.4 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas
Elemen Sub Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang
Instalasi listrik
Kabel Listrik
Putus, lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Lampu TL, Pijar
Putus, buram
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Stop Kontak, saklar
Lepas, pecah
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Instalasi Air Bersih
Pompa Air Mati
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Tangki Air
Pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Instalasi Pipa
Pecah/ bocor, tersumbat
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Bak Air
pecah, bocor
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Kran Air
Rusak, lepas
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.4 Jenis kerusakan dan nilai pengurang untuk Komponen Utilitas (lanjutan)
Elemen Sub Elemen Jenis Kerusakan Tingkat
kerusakan Volume
Kerusakan Nilai
Pengurang Instalasi Air Kotor
Closed/ Urinoir
pecah, retak
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Instalasi pipa
Bocor/pecah, tersumbat
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Septictank
Penuh, roboh
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100
Saluran air Roboh, pecah
>0% - < 15% 25 15% - 35% 50
>35% - 65% 75 > 65% 100 > 65% 100
4.3.2 Penentuan Faktor Koreksi
Pada beberapa elemen sering terdapat lebih dari satu jenis kerusakan, agar
nilai pengurang tidak lebih dari seratus, maka dibuat faktor koreksi nilai pengurang.
Faktor koreksi disusun berdasarkan prioritas bahaya kerusakan diantara beberapa
kerusakan yang terjadi. Penentuan faktor koreksi untuk akibat kombinasi kerusakan
mengacu kepada nilai yang ditentukan oleh Uzarski sebagaimana pada Tabel 4.5 :
Tabel 4.5 Faktor kombinasi jenis kerusakan (Uzarski dalam Iih Suparjo, 2009)
Nomor Jumlah Kombinasi Kerusakan
Prioritas Bahaya
Kerusakan
Faktor Koreksi F (t,d)
1
2
I 0,8 - 0,7- 0,6
II 0,2 - 0,3 – 0,4
2
3
I 0,5 - 0,6
II 0,3 - 0,4
III 0,1 - 0,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Misal pada kuda-kuda kerusakan yang terjadi adalah patah dan melendut,
maka bahaya kerusakan patah adala prioritas I dan bahaya lendut adalah prioritas II.
Maka faktor koreksi untuk patah adalah 0,7 dan untuk lendut adalah 0,3.
Faktor koreksi untuk kerusakan yang terjadi pada bangunan sekolah disesuaikan
dengan jenis kerusakan yang terjadi. Secara detail faktor koreksi untuk berbagai jenis
kerusakan disajikan pada Tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan pada bangunan sekolah
No. Komponen/Elemen Jumlah
Kerusakan Jenis
Kerusakan Prioritas Bahaya
Faktor Koreksi
1. Kuda-kuda, gording
2 Patah/tekuk I 0,7 Lendut II 0,3
2 Patah/tekuk I 0,7 Lapuk/karat II 0,3
2 Lendut I 0,6 Lapuk/karat II 0,4
3 Patah I 0,5 Lendut II 0,3 Lapuk/karat III 0,2
2. Ikatan angin 2 Pecah I 0,6 Lepas II 0,4
3. Usuk/kasau , reng 2 Pecah I 0,7 Lapuk II 0,3
4. Kolom
2 Lendut I 0,6 Retak II 0,4
2 Lendut I 0,6 Keropos II 0,4
2 Keropos I 0,6 Retak II 0,4
3 Lendut I 0,5 Keropos II 0,3 Retak III 0,2
5. Balok
2 Patah I 0,7 Lendut II 0,3
2 Patah I 0,7 Retak II 0,3
2 Lendut I 0,6 Retak II 0,4
3 Patah I 0,5 Retak II 0,3 Lendut III 0,2
6. Pelat 2 Retak I 0,6 Lendut II 0,4
7. Sloof 2 Patah I 0,6 Retak II 0,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan)
No. Komponen/Elemen Jumlah
Kerusakan Jenis Kerusakan Prioritas Bahaya
Faktor Koreksi
8. Pondasi 2 Turun I 0,6 Retak II 0,4
9. Penutup atap 2 Pecah I 0,6 Retak II 0,4
10. Bubungan
2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
2 Pecah I 0,6 Lendut II 0,4
2 Lendut I 0,6 Retak II 0,4
3 Pecah I 0,5 Lendut II 0,3 Retak III 0,2
11. Lisplang 2 Pecah I 0,6 Lapuk II 0,4
12. Rangka Plafond Penutup Plapond
2 Lepas I 0,7 Lendut II 0,3
2 Lepas I 0,7 Lapuk II 0,3
2 Lendut I 0,6 Lapuk II 0,4
3 Lepas I 0,5 Lendut II 0,3 Lapuk III 0,2
13. Cat Plafond 2 Terkelupas I 0,7 Warna pudar II 0,3
14. Pasangan bata 2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
15. Plesteran Dinding 2 Terkelupas I 0,6 Retak II 0,4
16. Cat Dinding 2 Tekelupas I 0,7 Warna pudar II 0,3
17. Kusen Pintu , kusen jendela
2 Pecah I 0,6 Lapuk II 0,4
2 Pecah I 0,6 Rayap II 0,4
2 Rayap I 0,6 Lapuk II 0,4
3 Pecah I 0,5 Rayap II 0,3 Lapuk III 0,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan)
No. Komponen/Elemen Jumlah
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Prioritas Bahaya
Faktor Koreksi
18. Daun Pintu, daun jendela
2 Pecah I 0,6 Lepas II 0,4
2 Pecah I 0,6 Lapuk II 0,4
2 Lepas I 0,6 Lapuk II 0,4
3 Pecah I 0,5 Lepas II 0,3 Lapuk III 0,2
19. Kaca 2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
20. Kunci Pintu 2 Kunci rusak I 0,7 Handel lepas II 0,3
21. Engsel Pintu , Engsel Jendela 2
Lepas I 0,7 Macet II 0,3
22. Cat Pintu, Jendela 2 Terkelupas I 0,7 Warna pudar II 0,3
23. Keramik lantai, keramik dinding
2 Lepas I 0,6 Pecah II 0,4
2 Lepas I 0,7 Retak II 0,3
2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
3 Lepas I 0,5 Pecah II 0,3 Retak III 0,3
24. Rabat 2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
25. Instalasi Kabel 2 Putus I 0,6 Lepas II 0,4
26. Lampu TL, Pijar 2 Putus I 0,6 Buram II 0,4
27. Stop Kontak,saklar 2 Pecah I 0,6 Lepas II 0,4
28. Tangki air 2 Pecah I 0,6 Retak II 0,4
29. Pipa air bersih, air kotor
2 Pecah I 0,6 Bocor II 0,4
2 Pecah I 0,7 Tersumbat II 0,3
2 Bocor I 0,7 Tersumbat II 0,3
3 Pecah I 0,5 Bocor II 0,3 Tersumbat III 0,2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.6 Nilai Faktor Koreksi untuk kombinasi kerusakan (lanjutan)
No. Komponen/Elemen Jumlah
Kerusakan Jenis Kerusakan Prioritas Bahaya
Faktor Koreksi
28. Bak Air 2 Pecah I 0,6 Bocor II 0,4
29. Kran Air 2 Rusak I 0,7 Lepas II 0,3
30. Closed/Urinoir 2 Pecah I 0,7 Retak II 0,3
31 Septic tank 2 Roboh I 0,7 Penuh II 0,3
32 Saluran air 2 Roboh I 0,7 Pecah II 0,3
4.4 Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah
Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah berdasarkan kepada jenis
kerusakan, tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi pada sub elemen.
Berdasarkan data tersebut bisa ditentukan nilai pengurang untuk masing-masing sub
elemen. Indeks kondisi elemen didapat dengan cara menjumlahkan hasil perkalian
indeks kondisi sub elemen dengan bobotnya masing-masing. Indeks kondisi sub
komponen didapat dengan cara menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi
elemen dengan bobotnya masing-masing. Indeks kondisi komponen didapat dengan
cara menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi sub komponen dengan bobotnya
masing-masing. Terakhir indeks kondisi bangunan didapat dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian indeks kondisi komponen dengan bobotnya masing-
masing.
4.4.1 Contoh Perhitungan Indeks Kondisi Bangunan Sekolah
Pada perhitungan ini akan diambil sebagai sampel yaitu SDN Kadongdong.
Kondisi SDN Kadongdong mengalami kerusakan pada komponen struktur dan
arsitektur dan utilitas Kerusakan pada komponen struktur meliputi kerusakan pada
komponen kuda-kuda dan kolom. Kerusakan komponen arsitektur meliputi dinding,
plapon, keramik, kusen dan penutup atap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.7 Denah dan tampak SDN Kadongdong
Gambar 4.8 Photo kerusakan pada SDN Kadongdong
A. Perhitungan indeks kondisi komponen struktural
Perhitungan indeks kondisi komponen struktural meliputi perhitungan kondisi
struktur atap, atas dan struktur bawah. Perhitungan menggunakan Persamaan 2.4.
Misal komponen kuda-kuda mengalami patah dengan volume lebih dari 10 %,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
maka dari tabel didapat nilai pengurang sebesar 100 %. Maka nilai kondisi kuda-
kuda yaitu :
IKSE = ( ) ( )dtFDijSjTjap
i
m
j
,*,,1001 1å å= =
- = 100 - ∑ ( 1x100) = 0
Perhitungan lengkap disajikan dalam Tabel 4.7
Tabel 4.7 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen struktural
Elemen Sub
Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan F K N P Indeks Kondisi
A b c D e f g h=100-∑(fxg)
Struktur atap
Kuda-kuda patah 33,3 % 1,0 100,0
100 – (1x100) = 0 lapuk 0 % 0,0 0,0 lendut 0 % 0,0 0,0
Ikatan angin
Pecah 0,0 0,0 100 - (1x75) = 25 Lepas 43,8 % 1,0 75
lapuk 0,0 0,0
Gording
pecah 0 % 0,0 0,0 100 - (1x100) = 0 retak 0 % 0,0 0,0
lendut Sedang 73,16 % 1,0 100
Usuk/reng Pecah 20,6 % 0,7 50 100 – (0,7x50 + 0,3 x50) = 50 lapuk 16,5 % 0,3 50
Struktur atas
Kolom utama
Lendut 0 % 0,0 0,0 100-(1x8) = 92 Keropos 0 % 0,0 0,0 retak Ringan 22,7 % 1,0 8,0
Kolom selasar
Lendut Berat 36,4 % 1,0 75,0 100 – (1X75)= 25 Keropos 0 % 0,0 0,0 retak 0 % 0,0 0,0
Kolom praktis
Patah 0 % 0,0 0,0 100 – ( 0 ) = 100 Keropos 0 % 0,0 0,0 retak 0 % 0,0 0,0
Ring balk patah 0 % 0,0 0,0 100 – (0 ) = 100 retak 0 % 0,0 0,0 lendut 0 % 0,0 0,0
Balok Selasar
patah 0 % 0,0 0,0 100 – (1x75) = 25 retak 0 % 0,0 0,0 lendut Berat 39,4 % 1,0 75
Struktur
bawah Pondasi
Pecah 0 % 0,0 0,0 100 – ( 0 ) = 100 Lapuk 0 % 0,0 0,0 rayap 0 % 0,0 0,0
Sloof Pecah 0 % 0,0 0,0 100 – ( 0 ) = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi elemen
dengan Persamaan 2.5 :
IKE rangka atap = (IKSEgording x bobot gording + IKSE usuk/reng x bobot usuk/reng)
IKSK penutup atap = ( 50 x 0,552 + 50 x 0,448) = 50,0
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen struktural
Sub Komponen
Elemen Indeks kondisi
Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
A b C D e = ∑(c x d)
Rangka atap Gording 50 0,552 50,0 Usuk/reng 50 0,448
Kolom Kolom utama 92 0,594
76,5 Kolom selasar 25 0,250 Kolom praktis 100 0,156
Balok
Ring Balk 100 0,515 63,63 Balok selasar 25 0,485
Selanjutnya perhitungan dilanjutkan kepada perhitungan indeks kondisi sub
komponen dengan Persamaan 2.6
IKSK struktur atap = (IKEkuda-kuda x bobot kuda-kuda + IKE rangka atap x bobot
Rangka atap + IKE ikatan angin x bobot ikatan angin)
IKSK penutup atap = ( 0 x 0,535 + 50,0 x 0,391 + 25 x 0,074) = 21,40
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.9 :
Tabel 4.9 Perhitungan indeks kondisi sub komponen struktural
Sub Komponen
Elemen Indeks kondisi
Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
A b C D e = ∑(c x d)
Struktur atap Kuda-kuda 0,00 0,535
21,40 Rangka atap 50,0 0,391
Ikatan angin 25,0 0,074
Struktur atas Kolom 76,5 0,630 71,73 Balok 63,63 0,370
Struktur bawah
Pondasi 100,00 0,675 100,0 Sloof 100,00 0,325
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Akhirnya bisa didapat bobot komponen struktur, yaitu dengan menggunakan
Persamaan 2.7
IKK struktur = (IKSKstruktur atap x bobot struktur atap + IKSK struktur atas x bobot
Struktur atas+ IKSK struktur bawah x bobot struktur bawah)
IKK struktur = ( 21,40 x 0,321 + 71,73 x 0,379 + 100,0 x 0,300 ) = 64,06
B. Perhitungan indeks kondisi komponen arsitektural
Perhitungan indeks kondisi komponen arsitektural meliputi perhitungan
kondisi atap, plapon, dinding, kusen dan lantai disajikan dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural
Elemen Sub
Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan F K N P Indeks Kondisi
A B c D e f g h=100-∑(fxg)
Penutup Atap
Genteng Pecah 0 % 0,0 0,0
100 - (1x25) = 75
retak 8,2 % 1,0 25
Bubungan pecah 0 % 0,0 0,0
100 - (75x1) = 25 retak 0 % 0,0 0,0
lendut 53,6 % 1,0 75,0
lisplang Pecah 0 % 0,0 0,0
100 - (1*50) = 50 Lepas 0 % 0,0 0,0
lapuk 22 % 1,0 50,0
Plapond
Rangka
lepas 80 % 1,0 100,0 100 - (100x1) = 0
lendut Berat 78,6 % 1,0 100,0
lapuk 0 % 0,0 0,0
Penutup
lepas 78,6 % 1,0 100,0 100 - (100x1) = 0
lendut 0 % 0,0 0,0
lapuk 0 % 0,0 0,0
Cat terkelupas 78,6 % 1,0 0,0 100 - (100x1) = 0
pudar 0 % 0,0 0,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 4.10 Perhitungan indeks kondisi sub elemen komponen arsitektural (lanjutan)
A B c D e f g h=100-∑(fxg)
Pintu
Kusen Pecah 85,7 % 10,0 100,0 100 - (100x1) =0 Lapuk 0 % 0,0 0,0
rayap 0 % 0,0 0,0 Daun pintu
pecah 85,7 % 10,0 100,0 100-(100x1) =0 lapuk 0 % 0,0 0,0
lepas 70 % 1,0 100,0 Kunci Handel
rusak 85,7 % 10,0 100,0 100-(100x1) =0 lepas 0 % 0,0 0,0
Engsel lepas 66,7 % 1,0 10,0 100-(100x1) =0 macet 0 % 0,0 0,0
Cat Terkelupas 0 % 0,0 0,0 100-(100x1) =0 pudar 100 % 1,0 100,0
Jendela
Kusen Pecah 44,4 % 1,0 75,0 100 - (75x1) = 25 Lapuk 0 % 0,0 0,0
rayap 0 % 0,0 0,0 Daun jendela
pecah 0 % 0,0 0,0 100-(75x1) =25 rayap 0 % 0,0 0,0
lapuk 42,4 % 1,0 75,0 Kaca Pecah 50,4 % 1,0 75,0 100-(75x1) =25
retak 0 % 0,0 0,0 Kait ang lepas 42,4 % 1,0 0,0 100-(75x1) =25 Engsel lepas 42,4 % 1,0 0,0 100-(75x1) =25
macet 0 % 0,0 0,0 Slot lepas 42,4 % 1,0 50,0 100-(75x1) =25 Cat terkelupas 100 % 1,0 100,0 100-(100x1) =0
pudar 0 % 0,0 0,0
Dinding
Pas. bata pecah 0 % 0,0 0,0 100-(0x1) =0 Retak 0 % 1,0 0,0
Plesteran rontok 0 % 0,0 0,0 100-(25x1) =75 Retak 2,4 % 1,0 25,0
Cat terkelupas 0 % 0,0 0,0 100-(100x1) =0 pudar 100 % 1,0 100,0
Keramik dan dinding
Keramik Lepas 69,2 % 1,0 100,0 100-(100x1) =0 retak 0 % 0,0 0,0
Rabat Pecah 77,1 % 1,0 100,0 100-(100x1) =0 retak 0 % 0,0 0,0
keramik dinding
Lepas 51,2 % 1,0 75,0 100-(75x1) =25 retak 0 % 0,0 0,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi elemen
dengan Persamaan 2.5 :
IKE pintu = (IKSEkusen x bobot kusen + IKSE daun pintu x bobot daun pintu
+ IKSE kunci x bobot kunci + IKSE engsel x bobot engsel + IKSE cat
x bobot cat)
IKE pintu = (0,0 x 0,277+ 0,0 x 0,371 + 0,0x 0,177 + 0,0 x 0,060 + 0,0 x 0,116) = 0,0
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.11 :
Tabel 4.11 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen arsitektural
Sub Komponen
Elemen Indeks kondisi
Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
A b C D e = ∑(c x d)
Pintu
Kusen 0 0,277
0,00 Daun pintu 0 0,371 Kunci/handel 0 0,177 Engsel 0 0,060 Cat 0 0,116
Jendela
Kusen 25 0,345
23,53
Daun jendela 25 0,200 Kaca 25 0,240 Kait angin 25 0,052 Engsel 25 0,052 Slot 25 0,052 Cat 0 0,059
Selanjutnya perhitungan dilanjutkan ke perhitungan indeks kondisi sub komponen
dengan Persamaan 2.6
IKSK penutup atap = (IKEgenteng x bobot genteng + IKE bubungan x bobot bubungan
+ IKE lisplang x bobot lisplang)
IKSK penutup atap = (75 x 0,765 + 25 x 0,164 + 50 x 0,071) = 65,03
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.12 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.12 Perhitungan indeks kondisi sub komponen arsitektural
Sub Komponen
Elemen Indeks kondisi
Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
A b C D e = ∑(c x d)
Penutup atap Genteng 75 0,765
65,03 Bubungan 25 0,164
Lisplang 50 0,071
Plapon Rangka 0 0,512
0,00 Penutup 0 0,345 Cat 0 0,143
Pintu dan jendela
Pintu 0 0,338 15,57 Jendela 23,53 0,662
Dinding Pas dinding 100 0,591 81,90 Plesteran 75 0,304
Cat 0 0,105 Penutup lantai Dan dinding
Keramik lantai 0 0,735 3,63 Rabat 0 0,120
Keramik dinding 25 0,145
Akhirnya bisa didapat bobot komponen arsitektur, yaitu dengan menggunakan
Persamaan 2.7
IKK arsitektur = (IKSKpenutup atap x bobot penutup atap + IKSK plapon x bobot plapon
+ IKSK dinding x bobot dinding +IKSK kusen x bobot kusen +
IKSK penutup lantai/dinding x bobot penutup lantai/dinding)
IKK arsitektur = (65,03 x 0,232 + 0,0 x 0,112 + 81,90 x 0,253 + 15,57 x 0,256 +
3,63 x 0,146 ) = 40,33
C. Perhitungan indeks kondisi komponen utilitas
Perhitungan indeks kondisi komponen utilitas meliputi perhitungan kondisi
instalasi listrik, air bersih dan air kotor disajikan dalam Tabel 4.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.13 Perhitungan indeks kondisi elemen komponen utilitas
Elemen Sub
Elemen Jenis
Kerusakan Tingkat
Kerusakan Volume
Kerusakan F K N P Indeks Kondisi
A B c D e f g h=100-∑(fxg)
Instalasi listrik
Instalasi kabel
Terbakar 0 % 0,0 0,0 100-(1x100) = 0
Lepas 100 % 1,0 100,0
Lampu TL Mati/putus 85,7 % 1,0 100,0 100-(1x100) = 0
Lampu pijar
Mati/putus 100 % 1,0 100,0 100-(1x100) = 0
Stop kontak
Pecah 0 % 0,0 0,0 100-100x1) = 0
Lepas 75 % 1,0 100,0
Saklar Pecah 60 % 1,0 75,0
100-(75x1) =25 Lepas 0 % 0,0 0,0
Instalasi air bersih
Pompa Mati 100 % 1,0 100,0 100-(1x100) = 0
Tanki air Pecah 100 % 1,0 100,0
100-(1x100) = 0 retak 0 % 0,0 0,0
Instalasi pipa
pecah 83 % 1,0 100,0
100-(1x100) =0 Bocor 0 % 0,0 0,0
tersumbat 0 % 0,0 0,0
Bak air Pecah 100 % 1,0 100,0
100-(1x100) = 0 retak 0 % 0,0 0,0
Kran rusak 100 % 1,0 100,0
100-(1x100) = 0 lepas 0 % 0,0 0,0
Instalasi air kotor\\
Water closed
pecah 100 % 1,0 100,0 100-(1x100) =0
retak 0 % 0,0 0,0
Instalasi pipa
pecah 80 % 1,0 100,0 100-(1x100) =0 Bocor 0 % 0,0 0,0
tersumbat 0 % 0,0 0,0
Septic tank Roboh 100 % 1,0 100,0
100-(1x100) = 0 penuh 0 % 0,0 0,0
Saluran air Roboh 0 % 0,0 0,0
100-(1x100) = 0 Pecah 70,5 % 1,0 100,0
Dari perhitungan diatas, perhitungan dilanjutkan ke penilaian indeks kondisi sub
komponen dengan Persamaan 2.6 :
IKSK instalasi listrik = (IKEinstalasi kabel x bobot instalsi kabel + IKE lampu TL x bobot
Lampu TL + IKE lampu pijar x bobot lampu pijar + IKE stop kontak
x bobot stop kontak + IKE saklar x bobot saklar )
IKSKinstalasi listrik = (0 x 0,355 + 0 x 0,289 + 0 x 0,118 + 0 x 0,12 + 25 x 0,118)
= 2,95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Untuk selengkapnya perhitungan disajikan dalam Tabel 4.14 :
Tabel 4.14 Perhitungan indeks kondisi sub komponen utilitas
Sub Komponen
Elemen Indeks kondisi
Elemen(IKE)
Bobot elemen
Indeks kondisi Sub komponen (IKSK)
A B c D e = ∑(c x d)
Instalasi listrik
Instalasi kabel 0 0,355
2,95 Lampu TL 0 0,289
Lampu pijar 0 0,118
Stop kontak 0 0,120
Saklar 25 0,118
Instalasi air bersih
Pompa 0 0,353
0,0 Tanki air 0 0,223 Instalasi pipa 0 0,293 Bak air 0 0,078 Kran air 0 0,053
Instalasi air kotor
Water closed 0 0,399
0,0 Instalasi pipa 0 0,245 Septic tank 0 0,241 Saluran air 0 0,114
Akhirnya bisa didapat bobot komponen utilitas, yaitu dengan menggunakan
Persamaan 2.7
IKK utilitas = (IKSKinstalasi listrik x bobot instalasi listrik + IKSK air bersih x
bobot air bersih + IKSK air kotor x bobot Air kotor )
IKK utilitas = ( 2,95 x 0,3981 + 0,0 x 0,318 + 0,0 x 0,270) = 1,215
D. Perhitungan indeks kondisi bangunan
Perhitungan indeks kondisi bangunan meliputi komponen struktur, arsitektur
dan utilitas. Perhitungan menggunakan Persamaan 2.8
IK bangunan = (IKK struktur x bobot struktur + IKK arsitektur x bobot arsitektur
+ IKK utilitas x bobot utilitas )
= (64,06 x 0,401 + 40,33 x 0,451 + 1,215 x 0,148) = 44,056
4.4.2 Indeks Kondisi Bangunan Sekolah di Kecamatan Tigaraksa
Kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa didapat dengan
melakukan survey langsung ke lapangan. Indeks kondisi bangunan dihitung dengan
bantuan program dan didapat hasil sebagaimana dalam Tabel 4.15 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 4.15. Daftar Indeks kondisi bangunan sekolah di Tigaraksa
No Nama Sekolah IKK
Struktur IKK
Arsitektur IKK
Utilitas IKB Tingkat
Kerusakan 1 SDN Tigaraksa I 98,59 78,17 75,02 86,43 13,57 2 SDN Tigaraksa II 98,59 81,55 57,57 85,81 14,19 3 SDN Tigaraksa III 100,00 87,33 79,05 91,19 8,81 4 SDN Tigaraksa IV 100,00 72,04 57,67 82,10 17,90 5 SDN Babakan 100,00 73,37 68,06 83,26 16,74 6 SDN Gudang 95,38 53,06 82,15 74,55 25,45 7 SDN Kadongdong 64,57 40,33 1,22 44,06 55,94 8 SDN Cogrek I 100,00 88,52 83,26 92,34 7,66 9 SDN Pasirnangka 100,00 86,54 59,30 88,88 11,12 10 SDN Seglog 97,36 69,09 55,81 78,46 21,54 11 SDN Pasirbolang 74,36 63,64 55,35 66,71 33,29 12 SDN Cogrek II 100,00 68,18 62,59 80,11 19,89 13 SDN Bidara 100,00 91,61 79,27 93,15 6,85 14 SDN Kadu 94,60 70,52 64,80 80,01 19,99 15 SDN Pete 90,72 62,05 57,57 73,63 26,37 16 SDN Kalapa Dua I 98,59 89,41 80,45 91,77 8,23 17 SDN Kalapa Dua II 67,95 57,31 48,73 60,76 39,24 18 SDN Cisereh I 98,59 69,27 60,48 79,73 20,27 19 SDN Cisereh II 100,00 87,39 78,17 91,08 8,92 20 SDN Guradog 100,00 87,58 57,57 89,15 10,85 21 SDN Sodong I 100,00 87,63 86,36 92,40 7,60 22 SDN Sodong II 100,00 88,26 69,47 90,92 9,08 23 SDN Tapos 100,00 89,53 82,16 92,64 7,36 24 SDN Pinang 100,00 92,26 85,36 94,35 5,65 25 SDN Tapos Wetan 98,59 73,96 77,41 84,35 15,65 26 SDN Bantar panjang 100,00 75,03 70,62 84,39 15,61 27 SDN Peusar 100,00 81,60 69,47 87,89 12,11 28 SDN Cigaling 100,00 84,02 50,35 86,64 13,36 29 SDN Kadeper 91,80 58,10 69,24 73,26 26,74 30 SDN Cileles 100,00 74,39 60,62 83,53 16,47 31 SDN Jalupang 98,59 65,51 66,52 79,63 20,37 32 SDN Kaduagung I 98,59 75,62 63,57 83,86 16,14 33 SDN Kaduagung II 98,59 74,11 60,62 82,81 17,19 34 SDN Bugel 100,00 87,50 73,37 91,05 8,95 35 SDN Matagara 100,00 80,33 78,44 87,94 12,06 36 SDN Nagrak 98,59 62,77 47,40 76,04 23,96 37 SMPN Tigaraksa I 100,00 89,08 79,65 92,54 7,46 38 SMPN Tigaraksa II 100,00 83,68 85,55 90,82 9,18 39 SMPN Tigaraksa III 100,00 92,09 85,55 94,63 5,37 40 SMAN Tigaraksa I 100,00 87,07 79,65 91,63 8,37 41 SMAN Tigaraksa II 100,00 91,56 83,68 93,78 6,22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dari Tabel 4.15 dapat diketahui bahwasanya secara umum kondisi sekolah di
Kecamatan Tigaraksa dalam kondisi cukup baik. Dari 41 bangunan sekolah yang
disurvei, 2 dalam kondisi rusak berat, 17 rusak sedang dan 22 dalam kondisi rusak
ringan.
4.5 Penentuan Skala Prioritas Pemeliharaan Bangunan Sekolah
Penentuan prioritas rehabilitasi bangunan sekolah tidak dapat hanya
memperhatikan kriteria kerusakan bangunan saja. Penentuan kriteria yang
mempengaruhi dalam penentuan prioritas penanganan rehabilitasi bangunan sekolah
mengacu kepada Undang-undang dan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan
rehabilitasi bangunan sekolah dan diskusi dengan pihak pemangku kepentingan.
Berdasarkan hasil kajian dan diskusi dalam penelitian ini digunakan enam
buah kriteria. Keenam buah kriteria tersebut yaitu :
A. Tingkat kerusakan bangunan sekolah
Kriteria tingkat kerusakan sekolah, menyatakan kondisi bangunan sekolah.
Perhitungan kondisi bangunan sekolah secara detail sebagaimana dibahas dalam
sub bab IV.3. Hasil perhitungan menggambarkan kondisi bangunan sekolah
berdasarkan jenis kerusakan, tingkat kerusakan dan volume kerusakan yang ada
pada elemen-elemen bangunan sekolah tersebut.
B. Status kepemilikan tanah sekolah
Status tanah sekolah menjadi salah satu kriteria dalam penentuan prioritas
rehabilitasi bangunan sekolah. Dalam Undang – Undang nomor 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, status kepemilikan tanah menjadi salah satu
persyaratan administrasi yang harus dipenuhi. Dalam penelitian ini status tanah
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
· Milik sekolah dan sudah memiliki sertifikat
· Milik sekolah dan belum memiliki sertifikat
· Bukan milik sekolah, bisa berupa tanah pribadi yang disewa sekolah, tanah
desa, tanah negara atau yang lainnya. Dalam Peraturan pemerintah tentang
standar sarana dan prasarana bangunan sekolah, diperbolehkan sekolah
berada diatas tanah yang disewa dengan minimal masa sewa 20 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
C. Status bangunan sekolah
Dalam Undang – Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
status kepemilikan bangunan menjadi salah satu persyaratan administrasi yang
harus dipenuhi. Dalam penelitian ini status bangunan sekolah dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu :
· Milik sekolah dan sudah memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
· Milik sekolah dan belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)
· Bukan milik sekolah
D. Lokasi sekolah
Lokasi sekolah menjadi kriteria, hal ini dimaksudkan untuk memberi prioritas
kepada sekolah-sekolah yang berada pada lokasi agak terpencil/susah dijangkau.
Pembagian lokasi sekolah dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :
· Mudah dijangkau
· Susah dijangkau
E. Rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas
Dalam standar sarana dan prasarana sekolah mempersyaratkan adanya jumlah
ruang kelas minimal, yaitu sama dengan jumlah rombongan belajar. Karena itu
rasio antara jumlah rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas menjadi salah
satu kriteria dalam penelitian ini. Rasio ini menunjukan kondisi daya tampung
suatu sekolah. Pembagian rasio dalam penenlitian ini dibagi menjadi :
· Jumlah rombongan belajar lebih banyak dari ruang kelas
· Jumlah rombongan belajar sama dengan dari ruang kelas
· Jumlah rombongan belajar lebih kecil dari ruang kelas
F. Luas wilayah layanan sekolah
Perbedaan kondisi geografis, kepadatan penduduk dan jumlah sekolah antara
satu daerah dengan daerah yang lain menyebabkan perbedaan luas wilayah
layanan sekolah. Dalam standar sarana dan prasarana sekolah mempersyaratkan
satu sekolah dasar maksimal melayani 2000 jiwa. Dalam penelitian ini luas
layanan wilayah sekolah terbagi menjadi dua sub kriteria, yaitu :
· Luas, untuk sekolah yang melayani lebih dari 2000 jiwa
· Tidak luas, untuk sekolah yang melayani kurang dari 2000 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
4.5.1 Penentuan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria
Penentuan penilaian bobot kriteria dan sub kriteria dengan melibatkan
beberapa pihak yang berkepentingan. Dalam penelitian ini, pihak yang terlibat dalam
penilaian yaitu :
a. Dinas pendidikan Kabupaten Tangerang
b. Badan Perencanaan Daerah kabupaten Tangerang
c. Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang
e. UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tigaraksa
f. Kepala Sekolah di Wilayah Kecamatan Tigaraksa
g. Guru di sekolah lingkungan Kecamatan Tigaraksa
h. Komite Sekolah
Metode pembobotan yang digunakan yaitu metode AHP. Metode ini banyak
digunakan untuk penentuan prioritas dengan kriteria banyak (multi kriteria).
Proses penilaian dilakukan untuk masing-masing responden. Setelah
dilakaukan perhitungan dan didapat nilai bobot kriteria dari masing-masing
responden kemudian dicari nilai rata-rata dari keseluruhan responden. Nilai rata-rata
inilah yang digunakan sebagai bobot masing-masing kriteria/sub kriteria yang
digunakan untuk penilaian dan penentuan prioritas masing-masing sekolah.
Sebagai contoh penilaian yang dilakukan oleh responden dari Dinas
Pendidikan Kabupaten Tangerang sebagai berikut :
1. Penilaian kriteria utama
Kriteria utama dalam penentuan skala prioritas rehabilitasi bangunan sekolah
ditentukan sebanyak enam buah kriteria yaitu :
a. Tingkat kerusakan (TK)
b. Status tanah (ST)
c. Status bangunan (SB)
d. Lokasi Sekolah (LS)
e. Rasio rombongan belajar dengan ruang kelas (RSK)
f. Luas wilayah layanan sekolah (LW)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Penilaian tingkat kepentingan antara keenam kriteria utama berdasarkan
penilaian responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan
dalam matriks dibawah ini :
TK ST SB LS RSK LW
TK 1 1/3 3 7 5 7 ST 3 1 3 9 7 5 SB 1/3 1/3 1 5 3 5 LS 1/7 1/9 1/5 1 1/3 1/5
RSK 1/5 1/7 1/3 3 1 3 LW 1/7 1/5 1/5 5 1/3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 1/3 x 3,0 x 7,0 x 5,0 x 7,0 )1/6 = 2,501
W2 = ( 3,0 x 1,0 x 3,0 x 9,0 x 7,0 x 5,0 )1/6 = 3,762
W3 = ( 1/3 x 1/3 x 1,0 x 5,0 x 3,0 x 5,0 )1/6 = 1,424
W4 = ( 1/7 x 1/9 x 1/5 x 1,0 x 1/3 x 1/5 )1/6 = 0,244
W5 = ( 1/5 x 1/7 x 1/3 x 3,0 x 1,0 x 3,0 )1/6 = 1,664
W6 = ( 1/7 x 1/5 x 1/5 x 5,0 x 5,0 x 1/3 )1/6 = 0,460
S Wi = 9,056
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11 Ĩƅ = Ǣƅ∑Ǣƅ Bobot kriteria tingkat kerusakan X1 = 2,501/9,056 = 0,276
Bobot kriteria status tanah X2 = 3,762/9,056 = 0,415
Bobot kriteria status bangunan X3 = 1,424/9,056 = 0,157
Bobot kriteria lokasi sekolah X4 = 0,244/9,056 = 0,027
Bobot kriteria rasio siswa dg ruang kelas X5 = 0,644/9,056 = 0,073
Bobot kriteria luas wilayah layanan X6 = 0,460/9,056 = 0,051
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
1 1/3 3 7 5 7 0,276 1,798
3 1 3 9 7 5 0,415 2,726
1/3 1/3 1 5 3 5 0,157 0,997
1/7 1/9 1/5 1 1/3 3 X 0,027 = 0,179
1/5 1/7 1/3 3 1 3 0,073 0,474
1/7 1/5 1/5 5 1/3 1 0,051 0,364
λmaks = ∑ aij * Xi = 6,537
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan
2.13 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵j,闹�呢能j邹(j能囊) = 0,1074
Dengan ukuran matriks n = 6 dari tabel RI didapat nilai RI = 1,24, sehingga
nilai CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,囊b呢恼囊,挠恼 = 0,086
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1, jadi
hasil penilaian diatas dapat diterima CR = 0,086 < 0,1 ( Ok ).
2. Penilaian sub kriteria
2.1 Sub kriteria tingkat kerusakan
Untuk kriteria tingkat kerusakan penilaian bobot masing-masing sekolah
dikalikan dengan bobot dari tingkat kerusakan gedung sekolah.
2.2 Sub kriteria status kepemilikan tanah sekolah
Untuk kriteria status kepemilikan tanah sekolah dibagi menjadi tiga buah sub
kriteria yaitu :
a. Milik sekolah dengan sertifikat (Mds)
b. Milik sekolah tanpa sertifikat (Mts)
c. Bukan milik sekolah (Bms)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Penilaian tingkat kepentingan antara ketiga sub kriteria berdasarkan penilaian
responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam
matriks dibawah ini :
Mds Mts Bms
Mds 1 5 7 Mts 1/5 1 3 Bms 1/7 1/3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 5,0 x 7,0 )1/3 = 3,271
W2 = ( 1/5 x 1,0 x 3,0 )1/3 = 0,843
W3 = ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3 = 0,362
S Wi = 4,477
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11
Bobot sub kriteria milik sekolah dengan sertifikat X1= 3,271/4,477= 0,731
Bobot sub kriteria milik sekolah dengan sertifikat X2= 0,843/4,477= 0,188
Bobot sub kriteria bukan milik sekolah X3= 0,362/4,477= 0,081
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
1 5 7 0,731 2,239 1/5 1 3 x 0,188 = 0,577 1/7 1/3 1 0,081 0,248
λmaks = ∑ aij * Xi = 3,065
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bj闹能�邹(�能囊) = 0,032
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai
CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,b�挠b,闹X = 0,056
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1, jadi hasil
penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ).
2.3 Sub kriteria status kepemilikan bangunan sekolah
Untuk kriteria status kepemilikan tanah sekolah dibagi menjadi tiga buah sub
kriteria yaitu :
a. Milik sekolah dengan IMB (Mdi)
b. Milik sekolah tanpa IMB (Mti)
c. Bukan milik sekolah (Bms)
Penilaian tingkat kepentingan antara ketiga sub kriteria berdasarkan penilaian
responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam
matriks dibawah ini :
Mdi Mti Bms
Mdi 1 5 7 Mti 1/5 1 3 Bms 1/7 1/3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 5,0 x 7,0 )1/3 = 3,271
W2 = ( 1/5 x 1,0 x 3,0 )1/3 = 0,843
W3 = ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3 = 0,362
S Wi = 4,477
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11
Bobot sub kriteria milik sekolah dengan IMB X1= 3,271/4,477= 0,731
Bobot sub kriteria milik sekolah dengan IMB X2= 0,843/4,477= 0,188
Bobot sub kriteria bukan milik sekolah X3= 0,362/4,477= 0,081
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
1 5 7 0,731 2,239 1/5 1 3 x 0,188 = 0,577 1/7 1/3 1 0,081 0,248
λmaks = ∑ aij * Xi = 3,065
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA = 试λša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bj闹能�邹(�能囊) = 0,032
Dengan ukuran matriks n = 3 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai
CR dapat dihitung dengan persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,b�挠b,闹X = 0,056
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil
penilaian diatas dapat diterima CR = 0,056 < 0,1 ( Ok ).
2.4 Sub kriteria Lokasi sekolah
Untuk kriteria lokasi sekolah dibagi menjadi dua sub kriteria yaitu :
a. Mudah dijangkau (Mj)
b. Susah dijangkau (Sj)
Penilaian tingkat kepentingan antara kedua sub kriteria utama penilaian
responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam
matriks dibawah ini :
Mj Sj
Mj 1 7 Sj 1/7 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 7,0 )1/2 = 2,646
W2 = ( 1/7 x 1,0 )1/2 = 0,378
S Wi = 3,024
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11
Bobot sub kriteria mudah dijangkau X1= 2,646/3,024= 0,875
Bobot sub kriteria mudah dijangkau X2= 0,378/3,024= 0,125
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
1 7 0,875 0,875
1/7 1 x 0,125 = 0,125
λmaks = ∑ aij * Xi = 2,000
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵挠,bb能挠邹(挠能囊) = 0,000
Dengan ukuran matriks n = 2 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,00, sehingga nilai
CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,bbb,bb = 0,00
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil
penilaian diatas dapat diterima CR = 0,00 < 0,1 ( Ok ).
2.5 Sub kriteria rasio rombongan belajar dengan ruang kelas
Untuk kriteria rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dibagi
menjadi tiga buah sub kriteria yaitu :
· Rombongan belajar > ruang kelas (Rb>Rk)
· Rombongan belajar = ruang kelas (Rb=Rk)
· Rombongan belajar < ruang kelas (Rb<Rk)
Penilaian tingkat kepentingan antara ketiga sub kriteria berdasarkan penilaian
responden dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks
dibawah ini :
Rb>Rk Rb=Rk Rb<Rk
Rb>Rk 1 3 7
Rb=Rk 1/3 1 3
Rb<Rk 1/7 1/3 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 3,0 x 7,0 )1/3 = 2,759
W2 = ( 1/3 x 1,0 x 3,0 )1/3 = 1,000
W3 = ( 1/7 x 1/3 x 1,0 )1/3 = 0,362
S Wi = 4,121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11
Bobot sub kriteria rombel > ruang kelas X1= 2,759/4,121= 0,669
Bobot sub kriteria rombel = ruang kelas X2= 1,000/4,121= 0,243
Bobot sub kriteria rombel < ruang kelas X3= 0,362/4,121= 0,088
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
1 3 7 0,669 2,013 1/3 1 3 x 0,243 = 0,730 1/7 1/3 1 0,088 0,264
λmaks = ∑ aij * Xi = 3,007
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵�,bb呢能�邹(�能囊) = 0,004
Dengan ukuran matriks n = 3 dari Tabel RI didapat nilai RI = 0,58, sehingga nilai
CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,bb恼b,闹X = 0,006
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil
penilaian diatas dapat diterima CR = 0,006 < 0,1 ( Ok ).
2.6 Sub kriteria Luas wilayah layanan sekolah
Untuk kriteria lokasi sekolah dibagi menjadi dua sub kriteria yaitu :
· Luas (Lu)
· Tidak luas (Tl)
Penilaian tingkat kepentingan antara kedua sub kriteria utama penilaian stake
holder dari Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang disajikan dalam matriks
dibawah ini :
Lu Tl
Lu 1 9 Tl 1/9 1
Kemudian dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan 2.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Wi = √a11xa12x … … a1n. , sehingga didapat
W1 = ( 1,0 x 9,0 )1/2 = 3,000
W2 = ( 1/9 x 1,0 )1/2 = 0,333
S Wi = 3,333
Hitung bobot masing-masing komponen dengan Persamaan 2.11
Bobot sub kriteria luas X1= 3,000 /3,333= 0,900
Bobot sub kriteria tidak luas X2= 0,333 /3,333= 0,100
Menghitung nilai λmaks dengan Persamaan 2.12
1 9 0,900 1,800 1/9 1 x 0,100 = 0,200
λmaks = ∑ aij * Xi = 2,000
Pengujian konsistensi dengan menghitung nilai CI menggunakan Persamaan 2.13 ðA = 试炮ša1ú–奴守(奴能囊) = 纵挠,bb能挠邹(挠能囊) = 0,000
Dengan ukuran matriks n = 2 dari tabel RI didapat nilai RI = 0,00, sehingga nilai
CR dapat dihitung dengan Persamaan 2.14 ðe = 匿年捏年 = b,bbb,bb = 0,00
Ketentuan matriks perbandingan dapat diterima apabila nilai CR < 0,1 , jadi hasil
penilaian diatas dapat diterima CR = 0,00 < 0,1 ( Ok
Penilaian terhadap bobot masing-masing kriteria dan sub kriteria melibatkan
30 orang stake holder, yaitu :
a. Anggota DPRD Kabupaten Tangerang = 4 orang
b. Bapeda Kabupaten Tangerang = 3 orang
c. Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang = 4 orang
d. Dinas Bangunan Kabupaten Tangerang = 4 orang
e. UPTD Pendidikan Kecamatan Tigaraksa = 4 orang
f. Kepala Sekolah di Kecamatan Tigaraksa = 4 orang
g. Guru di Kecamatan Tigaraksa = 4 orang
h. Komite Sekolah = 3 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Untuk menghitung nilai bobot dari masing-masing kriteria dan sub kriteria
dengan menggunakan sistem pendukung keputusan. Dari hasil perhitungan didapat
nilai rat-rata dari 30 orang responden sebagaimana dalam Tabel 4.16 :
Tabel 4.16 Bobot kriteria dan sub kriteria penentuan prioritas pemeliharaan bangunan sekolah.
X Kriteria Sub Kriteria
Uraian Bobot Uraian Bobot Lokal
Bobot global
X1 Tingkat kerusakan 0,332 0,332
X2 Status tanah 0,265 Milik sekolah bersertifikat 0,684 0,181 Milik sekolah tak bersertifikat 0,234 0,063 Bukan milik sekolah 0,082 0,022
X3 Status bangunan 0,103 Milik sekolah dengan IMB 0,656 0,067 Milik sekolah tanpa IMB 0,251 0,027 Bukan milik sekolah 0,093 0,010
X4 Lokasi sekolah 0,065 Mudah dijangkau 0,400 0,025 Susah dijangkau 0,600 0,039
X5 Rasio rombel dng ruang kelas
0,186 Rombel > ruang kelas 0,613 0,113 Rombel = ruang kelas 0,280 0,052 Rombel < ruang kelas 0,107 0,021
X6 Luas wilayah layanan sekolah
0,049 Luas 0,792 0,039 Tidak luas 0,210 0,010
4.5.2 Perhitungan Nilai Sekolah Berdasarkan Bobot Kriteria dan Sub Kriteria
Perhitungan bobot total untuk masing-masing sekolah, yaitu dengan
menjumlahkan nilai dari keenam kriteria tersebut, sehingga nilai bobot total didapat
dengan persamaan sebagai berikut :
Bobot total = n X1 +n X2 + nX3 + nX4 + nX5 + nX6 , dengan
nX1 = Nilai tingkat kerusakan bangunan sekolah, dengan bobot : 0,332 nX2 = Nilai status tanah sekolah, dengan bobot :
milik sendiri bersertifikat = 0,181 milik sendiri tanpa sertifikat = 0,063 bukan milik sendiri = 0,022
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
nX3 = Nilai status bangunan sekolah, dengan bobot : milik sendiri dengan IMB = 0,067
milik sendiri tanpa IMB = 0,027 bukan milik sendiri = 0,010 nX4 = Nilai lokasi sekolah, dengan bobot :
mudah dijangkau = 0,025 susah dijangkau = 0,039 nX5 = Nilai rasio rombongan belajar dengan ruang kelas, dengan bobot :
rombel > ruang kelas = 0,113 rombel = ruang kelas = 0,052
rombel < ruang kelas = 0,021 X6 = Nilai luas wilayah layanan sekolah, dengan bobot :
luas = 0,039 tidak luas = 0,010
Sebagai contoh SDN Kadongdong , dengan data-data sebagai berikut :
· Tingkat kerusakan bangunan sekolah = 55,94 %
· Status tanah sekolah = Milik sekolah tanpa sertifikat
· Status bangunan sekolah = Milik sekolah tanpa IMB
· Lokasi sekolah = Mudah dijangkau
· Rasio rombel dg ruang kelas = Jumlah rombel > ruang kelas
· Luas wilayah layanan sekolah = Luas
Maka nilai SDN Kadongdong adalah sebagai berikut :
Bobot total = nX1 + nX2 + nX3 + nX4 + nX5 + nX6
= 0,332 x 0,5594 + 0,063 + 0,027 + 0,025 + 0,113 + 0,039 = 0,453
Selanjutnya perhitungan untuk semua sekolah, dilakukan dengan bantuan
sistem pendukung keputusan. Hasil dari perhitungan ditampilkan dalam Tabel 4.17 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Tabel 4.17 Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria
No Nama Sekolah Nilai
Tingkat Rusak
Nilai Status Tanah
Nilai Status
Gedung
Nilai Lokasi
Sekolah
Nilai Rasio
rombel
Nilai Luas
layanan
Nilai Total
1 SDN Tigaraksa I 0,045 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,283 2 SDN Tigaraksa II 0,047 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,285 3 SDN Tigaraksa III 0,029 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,296 4 SDN Tigaraksa IV 0,059 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,297 5 SDN Babakan 0,055 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,322 6 SDN Gudang 0,085 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,352 7 SDN Kadongdong 0,186 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,453 8 SDN Cogrek I 0,026 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,293 9 SDN Pasirnangka 0,037 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,183
10 SDN Seglog 0,071 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,309 11 SDN Pasirbolang 0,111 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,257 12 SDN Cogrek II 0,066 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,304 13 SDN Bidara 0,023 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,229 14 SDN Kadu 0,066 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,333 15 SDN Pete 0,088 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,294 16 SDN Kalapa Dua I 0,027 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,265 17 SDN Kalapa Dua II 0,130 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,368 18 SDN Cisereh I 0,067 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,273 19 SDN Cisereh II 0,030 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,297 20 SDN Guradog 0,036 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,274 21 SDN Sodong I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,231 22 SDN Sodong II 0,030 0,063 0,027 0,025 0,021 0,039 0,205 23 SDN Tapos 0,025 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,292 24 SDN Pinang 0,019 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,257 25 SDN Tapos Wetan 0,052 0,063 0,027 0,039 0,113 0,039 0,333 26 SDN Bantar panjang 0,052 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,319 27 SDN Peusar 0,040 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,307 28 SDN Cigaling 0,044 0,063 0,027 0,039 0,113 0,039 0,325 29 SDN Kadeper 0,089 0,063 0,027 0,039 0,021 0,039 0,278 30 SDN Cileles 0,055 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,322 31 SDN Jalupang 0,068 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,335 32 SDN Kaduagung I 0,053 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,320 33 SDN Kaduagung II 0,057 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,324 34 SDN Bugel 0,030 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,297 35 SDN Matagara 0,040 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,307 36 SDN Nagrak 0,080 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,347 37 SMPN Tigaraksa I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,263 38 SMPN Tigaraksa II 0,031 0,181 0,027 0,025 0,113 0,010 0,387 39 SMPN Tigaraksa III 0,018 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,256 40 SMAN Tigaraksa I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,052 0,010 0,202 41 SMAN Tigaraksa II 0,021 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,167
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
4.5.3 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah di Kecamatan Tigaraksa.
Penentuan skala prioritas dilakukan dengan mengurutkan dari sekolah yang
mendapat nilai paling besar sampai kepada yang mendapat nilai paling kecil,
sehingga dihasilkan urutan prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di
Kecamatan Tigaraksa sebagaimana dalam Tabel 4.18 :
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa
No Nama Sekolah
Nilai Tingkat Rusak
Nilai Status Tanah
Nilai Status
Gedung
Nilai Lokasi
Sekolah
Nilai Rasio
rombel
Nilai Luas
layanan
Nilai Total
1 SDN Kadongdong 0,186 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,453 2 SMPN Tigaraksa II 0,031 0,181 0,027 0,025 0,113 0,010 0,387 3 SDN Kalapa Dua II 0,130 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,368 4 SDN Gudang 0,085 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,352 5 SDN Nagrak 0,080 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,347 6 SDN Jalupang 0,068 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,335 7 SDN Kadu 0,066 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,333 8 SDN Tapos Wetan 0,052 0,063 0,027 0,039 0,113 0,039 0,333 9 SDN Cigaling 0,044 0,063 0,027 0,039 0,113 0,039 0,325
10 SDN Kaduagung II 0,057 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,324 11 SDN Babakan 0,055 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,322 12 SDN Cileles 0,055 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,322 13 SDN Kaduagung I 0,053 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,320 14 SDN Bantar panjang 0,052 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,319 15 SDN Seglog 0,071 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,309 16 SDN Peusar 0,040 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,307 17 SDN Matagara 0,040 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,307 18 SDN Cogrek II 0,066 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,304 19 SDN Bugel 0,030 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,297 20 SDN Tigaraksa IV 0,059 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,297 21 SDN Cisereh II 0,030 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,297 22 SDN Tigaraksa III 0,029 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,296 23 SDN Pete 0,088 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,294 24 SDN Cogrek I 0,026 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,293 25 SDN Tapos 0,025 0,063 0,027 0,025 0,113 0,039 0,292 26 SDN Tigaraksa II 0,047 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,285 27 SDN Tigaraksa I 0,045 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,283 28 SDN Kadeper 0,089 0,063 0,027 0,039 0,021 0,039 0,278 29 SDN Guradog 0,036 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,274 30 SDN Cisereh I 0,067 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,273
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan skala prioritas penanganan pemeliharaan bangunan sekolah di Kecamatan Tigaraksa (lanjutan).
No Nama Sekolah Nilai
Tingkat Rusak
Nilai Status Tanah
Nilai Status
Gedung
Nilai Lokasi
Sekolah
Nilai Rasio
rombel
Nilai Luas
layanan
Nilai Total
31 SDN Kalapa Dua I 0,027 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,265 32 SMPN Tigaraksa I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,263 33 SDN Pinang 0,019 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,257 34 SDN Pasirbolang 0,111 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,257 35 SMPN Tigaraksa III 0,018 0,063 0,027 0,025 0,113 0,010 0,256 36 SDN Sodong I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,231 37 SDN Bidara 0,023 0,063 0,027 0,025 0,052 0,039 0,229 38 SDN Sodong II 0,030 0,063 0,027 0,025 0,021 0,039 0,205 39 SMAN Tigaraksa I 0,025 0,063 0,027 0,025 0,052 0,010 0,202 40 SDN Pasirnangka 0,037 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,183 41 SMAN Tigaraksa II 0,021 0,063 0,027 0,025 0,021 0,010 0,167
4.6 Perhitungan Biaya Pemeliharaan Bangunan Sekolah
Mengacu kepada sistem yang digunakan di Kementrian Pekerjaan Umum dan
Direktorat Jendral Anggaran Departemen Keuangan, perhitungan kebutuhan
anggaran pembangunan dihitung mengacu kepada harga pembangunan per m2.
Adapun biaya total didapat dengan mengalikan harga per m2 dengan luas bangunan,
koefisien tingkat bangunan, dan tingkat kerusakan.
Perhitungan harga per m2 didapat dengan memperhitungkan beberapa faktor,
yaitu kebutuhan bahan material, upah tenaga kerja, alat bantu, keuntungan
pemborong, asuransi tenaga kerja dan lain-lain. Kementrian Pekerjaan Umum telah
mengeluarkan acuan untuk perhitungan harga bangunan per m2 untuk
kabupaten/kota. Yang perlu dilakukan untuk perhitungan hanya melakukan survey ke
beberapa toko bahan bangunan dan kontraktor, untuk kemudian dimasukan kedalam
formula yang telah ditentukan. Perhitungan biaya pada penelitian ini mengacu
kepada standar harga dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang dan
survey harga pasar di wilayah Kecamatan Tigaraksa. Perhitungan lengkap disajikan
dalam Tabel 4.19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2
No Kebutuhan Satuan Harga Gedung tak bertingkat
Gedung bertingkat
Vol Jumlah Vol Jumlah
KEBUTUHAN BAHAN DAN UPAH
BAHAN
A. BAHAN PASANGAN 205.000,
0,12
26.199,0
0,17
36.223,51 PASIR BETON m3 190.000,00 0,1278 24.282,00 0,1767 33.573,00
2 PASIR PASANG m3 185.000,00 0,2781 51.448,50 0,1520 28.120,00
3 PASIR URUG m3 140.000,00 0,1121 15.694,00 0,1620 22.680,00
4 SEMEN PC (50 Kg) Zak 58.000,00 2,3285 135.053,00 2,9988 173.930,40
5 KERIKIL BETON UK. 3 cm s/d 4 cm m3 190.000,00 0,2028 38.532,00 1,3524 256.956,00
6 KERIKIL KORAL m3 170.000,00 0,0050 850,00 1,3524 229.908,00
B. BAHAN PASANGAN - -
7 BATU KALI m3 160.000,00 0,2150 34.400,00 0,0938 15.008,00
C. BAHAN LANTAI - -
8 KERAMIK 30 X 30 m2 32.000,00 1,0395 33.264,00 0,9702 31.046,40
D. BAHAN DINDING - -
9 BATU BATA UK. 5.5 X 11 X 23 Bh 450,00 99,3850 44.723,25 86,9734 39.138,03
10 BETON ROSTER / KERAWANG Bh 6.000,00 0,2131 1.278,60 - -
E. BAHAN PENUTUP LANGIT-LANGIT - -
11 ETERNIT, UK. 100 X 100 Lbr 15.000,00 0,9450 14.175,00 0,8820 13.230,00
F. BAHAN PENUTUP ATAP - -
12 BUBUNGAN GENTENG PLENTONG "S" Bh 3.200,00 0,8803 2.816,96 0,0915 292,80
13 GENTENG PLENTONG "S" Bh 2.100,00 30,0390 63.081,90 14,0182 29.438,22
G. BAHAN KAYU - -
21 KAYU BALOK KLAS I m3 5.500.000,00 - - 0,0017 9.350,00
22 KAYU BALOK KLAS II m3 4.500.000,00 0,1557 700.650,00 0,1660 747.000,00
23 KAYU PAPAN KLAS II m3 4.600.000,00 0,0013 5.980,00 0,0012 5.520,00
24 KAYU PAPAN KLAS III m3 2.600.000,00 0,0495 128.700,00 0,1001 260.260,00
25 KAYU PAPAN KLAS IV m3 1.800.000,00 0,0014 2.520,00 0,0022 3.960,00
26 KAYU LAPIS 4 mm UK. 8" X 4" Lbr 52.500,00 0,1349 7.082,25 0,1728 9.072,00
27 KAYU LAPIS 12 mm UK. 8" X 4" Lbr 160.000,00 - - 0,0025 400,00
H. BAHAN BESI - -
28 BESI BETON POLOS DIA. 10 mm Kg 8.000,00 11,4648 91.718,40 10,0361 80.288,80
29 BESI BETON ULIR DIA. 13 mm Kg 8.500,00 13,4580 114.393,00 19,8851 169.023,35
30 KAWAT BENDRAT / BETON Kg 15.000,00 1,2712 19.068,00 2,7362 41.043,00
31 PAKU UK. 3 CM - 7 CM Kg 20.000,00 0,2476 4.952,00 0,2576 5.152,00
I. BAHAN SANITAIR / SALURAN AIR
32 TANKI AIR FIBRE GLASS 1000 ltr Bh 850.000,00 0,0036 3.060,00 0,0013 1.105,00
33 BUIS BETON 1/2 DIA. 20 CM Bh 30.000,00 0,1132 3.396,09 0,0615 1.845,00
34 PIPA GIP DIA. 1" M 48.000,00 - - 0,1257 6.033,60
35 PIPA GIP DIA. 1 1/2" M 78.000,00 - - 0,0014 109,20
36 PIPA GIP DIA. 2" M 105.000,00 - - 0,3098 32.529,00
37 PIPA PVC DIA. 1/2" M 3.600,00 0,0143 51,48 - -
38 PIPA PVC DIA. 3/4" M 5.250,00 0,0286 150,15 - -
39 PIPA PVC DIA. 2" M 15.750,00 0,0430 677,25 0,0041 64,58
40 PIPA PVC DIA. 3" M 26.250,00 - - - -
41 PIPA PVC DIA. 4" M 43.000,00 0,0358 1.539,40 0,0082 352,60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2 (lanjutan)
No Kebutuhan Satuan Harga Gedung tak bertingkat
Gedung bertingkat
Vol Jumlah Vol Jumlah
42 KLOSET DUDUK KERAMIK Bh 100.000,00 0,0012 120,00 0,0011 110,00
43 KLOSET JONGKOK KERAMIK AR Bh 175.000,00 0,0072 1.260,00 0,0021 367,50
44 URINOAR KERAMIK STANDAR Bh 400.000,00 0,0072 2.880,00 0,0068 2.720,00
45 WASTAFEL GANTUNG KERAMIK Bh 425.000,00 0,0012 510,00 0,0012 510,00
J. BAHAN FINISHING - -
46 CAT BESI Kg 55.000,00 - - 0,0122 671,00
47 CAT DINDING Kg 14.000,00 0,5346 7.484,40 0,4456 6.238,40
48 CAT KAYU Kg 55.000,00 0,3680 20.240,00 0,2005 11.027,50
K. BAHAN LAIN - LAIN - -
49 KACA BENING 5 MM m2 120.000,00 0,0376 4.512,00 0,0525 6.300,00
50 POMPA TANGAN Bh 275.000,00 0,0018 495,00 0,0013 357,50
51 INSTALASI LISTRIK Titik 257.000,00 0,0018 462,60 0,0013 334,10
51 BAHAN LAIN - LAIN (5% dari total Bahan) - 95.226,85 - 126.265,97
- -
SUB TOTAL BIAYA BAHAN - 1.668.458,35 - 2.400.175,18
UPAH
1 MANDOR ORG 70.000,00 0,2976 20.832,00 0,2697 18.879,00
2 KEPALA TUKANG ORG 65.000,00 0,2015 13.097,50 0,2617 17.010,50
3 TUKANG BATU ORG 60.000,00 0,5053 30.318,00 0,3662 21.972,00
4 LADEN TUKANG BATU ORG 45.000,00 0,4043 18.193,50 0,2946 13.257,00
5 TUKANG BESI ORG 60.000,00 0,4763 28.578,00 1,0618 63.708,00
6 LADEN TUKANG BESI ORG 45.000,00 0,3402 15.309,00 0,9910 44.595,00
7 TUKANG KAYU ORG 60.000,00 1,5298 91.788,00 1,8299 109.794,00
8 LADEN TUKANG KAYU ORG 45.000,00 0,3718 16.731,00 0,3183 14.323,50
9 TUKANG CAT ORG 60.000,00 0,4118 24.708,00 0,3319 19.914,00
10 LADEN TUKANG CAT ORG 45.000,00 0,2314 10.413,00 0,1041 4.684,50
11 TUKANG BONGKAR ORG 60.000,00 0,1270 7.620,00 0,9629 57.774,00
12 TUKANG GALI & URUG ORG 45.000,00 1,1271 50.719,50 1,3715 61.717,50
13 TUKANG LISTRIK ORG 65.000,00 0,1080 7.020,00 0,0918 5.967,00
14 TUKANG PIPA ORG 65.000,00 0,0225 1.462,50 0,0086 559,00
SUB TOTAL BIAYA UPAH 336.790,00 454.155,00
Biaya pembongkaran (5% biaya upah) 16.839,50 22.707,75
BIAYA KONSTRUKSI (K)
Sub Total Biaya Bahan Bangunan 1.668.458,35 2.400.175,18
Sub Total Biaya Upah Kerja 17,19% 353.629,50 16,30% 476.862,75
Sub Biaya Peralatan Kerja (10% Upah 35.362,95
(20% Upah 47.686,28
A. BIAYA NYATA BANGUNAN (A) 2.057.450,80 2.924.724,21
B. JASA KONTRAKTOR 10% (A) 205.745,08 292.472,42
C. PAJAK – PAJAK 246.894,10 350.966,90
a. PPh Pasal 21 & 23 2% (A) 41.149,02 58.494,48
b. PPn 10% (A) 205.745,08 292.472,42
SUB TOTAL (A) + (B) + (C) 2.510.089,98 3.568.163,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 4.19 Perhitungan standar biaya bangunan per m2 (lanjutan)
ASURANSI 78.183,12 111.139,52
a. All Risk 3% (A) 61.723,52 87.741,73
b. Tenaga Kerja 0,5% (A) 10.287,25 14.623,62
c. Pihak ke III 0,3% (A) 6.172,35 8.774,17
TINGKAT INFLASI 5% Bahan
83.422,92 120.008,76
KESELAMATAN KERJA 1% (D) 25.100,90 35.681,64
TOTAL BIAYA KONSTRUKSI 2.696.796,92 3.834.993,45
BIAYA KONSTRUKSI FISIK 2.697.000,00 3.835.000,00
Adapun untuk kebutuhan biaya total rehabilitasi masing-masing sekolah dihitung
dengan Persamaan 2.1
Bp = Lb * Tk * Kt * Hsb
dengan : Bp = Biaya pemeliharaan, Lb = Luas Bangunan, Hsb = Harga Satuan Pembangunan Baru, Tk = Tingkat/besar kerusakan, Kt = Koefisien Tingkat. Pada bangunan sekolah terdapat ruang kelas dan ruang selasar, harga satuan
kedua jenis ruang ini berbeda. Menurut Kepmen PU No : 45/PRT/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara, harga satuan/m2 dari ruang selasar
adalah setengah dari ruang biasa/kelas. Koefisien tingkat bangunan 1,0 untuk
bangunan tidak bertingkat, 1,09 untuk bangunan bertingkat dua dan 1,125 untuk
bangunan bertingkat tiga.
Untuk memudahkan hasil perhitungan program disajikan dalam Tabel 4.20.
Sedangkan rekapitulasi kebutuhan biaya dapat dilihat pada Tabel 4.21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Tabel 4.20 Perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi bangunan sekolah
No Nama Sekolah Jenis
Ruang Luas (m2)
Tkt Kerusakan
Koef Tkt
Harga Satuan
Jumlah Jumlah Total
1
SDN Kadongdong
R. Kls 224 0,559 1,00 2.697.000,00 337.707.552,00 385.951.488,00
Selasar 64 0,559 1,00 1.348.500,00 48.243.936,00
2
SMPN Tigaraksa II
R. Kls 252 0,092 1,00 2.697.000,00 62.527.248,00 71.459.712,00
Selasar 72 0,092 1,00 1.348.500,00 8.932.464,00
3
SDN Kalapa Dua II
R. Kls 158 0,392 1,00 2.697.000,00 166.512.780,00 190.300.320,00
Selasar 45 0,392 1,00 1.348.500,00 23.787.540,00
4
SDN Gudang
R. Kls 112 0,255 1,00 2.697.000,00 77.026.320,00 88.030.080,00
Selasar 32 0,255 1,00 1.348.500,00 11.003.760,00
5
SDN Nagrak
R. Kls 158 0,240 1,00 2.697.000,00 101.946.600,00 116.510.400,00
Selasar 45 0,240 1,00 1.348.500,00 14.563.800,00
6
SDN Jalupang
R. Kls 158 0,204 1,00 2.697.000,00 86.654.610,00 99.033.840,00
Selasar 45 0,204 1,00 1.348.500,00 12.379.230,00
7
SDN Kadu
R. Kls 193 0,200 1,00 2.697.000,00 103.834.500,00 118.668.000,00
Selasar 55 0,200 1,00 1.348.500,00 14.833.500,00
8
SDN Tapos Wetan
R. Kls 182 0,157 1,00 2.697.000,00 77.064.078,00 88.073.232,00
Selasar 52 0,157 1,00 1.348.500,00 11.009.154,00
9
SDN Cigaling
R. Kls 158 0,134 1,00 2.697.000,00 56.920.185,00 65.051.640,00
Selasar 45 0,134 1,00 1.348.500,00 8.131.455,00
10
SDN Kaduagung II
R. Kls 182 0,172 1,00 2.697.000,00 84.426.888,00 96.487.872,00
Selasar 52 0,172 1,00 1.348.500,00 12.060.984,00
11
SDN Babakan
R. Kls 182 0,167 1,00 2.697.000,00 81.972.618,00 93.682.992,00
Selasar 52 0,167 1,00 1.348.500,00 11.710.374,00
12
SDN Cileles
R. Kls 182 0,165 1,00 2.697.000,00 80.990.910,00 92.561.040,00
Selasar 52 0,165 1,00 1.348.500,00 11.570.130,00
13
SDN Kaduagung I
R. Kls 158 0,161 1,00 2.697.000,00 68.389.177,50 78.159.060,00
Selasar 45 0,161 1,00 1.348.500,00 9.769.882,50
14
SDN Bantar panjang
R. Kls 224 0,156 1,00 2.697.000,00 94.243.968,00 107.707.392,00
Selasar 64 0,156 1,00 1.348.500,00 13.463.424,00
15
SDN Seglog
R. Kls 224 0,215 1,00 2.697.000,00 129.887.520,00 148.442.880,00
Selasar 64 0,215 1,00 1.348.500,00 18.555.360,00 16
SDN Peusar
R. Kls 168 0,121 1,00 2.697.000,00 54.824.616,00 62.656.704,00 Selasar 48 0,121 1,00 1.348.500,00 7.832.088,00
17
SDN Matagara
R. Kls 390 0,121 1,00 2.697.000,00 127.238.796,30 142.544.001,60 Selasar 94 0,121 1,00 1.348.500,00 15.305.205,30
18
SDN Cogrek II
R. Kls 182 0,199 1,00 2.697.000,00 97.679.946,00 111.634.224,00 Selasar 52 0,199 1,00 1.348.500,00 13.954.278,00
19
SDN Bugel
R. Kls 182 0,179 1,00 2.697.000,00 44.176.860,00 50.487.840,00 Selasar 52 0,179 1,00 1.348.500,00 6.310.980,00
20
SDN Tigaraksa IV
R. Kls 158 0,090 1,00 2.697.000,00 76.035.172,50 86.897.340,00 Selasar 45 0,090 1,00 1.348.500,00 10.862.167,50
21
SDN Cisereh II
R. Kls 224 0,089 1,00 2.697.000,00 53.767.392,00
61.448.448,00 Selasar 64 0,089 1,00 1.348.500,00 7.681.056,00 22 SDN Tigaraksa III
R. Kls 616 0,088 1,09 3.835.000,0 226.597.571,20 258.968.652,80
Selasar 176 0,088 1,09 1.917.500,0 32.371.081,60 23 SDN Pete
R. Kls 196 0,264 1,00 2.697.000,0 139.553.568,00
159.489.792,00
Selasar 56 0,264 1,00 1.348.500,0 19.936.224,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tabel 4.20 Perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi bangunan sekolah (lanjutan)
No Nama Sekolah Jenis
Ruang Luas (m2)
Tkt Kerusak
an
Koef Tkt
Harga Satuan
Jumlah Jumlah Total
24 SDN Cogrek I
R. Kls 700 0,077 1,09 3.835.000,0 225.310.085,00 254.278.524,50
Selasar 180 0,077 1,09 1.917.500,0 28.968.439,50
25 SDN Tapos
R. Kls 224 0,074 1,00 2.697.000,0 44.705.472,00 51.091.968,00 Selasar 64 0,074 1,00 1.348.500,0 6.386.496,00
26 SDN Tigaraksa II
R. Kls 210 0,142 1,00 2.697.000,0 80.424.540,00 91.913.760,00 Selasar 60 0,142 1,00 1.348.500,0 11.489.220,00
27 SDN Tigaraksa I
R. Kls 315 0,136 1,00 2.697.000,0 115.539.480,00 132.045.120,00 Selasar 90 0,136 1,00 1.348.500,0 16.505.640,00
28 SDN Kadeper
R. Kls 224 0,267 1,00 2.697.000,0 161.302.176,00 184.345.344,00 Selasar 64 0,267 1,00 1.348.500,0 23.043.168,00
29 SDN Guradog
R. Kls 210 0,109 1,00 2.697.000,0 61.734.330,00 70.553.520,00 Selasar 60 0,109 1,00 1.348.500,0 8.819.190,00
30 SDN Cisereh I
R. Kls 182 0,203 1,00 2.697.000,0 99.643.362,00 113.878.128,00 Selasar 52 0,203 1,00 1.348.500,0 14.234.766,00
31 SDN Kalapa Dua I
R. Kls 224 0,082 1,00 2.697.000,0 49.538.496,00 56.615.424,00 Selasar 64 0,082 1,00 1.348.500,0 7.076.928,00
32 SMPN Tigaraksa I
R. Kls 374 0,075 1,09 3.835.000,0 117.190.505,25 133.932.006,00 Selasar 107 0,075 1,09 1.917.500,0 16.741.500,75
33 SDN Pinang
R. Kls 224 0,057 1,00 2.697.000,0 34.435.296,00 39.354.624,00 Selasar 64 0,057 1,00 1.348.500,0 4.919.328,00
34 SDN Pasirbolang
R. Kls 224 0,333 1,00 2.697.000,0 201.174.624,00 229.913.856,00 Selasar 64 0,333 1,00 1.348.500,0 28.739.232,00
35 SMPN Tigaraksa III
R. Kls 189 0,054 1,00 2.697.000,0 27.525.582,00 29.491.695,00 Selasar 27 0,054 1,00 1.348.500,00 1.9666.133,00
36 SDN Sodong I
R. Kls 538 0,076 1,00 2.697.000,0 110.336.427,60 122.368.284,00 Selasar 117 0,076 1,00 1.348.500,0 12.031.856,40
37 SDN Bidara
R. Kls 224 0,068 1,00 2.697.000,0 41.080.704,00 46.949.376,00 Selasar 64 0,068 1,00 1.348.500,0 5.868.672,00
38 SDN Sodong II
R. Kls 193 0,091 1,00 2.697.000,0 47.244.697,50 53.993.940,00 Selasar 55 0,091 1,00 1.348.500,0 6.749.242,50
39 SMAN Tigaraksa I
R. Kls 768 0,075 1,09 3.835.000,0 240.776.640,00 270.873.720,00 Selasar 192 0,075 1,09 1.917.500,0 30.097.080,00
40 SDN Pasirnangka
R. Kls 186 0,111 1,00 2.697.000,0 55.532.578,50 63.465.804,00 Selasar 53 0,111 1,00 1.348.500,0 7.933.225,50
41 SMAN Tigaraksa II R. Kls 800 0,062 1,09 3.835.000,0 207.335.440,00 227.032.306,80
152 0,062 1,09 1.917.500,00 19.696.866,80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Tabel 4.21 Perhitungan rekapitulasi kebutuhan biaya pemeliharaan bangunan sekolah.
No Nama Sekolah Tingkat
Kerusakan Biaya Rehabilitasi
(Rp) Biaya Komulatif
( Rp)
1 SDN Kadongdong 0,559 385.951.488,00 385.951.488,00 2 SMPN Tigaraksa II 0,092 71.459.712,00 457.411.200,00 3 SDN Kalapa Dua II 0,392 190.300.320,00 647.711.520,00 4 SDN Gudang 0,255 88.030.080,00 735.741.600,00 5 SDN Nagrak 0,240 116.510.400,00 852.252.000,00 6 SDN Jalupang 0,204 99.033.840,00 951.285.840,00 7 SDN Kadu 0,200 118.668.000,00 1.069.953.840,00 8 SDN Tapos Wetan 0,157 88.073.232,00 1.158.027.072,00 9 SDN Cigaling 0,134 65.051.640,00 1.223.078.712,00 10 SDN Kaduagung II 0,172 96.487.872,00 1.319.566.584,00 11 SDN Babakan 0,167 93.682.992,00 1.413.249.576,00 12 SDN Cileles 0,165 92.561.040,00 1.505.810.616,00 13 SDN Kaduagung I 0,161 78.159.060,00 1.583.969.676,00 14 SDN Bantar panjang 0,156 107.707.392,00 1.691.677.068,00 15 SDN Seglog 0,215 148.442.880,00 1.840.119.948,00 16 SDN Peusar 0,121 62.656.704,00 1.902.776.652,00 17 SDN Matagara 0,121 142.544.001,60 2.045.320.653,60 18 SDN Cogrek II 0,199 111.634.224,00 2.156.954.877,60 19 SDN Tigaraksa IV 0,090 50.487.840,00 2.294.340.057,60 20 SDN Bugel 0,179 86.897.340,00 2.243.852.217,60 21 SDN Cisereh II 0,089 61.448.448,00 2.355.788.505,60 22 SDN Tigaraksa III 0,088 258.968.652,80 2.614.757.158,40 23 SDN Pete 0,264 159.489.792,00 2.774.246.950,40 24 SDN Cogrek I 0,077 254.278.524,50 3.028.525.474,90 25 SDN Tapos 0,074 51.091.968,00 3.079.617.442,90 26 SDN Tigaraksa II 0,142 91.913.760,00 3.171.531.202,90 27 SDN Tigaraksa I 0,136 132.045.120,00 3.303.576.322,90 28 SDN Kadeper 0,267 184.345.344,00 3.487.921.666,90 29 SDN Guradog 0,109 70.553.520,00 3.558.475.186,90 30 SDN Cisereh I 0,203 113.878.128,00 3.672.353.314,90 31 SDN Kalapa Dua I 0,082 56.615.424,00 3.728.968.738,90 32 SMPN Tigaraksa I 0,075 133.932.006,00 3.862.900.744,90 33 SDN Pinang 0,057 39.354.624,00 3.902.255.368,90 34 SDN Pasirbolang 0,333 229.913.856,00 4.132.169.224,90 35 SMPN Tigaraksa III 0,054 29.491.695,00 4.161.660.919,90 36 SDN Sodong I 0,076 122.368.284,00 4.284.029.203,90 37 SDN Bidara 0,068 46.949.376,00 4.330.978.579,90 38 SDN Sodong II 0,091 53.993.940,00 4.384.972.519,90 39 SMAN Tigaraksa I 0,075 270.873.720,00 4.655.846.239,90 40 SDN Pasirnangka 0,111 63.465.804,00 4.719.312.043,90 41 SMAN Tigaraksa II 0,062 227.032.306,80 4.946.344.350,70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
4.7 Skenario Penanganan Pemeliharaan Bangunan Sekolah
Berdasarkan perhitungan diatas didapat bahwasanya kebutuhan total untuk
biaya rehabilitasi sebesar Rp. 4.946.344.350,00, sedangkan berdasarkan data dari
Dinas Pendidikan nilai anggaran rehabilitasi/pemeliharaan Kabupaten Tangerang
untuk tahun anggaran 2011 yang bersumber dari APBD sebesar Rp.
15.000.000.000,00 dan APBN sebesar Rp. 30.000.000.000,00. Jadi anggaran total
Rp. 45.000.000.000,00. Apabila dianggap besarnya biaya rehabilitasi/pemeliharaan
sama untuk semua kecamatan, maka untuk Kecamatan Tigaraksa mendapat anggaran
Rp. 1.730.769.000,00. Oleh karena itu perlu dibuat beberapa skenario penanganan
rehabilitasi bangunan berdasarkan hasil perhitungan skala prioritas dan keterbatasan
anggaran yang ada. Skenario yang dapat diambil berdasarkan beberapa
pertimbangan, yaitu sebagai berikut :
A. Skenario pertama
Pada skenario ini penentuan skala prioritas berdasarkan hasil perhitungan dari
program, dibandingkan dengan anggaran yang tersedia. Maka didapat 15 buah
sekolah yang dapat direhabilitasi berdasarkan anggaran yang tersedia.
Tabel 4.22 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario pertama
No Nama Sekolah Nilai
Prioritas Sekolah
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
Biaya Komulatif ( Rp )
1 SDN Kadongdong 0,453 0,559 385.951.488,00 385.951.488,00 2 SMPN Tigaraksa II 0,387 0,092 71.459.712,00 457.411.200,00 3 SDN Kalapa Dua II 0,368 0,392 190.300.320,00 647.711.520,00 4 SDN Gudang 0,352 0,255 88.030.080,00 735.741.600,00 5 SDN Nagrak 0,347 0,240 116.510.400,00 852.252.000,00 6 SDN Jalupang 0,335 0,204 99.033.840,00 951.285.840,00 7 SDN Kadu 0,333 0,200 118.668.000,00 1.069.953.840,00 8 SDN Tapos Wetan 0,333 0,157 88.073.232,00 1.158.027.072,00 9 SDN Cigaling 0,325 0,134 65.051.640,00 1.223.078.712,00
10 SDN Kaduagung II 0,324 0,172 96.487.872,00 1.319.566.584,00 11 SDN Babakan 0,322 0,167 93.682.992,00 1.413.249.576,00 12 SDN Cileles 0,322 0,165 92.561.040,00 1.505.810.616,00 13 SDN Kaduagung I 0,320 0,161 78.159.060,00 1.583.969.676,00 14 SDN Bantar panjang 0,319 0,156 107.707.392,00 1.691.677.068,00 15 SDN Bugel 0,297 0,090 39.091.932,00 1.730.769.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
B. Skenario kedua
Pada skenario ini penentuan skala prioritas berdasarkan kepada pertimbangan
efisiensi penggunaan anggaran. Dengan anggaran yang tersedia diharapkan sebanyak
mungkin sekolah yang dapat direhabilitasi. Maka pada skenario ini pemilihan
sekolah yang direhabilkitasi yang mengalami rusak ringan dan sedang saja. Adapun
urutan prioritas mengacu kepada hasil perhitungan program. Pada skenario ini
didapat 19 buah sekolah yang dapat direhabilitasi berdasarkan anggaran yang
tersedia.
Tabel 4.23 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario kedua
No Nama Sekolah Nilai
Prioritas Sekolah
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
Biaya Komulatif ( Rp )
1 SMPN Tigaraksa II 0,387 0,092 71.459.712,00 71.459.712,00
2 SDN Gudang 0,352 0,255 88.030.080,00 159.489.792,00
3 SDN Nagrak 0,347 0,240 116.510.400,00 276.000.192,00
4 SDN Jalupang 0,335 0,204 99.033.840,00 375.034.032,00
5 SDN Kadu 0,333 0,200 118.668.000,00 493.702.032,00
6 SDN Tapos Wetan 0,333 0,157 88.073.232,00 581.775.264,00
7 SDN Cigaling 0,325 0,134 65.051.640,00 646.826.904,00
8 SDN Kaduagung II 0,324 0,172 96.487.872,00 743.314.776,00
9 SDN Babakan 0,322 0,167 93.682.992,00 836.997.768,00
10 SDN Cileles 0,322 0,165 92.561.040,00 929.558.808,00
11 SDN Kaduagung I 0,320 0,161 78.159.060,00 1.007.717.868,00
12 SDN Bantar panjang 0,319 0,156 107.707.392,00 1.115.425.260,00
13 SDN Seglog 0,309 0,215 148.442.880,00 1.263.868.140,00
14 SDN Peusar 0,307 0,121 62.656.704,00 1.326.524.844,00
15 SDN Matagara 0,307 0,121 142.544.001,60 1.469.068.845,60
16 SDN Cogrek II 0,304 0,199 111.634.224,00 1.580.703.069,60
17 SDN Bugel 0,297 0,090 50.487.840,00 1.631.190.909,60
18 SDN Tigaraksa IV 0,297 0,179 86.897.340,00 1.718.088.249,60
19 SMPN Tigaraksa III 0,296 0,054 12.680.750,40 1.730.769.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
C. Skenario ketiga
Skenario ketiga penentuan berdasarkan sumber dana dan waktu pelaksanaan.
Sumber dana untuk rehabilitasi terdiri dari dua sumber yaitu APBD sebesar
Rp. 576.923.000,00 dan dari APBN sebesar Rp. 1.153.846.000,00. Adapun waktu
pelaksanaannya biasanya dana yang bersumber dari APBD dilaksanakan pada awal
tahun sedangkan yang bersumber dari APBN dilaksanakan pada akhir tahun. Pada
skenario yang keempat ini, dana yang bersumber dari APBD digunakan untuk
sekolah yang mempunyai tingkat kerusakan yang berat, karena mempunyai waktu
pelaksanaan yang lebih leluasa, sedangkan yang bersumber dari APBN digunakan
untuk kegiatan rehab ringan dan sedang, karena waktu pelaksanaannya yang relatif
singkat. Dengan skenario ini sekolah yang dapat ditangani dengan anggaran APBD
sebanyak 2 sekolah, sedangkan yang bisa ditangani dengan dana APBN sebanyak 13
sekolah.
Tabel 4.24 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan
sumber dana dari APBD
Tabel 4.25 Daftar sekolah yang direhabilitasi berdasarkan skenario ketiga dengan
sumber dana dari APBN.
No Nama Sekolah Nilai
Prioritas Sekolah
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
Biaya Komulatif ( Rp )
1 SDN Kadongdong 0,453 0,559 385.951.488,00 385.951.488,00
2 SDN Kalapa Dua II 0,368 0,392 190.300.320,00 576.251.808,00
No Nama Sekolah Nilai
Prioritas Sekolah
Tingkat Kerusakan
Biaya Rehabilitasi (Rp)
Biaya Komulatif ( Rp)
1 SMPN Tigaraksa II 0,387 0,092 71.459.712,00 71.459.712,00 2 SDN Gudang 0,352 0,255 88.030.080,00 159.489.792,00 3 SDN Nagrak 0,347 0,240 116.510.400,00 276.000.192,00 4 SDN Jalupang 0,335 0,204 99.033.840,00 375.034.032,00 5 SDN Kadu 0,333 0,200 118.668.000,00 493.702.032,00 6 SDN Tapos Wetan 0,333 0,157 88.073.232,00 581.775.264,00 7 SDN Cigaling 0,325 0,134 65.051.640,00 646.826.904,00 8 SDN Kaduagung II 0,324 0,172 96.487.872,00 743.314.776,00 9 SDN Babakan 0,322 0,167 93.682.992,00 836.997.768,00
10 SDN Cileles 0,322 0,165 92.561.040,00 929.558.808,00 11 SDN Kaduagung I 0,320 0,161 78.159.060,00 1.007.717.868,00 12 SDN Bantar panjang 0,319 0,156 107.707.392,00 1.115.425.260,00 13 SDN Peusar 0,307 0,121 38.420.740,00 1.153.846.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
4.8 Sistem Pendukung Keputusan Pemeliharaan Bangunan Sekolah
4.8.1 Gambaran Umum Sistem Pendukung Keputusan.
Program sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penganan
rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah negeri ini dibuat sesederhana
mungkin.
Pembuatan sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas
rehabilitasi/ pemeliharaan bangunan sekolah ini, dimaksudkan untuk mempermudah
dalam penentuan kebijakan. Dengan bantuan sistem ini perhitungan secara manual
yang rumit akan menjadi lebih mudah. Pengguna sistem hanya memasukan data-data
yang diperlukan, sedangkan proses perhitungan yang rumit dan berulang-ulang akan
digantikan oleh sistem.
Sistem ini dibuat dengan program Acces, pemilihan program ini dikarenakan
Acces merupakan bagian dari Microsoft office, jadi tersedia hampir disemua
personal computer. Selain itu dalam Acces tersedia fasilitias pembuat user interface,
sehingga akan memudahkan pembuatan form-form isian untuk pembuatan sistem ini.
Secara umum sistem ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah
Perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah ini dimaksudkan untuk
mendapatkan kondisi bangunan sekolah yang ada. Pada program ini pengguna
hanya memasukkan data-data. Adapun proses perhitungan yang rumit akan
dilakukan oleh program. Adapun data yang dibutuhkan untuk perhitungan yaitu :
· Data volume eksisting untuk masing-masing elemen dan sub elemen
· Data jenis dan tingkat kerusakan pada masing-masing elemen dan sub
elemen.
· Data volume kerusakan untuk masing-masing jenis dan tingkat kerusakan
pada masing-masing elemen dan sub elemen.
Setelah memasukan data secara otomatis akan didapat indeks kondisi bangunan
secara lengkap mulai dari indeks kondisi sub elemen, elemen, sub komponen,
komponen dan indeks kondisi bangunan itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
2. Perhitungan skala prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan
sekolah.
Perhitungan skala prioritas ini untuk mendapatkan urutan prioritas penanganan
rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah. Pada menu ini terdapat dua jenis
perhitungan, yaitu :
· Perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
Pada perhitungan ini kita memasukan data hasil penilaian perbandingan
kepentingan anata kriteria dan sub kriteria. Penilaiannya sendiri dilakukan
oleh stake holder yang berkepentingan dalam masalah ini.
· Perhitungan prioritas
Pada perhitungan skala prioritas, data yang digunakan adalah tingkat
kerusakan bangunan sekolah, status tanah sekolah, status bangunan sekolah,
lokasi sekolah, rasio rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas dan luas
wilayah layanan sekolah.
Setelah input data program secara otomatis akan menghitung nilai masing-
masing sekolah dan akan diurutkan secara otomatis dari nilai terbesar
sampai nilai terkecil.
3. Perhitungan biaya pemeliharaan/rehabilitasi bangunan sekolah.
Perhitungan biaya rehabilitasi/pemeliharaan digunakan untuk menentukan
berapa jumlah sekolah yang dapat ditangani sesuai dengan anggaran yang
tersedia. Pada perhitungan ini data yang diperlukan yaitu :
· Luas sekolah
· Tingkat kerusakan
· Nilai koefisien tingkat sekolah
· Harga satuan pembangunan baru
Adapun diagram alir penggunaan program dapat dilihat pada Gambar 4.9 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
MULAI
INPUT DATA KONDISI BANGUNAN :1. Masukan volume eksisting sub elemen/elemen2. Masukan Data Jenis Kerusakan3. Masukan Data Tingkat Kerusakan4. Masukan Volume Kerusakan
HITUNG INDEKS KONDISI BANGUNAN :1. Hitung persentase kerusakan sub Elemen2. Tentukan nilai pengurang Elemen/Sub Elemen3. Tentukan faktor koreksi kerusakan Elemen4. Hitung Indeks Konsisi Sub Elemen5. Hitung Indeks Kondisi Elemen6. Hitung Indeks Kondisi Sub Komponen7. Hitung Indeks Konsisi Komponen8. Hitung Indeks Kondisi Bangunan
INPUT DATA QUISIONER
PENENTUAN BOBOT KRITERIA DAN SUB
KRITERIA
INDEKS KONDISI GEDUNG SEKOLAH
HITUNG BOBOT KRITERIA DAN SUB KRITERIA
BERDASARKAN DATA QUISIONER
BOBOT KRITERIA DAN SUB KRITERIA
INPUT DATA SEKOLAH :1. Masukan data tingkat kerusakan sekolah2. Masukan data status tanah sekolah3. Masukan data status bangunan sekolah4. Masukan data lokasi sekolah5. Masukan data rasio rombel dan ruang kelas3. Masukan data luas wilayah layanan sekolah
INPUT DATA HARGA BAHAN BANGUNAN DAN UPAH
HITUNG HARGA SATUAN BANGUNAN
HITUNG NILAI BOBOT KRITERIA DAN TOTAL
TIAP SEKOLAH
URUTKAN SEKOLAH BERDASARKAN NILAI PERHITUNGAN DARI TERBESAR SAMPAI
TERKECIL
HITUNG KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI
TIAP SEKOLAH
KEBUTUHAN BIAYA REHABILITASI TIAP
SEKOLAH
DANA APBD YANG TERSEDIA
PENENTUAN SEKOLAH YANG DI REHAB
SELESAI
Gambar 4.9 Diagram alir sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Gambar 4.10 Diagram alir program sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
4.8.2 Petunjuk Penggunaan Program Sistem Pendukung Keputusan
Program sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penganan
rehabilitasi dan pemeliharaan bangunan sekolah negeri ini dibuat sesederhana
mungkin. Diharapkan dengan sistem yang sederhana akan memudahkan pengguna
program ini. Adapun langkah-langkah untuk penggunaan program ini adalah sebagai
berikut :
1. Memulai dan menutup program
Untuk memulai program, klik file program pada direktori program ini
disimpan. Tampilan pertama yang akan muncul seperti pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Tampilan muka program sistem pendukung keputusan
Kemudian untuk masuk ke menu utama, klik tombol “OK” pada pojok kanan
bawah. Tampilan metu utama, seperti Gambar 4.12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Gambar 4.12 Menu utama
Pada menu utama, terdapat beberapa menu pilihan, secara umum terdiri dari
tiga menu, yaitu :
A. Perhitungan indeks kondisi gedung
B. Perhitungan penentuan skala prioritas penanganan rehabilitasi
C. Perhitungan biaya rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah.
Untuk masuk ke salah satu menu tersebut tinggak mengklik tombol yang
tersedia, sedangkan untuk keluar tinggal mengklik tombol “SELESAI”
2. Perhitungan indeks kondisi gedung
Untuk memulai perhitungan pilih tombol perhitungan kondisi bangunan baru,
maka akan muncul layar seperti Gambar 4.13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Gambar 4.13 Pemilihan jenis bangunan untuk perhitungan indeks kondisi
bangunan
Langkah-langkah untuk perhitungan IKB adalah sebagai berikut :
1. Isi nama sekolah
2. Isi luas sekolah
3. Pilih jenis gedung sekolah
Pada pilihan jenis gedung sekolah terdapat empat pilihan yaitu :
· Gedung sekolah tidak bertingkat dengan KM/WC
· Gedung sekolah tidak bertingkat tanpa KM/WC
· Gedung sekolah bertingkat dengan KM/WC
· Gedung sekolah bertingkat tanpa KM/WC
4. Isi tahun ketika survey kerusakan
5. Isi volume eksisting elemen/sub elemen bangunan gedung
6. Pilih jenis dan tingkat kerusakan yang terjadi pada masing-masing elemen/sub
elemen. Apabila tidak terdapat kerusakan, tidak perlu diisi. Program dengan
sendirinya akan menghitung nilai pengurang dan nilai kondisi untuk masing-
masing sub elemen, elemen, sub komponen, komponen dan indeks kondisi
bangunannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
7. Untuk jenis bangunan sekolah bertingkat, setelah pengisian data balok induk,
balok anak, pelat lantai dan pelat tangga, sebelum dilanjutkan ke isian
berikutnya diklik dulu tombol “tutup balok induk, anak dan plat”.
8. Setelah selesai pengisian data, maka hasil perhitungan bisa dilihat seperti pada
Gambar 4.14
Gambar 4.14 Hasil perhitungan indeks kondisi elemen komponen dan
bangunan.
9. Untuk melihat hasil perhitungan seluruh bangunan sekolah, dari menu utama
pilih menu “ Lihat hasil perhitungan seluruh bangunan “, maka akan muncul
Gambar 4.15 :
Gambar 4.15 Hasil rekapitulasi perhitungan kondisi bangunan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
10. Untuk melihat grafik hasil perhitungan seluruh bangunan sekolah, dari menu
utama pilih menu “ Buka grafik IKB “, maka akan muncul Gambar 4.16 :
Gambar 4.16 Grafik kondisi bangunan sekolah
3. Perhitungan bobot kriteria untuk penentuan skala prioritas penanganan
rehabilitasi/pemeliharaan bangunan sekolah.
Penentuan skala prioritas pananganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan
sekolah pada program ini berdasarkan enam buah kriteria, yaitu :
· Tingkat kerusakan bangunan sekolah
· Status tanah sekolah
· Status bangunan sekolah
· Lokasi sekolah
· Rasio antara rombongan belajar dan jumlah ruang kelas
· Luas wilayah layanan sekolah
Untuk menentukan bobot masing-masing kriteria, maka dilakukan
perhitungan dengan bantuan program ini, adapun nilai perbandingan
kepentingan antar kriteria berdasarkan penilaian stake holder. Adapun langkah
perhitungannya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
a. Pada menu utama pilih tombol “perhitungan bobot kriteria”, maka akan
muncul layar Gambar 4.17
Gambar 4.17 Pengisian untuk perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
b. Kemudian dilakukan pengisian nilai perbandingan kepentingan antar
kriteria dan sub kriteria berdasarkan hasil penilaian stake holder.
c. Setelah dilakukan pengisian, kita bisa melihat hasil konfigurasi matrik
kepentingan dengan mengklik tombol “Lihat matrik”
d. Program dengan sendirinya akan melakukan perhitungan nilai bobot
masing-masing kriteria dan sub kriteria.
e. Program juga akan memberikan informasi hasil uji konsistensi penilaian
dari stake holder.
f. Hasil penilaian stake holder dapat dilihat pada Gambar 4.18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Gambar 4.18 Hasil perhitungan bobot kriteria dan sub kriteria
g. Hasil penilaian rata-rata dari semua stake holder dapat dilihat dengan memilih
tombol “ Lihat hasil rekap bobot kriteria “ pada menu utama.
4. Perhitungan skala prioritas penanganan rehabilitasi/pemeliharaan bangunan
sekolah.
Untuk memulai pehitungan, pada menu utama pilih tombol “ Perhitungan nilai
kondisi sekolah input”, adapun langkah pengisian adalah sebagai berikut :
1. Isi nilai tingkat kerusakan bangunan sekolah berdasarkan hasil
perhitungan terdahulu.
2. Isi data status tanah dengan memilih salah satu pilihan
3. Isi data status bangunan dengan memilih salah satu pilihan
4. Isi data lokasi sekolah dengan memilih salah satu pilihan
5. Isi data rasio rombel dengan memilih salah satu pilihan
6. Isi data luas wilayah dengan salah satu pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Untuk melihat hasil perhitungan dapat dilihat pada tampilan Gambar 4.19 :
Gambar 4.19 Perhitungan nilai sekolah berdasarkan masing-masing kriteria.
Untuk melihat rekap hasil perhitungan, pada menu utama dipilih tombol “
Lihat rekapitulasi nilai bangunan”, maka akan tampil sebagai Gambar 4.20
Gambar 4.20 Rekapitulasi hasil perhitungan masing-masing sekolah berdasarkan semua kriteria.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
5. Perhitungan biaya pemeliharaan bangunan sekolah.
Untuk memulai pehitungan, pada menu utama pilih tombol “ Perhitungan
biaya” , maka pada layar tampil sebagai berikut :
Adapun langkah perhitungan sebagai berikut :
1. Isi nama sekolah
2. Isi luas bangunan dan luas selasar
3. Isi tingkat kerusakan bangunan
4. Isi koefisien tingkat bangunan, untuk bangunan tidak bertingkat diisi 1,00
, untuk bangunan bertingkat dua diisi 1,09.
5. Isi harga satuan bangunan per m2, dibedakan antara bangunan bertingkat
dan tidak bertingkat, berdasarkan hasil perhitungan. Untuk selasar nilai
bangunan setengah dari bangunan utama.
Gambar 4.21 Perhitungan biaya rehabilitasi bangunan sekolah
6. Untuk melihat rekapitulasi perhitungan, pada menu utama pilih tombol “
Lihat rekapitulasi perhitungan biaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan :
1. Model penilaian kondisi bangunan sekolah telah dibuat, perhitungan kondisi
bangunan mengikuti hirarki bangunan. Indeks kondisi didapat dengan
mengalikan nilai kondisi dengan bobot komponen. Dengan menggunakan
bantuan program, perhitungan indeks kondisi bangunan sekolah, menjadi lebih
cepat, dan akurat. Database hasil perhitungan dapat disimpan dengan baik dan
pemutakhiran data lebih mudah dilakukan.
2. Kondisi bangunan sekolah negeri di Kecamatan Tigaraksa secara umum dalam
kondisi cukup baik. Dari 41 bangunan sekolah yang disurvei dan dihitung
tingkat kerusakannya, didapat 2 bangunan dalam kondisi rusak berat, 17 rusak
sedang dan 22 rusak ringan.
3. Sistem pendukung keputusan pemeliharaan bangunan sekolah negeri di
Kabupaten Tangerang telah dibuat. Metode perhitungan yang digunakan yaitu
metode AHP. Dalam sistem ini penentuan skala prioritas pemeliharaan
bangunan sekolah dengan memperhitungkan 6 buah kriteria. Penilaian tingkat
kepentingan antar kriteria melibatkan 30 orang responden. Dari hasil
perhitungandidapat bobot dari keenam kriteria tersebut yaitu tingkat kerusakan
bangunan 0,332; status tanah sekolah 0,265; status bangunan sekolah 0,103;
lokasi sekolah 0,065; rasio rombongan belajar dengan jumlah siswa 0,186 dan
luas wilayah layanan sekolah 0,049.
4. Dari hasil analisis urutan sekolah yang mendapat prioritas penanganan
pemeliharaan yaitu SDN Kadongdong, SMPN Tigaraksa II, SDN Kalapa Dua
II, SDN Gudang, SDN Nagrak, SDN Jalupang, SDN Kadu, SDN Tapos Wetan,
SDN Cigaling, SDN Kaduagung II, SDN Babakan, SDN Cileles, SDN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Kaduagung I, SDN Bantar panjang, SDN Seglog, SDN Peusar, SDN Matagara,
SDN Cogrek II, SDN Bugel, SDN Tigaraksa IV, SDN Cisereh II, SDN
Tigaraksa III, SDN Pete, SDN Cogrek I, SDN Tapos, SDN Tigaraksa II, SDN
Tigaraksa I, SDN Kadeper, SDN Guradog, SDN Cisereh I, SDN Kalapa Dua I,
SMPN Tigaraksa I, SDN Pinang, SDN Pasirbolang, SMPN Tigaraksa III, SDN
Sodong I, SDN Bidara, SDN Sodong II, SMAN Tigaraksa I, SDN Pasirnangka
dan SMAN Tigaraksa I. Berdasarkan anggaran yang tersedia dibuat 3 buah
skenario penanganan. Pada skenario pertama urutan prioritas berdasarkan hasil
perhitungan program terdapat 15 sekolah yang dapat ditangani, pada skenario
kedua berdasarkan aspek efisiensi biaya sekolah yang bisa ditangani 19 buah,
pada skenario ketiga berdasarkan aspek sumber anggaran sekolah yang bisa
ditangani 15 buah.
5.2 Saran
Agar sistem pendukung keputusan penentuan skala prioritas penanganan
pemeliharaan bangunan sekolah bisa lebih sempurna lagi, maka disarankan :
1. Perlu dilakukan penelitian dan pengkajian lebih mendalam tentang besaran nilai
pengurang dan faktor koreksi untuk berbagai jenis dan tingkat kerusakan pada
masing-masing sub elemen bangunan gedung.
2. Perlu dikembangkan sistem yang dalam penentuan kriterianya bersifat dinamis.
Kriteria bisa dirubah sesuai dengan tuntutan keadaan.
3. Perlu dikembangkan sistem pendukung keputusan penentuan skenario
pemeliharaan berdasarkan skala prioritas dan jumlah anggaran yang tersedia.
4. Perlu dilakukan pembobotan ulang apabila sistem akan diterapkan pada lokasi
lain.