Post on 25-Oct-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu
keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan
keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan
Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa
maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem
imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau
jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif
bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak
jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,
keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris
adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis,
osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis,
sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk
1
penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA,
bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari
penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai
pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan
diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab
dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan
perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan
perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam
jiwa pasien.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati
batas normal yaitu lebih dari 380C.
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat
disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38°
C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.
Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi
(hiperpireksia).
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat
suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau
oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C
3
Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah
hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu
>41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi
paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat
B. Etiologi demam
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non
infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan
demam antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis,
tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis,
ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral
pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya,
dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan
lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara
lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa
hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang
terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit
4
Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-
obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu dapat
mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi
selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi
penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan
otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya.
C. Tipe demam
Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:
5
D. Tanda dan gejala
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri
punggung, anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu tinggi
dari 37,8 – 400C. Kulit hangat, takikardi, sedangkan batasan karakteristik
minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman
pernafasan, menggigil / merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan
sakit yang spesifik atau umum (missal : sakit kepala vertigo), keletihan,
kelemahan dan berkeringat.
E. Patofisiologi demam
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan
nama pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen
endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh
pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme
seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen
eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh
bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang
merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari
pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari
pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi.
6
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih
(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,
mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan
mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-
6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan
merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin.
Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan
menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru
sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas
antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti
memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan
penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan
suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam,
dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase
peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh
darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi
panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua
yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase
ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
7
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.
F. Penatalaksanaan demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi
fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.
Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang
terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan
demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan
farmakologi. Akan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung
oleh dokter apabila penderita dengan umur <3 bulan dengan suhu rectal
>38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita
dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam
48-72 jam.
a. Terapi non-farmakologi
Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari
penatalaksanaan demam:
1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahat yang cukup.
2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
8
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
emberikan rasa nyaman kepada penderita.
3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti.
B. Terapi farmakologi
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)
adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat
bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek
kerja yang lama. Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian
parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan
dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada
anak-anak.
Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai
pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik
dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik
hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila
memungkinkan
9
BAB III
KESIMPULAN
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati
batas normal yaitu lebih dari 380C. Istilah lain yang berhubungan dengan
demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam
dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi
yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan
sistem saraf pusat.
Demam dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
Demam akibat faktor infeksi :
Infeksi bakteri
Infeksi virus
Infeksi jamur
Infeksi parasit.
Demam akibat non infeksi :
Faktor lingkungan
Penyakit autoimun
Keganasan
Pemakaian obat-obatan
Gangguan sistem saraf pusat
Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:
Demam septik
10
Demam Hektik
Demam Remiten
Demam Intermiten
Demam Kontinyu
Demam Siklik
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama
pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen
endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh
pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme
seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen
eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh
bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen
yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh
dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber
dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan
limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi.
Demam memiliki tiga fase yaitu:
fase kedinginan, merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga
tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil.
11
fase demam, merupakan fase keseimbangan antara produksi panas
dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
fase kemerahan, merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha
untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan
Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi
fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.
Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang
terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan
demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu:
non-farmakologi
terapi non-farmakologi antara lain : pemberian cairan dalam jumlah
banyak, tidak memberikan penderita pakaian yang panas, dan
memberikan kompres hangat kepada penderita.
Farmakologi
Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah
parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Selain pemberian
antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk
mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan
untuk mengatasi infeksi bakteri.
12
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm
13
REFERAT
FEBRIS
Oleh:
Nugroho Tri Wibowo
J500090052
Pembimbing:
dr. I Wayan Mertha Sp.PD
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUARAKARTA
14
2013
DAFTAR ISI
Daftar Isi ………………………………………………………………… i
Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang …………………………………………………. 1
Bab II : Tinjauan Pustaka
A. Definisi ……………………………………………………….. 3
B. Etiologi ……………………………………………………….. 4
C. Tipe…………………………………………………………… 5
D. Tanda dan Gejala……………………………………………… 6
E. Patofisiologi…………………………………………………... 6
F. Penatalaksanaan………………………………………………. 8
Bab III : Kesimpulan…………………………………………………….. 10
Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 13
15
i