ANALISIS KUALITAS CAMPURAN ASPAL PANAS MENGGUNAKAN BERBAGAI ASPAL...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
257 -
download
2
Transcript of ANALISIS KUALITAS CAMPURAN ASPAL PANAS MENGGUNAKAN BERBAGAI ASPAL...
ANALISIS KUALITAS CAMPURAN ASPAL PANAS MENGGUNAKANBERBAGAI ASPAL MODIFIKASI
(Skripsi)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
INDAH MARLINA ARDIANTI
ABSTRAK
ANALISIS KUALITAS CAMPURAN ASPAL PANAS MENGGUNAKANBERBAGAI ASPAL MODIFIKASI
Oleh:
INDAH MARLINA ARDIANTI
Penelitian ini menganalisis kualitas campuran aspal panas menggunakan berbagai aspalmodifikasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik campuran aspal dancampuran beraspal modifikasi sebagai bahan utama pembentuk campuran. Selain ituuntuk mengetahui pengaruh penambahan bahan aditif pada campuran aspal modifikasiterhadap nilai stabilitas dan kepadatan campuran beraspal.
Bahan tambahan aspal modifikasi yang digunakan yaitu jenis aspal modifikasi Jaya AspalPolymer produksi Pertamina serta Taftpack-Super. Dilakukan tiga variasi penambahanTaftpack-Super yaitu sebesar 5%, 10% dan 15% untuk nilai Kadar Aspal Optimum(KAO) aspal penetrasi 60/70. Pengujian campuran beraspal yang dilakukan dalampenelitian ini menggunakan Marshall Test dengan lama perendaman 30 menit.Karakteristik peninjauan kualitas campuran beraspal meliputi nilai Stabilitas, Kelelehan(flow), Void In The Mix (VIM), Void Filled With Asphalt (VFA), Void Mineral Aggregate(VMA), Marshall Quostient (MQ), dan nilai Kepadatan pada campuran.
Hasil penelitian yang diperoleh Kadar Aspal Optimum (KAO) untuk aspal modifikasiJaya Aspal Polymer sebesar 5,8% sedangkan pada jenis aspal penentrasi 60/70 sebesar6,3%. Nilai karakteristik campuran aspal penetrasi 60/70 akan jauh lebih rendahdibandingkan dengan campuran beraspal yang telah dimodifikasi dengan penambahanbahan aditif Taftpack-Super, sedangkan nilai stabilitas dan Marshall Questiont (MQ)pada campuran aspal penetrasi 60/70 cenderung lebih besa dibandingkan Jaya AspalPolymer. Untuk nilai stabilitas campuran paling besar terdapat pada campuran aspal KAOaspal penetrasi 60/70 dengan penambahan Taftpack-Super sebesar 10% yaitu sebesar2017,864 Kg dengan nilai kepadatan sebesar 2,259. Dengan nilai stabiltas dan kepadatanyang besar sehingga mampu meberikan campuran mutu dan masa layan yang jauh lebihbaik dan tahan lama.
Kata kunci : Analisis Kualitas, Aspal Modifikasi, Jaya Aspal Polymer, Taftpack-Super,Kadar Aspal Optimum (KAO)
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF HOT ASPHALT MIXTURE QUALITY BY USINGVARIOUS MODIFIED ASPHALT
By:
INDAH MARLINA ARDIANTI
This research analyzes the quality of hot asphalt mixture by using various modifiedasphalt. It is intended to know the characteristics of asphalt mixture and modified asphaltmixture as the main material to make mixture. Moreove, it is also intended to know theinfluence of additive materal adding in the asphalt mixture toward the score of stabilityand the solidity of asphalt mixture.
The additional materials of modified asphalts used are Jaya Aspal Polymer modificationpoduced by Pertamina and Taftpack-Super. There are three variaties in adding theTaftpack-Super that are 5%, 10%, and 15% for the Optimum Asphalt Level (KAO) of theasphalt penetration is 60/70. The test of asphalt mixture done in this research usesMarshall Test with 30 minutes soaking duration. The characteristics of the observation onthe asphalt mixture quality consist of the score of stability, flow, Void In The Mix (VIM),Void Filled With Asphalt (VFA), Void Mineral Aggregate (VMA), Marshall Quostient(MQ), and the solidity score of the mixture.
The result of the research shows the Optimum Asphalt Level (KAO) of the Jaya AspalPolymer modified asphalt is 5,8% while in the type of asphalt penetration 60/70 is 6,3%.The score of mixture characteristics of the penetration asphalt 60/70 will less than theasphalt mixture which has been modified by adding the additional material that isTaftpack-Super, whereas the stability score and Marshall Questiont (MQ) in thepenetration asphalt 60/70 tend higher than Jaya Aspal Polymer. The haighest score ofmixture stability is in the KAO asphalt mixture with the asphalt penetration 60/70 byadding Taftpack-Super 10% that is 2017,864 Kg with the solidity score 2,259. The highscore of stability and solidity can give the mixture the better and longer quality andservice period.
Keywords: Quality Analysis, Modified Asphalt, Jaya Aspal Polymer, Taftpack-Super,Optimum Asphalt Level (KAO)
ANALISIS KUALITAS CAMPURAN ASPAL PANAS MENGGUNAKAN
BERBAGAI ASPAL MODIFIKASI
Oleh
INDAH MARLINA ARDIANTI
Skripsi
Sebagai Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sukadamai pada tanggal
23 Maret 1996, sebagai anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Suwardi dan Ibu
Sukarti. Penulis memiliki satu saudara perempuan
bernama Rima Permata Ardianti.
Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK) di TK Al-Qur’an Desa Sukadamai, Kec. Natar
Kab. Lampung Selatan dan diselesaikan pada tahun 2002, menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 04 Desa Sukadamai Kec. Natar Kab.
Lampung Selatan pada tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
ditempuh di SMP Negeri 01 Metro Kibang Kec. Metro Kibang Kab. Lampung
Timur pada tahun 2008-2011, dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri 03 Kota Metro pada tahun 2011-2014. Tahun 2014 penulis terdaftar
sebagai Mahasiswi S1 Teknik Sipil Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswi, penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus,
yaitu sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) sebagai
Anggota Aktif Departemen Advokasi dan Profesi pada tahun 2015-2016, Staff
Aktif Dinas Internal dan Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik
ix
(BEM-FT) pada tahun 2015-2016, serta menjabat sebagai Bendahara Umum
Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) pada tahun 2016-2017.
Pada bidang akademik, penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) pada Proyek
Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Bakauheni-Terbanggi Besar Seksi 2
Sidomulyo-Kota Baru STA. 39+400-STA. 80+000 yang dikerjakan oleh PT.
WASKITA KARYA Persero (TBK) selama 3 bulan. Penulis juga telah mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah
Kabupaten Lampung Timur selama 40 hari pada periode Januari-Maret 2018.
Selama masa perkuliahan penulis diberikan kepercayaan menjadi Asisten
Praktimum Mata Kuliah Mekanika Tanah I di Institut teknologi Sumatera (2018),
asisten praktikum mata kuliah Mekanika Tanah II di Institut Teknologi Sumatera
(2018) dan Asisten Praktikum mata Kuliah Dasar Perkerasan Jalan Raya (2018) di
Universitas Lampung. Pada tahun 2017 penulis melakukan penelitian pada bidang
perkerasan jalan Raya dengan judul tugas akhir “Analisis Kualitas Campuran
Aspal Panas Menggunakan Berbagai Aspal Modifikasi” dibawah bimbingan
Bapak Sasana Putra, S.T., M.T. dan Muhammad Karami, S.T., M.Sc., Ph.D.
Bandar Lampung, 21 September 2018
Penulis
INDAH MARLINA ARDIANTI
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulilahhirabbilalamin, Kuucapkan Syukur atas Karunia-Mu
dan Dengan Segala Kerendahan Hati meraih Ridho Illahi Robbi dan
syafaat nabi Muhammad SAW Kupersembahkan karya Kecilku ini
untuk orang-orang yang aku sayangi
Ayah dan Ibuku
Kedua orang tua, Bapak Suwardi dan Ibu Sukarti atas segala
pengorbanan yang tak terbalaskan, do’a, kesabaran, keikhlasan,
cinta dan kasih sayangnya yang tidak ada putusnya
Suadara Perempuanku
Untuk adik perempuanku satu-satunya, yang menjadi semangat
terbesar dalam menyelesaikan tugas dan kewajibanku ini
Dosen Teknik Sipil
Yang selalu membimbing, mengajarkan, memberikan saran serta
saran baik secara akademis maupun non akademis
xi
Sahabat-sahabatku
Yang selalu membantu, memberikan semangat, mendukung
menuju keberhasilan, serta berbagi cerita suka duka dalam
berkeluh kesah
Keluarga Besar Teknik Sipil 2014
Yang selalu memberi semangat, dukungan dalam proses yang
sangat panjang, dan selalu berdiri bersama dalam perjuangan
menuju kesuksesan
MOTTO
Menuntut Ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allahakan mudahkan baginya jalan menuju Surga.
Orang yang menginginkan mimpiannya menjadi kenyataan,harus mampu menjaga diri agar tidak tidur.
-Richard Wheeler-
Barang siapa keluar untuk mencariilmu maka dia berada di jalan Allah.
(HR. Turmudzi)
Berjalanlah Lurus dijalan Allah, Tak ada yang mustahilbagi orang yang yakin pada janji Allah yang amat nyata.
Tidak ada beban yang berat jika Allah menghendaki bebanseberat gunungpun akan menjadi ringgan.
xiii
SAN WACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillahirobbilalamin, Penulis haturkan puji syukur atas kehadirat
Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir
dengan mempersembahkan judul “Analisis Kualitas Campuran Aspal Panas
Menggunakan Berbagai Aspal Modifikasi” dengan sebaik-baiknya.
Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan seluruh alam Nabi
Muhammad SAW, sahabatnya, serta para pengikutnya yang selalu istiqomah
diatas jalan agama islam hingga hari ajal menjemput.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan, motivasi
dan bantuan baik moral maupun materi oleh banyak pihak. Untuk itu dengan
sepenuh ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT dengan segala kuasa-Nya pemberi rahmat, hidayah dan ampunan
bagi hamba-Nya termasuk penulis. Terimakasih ya Allah, semoga semua hal
yang telah penulis lakukan dan kerjakan bernilai ibadah dan mendapat pahala
dari-Mu. Aamiin ya Rabb.
2. Nabi Muhammad SAW, untuk segala hal yang telah Beliau lakukan dahulu
menyempurnakan akhlaq sehingga semua umat yang hidup hingga sekarang
dapat merasakan nikmat iman dan islam secara utuh serta tanpa keragu–
raguan.
xiv
3. Ayahanda Suwardi dan Ibunda Sukarti serta Adikku Rima Permata Ardianti
yang selalu memberi semangat, dukungan, kesabaran, serta do’a yang tidak
pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan ikhlas kepada
penulis semenjak kecil dalam keluarga.
4. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.
5. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Universitas Lampung.
6. Bapak Ir. Maryanto, M.T., selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama penulis menjalani masa studi di perkuliahan.
7. Bapak Sasana Putra, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing utama tugas akhir,
yang banyak memberikan waktu, ide pemikiran dan semangat serta motivasi
bagi penulis.
8. Bapak Dr. Muhammad Karami, S.T., M.Sc. selaku pembimbing kedua tugas
akhir, yang telah banyak memberikan waktu, pengalaman, motivasi dan
pemikiran bagi penulis.
9. Bapak Drs. I Wayan Diana S.T., M.T. selaku dosen pembahas yang telah
banyak memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
10. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung berkat ilmu yang
telah diajarkan kepada penulis selama penulis menjalani masa studi di
perkuliahan.
11. Staff Akademik serta Teknisi Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung yang telah banyak membantu
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
xv
12. Wayan Anggi WR selaku rekan penelitian yang selalu mendampingi dan
bekerja sama dengan baik dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
13. Seluruh teman-teman Jurusan Teknik Sipil Unila angkatan 2014 untuk
kebersamaan yang telah dijalani. Tiada kata yang dapat penulis utarakan
untuk mengungkapkan perasaan senang dan bangga menjadi bagian dan juga
beban dari angkatan 2014.
14. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi isi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, Penulis sangat
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir
kata sedikit harapan penulis semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, 23 Agustus 2018Penulis,
Indah Marlina Ardianti
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xxi
DAFTAR NOTASI......................................................................................... xxiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 31.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 31.4 Batasan Penelitian ................................................................................ 41.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 41.6 Sistematika Penulisan .......................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegagalan Perkerasan Aspal ............................................................... 62.2 Klasifikasi Kerusakan Jalan ................................................................ 9
1. Retak (Cracking)............................................................................ 92. Keriting (Corrugation)................................................................... 103. Alur (Rutting) ................................................................................. 10
2.3 Bahan Campuran Beraspal panas ........................................................ 111. Agregat ........................................................................................... 112. Bahan Pengisi (Filler) .................................................................... 173. Aspal .............................................................................................. 174. Bahan Tambahan.......................................................................... 21
2.4 Karakteristik Campuran Beraspal ........................................................ 221. Kekakuan (Stiffness) ...................................................................... 222. Stabilitas (Stability) ....................................................................... 233. Keawetan (Durability) ................................................................... 244. Fleksibilitas (Flexibility)................................................................ 255. Kedap Air (Impermeability) .......................................................... 256. Kekesatan/Tahanan Geser (Skid Resistance)................................. 25
xvii
7. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)......................................... 268. Ketahanan terhadap Kelelahan (Fatiqeu Resistance) .................... 26
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 282.6 Metode Pengujian Marshall ................................................................. 29
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Persiapan Alat dan Bahan ................................................................... 313.2 Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 323.3 Tahap-Tahap Penelitian ....................................................................... 33
1. Pengujian Bahan ............................................................................ 332. Perencanaan Campuran ................................................................. 383. Pembuatan Benda Uji untuk Menentukan Kadar Aspal Optimum
(KAO)............................................................................................ 394. Pengujian dengan Alat Marshall untuk Menentukan Kadar Aspal
Optimum (KAO)............................................................................ 415. Menghitung parameter Marshall ................................................... 446. Analisis Pengolahan dan Pembahasan Data .................................. 457. Pembuatan Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum (KAO).......... 458. Pengujian Benda Uji Kadar Aspal Optimum (KAO) .................... 479. Menghitung Parameter Marshall Benda Uji KAO........................ 4810. Analisis Pengolahan dan Pembahasan data benda Uji KAO......... 48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Properties Material ............................................................ 491. Agregat.......................................................................................... 492. Aspal ............................................................................................. 57
4.2 Desain Campuran untuk Job Mix Formula (JMF).............................. 601. Komposisi Agregat Job Mix Formula (JMF) ............................... 602. Penentuan Perkiraan Kadar Aspal Rencana Job Mix Formula
(JMF)............................................................................................. 623. Perhitungan Berat Jenis Teori Maksimum dalam Job Mix
Formula (JMF).............................................................................. 664. Pembuatan Benda Uji Job Mix Formula (JMF) ........................... 675. Pengujian Benda Uji Job Mix Formula (JMF) dengan Alat
Marshall ........................................................................................ 676. Analisis Parameter Hasil Pengujian Marshall .............................. 68
4.3 Kadar Aspal Optimum ........................................................................ 831. Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) .................................... 832. Pembuatan Benda Uji Job Mix Formula (JMF) pada persen
Kadar Aspal Optimum (KAO)...................................................... 873. Pengujian Benda Uji KAO dengan Alat Marshall........................ 874. Analisis Hasil Pengujian Marshall Benda Uji KAO..................... 88
xviii
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 925.2 Saran ................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal .............. 13
2. Ketentuan Agregat Kasar ...................................................................... 15
3. Ketentuan Agregat Halus ...................................................................... 16
4. Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras .............................................. 20
5. Properties Tafpack-Super (TPS)............................................................ 22
6. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC) ....................................... 27
7. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi(AC Mod) .............................................................................................. 27
8. Standar Pemeriksaan Agregat ............................................................... 35
9. Standar Pengujian Aspal .......................................................................... 37
10. Data Hasil Analisa Saringan Agregat 1-2 ................................................ 50
11. Hasil Pengujian Agregat 1-2 .................................................................... 51
12. Data Hasil Analisa Saringan Screening.................................................... 53
13. Hasil Pengujian Screening........................................................................ 54
14. Data Hasil Analisa Saringan Abu Batu .................................................... 55
15. Hasil Pengujian Abu Batu ........................................................................ 56
16. Hasil Pengujian Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal Modifikasi ................. 58
17. Gradasi Agregat Campuran Asphalt Concrete-Wearing Course.................... 60
18. Jumlah Persen Akumulasi Kebutuhan Agregat pada Setiap Fraksi ......... 61
19. Jumlah Persen Akumulasi Agregat pada Setiap Fraksi............................ 63
xx
20. Perkirassn Nilai Kadar Aspal Tiap Kelompok Benda Uji JMF ............... 64
21. Hasil Perhitungan dan Pengujian Berat Jenis Teori Maksimum.............. 66
22. Parameter dan Karakteristik Campuran pada Masing-masing kadarAspal untuk Aspal Penetrasi 60/70 .......................................................... 68
23. Parameter dan Karakteristik Campuran pada Masing-masing KadarAspal untuk Aspal Modifikasi Jaya Aspal Polymer (JAP) ...................... 69
24. Parameter dan Karakteristik Campuran pada Masing-masing KadarAspal Optimum ........................................................................................ 88
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 32
2. Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat................................................... 33
3. Uji Kausan
4. Agregat (Los Angeles Abrassion Test)...................................................... 34
5. Uji Analisa Saringan ................................................................................. 34
6. Aggregate Impact Value Test (AIV) ......................................................... 34
7. Aggregate Crushing Value Test (ACV) .................................................... 35
8. Uji Berat Jenis Aspal................................................................................. 36
9. Uji Kehilangan Berat Minyak dan Aspal .................................................. 36
10. Uji Penetrasi Aspal.................................................................................... 37
11. Uji Titik Lembek Aspal ............................................................................ 37
12. Proses Pencampuran Material Agregat dan Aspal .................................... 40
13. Proses Pemadatan Benda Uji .................................................................... 40
14. Benda Uji .................................................................................................. 41
15. Proses Pengukuran Benda Uji................................................................... 42
16. Proses Perendaman Benda Uji .................................................................. 42
17. Proses Perendaman Benda Uji dalam Bak Perendam (Water Bath)Selama 30menit......................................................................................... 44
xxii
18. Proses Pengujian Benda Uji dengan Marshall Test .................................. 44
19. Proses Pencampuran Bahan Aditif dengan Aspal Penetrasi 60/70 ........... 45
20. Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum Aspal Penetrasi 60/70 ................ 46
21. Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer (JAP) ........................................................................ 46
22. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+5% Tafpack-Super ............................. 46
23. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+10% Tafpack-Super ........................... 47
24. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+15% Tafpack-Super ........................... 47
25. Pengujian Benda Uji KAO........................................................................ 48
26. Grafik Analisa Saringan Agregat 1-2........................................................ 51
27. Grafik Analisa Saringan Screening ........................................................... 53
28. Grafik Analisa Saringan Abu Batu .......................................................... 55
29. Gradasi Agregat pada Campuran .............................................................. 60
30. Kurva Gradasi Agregat pada Campuran ................................................... 62
31. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Nilai Stabilitas ............................................. 70
32. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Kelelehan (Flow) ............................................... 72
33. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Void In The Mix (VIM)................................ 74
34. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Void Filled With Aspalht (VFA)................ 76
35. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Void In Mineral Aggregate (VMA)............. 78
36. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Marshall Quetion (MQ) .............................. 80
37. Grafik Hubungan Kadar Aspal Penetrasi 60/70 dan Aspal ModifikasiJaya Aspal Polymer dengan Kepadatan .................................................... 82
xxiii
38. Kadar Aspal Pen 60/70 VS Parameter Karakteristik Marshall................. 83
39. Kadar Aspal JAP VS Parameter Karakteristik Marshall .......................... 84
DAFTAR NOTASI
AC-WC = Asphalt Concrete - Wearing Course
JAP = Jaya Aspal Polymer
TPS = Taftpack-Super
AC Mod = Asphalt Concrete Modifikasi
ACV = Aggregate Crushing Value
AIV = Aggregate Impact Value
KAO = Kadar Aspal Optimum (%)
CA = Coarse aggregate (%)
FA = Fine aggregate (%)
FF = Filled filler (%)
K = Nilai Konstanta
SSD = Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan
JMF = Job Mix Formula
V = Volume (cm3)
Flow = Kelelehan (mm)
Gmm = Berat jenis campuran maksimum teoritis seletah
pemadatan (gr/cm3)
JAP = Jaya Aspal Polimer
KAO = Kadar Aspal Optimum (%)
VMA = Void In Mineral Agregat (%)
VIM = Void In Mix (%)
VFA = Void Filled with Asphalt (%)
MQ = Marshall Quotient (Kg/mm)
Stability = Beban maksimum terhadap beban (Kg)
Pb = Kadar aspal optimum rencana (%)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstruksi jalan raya di Indonesia sebagian besar menggunakan tipe
perkerasan lentur (Fleksible Pavement). Aspal adalah salah satu material yang
digunakan dalam konstruksi pembangunan jalan raya, dimana pemilihan
material ini dikarenakan memiliki hasil akhir yang nyaman untuk konstruksi
perkerasan lentur (Fleksible Pavement).
Berdasarkan Lampung Post, (23/10/2017) kondisi sejumlah jalan milik
Provinsi Lampung keadaannya semakin memprihatinkan. Kondisi jalan
berlubang disertai banyak material bebatuan split yang terlepas dari kesatuan
komponen jalan yang ada disepanjang jalan.
Dalam penelitian Putri, V.A 2016, kondisi perkerasan lentur dilapangan
sekarang, meskipun perkerasan telah direncanakan dengan sangat baik pada
kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi yang terjadi dilapangan. Kondisi
perkerasan seringkali sudah mengalami kerusakan sebelum masa layan
rencana jalan tersebut habis. Kerusakan pada konstruksi perkerasan lentur
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya yaitu
2
meningkatnya pertumbuhan volume lalu lintas yang tidak terprediksi sesuai
rencana, beban lalu lintas kendaraan yang melampaui batas (Overloading),
kondisi tanah dasar yang kurang stabil, pelapukan permukaan perkerasan,
teknik pelaksanaan konstruksi yang kurang tepat, kesalahan pemilihan
material campuran perkerasan yang tidak sesuai, dan air tanah pada badan
perkerasan jalan.
Pemilihan material campuran perkerasan lentur harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Kualitas aspal dan kesesuaian gradasi
agregat yang baik sangat menentukan kualitas konstruksi perkerasan lentur.
Salah satu cara meminimalisir kerusakan perkerasan lentur adalah dengan
mengontrol pemilihan aspal dan agregat penyusun perkerasan.
Aspal adalah material pengikat pada konstruksi perkerasan lentur yang sangat
berpengaruh. Untuk mendapatkan aspal berkualitas baik, dapat dilakukan
dengan melakukan modifikasi pada campuran aspal, yang didapatkan dari
proses pencampuran aspal keras dengan suatu bahan tambahan. Pencampuran
aspal bertujuan untuk menekan jumlah kebutuhan aspal yaitu dengan cara
meminimalisir serendah mungkin penggunaan bahan dasar aspal, atau dapat
juga dengan meningkatkan mutu aspal dalam campuran seperti peningkatan
nilai stabilitas, dengan menambahkan bahan tambahan berupa aditif
(Diansari, Sepriskha, 2016).
Fungsi penambahan bahan aditif ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas aspal dan meningkatkan kekuatan serta kelekatan antar butir agregat
3
dalam campuran perkerasan, sehingga kegagalan dalam konstruksi perkerasan
dapat diminimalisir serendah mungkin.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis kualitas campuran
aspal dengan menggunakan berbagai aspal modifikasi yakni dengan
penambahan bahan aditif untuk memperoleh kualitas aspal pada lapis
perkerasan, yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban lalu
lintas, dengan meningkatkan nilai stabilitas aspal yang tinggi sehingga
memberikan umur layan yang lebih lama.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bahan pengikat aspal diduga menjadi salah
satu faktor penyebab dari kerusakan lapis perkerasan beraspal. Oleh sebab itu
dalam penelitian ini dilakukan modifikasi aspal menggunakan tambahan
bahan aditif yaitu berupa Jaya Aspal Polymer dan Tafpack-Super untuk
meningkatkan nilai stabilitas aspal dan memperbaiki kelemahan aspal serta
peningkatan mutu dan masa layan perkerasan beraspal.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kebutuhan bahan pengikat aspal pada campuran aspal
untuk berbagai jenis aspal.
4
2. Mengetahui pengaruh modifikasi bahan pengikat aspal terhadap
karakteristik dan parameter pada campuran aspal.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Aspal yang digunakan yaitu aspal penetrasi 60/70.
2. Bahan aditif yang digunakan berupa JAP (Jaya Aspal Polymer) dan TPS
(Taftpack-Super).
3. Tipe campuran yang digunakan adalah campuran aspal AC-WC (Asphalt
Concrete-Wearing Course).
4. Parameter kualitas aspal modifikasi diidentifikasi pada nilai stabilitas,
serta tingkat kelelehan (Flow) dalam campuran aspal.
5. Skala penelitian dilakukan pada Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitass Lampung.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan campuran beraspal
modifikasi dengan menggunakan penambahan bahan aditif Jaya Aspal
Polymer dan Tafpack-Super yang memiliki kualitas lebih baik dari aspal
modifikasi lain serta memiliki ketahan yang cukup lama serta guna
mengefisiensikan biaya yang tersedia dengan meminimalisirkan kebutuhan
aspal yang digunakan.
5
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematis penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan landasan teori dan literature terdahulu yang digunakan
dalam mendukung penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian, yaitu meliputi tempat penelitian, bahan penelitian, peralatan, dan
prosedur pembuatan dan pengujian benda uji.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan tetang pelaksanaan penelitian yang dilakukan
mencakup hasil pengumpulan data, analisis pengolahan data, dan pembahasan
dari data-data yang telah diperoleh dari pengujian dan teori yang ada.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian,
serta saran-saran yang disampaikan peneliti terkait penelitian yang telah
dilaksanakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kegagalan Perkerasan Aspal
Kerusakan konstruksi perkerasan merupakan kondisi dimana konstruksi
perkerasan sudah mengalami kerusakan sebelum mencapai umur rencana.
Kerusakan pada konstruksi perkerasan dapat ditinjau dari kegagalan
fungsional dan kegagalan struktural. Kegagalan fungsional dimana kondisi
perkerasan jalan tidak dapat berfungsi kembali sesuai dengan rencana
bahkan mampu menyebabkan ketidak nyamanan bagi pengguna jalan.
Sedangkan kegagalan struktural ditandai dengan adanya kerusakan pada
salah satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan yang disebabkan
lapisan tanah dasar yang tidak stabil, kelebihan beban lalu lintas, kelelahan
permukaan perkerasan, serta pengaruh kondisi lingkungan sekitar. (Yoder,
1975).
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2007), kerusakan pada konstruksi
jalan termasuk juga dengan bahu jalan beraspal dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
a. Volume lalu lintas kendaraan yang berlebihan, yakni dapat berupa
peningkatan beban lalu lintas dan repetisi beban kendaraan yang
melintas. Peningkatan beban (sumbu kendaraan yang melintas) yang
7
melebihi beban rencana, atau juga repetisi beban (volume kendaraan
yang melintas) yang melebihi volume rencana perkerasan sehingga
membuat umur rencana jalan tidak tercapai sesuai rencana. Perencanaan
konstruksi perkerasan jalan didasarkan atas prakiraan beban lalu lintas
yang melintas dengan mengkonversi menjadi Satuan Mobil Penumpang
(SMP), beban per roda kendaraan kendaraan, dan jumlah roda
kendaraan. Beban kumulatif lalu lintas tersebut menjadi faktor penting
untuk memperhitungkan kekuatan serta merencanakan konstruksi
perkerasan jalan.
b. Air merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan jalan, dimana air
bisa berasal dari air hujan langsung yang menggenangi lapis perkerasan,
kondisi sistem drainase jalan yang buruk, sehingga air naik yang
mengakibatkan sifat kapilaritas.
Menurut Jakarta Post, (Selasa, 25 Maret 2017) bahwasannya sepanjang
23,7 km jalan Jabodetabek menjadi rusak parah akibat tergenang air
termasuk jalan tol Sedyatmo, terjadinya banjir disebabkan perubahan
ekstrim musim hujan yang terjadi, serta kondisi drainase yang tidak
baik. Ketahanan aspal terhadap air memang sangat rendah, perkerasan
yang terlalu lama tergenang air mengakibatkan retak yang dilanjutkan
menjadi berlubang karena air mudah masuk kedalam lapis perkerasan
beraspal.
Sifat aspal berpori antaranya adalah sifat hidrolik dikarenakan memberi
manfaat mencegah Aqua Planning pada jalan dengan kondisi basah atau
8
tergenang air dilapis permukaannya sehingga mengurangi
hidroplanning. Selebihnya sifat aspal berpori karena permukaannya
yang kasar sehingga tahan terhadap slip kendaraan pada kondisi
kecepatan tinggi disamping itu pula aspal berpori mengurangi
semprotan air dan pantulan cahaya dijalan karena fungsi drainasenya
baik.
Genangan air dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan jalan
dikarenakan air dapat melonggarkan ikatan antara agreat dengan aspal
pada konstruksi perkerasan. Saat ikatan aspal dan agregat longgar
karena air, kendaraan yang melintas akan memberi beban yang dapat
menimbulkan retak atau kerusakan jalan lainnya. Genangan air juga
mengakibatkan air tanah yang terletak dibawah permukaan tanah
menjadi jenuh sempurna yang dilanjutkan timbulnya retakan pada
struktur perkerasan jalan diatasnya. Keadaan tersebut diakibatkan karena
lemahnya daya dukung tanah karena adanya kenaikan kadar air pada
tanah dasar perkerasan.
c. Material konstruksi perkerasan juga menjadi salah satu faktor
kerusakan, dimana dikarenakan oleh pemilihan dan sistem pengolahan
material bahan penyusun yang kurang baik. Kesalahan dalam pemilihan
dan proses pengolahan material penyusun menjadi salah satu faktor
penyebab kerusakan perkerasan beraspal, yakni meliputi penentuan
penggunaan jenis aspal yang digunakan, kadar aspal yang digunakan
dalam campuran, rongga dalam campuran, temperatur pencampuran
9
atau pemadatan. Aspal sebagai bahan pengikat agregat untuk perkerasan
jalan dimana mutu dan jumlahnya mempunyai pengaruh besar terhadap
terjadinya kerusakan jalan.
d. Iklim, Indonesia yang beriklim tropis dimana suhu udara dan curah
hujan umumnya tinggi yang dapat menjadi salah satu penyebab
kerusakan jalan. Dampak langsung yang disebabkan dari perubahan
iklim yaitu dapat melemahkan perkerasan lentur yang dapat membuat
perkerasan menjadi lebih rentan terhadap kerusakan jalan akibat
kendaraan berat. Serta dampak tidak langsung dari perubahan iklim
distruktur perkerasan adalah karena efek pada lokasi populasi dan
aktivitas manusia.
e. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh
sistem pelaksanaan pemadatan tanah yang kurang baik, atau dapat juga
disebabkan oleh sifat tanah dasar yang memang jelek dan berdaya
dukung rendah. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang
kurang baik sehingga tidak memberikan daya dukung yang maksimal.
2.2 Klasifikasi Kerusakan Jalan
Menurut Shahin, 1994, terdapat beberapa jenis kerusakan pada perkerasan
jalan yaitu :
a. Retak (Cracking)
Retak adalah kerusakan permukaan perkerasan yang dapat
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk kedalam lapisan
10
struktur dibawahnya dan hal tersebut merupakan salah satu faktor yang
akan membuat parah tingkat kerusakan (Departemen Pekerjaan
Umum, 2007). Kerusakan ini dapat berkembang menjadi lubang
karena terjadinya pelepasan butir agregat. Kemungkinan penyebab
kerusakan jenis ini adalah :
1. Material penyusun lapis perkerasan kurang baik.
2. Tanah dasar/ lapis pondasi bawah kurang stabil.
3. Pelapukan permukaan perkerasan jalan.
b. Keriting (Corrugation)
Kerusakan keriting (Corrugation) yaitu kerusakan yang berupa
gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan terjadi pada
arah melintang jalan. Lebih banyak terjadi pada persimpangan jalan
akibat adanya kendaraan yang berhenti dijalan, atau terjadi pada
daerah perbukitan untuk jalan yang menurun akibat gaya rem.
Kemungkinan penyebab kerusakan jenis ini adalah :
1. Nilai stabilitas lapis permukaan perkerasan yang rendah.
2. Mutu material penyusun perkerasan yang digunakan kurang baik.
3. Lapis pondasi yang bergelombang.
4. Air tanah masuk kedalam lapisan pondasi agregat.
c. Alur (Rutting)
Alur (Rutting) adalah bentuk kerusakan yang terjadi pada lintasan roda
sejajar dengan as jalan dan berbentuk alur. Kemungkinan penyebab
kerusakan semacam ini diantaranya adalah :
11
1. Pemadatan lapisan campuran beraspal yang kurang sempurna
sehingga nilai stabilitas rendah dan terjadi deformasi plastis.
2. Ketebalan lapisan permukaan yang tidak mencukupi untuk
menahan beban lalu lintas.
3. Lapisan perkerasan atau lapisan pondasi yang kurang padat.
4. Lapisan permukaan/lapisan pondasi memiliki stabilitas rendah
sehingga terjadi deformasi plastis.
2.3 Bahan Campuran Beraspal Panas
Konstruki perkerasan jalan terdiri dari beberapa bahan penyusun yaitu
agregat dan bahan pengikat berupa aspal.
1. Agregat
Menurut Departemen Pekerjaan Umum-Direktorat Jendral Bina
Marga, 2010) agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah,
kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan.
Material agregat adalah material dominan pada konstruksi
perkerasan lentur. Agregat digunakan sebagai material penyusun
lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah, lapis permukaan, bahu jalan
yang diperkeras/berpenutup, konstruksi pelebaran jalan. Agregat
adalah material perkerasan jalan yang mempunyai persentase
dominasi sebesar 75% sampai 85% dari total volume komposisi
perkerasan. Sehinngga otomatis agregat menjadi faktor kekuatan
utama dalam konstruksi perkerasan jalan. Agregat halus yang
berfungsi untuk menstabilkan mekanis agar mempunyai suatu
12
kekuatan untuk menghindarkan terjadinya kerusakan akibat beban
lalu lintas.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai bahan konstruksi
perkerasan jalan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok
yaitu :
a. Kekuatan dan keawetan (strength and durability) dimana lapis
konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh gradasi agregat pada
campuran, ukuran maksimum, kadar lempung, kekerasan dan
ketahanan (toughness and durability) bentuk butir serta tekstur
permukaan agregat yang digunakan sebagai penyusun campuran
perkerasan.
b. Kemampuan agregat untuk dilapisi aspal dengan baik, yang
dipengaruhi oleh porositas, kemungkinan basah dan jenis agregat
yang digunakan pada campuran perkerasan
c. Kemudahan dalam pelaksanaan dan menghasilkan lapisan yang
nyaman dan aman, yang dipengaruhi oleh tahanan geser (skid
resistance) serta campuran yang memberikan kemudahan dalam
pelaksanaan (bituminous mix workability).
Menurut Shirley L. Hendarsin, 2000, Pemilihan agregat yang
digunakan pada suatu konstruksi perkerasan jalan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Gradasi agregat.
Gradasi agregat sangat mempengaruhi pada campuran beraspal
karena gradasi agregat berfungsi memberikan kekuatan yang
13
pada akhirnya mempengaruhi nilai stabilitas dalam campuran,
dengan kondisi agregat yang saling mengunci (Interlocking) dari
masing-masing partikel.
Gradasi agregat gabungan untuk campuran yang digunakan
ditentukan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi
campuran, dimana gradasi agregat yang digunakan harus
memenuhi dan mempunyai jarak terhadap batas-batas yang telah
ditentukan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6
Perkerasan Aspal Revisi 3 sebagai berikut :
Tabel 1. Amplop Gradasi Agregat Gabungan untuk CampuranAspal
UkuranAyakan(mm)
% Berat yang Lolos Terhadap Total Agregat dalam CampuranLatasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Gradasisenjang
Gradasi SemiSenjang
KelasA
KelasB
WC Base WC Base WC BC Base
37.5 10025 100 90-10019 100 100 100 100 100 100 100 90-100 76-90
12,5 90-100 90-100 87-100 90-100 90-100 75-90 60-789,5 90-100 75-85 65-90 55-88 55-70 77-90 66-82 52-714,75 53-69 46-64 35-542,36 75-100 50-72 35-55 50-62 32-44 33-53 30-49 23-411,18 21-40 18-38 13-300,600 35-60 15-35 20-45 15-35 14-30 12-28 10-220,300 15-35 5-35 9-22 7-20 6-150,150 6-15 5-13 4-100,075 10-15 8-13 6-10 2-9 6-10 4-8 4-9 4-8 3-7
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 PerkerasanAspal Revisi 3
b. Bentuk butir agregat.
c. Kekuatan/Daya tahan agregat.
d. Kelekatan pada aspal.
14
e. Tekstur permukaan.
f. Tingkat kebersihan agregat.
Secara umum agregat yang dipilih menjadi material konstruksi
campuran perkerasan beraspal dibagi menjadi 2 fraksi, yakni :
1. Agregat Kasar
Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran perkerasan
adalah agregat yang tertahan ayakan/saringan No.4 (4,75 mm)
dimana kondisi agregat harus bersih, keras, dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya serta
memenuhi ketentuan yaitu mempunyai tekstur permukaan yang
kasar dan tidak bulat agar agregat dapat memberikan sifat
interlocking yang baik dengan material yang lain. Fungsi agregat
kasar adalah sebagai berikut :
a. Memberikan stabilitas campuran dengan kondisi saling
mengunci (interlocking) masing-masing agregat kasar, serta
memiliki tahanan gesek terhadap suatu fraksi perpindahan.
b. Nilai stabilitas campuran beraspal ditentukan oleh bentuk dan
tekstur permukaan agregat yang digunakan.
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beraspal harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi
Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Revisi 3,
seperti yang diterangkan dalam Tabel 2 berikut ini.
15
Tabel 2. Ketentuan Agregat Kasar.
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 PerkerasanAspal Revisi 3
2. Agregat Halus
Menurut SNI 02-6820-2002, agregat halus adalah agregat dengan
besar butir maksimum 4,75 mm. agregat halus dari sumber bahan
manapun harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu
pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm)
dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm) serta harus merupakan
bahan yang bersih, keras, dan bebas dari lempung. Agregat halus
harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukan pada Tabel 3
sebagai berikut :
Pengujian Standar NilaiKekuatan
bentuk agregatterhadaplarutan
Natrium sulfatSNI 3407:2008
Maks. 12%
Magnesium sulfatMaks. 18 %
Abrasi denganmesin LosAngeles
CampuranAC
Modifikasi
100Putaran
SNI 2417:2008
Maks. 6 %
500putaran
Maks. 30 %
Semua jeniscampuran
Aspalbergradasi
lainnya
100Putaran
Maks. 8%
500putaran
Maks. 40%
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %Butir pecah pada agregat kasar SNI 7619 : 2012 95/90 1
Partikel Pipih dan LonjongASTM D4791
Perbandingan 1 :5Maks. 10%
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 2 %
16
Tabel 3. Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara pasir SNI 03-4428-1997Min 60 %
Angularitas dengan ujikadar rongga
SNI 03-6877-2002 Min. 45%
Gumpalan Lempung danButirbutir mudah pecahdalam Agregat
SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Agregat lolos ayakan no.200
SNI ASTM C117 : 2012 Maks. 10%
Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan AspalRevisi 3
Fungsi agregat halus adalah sebagai berikut :
a. Menambah nilai stabilitas dari campuran dengan memperkokoh
sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk
mengurangi rongga udara agregat kasar.
b. Agregat halus pada saringan no.8 sampai saringan no.30
penting dalam memberikan kekasaran yang baik untuk
kendaraan pada permukaan aspal.
c. Agregat halus pada saringan no.30 sampai saringan no.200
penting untuk menaikkan kadar aspal, akibatnya campuran akan
lebih awet.
d. Semakin kasar tekstur permukaan agregat halus akan
menambah stabilitas campuran dan menambahkan kekasaran
permukaan.
e. Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan halus
sangat penting untuk memperoleh permukaan yang tidak licin
dengan jumlah kadar aspal yang diinginkan agar efisiensi.
17
2. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan Pengisi (Filler) yang ditambahkan terdiri atas debu batu
kapur, semen, atau abu batu. Bahan pengisi yang ditambahkan harus
kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non
plastis.
Adapun fungsi bahan pengisi (filler) dalam campuran adalah :
1. Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta
yang akan membalut dan mengikat agregat halus.
2. Sebagai pengisi ruang antar agregat halus dan kasar serta
meningkatkan kepadatan dan kestabilan.
3. Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran
meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi
rongga dapat dikurangi.
3. Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam
kecoklatan yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan
mencair. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatya selama
produksi dan masa pelayanan konstruksi jalan. Pada dasarnya aspal
terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang disebut bitumen.
(Departemen Pekerjaan Umum, 1994)
Aspal adalah material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur
(flexible pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan
18
pengikat agregat, karena mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai
sifat adhesif, kedap air, dan mudah dikerjakan. Aspal merupakan bahan
yang plastis yang dengan kelenturannya mudah diawasi untuk dicampur
dengan agregat. Lebih jauh lagi, aspal sangat tahan terhadap asam,
alkali, dan garam-garaman. (Hendarsin, Shirley L, 2000).
Fungi aspal sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi pada perkerasan
jalan. Bahan pengikat dimaksudkan adalah aspal berfungsi untuk
memberi ikatan yang kuat dan baik antar aspal, filler dan material
lainnya. Sedangkan aspal sebagai bahan pengisi dimaksudkan untuk
mengisi rongga antara butir agregat dan pori-pori yang ada didalam
butir agregat.
Untuk dapat memenuhi kedua fungsi tersebut, maka aspal harus
memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik sehingga aspal tersebut
memiliki durabilitas yang tinggi. Sifat adhesi aspal adalah kemampuan
pada aspal dalam mengikat material agregat sehingga didapat ikatan
yang kuat. Sifat kohesi aspal adalah kemampuan pada aspal untuk tetap
mempertahankan agregat yang telah saling terikat. Daya tahan atau
durabilitas aspal adalah kemampuan pada aspal untuk mempertahankan
sifat dan bentuk asalnya dari pengaruh cuaca, beban dan pengaruh
eksternal lainnya.
Pada umumnya aspal dengan penetrasi rendah digunakan didaerah
bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi. Sedangkan aspal dengan
penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas
19
rendah. Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan
80/100.
Aspal modifikasi adalah campuran aspal yang dibuat dengan proses
pencampuran antara aspal keras dengan suatu bahan tambahan,
penambahan bahan tambahan dimaksudkan mampu menambah
kekuatan konstruksi perkerasan dalam mencegah keretakan pada saat
musim hujan, serta mencegah deformasi plastis pada beban berat saat
musim kemarau. Adapun tujuan dari aspal modifikasi adalah sebagai
berikut :
1. Sifat-sifat aspal alami yang memiliki tingkat ketahan yang rendah
terhadap keadaan iklim sekitar yang menyebabkan aspal cenderung
lebih lembab dan mudah rusak.
2. Aspal dengan temperature rendah tidak rapuh atau getas sehingga
mampu mengurangi potensi keretakan (cracking).
3. Mengurangi viskositas pada temperature penghamparan sehingga
didapatkan kemudahan dalam proses pelaksanaan sekaligus
pemadatan.
4. Meningkatkan kekuatan dan kelekatan antar agregat dalam
campuran konstruksi perkerasan, sehingga mampu meminimalisir
kegagalan konstruksi.
5. Meningkatkan kualitas konstruksi perkerasan dengan peningkatan
karakteristik parameter yang harus terpenuhi dalam campuran
beraspal.
20
Aspal yang digunakan harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera
pada Tabel 4. berikut ini.
Tabel 4. Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras.
No Jenis Pengujian Metode PengujianTipe I aspal
penetrasi60/70
Tipe II aspal yangdimodifikasi
A BAsbuton
yangdiperoses
ElastomerSintetis
1 Penetrasi, 25o C (0,1) SNI 06-2456-1991 60-70 Min.50 Min.40
2Viskositas (mm)
Dinamis60OC (Pa.s)SNI 06-6441-2000 160-240 240-360 320-480
3ViskositasKinematis1350C (cSt)
SNI 06-6441-2000≥ 300
385-2000 ≤ 3000
4 Titik Lembek (oC) SNI 2434-2011 ≥ 48 ≥ 53 ≥ 545 Daktilitas pada 25
oC,SNI 2432-2011 ≥ 100 ≥ 100 ≥ 100
6 Titik Nyala (oC) SNI 2433-2011 ≥ 232 ≥ 232 ≥ 232
7Kelarutan dalamTrichloroethylene,(%)
AASHTO T44-03≥ 99
≥ 90(1) ≥ 99
8 Berat Jenis SNI 2441-2011 ≥ 1,0 ≥1,0 ≥ 1,0
9
StabilitasPenyimpanan :perbedaan titiklembek (oC)
ASTM D 5976part 6.1
-
≥ 2,2 ≤ 2,2
10Partikel yang lebihhalus dari 150micron (µm)(%)
Min.95 -
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-0602440-1991 atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) :
11Berat yangHilang (%)
SNI-06-2441-1991≤ 0,8 ≤ 0,8 ≤ 0,8
12Viskositas Dinamis600C (Pa.s)
SNI03-6441-200≤ 800 ≤ 1200 ≤ 1600
13Penetrasi pada 250C(%)
SNI 06-2456-1991≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
14Daktilitas pada 250C(cm)
SNI 2432-2011≥ 100 ≥ 50 ≥ 25
15Keelastisan setelahpengembalian (%)
AASHTO T 30198-
- ≥ 60
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 perkerasan AspalRevisi 3
21
4. Bahan Tambahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain :
a. JAP (Jaya Aspal Polymer). Jaya Aspal Polymer merupakan hasil
modifikasi aspal dari proses pencampuran (blending) antara aspal
konvensional dengan Elvaloy (elastomer) dengan menggunakan
teknologi RET (Reactive Elastomeric Terpolymer) maka tidak ada
pemisahan atau endapan antara aspal dengan polimer karena reaksi
terjadi secara kimia.
Keunggulan dari JAP (Jaya Aspal Polymer) :
1) Meningkatkan Fatique Properties.
2) Meningkatkan elastic recovery.
3) Penurunan suhu hotmix lebih lambat yaitu rata-rata 2-3OC.
4) Meningkatkan resistensi terhadap goresan dan retakan.
5) Tidak ada masalah pemisahan.
6) Pemadatan dan penghamparan lebih cepat dan mudah.
7) Digunakan seperti aspal biasa dalam tanki hotmix.
8) Konsistensi dalam aplikasi hotmix, pelapisan maupun pemadatan.
9) Pengooperasian lebih cepat, hemat biaya, tidak lengket didalam
truk.
b. Tafpack-Super (TPS) adalah bahan aditif untuk campuran aspal
modifikasi yang dicampurkan pada aspal minyak dengan takaran untuk
meningkatkan viskositas aspal yang akan dipergunakan untuk
campuran aspal porus atau beton aspal. Bahan utama penyusun
Tafpack-Super adalah Thermoplastic Elastomer yang dapat menyatu
22
dengan aspal sehingga membuat campuran menjadi lebih keras.
Properties dari Tafpack-Super adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Properties Tafpack-Super (TPS).
Bentuk Pallet 2-3 mm
Warna Kuning Muda
Suhu pencampuran 180O ± 5OC
Berat Jenis 0.98
Berat Volume 0,6 ton/m3
Suhu Pemadatan 165O ± 3OC
Sumber : Taiyu Kensetsu CO.Ltd,2001
2.4 Karakteristik Campuran Beraspal
Pada umunya aspal digunakan sebagai konstruksi perkerasan lentur,
dimana mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, ditinjau dari segi
kekuatan dan segi kenyaman. Terdapat enam karakteristik campuran
yang harus dimiliki oleh aspal beton, (Tenriajeng 1999).
Karakteristik campuran aspal harus dimiliki oleh aspal beton campuran
panas adalah sebagai berikut :
1. Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan (Stiffness) adalah kemampuan untuk menahan deformasi
serta mendistribusi beban lalu lintas kedaerah yang lebih luas.
23
2. Stabilitas (Stability)
Stabilitas (Stability) adalah kemampuan aspal untuk menahan
deformasi akibat beban lalu lintas tanpa mengalami keruntuhan
(Plastic Flow) atau perubahan bentuk. Kebutuhan akan stabilitas
sangat dipengaruhi oleh jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang
akan dilayani oleh konstruksi jalan tersebut. Stabilitas terjadi akibat
geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang
baik dari lapisan aspal. Untuk mendapatkan stabilitas tinggi harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded).
b. Aspal dengan penetrasi rendah.
c. Agregat dengan permukaan kasar.
d. Kebutuhan aspal yang mencukupi untuk mengikat butiran agregat
dengan baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal adalah :
a. Gesekan internal yang dapat berasal dari kekasaran permukaan
butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk
butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal film aspal.
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya
lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar
butir agregat.
24
Nilai stabilitas dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
S = p x q ………………………………………………………….. (2.1)
Keterangan :
S : Angka stabilitas sesungguhnya.
p : Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat.
q : Angka koreksi benda uji.
3. Keawetan (Durability)
Keawetan (Durability) adalah kemampuan perkerasan jalan untuk
mencegah terjadinya perubahan pada aspal, kehancuran agregat, dan
mengelupasnya selaput aspal pada batuan agregat akibat cuaca, air,
suhu udara dan keuasan akibat gesekan dengan roda kendaraan.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah :
a) VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam
campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi
rapuh (getas).
b) VMA besar sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan
VIM kecil serta kadar aspal tinggi maka kemungkinan terjadinya
bleeding cukup besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini
dipergunakan agregat bergradasi senjang.
c) Film (selimut) aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis
aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan
terjadinya bleeding menjadi besar.
25
4. Fleksibilitas (Flexibility)
Fleksibilitas (Flexibility) adalah kemampuan lapis perkerasan untuk
mengabsorbsi regangan tarik akibat deformasi/lendutan oleh beban lalu
lintas tanpa mengalami retak (Fatigue Cracking) yang terjadi berulang
tanpa timbulnya retakan dan perubahan volume. Untuk mendapatkan
fleksibelitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :
a. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA
yang besar.
b. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang tinggi)
c. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehigga diperoleh VIM yangkecil.
5. Kedap Air (Impermeability)
Kedap Air (Impermeability) adalah kemampuan untuk melindungi lapis
perkerasan dari masuknya air dan udara yang mampu memperlemah
lapisan dibawahnya. Air dan udara yang masuk dapat mempengaruhi
percepatan penuaan aspal dan pengelupasan aspal dari permukaan aspal
secara dini.
6. Kekesatan/ Tahanan Geser (Skid Resistance)
Kekesatan/ Tahanan Geser (Skid Resistance) adalah kemampuan
permukaan dalam memberikan kekesatan sehingga kendaraan yang
melintas tidak mengalami slip dalam keadaan basah atau kering.
26
7. Kemudahan Pelaksanaan (Workability)
Kemudahan Pelaksanaan (Workability) adalah kemudahan pelaksanaan
suatu campuran untuk dihamparkan dan dipadatkan sehingga diperoleh
hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan.
8. Ketahanan terhadap Kelelahan (Fatique Resistance)
Ketahanan terhadap Kelelahan (Fatique Resistance) adalah ketahanan
dari lapis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya
kelelahan yang berupa alur (rutting) dan retak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketahanan terhadap kelelahan adalah :
a. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
kelelahan yang lebih cepat.
b. VMA dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksibel.
Menurut syarat yang telah ditetapkan oleh Bina Marga tahun 2010 Divisi 6
Perkerasan Aspal Revisi 3 terdapat beberapa nilai minimum dan maksimum
untuk masing-masing karakteristik campuran beraspal. Berikut adalah nilai
spesifikasi yang telah ditetapkan untuk lapis perkerasan laston (AC) dan
laston yang dimodifikasi (AC Modifikasi).
27
Tabel 6. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC).
Sifat-sifat CampuranLaston
Lapis Aus Lapis Antara PondasiJumlah tumbukan per bidang 75 112Rasio partikel lolos ayakan0,075mm dengan kadar aspalefektif
Min. 1,0
Maks. 1,4
Rongga dalam Campuran (%)Min. 3,0
Maks. 5,0Rongga dalam Agregat (VMA)(%)
Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Pelelehan (mm) Min. 2 3Maks. 4 6
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan AspalRevisi 3.
Tabel 7. Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi (AC Mod).
Sifat-sifat Campuran Laston
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0,075mmdengan kadar aspal efektif
Min. 1,0Maks. 1,4
Rongga dalam Campuran (%)Min. 3,0
Maks. 5,0Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 65 65
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250
Pelelehan (mm)Min. 2 3
Maks. 4 6
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelahperendaman selama 24 jam, 60°C
Min. 90
Rongga dalam Campuran (%) padaKepadatan membal (refusal)
Min. 2
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm Min. 2500Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal
Revisi 3.
28
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Dalam penelitian Sepriskha Diansari (2016) aspal modifikasi
direncanakan dengan penambahan plastik Low Linier Density
Polyethylene (LLDPE) yakni sebagai salah satu cara peningkatan mutu
pada perkerasan lentur ditinjau dengan peningkatan nilai stabilitas
campuran aspal dan flow, serta pengurangan plastik Low Linier Density
Polyethylene (LLDPE) yang sulit terurai dan peningkatan nilai
ekonomis. Dari hasil penelitian didapatkan grafik stabilitas pada bentuk
grafik menyerupai para bola dengan adanya titik maksimum sebagai
puncak, sehingga semakin tinggi penambahan kadar Low Linier Density
Polyethylene (LLDPE) maka nilai stabilitasnya bertambah.
2. Dalam penelitian Mita Amalia (2012) penggunaan bahan aditif jenis
polimer terhadap kinerja campuran aspal panas dengan tambahan variasi
BGA (Buton Granular Asphalt) dapat meningkatkan kinerja campuran
aspal pada tingkat optimum sebagai bahan campuran aspal modifikasi
untuk konstruksi perkerasan lentur pada kondisi lalu lintas sedang, serta
untuk meningkatkan kualitas pada aspal modifikasi. Penggunaan
polimer sebagai bahan modifikasi mampu meningkatkan sifat dasar
aspal terhadap tingkat kekerasan (Kekakuaan), Fleksibilitas pada
campuran lapis perkerasan.
29
3. Dalam penelitian Komang Wijaya (2012) kinerja perkerasan dengan
aspal modifikasi asbuton dan tafpack-super memiliki tingkat kinerja
yang paling baik dan optimum adalah campuran dengan Tafpack-Super
10% dan telah memenuhi syarat spesifikasi teknis, yaitu VIM diatas
20% dan density 2,0 gram/m3 dengan stabilitas Marshall lebih besar dari
350 kg.
4. Dalam penelitian Muhammad Karami 2017, penambahan aspal Buton
dalam campuran beraspal sebagai bahan aditif pada campuran beraspal
AC-WC terbukti mampu untuk meningkatkan nilai stabilitas campuran
menjadi lebih tinggi, sehingga campuran AC-WC tahan terhadap
deformasi permanen, penambahan persentase aspal Buton dalam
campuran beraspal harus dikontrol dengan baik, karena penambahan
persen aspal Buton akan menyebabkan nilai stabilitas campuran semakin
bertambah untuk selanjutnya berbanding terbalik setelah mencampai
titik optimum.
2.6 Metode Pengujian Marshall
Menurut Silvia Sukirman 1999, kinerja campuran aspal beton dapat
diperiksa menggunakan konsep Marshall Test. Metode pemeriksaan aspal
tersebut ditemukan oleh Bruce Marshall, seorang insinyur bahan aspal
bersama-sama dengan The Mississppi State Highway Department.
Kemudian The U.S. Army Corp of Engineers melanjutkan penelitian intensif
dan mempelajari hal-hal yang ada kaitannya sehingga dapat meningkatkan
dan menambah kelengkapan pada prosedur pengujian Marshall yang pada
30
akhirnya menggambarkan kriteria rancangan campuran pengujian dan
selanjutnya distandarisasikan didalam American Society for Testing and
Material 1989 (ASTM d-1559).
Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (Stability)
campuran agregat dan aspal terhadap kelelehan plastis (Flow) dari campuran
aspal dan agregat. Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan
dengan alat marshall diperoleh data-data sebagai berikut : nilai stabilitas,
kelelahan plastis (flow), VIM (rongga dalam campuran), VMA (rongga
antar agregat), VFA (rongga terisi aspal) , serta Marshall Quotient (MQ)
yaitu merupakan hasil pembagian dari stabilitas dengan kelelehan dan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
MQ = …………………………………………….……………… (2.2)
Keterangan :
MQ = Marshall Quotient (Kg/mm)
MS = Marshall Stability (Kg)
MF = Marshall Flow (mm)
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung. Metode penelitian yang akan
dilaksanakan disajikan pada Gambar 1 dengan perincian tahapan penelitian
sebagai berikut :
3.1 Persiapan Alat dan Bahan
Pada tahap ini dilakukan proses penyiapan bahan dan pengecekan peralatan
yang akan digunakan. Persiapan bahan (aspal, agegat 1-2, Screening, Abu
batu, bahan tambahan aditif JAP (Jaya Aspal Polymer) dan Tafpack-Super,
dengan semua bahan yang dibutuhkan didatangkan ke Laboratorium Inti
Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.
32
3.2 Diagram Alir Penelitian
Persiapan Alat dan Bahan
Pengujian bahan :
1. Agregat : a. Berat jenis dan penyerapan agregat 1-2b. Berat jenis dan penyerapan Screeningc. Berat jenis dan penyerapan Abu Batud. Analisa saringae. Los Angeles Testf. ACVg. AIV
2. Aspal : a. Berat Jenis c. Uji penetrasib. Titik Lembek d. Uji Kehilangan Berat
Menentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)(untuk masing-masing campuran beraspal)
a. Aspal Penetrasi 60/70b. Aspal Modifikasi Jaya aspal Polymerc. Aspal Penetrasi 60/70+Tafpack-Super (KAO
menggunakan KAO aspal pen 60/70+persenTafpack-Super)5 kadar aspal x 3 benda uji
Uji Marshall (VMA, VIM, VFA, MQ, Stabilitas, Flow, Kepadatan)
Hasil dan Analisis Data
Tujuan Penelitian
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian.
Pembuatan benda uji untuk setiap campuran beraspala. 5 Benda uji KAO Aspal Penetrasi 60/70b. 5 Benda uji KAO Aspal Modifikasi Jaya Aspal Polymerc. 5 Benda uji KAO Aspal Pen 60/70+5%Tafpack-Superd. 5 Benda uji KAO Aspal Pen 60/70+10%Tafpack-Supere. 5 Benda uji KAO Aspal Pen 60/70+15%Tafpack-Super
33
3.3 Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan mulai dari awal sampai akhir
seperti pada gambar (gambar diagram alir penelitian) yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pengujian bahan
a. Agregat 1-2, Sceering, dan Abu Batu
Pengujian agregat diperlukan sebagai bahan pengisi pada campuran
beraspal dengan komposisi gradasi sesuai dengan gradasi terpakai yang
memenuhi spesifikasi yang ada. Material agregat yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari PT. Sumber Batu Berkah (SBB) yang berlokasi
di Tanjungan Kabupaten Lampung Selatan dengan ukuran butiran standar
untuk lapis perkerasan jenis laston. Untuk material Agregat 1-2, Sceering,
dan abu batu dilakukan pengujian analisa saringan, berat jenis dan
penyerapan agregat, uji keusan agregat (Los Angeles Abrassion Test), uji
kekuatan akibat tumbukan (AIV), uji kekuatan akibat tekanan (ACV).
Berikut adalah proses pengujian material agregat yang digunakan.
Gambar 2. Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat.
34
Gambar 3. Uji Kausan Agregat (Los Angeles Abrassion Test).
Gambar 4. Uji Analisa Saringan.
Gambar 5. Aggregate Impact Value Test (AIV).
35
Gambar 6. Aggregate Crushing Value Test (ACV).
Dengan kontrol standar pengujian agregat seperti terdapat pada Tabel
8 dibawah ini yang disyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina Marga
2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Revisi 3 sebagai berikut :
Tabel 8. Standar Pemeriksaan Agregat
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PekerjaanUmum Republik Indonesia, Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6Perkerasan Aspal Revisi 3
No Jenis Pengujian Standar Uji
1 Analisa saringan SNI 03-1968-1990
2 Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenisSSD dan Berat Jenis Semu) danpenyerapan agregat halus.
SNI 03-1970-1990
3 Berat jenis (Berat jenis Bulk, Berat jenisSSD dan Berat Jenis Semu) danpenyerapan agregat kasar.
SNI 03-1969-1990
4 Los Angeles Test SNI 03-2417:2008
5 Aggregate Impact Value Test (AIV) BS 812:part 3: 1975
6 Aggregate Crushing Value Test (ACV) BS 812:part 3: 1975
36
b. Aspal
Pengujian aspal dilakukan dengan melakukan uji penetrasi, titik
lembek, berat jenis, dan kehilangan berat. Pada penelitian ini
digunakan 3 jenis aspal yaitu, Aspal non modifikasi Aspal
Penetrasi 60/70, Aspal Modifikasi Jaya Aspal Polymer dan Aspal
Penetrasi 60/70+Bahan Aditif berupa Tafpack-Super. Berikut
adalah proses pengujian material aspal yang digunakan pada
penelitian ini.
Gambar 7. Uji Berat Jenis Aspal.
Gambar 8. Uji Kehilangan Berat Minyak dan Aspal.
37
Gambar 9. Uji Penetrasi Aspal.
Gambar 10. Uji Titik Lembek Aspal.
Dengan kontrol standar pengujian aspal seperti terdapat pada Tabel
9 dibawah ini yang telah disyaratkan oleh Spesifikasi Umum Bina
Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal Revisi 3 sebagai berikut :
Tabel 9. Standar Pengujian Aspal
Sumber: Direktorat jenderal Bina Marga Departemen PekerjaanUmum Republik Indonesia, Spesifikasi Umum 2010 Divisi 6 hal 38.
No Jenis Pengujian Standar Uji
1 Penetrasi 25°C (mm) SNI 06-2456-1991
2 Titik Lembek (°C) SNI 06-2434-1991
4 Berat Jenis SNI 06-2441-1991
5 Kehilangan Berat SNI 06-2440-1991
38
2. Perencanaan Campuran
Untuk mendapatkan campuran yang ideal dan memberikan kinerja
perkerasan yang optimal maka sebelum membuat campuran
diperlukan perencanaan campuran untuk menentukan komposisi
masing-masing bahan penyusun campuran agar diperoleh campuran
beraspal yang memenuhi spesifikasi antara lain :
a. Pada Penelitian ini gradasi campuran agregat yang digunakan
adalah gradasi campuran AC-WC. Perencanaan campuran beraspal
AC-WC ini dilakukan dengan mengambil campuran agregat yang
berada pada batas atas dan batas bawah dari setiap persen berat
lolos saringan, sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2010.
b. Melakukan analisa perhitungan komposisi yang ideal dan
memenuhi persyaratan spesifikasi. Komposisi didapat dari hasil
trial and error dan didasarkan pada nilai spesifikasi pada campuran
beraspal tipe AC-WC. Berikut cara menghitung perkiraan awal
kadar aspal optimum (Pb) dengan persamaan sebagai berikut :
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (% FF) + K
Keterangan:
Pb : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran
CA : Persen agregat tertahan saringan No.8 (2,36 mm)
FA : Persen agregat lolos saringan No.8 (2,36 mm) dan
tertahan saringan No.200 (0,075 mm)
FF : Persen agregat minimal 75 % lolos No.200 (0,075 mm)
K : Nilai Konstanta antara 0,5-1,0 untuk Laston,
39
c. Hasil perhitungan nilai Pb dibulatkan, perkiraan nilai Pb sampai
0,5% terdekat. Conohnya jika hasil perhitungan diperoleh 5,95 %
maka dibulatkan menjadi 6 %.
d. Setelah proses analisa didapatkan komposisi masing-masing fraksi
agregat, kemudian dilanjutkan proses pengayakan agregat sesuai
dengan nomor saringan yang dibutuhkan, dan sesuai berat yang
telah kita hitung dari proses analisa.
3. Pembuatan Benda Uji untuk Menentukan Kadar Aspal Optimum(KAO)
a. Menyiapkan benda uji marshall pada kadar aspal (Pb).
b. Menghitung berat jenis maksimum (BJ max) dengan cara
mengambil data dari percobaan berat jenis Agregat 1-2, Sceering,
dan abu batu.
c. Menghitung berat sampel, berat aspal, berat agregat dan
menghitung kebutuhan agregat tiap sampel berdasarkan persentase.
d. Menghitung komposisi campuran agregat 1-2, Sceering, dan abu
batu, dan aspal dengan suhu standar pencampuran yaitu 145OC,
aspal yang digunakan untuk pembuatan benda uji adalah aspal pen
60/70 dan aspal modifikasi Jaya Aspal Polymer. Benda uji dibuat
sebanyak 3 sampel tiap masing-masing variasi kadar aspal.
e. Pencampuran benda uji dilakukan secara manual dengan diaduk
diatas wajan yang dipanaskan. Dilanjutkan proses pemadatan
standart dengan Automatic Marshall Compactor terhadap sampel
sebanyak 2 x 75 kali tumbukan tiap sisinya (sisi atas dan sisi
40
bawah) dengan suhu pencampuran yakni 145OC. benda uji yang
dibuat berbentuk silinder dengan tinggi standar 6,35 cm dan
diameter 10,16 cm.
Gambar 11. Proses Pencampuran Material Agregat dan Aspal.
Gambar 12. Proses Pemadatan Benda Uji.
41
Gambar 13. Benda Uji.
4. Pengujian dengan Alat Uji Marshall untuk Menentukan Kadar AspalOptimum (KAO).
a. Pemeriksaan Berat Jenis Campuran
Setelah proses pencampuran dan pemadatan, benda uji dikeluarkan
dari cetakan kemudian diukur pada tiga sisi tiap-tiap benda uji dan
ditimbang untuk memperoleh berat benda uji kering. Kemudian
merendam benda uji di dalam bak perendaman (water bath) selama
3-5 menit dan ditimbang dalam air untuk mendapatkan berat benda
uji dalam air. Kemudian benda uji diangkat dan dilap sehingga
kering permukaan dan didapatkan berat benda uji pada kondisi
kering permukaan jenuh.
42
Gambar 14. Proses Pengukuran Benda Uji.
Gambar 15. Proses Perendaman Benda Uji.
b. Pengujian Benda Uji
Pengujian dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas)
terhadap (flow) dari campuran aspal sesuai dengan prosedur SNI
24891991 atau AASHTO-245-90. Berikut langkah-langkah
pengujian dengan alat Marshall :
1. Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60ºC ±
1ºC selama 30 menit.
43
2. Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan
dilumasi agar benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian.
3.Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, kemudian
diletakkan tepat di tengah pada bagian bawah kepala penekan
untuk selanjutnya letakkan bagian atas kepala penekan dengan
memasukkan lewat batang penuntun, kemudian letakkan
pemasangan yang sudah lengkap tersebut tepat di tengah alat
pembebanan, arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada
dudukan diatas salah satu batang penuntun pada alat uji.
4. Kepala penekan akan dinaikkan sampai menyentuh alas cincin
penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan
arloji kelelehan sehingga menunjukan persis pada angka nol.
5. Pembebanan dilakukan dengan kecepatan tetap 51 mm atau 2
inch tiap 60 detik, dilakukan pembacaan pada saat arloji
pembebanan berhenti dan mulai kembali berputar menurun,
pada saat itu pula dibaca arloji kelelehan. Titik pembacaan
pada saat arloji pembebanan berhenti dan mulai kembali
menurun, itu merupakan nilai stabilitas Marshall.
Setelah pengujian selesai, kepala penekan diambil, bagian atas
dibuka dan benda uji dikeluarkan.
44
Gambar 16. Proses Perendaman Benda Uji dalam Bak Perendaman(Water Bath) Selama 30menit.
Gambar 17. Proses Pengujian Benda Uji dengan Marshall Test.
5. Menghitung Parameter Marshall
Setelah pengujian menggunakan alat Marshall selesai maka akan
didapatkan nili stabilitas dan flow, selanjutnya dilakukan perhitungan
parameter Marshall yaitu : VMA, VIM, VFA, MQ, Stabilitas, Flow,
Kepadatan yang ada pada spesifikasi campuran dengan
menggambarkan hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall.
45
6. Analisis Pengolahan dan Pembahasan Data
Dari data yang telah didapatkan saat penelitian di Laboratorium akan
dilakukan analisa pengolahan data terhadap nilai stabilitas dan
karakteristik campuran pada variasi kadar aspal untuk menentukan
nilai Kadar Aspal Optimum yang selanjutnya akan digunakan untuk
pembuatan benda uji dengan penambahan bahan aditif sebagai
modifikasi aspal.
7. Pembuatan Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum (KAO).
Pembuatan benda uji pada kadar aspal optimum dilakukan dengan
langkah yang sama dengan pembuatan benda uji sebelumnya. untuk
jenis aspal modifikasi Tafpack-Super dilakukan tiga variasi
penambahan bahan aditif, yaitu 5%, 10% dan 15%.
Gambar 18. Proses Pencampuran Bahan Aditif dengan AspalPenetrasi 60/70.
46
Gambar 19. Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum AspalPenetrasi 60/70.
Gambar 20. Benda Uji pada Kadar Aspal Optimum AspalModifikasi Jaya Aspal Polymer (JAP).
Gambar 21. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+5% Tafpack-Super.
47
Gambar 22. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+10% Tafpack-Super.
Gambar 23. Benda Uji KAO Aspal Pen 60/70+15% Tafpack-Super.
8. Pengujian Benda Uji Kadar Aspal Optimum (KAO).
Pengujian Benda Uji Kadar Aspal Optimum (KAO) dilakukan dengan
langkah yang sama dengan pengujian sebelumnya, yaitu pengujian
yang dilakukan dengan alat uji Marshall. Pengujian yang dilakukan
seperti pada Gambar 22 berikut :
48
Gambar 24. Pengujian Benda Uji KAO.
9. Menghitung Parameter Marshall Benda Uji KAO
Setelah pengujian menggunakan alat Marshall selesai maka akan
didapatkan nili stabilitas dan flow, selanjutnya dilakukan perhitungan
parameter Marshall yaitu : VMA, VIM, VFA, MQ, Stabilitas, Flow,
Kepadatan yang ada pada spesifikasi campuran dengan
menggambarkan hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall.
10. Analisis Pengolahan dan Pembahasan Data Benda Uji KAO
Dari data yang telah didapatkan saat penelitian di Laboratorium akan
dilakukan analisa pengolahan data terhadap nilai stabilitas dan
karakteristik campuran pada variasi jenis aspal dan penambahan bahan
aditif yang digunakan untuk menentukan jenis campuran yang paling
baik dan bagus kualitasnya sesuai dengan parameter marshall yang
telah ditentukan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6
Perkerasan Aspal Revisi 3.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pengujian, pembahasan, dan analisa dalam penelitian
ini dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut:
1. Kadar Aspal Optimum (KAO) yang diperoleh untuk aspal penetrasi
60/70 sebesar 6,3% dan untuk aspal modifikasi Jaya Aspal Polymer
sebesar 5,8%. Persen KAO untuk aspal modifikasi Jaya Aspal Polymer
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan persen KAO aspal penetrasi
60/70, dimana hal tersebut dapat mengurangi kuantitas kebutuhan aspal
pada campuran lapis perkerasan jalan.
2. Karakteristik campuran beraspal meliputi nilai Stabilitas, MQ, VIM,
VMA, Flow, dan VFA pada aspal penetrasi 60/70 akan jauh lebih rendah
dibandingkan dengan campuran beraspal yang telah dimodifikasi dengan
penambahan bahan aditif Taftpack Super, namun nilai stabilitasnya dan
Marshall Quotient (MQ) pada campuran beraspal penetrasi 60/70
cenderung sedikit lebih besar dibandingkan dengan campuran aspal
modifikasi Jaya Aspal Polymer, meskipun pada beberapa nilai
karakteristik seperti nilai VIM, VMA, VFA, dan Flow aspal penetrasi
60/70 cenderung lebih besar.
93
3. Untuk nilai stabilitas campuran paling besar terdapat pada campuran
aspal KAO aspal penetrasi 60/70+TPS 10% dimana campuran tersebut
memiliki nilai stabilitas sebesar 2017,864 Kg dengan nilai kepadatan
sebesar 2,259 dengan stabilitas dan kepadatan yang besar diharapkan
lapisan perkerasan dapat memberikan mutu dan masa layan yang jauh
lebih baik dan tahan lama, sehingga campuran tersebut sangat dianjurkan
sebagai material konstruksi perkerasan.
5.2 Saran
Berikut beberapa saran yang penulis usulkan untuk dijadikan bahan
pertimbangan :
1. Untuk mendapatkan kualitas aspal dengan nilai stabilitas tinggi penulis
merekomendasikan jenis campuran beraspal modifikasi 60/70 dengan
penambahan bahan aditif Taftpack Super 10% sebagai hasil campuran
terbaik dalam penelitian ini untuk pengaplikasian dilapangan.
2. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk mengetahui kualitas
campuran aspal modifikasi terhadap nilai keawetan (durability).
3. Perlu dilakukannya proses perbaikan untuk alat uji daktilitas aspal agar
aspal yang digunakan pada campuran dapat dilihat nilai daktilitasnya.
4. Perlunya dilaukannya perawatan dan perbaikan untuk alat pemadatan, agar
pada saat melakukan proses pemadatan benda uji hasil yang diperoleh
lebih maksimum nilai kepadatannya.
5. Perlu adanya perawatan untuk arloji pengukuran flow (kelelahan) dan pada
alat marshall agar pada saat pengukuran laju arloji tidak mengalami
hambatan.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Mita. 2012. Pengaruh Penggunaan Bahan Aditif Jenis Polimer TerhadapKinerja Campuran Aspal Panas dengan Tambahan Variasi BGA(Buton Granular Asphalt). Skripsi Teknik sipil, Fakultas Teknik,Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonim. 2017. Kondisi Jalan Provinsi Lampung Memprihatinkan. Lampung Post.23 Oktober 2017.
Anonim. 2017. Kerusakan Jalan Jabodetabek. Jakarta Post. 25 Maret 2017.
Balitabang (Badan Penelitian dan Pengembangan) Departemen Pekerjaan Umum(PU), 2007. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan. Bandung.
Balitabang (Badan Penelitian dan Pengembangan) Departemen Pekerjaan Umum(PU), 1994. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan. Bandung.
Diansari, Sepriskha. 2016. Aspal Modifikasi dengan Penmabahan Plastik LowLinier Density Poly Ethylene (LLDPE) ditinjau dari KarakteristikMarshall dan Uji Penetrasi pada Lapisan Aspal Beton (AC-WC).Skripsi Teknik SIpil, Universitas Lampung. Bandar Lampug.
Hendarsin, Shirley L. 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya. Bandung :Politeknik Negeri Bandung.
Jaya, Komang Wira. 2012. Analisis Kinerja Perkerasan Semi lentur dengan AspalModifikasi Asbuton dan Tafpack-Super. (Tesis). Magister Teknik Sipil,Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Karami, Muhammad. 2017. Evaluasi Terhadap Penggunaan Aspal Buton sebagaiBahan Tambah terhadap Karakteristik dan Parameter CampuranBeraspal Modifikasi. Universitas Lampung
Putri, Vidya Annisah. 2016. Identifikasi Jenis Kerusakan pada Perkerasan Lentur(Studi Kasus Jalan Soekarno – Hatta Bandar Lampung). Skripsi TeknikSipil, Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Shahin, M.Y., Walther, J.A. 1994. Pavement Maintenance Management for Roadsand Streets Using The PAVER System. US Army Corps of Engineer.New York. 282 pp.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung. 243 hlm.
Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 1999. Rekayasa Jalan Raya-2. Jakarta. UniversitasGunadharma.
Universitas Lampung. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UniversitasLampung. Unila Offset. Bandar Lampung.
Yoder, E.J dan Witczak, M.W. 1975, Principles of Pavement Design, A Wiley-Interscience Publication, New York.
. 2010. Spesifikasi Umum Divisi 6 Perkerasan Aspal. Republik IndonesiaKementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.
______. 2017. Panduan Praktikum Pelaksanaan Perkerasan Jalan (PPJ).Laboratorium Inti Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas TeknikUniversitas Lampung. Bandar Lampung. 59 hlm.