Sekar Alit @Bali

Post on 07-Nov-2015

223 views 5 download

description

LAGU

Transcript of Sekar Alit @Bali

SEKAR ALITI. PENDAHULUANBali memilki sejuta budaya, di masing-masing daerah yang ada di Bali. Dan karena itulah Bali menjadi pusat tujuan wisata internasional. Dan dengan perkembangan kepariwisataan di Bali akan mempengaruhi budaya Bali. Pada zaman modern ini banyak orang yang mulai meninggalkan budaya Bali. Contonya para orang tua lebih banyak mengajarkan anaknya menggunakan bahasa Indonesia tidak lagi menggunakan Bahasa Daerah Bali. Kalau semua orang tua seperti itu maka lambat laun bahasa Bali akan hilang, karena kita saja sebagai orang Bali tidak mau melestarikan budaya Bali, dan siapa lagi yang kita suruh untuk melestarikannya kalau bukan kita semua. Untuk itulah kita sebagai orang Bali setidaknnya untuk belajar tentang Kesusastraan Bali. Karena Kesusastraan Bali sangat banyak dan luas. Contonya lagu-lagu dari anak-anak sampai orang tua berbeda-beda jenis nyanyiannya. Dan pada saat mengiringi upacara keagamaan juga berbeda-beda. Itu semua merupakan Budaya Bali yang perlu kita lestarikan.Zaman sekarang ini semuanya serba canggih dan merosotnya moralitas. Pengetahuan dan Pendidikan adalah teman yang sejati atau teman yang pada zaman sekarang ini untuk menghidari dampak negatif dari IPTEK. Maka dari itu dalam makalah kami ini mengambil tema Pendidikan, karena merosotnya moral kita sebagai manusia. Karena dengan memilki pengetahuan yang baik kita akan dapat mengikuti perkembangan IPTEK dengan baik, bukan sebaliknya kita di perbudak oleh IPTEK tersebut. Dan dengan mendapatkan pendidikan kita akan mengatahui mana perbuatan yang baik dan yang salah. Dan dengan melalui pendidikan kita bangkitkan semangat untuk melestarikan Budaya Bali khususnya kesusastraan Bali. Dan untuk menghargai para Kawia yang cendikiawan zaman dulu yang sudah banyak membuat karya-karya sastra yang bagus dan terkenal. Sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan warisan para Kawia itu, dengan mempelajari dan menerapkan dalam kehidupan sehari hari.Sekar alit juga disebut macapat. Macapat dalam bahasa Jawa berarti suatu sistem untuk membaca syair tembang atas empat-empat suku kata. Di Bali tembang macapat sering disebut dengan pupuh yang berarti rangkaian tembang (Budiyasa dan Purnawan, 1998: 8). Pupuh di Bali dikenal sepuluh buah sebagai macapat asli, sepertiPupuh Sinom, Pupuh Semarandana, Pupuh Pangkur, Pupuh Pucung, Pupuh Ginada, Pupuh Ginanti, Pupuh Durma, Pupuh Maskumambang, Pupuh Dandanggula,danPupuh Mijil.Pupuhyang dirangkai dalam sebuah cerita disebutgeguritan.Akan tetapi, selanjutnya muncul beberapa pupuh baru yang berasal dari kidung, seperti Jurudemung (Demung), Gambuh, Magatruh,Tikus Kapanting,danAdri. Belakangan muncul beberapageguritanyang memiliki beberapa tema, yaituGeguritan Tamtam, Geguritan Basur, Geguritan Ni Sumala, Geguritan Pakang Raras, Geguritan Durma, Geguritan Sucita, dan sebagainya. Pupuh juga memiliki beberapa variasi yang beranekaragam, sesuai dengan alur cerita dalam geguritan, misalnya pupuh Sinom memiliki beberapa variasi yaitupupuh Sinom Uug Payangan(ditembangkan dalamGeguritan Uug Payangan);pupuh Ginadamemiliki variasipupuh Ginada Basur(ditembangkan dalamGeguritan Basur);pupuh Ginada Jayaprana(ditembangkan dalam Geguritan Jayaprana); dan beberapa variasipupuhyang lain. Selain itu,pupuhsebagai rangkaian tembang memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakterpupuhtersebut akan tampak ketika dilantunkan dengan ekspresi, berupa rasa romantis, sedih, senang, berwibawa, dan sebagainya.Seni pupuh merupakan gabungan seni sastra dan lagu sunda yang saat ini berjumlah 17 jenis pupuh. menurut informasi dari artikel yang di tulis oleh Heri Herdini salah seorang dosen Karawitan STSI bandung, bahwa seni pupuh Sunda pada abad 17-18 masehi mendapat pengaruh dari Mataram. oleh karena itu mataram memiliki otoritas politik di daerah Priangan, terlepas benar atau salah data tersebut namun pengaruh budaya Mataram telah memberikan warna terhadap seni budaya Sunda, Khususnya seni pupuh Sunda.Menurut beberapa informasi sejarah, pada saat itu seni pupuh banyak digunakan di kalangan tertentu dalam hal ini kaum elit Sunda.pada zaman kolonial seni pupuh digunakan sebagai alat surat menyurat, pidato para kaum menak namun sesui dengan beriringnya zaman atas para kreator seniman Sunda seni pupuh dikembangkan ke beberapa jenis kesenian tradisi Sunda. Misalnya Cianjuran, Cigawiran, Ciawian, Wawacan, Gending Karesmen, dan lain-lain.

II. SEJARAHPada waktu Raja Udayana memerintah di Bali sekitar abad X Masehi, masuknya budaya Hindu ke Bali mulai agak deras sampai pada zaman Majapahit sebagai puncaknya. Pura Bukit Darma di Kutri, Desa Buruan, Blahbatuh ini sebagai salah satu buktinya. Pura Bukit Darma hasil budaya Hindu purbakala ini dapat dijadikan salah satu sumber untuk menelusuri proses pengaruh Hindu dari Jawa ke Bali. Seperti apakah sejarah Pura Bukit Darma di Kutri itu?Gunapriya Darma Patni yang roh sucinya (Dewa Pitara) distanakan di pura ini berasal dari Jawa Timur. Permaisuri Raja Udayana ini sangat besar pengaruhnya pada sang Raja sehingga namanya selalu disebutkan di depan nama Raja Udayana. Pelinggih utama pura ini juga disebut Gedong Pajenengan, tempat distanakan arca Durga Mahisasura Mardini. Upacara piodalan di pura ini setiap purnama sasih Kasa bersamaan dengan pujawali di Pura Semeru Agung di Lumajang, Jawa Timur.Pura ini letaknya di puncak Bukit Kutri, Desa Buruan. Di areal bawah pura ini terdapat dua buah pura lagi. Pura yang paling bawah di pinggir jalan menuju kota Gianyar adalah Pura Puseh Desa Adat Buruan. Di atasnya Pura PeDarman. Naik dari Pura PaDarman inilah letak Pura Bukit Darma atau Pura Durga Kutri. Yang menarik dari keberadaan pura ini adalah distanakannya permaisuri Raja sebagai Dewi Durga.Sejak Raja berpermaisurikan putri dari Jawa Timur ini pengaruh kebudayaan Hindu dari Jawa sangat kuat masuk ke Bali. Tanpa proses tersebut mungkin kebudayaan Hindu di Bali tidak semarak dan kaya dengan nilai-nilai kehidupan yang adiluhung seperti sekarang ini. Fakta sejarah menyatakan bahwa budaya agama Hindu masuk ke Jawa dari India telah berhasil menjadikan Jawa sebagai Jawa yang ada nilai plusnya.Dari Jawa budaya agama Hindu masuk ke Bali menyebabkan Bali menjadi Bali yang plus. Agama Hindu telah berhasil menjiwai budaya setempat. Dengan demikian agama Hindu dapat menghasilkan kebudayaan Bali yang adiluhung. Hal itu dimulai dari masuknya bahasa Jawa Kuno ke Bali. Dengan demikian bahasa dan kesusastraan Jawa Kuno sangat kuat pengaruhnya membentuk kebudayaan Bali seperti sekarang ini.Ramayana, Mahabharata dan berbagai cerita dan tutur-tutur dalam bahasa Jawa Kuno masuk dengan kuat dan halus ke Bali. Derasnya bahasa Jawa Kuno masuk ke Bali nampaknya disebabkan kesusastraan Jawa Kuno itu muatannya adalah ajaran agama Hindu. Di lain pihak masyarakat Bali saat itu sudah memeluk agama Hindu yang saat itu disebut agama Tirtha atau agama Siwa Budha. Agama Tirtha tersebut sumber ajarannya adalah kitab suci Weda dan kitab-kitab susastranya. Seni budaya Hindu yang berbahasa Jawa Kuno demikian digemari oleh masyarakat Bali.Sampai saat ini orang awam akan menganggap kesusastraan Jawa Kuno itu sudah kesusastraan Bali. Sejak itulah Bali mengenal adanya seni sastra dari Jawa Kuno seperti Sekar Alit, Sekar Madya dan Sekar Agung. Andaikata Raja Udayana saat itu bersikap kaku tidak membolehkan budaya luar masuk Bali, keadaan Bali dapat dibayangkan. Mungkin orang Bali tidak kenal geguritan, kidung maupun kekawin.Geguritan memang berbahasa Bali pada umumnya, tetapi tembang-tembang seperti Semarandhana, Dhurma, Sinom, Ginanti, Megatruh dll. itu semuanya berasal dari kesusastraan Jawa Kuno atau sering disebut bahasa Kawi. Apalagi kekawin sepenuhnya adalah berbahasa Jawa Kuno. Lewat seni sastra Jawa Kuno inilah menjadi media untuk menanamkan ajaran agama Hindu melalui seni budaya. Dengan seni budaya itu umat Hindu di Bali dapat menyerap ajaran agama Hindu secara halus.Derasnya pengaruh Hindu Jawa ke Bali sangat menonjol sejak zaman Raja Udayana memerintah Bali sampai zaman Kerajaan Majapahit berkuasa di Jawa sampai ke Bali. Keberadaan Gunapriya Darma Patni itu dinyatakan dalam Prasasti Bebetin sbb: Aji Anak Wungsu nira kalih Bhatari lumahing Burwan Bhatara lumahing banyu weka.Yang dimaksud Bhatari Lumahing Burwan tiada lain adalah ibunya Anak Wungsu yaitu Gunapriya Darma Patni yang wafat dan distanakan roh sucinya di Burwan yaitu di Bukit Kutri, Desa Buruan. Prasasti ini berbahasa Jawa Kuno diperkirakan berada pada abad X Masehi. Seandainya Raja saat itu tidak berpikir luas dan melakukan proteksi pada kebudayaan asli Bali yang berlaku pada saat itu, mungkin di Bali kita tidak mengenal adanya Pesantian yang demikian marak sampai pada saat ini.

III. JENIS ATAU CONTOHTerdapat 17 jenis pupuh, masing-masing memiliki sifat tersendiri dan digunakan untuk tema cerita yang berbeda.Contohnya seperti pupuh Ginada, Ginanti, Sinom, Pucung, Semarandana, Dandang Gula, dan lain sebagainya. Pupuh diikat oleh aturan PadadanLingsaa. Pada artinya banyaknya suku kata dalam suatu kalimat.b. Lingsa artinya perubahan suara pada kalimat terakhir. Rumus Pupuh Sinom: 8a, 8i,8a, 8i, 8i, 8u, 8a, 8i, 4u, 8a. Rumus Pupuh Ginada: 8a, 8i,8a, 8u, 8a, 4i, 8a. Rumus Pupuh Ginanti: 8u, 8i, 8a, 8i, 4u, 8a, 8i. Rumus Pupuh Adri: 10u, 6e, 8i,8u, 8u,8a, 8u,8a, 8a.

Contoh Pupuh :Sekar Macepat :Sekar Macepat kalau di Bali merupakan gending (lagu) yang sangat popular.Selain di pergunakan sebagai alat komunikasi atau ekspresi, juga untuk membentuk suatu geguritan (karya sastra yang berwujud ceritra serta berbentuk puisi).Pada geguritan tersebut, terdiri dari bermacam-macam pupuh yang dengan sendirinya mengandung aneka ragam sifat.Beberapa contoh pupuh dengan sifat-sifatnya :

1. Pupuh Mijil Untuk melahirkan perasaan.Kata Mijil berarti lahir.Maka cocoklah bila dipergunakan untuk melahirkan suatu perasaan. Lain dari pada itu, juga untuk menguraikan suatu nasehat, serta dapat pula diubah atau digubah untuk melukiskan seseorang dimabuk asmara.

2. Pupuh pucung :Untuk menguraikan suatu ceritera dongeng (mytologi).Maka cocoklah untuk menyampaikan suatu kisah (ceritra) yang mengandung falsaah agama. Karena sifatserta wataknya kendur, maka tidaklah cocok untuk dipakai melukiskan hal-hal atau perasaan yang bersifat semangat. Contoh pupuh pucung adalah : Eda ngapusMapi-mapi pradang masukSubane di jalanNgelingkungmengkeb nyelibsibSingit kauhMulih bareng ajak timpal

3. PupuhMaskumambang :Kumambang juga lazim disebut Maskumambang. Wataknya sedih, merana.Patut untuk melukiskan rasa sedih serta hati yang merana.Kumambang kata dasarnya (lingga basa) kambang yang berarti menerawang. Contoh pupuh maskumambang adalah :Mangkin kocapIda Sang SarosapatiPrabu ring ErlanggyaPutran Sri Erlanggya Aji Ring wengine manyumpena

4. Pupuh Ginada Melukiskan hati kecewa. Ginada asal katanya (lingga basa) gada mendapat inpix in menjadiginada yang berarti terpukul dan akhirnya tertimpa oleh kekecewaan yang dalam. Contoh pupuh ginada adalah : Titiang melajah ngae tipatNgantos titiang ngulanguninKewehe mekudang-kudangBesik dua nganti teluMeme bapa ketakonangKeweh gatiEnto patut kaplajahang.

5. Pupuh Ginanti :Wataknya mencerminkan rasa kasih saying atau rasa cinta. Bermanfaat juga untuk menguraikansuatufilsafat, atau ceritra yang bernuansa asmara, atau situasi di mabuk cinta. Contoh pupuh ginanti adalah : Saking tuhu manah guru Mituturin cening jani Kaweruhe luir senjata Ne dadi prabotan sai Ka anggen ngaruruh merta Seenun ceninge urip 6. Pupuh Semarandana :Semarandana ada pula orang menyebutkan Semaradahana atau Asmaradahana (api asmara) atau Semaranala. Maka sangat cocok untuk melukiskan hati dalam keadaan mabuk asmara.Contoh pupuh Semarandana :Magantung ban bok akatihangkihane yan umpamakadi manyuhun gedahematatakan batu lumbangyana pelih magunjitantan urungan pacang labuhdekdek buyar tan tuptupang

7. Pupuh Sinom :Wataknya ramah tamah, sedap atau nyaman. Kata Sinom adalah singkatan dari Sinuam yang artinya pucuk (Bahasa Bali = ke dapan ) yakni daun yang masih sangat muda tumbuh-tumbuhan, yang sedap dipandang mata, serta enak bila dinikmati setelah dijadikan sayur. Pupuh ini cocok bila dipakai menyampaikan suatu amanat, nasihat atau percakapan secara bersahabat atau bersifatkekeluargaan. Contoh dari pupuh sinom diantaranya sebagai berikut : Warna-warna lauk empang (8-a)Aya nu sami jeung pingping (8-i)Pagulung patumpang-tumpang (8-a)Ratna Rengganis ninggali (8-i)Warnaning lauk cai (7-i)Lalawak pating suruwuk (8-u)Sepat pating karocepat (7-a)Julung-julung ngajalingjing (8-i)Sisi balong balingbing, sisi balungbang (12-a)

8. Pupuh Durma Wataknya keras, beringas, sadis, marah atau berang.Patutlah bila dipakai melukiskan perasaan keras, beringas, kejam atau sadis.Pupuh Durma pada umumnya dipakai melukiskan situasi peperangan atau kekacauan. Contoh pupuh durma yaitu : Ikigaeg lara nira sang a jagra ingete ring raga jatijati nikang dharmadharma ne mawak sunyanyunyari telenging hatihati kasrahpanyerahe puput nampi

9. Pupuh Pangkur Wataknya perasaan hati memuncak.Cocok untuk melukiskan cerita yang mengandung maksud kesungguhan.Jika itu berupa petuah atau nasihat, isinya bersungguh-sungguh. Apabila seseorang terkena asmara, lukisan hatinya memuncak. Contoh Pupuh Pangkur yaitu : Sujati ning sadu dharmanyadia ngungsi rahayune mangda punggihduluraning karma patutidep teleb ring kadharmanrawos dabdab mupuhang kadang manyuluranggen titi manyinahangiwang patut mangda uning

10. Pupuh Dandang Gula :Wataknya halus, luwes atau lemas.Oleh karena itu biasa dilukiskan untuk berkasih-kasihan, atau dipakai menyudahi atau menutup suatu cerita. Contoh pupuh Dandang Gula :Buin pidan manyi padi kuningmanyidayangkadi makunyit di alaskatemu lamun idepesarin tanah tiang ibukblahan payuk bas bebekiberuk tanah sarat pisandakin karna uling iludaluang bisa ngumbaramangulayangkayun ira tumas manikjeron dewa ampurayang

IV. ATURAN YANG MENGIKATPupuh kaepah dados 10 luir ipun: sinom, semarandana, mijil, maskumambang, pucung, pangkur, ginada, ginanti, durma lan dangdang gula.Uger-uger Guru sajeroning Pupuh:a. Pada Lingsa : kecap wanda (suku kata) miwah wangun suara ring panguntat sajeroning acarik (baris) lan akeh carik sajeroning apada.b. Guru wilang: uger-uger kecap wanda sajeroning acarik (jumlah suku kata dalam setiap baris).c. Guru dingdong: uger-uger wangun suara ring panguntat sajeroning acarik (banyaknya suara vocal dalam satu baris).d. Guru gatra: uger-uger ketah carik sajeroning apada (banyaknya baris dalam satu bait)

Dalam penilaian lomba sekar alit terdapat 5 aspek yang dinilai yaitu :a. Tikas : tata berbusananb. Onek-onekan :c. Reng suara : suara yang sesuai dengan isi yang disampaikand. Guru dingdong :kesesuaian suara pada akhir katae. Raras : ekspresi/ penjiwaan

No.NamaPupuhBanyak barisPadalingsa

Baris ke

123456789101112

1Pucung64u8u6a8i4u8a------

2Mijil74u6i6o10e10i6i6u-----

3Maskumambang412i6a8i8a--------

4Pangkur78a11i8u7a12u8a8i-----

5Ginada78a8i8a8u8a4i8a-----

6Ginanti68u8i8a8i8a8i------

7Sinom108a8i8i8i8u8a8i4u8a---

8Dangdang1210i4a6a8e8u8i8a8u8a4a8i8a

9Semarandana78i8a8e8a8a8u8a-----

10Durma712a7i6a7a8i5a7i-----

V. KESIMPULAN

VI. DAFTAR PUSTAKAhttp://pyuliyastuti.blogspot.com/2011/12/kesusastraan-tembang-sekar-rare-alit.htmlhttp://purnamiap.blogspot.com/2013/09/pengertian-pupuh-sekar-alit.html