Post on 05-Aug-2015
description
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN
FUNGSI SARAF OTAK BESAR DAN OTAK KECIL
Nama : Ayu Hilyatul Millah
NIM : 115090107111017
Asisten : Aisyah Zahroh Aden
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWANJURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012FUNGSI SARAF OTAK BESAR DAN OTAK KECIL
1
KATA PENGATAR
Puji syukur panulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya penulis telah berhasil menyusun “Laporan Praktikum Anatomi dan Fisiologi Hewan Fungsi Saraf Otak besar dan Kecil”. Dalam penyelesaian laporan dan melakukan percobaan ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Kedua orang tua penulis dan sekeluarga yang selalu memberikan dorongan dan semangat baik secara materiil ataupun moriil
Asisten praktikum yang bersedia membimbing dan berbagi ilmu dalam pelaksanaan praktikum dan pembuatan praktikum ini
Probandus-probandus sekaligus teman-teman saya yang bersedia menjadi sukarela untuk bersedia membantu dalam pelaksanaan praktikum ini
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha dalam pembuatan laporan ini penulis menyadari “Tiada Gading Tak Retak” dalam arti laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun disemua pihak.
Malang, 19 November 2012
Penulis
2
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum dilakukannya percobaan ini dilakukan penentuan suka
rela yang bersedia menjadi probandus. Probandus ini terbagi atas 4 kriteria
yaitu:
Laki-laki sehat : Abdi Firmansyah
Laki-laki sakit : Dimas Wahyu Prayogi
Perempuan sehat : Firda Agustin
Perempuan sakit : Imanda Nurul Setia
Pengujian dalam bab fungsi saraf otak besar dan kecil terbagi
dalam 3 pengujian yaitu uji otak besar yang meliputi uji nervus olfaktorius
dan uji okulomotor, dan uji saraf otak kecil.
1.1. Uji Saraf Cranial
Serebrum atau otak besar tersusun atas dua hemister serebral.
Serebrum juga terdiri atas korteks serebral, ventrikel I dan II, korpus
kalosum, fisura, sulkus, dan girus. Kortek terdiri dari enam lapisan sel dan
serbut sel. Vantrikel I dan II terletak di dalam hemister serebral. Korpus
kolasum terdiri dari serabut termielinisasi, dan menyatukan kedua hemister.
Setiap hemister terbagi oleh fisura dan kulkus menjadi empat lobus. Fungsi
girus yaitu bertanggung jawab untuk aktivitas motorik volunteer yaitu girus
prasentral, dan girus postural yang terlibat dalam aktivitas
sensorik(Sloane,1994).
3
Pada uji saraf cranial atau uji otak besar ini dilakukan dua uji yaitu
uji nervus olfaktorius dan uji aculomotor. Berikut ini adalah penjelasan
pada masing- masing uji :
1. 1. 1. Nervus Olfaktorius
1. 1.1.1 Analisa Prosedur
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kepekaan nervus olfaktorius
pada kondisi probandus yang berbeda sehingga akan menjadikan
pemabanding antara kondisi probandus yang satu dengan yang lainnya.
Alat dan bahan yang diperlukan dalam uji nervus olfakturius adalah serbuk
kopi, bawang putih dan penutup kepala. Langkah awal dari uji ini adalah
setiap probandus ditutup matanya dengan penutup kepala, agar probandus
tidak mengetahui bahan apa yang akan diciumnya sehingga akan
mengetahui kepekaan dari nervus olfaktorius. Selanjutnya kopi dilewatkan
secara mendatar sejarak 8 cm dari muka hidung probandus. Kemudian
probandus ditanya apakah dia dapat membau sesuatu yang telah dilewatkan
tadi dan jika memang dapat membau maka probandus menebak bau apa
yang telah dia cium. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kepekaan
probandus dalam membau dan menebak bau yang telah diuji. Sedangkan
untuk bawang putih dilewatkan secara melintang dengan jarak 8 cm dari
muka hidung. Kemudian sama halnya dengan kopi probandus ditanya
apakah dia dapat membau sesuatu yang telah dilewatkan tadi dan jika
memang dapat membau maka probandus menebak bau apa yang telah dia
cium berfungsi untuk mengetahui kepekaan probandus dalam membau dan
menebak bau yang telah diuji. Hasil dari setiap uji dicatat oleh asisten
4
probandus pada tebel pengamatan. Perlakuan sama pada setiap probandus
sehingga akan mempermudah perbandingan dari hasil uji nervus
olfaktorius.
1. 1.1.2 Analisa Hasil
Berikut ini merupakan hasil pengujian pada uji nervus olfaktorius
pada masing-masing probandus dengan perlakuan yang sama :
Tabel 1. Hasil uji nervus olfaktorius
NO PROBANDUS Mencium Bau Membedakan Bau
YA TIDAK YA TIDAK
1. Laki-laki Sehat - -
2. Laki-laki Sakit - -
3. Perempuan Sehat - -
4. Perempuan Sakit - -
Ket :
= dapat mencium atau membedakan bau
- = tidak dapat membedakan bau dan mencium bau
Dari hasil data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa semua
probandus dapat mencium bau dan membedakan bau meskipun dalam
keadaan mata tertutup. Hal ini menandakan bahwa semua probandus tidak
memiliki kepekaan yang baik dalam membau, baik dalam kondisi sehat
ataupun sakit.
5
Seseorang dapat membau karena zat yang berupa gas tersebut
masuk melalui rongga hidung saat menarik nafas. Zat ini kemudian larut
dalan selaput lendir dalam hidung yang kemudian diterima oleh saraf
pembau. Selanjutnya, saraf pembau menghantarkan impuls ke otak
sehingga otak merespon dengan menimbulkan kesan bau (Nursing411,
2012). Nervus olafaktorius yang berfungsi sebagai penciuman yang berada
pada bagian atas selput lender hidung. Nervus olfaktorius dilapisi dengan
sel-sel yang mengeluarkan fibril-fibril halus dan menjalin dengan bulbus
olfaktorius. Bulbus olfaktorius sendiri merupakan bagian otak yang
terpencil yang membesar dari saraf olfaktorius. Impuls-impuls bau
dihantarkan ileh filum olfaktorium menuju ke bulbus olfaktorius didalam
cabang-cabang dendrite sel mitra. Serabut-seravut itu berjalan menuju
tructur olfaktorius dan berakhir pada dua daerah utama yaitu lobus
temporalis atau area olfaktori medial dan area olfakteria lateral. Dan daerah
itulah impuls akan ditafsirkan(Pearce,2002).
Gambar 1. bagian-bagian olfaktorius dan lokasinya(onlineartikel,2011)6
Reseptor bagi sensasi membau terdapat di dalam ephitelilum
olfaktorius pada mukosa hidung(Fawcett,1994) Ephitelium olfaktorius pada
mukosa hidung dapat diidentifikasikan berdasarkan adanya glandula
bowman dan akson olfaktorius dalam lamina proprianya, serta ephitelium
yang menciri dengan adanya tiga tipe khas yaitu sel sustentakulum,
reseptor saraf olfaktorius dan sel basal(Smith dkk,2004). Menurut
Dellmann dan Brown(1992), ephitelium olfaktorius dapat diidentifikasikan
berdasarkan banyaknya berkas serabut saraf tanpa myelin dalam lamina
propria. Mukosa olfaktorius dilapisi oleh ephithelium silinder berlapis dan
bersilia yang terdiri dari tiga sel utama yaitu sel basal, sel olfaktori dan sel
penunjang. Selain itu epitel olfaktorius terdiri dari neuron olfaktorius(Rowe
dkk, 2005). Neuron ephitelium olfaktorius berada pada bagian superior
kavum nasi yang tidak terspesialisasi untuk menskresi mucus(Pearce,2002).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepekaan dalam
menebak bau adalah pengalaman. Karena pada saat seseorang sebelum-
sebelumnya pernah membau dari bau yang telah dibau maka secara
langsung akan mempermudah seseorang dalam menebak bau yang telah
dibaunya. Menurut Coon dan John(2010), faktor yang dapat mempengaruhi
kepekaan seseorang dalam membau dapat berupa usia, suhu, kebiasaan dan
riwayat kesehatan, serta kehamilan. Pada saat seseorang berusia lanjut
maka akan mengurangi dalam kepekaan membau dikarenakan
berkurangnya kemampuan sel-sel reseptor dalam membau. Pada saat hamil,
beberapa ibu biasanya memiliki kepekaan bau yag sangat tinggi
7
dibandingkan saat tidak hamil hal ini dapat disebabkan peningkatan
hormone esterogen.
1. 1. 2. Nervus Aculomotor
1. 1.2.1 Analisa Prosedur
Uji nervus akolomotor bertujuan untuk mengetahui kepekaan
nervus akulomotor pada beberapa probandus yang berbeda dengan kondisi
yang berbeda. Alat yang dipergunakan dalam uji ini yaitu hanya sebuah
pensil. Pertama yang dilakukan dalam uji ini adalah probandus harus dapat
berkonsentrasi dan memperhatikan setiap gerakan yang ditunjukkan oleh
asisten praktikum yang sebelumnya diperkenalkan 8 gerakan yang 5
diantaranya akan diikuti oleh probandus yaitu berupa putar(P), serong
kanan(SA), serong kiri(SI), ventrikel kanan(VA), ventrikel kiri(VI),
horizontal kanan(HA), dan horizontal kiri(HI). Dimana simbol-simbol itu
akan mempermudah asisten probandus untuk menulis setiap gerakan yang
dilakukan oleh probandus. Selanjutnya asisten praktikum melakukan 5
gerakan secara berturut-turut dari 8 gerakan yang telah diperkenalkan,
kemudian diperhatikan secara seksama oleh probandus untuk selanjutnya
akan dilakukan oleh probandus sesuai dengan apa yang telah dilihat oleh
probandus dari gerakan asisten praktikum. Pada setiap gerakan yang
dilakukan probandus dicatat oleh asisten probandus pada tabel pengamatan.
Dari hasil catatan asisten probandus akan dicocokkan dengan jawaban yang
benar dari asisten praktikun. Pencocokan jawaban gerakan tersebut untuk
mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh probandus. Perlakuan yang
sama pada setiap probandus untuk mempermudah perbandingan dari hasil 8
uji nervus akulomotor dan mengetahui apakah kondisi probandus tertentu
berpengaruh terhadap kepekaan nervus akolomotor pada setiap probandus.
1. 1.2.2 Analisa Hasil
Berikut ini merupakan table hasil pengamatan dari uji
okulomotorius pada setiap probandus :
Tabel 2. Hasil uji nervus okulomotorius
N
O
PROBANDUS GERAKAN JUMLAH
Asisten Probandus Benar Salah
1. Laki-laki Sehat HA, P, SA,
SI, HI
HA, P, SA,
SI, HI
5 0
2. Laki-laki Sakit SA, HA, P,
VA, SI
SA, HA, P,
VA, VI
4 1
3. Perempuan Sehat P, SI, VB,
SA, VB
P, SI, VB,
SA, VB
5 0
4. Perempuan Sakit SA, P, HA,
SI, VA
SA, P, HA,
VA, VB
3 2
Ket: P : Putar SA : Serong Kanan
HA : Horisontal Kanan SI : Serong Kiri
HI : Horisontal Kiri VB : Vetrikal Kanan
VI : Vetrikal Kiri B=5 : Sangat Baik
B≥3 : Baik B≤3 : Kurang Baik
9
Dari hasil pengujian dapat diketahui bahwa pada probandus
dalam kondisi sakit melakukan lebih banyak kesalahan dibandingkan
dengan probandus yang sehat. Hal ini terjadi tidak hanya pada probandus
laki-laki, namun pada probandus perempuan juga. Sedangkan pada
probandus laki-laki dan perempuan sehat sama sekali tidak melakukan
kesalahan atau benar semua dalam melakukan gerakan yang dipraktekkan
oleh asisten praktikum.
Gambar 2. Nervus okulomotor pada bagian mata(Medicaldictionary,2012)
Menurut Wibowo dan Widjaja(2009), nervus okulomotorius
berada pada tagmentum mesensefali. Saraf okulomotorius berfungsi
mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot kontriktor yang
mengubah ukuran pupil. Pupil adalah lubang yang terdapat pada pusat iris
mata yang dapat mengembang dan menguncup seiring dengan kegiatan
mata(Muttaqin, 2008). Seseorang yang memiliki gangguan pada nervus
okulomotornya berdampak pada kerja pupil dalam menanggapi rangsang
cahaya(Gilroy,2000). Nervus okulomotorik terbagi menjadi dua komponen
10
utama yaitu nuklus parasimpatik dan kompleks nucleus okulomotor.
Dimana pada nucleus parasimpatik mensyarafi otot-otot intra ocular.
Sedangkan Kompleks nucleus okulomotor terletak lebih lateral dan
mensarafi 4 dari 6 otot ekstra ocular(Wibowo dan Widjaja,2009).
1.2. Uji Saraf Otak Kecil
1. 2. 1 Analisa Prosedur
Uji bertujuan untuk mengetahui kerja dari saraf otak kecil dalam
koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi
tubuh. Alat yang diperlukan dalam uji ini hanya beberapa lembar kertas
yang telah berisikan lembaran-lembaran perintah yang nantinya akan
dilakukan oleh probandus dan stopwatch atau penghitung waktu. Pertama
probandus berdiri dengan jarak ±1 meter dari asisten praktikum.
Selanjutnya asisten akan menunjukkan lembaran kertas pada probandus
yang akan dibaca selama 10 detik dengan menggunakan stopwatch. Selama
10 detik probandus hanya disuruh membaca dan memahami apa maksud
dari perintah dalam lembaran kertas tersebut tanpa melakukan gerakan
sebelum 10 detik itu berakhir. Setelah 10 detik berakhir, waktu dicatat yang
dibutuhkan probandus dalam memahami dan melakukan gerakan yang
telah diperintahkan dalam kertas tersebut dan dituliskan dalam tabel
pengujian oleh asisten probandus. Kemudian asisten praktikum akan
mengkoreksi setiap gerakan yang dilakukan oleh probandus dari
pemahaman perintah baik salah ataupun benar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kesalahan yang dilakukan oleh probandus dalam melakukan
perintah dalm kertas tersebut. Selanjutnya dicatat oleh asisten probandus
dalam tabel pengujian dengan ketentuan jika benar semua adalah tanda plus 11
tiga (+++), benar sebagian (++), dan salah (+). Penggunaan simbol-simbol
plus ini akan mempermudah asisten probandus dalam pencatatan kesalahan
oleh probandus. Setiap probandus melakukan perintah uji saraf otak kecil
ini sebanyak tiga kali dengan perintah dari kertas yang berbeda. Dan uji ini
dilakukan oleh setiap probandus dengan perlakuan sama, sehingga akan
mempermudah dalam analisis perbandingan dalam kondisi berbeda oleh
probandus.
1. 2. 2 Analisa Hasil
Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian dari uji saraf otak
kecil pada setiap probandus:
Tabel 3. Hasi uji saraf otak kecil
N
O
PROBANDUS Waktu Pelaksanaan
(detik)
Benar/Salah
1 2 3 1 2 3
1. Laki-laki sehat 4 6 10 ++ ++ +++
2. Laki-laki sakit 8 6 4 ++ +++ +++
3. Perempuan sehat 25 35 7 ++ ++ +
4. Perempuan sakit 8 9 10 ++ +++ +++
Ket : + = Salah
++ = Benar sebagian
+++ = Benar utuh
12
Berbeda pada uji okulomotor, pada hasil uji saraf otak kecil
terlihat bahwa kesalahan banyak dilakukan justru pada probandus yang
memiliki kondisi sehat dibandingkan pada probandus yang berkondisi
sakit. Hal ini terjadi pada probandus laki-laki ataupun perempuan. Mungkin
ini dapat disebabkan karena probandus sehat baik laki-laki ataupun
perempuan kurang memahami atau mensalah artikan perintah yang
diberikan oleh asisten praktikum sehingga akan terjadi kesalahan.
Sedangkan untuk waktu pada probandus perempuan, relative memiliki
waktu yang lama dibandingkan dengan probandus laki-laki dalam
memahami dan melakukan gerakan yang diperintahkan. Selain itu pada
probandus sehat juga memakan waktu yang lebih lama, dibandingkan
dengan probandus dalam kondisi sakit.
Serebelum terletak di otak belakang sebelah posterior batang
otak. Serebelum membantu mempertahankan keseimbangan dan
bertanggung jawab untuk respons otot rangka halus sehingga menghasilkan
serakan volunteer yang baik dan terarah. Serebelum juga berfungsi
mengontrol gerakan cepat dan berulang yang diperlukan untuk aktivitas
seperti mengetik, bermain piano dan mengendarai sepeda(Corwin, 2008).
Serebelum berfungsi untuk mengirimkan impuls ke sepanjang serabut
neuron motorik. Hal ini memberikan latar belakang tonus otot untuk
mempertahankan portur dan mengatur kerja berbagai kelompok otot yang
terlibat(Broom,2005).
13
Gambar 3. Bagian-bagian otak (Wong,2012)
Permukaan serebellum berbeda dengan serebrum, karena tampak
berlapis-lapis. Serebelum diklasifikasikan mejadi tiga subdivisi utama yaitu
arkhiserebellum, paleoserebellum dan neoserebelum.Arkhiserebelum
menerima informasi tentang posisi kepala dari system vestibuler dan juga
tentang gerakan kepala melalui impuls kinetic dari reseptor di kanalis
semisirkularis. Paleoserebelum menerima impuls aferen dari medulla
spinalis melalui traktus spinoserebelaris anterior dan posterior, dan juga
dari kuneoserebelaris. Neoserebelum menerima impuls aferen dari korteks
serebelum melalui jaras kortiko-ponto-serebelaris, serta menerima serabut
aferen dari traktus olivo serebelaris(Satyanegara dkk, 2010). Gangguan
saraf otak kecil atau serebelum akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan keseimbangan, yakni tidak mampu mempertahankan posisi tubuh
ketika berdiri, atau gangguan koordinasi ketika berjalan. Gangguan ini
dapat menyebabkan stroke(Wahyu,2007).
14
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Otak terbagi atas 5 besar yaitu otak besar, otak kecil, medulla
oblongata, otak tengah dan jembatan varol. Hasil pada uji otak besar
dilakukan uji olfaktorius yaitu dapat diketahui bahwa pada semua
probandus dapat membedakan dan mencium bau yang telah diujikan.
Sedangkan pada uji okulomotor kondis probandus yang sehat memiliki
kesalahan lebih besar dibandingkan dengan probandus sakit baik pada
perempuan ataupun laki-laki . Hasil pada uji otak kecil terlihat bahwa
probandus perempuan memerlukan waktu yang relative lebih lama
dibandingkan dengan probandus laki-laki dalam memahami dan melakukan
perintah dan probandus laki-laki ataupun perempuan pada kondisi sakit
memiliki ketepatan dalam melakukan perintah lebih banyak benar
dibandingkan probandus pada kondisi sehat.
2.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dimulai dan berlangsung para
praktikan lebih kondusif dan memperhatikan setiap uji yang dilakukan oleh
probandus agar dapat mengerti mekanisme dan fungsi kerja pada setiap uji.
15
DAFTAR PUSTAKA
Broom, Bryan. 2005. Anatomi Fisioloagi kelenjar endokrin dan system
persyarafan. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Con, D dan John O.M. 2010. Introduction To Psichology : Gateways to
mind and behavior 12 th edition. Wadsworth Cangage Learning,
United Stated of American.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathopophysiology third edition.
Lippicott Williams and Wilkins, Inc., United States of American.
Dellmann dan Brown. 1992. Buku Teks HistologiVeteriner. Penerbit
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Fawcett, D.W. 1994. Buku Ajar Histologi edisi ke 12. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Gilroy, John. 2000. Abnormalitas of pupilary light Reflex. Mc Graw-Hill,
New York.
Medicaldictionary. 2012. Oculomotor Nerve. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/oculomotor+nerves. Diakses 19
November 2012.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
gangguan Sistem Persyarafan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Nursing411. 2012. What does The Nose do? nursing411.org. Tanggal akses
18 November 2012.
Onlineartikel. 2011. Makalah referat hidung berbau .
http://onlineallarticles.blogspot.com/2011/10/makalah-referat-
hidung-berbau.html. Diakses 19 November 2012.
16
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomy and Physiology for Nurses. Jakarta : PT.
Gramedia.
Rowe, T.B. ett all. 2005. Organization of the olfactory and respiratory
skeleton in the nose of the gray short-tailed Opossum
monodelphins domestics. Journal Of Mammalian Evolution, Vol.
12 : 328.
Setyanegara dkk. Ilmu Bedah Saraf. Penrbit Gramedia, Jakarta.
Sloane, Ethel. 1994. Anatomy and Physiology : An easy Learner. Jones and
Bartlett Publisher, Inc. United States of American.
Smith, T.D., Bhatnagar, K.P., Tuladhar, P. Burrows, A.M. 2004.
Distribution of olfactory ephitelium in the primate nasal cavity :
are microsmia and macrosmia valid morphological concepts. The
Anatomical Record, Part A 28IA:1173-1181.
Wahyu, Genis Ginanjar. 2007. Stroke tidak hanya menyerang orang tua.
PT Mizan Publika, Jogjakarta.
Wong. 2012. Sistem Saraf Manusia.
http://wong168.wordpress.com/2012/02/18/sistem-saraf-manusia-
2/. Diakses 9 November 2012.
17