Post on 30-Apr-2021
KONSULTAN MANAJEMENPEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT
PERDESAAN SEHAT
Buletin
Liputan Umum
Edisi/03/2014
Liputan UmumPeran Konsultan Manajemen Dalam Pembangunan Perdesaan Sehat
Uji Coba Kuesioner Perdesaan Sehat di Kabupaten Pandeglang
Liputan Khusus
Regulasi dan forum bersama merupakan bagian upaya dalam implementasi kebijakan Pembangunan Perdesaan Sehat di tahun 2014 ini. Regulasi yang sudah dimiliki adalah Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Perdesaan Sehat di Daerah Tertinggal. Selain
itu, juga memerlukan Rencana Aksi (RAN, RAS, RAD) Pembangunan Perdesaan Sehat sebagai dokumen negara yang akan mengikat bagi Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah Daerah dalam afirmatif terhadap pembangunan Perdesaan Sehat.
Konsultan Manajemen memiliki peran dalam memfasilitasi dukungan manajemen bagi pelaksanaan kebijakan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal, baik di tingkat Pusat maupun Regional.
Pada edisi ketiga ini, Buletin Perdesaan Sehat memberikan informasi mengenai kegiatan Konsultan Manajemen Pembangunan Perdesaan Sehat, liputan uji coba kuesioner Perdesaan Sehat di Kabupaten Pandeglang, serta berita kegiatan Asdepkes.
Semoga Buletin Perdesaan Sehat edisi ketiga ini mampu memberikan pencerahan informasi aktual mengenai kegiatan Perdesaan Sehat.
Salam Kejuangan Nusantara
Redaktur
PENANGUNG JAWAB
• dr. HANIBAL HAMIDI,M.Kes
PIMPINAN REDAKSI
• Andik Hardiyanto
Salam Redaksi
DEWAN REDAKSI
• Hartiny, Dahlia, Bastaman, Bambang Waluyanto, Rusdi Tagaroa, Harry Yulianto, Max, Dilla, Bambang Sulis-tio, Azis
DESAIN
• Heriyadi• Rahman Jampang
FOTOGRAFI• Taufik Azmar
Liputan Utama
Edisi/03/2014 3
Pembangunan kesehatan masyarakat di daerah tertinggal merupakan tanggungjawab lintas sektoral, sehingga memerlukan sinkronisasi dan
integrasi berbagai Program/Kegiatan bidang kesehatan yang bersifat lintas Kementerian/Lembaga/SKPD, baik Pusat maupun Daerah. Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan Perdesaan Sehat di Daerah Tertinggal merupakan acuan bersama dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal, baik oleh internal KPDT, K/L, Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten.
Salah satu komponen pelaksana Pembangunan Perdesaan Sehat adalah Konsultan Manajemen yang memiliki peran dalam memfasilitasi dukungan manajemen bagi pelaksanaan kebijakan percepatan
pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal, baik di tingkat Pusat maupun Regional. Konsultan Manajemen terdiri atas: (a) Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Pembangunan Perdesaan Sehat, dan (b) Konsultan Manajemen Regional (KMR) Pembangunan Perdesaan Sehat.
KMP memiliki tugas (a) melakukan fasilitasi koordinasi kebijakan perdesaan sehat melalui penguatan Pokja Perdesaan Sehat di Pusat dan pembentukan Forum Multi Stakeholders Perdesaan Sehat di tingkat Provinsi dan atau Kabupaten; (b) melakukan koordinasi efektif dengan perguruan tinggi mitra Perdesaan Sehat di tingkat region untuk melakukan identifikasi masalah, pengumpulan data dan analisis data kondisi eksisting masalah kualitas kesehatan, mengembangkan database (pangkalan data); (c) melakukan koordinasi dan konsultasi publik dengan pihak-pihak yang berkepentingan
PERAN KONSULTAN MANAJEMEN DALAM PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT
Liputan Utama
Edisi/03/20144
langsung dengan kebijakan Perdesaan Sehat untuk penyelesaian final substansi, administrasi dan regulasi seluruh dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD), Rencana Aksi Sektor (RAS) dan Rencana Aksi Nasional (RAN) Perdesaan Sehat; (d) finalisasi substansi, administrasi dan regulasi bagi dokumen masterplan Perdesaan Sehat; serta (e) advokasi kebijakan untuk peningkatan regulasi kebijakan Perdesaan Sehat (Peraturan Presiden tentang Perdesaan Sehat) berdasar seluruh dokumen hasil kajian dan kertas kebijakan Perdesan Sehat.
Sedangkan, KMR memiliki tugas dalam (a) melakukan koordinasi kebijakan dan pembentukan Forum Multi Stakeholders Perdesaan Sehat bagi percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; (b) melakukan koordinasi efektif dengan perguruan tinggi mitra untuk pencapaian tujuan dan target kebijakan Perdesaan Sehat; (c) bersama Konsultan Manajemen Pusat Perdesaan Sehat melakukan finalisasi substansi, administrasi dan regulasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Perdesaan Sehat; (d) mengindentifikasi, mengumpulkan dan melakukan analisis data 5 pilar Perdesaan Sehat di wilayah kerjanya; serta (e) melakukan pendampingan untuk Kader Relawan Perdesaan Sehat.
Wilayah kerja KMR pada 84 Kabupaten di 20 Provinsi pada 7 (tujuh) regional yaitu: Regional 1-Sumatera, Regional 2-Jawa, Regional 3-Nusa Tenggra, Regional 4-Kalimantan, Regional 5-Sulawesi, Regional 6-Maluku
dan Regional 7-Papua. Dalam pelaksanaan tugasnya, KMR harus selalu berkoordinasi dengan Perguruan Tinggi mitra Perdesaan Sehat selaku koordinator m a n a j e m e n kewilayahan di m a s i n g - m a s i n g region.
Dalam melakukan fasilitasi manajemen pelaksanaan tata kelola percepatan p e m b a n g u n a n kualitas kesehatan berbasis perdesaan daerah tertinggal, kompetensi yang dimiliki oleh
Konsultan Manajemen dari berbagai disiplin ilmu, yaitu: kebijakan publik, perencanaan pembangunan, manajemen, kesehatan masyarakat, advokasi, database serta monitoring evaluasi.
Sesuai dengan fungsinya, Konsultan Manajemen tahun 2014, baik Pusat maupun Regional, memiliki peran dalam memfasilitasi dukungan manajemen bagi K/L, Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten dalam mewujudkan kebijakan Pembangunan Perdesaan Sehat didalam dokumen perencanaan, sehingga dijadikan acuan bersama oleh multi stakeholder dalam peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Liputan Khusus
Meski telah hidup secara turun temurun, masyarakat setempat tak ada yang mengetahui asal
muasal nama desa Cikumbueun tempat dimana mereka lahir dan berkembang sebagai entitas kultural yang menempati tanah dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut ini dengan kontur perbukitan yang terbentang menghubungkan antara dua kabupaten, Pandeglang di sebelah utara dan Serang di sebelah selatan, hal ini menandakan tradisi tutur tidak cukup kuat di kalangan masyarakat Cikumbueun dalam menjaga kelestarian sejarah leluhur selain juga tidak ada mitologi spesifik yang melekat dan diyakini sebagai nilai kebudayaan termasuk norma-norma kokoh yang mengikat hubungan antara manusia dan alam. Seperti pada umumnya desa-desa di kabupaten Pandeglang, desa Cikumbueun lebih terbuka terhadap dunia luar dan cenderung menerima pendatang selama bisa berselaras dengan pribumi, kecuali secara religius masyarakat setempat lebih mengakomodasi Islam sebagai keyakinan beragama, total dari 3.672 penduduk yang bermukim dan tersebar di 4 RW dan 29 RT, seluruhnya beragama Islam.
Desa Cikumbeuen adalah salah satu desa dari 15 desa yang masuk ke dalam kecamatan Mandalawangi kabupaten Pandeglang, sebagai lokasi sasaran dalam uji coba questioner Perdesaan Sehat 2014 terkait data eksisting dan implementasi BPJS kesehatan serta merupakan wilayah kerja Relawan Perdesaan Sehat.
Tepat jam 9 malam di tanggal 6 Mei 2014, hujan menderas saat tim Sekretariat Perdesaan Sehat tiba dikediaman Kepala Desa Cikumbueun dengan kondisi jalan yang rusak parah, separuh jalan berbatu separuh sudah bercampur tanah dan licin, naik turun, melintasi pemukiman penduduk yang asik berkumpul di beranda, anak anak bergegas pulang setelah mengaji karena gerimis mulai membasahi atap-atap rumah dengan penerang lampu depan tidak lebih dari 10 watt, satu kondisi perkampungan yang menurut penuturan Kepala Desa dalam kontek pembangunan masih tertinggal meski relatif dekat dari pusat pemerintahan kabupaten
Pandeglang yang berjarak kurang lebih 30 km, pusat pemerintahan provinsi Banten kurang lebih 50 km dan ke pusat pemerintahan Pusat kurang lebih 150 km. Kepala desa menyambut kedatangan Tim dengan sikap ramah, mengobrol didampingi Sekretaris Desa dan mempersilahkan untuk menginap di kediamannya saat Tim menyampaikan maksud kedatangan dan berniat bermalam di desanya.
Pada tahun 1984 desa Cikumbueun dimekarkan dengan nama desa Ramea yang secara demografis berada di sebelah berat, sementara sebelah utara desa Cikumbueun sendiri berbatasan dengan desa Kadu Kempong kecamatan Padarincang Kabupaten Serang, pemekaran ini dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan meski dalam kenyataannya masih sangat lambat dan pertumbuhan ekonomi seakan jalan ditempat. Dengan wilayah pemukiman seluas 32,33 Ha, Perkantoran 1,5 Ha, pertanian 55 Ha dan perkebunan 246,5 Ha tergambar bahwa masyarakat desa Cikumbueun mengandalkan pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian dengan hasil bumi berupa cengkeh, kelapa, kakau, kopi, pete termasuk padi dan tanaman lain dengan hasil bersekala kecil seperti buah aren dan pohon albasiah (jengjeng) yang bisa ditebang pada umur 5 tahun, meski ada yang
Catatan Dari Uji Coba Questioner Perdesaan Sehat 2014 di Desa Cikumbueun
MENANAM, PANCEN BUMI DAN KESADARAN GIZI
Edisi/03/2014 5
ditebang pada umur 3 tahun karena tuntutan ekonomi, masyarakat desa Cikumbueun tidak bisa memperluas hasil produksinya mengingat desa ini berada dekat di gunung Parakasak (hutan lindung) sebagai area konservasi yang masuk dalam komplek cagar alam Rawa Danau dengan luas 104.200 Ha. Di beberapa desa sekitar Cikumbueun, sebelum istilah pajak populer di tengah-tengah masyarakat tradisi pancen bumi masih berlaku, pancen bumi merupakan bentuk kearifan lokal dimana masyarakat menyisihkan hasil panennya secara suka rela kepada kepala desa sebagai bentuk zakat bumi, Kepala Desa diberi mandat untuk mengelola pancen bumi ini untuk kebutuhan masyarakat desa, tradisi ini sudah hilang seiring dengan anjuran pemerintah agar warga membayar pajak.
Secara sosiologis, hubungan kekerabatan masih sangat kuat di tengah-tengah masyarakat dan seiring perjalanan waktu pusat legitimasi sosial yang bertumpu pada ketokohan lokal mulai memudar, pemaknaan Kepala Desa yang dulunya disebut Jaro sebagai pemimpin tingkat desa hanya bersifat administatif, dengan kata lain tidak lagi memegang kendali atas
seluruh keputusan, termasuk urusan agama dan pilihan ekonomi.
Hujan telah reda, tetapi obrolan bersama Kepala Desa masih terus berlanjut hingga larut malam dalam dekapan udara dingin, dalam keakraban dan selingan tawa berbaur bersama suara jangkrik yang terdengar lirih bersahutan, dan seluruh anggota Tim hanya ingin menjadi pendengar yang baik, sesekali memberikan informasi yang berguna hingga rasa kantuk datang, mengakhiri obrolan malam.
Fasilitas dan Masalah Kesehatan
Di desa Cikumbeuen terdapat Poskesdes dan Posyandu dengan satu bidan desa yang mengajukan diri untuk mengabdi dan sudah bekerja semala 2 tahun tanpa gaji. Dari 15 Desa yang ada di Kecamatan Mandalawangi, hanya Desa Cikumbuen saja yang memiliki gedung Poskesdes yang dibangun oleh Pemerintah Provinsi dengan status kepemilikan tanah hibah warga. Waktu kerja Bidan Desa adalah Senin sampai Jumat sedangkan waktu Sabtu-Minggu diguakan untuk kuliah.
Liputan Khusus
Edisi/03/20146
Walau pun terdapat Poskesdes dengan fasilitas listrik, alat kesehatan dan air bersih masyarakat desa lebih memilih pergi ke Puskesmas meski dengan jarak yang lebih jauh mengingat akses menuju Poskesdes relatif sulit, menanjak dengan kondisi jalan rusak parah. Berdasarkan penuturan Kepala Desa, warga harus menggunkan tandu untuk membawa ibu saat kelahirkan, kondisi ini akan lebih parah jika di musim penghujan, bahkan ada kasus ibu meninggal hanya karena lambat penanganan disebabkan faktor jarak dan infrastruktur yang tidak memadai.
Rata-rata penduduk Desa tidak memiliki sanitasi yang baik, tidak memiliki jamban dan masih menggunakan jamban cemplung ke empang, sebagian warga membuang limbah rumah tangganya ke kebun dan terdapat warga menggunakan selang kecil untuk menarik air dari pegunungan, jika musim kemarau tiba warga yang tidak memiliki sumur akan kesulitan mendapatkan air bersih. Mayoritas masyarakat Desa Cikumbuen dan sekitarnya masih mempercayakan pertolongan persalinan kepada Dukun Bayi dibandingkan Bidan Desa, alasannya dukun bayi dirasakan lebih berpengalaman dalam membantu persalinan dan memberikan pelayanan lebih hingga 40 hari dengan memberikan ramuan atau jamu untuk kesehatan bayi dan ibu di masa pemulihan dibanding bidan desa yang masih muda dan belum banyak pengalaman. Dalam satu tahun terakhir terdapat kasus kematian bayi karena sakit diare dan ada ibu hamil yang meninggal akibat ketuban pecah.
Di Desa Cikumbuen terdapat 8 dukun bayi, satu
di antaranya merupakan dukun bayi senior yang sekitar 8 tahun yang lalu pernah mendapatkan alat-alat persalinan (seperti bidan kit) dari Puskesmas setempat agar dapat mandiri dalam menolong persalinan tanpa supervisi dari bidan desa. Berdasarkan informasi dari dukun bayi senior yang sempat diwawancara, belum pernah ada masalah yang terjadi selama dukun bayi memberikan pertolongan persalinan, jika ada hal-hal yang tak dapat ditangani seperti komplikasi, dukun bayi langsung berinisiatif bersama keluarga dan aparat desa setempat untuk membawa ibu bersalin ke Puskesmas terdekat. Mitos yang berhubungan
dengan ibu hamil dan bayi seperti penggunaan rumput fatimah yang dioleskan ke perut ibu sebelum melahirkan agar persalinannya lancar dan penggunaan besi yang dikalungkan di leher anak sampai usia anak 7 tahun masih berlaku dan dipercaya dapat membuat anak sehat dan bebas dari pengaruh negatif.
Terkait dengan pelaksanaan BPJS kesehatan, sebagian besar warga tidak mengetahui secara pasti mengingat informasi dan sosialisasi mengenai sistem ini tidak merata, sebagian warga pernah mendengar istilah ini, sebagian yang lain tidak mengenalnya, dan hampir seluruh warga mengaku tidak mengetahui tata cara menjadi anggota.
Liputan Khusus
Edisi/03/2014 7
Kelompok Ibu-ibu; Menanam, Kesadaran Gizi dan Naik Haji.
Udara pagi di desa Cikumbueun terasa sejuk, beberapa orang tua keluar dari masjid usai menunaikan shalat subuh menyapa dengan ramah, punggung bukit mengelilingi desa, sawah berundak undak dengan sebaran padi yang mulai menguning, dan riak air pancuran yang dialirkan oleh bambu menambah kesegaran saat fajar mengantarkan matahari terbit di atas gunung parakasak, anak-anak berangkat sekolah, sebagian bersepatu sebagian masih menggunakan sandal ada yang berlari-lari ada pula dengan berjalan santai dalam rona wajah polos anak anak desa, setelah membuka jendela dan mempersiapkan peralatan, beberapa warga pergi ke kebun, pagi itu para pemuda tak nampak, karena sebagian besar memilih bekerja di kota, hampir seluruh pekarangan rumah ditanami tanamam seragam, tomat, cabe, rampai, pare, leunca, kacang panjang dan beberapa tanaman lain.
Arsanah, seorang ibu yang kemudian diketahui sebagai ketua kelompok KRPL desa Cikumbuen sedang menyapu di halaman rumah dan mengurus tanamannya. Arsanah serta beberapa ibu lainnya merupakan warga
desa Cikumbueun yang memiliki kesadaran berkelompok dalam menyelesaikan masalah, utamanya kesehatan dan ekonomi, mereka menyadari rendahnya daya beli sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan terutama bagi balita yang membutuhkan asupan gizi, suami mereka yang sebagian besar petani tidak cukup mampu memberikan jaminan pemenuhan asupan gizi bagi keluarga, oleh karenanya saat ada program dari Dinas Pertanian untuk membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) mereka langsung membentuk kelompok yang keanggotaannya diambil dari unsur PKK dan Posyandu, menyulap lebih dari 100 halaman rumah menjadi hijau ditamani ragam tanaman dan sayuran.
Selain menanam di pekarangan untuk kebutuhan keluarga, KRPL desa Cikumbueun memiliki tanaman lain yang dikelola kelompok pada sebidang tanah, hasil panennya dijual untuk kas kelompok dan kebutuhan anggota, sebagian dibelikan pupuk dan bibit untuk pengembangan, mengkombinasikan kegiatan menanam bagi pemenuhan gizi dan peningkatan ekonomi dengan harapan suatu saat bisa naik haji, dengan demikian, tradisi pancen bumi yang telah hilang itu bisa tumbuh kembali.
Liputan Khusus
Edisi/03/20148
Bertempat di kantor KMP Cideng, Jakarta Pusat tanggal 16 Mei 2014 diselenggarakannya rapat koordinasi KMP dengan Sekretariat Perdesaan Sehat dengan pembicara Asisten Deputi Sumberdaya Kesehatan, dr.Hanibal Ha-midi, M.Kes, Andik Hardianto, dan Edward Yosef serta perwakilan sekretariat Perdesaan Sehat.
Rapar Koordinasi Konsultan Ma-najemen Perdesaan Sehat dengan Sekretariat PS
Hari Jumat, 23 Mei 2014 waktu 09.00-11.00 WIB, ber-tempat di Merdesan Institute diselenggarakan Rapat Pelaksanaan Laporan Pendahuluan Konsultan Manaje-men Perdesaan Sehat yang dihadiri Asisten Deputi Sum-berdaya Kesehatan, dr. Hanibal Hamidi, M.Kes bersama pejabat struktural KPDT, KMP, penerima barang dan Sek-retariat Perdesaan Sehat.
Bertempat di Merdesa Institute Jakarta Pusat, dilak-sanakan kegiatan Rapat Koordinasi Deputi Pengem-bangan Sumber Daya KPDT. Kegiatan berlangsung pada tanggal 26 Mei 2014. Raker ini dihadiri Deputi 1 dan Asisten Deputi Sumber Daya Kesehatan, dr. Hanibal Ha-midi, M.Kes bersama dengan ke empat Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya KPDT yaitu Asdep Pendi-dikan dan Keterampilan, Asdep Hayati, Asdep Mineral, dan Asdep Teknologi dan Inovasi serta Sekretariat Per-desaan Sehat.
Pelaksanaan Rapat Koordinasi Kelompok Kerja (POK-JA) Perdesaan Sehat di Hotel Milenium Jakarta, pada tanggal 3 Juni 2014, yang dihadiri oleh anggota POKJA Pembangunan Perdesaan Sehat 2014 Daerah Terting-gal bersama kementerian terkait dengan diketuai oleh Asisten Deputi Sumberdaya Kesehatan, dr. Hanibal Ha-midi,M.Kes.
Rapat Pelaksanaan Laporan Penda-huluan Konsultan Manajemen Per-desaan Sehat
Rapat Koordinasi Deputi Pengem-bangan Sumber Daya KPDT
Rakor Pokja PS 1
Berita Keasdepan
Edisi/03/2014 9
Galery Perdesaan Sehat 2014
Agenda Kegiatan
• Bertempat di Mercure Hotel Jakarta Pusat, Selasa
s.d Kamis, 3 s.d 5 Juni 2014, diselenggarakan acara
“Workshop dan Orientasi Perdesaan Sehat” yang
merupakan bagian dari pelaksanaan Fasilitasi
Manajemen Pelaksanaan Tata Kelola Percepatan
Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis
Perdesaan di Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat).
• Kegiatan ini akan di buka dan skalifgus bertindak
sebagai keynote speaker oleh Deputi I Bidang
Pengembangan Sumber Daya Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal, Bapak Dr. Ir.
Suprayoga Hadi, M.S.P. dan rencana pada penutupan
di akhir kegiatan dilakukan oleh Asdepkes Bapak dr.
Hanibal hamidi, M. Kes.
• Peserta dalam kegiatan ini terdiri dari 14 utusan
yang terdiri dari: KMR-PPS Region 1 Sumatera,
KMR-PPS Region 2 Jawa, KMR-PPS Region 3 Nusa
Tenggara, KMR-PPS Region 4 Kalimantan, KMR-PPS
Region 5 Sulawesi, KMR-PPS Region 6 Maluku, KMR-
PPS Region 7 Papua, Sekretariat Perdesaan Sehat,
LKNU, Muslimat NU, Fatayat NU, Akbid Yogyakarta,
Akbid Cirebon, Peserta Jakarta/TIM KMP-PPS.
Sekretariat Perdesaan Sehat :
Jl. Veteran I No.28 Jakarta Pusat. Telp/Fax. 021-34832798
Website : www.perdesaansehat.or.id
e-mail : perdesaansehatppdt@gmail.com