Proposal Penelitian

9
PROPOSAL PENELITIAN STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN KEBALEN KECAMATAN BABELAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta). Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan dan merangsang rasa percaya diri. Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain ; pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada keluarga. Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun bayi dibawah 6 bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.

Transcript of Proposal Penelitian

Page 1: Proposal Penelitian

PROPOSAL PENELITIAN

STATUS PEKERJAAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

DI KELURAHAN KEBALEN KECAMATAN BABELAN TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan

perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan tentang cara

pemberian makanan bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara

langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada

anak, khususnya pada umur dibawah 2 tahun (baduta).

Bertambah umur bayi bertambah pula kebutuhan gizinya. Ketika bayi memasuki usia 6 bulan

ke atas, beberapa elemen nutrisi seperti karbohidrat, protein dan beberapa vitamin dan

mineral yang terkandung dalam ASI atau susu formula tidak lagi mencukupi. Sebab itu sejak

usia 6 bulan, kepada bayi selain ASI mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI) Agar

kebutuhan gizi bayi/anak terpenuhi.Dalam pemberian MP-Asi perlu diperhatikan waktu

pemberian MP-ASI ,frekuensi porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara

pemberiannya. Disamping itu perlu pula diperhatikan pemberian makanan pada waktu anak

sakit dan bila ibu bekerja di luar rumah.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak

hanya dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan

dan merangsang rasa percaya diri.

Beberapa permasalahan pemberian makanan pendamping ASI (MP Asi) antara lain ;

pemberian makanan pralaktat sebelum Asi keluar, kolostrum dibuang, pemberian MP Asi

terlalu dini atau terlambat, MP Asi yang diberikan tidak cukup, pemberian MP-Asi sebelum

Asi, frekuensi pemberian MP-Asi kurang, pemberian Asi terhenti karena ibu kembali

bekerja, kebersihan kurang, prioritas gizi yang salah pada keluarga.

Bahaya dari pemberian MP Asi terlalu dini adalah Pemberian MP-Asi dini sama saja dengan

membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman sebab, system imun bayi dibawah 6

bulan masih belum sempurna. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir

dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MP-Asi sebelum ia

berumur 6 bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas

dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif. Belum lagi penelitian dari badan

kesehatan dunia lainnya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan ibu.

Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan pendamping

Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu yang dimiliki

olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.

Page 2: Proposal Penelitian

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik atau

optimal terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga kemungkinan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensisal. Status gizi lebih terjadi bila

tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis.

Status gizi kurang atau lebih merupakan gangguan gizi.

Turut sertanya ibu dalam mencari nafkah akan meningkatkan daya beli keluarga, akan tetapi

juga menimbulkan masalah, yaitu pembagian waktu terutama dalam hal waktu untuk bekerja

di luar rumah dengan waktu untuk mengelola rumah tangga serta mengasuh anak. Peran

ganda ibu ini menuntut di satu pihak perlu curahan waktu penuh untuk mengasuh anak,

bersamaan dengan itu perlu sisipan waktu untuk bekerja di luar rumah. Salah satu peluang

untuk mengatasinya adalah anak diasuh oleh pembantu, keluarga atau family yang ada di

rumah. Keterbatasan waktu ibu dalam mengasuh anak dan menyediakan makanan akan

berpengaruh terhadap pola makan anak (bayi) dan konsumsi gizi anak, karena pada usia

anak-anak ini merupakan usia yang membutuhkan konsumsi pangan yang ideal untuk

membantu kecerdasan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Babelan tahun 2013 bahwa 65 % ibu rumah

tangga di Kelurahan Kebalen bekerja di luar rumah.

Data Puskesmas tahun 2013 diperoleh informasi bahwa cakupan pemberian Asi Eksklusif di

Kelurahan Kebalen hanya berjumlah 32,5 %. Hal ini menandakan bahwa masih tingginya

pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.

Karena hal-hal tersebut di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan

antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi di bawah 6 bulan.

B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP

Asi dini ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP Asi dini

di Kelurahan Kebalen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui status pekerjaan ibu yang berisiko terhadap kurangnya asupan

pemberian Asi Eksklusif.

b. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP

Asi dini.

Page 3: Proposal Penelitian

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Untuk Institusi Pendidikan

Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Untuk Pemerintah Kelurahan Kebalen

Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan khususnya

masalah gizi masyarakat yang berada di Kelurahan Kebalen.

3. Manfaat Untuk Peneliti

Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk masalah-masalah

gizi keluarga terutama zat gizi untuk bayi.

Page 4: Proposal Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

1. Konsep Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Pada

Bayi Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan

kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan

yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang

bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak,

memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan

emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo, 2008).

Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan karena ASI merupakan

makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 3 – 4 bulan pertama. ASI

yang diproduksi pada 1 – 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang

berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi karena mengandung

lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan

dapat diberikan setiap saat. Produksi ASI dirangsang oleh isapan bayi dan keadaan ibu

yang tenang. Disamping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu pada umumnya, status gizi

dan perawatan payudara. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat

terutama ASI eksklusif (As’ad, 2002).

ASI eksklusif adalah bayi yang diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

pepaya, bubur, biskuit dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk

jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah

bayi berumur 6 bulan harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI

dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,

2000).

Dibandingkan dengan susu lainnya, ASI memiliki beberapa keunggulan yaitu:

1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi selama 3 – 4 bulan pertama.

2. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal.

3. Mengandung beberapa zat antibodi, sehingga mencegah terjadinya infeksi.

4. Mengandung laktoferin untuk mengikat zat besi.

5. Tidak mengandung beta laktoglobulin yang dapat menyebabkan alergi.

6. Ekonomis dan praktis. Tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dan dalam

keadaan segar serta bebas dari kuman.

7. Berfungsi menjarangkan kehamilan.

8. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.

Page 5: Proposal Penelitian

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan.

Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah

bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi

peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain

yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun,

sebelum diberi makanan tambahan sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya.

Cobalah hanya memberi bayi ASI saja tanpa memberi minuman atau makanan lain.

Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui. Secara umum usahakan

dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1 – 2 minggu

ternyata upaya perbaikan tersebut tidak menyebabkan peningkatan berat badan, maka

pemberian makanan tambahan atau padat diberikan bagi bayi berusia diatas 4 bulan

(Roesli, 2000).

Bila oleh suatu sebab (misalnya ibu bekerja atau hamil lagi) bayi tidak memperoleh ASI,

maka kepada bayi diberikan PASI (Pengganti Air Susu Ibu). PASI dibuat dari susu sapi

yang susunan gizinya sudah diubah menjadi hampir sama dengan susunan gizi ASI,

sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menyebabkan akibat sampingan. Akan tetapi

belum ada PASI yang tepat menyerupai susunan ASI (As’ad, 2002).

Proses penyapihan dimulai pada saat yang berlainan. Pada beberapa kelompok

masyarakat (budaya) tertentu, bayi tidak akan disapih sebelum berusia 6 bulan. Bahkan

ada yang baru memulai penyapihan setelah bayi berusia 2 tahun. Sebaliknya, pada

masyarkat urban bayi disapih terlalu dini yaitu baru beberapa hari lahir sudah diberi

makanan tambahan (Arisman, 2004).

Menurut Sulistjani (2001), seiring bertambahnya usia anak, ragam makanan yang

diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang

tumbuh kembang dan status gizi anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu

mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi

seimbang. Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena

kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Menurut

Arisman (2004), pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari

mulai bentuk bubur cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,

makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pemberian pertama cukup 2 kali sehari,

satu atau dua sendok teh penuh. Pada usia 6-9 bulan bayi setidak-tidaknya membutuhkan

empat porsi. Menginjak usia 9 bulan bayi telah mempunyai gigi dan mulai pandai

menguyah makanan. Sekitar usia 1 tahun bayi sudah mampu memakan makanan orang

dewasa. Anak usia 2 tahun memerlukan makanan separuh takaran orang dewasa.

Makanan sapihan yang ideal harus mengandung makanan pokok, lauk pauk, sayur-

sayuran, buah-buahan dan minyak atau lemak. Makanan sapihan baru boleh diberikan

setelah bayi disusui atau diantara dua jadwal penyusunan. Sebab, diawal masa

penyapihan, ASI masih merupakan makanan pokok. Sementara makanan sapihan

hanyalah sebagai pelengkap. Kemudian secara berangsur ASI berubah fungsi sebagai

makanan tambahan, sementara makanan sapihan menjadi santapan utama (Arisman,

2004).

Page 6: Proposal Penelitian

Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian

ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan

bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 – 6

bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang

negatif terhadap kesehatan bayi (Roesli, 2000).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan

sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada

bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan

dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu makanan bayi (termasuk ASI)

harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi, dan diberikan kepada bayi

yang telah berumur 6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi

belum dapat mengkonsumsi makanan orang dewasa, makanan campuran ganda (multi

mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi

bayi (Krisnatuti, 2007).

Keadaan kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI

yang tidak tepat (Media indo online, 2006). Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-

ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko

dan infeksi lain pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di

Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah

pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih besar

dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-ASI (Depkes online, 2007)

2. Konsep tentang Pekerjaan Ibu Kerja adalah aktivitas, gawai, kegiatan, operasi. Sedangkan yang dimaksud dengan

pekerjaan adalah operasi, order, proyek, kewajiban, tugas, aktivitas, kegiatan, kesibukan,

urusan, karier, profesi , pencaharian seseorang.

Merawat anak, mulai dari memandikan, menyuapi sampai mengasuh hampir semuanya

dilakukan oleh ibu. Merawat anak dan menyediakan keperluan makan dan minum anak

merupakan tugas sehari-hari yang sudah melekat pada diri seorang ibu. Akan tetapi, tugas

itu tidak hanya itu saja bila ibu bekerja diluar rumah. Ibu juga harus mengingatkan tugas

anak-anaknya mengenai pekerjaan yang harus dilakukan atau belum dilakukan seperti

mengingatkan anak supaya mandi, makan dan mengingatkan waktu bila anaknya bermain

(Supanto, 1990).

Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kebutuhan fisik, mental dan

perkembangan emosinya. Bermain bukan berarti membuang-buang waktu, juga bukan

berarti membuat anak menjadi sibuk sementara orangtuanya mengerjakan pekerjaannya

sendiri. Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. Untuk bermain diperlukan

alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya (Soetjiningsih,

1995).

Page 7: Proposal Penelitian

Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua tentang

interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan

angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan

pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di

Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi,

dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata

pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Dengan

dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi

makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-ibu yang memahami

tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar

daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya (Anwar, 2008).

B. Kerangka Konsep 1. Makanan Pendamping Asi (MP-Asi) adalah makanan yang diberikan pada bayi berusia 6

bulan keatas dengan tetap memberikan Asi.

2. Pekerjaan adalah kesibukan atau aktifitas yang menghasilkan upah yang dilaksanakan

oleh seseorang sebagai upaya untuk kelangsungan hidupnya.

3. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian MP-Asi dini adalah status pekerjaan

ibu. Ibu yang bekerja diluar rumah pada umumnya cenderung memberikan makanan

pendamping Asi pada bayinya lebih cepat dari waktu yang ditetapkan, dikarenakan waktu

yang dimiliki olehnya relatif singkat untuk berada bersama bayinya di dalam rumah.

C. Definisi Operasional Dimaksudkan dengan pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu menyusui yang

berada di luar rumah dan memakan waktu yang banyak untuk berada di luar rumah. Seperti

menjaga toko, berdagang di Pasar, Karyawan Perusahaan, pegawai negeri pada instansi

pemerintah, dan lain sebagainya.

Adapun pemberian MP Asi Dini dalam penelitian ini adalah Makanan Pendamping yang

sudah diberikan pada bayi sebelum berusia genap 6 bulan. Bila MP Asi diberikan pada H-1

sebelum 6 bulan maka masih termasuk dalam penelitian ini.

Page 8: Proposal Penelitian

BAB III

METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Data Penelitian

Sumber Data

Data yang diteliti dari Laporan Tahunan Kecamatan Babelan dan Puskesmas Babelan

B. Objek Penelitian

Ibu Pekerja dengan Bayi nya.

C. Periode Penelitian

Data yang digunakan merupakan data tahun 2013.

D. Variabel Penelitian dan Model Penelitian

Y1 : Ibu Pekerja (variabel terikat I)

Y2 : Ibu Rumah Tangga (variabel terikat II)

X1 : Bayi dengan ASI Eksklusif, setelah 6 bulan baru diberikan tambahan MP-ASI (varabel

bebas I)

X2 : Bayi yang diberikan susu formula (tanpa ASI), setelah 6 bulan baru diberikan tambahan

MP-ASI (variabel bebas II)

X3 : Bayi dengan ASI Eksklusif, namun belum genap 6 bulan sudah diberikan tambahan

MP-ASI (variabel bebas III)

X4 : Bayi yang diberikan susu formula (tanpa ASI), namun belum genap 6 bulan sudah

diberikan tambahan MP-ASI (variabel bebas IV)

E. Alat yang digunakan

Alat bantu yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel tersebut

diatas adalah peranti lunak atau software EViews 5.0 dan SPSS 13.0 for windows. EViews

dan SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan

untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga

dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak pengguna. Angka 5.0 dan 13.0 merupakan

nomor versi dari EViews dan SPSS

F. Model Analisis

Untuk mencari keterkaitan antara variabel yang tercakup dalam penelitian ini, penulis

menggunakan analisis regresi linier dengan metode kuadrat terkecil. Analisis regresi

bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan koefisien regresi.

Selanjutnya penulis melakukan pengujian hipotesi yaitu pengujian hipotesis secara parsial

menggunakan t test dan pengujian hipotesis secara simultan menggunakan F test.

Page 9: Proposal Penelitian

Didalam persamaan regresi linier terdapat perbedaan antara Y hasil observasi yang diperoleh

dari data sampel dengan nilai Y sebenarnya, perbedaan inilah yang disebut dengan kesalahan

pengganggu atau error atau residual. Semakin kecil nilai kesalahn pengganggu semakin valid

nilai Y hasil observasi untuk meramalkan nilai Y populasi. Beberapa buku melambangkan

kesalahan penggangu dengan U dan ada juga dengan adanya kesalahan pengganggu tersebut,

maka terdapat beberapa asumsi dalam analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil,

sehingga estimasi yang dihasilkan bersifat BLUE. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya

adalah asumsi normalitas, asumsi autokorelasi, asumsi homokedastiditas, dan asumsi

multikolinieritas.

G. Rencana Biaya Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana pada universitas gunadarma, maka semua biaya penelitian ditanggung

oleh penulis.

H. Jadwal Waktu Penelitian 1. Minggu I : Persiapan.

2. Minggu II – IV : Pengumpulan data, pengolahan dan analisis data secara garis besar.

3. Minggu V – IX : Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan BAB V

4. Minggu X – XII : Laporan akhir.

I. Daftar Pustaka

Laporan Tahunan Kecamatan Babelan dan Puskesmas Babelan tahun 2013

Sunartyo, 2008 Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak

As’ad, 2002 Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat terutama ASI

eksklusif

Depkes online, 2007 ASI eksklusif lebih besar dari pada kelompok bayi yang diberikan MP-

ASI