Post on 31-Dec-2014
P R O P O S A L
Studi Kelayakan dan Desain Teknik Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
Ir. D. Wahyuridhadw_ridha@yahoo.co.uk
085710717171
1. LATAR BELAKANG
Dalam usaha meningkatkan mutu hidup dan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan,
energi memiliki peranan yang besar. Ketersediaan listrik di pedesaan baik yang dikelola swasta atau
pemerintah, akan mendorong peningkatan produktivitas, sarana pendidikan dan kesehatan, dan
menciptakan lapangan pekerjaan serta kegiatan ekonomi baru. Hanya saja pada saat ini baru sebagian
kecil dari desa-desa di Indonesia dapat menikmati listrik, padahal potensi energi baru dan terbarukan
cukup besar dan belum termanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan potensi energi tersebut perlu
ditingkatkan sehingga sumbangannya terhadap pemenuhan kebutuhan energi di masa depan dapat
lebih berarti terutama untuk daerah pedesaan dan daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan
distribusi energi komersial. Salah satu sumber energi terbarukan yang potensial adalah tenaga air,
dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) untuk pelistrikan desa.
Dalam pembangunan PLTMH banyak faktor yang harus diperhatikan agar pembangunan
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan tidak sia-sia. Faktor tersebut diantaranya didasarkan
pada studi kelayakan teknis dan studi kelayakan sosial-ekonomi terhadap potensi alam dan sumber
daya setempat. Keakuratan data hasil studi kelayakan akan menentukan keberhasilan pembangunan
PLTMH. Setelah studi selesai dilakukan tahap selanjutnya adalah detail design untuk bangunan sipil
dan sistem elektro-mekanikal, sistem kontrol, serta sistem transmisi dan distribusi. Perancangan
teknik harus dilakukan secara tepat akurat, dengan menerapkan teknologi yang telah teruji agar
pembangkit listrik mempunyai kehandalan yang baik. Setelah pembangunan PLTMH selesai
dilakukan , keberadaan PLTMH tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pemicu bagi
pengembangan ekonomi masyarakat setempat.
2. TUJUAN
Tujuan dari Kegiatan ini adalah :
1. Tersedianya informasi yang lengkap tentang tingkat kelayakan teknis & ekonomis
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
2. Tersedianya laporan teknik berupa detail desain bangunan sipil, sistem elektro-
mekanikal, sistem kontrol, transmisi dan distribusi dari lokasi pembangkit listrik
tenaga mikrohidro yang dinilai layak.
3. CAKUPAN AKTIVITAS
Aktifitas-aktivitas yang dilakukan harus berorientasi kepada pencapaian tujuan, agar proyek
ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pengembangan sumber daya di daerah. Bagi daerah yang pertama kali melaksanakan pembangunan
PLTMH, tahapan pembangunan PLTMH adalah sebagai berikut:
1. Studi kelayakan
2. Desain dan engineering
3. Implementasi
4. Pendampingan kegiatan pengelolaan dan pengembangan
3.1 Studi Kelayakan
Studi kelayakan pembangunan PLTMH untuk pelistrikan desa dibagi menjadi 2 bagian :
1. Studi kelayakan teknis
2. Studi kelayakan sosial-ekonomi
3.1.1. Studi Kelayakan Teknis
Studi kelayakan teknis dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter potensi alam yang
sangat menentukan untuk pengambilan keputusan pembangunan PLTMH di suatu lokasi. Studi ini
juga memberikan data/informasi yang diperlukan oleh perancang sistem PLTMH dan pelaksana
pembangunannya.
3.1.1.1. Hidrologi
Studi kelayakan hidrologi bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi daya,
kuantitas, dan kualitas air.
3.1.1.1.1. Klarifikasi Pengukuran Head Air
Pengukuran head dapat dilakukan dengan menggunakan peta topografi, tetapi hasil yang
diperoleh sangat kasar. Pengukuran head yang akurat dilakukan di lapangan, dapat dilakukan dengan
berbagai metode pengukuran. Setelah didapatkan perkiraan head kotor (grosshead), maka dilakukan
penentuan head bersih (net head) yang berhubungan dengan perencanaan bangunan sipil.
3.1.1.1.2. Klarifikasi Pengukuran Debit Air
Pengukuran debit air dilaksanakan pada saat bulan terkering atau kemarau yang biasa terjadi
dalam setahun pada daerah tersebut. Hal ini untuk menjamin ketersediaan air untuk turbin.
Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi alam dan
ketersediaan alat.
3.1.1.1.3. Pembuatan FDC (Flow Duration Curve)
Untuk membuat plot diagram Fluktuasi Aliran air maka dilakukan penelitian terhadap data
debit aliran air sungai sepanjang tahun. Penentuan FDC dapat melalui dua cara, yaitu : penentuan
berdasarkan area tadah hujan (prediction by area-rainfall method) dan penetuan berdasarkan metoda
korelasi (correlation method). Hal utama yang dilakukan dalam penentuan FDC baik melalui metoda
area tadah hujan maupun metoda korelasi adalah pencatatan debit air , Q (flow, m^3/sec) pada lokasi
intake yang direncana. Hasil plot FDC akan menentukan kesimpulan perencanaan debit air (Q) yang
akan diambil sebagai patokan dalam perhitungan, dimana Q diambil di bawah FDC.
Keterbatasan data di lapangan akan menyulitkan pembuatan FDC. Apabila pembuatan FDC
tidak dapat dilakukan, perencanaan debit air dapat didasarkan pada debit minimum yang tersedia.
Untuk meningkatkan akurasi data perlu penggalian informasi dari masyarakat setempat.
3.1.1.2. Pemilihan Lokasi dan Lay-out Dasar
Penentuan lokasi pembangunan PLTMH harus ditentukan secara cermat dengan
memperhatikan kondisi geografis, keadaan tanah dan batuan, serta keadaan sungai.
3.1.1.2.1. Studi Geologi
Studi geologi dalam pembangunan mikrohidro akan memberikan informasi yang berharga
untuk merencanakan pembangunan fasilitas sipil. Informasi mengenai kondisi alam, keadaan tanah
dan batuan, serta pergerakan tanah yang diperoleh dari studi geologi akan membantu dalam
menentukan lokasi terbaik bagi pembangunan fasilitas sipil. Di samping itu, informasi tersebut dapat
membantu dalam merencanakan dan memprediksi biaya konstruksi beserta perawatannya.
Studi geologi, meliputi pengumpulan informasi tentang :
1. Pergerakan permukaan yang mungkin terjadi, seperti : batuan dan permukaan tanah
yang dapat bergerak bila turun hujan lebat, pergerakan air dan lumpur.
2. Pergerakan tanah di bawah permukaan yang mungkin terjadi, seperti : gempa atau
pun tanah longsor.
3. Tipe batuan, tanah, dan pasir. Hal ini berguna untuk mendesain pondasi sipil yang
cocok, dan material yang cocok dengan kondisi tersebut.
3.1.1.2.2. Pemahaman Peta Topografi
Pemahaman peta topografi yang baik akan membantu kita dalam menentukan lokasi terbaik
di mana memungkinkan untuk mendapatkan tinggi jatuhan air (head) yang memadai. Keadaan kontur
tanah yang digambarkan oleh peta topografi sangat membantu dalam membuat lay out dasar sistem
mikrohidro.
3.1.1.2.3. Lokasi Bangunan Intake
Pada umumnya instalasi mikrohidro merupakan pembangkit listrik tenaga air jenis aliran
sungai langsung, jarang yang merupakan jenis waduk (bendungan besar). Konstruksi bangunan intake
untuk mengambil air langsung dari sungai dapat berupa bendungan (intake dam) yang melintang
sepanjang lebar sungai atau langsung membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan
bendungan. Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk menghindarkan masalah di kemudian
hari.
3.1.1.2.4. Lokasi Rumah Pembangkit (Power House)
Pada dasarnya setiap pembangunan mikrohidro berusaha untuk mendapatkan head yang
maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit (power house) berada pada tempat yang
serendah mungkin. Karena alasan keamanan dan konstruksi, lantai rumah pembangkit harus selalu
lebih tinggi dibandingkan permukaan air sungai. Data dan informasi ketinggian permukaan sungai
pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah pembangkit. Selain lokasi
rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman, saluran pembuangan air (tail race) harus
terlindung oleh kondisi alam, seperti batu-batuan besar. Ujung saluran tail race tidak terletak pada
bagian sisi luar sungai karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta memungkinkan
masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.
3.1.1.3. Lay-out Sistem Mikrohidro
Lay-out sebuah sistem mikrohidro merupakan rencana dasar untuk pembangunan mikrohidro.
Pada lay-out dasar digambarkan rencana untuk mengalirkan air dari intake sampai ke saluran
pembuangan akhir. Lay-out tersebut harus memperhatikan aspek teknik dan ekonomi. Air dari intake
dialirkan ke turbin menggunakan saluran pembawa air berupa kanal dan penstock. Penggunaan
penstock memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan pembuatan kanal terbuka, sehingga dalam
membuat lay-out perlu diusahakan agar menggunakan penstok sependek mungkin.
3.1.2. Studi Kelayakan Sosial Ekonomi
Studi kelayakan sosial ekonomi dilakukan agar pembangunan PLTMH dapat memberikan
manfaat seoptimal mungkin, dan mengurangi inefesiensi dalam proses pembangunan.
3.1.2.1. Analisis Potensi Daerah
Analisis potensi ekonomi desa dimaksudkan untuk mendapat gambaran umum tentang situasi
kondisi dalam aspek ekonomi pedesaan tempat PLTMH direncanakan akan dibangun baik yang sudah
muncul atau yang belum dikembangkan oleh masyarakat di desa yang bersangkutan. Aspek ekonomi
pedesaan yang harus diperhatikan sebagai sebuah potensi antara lain :
1. Keberadaan sumber daya alam potensial yang bernilai ekonomis; dapat dilihat
dari lahan yang dipergunakan untuk keperluan produktif (sawah, kebun, ladang) dan
juga lahan perairan yang dipergunakan untuk perikanan (kalau ada).
2. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan rata-rata penduduk desa; dilihat
berdasarkan jenis-jenis pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk setempat dan
penghasilan yang diperoleh dari melakukan pekerjaan tersebut.
3. Aktivitas usaha ekonomi produktif yang ada di desa; jenis-jenis usaha wiraswasta
non-pertanian apa saja yang ada di desa tersebut (warung, bengkel, huller, dll).
4. Jarak dari kota terdekat yang dapat dijadikan tempat suplai ke desa tersebut;
berapa jauh kota terdekat dari desa tersebut yang, menjual bahan bangunan seperti
semen, paku, besi beton, dll, serta berapa ongkos angkutan barang dan manusia yang
harus dikeluarkan untuk mencapai desa tersebut.
5. Material yang tersedia secara lokal di desa tersebut; bahan bangunan apa saja
yang tersedia di desa tersebut (pasir, batu, kayu, dll).
Dari data di atas diharapkan dapat dianalisis apakah daerah yang akan dibangun PLTMH
tersebut mempunyai potensi secara ekonomis untuk dikembangkan dengan menilai secara umum
setiap faktor tadi dan saling keterkaitannya dalam membentuk potensi ekonomi desa.
3.1.2.2. Kajian Sosial Demografi
Kita hanya memerlukan gambaran secara umum mengenai kondisi sosial demografi
masyarakat setempat. Oleh karena itu kita perlu melakukan observasi yang meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1. Kehidupan sosial kemasyarakatan penduduk di desa tersebut; yang diamati di
sini adalah pola hubungan sosial dan kecenderungan kehidupan sosial yang ada di
masyarakat.
2. Lembaga-lembaga desa atau organisasi yang eksis dan establish di desa tersebut
dan pengaruhnya; organisasi yang perlu untuk diamati meliputi organisasi
pemerintahan desa dan organisasi kemasyarakatan, serta bagaimana pengaruhnya di
masyarakat.
3. Figur yang dihormati di desa tersebut, dan pengaruhnya terhadap masyarakat
desa itu; perlu untuk diketahui siapa-siapa saja yang menjadi panutan bagi
masyarakat setempat dan seberapa luas pengaruhnya terhadap orang-orang yang
menganggap mereka sebagai panutan.
4. Prasarana jalan ke desa tersebut; perlu diketahui ketersediaan sarana jalan dan
bagaimana keadaannya, serta kendaraan umum yang menuju ke desa tersebut.
5. Konsumen yang akan menjadi pelanggan listrik; perlu diobservasi secara umum
seberapa besar keinginan masyarakat setempat terhadap kehadiran listrik.
6. Jumlah kepala keluarga (rumah); apabila terjadi kesulitan, dapat diperkirakan dari
berapa jumlah rumah yang ada di desa tersebut.
7. Pola pemukiman penduduk; apakah penduduk tinggal secara terpencar atau
menumpuk di suatu tempat yang dapat dianggap sebagai pusat desa. .
8. Mata pencaharian penduduk(secara umum); per KK.
9. Penghasilan penduduk di lokasi itu per bulannya (kira-kira); per KK.
3.1.2.3. Analisa Biaya Investasi
Untuk analisa keuangan ini, diperlukaan data yang akurat tentang harga berbagai komponen
PLTMH beserta biaya pembangunannya. Data biaya ini secara keseluruhan meliputi pembangunan
fisik dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyiapkan masyarakat setempat. Dengan begitu kita
dapat mengetahui kebutuhan biaya pembangunan yang harus dikeluarkan. Kemudian langkah-
langkah yang kita lakukan adalah sebagai berikut :
1. Tentukan sifat sumber dana apakah berupa grant, kredit investasi, atau dana
pemerintah.
2. Tentukan masa pengembalian seluruh investasi (Break Event Point) untuk skema
pembangunan investasi (murni, atau sebagian dana bantuan).
3. Rancang model pengembalian dana. (kepada investor, bank, atau kas lembaga
pengelola PLTMH).
4. Buat proyeksi keuangan lengkap dengan aliran dana, neraca rugi laba, IRR, NPV.
5. Tentukan berapa biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat/konsumen
perbulannya.
6. Tentukan perkiraan biaya langganan listrik yang dapat dikeluarkan oleh
masyarakat/konsumen perbulannya.
Sumber dana perlu diketahui bentuknya untuk mengetahui berapa besar dana yang harus
dikembalikan oleh masyarakat setempat melalui pembayaran iuran bulanan, yang berarti menentukan
besar iuran bulanan yang harus di bayar oleh pelanggan. Apabila dari dana pembangunan tersebut
memang ada bagian yang harus dikembalikan, maka perlu disepakati dengan pihak pemberi dana,
berapa lama pinjaman tersebut harus dikembalikan. Kemudian dapat dibuat model pengembaliannya,
apabila ternyata 100% dana pembangunan adalah hibah, maka komponen pengembalian pinjaman
pada buku keuangan dapat dihapuskan. Selanjutnya dibuat proyeksi keuangan secara lengkap.
Kemudian tentukan perkiraan biaya yang harus ditanggung oleh konsumen melalui iuran perbulannya.
Dengan demikian kita dapat mengetahui proyeksi keuangan lengkap untuk membangun
PLTMH di desa tersebut. Dan juga dapat kita perkirakan kesenimbangunannya dalam hal ekonomi.
Tinggal kita tentukan saja nilai kelayakan pembangunan PLTMH di desa tersebut berdasarkan kriteria
anggapan ideal yang telah kita tetapkan.
3.2. Desain & Engineering
3.2.1. Bangunan Sipil
Setiap lokasi mikrohidro memiliki aspek hidrologi, topografi dan kondisi alam yang berbeda
sehingga tidak ada standar desain untuk fasilitas teknik sipil. Pada batas-batas tertentu dapat
digunakan desain yang hampir sama untuk beberapa lokasi mikrohidro dengan melakukan modifikasi
pada beberapa bagian yang dianggap perlu.
3.2.1.1. Bendungan dan Intake
Pada umumnya bendungan untuk instalasi mikrohidro dibedakan menjadi bendungan
pemasukan (intake dam), bendungan penyimpan (storage dam) dan bendungan pengatur (regulating
dam). Bendungan-bendungan penyimpan dan pengatur membendung air sungai untuk memperoleh
tinggi terjun buatan (artificial). Disamping itu bendungan ini menampung, menyimpan dan
memasukkan air ke turbin sesuai kebutuhan. Bendungan pemasukan menampung aliran air sungai
untuk PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river). Konstruksi bendungan untuk mikrohidro
dapat berupa bendungan beton, bendungan urugan batu atau tanah, bendungan kerangka baja dan
bendungan kayu. Bendungan dilengkapi dengan saluran pelimpahan (spillway) untuk mengalirkan air
yang berlebih, pintu air, kolam pengendap pasir, dan pipa kuras.
Bila kondisi di lapangan memungkinkan untuk mendapatkan head yang tinggi dan debit air
yang cukup maka tidak perlu membangun bendungan. Hal ini banyak di temui pada instalasi
mikrohidro dengan daya yang kecil.
Sementara itu bangunan intake harus terlidung dari kerusakan akibat banjir. Intake harus
selalu berada di bawah permukaan air untuk menjamin suplai air. Intake di tempatkan dekat
bendungan atau pada tempat yang secara alamiah berfungsi sebagai bendungan. Intake dapat
ditempatkan paralel dengan aliran air (side intake) atau melintang memotong arus (direct intake).
3.2.1.2. Saluran Pembawa (Head Race)
Saluran pembawa (head race) menyalurkan air dari intake sampai ke bak penenang, atau
tempat mulainya pipa pesat (penstock). Saluran pembawa dapat berupa saluran terbuka, saluran
tertutup atau terowongan. Apabila saluran air tersebut harus memotong sungai, lembah, dan
semacamnya, maka dibuatlah bangunan penyalur air (aquaduct) atau sifon (syphon), sesuai dengan
keadaan setempat.
3.2.1.3. Pipa Pesat (Penstock)
Sesuai dengan keadaan geografis dan geologi setempat, pipa pesat ini dapat dipasang tanpa
penutup msepanjang permukaan tanah atau dipasang dengan dibungkus beton dalam terowongan di
bawah tanah. Tergantung kepada keadaannya, mungkin juga dirancang pemasangan dua lajur pipa
pesat atau lebih dengan diameter yang lebih kecil, menggantikan satu lajur pipa pesat berdiameter
besar.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan pipa pesat yaitu :
1. Tekanan pada pipa pesat
2. Metode penyambungan
3. Diameter dan rugi-rugi gesekan
4. berat dan kemudahan pemasangan
5. Aksesibilitas
6. Kondisi geografis dan geologi
7. Biaya
3.2.1.4. Kolam Pengendap (Settling Basin)
Kolam ini biasanya dibuat dengan memperdalam sebagian saluran penghantar dan
menambahnya dengan saluran penguras. Fungsinya adalah untuk mengendapkan pasir dan menyaring
kotoran yang hanyut sehingga air yang masuk ke turbin akan relatif bersih.
3.2.1.5. Bak Penenang (Forebay Tank)
Saluran penghantar akan berujung pada bak penenang yang berfungsi untuk menyaring akhir
dan untuk mereduksi arus turbulensi air serta kemudian mengarahkannya untuk masuk ke pipa pesat
sesuai dengan debit yang diinginkan, kolam atas ini harus dibuat dengan konstruksi beton.
Pada saat perencanaan perlu diperhitungkan pula kemungkinan longsornya bak penenang ini
mengingat biasanya kolam atas ini diletakkan dibagian paling atas dari suatu tebing yang miring.
Untuk menghemat panjang pipa pesat memang biasanya kolam atas ini diletakkan sedekat mungkin
diatas powerhouse.
3.2.1.6. Powerhouse (Rumah Pembangkit)
Powerhouse ini bukan seperti bangunan rumah biasa. Di dalam power house, dipasang
turbin dan generator yang selalu mendapat beban dinamis dan selalu bergetar, Dalam disain
powerhouse, pondasi turbin - generator harus dipisahkan dari pondasi bangunan powerhouse-nya.
Persoalan ini masih ditambah lagi dengan perlunya saluran pembuang di dalam powerhouse sampai
keluar powerhouse.
Dalam merencanakan powerhouse, perlu dipikirkan keleluasaan bongkar pasang turbin
generator, karena bisa dipastikan setiap tahun turbin air harus diperiksa, artinya akan dibongkar
secara berkala.
3.2.2. Fasilitas Elektro-Mekanik
3.2.2.1. Turbin
Perancangan dan pemilihan sebuah turbin air yang baik tergantung pada :
1. Head yang tersedia
2. Perencanaan debit air
3. Daya yang diharapkan sesuai debit dan head yang tersedia
4. Putaran turbin yang akan diteruskan ke generator
Metode yang sering dipakai untuk memilih jenis turbin air adalah dengan menentukan
kecepatan spesifiknya. Kecepatan spesifik (Ns), merupakan suatu istilah yang dipakai untuk
mengelompokkan turbin-turbin atas dasar unjuk kerja dan ukuran perimbangannya..
3.2.2.2. Transmisi Daya Mekanik
Transmisi daya bertujuan untuk menyalurkan daya poros turbin ke poros generator. Elemen-
elemen transmisi daya yang digunakan terdiri dari : sabuk (belt), pulley, kopling, bantalan (bearing)
dan cone clamp.
Belt berfungsi untuk menyalurkan daya poros turbin ke poros generator. Belt harus cukup
tegang sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pulley disamping sebagai tempat/dudukan belt juga
berfungsi untuk menaikkan putaran sehingga putaran generator sesuai dengan putaran daerah
kerjanya. Sedangkaan kopling, bantalan dan cone clamp merupakan komponen/elemen pendukung.
3.2.2.3. Sistem Kontrol
Frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator dipengaruhi oleh kecepatan
putar generator. Perubahan kecepatan putar generator akan menimbulkan perubahan frekuensi dan
tegangan listrik; pada batas-batas tertentu perubahan tersebut tidak membahayakan.
Tujuan pengontrolan dalam mikrohidro adalah untuk menjaga sistem elektrik dan mesin agar
selalu berada pada daerah kerja yang diperbolehkan. Semua peralatan listrik didesain untuk beroperasi
pada frekuensi dan tegangan tertentu. Bila beroperasi pada frekuensi dan tegangan yang berbeda dapat
mengakibatkan peralatan listrik cepat rusak.
3.2.2.4. Generator
Generator berfungsi untuk mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik. Untuk
PLTMH dengan daya listrik terpasang di bawah 20 kW, biasanya dipergunakan IMAG (Induction
Motor as Generator)
3.2.3. Transmisi & Distribusi
Untuk instalasi mikrohidro ada beberapa bentuk sistem transmisi dan distribusi yang dapat
dipakai. Pada dasarnya bentuk-bentuk tersebut dapat digolongkan menjadi sistem radial dan sistem
loop (tertutup).
3.2.3.1. Pemilihan Tegangan
Tegangan sistem transmisi dapat berupa tegangan tinggi atau tegangan rendah. Untuk saluran
transmisi yang panjang, penggunaan sistem tegangan tinggi dapat mengurangi rugi-rugi daya selama
penghantaran tenaga listrik. Penggunaan sistem tegangan tinggi memerlukan transformator. Dengan
demikian biaya yang dikeluarkan menjadi lebih mahal. Penggunaan transformator menuntut adanya
pemeliharaan di samping memerlukan isolator yang mahal sebagai alat pelengkap kabel.
3.2.3.2. Penghantar
Material konduktor (kabel induk) yang sering dipilih adalah antara alumunium atau tembaga
(copper). Untuk instalasi tegangan rendah banyak digunakan penghantar tembaga. Tembaga yang
digunakan untuk penghantar umumnya tembaga elektrolistis dengan kemurnian di atas 99,5%.
3.2.3.3. Tiang dan Perlengkapannya
Tiang listrik untuk jaringan tegangan rendah biasanya terdiri dari tiang tunggal. Tiang-tiang
listrik dapat dibuat dari baja, beton bertulang atau kayu, dan dibuat dengan sistem konus. Penggunaan
kayu untuk tiang listrik dapat menekan biaya, tetapi memerlukan proses pengawetan karena
kelemahan dari tiang kayu adalah mudah kropos dan mudah patah. Jenis kayu yang banyak dipakai ,
terutama untuk jaringan distribusi adalah kayu ulin, rasamala, jati. Karena kekerasan dan kekuatannya
, kayu ulin dapat digunakan tanpa diawetkan.
3.2.3.4. Perlengkapan Pengaman
3.2.3.4.1. Sekering
Sekering dipergunakan untuk melindungi jaringan listrik terhadap gangguan arus lebih.
Sekering terdiri dari penghantar kecil yang dapat melebur, biasanya terbiat dari perak, timah, seng
atau paduan logam lainnya yang mempunyai titik lebur rendah.
Untuk sistem tegangan rendah, fungsi sekering sebagai pengaman ini dapat digantikan dengan
menggunakan MCB (Mini Circuit Breaker).
3.2.3.4.2. Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker)
Pemutus rangkaian (Circuit Breaker) adalah peralatan sakelar yang mampu mengalirkan dan
memutuskan aliran listrik . Pemutus rangkaian berfungsi sebagai pengaman dari arus beban lebih atau
arus hubung singkat, atau pengaman kedua-duanya dan sebagai sakelar yang mempunyai beban berat
untuk mengatasi kenaikan beban sakelar.
3.2.3.4.3. Perlindungan Terhadap Petir
Sambaran petir langsung pada kawat fasa jaringan distribusi, dapat menimbulkan arus induksi
sebesar 200.000 A atau lebih. Arus sebesar itu dapat merusak perlengkapan instalasi listrik, sehingga
perlu dibuang ke bumi dengan menggunakan sistem penangkal petir.
3.2.3.5. Instalasi Kabel Rumah
Menggunakan sistem dan perlengkapan yang sudah distandarisasi oleh PLN.
4. PELAKSANA & SUMBER DAYA
Perusahaan pelaksana studi kelayakan ini akan membentuk suatu tim pelaksana, yang terdiri
dari beberapa tenaga ahli dan surveyor, untuk melakukan seluruh kegiatan studi kelayakan dan desain
engineering PLTMH ini seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3 di atas. Perusahaan ini akan
mengambil posisi sebagai konsultan untuk seluruh kegiatan yang dilakukan hingga diperoleh laporan
akhir (Final Report) pekerjaan studi kelayakan ini yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang
berkepentingan, khususnya pihak pemberi pekerjaan.