Post on 24-Mar-2019
TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN
APLIKASI ATTRACT PADA TANAMAN BUDIDAYA
OLEH :
1. MIRANTI AYU VERDIANA 105040201111147
2. SONIA TAMBUNAN 105040201111171
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada penanaman budidaya terdapat beberapa kendala yang harus diselesaikan. Salah satunya
adalah hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya. Hama dan penyakit yang menyerang
dapat berbagai macam, tergantung oleh jenis tanaman budidaya yang ditanam. Adapun beberapa
macam metode pengelolaan hama. Ada yang bersifat regulatori, biological, genetic, cultural, dan
chemical. Salah satunya yang chemical adalah attrack.
Dalam tugas ini akan dilakukan beberapa wawancara kepada para petani buah tentang
penggunaan metode attacktan dalam sistem penanaman mereka. Serta kendala yang dihadapi dalam
penggunaan attarck pada tanaman budidaya. Dan apakah mereka mengatahui serta menggunakannya.
Wawancara yang dilakukan besifat singkat dan tidak terlalu mendalam karena tujuan utama kami
adalah mencari petani yang menggunakan attracktan dikebunnya untuk mengendalikan hama lalat.
Kami memilih attracktan sebagai judul utama karena pengendalian menggunakan attracktan tidak
merusak lingkungan secara langsung seperti pestisida yang bersifat kill. Dan di Batu banyak kebun
buah-buahan yang banyak biasanya menggunakan attracktan. Dan biasanya attracktan digunakan saat
pohon sedang berbunga.
1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan wawancara ini adalah sebagai berikut:
a. Seberapa besar petani mengetahui attracktan?
b. Berapa banyak petani yang menggunakan attracktan?
1. 3. Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana aplikasi attrack pada petani buah
untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman budidaya.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Macam-macam Pengelolaan Hama dan Penyakit
a. Regulator : Pengelolaan hama penyakit dengan menggunakan peraturan
b. Cultural : Pengelolaan dengan menggunakan pengaturan tanaman disuatu lahan
c. Biological : Pengelolaan dengan menggunakan makhluk hidup
d. Genetic : Pengelolaan dengan menggunakan pengubahan gen pada tanaman
e. Chemical : Pengelolaan dengan menggunakan bahan kimia
2. 2. Regulator
Regulator merupakan salah satu upaya pengendalian pest. Regulator dilakukan dengan 2 cara
yaitu :
a. Karantina : upaya pengendalian pest pada suatu wilayah dengan mengkatagorikan pest
b. Eradikasi : upaya pengendalian pest dengan menggunakan undang-undang
Kategori pest dibagi menjadi 2 yaitu :
a. A1 : kategori pest ini berarti berbahaya sekali
b. A2 : kategori pest ini masih dalam fase berbahaya
2. 3. Cultural
Cultural adalah pengelolaan dengan cara pengaturan tanaman disuatu lahan. Contohnya adalah
pergiliran tanaman. Tujuan dari pengendalian cultural ini adalah untuk menghindari fase tertentu dari
hama.
Macam-macam cultural :
a. Pengelolaan Tanaman : - monokultur
- Polikutur
- Tanaman sela, tanaman perangkap
b. Pengaturan Tanah : - Pembalikan tanah
- Pemberian mulsa
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 3
2. 4. Biological
Biological merupakan salah satu pengendalian dengan cara memanipulasi satu organisme untuk
mengendalikan organisme yang lain. Pengendalian dapat dengan menggunakan patogen, serangga
vertebrata, dan serangga untuk mengontrol hama dan penyakit tanaman.
Pengendalian biological dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pengendalian Nabati : pengendalian yang menggunakan tanaman yang berbau dan berlendir
(eksidat). Contohnya : cabai, nangka.
b. Pengendalian Hayati : pengendalian yang menggunakan musuh alami atau parasitoid
Keuntungan menggunakan teknik biologi adalah dapat menyeleksi mana yang musuh alami dan
mana yang predator sehingga predator tidak ikut musnah pada saat memberantas hama.
2. 5. Genetic
Genetic adalah salah satu metode pengelolaan hama dengan cara merubah gen tanaman. Gen
tanaman akan dimasuki oleh gen yang tidak disukai oleh hama. Sehingga hama tidak dapat
menyerang tanaman budidaya.
2. 6. Chemical
Chemical adalah salah satu metode pengelolaan hama dengan menggunakan bahan kimia untuk
membunuh serangga.
Chemical memiliki beberapa tujuan yaitu :
a. Kill (Membunuh)
b. Attract (Menarik)
c. Repel (Menolak)
d. Regulate (Mengatur siklus hidup hama)
e. Interrupt the growth and mating of pests (Memperlambat gerak hama)
f. Regulate growth (Mengatur siklus hidup tanaman)
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 4
BAB III
HASIL WAWANCARA
3.1 Komoditas yang diamati
Komoditas yang kami amati adalah tanaman apel dan jeruk. Alasan kami menggunakan komoitas
apel dan jeruk sebagai bahan pengamatan aalah karena dilihat dari attrack yang banyak digunakan
pada komoditas buah-buahan. Selain itu kebun apel dan jeruk banyak dijumpai disekitar Malang dan
Batu. Attracktan juga digunakan pada saat pohon sedang berbunga. Kedua komoditas tersebut juga
bernilai tinggi dan cocok ditanam di daerah tersebut (dataran tinggi).
3.2 Waktu dan Tempat
Pengamatan dilakukan pada 17 Desember 2011. Kebun yang kami amati sebagai sample adalah
kebun jeruk didaerah Joyogrand hingga Bedengan, Solorejo. Sedangkan kebun apel yang kami amati
sebagai sample berada di Gondang, Batu. Dari pukul 06.00 – 11.00 WIB. Karena pada saat tersebut
petani sedang aktif merawat kebun mereka.
3.3 Hasil Wawancara dan Dokumentasi
Kebun Pertama
Kebun pertama yang diamati adalah kebun jeruk yang berlokasi di Joyogrand. Kebun ini
milik seorang petani yang diurus oleh orang lain. Hasil wawancara yang dilakukan adalah kebun
ini tidak memakai metode attrack dalam mengatasi hama yang menyerang tanaman jeruk mereka.
Karena selain tidak tahu bagaimana aplikasi attrack dan tidak mengetahui apa itu attracktan,
petani setempat mengatakan bahwa pemakaian pestisida lebih cepat dalam membasmi hama.
Yaitu dengan cara kompres atau lebih dikenal dengan menyemprot tanaman dengan pestisida
cair. Beliau juga memberitahu bahwa di desa ini tidak ada yang menggunakan attracktan. Hal
tersebut dikarenakan tidak ada penyuluhan dari balai pertanian setempat mengenai penggunaan
attracktan untuk menanggulangi hama khususnya lalat buah.
Kebun ini pun terlihat tidak terawat dengan baik, karena banyak gulma dan susunan
pohonnya tidak begitu beraturan. Pohon jeruk di kebun ini sedang berbuah dan buahnya hampir
masak, namun tidak merata masaknya. Sudah ada yang kuning dan masih banyak juga yang
berwarna hijau dan mentah.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 5
(Kebun Jeruk di Joyogrand)
Kebun kedua
Kebun kedua yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Joyogrand seperti pada kebun
pertama. Hanya saja kebun kedua ini letaknya dihalaman rumah pemilik kebun. Hasil wawancara
yang didapat yaitu pembasmian hama pada tanaman jeruk dikebun mereka tidak memakai metode
attrack karena tidak mengetahui aplikasi attrack pada umumnya dan apa itu attracktan. Mereka
lebih memilih memakai pestisida karena penggunaannya yang cepat bereaksi dan lebih mudah.
Bedanya dengan kebun pertama adalah pestisida yang digunakan tidak seberapa banyak dari
kebun pertama. Mengingat luas kebun yang berbeda dan lokasi kebun kedua yang sangat dekat
dengan rumah penduduk lain. Jadi dengan bau pestisida yang sangat menyengat dan menggangu
pernapasan dosis yang digunakan juga sedikit.
Sistem yang digunakan pun adalah system polikultur, yaitu menanam jeruk diselingi
tanaman sawi yang lebih cepat panennya, sehingga tidak perlu jeruk berbuah untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih. Mengingat tanaman jeruk termasuk lama dalam berbuah.
Pohon jeruk di kebun ini masih kecil dan belum berbuah, jadi kesimpulannya, petani baru
menanam pohon jeruk tersebut. Kebun terawat dengan baik terlihat dari sedikitnya gulma yang
ada.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 6
(Kebun Jeruk Polikultur di Joyogrand)
Kebun ketiga
Kebun ketiga yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Bedengan, Solorejo. Kebun
ini terletak pada kawasan wisata petik jeruk Solorejo. Hasil wawancara yang didapat adalah
pembasmian hama pada tanaman jeruk di perkebunan itu menggunakan pestisida dengan cara
dikompres. Petani yang kami wawancarai sebenarnya mengetahui cara aplikasi attrack. Hanya
saja petani tersebut tidak menggunakan karena hama lebih cepat terbunuh dengan pestisida dan
kebun tersebut bukan miliknya sehingga beliau tidak memiliki kewenangan untuk menerapkan
metode attracktan untuk menggendalikan hama di kebun jeruk tersebut. Selain itu metode attrack
belum ada yang menerapkan oleh petani lain.
Kebun tersebut sedang berbuah, namun belum siap dipanen. Kebun ini cukup rapi dan
luas. Karena didaerah ini banyak sekali kebun jeruk dan rata-rata cukup luas sehingga para petani
menggunakan pestisida kill yang sangat menyengat baunya.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 7
(Kebun Jeruk di Solorejo)
Kebun keempat
Kebun keempat yang diamati adalah kebun jeruk pada daerah Solorejo. Hasil wawancara
yang didapat yaitu pembasmian hama pada tanaman jeruk dikebun mereka tidak memakai metode
attrack karena tidak mengetahui aplikasi attrack pada umumnya dan apa itu attracktan. Mereka
lebih memilih memakai pestisida karena penggunaannya yang cepat bereaksi dan lebih mudah.
Sistem yang digunakan pun adalah system polikultur, yaitu menanam jeruk diselingi
tanaman cabai yang lebih cepat panennya, sehingga tidak perlu jeruk berbuah untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih. Mengingat tanaman jeruk termasuk lama dalam berbuah.
Pohon jeruk di kebun ini masih kecil dan belum berbuah, jadi kesimpulannya, petani baru
menanam pohon jeruk tersebut. Kebun terawat dengan baik terlihat dari sedikitnya gulma yang
ada. Dan juga menggunakan mulsa hitam perak karena tanaman selang yang digunakan adalah
tanaman cabai.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 8
(Kebun jeruk polikultur dengan cabai di Solorejo)
Kebun Kelima
Kebun kelima yang diamati adalah kebun apel pada daerah Gondang, Batu. Seperti kebun
kedua, kebun ini terletak di pekarangan rumah. Hasil wawancara yang kami dapat adalah pemilik
kebun tidak memakai metode attrack pada pembasmian hama di kebun mereka. Mereka memilih
memakai pestisida karena penggunaannya yang mudah, cepat dan lebih umum digunakan.
Sedangkan untuk pengaplikasian metode attrack sendiri mereka juga belum mengetahui
aplikasinya.
Pohon apel di kebun ini sedang berbunga. Menurut literatur penggunaan attracktan
sebaiknya digunakan saat berbunga, karena lalat buah senang menaruh telurnya di dalam bunga
yang akan menjadi bakal buah. Sehingga saat sudah berbuah telur akan menetas didalam buah
dan merusak dari dalam.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 9
(Kebun Apel di Gondang yang berada di pekarangan rumah)
Kebun keenam
Kebun keenam yang kami amati adalah kebun apel didaerah Batu. Tepatnya di wisata
petik apel Batu. Kebun ini sangat besar dan curam. Hasil wawancara yang didapat adalah salah
seorang petani mengatakan bahwa pestisida dipilih dalam pembasmian hama pada kebun apel.
Karena aplikasinya yang mudah, bahan mudah didapat dan metode yang mudah. Hasil
pembasmian pestisida pun lebih cepat. Selain itu petani setempat mengatakan belum mengetahui
tentang metode attrack untuk membasmi hama itu sendiri. Sehingga pestisida dipilih untuk
membasmi hama yang menyerang tanaman apel mereka.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengetahuan Petani Mengenai Attracktan
Dari enam petani yang telah kami wawancarai, hanya satu petani yang mengetahui apa itu
attracktan dan bagaimana pengendaliannya. Beliau mengetahui penggunaan attracktan dari
mahasiswa yang sedang magang di kebun tersebut. Beliau mengetahui betul metode dan penggunaan
aplikasi attracktan pada tanaman jeruk di kebunnya.
Sedangkan lima petani lainnya benar-benar asing dengan attracktan karena mungkin belum
memperoleh penyuluhan dari balai pertanian setempat sehingga mereka hanya terpacu pada
penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama pada kebun mereka.
4.2 Petani yang Menggunakan Attracktan
Dari semua petani yang kami wawancarai tidak ada yang satupun yang menggunakan attracktan
untuk mengendalikan hama di kebun mereka masing-masing. Karena keterbatasan informasi yang
mereka dapatkan.
Laporan Wawancara Teknologi Produksi Tanaman 12
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil wawancara dari beberapa petani jeruk dan apel didaerah Jorogrand – Bedengan – Batu
dapat disimpulkan bahwa metode attrack banyak belum dikenal oleh para petani. Ini mungkin
dikarenakan karena kurangnya sosialisasi pada petani setempat. Selain itu penggunaan pesisida lebih
banyak dilakukan karena selain pengaplikasiaannya yang mudah, hasil lebih cepat dan lebih dikenal
oleh masyarakat sekitar. Sehingga dapat dikatakan bahwa belum ada petani jeruk dan petani apel
yang menerapkan metode attrack pada kebun mereka untuk membasmi serangga.