Post on 23-Dec-2015
description
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENCEGAHAN DIABETES GESTASIONAL PADA MASA KEHAMILAN
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Riset Pada Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
Disusun Oleh :
ANISA AULIA RACHMA
P17320312008
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah ini yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan diabetes
gestasional pada masa kehamilan”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Program Studi
Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Dalam penyusunan Proposal ini peneliti tidak lepas dari hambatan serta kesulitan. Namun
atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Susmadi, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik
Kesehatan Kemenkes Bandung.
2. DR. Atik Hodikoh M.Kep,Sp.Mat selaku pembimbing riset yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan Proposal ini
3. Ida Farida M.Kes selaku pembimbing mata kuliah riset yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan Proposal ini.
4. Ayah, Bunda dan kakak-kakakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat,
kasih sayang dan doa terbaik untuk saya yang tiada hentinya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,mental,spiritual dan sosial
yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU
No.36 Tahun 2009). Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menjunjung terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Seseorang yang
memiliki kesehatan jiwa atau mental yang sejahtera hampir dipastikan memiliki
hidup harmonis dan produktif (Sumiati,2009).
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai ke 6, triwulan
ketiga dari bulan ke 7 sampai ke 9 (Adriaansz, Wiknjosastro & Waspodo, 2007).
Kehamilan didefinissikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan
sebuah sperma, yang menanadai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada
suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah
pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan
1
gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik,
maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005)
2
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa
darah di atas normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan
kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl. Ada beberapa tipe diabetes
mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik, dan
terapinya. Klasifikasi yang utama adalah Tipe I : Diabetes Mellitus yang tergantung insulin
(insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM)); Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM)); Diabetes Mellitus yang
berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya; Diabetes mellitus gestasional (Suzanne
& Brenda, 2001).
Beberapa tahun belakangan ini, insidensi diabetes selama kehamilan di Amerika
Serikat mengalami peningkatan menjadi sekitar 180.000 kehamilan per tahun (Langer, 1990).
Para penderita diabetes sekarang ini mampu mengandung dan mempertahankan kehamilan
karena adanya kemajuan dalam penatalaksanaan diabetes dan telah semakin meningkatnya
pengenalan terhadap bentuk diabetes gestasional yang paling ringan (intoleransi glukosa
yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan). Diabetes gestasional terjadi pada 1% sampai
3% kehamilan, dan diabetes pregestasional, diabetes yang telah ada sebelum konsepsi, terjadi
pada 0,1% sampai 0,2% (Coustan, 1991).
Sekitar 15.000 bayi lahir dari ibu dengan diabetes setiap tahunnya. Sejak 1980,
international Workshop-Conference on Gestational Diabetes dan American Diabetic
Association telah merekomendasikan skrining unoversal untuk diabetes gestasional antara 24
sampai 28 minggu kehamilan.
Penyebab Diabetes Gestasional ini karena insulin tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Hormon kehamilan dapat menghalangi insulin untuk menjalankan fungsinya.
Akibatnya level gula darah/glukosa dalam tubuh menjadi tinggi.
Penyebabnya mirip dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Oleh karena itu, diabetes gestasional
merupakan sub-tipe dari tipe 2.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadikan seseorang rentan terhadap
diabetes gestasional: Memiliki sejarah keluarga yang mengidap diabetes, berusia di atas 25
tahun saat hamil, memiliki tekanan darah tinggi, memiliki berat badan tinggi sebelum hamil,
pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000g (makrosomia) sebelumnya.
Biasanya diabetes gestasional tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika memang ada, maka
gejala tersebut sangat ringan dan sering dihubungkan dengan situasi alamiah selama
kehamilan. Level gula darah/glukosa pun akan kembali normal setelah melahirkan. Gejala
3
yang mungkin timbul adalah:, pandangan kabur, kelelahan, sering mengalami infeksi pada
daerah luka, kulit dan juga vagina, sering buang air kecil, mual hingga muntah, merasa
kehausan, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat.
Seperti disebutkan di atas, bahwa umumnya diabetes gestasional tidak menunjukkan
gejala sama sekali, sehingga dibutuhkan proses tes dan screening pada setiap wanita hamil
untuk mendeteksi penyakit ini.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat
disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan
kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia
(berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf
pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi
surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat
terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran
dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena
kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau
peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
[paragraf ini dikutip dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus)]
Karena berhubungan dengan resiko pada janin apabila ibu mengalami Diabetes
Mellitus Gestasional maka sangat diperlukan pencegahan terhadab Diabetes Mellitus
Gestasional. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk mencegah Diabetes
Gestasional antara lain; memeriksa bayi secara rutin, periksakan kesehatan ibu dan
kandungan secara teratur selama kehamilan, monitor kandungan untuk memeriksa ukuran
dan kesehatan janin, lakukan tes ringan yang tidak menimbulkan stres dan tidak sakit untuk
ibu dan bayi, seperti menggunakan mesin elektronik yang dapat mendengar detak jantung si
bayi dalam kandungan, sehingga dokter dapat mengetahui apakan keadaan janin sehat, dan
diet. Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas diet wanita hamil adalah dengan
mengkonsumsi berbagai makanan sehat. Periksa setiap label makanan dan konsultasikan
dengan dokter untuk menentukan pola diet yang tepat selama kehamilan.Secara umum,
wanita yang terdiagnosa diabetes gestasional sebaiknya memperhatikan beberapa hal berikut:
tidak terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan protein, penuhi karbohidrat melalui makanan
yang mengandung buah dan sayuran, serta karbohidrat kompleks (roti, sereal dan nasi),
4
kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak gula seperti soft-drink, jus buah, dan
lain sebagainya. Senam kehamilan adalah aktivitas yang baik untuk ibu hamil. Hal tersebut
sangat berguna untuk ibu hamil dan kandungannya, sekaligus menjaga level glukosa di dalam
darah tetap normal.
Untuk itu ibu hamil harus tahu bagaimana prilaku yang dapat mencegah Diabetes
Mellitus Gestasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran perilaku pencegahan diabetes gestasional
pada ibu hamil di poliklinik kebidanan RS
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan Diabetes
Mellitus Gestasional pada Ibu hamil di Poliklinik kebidanan RS
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran perilaku pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional pada Ibu
hamil
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan, pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang proses
dan cara-cara penelitian deskriptif.
b. Mendapatkan informasi mengenai perilaku pencegahan Diabetes Mellitus
Gestasional pada Ibu hamil
2. Bagi Institusi Prodi Keperawatan Bogor
a. Pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya.
3. Bagi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep dasar Diabetes Mellitusa. Definisi
“Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh
untuk bereaksi terhadap insulin menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat
menyebabkan komplikasi metabolik akut” (Brunner & Suddarth, Edisi 8, 2001).
Diabetes gestasional merupakan diabetes temporer yang timbul akibat
perubahan metabolisme karbohidrat selama kehamilan. Akibat yang ditimbulkan oleh
bentuk diabetes ini bisa sama beratnya seperti yang terjadi pada diabetes yang sudah
ada sebelumnya.
Semua wanita hamil harus menjalani tes urine yang rutin pada setiap kali kunjungan
prenatal untuk mendeteksi glikosuria. Tes yang positif merupakan indikasi untuk
pemeriksaan toleransi glukosa (GTT). GTT kini dilakukan sebagai pemeriksaan rutin
pada banyak rumah sakit di Australia bagi wanita hamil dengan usia kehamilan 32
minggu.
Diabetes gestasional adalah metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
pertama kali didiagnosis selama kehamilan, dengan mengabaikan tingkat
keparahannya.
b. Klasifikasi
Diabetes gestasional dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Diabetes gestasional yang ditandai dengan uji toleransi glukosa/glucose tolerance
test (GTT) yang abnormal tanpa gejala lainnya. Glukosa puasa normal dan
diabetes dikontrol dengan diet (A1).
b) Diabetes gestasional ditandai dengan hasil GTT yang abnormal dan peningkatan
glukosa puasa. Tipe diabetes gestasional ini harus dikontrol dengan insulin (A2).
6
c. Etiologi
Diabetes gestasional adalah gangguan (secara luas) pada kehamilan akhir,
yang disebabkan oleh peningkatan stimulasi pankreas yang berhubungan dengan
kehamilan.
d. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus gestasional (tipe III, GDM), antagonisme insulin oleh
hormon-hormon plasenta, human placental lactogen, progesteron, kortisol, dan
prolaktin menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Efek hormon-hormon ini
memuncak pada 26 minggu gestasi. Ini disebut sebagai efek diabetogenik kehamilan.
Fungsi sel beta pankreas mengalami kerusakan sebagai respon terhadap peningkatan
stimulasi pankreas dan induksi resistensi insulin. Kehamilan yang dipersulit dengan
diabetes menempatkan ibu pada resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi, misalnya
abortus spontan, gangguan hipertensi, persalinan preterm, infeksi dan komplikasi
kelahiran. Efek pada janin meliputi hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketoasidosis.
Efek hiperglikemi dapat mencakup : kelainan kongenital, makrosomia, pertumbuhan
janin terhambat, kelahiran janin intra uterin, keterlambatan maturitas paru,
hipoglikemi neonatus, hiperbilirubinemia neonatus.
e. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis umum meliputi:
a) glikosuria pada dua kunjungan berturut-turut
b) vaginitis monilial berulang
c) makrosomia janin pada ultrasonografi
d) polihidramnion.
f. Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.
Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian perinatal,
kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom
7
gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g,
terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita GDM. Faktorfaktor lain yang dapat
diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia
termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua,
multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas
janin meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko
kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa
jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat
menyebabkan janin hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan
ibu GDM termasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko
kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi
insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas
insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat
GDM memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan
populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.
g. Cara pencegahan
2. Konsep dasar pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang
(overt behaviour) (Notoatmodjo, 2011).
‘Dalam Kamus Besar Indonesia (2005) yang dikutip dari Budiman dan
Riyanto (2013), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
pembelajaran’.
Dari beberapa uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui atau hasil ‘tahu’ yang diperoleh dari
penginderaan terhadap suatu objek dan berkaitan dengan proses pembelajaran.
8
b. Jenis pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan
sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan diantaranya sebagai berikut (Budiman & Riyanto, 2013).
1. Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
2. Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
c. Tingkatan pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat,
yakni (Notoatmodjo, 2011) :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
9
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Misalnya:
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,
dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
d. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara
modern atau cara ilmiah yakni proses penelitian (Notoatmodjo, 2010).
1) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
a) Cara coba salah (trial and error)
10
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Pada waktu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah,
upaya pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinana yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal
atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang
bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-oleh diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak. Sumber pengetahuan tersebut berasal dari otoritas pemerintah, otoritas atau
kekuasaan ahli ilmu pengetahuan.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman
pribadi pun merupakan digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
e) Cara akal sehat (Common Sense)
Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya
mau menuruti nasihat orang tuanya atau agar anak disiplin menggunakan cara
hukuman fisik bila anaknya berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai
sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran bahwa hukuman adalah
merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
11
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui
para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil
usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang
diperoleh melalui intiutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya
berdasarkan intuisi atau suarah hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya,
baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan
melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.
Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum
kepada yang khusus.
2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Balon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode
berfikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-
gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklarifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
Kemudian metode berfikir induktif yang dikembangkan oleh Balon dilanjutkan oleh
Deobold Van Dollen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap
12
semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga
hal pokok, yakni :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan
2) Segala sesuatu yang negatif , yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan
3) Gejala yang muncul secara graviditasi yaitu gejala-gejala yang berubah-rubah pada
kondisi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur
yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan
kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini
kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis.
Selanjitnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verivikatif
seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan
penelitian, yang desawa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific
research method).
e. Karakteristik individu yang kurang pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) karakteristik individu yang kurang pengetahuan
adalah sebagai berikut :
1) Mengungkapkan informasi yang tidak adekuat. Informasi tidak disampaikan lengkap
sehingga maksudnya jadi bias.
2) Adanya salah pengertian atau salah persepsi karena tidak memiliki pengetahuan yang
cukup biasanya terjadi makna yang disampaikan menjadi salah.
3) Menanyakan kembali informasi yang telah diberikan, kemampuan menerima
informasi lambat sehingga pertanyaan diulang-ulang.
4) Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu karena pengetahuan yang diterima
tidak cukup biasanya kurang mampu dalan mempergunakan sesuatu.
13
f. Proses pengetahuan
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yang disebut AIETA yakni (Notoatmodjo, 2011) :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,
dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari dengan
pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2011).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Umur
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang
selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu
14
hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang
dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya
pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.
2) Intelegensi atau kecerdasan
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak
guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi yang baru. Intelegensi merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengelola informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasi lingkungan (Sunaryo,
2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.
3) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup.
Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
4) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher), pepatah
tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan suatu sumber pengetahuan dan
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2003)
15
5) Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung
mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2003).
6) Lingkungan
Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003). Lingkungan merupakan
seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
Lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan.
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Pengetahuan seseorang
akan lebih baik jika berada di perkotaan daripada di pedesaan karena di perkotaan akan
meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial
makin kuat, di perkotaan mudah mendapatkan informasi (Hurlock, 2002).
7) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain karena hubungan ini
seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
h. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat
tes atau kuisioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan
penilaian di mana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan
jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan
skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa
presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :
Skema 2.1 Formula Perhitungan Pengetahuan
16
N = Sp x
100%
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
Menurut Nursalam (2008), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :
Baik : Nilai = 76 - 100%
Cukup : Nilai = 56 - 75%
Kurang : Nilai = < 55%
3. Konsep dasar perilaku
a. Definisi perilaku
Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme
yang bersangkutan, yang dapat diamati, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan dari sudut pandang operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon
organisme atau individu terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Irianti,2011).
Skiner merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui adanya proses stimulus
terhadap organisme tersebut merespon, maka teori skiner ini disebut teori Stimulus
Organisme Respons (Notoatmodjo,2010).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah kegiatan
individu terhadap rangsangan dari luar yang dapat diamati baik secara langsung maupun
tidak langsung.
b. Jenis Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2010), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus,
perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
17
Perilaku tertutup apabila terjadi respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Perilaku ini dapat diukur melalui pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu hamil
tahu pentingnya periksa kehgamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri
(pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangga dimana tempat periksa
kehamilan yang dekat (sikap).
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut adalah berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain atau dari luar atau overt behavior.
Contohnya ibu hamil memeriksakan kandungannya secara rutin. Contoh tersebut adalah
tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik (practice).
c. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Green (Notoatmodjo,2010) menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
faktor utama, yaitu:
1) Faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Seorang Ibu mau membawa
anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan
anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh imunisasi un
tuk pencegahan penyakit, dan sebagainya. Tanpa ada pengetahuan-pengetahuan ini,
ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke Posyandu.
2) Faktor-faktor pemungkin, adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi
perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas,
posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat olahraga, makanan bergizi,
keterjangkauan pelayanan kesehatan baik jarak maupun biaya serta adanya aturan atau
komitmen-komitmen masyarakat. Sebuah keluarga yang sudah tau masalah kesehatan,
mengupayakan keluarga untuk menggunakan air bersih, buang air besar di WC,
18
makan makanan yang bergizi dan sebagainya. Tetapi apabila keluarga tersebut tidak
mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang air besar
di kali/kebun, menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya dan
sebagainya.
3) Faktor penguat, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini yaitu pendapat, dukungan, dan kritik, baik dari keluarga, lingkungan dan petugas kesehatan. Meskipun seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil dan didekat rumahnya ada polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak melakukan periksa hamil karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.
d. Domain perilaku
Benyamin Bloom (Notoatmodjo, 2010), membedakan 3 domain perilaku,
yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
2) Sikap (attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak
senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik, dan sebagainya). Sikap mempunyai
tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
a) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap pemeriksaan kehamilan, dapat
diukur dari kehadiran si Ibu dalam mengikuti kegiatan penyuluhan tentang kehamilan
di lingkungannya.
b) Menanggapi
Menanggapi yaitu memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau
objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care
menjawab atau menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.
19
c) Menghargai
Menghargai yaitu memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus seperti
membahasnya dengan orang lain atau mempengaruhi orang lain untuk merespon.
Misalnya, setelah mengikuti penyuluhan, seorang ibu mendiskusikan kembali hal yang
dibahas dengan suaminya.
d) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya merupakan tingkatan sikap
yang paling tinggi, yaitu siap dan berani mengambil resiko atas apa yang telah
diyakininya. Misalnya, ibu yang sudah mengikuti penyuluhan ante natal care harus
berani mengorbankan waktunya atau penghasilannya.
3) Tindakan atau Praktik (practice)
Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:
a) Praktik terpimpin (guided response)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan
atau menggunakan panduan, misalnya seorang klien TB mau berobat ke rumah sakit
bila diingatkan oleh keluarganya.
b) Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu hal secara otomatis maka disebut
tindakan praktik atau tindakan mekanis. Misalnya seorang ibu hamil memeriksakan
kandungannya secara rutin tanpa harus menunggu perintah dari petugas kesehatan.
c) Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang bukan hanya
suatu rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi menjadi
perilaku atau tindakan yang berkualitas. Misalnya, menggosok gigi, bukan sekedar
gosok gigi saja namun dengan teknik – teknik yang benar.
e. Pengukuran perilaku
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)
sikap. Perilaku merupakan salah satu struktur pembentuk sikap individu, sedangkan
sikap merupakan salah satu domain terbentuknya perilaku. Komponen perilaku dalam
struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan objek yang dihadapinya. Sikap mendasari bentuk – bentuk perilaku secara
20
konsisten diperlihatkan seseorang terhadap objek – objek sosial dalam waktu tertentu
(Azwar, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2010), cara mengukur perilaku dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu:
1) Secara langsung
Pengukuran perilaku secara langsung adalah pengukuran perilaku yang paling baik
dengan cara pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka
memelihara kesehatannya, misalnya dimana responden membuang air besar,
makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi dan
sebagainya.
2) Secara tidak langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung dengan menggunakan metode mengingat
kembali (recall). Metode ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan –
pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan
kesehatan, misalnya untuk mengetahui gizi ibu terhadap balitanya, dengan
menanyakan makanan apa saja yang diberikan kepada anaknya selama 24 jam
terakhir. Untuk mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan apakah pada
kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana, dan sebagainya.
Teknik skala yang digunakan untuk mengukur perilaku adalah teknik skala Guttman.
Menurut Hidayat (2008) Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti pertanyaan/pernyataan :
ya da tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala
Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian,
apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisanya dapat
dilakukan seperti skala likert (Hidayat, 2008).
Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif
diberi nilai sebagai berikut : ya = 1 dan tidak = 0. Untuk pernyataan negatif diberi
nilai sebagai berikut : ya = 0 dan tidak = 1. Untuk hasil penilaian dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1) Perilaku mencegah : jika skor > median.
2) Perilaku tidak mencegah : jika skor < median.
21
B. Kerangka Teori
22
Faktor Predisposisi
1. Karakteristik masyarakat :
2. Pengetahuan
3. Perilaku
Faktor penguat
1. Dorongan dari keluarga
2. Sikap dan perilaku tenaga kesehatan
3. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat
Faktor Pemungkin
1. Tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan
2. Keterjangkauan pelayanan kesehatan baik jarak maupun biaya
Perilaku pencegahan diabetes gestasional
1. Mencegah2. Tidak mencegah
BAB III
KERANGKA KONSEP
C. Kerangka Konsep
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini menggambarkan tentang pengetahuan ibu hamil dalam upaya
untuk mencegah terjadinya diabetes gestasional pada masa kehamilan dimana
pencegahan ini merupakan hal yang penting untuk menjaga kehamilannya agar
tetap baik dan sehat. Namun banyaknya masalah yang dihadapi ibu hamil dalam
upaya menjaga kesehatan kehamilannya membuat ibu hamil menjadi sasaran
untuk diberikan pendidikan kesehatan salah satu masalah yang dihadapi ibu
hamil adalah kurangnya pengetahuan.
Agar ibu hamil melaksanakan kegiatan untuk menjaga kesehatannya dengan
semestinya perlu upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil hal ini
sangat penting terkait dengan perannya untuk menjadi seorang ibu. Dengan
dimilikinya pengetahuan yang baik dan sikap positif oleh ibu dalam menjaga
kesehatan kehamilannya maka seorang bayi akan lahir dengan baik. Sebaliknya
apabila ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap negatif dalam
menjaga kesehatan kehamilannya maka seorang bayi akan lahir dengan keadaan
kesehatan yang kurang optimal.
Maka dari itu penelitian tentang pengetahuan ibu dalam pencegahan diabetes
gestasional pada masa kehamilan sangatlah penting untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang setinggi-tingginya.
23
Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan
B. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1
2
Pengetahuan Ibu hamil tentang pencegahan diabetes gestasional
Perilaku Ibu Hamil Terhadap pencegahan diabetes gestasional di masa kehamilan
Informasi yang responden ketahui tentang cara pencegahan diebetes gestasional pada masa kehamilan
Pandangan respon atau reaksi responden terhadap pencegahan diabetes gestasional di masa kehamilan
Kuesioner
Kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang pengetahuan
Membagikan kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan dengan mengisi salah satu pilihan jawaban dengan tepat.Benar: 1Salah : 0
Membagikan angket kuesioner yang memuat 10 pertanyaan tentang gambaran sikap ibu hamil tentang pencegahan diabetes gestasional
Baik :76 – 100%
Cukup :56 – 75%
Kurang :<55%
Hasil menggunakan skala likert dengan memakai “Sangat Setuju=4 Setuju=3 Tidak setuju=2Sangat Tidak Setuju=1
Ordinal
Ordinal
24
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsinikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.
Metode penelitian ini digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah
kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk yang tinggal dalam
komunitas tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisi data, membuat kesimpulan dan
laporan (Notoatmodjo,2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perilaku pencegahan
Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu hamil, selanjutnya hasil penelitian ini dapat
dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui pertanyaan terstuktur atau keusioner penelitian. Setelah itu
dicari jenis perilaku klien dalam pencegahan penyakitnya dengan analisa dan
perhitungan statistik.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:
a) Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, pembuatan proposal,
permohonan izin penelitian, dan konsultasi dengan pembimbing. Waktu yang
dibutuhkan dalam tahap ini adalah 1 bulan ....
b) Tahap pelaksanaan
Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu seperti
pengumpulan data dan angket yang telah dibuat. Kegiatan ini merupakan kegiatan
lanjutan tahap persiapan yang di laksankan pada tanggal
25
c). Tahap penyelesaian
Tahap terakhir ini meliputi analisis data, penyususnan laporan, dan bimbingan
laporan hasil penelitian serta pengolahan data.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien Ibu Hamil Di Poli Kebidanan RS PMI
Bogor , Adapun kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Inklusi :
Seluruh pasien ibu hamil di Poli kebidanan RS PMI Bogor
b. Ekslusi :
1. Pasien ibu hamil di Poli kebidanan RS PMI Bogor yang tidak mau
berpartisipasi.
2. Pasien ibu hamil di RS PMI Bogor yang tidak termasuk kriteria
2. Sampel
Sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang dilakukan di Poli
Kebidanan RS PMI Bogor, dengan mengambil secara sengaja pasien yang ada di Poli
Kebidanan RS PMI Bogor
Perkiraan besar sampel yang di gunakan pada penelitian ini menggunakan rumus :
Dimana
N = besar sample
Z2a/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 1-a/2 (1,96)
p : proporsi hal yang diteliti (0,55)
26
d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)
N : jumlah populasi 120
Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah :
.
1. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan (Observasi) adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara
lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
gambaran dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi
kesan.Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini diperlukan ingatan
yang cepat, setia, teguh, dan luas (Notoatmodjo, 2010).
2. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data.
Instrument ini dipilih berdasarkan pertimbangan instrument yang digunakan
dapat mewakili tujuan penelitian dan variabel-variabel yang akan diukur.
27
D. Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu
karena adanya pertimbangan (Arikunto, 2006). Adapun rumus yang dipakai dalam
menentukan besar sampel adalah menurut Notoatmodjo (2005) yaitu :
n = N
1 + N (d)2
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
d : tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan
Maka perhitungannya :
n = N
1 + N (d)2
= 120
1 + 120 (0,1)2
= 120
1 + 120 (0,01)
= 120
1 + 1,2
= 120
2,2
28
= 54,54
Maka sempel yang digunakan sebanyak 54 Responden
Berdasarkan keterangan di atas untuk menentukan populasi dan sampel terdapat dua kriteria
yaitu :
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakterisitik yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti,
karena inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang merupakan ibu hamil
2. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang bersedia menjadi
responden
b) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakterisitik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak
layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang tidak bersedia menjadi
responden .
2. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang melakukan
pemeriksaan kesehatan reproduksi.
E. Prosedur pengumpulan Data jeje
1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar
kuesioner, dengan daftar pertanyaan yang dibuat sendiri dengan mengacu pada konsep dan
teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
2. Kuesioner
Kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal
wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu
29
(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini Kuesioner berisi yang bersi 10 pertanyaan untuk
pengukuran pengetahuandan untuk pengukuran perilaku 10 pertanyaan.
Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Kuesioner A
Kuesioner A berisikan tentang karakteristik atau data demografi responden yaitu usia.
Pengisian dilakukan dengan cara responden mengisi pada tempat yang telah
disediakan.
2) Kuesioner B
Kuesioner B berisi 10 pertanyaan tentang pengetahuan. Pengisian dilakukan
dengan cara memberi tanda silang (x) diantara pilihan a, b, c dan d sesuai jawaban yang
menurut responden benar. Cara ukur dengan berisikan 10 peratnyaan. 5 Pertanyaan positif
(pertanyaan nomer 1, 2, 5, 8, 10. setiap jawaban skor YA = 1, TIDAK = 0). Dan 5 Pertanyaan
negatif (pertanyan nomer 3, 4, 6, 7,9. setiap jawaban skor YA= 0, TIDAK = 1). Hasil ukur
adalah baik 76%-100%, cukup 56%-75% dan kurang ≤ 55% (Arikunto, 2006).
Cara perhitungan menurut Nursalam (2008).:
N =
Keterangan :
N = Nilai pengetahuan
Sp = Skor yang didapat
Sm = Skor tertinggi maksimum
3) Kuesioner C
Kuesioner C berisikan 10 pertanyaan tentang perilaku yang terdiri dari 5 pernyataan
positif (Pernyataan nomer 1,4,5,7,10). dan 5 pernyataan negatif (Pernyataan nomer 2, 3,6,
8,9). Pengisian dilakukan dengan cara lembar wawancara berisi pernyataan tertutup dimana
responden menjawab dengan jelas apa isi dari pernyataan yang dibuat oleh peneliti dengan
30
memberi tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dengan pilihan Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
3. Alat tulis
Alat tulis yang digunakan adalah pulpen dan kertas untuk mencatat hasil pengumpulan
data.
4. Komputer
Komputer digunakan untuk mengolah data setelah data dari responden terkumpul.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, data yang diperoleh merupakan data
primer (Notoatmodjo, 2010). Data primer adalah data yang langsung diambil dari sumbernya
Kuesioner terdiri dari kode responden, karakteristik responden atau data demografi (umur)
dan berisi pernyataan tertutup dimana responden menjawab dengan jelas apa isi dari
pernyataan yang dibuat oleh peneliti dengan memberi tanda silang (X) pada pernyataan
pengetahuan dan checklist (√) pada kolom penyataan sikap.
6. Prosedur Penelitian
Dalam pengumpulan data, peneliti mengacu pada tahapan yang ditetapkan dalam
prosedur di bawah ini:
1) Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan koordinator mata
ajar maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak rumah sakit.
2) Menyerahkan surat izin penelitian pada pihak sekolah.
3) Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti mulai melakukan
pendekatan untuk memberikan penjelasan dan informed consent.
4) Setelah calon responden setuju untuk jadi responden maka dilakukan
proses pengambilan data, selama mengisi lembar kuesioner peneliti
memberikan kesempatan pada responden untuk menjawab semua
pernyataan dan untuk meminta penjelasan terhadap pernyataan penelitian.
31
5) Setelah semua data terkumpul peneliti langsung melakukan editing data
responden, berdasarkan hasil pengeditan tidak ada responden yang datanya
error.
A. Prosedur Pengolahan Data winay
32