Post on 05-Jun-2019
PROFIL KESEHATAN
KOTA SUKABUMI
TAHUN 2012
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan investasi masa depan manusia yang paling
penting, karenanya kualitas kehidupan dan dinamisasinya dapat berlangsung
serta menjadi indikator utama dalam setiap proses kehidupan. Pembangunan
kesehatan di Indonesia pasca reformasi kesehatan tahun 1999 belum
mencapai harapan karena masih tingginya mortalitas dan morbiditas yang
disebabkan oleh penyakit generatif serta degeneratif timbulnya penyakit
infeksi baru yang masih mungkin dapat terjadi serta masalah perilaku hidup
sehat serta akses kesehatan yang belum merata.
Beban ganda penyakit yang ditimbulkan oleh per1ilaku masyarakat yang
belum sehat, mencerminkan adanya disparitas antara program yang
berparadigma sehat yang diterapkan oleh pemerintah dengan kondisi
masyarakat yang masih berparadigma sakit. Hal tersebut menjadi tugas dan
kewajiban setiap warga Negara Indonesia untuk turut berperan aktif
mewujudkan program Indonesia sehat sedini mungkin.
Dinamika status kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini tidak terlepas
dari adanya kesinambungan program Dinas Kesehatan di Tingkat Kota dan
Kabupaten sebagai pilar utama dalam mewujudkan wilayah sehat pasca
desentralisasi kebijakan dan program, salah satunya dengan adanya Sistem
Informasi Kesehatan (SIK).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang akurat dapat menjadi rujukan
bagian analisis, status dan pengembangan program kesehatan masyarakat
sehingga pada akhirnya memudahkan stake holder internal kesehatan
maupun lintas sektor serta masyarakat untuk mengakses dan menjadi bagian
dalam proses pengambilan keputusan (Evidence Based Decision Making) dan
program yang berkesinambungan (Integrated Sustainable Health Preventive
and Promotion Program).
Kota Sukabumi merupakan Salah satu wilayah administrasi yang
mengembangkan SIK dan program kesehatan berkesinambungan guna
mewujudkan kota sehat yang dimana didalamnya terdapat indikator derajat
kesehatan masyarakat seperti mortalitas, morbiditas, status gizi, masalah
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 2
lingkungan, seperti lingkungan bersih dan sehat sebagai cermin dari perilaku
masyarakat yang sehat. Akses pelayanan dan Informasi kesehatan yang
terjangkau dan mudah bagi masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 adalah serangkaian
informasi yang sistematis yang dikumpulkan guna dijadikan rujukan dan
evaluasi untuk pengembangan program kesehatan di masa depan, kami
menyadari pelbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi secara teknis
maupun non-teknis dalam upaya kesehatan yang kami adakan selalu ada,
namun itu semua adalah proses yang menjadi motivasi terbaik bagi segenap
tenaga kesehatan untuk memberikan dedikasi terbaiknya dalam mencapai
tujuan Kota Sehat dan berkualitas.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Profil Kesehatan ini disusun untuk memberikan gambaran mengenai
status kesehatan masyarakat di Tingkat Kota berdasarkan data yang
terkumpul selama Periode Bulan Januari s.d Desember Tahun 2012
sehingga bermanfaat bagi terpenuhinya kebutuhan data serta inovasi
program baik lembaga pemerintah, pemerhati/peneliti kesehatan serta
lintas sektoral.
2. Tujuan Khusus
a) Memberikan gambaran mengenai data/informasi (evidence base)
tentang pencapaian pembangunan kesehatan di tingkat kota sukabumi
yang meliputi :Derajat kesehatan, kesehatan lingkungan, Perilaku
masyarakat dan pelayanan kesehatan sebagai wadah integrasi dan
komparasi pelbagai data bagi stake holder pelayanan kesehatan
maupun lintas sektor .
b) Memberikan referensi data untuk mempersiapkan ketersediaan alat
penstimulasi, penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan
(monitoring evaluasi) pada kebijakan (health policy), program (health
program), kesehatan di masa yang akan datang.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 3
C. Sistematika Penyajian
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil
kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
2. Bab 2 Gambaran Umum, menyajikan gambaran umum Kota Sukabumi.
Selain uraian tentang geografis, administratif dan informasi umum lainnya,
bab ini juga mengulas faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
3. Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan, berisi uraian tentang indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat
4. Bab 4 Situasi Upaya Kesehatan, menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga meng-akomodir indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya
pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi.
5. Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan, menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya
kesehatan lainnya.
6. Bab 6 Kesimpulan, merupakan uraian mengenai hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Sukabumi
Tahun 2012. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal yang dianggap masih kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 4
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI
A. Gambaran Umum Wilayah
Secara geografis, Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah
Jawa Barat pada titik koordinat 106 52’12, 23” BT-106 57’36,32” BT, dan 6
53’32,69” LS-6 58’44,32” LS, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung
Pangrango. Jarak dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) ± 92 Km dan
jarak dari Ibukota Negara (Jakarta) ± 120 Km dengan batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisaat.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung.
Batas wilayah Kota Sukabumi secara administratif dikelilingi oleh wilayah
Kabupaten Sukabumi. Fisiografi lahan Kota Sukabumi secara keseluruhan
adalah datar di wilayah Selatan dan berbukit di wilayah Utara, dengan
kemiringan 0o - 3o dan 3o - 8o di bagian Utara. Secara topografi Kota
Sukabumi merupakan dataran tinggi, Fenomena yang terjadi di daerah
perkotaan adalah adanya perubahan fungsi lahan pertanian ke penggunaan
lain sebagai akibat banyaknya pembangunan dibidang perumahan,
perdagangan dan industri sehingga berdampak pada menyempitnya luas
tanah pertanian, khususnya sawah. Secara administratif, wilayah Kota
Sukabumi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan Kota Sukabumi
Tahun 2012
No Kecamatan Luas (km²) Kelurahan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7
Baros Citamiang Warudoyong Gunungpuyuh Cikole Lembursitu Cibeureum
6,1 4,0 7,6 5,5 7,1 8,9 8,8
4 5 5 4 6 5 4
Jumlah 48,0 33 Sumber : BPS Kota Sukabumi
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 5
Dengan kondisi tifologi daerah rata-rata datar dan luas yang hanya ± 48
Km2, maka jarak terjauh yang harus ditempuh dari Kelurahan terjauh menuju
sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dalam satu wilayah Kecamatan
sekitar 3 Km. Hal ini memudahkan semua lapisan masyarakat untuk
mengakses sarana kesehatan, baik dengan menggunakan kendaraan roda 4
maupun roda 2. Jarak dan lama tempuh dari Kelurahan ke Puskesmas
terdekat dalam satu wilayah Kecamatan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2
Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis Kota Sukabumi
No
Kecamatan Kelurahan Tipologi Luas
Wilayah (Km2)
Puskesmas Jarak
Terjauh Ke Puskesmas
Rata-rata Waktu
Tempuh Ke Puskesmas
Roda 2
Roda 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Baros
1) Baros 2) Jaya Raksa 3) Jaya Mekar 4) Sudajaya Hilir
Jalan datar (Keramaian
rendah) 6.1 1) Baros 2 Km 15’ 20’
2 Citamiang
1) Tipar 2) Cikondang 3) Citamiang 4) Gedong
Panjang 5) Nanggeleng
Jalan datar (Keramaian
tinggi) 4.0
1) Tipar 2) Gedong
Panjang 3) Nangge
leng
1,2 Km 9’ 12’
3 Waru doyong
1) Benteng 2) Dayeuh Luhur 3) Nyomplong 4) Warudoyong 5) Sukakarya
Jalan datar (Keramaian
sedang) 7.6
1) Benteng 2) Pabua
ran 3) Suka
karya
2 Km 15’ 20’
4 Gunung Puyuh
1) Sriwedari 2) Gunung
Puyuh 3) Karamat 4) Karang
Tengah
Jalan datar (Keramaian
sedang) 5.5
1) Cipelang 2) Karang
Tengah 3 Km 22,5’ 30’
5 Cikole
1) Selabatu 2) Cikole 3) Gunung
Parang 4) Kebonjati 5) Subangjaya 6) Cisarua
Jalan datar (Keramaian
tinggi) 7.1
1) Selabatu 2) Sukabu
mi 2,3 Km 17,5’ 23’
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 6
No
Kecamatan Kelurahan Tipologi Luas
Wilayah (Km2)
Puskesmas Jarak
Terjauh Ke Puskesmas
Rata-rata Waktu
Tempuh Ke Puskesmas
Roda 2
Roda 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
6 Lembur situ
1) Cikundul 2) Sindangsari 3) Cipanengah 4) Situmekar 5) Lembursitu
Jalan datar (Keramaian
rendah) 8.9
1) Cikundul 2) Lembur
situ
3 Km 22,5’ 30’
7 Cibeureum
1) Babakan 2) Cibeureum
Hilir 3) Sindangpalay 4) Limusnunggal
Jalan datar (Keramaian
rendah) 8.8
1) Cibeureum Hilir
2) Limus Nunggal
3 Km 22,5’ 30’
TOTAL 33 48.00
Sumber : BPS Kota Sukabumi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jarak paling jauh menuju sarana
kesehatan (Puskesmas) yaitu 3 Km antara lain dalam wilayah Kecamatan
Gunung Puyuh, Kecamatan Lembur Situ dan Kecamatan Cibeureum dengan
waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit dengan menggunakan roda 4 dan
sekitar 22,5 menit dengan menggunakan roda dua.
B. Keadaan Penduduk
Secara demografi wilayah Kota Sukabumi dapat dilihat sebagai berikut:
1. Jumlah Penduduk dan Komposisi
Jumlah penduduk di Kota Sukabumi pada Tahun 2012 adalah sebesar
364.605 jiwa. Dengan komposisi penduduk sebagai berikut:
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Total
1 2 3 4
0 – 4 10.359 9.572 19.931
5 – 9 17.190 16.100 33.290
10 -14 17.331 16.443 33.774
15 – 19 16.229 15.371 31.600
20 – 24 16.093 16.245 32.338
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 7
Umur (Tahun)
Laki-laki Perempuan Total
1 2 3 4
25 – 29 17.871 16.994 34.865
30 – 34 18.282 17.253 35.535
35 – 39 14.911 14.058 28.969
40 – 44 13.829 13.390 27.219
45 – 49 11.341 11.171 22.512
50 – 54 9.834 9.308 19.142
55 – 59 7.581 7.194 14.775
60 – 64 5.091 5.123 10.214
65 – 69 3.457 4.207 7.664
70 – 75 2.920 3.330 6.250
75+ 2.711 3.816 6.527
Jumlah 185.030 179.575 364.605 Sumber : DISDUKCAPIL Kota Sukabumi
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Jumlah Penduduk Laki - Laki
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Gunung Puyuh
51,183 1,410 4,973 13,755 4,727 1,182 26,047
2 Cikole 69,342 1,809 6,260 17,850 6,718 1,979 34,616
3 Citamiang 57,202 1,634 5,425 15,089 5,345 1,367 28,860
4 Warudoyong 66,586 1,817 6,291 18,400 6,159 1,708 34,375
5 Baros 36,910 1,185 3,399 10,045 3,426 790 18,845
6 Lembursitu 39,904 1,130 3,749 10,406 3,715 1,113 20,113
7 Cibeureum 43,478 1,374 4,424 11,670 3,757 949 22,174
Jumlah 364,605 10,359 34,521 97,215 33,847 9,088 185,030
Sumber : DISDUKCAPIL Kota Sukabumi
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Gunung Puyuh 51,183 1,257 4,572 13,173 4,564 1,570 25,136 41.32 103.622 Cikole 69,342 1,789 5,952 17,430 6,996 2,559 34,726 41.53 99.683 Citamiang 57,202 1,522 5,095 14,531 5,390 1,804 28,342 41.75 101.834 Warudoyong 66,586 1,606 5,841 16,928 5,767 2,069 32,211 40.91 106.725 Baros 36,910 1,085 3,365 9,442 3,174 999 18,065 41.49 104.326 Lembursitu 39,904 1,070 3,581 10,293 3,543 1,304 19,791 42.73 101.637 Cibeureum 43,478 1,243 4,137 11,514 3,362 1,048 21,304 43.48 104.08
364,605 9,572 32,543 93,311 32,796 11,353 179,575 41.78 103.04Jumlah
No KecamatanJumlah
Penduduk
Rasio Beban
Tanggung an
Rasio Jenis
Kelamin
Jumlah Penduduk Perempuan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 8
Untuk rasio jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
angka rasio jenis kelamin 103. Artinya bahwa setiap 100 orang perempuan,
terdapat 103 orang laki-laki. Selain itu tampak pula bahwa kelompok usia
muda (produktif) menempati jumlah tertinggi dari total populasi yang ada.
Dalam hal ini kaitannya dengan angka beban ketergantungan. Angka ini
menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak
produktif. Semakin banyak kelompok usia non-produktif maka semakin berat
beban usia produktif. Angka beban ketergantungan penduduk Kota Sukabumi
adalah 41.78 %, artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Sukabumi
menanggung sekitar 41 penduduk usia belum/tidak produktif.
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 9
Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi
2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk tahun 2012 Kota Sukabumi
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan kepadatan
penduduk tahun 2011 dengan data sebagai berikut :
Tabel 2.5 Distribusi Penduduk Per Kecamatan
Kota Sukabumi Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan
Penduduk/Km² 1 2 3 4
1 Baros 36,910 6,040
2 Citamiang 57,202 14,158
3 Warudoyong 66,586 8,761
4 Gunungpuyuh 51,183 9,306
5 Cikole 69,342 9,794
6 Lembursitu 39,904 4,483
7 Cibeureum 43,478 4,957
Kota Sukabumi 364,605 7,595 Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 10
Tingkat kepadatan penduduk tahun 2012 Kota Sukabumi
mencapai 7.595 jiwa/km². Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan
Citamiang sebesar 14.158 jiwa/km² dan yang terendah adalah
Kecamatan Lembursitu sebesar 4.483 jiwa/km².
Grafik 2.3 Kepadatan Penduduk/Km2 Menurut Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Disdukcapil Kota Sukabumi
C. Keadaan Ekonomi
Tujuan pembangunan Kota Sukabumi telah ditetapkan dan dituangkan
dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah
pembangunan Kota Sukabumi telah disusun dalam suatu kebijakan yang
bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan
yang telah ditetapkan dalam kerangka kinerja pembangunan daerah harus
dapat menginformasikan sejauh mana kebijakan tersebut dalam mendukung
tujuan pembangunan itu sendiri.
Adapun representasi pencapaian tujuan pembangunan daerah tersebut
dituangkan dalam indikator makro pembangunan daerah, yang akhirnya
bermuara terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk
data indikaor makro, kami belum mendapatkan data yang terbaru. Hal ini
dapat dilihat pada 6 indikator makro seperti yang terdapat pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 11
Tabel 2.6 Perbandingan Indikator Makro Kota Sukabumi
dengan Provinsi Jawa Barat
No Indikator Makro
2008 2009/2010 2011
Jawa Barat Kota
Sukabumi Jawa Barat
Kota Sukabumi
Jawa Barat
Kota Sukabumi
1 2 3 4 5 6 7 8
1 IPM 71,12 75,76 71,64 74,49 72,62 75,33
2 AMH (%) 94,93 99,99 96,33 99,99 96,48 99,99
3 RLS (Thn) 7,5 9,41 7,72 9,7 8,02 9,42
4 AHH (Thn) 67,80 71,87 68 72,20 68,40 69,44
5 LPP (%) 1,20 1,47 1,86 1,73 1,89 1,71
6 LPE (%) 5,83 6,12 6,2 6,14 6,48 6,12 Sumber : BPS Prov. Jabar, diolah Bappeda Prov. Jabar, http;//bappeda.jabarprov.go.id/pusdalisbang/ Jawa Barat Dalam Angka 2011
Kondisi realisasi IPM Kota Sukabumi dari tahun 2008 hingga 2011
menunjukkan hasil diatas rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.
Demikian juga kondisi realisasi indikator makro untuk AMH, RLS, AHH dan
LPE menunjukkan nilai diatas rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal ini berarti
bahwa usaha peningkatan IPM yang dilakukan melalui peningkatan usaha
dibidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi di Kota Sukabumi relatif
berhasil.
D. Pelayanan Keluarga Miskin (Gakin)
Jumlah masyarakat miskin yang menjadi sasaran program Jamkesmas
sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan melalui SK Walikota Sukabumi
Nomor : 84 Tahun 2008 tentang Masyarakat Sasaran Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Kota Sukabumi, dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.7
Jumlah Sasaran Program Jamkesmas Per Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah Peserta 1 2 3
1 Baros 5,0282 Lembursitu 5,7133 Cibeureum 6,378
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 12
No Kecamatan Jumlah Peserta 1 2 3
4 Citamiang 6,4025 Warudoyong 6,7446 Gunung Puyuh 7,7987 Cikole 8,467
Jumlah 46,530Sumber : Bidang Promkes
Kepesertaan program Jamkesmas yang ditetapkan dengan
Keputusan Walikota Sukabumi tersebut, diambil dari data BPS Tahun
2008. Sedangkan dalam waktu akhir Tahun 2012, jumlah peserta
Jamkesmas bertambah menjadi 83.738 Jiwa yang bersumber data dari
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data
tersebut telah memuat nama dan alamat lengkap yang akan ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan untuk pemberlakukan kartu.
Pendanaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin sendiri
meliputi pendanaan pelayanan kesehatan Jamkesmas dan pelayanan
persalinan. Dana yang diluncurkan terintegrasi secara utuh menjadi satu
kesatuan. Pendananaan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan dasar
merupakan belanja bantuan sosial (Bansos) bersumber APBN yang
dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program, percepatan
pencapaian MDG’s 2015 serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
termasuk persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan.
Dana belanja bantuan sosial tersebut adalah dana yang
diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan dan rujukan pelayanan dasar
peserta Jamkesmas, pelayanan persalinan serta rujukan risti persalinan
peserta Jamkesmas dan masyarakat sasaran yang belum memiliki
jaminan persalinan sebagai penerima manfaat jaminan.
Dana Jamkesmas di pelayanan kesehatan dasar disalurkan ke
rekening Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, terintegrasi menjadi satu
kesatuan dengan dana Jaminan Persalinan.
Dana jamkesmas dan jampersal yang disalurkan bukan bagian dari
dana transfer daerah ke Pemerintah Kota Sukabumi, sehingga
penggunaan dana tersebut tidak melalui Kas Daerah. Setelah hasil
verifikasi klaim dibayarkan sebagai penggantian pelayanan kesehatan,
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 13
maka status dana menjadi pendapatan fasilitas kesehatan untuk daerah
yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD, di Kota
Sukabumi fasilitas pelayanan kesehatan dasar Puskesmas belum ada
yang menerapkan BLUD sehingga dana klaim yang diajukan menjadi
pendapatan fasilitas kesehatan daerah.
Adapun pencatatan dan pelaporan yang dilakukan Puskesmas
dan jaringanya direkapitulasi dalam format laporan puskesmas dan
dikirimkan secara berjenjang dan periodik. Untuk variabel pelayanan
pemanfaatan Jamkesmas dan jampersal di Puskesmas dan Bidan
Praktek Swasta dilakukan pencatatan dan rekapitulasi berdasarkan klaim
yang masuk. Hasil dari rekapitulasi pelaporan Puskesmas dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.8 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Dasar Peserta Jamkesmas
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012
Bulan Pelayanan Dasar Peserta Jamkesmas
Rawat Jalan Rawat Inap Rujukan 1 2 3 4
Januari 4577 0 0
Februari 4728 0 12
Maret 4605 0 13
April 4096 0 25
Mei 4107 0 29
Juni 3915 0 28
Juli 4020 0 30
Agustus 3507 0 24
September 3712 0 9
Oktober 4190 0 0
November 3743 3 0
Desember 2971 0 0
Jumlah 48171 3 170
Sumber : Bidang Promkes
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 14
Tabel 2.9 Pemanfaatan Pelayanan Jaminan Persalinan
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012
Bulan
Pelayanan persalinan
ANC PNC Persalinan Normal
Pra Rujukan
Tindakan Emergensi
Dasar di PONED
1 2 3 4 5 6
Januari 305 278 79 5 1
Februari 319 290 81 6 0
Maret 441 328 106 6 0
April 445 338 101 17 0
Mei 437 364 105 12 0
Juni 373 306 85 17 0
Juli 594 480 161 16 0
Agustus 476 415 133 12 0
September 562 415 126 20 1
Oktober 286 284 89 5 2
November 317 304 105 5 0
Desember 611 480 178 17 2
Jumlah 5166 4282 1349 138 6
Sumber : Bidang Promkes
Tabel 2.10 Pemanfaatan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Peserta Jaminan Persalinan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
Bulan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
IUD + IMPLAN Suntik 1 2 3
Januari 42 19
Februari 40 22
Maret 40 35
April 47 16
Mei 48 20
Juni 39 20
Juli 53 36
Agustus 49 28
September 38 32
Oktober 24 24
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 15
Bulan Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
IUD + IMPLAN Suntik 1 2 3
November 30 32
Desember 43 55
Jumlah 493 339 Sumber : Bidang Promkes
Tabel 2.11 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan Puskesmas Peserta Jamkesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Penyakit Jumlah kasus
1 2 3
1 Ispa 6941
2 Gastritis 6437
3 Common Cold 5068
4 Hipertensi 4354
5 Myalgia 3412
6 Demam 2670
7 Diare 2440
8 Influensa 2238
9 Rhematik Artritis 1871
10 Dermatitis 1615 Sumber : Bidang Promkes
E. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan
unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang
paling penting dan sangat strategis. Sumber manusia yang berkualitas
merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang lebih baik dan
sebaliknya, sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban yang
buruk. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas memiliki peran yang
paling besar. SDM yang handal akan mampu menghasilkan sesuatu yang
berkualitas dan mampu bersaing. Peranan pendidikan dalam hal ini dianggap
cukup menonjol karena pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada
sekolah yang bermutu, sehingga akan menghasilkan SDM yang bermutu
pula.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 16
Keadaan pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap
ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu daerah.
Melalui pengetahuan, pendidikan berkonstribusi penting terhadap perubahan
perilaku kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam
mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Angka buta
huruf berkolerasi dengan angka kemiskinan. Sebab, pendududk yang tidak
bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan,
sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan kepada kemiskinan.
Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun
keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat
sederhana dalam hidupnya sehari-hari.
Capaian angka melek huruf penduduk yang berusia > 15 tahun di Kota
Sukabumi pada Tahun 2012 mencapai 99,13 %. Realisasi tersebut diperoleh
berdasarkan pada jumlah penduduk usia 15 tahun keatas dapat baca tulis
sebanyak 211.479 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas
sebanyak 213.338 jiwa. Sehingga bisa simpulkan bahwa 27 jiwa dari 218.622
jiwa penduduk usia 15 tahun keatas tidak bisa baca tulis. Atau sekitar 0.012
%. Jumlah ini sebagian besar adalah para orang tua yang sudah lanjut usia
yang tidak memungkinkan untuk ikut dalam program buta aksara atau yang
sejenisnya.
Data persentase angka melek huruf per Kecamatan, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.12 Data Melek Huruf di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : BPMPKB Kota Sukabumi
Jumlah Melek Huruf % Jumlah
Melek Huruf % Jumlah
Melek Huruf %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Gunung Puyuh 15,871 15,492 97.61 15,338 15,145 98.74 31,209 30,637 98.17 2 Cikole 21,562 21,451 99.49 21,824 21,721 99.53 43,386 43,172 99.51 3 Citamiang 17,095 17,068 99.84 16,467 16,434 99.80 33,562 33,502 99.82 4 Warudoyong 18,552 18,370 99.02 17,950 17,711 98.67 36,502 36,081 98.85 5 Baros 10,664 10,646 99.83 10,459 10,412 99.55 21,123 21,058 99.69 6 Lembursitu 12,180 11,915 97.82 12,074 11,982 99.24 24,254 23,897 98.53 7 Cibeureum 12,190 12,144 99.62 11,112 10,988 98.88 23,302 23,132 99.27
108,114 107,086 99.05 105,224 104,393 99.21 213,338 211,479 99.13 Jumlah
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke AtasLaki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 17
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SUKABUMI
A. Angka Kematian
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen
demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
komposisi umur penduduk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua
tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDG) untuk menurunkan Angka
Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka di tahun 1990 atau menjadi
20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan kematian ibu
sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran. Untuk
mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai
instansi terkait, mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan
masyarakat pada umumnya
Angka kematian (mortalitas) yang disebabkan oleh penyakit merupakan
gambaran dari derajat kesehatan masyarakat. Semakin besar frekuensi nya,
semakin buruk derajat kesehatan masyarakatnya. Berbagai faktor yang
berkaitan dengan penyebab kematian maupun kesakitan antara lain tingkat
sosial ekonomi, kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan
lain-lain. Adapun angka kematian yang terjadi di Kota Sukabumi disebabkan
oleh berbagai sebab, diantaranya :
1. Angka Kematian Bayi
Angka kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)
merupakan indikator pada kualitas dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan terutama yang berhubungan dengan pelayanan perinatal, dan
merupakan tolok ukur dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat
secara menyeluruh dikarenakan berkaian erat dengan pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan ibu dan gizi keluarga.
Pada Tahun 2012, jumlah kematian bayi sebanyak 62 kasus. Apabila
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 18
dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49 kasus dan 57 kasus pada
Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini mengalami peningkatan.
Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas Baros (10 kasus). Perlu
diketahui, Puskesmas Baros merupakan Puskesmas dengan wilayah
kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan. Berikut tabel jumlah kematian bayi
selama Tahun 2012 berdasarkan Puskesmas :
Tabel 3.1
Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jumlah Kematian Bayi
1 2 3
1 Cipelang 3
2 Karang Tengah 4
3 Selabatu 2
4 Sukabumi 7
5 Tipar 3
6 Nanggeleng 2
7 Gedong Panjang 5
8 Benteng 7
9 Pabuaran 0
10 Sukakarya 4
11 Baros 10
12 Lembursitu 1
13 Cikundul 7
14 Cibeureum Hilir 5
15 Limus Nunggal 2
J u m l a h 62
Sumber : Bidang Yankes
Pada Tahun 2012, jumlah kematian bayi sebanyak 62 kasus.
Apabila dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49 kasus dan 57
kasus pada Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini mengalami
peningkatan. Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas Baros
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 19
yaitu 10 kasus dengan penyebab BBLR, kelainan kongenital, dll.
Namun, perlu diketahui bahwa Puskesmas Baros merupakan
Puskesmas dengan wilayah kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan
sehingga Jumlah kematian bayi akan muncul lebih tinggi dibanding
Puskesmas dengan wilayah lebih sedikit.
Grafik 3.1 Jumlah Kematian Bayi di Kota Sukabumi
Tahun 2010 – 2012
Sumber : Bidang Yankes
Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah
jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap 1.000 kelahiran
hidup. Dengan jumlah kelahiran hidup 7398 Kelahiran Hidup dan
kematian bayi sebanyak 62 kasus, maka Angka Kematian Bayi (AKB)
pada Tahun 2012 adalah sebesar 8,4 per 1.000 Kelahiran Hidup.
Sementara Angka Kematian Neonatal sebesar 5,3 per 1.000 Kelahiran
Hidup, dari jumlah kematian 39 kasus.
Kematian bayi pada Tahun 2012 berdasarkan usia, terbanyak
pada masa neonatal (usia 0 - 28 hari) yaitu 39 kasus (62,9%). 23 kasus
kematian lainnya (37,1%) terjadi pada usia 1 – 11 bulan.
4957
62
0
20
40
60
80
100
2010 2011 2012
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 20
Grafik 3.2 Kematian Bayi Berdasarkan Usia
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
Adapun penyebab kematian terbanyak pada Tahun 2012 ini yaitu
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, aspirasi, pneumonia,
kelainan kongenital dan diare. Terjadinya kematian, sebagian besar
terjadi di fasilitas kesehatan rujukan.
Angka Kematian Bayi ini disamping menggambarkan keberhasilan
program KIA, juga menggambarkan keadaan faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit menular dan kecelakaan. Dalam arti luas, angka kematian bayi
ini merupakan indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan
sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.
2. Jumlah Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate menunjukan
banyaknya ibu hamil atau ibu bersalin yang meninggal pada setiap
100.000 kelahiran hidup. Angka ini berguna untuk menggambarkan status
gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat
pelayanan kesehatan terutama ibu pada saat hamil, melahirkan dan masa
nifas.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat pada
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk memantau
perkembangan derajat kesehatan seperti Angka Kematian Ibu (AKI).
0 10 20 30 40
0‐7 hr
8‐28 hr
1‐11 bln
33
6
23
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 21
Kematian Ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh
proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk hamil ektopik),
persalinan, abortus (termasuk abortus mola) dan masa nifas dalam kurun
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi,
dan tidak termasuk didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau
kejadian incidental (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,
status gizi dan kesehatan ibu, kondisi lingkungan, tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu
melahirkan dan masa nifas.
Tabel 3.2 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jumlah Kematian Ibu
1 2 3
1 Cipelang 0
2 KarangTengah 2
3 Selabatu 1
4 Sukabumi 1
5 Tipar 1
6 Nanggeleng 0
7 Gedong Panjang 0
8 Benteng 1
9 Pabuaran 0
10 Sukakarya 0
11 Baros 0
12 Lembursitu 0
13 Cikundul 0
14 Cibeureum Hilir 2
15 Limus Nunggal 0
JUMLAH 8
Sumber : Bidang Yankes
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 22
Kematian Ibu pada Tahun 2012 berjumlah 8 kasus terdiri dari 6
kasus dengan penyebab langsung yaitu perdarahan, hipertensi dan
infeksi. 2 kasus disebabkan penyebab tidak langsung, yaitu penyakit
kardiovaskuler dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya
yaitu dikarenakan DBD.
Dari 8 kasus kematian tersebut, 7 kematian diantaranya terjadi di
fasilitas rujukan. Sedangkan 1 kasus terjadi sebelum sampai di fasilitas
rujukan. Dengan jumlah kelahiran yang tidak mencapai 100.000 kelahiran,
maka angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Sukabumi tidak dapat dihitung.
Tetapi hanya dinyatakan dalam jumlah absolut.
Grafik 3.3
Proporsi Penyebab Kematian Ibu Berdasarkan Karakteristik Ibu Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
B. Angka Kesakitan
Selain angka mortalitas, morbiditas merupakan keadaan yang
menggambarkan status kesehatan masyarakat, karena morbiditas
merupakan langkah menuju status individu yang sakit menjadi sehat,
menimbulkan kematian atau menjadi carrier.
1. Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas Kota Sukabumi tahun 2012,
dapat dilihat pada Tabel 20 Besar Penyakit Penderita Rawat Jalan di
Puskesmas untuk Semua Golongan Umur berikut ini :
3
1
4
Bumil Bulin Bufas
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 23
Tabel 3.3 20 Besar Penyakit Penderita Rawat Jalan di Puskesmas
untuk Semua Golongan Umur di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Nama Penyakit Jumlah
Kasus Baru
1 2 3
1 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik 67,201
2 Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 25,921
3 Hipertensi Primer (esensial) 21,482
4 Diare dan Gastroenteritis 20,783
5 Tukak Lambung 18,385
6 Demam yang tidak diketahui sebabnya 17,599
7 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 15,910
8 Myalgia 15,675
9 Gastroduodenitesis tidak spesifik 14,153
10 Faringitis Akuta 12,729
11 Penyakit Pulpa dan jaringan Periapikal 10,498
12 Gejala dan tanda umum lainnya 9,982
13 Gangguan lain pada kulit dan jaringan subkutan yang tidak terklasifikasikan 9,277
14 Influenza 8,850
15 Rematisme (tidak spesifik) 6,991
16 Artritis lainnya 6,538
17 Migren dan sindrom nyeri kepala lainnya 5,754
18 Penyakit Saluran Pernafasan Bagian Atas lainnya 5,752
19 Konjungtivitis 4,990
20 Asma 4,730
21 Penyakit Lainnya 65,294
Sumber : Laporan SP3
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik
merupakan penyakit dengan jumlah tertinggi dengan jumlah 67.201
kasus. Kemudian Nasofaringitis Akuta (Common Cold) menempati
peringkat kedua dengan jumlah 25.921 kasus. Penyakit infeksi ini masih
menjadi masalah utama di masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 24
2. Pola Penyakit yang Diamati
a. TB Paru
Pada kegiatan pengendalian TBC di Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi, adalah dalam rangka peningkatan majemen kasus dan.
Pengendalian TB telah melakukan expantion dengan Rumah Sakit di
Kota Sukabumi guna menjaring penemuan BTA positif, mengingat
lamanya pengobatan penderita TB dan mekanisme pemeriksaan sampai
dikatakan sembuh, dengan demikian penderita TB sembuh dan tidak
menularkan lagi kepada orang lain.
Grafik 3.4 Cakupan dan Target Penanganan dan Pengobatan Penderita TB
Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang P2PL
Keberhasilan penanganan dan pengobatan penderita TB tidak
terlepas dari pada peran serta lintas program, lintas sektor. Namun yang
lebih penting adalah peran PMO (Pemantau Minum Obat) dan penderita
itu sendiri. Dengan adanya/munculnya TB-MDR (Multi Drug Resisten)
obat TB ini menunjukan bahwa pengawasan dan keteraturan penderita
TB sadar dalam minum obat dengan hasil; Pada kegiatan pengendalian
TBC di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, adalah dalam rangka
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2009 2010 2011 2012
30083120 3120
32803155
3498
3986 3922
Target
Cakupan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 25
peningkatan manajemen kasus. Dari trend tabel diatas selama 4 tahun
(2009-2012) dapat disimpulkan bahwa cakupan penemuan suspek TB
selalu diatas prakiraan artinya betapa tingginya penyebaran kasus TB di
Kota Sukabumi.
Grafik 3.5 Case Detection Rate (CDR) Berdasarkan Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang P2PL
Grafik diatas menggambarkan prosentase BTA positif terhadap
suspek, angka penemuan per-puskesmas tertinggi adalah di
Puskesmas Lembur situ (180 %) dan terendah di Puskesmas Gd.
Panjang (72%) sedang secara keseluruhan tingkat Kota adalah sebesar
126%.
72
73
85
93
100
100
100
105
107
111
113
126
143
150
180
123
0 50 100 150 200
Gd Panjang
Cibeureum H
Karang Tgh
Benteng
Cipelang
Pabuaran
Nanggeleng
Sukabumi
Baros
Tipar
Limus Ngl
Cikundul
Selabatu
Sukakarya
Lembur Situ
Kota SMI
PROSENTASE
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 26
Grafik 3.6 Cure Rate (Kesembuhan) Penderita TB di Puskesmas
Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang P2PL
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesembuhan
penanganan penderita TB di Puskesmas di Kota Sukabumi pada
umumnya sudah baik dengan rata-rata cure rate (kesembuhan) yaitu
sebesar 89% (>85%).
b. Diare
Pengendalian penyakit diare, pada umumnya ditangani di
Puskesmas. Secara khusus, penanganan diare pada penderita bayi dan
balita dilakukan dengan metode zink yang lebih aman dan tidak hanya
sekedar mengganti cairan dalam tubuh melainkan lebih pada
penguatan daya tahan tubuh.
63
73
76
83
90
91
92
93
94
94
96
97
100
100
100
0 20 40 60 80 100 120
Sukabumi
Pabuaran
Sukakarya
Cikundul
Tipar
Cibeureum Hilir
Gedong Panjang
Nanggeleng
Cipelang
Limus Nunggal
Benteng
Selabatu
Karang Tengah
Lembur Situ
Baros
Prosentase
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 27
Penemuan kasus diare pada Tahun 2012 di Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi sebesar 10,62 % (13.285) kasus dari dari jumlah
perkiraan kasus 125.101, namun belum merata secara umum
penyebarannya. Puskesmas dengan cakupan penanganan tertinggi
adalah Puskesmas Baros dan terendah di Puskesmas Lembursitu.
Pada Pengendalian penyakit Diare pada umumnya ditangani di
puskesmas namun secara khusus penanganan pada penderita bayi dan
balita, penganannya dilakukan dengan methode pemberian zink yang
lebih aman dan tidak hanya sekedar mengganti cairan dalam tubuh
melainkan lebih pada penguatan daya tahan tubuh.
Berikut jumlah perkiraan kasus dan diare yang ditangani
menurut Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012 :
Tabel 3.4 Kasus Diare yang Ditangani Menurut Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jumlah
Perkiraaan Kasus
Diare Ditangani
Jumlah %
1 2 3 4 5
1 Cipelang 7,488 685 9.15
2 Karang Tengah 10,840 1,060 9.78
3 Selabatu 7,853 1,054 13.42
4 Sukabumi 15,675 1,201 7.66
5 Tipar 7,286 539 7.40
6 Nanggeleng 6,077 676 11.12
7 Gedong Panjang 6,444 913 14.17
8 Benteng 10,833 949 8.76
9 Pabuaran 5,606 540 9.63
10 Sukakarya 5,555 732 13.18
11 Baros 12,394 1,957 15.79
12 Lembursitu 6,373 401 6.29
13 Cikundul 7,791 920 11.81
14 Cibeureum Hilir 8,338 773 9.27
15 Limus Nunggal 6,548 885 13.52
Jumlah 125,101 13,285 10.62
Sumber : Bidang P2PL
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 28
c. Kusta
Pada kegiatan pengendalian Kusta diarahkan pada pemeriksaan
masyarakat melalui RVS (Ravid Village Survey) di wilayah yang pernah
ada penderita kusta dalam kurun waktu 5 tahun yang lalu dan penderita
pada saat sekarang. Secara keseluruhan, kegiatan RVS dilaksanakan
di 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Cisarua, Subang Jaya,
Nanggeleng, Gedong Panjang, Benteng dan Dayeuh Luhur.
Dari kegiatan RVS (Ravid Village Survey) yang telah selesai
dilaksanakan di wilayah yang telah ditentukan, pada Tahun 2012
ditemukan 2 penderita kusta yaitu di wilayah Puskesmas Gedong
Panjang dan Puskesmas Benteng.
d. HIV – AIDS dan Infeksi Menular Seksual
Tabel 3.5
Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas
Jumlah Kasus Baru Jumlah
Kematian Akibat AIDS H I V A I D S
Infeksi Menular Seksual Lainnya
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Cipelang 1 1 2 0 1 1 12 6 18 0 0 0
2 Karang Tengah 0 0 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0
3 Selabatu 7 2 9 5 1 6 0 0 0 2 0 2
4 Sukabumi 2 1 3 3 6 9 0 0 0 0 3 3
5 Tipar 2 2 4 3 1 4 2 0 2 1 0 1
6 Nanggeleng 0 1 1 1 1 2 0 0 0 0 0 0
7 Gd. Panjang 0 0 0 6 1 7 6 0 6 3 0 3
8 Benteng 0 0 0 1 1 2 35 8 43 0 0 0
9 Pabuaran 1 1 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0
10 Sukakarya 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
11 Baros 0 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0
12 Lembursitu 0 0 0 0 1 1 2 2 4 0 0 0
13 Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Cibeureum Hilir 1 0 1 0 1 1 4 1 5 0 1 1
15 Limus Nunggal 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
Jumlah 15 8 23 23 18 41 61 17 78 6 4 10
Sumber : Bidang P2PL
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 29
Dari tabel diatas, diketahui bahwa pada Tahun 2012 di Kota
Sukabumi penemuan kasus HIV pada laki-laki sebanyak 15 orang dan
pada wanita sebanyak 8 orang, AIDS laki-laki sebanyak 23 orang, dan
wanita sebanyak 18 orang, sedangkan IMS pada laki-laki sebanyak 61
orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Dan jumlah kematian pada
HIV-AIDS sebanyak 10 orang, diantaranya 6 orang pada laki-laki dan 4
orang pada perempuan.
Sedangkan berdasarkan laporan dari PMI Kota Sukabumi, dari
4082 orang pendonor darah ditemukan positif HIV sebanyak 7 orang
(0,16%). 1 orang diantaranya berjenis kelamin perempuan. Persentase
donor darah diskrining terhadap HIV-AIDS, dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.6
Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV-AIDS Menurut Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : PMI Kota Sukabumi
e. Penyakit Menular Bersumber Binatang
1) DBD (Demam Berdarah)
Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang sering
menimbulkan kekhawatiran masyarakat, karena perjalanan
penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian. Sementara
itu, obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah
penyakit DBD sampai saat ini belum ditemukan.
Pengendalian penyakit DBD dilakukan dengan peningkatan
pengetahuan masyarakat, koordinasi lintas program dan lintas
sektoral melalui PSN, PJB dan pemberantasan nyamuk dewasa
dengan fogging/pengasapan. Dari angka kesakitan karena DBD
L P Jml Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1PMI
KOTA SUKABUMI
4,082 843 4,925 4,082 100.00 843 100.00 4,925 100.00 7 0.17 1 0.12 8 0.16
4,082 843 4,925 4,082 100.00 843 100.00 4,925 100.00 7 0.17 1 0 8 0.16
P L + P
Jumlah
NoUnit
Transfusi Darah
Donor Darah
Jumlah PendonorSampel Darah Diperiksa Positif HIV
L P L + P L
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 30
pada Tahun 2012 berjumlah 922 kasus meningkat dari tahun
sebelumnya 42% dengan kematian sebesar 5 kasus.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi PJB yang
melibatkan kader dan masyarakat, PSN, PE oleh petugas
Puskesmas fogging/pengasapan dilakukan dengan 2 (dua) tipe yaitu
fogging focus sebanyak 90 titik dan fogging massal 45 titik. Dengan
tujuan untuk mencegah agar tidak terjadi peningkatan kasus DBD
diawal tahun berikutnya (Tahun 2013). Berikut, grafik trend kasus
DBD 3 tahun terakhir :
Grafik 3.7 Trend Kasus DBD di Kota Sukabumi
Tahun 2009 – 2012
Sumber : Bidang P2PL
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2009
2010
2011
2012
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 31
Grafik 3.8 Data DBD Per Puskesmas Kota Sukabumi
Tahun 2011 dan 2012
Sumber : Bidang P2PL
Tabel 3.7 Data DBD Per Golongan Umur Kota Sukabumi
Tahun 2012
No Bulan Golongan Umur
Total < 1 Th 1-4 Th 5-14 Th 15-24 25-44 Th >45 Th
L P L P L P L P L P L P L P JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Januari 0 0 2 1 6 3 10 7 17 12 15 16 50 39 89
2 Februari 0 1 2 3 7 4 8 6 24 12 11 14 52 40 92
3 Maret 0 0 2 3 5 4 12 13 19 18 15 12 53 50 103
4 April 0 2 0 1 4 4 11 4 10 11 10 11 35 33 68
5 Mei 0 0 4 1 3 9 4 7 14 16 8 12 33 45 78
6 Juni 2 0 3 4 5 5 2 6 14 9 11 5 37 29 66
7 Juli 0 0 2 1 8 10 12 15 26 23 13 20 61 69 130
8 Agustus 0 0 1 1 6 7 7 10 13 16 9 11 36 45 81
9 Sept 0 0 1 2 3 2 3 7 10 12 8 3 25 26 51
10 Okt 0 0 5 0 2 2 5 7 10 10 7 8 29 27 56
11 Nov 0 1 0 3 2 3 6 6 8 11 8 8 24 32 56
12 Des 0 0 0 2 3 4 7 9 9 7 5 6 24 28 52
Jumlah 2 4 22 22 54 57 87 97 174 157 120 126 459 463 922
Sumber : Bidang P2PL
0
20
40
60
80
100
120
2011
2012
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 32
2) Filariasis
Kegiatan yang dilakukan pada Tahun 2012 yaitu dengan
sosialisasi tentang mengenal penyakit filariasis, pencegahan dan
pengobatannya dimasyarakat dan media elektronik serta dilakukan
survey kontak pada 250 orang di wilayah penderita, dengan hasil
0%. Angka kesakitan yang disebabkan oleh cacing mikro filarial di
Kota Sukabumi pada Tahun 2011 ditemukan ada 2 kasus yaitu di
wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah. Sedangkan pada Tahun
2012 terdapat 4 kasus yang berasal dari daerah Cikundul 3 kasus
dan Cikole 1 kasus.
3) Rabies
Angka kejadian gigitan hewan pada Tahun 2011 terdapat 28
kasus gigitan hewan dan 11 kasus mendapatkan penanganan VAR
(Vaccin Anti Rabies). Tahun 2012 terdapat 28 kasus gigitan hewan
dan 11 kasus mendapat penanganan VAR. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah sosialisasi dan koordinasi dengan Dinas
Peternakan.
4) Flu Burung
Angka kejadian Flu Burung pada Tahun 2012 tidak
ditemukan.
5) Anthraks
Angka kejadian oleh Anthraks pada Tahun 2012 tidak
ditemukan.
6) Malaria
Angka kesakitan Malaria pada Tahun 2011 ditemukan 1
kasus, yaitu di wilayah kerja Puskesmas Tipar. Sedangkan pada
Tahun 2012 meningkat menjadi 11 kasus. 4 kasus di wilayah
Puskesmas Sukabumi, dan masing-masing 1 kasus di wilayah
Puskesmas Karang Tengah, Selabatu, Nanggeleng, Gedong
Panjang, Baros, Cikundul dan Cibeureum Hilir.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 33
C. Status Gizi
1. Keadaan Status Gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan syarat terciptanya
sumberdaya manusia yang berkualitas. Anak yang mengalami
masalah gizi pada usia dini akan mengalami gangguan tumbuh
kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan produktifitas serta
kematian. Masalah Gizi penduduk merupakan masalah yang
tersembunyi, yang berdampak pada tingginya angka kesakitan dan
kematian. Kurang asupan dan absorpsi gizi mikro dapat menimbulkan
konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi
lain (kognitif, sistem imunitas, reproduksi dan lain-lain).
Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas
sumber daya manusia. Gizi yang tidak seimbang akan menentukan
kualitas sumber daya manusia. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa gangguan gizi kurang pada anak balita ternyata membawa
dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun mental. Anak
yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan mengalami
gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan, penurunan
produktivitas serta kematian.
Kekurangan gizi makro dalam hal ini energi dan protein, akan
menyebabkan penyakit gizi yang kronis diantaranya marasmus,
kwashiorkor dan gabungan marasmus dan kwashiorkor. Sedangkan
kelebihan asupan zat gizi terutama zat gizi makro akan menyebabkan
terjadinya kegemukan (obesitas) yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit degeneratif misalnya
jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, dan sebagainya.
Intervensi masalah gizi di Kota Sukabumi pada Tahun 2012
masih dipusatkan pada 4 kegiatan yang sama dengan tahun lalu,
yaitu Penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Penanggulangan
Anemia Gizi Besi (AGB), Pencegahan Kekurangan Vitamin A dan
Penanggulangan GAKY.
Kegiatan penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP)
dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan Balita setiap bulan di
Posyandu, Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita, Bulan Penimbangan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 34
Balita (BPB), Klinik Gizi (pemeriksaan oleh dokter spesialis anak,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen/mantoux,
pemeriksaan kesehatan lain termasuk pemberian multivitamin dan
rujukan kasus balita gizi buruk), Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) berupa makanan lokal kepada balita gizi buruk
dan gizi kurang GAKIN, Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) kepada ibu hamil KEK/AGB.
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) dilakukan melalui
pemberian tablet Fe kepada ibu hamil, pemberian tablet Fe kepada ibu
nifas dan pemberian tablet Fe kepada remaja putri di SMP Negeri 7
Kota Sukabumi.
Hasil pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap
bulan di Posyandu Tahun 2012 di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa
cakupan D/S hanya 82,2% dengan jumlah balita gizi buruk indikator
BB/U ada 170 anak (0,8%) dan gizi kurang 788 anak (4,1%).
Cakupan pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet kepada ibu
hamil (Fe3) sebesar 78,1%. Pemberian kapsul Vitamin A kepada bayi
dan balita maupun ibu nifas semuanya sudah mencapai target yaitu
masing-masing 99,1%, 97,0%, dan 85,5%.
a. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita
gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai
tata laksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Tabel 3.8
Jumlah Balita Gizi Buruk di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Balita
Ditimbang
Gizi Buruk
BB/TB % BB/U % 1 2 3 4 5 6 7
1 Selabatu 1,015 0 0 8 0.79
2 Sukabumi 2,001 5 0.25 14 0.70
3 Cipelang 1,178 0 0 20 1.70
4 Karang Tengah 1,562 1 0.06 10 0.64
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 35
No Puskesmas Balita
Ditimbang
Gizi Buruk
BB/TB % BB/U % 1 2 3 4 5 6 7
5 Benteng 1,746 0 0 13 0.74
6 Sukakarya 1,037 1 0.10 11 1.06
7 Pabuaran 607 0 0 3 0.49
8 Tipar 972 1 0.10 3 0.31
9 Nanggeleng 1,013 2 0.20 11 1.09
10 Gedong Panjang 1,184 6 0.51 8 0.68
11 Baros 1,852 5 0.27 23 1.24
12 Limus Nunggal 1,015 1 0.10 5 0.49
13 Cibeureum Hilir 1,297 2 0.15 8 0.62
14 Cikundul 1,509 9 0.60 25 1.66
15 Lembursitu 1,118 0 0 8 0.72
Jumlah 19,106 33 0.17 170 0.89 Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan tabel diatas, jumlah balita gizi buruk
berdasarkan BB/TB di Kota Sukabumi Tahun 2012 berada
dibawah target < 1% yaitu 0,17%. Balita gizi buruk ini tersebar di
Puskesmas Cikundul (9 anak), Gedong Panjang (6 anak),
Sukabumi (5 anak), Baros (5 anak), Nanggeleng (2 anak), Karang
Tengah (1 anak), Sukakarya (1 anak), Tipar (1 anak), Limus
Nunggal (1 anak), sedangkan Puskesmas Selabatu, Cipelang,
Benteng, Pabuaran dan Lembursitu, tidak ditemukan balita gizi
buruk berdasarkan BB/TB. Balita gizi buruk ini tidak murni, tetapi
disertai dengan penyakit penyerta yaitu TB Paru, Meningitis dan
kelainan bawaan seperti Cerebral Palsy, Colostomy, Kelainan
Jantung, dan lain-lain.
b. Klinik Gizi Balita Gizi Buruk
Sasaran kegiatan Klinik Gizi Balita Gizi Buruk Tahun 2012
adalah sebanyak 20 anak, tersebar di 15 Puskesmas.
Dilaksanakan pada Tanggal 03 April, 07 Juni, 06 September dan
11 Desember. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini bertempat di Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 36
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Klinik Gizi ini yaitu
Pengukuran Antropometri, Penentuan Status Gizi, Pemeriksaan
Kesehatan oleh Dokter Spesialis Anak, Pemeriksaan Rontgen,
Pemeriksaan Mantoux dan Fisioterapi.
c. PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin
Sasaran Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) sebanyak 40 Balita dengan kriteria status gizi menurut
BB/TB gizi sangat kurus dan kurus yang tersebar di Puskesmas
Benteng, Sukakarya dan Cibeureum Hilir.
PMT-Pemulihan ini diberikan selama 90 hari berturut-turut
(September – November 2012) dengan menu yang diberikan yaitu
makanan lokal dengan siklus menu 10 hari berulang.
80% balita yang mendapatkan PMT-Pemulihan, naik berat
badannya. Pada bulan pertama (September), terdapat 80%balita
naik berat badannya. Pada bulan kedua (Oktober), 60% balita naik
berat badannya. Begitu pula dengan bulan terakhir (November),
80% balita naik berat badannya. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan PMT-Pemulihan pada Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang,
sangat membantu meningkatkan berat badan balita.
Sedangkan untuk balita yang tidak naik berat badannya,
dikarenakan balita sedang dalam keadaan sakit. Selain itu,
adanya PMT-Pemulihan dijadikan makanan pengganti makanan
pokok balita bukan sebagai makanan tambahan. Sehingga tidak
ada penambahan kalori dalam makanan sehari-harinya, yang
mengakibatkan balita tidak naik berat badannya.
Pemberian makanan tambahan juga harus disertai dengan
pola asuh orang tua / keluarga yang baik, lingkungan tempat
tinggal yang sehat dan pola makan yang benar. Sehingga dapat
memberikan hasil yang maksimal.
2. Cakupan Persentase D/S
Cakupan persentase D/S di Kota Sukabumi Tahun 2012 sudah
mencapa target 80% yaitu 82,2%. Dari periode Januari – Desember
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 37
2012, hanya 2 bulan yaitu Bulan Januari dan April 2012 yang belum
mencapai target yaitu 78,1% dan 79,3%.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil pencapaian D/S pada
Bulan Februari dan Agustus jauh diatas target dikarenakan bersamaan
dengan Kegiatan Bulan Vitamin A dan sweeping petugas bagi Balita
yang tidak datang ke Posyandu.
Cakupan D/S terkecil ada di Puskesmas Tipar yaitu sebesar
70,2%, sedangkan terbesar di Puskesmas Lembursitu sebesar 92,3%.
Puskesmas yang sudah mencapai target yaitu Puskesmas Lembursitu,
Cikundul, Benteng, Selabatu, Baros, Cibeureum Hilir, Gedong
Panjang, Cipelang, Sukakarya, Nanggeleng dan Limus Nunggal.
Sedangkan 4 Puskesmas lain, masih berada dibawah target 80 %.
Cakupan persentase D/S Tahun 2012, dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 3.9 Cakupan Persentase D/S menurut Puskesmas
Di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 38
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN KOTA SUKABUMI
A. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan (health service) dapat dikategorikan menjadi 3
bagian, yaitu Kuratif (pengobatan) seperti pengobatan dan rehabilitasi pasca
kesembuhan, preventif (pencegahan), dapat dikategorikan pada upaya
promosi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan, serta Protektif (perlindungan
kesehatan). Upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kota
sukabumi diantaranya adalah :
1. Pelayanan Antenatal
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI
dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Dan menurut Prawirohardjo (2005), pemeriksaan kehamilan (ANC)
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta
menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa
nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak
hanya fisik tetapi juga mental.
Ibu hamil secara ideal melaksanakan perawatan kehamilan
maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu l kali pada trimester
1, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimister III. Namun jika terdapat
kelainan dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan
menurut kebutuhan masing- masing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
dikatakan teratur jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ≥4 kali
kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali kunjungan
dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan
< 2 kali kunjungan (WHO, 2006).
Yang menjadi kebijakan dalam Pelayanan Antenatal Care menurut
Dewitree (2010), yaitu: Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk
“10T”:
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 39
1. (Timbang ) berat badan
2. ukur (Tinggi) badan
3. Ukur (Tekanan) darah
4. Ukur ( Tinggi ) fundus uteri
5. (Tes) Detak Jantung Janin
6. (Tes) urin
7. Pemberian imunisasi ( Tetanus Toksoid ) TT lengkap
8. Pemberian (Tablet) zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
9. (Tes) terhadap Penyakit Menular Seksual/ uji (TORCH)
10. (Temu) wicara dalam rangka persiapan rujukan.
PWS KIA bertujuan untuk memantau secara berkesinambungan
pelayanan kesehatan ibu hamil, dari mulai ANC sampai persalinannya
serta kesehatan anaknya. Pemantauan yang dilakukan adalah
pemantauan K1, K4, Deteksi Resti oleh tenaga kesehatan/masyarakat,
Kunjungan Neonatus, Persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan
yang ditolong dukun.
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan pada trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai
12 minggu.
Cakupan kunjungan ibu hamil K1 di Kota Sukabumi dapat dilihat
pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Cakupan Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Ibu Hamil
Jumlah K1 % 1 2 3 4 5
1 Cipelang 468 430 91.9
2 Karang Tengah 679 700 103.1
3 Selabatu 499 485 97.2
4 Sukabumi 995 1,058 106.3
5 Tipar 460 449 97.6
6 Nanggeleng 384 404 105.2
7 Gedong Panjang 407 411 101.0
8 Benteng 683 717 105.0
9 Pabuaran 354 330 93.2
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 40
No Puskesmas Ibu Hamil
Jumlah K1 % 1 2 3 4 5
10 Sukakarya 350 336 96.0
11 Baros 776 817 105.3
12 Lembursitu 399 380 95.2
13 Cikundul 488 425 87.1
14 Cibeureum Hilir 511 492 96.3
15 Limus Nunggal 402 416 103.5
Jumlah 7,855 7,850 99.9
Sumber : Bidang Yankes
Cakupan PWS K1 Kumulatif Kota Sukabumi pada Tahun 2012
adalah sebesar 99,9%. Hal ini melebihi target program KIA, yaitu sebesar
91%. Cakupan Puskesmas yang tertinggi yaitu Puskesmas Sukabumi
dengan pencapaian 106,3%, sedangkan pencapaian terendah adalah
Puskesmas Cibeureum Hilir yaitu sebesar 87,1%.
Berkaitan dengan pencapaian cakupan tersebut terdapat indikator
lain untuk memantau program KIA dalam kegiatan antenatal adalah
cakupan K4. Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau
lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksan
kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >
24 minggu.. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 di Kota Sukabumi dapat dilihat
pada tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Ibu Hamil
Jumlah K4 % 1 2 3 4 5 1 Cipelang 461 462 98.7
2 Karang Tengah 668 718 105.7
3 Selabatu 483 502 100.6
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 41
No Puskesmas Ibu Hamil
Jumlah K4 % 1 2 3 4 5 4 Sukabumi 965 944 94.9
5 Tipar 448 422 91.7
6 Nanggeleng 374 360 93.8
7 Gedong Panjang 397 373 91.6
8 Benteng 667 638 93.4
9 Pabuaran 345 328 92.7
10 Sukakarya 342 345 98.6
11 Baros 762 692 89.2
12 Lembursitu 392 330 82.7
13 Cikundul 480 411 84.2
14 Cibeureum Hilir 513 414 81.0
15 Limus Nunggal 403 345 85.8
Jumlah 7,855 7,284 92.7 Sumber : Bidang Yankes
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa hasil cakupan K4 kumulatif
kota telah melebihi target dinas yaitu 92,7% (target 86%). Hasil cakupan
K4 selama kurun waktu 2008-2012 mengalami peningkatan sebesar
8,93%. Pencapaian K4 tertinggi pada Tahun 2012 dari Puskesmas
Karang Tengah yaitu 105,7%. Sedangkan terendah dari Puskesmas
Cibeureum Hilir yaitu 81,0%. Puskesmas yang belum memenuhi target
dinas yaitu Puskesmas Limus Nunggal, Cikundul, Lembursitu dan
Cibeureum Hilir.
Pencapaian K4 yang belum memenuhi target pada beberapa
Puskesmas tersebut disebabkan kurangnya kerjasama antara Puskesmas
dengan Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek Swasta mengenai
pencatatan dan pelaporan, kurangnya kerjasama bidan dengan lintas
program dan lintas sektor.
Kejadian Drop Out pada Tahun 2012 yaitu 7,2%. Drop Out (DO)
menunjukkan inkonsistensi dalam pengelolaan pelayanan kesehatan
maternal, sehingga hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pemeliharaan kesehatan dan keamanan dalam kehamilan dan persalinan.
ANC pertama sebaiknya digunakan untuk memberikan informasi
pentingnya ANC sesuai standar, risiko kehamilan dan persalinan, serta
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 42
agar melahirkan dengan didampingi tenaga kesehatan terlatih. Dengan
DO tersebut, berarti sekitar 566 orang ibu hamil yang ada di Kota
Sukabumi tidak mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih atau
cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan
adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis
lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam
persentase.
Mengukur kematian ibu secara akurat adalah sulit, kecuali tersedia
data registrasi yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian.
Oleh karena itu sebagai proksi indikator digunakan proporsi pertolongan
kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih.
Salah satu indikator yang menentukan keberhasilan dalam
penurunan AKI adalah cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Indikator ini menggambarkan besarnya persentase persalinan yang bersih
dan aman. Persalinan yang ditolong/didampingi oleh tenaga kesehatan
dianggap memenuhi persyaratan sterilitas dan aman, karena bila ibu
mengalami komplikasi persalinan maka penanganan atau pertolongan
pertama pada rujukan dapat segera dilakukan (Depkes, 1999).
Dengan indikator ini, dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Pencapaian indikator cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
di Kota Sukabumi berdasarkan hasil pencatatan laporan Bidang Yankes
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 sudah diatas target (86%),
yaitu 94,4%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 43
Tabel 4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas
Ibu Bersalin
Jumlah Ditolong Nakes
%
1 2 3 4 5
1 Cipelang 447 447 100.0
2 Karang Tengah 648 653 100.8
3 Selabatu 476 479 100.6
4 Sukabumi 949 876 92.3
5 Tipar 440 416 94.5
6 Nanggeleng 366 259 70.8
7 Gedong Panjang 388 387 99.7
8 Benteng 652 648 99.4
9 Pabuaran 338 374 110.7
10 Sukakarya 334 327 97.9
11 Baros 741 726 98.0
12 Lembursitu 381 377 99.0
13 Cikundul 466 390 83.7
14 Cibeureum Hilir 488 412 108.1
15 Limus Nunggal 384 310 80.7
Jumlah 7,498 7,081 94.4
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat, pencapaian tertinggi
cakupan linakes adalah Puskesmas Pabuaran (110.7%). Sedangkan
pencapaian cakupan linakes terendah adalah Puskesmas Nanggeleng
(70,8%). Puskesmas yang belum memenuhi target yaitu Puskesmas
Nanggeleng, Puskesmas Limus Nunggal, dan Puskesmas Cikundul.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Nakes) Tahun
2012 ini, meningkat jika dibadingkan Tahun 2011 yang hanya mencapai
91,0%. Hasil ini dicapai antara lain karena adanya kerjasama dengan
Bidan Praktek Swasta (BPS), Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta
berjalan baik. Cakupan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam pertolongan persalinan
sesuai standar, dan dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani
oleh tenaga kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 44
Data didapatkan dari laporan Puskesmas, Bidan Praktek dan
Rumah Sakit. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan ini
adalah monitoring dan evaluasi pencatatan dan pelaporan Puskesmas,
koordinasi teknis dengan Rumah Sakit dan Bidan Praktek. Persalinan
oleh tenaga kesehatan ini didukung oleh Program Jampersal yang
dikucurkan oleh Kementerian Kesehatan, selain Dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dan APBD Kota.
Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, namun bisa saja
tidak. Seperti akibat perdarahan dan kelahiran yang sulit. Oleh karena itu,
kita harus memperlakukan setiap persalinan sebagai suatu potensi
keadaan darurat yang mungkin memerlukan perhatian. Pengalaman
internasional menunjukkan bahwa sekitar separuh dari kematian ibu
dapat dicegah oleh bidan terampil, sementara separuh lainnya tidak dapat
diselamatkan akibat tidak adanya perawatan yang tidak tepat dengan
fasilitas medis memadai (Bappenas & UNDP, 2007).
3. Cakupan Kunjungan Neonatus (N3)
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi usia 29 hari-11 bulan di
sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Rumah Sakit dan Rumah Bersalin) maupun di Posyandu, Tempat
Penitipan Anak (TPA), Panti Asuhan dan sebagainya melalui kunjungan
petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi
pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak)
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayi. Indikator ini adalah untuk mengukur
kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga
kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan
(Kemenkes, 2010).
Cakupan kunjungan neonatus 3 atau KN lengkap adalah cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3
kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke-3
sampai hari ke-7 dan 1 kali pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setelah lahir
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dihitung dengan
membandingkan jumlah neonatus yang memperoleh minimal 3 kali
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 45
pelayanan sesuai standar dengan jumlah seluruh sasaran bayi. Dengan
indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan
neonatal.
Adapun hasil cakupan kunjungan neonatus 3 atau KN lengkap di
seluruh Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012, dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
Tabel 4.4
Cakupan Kunjungan Neonatus (N3) menurut Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Proyeksi Jumlah
Bayi
Kunjungan Neonatus 3 Kali (Kn Lengkap)
Jumlah % 1 2 3 4 5
1 Cipelang 426 364 85.45
2 Karang Tengah 616 614 99.68
3 Selabatu 454 438 96.48
4 Sukabumi 904 811 89.71
5 Tipar 419 415 99.05
6 Nanggeleng 349 226 64.76
7 Gedong Panjang 370 357 96.49
8 Benteng 621 546 87.92
9 Pabuaran 322 278 86.34
10 Sukakarya 318 312 98.11
11 Baros 705 621 88.09
12 Lembursitu 364 292 80.22
13 Cikundul 443 377 85.10
14 Cibeureum Hilir 465 380 81.72
15 Limus Nunggal 365 266 72.88
Jumlah 7,141 6,297 88.18
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan tabel diatas, hasil cakupan N3 kumulatif Kota telah
memenuhi target yaitu 88,18% (Target 84%). Pencapaian cakupan N3
kumulatif tertinggi yaitu Puskesmas Karang Tengah (99,68%). Sedangkan
pencapaian N3 kumulatif terendah yaitu Puskesmas Nanggeleng
(64,76%). Pada Tahun 2012 dari 7141 bayi neonatus, 88,18% (6297)
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 46
kontak dengan petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan. Penurunan cakupan dibandingkan dengan Tahun 2011 yang
mencapai 90,15% disebabkan karena pencatatan dan pelaporan untuk
KN Lengkap belum optimal, masih banyak neonatus yang tidak tercatat
mendapat pelayanan dihari ke-8 sampai hari ke-28. Kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai target adalah monitoring pencatatan dan
pelaporan Puskesmas dengan menggunakan data dasar kohort bayi.
4. Cakupan Neonatus Resti yang Ditangani
Perlu diketahui bahwa neonatus resiko tinggi dapat lahir dari ibu
dengan kehamilan resiko tinggi pula. Dalam tahap yang lebih awal,
penolong persalinan seharusnya dapat mengenali bahwa kehamilan yang
dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi. Berikut ini beberapa
kelahiran resiko tinggi yaitu : ketuban pecah dini, amnion tercemar
mekonium, kelahiran prematur kurang dari 37 minggu , kelahiran
postmatur lebih dari 42 minggu, toksemia, ibu menderita DM,
primigravida muda, primigravida tua, kehamilan kembar, ketidak cocokan
rhesus, hipertensi, penyakit jantung pada ibu, penyakit ginjal pada ibu,
penyakit epilepsi pada ibu, ibu demam/sakit, perdarahan ibu, sungsang,
lahir dengan seksio sesaria/extraksi vakum, ertraksi forsep, kecanduan
oba-obatan, dicurigai adanya kelainan bawaan, komplikasi obstetri lain.
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak
perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari
kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi baru lahir
yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga bila tidak
ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian
besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan
pertama kehidupannya. Cakupan neonatus resti ditangani menurut
Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 47
Tabel 4.5 Cakupan Neonatus Resti Ditangani Menurut Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas
Perkiraan Neonatal
Resti/ Komplikasi
Neonatal Resti/Komplikasi Ditangani
Jumlah % 1 2 3 4 5
1 Cipelang 200 271 135.50
2 Karang Tengah 125 130 104.00
3 Selabatu 206 150 72.82
4 Sukabumi 150 145 96.67
5 Tipar 85 73 85.88
6 Nanggeleng 43 37 86.05
7 Gedong Panjang 148 144 97.30
8 Benteng 130 110 84.62
9 Pabuaran 100 87 87.00
10 Sukakarya 55 49 89.09
11 Baros 36 35 97.22
12 Lembursitu 47 45 95.74
13 Cikundul 67 103 153.73
14 Cibeureum Hilir 50 40 80.00
15 Limus Nunggal 63 58 92.06
Jumlah 1,505 1447 98,14
Sumber : Bidang Yankes
Persentase dan pelaporan cakupan neonatus komplikasi yang
ditangani di Kota Sukabumi sebesar 98,14% dengan persentase terbesar
berada di puskesmas Cikundul sebesar 153,73% sedangkan terendah
sebesar 72,82% yaitu Puskesmas Selabatu. Untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang optimal, diperlukan sarana dan prasarana yang
memadai. Disamping itu perlu diadakannya pelatihan-pelatihan serta
pembinaan yang berkesinambungan, perbaikan pencatatan dan
pelaporan mulai dari bawah sampai keatas.
Sejalan dengan kebijakan Departemen Kesehatan dalam
peningkatan akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus, yaitu
penyediaan Puskesmas mampu PONED. Dari 15 Puskesmas di Kota
Sukabumi 4 diantaranya adalah Puskesmas mampu PONED sehingga
memiliki kemampuan serta fasilitas 24 jam dalam memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 48
lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/masyarakat dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit pada kasus
yang tidak mampu ditangani.
5. Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Kunjungan Bayi adalah cakupan kunjungan bayi (umur
1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2
kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.. Dengan
indikator ini dapat diketahui efektifitas, continum of care dan kualitas
pelayanan kesehatan bayi. Hasil cakupan kunjungan bayi seluruh
Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.6 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jumlah Bayi
Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali)
Jumlah % 1 2 3 4 5 1 Cipelang 426 387 90.85
2 Karang Tengah 616 555 90.10
3 Selabatu 454 398 87.67
4 Sukabumi 904 717 79.31
5 Tipar 419 159 37.95
6 Nanggeleng 349 301 86.25
7 Gedong Panjang 370 356 96.22
8 Benteng 621 456 73.43
9 Pabuaran 322 243 75.47
10 Sukakarya 318 526 165.41
11 Baros 705 584 82.84
12 Lembursitu 364 308 84.62
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 49
No Puskesmas Jumlah Bayi
Kunjungan Bayi (Minimal 4 Kali)
Jumlah % 1 2 3 4 5
13 Cikundul 443 353 79.68
14 Cibeureum Hilir 465 570 122.58
15 Limus Nunggal 365 299 81.92
Jumlah 7,141 6,212 86.99
Sumber : Bidang Yankes
Hasil cakupan kunjungan bayi kota belum melebihi target, yaitu
86,99% (Target 85%). Pencapaian cakupan kunjungan bayi tertinggi yaitu
Puskesmas sukakarya (165,41%), sedangkan pencapaian cakupan
kunjungan bayi terendah yaitu Puskesmas Tipar (37,95%).
Puskesmas yang sudah memenuhi target cakupan kunjungan bayi
hanya 7 Puskesmas dari 15 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas
Cipelang, Karang Tengah, Selabatu, Nangeleng, Gedong Panjang,
Sukakarya, dan Cibeureum Hilir. Penyebab cakupan kunjungan bayi
untuk Puskesmas yang masih dibawah target yaitu sistem pencatatan dan
pelaporan yang kurang optimal terutama penggunaan kohort bayi,
kurangnya kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor (bidan
praktek swasta, dokter praktek swasta, Rumah Sakit), kurangnya
penjaringan kunjungan bayi oleh tenaga kesehatan serta kurangnya
pemanfaatan posyandu oleh masyarakat.
B. Pelayanan Alat Kontrasepsi
Dampak positif dari penambahan jumlah penduduk, antara lain
tersedianya tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan. Namun demikian
peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkontrol dan tidak diimbangi
dengan peningkatan taraf hidup yang memadai, akan menimbulkan lebih
banyak dampak negatif dan masalah sosial diantaranya kriminalitas dan
beban terhadap daya dukung wilayah Kota Sukabumi. Permasalahan
kependudukan, dengan jumlah penduduk yang banyak maka angka
kemiskinan juga rentan untuk meningkat.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 50
Untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan mengatasi
masalah kemiskinan, upaya yang dilakukan bukan hanya sebatas pada
pembatasan jumlah kelahiran, tetapi juga mencakup upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga. Salah satu upaya menekan laju pertumbuhan
penduduk, yaitu dengan mengoptimalkan Program Keluarga Berencana.
Dalam hal ini bukan hanya Pemerintah saja, tetapi masyarakatpun perlu
berperan aktif dalam mensukseskan pelaksanaan program KB. Kegagalan
program KB berakibat pada pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
terkendali sehingga akan berdampak luas terhadap penyediaan anggaran,
fasilitas kesehatan, pendidikan dan ketersediaan pangan. Program yang
cukup efektif dari upaya tersebut diantaranya anjuran pemakaian alat
kontrasepsi, pendewasaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran,
pemberian air susu ibu yang optimal dan penundaan kelahiran anak
pertama.
Pertumbuhan penduduk membawa banyak konsekuensi, diantaranya
dari aspek penyediaan sarana dan pembiayaan pendidikan. Dalam hal ini
Pemerintah perlu menyediakan sarana dan biaya-biaya lain ketika bayi yang
dilahirkan mulai masuk usia sekolah. Kemudian dari aspek penyediaan
lapangan pekerjaan. Hal yang sama juga berlaku saat si anak sudah
menyelesaikan sekolah, maka jumlah lapangan kerja yang disediakan juga
harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan penduduk ini. Anak yang putus
sekolah akan masuk bursa tenaga kerja lebih awal. Konsekuensinya adalah
mereka akan masuk ke lapangan kerja tanpa keterampilan dan kompetensi.
Upaya menekan laju pertumbuhan penduduk ini dilakukan
diantaranya dengan revitalisasi Program Keluarga Berencana. Jika laju
pertumbuhan penduduk dapat ditekan setiap tahunnya, dampak yang akan
didapat tentu saja penghematan dana diberbagai sektor. Tidak hanya
dibidang kesehatan saja, melainkan juga disektor lainnya. Dana yang
didapat dari penghematan ini dapat digunakan untuk membiayai sektor
pembangunan lain atau meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan
pendidikan pada bayi-bayi yang dilahirkan. Pada gilirannya, hal ini akan
berdampak pada peningkatan kualitas SDM dan peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kota Sukabumi.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 51
Di Kota Sukabumi sendiri telah diselenggarakan upaya KB yang lebih
efektif seperti pelaksanaan Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
maupun Non MKJP. Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif di Kota Sukabumi
pada Tahun 2012, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Kecamatan Jumlah
PUS Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
Jumlah % Jumlah % 1 2 3 4 5 6 7
1 Gunung Puyuh 9,587 2,924 30.50 7,740 80.73
2 Cikole 10,413 2,905 27.90 8,367 80.35
3 Citamiang 8,444 1,189 14.08 6,522 77.24
4 Warudoyong 9,022 1,883 20.87 6,808 75.46
5 Baros 6,127 1,151 18.79 4,765 77.77
6 Lembursitu 6,972 428 6.14 5,486 78.69
7 Cibeureum 7,055 737 10.45 5,705 80.86
JUMLAH 57,620 11,217 19.47 45,393 78.78
Sumber : BPMPKB Kota Sukabumi
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Kota Sukabumi
Tahun 2012 peserta KB aktif yaitu sebanyak 78,78% sedangkan peserta KB
baru mencapai 19,47%. Dari 15 Puskemas di Kota Sukabumi, Kecamatan
Cibeureum merupakan wilayah dengan akseptor KB aktif paling banyak yaitu
sebesar 5.705 akseptor dan Kecamatan Gunung Puyuh sebagai wilayah
dengan peserta KB baru terbanyak yaitu 2.924 akseptor.
C. Pelayanan Lansia
1. Data Lansia
Jumlah Penduduk Pra Lansia dan Lansia paling banyak terdapat
di Puskesmas Sukabumi (5782 dan 3947 orang). Berikut data jumlah
penduduk Lansia Tahun 2012 di masing-masing Puskesmas :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 52
Grafik 4.1 Jumlah Penduduk Pra Lansia dan Lansia
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
2. Pra Lansia dan Lansia yang dilayani di luar gedung
Grafik 4.2 Pelayanan Pra Lansia dan Lansia Luar Gedung
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST
PRA 2897 5782 2762 3998 3996 2049 2068 2688 2377 2242 3076 2415 4572 2874 2351
LANSIA 1978 3947 1886 2730 2728 1399 1412 1835 1623 1530 2100 1649 3121 1962 1605
SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST KOTA
Pra 177 152 182 88 121 53 65 73 75 90 118 106 139 162 171 118
Lan 278 204 288 198 344 136 165 187 189 198 174 178 277 231 286 222
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 53
Dari data diatas dapat dilihat bahwa Puskesmas yang paling
banyak melayani Pra Lansia dan Lansia di luar gedung (Panti dan
Posbindu) adalah Puskesmas Benteng (344 orang lansia). Hal ini
dikarenakan jumlah Posbindu di Puskesmas Benteng cukup banyak
yakni 12 Posbindu dengan tenaga perawat khusus yang melayani
lansia di luar gedung.
3. Pra Lansia dan Lansia yang dilayani di dalam gedung
Untuk Pelayanan Pra Lansia dan Lansia dalam gedung,
Puskesmas Selabatu merupakan Puskesmas dengan pelayanan
dalam gedung paling banyak (134 orang lansia). Hal ini terjadi karena
banyaknya rujukan dari Posbindu ke Puskesmas dan Pelayanan
Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas. Pelayanan Pra Lansia dan
Lansia dalam gedung, dapat kita lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.3 Pelayanan Pra Lansia dan Lansia Dalam Gedung
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
SLB SMICPLG
KRTG
BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBMLMSN
BRS CKDLLBSTKOTA
Pra 89 78 67 21 77 23 25 42 34 21 30 29 67 32 77 47
Lan 134 121 132 45 89 21 23 34 41 33 24 36 87 31 89 63
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 54
4. D/S Pra Lansia dan Lansia Per Puskesmas
Grafik 4.4 D/S Pra Lansia dan Lansia Per Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik diatas, Puskesmas Lembursitu memiliki
cakupan D/S untuk Pra Lansia dan Lansia paling tinggi yakni 7,3% dan
17,8%. Hal ini telah jauh melampaui target yang ditentukan.
Sedangkan pencapain kota untuk D/S Pra Lansia masih kurang dari
target 4%. Melihat distribusi frekuensi cakupan D/S Pra Lansia dan
Lansia yang berbeda, hal ini bisa terjadi karena berbagai kendala
diantaranya adalah distribusi sasaran di masing-masing wilayah yang
berbeda, tenaga pemegang program yang mengelola lansia memiliki
waktu yang cukup untuk turun kelapangan, serta pendokumentasian
kegiatan yang rapi dan terstruktur.
5. D/S Pra Lansia dan Lansia Per Bulan
Distribusi frekuensi pencapaian D/S Lansia di Kota Sukabumi
menunjukkan angka yang relatif sama setiap bulannya yakni pada
rata-rata 8.50%. Sedangkan untuk Pra Lansia pada angka 3.50%. Hal
SLB SMI CPLG KRTG BTG SKKR PBR TPR GDP NGL CBM LMSN BRS CKDL LBST KOTA
Pra 6.1 2.6 6.6 2.2 3.0 2.6 3.1 2.7 3.2 4.0 3.8 4.4 3.0 5.6 7.3 3.8
Lan 14.1 5.2 15.3 7.3 12.6 9.7 11.7 10.2 11.6 12.9 8.3 10.8 8.9 11.8 17.8 10.6
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 55
ini menunjukkan pencapaian target yang masih belum memenuhi
target yang ditentukan. Berikut data D/S Pra Lansia dan Lansia Per
Bulan :
Grafik 4.5 D/S Pra Lansia dan Lansia Per Bulan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang Yankes
D. Pelayanan Imunisasi
1. Cakupan Imunisasi Bayi
Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan sebagai
bentuk pencegahan penyakit. Semua anak, dimulai sejak usia bayi,
berhak mendapatkan pelayanan ini. Sebab jika tidak diimunisasi,
banyak efek buruk yang bisa terjadi.
Upaya pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi
rutin dan tambahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan
imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk
menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan merata dapat
menimbulkan letusan atau Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Di Kota
Sukabumi tahun 2012 tidak ditemukan penyakit PD3I.
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKTO
NOV DES KOTA
PRA 3.6 4.0 3.5 3.9 3.5 3.6 3.4 3.3 3.3 3.0 3.3 3.6 3.8
LANS 8.0 8.4 7.7 9.1 9.1 9.0 8.6 9.1 8.1 8.2 8.6 8.5 10.6
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 56
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat
Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga
dapat memutus rantai penularan PD3I. Dengan semakin efektif dan
efisiennya upaya imunisasi, diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang nyata bagi kesejahteraan anak dan ibu khususnya serta
masyarakat yang ada di Kota Sukabumi pada umumnya.
Untuk mengetahui cakupan imunisasi lengkap, tingkat
perlindungan dan kualitas pelayanan imunisasi indikatornya DPT-HB3,
Polio4 dan campak. Sedangkan untuk mengukur manajemen dan
pengelolaan program atau pengelolaan sasaran maka indikator yang
dipakai adalah DO (Drop Out), yaitu DPT-HB1, DPT-HB3 dan DO
DPT-HB1-Campak.
Cakupan imunisasi Kota Sukabumi Tahun 2012 secara
keseluruhan sudah mencapai target yaitu diatas 90%, namun ada
beberapa puskesmas yang belum mencapai target per antigen.
Dari 15 Puskesmas yang ada, 14 Puskesmas sudah mencapai
target program. Puskesmas yang belum mencapai UCI yaitu
Puskesmas Sukabumi.
Cakupan imunisasi DPT-HB1 Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
adalah sebesar 98,38 % (target 98 %), dan yang sudah mencapai
target ada 8 Puskesmas. Cakupan imunisasi DPT-HB3 pencapaiannya
96,54%, sedangkan target DPT-HB3 adalah 93%.
Drop Out (DO) digunakan sebagai indikator manajemen program
atau pengelolaan sasaran. Sasaran yang sudah datang dan
memperoleh pelayanan imunisasi seharusnya datang lagi untuk
memperoleh imunisasi lengkap. Makin kecil DO, maka makin baik
pengelolaan/manajemen sasaran program imunisasi. Sebaliknya
makin besar DO, maka pengelolaan sasaran program imunisasi harus
lebih dibenahi lagi. DO DPT-HB1-Campak mencapai 3,7%.
2. Cakupan Imunisasi Ibu Hamil
Salah satu standar pelayanan antenatal care minimal melalui
10 T, yaitu pemberian imunisasi TT (Tetanus Toxoid). Imunisasi
Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 57
upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005). Vaksin
Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan
kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).
Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan
merupakan tindakan preventif untuk meningkatkan kekebalan tubuh
ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan virus. Pemberian imunisasi
selama kehamilan, tidak hanya penting untuk melindungi si ibu dari
berbagai macam penyakit, tapi juga bagi janin.
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, Imunisasi TT
sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan
imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005). TT1 dapat diberikan sejak di
ketahui postif hamil dimana biasanya di berikan pada kunjungan
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan (Depkes RI, 2000). Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4
minggu Adapun target cakupan imunisasi TT1 Ibu Hamil ≥ 98% dan
TT2 Ibu Hamil ≥ 90% serta DO TT1 Ibu Hamil – TT2 Ibu Hamil ≤ 5%.
Pencapaian cakupan imunisasi TT1 Ibu Hamil di Kota Sukabumi
masih dibawah target program, yaitu 59,8% dari jumlah seluruh ibu
hamil yang ada. Jadi masih ada kesenjangan 38,2,%, dari target 98%.
Dari 15 Puskesmas, semua belum mencapai target pelayanan
imunisasi TT. Pada pelayanan imunisasi ibu hamil, yang menjadi
indikator imunisasi lengkap atau kualitas pelayanan yaitu cakupan TT2
Ibu Hamil. Di Kota Sukabumi, pencapaiannya baru mencapai 54,7%
dari target 90%. Seluruh Puskesmas belum mencapai cakupan dari
target yang ditetapkan.
Dari data tersebut di dapatkan DO K1 dan K4 adalah 5,1% artinya
di Kota Sukabumi masih ada masalah dalam manajemen pemberian
imunisasi TT, hal itu dikarenakan system pencatatan dan pelaporan
yang belum sesuai serta keseragaman dalam status imunisasi yang
belum sepakat antara penegelola program imunisasi dan KIA.
3. Universal Child Imunization (UCI)
Universal Child Immunization (UCI) adalah tercapainya imunisasi
dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 58
subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada
bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis
B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2
dosis TT.Untuk anak sekolah tingkat dasar rneliputi 1 dosis DT, I dosis
campak dan 2 dosis TT.
Target Universal Child Imunization dikatakan tercapai apabila
cakupan imunisasi lengkap 80% secara merata pada bayi di seluruh
Kelurahan.
Pencapaian Kelurahan/Desa UCI pada Tahun 2012 sudah
mencapai target yaitu 96,97% (Target 80%). Ada 1 Kelurahan yang
belum mencapai target UCI, yaitu Kelurahan Tipar.
Tabel 4.8
Pencapaian UCI di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jumlah
Kelurahan Kelurahan
UCI % Kelurahan
UCI
1 2 3 4 5
1 Cipelang 2 2 100.00%
2 Karang Tengah 2 2 100.00%
3 Selabatu 3 3 100.00%
4 Sukabumi 3 3 100.00%
5 Tipar 2 1 50.00%
6 Nanggeleng 1 1 100.00%
7 Gedong Panjang 2 2 100.00%
8 Benteng 2 2 100.00%
9 Pabuaran 2 2 100.00%
10 Sukakarya 1 1 100.00%
11 Baros 4 4 100.00%
12 Lembursitu 2 2 100.00%
13 Cikundul 3 3 100.00%
14 Cibeureum Hilir 2 2 100.00%
15 Limus Nunggal 2 2 100.00%
Jumlah 33 32 96.97%
Sumber : Bidang P2PL
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 59
4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) bertujuan untuk
memberikan perlindungan bagi anak-anak usia sekolah dasar terhadap
penyakit campak, difteri dan tetanus.
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan bagi
masyarakat melalui pembangunan kesehatan dengan perencanaan
terpadu. Pembangunan kesehatan di Indonesia memiliki beban ganda
(double burden), dimana penyakit menular masih masalah karena tidak
mengenal batas wilayah administrasi sehingga tidaklah mudah untuk
memberantasnya. Dengan tersedianya vaksin mampu mencegah
penyakit menular sebagai salah satu tindakan pencegahan yang efektif
dan efisien.
Pemberian vaksin melalui program imunisasi merupakan salah
satu strategi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka
mewujudkan Indonesia sehat. Program imunisasi mengacu kepada
konsep Paradigma Sehat, dimana prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan yaitu upaya pelayanan peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Setiap tahun BIAS dilaksanakan pada bulan Agustus untuk
Campak dan pada bulan November untuk DT (kelas I) dan Td (kelas II
dan III). Pelayanan imunisasi di sekolah dikoordinir oleh tim pembina
UKS. Peran guru menjadi sangat strategis dalam memotivasi murid
dan orangtuanya. Ketidak hadiran murid pada saat pelayanan
imunisasi akan merugikan murid itu sendiri dan lingkungannya karena
peluang untuk memperoleh kekebalan melalui imunisasi tidak
dimanfaatkan.
Pemberian imunisasi pada anak sekolah bertujuan sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif,
meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi peserta didik dalam
lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh
dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang lebih berkualitas. Pelaksanaan BIAS merupakan
keterpaduan lintas program dan lintas sektor terkait sebagai salah satu
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 60
upaya mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. Diselenggarakan
melalui wadah yang sudah ada yaitu Tim Pembina Usaha Kesehatan
Sekolah (TP UKS), dimana imunisasi merupakan salah satu komponen
kegiatan UKS.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat
population immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga
dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan berbagai kemajuan
pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi menjadi
semakin efektif dan efisien dengan harapan dapat memberikan
langkah nyata bagi kesejahteraan anak, ibu, serta masyarakat secara
umum.
E. Program Penyehatan Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
kesehatan masyarakat. Sebagian besar gangguan kesehatan disebabkan
kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pengaruh lingkungan
terhadap kesehatan mengakibatkan gangguan kesehatan yang bersifat
segera dan bersifat lambat atau akumulatif.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera dan bahagia. Upaya kesehatan lingkungan
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
kimia,biologi maupun sosial.
Yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Upaya ini meliputi upaya penyehatan lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas
umum yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan
kesehatan yang berupa limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah
yang tidak diproses sesuai persyaratan, binatang pembawa penyakit, zat
kimia berbahaya, kebisingan, air dan udara yang tercemar, makanan
yang terkontaminasi, serta radiasi pengion dan non pengion.
Pengawasan lingkungan adalah usaha mencegah penyakit dan
gangguan kesehatan dengan jalan mencegah atau mengurangi faktor
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 61
lingkungan yang merugikan kesehatan. Dengan pengawasan lingkungan
maka akan dapat mencegah penyakit penyakit yang ditimbulkan oleh
lingkungan. Program di puskesmas dalam rangka pencegahan penyakit
yang ditimbulkan oleh dampak lingkungan di masyarakat adalah program
RAKSA SEHAT. yaitu : Rumah , Air bersih, Kakus , Sampah, Air Limbah
yang sehat.
Program Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi pada Tahun 2012 dilaksanakan oleh 14 orang sanitarian
dan 2 orang petugas penyehatan lingkungan. Petugas sanitarian
Puskesmas melaksanakan program di wilayah kerja Puskesmas masing-
masing. Sedangkan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan
melaksanakan program di 15 Puskesmas, yang mencakup 33 Kelurahan
di 7 Kecamatan. Sehingga dapat diketahui bahwa petugas pelaksana
penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi masih belum mencukupi. Hal ini
akan berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas cakupan
program penyehatan lingkungan yang dilaksanakan.
Dengan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
serta dukungan sarana dan prasarana bagi pengelolaan program
penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi, pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini
menyebabkan program-program yang telah dilaksanakan, belum dapat
menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat Kota Sukabumi secara
menyeluruh sehingga identifikasi permasalahan yang diperoleh belum
dapat diintervensi dengan program yang tepat bagi penyelesaian
permasalahan lingkungan di Kota Sukabumi.
Pada Tahun 2012, Dinas Kesehatan berupaya melakukan
pengumpulan data Kondisi Lingkungan di Kota Sukabumi berdasarkan
permasalahan sanitasi spesifik di wilayah kerja Puskesmas. Dari hasil
analisa diperolah gambaran sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 62
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 63
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 64
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hampir seluruh
wilayah di Kota Sukabumi memiliki permasalahan lingkungan menyangkut
jamban dan pembuangan sampah. Kelurahan Benteng, Dayeuh Luhur,
Gedong Panjang, Citamiang, Jayaraksa, dan Baros merupakan wilayah
yang memiliki permasalahan lingkungan yang kompleks yaitu masalah
kondisi rumah, air bersih, air minum, jamban, pembuangan sampah,
pengolahan air limbah, TTU, TPM, klinik sanitasi, dan limbah medis.
Untuk meningkatkan kualitas program dalam rangka mengupayakan
intervensi terhadap permasalahan lingkungan ini, Dinas Kesehatan juga
meningkatkan koordinasi program dengan sektor lain. Masalah
lingkungan liat di laporan PP PL
1. Rumah Sehat
Pembinaan dan Pengawasan Rumah Sehat dilakukan oleh petugas
sanitarian puskesmas di wilayah kerja masing-masing. Adapun hasil
pembinaan yang telah dilakukan selama tahun 2012 adalah sebagai
berikut. menunjukkan bahwa kinerja petugas kesehatan Kota Sukabumi
dalam melaksanakan pembinaan/pengawasan terhadap rumah sehat
masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan capaian
jumlah rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat dengan jumlah rumah
yang ada. Jika dilihat dari grafik diatas, puskesmas Gedong Panjang
adalah puskesmas dengan kinerja sanitarian yang paling tinggi, yakni
hampir 50% rumah yang ada telah diperiksa.
Dilihat dari jumlah rumah yang telah diperiksa, sanitarian
puskesmas Sukabumi adalah sanitarian yang telah melakukan
pemeriksaan rumah terbanyak di tahun 2012 ini yakni sebanyak 2.560
rumah dan jumlah rumah yang paling sedikit diperiksa adalah oleh
sanitarian puskesmas Tipar sebanyak 231 rumah dalam 1 tahun. Banyak
Indikator yang menyebabkan rendahnya kinerja sanitarian puskesmas,
salah satunya adalah adanya beban ganda petugas sanitarian di
puskesmas, yaitu selain sebagai pengelola program kesehatan
lingkungan, mereka juga mendapatkan tugas lain sebagai pengelola
program lain. Dari jumlah rumah yang telah diperiksa pada tahun 2012 ini,
diketahui persentase rumah sehat pada tabel sbb:
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 65
Tabel 4.10 Presentase Rumah Sehat Yang Diperiksa
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas
R u m a h
Jumlah Yang Ada
% Diperiksa
Jumlah Yang Sehat
% Rumah Sehat
1 2 3 4 5 6
1 Cipelang 3,588 34,98% 1,044 83,19%
2 Karang Tengah 5,319 5,94% 229 72,47%
3 Selabatu 4,088 41,46% 704 41,53%
4 Sukabumi 8,692 29,45% 1,720 67,19%
5 Tipar 4,151 5,56% 55 23,81%
6 Nanggeleng 2,996 11,35% 251 73,82%
7 Gedong Panjang 4,319 50,47% 870 39,91%
8 Benteng 5,504 9,72% 258 48,22%
9 Pabuaran 3,259 22,25% 309 42,62%
10 Sukakarya 2,976 13,14% 215 54,99%
11 Baros 6,225 11,33% 682 96,74%
12 Lembursitu 5,468 13,95% 412 54,00%
13 Cikundul 3,720 16,13% 386 64,33%
14 Cibeureum Hilir 4,569 15,87% 417 57,52%
15 Limus Nunggal 3,535 18,61% 357 54,26%
Jumlah 68,409 20,00% 7,909 57,82% Sumber : Bidang P2PL
Dari tabel diatas diketahui, bahwa dari 20% rumah di Kota
Sukabumi yang telah di periksa pada tahun 2012, diketahui sebanyak
57% rumah telah memenuhi syarat kesehatan. Dengan persentase
tertinggi ada di wilayah Puskesmas Baros yakni sebesar 96,74% dan
persentase terkecil ada di wilayah kerja puskesmas tipar yakni sebanyak
23,81%. Namun demikian, rendahnya capaian rumah yang diperiksa
mengakibatkan sulitnya mendapatkan gambaran sebenarnya dari kondisi
perumahan yang ada di Kota Sukabumi.
2. Jamban Sehat
Perolehan hasil pemeriksaan (Inspeksi Sanitasi) yang
dilakukan sanitarian pada jamban yang ada di wilayah kerjanya masing-
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 66
masing sesuai dengan kinerja sanitarian ke lapangan. Untuk itu, makin
tinggi kinerja sanitarian, makin banyak jumlah sarana yang diperiksa di
lapangan.
Sama halnya dengan pemeriksaan rumah, kinerja tertinggi
ditunjukan oleh sanitarian puskesmas Sukabumi dengan jumlah jamban
yang diperiksa tahun 2012 ini mencapai 2.368 Jamban. Dan yang
terendah dicapai oleh sanitarian puskesmas Tipar yakni sebanyak 231
jamban yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan (Inspeksi Sanitasi )
terhadap jamban yang ada di Kota Sukabumi tahun 2012, diperoleh
gambaran mengenai jamban sehat di masyarakat pada tabel sbb :
Tabel 4.11 Presentase Jamban Sehat yang Diperiksa di Kota Sukabumi
Tahun 2012
No Puskesmas Jml
Keluarga
Jml Rumah
Jamban
Rumah Diperiksa Yang Memiliki Sehat
Jml % Jml % Jml %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Cipelang 2670 3588 1253 34,9% 997 79,6% 997 100%
2 Karangtengah 4556 5319 311 5,8% 245 78,8% 245 100%
3 Selabatu 5878 4088 1695 41,5% 530 31,3% 530 100%
4 Sukabumi 7957 8692 2368 27,2% 1282 54,1% 1282 100,%
5 Tipar 4125 4151 231 5,6% 51 22,1% 51 100%
6 Nanggeleng 4151 2996 332 11,1% 220 66,3% 220 100%
7 Gedongpanjang 4319 4319 2026 46,9% 863 42,6% 863 100%
8 Benteng 6361 5504 535 9,7% 303 56,6% 303 100%
9 Pabuaran 3578 3259 725 22,2% 291 40,1% 291 100%
10 Sukakarya 4158 2976 359 12,1% 213 59,3% 213 100%
11 Baros 7339 6225 682 11,0% 682 100,0% 669 98,1%
12 Lembursitu 5696 5468 505 9,2% 252 49,9% 252 100%
13 Cikundul 4131 3720 600 16,1% 299 49,8% 299 100%
14 Cibeureum Hilir 4569 4569 725 15,9% 524 72,3% 524 100%
15 Limus Nunggal 6194 3535 521 14,7% 372 71,4% 372 100%
TOTAL 75682 68409 12868 18,8% 7124 55,4% 7111 99,8%
Sumber : Bidang P2PL
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 67
Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa dari total jumlah rumah
yang diperiksa di Kota Sukabumi, sebanyak 99,8% memiliki jamban yang
telah memenuhi syarat. Namun karena rendahnya cakupan rumah yang
diperiksa (20%) dengan pemilihan rumah tanpa metoda sampling yang
benar, gambaran kondisi jamban tersebut belum representatif terhadap
gambaran sebenarnya di wilayah.
3. Pengelolaan Sampah (Waste Management)
Prosedur Pengelolaan sampah di Rumah tangga sampai dengan
TPS (Tempat Pengolahan Sampah Sementara) merupakan tanggung
jawab masyarakat masing-masing. Sedangkan Pengelolaan sampah dari
TPS ke TPA (Tempat Pengolahan Sampah Akhir) merupakan tanggung
Jawab Pemerintah Daerah, dalam hal ini dilakukan oleh DPSPP Kota
Sukabumi. Pengelolaan sampah oleh masyarakat dapat diukur dari
jumlah TPS yang tersedia di Kota Sukabumi.
Dari data sarana TPS yang ada di Kota Sukabumi hanya wilayah
limus nunggal yang belum melakukan pemeriksaan. Ini disebabkan
karena adanya kekosongan tenaga sanitarian di puskesmas limus
nunggal yang pelaksanaan kegiatannya dibantu oleh sanitarian dari
puskesmas Cibeureum. Adapun jumlah rumah yang telah memiliki TPS
dan persentase TPS yang telah memenuhi syarat dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.12 Rumah yang Memiliki TPS dan Presentase TPS Sehat
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas Jml
Klrga Jml Rmh
Tempat Sampah
Rmh diperiksa Yang memiliki Sehat Jml % Jml % Jml %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Cipelang 2670 3588 1132 31,5% 921 81,4% 921 100,0%
2 Karangtengah 4556 5319 310 5,8% 271 87,4% 271 100,0%
3 Selabatu 5878 4088 1695 41,5% 187 11,0% 187 100,0%
4 Sukabumi 7957 8692 2560 29,5% 1491 58,2% 1491 100,0%
5 Tipar 4125 4151 232 5,6% 232 100,0% 232 100,0%
6 Nanggeleng 4151 2996 390 13,0% 290 74,4% 290 100,0%
7 Gedong Panjang 4319 4319 2180 50,5% 1946 89,3% 1946 100,0%
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 68
No Puskesmas Jml
Klrga Jml Rmh
Tempat Sampah
Rmh diperiksa Yang memiliki Sehat Jml % Jml % Jml %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 Benteng 6361 5504 535 9,7% 264 49,3% 264 100,0%
9 Pabuaran 3578 3259 725 22,2% 455 62,8% 455 100,0%
10 Sukakarya 4158 2976 391 13,1% 313 80,1% 313 100,0%
11 Baros 7339 6225 695 11,2% 695 100,0% 695 100,0%
12 Lembursitu 5696 5468 406 7,4% 264 65,0% 264 100,0%
13 Cikundul 4131 3720 600 16,1% 407 67,8% 407 100,0%
14 Cibeureum Hilir 4569 4569 103 2,3% 91 88,3% 91 100,0%
15 Limus Nunggal 6194 3535 0 0,0% 0 - 0 -
Jumlah 75682 68409 11954 17,5% 7827 65,5% 7827 100,0% Sumber : Bidang P2PL
Dari seluruh rumah yang telah diperiksa di kota Sukabumi, rata-rata
hanya 65,5% rumah yang memiliki TPS di rumahnya. Ini menunjukkan
bahwa rata-rata 1 TPS digunakan oleh lebih dari 1 keluarga. Dan
diwilayah Tipar dan Baros menunjukkan bahwa setiap Rumah memiliki
TPS sendiri. Tempat Pengolahan Sampah Sementara ini berfungsi untuk
mengurangi penumpukan sampah di dalam rumah sehingga rumah
menjadi lebih bersih dan sehat.
4. Saluran Pengolahan Air Limbah (SPAL)
Saluran Pengolahan air Limbah (SPAL) adalah saluran air limbah
rumah tangga yang berfungsi untuk menyalurkan air limbah domestik
agar air limbah domestic tersebut tidak beresiko mencemari lingkungan
dan sumber air bersih di masyarakat. Hasil pembinaan dan pengawasan
SPAL yang dilakukan oleh petugas sanitarian puskesmas selama tahun
2012, diketahui bahwa dari seluruh rumah yang diperiksa, telah memiliki
saluran Air Limbah yang telah memenuhi syarat. Hal ini sangat
mendukung terciptanya lingkungan sehat yang terhindar dari pencemaran
dan penularan penyakit bersumber binatang.
5. Sarana Air Bersih dan Air Minum
Air bersih merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan. Kualitas air
bersih akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan
masyarakat. Dalam pemantauan kualitas air bersih, sanitarian puskesmas
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 69
melakukan inspeksi Sanitasi Sarana air bersih yang ada di wilayah
kerjanya masing-masing. Cakupan pemeriksaan air bersih masih dibawah
50%. Dari hasil pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh petugas
sanitarian puskesmas diperoleh prosentase SAB yang berisiko, air
minum yang digunakan di Kota Sukabumi dilihat dari sumbernya dapat
diketahui bahwa di setiap wilayah menggunakan sumur terlindung
sebagai sumber air bersihnya. Sebagian besar telah menggunakan
PDAM dan di pusat kota ( kecamatan Cikole ) terlihat meningkatnya
penggunaan air minum isi ulang.
Namun demikian, jika dilihat dari resiko pencemaran Sumber air
bersih di Kota Sukabumi masih memiliki sumber air bersih yang beresiko
tinggi sebesar 15% dan berseriko amat tinggi sebesar 1%. Hal ini agar
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk
membangun sarana air bersih yang memenuhi syarat sebagai pengganti
sarana air bersih yang beresiko sangat tinggi.
6. Pembinaan/Pengawasan TPM
Hasil pembinaan dan pengawasan TPM yang dilakukan oleh
petugas sanitarian puskesmas diperoleh jumlah TPM terbanyak terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Selabatu dengan total TPM sebanyak 300
buah dengan TPM yang memenuhi syarat sebesar 25%-nya. Sedangkan
TPM terendah ada di Wilayah kerja Puskesmas lembur situ sebanyak 6
Buah dengan prosentase 33% telah memenuhi syarat Kesehatan.
Hotel merupakan TTU yang sebarannya hanya terpusat di
beberapa wilayah kerja puskesmas yaitu puskesmas Selabatu,
Puskesmas Cipelang dan Puskesmas Cikundul. Sedangkan Rumah
Makan dan Restoran telah menyebar di seluruh wilayah kerja Puskesmas
dengan capaian TTU dan TPM sehat sebesar 100% kecuali TTU di
wilayah kerja Puskesmas Cipelang yang mencapai 40%.
Selain itu, pada tahun 2012 ini Kota Sukabumi melaksanakan
pemetaan tingkat Resiko makanan jajanan anak sekolah yang ada di
sebagian besar wilayah Kota Sukabumi. Pelaksanaan kegiatan ini
menggunakan formulir inspeksi sanitasi makanan jajanan dan melibatkan
seluruh sanitarian puskesmas dengan hasil berikut :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 70
Grafik 4.6 Makanan Jajanan Anak Sekolah Yang Memenuhi Syarat
Di Kota Sukabumi Tahun 2012
Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi, sebanyak 38% makanan
jajanan tidak memenuhi syarat kesehatan dan 62% memenuhi syarat
Kesehatan. Memenuhi syarat kesehatan dilihat dari berapa banyak
makanan jajanan tersebut dapat memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Persyaratan Kesehatan makanan jajanan dinilai pada
beberapa Aspek yang terdiri dari :
1. Penjamah makanan
2. Perilaku/kebiasaan penjamah
3. Mengikuti kursus higiene dan Sanitasi makanan
4. Pengelolaan peralatan makanan
5. Bahan makanan dan tambahan pangan
6. Sumber Air bersih dan air minum
7. Penyajian makanan dan
8. Sarana penjaja makanan
Dari Aspek-aspek penilaian yang telah disebutkan diatas, terdapat
Indikator-Indikator yang berpengaruh yang merupakan pendukung
tercapainya kondisi memenuhi syarat kesehatan. Adapun Indikator
pendukung yang paling banyak tidak dapat dipenuhi oleh makanan
jajanan yang ada di Kota Sukabumi (capaiannya < 50% ) adalah sebagai
berikut :
MemenuhiSyarat (62%)
TidakMemenuhiSyarat (38%)
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 71
Tabel 4.13 Indikator-Indikator yang paling banyak tidak dapat dipenuhi
oleh Pengelola Makanan Jajanan di Kota Sukabumi Tahun 2012
Sumber : Bidang P2PL
Aspek-aspek penilaian yang pencapaian indikatornya masih
dibawah 50% adalah makanan jajanan yang membutuhkan pembinaan
lebih lanjut dari petugas kesehatan agar makanan yang dijualnya tidak
beresiko menimbulkan KLB keracunan makanan pada anak sekolah.
Hasil pemeriksaan makanan jajanan di Kota Sukabumi tahun 2012 ini
dapat menggambarkan kondisi makanan jajanan yang memenuhi syarat
kesehatan dan yang belum memenuhi syarat kesehatan. Jika dilihat dari
sebarannya di wilayah Kota Sukabumi diperoleh gambaran makanan
jajanan berdasarkan tingkat resikonya terhadap kesehatan berikut :
No Aspek Penilaian Indikator Persentase capaian
1.
Penjamah Makanan
Menggunakan
celemek
Mencuci tangan setiap menangani makanan
6,15%
29%
2.
Perilaku/kebiasaan penjamah
Menjamah makanan
dengan menggunakan alat/sarung tangan
27%
3.
Mengikuti kursus higiene dan Sanitasi makanan
Telah mengikuti
kursus
4%
4.
Sarana penjaja makanan
Tersedia tempat
untuk mencuci peralatan
29%
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 72
Sumber : Bidang P2PL
Dari 358 sampel makanan jajanan yang dilakukan pemeriksaan,
diketahui bahwa terdapat 62% makanan jajanan memiliki tingkat resiko
rendah. Hal ini berarti bahwa 62% makanan jajanan yang diperiksa telah
memenuhi >70% persyaratan kesehatan makanan jajanan. Selain itu,
terdapat 32% makanan jajanan yang memiliki tingkat resiko sedang, yang
berarti telah memenuhi 50-70% persyaratan makanan jajanan dan 21%
memiliki tingkat resiko tinggi karena hanya memenuhi < 50% persyaratan
kesehatan makanan jajanan. Masih banyaknya makanan jajanan yang
memiliki tingkat resiko tinggi ini dapat membahayakan kesehatan anak
sekolah yang mengkonsumsinya.
Adapun Wilayah dengan tingkat resiko tinggi adalah kelurahan
Karamat, Gunung Puyuh, Sriwidari, Warudoyong, Benteng , Sudajaya
Hilir dan Lembur Situ. Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pembinaan yang
lebih intensif untuk mengantisipasi terjadinya keracunan makanan di
wilayah tersebut.
7. Analisa Indikator Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisa Indikator risiko kesehatan lingkungan pada tahun ini
dilaksanakan melalui 2 kegiatan di puskesmas. selain kegiatan rutin di
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 73
puskesmas, tahun ini, ditargetkan 1000 quessioner klinik sanitasi yang
ditanyakan khusus kepada pasien Penyakit berbasis lingkungan (DBD,
Diare, ISPA, Kulit dan TB Paru ) yang datang ke puskesmas. Pengisian
quessioner dilakukan pada saat kunjungan Rumah Pasien untuk secara
langsung melihat kondisi lingkungan rumah pasien sehingga factor resiko
penyakit yang timbul dapat diketahui. Dari Hasil analisa diperoleh
gambaran sebagai berikut :
Grafik 4.7 Kasus DBD Bedasarkan Keadaan Rumah dan Kebiasaan Responden
di Kota Sukabumi Tahun 2012
83
106
21
87
64
149
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Cahaya Matahari
Masuk Rumah
Ventilasi Rumah
dipasang Kasa
Rumah Berjarak Dekat
dengan Tetangga
KEADAAN RUMAH
Tidak
Ya
9093
147
112
8077
23
58
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Kebiasaan RutinMenguras Bak Mandi
Kebiasaan MemeliharaTanaman dalam Pot
Kebiasaan MemeliharaBurung dalam Sangkar
Kebiasaanmenguras/memberilarvasida pada TPA
KEBIASAAN RESPONDEN
Tidak
Ya
Sumber : Bidang P2PL
Dari grafik diatas diketahui bahwa kasus DBD yang ada di kota
Sukabumi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tidak
memenuhi syarat sehingga menyebabkan terjadinya kasus-kasus
penyakit yang ada di masyarakat. Kondisi lingkungan yang banyak tidak
memenuhi syarat dan jarak yang berdekatan dengan tetangga
mendukung terjadinya penularan penyakit di masyarakat sehingga kasus
Penyakit berbasis lingkungan ini akan semakin meningkat manakala
perubahan kondisi lingkungan di kota Sukabumi tidak menjadi perhatian
serius bagi masyarakat di Kota Sukabumi.
Tingginya jumlah jamban yang tidak memenuhi syarat
menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap sumber air yang
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 74
digunakan oleh masyarakat. Selain faktor lingkungan, kebiasaan
masyarakat juga sangat mempengaruhi terjadinya diare, terbukti dari
jawaban responden yang masih banyak belum membiasakan diri mencuci
tangan dengan sabun. Pada Kasus ISPA, Kulit dan TB Paru, faktor
lingkungan masih mendominasi yang dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut :
Grafik 4.8 Kasus ISPA Bedasarkan Keadaan Rumah
di Kota Sukabumi Tahun 2012
202
91
267
92
203
27
0
50
100
150
200
250
300
Siang Hari RumahGelap
Tidak ada atapTransparant
Tidak adapintu/jendelaTransparant
KONDISI RUMAH
Tidak
Ya
251
175
116
43
119
178
0
50
100
150
200
250
300
Tidak terdapatLubang Hawa
Luas Kamar Tidur< 8m2
Tidak terdapatCerobong Asap Di
Dapur
KONDISI RUMAH
Tidak
Ya
Sumber : Bidang P2PL
Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa masih banyaknya kondisi
rumah yang gelap pada siang hari dan tidak adanya cerobong asap dapur
di dalam rumah, sangat mempengaruhi tingginya kasus ISPA di Kota
Sukabumi Tahun 2012.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 75
Grafik 4.9 Kasus Penyakit Kulit Berdasarkan Kebiasaan Responden dan Jarak
SAB Dengan Sumber Pencemar di Kota Sukabumi Tahun 2012
57
92
72
37
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sumber Air berjarak < 10 m darisumber pencemar/air limbah
Sumber Air berjarak < 10 m darisumber pembuangan sampah
JARAK SAB DENGAN SUMBER PENCEMAR
Tidak
Ya
6
80
49
123
49
80
0
20
40
60
80
100
120
140
Responden MandiPakai Sabun
Responden MemakaiHanduk Bersama
Responden MemakaiSabun Bersama‐sama
KEBIASAAN RESPONDEN
Tidak
Ya
Sumber : Bidang P2PL
Pada kasus penyakit Kulit, selain tingginya faktor lingkungan
(sumber air dengan sumber pencemar/air Limbah dan sampah), faktor
Kebiasaan menggunakan sabun dan handuk bersama ikut meningkatkan
kejadian penularan penyakit kulit di Kota Sukabumi.
Grafik 4.10 Kasus TB Paru Menurut Keadaan Rumah Saat Siang Gelap
di Kota Sukabumi Tahun 2012
52
31
0
10
20
30
40
50
60
Tidak Ya
Keadaan Rumah Saat Siang Gelap
5653
76
2730
7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
KeberadaanLubang Angindalam Rumah
KeberadaanVentilasi Kamar
Kondisi LantaiRumah Tanah
KEADAAN RUMAH
Tidak
Ya
Sumber : Bidang P2PL
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 76
Pada kasus TB Paru masih banyaknya kondisi rumah penderita
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, sangat mempengaruhi terjadinya
penularan penyakit. Selain itu, masih tingginya kebiasaan buruk
masyarakat ikut berperan dalam penularan penyakit TB-Paru seperti yang
terlihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 4.11 Kasus TB Paru Menurut Kebiasaan Buruk
di Kota Sukabumi Tahun 2012
KASUS TB PARU
17
66
41 42
34
49
20
63
0
10
20
30
40
50
60
70
Tidak Ya
Tidur Sekamar dengan Orang Lain
Kebiasaan Buang Dahak Sembarangan
Kebiasaan Tidak Menutup Mulut Saat Batuk
Kebiasaan Menggunakan Alat Makan Bersama‐sama
23
64
60
19
0
10
20
30
40
50
60
70
Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di dalam Rumah
Responden Merokok
Tidak
Ya
Sumber : Bidang P2PL
8. Kegiatan Pembinaan masyarakat
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembinaan kepada masyarakat
dilaksanakan melalui kegiatan MPA-PHAST, penyuluhan POKMAIR dan
khusus pada tahun ini dilaksanakan pelatihan TOT STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat) bagi petugas Sanitarian dan Promkes Puskesmas
untuk meningkatkan kemampuan petugas dalam melakukan pemicuan
kepada masyarakat agar masyarakat memahami dan merasa
membutuhkan sarana sanitasi dasar bagi kesehatan mereka masing-
masing. Selain itu, pembinaan dan fasilitasi bagi Forum Kota Sukabumi
Sehat tahun 2012 bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pembangunan Kota Sukabumi menuju Kota Sukabumi sehat,
cerdas dan sejahtera.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 77
a. MPA-PHAST
Pada Tahun 2012, kegiatan MPA-PHAST (Methodologi
Phartisipatory Assesment – Participatory for Hygiene And Sanitation
Transformation) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sanitasi dasarnya
masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah yang
dipilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang membutuhkan
dorongan/motivasi bagi terciptanya sarana sanitasi yang sehat di
masyarakat. Ketiga lokasi tersebut yaitu :
i. Kelurahan Babakan.
ii. Kelurahan Subang Jaya.
iii. Kelurahan Citamiang.
b. POKMAIR
Kegiatan POKMAIR adalah kegiatan Kelompok Pemakai Air
yang bertujuan mengembangkan kemandirian masyarakat dalam
pengelolaan sumber air bersih di masyarakat. Dinas Kesehatan
dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator bagi
terciptanya POKMAIR-POKMAIR di masyarakat guna mencukupi
kebutuhan sarana air bersih yang sehat di masyarakat. Pada
Tahun 2012, kegiatan POKMAIR dilaksanakan di 3 (tiga) kelurahan,
yaitu :
1) Kelurahan Citamiang.
2) Kelurahan Karang Tengah.
3) Kelurahan Limus Nunggal.
c. STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
STBM adalah kegiatan yang bertujuan memicu masyarakat
untuk dapat memenuhi kebutuhan sanitasi dasarnya masing-masing
dengan kemampuan sendiri. Petugas kesehatan dalam hal ini
berperan memberikan pemicuan secara terus menerus sehingga
pada akhirnya dapat tercipta 5 pilar STBM, yakni :
1) ODF (Open Defecation Free) = Bebas dari buang air
sembarangan.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 78
2) CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun).
3) PAM-RT (Penyediaan Air Minum Rumah Tangga).
4) Pengelolaan limbah cair rumah tangga.
5) Pengelolaan makanan yang sehat.
Kegiatan STBM di Tahun 2012 adalah kegiatan permulaan di
Kota Sukabumi. Oleh karena itu, pada tahun ini kegiatan diarahkan
untuk melatih petugas Sanitarian dan Promkes Puskesmas untuk
dapat melakukan pemicuan kepada masyarakat. Kegiatan pelatihan
ini menghadirkan nara sumber provinsi yang merupakan fasilitator
STBM tingkat Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan petugas
yang dilatih dapat menerapkan ilmunya untuk melakukan pemicuan
kepada masyarakat di wilayahnya masing-masing sehingga tercipta
5 pilar STBM di masyarakat yang akan mendukung terciptanya
masyarakat sehat di Kota Sukabumi.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 79
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
KOTA SUKABUMI
Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai
upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan salingmendukung guna mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Pembangunan kesehatan harus selalu dilakukan mengingat pertumbuhan
setiap tahunnya. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan seperti
Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek, dan tenaga kesehatan merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
A. Sarana Kesehatan
1. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan/Pengelola
Sarana pelayanan kesehatan yang dimaksud tersebut terdiri dari
rumah sakit umum, rumah sakit bersalin, puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, praktek perorangan, praktek
bersama/berkelompok, rumah bersalin, balai pengobatan/klinik, apotek,
toko obat, gudang farmasi kota, industri obat tradisional, industri kecil obat
tradisional. Secara rinci jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut
kepemilikan di Kota Sukabumi Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 5.1 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kepemilikan
di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Fasilitas Kesehatan Kepemilikan / Pengelola
PEMKOT TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah 1 2 3 4 5 6 7
1 Rumah Sakit Umum 1 2 4 7
2 Rumah Sakit Jiwa 0
3 Rumah Sakit Bersalin 1 1
4 Rumah Sakit Khusus Lainnya 0
5 Puskesmas Perawatan 1
6 Puskesmas Non Perawatan 14
7 Puskesmas Keliling 15
8 Puskesmas Pembantu 20
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 80
No Fasilitas Kesehatan Kepemilikan / Pengelola
PEMKOT TNI/Polri BUMN Swasta Jumlah 1 2 3 4 5 6 7
9 Rumah Bersalin 1 1
10 Balai Pengobatan/Klinik 0
11 Praktik Dokter Bersama 0
12 Praktik Dokter Perorangan 233 233
13 Praktk Pengobatan Tradisional 42 42
14 Poskesdes 0
15 Pos UKK 0
16 Polindes 0
17 Pos Obat Desa 0
18 Puskesmas Dengan PONED 4
19 Rumah Sakit Dengan PONEK 1
20 Posyandu 446
21 Apotek 1 44 45
22 Toko Obat 14 14
23 Gudang Farmasi Kesehatan 1 1
24 Industri Obat Tradisional 0
25 Industri Kecil Obat Tradisional 5 5
26 Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
0
27 Produsen Industri Rumah Tangga Pangan (PIRTP)
0
28 Produsen Alat Kesehatan 0
29 Pedagang Besar Farmasi (PBF) 0 0
30 Industri Farmasi 0 Sumber : Bidang PKSK
2. Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan
dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan
melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep
pemberdayaan pengembangan masyarakat. Salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang telah sejak lama
dikembangkan dan mengakar dimasyarakat adalah posyandu. Dalam
menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan
5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Keberadaan
Posyandu diharapkan dapat membantu meningkatkan cakupan program
kesehatan seperti Program Kesehatan Ibu dan Anak, Imunisasi, Gizi,
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 81
Promosi Kesehatan dan sebagainya. Di Kota Sukabumi, pada tahun 2012
tercatat ada 446 Posyandu.
Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) lain
diantaranya, TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Poskestren (Pos
Kesehatan Pesantren), SBH (Saka Bakti Husada). Termasuk sarana
kesehatan lain yang tidak ada di Kota Sukabumi seperti Poskesdes (Pos
Kesehatan Desa), POD (Pos Obat Desa), Polindes (Pos Bersalin Desa)
dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan karena wilayah Kota Sukabumi
relatif kecil dan akses ke sarana kesehatan baik Puskesmas maupun
Rumah Sakit relatif terjangkau.
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di Kota
Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Menurut Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2012
No Puskesmas
Jumlah
Pos yandu
Kader Toma Toga Yang Dilatih
Kader Toma Toga1 2 3 4 5 6 7 8 91 Cipelang 28 149 2 18
2 Karang Tengah 30 70 35 33 30 33 33
3 Selabatu 31 193
4 Sukabumi 48 220 43 43 48 43 43
5 Tipar 31
6 Nanggeleng 18 11
7 Gedong Panjang 23
8 Benteng 38 167 78 73 11 1
9 Pabuaran 18 79 18 18 36
10 Sukakarya 16 89 14 11 30
11 Baros 48
12 Lembursitu 34 142
13 Cikundul 27 120 112
14 Cibeureum Hilir 26 98 2 1 98
15 Limus Nunggal 24
Jumlah 440 1338 192 179 383 77 76
Sumber : Bidang PKSK
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 82
B. Tenaga Kesehatan
Data ketenagaan yang mutakhir seringkali sulit diperoleh. Hal ini antara
lain disebabkan oleh sifat dari data ketenagaan yang dinamis, selalu berubah
dengan cepat dan terus menerus. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi memiliki
pegawai yang berstatus Pegawai Negeri Sipil sebanyak 460 orang, dengan
kualifikasi pendidikan mulai SD sampai S2 sesuai dengan keahlian dan
bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Berikut keadaan sumber daya
manusia di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Sukabumi berdasarkan jumlah
dan kualifikasi pendidikan Tahun 2010 s.d 2012 :
Tabel 5.3
Keadaan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
Tahun 2010 s.d. 2012
No Pendidikan Jumlah
20109
2011 2012 1 2 3 4 5
I Medis
1. Dokter Umum 33 32 30
2. Dokter Gigi 23 23 21
II Sarjana Kesehatan Lain
1. Magister Kesehatan Masyarakat 10 9 11
2. Sarjana Kesehatan Masyarakat 28 29 27
3. Apoteker 4 5 4
III Paramedis
1. Sarjana Keperawatan 9 10 8
2. Bidan 68 65 71
3. Akademi Keperawatan 84 86 87
4. Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) 25 22 21
5. Akademi Keperawatan Gigi 12 11 11
6. Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) 7 6 4
IV Paramedis Non Perawat
1. S1 IPB Gizi 1 1 1
2. Akademi Gizi 16 15 14
3. Akademi Kesehatan Lingkungan/APK 16 14 15
4. Akademi Analisis Kesehatan 21 22 18
5. D III Farmasi 3 3 3
6. Sekolah Pendidikan Analis (SPA) 5 4 4
7. Sekolah Pendidikan Analis Gizi (SPAG) 2 1 1
8. Sekolah Penilik Pembantu Hygiene (SPPH) 3 3 3
9. Sekolah Menengah Farmasi (SMF) 20 18 17
V Paramedis Pembantu
Pekarya Kesehatan (SMA +) 13 13 12
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 83
No Pendidikan Jumlah
20109
2011 2012 1 2 3 4 5
Pekarya Kesehatan (SMP +) 0 0 0
SPK-C / Juru Kesehatan 2 2 2
VI Non Kesehatan/ Administrasi/ Tata Usaha
Sarjana Non Kesehatan (S2) 3 2 2
Sarjana Non Kesehatan (S1) 5 7 7
Sarjana Muda Non Kesehatan (D3) 3 4 4
Sekolah Menengah Ekonami Atas (SMEA) 17 15 14
Sekolah Teknik Mesin (STM) 5 3 3
Sekolah Menengah atas (SMA) & (SMKK) 32 32 32
Kursus Pegawai Administrasi Atas (KPAA) 3 1 1
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 7 6 7
Sekolah Dasar (SD) 7 4 2 JUMLAH 487 468 460
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian
Berdasarkan tabel diatas, karyawan Dinas Kesehatan mengalami
penurunan jumlah karyawan, yaitu dari 487 orang Tahun 2010 menjadi 460
orang sampai Tahun 2012. Hal ini akibat dari pensiun dan meninggal serta
adanya mutasi keluar dari Dinas Kesehatan. Data keadaan pegawai Dinas
Kesehatan berdasarkan pangkat, jabatan struktural dan fungsional,
dijelaskan pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 84
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 85
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 86
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 87
C. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
bersumber dari APBD Kota, APBD Propinsi (Bantuan Keuangan Propinsi)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta APBN Tugas Pembantuan dan Dana
Dekonsentrasi.
Semua sumber anggaran baik DAK Bidang Kesehatan maupun
APBD Propinsi dialirkan melalui kas daerah sehingga pembuatan Dokumen
Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran (DPA) disatukan dengan kegiatan
bersumber APBD Kota. Kegiatan bersumber APBN (Tugas Pembantuan),
dikelola langsung oleh Satuan Kerja Dinas Kesehatan melalui Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (128) Sukabumi.
Alokasi dan realisasi anggaran untuk pelaksanaan program dan
kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 5.5 Alokasi dan Realisasi Anggaran Bersumber APBD TK II,
DAK Bidang Kesehatan, APBN dan APBD Provinsi di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi T.A 2012
Sumber : Sub. Bag. Keuangan
ALOKASI ANGGARAN KESEHATANRupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:1 APBD KAB/KOTA 41,894,809,050 88.52
a. Belanja Langsung 15,838,025,700 33.46b. Belanja Tidak Langsung 22,005,679,350 46.49
2 APBD PROVINSI- BANGUB 913,200,000 1.93
3 APBN : 5,186,628,500 10.96- Dana Alokasi Khusus (DAK) 3,137,904,000 6.63- Dana Dekonsentrasi 8,280,000 0.02- ASKESKIN 2,570,901,000 5.43- TP-BOK 1,341,750,000 2.83- Lain-lain (DBHCHT) 1,265,697,500 2.67
4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 247,879,000 0.05- GAVI 145,060,000 0.31- OFTB Prov. JABAR 102,819,000 0.22
5 SUMBER PEMERINTAH LAIN
47,329,316,550 748,450,040,810
5.602,052,770
NO SUMBER BIAYA
TOTAL ANGGARAN KESEHATANTOTAL APBD KAB/KOTA
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTAANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 88
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisa data yang telah dipaparkan pada seluruh bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa secara umum sebagian besar program kesehatan
Kota Sukabumi telah mencapai sasaran sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam rencana strategis. Hal tersebut dapat diperoleh berkat adanya upaya-
upaya dan kerjasama berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi beserta seluruh jajarannya, dengan instansi terkait serta
dukungan masyarakat secara menyeluruh yang dikoordinasikan oleh
Pemerintah Kota Sukabumi.
a. Derajat Kesehatan
Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/
Kinerja petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan,
kemampuan SKPD dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan
program/kegiatan sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan Renstra Kota Sukabumi Tahun 2008 – 2013, tolok ukur
bidang kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Angka kematian Ibu sulit untuk dihitung, dikarenakan
pembaginya kurang dari 100.000 Kelahiran Hidup. Sehingga untuk
memudahkan dalam perhitungan, baik kematian ibu maupun kematian bayi
menggunakan angka absolut.
Pada Tahun 2012 Jumlah Kematian Ibu di Kota Sukabumi pada
sebanyak 8 orang. Target Kematian Ibu Tahun 2012 dalam Renstra adalah
kurang dari 10 kasus kematian. Dengan demikian masih mencapai target.
Jumlah kematian ibu pada kurun waktu 2009-2012 secara keseluruhan
masih berada dibawah target yaitu kurang dari 10 kematian setiap
tahunnya.
Adapun penyebab kematian ibu pada Tahun 2012 terdiri dari
6 kasus dengan penyebab langsung yaitu perdarahan, hipertensi dan
infeksi. 2 kasus disebabkan penyebab tidak langsung, yaitu penyakit
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 89
kardiovaskuler dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya
yaitu dikarenakan DBD.
Dari 8 kasus kematian tersebut, 7 kematian diantaranya terjadi di
fasilitas rujukan. Sedangkan 1 kasus terjadi sebelum sampai di fasilitas
rujukan. Dengan jumlah kelahiran yang tidak mencapai 100.000 kelahiran,
maka angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Sukabumi tidak dapat dihitung
melainkan hanya dinyatakan dalam jumlah absolut.
Jumlah kematian bayi pada Tahun 2012 di Kota Sukabumi yaitu
sebanyak 62 kasus. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2010 yaitu 49
kasus dan 57 kasus pada Tahun 2011, maka jumlah kematian bayi ini
mengalami peningkatan. Kematian bayi terbanyak terjadi di Puskesmas
Baros yaitu 10 kasus dengan penyebab BBLR, kelainan kongenital, dll.
Namun, perlu diketahui bahwa Puskesmas Baros merupakan Puskesmas
dengan wilayah kerja terbanyak yaitu 4 Kelurahan sehingga Jumlah
kematian bayi akan muncul lebih tinggi dibanding Puskesmas dengan
wilayah lebih sedikit.
Target angka kematian bayi pada Tahun 2012 yaitu < 24 per 1000
Kelahiran Hidup. Dengan jumlah kelahiran hidup 7398 Kelahiran Hidup dan
kematian bayi sebanyak 62 kasus, maka Angka Kematian Bayi (AKB) pada
Tahun 2012 adalah sebesar 8,4 per 1.000 Kelahiran Hidup. Sementara
Angka Kematian Neonatal sebesar 5,3 per 1.000 Kelahiran Hidup, dari
jumlah kematian 39 kasus. Adapun penyebab kematian terbanyak pada
Tahun 2012 ini yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), asfiksia, aspirasi,
pneumonia, kelainan kongenital dan diare. Terjadinya kematian, sebagian
besar terjadi di fasilitas kesehatan rujukan. Angka Kematian Bayi ini
disamping menggambarkan keberhasilan program KIA, juga
menggambarkan keadaan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan
kecelakaan. Dalam arti luas, angka kematian bayi ini merupakan indikator
yang menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan
penduduk.
Sementara persentase Balita Gizi Buruk berdasarkan BB/TB masih
relatif tinggi, yaitu 0,17%. Meskipun masih dibawah target (< 1%), namun
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,29%. Hal ini
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 90
dikarenakan adanya penyakit penyerta dan kelainan bawaan, juga
perilaku/pola asuh yang kurang tepat dari orang tua balita. Begitu pula
lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, menyebabkan anak sering
sakit sehingga status gizinya relatif sulit untuk meningkat.
Selain pencapaian tersebut diatas, pada tahun 2012 Kota Sukabumi
juga mencapai target UCI pada program imunisasi yaitu 96,97 % dari target
80%. Pencapaian UCI ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya.
b. Kesehatan Lingkungan
Program Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
pada Tahun 2012 dilaksanakan oleh 14 orang sanitarian dan 2 orang
petugas penyehatan lingkungan. Petugas sanitarian Puskesmas
melaksanakan program di wilayah kerja Puskesmas masing-masing.
Sedangkan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan melaksanakan
program di 15 Puskesmas, yang mencakup 33 Kelurahan di 7 Kecamatan.
Sehingga dapat diketahui bahwa petugas pelaksana penyehatan
lingkungan di Kota Sukabumi masih belum mencukupi. Hal ini akan
berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas cakupan program
penyehatan lingkungan yang dilaksanakan.
Program penyehatan lingkungan ditujukan pada upaya-upaya
pembinaan dan pengawasan yang meliputi penyehatan lingkungan
permukiman dan sanitasi dasar, TTUI (Tempat-Tempat Umum dan
Industri), TPM (Tempat Pengelolaan Makanan), TUPM (Tempat Umum
Pengelolaan Makanan) serta upaya pengawasan yang meliputi
pengawasan limbah medis dan infectious dari sarana kesehatan serta
penilaian resiko pencemaran air, udara, tanah dan makanan.
Hasil pemeriksaan sarana air bersih, dari 12.659 KK yang diperiksa,
semuanya memiliki akses air bersih. Akses air bersih yang dimaksud
adalah Ledeng, Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Gali (SGL),
Penampungan Air Hujan (PAH), Air kemasan, dan lainnya.
Selain akses air bersih, diperiksa pula rumah sehat. Dari 13.679. Hal
ini menunjukkan bahwa masih tingginya rumah di Kota Sukabumi yang
belum memenuhi syarat kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 91
Dengan kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
serta dukungan sarana dan prasarana bagi pengelolaan program
penyehatan lingkungan di Kota Sukabumi, pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini
menyebabkan program-program yang telah dilaksanakan, belum dapat
menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat Kota Sukabumi secara
menyeluruh sehingga identifikasi permasalahan yang diperoleh belum
dapat diintervensi dengan program yang tepat bagi penyelesaian
permasalahan lingkungan di Kota Sukabumi.
c. Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
Dilihat dari 20 besar jenis penyakit pada kunjungan rawat jalan di
Puskesmas atau biasanya dinyatakan sebagai Pola Penyakit Kunjungan
Rawat Jalan di Puskesmas, pada Tahun 2012 ini menunjukkan bahwa
penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas masih
merupakan penyakit terbanyak dengan jumlah kunjungan sebanyak 67.201
kasus (18,24%).
B. Saran
1. Meningkatkan inovasi program kesehatan berdaya ungkit besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat serta perlu diupayakan melibatkan seluruh
sektor terkait sehingga timbul sinergitas program.
2. Perencanaan & evaluasi di bidang kesehatan harus berdasarkan kepada
data dan fakta yang akurat, relevan dan tepat waktu. Dan itu dimulai
dengan penataan kembali Sistem Informasi Kesehatan agar dapat
menghasilkan informasi yang dapat menggambarkan keadaan/kondisi yang
sebenarnya.
3. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, perlu
meningkatkan upaya kesehatan di dalam maupun di luar gedung secara
maksimal. Pelayanan yang berbasis komunitas harus mulai ditata dari sisi
kebutuhan sasaran dan sisi kebutuhan program.
4. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan maka peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan harus dimulai dengan peningkatan sumber daya
manusia di bidang penyehatan lingkungan sehingga akan memaksimalkan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2012 92
pengawasan terhadap masyarakat yang berkaitan dengan cakupan
sanitasi dasar dan membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat di
kalangan keluarga merupakan prioritas utama.
5. Evaluasi terhadap pengembangan teknologi kesehatan, pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, pengobatan rasional, penatalaksanaan kasus,
pemeliharaan sarana & prasarana kesehatan serta pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkelanjutan.
6. Meningkatkan kualitas dan mutu kerjasama dengan berbagai pemegang
program kesehatan dan sektor terkait serta masyarakat dalam
melaksanakan program-program kesehatan