Post on 27-Nov-2015
PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN ASPAL PANAS
I. PENDAHULUAN
Pengendalian mutu merupakan salah satu factor kunci keberhasilan hasil pelaksanaan pekerjaan ke PU-an, dalam hal ini pekerjaan jalan raya. Dengan pengendalian mutu yang baik akan diperoleh hasil pekerjaan yang memberikan kinerja yang baik dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memberikan informasi tentang hal-hal yang pokok yang perlu dilakukan dalam pengendalian mutu suatu pekerjaan jalan raya, khususnya dalam hal pekerjaan pelapisan dengan campuran beraspal.
Pengendalian mutu yang dibahas diarahkan kepada suatu sistem jaminan mutu dimana setiap tahapan pekerjaan harus berpedoman kepada suatu prosedur kerja. Prosedur-prosedur kerja tersebut dilengkapi dengan check list sehingga memudahkan pengontrolan pelaksanaan baik dilokasi pencampuran, pengangkutan dan di lokasi pelapisan. Pembahasan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengendalian mutu di Base Camp dan pengendalian mutu di Lapangan.
II. PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU DI BASE CAMP
II.1. Laboratorium
Sebelum penggunaan, semua peralatan laboratorium harus dicek kesesuaiannya dengan persyaratan yang dipakai. Sebagai contoh, tinggi jatuh alat penumbuk Marshall, atau dudukannya, apakah sesuai atau tidak. Atau alat ukur SE yang dipakai apakah standar atau tidak. Hal pokok yang lain adalah kalibrasi secara berkala.
Prosedur-prosedur pengujian yang digunakan seperti SNI, AASHTO, ASTM dan lainnya yang ada dalam kontrak harus tersedia di laboratorium dan diaplikasikan secara benar.
Setiap pengujian harus mencantumkan secara jelas nama dan jabatan personil penguji, pengawas dan yang menyetujui. Jumlah, frekwensi metoda pengambilan contoh uji, dan metoda pengujian harus sesuai dengan persyaratan dalam Spesifikasi.
II.2. Stock Pile
Metoda penanganan agregat di stockpile mempunyai pengaruh besar pada perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan pelaksanaan. Segregasi yang terjadi selama proses penumpukan, pemindahan, dan terkontaminasinya agregat dengan tanah sering terjadi. Untuk menghindari kejadian tersebut di perlukan keahlian dan pengetahuan yang cukup bagi operator loader. Penyimpangan gradasi yang terjadi pada stockpile dapat menyebabkan operator unit pencampur aspal ( Asphalt Mixing Plant, AMP ) sulit dan
bahkan tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Check list pada stock pile meliputi :
Kebersihan agregat di stock pile, terutama kebersihan pasir Agregat tidak mengalami segregasi Agregat tidak tercampur satu sama lain dan tidak terkontaminasi tanah lempung atau
bahan lain yang tidak perlu.
II.3. AMP
Sesuai dengan komponen yang tersedia, terdapat dua jenis AMP, yaitu (1) AMP jenis menerus dan (2) AMP dengan penakaran ( batch ). Tipikal keduanya diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Di Indonesia jenis yang banyak digunakan adalah jenis batch, karena pengendaliannya relatife lebih mudah
Komponen –komponen yang terdapat dalam AMP adalah sebagai berikut :
a. Cold binsBagian pertama dari AMP adalah cold nins, yaitu tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan pasir. Jenis atau tipe cold bins yang umum dikenal adalah : (1) Jenis ban berjalan yang menerus ( continuous belt type ), (2) Jenis yang getarkan ( Vibratory type ), dan (3) Jenis mengalir apro ( Apron ) flow type.
Kontinuitas aliran material dari cold bins ini sangat berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada cold bins.
Check list pada cold bins meliputi :
Gradasi agregat. Perubahan gradasi dapat disebabkan karena perbedaan quari atau supplier. Jika terjadi perubahan gradasi agregat maka harus dilakukan pembuatan JMF kembali.
Kondisi dari tiap cold bins. Pencampuran agregat antar bin yang berdekatan dapat dicegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih.
Kalibrasi bukaan cold bins. Bukaan cold bins. Bukaan cold bins kadang-kadang tersumbat jika agregat halus
basah, agregat terkontaminasi tanah lempung, atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu.
Kecepatan conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang material yang tidak perlu.
b. DryerDari cold bins agregat dibawa ke dryer yang mempunyai fungsi : (1) menghilangkan kandungan air pada agregat, dan (2) memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan. Check list yang diperlukan pada bagian ini meliputi :
Alat pengukur suhu. Pemeriksaan suhu pemanas. Pemeriksaan kadar air secara cepat ; ambil contoh secukupnya, kemudian lewatkan
cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Amati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula.
c. Hot ScreenSetelah agregat dikeringkan dan dipanaskan, agregat diangkat dengan hot elevator untuk disaring dengan saringan bergetar dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Saringan pertama dengan ukuran terbesar berfungsi membuang agregat yang oversize.
Umumnya pada proses penyaringan ini terjadi pelimpahan agregat, misalnya yang semestinya masuk ke hot bin I tertapi terbawa ke hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5 % dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu mengganggu kualitas produksi. Akan tetapi prosentase tersebut dapat bertambah jika lubang saringan tertutup agregat, kecepatan produksi ditambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara efisiensi operasi penyaringan tetap, agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat halus tersebut akan menggumpal dan masuk ke hot bin yang tidak semestinya. Kemungkinan lain adalah lubang-lubang pada saringan sudah ada yang rusak, sehingga beberapa agregat masuk ke hot bin yang tidak semestinya.
Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan gradasi dan kadar aspal secara serius. Check list yang perlu dilakukan pada bagian ini adalah : Pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan.
d. Hot BinsJika agregat halus masih menyisakan kadar air ( karena burner / dryer kurang baik ) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus ( debu ) akan menempel dan menggumpal pada dinding hot bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersbut dapat menyebabkan perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200 ( 0,075 mm ).
e. Weigh HopperPada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu pencapaian berat hot bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan melakukan pengecekan aliran material mulai dari cold bin. Akan tetapi jika ketidak seimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan akan terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing hot bin tidak sesuai. Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Kalibrasi timbangan, termasuk timbangan aspal. Weigh box tergantung bebas Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.
f. PugmillDalam pugmill terjadi dua jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering dan pencampuran basah ( setelah ditambah aspal ). Lamanya pencampuran kering diusahakan sesingkat mungkin untuk meminimalkan degradasi agregat, umumnya 1 atau 2 detik.
Pencampuran basah juga diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar ( tertahan saringan No. 4 ) telah terselimuti aspal maka pencampuran basah dihentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga telah terselimuti aspal ( ASTM D 2489, derajat penyelimutan aspal dilihat dari agregat yang tertahan No. 4 ).
Umumnya waktu pencampuran kurang dari 30 detik. Check list yang dilakukan pada bagian ini adalah :
Temperatur aspal ( pada tangki aspal ) Lamanya pencampuran Tampak visual campuran yang keluar dari pugmill. Apakah campuran merata,
terselimuti aspal, aspal menggumpal, atau pugmill bocor.
II.4. Pemeriksaan Hasil Produksi Campuran Panas
Pemeriksaan terhadap hasil produksi sangan diperlukan untuk mengetahui secara dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera. Penyimpangan dan penyebabnya dipresentasikan pada table 1.
Tabel 1. Penyimpangan Produksi Campuran panas dan Kemungkinan Penyebabnya
Agg
rega
tes
too
wet
Inad
equa
te B
unke
r S
epar
atio
n
Agg
rega
te F
eed
Gat
es n
ot P
rope
rly
Set
Ove
r-R
ated
Dry
er C
apac
ity
Dry
er s
et T
oo S
leep
Im
prop
er D
yer
Ope
rati
on
Tem
p. I
ndic
ator
Out
of
Adj
ustm
ent
Agg
rega
te T
empe
ratu
r T
oo H
igh
Wor
n O
ut S
cree
ns
Fau
lty
Scr
een
Ope
rati
on
Bin
Ove
r lo
ws
Not
Fun
ctio
ning
Lea
ky B
ins
Seg
rega
tion
of
Agg
rega
te in
Bin
s
Car
ryov
er i
n B
ins
D
ue t
o O
verl
oadi
ng
Scr
eens
Agg
rega
te S
cale
s O
ut o
f A
djus
tmen
t
Im
prop
er W
eigh
ing
Fee
d of
Min
eral
Fil
ler
Not
Uni
form
Insu
ffic
ient
Agg
rega
tes
in H
ot B
ins
Im
prop
er W
eigh
ing
Seq
uenc
es
Ins
uffi
cien
t A
spha
lt
Too
Muc
h A
spha
lt
Fau
lty
Dis
trib
utio
n o
f A
spha
lt to
Agg
rega
tes
Asp
halt
Sca
les
Out
of
Adj
ustm
ent
Asp
halt
Met
er O
ut o
f A
djus
tmen
t
Und
ersi
ze o
r O
vers
ize
Bat
ch
Mix
ing
Tim
e N
ot P
rope
r
Im
prop
erly
Set
or
Wor
n P
addl
es
Fau
lty
Dum
p G
ate
Asp
halt
an
d
Agg
rega
te
Fee
d
Not
S
ynch
roni
zed
Occ
asio
nal D
ust S
nake
dow
n in
Bin
s
Irre
gula
r P
lant
Ope
rati
on
Fau
lty
Sam
plin
g
Types of Deficiencies That May Be
Encountered in Producing Plant Mix
Paving Mixtures
A B B A A A B C B B B C AAsphalt Content Does Not Check Job Mix Formula
A A B B B B A A B B B A B B B C B AAggregate Gradation Does Not Check Job Mix Formula
A A B B B A A B B B A B B C B A Encessive Fines in Mix
A A A A A A AUniform Temperaturs Difficult to Maintain
B B B BTruck Weights Do Not Check Batch Weights
B B A A B C B B CFree Asphalt on Min. in Truck
B BFree Dust on Min. in Truck
A A A A A A A B C B B B C ALarge Aggregate Uncoated
B B A A A B B B A B A B C B B B C B AMixture in Truck Not Uniform
B A B B B AMixture in Truck Fat on One side
A A A B C B C AMixture Fiallens in Truck
A A A A A Mixture Burned
A A A A A B A B C B C AMixture Too Brown or Gray
B B B A A A B C B C A Mixture Too Fat
A A A AMixture Smokes in Truck
A A A A A AMixture Steams in Truck
A A A A A AMixture Appears Dull in Truck
Pemeriksaan temperatur merupakan hal penting pada setiap proses produksi campuran panas. Dengan cara visual temperatur campuran panas dapat diamati di atas dump truck. Jika berasap biru berarti terjadi overheating ( terlalu panas ), dan jika menggumpal atau tidak uniform berarti underheating ( kurang panas ).
Meskipun telah dilakukan pemeriksaan secara visual, pemeriksaan dengan alat juga harus dilakukan. Pemeriksaan tersebut meliputi :
Pemeriksaan temperatur diatas dump truck. Pengambilan sample untuk pengujian sifat-sifat fisik campuran ( ekstraksi, analisa
saringan, Marshall, kepadatan, dll ). Umumnya pemeriksaan tersebut dilakukan tiap 200 ton produksi atau minimum 1 kali dalam satu hari.
( Metoda pengambilan contoh uji dan pengujiannya, dijelaskan pada makalah yang lain ).
II.5. Cheek List di Base Camp
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal utama yang perlu dicek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di Base Camp adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium Kalibrasi alat Kesesuaian dimensi dan persyaratan alat Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian
2. Stockpile Kebersihan agregat Segragasi dan degradasi Perubahan gradasi karena quari atau suplier berubah Mineral filler dijaga tetap kering
3. Cold Bin Kalibrasi bukaan cold bin Kelengkapan cold bin, seperti penggetar untuk tipe vibratory Pemisah antar cold bin agar agregat tidak bercampur ( degradasi ) Kontinuitas aliran material
4. Dryer, screen, hot bins, weigh hopper, pugmill, tangki aspal Kalibrasi pengukur suhu pada dryer, tangki aspal, dan pencampur Kalibrasi timbangan agregat dan aspal Kotak penimbang ( weigh box ) tergantung bebas Kebersihan dan kondisi saringan Pemeriksaan temperatur di dryer, tangki aspal dan pencampur Pemeriksaan kadar air agregat setelah dipanaskan ( terutama musim hujan ) Kontrol penimbang agregat dan aspal Lama pencampuran Pengamatan visual terhadap hot mix di atas dump truck
5. Pemeriksaan rutin harian
Metoda sampling, frekwensi, volume dan prosedur pengujian
II.6. Sistem Jaminan Mutu di Base Camp
Untuk menjamin mutu hot-mix yang keluar dari Base Camp telah sesuai dengan persyaratan maka paling sedikit dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Tersedianya dokumen kontrak, prosedur pengujian dengan form-formnya. Sertifikat kalibrasi dan masa berlakunya Check list pengendalian mutu di Base Camp (seperti sub bab 2.5). Diisi oleh teknisi, di
periksa oleh atasannya (engineer) dan disahkan oleh owner. Check list yang telah diisi disimpan sebagai bahan masukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pembayaran.
Hasil-hasil pengujian harian yang telah ditandatangani ketiga pihak. Penyimpanan dan penandaan / identifikasi contoh uji. Site instruction dan memo / surat teguran. Risalah – risalah rapat.
III. PROSEDUR PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGANIII.1.Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan adalah :
1. Penyiapan dan Pemeriksaan Permukaan Jalan LamaCampuran beraspal panas umumnya dihampar diatas lapis beraspal atau diatas lapis pondasi agregat. Sebelum Kontraktor melakukan penghamparan, maka harus ada ’request’ terlebih dahulu. Dengan dasar request tersebut dilakukan pengecekan-pengecekan terhadap kesiapan permukaan. Request dapat ditolak jika kesiapan permukaan yang akan dilapis dinilai belum memadai.
Jika akan dihampar diatas lapis beraspal maka harus dilakukan pengecekan terhadap lapis beraspal tersebut, yang meliputi :
Lubang, cutting dan deformasi harus sudah diperbaiki. Metoda perbaikan yang umum dipakai adalah dengan membuat lubang persegi empat dengan luas yang cukup meliputi daerah yang mengalami kerusakan tersebut. Sisi-sisi persegi empat harus tegak. Bentuk persegi empat dengan sisi yang tegak (ditambah lapisan ikat) dimaksudkan untuk menguatkan ikatan antara campuran beraspal yang baru dengan yang lama. Kedalaman disesuaikan dengan kerusakan.
Untuk area yang luas, akan lebih efektif menggunakan Cold Milling. Alat ini akan menggaruk perkerasan lama dengan kedalaman maksimum sampai 15 cm dan lebar 1,5 m tergantung tipe alat.
Pemeriksaan kerataan permukaan dan kemiringan melintang jalan. Jika diperlukan dapat dilakukan pekerjaan leveling terlebih dahulu. Pekerjaan leveling akan lebih optimal jika dilakukan dalam beberapa lapisan, sehingga penurunan setelah pemadatan dapat diketahui dengan baik.
Untuk penghamparan diatas lapis pondasi agregat, harus diperhatikan hal-hal sebagai beikut :
Kepadatan lapis pondasi sesuai persyaratan. Kerataan permukaan lapis pondasi bawah toleransi yang diijinkan. Permukaan bebas dari kotoran seperti tanah lempung, debu, plastik, dan lain-lain.
2. Penyesuaian Permukaan UtilitasSebelum pekerjaan penghamparan campuran beraspal, harus dicek elevasi permukaan utilitas yang terkait, seperti manhole, catch basin, dan lainnya. Diusahakan tidak terjadi pekerjaan dua kali, misalnya manhole telah di overlay. Kemudian dibongkar lagi untuk menaikkan permukaan manhole dan lubang disekitarnya ditambal.
3. Pengendalian elevasi horizontal dan vertikal Pengendalian elevasi horizontal dan vertikal dilakukan dengan membuat patok ketinggian atau dengan kawat memanjang. Pada peralatan yang baru, alat penghampar / finisher telah dilengkapi dengan automatic level. Dengan alat tersebut pengendalian elevasi arah memanjang diarahkan dengan kabel/kawat yang telah ditentukan elevasinya.
4. Pemberian Prime Coats dan Tack CoatsPrime Coats adalah lapisan ikat yang diletakkan diatas lapis pondasi agregat, sedangkan Tack Coats diletakkan diatas lapis beraspal. Prime Coats umumnya dilaksanakan dengan aspal yang mempunyai waktu pengeringan sedang ( medium curing cutback asphalt ), untuk memberi waktu lapis ikat tersebut meresap dengan baik ke lapis pondasi agregat. Kegunaan dari Prime Coats adalah :
Memberi daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran beraspal. Mencegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan (sebelum
dilapis dengan campuran beraspal). Menjaga lapis pondasi agregat dari pengaruh cuaca, khusunya hujan.
Kuantitas Prime coats yang digunakan sangat tergntung pada jenis aspal yang digunakan umumnya berkisar 1 lt/m2. Lama waktu pengeringan kira-kira 24 jam, meskipun demikian kadang-kadang terdapat prime coat yang berlebih. Prime coats yang berlebih dapat mengakibatkan bleeding, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir dan kemudian pasir yang telah dilekati aspal dibuang.
Tack coat mempunyai kegunaan memberi daya ikat antara lapis lama dengan baru, dan dipasang pada permukaan yang kering. Tack coat umumnya dipasang pada hari yang sama dengan penghamparan campuran beraspal. Meskipun demikian tidak diperkenankan melakukan overlay pada saat tack coat masih basah.
Untuk memperoleh hasil yang merata sebaiknya digunakan asphalt distributor. Sebelum pemakaian diuji coba terlebih dahulu ( sudut nozzle, ketinggian, kecepatan kendaraan ) sehingga diperoleh ketebalan yang sesuai dengan persyaratan.
Pengendalian mutu dilakukan dengan meletakkan karton persegi empat yang telah diketahui beratnya. Karton diletakkan diatas permukaan dan kemudian dilewati
oleh asphalt distributor/sprayer. Berat karton dengan lapis ikat dikurangi berat karton semula merupakan berat lapis ikat per m2. ( jika luas karton 1 m2 ).
III.2.Paving Equipment
Untuk pekerjaan pelapisan campuran beraspal diperlukan
1. FinisherSecara garis besar bagian-bagian yang terdapat pada finisher adalah sebagai berikut :
Power UnitUntuk menjamin peralatan berfungsi dengan baik, beberapa item harus dicek, yaitu sebagai berikut :
– Roda atau tracks ( rantai baja ); jika finisher menggunakan roda karet, maka tekanan roda harus diperiksa dan sama untuk setiap roda. Jika menggunakan tracks harus terpasang dengan baik dan tidak terlalu kencang. Tekanan roda yang kurang atau pemasangan tracks yang kurang kencang dapat mengganggu pergerakan finisher dan berakibat hasil penghamparan tidak merata.
– Mesin, Hopper, Flow gates ; Kontraktor harus menjamin bagian ini bekerja dengan baik, untuk mencegah kerusakan ditengah jalan dan menjaga kontinuitas aliran campuran beraspal.
Screed UnitBagian ini mempunyai dua fungsi utama yaitu ; (1) penghamparan campuran beraspal dengan tebal dan kerataan yang sesuai, dan (2) memberikan pemadatan awal.
Bagian-bagian dari unit ini adalah; screed tow arms, screed plate, heating unit, tamping bars atau vibratory.
– Heating unit ; Screed dilengkapi dengan pemanas yang berfungsi memanaskan screed plate pada awal operasi. Jika screed plate tidak dipanaskan pada awal operasi, maka hasil penghamparan campuran beraspal akan tampak kasar dan bertekstur terbuka, seperti halnya campuran yang terlalu dingin.
– Tamping bars type ; memadatkan dan menyalurkan campuran beraspal ke screed plate untuk memperoleh ketebalan yang diinginkan.
– Vibratory type ; operasinya mempunyai prinsip yang sama dengan tamping bar, kecuali usaha pemadatannya dihasilkan dari electric vibrators. Frekuensi dan amplitude harus diatur sesuai dengan jenis paver, ketebalan, kecepatan dan karakteristik campuran beraspal.
2. Dump TruckDump truck yang digunakan dapat berupa single axle atau tandem axle, prinsip yang penting pada saat campuran beraspal di tumpahkan ( dumping ) ke finisher adalah :
Pada saat dumping, dump truck tidak mendorong finisher. Pengisian tidak berlebih atau berceceran. Jika memungkinkan dump truck didorong
oleh finisher sambil menurunkan muatannya secara perlahan. Untuk itu roda finisher sebaiknya berupa rantai baja dan mempunyai kekuatan dorong yang cukup.
III.3.Pemeriksaan Campuran Beraspal Panas saat Diterima Di Lapangan
Yang perlu dilakukan saat campuran beraspal panas diterima di lapangan adalah :
1. Pemeriksaan Surat pengiriman / TiketSurat pengiriman atau lebih dikenal dengan istilah tiket, merupakan arsip yang penting untuk pengendalian kuantitas dan kualitas. Pada umumnya pada tiket tercantum informasi-informasi seperti ; nama proyek, nomor urut pengiriman, waktu keberangkatan dari base camp, temperatur, dan berat campuran beraspal. Dari tiket tersebut dapat diperkirakan waktu perjalanan dari base camp ke lapangan. Jika waktunya terlalu lama maka pengecekan temperatur harus dilakukan dengan teliti, terlebih lagi jika bak dump truck tidak ditutup dengan terpal. Jika temperatur di lapangan lebih rendah dari persyaratan, maka isi dump truck tersebut harus direject dan dibuang di luar proyek. Demikian juga jika temperatur terlalu tinggi. Check list yang diperlukan pada bagian ini adalah :
Cek waktu pengiriman. Cek temperatur
2. Pemeriksaan Campuran Beraspal Panas Secara VisualBeberapa indikasi dari penyimpangan campuran beraspal dapat dilihat secara visual, seperti berikut ini :
Berasap biru ; asap biru yang keluar dari campuran beraspal diatas dump truck atau terlihat pada hopper mengindikasikan terjadinya overheating. Pengukuran temperatur dengan alat pengukur suhu harus segera dilakukan. Jika memang terjadi overheating maka campuran beraspal tersebut harus direject.
Campuran beraspal tampak kaku ; tampak visual campuran beraspal yang kaku mengindikasikan campuran tersebut telah dingin. Temperatur campuran beraspal segera dicek dengan alat pengukur suhu.
Permukaan campuran beraspal di dump truck tampak rata ; pada umumnya permukaan campuran beraspal diatas dump truck membentuk bukit. Jika permukaan tersebut terlihat rata, maka kemungkinan campuran beraspal kelebihan aspal atau kadar air. Pemeriksaan secara lebih detail harus dilakukan.
Campuran beraspal tampak kering / berwarna coklat ; campuran yang mengandung terlalu sedikit aspal biasanya tampak kering dan berwarna kecoklatan.
Campuran beraspal beruap ; campuran beraspal masih mengandung kadar air. Kelebihan kadar air juga akan menyebabkan campuran beraspal terlihat seperti kelebihan aspal.
Segregasi ; segregasi mungkin terjadi akibat kesalahan penanganan. Terkontaminasi ; campuran beraspal dapat terkontaminasi solar yang disemprotkan
pada dasar bak dump truck. Campuran beraspal juga dapat terkontaminasi plastik atau lainnya.
3. Perkiraan Panjang penghamparanPanjang penghamparan dapat diperkirakan dengan perhitungan sederhana, sebagai contoh : isi truck 15 ton campuran beraspal, lebar penghamparan 3 m dan tebal penghamparan 0,04 m. berat isi campuran baraspal 2,3 t/m3. Maka panjang hamparan adalah :
Berat (ton) = 3 x 0,04 x 1 x 2,3 atau L (m) = 15 / ( 3 x 0,04 x 2,3 ) = 54 m
III.4.Prosedur Penghamparan
1. Koordinasi antara Base Camp dengan LapanganKeseragaman dan kontinuitas penghamparan akan memberikan kualitas perkerasan yang baik. Untuk menjaga kontinuitas penghamparan maka diperlukan koordinasi antara lapangan dengan base camp. Misalnya selang waktu pengiriman yang berlalu lama akan menyebabkan sambungan kurang baik karena campuran beraspal yang dihampar sudah dingin. Sebaliknya jika dump truck yang dikirim terlalu cepat akan menyebabkan terjadi antrian dump truck di lapangan. Selama menunggu kemungkinan terjadi penurunan suhu. Koordinasi yang baik dapat dilakukan jika di lapangan tersedia alat komunikasi. Dengan alat komunikasi tersebut, hal-hal penting lainnya juga dapat diinformasikan dengan segera seperti akan turun hujan, ada kemacetan lalu-lintas dan lain sebagainya.
2. Pengaturan Tebal dan Lebar PenghamparanJika diperlukan screed / perubahan ketebalan, maka harus dialakukan secara bertahap. Jika diperlukan penambahan lebar penghamparan, maka pada bagian pelebaran tersebut harus terjangkau screw untuk menghindari terjadinya segregasi.
3. Pekerjaan ManualPekerjaan manual dengan penebaran hanya boleh dilakukan jika penghamparan dengan alat finisher sulit atau tidak bisa dilakukan dengan baik. Penebaran dengan tangan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya segregasi.
4. Pemeriksaan hasil penghamparan Temperatur ; temperatur campuran beraspal harus diperiksa pertama kali diatas
dump truck. Tekstur permukaan ; tekstur yang kurang baik dapat disebabkan oleh campuran
beraspal terlalu dingin, jika terjadi pada awal penghamparan kemungkinan screed tidak dipanaskan, pengaturan tamping bar yang tidak tepat juga dapat mengakibatkan tekstur kurang baik. Campuran beraspal yang masih mengandung kadar air akan berprilaku seperti campuran yang telah dingin atau seperti campuran yang kelebihan kadar aspal.
Kerataan permukaan ; penghamparan yang tidak kontinyu dapat menyebabkan permukaan tidak rata pada sambungan. Gradasi yang tidak sesuai, perubahan kecepatan penghamparan, dan dorongan dari dump truck juga dapat menyebabkan permukaan tidak rata.
Kemiringan melintang dan memanjang ; kemiringan melintang dan memanjang harus diperhatikan terlebih pada daerah tikungan. Penyebaran campuran beraspal pada tepi dan tengah harus merata, sehingga saat pemadatan akan diperoleh penurunan yang seragam.
Sambungan melintang ; pada prinsipnya sambungan melintang harus dibuat tegak. Metoda yang dilakukan dapat berupa, pemotongan sambungan sebelum dimulainya penghamparan, atau dengan menaruh kertas pada bagian sambungan. Pada saat penghamparan kembali, maka kertas tersebut diambil sehingga diperoleh sambungan yang tegak.
Sambungan memanjang ; seperti halnya sambungan melintang, maka sambungan memanjang harus dibuat tegak. Umumnya dipakai kayu atau baja siku untuk membentuk sambungan tersebut.
Tipikal problem pada saat penghamparan ; table 2 berikut ini memberikan gambaran mengenai penyimpangan dan penyebabnya saat penghamparan campuran beraspal.
Tabel 2. Penyimpangan dan penyebabnya yang Teramati Saat Penghamparan.
Insu
ffic
ient
of
Non
-Uni
form
Tac
k C
oat
Impr
oper
ly C
ured
Pri
me
or T
ack
Coa
t
Mix
ture
too
Coa
rse
Exc
ess
Fin
es in
Mix
ture
Insu
ffic
ient
Asp
halt
Exc
ess
Asp
halt
Impr
oper
ly P
ropo
rtio
ned
Mix
ture
Uns
atis
fact
ory
Bat
ches
in L
oad
Exc
ess
Moi
stur
e in
Mix
ture
Mix
ture
Too
Hot
or
Bur
ned
Mix
ture
Too
Col
d
Poo
r S
prea
der
Ope
rati
on
Spr
eade
r in
Poo
r C
ondi
tion
Exc
essi
ve M
oist
ure
in S
ubso
il
Exc
essi
ve P
rim
e C
oat o
r T
ack
Coa
t
Exc
essi
ve H
and
Rak
ing
Lab
or C
arel
ess
or U
nski
lled
Exc
essi
ve S
egre
gara
tion
in
Lay
ing
Ope
rati
ng F
inis
hing
Mac
hine
Too
Fas
t
Types of Pavement ImporfectionsThat May Be Encountered In
Laying Plant MixPaving Mixtures
X X X X Bleeding
X X X Brown. Dead Appearance
X X X X X Rich or Fat Spots
X X X X X X X X X X X Poor Surface Texture
X X X X X X X X X X X X Rough Uneven Surface
X X X X X X X X X X Honeycomb or Raveling
X X X X X X X Uneven Joints
X X X X X Roller Marks
X X X X X X X X X X Pushing or Waves
X X X X Cracking ( Many Fine Cracks )
X Cracking ( Large Long Cracks )
X X X X X Rocks Broken by Roller
X X X X X X X X X Tearing of Surface During Laying
X X X X X X X X X Surface Slipping on Base
III.5.Prosedur Pemadatan
1. Prinsip Pemadataan
Pada ssat pemadatan terjadi 3 gaya utama, yaitu gaya tekan alat pemadat, gaya tahan pada campuran beraspal yang baru dihampar, dan gaya tahan pada lapisan di bawahnya yang telah stabil ( lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal ). Untuk memperoleh pemadatan yang baik, maka gaya tahan lapisan yang telah stabil harus seimbang dengan gaya tekan alat pemadat. Atau dengan kata lain campuran beraspal seolah-olah mendapat gaya tekan dari atas dan bawah. Jika lapisan yang stabil ( lapis pondasi agregat atau existing lapis beraspal ) belum cukup padat maka kepadatan campuran beraspal kemungkinan tidak akan tercapai sesuai persyaratan.
2. Factor yang mempengaruhi kemudahan pemadatanFactor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan adalah sebagai berikut :
Sifat-sifat campuran ( agregat, aspal dan temperatur ); tekstur dan bentuk agregat sangat mempengaruhi kemudahan pemadatan, sabagai contoh penambahan pasir alam akan memudahkan pemadatan. Aspal bersifat sebagai pelumas, pada suhu yang dingin aspal kurang encer ( lebih viscous ). Maka aspal dengan viskositas yang tinggi akan relatif lebih sulit dipadatkan. Kadar aspal juga mempengaruhi kemudahan pemadatan, kadar aspal yang tinggi relatif lebih mudah dipadatkan. Pengaruh temperatur ada hubungannya dengan viskositas aspal, untuk viskositas aspal yang berbeda maka berbeda juga temperatur pemadatannya. Pemadatan pada temperatur yang tidak sesuai dapat menyebabkan retak rambut.
Kondisi lingkungan; kelembaban, kecepatan angin dan temperatur lingkungan mempengaruhi kecepatan penurunan temperatur campuran beraspal.
Ketebalan lapisan ; semakin tebal lapisan campuran beraspal maka pemadatannya relative semakin sulit ( diperlukan usaha yang relative lebih ).
3. Alat pemadatAlat Pemadat yang digunakan untuk memadatkan campuran beraspal panas adalah : Tandem roda baja; digunakan untuk pemadatan awal ( breakdown rolling ) atau
pemadatan akhir ( finish rolling ). Untuk pemadatan akhir harus digunakan tandem dengan berat 8 – 10 ton.
Roda karet ( pneumatic – tired ); digunakan untuk intermediate rolling. Gambar 9 memperlihatkan distribusi gaya yang dihasilkan oleh alat ini. Alat pemadat ini merupakan alat pemadat utama dalam pemadatan campuran beraspal. Kepadatan campuran beraspal diperoleh setelah beberapa kali lintasan, jumlah lintasan sesuai dengan hasil percobaan pemadatan. Tekanan roda berkisar 483 – 517 kPA saat dingin dan 620 kPA saat panas.
4. Prosedur pemadatanPemadatan campuran beraspal dilakukan dalam tiga operasi yang terpisah, seperti berikut ini :– Pemadatan awal ( breakdown rolling ) ; menggunakan pemadat besi atau pemadat
roda karet. Dimulai kurang lebih 0 – 10 menit setelah penghamparan.– Pemadatan utama ( main rolling ); menggunakan pemadat roda karet. Dimulai
kurang lebih 5 – 15 menit setelah penghamparan.
– Pemadatan akhir ( finished rolling ); menggunakan pemadat besi. Dimulai tidak lebih dari 45 menit setelah penghamparan.
Terdapat dua cara pemadatan berdasarkan ketebalan dari lapisan yang dipadatkan :a. Pemadatan pada campuran beraspal yang tipis ( kurang dari 5 cm )
Urutan cara pemadatannya adalah sebagai berikut :– Sambungan melintang– Ujung tepi– Breakdown rolling mulai dari daerah yang terendah– Intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah– Finished rolling
b. Pemadatan pada campuran beraspal yang tebal ( kurang dari 10 cm )Urutan pemadatannya adalah sebagai berikut :– Sambungan melintang– Breakdown rolling mulai dari 30 – 40 cm dari tepi yang lemah– intermediate rolling mulai dari daerah yang terendah– finished rolling
5. Pemeriksaan Hasil Pemadatan Tekstur permukaan; penyimpangan pada tekstur permukaan dapat disebabkan
karena kesalahan pencampuran, penanganan, penghamparan atau pemadatan Kerataan permukaan; kerataan permukaan diukur dengan straight edge 4 meter.
Tolerasi yang diijinkan sesuai persyaratan. Density; pengukuran kepadatan lapangan dilakukan tiap 200 m dengan alat
coredrill. Hal yang penting dalam pengujian kepadatan adalah waktu penimbangan. Apakah cukup didiamkan 1 malam. Menurut prosedur penimbangan baru dilakukan setelah benda uji mempunyai berat konstan.
III.6.Cheek List di Lapangan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal utama yang perlu dicek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan Kesiapan permukaan ( lubang telah ditambal dan lain-lain ) Kerataan ( bila perlu dilevelling terlebih dahulu ) Lapis di bawahnya telah memenuhi persyaratan ( kepadatan dan kerataan ) Prime coats atau tack coats
2. Peralatan penghampar dan pemadat Finisher dalam kondisi baik Alat pemadat tersedia dan dalam kondisi baik
3. Pemeriksaan campuran beraspal di lapangan
Temperatur Tampak visual
4. Pemeriksaan saat penghamparan Tekstur
Kerataan dan kemiringan ketebalan
5. Pemeriksaan saat pemadatan Urutan pemadatan Temperatur masing – masing bagian pemadatan Jumlah passing masing – masing bagian pemadatan Pembersih pada roda ( keset, disemprot minyak, dll )
6. Pemeriksaan hasil pemadatan Tekstur Kerataan dan kemiringan Ketebalan dan kepadatan
III.7. System Jaminan Mutu di LapanganUntuk menjamin mutu campuran beraspal panas di lapangan telah sesuai dengan persyaratan maka paling sedikit dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Check list pengendalian mutu dilapangan ( seperti sub bab 3. 6. ). Diisi oleh teknisi, di periksa oleh atasannya ( engineer ) dan disahkan oleh owner. Checklist yang telah diisi disimpan sebagai bahan masukan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan pembayaran.
Penyimpanan dan penandaan / identifikasi contoh uji.
Site instruction dan memo/ surat teguran.