Post on 27-May-2019
1
RANCANGAN DAN TUJUAN
PERKULIAHAN
Identitas Mata Kuliah
1
Nama Mata Kuliah : Penyuluhan dan Komunikasi
Perikanan
2 Kode Mata Kuliah : IS 1134
3 Kelompok Mata
Kuliah
: Mata Kuliah Keahlian
Berkarya(MKB)
4 Bobot
Kredit/Semester
: 3 SKS/ 4
5 Status Mata Kuliah : Mata Kuliah Wajib Prodi
6 Mata Kuliah
Prasyarat
: Tidak Ada
7 Dosen Pengampu
Mata Kuliah
: Dr.Ir.Hj.Khodijah Ismail, M.Si
Angga Reny, S.Pi., M.Si
Tetty, S.Pi., M.Si
Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib prodi
SEP dan berperan penting untuk mewujudkan profil
lulusan menjadi penyuluh perikanan yang
professional. Diharapkan mahasiswa.
2
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
masyarakat, pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan beserta keluarganya sebagai sasaran dalam
kegiatan penyuluhan perikanan, Mata kuliah ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi
mahasiswa tentang komunikasi yang efektif serta
dapat menerapkannya dalam kegiatan penyuluhan
perikanan. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi:
Pengertian dan tujuan komunikasi dalam penyuluhan
perikanan; Unsur-unsur komunikasi; Proses
komunikasi dalam penyuluhan perikanan; Adopsi
dan difusi inovasi dalam penyuluhan perikanan.
Capaian Pembelajaran Lulusan Prodi
No Kode CPL Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
1 Sikap :
- S9
Menunjukkan sikap
bertanggungjawab atas pekerjaan
di bidang keahliannya secara
mandiri (S9)
3
2 Keterampilan
Umum:
Mampu menerapkan pemikiran
logis, kritis, sistematis dan
inovatif
- KU1 dalam konteks pengembangan
atau implementasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan
nilai humaniora sesuai dengan
bidang keahliannya
- KU2 Mampu menunjukkan kinerja
mandiri, bermutu dan terukur
- KU3 Mampu mengambil keputusan
secara tepat dalam konteks
penyelesaian masalah di bidang
keahliannya, berdasarkan hasil
analisis informasi dan data
3
Pengetahuan
(P)
Mampu menunjukkan penguasaan
pengetahuan bidang penyuluhan
dan komunikasi perikanan
4
4 Keterampilan
Khusus (KK)
Mampu menunjukkan
keterampilan khusus sebagai
penyuluh perikanan yang
profesional dan terampil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Mahasiswa dapat memahami sikap, pengetahuan dan
keterampilannya dalam bidang penyuluhan dan
komunikasi perikanan
Tujuan Mata Kuliah
Untuk memberikan pengetahuan, wawasan,
orientasi, sikap serta pandangan mahasiswa dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan perikanan. Proses
penyuluhan perikanan merupakan proses belajar
dengan bekerja yang sistematik, berkelanjutan dan
berprogram.
5
Pokok Bahasan
Isi perkuliahan terdiri dari enam topik bahasan yaitu:
a. Pengantar Penyuuhan dan Komunikasi
Perikanan
b. Pengertian Penyuluhan dan komunikasi
c. Unsur-unsur Penyuluhan dan Komunikasi
d. Proses Komunikasi dalam Penyuluhan
Perikanan
e. Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan
Perikanan
f. Prinsip dan Etika Penyuluhan Komunikasi
Perikanan
g. Konsep dan Praktek Penyuluhan Perikanan
h. Organisasi dan Peranan Penyuluhan Perikanan
Evaluasi dan Umpan Balik
Mahasiswa menjawab beberapa pertanyaan
dan atau mengisi kuisioner evaluasi perkuliahan untuk
mengetahui capaian kemampuan dengan jenjang; a)
Proses berfikir ingatan/pengetahuan (C1), b) Proses
berfikir pemahaman (C2), Proses berfikir
penerapan/Aplikasi (C3), proses berfikir analisis,
sintesis, evaluasi (C4,5,6). Kemudian sebagai umpan
6
balik dari hasil testing dosen memberikan kuisioner
untuk memperoleh masukan dari mahasiswa yang
berguna untuk memperbaiki pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya baik dari segi materi
maupun metode. Untuk mengukur tingkat pemahaman
diberikan pertanyaan multiple choice kepada
mahasiswa, kemudian mencocokkan jawaban dengan
kunci jawaban yang disediakan dosen kemudian
hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
rumus untuk mengetahui tingkat pemahaman materi:
Jumlah jawaban yang benar x 100 %
Tingkat Penguasaan = ---------------------
Jumlah keseluruhan soal
7
Apabila tingkat pemahaman mahasiswa dalam
memahami materi mencapai:
91 – 100 % Amat baik
81 – 100% Baik
71 - 80% Cukup Baik
61 - 70% Kurang
Apabila tingkat pemahaman belum mencapai 81%
(kategori baik) disarankan untuk mengulangi materi
kuliah.
8
BAB I
PENGANTAR PENYULUHAN DAN
KOMUNIKASI PERIKANAN
Standar Kompetensi Mata kuliah:
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian
penyuluhan dan komunikasi perikanan.
Kompetensi dasar mata kuliah:
a) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
penyuluhan perikanan.
b) Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian
komunikasi perikanan
9
1.1. Pengertian Penyuluhan
Istilah penyuluhan bervariasi menurut bidang
terapannya, karena itu, perlu didiskusikan juga asal
mula penyuluhan dan pemisahan wilayah kerjanya.
Dalam buku ini pengertian dan ruang lingkup
penyuluhan memberi tekanan khusus pada penyuluhan
perikanan. Penyuluhan merupakan disiplin ilmu
terapan sehingga penerapannya dibicarakan secara
mendalam pada buku ini. Pada bab ini akan kita bahas
makna istilah „penyuluhan‟ dari berbagai referensi.
Dalam buku „Concepts and practices in
agricultural extension in developing countries’ karya
Ranjitha Puskur et al (2008) yang diterbitkan oleh
International Livestock Research Institute
menyimpulkan pengertian penyuluhan sebagai berikut:
a. Penyuluhan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
membuat orang inovatif untuk perbaikan
berkelanjutan dalam kualitas hidup mereka (Ray,
1998).
b. Penyuluhan secara tradisional didefinisikan sebagai
penyampaian informasi dan teknologi kepada
petani. Ini mengarah pada model transfer teknologi
perpanjangan, dilihat oleh banyak orang sebagai
10
tujuan utama pertanian perpanjangan (Moris 1991).
Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa
pengetahuan dan informasi 'modern' ditransfer
melalui agen penyuluhan kepada petani penerima.
c. Swanson dkk. (1997) mendefinisikan 'penyuluhan'
pertanian, seperti memperluas informasi pertanian
yang relevan kepada orang-orang.
d. Bank Dunia mendefinisikan penyuluhan sebagai
proses membantu petani untuk menyadari dan
mengadopsi teknologi yang lebih baik dari sumber
manapun dalam meningkatkan efisien produksi,
pendapatan dan kesejahteraan mereka (Purcell dan
Anderson, 1997).
11
1.1.1. Pengertian Dasar
Menurut sejarah dan perkembangannya
penyuluhan pertanian pertama kali dilakukan pada
abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge pada
sekitar tahun 1985 (Swanson, 1997. Dalam
perjalanannya Van den Ban (1985) mencatat beberapa
istilah seperti di Belanda disebut voorlichting, di
Jerman lebih dikenal sebagai “advisory work”
(beraturng), vulgarization (Perancis), dan capacitacion
(spanyol). Roling (1988) mengemukakan bahwa
Freire (1973) pernah melakukan protes terhadap
kegiatan penyuluhan yang lebih bersifat top-down.
Karena itu kemudian dia menawarkan beragam istilah
pengganti extension seperti: animation, mobilization,
conscientisation.
Di Malaysia, digunakan istilah perkembangan
sebagai terjemahan dari exstention dan di Indonesia
menggunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan
dari voorlichting. Penggunaan istilahn “penyuluhan”
di Indonesia akhir-akhir ini semakin semarak.
Pemicunya adalah karena penggunaan istilah
penyuluhan dirasa semakin kurang diminati atau
kurang dihargai oleh masyarakat. Hal ini disebabkan
karena penggunaan istilah penyuluhan yang kurang
12
tepat, terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya
“tidak memahami” esensi makna yang terkandung
dalam istilah penyuluhan itu sendiri. Dilain pihak,
seiring dengan perbaikan tingkat
pendidikanmasyarakatdan kemajuan tekonologi
informasi, peran penyuluhan semakain menurun
disbanding sebelum dasawarsa delapan puluhan. Pada
tahun 1998, Mardikanto menawarkan penggunaan
istilah edfikasi, yang merupakan akronim dari fungsi-
fungsipenyuluhan yang meliputi: edukasi,
diseminasi inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervise,
pemantauan dan evaluasi. (Mardikanto, 2009). Berikut
adalah pemahaman penyuluhan menurut Mardikanto:
1.1.2. Penyuluhan Sebagai Proses Penyebar Luasan
Informasi
Sebagai terjemahan dari kata “exstension”,
penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
penyebarluasan yang dalam hal ini, merupakan
penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis.
Implikasi dari pengertian ini adalah :
a. Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh
tidak boleh hanya menunggu aliran informasi dari
sumber-sumber informasi (peneliti, pusat
13
informasi, institusi pemerintah, dll) melainkan
harus secara aktif berburu informasi yang
bermanfaat dan atau dibutuhkan oleh masyarakat
yang menjadi kliennya. Dalam hubungan ini,
penyuluh harus mengoptimalkan pemanfaatan
segala sumberdaya yang dimiliki serta segala
media/saluran informasi yang dapat digunakan
(media-massa, internet, dll) agar tidak ketinggalan
dan tetap dipercaya sebagai sumber informasi
“baru” oleh kliennya.
b. Penyuluh harus aktif untuk menyaring informasi
yang diberikan atau yang diperoleh kliennya dari
sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut
kebijakan, produk, metoda, nilai-nilai perilaku,
dan lain-lain. Hal ini penting, Karena disamping
dari penyuluh, masyarakat juga sering
memperoleh informasi/inovasi dari sumber-
sumber lain (aparat pemerintah, produsen/pelaku
bisnis, media-massa, dan lain-lain) yang tidak
selalu “benar” dan bermanfaat/menguntungkan
masyarakat/kliennya.
c. Penyuluh perlu memperhatikan, informasi baik
yang berupa “kearifan tradisional” maupun
“endegenuous technology”. Hal ini penting,
karena informasi yangb berasal dari dalam,
14
disamping telah teruji oleh waktu, juga telah
sesuai dengan kondisi fisik, teknis, ekonomis,
social/budaya, maupun kesesuaian dengan
kebutuhan penegmbangan komunitas setempat.
d. Pentingnya informasi yang menyangkut hak-hak
politik masyarakat, disamping inovasi teknologi,
kebijakan, manajemen dan lain-lain. Hal ini
penting untuk pelaksanaan kegiatan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat sering kali
bergantung kepada kemauan dan keputusan
politik.
1.1.3. Penyuluhan Sebagai Prosen Penerangan /
Pemberian penjelasan.
Penyuluhan yang berasal dari kata dasar “suluh”
atau obor, sekaligus sebagai terjemahan dari kata
“voorlichting” dapat diartikan sebagai kegiatan
penerangan. Sehingga penyuluhan juga sering
diartikan sebagai kegiatan penerangan.
Sebagai proses penerangan, kegiatan penyuluhan
tidak saja berbatas pada memberikan penerangan,
tetapi juga menjelaskan mengenahi segala informasi
yang ingin disampaikan kepada kelompok yang akan
menerima manfaat penyuluhan (beneviciaries),
15
sehingga mereka benar-benar memahaminya seperti
yang dimaksudkan oleh penyuluh.
Terkait dengan istilah penerangan, penyuluhan
yang dilakukan oleh penyuluh tidak boleh hanya
bersifat “searah” melainkan harus diupayakan
berlangsungnya komunikasi “timbal balik” yang
memusat (convergence) sehingga penuluh juga dapat
memahami aspirasi masyarakat. Hal ini penting agar
penyuluhan yang dilakukan tidak bersifat “pemaksaan
kehendak” (endoktrinasi, agitasi dan lain-lain)
melainkan tetap menjamin hubungan yang harmonis
antara penyuluh dengan masyarakat.
1.1.4. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan
Perilaku
Dalam perkembangannya, pegertian tentang
penyuluhan tidak sekadar diartikan sebagai kegiatan
penerangan, yang bersifat searah dan pasif.akan tetapi
penhyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan
interaksi antar penyuluh dan yang disuluh agar
terbangun proses perubahan “perilaku” (behavior)
yang merupakan pewujudan dari: pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan seseorang yang dapat diamati oleh
orang lain baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
16
Dengan kata lain, kegiatan penyuluhan tidak
berhenti pada “penyebarluasan informasi dan
memberikan penerangan akan
tetapi merupakan proses yang dilakukan secara terus
menerus sampai terjadinya perubahan perilaku yang
ditunjukkan oleh penerima manfaat penyuluhan.
Sebagai contoh:
Pada penyuluhan penggunaan pupuk terhadap
tanaman tertentu, kegiatan penyuluhan tidak boleh
hanya berhenti pada pemberian penerangan atau
penjelasan kepada petani, tetapi harus dilakukan terus-
menerus sampai petani tersebut mau menggunakan,
bahkan secara mandiri mau berswadaya untuk
membeli pupuk tersebut. Implikasi dari perubahan
perilaku ini adalah:
1) Harus diingat bahwa, perubahan perilaku
yang diharapkan adalah tidak hanya terbatas
pada masyarakat yang menjadi sasaran utama
penyuluhan, tetapi penyuluhan harus mampu
merubah perilaku semua stakeholder
pembangunan, terutama aparat pemerintah
selaku pengambil keputusan, pakar, peneliti,
pelaku bisnis, aktivis LSM, tokoh masyarakat
dan stakeholder pembangunan yang lainnya.
17
2) Perubahan perilaku yang terjadi , tidak
terbatas atau berhenti setelah masyarakat
mengadopsi (menerima, menerapkan,
mengikuti) informasi yang disampaikan, tetapi
juga termasuk untuk selalu siap untuk
melakukan perubahan-perubahan terhadap
inovasi yang sudah diyakininya, manakala ada
informasi baru yang lebih bermanfaat bagi
perbaikan kesejahteraannya.
3) Dari contoh penyuluhan pemupukan diatas,
kegiatan penyuluhan tidak berhenti sampai
pada tumbuhnya swadaya masyarakat untuk
menggunakan dan membeli pupuk tetapi juga
kesiapannya untuk menerima pupuk baru
sebagai pengganti pupuk yang disuluhkan.
4) Perubahan perilaku yang dimaksudnkan tidak
terbatas pada kesediaannya untuk menerapkan
inovasi yang ditawarkan, tetapi yang lebih
penting dari kesemuanya itu adalah
kesediaannya terus untuk belajar sepanjang
kehidupannya secara berkelanjutan (life long
education).
1.1.5. Penyuluhan Sebagai Proses Belajar
Penyuluhan sebagai proses pendidikan atau proses
belajar diartikan bahwa, kegiatan penybar luasan
18
informasi dan penjelasan yang diberikan dapat
merangsang terjadinya proses perubahan perilaku
yang dilakukan melalui proses pendidikan atau
kegiatan belajar. Artinya perubahan perilaku yang
terjadi berlngsung melalui proses belajar.
Berbeda dengan perubahan perilaku yang
dilakukan bukan melalui pendidikan, perubahan
perilaku melalui proses belajar biasanya berlangsung
lebih lambat akan tetapi perubahannya relative lebih
kekal. Perubahan seperti itu baru akan melintur
kembali manakala ada pengganti yang dapat
menggantikan yang memiliki keunggulan baru.
Penyuluhan sebagai proses pendidikan, dalam konsep
“akademik”dapat mudah dimaklumi, tetapi dalam
praktek kegiatan perlu dijelaskan lebih lanjut. Sebab
pendidikan disini tidak berlangsung vertical yang
lebih bersifat meggurui tetapi merupakan pendidikan
orang dewasa yang berlangsung horizontal dan lateral
(Mead, 1959) yang lebih bersifat partisipatif.
Keberhasilan penyuluh tidak diukur dari seberapa
banyak ajaran yang disampaikan tetapi seberapa jauh
terjadi proses belajar bersama yang dialogis, yang
mampu menumbuhkan kesadaran atau sikap,
pengetahuan, dan keterampilan baru yang mampu
mengubah perilaku kelompok sasarannya kearah
19
kegiatannya dan kehidupan yang lebih
menyejahterakan.
1.1.6. Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Sosial
SDC (1995) menyatakan bahwa penyuluhan tidak
sekedar merupak proses perubahan perilaku pada diri
seseorang, tetapi merupakan proses perubahan sosial
yang mencakup banyak aspek. Yang dimaksud
perubahan sosial tidak saja perubahan (perilaku) yang
berlangsung pada diri seseorang, tetapi juga perubahan
antar individu dalam masyarakat, termasuk struktur,
nilai-nilai dan pranata soaialnya.
1.1.7. Penyuluhan Sebagai Proses Rekayasa Soaial
(Social Engineering)
Penyuluhan juga sering disebut sebagai proses
rekayasa soaial atau segala upaya yang dilakukan
untuk menyiapkan sumberdaya mansia agar mereka
tau, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dalam system
soaialnya masing-masing. Rekayasa social yang pada
dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kehidupan
dan kesejahteraan kelompok-kelompok seringkali
dapat berakibat negative, sementara masyarakat
dijadikan korban pemenuhan kehendak perekayasa.
20
1.1.8. Penyuluhan Sebagai Proses Pemasaran Sosial
(Social marketing)
Pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan
atau teori pemasaran dalam prosesperubahan social.
Berbeda dengan rekayasa sosial yang lebih
berkonotasi untuk membentuk atau menjadikan
masyarakat menjadi sesuatu yang baru sesuai dengan
yang dikehendaki. Dalam rekaysa social proses
pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan
perekayasa, pengambiulan keputusan dalam
pemasaran social sepenuhnya berada di tangan
masyarakat. Perbedaan yang hakiki disini adalah
masyarakat dapat menawar bahkan menolak segala
sesuatu yang dinilai tidak bermanfaat.
1.1.9. Penyuluhan Sebagai Proses Pemberdayaan
Masyarakat (Community Empowerment)
Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti
dari kegiatan penyuluhan adalah untuk
memberdayakan masyarakat. Dalam konsep
pemberdayaan tersebut terkandung pemahaman bahwa
pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya
masyarakat yang madani dan mandiri dalam pngertian
dapat mengambil keputusan bagi kesejahteraannya
sendiri. Pe,berdayaan masyarakat dimaksudkan untuk
21
memperkuat kemampun masyarakat agar mereka
dapat berpartisipasi secara aktif dalam keseluruhan
prosen pembangunan.
1.1.10. Penyuluhan Sebagai Proses Penguatan
Kapasitas (Capacity Strenghtening)
Penguatan kapasitas merupakan penguatan
kemampuan yang dimiliki leh setiap indifidu dalam
suatu masyarakat. Kemampuan atau kapasitas
masyarakat diartikan sebagai daya atau kekuatan yang
dimiliki oleh setiap indifidu dan masyarakat untuk
memoilisasi dan memanfaatkan sumberdaya yang
dimiliki. Penguatan masyarakat memiliki makna
ganda yang bersifat timbal balik. Penguatan
diarahklan untuk melebih mampukan individu agar
lebih mampu untuk berperan di dalam kelompok dan
masyarakat global. Sebaliknya penguatan masyarakat
diarahkan untuk melihat peluang yang berkembang di
lingkungan kelompok dan masyarakat global agar
dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi,
kelompok dan masyarakat global (UNDP, 1998).
1.1.11. Penyuluhan Sebagai Proses Komunikasi
Pembangunan
Penyuluhan tidak sekedar upaya untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan tetapi lebih
22
penting adalah untuk menumbuh kembangkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Mardi
Kanto, 1987)
Dalam pengertian menumbuh kembangkan terdapat
upaya-upaya untuk :
a) Menyadarkan masyarakat agar mau
berpartisipasi secara suka rela dan bukan
karena paksaan.
b) Meningkatkan kemampuan masyarakat agar
mampu (fisik, inteligensia, ekonomis dan non
ekonomis)
c) Menunjukan adanaya kesempatan ang
diberikan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi. Partisipasi tidak hanya sebatas
pada kesediaan untuk berkorban tetapi
berpartisipasi dalam keseluruhan proses
pembangunan, perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan
evaluasi.
1.2. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata latin communicatio,
dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia,
23
dan yang dinyatakannya itu adalah pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai penyalurnya. Dalam arti
kata bahwa komunikasi itu minimal harus
mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang
terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan
komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang
lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau
keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan
(Effendi, Onong Uchjana, 1995: 9).
komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya,
The Structure and Function of Communication in
Society. Paradigma Laswell menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur yakni: Komunikator,
Pesan, Media, Komunikan, dan Efek. Jadi, menurut
Lasswell dalam Effendy, Onong Uchjana(1995: 10)
bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.
Dengan demikian komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh
komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara
24
komunikator dan komunikan, dengan kata lain jika
komunikan tidak mengerti pesan yang tidak
diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam
rumusan lain, situasi tidak komunikatif. Menurut
Fisher dalam Arifin, Anwar(1995: 20), menyatakan
bahwa tidak ada persoalan sosial dari waktu yang
tidak melibatkan komunikasi.
Menurut Schramm (1977) proses komunikasi
diartikan sebagai proses penggunaan pesan oleh dua
orang atau lebih, dimana semua pihak saling berganti
peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai
ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan
oleh semua pihak.Oleh karena itu, model komunikasi
tidak lagi bersifat garis-lurus (linier), tetapi bersifat
memusat (convergence), seperti yang dapat kita
bandingkan pada gambar dibawah ini:
Tentang mdoel komunikasi memusat, Koncald
(1979) menjelaskan adanya komponen dasar dari
model komunikasi tersebut yang menekankan pada
adanya tiga unsur pokok, yaitu realita fisik, realita
psikologis, dan realita sosial yang akan dihadapi oleh
semua pihak yang berkomunikasi.
Dalam kaitan dengan komunikasi pertanian, maka
upaya yang perlu mendapatkan perhatian adalah
bagaimana melakukan komunikasi dengan petani-
25
petani kecil dengan segala keterbatasan yang mereka
miliki, agar pesan yang disampaikan melalui
komunikasi pertanian dapat diserap dan selanjutnya
diterapkan dalam usahatani mereka. Dengan demikian,
peranan komunikasi perikanan terhadap kehidupan
nelayan kecil di Indonesia adalah sangat penting
dalam meningkatkan kesejahteraan hidup nelayan dan
keluarganya.
Secara umum, komunikasi sering diartikan
sebagai: “suatu proses penyampaian pesan dari
sumber ke penerima” (Berlo, 1960). Tetapi dalam
praktek, proses komunikasi tidak hanya terhenti
setelah pesan disampaikan atau diterima oleh
penerimanya. Sebab, setelah meneri-ma pesan,
penerima memberikan tanggapannya kepada
sumber/pengi-rim pesan untuk kemudian proses
komunikasi tersebut terus ber-langsung, di mana
pengirim dan penerima pesan saling berganti peran
(penerima menjadi pengirim dan pengirim menjadi
penerima). Proses komunikasi tersebut baru berhenti
jika penerima telah memberikan tanggapan yang dapat
dimengerti oleh pengirimnya, baik tanggapan tersebut
sesuai atau pun tidak sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pengirimnya. Dengan demikian, proses
komunikasi oleh Schramm (1977) diartikan sebagai:
26
“proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih,
dimana semua pihak saling berganti peran sebagai
pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling
pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua
pihak.”
Komunikasi pembangunan dalam arti luas adalah
meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu
aktivitas) pertukaran pesan secara timbal balik) di
antara semua pihak yang terlibat dalam pembangunan,
terutama antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari
proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
terhadap pambangunan (Nasution, 1988). Selanjutnya,
dikatakan dalam arti sempit kotnunikasi pernbangunan
merupakan segala upaya dan cara serta teknik
penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang
memprakarsai pembangunan, dan ditujukan pada
masyarakat luas. Menurut Schramm (1985) tugas
komunikasi dalam perubahan sosial adalah:
1) Menyampaikan informasi kepada masyarakat
pembangunan nasional,
2) Memberikan kesempatan kepada individu-
individu dalam masyarakat untuk mengambil
bagian secara aktif dalam proses pengambilan
keputusan,
27
3) Tugas mendidik masyarakat, seperti diajarkan
caramembaca, cara bertani dan sebagainya.
Sebagai pemberi informasi dan sebagai
pendidikdapat dilakukan oleh media massa,
sedangkan dalam fungsinya sebagai penunjang
dalam pengambilan
keputusan diperlukan intensitas komunikasi
interpersonal (Marzuki Noor, 2008).
1.3. Peran Komunikasi
Menurut Mardikanto (2009) bahwa secara
tradisional, pesan-pesan penyuluhan didasarkan pada
pengalaman nelayan dan/atau hasil temuan penelitian.
Di banyak Negara, kebijakan pemerintah semakin
berpengaruh dalam pengambilan keputusan oleh
nelayan.
Biasanya pemerintah memiliki Departemen
Penerangan yang bertanggungjawab dalam
menjembatani komunikasi antara pemerintah dan
rakyat sehubungan dengan kebijakan-kebijakan
tersebut. Kerja sama dan pembagian tugas antara
departemen penerangan dan dinas penyuluhan
perikanan dapat diorganisasi dalam berbagai cara,
tergantung pada tradisi dan situasi nasionalnya.
Kejelasan peran sangat diperlukan untuk
28
mengkomunikasikan kebijakan-kebijakan pemerintah
yang penting bagi petani.
Peran-peran yang dimaksud meliputi :
a) Membantu berbagai pelaku yang terlibat untuk
menyadari persoalan-persoalan yang
membutuhkan kebijakan dari pemerintah dan
membantu mereka mendefinisikan persoalan-
persoalan tersebut sejelas dan seakurat mungkin
b) Menganalisis berbagai pemecahan masalah yang
mungkin
diambil beserta akibat-akibat yang mungkin
ditimbulkannya. Untuk itu, kita perlu mengetahui
siapa yang memiliki informasi mengenai
penyebab masalah dan akibatnya.
c) Menentukan pilihan pemecahan masalah, yang
biasanya memerlukan negosiasi, tetapi harus
ditentukan siapa saja yang boleh memainkan
peran tertentu dalam proses negosiasi tersebut
d) Menginormasikan kepada para pelaku yang
terkait keputusan-keputusan kebijakan, misalnya
peraturan dan tata tertib baru, dan peranan-
peranan yang diharapkan akan mereka mainkan
dalam penerapan keputusan itu.
e) Memantau apakah kebijakan-kebijakan tersebut
sudah terlaksana sesuai rencana, dan
29
mengevaluasi sejauh mana kebijakan-kebijakan
itu justru menimbulkan persoalan-persoalan baru.
Proses-proses komunikasi yang diperlukan
tersebut tergantung pada sifat proses pembuatan
kebijakannya. Dalam proses itu mungkin hanya sedikit
saja pegawai negeri dan politisi yang terlibat, tetapi
leih banyak mereka yang bersangkut paut dengan
proses ini diizinkan untuk turut berpartisipasi dalam
proses tersebut.
Organisasi penyuluhan tentu saja tidak
sepantasnya untuk mengharapkan “peranan yang
menentukan” dalam menerapkan peraturan karena
dengan mengambil keputusan drastic itu, mereka akan
kehilangan kepercayaan dari nelayan sehingga
menyebabkan peranan agen penyuluhan menjadi tidak
efektif. Organisasi penyuluhan hanya dapat
memainkan peranan yang berhubungan dengan
kebijakan pemerintah apabila memiliki kaitan erat
dengan pembuat kebijakan dan pelaku-pelaku lain
yang terlibat .
Dalam proses komunikasi terdapat lima
komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang
harus kita perhatikan yaitu: sender, massage, delivery
channel atau media, receiver dan efect/umpan balik
(feedback). Melalui proses komunikasi, sikap dan
30
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat
dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi
hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan
dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Secara sederhana menurut Tubbs dan Moss
(1996) komunikasi dikatakan efektif bila orang
berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya.
Sebenarnya ini hanya salah satu ukuran bagi
efektivitas komunikasi. Secara umum, komunikasi
dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan
dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima.
1.3.1 Syarat Komunikasi Efektif
Syarat utama dalam komunikasi efektif adalah
karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi
integritas pribadi yang kuat, disertai dengan
kepercayaan pada orang lain. Covey mengusulkan ada
enam hal utama yang dapat menambah kekuatan
emosi dalam menjalin hubungan dengan sesama yaitu
:
a) Berusaha benar-benar mengerti orang lain
Mengerti orang lain adalah dasar dari apa yang
disebut emphatetic communication (komunikasi
empatik). Ketika berkomunikasi dengan orang lain,
31
kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak
serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin
berpura-pura. Kita mungkin secara selektif
berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau
kita membangun komunikasi yang atentif (penuh
perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam
diri kita. Bentuk komunikasi tertinggi adalah
komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi
untuk terlebih dahulu mengerti orang lain –
memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran
orang lain. Kebaikan dan sopan santun yang kecil-
kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal
yang kecil adalah hal-hal yang besar.
b) Memenuhi komitmen atau janji
Dalam membangun komunikasi yang efektif
maka point penting adalah memenuhi komitmen atau
janji sebab komitmen dan janji merupakan ujung dari
keberhasilan membangun komunikasi, dari awal
membangun komunikasi kita harus memberikan kesan
yang baik kepada lawan bicara atau sasaran dengan
tidak melanggar komitmen dan menepati janji yang
telah disepakati.
c) Menjelaskan harapan
Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam
hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan
32
atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus
dinyatakan secara eksplisit.
d) Meminta maaf
e) Integritas
Integritas merupakan fondasi utama dalam
membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak
ada persahabatan atau teamwork tanpa ada
kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan
tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang
lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran
mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata
kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan
realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif,
sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam
membangun komunikasi yang efektif, maka hal
berikut adalah kita perlu memperhatikan adalah
REACH merupakan lima hukum komunikasi
yang efektif yang dikembangkan dan rangkum dalam
satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi
itu sendiri. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada
dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih
perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
33
a. Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan
komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai
merupakan hukum yang pertama dalam kita
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama
dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.
Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih
dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun
kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
c. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati
berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat
diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan
34
bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau
delivery channel sedemikian hingga dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini
mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan
berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu
audio visual yang akan membantu kita agar pesan
yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik.
Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa
pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat
diterima oleh penerima pesan.
d. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti
dengan baik, maka hukum keempat yang terkait
dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri
sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan
penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan
berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang
tidak sederhana.
e. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi
yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini
merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama
untuk membangun rasa menghargai orang lain,
biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
35
miliki. Sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang
rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela
memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian
diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan
pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini,
maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang
handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain yang penuh dengan
penghargaan (respect), karena inilah yang dapat
membangun hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dan saling menguatkan.
1.3.2 Prinsip Dasar Yang Mempengaruhi Komunikasi
Ada bebrapa prinsip dasar yang dapat
mempengaruhi komunikasi, adapun faktor tersebut
sebagai berikut :
1. Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya
penguasaan teknis komunikasi. Teknik komunikasi
mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator
dikala mengungkapkan pesan menjadi lambang-
lambang.kejelian dalam memilih saluran, metode
penyampaian pesan.
36
2. Faktor perilaku
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah
perilaku komunikan yang bersifat: pandangan yang
bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi,
suasana yang otoriter, ketidak mampuan untuk
berubah vvalaupun salah, sifat yang egosentris.
3. Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat
komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik
dan keamanan
4. Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak
berkomunikasi, atau berkomunikasi secara tergesa-
gesa, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi
persyaratan-persyaratan komunikasi.
5. Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya
perbedaan status, yaitu status sosial maupun status
dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit
berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada
jarak psichologis yaitu pesuruh merasa statusnya
terlalu jauh terhadap menteri. Selanjutnya, ada orang
yang hanya ingin mendengar informasi yang dia
senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
37
6. Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka,
atau sudah menarik suatu kesimpulan sebelum
menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini
jelas menghambat komunikasi yang baik.
7. Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika
dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, berikut
ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak
menunjang atau mendukung yaitu :
Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu
dingin)
Keadaan ribut atau bising
Lingkungan fisik yang tidak mendukung
(ruang terlalu sempit/ kurang keleluasaan
pribadi)
8. Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat
berpengaruh terhadap berhasil atau gagalnya
komunikasi. Misalnya :
Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi
hingga pikiran kacau. Hal ini akan mengakibatkan
pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak
sistematis hingga membingungkan
pendengar/sasaran.
38
Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi
komunikasi, atau kalau komunikator mempunyai
cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya
akan mengakibatkan pesan yang disampaikan
tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
9. Gangguan bahasa
Komponen semantik: Gangguan semantik ialah
gangguan komunikasi yang disebabkan karena
kesalahan pada bahasa yang digunakan.
Gangguan semantik sering terjadi karena:
a) Kata-kata yang digunakan terlalu banyak
memakai jargon bahasa asing sehingga sulit
dimengerti oleh khalayak tertentu.
b) Bahasa yang digunakan pembicara berbeda
dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.
c) Komponen semantik meliputi, pengetahuan
objek, hubungan objek, dan hubungan
peristiwa
Komponen Struktur
Struktur bahasa yang digunakan tidak
sebagaimana mestinya sehingga membingungkan
penerima. Komponen Struktur meliputi, fonologi,
morfologi, dan sintaksis.
39
Komponen Penggunaan / Pragmatik
Komponen pragmatik meliputi fungsi dan
konteks. Penguasaan akan komponen ini menjadikan
mampu mengawali komunikasi, memelihara
komunikasi dan mengakhiri komunikasi (M. Lahey,
1989).
10. Rintangan fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan
karena kondisi geografis misalnya jarak yang jauh
sehingga sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos,
kantor telepon, jalur transportasi dan semacamnya.
Dalam komunikasi antar manusia rintangan fisik bisa
juga diartikan karena adanya gangguan organik, yakni
tidak berfungsinya salah satu panca indra penerima.
1.4. Tujuan-Tujuan Organisasi Penyuluhan
Terdapat beberapa perbedaan mencolok tentang
rumusan tujuan dari berbagai organisasi penyuluhan.
Dinas penyuluhan di Negara yang sedang menghadapi
masalah kekurangan pangan yang serius sering
diharapkan untuk meminimalkan masalah tersebut
dengan cara meningkatkan produktifitas. Kebijakan
seperti ini sekaligus diharapkan akan meningkatkan
pendapatan usaha nelayan sekalipun berakibat pada
penurunan harga bahan pangan.
40
Oleh sebab itu, mereka memerintahkan agen-agen
mereka untuk memberitahukan kepada nelayan
tentang apa yang seharusnya mereka lakukan daripada
membantu mereka menemukan jalan keluar bagi
permasalahan mereka.
Beberapa ilmuwan social percaya bahwa agen
penyuluhan harus selalu berpedoman pada cara yang
disebutkan terakhir, sedangkan banyak agen
penyuluhan tergantung pada situasi yang ada. Dalam
menentukan pilihan, harus dipertimbangkan beberapa
hal berikut ini :
Siapa yang berhak mengambil keputusan ?
Siapa yang paling paham untuk mengambil
keputusan ini ; dengan kata lain, siapa yang
memiliki pengetahuan yang penting untuk
mengambil keputusan ?
Apa dampak dari pilihan yang dibuat oleh
pengambil keputusan pada motivasi untuk
merealisasikan keputusan tersebut dan pada
perkembangan pribadi petani ?
Apa hubungan antara program penyuluhan dan
kebijakan pembangunan perikanan dari
pemerintah ?
41
PERTANYAAN :
1. Berdasarkan materi yang sudah diuraikan diatas,
apa yang anda ketahui tentang penyuluhan dan
komunikasi, jelaskan secara ringkas dan tepat ?
2. Indonesia merupakan Negara Kepulauan,
sehingga banyak penduduk Indonesia khususnya
yang bermukim didaerah pesisir menggantungkan
hidupnya dari sektor kelautan dan perikanan
menunjukkan demikian besar peranan sektor
kelautan dan perikanan dalam menopang
perekonomian, dapatkah anda jelaskan apa
manfaat penyuluhan yang dilakukan kepada
masyarakat pesisir terhadap pembangunan
perekonomian khususnya kelautan dan perikanan?
3. Jelaskan manfaat penyuluhan terhadap nelayan?
REFERENSI
Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar
Kuliah Ilmu penyuluhan. IPB.
Mardikanto, Totok. 1992. Penyuluhan Pembangunan
Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.
Universitas Indonesia: UI Press.
Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human
communication. Prinsip-Prinsip Dasar. Terjemahan
42
oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
http://adibfauzanh0712004.blogspot.co.id/2013/12/makal
ah-penyuluhan-dan-komunikasi.html
43
BAB II
KONSEP DAN PRAKTEK PENYULUHAN
KOMUNIKASI PERIKANAN
Standar Kompetensi Mata Kuliah:
Mahasiswa mampu memahami konsep dan praktek
penyuluhan komunikasi perikanan
Kompetensi dasar mata kuliah:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep penyuluhan
komunikasi perikanan
b. Mahasiswa dapat menjelaskan pendekatan
penyuluhan dalam komunikasi perikanan
c. Mahasiswa dapat menjelaskan model-model
penyuluhan dalam komunikasi perikanan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan metode penyuluhan
dalam komunikasi perikanan
44
2.1. Pendekatan Penyuluhan Komunikasi Perikanan
2.1.1. Definisi Pendekatan
Pendekatan adalah esensi dari sebuah sistem
penyuluhan pertanian. Pendekatan adalah gaya tindakan
dalam suatu sistem dan mewujudkan filosofi sistem. Ini
seperti sebuah doktrin untuk sistem, yang
menginformasikan, menstimulasi dan memandu aspek
sistem seperti struktur, kepemimpinan, program, sumber
daya dan keterkaitannya.
Setiap pendekatan dapat dicirikan oleh tujuh
dimensi (Ranjitha Puskur, 2008):
a. Masalah yang dominan diidentifikasi dimana
pendekatan ini diterapkan sebagai solusi
strategis;
b. Tujuannya dirancang untuk dicapai;
c. Cara pengendalian perencanaan program
dijalankan, dan hubungan antara mereka yang
merencanakan
program pengendalian kepada mereka yang
merupakan target utama program;
d. Sifat petugas lapangan termasuk aspek-aspek
seperti kerapatannya dalam kaitannya dengan
45
klien, tingkat pelatihan, sistem penghargaan,
asal usul, jenis kelamin dan transfer;
e. Sumber daya yang dibutuhkan dan berbagai
faktor biaya;
f. Teknik penerapan khas yang digunakan;
g. Bagaimana cara mengukur keberhasilannya.
2.1.2. Pendekatan Penyuluhan
Bagian ini menjelaskan berbagai pendekatan
penyuluhan yang sedang digunakan. Apa yang perlu
dicatat, bagaimanapun, adalah bahwa dalam praktik
sebenarnya, setiap sistem penyuluhan pertanian, pada
waktu tertentu, akan menekankan satu pendekatan ke
pendekatan yang lain, namun
biasanya memiliki beberapa karakteristik jenis
lainnya. Dengan demikian, pendekatannya adalah
tempat awal untuk gaya tindakan tertentu, bukan
tempat akhir. Ini adalah ideologi esensial yang
membedakan pendekatan tertentu dari orang lain. Juga
masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu. Karena semua pendekatan yang
dijelaskan di sini hanyalah pendekatan yang berbeda
terhadap fenomena penyuluhan perikanan yang sama,
46
ada beberapa karakteristik umum yang dapat mereka
hadapi bersama. Sebagai contoh:
semua berfungsi melalui pendidikan nonformal
semua memiliki konten yang berhubungan
dengan pertanian
semua menggunakan teknik komunikasi dan
alat bantu
semua berusaha untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat pedesaan
Penyuluhan hadir dalam berbagai ukuran dan
bentuk, berikut adalah rangkuman dari berbagai
pendekatan penyuluhan:
a) Pendekatan umum (The general Approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa teknologi
dan pengetahuan yang sesuai untuk masyarakat lokal
ada namun tidak digunakan oleh mereka. Tujuannya
adalah untuk membantu petani/nelayan meningkatkan
produksinya. Pendekatan biasanya cukup terpusat dan
dikendalikan oleh pemerintah. Perencanaan dilakukan
secara nasional oleh pemerintah pusat yang lebih tahu
dari petani/nelayan. Ini adalah tipikal perencanaan
top-down. Personel lapangan cenderung besar
47
jumlahnya dan tinggi biaya, dengan pemerintah pusat
menanggung sebagian besar biayanya. Tingkat adopsi
dan peningkatan produksi nasional adalah
rekomendasi penting sebagai ukuran keberhasilan.
Sebuah survei terhadap program penyuluhan
perikanan menunjukkan bahwa penyuluhan perikanan
pada umumnya adalah bagian dari Kementerian
Kelautan Perikanan, dengan petugas penyuluh
lapangan berada di bawah hierarki dan menteri paling
atas. Pendekatan ini tidak memiliki arus dua arah
informasi. Gagal menyesuaikan pesan untuk setiap
wilayah yang berbeda. Hanya petani/nelayan yang
mencari saran dan ini cenderung merupakan petani
kaya skala besar. Pendekatan ini memberi
petani/nelayan informasi tentang sejumlah alternatif
produksi dari satu sumber tunggal.
b) Pendekatan komoditas khusus (The commodity
specialized approach)
Karakteristik utama dari pendekatan ini
mengelompokkan semua fungsi untuk perluasan
produksi, penelitian, pasokan input, pemasaran dan
harga di bawah satu administrasi. Penyuluhan cukup
terpusat dan berorientasi pada satu komoditas dan
48
agen memiliki banyak fungsi. Perencanaan
dikendalikan oleh organisasi komoditas untuk tujuan
meningkatkan produksi komoditas tertentu. Personel
ilmiah yang terlatih dilengkapi dengan kendaraan
mahal dan peralatan ilmiah lapangan.
Teknik yang direkomendasikan harus
menghasilkan keuntungan finansial bagi
petani/nelayan, dan dapat ditunjukkan di wilayah
nelayan lokal. Masukan baru harus dapat diakses,
skema kredit ditetapkan, dan rasio antara input
gerbang perikanan dan harga komoditas
dipertimbangkan. Teknologi cenderung sesuai dan
didistribusikan pada waktu yang tepat karena berfokus
pada berbagai masalah teknis yang sempit. Minat
petani/nelayan, bagaimanapun, mungkin memiliki
prioritas lebih kecil daripada organisasi produksi
komoditas.
c) Pendekatan pelatihan dan kunjungan (The
training and visit approach)
Pelatihan dan Kunjungan (T & V) adalah salah
satu pendekatan yang paling baru diketahui, yang
diadaptasi oleh semua negara Afrika Timur untuk
mendukung pengembangan layanan penyuluhan
49
negara pada awal tahun 1990an. Sistem pelatihan dan
kunjungan (T & V) beroperasi di lebih dari 40 negara
berkembang. Ini adalah sistem, yang menekankan
kesederhanaan dalam kedua tujuan dan operasi. Ini
memberikan umpan balik terus menerus dari petani
kepada agen penyuluhan dan staf peneliti; Hal ini
memungkinkan penyesuaian terus menerus terhadap
kebutuhan petani. Ini telah menyebar dengan cepat ke
seluruh dunia karena ini dipandang sebagai sarana
efektif untuk meningkatkan produksi pertanian dan
alat yang fleksibel di semua tingkat operasi
kementerian pertanian.
Tujuan pendekatan pelatihan dan kunjungan
(sering disebut T & V) adalah untuk mendorong
petani untuk meningkatkan produksi tanaman tertentu.
Pendekatan yang cukup terpusat ini didasarkan pada
jadwal kunjungan yang direncanakan dengan ketat
kepada petani dan pelatihan agen dan spesialis materi
pelajaran. Tutup link dipertahankan antara penelitian
dan penyuluhan. Agen hanya terlibat dalam transfer
teknologi. Perencanaan dikendalikan oleh petugas
lapangan dan lapangan cenderung banyak dan
bergantung pada sumber daya pusat. Kesuksesan
diukur dari segi kenaikan produksi tanaman tertentu
50
yang tercakup dalam program ini. Pendekatan T & V
lagi merupakan pendekatan top-down. Penekanannya
adalah pada penyebaran praktik yang tidak efisien dan
murah, dan mengajarkan para petani untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada dengan sebaik-
baiknya. Ada tekanan pada pemerintah untuk
mengaturnya kembali menjadi layanan yang lebih
terintegrasi, dan mengirim petugas penyuluhan ke
lapangan untuk bertemu dengan petani. Ini
memberikan pengawasan teknis dan dukungan logistik
yang lebih ketat, namun dengan biaya tinggi.
Komunikasi dua arah aktual kurang dan ada sedikit
fleksibilitas.
d) Pendekatan pengembangan sistem
pertanian/perikanan (The farming or fishing
systems development approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan petani/nelayan,
terutama petani/nelayan skala kecil tidak tersedia dan
perlu diproduksi secara lokal. Karakteristik utama dari
jenis penyuluhan ini adalah sistem atau pendekatan
holistik di tingkat lokal. Perencanaan berkembang
perlahan dan mungkin berbeda untuk setiap ekosistem
51
pertanian/perikanan agroklimatik. Pendekatan ini
diimplementasikan melalui kemitraan penelitian dan
penyuluh menggunakan pendekatan sistem. Hubungan
erat dengan penelitian diperlukan dan teknologi untuk
kebutuhan lokal dikembangkan secara lokal melalui
proses berulang yang melibatkan masyarakat
setempat. Analisis dan uji coba lapangan dilakukan di
lahan petani dan di rumah. Ukuran keberhasilan
adalah sejauh mana masyarakat nelayan mengadopsi
teknologi yang dikembangkan oleh program dan terus
menggunakannya dari waktu ke waktu. Pengendalian
program dibagi bersama oleh keluarga petani
setempat, petugas penyuluhan, dan peneliti.
Keuntungan dari sistem ini mencakup hubungan yang
kuat antara personil penyuluh dan penelitian, dan
komitmen petani untuk menggunakan teknologi yang
mereka bantu kembangkan. Biaya bisa tinggi, dan
hasilnya bisa lambat datang. Pendekatan sistem
pertanian (Norman, 2002) ditandai dengan:
Pendekatan holistik yang memandang pertanian secara
keseluruhan Keterlibatan petani dan prioritasnya.
Penelitian yang mencerminkan berbagai interaksi
dan keterkaitan subsistem Ketergantungan pada survei
informal atau 'Rapid Rural Appraisal (RRA)'
52
Penyuluhan partisipatif petani/nelayan kemudian
berkembang karena penekanan pada kebutuhan
sumber daya petani/nelayan miskin, keadilan gender
dan nilai sistem pengetahuan masyarakat adat.
Keragaman sangat dianjurkan dalam jenis sistem ini,
dan keterkaitannya banyak dan beragam.
Pemikiran diseminasi saat ini mengambil
pendekatan partisipatoris yang jauh lebih partisipatif
daripada difusi teori inovasi. Petani terlibat dalam
setiap aspek teknologi, mulai dari generasi hingga
pengujian hingga diseminasi. Namun, tidak selalu
seperti ini. Metodologi penyuluhan yang muncul
untuk diseminasi teknologi berdasarkan pendekatan
partisipatif yang berorientasi sistem disajikan pada
gambar 1 berikut ini.
53
Gambar 1. Metodologi yang muncul dari sistem
pertanian tentang transfer teknologi
Pendekatan sistem ini menekankan komponen
penelitian yang kuat dimana petani/nelayan, penyuluh
dan peneliti bekerja sama sebagai sebuah tim. Hal ini
juga dapat dilihat sebagai proses pemberdayaan orang-
orang yang lemah dan
54
tidak termasuk dalam hal kekuatan politik dan ekonomi
di antara kelompok sosial dan kelas yang berbeda.
e) Pendekatan penyuluhan pertanian/perikanan
partisipatif (The participatory agricultural and
fisheries extension approach)
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa petani
terampil dalam produksi di daerah mereka, sehingga
tingkat kehidupan mereka dapat ditingkatkan dengan
tambahan pengetahuan. Partisipasi aktif petani sendiri
diperlukan dan menghasilkan efek penguatan dalam
pembelajaran kelompok dan tindakan kelompok.
Sebagian besar pekerjaannya adalah melalui pertemuan
kelompok, demonstrasi, perjalanan individu dan
kelompok, dan sharing lokal yang sesuai teknologi.
Pendekatan ini sering berfokus pada kebutuhan
kelompok petani/nelayan yang diharapkan dan tujuannya
adalah peningkatan produksi dan peningkatan kualitas
kehidupan pedesaan.
55
Implementasi sering didesentralisasi dan
fleksibel. Keberhasilan diukur melalui jumlah petani
yang aktif berpartisipasi, dan kelangsungan program.
Ada banyak hal yang bisa didapat dengan
menggabungkan pengetahuan asli dengan sains.
Disebutkan bahwa kebutuhan petani menjadi sasaran.
Sistem ini mengharuskan para penyuluh, yang juga
merupakan animator dan katalisator, merangsang
petani/nelayan untuk mengatur usaha kelompok.
Masyarakat setempat mengevaluasi program
mereka sendiri dan berperan dalam menyusun agenda
penelitian. Biaya penyuluhan pertanian/perikanan
partisipatif lebih rendah dan efisien sesuai kebutuhan.
Namun, ini lebih banyak pekerjaan bagi penyuluh
untuk mengatur dan memotivasi petani/nelayan. Hal
ini membutuhkan agen untuk hidup dan bersosialisasi
dengan petani. Jika pekerjaan pemerintah dipandang
sebagai hadiah, 'kesulitan' yang diimplikasikan oleh
pendekatan ini akan membuat kegagalan. Agen itu
hadir hanya 'paruh waktu' dan tidak memiliki
kepentingan pribadi dalam hasilnya.
Karakteristik utama Pendekatan Penyuluhan
Partisipatif (Participatory Extension Approach/PEA)
adalah sebagai berikut:
56
1) Mengintegrasikan mobilisasi masyarakat untuk
perencanaan dan tindakan dengan pembangunan
pedesaan, pertanian penyuluhan dan penelitian;
2) Didasarkan pada kemitraan yang setara antara
petani, peneliti dan penyuluh yang bisa
semuanya belajar dari satu sama lain dan
menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan
mereka;
3) Bertujuan untuk memperkuat kemampuan
pemecahan masalah, perencanaan dan
manajemen masyarakat pedesaan;
4) Meningkatkan kapasitas petani untuk
mengadopsi dan mengembangkan teknologi dan
/inovasi;
5) Mendorong petani untuk belajar melalui
eksperimen, membangun pengetahuan mereka
sendiri dan berlatih dan memadukannya dengan
gagasan baru, dengan kata lain, 'refleksi
tindakan' atau 'tindakan belajar '; dan
6) Mengenal bahwa masyarakat tidak homogen
namun terdiri dari berbagai kelompok sosial
konflik dan perbedaan kepentingan, kekuatan
dan kemampuan. Setiap kelompok kemudian
57
membuat kolektifnya keputusan, dan juga
memberikan kesempatan untuk bernegosiasi
antar kelompok (AGRITEX 1998).
f) Pendekatan Proyek (The project approach)
Pendekatan ini memusatkan upaya pada lokasi
tertentu, untuk jangka waktu tertentu, seringkali
dengan sumber daya dari luar. Bagian dari tujuannya
sering menunjukkan teknik dan metode yang dapat
diperpanjang dan dipertahankan setelah periode
proyek. Ini menggunakan infus besar sumber daya
luar selama beberapa tahun untuk menunjukkan
potensi teknologi baru. Pengendalian berada di tingkat
pemerintah pusat dan seringkali ada masukan finansial
dan teknis yang cukup banyak dari badan
pembangunan internasional.
Perubahan jangka pendek adalah ukuran
kesuksesan. Dalam proyek akuakultur di Nepal,
misalnya, pinjaman dari Asian Development Bank
digunakan oleh Kementerian Pertanian untuk
mendukung penyuluhan oleh petugas perikanan di
berbagai lokasi di seluruh negeri. Mereka dapat
mengenalkan perikanan tambak melalui upaya yang
menggabungkan pendekatan proyek dengan
pendekatan komoditas khusus.
58
g) Pendekatan pembagian biaya (The cost sharing
approach) Pendekatan ini didasarkan pada
masyarakat lokal yang berbagi sebagian biaya
program penyuluhan. Tujuannya adalah untuk
memberikan nasehat dan informasi untuk
memudahkan pengembangan diri petani. Ini
mengasumsikan bahwa pembagian biaya dengan
penduduk lokal (yang tidak memiliki sarana untuk
membayar biaya penuh) akan mempromosikan
sebuah program yang cenderung memenuhi situasi
lokal dan di mana agen penyuluhan lebih
bertanggung jawab terhadap kepentingan lokal.
Kontrol dan perencanaan dibagi oleh berbagai
entitas dan responsif terhadap kepentingan lokal.
Kesuksesan diukur dengan kemauan dan
kemampuan petani untuk menyediakan sebagian
biaya, baik secara individu maupun melalui unit
pemerintah daerah. Masalah mungkin muncul jika
petani setempat dipaksa berinvestasi pada
perusahaan yang belum terbukti
59
g) Pendekatan institusi pendidikan (The educational
institution approach)
Pendekatan ini menggunakan institusi
pendidikan yang memiliki pengetahuan teknis dan
beberapa kemampuan penelitian untuk
memberikan layanan penyuluhan bagi masyarakat
pedesaan. Perencanaan dikontrol oleh mereka
yang menentukan kurikulum institusi pendidikan.
Pelaksanaannya adalah melalui instruksi
nonformal dalam kelompok atau individu melalui
perguruan tinggi atau universitas.Kehadiran dan
tingkat partisipasi petani/nelayan di Indonesia.
Kegiatan penyuluhan pertanian/perikanan adalah
ukuran keberhasilan. Idealnya peneliti belajar dari
penyuluh yang pada gilirannya belajar dari
petani/nelayan. Namun, ini jarang terjadi dalam
praktik. Keuntungan dari pendekatan ini adalah
hubungan antara ilmuwan khusus dan petugas
penyuluh lapangan
60
2.2. Metode Pendekatan dalam Komunikasi
Perikanan
Menurut Yusuf Leonard Henuk (2007) Dalam
melakukan komunikasi pertanian/perikanan kepada
masyarakat telah dikenal dua metode pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan berdasarkan kelompok sasaran
dari inovasi, dan (2) pendekatan berbasarkan cara
penyampaian isi pesan yang terkandung dalam inovasi
tersebut.
2.2.1. Metode Pendekatan Sasaran
Berdasarkan kelompok sasaran, maka metode
pendekatan komunikasi ini dapat dilakukan melalui:
a) Metode pendekatan massa (mass approach
method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan
awal serta kesadaran bagi petani tentang suatu
inovasi yang berguna dalam meningkatkan hasil
produksi usahatani mereka. Penyampaian pesan
melalui cara ini biasanya disampaikan dalam
pertemuan massal, melalui media massa: televisi,
koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang
61
efektif bagi petani-petani di Indonesia umumnya
dan di Nusa Tenggara Timur khususnya, karena
beberapa faktor berikut:
a. Tidak bisa dipantau ataupun di evaluasi
secara pasti keberhasilan yang telah dicapai
oleh para petani
b. Tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara
pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh
para petani;
c. Wilayah jangkauan pendekatan sasaran
terlalu luas;
d. Rendahnya daya tangkap masyarakat petani,
karena mereka rata-rata berpendidikan sangat
rendah; dan
e. Harga beberapa media yang digunakan
seperti televisi dan koran sangat sulit
dijangkau oleh tingkat ekonomi para petani.
b) Metode pendekatan kelompok (group approach
method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan
melalui penyampaian informasi inovasi kepada petani
yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani,
baik kelompokkelompok petani tradisional, seperti
62
Subak di Bali dan kelompok-kelompok petani yang
sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti
kelompencapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan,
Kelompok Swadaya Masyarakat, dan sebagainya.
Dalam kegiatan komunikasi penyuluhan
pertanian di Indonesia, pendekatan kelompok sudah
menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan
sumberdaya manusia di desa maupun di kota dalam
rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Dipandang dari segi komunikasi
informasi, maka pendekatan kelompok ini jauh lebih
efektif jika dibandingkan dengan pendekatan massa,
karena mempunyai beberapa keuntungan, sebagai
berikut:
Penyebaran inovasi teknologi dapat
dipantau atau dievaluasi secara baik karena
jumlah anggota sasarannya jelas;
Diantara anggota kelompok yang satu
dengan yang lainnya dapat saling memberi
dan menerima informasi, terutama tentang
hal-hal yang belum jelas
Akan terjadi akumulasi modal (fisik
maupun non-fisik) sehingga dapat
63
memperlancar jalannya komunikasi dalam
kelompok yang bersangkutan;
Antara anggota kelompok dapat dilakukan
reward and punishment system secara
efektif dan efisien; dan
Lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu,
tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih
baik. Sebaliknya, pendekatan kelompok
juga mempunyai beberapa kelemahan,
sebagai berikut:
- Jika manajemen kelompok kurang baik,
maka akan terjadi penyimpangan, baik
penyimpangan penyebaran informasi
maupun penyimpangan pembagian
keuntungan dari suatu inovasi;
Komunikasi akan tidak efektif jika jenis
usaha anggota kelompok beragam; dan
kemungkinan akan muncul kaum elit
tertentu dalam kelompok apabila tidak
diarahkan secara baik sehingga akan
menghambat kehidupan berdemokrasi
kelompok; dan
64
Rendahnya keterampilan para
petani/nelayan dalam kehidupan
kelompok/berorganisasi
c) Metode pendekatan individu (personal approach
method)
Cara pendekatan ini dilakukan dengan cara
mengunjungi Para petani satu per satu, baik ke rumah
petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat
tertentu yang memungkinkan untuk dilakukan
komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntungan dari
metode pendekatan perorangan, antara lain:
Petani/nelayan yang dikunjungi seorang petugas
merasa dihargai oleh petugas yang melakukan
komunikasi pertanian;
Meningkatkan kepercayaan diri petani karena
komunikasi ini dapat dilakukan dari hati ke hati;
Petani/nelayan dapat menyampaikan segala
macam keluhan/masukan- masukan bagi
petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan
malu dengan sesama teman petani;
Petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah
serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan
yang dihadapi petani/nelayan selama berusaha
65
Petugas/penyuluh dapat memberikan informasi
yang cocok dengan kebutuhan serta masalah
petani pada saat itu. Sebaliknya, metode
pendekatan ini juga memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:
- Tidak bisa menjangkau petani dalam
jumlah yang banyak;
- Memakan waktu yang lama;
- Membutuhkan biaya yang tinggi;
- Membutuhkan banyak tenaga
petugas/penyuluh.
2.2.2. Metode Pendekatan Materi
Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam
rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi
(khususnya dalam pertemuan kelompok), maka
digunakan pendekatan gabungan berikut:
(a) ceramah, diskusi dan tanya jawab;
(b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan
(c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder.
Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif,
baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-
way traffic communication) maupun peningkatan
pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi
66
yang diberikan. Dengan demikian, para petani/nelayan
akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara
menerapkan inovasi dalam praktek usaha tani nelayan
mereka.
2.2. Model-model Penyuluhan dan Komunikasi
Perikanan
2.2.1. Definisi Model
Model dapat didefinisikan sebagai deskripsi
skematis dari suatu sistem, atau fenomena yang
menjelaskan sifat yang diketahui atau disimpulkan dan
dapat digunakan untuk mempelajari lebih lanjut
karakteristiknya.
2.2.2. Model-model Penyuluhan
Pada awalnya, semua pembangunan pertanian
dan pedesaan diatur oleh pemerintah pusat. Rembug
desa hanyalah formalitas dan masyarakat desa kurang
dilibatkan dalam proses awal perencanaa, pelaksanaa,
monitoring dan evaluasi. Semua serba seragam tetapi
tidak ada dinamika demokrasi yang menumbuhkan
partisipasi, kemandirian dan rasa memiliki.
67
Kelemahan metode penyuluhan pertanian top
down yang ada sekarang ini adalah sebagai berikut :
a. Penyuluh sering memandang dirinya sebagai
pakar, bukan sebagai fasilitator yang memotivasi
pengembangan teknologi spesifik lokalita.
Hubungan petani – penyuluh menyerupai
komunikasi antara guru dan siswa, padahal
seharusnya hubungan mereka atas dasar
kemitraan
b. Penyuluh kurang menyadari bahwa kehadiran
teknologi baru seharusnya sebagai pelengkap dari
sistem teknologi setempat yang sudah ada, tanpa
harus menggusurnya.masuknya teknologi baru
tidak berarti memarjinalkan teknologi tradisional
lokal yang sudah ada, karnea belum tentu
teknologi baru membawa banyak manfaat untuk
masa sekarang dan masa mendatang.
c. Penyuluh kebanyakan hanya mendapatkan
pelatihan teknis pertanian tanpa dibekali
pengetahuan manajemen perubahan psikologi
social akibat inovasi teknologi baru
d. Penyuluh kurang mendapatkan gaji dan insentif
yang memadai sehingga peran dan kinerjanya
68
dalam memebrdayakan masyarakat tani yang
menjadi binaanya menjadi tidak optimal
Penyuluhan partisipatif merupakan pendekatan
penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk
memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat
mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan
sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali
potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan,
termasuk permasalahan yang ditemukan
(Suwandi,2006dalamhttp://indahharitonangfakultasper
taniaunnpad.blogspot.co.id)
Penyuluhan pertanian partisipatif yaitu
masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-
analisis dibuat secara bersama yang akhirnya
membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi
disini menggunakan proses pembelajaran yang
sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode
multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol
keputusan lokal (BBPP Lembang). Berdasarkan atas
UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa
"Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan
69
pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan
metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta
kondisi pelaku utama dan pelaku usaha". Dengan
pelatihan metode penyuluhan pertanian partisipatif,
para penyuluh pertanian akan termotivasi untuk
menggali keberadaan sumber informasi pertanian
setempat yang mudah diakses oleh yang memerlukan,
baik penyuluh maupun petani.
Pelatihan juga akan mendorong inisiatif positif
para penyuluh pertanian dan petani, melalui
pendekatan partisipatif untuk mendapatkan solusi
permasalahan usahatani di
lapangan(http://indahharitonangfakultaspertaniaunnpa
d.blogspot.co.id).
Selama bertahun-tahun, sejumlah model telah
digunakan untuk meningkatkan efektivitas pemberian
layanan penyuluhan. Pada bagian ini kita mencoba
untuk mendeskripsikan berbagai model penyuluhan.
Namun, perlu diketahui bahwa banyak juga digunakan
kombinasi elemen dari berbagai model dan
pendekatan yang digunakan bersamaan.
a) Model transfer teknologi (Technology transfer
model) Dalam prakteknya, organisasi
penyuluhan di manapun
70
mengejar keseluruhan tujuan alih teknologi dan
pengembangan sumber daya manusia, walaupun
penekanannya akan berbeda. Dalam setiap organisasi
terdapat gabungan tujuan, dan di dalam negara
seringkali ada gabungan antara pola organisasi.
Di banyak negara berkembang, model TOT telah
menjadi praktik umum untuk mengembangkan dan
menyebarkan inovasi. Hal ini didasarkan pada asumsi
bahwa transfer teknologi dan pengetahuan dari para
ilmuwan ke petani akan memicu perkembangan.
Diterapkan pada pertanian, model ini mengasumsikan
bahwa masalah petani dapat diatasi oleh orang dan
institusi yang memiliki pengetahuan 'modern' ini.
Petani sering dianggap sebagai kendala utama
pembangunan, sebagai salah urus sumberdaya
daripada penggagas solusi yang potensial.
71
Gambar 2. Pemangku kepentingan dan agen yang
terlibat dalam model transfer teknologi pertanian
Melalui pendekatan ini, tugas peneliti untuk
mengidentifikasi,
menganalisis dan memecahkan masalah teknis petani.
Solusi
biasanya dikembangkan di stasiun penelitian.
Hasilnya
kemudian ditransfer sebagai pesan kepada petani
melalui penyuluh, yang merupakan penghubung
antara peneliti dan petani. Perannya adalah membantu
para petani dalam menerapkan teknologi siap pakai
(Gambar 3).
72
Gambar 3. Model inovasi pengembangan dan
penyuluhan konvensional
Hasil dari pendekatan ini untuk pengembangan
inovasi dan difusi diketahui melalui:
Tingkat adopsi teknologi tetap rendah dalam
kebanyakan kasus, kecuali dalam kasus di mana
teknologi ini diterapkan dengan paksaan (seperti
kontur pegunungan selama era kolonial). Namun,
dalam kasus ini, efektivitas teknologi ini tetap
rendah dan keberhasilannya tidak berkelanjutan
Kinerja teknologi para peneliti seringkali
mengecewakan di bawah pengelolaan petani.
73
Petani kemudian disalahkan atas implementasi
yang salah. Seringkali, bagaimanapun, teknologi
ini tidak sesuai untuk tingkat petani yang berbeda.
Masalah sosial, budaya, organisasi dan
kekuasaan di tingkat masyarakat terbengkalai,
walaupun pengalaman menunjukkan bahwa
paling sering mereka merupakan batu sandungan
utama bagi keberhasilan pembangunan.
Pengetahuan luas masyarakat lokal tidak diakui
atau dihargai. Hal ini menghambat orang-orang
pedesaan dan mengurangi kontribusinya terhadap
perkembangan mereka sendiri karena mereka
merasa minder.
b) Model Penyuluhan Publik (The public extension
model)
Salah satu alasannya adalah sifat tujuan yang
kontradiktif. Kepentingan umum menyiratkan
melayani petani/nelayan dan penduduk perkotaan,
mengamankan produksi subsisten dan
mempromosikan hasil panen untuk ekspor, mencapai
massa rumah tangga pedesaan dan melayani
kebutuhan kelompok tertentu, memperluas bantuan
74
kepada produsen dengan potensi tinggi dan yang
kurang beruntung. Singkatnya, prioritas harus
ditetapkan, dan ini terlalu sering pro-urban dalam hal
kebijakan harga, mendukung individu-individu
inovatif di dalam sektor modern, mengabaikan strata
yang lebih miskin, dan melupakan petani wanita.
c) Model penyuluhan komoditi (Commodity extension
model) Model ini dipelopori oleh petani
kecil yang
memproduksi kapas di Mali dan negara-negara
Francophone lainnya 50 tahun yang lalu. Kekuatan
dan keterbatasan pendekatan komoditas terletak pada
fokusnya yang sempit. Ini berguna dalam hal transfer
teknologi namun meninggalkan isu kepentingan
publik yang penting (seperti kelestarian lingkungan),
serta kelompok sasaran (seperti produsen non-
komersial). Kombinasi sukses antara perluasan umum
dan komoditas berbasis di tingkat nasional, seperti
yang dipraktekkan di Afrika Timur, menuntut tujuan
kebijakan dan manajemen yang jelas dan efisien.
d) T&V model
75
Sebagai tambahan, T & V beroperasi dengan
asumsi bahwa para pekerja penyuluhan secara
eksklusif terlibat dalam kegiatan pendidikan dan
bahwa ada layanan penyuluhan terpadu. Penelitian
pertanian tidak hanya efektif tetapi juga bekerja sama
erat dengan penyuluhan. Baik evaluasi eksternal
maupun internal untuk digunakan untuk terus
memodifikasi dan menyesuaikan sistem dengan
kondisi yang berubah.
e) NGO (international and local) model
Ini adalah model yang menyebar dengan cepat
pada tahun 1990an karena banyak LSM memindahkan
gigi dan beralih dari penyedia makanan dan bantuan
kemanusiaan untuk menjadi agen pembangunan.
f) Private sector model
Dengan model ini, petani diharapkan membayar
sebagian biaya penyuluhan dengan harapan
pengeluaran publik untuk penyuluhan dapat dikurangi.
g) Farmer Field School (FFS) model
Metode FFS adalah pendekatan praktis untuk
pelatihan yang memberdayakan petani untuk menjadi
76
ahli teknis mereka sendiri mengenai aspek utama
produksi tanaman dan ternak. FFS didasarkan pada
premis bahwa para petani yang berpartisipasi menjadi
peneliti yang menguji berbagai pilihan teknologi yang
ada, selama proses mana mereka dapat memutuskan
alternatif terbaik untuk diadopsi dalam keadaan
khusus mereka. Metode FFS berlaku untuk produksi
berbagai perusahaan perkebunan dan peternakan. Di
FFS, petani perlu diberi wewenang untuk menerapkan
teknologi yang sesuai dengan kondisi mereka masing-
masing. FFS adalah proses penyuluhan kelompok
berdasarkan metode pendidikan non-formal, dengan
fokus pada observasi lapangan, studi penelitian musim
dan kegiatan. Selama proses berlangsung, ia
menyediakan lingkungan belajar dan upaya untuk
membangun kapasitas kelompok.
h) Innovative linkage models
Secara historis, penyuluhan melibatkan transfer
teknologi, dengan petugas penyuluh desa mentransfer
pengetahuan dari stasiun penelitian ke petani dengan
menggunakan metode media perorangan, kelompok,
dan media massa. Baru-baru ini, penyuluhan telah
diminta untuk memainkan 'peran pengembangan
77
teknologi' dengan menghubungkan penelitian dengan
kebutuhan kelompok masyarakat dan membantu
memfasilitasi pengembangan teknologi yang sesuai.
Mitra yang terlibat dalam proses dirangkum dalam
Gambar 4, dan model Inovatif untuk Generasi
Teknologi dan Transfer diuraikan pada Gambar 5.
Gambar 4. Mitra terlibat dalam Inovatif Linkage
Model.
78
Gambar 5. Model Inovatif untuk Generasi Teknologi
dan
Transfer.
Kesimpulan
Dari berbagai model penyuluhan dapat
disimpulkan
karakteristik berbagai model penyuluhan
seperti yang
ditunjukkan pada table 1.
79
Tabel 1. Karakteristik berbagai model penyuluhan
80
2.3 Metode Penyuluhan dan Komunikasi
Perikanan
2.3.1. Definisi metode Penyuluhan
Metode adalah cara yang sistematis untuk
mencapai suatu tujuan yang telah direncakan. Setiap
orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam
menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup
dengan mendengar saja, atau melihat dan juga ada
yang harus mempraktikkan dan kemudian
mendistribusikannya. Metode mengacu pada teknik
yang digunakan oleh sistem penyuluhan karena
fungsinya. Misalnya demonstrasi, kunjungan oleh
agen penyuluhan ke petani dll.
Metode penyuluhan erat kaitannya dengan
metode belajar orang dewasa (andragogy). Penyuluh,
yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik,
pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan
sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para
peternak, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut
Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan,
maka keberhasilan penyuluhan sangat dipengaruhi
81
oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan oleh
sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan,
pemahaman proses belajar pada orang dewasa serta
prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang
penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat
penting peranannya karena dapat membantu penyuluh
dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah
ditentukannya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999),
pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode
atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada
tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi
kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan
yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan,
maka perlu diketahui penggolongan metode
penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak
dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin
dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga
yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan,
kelompok, dan massal.
2.3.2. Metode Penyuluhan
82
Ada beberapa metode yang digunakan dalam
pekerjaan penyuluhan. Beberapa di antaranya
meliputi:
a) The individual/household extension
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya
secara perorangan. Metode perorangan atau personal
approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005),
sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena
sasaran dapat secara langsung memecahkan
masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.
Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang
ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena
terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi
dan membimbing sasaran secara individu. Metode
pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam
mendekati tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh
ataupun pada golongan peternak atau peternak yang
menjadi panutan masyarakat setempat. Menurut Van
83
den Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan
perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan
intensif dibanding metode lainnya, namun karena
berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini
jarang diterapkan pada program-program penyuluhan
yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Dalam
hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara
perorangan. Contohnya :
Kunjungan ke rumah nelayan atau berkunjung ke
kapal nelayan, ataupun nelayan berkunjung
kerumah penyuluh dan kekantor.
Surat menyurat secara perorangan.
Demonstrasi pilot.
Belajar perorangan, belajar praktek.
Hubungan telepon
Pendekatan ini paling efektif untuk kegiatan
yang dilakukan oleh atau di dalam kendali penuh
petani /nelayan atau rumah tangga individu. Dalam hal
ini, diskusi dengan seluruh keluarga menyoroti lebih
banyak masalah, dan lebih banyak pengalaman dibawa
ke diskusi.
Keuntungan dari metode individual:
84
- Pesan yang tidak jelas yang belum sepenuhnya
dipahami dapat dengan mudah diklarifikasi;
- Petugas penyuluh mampu mengamankan kerja
sama dan menginspirasi kepercayaan keluarga
melalui kontak personal;
- Memfasilitasi umpan balik segera mengenai
keefektifan tindakan yang dibahas;
- Memungkinkan cara terbaik untuk memastikan
bahwa setiap orang dalam keluarga berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan.
- Mahal dalam hal waktu dan transportasi;
- Hanya beberapa petani yang bisa dikunjungi, dan
kadang-kadang mereka terutama adalah penyuluh
teman;
- Wilayah yang dicakup kecil karena semua usaha
terkonsentrasi pada beberapa petani.
b) Group Methods
Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh
berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara
kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group
approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005)
cukup efektif, dikarenakan nelayan atau masyarakat
85
pesisir dibimbing dan diarahkan secara kelompok
untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih
produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan
kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di
samping dari transfer teknologi informasi juga
terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar
sasaran penyuluhan dalam kelompok yang
bersangkutan.
Metode kelompok pada umumnya berdaya guna
dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih
menguntungkan karena memungkinkan adanya
umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi
kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh
terhadap perilaku dan norma para anggotanya.
Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan
kelompok sasaran Contohya :
Pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai
desa, dan lain-lain.
Perlombaan.
Demonstrasi cara/hasil
Kursus ternak.
Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
Karyawisata.
Hari lapangan peternak (farm field day).
86
Pendekatan ini mendorong bekerja dengan
kelompok atau masyarakat luas. Sangat cocok bila
mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan
keseluruhan masyarakat (seperti perawatan
penggembalaan pascapanen, perlindungan, dan
pengelolaan hutan adat) dan kapan ada kegiatan yang
harus dilakukan oleh kelompok (misalnya pembibitan
kelompok). Dengan membentuk kelompok, petani
mampu untuk:
Menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan
sumber daya
Mendapatkan akses yang lebih baik terhadap
layanan dan masukan melalui aksi kolektif
bertukar pandangan dan gagasan, dan memilih
pilihan terbaik; dan
Berada dalam posisi untuk meningkatkan daya
tawar mereka dengan pengelompokan lainnya,
mis. penyedia jasa.
Kelompok sasaran langsung bisa kelompok
perempuan, organisasi gereja, masyarakat koperasi
atau masyarakat pada umumnya. Pekerjaan
penyuluhan dapat dilakukan pada pertemuan, baik
yang diselenggarakan secara khusus untuk tujuan
yang dipilih atau dengan memanfaatkan pertemuan
87
yang telah diatur untuk tujuan lain. Rapat adalah
tempat yang efektif untuk menerima informasi dari
masyarakat, untuk mendiskusikan masalah
kepentingan komunal atau individu dan untuk
menyebarkan gagasan baru. Kemudian untuk metode
kelompok terdapat dua pendekatan bagi kelompok
khusus yaitu:
a. The catchment approach
Ini adalah jenis pendekatan kelompok khusus
yang telah digunakan sejak tahun 1980an. Semua
petani/nelayan di wilayah tertentu, biasanya
sekitar 200-400 ha, dimobilisasi dan dilatih untuk
usaha konservasi. Panitia terdiri dari, dan dipilih
oleh, petani setempat membantu penyuluh dalam
penciptaan kesadaran, tata letak kontur,
pelaksanaan dan tindak lanjut. Pendekatan
kelompok dikombinasikan dengan pendekatan
individual karena setiap peternakan tunduk pada
saran dan tata letak yang spesifik.
b. The school approach
Dalam pendekatan ini, pekerjaan penyuluhan bisa
dalam bentuk ceramah, dukungan untuk klub, plot
demonstrasi atau diskusi yang diadakan pada
peringatan tertentu. Sekolah dapat didekati
88
melalui kepala sekolah atau guru. Murid dapat
digunakan sebagai saluran untuk menjangkau
masyarakat dan juga akan terpengaruh, sehingga
mengubah perilaku dan sikap generasi baru.
Murid juga bisa digunakan untuk memicu diskusi
di keluarga mereka.
Keuntungan dari pendekatan ini:
Sekolah mampu membuat plot demonstrasi yang
tersedia dan ini dilihat oleh banyak orang;
Ada kemungkinan menjangkau banyak orang
dalam waktu singkat dengan biaya minimal;
Murid dapat dicapai dengan mudah dan
seringkali sangat menerima gagasan baru.
Kerugian dari pendekatan ini:
Anak bukan pengambil keputusan di rumah;
-anak
menjadi berpengaruh di masyarakat mereka.
c) Mass Media Methods
Metode pendekatan massal atau mass approach.
Sesuai dengan namanya, metode ini dapat
menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup
banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi,
metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat
89
menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata.
Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima
pesan cenderung mengalami proses selektif saat
menggunakan media massa sehingga pesan yang
diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan
Hawkins, 1999).
Termasuk dalam metode pendekatan massal
antara lain adalah rapat umum, siaran radio,
kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet,
folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya
secara langsung maupun tidak langsung kepada
sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus.
Contohnya :
Rapat (pertemuan umum)
Siaran pedesaan melalui Radio/TV
Pemuatan film/slide
Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet,
folder, booklet dan sebgainya)
Pemasangan Foster dan Spanduk
Metode ini melibatkan penggunaan media massa
(misalnya radio, poster, drama, televisi, surat kabar,
90
film, slide show) untuk menginformasikan kepada
publik. Media massa terutama digunakan untuk
menciptakan kesadaran.
Keuntungan metode penyuluhan massa:
Metode ini dapat meningkatkan dampak
penyuluh melalui penyebaran informasi secara
cepat;
Banyak orang dapat dijangkau dalam waktu
singkat, bahkan di daerah terpencil.
Jumlah informasi yang dapat ditransmisikan
terbatas;
Penerimaan radio dan televisi buruk di
beberapa wilayah dan kelompok sasaran
mungkin tidak memiliki perangkat, terutama
TV;
Sulit untuk mengevaluasi dampaknya karena
tidak ada umpan balik segera;
Produksi kedua program dan materi cetak
mahal dan membutuhkan keahlian khusus.
91
d) Metode lainnya
Selain metode-metode tersebut, pada
perkembangan terakhir banyak diterapkan beragam
metode “penyuluhan partisipatif” berupa :
RRA ( rapid rural apparisal )
PRA ( participatory rapid appraisal )
FGD ( focud group discussion )
PLA ( participatory learning and action )
SL atau Sekolah lapang ( Farmers Field School
)
1. RRA (Rapid Rural Apparisal)
Pada dasarnya, metoda RRA merupakan proses
belajar yang intensif untuk memahami kondisi
perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat.
Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim
kerja kecil yang bersifat multidisiplin, menggunakan
sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang
khusus, untuk meningkatkan pengertian atau
pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada
tingkat komunitas lokal yang digabungkan dengan
pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama
diantara masyarakat desa dan aparat perencana dan
92
pelaksana pembangunan (development agent) adalah
sangat penting, dalam kerangka untuk memahami
masalah-masalah di perdesaan. Di samping itu,
metoda RRA juga berguna dalam memonitor
kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan
untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi di
lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah
yang memungkinkan.
Menurut James Beebe (1995), metoda RRA
menyajikan pengamatan yang dipercepat yang
dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti,
biasanya dengan latar belakang akademis yang
berbeda. Metoda ini bertujuan untuk menghasilkan
pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat
keputusan untuk menentukan perlu tidaknya penelitian
tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan. Metoda RRA memiliki tiga konsep dasar
yaitu;
(a) perspektif sistem
(b) triangulasi dari pengumpulan data, dan
(c) pengumpulan data dan analisis secara
berulang-ulang (iterative).
Mulai dikembangkan sejak dasawarsa 1970-an
sebagai proses belajar yang dilakukanoleh “orang
93
luar” yang lebih efektif ddan efisien, khusus tentang
pertanian yang tidak mungkin dilakukan melalui
survei yang luas atau penagmatan singkat oleh orang
kota. sebagai tekhnik penilaian, RRA menggabungkan
beberapa tekhnik yang terdiri dari :
a. Review data sekunder.
b. Observasi lapangan secara langsung.
c. Wawancara dengan iforman kunci dan lokakarya.
d. Pemetaan dan pembuatan diagram
e. Studi kasus
f. Kecenderungan
g. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat
h. Pembuatan laporan lapang secra cepat
Untuk itu terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan yaitu :
Efektivitas dan efisiensi
Hindari bias
Belajar dari dan bersama masyrakat d. Belajar
cepat melelui eksplorasi
2. PRA (Participatory Rapid Appraisal)
94
Merupakan penyempurnaan dari RRA atau
penilaian keadaan secara partisipatif. Participatory
Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif
Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan
metode yang memungkinkan masyarakat secara
bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam
rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara
nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas
dan diakui kegunaannya ketika paradigma
pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai
landasan pembangunan di negara-negara sedang
berkembang. Dalam paradigma pembangunan
berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti
dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses
pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi
mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa,
pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil
pembangunan. Metode dan pendekatan yang
tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu
adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada
tahun 1990-an yang merupakan bentuk pengembangan
dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan
(PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang
95
menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode
tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa
saling melengkapi. Namun dalam perkembangannya,
metode PRA banyak digunakan dalam proses
pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif,
baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
pengawasannya.
Pada intinya PRA adalah sekelompok
pendekatan atau metode yang memungkinkan
masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan,
dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi
dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan
tindakan nyata (Chambers, 1996). Beberapa prinsip
dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar
lain adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman,
keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi,
orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta
optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan
program (Rochdyanto, 2000).
Metode tersebut dipandang telah memiliki
teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional
dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA
96
memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi
peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan
bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek
penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh,
namun pada nilai praktis untuk pengembangan
program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik
PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan
lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu
melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai
kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan
kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan
(sustainability) program dapat terjamin.
Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk
menghasilkan rancangan program yang gayut dengan
hasrat dan keadaan masyarakat. Terlebih itu, tujuan
pendidikannya adalah untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan
mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui
kegiatan aksi.
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam
PRA ialah
97
Saling belajar dari kesalahan dan berbagi
pengalaman dengan masyarakat. Prinsip dasar
PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari
pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang
meliputi pengetahuian tradisional dan
kemampuan masyarakat untuk memecahkan
persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan
pembalikan dari metode pembelajaran
konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.
Kenyataan membuktikan bahwa dalam
perkembangannya pengalaman dan pengetahuan
tradisional masyarakat tidak sempat mengejar
perubahan yang terjadi, sementara itu
pengetahuan modern yang diperkenalkan orang
luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh
karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke
duanya untuk melahirkan sesuatu program yang
lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik
tunggal yang telah selesai, sempurna, dan pasti
benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus
dikembangkan yang disesuaikan dengan
kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap
98
tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses
pengembangan PRA.
Bukannya kesempurnaanpenerapan yang
ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuan yang ada dan
mempelajari kekurangan yang terjadi agar
berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA
bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang
tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan
kesalahan.
Keterlibatan semua anggota kelompok,
menghargai perbedaan, dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang
homogen, namun terdiri dari berbagai individu
yang mempunyai masalah dan kepentingan
sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua
golongan masyarakat adalah sangat penting.
Golongan yang paling diperhatikan justru yang
paling sedikit memiliki aksesdalam kehidupan
sosial komunitasnya (miskin, perempuan, anak-
anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki
pandangan pribadi dan golongan yang berbeda.
99
Oleh karenanya semangat untuk saling
menghargai perbedaan tersebut adalah penting
artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian
massalah dan penyusunan prioritasmasalah yang
akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai
pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam
suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan
informal. Situasi santai tersebut akan mendorong
tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar
akan berproses masuk sebagai anggota bukan
sebagai tamu asing yang harus disambut secara
protokoler. Dengan demikian suasana
kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan
PRA berjalan dengan baik.
Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat
sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran
orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan
sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll.
Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari
masyarakat dan menempatkannya sebagai nara
sumber utama. Bahkan dalam penerapannya,
masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan.
Secara ideal sebaiknya penentuan dan
100
penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji
bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh
masyarakat.
Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang
kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan
konsep triangulasi yang merupakan bentuk
pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and
recheck). Triangulasi dilakukan melalui
penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin
ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan
masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
a. Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai
teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa
diputuskan variasi dan kombinasi teknik
PRA yang paling tepat sesuai dengan proses
belajar yang diinginkan dan cakupan
informasi yang dibutuhkan dalam
pengembangan program.
b. Menggali berbagai jenis dan sumber
informasi, dengan mengusahakan kebenaran
data dan informasi (terutama data sekunder)
101
harus dikaji ulang dan sumbernya dengan
menggunakan teknik lain.
c. Tim PRA yang multidisipliner, dengan
maksud sudut pandang yang berbeda dari
anggota tim akan memberi gambaran yang
lebih menyeluruh terhadappenggalian
informasi dan memberi pengamatan
mendalam dari berbagai sisi.
Optimalisasi hasil
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga
narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi
masyarakat yang semuanya terkait dengan dana.
Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan yang
menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan.
Oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi
sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan
yang berskala besar namun biaya yang tersedia
tidak cukup.
Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan masalah
dan pengembangan program. Dengan demikian
dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan
benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik
102
daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau
lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah
daripada kesimpulan yang hampir benar.
Keberlanjutan program
Masalah dan kepentingan masyarakat selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan
masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan
masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian
selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.
Bagaimanapun juga program yang mereka
kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar
PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan agarmasyarakat yang
terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk
berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pembangunan. Keperpihakan pada
pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan
bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya
(elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk
diabaikan atau tidak diikutsertakan.
Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap
berbagai golongan dan lapisan yang ada di
103
masyarakat, dengan mengutamakan golongan
paling miskin agar kehidupannya dapat
meningkat.
Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat diitingkatkan melalui
proses pengkajian keadaan, pengambilan
keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan
koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
Dengan demikian masyarakat memiliki akses
9peluang dan kesempatan) serta memiliki
kemampuan memberikan keputusan dan memilih
berbagai keadaan yang terjadi. Dengan demikian
mereka dapat mengurangi ketergantungan
terhadap bantuan 'orang luar'.
Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes,
tidak memaksa, dan informal sehingga antara
orang luar dan masyarakat setempat terjalin
hubungan yang akarab, orang luar akan berproses
masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan
demikian kedatangan orang luar tidak perlu
disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat
104
dan tokohnya maupun oleh pemerintah setempat.
Orang luar yang masuk harus memperhatikan
jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga
penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin
masyarakat.
Keterbukaan
PRA sebagai metode dan perangkat teknik
pendekatan kepada masyarakat masih belum
sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik
penerapannya di dalam praktik masih terus
dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan
tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperbaiki konsep dan pemikiran
serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga
sangat berguna dalam memperkaya metode ini.
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah
pengembangan program bersama masyarakat,
penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus
pengembangan program. Gambaran umum siklus
tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
105
Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi,
dengan maksud untuk menggali informasi tentang
keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna
memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi
setempat.
Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau
pengembangan gagasan guna membahas berbagai
kemungkinan pemecahan masalah melalui urun
rembug masyarakat.
Pemilihan alternatif pemecahan yang paling
tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan
sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan
swadaya.
Perencanaan penerapan gagasan dengan
pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
Penyajian rencana kegiatan guna menddapatkan
masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang
lebih besar.
Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan
masyarakat. Pemantauan dan pengarahan kegiatan
untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
106
telah disusun. Evaluasi dan rencana tindak lanjut
untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah
yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan,
dll.
Meningkatnya secara cepat popularitas PRA
dikhawatirkan menyebabkan sedemikian terburu-
burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman
yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang ada
yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu
tinggi akan keampuhan PRA. Oleh karenanya
beberapa massalah yang timbul akibat merebaknya
penggunaan metode PRA adalah :
Permintaan melampaui kemampuan akibat
metode ini dilatihkan dalam forum yang formal
tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan
mendalami prinsip yang mendasarinya.
Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat
penerapan yang serampangan di lapangan tanpa
tujuan yang jelas.
Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap
untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya
improvisasi dan variasi petugas untuk menggali
lebih dalam permasalahan di masyarakat.
107
Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang
sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
Terpatok waktu akibat program yang berorientasi
pada target (teknis, administratif)
Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak
hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan
yang rutin dan membosankan.
3. FGD (Focus Group Discussion)
Diskusi Kelompok Terarah atau Focus Group
Discussion merupakan suatu proses pengumpulan
informasi mengenai suatu masalah tertentu yang
sangat spesifik (Irwanto, 2007). Henning dan
Columbia (1990) menjelaskan bahwa diskusi
kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok
kecil orang yang dipimpin seorang narasumber atau
moderator yang mendorong peserta untuk berbicara
terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap
penting dan berkaitan dengan topik saat itu.
Menurut Andi Prastowo (2008) Diskusi
Kelompok Terarah merupakan suatu bentuk penelitian
kualitatif dimana sekelompok orang dimintai
pendapatnya mengenai suatu produk, konsep, layanan,
108
ide, iklan, kemasan / situasi kondisi tertentu. Tujuan
dari Diskusi Kelompok Terarah itu sendiri adalah
untuk memperoleh masukan atau informasi mengenai
permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik.
Penyelesaian masalah ini ditentukan oleh pihak lain
setelah informasi berhasil dikumpulkan dan dianalisis.
- Karakteristik Diskusi Kelompok Terarah adalah
Jumlah peserta Diskusi terbatas, dengan tujuan
agar setiap peserta mendapat kesempatan untuk
berbicara, mengemukakan pendapat dan terlibat
aktif dalam diskusi
- Peserta diskusi berasal dari satu populasi sasaran
yang sama atau kelompok homogen, dengan ciri-
ciri yang sama, ditentukan dari tujuan penelitian.
Menurut Andi Prastowo (2008), prinsip yang
harus dipegang teguh dalam Diskusi Kelompok Terarah
adalah:
a. FGD adalah Kelompok Diskusi, bukan
wawancara atau obrolan. Ciri khas metode riset
FGD yang tidak dimiliki oleh metode penelitian
kualitatif lain (baik wawancara mendalam
maupun observasi) adalah adanya interaksi.
109
b. FGD adalah Group, bukan individu. Sehingga,
agar dinamika kelompok berjalan lancar, setiap
anggota kelompok terlibat secara aktif.
c. FGD adalah diskusi terfokus, bukan diskusi
bebas. Tidak hanya terfokus pada Interaksi dan
Dinamika Kelompok, namun pula terfokus pada
Tujuan Diskusi.
Ada beberapa alasan mengapa Diskusi
Kelompok Terarah dipilih adalah:
- Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti
tidak dapat dipahami dengan metode survei atau
wawancara
- Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu
dalam waktu yang relatif singkat.
- Sebagai metode yang dirasa cocok bagi
permasalahan yang bersifat sangat lokal dan
sepesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan
masayarakat setempat dipandang sebgai
pendekatan yang paling serasi.
- Untuk menumbuhkan peranan memilih dari
masyarakat yang diteliti, sehingga pada peniliti
memberikan rekomendasi, dengan mudah
masyarakat mau menerima rekomendasi tersebut.
110
Syarat agar Diskusi Kelompok Terarah dapat
berjalan lancar adalah: Setiap Diskusi Kelompok Terarah
membutuhkan 1 (satu) orang moderator, 1 (satu)
pencatat proses, 1 (satu) pengembang peserta dan 1 (satu)
atau 2 (dua) orang logistik dan blocker (Irwanto, 1998).
Tugas utama moderator atau fasilitator adalah :
- Menjamin terbentuknya suasana yang akrab , saling
percaya dan yakin diantar peserta. Peserta harus
saling diperkenalkan.
- Menerangkan tatacara berinteraksi dengan
menekankan bahwa semua pendapat dan sasaran
mempunayi nilai yang sama dan sama pentingnya
dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.
- Cukup mengenal permasalahannya sehingga dapat
mengajukan pertanyaan yang sesuai dan bersifat
memancing peserta untuk berfikir. Perlu adanya
garis besar topik yang akan didiskusikan untuk
menentukan arah diskusi.
- Moderator harus berskap santai, antusias, lentur,
terbuka terhadap saran-saran, bersedia diinterogasi,
bersabar dan harus dapat mengendalikan suaranya.
111
- Memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh
berpihak atau membiarkan beberapa orang tertentu
memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap
orang mendapat kesempatan yang cukup untuk
berbicara.
- Memperhatikan komunikasi atau tanggapan yang
berupa bahasa tubuh atau non verbal.
- Mendengarkan diskusi sebaik-baiknya sambil
memperhatikan waktu dan mengarahkan
pembicaraan agar dapat berpindah dengan lancar dan
tepat pada waktunya sehingga semua masalah dapat
dibahas sepenuhnya. Lama pertemuan tidak lebih
dari 90 menit, untuk menghindari kelelahan.
- Peserta diskusi adalah orang dari populasi sasaran
terpilih secara acak sehingga dapat mewakili
populasi sasaran. Tetapi seringkali cara ini tidak
mungkin dilakukan atau tidak diinginkan karena
adanya keterbatasan ekonomi, demografis atau
kebudayaan, maka lebih baik membentuk kelompok
yang umumnya, yaitu dengan menyaring
berdasarkan karakteristik tertentu.
112
Kegagalan sebuah Diskusi kelompok Terarah
antara lain karena :
- Karakter Konsumen / Peserta. Para peserta
merupakan peserta pasif, pengguna produk yang
tidak potensial
- Dinamika Kelompok. Terdapat peserta yang
dominan dan menguasai para peserta lainnya
- Keterbatasan Waktu. Keinginan untuk segera
mendapat hasil temuan dan dengan biaya murah.
David Minter & Michael Reid menjelaskan
bahwa hal ini yang sering membuat hasil kurang
mendalam, kurang cerdas dan inovatif mengenai sebuah
temuan, misalnya tentang produk yang laku di pasaran.
Namun hal ini juga akan terbentur dengan dilematis,
karena jika waktu diskusi ditambah atau ditingkatkan,
mungkin saja mengakibatkan peserta bosan atau
mengalami Syndrom Respondent Fatique.
Pada awalnya FGD digunakan sebagai
tekhnikwawancara pada penelitian kualitatif yang berupa
“in depth interview” kepada sekelompok informan secara
terfokus (Stewart dan Sewell,2006). Sebagai suatu
113
metode pengumpulan data, FGD dirancang dalam
beberapa tahapan, yaitu :
a. Peremusan kejelasan tujuan FGD
b.Persiapan pertanyaan pertanyaan yang akan ditanyakan
c. Identifikasi dan pemilihan partisipan
d. Persiapan ruangan diskusi
e. Pelaksanaan diskusi
f. Aalisis data
g. Penulisan Laporan
4. PLA (Participatory Learning and Action)
PLA merupakan bentuk baru dari metoda
pemberdayaan masyarakat yang dahulu dikenal
sebagai “learning by doing” atau belajar sambil
bekerja. Secara singkat, PLA merupakan metoda
pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari proses
belajar tentang suatu topik, seperti pesemaian,
pengolahan lahan, perlindungan hama tanaman, dll.
Yang segera setelah itu diikuti aksi atau kegiatan riil
114
yang relevan dengan materi pemberdayaan masyarakat
tersebut.
Melalui kegiatan PLA, akan diperoleh beragam
manfaat, berupa:
a) Segala sesuatu yang tidak mungkin dapat dijaab
oleh “orang luar”
b) Masyarakat setempat akan memperoleh banyak
pengetahuan yang berbasis pada pengalaman yang
dibentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang
sangat kompleks
c) Masyarakat akan melihat bahwa masyarakat
setempat lebih mampu untuk mengemukakan
masalah dan solusi yang tepat dibanding orang luar
d) Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran
penghubung antara masyarakat setempat dengan
lembaga lain yang diperlukan. Disamping itu,
mereka dapat menawarkan keahlian tanpa harus
memaksakan kehendaknya.
Terkait dengan hal itu, sebagai metoda belajar
partisipatif, PLA memiliki beberapa prinsip sebagai
berikut:
115
a) PLA merupakan proses belajar secara berkelompok
yang dilakukan oleh semua stakeholders secara
interaktif dalam suatu proses analisis bersama
b) Multi perspective, yang mencerminkan beragam
interpretasi pemecahan masalah yang riil yang
dilakukan oleh para pihak yang beragam dan
berbeda cara pandangnya
c) Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak
yang terlibat
d) Difasilitasi oleh ahli dan stakeholders (bukan
anggota kelompok belajar) yang bertindak sebagai
katalisator dan fasilitator dalam pengambil
keputusan; dan (jika diperlukan) mereka akan
meneruskannya kepada pengambil keputusan
e) Pemimpin perubahan, dalam arti bahwa keputusan
yang diambil melalui PLA akan dijadikan acuan
bagi perubahan-perubahan yang akan dilaksanakan
oleh masyarakat setempat.
5. SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field School)
SL Pertama kali dikenalkan oleh SEAMEO (
1997 ) pada usahatani padi di Filipina dan
Indonesia.Sebagai metoda pemberdayaan masyarakat,
SL/FFs merupakan kegiatan pertemuan berkala yang
dilakukan oleh sekelompok masyarakat pada
116
hamparan tertentu, yang diawali dengan membahas
masalah yang sedang dihadapi, kemudian diikuti
dengan curah pendapat, berbagi pengalaman (sharing),
tentang alternatif dan pemilihan cara-cara pemecahan
masalah yang paling efektif dan efisien sesuai dengan
sumberdaya yang dimiliki. Dari awal memang harapan
dan tujuan peningkatan produksi padi secara nasional
tercapai, namun pada saat hampir bersamaan
berlangsung pula proses marginalisasi yang pesat
terhadap pihak petani.
Revolusi hijau menyebabkan kekayaan
pengetahuan lokal dan teknik tradisional yang arif
serta daya kreatif-inovatif serta kebebasan petani
semakin terkikis. Berbagai studi telah menunjukkan
menghilangnya praktik tradisional, pranata sosial,
pengetahuan, kemampuan pembuatan keputusan, hak-
hak pemilikan lahan, pengerahan tenaga kerja, aplikasi
ritual,bahkan merosotnya martabat petani
sebagaimanusia seutuhnya karena ketergantungan
begitubesar pada pasokan dari luar. Konsekuensi lebih
jauh adalah hilangnya kekayaan pengetahuan tentang
keragaman sumber daya hayati lokal, yang pada
117
gilirannya membawa perubahan kondisi ekosistem dan
tingkat pencemaran yang tinggi (Conway 1998;
Winarto dkk. 2002; Winarto 2004c; Winarto 2006;
dan Pusposutardjo, 2001).
Gejala negatif tersebut pada akhirnya
dirasakan pula oleh pemerintah yang kemudian
memunculkan inisiatif rekayasa program teknologi
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang sifatnya
bottom-up dengan paket Sekolah Lapang Petani (SLP)
yang implementasinya dimulai pada awal tahun 1990-
an. Program PHT di Indonesia bukan hanya pada
pengutamaan penanaman nilai-nilai terkait
pertumbuhan tanaman yang sehat dan pelestarian
lingkungan, tetapi juga pada peningkatan keberdayaan
petani sebagai pengambil keputusan yang bijak dan
bebas berdasarkan analisis agrosistem lahannya
sendiri. Melalui kegiatan pelatihan PHT dengan paket
SLP, petani diharapkan menjadi ahli PHT di lahannya
sendiri, sebagai pelaksana paket teknologi
rekomendasi pemerintah. Paket SLP sejak periode
1990-an dimaksudkan untuk menjadikan petani
sebagai agen yang kaya dengan pengetahuan lokal
yang berperan aktif dan memiliki kebebasan untuk
berkreasi dalam mengolah lahan pertanian mereka
118
sendiri dengan memanfaatkan potensi alam setempat,
dan mengurangi penggunaan dan ketergantungan pada
input pupuk dan obat-obatan kimiawi. Pelaksanaan
paket SLP ini diterapkan secara bertahap di sebagian
besar wilayah Indonesia. Peningkatan peran
masyarakat sebagai subjek pembangunan diarahkan
pada upaya memungsikan pengetahuan dan
menumbuhkan mental kreatif-inovatif masyarakat
petani agar mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dalam rangka peningkatan
kesejahteraannya secara merata. Untuk mencapai
kesejahteraan sosial ekonomi bukan sekadar
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Di Indonesia, program PHT dengan paket
SLP merupakan program etno-pembangunan. Program
ini mengutamakan penanaman nilainilai akan
pertumbuhan tanaman yang sehat dan pelestarian
lingkungan, peningkatan keberdayaan petani sebagai
pengambil keputusan yang bijak dan bebas
berdasarkan analisis agrosistem lahannya sendiri
(Pontius dkk. 2002).
Melalui kegiatan pelatihan PHT, petani dari
berbagai
119
etnis dan budaya diharapkan menjadi ahli PHT di
lahannya sendiri lebih dari semata sebagai pelaksana
paket teknologi rekomendasi pemerintah. Penerapan
teknologi PHT di tingkat petani memiliki sekurang-
kurangnya tiga tujuan utama, yaitu
(1) secara ekonomis menguntungkan,
(2) secara sosial tidak bertentangan dengan
kepentingan masyarakat, dan
(3) secara teknis dapat diadopsi dan diterapkan oleh
petani.
6. Pelatihan Partisipatif
Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat
harus diawali dengan “scopping” atau penelusuran
tentang program pendidikan yang diperlukan dan
analisis kebutuhan atau “need assesment”. Untuk
kemudian berdasarkan analisis kebutuhannya,
disusunlah programa atau acara pemberdayaan
masyarakat yang dalam pendidikan formal (sekolah)
disebut dengan silabus dan kurikulum, dan perumusan
modul/lembar persiapan fasilitator pada setiap
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Berbeda dengan kegiatan pelatihan
konvensional, pelatihan partisipatif dirancang sebagai
120
implementasi metoda pendidikan orang dewasa
(POD), dengan ciri utama:
a) Hubungan instruktur/fasilitator dengan peserta didik
tidak lagi bersifat vertikal tetapi bersifat
lateral/horizontal
b) Lebih mengutamakan proses daripada hasil, dalam
arti, keberhasilan pelatihan tidak diukur dari
seberapa banyak terjadi alih-pengetahuan, tetapi
seberapa jauh terjadi interaksi atau diskusi dan
berbagi pengalaman (sharing) antara sesama
peserta maupun antara fasilitator dan pesertanya.
Menurut konsepnya PLA merupakan percaya
diri “payung” dari metode-metode partisipatif yang
berupa RRA,PRA, PAR dan PALM. PLA ini
merupakan betuk baru dari metoda penyuluhan yang
dahulu di kenal sebagai “learning by doing”. Pelatihan
Partisipatif dirancang sebagai implementasi metoda
pendidikan orang dewasa POD dengan ciri utama :
hubungan instruktur denag peserta didik tidak lagi
bersifat vertikal tapi juga horiziontal.
lebih mudah mengutamakan proses daripada
hasil.
Substansi materi pelatihanselalu mengacu pada
kebutuhan peserta.
121
Pengertian partisipasi dalam pembangunan yang
disampaikan, sebagaimana dikutip UNDP adalah
sebagai berikut (UNDP, 2002):
Dengan mengacu pada pembangunan pedesaan,
partisipasi melingkupi penyertaan masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan,
implementasi program, pembagian manfaat
pembangunannya dan pelibatan mereka dalam
evaluasi setiap program (Cohen dan Uphof,
1977).
Partisipasi dikaitkan dengan usaha terencana
untuk meningkatkan kontrol terhadap sumberdaya
dan regulasi institusi, juga usaha menjadi bagian
dari group yang sampai sekarang ini
mengendalikan kontrol tersebut (Pearse dan
Stifel, 1979).
Partisipasi komunitas adalah sebuah proses aktif
dimana komunitas lokal mempengaruhi arah dan
penentuan dari suatu proyek pembangunan
dengan sebuah arahan untuk meningkatkan
122
penghasilan, perkembangan pribadi, kepercayaan
diri dan nilai-nilai lain yang mereka harapkan
(Paul, 1987).
Partisipasi dapat dilihat sebagai sebuah proses
pemberdayaan terhadap yang selama ini diambil
dan dibatasi. Pandangan ini didasari atas
pengenalan terhadap perbedaanperbedaan dalam
kekuatan politik dan ekonomi diantara berbagai
sosial group dan kelas yang ada. Partisipasi dalam
pengertian ini adalah kebutuhan kreasi organisasi
dari golongan kurang mampu yang demokratik,
independen dan percaya diri (Ghai,1990).
Partisipasi dalam pembangunan berpijak atas
kemitraan yang dibangun atas dasar dialog dari
berbagai pelaku, agenda disusun bersama, dan
sudut pandang dan pengetahuan lokal dengan
sengaja diminta dan dihargai.
Dalam hal ini tak satu pun dari metode ini dapat
dipilih sebagai yang terbaik: semuanya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pilihan metode bergantung
pada berbagai faktor seperti sistem kepemilikan lahan di
wilayah, organisasi masyarakat, dan sumber daya yang
tersedia untuk perpanjangan. Kombinasi metode
123
penyuluhan lebih efektif daripada hanya satu metode.
Misalnya, di daerah di mana kepemilikan lahan komunal,
atau pengelolaan lahan didasarkan pada upaya komunal,
pendekatan kelompok cenderung lebih efektif daripada
pendekatan individual. Rapat, hari kerja dan pendekatan
ke lembaga juga bisa menjadi pilihan yang baik terjadi
adalah dialog secara langsung bukan dominasi dari pihak
eksternal penyusun agenda. Sehingga masyarakat
menjadi pelaku bukan sekedar pewaris (OECD, 1994).
Partisipasi adalah sebuah proses dimana para
stakeholder mempengaruhi dan berbagi
kontrolterhadap inisiatif pembangunan,
pengambilan keputusan, pemanfaatan
sumberdaya yang mempengaruhi mereka (World
Bank, 1994).
1) Metode Penyuluhan Partisipatif
Metode penyuluhan pertanian partisipatif
yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif,
analisis-analisis dibuat secara bersama yang
akhirnya membawa kepada suatu rencana
tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses
pembelajaran yang sistematis dan terstruktur
melibatkan metode-metode multidisiplin , dalam
124
hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal.
Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3,
dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan partisipatif melalui
mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan
pelaku usaha".
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan
PRA antara lain penyuluh, metode, dan teknik
penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana,
pendekatan kelompok dan pendekatan individu.
Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan
penyuluhan dari bawah ke atas (bottom up) untuk
memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat
mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan
sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali
potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan,
termasuk permasalahan yang ditemukan (Suwandi,
2006). Dengan pelatihan metode penyuluhan
perikanan partisipatif, para penyuluh perikanan akan
termotivasi untuk menggali keberadaan sumber
informasi pertanian setempat yang mudah diakses oleh
yang memerlukan, baik penyuluh maupun
petani/nelayan. Pelatihan juga akan mendorong
125
inisiatif positif para penyuluh pertanian dan petani,
melalui pendekatan partisipatif untuk mendapatkan
solusi permasalahan usahatani di lapangan (BBPP
Lembang, 2009).
Tabel 2. Kelebihan dan kekurangan metode
penyuluhan partisipatif
Kelebihan Kekurangan
Melibatkan
partisipasi penuh dari
masyarakat
Pendekatan
penyuluhan dari
bawah ke atas
(bottom up) untuk
memberikan
kekuasaan kepada
Membutuhkan waktu
yang relative lebih
lama
Pembicaraan dapat
menyimpang dari arah
pembelajaran yang
telah ditetapkan
sebelumnya.
126
petani agar dapat
mandiri
Mendorong inisiatif
positif penyuluh
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa
hal-hal pokok yang terdapat dalam pembangunan
partisipasitif adalah adanya partisipasi dalam:
penentuan keputusan, implementasi, manfaat dan
evaluasi.
2) Metode penyuluhan berbasis ICT (cyber extension)
Cyber extension merupakan sistem informasi
penyuluhan pertanian melalui media internet
(berbasis TIK) yang dibangun untuk mendukung
penyediaan materi penyuluhan dan informasi
pertanian bagi penyuluh dalam memfasilitasi
proses pembelajaran agribisnis pelaku utama dan
pelaku usaha.
Tujuan Cyber Extension
(1) meningkatkan arus informasi dari pusat sampai
tingkat petani;
127
(2) meningkatkan penyediaan materi penyuluhan
pertanian bagi penyuluh
(3) meningkatkan akses petani dalam mendapatkan
informasi; dan
(4) menyediakan peralatan komputer yang dapat
mengakses informasi Cyber Extension (Badan
PPSDMP, 2010)
Tabel 3. Kelebihan dan kelemahan metode
penyuluhan berbasis ICT
Kelebihan Kelemahan
Pengembangan
kelembagaan
penyuluhan
Penguatan ketenagaan
penyuluhan
Perbaikan
Belum semua
petani mau dan
mampu
menerima
adanya teknologi
Informasi yang
128
penyelenggaraan
penyuluhan
Penguatan dukungan
teknologi pada usaha
tani/agribisnis di
tingkat petani
Perbaikan pelayanan
teknologi dan
informasi pertanian
diterima tidak
seluruhnya dapat
dimengerti
2.4. Komponen metode penyuluhan yang efektif
Sistem penyuluhan yang efektif memiliki beberapa
komponen kunci:
a) Faktor yang paling penting adalah
partisipasinya bersifat partisipatif, yaitu
partisipasi oleh semua pemimpin yang terlibat
untuk program yang lebih efektif,
129
pengembangan teknologi dan keberlanjutan
yang sesuai;
b) Karena pendanaan merupakan masalah yang
membatasi di sebagian besar negara, sebuah
sistem pluralistik dimana berbagai jenis.
Penyedia penyuluh memainkan peran adalah
sistem penyuluhan yang efektif. Ini termasuk
pelayanan pertanian atau lembaga pemerintah
yang sebanding, perusahaan swasta, non-
pemerintah organisasi dan kelompok tani.
Pendanaan akan datang dari berbagai sumber
termasuk anggaran pemerintah, donor,
perusahaan swasta dan pembayaran oleh
nasabah;
c) Sistem yang efektif memiliki keterbatasan
birokrasi, namun dapat
dipertanggungjawabkan kepada penyandang
dana dan nasabah dan memberikan
pemantauan dan evaluasi di seluruh proyek;
130
d) Aspek penting dari sistem yang efektif adalah
mendorong keragaman..
Pertanyaan
1. Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah
pulau-pulau kecil Kepulauan Riau ini, yang
saat ini masih banyak desa yang belum bisa
akses internet tentunya metode penyuluhan
berbasis internet sulit untuk diterapkan. Untuk
mengatasi permasalahan ini apa solusi yang
tepat dan metode apa yang paling sesuai untuk
wilayah seperti ini.
2. Berikan contoh kasus sesuai dengan masing-
masing metode penyuluhan, disertai dengan
analisisnya.
3. Jika anda seorang penyuluh, kemudian anda
ditugaskan untuk melakukan penyuluhan di
daerah yang sebagian besar masyarakat
pesisirnya masih menutup diri dari dunia luar,
metode apa yang akan anda gunakan dalam
melakukan penyuluhan sehingga penyuluhan
yang dilakukan efektif dan dapat merubah
pandangan serta pola pikir masyarakat
tersebut?
131
Referensi
AGRITEX (Department of Agricultural, Technical
and Extension Services). 1998. Learning together
through participatory extension: A guide to an
approach developed in Zimbabwe. AGRITEX,
Harare, Zimbabwe
Norman D. 2002. The farming systems approach: A
historical
perspective. In: Proceedings of the
seventeenth
international Farming Systems Association
Symposium, Orlando, USA.
Purcell DL and Anderson JR. 1997. Agricultural
research and extension: Achievements and
problems in national systems. World Bank
Operations Evaluation Study, World Bank,
Washington, DC, USA.
Rogers E. 1995. Diffusion of innovations. Free
Press. Ranjitha Puskur et al., 2008.
Concepts and practices in agricultural
extension in developing countries : A
source book. (n.d.).
Kittinger, J. N. (2013). Human Dimensions of
Small-Scale and Traditional Fisheries in the
Asia-Pacific Region 1, 67(3), 315–325.
https://doi.org/10.2984/67.3.1
YusufLeonard Henuk. 2008. Komunikasi Pertanian
dan Partisipasi Masyarakat Pedesaan. Working
132
Paper 5. Institute of Indonesia Tenggara Studies
(East Nusa Tenggara Studies). IITS Publications
BAB. III METODE MEMPENGARUHI
PERILAKU NELAYAN
Standar Kompetensi Mata kuliah:
Mahasiswa mampu menjelaskan metode-metode
mempengaruhi perilaku orang terutama nelayan
Kompetensi dasar mata kuliah:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan mengapa perilaku
nelayan perlu diubah
b. Mahasiswa dapat menjelaskan metode yang sesuai
untuk mengubah perilaku nelayan
133
3.1. Mengapa Perlu Mengubah Perilaku Nelayan
Sebagian besar nelayan di Indonesia masuk dalam
kategori nelayan skala kecil dengan kondisi sosial
ekonomi yang relatif masih rendah. Perikanan skala
kecil mencakup sebagian besar mata pencaharian yang
terkait dengan perikanan, menghasilkan banyak ikan
untuk industri perikanan, dan berkontribusi secara
substansial terhadap ekonomi negara. Namun
komunitas manusia menghadapi berbagai ancaman
lokal dan global, dan kerentanan sosial, terhadap
sistem sumberdaya tempat-tempat penghidupan
beresiko, keamanan pangan, kesejahteraan, dan gaya
hidup masyarakat tradisional pesisir dan budaya.
Peran penting perikanan skala kecil dan tradisional di
masyarakat di seluruh wilayah Asia Pasifik sekarang
dikenal luas. Bukti yang muncul dari hal ini mencakup
(1) meningkatnya perhatian terhadap penilaian tingkat
regional perikanan, perikanan skala kecil, regional,
nasional dan lokal; (2) pengembangan pedoman dan
134
pendekatan untuk mengamankan dan memperkuat
perikanan skala kecil (Kittinger, 2013).
Selama bertahun-tahun konservatisme
petani/nelayan dianggap sebagai penyebab kegagalan
adopsi teknologi yang dikembangkan penelitian. Hal
demikian ternyata tidak selalu benar. Sebagai contoh,
sebagian besar keuntungan hasil teknologi jatuh
ditangan tengkulak sehingga tidak mengherankan jika
petani tidak tertarik untuk mempelajari teknologi
bersangkutan. Dalam hal yang demikian,
petani/nelayan memerlukan bantuan untuk dapat
mengorganisasikan diri secara efektif agar dapat
menunjang pembangunan perikanan. Peran dari
penyuluhan menjadi sangat penting untuk mengubah
kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan ini
(Mardikanto, 2008).
Berikut dijeaskan sebab-sebab utama yang
menyebabkan kemiskinan nelayan sehingga
perilakunya perlu diubah melalui penyuluhan.
Menurut Kusnadi (2006) kehidupan sosial ekonomi
masyarakat nelayan telah mengungkapkan bahwa
135
sebagian besar dari mereka, khususnya yang tergolong
nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil, hidup
dalam kubangan kemiskinan. Kemampuan mereka
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal kehidupan
sehari-hari sangat terbatas.
Bagi masyarakat nelayan, diantara beberapa jenis
kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling
penting adalah pangan. Adanya jaminan pemenuhan
kebutuhan pangan setiap hari sangat berperan besar
untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. Sebab-
sebab pokok yang menimbulkan kemiskinan nelayan
adalah:
a. Belum adanya kebijakan dan aplikasi
pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat
nelayan yang terintegrasi atau terpadu di antara
para pelaku pembangunan.
b. Masalah isolasi geografis desa nelayan,
sehingga menyulitkan keluar masuk barang,
jasa, kapital, dan manusia. Berimplikasi
melambatkan dinamika sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat nelayan
136
c. Keterbatasan modal usaha atau investasi
sehingga menyulitkan nelayan meningkatkan
kegiatan ekonomi perikanannya
d. Adanya relasi sosial ekonomi ”eksploitatif”
dengan pemilik perahu dan pedagang perantara
(tengkulak) dalam kehidupan masyarakat
nelayan
e. Rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga
nelayan, berdampak sulitnya peningkatan skala
usaha dan perbaikan kualitas hidup
f. Kesejahteraan sosial nelayan yang rendah
sehingga mempengaruhi mobilitas sosial
mereka
g. Lemah karsa (Prof. Herman Soewardi). Para
pakar ekonomi sumberdaya melihat
kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya
nelayan lebih banyak disebabkan karena
faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait
karakteristik sumberdaya serta teknologi yang
digunakan. Faktor-faktor yang dimaksud
membuat sehingga nelayan tetap dalam
kemiskinannya.
137
h. Opportunity cost nelayan, khususnya di negara
berkembang, sangat kecil dan cenderung
mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan
tidak punya pilihan lain sebagai mata
pencahariannya. Dengan demikian apa yang
terjadi, nelayan tetap bekerja sebagai nelayan
karena hanya itu yang bisa dikerjakan
i. Wayof life nelayan yang sangat sukar dirubah.
Nelayan lebih senang memiliki kepuasaan
hidup yang bisa diperolehnya dari menangkap
ikan dan bukan berlaku sebagai pelaku yang
semata-mata beorientasi pada peningkatan
pendapatan. Karena way of life yang demikian
maka apapun yang terjadi dengan keadaannya,
hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah
baginya.. Karena itu maka meskipun menurut
pandangan orang lain nelayan hidup dalam
kemiskinan, bagi nelayan itu bukan
138
kemiskinan dan bisa saja mereka merasa
bahagia dengan kehidupan itu.
139
3.2. Metode Mempengaruhi Orang Lain
Penyuluhan pada dasarnya hanya menawarkan
sedikit kemungkinan untuk dapat mengubah skiap
manusia. Pemerintah dalam mengubah beberapa aspek
perilaku masyarakat seringkali menggunakan
perangkat kebijakan sepeti undang-undang dan
subsidi, dari pada dengan program penyuluhan atau
peneranganmeskipun pemerintah dapat
menggabungkan keduannya. Kita perlu mengetahui
berbagai metode yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi perilaku manusia, jika ingin
mengetahui kapan sebaiknya metode-metode tersebut
dapat digunakan dalam penyuluhan. Berikut
dijelaskan beberapa metode mempengaruhi orang lain
(Mardikanto, 2009):
3.2.1. Kewajiban atau pemaksaan
Kekuasaan dijalankan oleh penguasa yang
memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu.individu
yang menerapkan
140
kekuasaanyang dipaksakana harus memenuhi syarat-
syarat berikut:
Memiliki kekuasayaan yang cukup
Mengetahui cara mencapai tujuan
Mampu mengawasi orang yang dipaksanya
untuk
bersikap sesuai dengan kehendaknya
Penerapan kekuasaan yang dipaksakan berarti
pemaksa bertanggungjawab terhadap sikap orang yang
dipaksanya. Masih memungkinkan untuk mengubah
sikap sejumlah orang dalam waktu relatif singkat
dengan menggunakan metode ini. Walaupun demikian
biaya pelaksanaan dan pengawasan menjadi sangat
besar, dan orang yang dipaksakan tidak selalu
berperilaku seperti yang dihendaki. Metode ini tidak
sesuai digunakan untuk mengubah perilaku yang
menghendaki prakarsa dari orang yang hendak di
paksakan. Bagi penyuluhan, mungkin penting untuk
memberitahukan adanya
141
sanksi dan menghimbau orang untuk mengikuti
peraturan berdasarkan kemauannya sendiri misalnya
peraturan dan undang-undang pemerintah mengenai
kesehatan masyarakat, lalu lintas dan sebagainya.
Pemerintah menggunakan metode ini untuk mencegah
petani mencemari air dan tanah atau menyebabkan
erosi tanah. Orang cenderung kembali ke perilaku
semula begitu paksaan dihentikan.
3.2.2. Pertukaran
Barang dan jasa dapat saling dipertukarkan oleh
dua individu atau kelompok syarat-syarat yang
diperlukan untuk menerapkan cara ini adalah :
Setiap pihak menganggap transaksi yang
dilakukan menguntungkan.
Masing-masing pihak memiliki barang/jasa
yang diperlukan oleh pihak lain.
Masing-masing pihak menyerahkan
bagiannya pada saat barang/jasa telah
diserahkan oleh pihak lain, ataupun satu
pihak percaya bahwa pihak lain akan
menepati janjinya.
142
Pertukaran sering merupakan cara yang efisien
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dari
berbagai kelompok, pihak atau pribadi yang berbeda-
beda tetapi cara demikian tidak selalu adil dan
efiseien. Kadang-kadang satu pihak cenderung
menyerahkan sesedikit mungkin dalam pertukaran.
Sebagai contoh. Pada perundingan antara pihak
majikan dan buruh, atau pada perundingan antara
petani dan pedagang. Penyuluhan dapat memainkan
peran dengan meminta perhatian pihak yang dirugikan
dan mencegah pihak lain memperoleh keuntungan
yang tidak adil. Misalnya, petani di daerah terpencil
(dineagara berkembang) dapat diberi informasi
mengenai harga produk pertanian di pasar kota.
3.2.3. Saran
Saran diberikan untuk pemecahan maalah
tertentu. Kita dpat menggunakan metode ini jika:
Pihaknya petani dan penyuluh setuju
dengan jensi masalah yang dihadapi dan
kriteria untuk memilih pemecahan
yangtepat;
143
Penyuluh mengetahui sepenuhnya tentang
petani dan mempunyai informasi yang
cukup untuk memecahkanmasalahnya
karena telah diuji secara ilmiah atau
dipraktekan di lapangan
Petani/nelayan percaya bahwa penyuluh
dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya
Penyuluh menganggap petani tidak
sanggup memecahkan masalah sendiri
Pantai/nelayan mempunyai cukup sarana
dan kemampuan untuk melaksanakan
saran yang diberikan
Pemberi saran bertanggungjawab terhdap mutu
sarannya. Saran dari tenaga ahli yang dapat
digunakan dengan baik membuat petani dapat
memecahkan masalahnya dengan tepat. Hubungan
dokter – pasien dalam berbagai hal yang menyerupai
hubungan penyuluh – petani, merupakan contoh dari
metode ini.
144
3.2.4. Mempengaruhi pengetahuan dan sikap petani
secara terbuka
Tugas seorang penyuluh adalah menyampaikan
pesan-pesan pembangunan dari segi pertanian,
perikanan yang bertujuan agar peteani dan nelayan
dapat meningkatkan kesejahteraan, sehingga seorang
penyuluh harus memiliki daya magnet yang luar biasa
dalam mempengaruhi seorang petani atau nelayan.
Cara ini dapat diterapkan bila :
Kita yakin bahwa petani tidak dapat
memecahkan sendiri masalahnya karena
keterbatasan pengetahuan, dan atau
ketidak sesuaian dengan tujuan yang
hendak dicapai
Kita menganggap bahwa petani dapat
memecahkan masalahnya sendidi jika
mereka telah memiliki cukup
pengetahuan atau sikapnya telah
berubah;
145
Kita bersedia menolong petani untuk
mengumpulkan informasi yang lebih
akurat dalam rangka perubahan sikap
Kita memiliki pengetahuan atau cara
memperolehnya
Kita dapat mempergunakan metode
mengajar untuk mengalihkan
pengetahuan atau mempengaruhi sikap
petani
Petani mempercayai keahlian dan
motivasi kita, serta siap untuk
bekerjasama dalam mengubah
pandangan atau sikapnya.
Perubahan sikap dalam jangka panjang dapat
dicapai dengan menggunakan metode ini.
Keperecayaan petani terhadap diri sendiri dan
kemampunyannya untuk memecahkan masalah yang
sama pada masa depan akan semakin meningkat.
Metode padat karya tersebut sering digunakan pada
penyuluhan dan program pendidikan, sebagai contoh,
agen penyuluhan yang mengajarkan pengendalian
146
hama dengan alat semprotan pestisida. Agen
penyuluhan wajib menerngkan tentang siklus
kehidupan hama yang bersangkutan berikut
tanamannya, agar petani mengerti situasi yang terbaik
untuk penanggulangannya.
Jika kedua hal tersebut dapat dimengerti dengan
baik, petani berada pada posisi yang kuat bilamana
masalah serupa terjadi lagi. Ini berarti ketergantungan
pada agen penyuluhan semakin berkurang. Tingkat
keterpengaruhan dapat berupa penambahan
pengetahuan atau berupa perubahan sikap, tetapi
bagaimana kondisinya metode ini dapat dilaksanakan.
3.2.5. Manipulasi
Manipulasi atau mempengaruhi tingkat pengetahuan
dan sikap petani tanpa disadarnya dapat dimanfaatkan
jika :
Kita yakin bahwa diperlukan perubahan sikap
nelayan ke arah tertentu
147
Kita berpikir bahwa tidak diperlukan atau tidak
diinginkan petani mengambil ke putusan
sendiri
Kita mengendalikan teknik untuk
mempengaruhi petani/nelayan tanpa mereka
sadari
Petani/nelayan tidak begitu berkeberatan
dipengaruhi melalui cara demikian.
Pada situasi demikian, orang yang
mempengaruhi harus bertanggungjawab atau segala
tindakannya termasuk untuk kepentingan pribadinya,
seperti banyak dijumpai dalam kampanye politi. Pada
kampanye kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan pemerintah, kepentingan petani berada pada
urutan pertama. Bahan kimia yang berbahaya banyak
digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman petani sangat menyetujui bilamana agen
penyuluhan membimbing mereka dalam cara
menggunakan dengan benar bahan kimia tersebut.
Agen penyuluhan juga memgang peranan penting
148
untuk menyadarkan petani akan adanya usaha yang
tersembunyi dari pihak-pihak yang hendak mengeruk
keuntungan dari mereka. Untuk menghindari hal yang
demikian, jasa penyuluhan di negara-negara maju
diberikan melalui perbitan laporan resmi, seperti
pengujian dan penampilan traktor atau mesin-mesin
pertanian lainnya. Petani/nelayan dapat menuntut jika
ternyata kemampuan mesin-mesin tersebut tidak
seperti yang dinyatakan dalam iklan. Cara-cara yang
telah dibicarakan sejauh ini hanya diarahkan untuk
mempengaruhi petani sendiri. Perubahan juga dapat
dicapai dengan mempengaruhi situasi yang di
hadapinya.
Yang akan dibicarakan selanjuutnya adalah
contoh-contoh perubahan terhadap situasi
petani/nelayan.
3.2.6. Penyediaan sarana
Kita dapat menerpakan cara ini pada kondisi sebagai
berikut:
Petani/nelayan mencapai tujuan tertentu yang
memang tepat
149
Petani/nelayan tidak mempunyai sarana untuk
mencapai tujuannya, atau tidak ingin
mengambil resiko dengan menggunakan
sarana tersebut
Sarana cukup tersedia dan dapat
dimanfaatkanpetani untuk jangka waktu
sementara atau seterusnya
Sarana khusus yang biasanya berasal dari
pemerintah disediakan untuk kredit jangka pendek dan
jangka panjang untuk membeli tanah atau masukan
seperti pupuk, benih bersertifikat, alat penyemprot,
bahan bangunan, mesin pertanian dan peralatan berat
lainnya, subsidi produksi dan sebagainya. Penggunaan
yang benar dan tepat waktu dari sarana tersebut,
kemungkinan akan dapat memberikan
peningkatanpendapatan yang besar pada
petani/nelayan.
Cara ini juga dapat lebih meratakan kesejahteraan
masyarakat disamping terkonsentrasinya kekayaan
diantara orang-orang yang berkuasa atau berpengaruh
untuk memperoleh sarana tersebut.
Biaya penyeidaan sarana dapat ditutupi melalui
pajak yang lebih tinggi terhadapa pendapatan yang
150
juga semikin tinggi. Bahanyanya lagi bahwa pinjaman
dan sarana tidak bisa terbayar kembali atau terganti
seluruhnya sehingga bahan akan menjadi sangat mahal
jika tidak diawasai dengan ketat. Pendekatan dengan
“penyediaan sarana” hanya merupakan tindakan
sementara untuk mendorong petani mencoba suatu
inovasi. Beberapa departemen termasuk dinas
penyuluhan menggunakan cara ini untuk
memungkinkan tersedianya dana dan sarana fisik.
Di sejumlah negara hal ini menimbulkan masalah
bagi agen penyuluhan yang kehilangan
kepercayaandari petani/nelayan bila tidak mampu
menyediakan sarana tersebut. Akan lebih sulit lagi
untuk meyakinkan petani bahwa pengetahuan juga
151
merupakan sumberdaya yang penting bagi
keberhasilah usaha tani. Walaupun dinas penyuluhan
tidak secara langsung terlibat dalam penyaluran kredit
dan sarana, tetapi memegang peranan penting dalam
kelancaran pengadaanya. Agen penyuluhan juga dpat
membantu petani meminta subsidi, kredit
dansebagainya serta menggunakan sarana tersebut.
3.2.7. Pemberian jasa
Mencakup pengalihan beberapa tugas
petani/nelayan. Metode ini dapat digunakan jika
Kita memiliki pengetahuan yang cukup dan
atau sarana tersedia untuk melakukan tugas
lebih baik atau lebih ekonomi dari yang
dilakukan petani
Kita sepakat bahwa suatu tugas layak
untuk dilaksanakan
Kita siap untuk melaksanakan tugas itu
demi kepentingan petani
152
Evaluasi pajak pendapatan, permintaan pinjaman
dan subsidi, pengisian formulir untuk perhitungan
statistik mengenai julah ternak dan produksi tanaman
dan bermacam-macam lagi lainnya merupkan
apekerjaanyang menyita waktu dalam pertanian
modern. Banyak petani mengganggap sulit dan
berbelit-belit untuk mengisi formulir demikian
sehingga mereka mengharapkan batuan dan saran dari
penyuluh, tetapi jika bantuan Cuma-Cuma diberikan
tanpa batas, terjadi ketergantungan dan kekuranga
percayaan pada kemampuan sendiri.
Jadi, jelas bahwa kesanggupan petani
menyelesaikan tugasnya merupakan kepetningan
umum, atau mereka dapat
menyewa tenaga ahli untuk melakukkannya. Peranan
penyuluh hanya memberikan bantuan awal, atau
melatih menyelesaikan tugasnya atau menemukan
tenaga ahli. Ada beberapa kasus dimana petani
dianggap tidak mampu belajar
menjalankan sendiri suatu tugas. seringkali kita
beranggapan bahwa hanya dokter hewan yang dapat
menyembuhkan penyakit ternak sedangkan petani
153
dapat belajar bagaimana mengendalikan penyakit pada
tanaman.
3.2.8. Mengubah struktur sosial ekonomi petani
Metode untuk mengubah struktur sosial ekonomi
didaerah pedesaan mungkin merupakan cara terbaik
bilamana:
Kita sepakat bersamapetani mengenai
perilaku optimal mereka
Petani tidak serharusnya bersikap
demikian, tetapi dihadapkan pada kendala
struktur ekonomi dan atau/sosial
Kita menganggap bahwa perubahan
struktur sesuai dengan keinginan
Kita memiliki kebebasan untuk bekerja
terhadap suatu perubahan
Kita berada pada posisi yang
memungkinkan untuk melakukan tugas
tersebut, melalui kekuatan atau keyakinan.
154
Usaha mengubah struktur sosial biasanya
menemui rintangan dari beberapa individu atau
kelompok, terutama bila menyangkut perubahan yang
menyebabkan kehilangan kekuasaan atau pendapatan.
Petani yang tergabung dalam kelompok dapat
memiliki sejumlah kekuasaan sehingga dapat
mengatasi hal ini.
Agen penyuluhan dapat membantu petani
memahami besarnya pengaruh struktutr ekonomi dan
sosial untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan
menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang
mengahalani untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka
dapat membantu petani meramalkan peluang
keberhasilan dengan segala konsekuensinya
dengan memberikan wawasan yang luas terhadap
aspek sosial dan ekonomi yang mempengaruhi.
Agen penyuluhan bersama petugas pembangunan
masyarakat telah berhasil membantu banyak orang
yang kuran gmampu untuk memperoleh kedudukan
yang layak dimasyarakat dengan menunjukkan cara
mengambil bagian dalam proses politik. Program
Organisasi Pangan Sedunia (Food and Agricultural
Organization atau FAO) menekankan perlunya
partisipasi petani kecil untuk itu dalam proyek latihan
155
dan pengembangan dalam bentukan kelompok
swadaya agar dapat menikmati pemeraan masukan
teknologi serta tata niaga produksi mereka.
3.2.9. Metode lainnya
Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau
teknik mempengaruhi telah bermunculan sejak 20
tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990;
Yukl-1992, Ferris-1997) Dari perseteruan pendapat
yang ada, boleh dikata yang banyak diterapkan dan
dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode
Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu
metode yang dikembangkan oleh peneliti yang
bernama Gary Yukl (1992), professor di University at
Albany, Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9
strategi dan teknik mempengaruhi orang lain.
Rational Persuasion: Adalah siasat
meyakinkan orang lain dengan menggunakan
156
argumen yang logis dan rasional. Seorang
dokter yang memberi nasehat kepada pasien
yang perokok berat, dengan menjelaskan efek
buruk merokok bagi paru-paru dan hasil
penelitian yang membuktikan bahwa para
perokok lebih rentan menderita penyakit kronis
lain. Adalah salah satu contoh rational
persuasion ini.
Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat
dengan meminta ide atau proposal untuk
membangkitkan rasa antusias dan semangat
dari target person. Contoh nyata penerapannya
adalah, seorang menteri yang membawahi
departemen komunikasi dan informasi
(kominfo), yang membuka kesempatan kepada
seluruh komunitas IT untuk membuat proposal
dan ide tentang pengembangan e-government
di suatu negeri.
Consultation Tactics: Terjadi ketika kita
meminta target person untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan yang kita agendakan.
Misalnya adalah menteri kominfo diatas yang
kembali berkonsultasi kepada seluruh
komunitas IT di suatu negeri dalam upaya
157
mengajak partisipasi aktif dalam implementasi
cetak biru e-government yang telah diproduksi
oleh departemennya.
Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat
dimana kita berusaha untuk membuat senang
hati dan tentram target person, sebelum
mengajukan permintaan yang sebenarnya.
Sendau gurau seorang salesman terhadap
langganan, pujian seorang pimpinan terhadap
bawahan sebelum memberi tugas baru,
ataupun traktiran makan seorang partner bisnis
adalah termasuk dalam ingratiation tactics ini.
Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita
berusaha mempengaruhi target person dengan
landasan hubungan persahabatan, pertemanan
atau hal yang bersifat personal lainnya. Kita
bisa mengimplementasikannya dengan
memulai pembicaraan misalnya dengan, “Budi,
saya sebenarnya nggak enak mau ngomong
seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat
158
cukup lama dan saya yakin kamu sudah paham
mengenai diri saya …”
Exchange Tactics: Adalah mirip dengan
personal appeal tactics namun sifatnya adalah
bukan karena hubungan personal semata,
namun lebih banyak karena adanya proses
pertukaran pemahaman terhadap kesukaan,
kesenangan, hobi, dsb. diantara kita dan target
person.
Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana
kita berkoalisi dan meminta bantuan pihak lain
untukmempengaruhi target person. Strategi
kemenangan karena jumlah pengikut dipakai
dalam siasat ini.
Pressure Tactics: Terjadi dimana kita
mempengaruhi target person dengan
peringatan ataupun ancaman yang menekan.
Seorang komandan pasukan yang memberi
ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya
yang mengulangi kesalahan serupa. Adalah
contoh implementasi pressure tactics ini.
159
Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat
dimana kita menggunakan otoritas dan
kedudukan kita untuk mempengaruhi target
person. Presiden yang meminta seorang
menteri untuk menyusun rancangan undang-
undang, kepala sekolah yang meminta guru
menyusun kurikulum pendidikan adalah
beberapa contoh penerapan legitimizing
tactics.
Ringkasan
Metode untuk mempengarahui sangat beragam sesuai
dengan tingkat keharmonisan atau perbedaan
kepentingan
antara yang mempengaruhi dan yang
dipengaruhi dan
kesadaran akan adanya tumpang tindih
kepentingan dan
kekuatan yang dimiliki masing-masing pihak. Petani
dan agen
penyuluhan perlu menyadari adanya kepentingan
bersama
160
dalampenyuluhan. Mereka saling tergantung satu
dengan yang
lain dengan tanpa mengorbbankan hubungan yang saling
menguntungkan.
Pertanyaan
1) Apabila terdapat di suatu pulau dimana
masyarakatnya mengalami penyakit diare.
Masyarakat meyakini bahwa penyakit diare
tersebut disebabkan masyarakat yang
mengkonsumsi air yang tidak masak. Sedangkan
hasil penelitian merekomendasikan kepada
masyarakat lebih baik mengkonsumsi air mineral
yang tidak perlu lagi dimasak. Tetapi masyarakat
mengkhawatirkan konsumsi air mineral aman dan
sehat. Dapatkah anda menemukan metode lain
selain metode yang dibahas diatas untuk
mempengaruhi perilaku nelayan ini?
2) Kasus lain yang sering terjadi pada masyarakat
yang hidup di kawasan pesisir. Yaitu membuang
sampah plastic ke laut. Masyarakat mempercayai
plastic tidak akan mengganggu kehidupan biota di
laut. Dari hasil penelitian bahwa plastic yang
161
dibuang ke laut sangat membahayakan kehidupan
biota di laut. Metode apa yang cocok untuk
mempengaruhi persepsi masyarakat pesisir ini?
Referensi
Mardikanto,T.,2008. Sistem Penyuuhan Pertanian.
Penerbit Kerjasama Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
G. A. Yukl and J. B. Tracey, “Consequences of
Influence Tactics used with Subordinates, Peers,
and the Boss”, Journal of Applied Psychology, 77,
525-535, 1992.
162
BAB IV. DIFUSI, ADOPSI & INOVASI
Standar Kompetensi Mata Kuliah:
Mahasiswa mampu memahami pengertian, tahapan
dan proses difusi, adopsi dan inovasi.
Kompetensi dasar mata kuliah:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian difusi,
adopsi dan inovasi
b. Mahasiswa dapat menjelaskan proses adopsi
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan difusi dan
inovasi
d. Mahasiswa dapat menjelaskan konsekuensi dari
inovasi
163
4.1. Difusi, Adopsi dan Inovasi
4.1.1. Pengertian
Buku yang menjadi landasan teori untuk
menjelaskan difusi dan inovasi penulis ambil dari
buku Rogers (1971). Teori difusi inovasi telah ada
sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah
Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan
mengapa
bagian peternak di sana mengadopsi teknik-teknik
baru dalam peternakan dan sebagian lainnya tidak.
Everett M Rogers pada waktuitu menjadi bagian dari
tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi
ini ditujukanuntuk memahami difusi dari teknik-teknik
peternakan tapi pada perkembangan selanjutnyateori
difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.
164
a. Adopsi
Rogers (1971) : Proses mental, dalam
mengambil keputusan untuk menerima atau
menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut
tentang penerimaan dan penolakan ide baru
tersebut Mardikanto (2009) : Adopsi dalam
penyuluhan peternakan dapat diartikan sebagai
proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada
diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang
disampaikan
penyuluh kepada sasarannya. Penerimaan disini
mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi
dengan benar-benar dapat dilaksanakan atau
diterapkan dengan benar serta menghayatinya.
Penerimaan inovasi tersebut, biasanya dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung
oleh orang lain sebagai cerminan dari adanya
perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilannya.
b. Inovasi
165
Mardikanto (2009) : inovasi adalah suatu ide,
perilaku, produk, informasi, dan pratek-praktek
baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan
digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang
mendorong terjadi perubahan-perubahan disegala
aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya
perbaikan mutu hidup setiap individu/warga
masyarakat yang bersangkutan.
166
Ahmad Zayadi (2011) : Inovasi merupakan
instrument penting untuk memberdayakan
sumberdaya untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dan menciptakan nilai, dengan mengubah
semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide
yang terus berkembang.
Rogers (1971) : inovasi adalah “ “an idea,
practice, or object percei ved as new by the
individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda
yang dianggap/dirasa baru olehindividu). Dengan
definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang
penting karena mungkin suatu ide, praktek atau
benda akan dianggap sebagai inovasi bagi
sebagian orangtetapi bagi sebagian lainnya tidak,
tergantung apa yang dirasakan oleh individu
terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Ide-ide
baru, praktek-praktek baru, atau obyek-obyek
yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
oleh individu atau masyarakat sasaran penyuluhan.
Pengertian "baru" disini, mengandung makna
bukan sekadar "baru diketahui" oleh pikiran
(cognitive), akan tetapi juga baru karena belum
167
dapat diterima secara luas oleh seluruh warga
masyarakat dalam arti sikap (attitude), dan juga
baru dalam pengertian belum diterima dan
dilaksanakan/diterapkan oleh seluruh warga
masyarakat setempat
c. Difusi
Rogers (1971) : suatu proses dimana suatu
inovasi dikomunikasikan melaluisaluran tertentu
selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu
sistem sosial. Difusidapat dikatakan juga sebagai suatu
tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide
baru.Disamping itu, difusi juga dapat dianggap
sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatuproses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial. Teori difusi inovasi telah ada sejak
tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah
AmerikaSerikat ingin mengetahui bagaimana dan
mengapa sebagian peternak di sana mengadopsi
teknik-teknik baru dalam peternakan dan sebagian
lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktuitu
menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada
awalnya teori difusi ini ditujukanuntuk memahami
difusi dari teknik-teknik peternakan tapi pada
168
perkembangan selanjutnyateori difusi ini digunakan
pada bidang-bidang lainnya.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah
buku yang berjudul “Diffusion of Innovations“ yang
selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman
tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi,
faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi
inovasi,dan bagaimana inovasi tersebut berproses di
antara masyarakat Inovasi Rogers menyatakan bahwa
inovasi adalah “ “an idea, practice, or object percei
ved as new by the individual.” (suatu gagasan,
praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru
olehindividu). Dengan definisi ini maka kata
perceived menjadi kata yang penting karena mungkin
suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai
inovasi bagi sebagian orangtetapi bagi sebagian
lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh
individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana
suatu inovasi dikomunikasikan melaluisaluran tertentu
selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu
sistem sosial. Difusidapat dikatakan juga sebagai suatu
169
tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide
baru.Disamping itu, difusi juga dapat dianggap
sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatuproses
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial.
Inovasi baru yang merupakan hasil penelitian
suatu instansi/lembaga penelitian bisa sampai kepada
sasaran atau peternak maka perlu adanya suatu proses
alih informasi peternakan yaitu melalui media cetak
brosur, sedangkan kecepatan adopsi inovasi
peternakan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
lain. Hal ini sesuai pendapat Rogers dan Shoemaker
(1971) bahwa keputusan menolak atau menerima
inovasi teknologi oleh para peternak ditentukan oleh
faktor-faktor sosial dan ekonomi peternak itu sendiri.
Proses adopsi inovasi merupakan proses
kejiwaan/mental yang terjadi pada diri peternak pada
saat menghadapi suatu inovasi, dimana terjadi proses
penerapan suatu ide baru sejak diketahui atau didengar
sampai diterapkannya ide baru tersebut. Pada proses
170
adopsi akan terjadi perubahan-perubahan dalam
perilaku sasaran. Rogers dan Shoemaker (1971)
adopsi adalah proses mental, dalam mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan
menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan
penolakan ide baru tersebut. Sedangkan Feder dkk
(1981) adopsi didefenisikan sebagai proses mental
seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai
akhirnya mengadopsi. Di lain pihak Samsudin (1994)
menyatakan bahwa adopsi adalah suatu proses dimulai
dan keluarnya ide-ide dari suatu pihak, disampaikan
kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh
masyarakat sebagai pihak kedua. Selanjutnya menurut
Mardikanto (1993) mengemukakan adopsi dalam
penyuluhan peternakan dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang
setelah menerima “inovasi” yang disampaikan
penyuluh kepada sasarannya. Penerimaan disini
mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi dengan
benar-benar dapat dilaksanakan atau diterapkan
dengan benar serta menghayatinya. Penerimaan
inovasi tersebut, biasanya dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung oleh orang lain
171
sebagai cerminan dari adnaya perubahan sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.
172
4.3. Tahapan Adopsi
Terdapat lima tahap proses adopsi menurut Rogers
(1971)
yaitu:
a) Tahap Kesadaran (Awareness)
Pertama kali mendapat suatu ide dan praktek baru.
Sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tahap sadar :
Kontak petani dengan sumber-sumber
informasi dari luar
Kontak dengan individu atau kelompok
Tersedianya media komunikasi
Adanya kelompok-kelompok dalam
masyarakat
Bahasa dan kebudayaan
b) Tahap minat (interest).
Mencari rintisan informasi. Seringkali ditandai
oleh keinginannya untuk bertanya atau mengetahui
lebih banyak tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
173
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Tingkat kebutuhan
Kontak dengan sumber informasi
Keaktifan mencari sumber informasi
Adanya sumber informasi yang detail
Dorongan dari masyarakat setempat
c) Tahap Penilaian (Evaluation)
Menilai manfaat inovasi yaitu penilaian tentang
untung ruginya sesuatu inovasi bila ia
melaksanakannya (dapatkah saya
mengerjakannya). Pada tahap ini sasaran mulai
mengadakan penilaian terhadap baik/buruk atau
manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya
secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, sasaran
tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek
teknisnya, tetapi juga aspek ekonomi, maupun
sosial budaya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Pengetahuan tentang keuntungan relatif
dari praktek inovasi.
Tujuan usahatani
174
Pengalaman petani
d) Tahap Mencoba (Trial)
Mencoba menerapkan ivovasi pada skala kecil.
Sasaran mulai mencoba inovasi tersebut dalam
skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya,
sebelum menerapkam untuk skala yang lebih luas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Keterampilan khusus yang dimiliki petani
Kepuasan pada cara lama
Keberanian menanggung resiko
Penerangan tentang cara-cara praktek
khusus
Faktor alam, harga dll
e) Tahap Adopsi (Adoption),
menerapkan inovasi pada skala besar pada usaha
ternaknya. Dengan hasil penilaian dan uji coba
yang telah dilakukan/diamati sendiri, maka sasaran
akan menerima (mengadopsi). Faktor-faktor yang
mempengaruhi:
Kepuasan pada pengalaman yang lama
175
Kemampuan dalam mengelola
usahataninya
Ketersediaan dana dan sarana yang
diperlukan
Analisis keberhasilan
Tujuan dan minat keluarga
Gambar 6. Proses Pengambilan Keputusan Adopsi
(Rogers, 1971)
4.4. Kategori / Klasifikasi Adopter
176
Dapat dimengerti bahwa tidak setiap orang
mengadopsi inovasi pada tingkat yang sama. Ada
orang yang melakukannya bahkan setelah bertahun-
tahun. Perbedaan antara mereka yang siap mengadopsi
inovasi dan yang bersikap menunggu merupakan topik
menarik untuk dipelajari. Banyak penelitian
177
menggabungkan sampel dari beberapa inovasi menjadi
indeks adopsi. Inovasi umumnya dipelajari berkaitan
dengan pertumbuhan ekonomi pada penelitian ilmiah.
Sebagai contoh, metode yang dapat menaikkan
produksi persatuan luas atau per orang dalam bidang
pertanian.
Indeks adopsi dihitung dengan cara menanyakan
inovasi yang telah diadopsi dari sejumlah 10-15, yang
direkomendasikan oleh Dinas Penyuluhan setempat.
Diperoleh satu angka untuk setiap inovasi yang
diadopsi. Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa
terdapat alasan yang sangat kuat bagi seseorang untuk
tidak mengadopsi suatu inovasi. Misalnya,
penggunaan mesin tertentu pada lahan pertanian yang
luas menunjukkan kecanggihan seorang petani, tetapi
mesin yang sama bagi petani kecil merupakan
perhitungan yang ceroboh. Dengan demikian, jika
indeks adopsi ingin digunakan harus didasarkan pada
persentasi inovasi yang diadopsi yang dapat
diterapkan pada situasi tertentu.
178
a) Golongan Perintis (innovator) dengan ciri-ciri
sebagaI berikut:
Kelompok yang paling cepat untuk
mengadopsi
Petani maju
Jumlahnya sedikit dalam satu wilayah
Status ekonomi lebih tinggi dibandingkan
yg lain
Status sosial dan pendidikan relatif tinggi
Pengalaman usahatani cukup luas
Penghasilannya relatif tinggi
Hubungan ke luar baik
b) Golongan Pengetrap Dini (early adopter) dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
Umur relatif muda
Status sosial relatif tinggi
Pendidikan relatif tinggi
Suka membaca surat kabar/buku
Aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
Aktif membantu petugas pemerintah
Mitra kerja penyuluh pertanian
179
c) Golongan Pengetrap Awal ( early majority)
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Mudah terpengaruh oleh hal-hal baru
Pendidikan dan pengalaman termasuk
sedang (cukup)
Dihormati sebagai tokoh masyarakat
Status sosial dan ekonomi termasuk sedang
Aktif membantu pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan pertanian
Mitra kerja penyuluh pertanian
d) Golongan Pengetrap Akhir ( Late majority)
dengan ciri-ciri sebagai berikut;
Lambat dalam penerimaan inovasi
Umur relatif tua (diatas 45 tahun)
Status ekonomi dan sosialnya agar rendah
Hubungan dengan dunia luar sangat kurang
Memerlukan waktu yang lama untuk
menerima sesuatu yang baru
Tidak aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
180
e) Golongan Penolak atau kaum kolot ( Laggards)
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Umur diatas 50 tahun
Sulit diajak menuju perubahan
Kurang semangat dan tidak pandai bergaul
Tidak mau mengikuti kjegiatan penyuluhan
(berpandangan negatif)
4.5. Proses Adopsi
Proses Difusi Inovasi adalah perembesan
(penyebaran) adopsi inovasi dari satu individu yang
telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem
sosial masyarakat sasaran yang sama. Perbedaan
proses difusi inovasi dengan proses adopsi inovasi
adalah:
Proses difusi inovasi adalah sumber informasi
berasal dari dalam sistem sosial masyarakat
sasaran
Proses adopsi inovasi pembawa inovasinya
bersasal dari luar sistem sosial masyarakat
sasaran
181
Dimensi waktu merupakan faktor yang sangat
penting dalam proses difusi dan berkaitan dengan :
1) Proses pengambilan keputusan mulai saat
sasaran menyadari sampai dengan mengadopsi
atau menolak untuk mengadopsi inovasi.
2) Membandingkan sifat sifat innovatiweness
yaitu menentukan tingkat relatif kedinian
(earliness) atau kelambatan (inteness) dari
berbagai kategori adopter dalam suatu sistem
sosial.
3) Menentukan tingkat adopsi yang pada
umumnya biasa diukur dengan jumlah atau
banyaknya yang mengadopsi suatu inovasi
dalam suatu sistem masyarakat tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi
menurut
Mardikanto (2009):
a. Sifat inovasinya sendiri, baik sifat instristik (yang
melekat pada inovasi) :
informasi ilmiah yang melekat pada inovasi
182
Nilai-nilai keunggulan (teknis, ekonomis,
sosial budaya yang melekat pada inovasinya
Tingkat kerumitan (kompleksitas)
Mudah tidaknya dikomunikasikan
Mudah tidaknya inovasi tsb dicobakan (trial
ability)
Mudah tidaknya inovasi tsb diamati
(obsevability)
b. Sifat Ekstrinsik inovasi(dipengaruhi oleh keadaan
lingkungannnya) :
Kesesuaian (compatibility) baik lingkungan
fisik, sosial budaya maupun ekonomis
masyarakatnya.
Tingkat keunggulan relative
c. Sifat sasarannya (kecepatan dalam mengadopsi
inovasi)
Golongan Perintis (innovator) 2,5%
Golongan Pengetrap dini (early adopter)
13,5%
Golongan pengetrap awal (early mayority)
34,0%
Golongan pengetrap akhir (late mayority)
34.0%
183
Golongan penolak atau kaum kolot (laggards)
16%
d. Cara pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan secara individu relatif
lebih cepat dibandingkan dengan pengambilan
keputusan secara kelompok.
e. Saluran komunikasi yang digunakan
Jika inovasi dapat dengan mudah disampaikan
lewat media masa untuk diterima masyarakat
sehingga inovasi dengan cepat dapat diadopsi,
dibandingkan melalui media antar pribadi.
f. Keadaan Penyuluh
Aktivitas penyuluh dalam mempromosikan inovasi
lewat saluran komunikasi yang tepat, maka inovasi
tersebut akan lebih cepat diadopsi sasaran.
Dalam edisi terakhir dari buku yang berjudul
Diffusion and Innovations. Rogers (1971)
mengusulkan serangkaian tahap sehagai berikut.
1. Pengetahuan; kesadaran individu akan adanya
inovasi dan pemahaman tertentu tentang
bagaimana inovasi tersebut berfungsi
184
2. Pengimbanan (pembentukan dan pengubahan
sikap); individu membentuk sikap setuju atau
tidak setuju terhadap inovasi.
3. Implementasi (adopsi atau penolakan);
individu melibatkan diri pada aktivitas yang
mengarah pada pilihan untuk menerima atau
menolak inovasi
4. Konfirmasi; individu mencari penguatan (
dukungan ) terhadap keputusan yang telah
dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan
jika ia memperoleh isi pernyataan peryantaan
yang bertentangan
Rogers menunjukkun bukti adanya tahap-tahap
pengetahuan dan keputusan tetapi tahap lainnya
kurang jelas. Pengimbauan dan penerapan dapat
terjadi pada saat-saat yang
berlainan di dalam proses adopsi. Pengimbauan terjadi
setelah keputusan meng-adopsi, yang kadang-kadang
dilakukan tanpa pertimbangan yang teliti terhadap
kon-sekuensi yang ditimbulkannya. Implementasi
mengandung pertimbangan serins, karena merupakan
perubahan pengelolaan cara bertani melalui inovasi
185
barn yang sebagiannya dapat terjadi sebelum
keputusan diambil. Dalam implementasi sering
dilakukan modifikasi sesuai dengan keperluan petani
pengadopsi. Petani seringkali menambah int'ormasi
setelah mengadopsi inovasi untuk memperknat
keputusan yang telah diambil. Perbedaan penting
antara rangkaian tahap lama dan yang barn adalah
pada inovasi yang ditolak.
Lima tahap inovasi ini bukan merupakan pola
kaku yang pasti diikuti oleh peternak, tetapi sekedar
menunjukkan adanya lima urutan yang sering
ditemukan oleh peneliti maupun peternak.
Peneliti menunjukkan perlunya waktu yang lama
antara saat pertama kali peternak mendengar suatu
inovasi dengan saat melakukan adopsi.
Pengklasifikasian kelompok pengadopsi. Ciri-ciri
yang membedakan setiap kelompok mengadopsi
diringkas sebagai berikut:
1. Pembaharu (innovator)
186
Lahan usaha tani luas, pendapatan tinggi
Status sosial tinggi
Aktif di masyarakat
Banyak berhubungan dengan orang secara
formal dan informal
Mencari informasi langsung ke lembaga
penelitian dan penyuluh peternakan
Tidak disebut sebagai sumber informasi oleh
peternak lainnya
2. Pengadopsi Awal (Early Adopter)
Usia lebih muda didikan lebih tinggi
Lebih aktif berpartisipasi di masyarakat
Lebih banyak berhubungan dengan
penyuluh peternakan
Lebih banyak menggunakan surat kabar,
majalah dan buletin
3. Mayoritas Awal (Early Majority)
Sedikit di atas rata-rata dalam umur,
pendidikan dan pengalaman peternak
Sedikit lebih tinggi dalam status sosial
Lebih banyak menggunakan surat, majalah
dan bulletin
187
Lebih sering menghadiri pertemuan
peternakan
Lebih awal dan lebih banyak mengadopsi
daripada mayoritas lambat.
4. Mayoritas Lambat (Late Majority)
Pendidikan kurang
Lebih tua
Kurang aktif berpartisipasi di masyarakat
Kurang berhubungan dengan penyuluhan
peternakan
Kurang banyak menggunakan surat kabar,
majalah, buletin.
5. Kelompok Lamban (Laggard)
Pendidikan kurang
Lebih tua
Kurang aktif berpatisipasi di masyarakat
Kurang berhubungan dengan penyuluhan
Kurang banyak menggunakan surat kabar,
majalah,buletin.
Dalam tahap tahu media massa seperti radio,
televisi, surat kabar dan bulletin paling banyak
digunakan. Peringkat berikutnya adalah teman dan
188
tetangga, terutama peternak sejawat, menyusul
penyuluh peternakan dan pedagang. Dalam tahap
minat memerlukan informasi yang rinci mengenai
inovasi. Media masa atau peternak lain merupakan
sumber informasi yang paling banyak disebut,
selanjutnya penyuluh peternakan dan pedagang.
Dalam tahap evaluasi peternak harus menilai manfaat
inovasi maupun kecocokannya dengan keadaan
setempat. Peternak sejawat yang berpengalaman
merupakan sumber informasi peringkat pertama.
Selanjutnya penyuluh peternakan, pedagang dan
media massa. Dalam tahap mencoba peternak
memerlukan informasi mengenai penggunaan inovasi.
Teman dan tetangga merupakan sumber informasi
peringkat pertama, selanjutnya penyuluh peternakan,
pedagang dan media massa.
189
Gambar 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
adopsi inovasi
190
4.6 Sifat-sifat Inovasi
Ada beberapa sifat-sifat inovasi yang di rujuk
dari buku “Memasyarakatkan Ide-Ide Baru” oleh Drs.
Abdillah Hanafi). Beberapa sifat inovasi tersebut
adalah:
keuntungan relatif
kompatibilita
kompleksitas
trialabilitas, dan
observabilitas.
1) Keuntungan Relatif
Keuntungan relative adalah tingkatan dimana sua
tu ide baru dianggap membawa sesuatu yang
lebih baik dari ide-ide sebelumnya.tingkat keuntungan
relatif seringkali dinyatakan dengan atau dalam bentuk
keuntungan ekonomis. Tetapi keuntungan relatif juga
juga dapat diukur dengan lain, misalnya kelebihan
yang dimiliki dari metode yang digunakan
sebelumnya, atau juga dengan adanya suatu krisis,
keuntungan relatif suatu inovasi lebih menonjol.
Berikut contoh keuntungan relatif dalam suatu
inovasi. Pengaruh krisis iklim terhadap pengabdosian
alat pengering rumput di kalangan petani Wisconsin.
191
Hujan dan musim dingin pada tahun 1951
menyebabkan pengawetan jerami menjadi sulit,
sehingga banyak petani ynag menggunakan alat
pengering rumput. Pada tahun sebelum-sebelumnya
petani tidak merasakan pengaruh yang kuat atau
keuntungan relatif adari niovasi tersebut belum
tampak karena sebelumnya cuaca di sana masih baik.
Dalam suatu segi, keuntungan relatif
menunjukkan intensitas imbalan atau hukuman yang
ditimbulkan oleh pengadopsian sesuatu inovasi. Ada
beberapa sub-dimensi keuntungan relatif yang tidak di
ragukan lagi, yaitu jika:
a. Memiliki keuntungan ekonomis.
b. Resikonya lebih rendah.
c. Hemat tenaga dan waktu.
d. Memiliki efek yang segera di peroleh.
e. Rendahnya biaya permulaan
f. Kurangnya ketidaknyamanan
Dari penyelidikan yang ada menunjukkan
bahwa ada hubungan positif antara keuntungan relatif
dengan kecepatan adopsi. Artinya, lebih besar
keuntungan relatif suatu inovasi menurut pengamatan
masyarakat, semakin cepat inovasi tersebut di adopsi.
Banyak pula lembaga yang pembaharuan yang
192
memberikan pengaruh insentif atau suatu usaha untuk
meningkatkan taraf keuntungan relatif suatu inovasi.
2) Kompatibilitas
Kompatibilitas adalah keterhubungan inovasi
dengan situasi klien. Dapat pula di katakan
Kompatibilitas adalah sejauh mana suatu inovasi di
anggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada,
pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Ide
yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial
yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide-ide
yang kompatibel. Suatu ide dikatakan kompatibel jika:
Memiliki keterhubungan dengan nilai-nilai
Memiliki keterhubungan dengan ide-ide yang
diperkenalkan sebelumnya
Memiliki keterhubungan dengan kebutuhan klien
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
keterhubungan inovasi dengan situasi klien
berhubungan positif dengan kecepatan
pengadopsianya. Akan tetapi analisa satistik terhadap
hal ini menunjukkan bahwa kompatibilitas inovasi
193
relative kurang penting dalam memprediksi kecepatan
inovasi di bandingkan dengan keuntungan relative.
Kesenangan klien dapat berpengaruh, klien itu mau
mengadopsi inovasi itu atau tidak, karna klien juga
mempertimbangkan suatu inovasi dengan dirinya dan
keuntungan relatifnya. Sehingga inovasi itu dapat di
terima olehnya.
3) Kompleksitas
Kompleksitas atau bisa disebut dengan
kerumitan inovasi merupakan tingkat dimana suatu
inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti atau
digunakan.
4) Trialabilitas
Trialibilitas ( dapat dicobanya suatu inovasi),
yaitu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba denga
skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya
diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat
di coba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat dicoba
terlebih dahulu akan memperkecil resiko agi adopter.
5) Observabilitas
194
Observabilitas (dapat diamatinya suatu inovasi)
adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat
dilihat dan di komunikasikan kepada orang lain.
4.6.1 Kecepatan Adopsi
Kecepatan adopsi adalah tingkat kecepatan
penerimaan inovasi oleh anggota sistem sosial.
Kecepatan ini biasanya diukur dengan jumlah
penerima yang mengadopsi suatu ide baru dalam suatu
periode waktu tertentu. Selain kelima sifat inovasi
tersebut yang mempengaruhi proses adopsi suatu
inovasi, ada beberapa variabel lain yang dapat menjadi
penjelas kecepatan adopsi.
a. Tipe keputusan inovasi
Seperti yang telah dibahas dalam presentasi kelompok
sebelumnya bahwa tipe keputusan inovasi ada empat
macam, diantaranya:
1) Tipe keputusan inovasi opsional
Dalam tipe keputusan ini, individu berhak menentukan
pilihanya, mau menerima inovasi atau menolaknya.
195
Unit pengambil keputusan dan unit adopsi dipegang
sepenuhnya oleh individu.
2) Tipe keputusan otoritas
Tipe keputusan otoritas sering terjadi dalam
organisassi-organisasi formal. Dalam tipe keputusan
ini, suara individu tidak terlalu berpengaruh, karena
unit pengambil keputusan diterima atau ditolaknya
suatu inovasi ada di tangan pemimpin, namun dalam
tipe keputusan ini unit adopsinya adalah semua
kelompok.
3) Tipe keputusan kolektif
Tipe keputusan kolektif dapat juga disebut tipe
keputusan bersama, karena dalam pengambilan
keputusan ini ditentukan oleh hasil dari suara tiap-tiap
individu dalam kelompok. Biasanya tipe keputusan ini
sering ada di dalam proses musyawarah, dimana
semua individu berhak mengemukakan pendapatnya.
Namun yang dijadikan keputusan adalah suara atau
pendapat mayoritas.
4) Tipe keputusan kontingen
Tipe keputusan kontingen merupakan kombinasi dari
dua atau lebih tipe keputusan inovasi yang telah
dibahas sebelumnya. Keputusan ini merupakan pilihan
untuk menerima atau menolak suatu inovasi dengan
196
tipe keputusan tertentu setelah sebelumnya
menggunakan tipe keputusan yang lain.
The innovation-decision process merupakan
proses mental yang mana seseorang atau lembaga
melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi
sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi
tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau
menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan
gagasan baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan
ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai
tahap dalam proses keputusan inovasi untuk
mengurangi ketidakyakinan tentang akibat atau hasil
dari inovasi tersebut.
Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah
model teoritis dari tahapan pembuatan keputusan
tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru.
Proses ini merupakan sebuah contoh aksioma yang
mendasari pendekatan psikologi sosial yang
menjelaskan perubahan sikap dan perilaku yang
dinamakan hierarchy-of-effect principle.
Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah
cost-benefit analysis yang mana rintangan terbesarnya
adalah ketidakpastian (uncertainty). Orang akan
mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya
197
bahwa inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan.
Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut
akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa
yang digantikannya. Lalu bagaimana mereka merasa
yakin bahwa inovasi tersebut akan memberikan
keuntungan dari berbagai segi, seperti : dari segi
biaya, apakah inovasi tersebut membutuhkan biaya
yang besar tetapi dengan tingkat ketidakpastian yang
besar ? apakah inovasi tersebut akan mengganggu segi
kehidupan sehari-hari ? apakah sesuai dengan
kebiasaan dan nilai-nilai yang ada ? apakah sulit untuk
digunakan ?
Rogers menggambarkan The Innovation
Decision Process (proses keputusan inovasi) sebagai
kegiatan individu untuk mencari dan memproses
informasi tentang suatu inovasi sehingga dia
termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan
atau kerugian dari inovasi tersebut yang pada akhirnya
akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi
inovasi tersebut atau tidak.
Bagi Rogers proses keputusan inovasi memiliki enam
tahap, yaitu :
1. Knowledge Stage/tahap pengetahuan
198
Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan
Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu
belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari
informasi tentang inovasi tersebut. Apa ?, bagaimana
?, dan mengapa ? merupakan pertanyaan yang sangat
penting pada knowledge stage ini. Selama tahap ini
individu akan menetapkan “ Apa inovasi itu ?
bagaimana dan mengapa ia bekerja ?. Menurut
Rogers, pertanyaan ini akan membentuk tiga jenis
pengetahuan (knowledge):
a) Awareness-knowledge merupakan pengetahuan
akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan
jenis ini akan memotivasi individu untuk
belajar lebih banyak tentang inovasi dan
kemudian akan mengadopsinya. Pada tahap ini
inovasi mencoba diperkenalkan pada
masyarakat tetapi tidak ada informasi yang
pasti tentang produk tersebut. Karena
kurangnya informasi tersebut maka maka
masyarakat tidak merasa memerlukan akan
inovasi tersebut. Rogers menyatakan bahwa
untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan
lebih efektif disampaikan melalui media massa
seperti radio, televisi, koran, atau majalah.
199
Sehingga masyarakat akan lebih cepat
mengetahui akan keberadaan suatu inovasi.
b) How-to-knowledge, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana cara menggunakan suatu inovasi
dengan benar. Rogers memandang
pengetahuan jenis ini sangat penting dalam
proses keputusan inovasi. Untuk lebih
meningkatkan peluang pemakaian sebuah
inovasi maka individu harus memiliki
pengetahuan ini dengan memadai berkenaan
dengan penggunaan inovasi ini.
c) Principles-knowledge, yaitu pengetahuan
tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang
mendasari bagaimana dan mengapa suatu
inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini
adalah ide tentang teori kuman, yang
mendasari penggunaan vaksinasi dan kakus
untuk sanitasi perkampungan dan kampanye
kesehatan.Suatu inovasi dapat diterapkan tanpa
pengetahuan ini, akan tetapi penyalahgunaan
suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya
inovasi tersebut.
2. Persuasion Stage
200
Tahap Persuasi terjadi ketika individu memiliki
sikap positif atau negatif terhadap inovasi. Tetapi
sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan
apakah individu tersebut akan menerima atau menolak
suatu inovasi. Suatu individu akan membentuk sikap
ini setelah dia tahu tentang inovasi , maka tahap ini
berlangsung setelah knowledge stage dalam proses
keputusan inovasi. Rogers menyatakan bahwa
knowledge stage lebih bersifat kognitif (tentang
pengetahuan), sedangkan persuasion stage bersifat
afektif karena menyangkut perasaan individu, karena
itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh lagi.
Tingkat ketidakyakinan pada fungsi-fungsi inovasi
dan dukungan sosial akan mempengaruhi pendapat
dan kepercayaan individu terhadap inovasi.
3. Decision Stage
Pada tahapan ini individu membuat keputusan
apakah menerima atau menolak suatu inovasi.
Menurut Rogers adoption (menerima) berarti bahwa
inovasi tersebut akan digunakan secara penuh,
sedangkan menolak berarti “ not to adopt an
innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara
parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu,
maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena
201
biasanya individu tersebut pertama-tama ingin
mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan
setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi
tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat
saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini.
Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu
active rejection dan passive rejection.
Active rejection terjadi ketika suatu individu
mencoba inovasi dan berpikir akan mengadopsi
inovasi tersebut namun pada akhirnya dia
menolak inovasi tersebut
Passive rejection individu tersebut sama sekali
tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.
4. Implementation Stage ( Tahap implementasi)
Pada tahap implementasi, sebuah inovasi dicoba
untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi
membawa sesuatu yang baru apabila tingkat
ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi.
Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan
menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna
akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan
untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari
akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini
202
akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan
lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi
itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah
inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses
keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri
dari karakter yang berbeda-beda. Penemuan kembali
biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka
tahap ini merupakan tahap yang sangat penting.
Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana
sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh
pengguna dalam proses adopsi atau implementasinya.
Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara
penemuan dan inovasi (invention dan Innovation).
Invention adalah proses di mana ide-ide baru
ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah
proses penggunaan ide yang sudah ada. Rogers juga
menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan
maka akan semakin cepat sebuah inovasi
dilaksanakan.
5. Confirmation Stage
Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si
penguna akan mencari dukungan atas keputusannya
ini. Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi
203
terbalik apabila si pengguna ini menyatakan
ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi
tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk
menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha
mencari pesan-pesan yang mendukung yang
memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap
menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan
penggunaan inovasi ini akan bergantung pada
dukungan dan sikap individu .
6. Discontinuance ( ketidakberlanjutan)
Discontinuance adalah suatu keputusan menolak
sebuah inovasi setelah sebelumnya mengadopsinya.
Ketidakberlanjutan ini dapat terjadi selama tahap ini
dan terjadi pada dua cara :
a) Pertama atas penolakan individu terhadap sebuah
inovasi mencari inovasi lain yang akan
menggantikannya. Keputusan jenis ini
dinamakan replacement discontinuance.
b) Yang kedua dinamakan disenchanment
discontinuance. Dalam hal ini individu menolak
inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas
atas hasil dari inovasi tersebut. Alasan lain dari
discontinuance decision ini mungkin disebabkan
204
inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan
individu. sehingga tidak merasa adanya
keuntungan dari inovasi tersebut.
Jenis Keputusan yang Diambil
a) Optional adalah keputusan diterima atau
tidaknya inovasi yang dilakukan oleh masing-
masing individu sasaran.
b) Kolektif adalah keputusan yang dilakukan
bersama oleh seluruh anggota
kelompok/masyarakat.
c) Otoritas/ kekuasaan adalah keputusan yang
dilakukan oleh penguasa.
d) Saluran Komunikasi
e) Pada umumnya, inovasi yang akan
dikomunikasikan secara interpersonal akan
205
lebih cepat diadopsi dari pada
dikomunikasikan melalui kedia masa.
f) Sifat-sifat sistem sosial
g) Sasaran yang masih tradisional dan sangat
terikat dengan nilai-nilai atau cara-cara lama
pada umumnya akan lambat dalam
mengadopsi suatu inovasi.
h) Intensitas kegiatan penyuluhan
i) Kredibilitas penyuluh menyangkut
kepercayaan terhadap tingkat kemampuan dan
dinamisme sangat berpengaruh terhadap
adopsi inovasi. Penyuluh sebagai pembawa
misi harus giat dan tanggung jawab.
Peranan penyuluh dalam proses adopsi inovasi
(Rogers, 1981)
a) Membantu petani menjadi sadar tentang
adanya suatu hal baru.
b) Membicarakan dengan petani lainnya agar
mereka tertarik atau berminat.
c) Membantu melakukan penilaian.
d) Membantu memberikan dorongan dalam
melakukan percobaan.
206
Peranan penyuluh dalam mempercepat proses difusi
inovasi (Mardikanto1993):
a) Melakukan diagnosa terhadap masalah-
masalah masyarakat (kebutuhan nyata yang
belum dirasakan masyarakat).
b) Membuat masyarakat menjadi tidak puas
dengan kondisi yang dialaminya.
c) Menjalin hubungan yang erat dengan
masyarakat sasaran.
d) Mendukung dan membantu masyarakat
sasaran menuju perubahan.
e) Memantapkan hubungan dengan masyarakat
agar menjadi berswadaya dan berswakarsa.
4.7 Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Tabel 4. Karakteristik Sistem Difusi
Sentralisasi dan
Desentralisasi
Karakteristk Sistem difusi Sistem difusi
dari sistem Difusi terpusat terdesentralisasi
207
1. Tingkat sentralisasi Secara berbagi
dalam pengambilan keseluruhan kekuasaan Dan
keputusan dan kontrol keputusan kontrol di antara
kekuasaan.decision subjek-materi anggota sistem
making and oleh administrator difusi, kontrol
power. pemerintah klien oleh pejabat
nasional dan komunitas lokal /
teknis ahli pemimpin.
208
2. Arah Top-down Rekan difusi
difusi. Inovasi
Jaringan
horisontal.
3. Sumber inovasi. Inovasi datang Inovasi berasal
dari R & D yang Dari
dilakukan secara lokal/pengguna
formal oleh para
ahli teknis.
4. Siapa yang Keputusan Unit lokal
memutuskan tentang inovasi menentukan
inovasi untuk yang harus Inovasi harus
menyebar? disebarkan dibuat Menyebar
oleh administrator Berdasarkan
atas dan expets evaluasi informal
209
subjectmatter mereka dari
teknis. Inovasi.
5. Seberapa penting Sebuah inovasi Masalah
kebutuhan klien pendekatan yang pendekatan yang
dalam mendorong berpusat; terpusat;
proses difusi? push teknologi, teknologi-tarik,
menekankan dibuat oleh local
kebutuhan yang Berdasarkan
diciptakan oleh kebutuhan dan
ketersediaan masalah.
inovasi.
6. Jumlah penemuan Gelar rendah Gelar tinggi
kembali? adaptasi lokal dan adaptasi lokal
penemuan dan re-penemuan
kembali inovasi inovasi karena
sebagaimereka mereka baur
210
berdifusi antara Antara
pengadopsi. pengadopsi.
4.8 Konsekuensi Inovasi
Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi
kepada orang pribadi atau sistem sosial sebagai akibat
adopsi atau penolakan inovasi. Sebuah inovasi
memiliki pengaruh yang kecil sampai didistribusikan
ke anggota sebuah sistem dan digunakan oleh mereka.
Dengan demikian, penemuan dan difusi hanyalah
sarana mencapai tujuan akhir: Ini lah yang dimaksud
konsekuensi dari adopsi sebuah inovasi. Kita bisa
menggambarkan konsekuensi dan menetapkan
kategori untuk mengklasifikasi konsekuensi, tetapi
tidak bisa memprediksi kapan dan bagaimana
konsekuensi yang akan terjadi. Studi tentang
konsekuensi inovasi ini sangat terbatas karena
beberapa hal;
211
Perubahan lembaga mengasumsikan bahwa
inovasi dibutuhkan oleh klien mereka,
Metode penelitian survei biasa tidak sesuai
untuk meneliti konsekuensi inovasi
Konsekuensi sulit untuk diukur.
Individumenggunakan inovasi sering tidak
menyadari segala konsekuensi adopsi
Salah satu langkah menuju peningkatan pemahaman
konsekuensi inovasi adalah untuk mengelompokkan
mereka ke dalam sebuah taksonomi. Konsekuensi
tidak unidimensional, mereka dapat mengambil
banyak bentuk dan disajikan dalam berbagai cara.
Dalam buku ini kita merasa berguna untuk
menganalisis konsekuensi berdasarkan tiga dimensi:
diinginkan atau tidak diinginkan,
langsung atau tidak langsung, dan
diantisipasi atau tak diantisipasi
212
b) Konsekuensi Versi Diinginkan atau Tidak
Diinginkan, Penentuan apakah konsekuensi yang
fungsional atau
disfungsional tergantung pada bagaimana inovasi akan
mempengaruhi adopters. inovasi tertentu tampaknya
memiliki dampak yang tidak diinginkan bagi hampir
semua orang dalam sistem sosial. Setiap sistem sosial
memiliki sifat tertentu yang tidak boleh dihancurkan
jika sistem kesejahteraan harus dipertahankan, Ini
mungkin termasuk ikatan keluarga, menghormati
kehidupan manusia dan properti, pemeliharaan
menghormati individu dan martabat, dan penghargaan
bagi orang lain, termasuk penghargaan kontribusi
yang dibuat oleh nenek moyang. Sebuah inovasi dapat
fungsional untuk sistem tetapi tidak fungsional bagi
individu tertentu dalam sistem. contoh dari penerapan
"keajaiban" varietas beras dan gandum di India dan
negara-negara lain yang menyebabkan apa yang
disebut "Revolusi Hijau." Inovasi ini memberikan
hasil panen
213
yang lebih tinggi dan penghasilan lebih kepada petani
yang mengadopsi. Namun, Revolusi Hijau juga
menyebabkan petani lebih sedikit, migrasi ke daerah
kumuh perkotaan, tingkat pengangguran lebih tinggi,
dan ketidakstabilan politik.
Jadi, walaupun individu-individu tertentu
keuntungan dari penerapan benih baru, mereka
menyebabkan kondisi penting tetapi tidak setara untuk
sistem. Apakah konsekuensi diinginkan atau tidak
diinginkan? Jawabannya tergantung pada apakah
orang mengambil individu-individu tertentu atau
seluruh sistem..
Sebuah inovasi dapat lebih berfungsi untuk
beberapa individu daripada untuk orang lain;
konsekuensi positif tertentu mungkin terjadi karena
sistem dari anggota tertentu dengan mengorbankan
orang lain
Winfall Profit
214
Sebuah inovasi dapat lebih berfungsi untuk
beberapa individu daripada untuk orang lain;
konsekuensi positif tertentu mungkin terjadi karena
sistem dari anggota tertentu dengan mengorbankan
orang lain. Misalnya, laggards adalah terakhir untuk
mengadopsi inovasi; pada saat mereka mengadopsi ide
baru, mereka seringkali terpaksa untuk melakukannya
oleh tekanan ekonomi. Dengan menjadi yang pertama
di lapangan, inovator sering aman semacam
keuntungan ekonomi yang disebut windfall profit.
Dalam pengertian yang lebih umum, keuntungan
windfall dapat diukur dalam sosial serta istilah
ekonomi. Contohnya adalah prestise bahwa inovator
produk konsumen (seperti mode pakaian baru) dapat
memperoleh dengan menjadi yang pertama untuk
menggunakan ide baru.
Windfall profit adalah keuntungan khusus yang
diterima oleh pengadopsi pertama dari ide baru dalam
sistem sosial. unit mereka biasanya menurunkan biaya
dan penambahan total
215
produksi mereka untuk memiliki pengaruh yang kecil
terhadap harga produk. Tapi ketika semua anggota
sistem sosial mengadopsi ide baru, total produksi atau
meningkatkan efisiensi, dan harga produk atau jasa
sering turun. Ini offset keuntungan menurunkan biaya
per unit.
Inovator harus mengambil risiko untuk
mendapatkan keuntungan windfall. Semua ide-ide
baru ternyata tidak berhasil, dan kadang-kadang jari-
jari inovator terbakar. Ada kemungkinan bahwa
adopsi suatu inovasi nonekonomi atau gagal bisa
mengakibatkan kerugian windfall bagi individu
pertama yang mengadopsi. keuntungan windfall
adalah jenis keuntungan yang relatif satu individu
dalam suatu sistem sosial menerima dan yang lainnya
tidak. Biasanya ide-ide baru membuat kaya semakin
kaya dan miskin semakin miskin, pelebaran
kesenjangan sosial ekonomi antara sebelum dan
sesudah mengadopsi suatu ide baru.
216
c) Konsekuensi versi langsung dan tidak langsung
Konsekuensi langsung adalah perubahan individu
atau sistem sosial yang terjadi dengan respon cepat
untuk inovasi. konsekuensi tidak langsung adalah
perubahan pada individu atau sistem sosial yang
terjadi sebagai hasil konsekuensi langsung dari
inovasi. Contoh kontemporer konsekuensi
langsung dan tidak langsung disediakan oleh
penggunaan semikonduktor (yaitu, komputer
dalam sebuah chip silikon kecil) di rumah tangga,
mobil, dan teknologi komunikasi baru seperti
komputer rumah. Hasil langsung dari
semikonduktor adalah untuk menghemat energi,
seperti alat cerdas pemanas air panas yang hanya
menyediakan air panas ketika akan dibutuhkan,
dan untuk mencegah kecelakaan lalu lintas melalui
sistem rem selama perjalanan yang akan diaktifkan
bila auto mulai selip. Komputer rumah, berkat
semikonduktor yang
217
memungkinkan memanfaatkan bank data yang
berisi informasi tentang jadwal pesawat, cuaca,
dan berita keuangan, dan untuk melakukan
kegiatan bank seseorang dan pembelian grosir.
Masing-masing efek langsung dari
semikonduktor kemungkinan besar akan disertai
dengan banyak konsekuensi tidak langsung.
Misalnya, kemudahan dari perbankan di rumah
dan belanja juga dapat menyebabkan kemungkinan
inovasi privasi rumah tangga; bagaimana jika
cerukan seseorang dibuat diketahui majikan
seseorang? Seringkali sulit untuk merencanakan
dan mengelola konsekuensi tidak langsung dari
suatu inovasi karena sering tak terduga.
d) Konsekuensi versi yang diantisipasi dan tidak
diantisipasi Hampir tidak ada inovasi yang
datang tanpa pamrih. Sebuah sistem seperti
semangkuk kelereng, memindahkan
salah satu kelereng menyebabkan posisi semua yang lain
menjadi berubah. Hal ini sering tidak sepenuhnya
218
dipahami oleh adopter suatu inovasi dan mungkin tidak
dipahami oleh agen perubahan yang memperkenalkan ide
baru dalam sistem. konsekuensi tidak terduga merupakan
kurangnya pemahaman tentang bagaimana suatu fungsi
inovasi dan kekuatan internal dan eksternal yang bekerja
dalam sistem sosial.
Kesimpulan
Adopsi dalam kaitannya dengan penyuluhan
pertanian adalah suatu proses yang terjadi pada pihak
sasaran (petani dan keluarganya) sejak sesuatu hal
baru diperkenalkan sampai orang tersebut menerapkan
(mengadopsi) hal baru tersebut (Rogers, 1971).
Tahapan Adopsi terdiri dari 1) Tahap kesadaran (
Awareness), 2) Minat (Interest), 3) Penilaian
(Evaluation, 4)
Mencoba (Trial), dan 5) Adopsi (Adoption),
sedangkan kategori/klasifikasi Adopter terdiri : 1).
Golongan Perintis (innovator), 2).Golongan Pengetrap
dini (early adopter), 3) Golongan Pengetrap Awal (
early majority), 4) Golongan Pengetrap Akhir ( Late
219
majority), dan 5) Golongan Penolak atau kaum kolot (
Laggards).
Soal
1. Seorang agen penyuluhan ingin mempromosikan
adopsi inovasi yang ia yakini akan meningkatkan
taraf hidup petani/nelayan. la memutuskan untuk
memusatkan perhatian pada petani berhasil yang
telah melakukan kontak secara teratur dengannya.
Agen penyuluhan tersebut berharap bahwa
petani/nelayan itu menggunakan pengaruhnya
sebagai pemuka pendapat untuk membujuk yang
lain agar mengadosi inovasi tersebut dengan relatif
cepat. Apa pendapat Anda tentang cara ini?
Mengapa?
2. Apa persamaan dan perbedaan antara proses
pengambilan keputusan dan proses adopsi?
220
3. Banyak hasil penelitian baru bisa diterapkan
setelah bertahun-tahun lamanya. Kemungkinan
alasan apa yang menyebabkan penundaan itu?
Bagaimana cara Anda mempercepat proses itu?
4. Berikan contoh adopsi inovasi kelautan dan
perikanan?
5. inovasi merupakan “Suatu ide, perilaku, produk,
informasi dan praktek-praktek baru yang belum
banyak diketahui, diterima, dan
digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian
besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas
tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan disegala aspek
kehidupan masyarakat demi terwujudnya
perbaikan perbaikan mutu hidup setiap individu
dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan”. bagaimana pandangan anda
mengenai penerapan inovasi itu sendiri jika
dilakukan dalam masyarakat adat yg tidak mau
menerima konsep-konsep baru dari luar?adakah
pendekatan lain yang dapat dilakukan?
221
Referensi
Hornik, Robert C. 1988. Development
Communication Information. University of
Pennsylvania, Philadelphia. Longman New York
& London
Rogers, Everett. M. 1971. Diffussion of Innovations.
The Free Press, Newyork. London
Zayadi, Ahmad., 2011. Modul Pengembangan Usaha
Mina Pedesaan. Kementerian kelautan dan
Perikanan.
222
BAB V. STRATEGI PENYULUHAN
PERIKANAN
Standar Kompetensi Mata kuliah:
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan strategi
penyuluhan dalam masyarakat perikanan
Kompetensi dasar mata kuliah:
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian strategi
b. Mahasiswa dapat strategi penyuluhan perikanan
c. Mahasiswa dapat menentukan pilihan strategi
penyuluhan perikanan
d. Mahasiswa dapat menjelaskan strategi komunikasi
bagi masyarakat perikanan
223
5.1. Pengertian
Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu
kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus
dicapai.
Secara Konseptual, strategi sering diartikan dengan
beragam pendekatan, seperti :
1) Strategi sebagai suatu rencana
2) Strategi sebagai kegiatan
3) Strategi sebagai suatu instrument
4) Strategi sebagai suatu system
5) Strategi sebagai pola pikir
Dari beragam pengertian tentang “strategi” di atas
dapat disimpulkan, bahwa strategi merupakan suatu
proses sekaligus produk yang “penting” yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan pengendalian
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan.
224
5.2. Strategi Penyuluhan
Tidak ada cara-cara yang sederhana mengobati
dan menyelesikan masalah tersebuf, tetapi pendekafan
yang lebih sabar, lengkap, terpadu dan serempak
untuk merencanakan dan melaksanakan proyek
pembangunan perikanan skala kecil akan memberikan
hasil positif yang tidak dapat dicapai dengan cara lain
(Marzuki Noor, 2008).
Penyuluhan pertanian sebagai jembatan
penghubunga antara penelitian dan penerapan
teknologi, terlihat dalam skema berikut ini :
Informasi pemecahan masalah
Yang dihadapi petani
225
PENELITIAN
TEKNOLOGI
PENERAPAN
TEKNOLOGI
TER
AP
AN PENYULUHAN
226
227
Gambar 8. Hubungan Penelitian, penyuluhan dan
penerapan teknologi nformasi tentang masalah Yang
dihadapi petanI
228
Strategi mengikuti beberapa hal yang menyangkut :
1) Spesifikasi tujuan penyuluhan untuk mencapai
sasaran pembangunan pertanian.
2) Identifikasi kategori petani.
3) Perumusan strategi penyuluhan untuk
penerapan teknologi.
4) Pemilihan metoda penyuluhan yang
diterapkan.
5) Kebijakan dan tujuan pembangunan pertanian
Salah satu hal yang harus diingat sebelum
melaksanakan penyuluhan pertanian, adalah:
perlu adanya ketegasan tentang kebijakan
pertanian dalam kaitan untuk mencapai tujuan
pembangunan, baik untuk tingkat nasional,
regional, maupun di tingkat lokal.
6) Alternatif teknologi pertanian/perikanan yang
akan diterapkan dibedakan menjadi 4 (empat)
macam yaitu :
1. Teknologi hemat tenaga
2. Teknologi hemat lahan
3. Teknologi yang berskala netral, dan
4. Teknologi tepat guna.
229
Yang masing-masing memiliki karakteristik sendiri
serta menentukan kondisi wilayah tertentu untuk dapat
disuluhkan dengan baik.
5.2.1Pengkajian ulang terhadap strategi penyuluhan
Strategi penyuluhan yang dilaksanakan selalu
mengacu kepada teori difusi, yakni menggunakan
petani lapis atas (perintis) sebagai sasaran utama
penyuluhan. Tetapi, strategi ini ternyata berakibat
pada semakin lebarnya kesenjangan keadaan social
ekonomi antar kelompok-petani. Hal ini terjadi,
karena:
Keengganan kelompok perintis untuk
menyebarluaskan keberhasilannya kepada
kelompok petani yang lain.
Keengganan kelompok petani yang lain untuk
meniru keberhasilan petani perintis.
Keadaan seperti itu, mendorong para peserta
WCARRD (World Conference on Agrarian Refom
and Rural Development) pada tahun 1979 untuk
mengeluarkan rekomendasi tentang upaya
“peningkatan pertumbuhan dengan pemerataan.”
230
Identifikasi kategori petani
Beberapa keragaman yang sering menjadi kendala
penyuluhan pertanian adalah :
Keragaman zona ekologi pertanian,
Keragaman dalam kemampuannya untuk
menyediakan sumber daya yang diperlukan,
Keragaman jenis kelamin, dan
Keragaman umur sasaran.
Sedangkan strategi penyuluhan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
Pemetaan wilayah penyuluhan yang akan
dilayani,
Upaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat,
dan
Pengembangan rekomendasi teknologi tepat
guna.
Perumusan strategi penyuluhan untuk penerapan
teknologi Kulp (1977) dalam Mardikanto (2008)
disebutkan tahap-tahap pembangunan
231
pertanian/perikanan yang terdiri atas 6 (enam) tahap
yaitu:
a) Tahap pra pembangunan,
b) Tahap eksperimental,
c) Tahap pengembangan komoditi,
d) Tahap pengembangan yang komprehensif,
e) Tahap diversifikasi usaha tani bernilai tinggi,
f) Tahap intensifikasi mod
Khusus yang menyangkut peningkatan peran
wanita/perempuan dalam penyuluhan pertanian, perlu
diperhatikan bahwa:
Kaum perempuan terbukti memberikan
konstribusi yang besar dalam pertanian, tetapi
masih jarang dilibatkan dalam pertemuan-
pertemuan penyuluhan pertanian
Kaum perempuan belum memperoleh perhatian
yangsederajat dengan kaum pria.
232
Beberapa program/kegiatan yang perlu dirancang,
yaitu
Pengembangan kepemimpinan,
Kewargaan-negara,
Pengembangan Pribadi, dan
Pengembangan karier untuk masa depan.
5.2.2 Pemilihan strategi penyuluhan pertanian
Berkaitan dengan strategi penyuluhan pertanian Van
De Ban dan Hawkins (1985) menawarkan ada tiga
strategi yang dapat dipilih, yaitu:
Rekayasa sosial,
Pemasaran social, dan
Partisipasi social.
Berbeda dengan tawaran Mardikanto (2009)
menyatakan bahwa meskipun strategi partisipatif
dapat dinilai sebagai strategi terbaik, sesungguhnya
tidak ada strategi penyuluhan yang selalu efektif dan
“baik” untuk semua kelompok sasaran, karena pilihan
strategi tergantung motivasi penyuluhan dan perlu
233
memperhatikan kondisi kelompok sasaran, yang
olehnya dikemukakan dalam sebuah kontinum.
234
5.3 Strategi Komunikasi Pusat Masyarakat
Perikanan
Strategi komunikasi menurut Rogers (1971) bahwa
strategi komunikasi pembangunan merupakan suatu
rencana atau pola untuk merubah perilaku manusia
melalui transfer atau penyampaian ide baru atau
inovasi. Selanjutnya, dikatakan bahwa strategi
komunikasi pembangunan dapat diartikan sebagai
metode yang terpilih untuk merubah perilaku manusia
melalui penyampaian inovasi yang terseleksi, dalam
rangka perbaikan mutu hidupnya sendiri dan
masyarakat
Dalam artikel Marzuki Noor (2008) dijelaskan
berikut ini bagaimana strategi komunikasi dilakukan
untuk pembangunan Pusat Masyarakat Perikanan
(PMP). Perikanan skala kecil baik di darat maupun di
laut telah memberikan lapangan kerja dan mata
peucaharian bagi nelayan, keluarganya, dan buruh.
Berbeda dengan industri perikanan besar, usaha
perikanan kala kecil ini menggunakan sumber yang
lebih asli dan hemat
235
biaya, energi, perlengkapan, prasarana dan devisa.
Usaha ini juga sering memberikan "benefit cost ratio"
yang lebih besar daripada usaha perikanan besar, lebih
efektif menyumbaug swasembada dan ekcnomi
nasional serta menghasilkan keuntungan sosial lebih
banyak. Dalam satu lingkungan masyarakat nelayan,
jika diamati mekanisme sirkulasi barang dan jasa,
informasi serta teknologi relatif lebih dinamis dan
lebih cepat daripada dalam kehidupan masyarakat
petani. Tetapi dalam kenyataannya nelayan sebagai
pelaku utama produksi justru berada pada pihak yang
paling tidak beruntung.
Pembahasan tentang strategi komunikasi
pembangunan ini lebih menekankan pada strategi
partisipatori. Dengan menggerakkan mengorganisir
bentuk-bentuk dasar organisasil kelompok nelayan
serta kegiatannya akan melahirkan partisipasi
masyarakat, gerak dan arah yang dilakukan sendiri
oleh masyarakat nelayan merupakan wujud
pertumbuhan
236
pribadinya. Prinsip komunikasi adalah mengubah
perilaku, strategi merupakan cara, metode, rencara
atau pola yang dipergunakan dalam upaya
menyampaikan pesan agar diikuti dengan perubahan
perilakunya. Dalam tahap perencanaan, diperlukan
pemrakarsa baik dari dalam maupun dari luar
masyarakat nelayan, pada ulnumnya berasal dari luar.
Strategi komunikasi diawali dengan perencanaan awal
dan dilanjutkan dengan perencanaan akhir.
Keberhasilan perencanaan dalam meyakinkan ide
dasar terutama dalam meyakinkan bahwa masyarakat
secara terpadu dan bersama-sama dapat mengubah
perilaku yang selama ini dinilai oleh orang luar
ketinggalan sehingga mereka. berada dalam kelompok
yang kurang beruntung. Faktor penting dalam tahap
ini adalah tingkat pemahaman dan penerimaan warga
masyarakat akan potensi yang dimiliki, serta
keterlibatannya dalam perencanaan.
237
Pusat Masyarakat Perikanan bertujuan:
1) Agar masyarakat nelayan dapat berproduksi
dengan baik, tanpa ikatan dengan juragannya,
2) Dapat menjual hasilnya dengan harga yang layak,
3) Dapat menjangkau kebutuhan hidupnya dengan
cepat, dalam lingkungan masyarakatnya sendiri
yang meliputi:
Dapat membeli kebutuhan pokok (sandang,
pangan), maupun kebutuhan penunjang lainnya
dengan mudahdan murah.
Dapat penerimaan pelayanan teknis produksi
dan pemasaran dengan mudah.
Dapat menerima pelayanan sosial, informasi
dsb dengan cepat.
5.3.1Perubahan Perilaku Nelayan
Dengan adanya PMP, perilaku masyarakat
secara umum dalam berproduksi relatif lebih giat dan
dinamis, dalam memenuhi kebutuhan untuk konsumsi
lebih bebas tanpa ikatan pada juragan, serta perilaku
pemenuhan kebutuhan sosial lainnya (pendidikan,
kesehatan, keamanan), dapat tepenuhi dengan lebih
baik dalam lingkungannya sendiri. Khususnya nelayan
penangkap ikan yang tadinya dalam permodalan,
238
peralatan, perbekalan ke hut ditentukan oleh juragan,
merupakan pengikat pada nelayan untuk menjual ikan
hasil tangkapannya kepada juragan. Pada saat terakhir
perkembangnya program pembangunan PMP, perilaku
masyarakat mulai bergeser, para juragan sebagian
besar menjadi pengusaha atau penyelenggara salah
satu kelembagaan dalam PMP (perbengkelan, warung,
penyalur BBM, pedagang ikan, penyedia es dsb) dan
tidak semena-mena lagi.
Nelayan memiliki kekuatan untuk berunding,
karena mereka bergabung dalam kelompok-kelompok.
Secara rinci, perubahan perilaku masyarakat nelayan
yang meliputi beberapa aspek tertera pada Tabel 3.
Dapat disimpulkan Membangun pedesaan khususnya
masyarakat nelayan diperlukan pendekatan partisipatif
dan prinsip keterpaduan. Pendekatan partisipatif ini
melalui upaya menggerakkan bentuk-bentuk
organisasi kelompok paling dasar bersamaan dengan
peransertanya untuk diri dan lingkungannya. Prinsip
keterpaduan bermakna vertikal dan horizontal.
Keterpaduan vertikal terkait dengan rantai produksi
perikanan dari segi pengelolaan sumber, penangkapan,
pengolahan, pemasaran, termasuk pembuatan kapal
dan bengkel. Keterpaduan horizontal dalam kaitannya
239
dengan pengerahan sumber di luar perikanan yang
menunjang seperti PAM, listrik, pasar, kesehatan,
pendidikan dan sebagainya.
Tabel 5. Perubahan Perilaku Nelayan
Aspek Perilaku Nelayan
kegiatan
Sebelum Sesudah
Aspek Diambil secara Dipersiapkan sendiri
Produksi: utang pada atau meminjam pada
Penyiapan Juragan koperasi di PMP.
bekal Diambil secara Meminjam pada
konsumsi utang pada koperasi.
Penyiapan alat Juragan. Disepakati bersama
tangkap, bahan Diatur oleh dalam musyawarah
bakar. juragan. antara pemilik kapal,
Pembagian
nelayan, rnelalui
hasil.
kelompok
240
perwakilannya di PMP.
Pemasaran Dijual ke Juragan Dijual melaui
Hasil langsung. pelanggan.
Tangkapan: Dijual ke Dapat ditukarkan
konsumen barang atau jasa di
langsung.
lembag
a yang ada di
PMP.
Pembekalan Pada Juragan
Dapat di beli
di
Kebutuhan:
lembaga yang ada
di
Konsumsi PMP.
Perabot
RTllainnya. Ke pasarltoko di Lewat juragan dengan
luar harga sama dengan
PMP. di PMP.
241
Pelayanan- Tidak ada di desa, Pelayanan rutin di
pelayanan: jauh
kompleks
PMP.
Kesehatan dan ke kecematan, Belajar (SD, MI) di
Pendidikan sekolah di
kompleks
PMP.
luar PMP.
pelayanan Ditentukan oleh Diperoleh dari UP?,
Informasi Juragan atau setiap unit
Kenelayanan. pelayanan
Tingkat Terbatas pada Terlibat dalam
Partisipasi partisipasi perencanaan,
dalam pendanaan pelaksanaan,
pembangunan. serta
Pembinaa dan
pengawasan.
Perbekalan dan Dikerjakan Tersedia bengkel di
242
Depot sendirilditentukan PMP dan tidak
Minyak. oleh bergantung pada
Juragan Juragan.
Interaksi antar Interaksi antar Dapat berinteraksi
Nelayan, nelayan antar nelayan melalui
Nelayan sangat kurang. kelompoknya dengan
dinamis.
dengan Tidak ada dialog, Dengan juragan dapat
Juragan. lebih dialog, baik
ditentukan oleli langsung atau
Juragan perantaraan kelompok
Pengambilan Ditentukan/terikat Terkait dengan
keputusan dengan juragan lembaga dan mandiri
Sumber: Marzuki Noor (2008)
243
PERTANYAAN:
1. Beberapa keragaman yang sering menjadi kendala
penyuluhan kelautan dan perikanan adalah
- Keragaman zona ekologi perikanan, yang sering
kali hanya cocok untuk komoditi-komoditi
tertentu dan teknologi tertentu yang akan
diterapkan.
- Keragaman dalam kemampuannya untuk
menyediakan sumberdaya yang diperlukan
(pengetahuan, keterampilan, dana, kelembagaan),
Jika anda seorang penyuluh, strategi penyuluhan apa
yang akan ada buat untuk menanggulangi masalah
tersebut ?
2. Perumusan strategi penyuluhan kelautan dan
perikanan juga harus diarahkan untuk meningkatkan
keterlibatan kaum perempuan dan generasi muda
dalam penyuluhan. Bagaimana cara untuk
meningkatkan peran wanita/perempuan dalam
penyuluhan, apakah ada strategi khusus yang ada
terapkan jika anda sebagai penyuluh handal ?
244
Referensi
Mardikanto,T.,2008. Sistem Penyuuhan Pertanian.
Penerbit Kerjasama Lembaga Pengembangan
Pendidikan dan UPT Penerbitan dan Pencetakan
UNS (UNS Press) Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Marzuki, N., 2008. Strategi Komunikasi dan
Pembangunan Pusat Masyarakat Perikanan.
Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 6. Nomor 1.
April 2008
Rogers E. 1971. Diffusion of innovations. Free Press.
245
Glosarium
Biaya adalah : uang yg dikeluarkan untuk
melakukan sesuatu atau
pengeluaran untuk belanja
Efektif : dapat membawa hasil atau berhasil
guna
Intensitas : keadaan tingkatan atau ukuran
kesungguhannya
Juragan : sebutan orang upahan terhadap
tauke, pemimpin (kapal), atau
pengusaha
Komunikasi : Suatu proses penyampaian pesan
dari sumber ke penerima
Metode : cara yang sistematis untuk
mencapai suatu tujuan yang telah
direncakan
246
Penyuluhan : keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi
secara sadar dengan tujuan
membantu sesamanya memberikan
pendapat sehingga bisa membuat
keputusan yang benar.
Petani : perorangan warga Negara
Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di
bidang pertanian, wanatani,
minatani, agropasture, penangkaran
satwa dan tumbuhan di dalam dan
disekitar hutan yang meliputi usaha
hulu, usaha tani, agroindustri,
pemasaran dan jasa penunjang.
Pendekatan : gaya tindakan dalam suatu sistem
dan mewujudkan filosofi system
Pelatihan dan Kunjungan : pendekatan yang
dilakukan untuk mendukung
pengembangan layanan
penyuluhan yang menekankan
kesederhanaan tujuannya untuk
mendorong petani untuk
meningkatkan produksi tanaman
247
Produksi Pertanian : Proses mengeluarkan hasil barang,
baik berupa tanaman maupun
hewan atau yg lain, yg dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau
perusahaan pertanian
Struktur : cara sesuatu disusun atau dibangun
dengan pola tertentu
Tradisional : sikap dan cara berpikir serta
bertindak yg selalu berpegang
teguh pd norma dan adat kebiasaan
yg ada secara turun-temurun
Transfer teknologi : mengalihkan atau memindahkan
metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis
Indeks
Efektif : 29,30, 44
Juragan : 215,216, 220
Metode : 42, 60
Produksi pertanian : 33
Pelatihan dan Kunjungan : 33
248
Pelayanan Informasi : 195
Struktur : 29