Post on 16-Oct-2021
RESIKO PEMBELIAN, KEPERCAYAAN KONSUMEN DAN MINAT
MEMBELI PRODUK DI ONLINE SHOP MEDIA SOSIAL
Barty Mariah Ningsih
Annisa Miranty Nurendra
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi resiko dan
kepercayaan konsumen dengan minat membeli produk di online shop media sosial.
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara persespi
resiko dengan minat membeli, ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi
resiko dengan kepercayaan konsumen, ada hubungan positif yang signifikan antara
kepercayaan konsumen dengan minat membeli, dan ada hubungan yang signifikan antara
persepsi resiko dengan minat membeli di online shop media sosial yang di mediasi oleh
kepercayaan konsumen. Penelitian ini melibatkan 144 subjek yang merupakan mahasiswa
Universitas Islam Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
menggunakan skala. Skala persepsi resiko menggunakan skala yang mengacu teori
Forsthe dan Shi yang dikembangkan Chen (2015) yang berjumlah 43 item dan
kepercayaan konsumen menggunakan skala yang disusun sendiri oleh penulis yang
mengacu pada Mowen (1995) yang berjumlah 21 item, dan skala minat membeli yang
mengacu pada teori dari Lucas dan Brift (2003). Analisis dilakukan dengan menggunakan
SPPS 22 for Windows, menguji efek variabel mediasi menggunakan Sobel Test. Semua
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Efek variabel mediasi diketahui
sebesar Z = -5,2901 dan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal ini berarti persepsi resiko
dapat menurunkan minat membeli konsumen dengan cara menurunkan kepercayaan
konsumen terlebih dahulu.
Kata Kunci : persepsi resiko, kepercayaan konsumen, minat membeli
PERCEPTION OF RISK, CONSUMER TRUST & INTERESTS BUY
PRODUCTS ONLINE SHOP IN SOCIAL MEDIA
Barty Mariah Ningsih
Annisa Miranty Nurendra
ABSTRACT
This study aims to examine the relationship between risk perception and
consumer trust with an interest to buy the product at an online shop social media. The
hypothesis of this research that there is a significant negative relationship between
persespi risk by buying interest in the online shop social media, there was a significant
negative correlation between the perception of risk in consumer trust, there is a
significant positive relationship between consumer trust by buying interest in the online
shop social media and there is a significant relationship between the perception of risk by
buying interest in online social media shop mediated by consumer trust. The study
included 144 subjects who are students of the Islamic University of Indonesia. Data
collection method used is using a scale. The scale of risk perception using a scale which
refers the theory Forsthe and Shi developed Chen (2015) amounting to 43 items and
consumer trust using a scale which refers to Mowen (1995), which has 21 items, and the
scale of interest in buying which refers to the theories of Lucas and Brift (2003).
Analyses were performed using SPSS 22 for Windows, tested the effects of
mediating variables using Sobel Test. All the hypothesis proposed in this study received.
Effects mediating variables known at Z = -5.2901 and a significance value of 0.000 (p
<0.05). This means that the perception of risk may reduce interest in buying consumer by
lowering consumer trust first.
Keywords : perception of risk, consumer trust, interest in buying
PENGANTAR
Diketahui dari data demografi pengguna internet Indonesia oleh APJII dan
PusKaKom UI tahun 2015 bahwa 85% pengguna mengakases internet dari
telepon seluler dan diketahui lima hal yang paling sering diakses pengguna
internet di Indonesia adalah sosial media, pesan instan, baca berita, cari data dan
informasi, dan streaming video (Heriyanto, 2015). Liang dan Turban (2011)
menyebutkan meningkatnya popularitas interaksi sosial dalam situs jejaring sosial
dan media sosial, seperti Facebook, Twitter dan Instagram telah membuka
kesempatan untuk membuka model bisnis baru dalam perdagangan elektronik,
yang biasa disebut dengan social commerce. Marsden (Puspitawati, 2016)
mendefinisikan social commerce adalah kombinasi perdangangan elektronik
dengan situs jejaring sosial atau media sosial untuk memfasilitasi pembelian dan
penjualan produk ataupun jasa dengan menggunakan teknologi internet.
Dalam perilaku pembelian melalui internet atau secara online, teori perilaku
terencana yang dikemukakan oleh Azjen (Setiawan, 2012) menyebutkan bahwa
perilaku manusia terlebih dahulu dipengaruhi oleh minat (behavior intention).
Dengan demikian, perilaku pembelian secara online seseorang akan terlebih
dahulu dipengaruhi oleh adanya minat membeli sebelum keputusan pembelian
benar-benar dilaksanakan (Assael dalam Amri, 2014). Menururt Schiffman dan
Kanuk (2010) minat beli merupakan sebuah tahapan yang dilalui oleh konsumen
sebelum melakukan pembelian suatu produk, dimana pada tahapan ini konsumen
memiliki ketertarikan terhadap suatu produk dan berusaha mencari informasi
mengenai produk tersebut. Minat membeli bersifat individual dan setiap individu
mempunyai perbedaan dalam menafsirkan minat karena dipengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologis (Kotler & Keller, 2007). Salah satu komponen faktor psikologis yang
turut mempengaruhi minat membeli ialah persepsi. Suresh & Shashikala (2011)
mengatakan bahwa konsumen memiliki persepsi risiko yang lebih tinggi ketika
melakukan pembelian secara online jika dibandingkan dengan ketika mereka
melakukan pembelian secara tradisional. Hal ini dikarenakan sifatnya yang tidak
bertemu langsung antara pembeli dan penjual, pembelian secara online
memunculkan persepsi risiko yang bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Naiyi
(2004) juga menyebutkan bahwa dalam melakukan pembelian online, konsumen
selalu berfikir mengenai resiko terlebih dahulu jika membeli suatu produk secara
online. Karena persepsi resiko adalah kombinasi dari konsekuensi negatif dan
ketidapastian. Sehingga persepsi resiko di prediksikan memiliki pengaruh
terhadap keinginan konsumen untuk membeli secara online.
Karena adanya ketidakpastian, tidak diketahui, kurangnya kontrol dan
oportunisme potensial, pertukaran dalam lingkungan online membutuhkan
kepercayaan sebagai unsur penting (Shanker et al dalam Sean 2012). Tingkat
kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap persepsi risiko dalam bertransaksi.
Young dan Dan (Shibhghatalloh, 2011) melakukan pengujian terhadap pengaruh
tingkat kepercayaan konsumen (trust) dan tingkat persepsi akan risiko (perceived
risk). Disebutkan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumen maka
tingkat persepsi akan risiko akan dapat dikurangi. Tingkat kepercayaan yang
tinggi tidak hanya mengurangi ketidakpastian transaksi tetapi juga menghilangkan
persepsi terhadap risiko (percieved risk) dalam transaksi online menurut
McKnight dan Chervany (Yusnidar, 2004). Rasa percaya yang dimiliki oleh
konsumen secara langsung dapat mempengaruhi minat membeli konsumen dalam
aktivitas pembelian. Penelitian dilakukan oleh Utomo (Amri, 2014) mengatakan
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan konsumen
dengan minat membeli produk secara online. Artinya semakin tinggi kepercayaan
konsumen maka semakin tinggi pula minat membeli oleh calon konsumen. Oleh
karena itu, kepercayaan konsumen dirasa sangat penting dalam rangka
meminimalisir atau mengurangi persepsi resiko yang dirasakan konsumen, agar
proses pembelian dapat tercapai yang ditandai dengan adanya minat membeli
konsumen. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada perilaku membeli konsumen
di toko online sosial media atau yang disebut dengan social commerce.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Minat Membeli
Sciffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan minat beli sebagai suatu
tahapan yang dilalui oleh konsumen sebelum melakukan pembelian suatu
produk, dimana pada tahapan ini konsumen memiliki ketertarikan terhadap
suatu produk dan berusaha untuk mencari informasi mengenai produk
tersebut. Menurut Lucas dan Brift (2003) aspek-aspek minat membeli, yaitu :
a. Attention (perhatian)
Perhatian yaitu pemusatan pengamatan dari individu pada suatu
objek yang menurut individu menarik, artinya ada perhatian yang besar
pada konsumen terhadap suatu produk baik barang ataupun jasa.
b. Interest (ketertarikan)
Ketertarikan yaitu adanya perhatian individu mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan objek, dan ditunjukkan dengan usaha mendekati
objek tersebut. setelah adanya perhatian, maka akan timbul rasa tertarik
pada konsumen terhadap produk yang diminati.
c. Desire (keinginan)
Keinginan yaitu dorongan utuk memiliki dan mengetahui secara lebih
mendalam tentang objek tersebut. Adanya keinginan pada konsumen
untuk memiliki dan membeli produk yang diminati.
2. Pengertian Kepercayaan Konsumen
Kotler dan Amstrong (2008) mendefinisikan kepercayaan sebagai suatu
pemikiran deskriptif pada seseorang yang mana kepercayaan tersebut didasari
pada pengetahuan, opini, atau keyakinan yang nyata. Menurut Mowen
(1995), kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh
konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumne tentang objek,
atribut dan manfaatnya. Objek (objects) dapat berupa produk, orang,
perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan
sikap. Atribut (attributes) adalah karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki oleh objek. Manfaat (benefits) adalah hasil positif yang diberikan
atribut kepada konsumen. Adapun aspek-aspek kepercayaan konsumen yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada tiga teori terbentuknya
kepercayaan konsumen yang dikemukakan oleh Mowen (1995), yaitu :
a. Kepercayaan atribut – objek (object – attribute beliefs)
Kepercayaan objek-atribut merupakan kepercayaan konsumen
bahwa suatu objek memiliki atribut tertentu. Kepercayaan objek-atribut
dibentuk dengan menghubungkan objek dengan atribut. Objek dapat
berupa produk, vendor, perusahaan, dan segala sesuatu dimana
seseorang memiliki kepercayan dan sikap. Sedangkan atribut adalah
karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki objek, seperti harga,
merek atau brand, kemasan, label, jaminan, dan layanan pelengkap
yang tersedia.
b. Keprcayaan manfaat – atribut (attribute-benefit beliefs)
Kepercayaan manfaat-atribut merupakan persepsi konsumen
tentang sejauh mana atribut tertentu menghasilkan atau memberi
manfaat tertentu.
c. Kepercayaan manfaat-object (object-benefit beliefs)
Kepercayaan manfaat objek merupakan kepercayan konsumen
bahwa sebuah objek (produk atau jasa, vendor, dan perusahaan) tertentu
akan memberikan manfaat tertentu. Kepercayaan ini dibentuk dengan
menghubungkan objek dengan manfaat.
3. Pengertian Resiko
Konsep resiko yang diterima oleh konsumen tersebut (perceived risk)
dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan dalam diri konsumen bahwa
keputusan yang dibuat akan menimbulkan konsekuensi dimana konsumen
tidak dapat mengantisipasinya dengan suatu perkiraan yang pasti
(Schiffman & Kanuk, 2008). Selanjutnya, Resiko adalah suatu
konsekuensi negatif yang harus diterima akibat dari ketidakpastian dalam
mengambil keputusan (Firdayanti, 2012). Chen (2015) yang
mengintegrasikan empat aspek dari Forsythe dan Shi menjadi delapan
aspek persepsi resiko diantaranya :
1. Resiko Keuangan
Persepsi resiko keuangan didefinisikan sebagai kemungkinan
adanya kerugian keuangan dari belanja online.
2. Resiko Produk
Resiko produk didefinisikan sebagai kemungkinan adanya
kerugian yang akan dirasakan konsumen ketika produk yang dibeli
secara online tidak sesuai seperti yang diharapkan oleh konsumen,
atau produk yang dipesan hanya dapat digunakan dalam waktu yang
singkat.
3. Resiko Fisik
Persepsi resiko fisik didefinisikan sebagai kemungkinan adanya
kerugian karena produk yang berbahaya atau produk mengandung
bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen.
4. Risiko Psikologis
Persepsi resiko psikologis didefiniskan sebagai kemungkinan
adanya kerugian secara psikologis karena adanya kemungkinan
adanya gangguan psikologis seperti konsumen menjadi stress atau
lebih emosional karena perilaku pembelian yang berlanjut atau
kecanduan belanja oline.
5. Risiko Sosial
Risiko sosial didefinisikan sebagai adanya kemungkinan kerugian
karena adanya persepsi orang lain yang akan terpengaruh terhadap
individu yang melakukan pembelian secara online.
6. Resiko Waktu
Resiko waktu didefinisikan sebagai kemungkinan adanya kerugian
waktu ketika barang yang dipesan secara online tidak sampai dengan
tepat waktu dan risiko waktu dan kenyamanan termasuk waktu
konsumen menunggu produk mereka datang/sampai.
7. Risiko Privasi
Resiko privasi didefinisikan sebagai kemungkinan adanya
kerugian karena data diri individu pembeli yang diberikan pada pihak
penjual untuk keperluan pemesanan akan disalah gunakan oleh pihak
pejual.
8. Risiko Keamanan
Resiko keamanan didefinisikan sebagai kemungkinan adanya
kerugian karena adanya bahaya yang mengancam individu seperti
penyalahgunaan informasi data diri, keamanan transaksi keuangan
secara online. Juga resiko kerugian karena adanya penipuan oleh
pihak penjual.
HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara persespi resiko dengan minat
membeli di online shop media sosial.
2. Ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi resiko dengan
kepercayaan konsumen.
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara kepercayaan konsumen dengan
minat membeli di online shop media sosial.
4. Ada hubungan yang signifikan antara persepsi resiko dengan minat membeli
di online shop media sosial yang di mediasi oleh kepercayaan konsumen.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, baik yang sudah pernah
melakukan belanja online atau pun belum pernah. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan skala. Model skala yang digunakan dalam
penelitian adalah model skala likert (sumrated-rating scale). skala minat membeli,
skala persepsi resiko maupun skala kepercayaan konsumen, ketiganya
menggunakan empat alternatif jawaban. Alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai,
Sesuai, Tidak Sesuai, dan Sangat Tidak Sesuai. Pemberian skor bergerak dari
angka 4 hingga 1.
1. Skala Minat Membeli
Skala minat membeli di online shop media sosial disusun untuk
mengetahui tingkat minat membeli yang dirasakan oleh subjek. skala minat
membeli yang digunakan dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti.
Skala tersebut berdasarkan pada tigas aspek minat membeli menurut Lucas
dan Brift (2003). Penyebaran item skala minat membeli dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1
Blue Print Sebaran Item Minat Membeli
No Aspek Butir Favourable Butir Unfavourable Jumlah
Sahih Nomor Butir Nomor Butir
1 Attention (perhatian) 2, 9, 15, 26 16, 21 4
2 Interest (ketertarikan) 1, 3, 6, 10, 18, 24 5, 8, 14, 17 10
3 Desire (keinginan) 4, 7, 12, 13, 22 11, 19, 20, 23, 25 8
Total 11 11 22
2. Skala Persepsi Resiko
Skala persepsi resiko yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan
pada teori persepsi resiko dalam Chen (2015) yang mengembangkan aspek-
aspek persepsi reisko oleh Forsyhe dan Chi. Skala tersebut terdiri dari
delapan aspek persepsi resiko yaitu resiko keuangan, resiko produk, resiko
fisik, resiko psikologis, resiko sosial, resiko waktu, resiko privasi dan resiko
keamanan. Distribusi skala persepsi resiko sebelum uji coba dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2
Blue Print Sebaran Item Persepsi Resiko
N
o Aspek
Butir Favourable Butir
Unfavourable Jumlah
Sahih Nomor Butir Nomor Butir
1 Resiko Keuangan 1, 7, 13, 18, 26,
33 21, 29, 38, 43 8
2 Resiko Produk 2, 5, 8, 16, 48, 53 22, 35, 44 8
3 Resiko Fisik 3, 10, 40, 50 14, 17 5
4 Resiko Psikologis 4, 20, 23, 31 6, 15 4
5 Resiko Sosial 30, 32, 41, 46 49, 55 5
6 Resiko Waktu 9, 11, 19, 39, 42 12, 24, 47 4
7 Resiko Privasi 25, 28, 36 34, 37, 45 5
8 Resiko
Keamanan 51, 52, 54 27, 56 4
Total 32 11 43
3. Skala Kepercayaan Konsumen
Skala kepercayaan kosnumen disusun untuk mengetahui bagaimana
tingkat kepercayaan konsumen terhadap sebuah online shop yang
ditampilkan. Skala kepercayaan konsumen ini mengacu pada tiga aspek
keprcayaan konsumen dari Mowen (1995). Skala kepercayaan konsumen
berjumlah berjumlah 30 aitem yang terbagi atas 17 aitem favorable dan 13
aitem unfavorable. Distribusi skala persepsi resiko sebelum uji coba dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3
Blue Print Sebaran Item Kepercayaan Konsumen
No Aspek
Butir
Favourable
Butir
Unfavourable Jumlah
Sahih Nomor Butir Nomor Butir
1
Kepercayaan
atribut – objek
3, 11,
14, 17,
26
4, 25, 27,
29 6
2
Kepercayaan
manfaat –
atribut
2, 5, 6,
9, 15, 19
10, 13, 18,
23 6
3
Kepercayaan
manfaat –
objek
1, 8, 12,
16, 22,
28
7, 20, 21,
24, 30 9
Total 10 11 21
METODE ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini
adalah dengan analisis statistik dilakukan dengan bantuan program komputer
SPSS 22.0 for Windows yaitu menggunakan teknik Sobel Test untuk menguji efek
mediasi dalam penelitian ini dan karena sebaran data penelitian ini adalah tidak
normal.
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 144 responden yang merupakan mahasiswa
Universitas Islam Indonesia. Berdasarkan jumlah responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini, maka diperoleh gambaran mengenai
subjek penelitian pada tabel di bawah ini :
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian
No Kriteria Kategori Jumlah Presentase
1 Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
54
90
37.5 %
62.4 %
Total 144 100 %
2 Usia
18 – 19 tahun
20 – 21 tahun
22 – 23 tahun
75
51
18
52.08 %
35.42 %
12.5 %
Total 144 100
2. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat tinggi
dan rendahnya persepsi resiko, kepercayaan konsumen dan minat beli pada
subjek penelitian. Deskripsi data responden penelitian secara umum dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Hipotetik Empirik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Minat
Membeli 22 88 55 11 25 72 52.88 8.78
Persepsi
Resiko 43 172 107.5 21.5 75 154 111.94 12.41
Kepercayaan
Konsumen 21 84 52.5 10.5 38 75 53.74 6.44
Untuk lebih mengetahui tingkat minat membeli, persepsi resiko dan
kepercayaan kosnumen pada penelitian ini maka perlu dibuat kategorisasi dari
data penelitian yang diperoleh. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan tingkat
deskripsi responden kedalam lima kategorisasi, yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Untuk membuat kategorisasi, maka perlu
ditetapkan kriteria kategori sebagai acuan untuk mengelompokkan responden.
menurut Azwar (2001), kriteria dapat dipakai sebagai acuan untuk
mengelompokkan responden pada skor data empirik yang diperoleh. Berikut
kategorisasi dari data penelitian :
Tabel 6
Kategorisasi Variabel Minat Membeli
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase
Minat
Membeli
X < 35.2 Sangat Rendah 7 4.9 %
35.2 ≤ X < 48.4 Rendah 33 22.91 %
48.4 ≤ X < 61.6 Sedang 81 56.25 %
61.6 ≤ X ≤ 74.8 Tinggi 23 15.97 %
X > 74.8 Sangat Tinggi 0 0 %
Total 144 100%
Berdasarkan rumus norma, kemudian dilakukan penggolongan atau
kategorisasi pada data skala minat membeli. Berdasarkan tabel kategorisasi di
atas, dapat diketahui bahwa jumlah subjek berada dalam kategori minat membeli
sangat rendah sebanyak 7 orang (4.9%), kategori rendah sebanyak 33 orang
(22.91%) dan sebagian besar jumlah subjek sebanyak 81 orang berada dalam
kategori sedang (56.25%), 23 subjek pada kategori tinggi (15.97%), dan tidak
terdapat subjek yang berada pada kategori sangat tinggi, sehingga pada kategori
sangat tinggi memiliki presentase 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
subjek dalam penelitian ini memiliki tingat minat membeli produk di online shop
media sosial yang sedang (56.25%). Jumlah subjek pada kategori ini paling
banyak apabila dibandingkan dengan subjek pada rentang skor kategori yang lain.
Tabel 7
Kategorisasi Variabel Persepsi Resiko
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase
Persepsi
Resiko
X < 68.8 Sangat Rendah 0 0 %
68.8 ≤ X < 94.6 Rendah 11 7.65 %
94.6 ≤ X < 120.4 Sedang 101 70.14 %
120.4 ≤ X ≤ 146.2 Tinggi 30 20.83 %
X > 146.2 Sangat Tinggi 2 1.4 %
Total 144 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pada variabel persepsi resiko, tidak
terdapat subjek pada kategori sangat rendah yaitu 0 %, untuk kategori rendah
terdapat sebanyak 11 subjek (7.65%), kategori sedang sebanyak 101 orang
(70.14%), kategori tinggi sebanyak 30 orang (20.83%) dan terdapat 2 subjek
(1.4%) yang berada pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki persepsi resiko yang
sedang (70.14%). Rentang skor pada kategori sedang adalah 94.6 – 120.4. jumlah
responden pada kategori ini merupakan paling banyak apabila dibandingkan
dengan responden pada retang skor kategori lain.
Tabel 8
Kategorisasi Variabel Kepercayaan Konsumen
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Presentase
Kepercayaan
Konsumen
X < 33.6 Sangat Rendah 0 0 %
33.6 ≤ X < 46.2 Rendah 24 16.7 %
46.2 ≤ X < 58.8 Sedang 85 59.02 %
58.8 ≤ X ≤ 71.4 Tinggi 34 23.61
X > 71.4 Sangat Tinggi 1 0.7 %
Total 144 100%
Berdasarkan ketgorisasi pada tabel diatas, diketahui bahwa pada
kategorisasi kepercayaan konsumen tidak terdapat subjek pada kategori sangat
rendah, terdapat 24 subjek pada kategori rendah (16.7%), kategori sedang
sebanyak 85 orang (59.02%), kategori tinggi sebanyak 34 orang (23.61%).
Sementara itu, hanya terdapat 1 subjek (0.7%) pada kategori sangat tinggi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki
tingkat kepercayaan yang sedang (59.02%) terhadap online shop media sosial.
Rentang skor pada kategori ini merupakan paling banyak apabila dibandingkan
dengan responden pada rentang skor kategori lain.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data
variabel bebas dan variabel tergantung berdidtribusi normal atau tidak.
Distribusi dikatakan normal apabila p > 0,05. Teknik yang digunakan untuk
uji normalitas adalah teknik One Sample Kolmogorov – Smirnov. Hasil
analisis pada variabel minat membeli diketahui memiliki signifikansi
sebesar 0,003 (p < 0.05). berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa
variabel minat memiliki sebaran data tidak normal. Hasil analisis pada
variabel persepsi resepsi resiko diketahui memiliki signifikansi sebesar
0.003 (p < 0.05). berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa variabel
persepsi resiko memiliki sebaran data yang tidak normal. Dan hasil analisis
pada variabel kepercayaan konsumen diketahui memiliki signifikansi
sebesar 0.026 (p < 0.05), dan berdasarkan hasil tersebut variabel
kepercayaan konsumen memiliki sebaran data tidak normal.
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
Variabel Skor Kolmogorov-
Smirnov Signifikansi Keterangan
Minat Membeli 0.095 0.003 Tidak normal
Persepsi Resiko 0.095 0.003 Tidak normal
Kepercayaan
Konsumen 0.080 0.026 Tidak normal
b. Uji Linieritas
Linieritas digunakan untuk menguji di mana hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen bersifat linier atau garis lurus.
Hasil uji lineritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel minat
membeli dan variabel persepsi resiko bersifat linier dengan F sebesar
46.069 dan p = 0.000 (p < 0.05). Hal tersebut menujukkan bahwa
hubungan antara minat membeli dan persepsi resiko membentuk garis
lurus atau bersifat linier.
Hasil uji lineritas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel
minat membeli dan variabel kepercayaan konsumen bersifat linier dengan
F sebesar 83.553 dan p = 0.000 (p < 0.05). Hal tersebut menujukkan
bahwa hubungan antara minat membeli dan kepercayaan konsumen
membentuk garis lurus atau bersifat linier. Hasil uji lineritas menunjukkan
bahwa hubungan antara variabel persepsi resiko dan variabel kepercayaan
konsumen bersifat linier dengan F sebesar 164.412 dan p = 0.000 (p <
0.05). Hal tersebut menujukkan bahwa hubungan antara persepsi resiko
dan kepercayaan konsumen membentuk garis lurus atau bersifat linier.
Tabel 10
Hasil Uji Linieritas
Variabel F Signifikansi Keterangan
Minat Membeli dan
Persepsi Resiko 46.069 0.000 Linier
Minat Memebeli dan
Kepercayaan
Konsumen
83.553 0.000 Linier
Persepsi resiko dan
Kepercayaan
Konsumen
164.412
0.000 linier
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Sobel test melalui SPSS macro for Simple Mediation dari Preacher dan
Hayes (2004). Simple mediation adalah desain analisis yang melibatkan
hanya satu mediator. Menurut Baron dan Kenny (dalam Widhiarso, 2010)
terdapat empat tahap prosedur analisis mediasi, yaitu :
1. Melakukan analisis dengan X sebagai prediktor pada Y, dimana X adalah
variabel bebas dan Y adalah variabel tergantung. Hasil uji ini nilainya
diharapkan signifikan.
2. Melakukan analisis dengan X sebagai prediktor pada M, dimana X adalah
variabel bebas dan M adalah variabel mediator. Hasil uji ini nilainya
diharapkan signifikan.
3. Melakukan analisis dengan M sebagai prediktor pada Y, dimana M adalah
variabel mediator dan Y sebagai variabel tergantung. Hasil uji ini nilainya
diharapkan signifikan.
4. Melakukan analisis pada Y dengan X sebagai prediktor dan
mengendalikan M, dimana Y adalah variabel tergantung, X variabel bebas
da M adalah variabel mediator. Hasil uji ini diharapkan nilainya tidak
signifikan.
Ke empat prosedur diatas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi lineier, hanya saja prosedur tersebut tidak dapat memberikan gambaran
peran tidak langsung dari variabel mediator. Dalam uji Sobel, selain ke empat
tahapan tersenut juga dilakukan uji efek tidak langsung (indirect effect) untuk
melihat efek mediasi dari variabel M atau peranan dai X ke Y melalui M.
Dikatakan terdapat efek mediasi apabila nilai z efek tidak langsung adalah
signifikan. Berikut hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Sobel sebagaimana
dijelaskan diatas :
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis
Uji Sobel Test – Pengaruh Langsung dan Efek Total
Variabel Koefisien
(R) Sig.
Persepsi Resiko * Minat Membeli
Persepsi Resiko * Kepercayaan
Kepercayaan * Minat Membeli
Persepsi Resiko * Kepercayaan * Minat Membeli
-0.3395
-0.3788
0.7713
-0.0474
0.000
0.000
0.000
0.4911
Tabel 12
Hasil Uji Hipotesis
Uji Sobel Test – Pengaruh Tidak Langsung
Variabel Z Sig.
Persepsi Resiko * Kepercayaan * Minat Membeli -5,2901 0.000
Hasil analisis dengan menggunakan uji Sobel menunjukkan bahwa :
1) Hipotesis yang menyebutkan ada hubungan negatif yang signifikan antara
persepsi resiko dengan minat membeli di online shop media sosial yang
diajukan diterima. Persepsi resiko mampu menjadi prediktor bagi minat
membeli di online shop media sosial. Hasil menunjukkan ada kolerasi antara
variabel persepsi resiko (X) dengan minat membeli (Y) dengan nilai
signifikansi (0.000) < 0.05 dan dengan R = -0,3395 menunjukkan hubungan
bersifat negatif, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Persepsi resiko
yang dialami konsumen mempengaruhi minat membeli secara negatif. Dapat
disimpulkan bahwa persepsi resiko yang tinggi dapat menurunkan minat
membeli konsumen di online shop media sosial, begitu pula sebaliknya.
2) Hipotesis yang menyebutkan ada hubungan negatif yang signifikan antara
persepsi resiko dengan kepercayaan konsumen yang diajukan diterima.
Persepsi resiko mampu menjadi prediktor bagi kepercayaan konsumen. Hasil
menunjukkan ada kolerasi antara variabel persepsi resiko (X) dengan
kepercayaan konsumen (M) dengan nilai signifikansi (0.000) < 0.05 dan nilai
R = -0,3788 menunjukkan hubungan bersifat negatif, sehingga hipotesis
yang diajukan diterima. Persepsi resiko yang dialami konsumen
mempengaruhi kepercayaan konsumen secara negatif. Dapat disimpulkan
bahwa persepsi resiko yang tinggi akan menurunkan kepercayaan kosnumen
terhadap online shop di media sosial, atau pun sebaliknya.
3) Hipotesis yang menyebutkan ada hubungan positif yang signifikan antara
kepercayaan konsumen dengan minat membeli di online shop media sosial
yang diajukan diterima. Kepercayaan konsumen mampu menjadi prediktor
bagi minat membeli konsumen. Hasil menunjukkan ada kolerasi antara
variabel kepercayaan konsumen (M) dengan variabel minat membeli (Y)
dengan nilai signifikansi (0.000) < 0.05 dan dengan nilai R= 0,7713
menunjukkan hubungan bersifat positif, sehingga hipotesis yang diajukan
diterima. Kepercayaan konsumen mempengaruhi minat membeli secara
positif, dapat disimpulkan bahwa konsumen yang memiliki kepercayaan yang
tinggi terhadap online shop juga akan memiliki minat membeli yang tinggi di
online shop media sosial dan begitu pula sebaliknya.
4) Hipotesis yang menyebutkan ada hubungan yang signifikan antara persepsi
resiko dengan minat membeli di online shop media sosial yang di mediasi
oleh kepercayaan konsumen yang diajukan diterima. Peranan persepsi resiko
terhadap minat membeli dapat melalui kepercayaan konsumen. dengan Z = -
5,2901 dan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal ini berarti persepsi resiko
dapat menurunkan minat membeli konsumen dengan cara menurunkan
kepercayaan konsumen terlebih dahulu. Atau sebaliknya, persepsi resiko yang
rendah dapat meningkatkan minat membeli konsumen dengan cara
meningkatkan kepercayaan konsumen terlebih dahulu. Dengan demikian
hipotesis ini juga terbukti dalam penelitian ini.
A. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
yang signifikan antara persepsi resiko, kepercayaan konsumen dan minat membeli
produk di online shop media sosial atau yang dikenal dengan social commerce.
Dimana terdapat empat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dan setelah
dilakukan analisis data penelitian diketahui bahwa semua hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini diterima atau terbukti. Ada hubungan negatif yang signifikan
antara persepsi resiko dengan minat membeli pada online shop media sosial, yang
mengindikasikan bahwa semankin tinggi persepsi resiko pada konsumen maka
semakin rendah minat membeli konsumen di online shop media sosial. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah persepsi resiko pada konsumen maka semakin
tinggi minat membeli konsumen di online shop media sosial. Hal ini selaras
dengan Naiyi (2004) yang menyebutkan bahwa dalam melakukan pembelian
online, konsumen selalu berfikir mengenai resiko terlebih dahulu jika membeli
suatu produk secara online. Karena persepsi resiko adalah kombinasi dari
konsekuensi negatif dan ketidakpastian. Sehingga persepsi resiko berpengaruh
terhadap keinginan konsumen untuk membeli secara online.
Minat membeli merupakan suatu tahapan yang dilalui oleh konsumen
sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk, dimana pada tahapan ini
konsumen memiliki ketertarikan terhadap suatu produk dan berusaha untuk
mencari informasi mengenai produk tersebut (Sciffman dan Kanuk, 2010). Oleh
karena itu, minat membeli akan selalu hadir terlebih dahulu sebelum keputusan
pembelian akan benar-benar dilakukan. Khususnya dalam aktivitas pembelian di
akun online shop di media sosial, pentingnya menarik minat membeli konsumen
agar terjadinya transaksi jual beli oleh konsumen dan penjual. Berdasarkan data
pelengkap hasil penelitian ini diketahui bahwa 98% subjek pernah mengunjungi
atau mengakses akun online shop melalui media sosial, namun tidak semua
berakhir pada keputusan pembelian, hanya 74.2% yang mengatakan pernah
melakukan pembelian di online shop di media sosial. Minat membeli bersifat
individual dan setiap individu mempunyai perbedaan dalam menafsirkan minat
karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor budaya, faktor sosial, faktor
pribadi dan faktor psikologis (Kotler dan Keller, 2007). Salah satu komponen
faktor psikologis yang turut mempengaruhi minat membeli ialah persepsi resiko
yang terjadi dalam melakukan pembelian oleh konsumen khususnya pada
pembelian secara online. Menurut Suresh & Shashikala (2011) konsumen
memiliki persepsi risiko yang lebih tinggi ketika melakukan pembelian secara
online jika dibandingkan dengan ketika mereka melakukan pembelian secara
tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi resiko senantiasa hadir dalam
setiap proses konsumen ketika hendak melakukan pembelian secara online, yang
mana persepsi resiko tersebut dapat mempengaruhi tingkat minat membeli
konsumen.
Selain diketahui bahwa persepsi resiko mampu mempengaruhi minat
membeli konsumen, dari hasil penelitian juga diketahui bahwa ada hubungan
negatif yang signifikan antara persepsi resiko dengan kepercayaan konsumen
online shop media sosial, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi
resiko yang dirasakan konsumen maka semakin rendah kepercayaan konsumen
pada online shop media sosial. Begitu pula sebaliknya. Selaras dengan hasil
penelitian dari Rosalia (2014) dengan judul penelitian Pengaruh Persepsi Resiko
Terhadap Kepercayaan Konsumen dengan Keputusan Pembelian Online, hasil
penelitian menunjukkan bahwa resiko finansial, resiko produk, resiko pengiriman,
resiko waktu dan resiko sosial berpengaruh secara negatif terhadap kepercayaan
konsumen, dimana tinggi rendahnya kepercayaan konsumen ditentukan oleh
tinggi rendahnya resiko-resiko tersebut. hal ini menunjukkan bahwa, persepsi
resiko mampu mempengaruhi terbangunnya rasa percaya konsumen terhadap
pihak penjual atau pada produk yang dijualkan khususnya yang dijualkan secara
online. Karena sifatnya yang tidak bertemu langsung antara pembeli dan
penjual, pembelian secara online memunculkan persepsi risiko yang bisa berbeda-
beda bagi setiap orang. Kepercayaan konsumen merupakan aspek yang harus
dibangun terlebih dahulu sebelum konsumen melakukan transaksi online, karena
konsumen akan merasakan risiko yang akan ditanggungnya ketika melakukann
transaksi ini. Kim, Ferrin, & Rao (2007) mengatakan bahwa kepercayaan
konsumen akan lebih dipentingkan pada transaksi secara online dibandingkan
transaksi secara tradisional, sehingga persepsi risiko yang dirasakan konsumen
juga lebih besar pada transaksi secara online dibandingkan dengan transaksi
tradisional. Kepercayaan pada konsumen akan muncul jika pihak online shop
mampu mengurangi ketidakpastian mengenai atribut produk dan memberikan
manfaat sesuai dengan harapan konsumen.
Kepercayaan konsumen juga dapat mempengaruhi berhasilnya suatu
transaksi jual beli secara online. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
kepercayan konsumen berpengaruh secara langsung terhadap tingkat minat
membeli konsumen. jadi semakin tinggi kepercayaan konsumen maka minat
membeli konsumen juga akan ikut tinggi, sebaliknya jika konsumen memiliki
kepercayaan yang rendah terhadap suatu produk atau penjual maka minat
membeli konsumen juga akan rendah. Keney (dalam Angriawan & Thakuur,
2008) mengatakan bahwa kesuksesan dalam aktivitas jual-beli online tergantung
pada persepsi dan kepercayaan konsumen terhadap ketidakpastian atau resiko dari
harga dan manfaat produk maupun proses yang ditawarkan oleh online shop.
Minat membeli produk secara online di online shop media sosial dianggap
penting karena tingkat minat membeli konsumen mampu menjadi penentu dan
memprediksi terjadinya transaksi pembelian di online shop tersebut. Hanya
pelanggan yang memiliki kepercayaan yang akan berminat dan mengambil
keputusan untuk melakukan pembelian secara online, dengan adanya kepercayaan
maka akan meminimalkan persepsi resiko yang dirasakan oleh konsumen. Secara
tidak langsung, kepercayaan konsumen mampu menjadi perantara antara persepsi
resiko dengan minat membeli konsumen pada pembelian online. Hal ini terbukti
dari hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara persepsi resiko dengan minat membeli konsumen, yang di mediasi atau
diperantarai oleh faktor kepercayaan konsumen. Hal ini berarti persepsi resiko
dapat menurunkan minat membeli konsumen dengan cara menurunkan
kepercayaan konsumen terlebih dahulu. Dan sebaliknya, persepsi resiko yang
rendah dapat meningkatkan minat membeli konsumen dengan cara meningkatkan
kepercayaan konsumen terlebih dahulu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa efek mediasi
pada penelitian ini berhasil. Diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara persepsi terhadap resiko pembelian dengan minat membeli produk di online
shop media sosial yang dimediasi oleh faktor kepercayaan konsumen. Juga
diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiko pembelian
dengan minat membeli konsumen, hubungan yang signifikan antara resiko
pembelian dengan kepercayaan konsumen, dan terdapat hubungan yang signifikan
antara kepercayaan konsumen dengan minat membeli konsumen di online shop
media sosial.
SARAN
1. Bagi Pihak Penjual Online Shop
Pihak penjual online shop yang memasarkan dan menjualkan produknya
melalui media sosial dengan segmentasi pasarnya adalah mahasiswa, dapat
memaksimalkan media sosial sebagai salah satu media promosi yang positif
dengan menampilkan tampilan yang menarik. Memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya dan seakurat mungkin tentang produk yang dijual serta
menjelaskan informasi proses pengiriman dalam transaksi secara jelas.
Sehingga akan tercipta kepercayaan yang bisa meningkatkan minat membeli
dan meningkatkan intensitas pembelian secara online melalui online shop
yang ada di media sosial dan menurunkan persepsi akan resiko yang dimiliki
pembeli ketika akan melakukan keputusan pembelian secara online. Selain
itu, bagi pihak online shop yang menjadikan kalangan mahasiswa sebagai
target pasarnya, harus dapat menjualkan produk yang sesuai dengan
kebanyakan kebutuhan mahasiswa. Berdasarkan hasil data penelitian bahwa
kebanyakan mahasiswa melakukan pembelian secara online untuk membeli
produk fashion, secara khusus ke produk pakaian dan sepatu.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengadakan penelitian
lanjutan guna mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat membeli
produk di online shop media sosial, juga salah satunya melakukan penelitian
mengenai tujuan dan niat pembelian konsumen secara online. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat lebih mengembangkan penelitian sejenis tidak
hanya dari segi tema, tetapi juga metode, alat ukur maupun subjek
penelitiannya, sehingga penelitian selanjutnya dapat memperkaya khasanah
psikologi konsumen dan riset marketing.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, A.D. (2014). Minat membeli produk online shop ditinjau dari kepercayaan
konsumen. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Budaya Universitas Islam Indonesia
Chen, C. (2015). PRIS : A Multiple-item scale for measuring perceived risk of
internet shopping. Bussiness departmenent, Holy Names University.
USA.
Firdayanti. (2012). Persepsi resiko melakukan e-commerce dengan kepercayaan
konsumen dalam membeli produk fashion online. Journal of Social and
Industrial Psychology. Semarang: Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Heriyanto. (2015, 26 Maret 2015). 2014, Pengguna internet Indonesia capai 88,1
juta. Di akses 2 September 2016, dari
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150326134506-185-
42064/2014-pengguna internet-indonesia-capai-881-juta/
Kim, D., Ferrin, D., Rao, R. (2007). A trust-based consumer decision-making
model in electronic commerce: The role of trust, perceived risk, and their
antecedents. Decision Support System 44 (2008) 544-564. Houston:
University of Houston Clear Lake.
Kotler ,P. & Amstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip pemasaran (Jilid 1, Edisi 2).
Jakarta : Erlangga.
Kotler, P. & Keller, K.L. (2007). Manajemen pemasaran. Jakarta. Indeks.
Liang, T. P. dan W. Turban. (2011). Introduction to the special issue social
commerce: A research framework for social commerce. International
Journal of Electronic Commerce, Vol. 16, No. 2, pp. 5–13.
Lucas, J. & Brift, K. (2003). General psychology. London: Prentice Hall
International Inc.
Mowen, J. (1995). Consumer behavior (4th edition). London : Pretice-Hall
International Inc.
Naiyi, Y.E. (2004). Dimensions of consumenrs perceived risk in online shopping.
Journal of Electronic Science and Technology of China, Vol.2, No.3.
Preacher, K. J and Hayes, A. F., (2004). SPSS and SAS Procedures for Estimating
Indirect Effects in Simple Mediation Models. Behavior Research Methods,
Instruments, & Computers, 36 (4): 717-731. Psychonomic Society, Inc.
Puspitawati, D. (2016). Pengaruh sukungan sosial dan interaktivitas terhadap
keputusan konsumen melakukan pembelian melalui s-commerce. Syariah
Paper Accounting FEB UMS.
Schiffman, L.G. & Kanuk, L.L. (2010). Consumer behavior (10th Edition). New
Jersey : Prentice-Hall International Inc.
Setiawan, ND. (2012). Pengaruh kualitas Informasi, privasi ,keamanan,
kepercayaan, pengalaman dan norma subjektif terhadap niat beli untuk
bertransaski secara online dengan persepsi resiko dan sikap sebagai
variabel moderating. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Shibghatalloh, M. Hanif. (2011). Analisis faktor-faktor yang dapat meningkatkan
kepercayaan konsumen serta dampaknya pada persepsi risiko konsumen
terhadap online shopping. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Suresh, A.M., dan Shashikala R., (2011). Identifying factors of consumer
perceived risk towards online shopping in India. IPEDR. 12, hal.336-341.
Coimbatore: Bharatiar University.
Widhiarso, W. (2010). Berkenalan dengan analisis mediasi: regresi dengan
melibatkan variabel mediator (bagian pertama). Manuskrip tidak
Dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah
Mada.
Yusnidar. Dkk. (2014). Pengaruh kepercayaan dan persepsi resiko terhadap minat
beli dan keputusan pembelian produk fashion secara online di kota
Pekanbaru. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan. Tahun IV No.12 : 311-
329.