Post on 11-Feb-2017
PROPOSAL PENELITIAN
STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI
DI KELURAHAN KEBALEN KECAMATAN BABELAN TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan
perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara
pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara
langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada
anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta).
Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan
ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan
mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak
usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar
kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu
pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara
pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak
sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak
hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan
dan merangsang rasa percaya diri.
Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain ;
pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi
terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum
Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali
bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada keluarga.
Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama saja dengan
membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun bayi dibawah 6
bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir
dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia
berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas
dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan
kesehatan dunia lainnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu.
Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping
Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki
olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik atau
optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis.
Status gizi kurang atau lebih merupakan gangguan gizi.
Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli keluarga, akan tetapi
juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama dalam hal waktu untuk bekerja
di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah tangga serta mengasuh anak. Peran
ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu curahan waktu penuh untuk mengasuh anak,
bersamaan dengan itu perlu sisipan waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang
untuk mengatasinya adalah anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di
rumah. Keterbatasan waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan
berpengaruh terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia
anak-anak ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk
membantu kecerdasan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Babelan tahun 2013 bahwa 65 % ibu rumah
tangga di Kelurahan Kebalen bekerja di luar rumah.
Data Puskesmas tahun 2013 diperoleh informasi bahwa cakupan pemberian Asi Eksklusif di
Kelurahan Kebalen hanya berjumlah 32,5 %. Hal ini menandakan bahwa masih tingginya
pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan
antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP
Asi dini ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini
di Kelurahan Kebalen.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan
pemberian Asi Eksklusif.
b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP
Asi dini.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Untuk Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Kebalen
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya
masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan Kebalen.
3. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-masalah
gizi keluarga terutama zat gizi untuk bayi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada
Bayi Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan
kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang
bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak,
memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan
emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan
makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI
yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang
berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung
lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan
dapat diberikan setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu
yang tenang. Disamping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi
dan perawatan payudara. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat
terutama ASI eksklusif (As’ad, 2002).
ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk
jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah
bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI
dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,
2000).
Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.
2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.
3. Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.
4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.
5. Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.
6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam
keadaan segar serta bebas dari kuman.
7. Berfungsi menjarangkan kehamilan.
8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan.
Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah
bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi
peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain
yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun,
sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya.
Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau makanan lain.
Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara umum usahakan
dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu
ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka
pemberian makanan tambahan atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan
(Roesli, 2000).
Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh ASI,
maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi
yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI,
sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi
belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).
Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok
masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan
ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada
masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi
makanan tambahan (Arisman, 2004).
Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang
diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang
tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu
mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi
seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena
kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut
Arisman (2004), pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari
mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,
makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari,
satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan
empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai
menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang
dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa.
Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan
setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa
penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan
hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai
makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman,
2004).
Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan
bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 – 6
bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan
sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI)
harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi
yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi
belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi
mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi
bayi (Krisnatuti, 2007).
Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI
yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-
ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko
dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di
Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah
pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar
dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)
2. Konsep tentang Pekerjaan Ibu Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan, kesibukan,
urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang.
Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir semuanya
dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan minum anak
merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu. Akan tetapi, tugas
itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga harus mengingatkan tugas
anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau belum dilakukan seperti
mengingatkan anak supaya mandi, makan dan mengingatkan waktu bila anaknya bermain
(Supanto, 1990).
Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan
perkembangan emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan
berarti membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya
sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain diperlukan
alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya (Soetjiningsih,
1995).
Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua tentang
interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan
angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan
pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di
Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi,
dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata
pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Dengan
dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi
makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-ibu yang memahami
tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar
daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya (Anwar, 2008).
B. Kerangka Konsep 1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi berusia 6
bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.
2. Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang dilaksanakan
oleh seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan
ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan
pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu
yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.
C. Definisi Operasional Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu menyusui yang
berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada di luar rumah. Seperti
menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan, pegawai negeri pada instansi
pemerintah, dan lain sebagainya.
Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan Pendamping yang
sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP Asi diberikan pada H-1
sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.
BAB III
METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A. Data Penelitian
Sumber Data
Data yang diteliti dari Laporan Tahunan Kecamatan Babelan dan Puskesmas Babelan
B. Objek Penelitian
Ibu Pekerja dengan Bayi nya.
C. Periode Penelitian
Data yang digunakan merupakan data tahun 2013.
D. Variabel Penelitian dan Model Penelitian
Y1 : Ibu Pekerja (variabel terikat I)
Y2 : Ibu Rumah Tangga (variabel terikat II)
X1 : Bayi dengan ASI Eksklusif, setelah 6 bulan baru diberikan tambahan MP-ASI (varabel
bebas I)
X2 : Bayi yang diberikan susu formula (tanpa ASI), setelah 6 bulan baru diberikan tambahan
MP-ASI (variabel bebas II)
X3 : Bayi dengan ASI Eksklusif, namun belum genap 6 bulan sudah diberikan tambahan
MP-ASI (variabel bebas III)
X4 : Bayi yang diberikan susu formula (tanpa ASI), namun belum genap 6 bulan sudah
diberikan tambahan MP-ASI (variabel bebas IV)
E. Alat yang digunakan
Alat bantu yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel tersebut
diatas adalah peranti lunak atau software EViews 5.0 dan SPSS 13.0 for windows. EViews
dan SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan
untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga
dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak pengguna. Angka 5.0 dan 13.0 merupakan
nomor versi dari EViews dan SPSS
F. Model Analisis
Untuk mencari keterkaitan antara variabel yang tercakup dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisis regresi linier dengan metode kuadrat terkecil. Analisis regresi
bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan koefisien regresi.
Selanjutnya penulis melakukan pengujian hipotesi yaitu pengujian hipotesis secara parsial
menggunakan t test dan pengujian hipotesis secara simultan menggunakan F test.
Didalam persamaan regresi linier terdapat perbedaan antara Y hasil observasi yang diperoleh
dari data sampel dengan nilai Y sebenarnya, perbedaan inilah yang disebut dengan kesalahan
pengganggu atau error atau residual. Semakin kecil nilai kesalahn pengganggu semakin valid
nilai Y hasil observasi untuk meramalkan nilai Y populasi. Beberapa buku melambangkan
kesalahan penggangu dengan U dan ada juga dengan adanya kesalahan pengganggu tersebut,
maka terdapat beberapa asumsi dalam analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil,
sehingga estimasi yang dihasilkan bersifat BLUE. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya
adalah asumsi normalitas, asumsi autokorelasi, asumsi homokedastiditas, dan asumsi
multikolinieritas.
G. Rencana Biaya Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pada universitas gunadarma, maka semua biaya penelitian ditanggung
oleh penulis.
H. Jadwal Waktu Penelitian 1. Minggu I : Persiapan.
2. Minggu II – IV : Pengumpulan data, pengolahan dan analisis data secara garis besar.
3. Minggu V – IX : Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan BAB V
4. Minggu X – XII : Laporan akhir.
I. Daftar Pustaka
Laporan Tahunan Kecamatan Babelan dan Puskesmas Babelan tahun 2013
Sunartyo, 2008 Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak
As’ad, 2002 Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI
eksklusif
Depkes online, 2007 ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-
ASI