Referat Mati Batang Otak

Post on 05-Dec-2015

205 views 30 download

description

a

Transcript of Referat Mati Batang Otak

MATI BATANG OTAK

Oleh :

Ryan Arifin (I11110011)

Irma Pryuni Ananda (I 11109008)

Dwi Permana Putra (I 1011131066)

Lisqorina (I 11109077)

SMF ANESTESIOLOGI RSUD ABDUL AZIZPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

DEFINISI MATI

Mati menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis).

DEFINISI MATI (2)

Menurut Pontifical Academy of Science tahun 1985, seorang dikatakan mati bila secara ireversibel telah kehilangan semua kemampuan untuk memadu dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi fisis dan mental tubuh.

DEFINISI MATI (3)

Indonesia

PP RI No 18 Tahun 1981meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang

berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah

berhenti.

IDI (1985)seseorang dinyatakan mati jika batang

otaknya tidak berfungsi lagi.

DEFINISI MATI (4)

Mati Klinis

henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.

Mati biologis

selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan

DEFINISI MATI (5)

Mati serebral

kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama neokorteks.

Mati Otakmati serebral ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.

ETIOLOGI

Trauma Perdarahan intrakranial Hipoksia Overdosis obat Tenggelam Tumor otak primer Meningitis Pembunuhan Bunuh diri

PATOFISIOLOGI

Diawali ↑ TIK contoh : perdarahan, edema otak

TIK mendekati Tekanan Darah Arterial

Tekanan perfusi serebral mendekati nol

Perfusi serebral berhenti

Kematian Otak

Terjadi

Otak hanya mendapat 23 ml/100 mg/menit (normal 55 ml/100

mg/menit

KRITERIA MATI BATANG OTAK

Mati otak penghentian ireversibel semua fungsi otak.

Kriteria Harvard untuk mati otak : Tak reseptif dan tak responsif Tak ada gerakan ( observasi selama 1 jam) Tidak ada refleks-refleks EEG isoelektrik NB : semua tes diulangi minimal 24 jam.

KRITERIA MINNESOTA

menekankan pentingnya henti nafas sebagai penentu mati otak.

Kriteria : Diketahui ada lesi intrakranial yang tidak dapat diperbaiki Tak ada gerakan spontan Henti nafas Refleks batang otak negatif Semua hasil pemeriksaan tak berubah selama paling

sedikit 12 jam.

MEKANISME MATI OTAK

Neuronal Injury

Decreased Intracranial Blood Flow

Neuronal Swelling

Increased Intracranial Pressure

Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis.

Bila telah dipastikan, normalnya ventilator  akan dilepaskan dari pasien dan henti jantung akan terjadi tidak lama kemudian.

Diagnosis MBO mempunyai dua komponen utama : Keadaan pra kondisi tes klinik fungsi batang otak

KEADAAN PRA KONDISI

Pasien dalam keadaan koma dengan henti napas, yaitu tidak responsif dan dibantu ventilator

Penyebabnya adalah kerusakan otak struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi, yang disebabkan oleh gangguan yang dapat menuju MBO

TES KLINIS FUNGSI BATANG OTAK

Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan beberapa jam.

Tiga temuan penting pada kematian batang otak : koma dalam hilangnya seluruh refleks batang otak apnea.

KOMA DALAM

Koma dalam tidak adanya respon motorik serebral terhadap rangsang nyeri di seluruh ekstremitas (nail-bed pressure) dan penekanan di supraorbital

HILANGNYA REFLEKS BATANG OTAK

Tidak ada refleks cahaya Tidak ada refleks kornea Tidak ada refleks vestibulo-okular Tidak ada respon motor dalam distribusi

saraf kranial terhadap rangsang adekuat pada area somatik

Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke dalam trakea

TES APNEA

Tes apnea dapat dilakukan apabila : Suhu tubuh ≥36,5⁰ C Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam

sebelumnya) PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg) PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial

≥ 200 mmHg)

Jika syarat terpenuhi, tes apnea dapat dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut : Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan

ventilator Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit,

kemudian ventilator disambungkan kembali

Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 ≥ 60 mmHg (atau peningkatan PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar normal), hasil tes apnea dinyatakan positif.

Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negatif.

Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan darah sistolik turun sampai < 90 mmHg.

Jika refleks batang otak semua hasilnya negatif dan tes apnea menunjukkan tidak adanya gerakan pernapasan, maka pasien dinyatakan mati batang otak.

DAFTAR PUSTAKA Wijdicks. Current Concepts, The Diagnosis of Brain Death, N Engl J

Med, 2010, 344 (16) Guidelines On Certification Of Brain Death, The Hong Kong Society

Of Critical Care Medicine, journal of the Royal College of Physicians of London 2005, 29:381-2.

RM, Schapiro R, eds. The definition of death: contemporary controversies, Johns Hopkins University Press, Baltimore, 2010

New York State Department of Health. Guidelines for Determining Brain Death, Department of Health, New York, 2005

Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology,. Practice parameters for determining brain death in adults (summary statement), Neurology, 1995, 45(5):1012-4

Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang mati. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia SK PB IDI No.231/PB.A.4/07/90

So Hing-Yu, Fanzca Ficanzcafhkam, Update Article Brain Death, Hong Kong Practitioner 16 (II) November 1994.

Neil M.Lazar. Sham Shemie et al. Bioethics For Clinicians 24. Brain Death. C MAJ Mar 20,2001;164 (6).

Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2004.hal.280.

Guyton AC, Hall JE. Aliran darah serebral, cairan serebrospinal, dan metabolisme otak. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996.hal.975-83.

Walton JN. Brains Diseases of the nervous system. 8th ed. New York: Oxford University Press; 1977.p.1169-70.

Wilson LM. Sistem saraf dalam Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi kedua. Jakarta: EGC;1994. hal.902.

Adams RD, Victor M. Principles of neurology. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Book Company; 1985.p.258-9.

Thomas M Walshe, The diagnosis of brain death. N Engl J Med 2001 ; 344: 1215-1221

Suh SW, Gum ET, Hamby AM, Chan PH, Swanson RA. Hypoglycemic neuronal death is triggered by glucose reperfusion and activation of neuronal NADPH oxidase [online] 2007 Jan 30, [cited 2007 Apr 30]; Available from URL: http://www.jci.org/cgi/content/full/117/4/910

Eelco F. M. Wijdicks, The diagnosis of brain death , review articles, N Engl J Med 2001;344 (16) : 1 - 10.

Christopher James Doig MD, Brain death: resoving inconsistencies in ethical declaration of death, Can J Anesth 2003;50(7):725-731.

Sunatrio S. Penentuan Mati . Bagian Anestesiologi :FKUI/RSCM ,2006.

Leonard Baron MD, et al. Neuroanestesia and Intensive Care. Brief Review: History, Concept And Controversies In The Neurological Determination Of Death. Can J Anesth 2006;53(6):602-608.

G. Bryan Young MD FRCPC. Et al. Brief Review: The Role Of Ancillary Tests In The Neurological Determination Of Death. Can J Anesth 2006;53(6) : 620-627.

Taveras JM, Wood EH. Diagnostic neuroradiology volume II. 2nd ed. Baltimore : The William & Wilkins Company; 1977.p.650-1.

TERIMAKASIH YAAA…