Post on 11-Jun-2015
description
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 ii
K A T A P E N G A N T A R
uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 yang
merupakan rangkaian penyajian data/informasi dapat diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini
merupakan penyajian data/informasi kesehatan dalam bentuk buku yang disusun setiap
tahun, yang diharapkan mampu menyajikan data yang lengkap dan akurat.
Ketersediaan data yang lengkap dan akurat dewasa ini semakin terasa
diperlukan peranannya terutama dalam upaya perencanaan dan evaluasi. Sesuai
dengan tujuan pembangunan kesehatan, di mana penduduknya ditandai kemampuan
untuk hidup sehat. Sistem informasi kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan
dalam upaya menunjang pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena
itu buku profil kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam
penyusunan rencana pelaksanaan dan pengendalian serta penilaian pelaksanaan
program kesehatan di daerah ini.
Profil kesehatan provinsi merupakan gambaran tentang impak pelaksanaan
program kesehatan baik pelaksanaan program pokok maupun program penunjang.
Di samping itu juga disajikan pula berbagai data pencapaian hasil pelayanan
kesehatan beberapa tahun terakhir dalam bentuk tabel dan grafik sehingga lebih
memudahkan bagi pembaca dalam memanfaatkan data dan informasi yang tersajikan.
Dalam penyusunan profil kesehatan ini digunakan data yang bersumber dari unit-
unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/kota serta dari
berbagai sumber lainnya di luar Dinas Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan
lain-lain.
Untuk menjamin akurasi data, maka penyusunan profil diawali dengan
pertemuan tehnis pemutakhiran data di Provinsi yang dilakukan pada Minggu III
bulan Oktober 2008. Sebelum pelaksanaan pemutakhiran data tingkat Provinsi
diharapkan didahului dengan pemutakhiran data tingkat Kabupaten, namun karena
P
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 iii
tidak tersedianya dana maka pertemuan tingkat Kabupaten/kota tersebut hingga saat ini
belum dapat dilaksanakan.
“Profil Kesehatan Provinsi 2007” ini masih menyimpan banyak kekurangan. Data
yang disajikan tidak seluruhnya data tahun 2007. Beberapa indikator menggunakan
data tahun sebelumnya dan belum dapat disajikan lebih awal sesuai yang diharapkan.
Ini disebabkan sulitnya mendapatkan data yang mutakhir yang berasal dari
kabupaten/kota dan pengelola program di Provinsi dan sektor terkait. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan masukan guna peningkatan kualitas profil kesehatan ini
di masa mendatang.
Di samping itu adanya keterbatasan tenaga pengelola data baik di tingkat
puskesmas, kabupaten/kota maupun provinsi sehingga sangat berpengaruh terhadap
percepatan penyusunan profil kesehatan ini serta dengan adanya pemekaran
kabupaten/kota dari 5 kabupaten/kota menjadi 10 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah
juga berpengaruh dalam pengiriman datanya secara optimal.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, daya dan tenaga
dalam penyusunan buku profil kesehatan ini,
Palu, Nopember 2008
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
dr. Anshayari Arsyad, M.Kes Pembina Tingkat I NIP. 140205156
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .......................................................................................... i Kata Pengantar .......................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................... iv Daftar Tabel ............................................................................................... v Daftar Gambar ............................................................................................. vii Daftar Lampiran ......................................................................................... x Bab I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
Bab II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN ................................... 4
A. Keadaan Penduduk .............................................................. 5 B. Keadaan Ekonomi ................................................................ 7 C. Keadaan Pendidikan ............................................................ 10 D. Keadaan Lingkungan ............................................................... 12 E. Keadaan Perilaku Masyarakat ................................................ 15
Bab III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................. 19
A. Mortalitas ............................................................................. 19 B. Morbiditas ............................................................................. 25 C. Status Gizi ............................................................................ 35
Bab IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................. 38
A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................ 38 B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang ................... 52 C. Pemberantasan Penyakit Menular ........................................ 58 D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Dasar ..... 68 E. Perbaikan Gizi Masyarakat ................................................... 70 F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan ........................ 74 G. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Bencana ....................... 75
Bab V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................... 78
A. Sarana Kesehatan ………………………………………………… 78 B. Tenaga Kesehatan ………………………………………………… 87 C. Pembiayaan Kesehatan …………………………………………… 93
Bab VI P E N U T U P .................................................................................. 96 LAMPIRAN (TABEL-TABEL).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 v
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 2.1 Jumlah persentase penduduk Sulawesi Tengah menurut golongan umur dan jenis kelamin tahun 2007 ................................................ 6
Tabel 2.2 Persentase luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2005-2007 ...................................................... 7
Tabel 2.3 Produk domestik regional bruto Sulawesi Tengah tahun 2002-2006.. ................................................................................................ 8
Tabel 2.4 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Jenis Kelamin , Melek Huruf dan Buta Huruf di Sulawesi Tengah tahun 2004-2006 .......... 11
Tabel 2.5 Jumlah Posyandu menurut starata tahun 2005-2007 ............ ........... 17
Tabel 3.1 Prakiraan Angka Kematian Bayi (per 1.000 KH) tahun 1980-2003 21
Tabel 3.2 Prakiraan Angka Kematian Balita (per 1.000 KH) tahun 1980-2003 22
Tabel 3.3 Prakiraan Umur Harapan Hidup tahun 1980-2004 ............................ 24
Tabel 3.4 Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2007 ............................................................. .. ..... 25
Tabel 3.5 Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Inap di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2007 ............................................................. .. ..... 26
Tabel 3.6 Pola 10 penyakit terbanyak di Puskesmas tahun 2007 ................... 26
Tabel 3.7 Pola 10 penyakit terbanyak penyebab kematian penderita rawat inap di RSU Pemerintah Tahun 2007 ............................................. 27
Tabel 3.8 KLB Diare menurut jumlah kasus, Attack Rate, dan CFR tahun 2003-2007 ......................................................................................... 30
Tabel 3.9 Prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2002-2006 ......................................................................................... 32
Tabel 3.9 Frekuensi, Jumlah penderita dan CFR KLB Campak tahun 2002-2006 .................................................................................................. 34
Tabel 3.10 Prevalensi Gaky menurut kabupaten/kota tahun 1998-2003 ............ 37
Tabel 4.1 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru tahun 2002-2007 ............................................................................... 46
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 vi
Tabel 4.2 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi peserta KB Aktif tahun 2002-2007 ............................................................................... 48
Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase KB Aktif Metode MKET menurut Kabupaten/Kota tahun 2007 ............................................................. 48
Tabel 4.4 Jumlah Pengidap Infeksi HIV berdasarkan golongan umur yang ditemukan dan melaporkan tahun 2002-2007.................................... 62
Tabel 4.5 Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV yang ditemukan menurut kabupaten/kota tahun 2002-2007...................................................... 62
Tabel 4.6 Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV berdasarkan jenis kelamin ditemukan menurut kabupaten/kota Tahun 2002-2006................................ ................................................................... 63
Tabel 4.7 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2003-2007... 67
Tabel 4.8 Perkembangan jumlah sarana distribusi obat dan perbekalan kesehatan di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007............................... .................................................................... 75
Tabel 4.9 Jenis dan lokasi kejadian bencana di Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007...................................................... ................................... 76
Tabel 4.10 Jumlah korban meninggal,hilang dan pengungsi akibat bencana di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007...................................... ....... 77
Tabel 4.11 Jumlah korban yang dirawat di fasilitas kesehatan akibat bencana di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007................................... ...... 77
Tabel 5.1 Perkembangan jumlah Rumah Sakit (Umum dan khusus) dan kepemilikannya tahun 2002-2007 ..................................................... 82
Tabel 5.2 Jumlah dan rasio tenaga kesehatan menurut 7 kategori per 100.000 penduduk tahun 2005-2006 ................................................ 87
Tabel 5.3 Jumlah, Persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga kesehatan menurut jenisnya tahun 2006 .......................................... 88
Tabel 5.4 Jumlah Institusi Diknakes menurut jenjang, status kepemilikan dan jumlah peserta didik tahun 2003-2006 .............................................. 90
Tabel 5.5 Jumlah tenaga kesehatan yang tugas belajar tahun 2000-2006 ....... 91
Tabel 5.6 Alokasi anggaran kesehatan provinsi Sulawesi Tengah tahun anggaran 2007 .................................................................................. 94
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 vii
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar II.1.
Komposisi Penduduk Sulawesi Tengah Menurut Golongan Umur Tahun 2007 ...........................................................................................
6
Gambar II.2.
Rasio beban tanggungan penduduk sulawesi tengah tahun 2003-2007
9
Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar II.6 Gambar III.1 Gambar III.2 Gambar III.3 Gambar III.4 Gambar III.5
Persentase penduduk yang melek huruf dan buta huruf menurut kabupaten/kota tahun 2006 ................................................................. Persentase rumah tangga menurut sumber air bersih tahun 2006 ....... Persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan kotoran/tinja di sulawesi tengah tahun 2004 .............................................................. Jumlah dan Persentase KK diperiksa dan memiliki jamban tahun 2003-2004 .............................................................................................. Angka kematian kasar per 1000 penduduk tahun 1998-2000 .............. Jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum tahun 2002-2007 ......... Jumlah bayi lahir BBLR dan ditangani tahun 2005-2007 .................... Prevalensi status gizi balita propinsi sulawesi tengah tahun 2007 .... Prevalensi balita status gizi buruk dan gizi kurang menurut Indeks Berat Badan, Umur Tahun 2001-2007 ..................................................
11
14
14
15
24
33
35
36
36
Gambar IV.1.
Persentase cakupan pelayanan K1 & K4 ibu hamil tahun 2003-2007 ... 39
Gambar IV.2. Persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut kabupaten/kota tahun 2007 .............................................................................................
40
Gambar IV.3. Persentase cakupan persalinan dan melalui pendampingan tenaga kesehatan tahun 2002-2007 ………………........................................... 41
Gambar IV.4.
Persentase cakupan pertolongan persalinan 0leh tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota Tahun 2007.....................................................
41
Gambar IV.5. Persentase ibu hamil risiko tinggi komplikasi yang dirujuk menurut kabupaten/kota Tahun 2007..................................................................
42
Gambar IV.6. Persentase cakupan kunjungan neonatus tahun 2003-2007 …………..
43
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 viii
Gambar IV.7. Persentase cakupan kunjungan neonatus menurut kabupaten/kota 2007........................................................................................................
44
Gambar IV.8. Persentase cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota tahun 2007 ......................................................................................................
45
Gambar IV.9. Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Terhadap Pasangan Usia Subur 2001 - 2007 .................................................................................
47
Gambar IV.10 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dengan MKET Menurut Kab/Kota Tahun 2007 ……………………………………………...............
49
Gambar IV. 11 Persentase Cakupan Imunisasi DPT-1 dan Campak Serta Angka Drop Out (DO) Tahun 2003 - 2007………………………………………...
50
Gambar IV.12 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Bumil Tahun 2003 – 2006…. 51
Gambar IV.13 Persentase Kelompok Pra-Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Tahun 2004 - 2007……………………………………………..
52
Gambar IV. 14 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2004 - 2007………………………………..
53
Gambar IV. 15 Pencapaian Indikator BOR, GDR, NDR, LOS dan TOI Rumah Sakit Tahun 2005 - 2007…………………………………………………………..
55
Gambar IV. 16 Persentase Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi di Rujuk dan Mendapat Penanganan Tahun 2005 - 2007………………………………
57
Gambar IV. 17 Jumlah Desa/Kelurahan Yang Terkena KLB dan Mendapat Penanganan < 24 jam Tahun 2005 - 2007………………………………
59
Gambar IV. 18 Persentase Penemuan dan Penanganan (Pengobatan) Kasus Pneumonia Pada Balita Tahun 2004 - 2007………………………………
61
Gambar IV. 19 Jumlah Kasus DBD ditemukan dan ditangani Tahun 2005 - 2007…….. 64
Gambar IV. 20 Prevalensi Schistosomiasis di Lindu Tahun 2001- 2007……………….. 67
Gambar IV. 21 Prevalensi Schistosomiasis di Napu Tahun 2001- 2007……………….. 67
Gambar IV. 22 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah Tahun 2001- 2006… 68
Gambar IV. 23 Jumlah Institusi Terdaftar dan Dibina Kesehatan Lingkungannya Tahun 2005-2006……………………………………………............. .
69
Gambar IV. 24 Jumlah Balita ditimbang, Berat Badan Naik, dan Balita BGM Tahun 2005 - 2007…………………………………………………………............. .
71
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 ix
Gambar IV. 25 Jumlah Balita Mendapat Kapsul Vitamin ”A” Dua Kali Tahun 2005 - 2007………………………………………………………….........................
72
Gambar IV. 26 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Tahun 2003 - 2007……………………………………………………………………
73
Gambar IV. 27 Persentase Pemberian Kapsul Beryodium Pada Wanita Usia Subur di Desa/Kelurahan Endemis Tahun 2005 - 2007…………………………..
74
Gambar V. 1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...........................................…………………………..
79
Gambar V. 2 Jumlah Puskesmas Pembantu dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...........................................……………..
79
Gambar V. 3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Tahun 2002 – 2007.... 80
Gambar V. 4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasionya Terhadap Puskesmas Tahun 2003 – 2007.............................................................……………..
81
Gambar V. 5 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Tahun 2002– 2007.......................................................................................................
82
Gambar V. 6 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...............................................................
83
Gambar V. 7 Jumlah Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Tahun 2003- 2007………………………….........................................................
84
Gambar V. 8 Jumlah Unit Pengelola Obat Kab/Kota Tahun 2003 – 2007...………….. 84
Gambar V. 9 Perkembangan Jumlah Posyandu Tahun 2003 - 2007……….………… 85
Gambar V. 10 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kab/Kota Tahun 2006…..……….. 89
Gambar V. 11 Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota Tahun 2006......................................................................………………..
89
Gambar V. 12 Persentase Tenaga Kesehatan Yang Sudah Mengikuti Jenjang Pendidikan Tahun 2000 - 2006……………………………………………..
92
Gambar V. 13 Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Tersebar di 10 Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006……………………………….……………..
92
Gambar V. 14 Persentase Tenaga Kesehatan Menurut Tujuh Kategori di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006..........................…………………………..
93
Gambar V. 15 Persentase Anggaran Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Sumbernya Tahun 2006..................................…………………………..
95
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 x
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007
Tabel 3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007
Tabel 4 Persentase Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007
Tabel 5 Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 6 Jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 7 Jumlah kematian ibu maternal menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 8 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dan rasio korban luka dan meninggal terhadap jumlah penduduk dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2007
Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru sembuh dan pneumonia balita ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 10 HIV/AIDS , Infeksi Menular Seksual , DBD dan Diare pada balita ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 11 Persentase penderita malaria diobati Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 12 Persentase penderita kusta selesai berobat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 13 Kasus penyakit filariasis ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 14 Jumlah kasus dan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xi
Tabel 15 Cakupan kuinjungan neonatus bayi dan bayi BBLR yang ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 16 Status gizi balita dan jumlah kecamatan rawan gizi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 17 Cakupan kunjungan ibu hamil (K1,K4) dan persalinan ditolong tenaga kesehatan dan ibu nifas Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 18 Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan kesehatan siswa SD/SMP/SMU Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 19 Jumlah PUS, peserta KB, peserta KB baru, dan KB aktif menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 20 Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 21 Pelayanan KB Baru menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 22 Persentase cakupan desa/kelurahan UCI menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 23 Persentase cakupan imunisasi bayi menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 24 Cakupan bayi, balita yang mendapat pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 25 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1, Fe3 menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 26 Jumlah wanita usia subur dengan status imunisasi TT menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 27 Persentase akses ketersediaan darah untuk BUMIL dan neonatus yang dirujuk Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 28 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 29 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (gadar) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 30 Jumlah dan persentase desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 31 Jumlah penderita dan kematian serta jumlah kabupaten/kota dan desa yang
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xii
terserang KLB Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 32 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 33 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 34 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 35 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 36 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 37 Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin provinsi sulawesi tengah tahun 2007
Tabel 38 Persentase pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 39 Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 40 Cakupan wanita usia subur mendapat kapsul yodium Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 41 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 42
Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 43
Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kemampuan Labkes dan memiliki 4 spesialis dasar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 44 Ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 45 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 46 Jumlah dan persentase posyandu menurut strata dan kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007.
Tabel 47 Persentase rumah sehat menurut kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 48 Persentase keluarga memilikia akses air bersih Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xiii
Tabel 49 Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 50 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 51 Persentase institusi dibina kesehatan lingjungannya Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 52 Persentase rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk aedes menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 53 Persebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 54 Jumlah tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 55 Jumlah tenaga medis di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 56 Jumlah tenaga kefarmasian dan gizi di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 57 Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 58 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 59 Jumlah tenaga teknisi medis di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
Tabel 60 Anggaran kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 61 Jumlah sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.
Tabel 62 Upaya kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007
Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 1
BAB I PENDAHULUAN
rofil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah adalah gambaran situasi
kesehatan di Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara berkala setiap
tahun sekali sejak tahun 1990. Selanjutnya diikuti dengan penerbitan
Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 1996. Dalam setiap
terbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah memuat data tentang
kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan
seperti data kependudukan dan keluarga berencana. Data dianalisis dengan
analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah,
selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis
maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai dengan petunjuk teknis dari
Departemen Kesehatan. Sejak terbitan tahun 1990 sampai dengan terbitan
tahun 2000, tahun profil dan isi data berbeda satu tahun. Yaitu misalnya, Profil
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2000 berisi data tahun 1999. Namun sejak
terbitan data tahun 2001, dilakukan perubahan di mana tahun yang tercantum
dalam judul Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tersebut disesuaikan
dengan isi data dalam Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Contohnya,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 berisi data tahun 2007.
Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dan ia harus
merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, sejak
terbitan tahun 2001, Profil Kesehatan diupayakan untuk lebih berkait dengan
Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2001 Sistem Kesehatan
diarahkan untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, dimana Profil Kesehatan
bertemakan “Menuju Indonesia Sehat 2010”. Artinya Profil Kesehatan diformat
agar dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan
Kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian
jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
P
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 2
tahun 2007 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi
pencapaian Pembangunan Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007
dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010.
Didalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah
tahun 2007 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian kejadian
dan masalah kesehatan seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan lain-lain.
Didalam buku Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan
sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan,
dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan
hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN
disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya
Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya
Manusia Kersehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5)
Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, dan (6) Subsistem Manajemen
Kesehatan.
Penyusunan Profil Kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2007 ini berupaya
untuk mengacu kepada SKN yang baru tersebut. Subsistem upaya kesehatan
akan digambarkan tersendiri pada Bab IV, sedangkan subsistem pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat akan digambarkan pada Bab V dan subsistem
manajemen kesehatan akan digambarkan pada Bab III, sehingga Profil
Kersehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 ini akan terdiri dari 6 (enam)
bab, yaitu:
Bab I- Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan
diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 ini dan
sistematika dari penyajiannya.
Bab II- Gambaran Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran
umum Propinsi Sulawesi Tengah. Selain uraian tentang letak geografis,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 3
demografis, pendidikan, ekonomi, dan informasi umum lainnya bab ini juga
mengulas faktor-faktor lingkungan dan prilaku.
Bab III- Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil
pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2007 yang mencakup tentang
angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi,
yang akan disoroti adalah masalah status gizi dan balita dan ibu hamil.
Bab IV- Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2007,
untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang
kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi
persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase
pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan
oleh masyarakat dengan Posuandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya
lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab-V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber
daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2007 ini. Gambaran tentang
keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2007 ini mencakup tentang
keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2007.
Pada Bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per
kabupaten/kota , serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan
yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan
obat generik, juga tentang distributor obat yangb terdiri dari Pedagang Besar
Farmasi, Apotek dan Toko Obat.
Bab VI. Penutup.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 4
BAB II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN
ulawesi Tengah terdiri atas pulau-pulau dengan karateristik budaya
penduduk yang beragam dan adat istiadat yang berbeda, termasuk
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi yang antara lain
berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah kabupaten. Pada tahun 2004
secara administratif wilayah Sulawesi Tengah terbagi atas 9 kabupaten dan 1
kota. Wilayah tersebut meliputi 115 kecamatan, 1536 desa dan 136 kelurahan.
Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan perkabupaten/kota tahun
2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1
No.
Kabupaten/Kota
J U M L A H Jumlah Desa+Kelurahan Kecamatan Desa Kelurahan
1. 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Parigi Moutong Tojo Unauna Palu
9 13 13 15 21 10 9
12 9 4
187 233 230 133 293 78 94 175 113 0
6 23 10 213 9 5 7 4 6
43
193 256 240 156 302 83 101 179 119 43
115 1.536 136 1.672 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah
Adapun gambaran umum Sulawesi Tengah dan perilaku penduduk pada
tahun 2007 yang diuraikan meliputi : keadaan penduduk, keadaan ekonomi,
keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan
dengan kesehatan.
S
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 5
A. KEADAAN PENDUDUK
asalah kependudukan di Sulawesi Tengah pada dasarnya meliputi
dua hal pokok, yaitu : komposisi penduduk yang kurang
menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih
relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata.
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di Sulawesi Tengah akan terus bertambah dengan laju
pertumbuhan yang cenderung menurun. Pada tahun 1980 jumlah
penduduk 1.289.635 jiwa, pada tahun 1990 jumlah penduduk 1.711.327 jiwa,
pada tahun 2000 jumlah penduduk 2.079.201 jiwa pada tahun 2005 menjadi
2.284.659 jiwa serta tahun 2006 naik menjadi 2.349.398 jiwa dan pada tahun
2007 menjadi 2.396.224 jiwa.
Berdasarkan sensus penduduk tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa laju
pertumbuhan penduduk selama periode 1980 – 1990 sebesar 2.87 % pertahun
dan pada periode 1990 – 2000 mengalami penurunan menjadi 2.03 %, pada
tahun 2006 naik menjadi menjadi 2,82 %, dan turun menjadi 1,99% pada tahun
2007.
2. Komposisi penduduk a) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur.
Komposisi penduduk pada tahun 2007 menurut kelompok umur
menunjukkan bahwa 30,32 % penduduk Sulawesi Tengah berusia muda (umur
0 -14 tahun), 66,29 % berusia produktif (umur 15 – 64 tahun) dan hanya 3,39 %
yang berusia 65 tahun keatas, sehingga angka beban tanggungan (dependency
ratio) penduduk sebesar 50,85.
b) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Sesuai dengan data dari BPS (Sulawesi Tengah dalam Angka) jumlah penduduk
Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.396.224 jiwa, 51% atau
M
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 6
1.222.113 jiwa laki-laki dan 49 % atau 1.174.111 jiwa perempuan. Berarti rasio
jenis kelamin (Sex ratio) penduduk Sulawesi Tengah adalah sebesar 104,09
(sedikit diatas angka 100). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-
laki dan perempuan relatif sama (seimbang). Kabupaten dengan sex ratio
tertinggi (penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan) adalah kabupaten Tojo
Unauna (112,1), sedangkan yang terendah kota Palu (97,9).
Komposisi penduduk menurut golongan umur secara rinci disajikan pada
tabel 2.2 berikut. TABEL 2.2
JUMLAH PERSENTASE PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2007.
No. Golongan
Umur(Thn) Laki-Laki Perempuan Jumlah
( L + P ) %
Jumlah % Jumlah % 1 0 -4 121.980 9,98 117.338 9,99 239.318 9,99 2 5 – 14 247.663 20,27 239.637 20.41 487.300 20,33 3 15 – 44 624.955 51,14 611.409 52,07 1.236.364 51,60 4 45 – 64 186.418 15,25 165.651 14,11 352.069 14,69 5 >65 41.097 3,36 40.076 3,42 81.173 3,39
Jumlah 1.222.113 100 1.174.111 100 2.396.224 100 Sumber : BPS Prov.Sulteng
Berdasarkan komposisi penduduk diatas, menunjukkan bahwa komposisi
penduduk di Sulawesi Tengah masih tergolong penduduk muda, berarti jumlah
penduduk yang berusia 15 tahun kebawah cukup tinggi yaitu 30,32 % sedangkan
penduduk yang berusia tua masih rendah ( 3,39 % ).
Adapun gambaran komposisi penduduk Sulawesi Tengah dapat dilihat pada
grafik penduduk dibawah ini : GAMBAR. II.1
KOMPOSISI PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOL.UMUR TH. 2007
0
20
40
60
0 - 4 '5 - 14 '15 - 44 '45 - 64 '> 65
Lak-Laki Perempuan
Sumber Data : BPS (Sulawesi Tengah Dalam Angka 2007)
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 7
3. Persebaran Penduduk Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 68.033, Km2 dengan
jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.396.224 jiwa, ini berarti
kepadatan rata-rata penduduk di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah
35,22 berarti mengalami kenaikan 0,69 dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu 34,53 pada tahun 2006. Kepadatan penduduk tertinggi adalah di kota Palu
sebesar 771.39 sedangkan yang terendah kabupaten Morowali yang
mempunyai luas wilayah terbesar (22,77 %), penduduknya (7,42%) dengan
kepadatan penduduk terendah yaitu 11,34 jiwa per Km2.
TABEL 2.3
PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2005-2007
Kabupaten/Kota
Luas
(Km2)
Persentase
Kepadatan Penduduk per Km2 2005 2006 2007
1. Banggai Kepulauan
2. Banggai
3. Morowali
4. Poso
5. Donggala
6. Tolitoli
7. Buol
6. Parigi Moutong
9. Tojo Unauna
10. Kota Palu
3.214,46
9.672,70
15.490,12
8.195,77
10.471,71
4.079,77
4.043,57
6.231,85
6.238,00
395,06
4,72
14,22
22.77
12,93
15,39
6,00
5,94
9,16
9,84
0,58
48,41
29,84
10,95
14,88
42,34
48,12
27,82
56,41
26,19
727,93
47,53
30,17
11,19
16,46
43,85
47,45
27,94
57,91
28,28
758,78
48.05
30,40
11.34
17,45
44,49
48,10
28,47
58,89
29,89
771.39
Provinsi 68.033,00 100,00 33,58 34,53 35,22 Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka 2007)
B. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
asalah ekonomi dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain
produk domestik regional bruto, angka beban ketergantungan, dan
tingkat pendidikan penduduk
M
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 8
1. Produk Domestik Regional Bruto Kemampuan perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur dengan angka
produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku, angka ini
cenderung mengalami peningkatan, yaitu Rp. 14.657.899 juta pada tahun 2004,
menjadi Rp. 17.089.580 juta pada tahun 2005, sedangkan produk regional
perkapita atas dasar harga konstan 1993 juga mengalami peningkatan dari Rp.
2.808.637.- pada tahun 2003 menjadi Rp. 2.993.928 pada tahun 2004 dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 6,26 % pertahun.
Adapun perkembangan produk regional perkapita tahun 2001 – 2006 sebagai
berikut :
TABEL 2.3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SULAWESI TENGAH TAHUN 2002 – 2006
Uraian 2002 (JtRp)
2003 (JtRp.)
2004 (JtRp.)
2005 (JtRp)
2006 (Jt Rp)
- PDRB atas dasar harga yg
berlaku
- PDRB atas dasar harga
konstan 2000
- Pertumbuhan PDRB atas
dasar harga konstan 2000
11.793.833
9.600.364
5,62
13.013.148
10.196.750
6,21
14.657.899
10.925.465
7,15
17.089.580
11.728.617
7,35
19.331.706
12.688.550
7,97
Sumber : BPS( Sulawesi Tengahdalam angka 2006)
2. Beban Tanggungan Ratio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan
ekonomi suatu negara. Tingginya ratio beban tanggungan merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena sebagian besar
pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak produktif.
Dependency ratio Sulawesi Tengah dari tahun ketahun mengalami penurunan
yang cukup bermakna, yaitu dari 72,35 % pada tahun 1990 menjadi 58,70 %
pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 turun menjadi 57,29 % kemudian turun
lagi menjadi 54,51 % pada tahun 2003, dan pada tahun 2004 mengalami
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 9
kenaikan menjadi 56,85% dan pada tahun 2005 turun menjadi 54,81%dan pada
tahun 2006 dan 2007 masing-masing menjadi 56,34 dan 50,9 keadaaan ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2007 setiap 100 orang usia produktif harus
menanggung 51 orang penduduk non produktif.untuk lebih jelasnya dapat
digambarkan pada grafik sebagai berikut: GAMBAR II.2
RATIO BEBAN TANGGUNGAN PENDUDUK SULTENG TAHUN 2003 - 2007
Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka)
Sumber : BPS Prop Sulteng
3. Pola Pengeluaran Rumah Tangga
Tingkat kebutuhan/permintaan (demand) terhadap kelompok pengeluaran
pada dasarnya berbeda dalam kondisi pendapatan terbatas kita akan
mendahulukan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya
digunakan untuk mengkonsumsi makanan. Seiring dengan peningkatan
pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran, yaitu penurunan porsi
pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan atau peningkatan porsi
pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan.
Pergeseran komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas
permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sementara elastisitas
permintaan terhadap barang bukan makanan pada umunya tinggi. Keadaan ini
semakin jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi
54,51
56,8554,81
56,34
50,9
46485052545658
2003 2004 2005 2006 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 10
makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan
sebagian besar akan digunakan untuk barang bukan makanan (kalau bukan
disimpan/ditabung atau di investasikan kembali).
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pada pengeluaran dapat dipakai
sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi)
penduduk, dan perubahan komposisinya sebagai indikasi perubahan tingkat
kejahteraan dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk
makanan terhadap total pengeluaran merupakan gambaran membaiknya tingkat
perekonomian penduduk.
Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan didaerah perkotaan di Sulawesi
Tengah tahun 2005 telah mencapai Rp. 342.588.- yang merupakan
penjumlahan dari Sub golongan makanan sebesar Rp. 168.548.- dan bukan
makanan sebesar Rp. 174.040.-, sedangkan didaerah pedesaan tercatat
sebesar Rp. 197.185, berasal dari sub golongan makanan sebesar Rp.121.961
dan Rp. 75.224 untuk bukan makanan. Dan secara keseluruhan pengeluaran
rata-rata perkapita sebulan penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2005
mencapai Rp. 227.085 jika dipisahkan akan terlihat bahwa Rp. 131.541
merupakan sumbangan dari kelompok makanan dan Rp. 95.544 dari bukan
makanan.
Dari hasil Susenas 2005 (data Kor) terlihat bahwa proporsi rumah tangga
terbesar (modus) untuk total pengeluaran rumah tangga (makanan dan bukan
makanan) berada pada kelompok pengeluaran diantara 100 sampai 150 ribu
rupiah sedangkan menurut pengeluaran untuk makanan dan non makanan
masing-masing berada pada kelompok (modus) 100 sampai 150 ribu rupiah
untuk makanan dan 40 ribu sampai 60 ribu rupiah bukan makanan.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 11
C. KEADAAN PENDIDIKAN 1. Kemampuan Baca Tulis
emampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk
yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia
10 tahun keatas yang pernah sekolah, dapat membaca dan menulis
huruf latin dan huruf lainnya. di Provinsi Sulawesi Tengah penduduk yang melek
huruf tahun 2006 sebesar 95,37 % dan persentase penduduk yang buta huruf
(belum pernah sekolah) sebesar 4,63 %.
Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dan
buta huruf tahun 2004-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.4
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KEATAS JENIS KELAMIN, MELEK HURUF DAN BUTA HURUF DI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2004-2006
Penduduk , 10 tahun 2004 2005 2006
Melek Huruf
Buta Huruf
94,95
5,05
94,54
5,46
95,37
4,63
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah
Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang buta huruf pada
tahun 2006 sebesar 4,63, angka ini lebih rendah sedikit dibandingkan dengan
tahun 2005 yang tercatat sebesar 5,46 persen, pada tingkat kabupaten/kota
persentasenya berkisar 0,95 – 7,34 persen. Persentase tertinggi yang buta huruf
terdapat di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 7,34 persen. Hal ini disebabkan
karena masih tingginya persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang
tidak/belum pernah sekolah di kabupaten tersebut dibanding kabupaten/kota
lainnya yaitu mencapai 7,34 persen dan terendah adalah kota Palu sebesar 0,95
persen. Secara umum kemampuan berbahasa indonesia , membaca dan
menulis huruf latin pada penduduk 10 tahun keatas, mulai tahun 2002-2006
relatif baik, karena persentasenya cukup tinggi diatas 90 persen
Gambaran angka buta huruf dan melek huruf menurut kabupaten tahun 2005
dapat dilihat pada gambar berikut.
K
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 12
GAMBAR II.3
PERSENTASE PENDUDUK YANG MELEK HURUF DAN BUTA HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas
pendidikan formal. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang
tidak/belum tamat SD pada tahun 2006 sebesar 21,33%, yang tamat SD sebesar
35,76%, yang tamat SLTP 17,66%, yang tamat SLTA 13,80%, yang tamat
diploma 1,60% dan yang tamat Universitas sebesar 2,79%. Sementara yang
tidak/belum pernah bersekolah sebesar 3,93%.
D. KEADAAN LINGKUNGAN
ntuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-
indikator Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempat Tempat
Umum Sehat. Selain itu disajikan pula indikator tambahan yang
dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga (keluarga) menurut
Sarana Tempat Pembuangan Air Besar.
1. Rumah Sehat. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah
yang baik , kepadatan hunian rumah dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
U
020406080
100
Bangkep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Palu Pamong Touna
Melek Huruf Buta Huruf
Sumber : BPS (Sulawesi Tengahdalam angka 2005)
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 13
Menurut laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2007, persentase rumah
sehat hanya 68,38%. Angka ini masih dibawah target Indonesia sehat 2010 yaitu
sebesar 80%, sehingga perlu upaya program terkait untuk meningkatkan jumlah
rumah sehat . Data persentase rumah sehat menurut kabupaten disajikan pada
lampiran tabel 47. Rendahnya persentase rumah sehat di Sulawesi Tengah
dapat disebabkan antara lain, karena kurangnya pemahaman sektor-sektor
terkait terhadap konsep pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Tempat-tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi
oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penya-
kit. TTU meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai
dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai.
Data yang diolah dari laporan kabupaten/kota tahun 2007,
memperlihatkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 63,77 %, angka ini
masih kasar karena kab/kota tidak melaporkan datanya secara lengkap.
Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah 80 %. Namun masih diperlukan
upaya-upaya dari sektor terkait, seperti Dinas Kesehatan, Kimpraswil, Pemda
dan lain-lain untuk mencapai target yang diharapkan. Data persentase TTU
sehat menurut kabupaten /.kota disajikan pada lampiran tabel 50.
Rendahnya persentase TTU sehat dibeberapa kabupaten dapat
disebabkab berbagai faktor antara lain, kurangnya pemahaman pemilik/
pengelola terhadap aspek kesehatan dalam pengelolaan TTU, mudahnya
memperoleh perizinan pendirian TTU meskipun belum memenuhi persyaratan
kesehatan, dan kurangnya pemeriksaan dan lemahnya pengawasan TTU oleh
instansi terkait.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 14
3. Akses Terhadap Air Bersih Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air
ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, air kemasan,
dan lainnya. Hasil pemutahiran data tahun 2006 menunjukkan bahwa rumah
tangga di sulawesi tengah yang menggunakan air bersih dari ledeng (35,89%),
sumur gali (35,54%), sumur pompa tangan (13,95%), penampungan air hujan
(0,92%), air kemasan (o,09%) dan lainnya (13,61%).Gambaran persentase
rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan dapat dilihat pada
gambar II.4 berikut.
GAMBAR II.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR BERSIH TAHUN 2006
SGL; 35,54%
Ledeng; 35,89%
SPT; 13,95%
PAH; 0,92%
Lainnya; 13,61%Kemasan; 0,09%
Ledeng SGL SPT PAH Kemasan Lainnya
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
4. Rumah Tangga Menurut Sarana Pembuangan Air Besar. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan
kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran
pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas
tingkat risiko pencemaran yang ditimbulkan. Dalam hal ini sistem pembuangan
kotoran manusia dibedakan dalam 4 (empat) jenis sarana yaitu leher angsa,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 15
GAMBAR II.5PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT
PEMBUANGAN KOTORAN/TINJA DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2004
Lainnya; 5,41Cemplung;
14,17
Plengsengan; 8,87
Leher Angsa; 71,55
plengsengan, cemblung/cubluk, dan lain-lain. Persentase rumah tangga menurut
sarana pembuangan air besar tahun 2004 dapat dilihat pada gambar berikut.
Masih cukup tingginya
persentase rumah tanga yang
menggunakan pembuangan air
besar yang tidak sehat (jamban
plengsengan, jamban cemplung,
dan tidak pakai jamban) diduga
karena faktor-faktor kebiasaan,
pendidikan/pengetahuan, dan
ketersediaan sarana.
Menurut laporan dari
kabupaten/kota pada tahun 2007,
persentase keluarga yang memiliki jamban hanya 73,34%.
GAMBAR II.6
JUMLAH DAN PERSENTASE KK DIPERIKSA DAN MEMILIKI JAMBAN TAHUN 2003-2004
050.000
100.000150.000200.000250.000300.000350.000400.000450.000500.000
Jum
lah
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%Pe
rsen
tase
Jml KK diperiksa 329.759 167.290 263.363 355.866
Jml KK memilikiJamban
158.813 90.827 162.996 228.646
% KK memilikiJamban
48,16% 54,29% 61,89% 64,24%
2003 2004 2005 2006
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Data persentase keluarga memiliki jamban menurut kabupaten tahun 2006
disajikan pada lampiran tabel 49.
Sumber : BPS – Sulawesi Tengah Dalam Angka 2004
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 16
E. PERILAKU MASYARAKAT
ntuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga
indikator yaitu Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri serta
Poskesdes.
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,
dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.
PHBS pada tatanan Rumah Tangga dinilai berdasarkan 16 indikator yang
meliputi 9 indikator perilaku dan 7 indikator lingkungan. Sembilan indikator
perilaku ini adalah (1) Perilaku tidak merokok, (2) Persalinan oleh Nakes/
pemeriksaan kehamilan, (3) Imunisasi, (4) Penimbangan Balita, (5) Sarapan
pagi, (6) Kepersertaan dana sehat, (7) Kebiasaan mencuci tangan, (8)
Kebiasaan menggosok gigi, (9) Olahraga/aktivitas fisik. Sedangkan indikator
lingkungan pada PHBS adalah (1) Sarana air bersih, (2) Jamban, (3) Tempat
sampah, (4) Sarana pembuangan air limbah, (5) Ventilasi rumah, (6) Kepadatan
rumah, dan (7) Lantai rumah.
Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan
sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Sehat 1 yaitu bila
keluarga berperilaku positif kurang dari 25% dari jumlah seluruh indikator PHBS,
(2) Sehat 2 yaitu bila keluarga perperilaku positif 25% - 49% dari jumlah seluruh
indikator PHBS, (3) Sehat 3 yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 17
jumlah seluruh indikator PHBS, dan (4) Sehat 4 yaitu bila keluarga berperilaku
positif lebih dari 75% dari jumlah seluruh indikator PHBS.
Pada tahun 2007 secara provinsi Persentase Rumah Sehat adalah
sebanyak 68,38% dari 354.401 yang diperiksa atau 50,04% dari total 484.331
yang ada, ini berarti masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 yaitu 65%.
Rumah Sehat menurut kabupaten dapat dilihat pada lampiran tabel 47.
2. Posyandu Purnama dan Mandiri Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini. Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.
Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah dilakukan pengelompokan
Posyandu ke dalam 4 tingkat perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2)
Posyandu Madya, (3) Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri.
Berdasarkan Profil UKBM Propinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2007
jumlah Posyandu di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 2.863 unit. Tingkat
perkembangan Posyandu dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 2.5 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA
TAHUN 2005-2007
NO. Strata
2005 2006 2007
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1.
2.
3.
4.
Posyandu Pratama
Posyandu Madya
Posyandu Purnama
Posyandu Mandiri
215
950
439
38
45,98
35,96
16,62
1,44
1.139
1.070
580
52
40,09
37,66
20,42
1,83
1.149
1.087
550
77
40,13
37,97
19,21
2,69
Jumlah 2.642 100 2.841 100 2.863 100
Sumber : Seksi PSM Dinkes Prop.Sulteng
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Posyandu yang terbanyak sampai
tahun 2007 adalah Posyandu Pratama, yaitu sebesar 40,13%. Sedangkan
Posyandu Purnama dan Mandiri baru mencapai 21,90%. Persentase ini masih
jauh dibawah target yang ingin dicapai pada tahun 2010, yaitu sebesar 40%.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 18
Bila dilihat perkembangan Posyandu menurut strata selama tiga tahun
terakhir, maka dapat dikatakan bahwa kualitas Posyandu cenderung tidak
mengalami perkembangan. Hal ini diperkirakan antara lain karena krisis ekonomi
sejak tahun 1997. Disamping itu pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai
tahun 2001, telah mengakibatkan perubahan struktur organisasi pemerintahan di
daerah, yang berdampak antara lain pada berkurangnya pembinaan peran serta
masyarakat, termasuk Posyandu. Jumlah dan persentase Posyandu menurut
strata dan kab/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 46.
3. Pos Kesehatan Desa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumber
masyarakat bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam
rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terutama (1)
pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor
risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. (2)
Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi), (3) Kesiapsiagaan dan
penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, dan (4) Pelayanan
medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
Poskesdes adalah salah satu bentuk UKM yang dimiliki oleh Desa Siaga
yaitu Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Dari program dilaporkan bahwa tahun 2007 diperoleh data jumlah desa
siaga di sulawesi tengah adalah sebanyak 875 buah. Rincian jumlah desa siaga
menurut kabupaten/kota disajikan secara rinci pada lampiran tabel 62.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
19
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
ambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas,
morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Asngka
Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian
Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per
100.000 Kelahiran Hidup, dan Angka Harapan Hidup waktu lahir (Eo).
Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000
Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase
Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP)
pada anak usia < 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi
dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis
Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.
Selain indikator tersebut diatas , disajikan pula beberapa indikator
tambahan yang dianggap masih relevan yaitu Angka Harapan Hidup (Eo),
dan Angka Kesakitan beberapa penyakit tertentu lainnya.
A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN).
ejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat
atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan
lainnya. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat
kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai
penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Salah
satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang
G
K
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
20
telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka
kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit
penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat
dari berbagai uraian berikut ini.
a. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting
untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat.
Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain
adalah tingkat pelayanan ante natal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA-KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah telah menurun secara
bermakna dari 150 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 52 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003, lebih tinggi dari angka nasionall
yaitu 40 per 1.000 kelahiran hidup (Kajian Kematian Ibu dan Anak Badan
Litbang Depkes RI) dan Sulawesi Tengah menempati urutan ke 5 tertinggi di
Indonesia.
Rata-rata perubahan per tahun selama kurun waktu 1990-2000 adalah -
3,46% dan diperkirakan bahwa tahun 2010 AKB di Sulawesi Tengah akan
menurun menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup.
Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir tersebut memberi
gambaran adanya peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh
peningkatan cakupan imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan, penempatan bidan di desa. Menurut BPS angka kematian
bayi diasumsikan menurun, yang diperkirakan pada periode 1995 – 2000
mencapai 62,98 per-1000 kelahiran hidup (KH) dan pada periode 2000-2005
mencapai 48,97 per-1000 KH. Prakiraan angka kematian bayi menurut
sensus penduduk (SP) dan survei demografi kesehatan indonesia tahun
2002-2003 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
21
TABEL 3.1. PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BAYI (PER-1000 KH)
TAHUN 1980-2003
Tahun Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
(KH) Laki-laki Perempuan Total
SP 1980 SP 1990 SP 2000
SDKI 2002-2003
141 101 73
120 84 59
130 92 66 52
Sumber : BPS Sulawesi Tengah
AKB cenderung menurun, sebagai dampak dari hasil pelaksanaan
pembangunan di segala bidang termasuk pemerataan pelayanan kesehatan
sampai ke daerah-daerah terpencil, pemukiman baru dan daerah perbatasan
serta ditunjang dengan program penempatan bidan di desa yang dimulai
sejak tahun 1990. Pada tabel diatas juga terlihat bahwa angka kematian bayi
menurut jenis kelamin pada semua periode pengukuran menunjukkan
perbedaan, dimana angka kematian bayi pada bayi laki-laki tampaknya lebih
tinggi dibandingkan pada bayi perempuan.
Dari Program (Subdin Binkesmas) di laporkan bahwa Angka Kematian
Bayi tahun 2007 adalah sebesar 12,4 per-1000 KH (Facility Based) angka ini
jauh lebih rendah dari angka survei SDKI (Comunity Based) sebesar 60 per
1000 kelahiran hidup, oleh karena itu pencatatan dan pelapora perlu lebih
ditingkatkan lagi. Data yang dilaporkan lebih rinci menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Kabupaten/kota dengan angka kematian
bayi tertinggi di Poso(25,7%0 KH), Tojo Una-una (21,9 %0 KH), sedangkan
yang terendah adalah di Banggai Kepulauan (2,4%0 KH) dan Palu(3,8%0 KH).
b. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) AKB dapat dirinci menurut kelompok umur yaitu kematian Neonatal
(Kematian bayi umur < 1 bulan) dan kematian Post-Neonatal (Kematian Bayi
umur 1-11 bulan). AKN di Sulawesi Tengah menurun dari 43,7 per 1000 KH
pada tahun 1997 menjadi 24 per 1000 Khpada tahun 2002, namun
masih diatas Angka Nasional (20). Rata-rata penurunan AKN selama tahun
1997 – 2002 adalah -12,0%.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
22
Secara nasional rasio kematian AKP terhadap AKN adalah 0,75%
(1994). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi kematian Neonatal terhadap
AKB lebih besar dari kontribusi kematian Post-Neonatal. Menurut SKRT
tahun 2001 diantara kematian bayi yang tertinggi adalah gangguan Perinatal
(34%) dan sebab kematian Neonatal tertinggi adalah Premature, BBLR dan
Asfiksia (27%).
c. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0-
4 tahun per 1000 KH. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan
anak balita seperti gizi, sanitasi, dan penyakit infeksi.
Angka Kematian Balita (AKABA) menurut Sensus Penduduk (SP) di
Sulawesi Tengah pada tahun 1980 sebesar 193 per-1000 KH turun menjadi
132 per-1000 KH pada tahun 1990 dan 83 per-1000 KH pada tahun 2000 dan
menjadi 71 per-1000 KH (SDKI 2002-2003). Program melaporkan bahwa
angka kematian Balita tahun 2007 dilaporakan 1,3 ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan angka survei SDKI yaitu sebesar 69 per 1000 KH target
pada tahun 2010 diperkirakan AKABA di Sulawesi Tengah akan menurun
menjadi 51 per-1000 KH. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya akses
terhadap pelayanan kesehatan, Perkiraan angka kematian bayi dapat dilihat
pada tabel 3.2 sebagai berikut : TABEL 3.2.
PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BALITA (PER-1000 KH) TAHUN 1980-2003
Tahun
Angka Kematian Balita per 1000 Kelahiran Hidup (KH)
SP 1980
SP 1990
SP 2000
SDKI 2002-2003
SDKI 2007
193
132
83
71
69
Sumber : BPS Sulawesi Tengah
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
23
d. Angka Kematian Ibu Maternal Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Angka
kematian ibu maternal adalah jumlah kematian hamil + jumlah kematian ibu
bersalin + jumlah kematian ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup.
Menurut sensus penduduk (SP) tahun 2000 AKI di Sulawesi Tengah
sebesar 517 per 100.000 kelahiran hidup dan menempati urutan tertinggi ke 7
di Indonesia. AKI Nasional adalah 347 per 100.000 kelahiran hidup dan
merupakan angka tertinggi diantara negara-negara ASEAN.
Sedangkan dari program KIA dilaporkan pada tahun 2006, angka
kematian ibu maternal adalah sebesar 311 per-100.000 KH dan turun
menjadi 288,5 pada tahun 2007. Angka kematian ibu maternal menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7.
e. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Meningkatnya umur harapan hidup (Eo) waktu lahir, sekaligus
memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah
karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Angka
harapan hidup waktu lahir di Sulawesi Tengah cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini seiring dengan adanya asumsi kecenderungan angka
kematian bayi yang menurun serta perubahan komposisi penduduk
(penurunan kelompok umur usia muda dan peningkatan kelompok umur usia
tua) pada tahun 1990 umur harapan hidup rata-rata 57,47 dan meningkat
pada tahun 2000 menjadi 61,0 dan meningkat menjadi 63,3 pada tahun 2003
dan pada tahun 2004 menjadi 64,6 dan 65,4 pada tahun 2005 dan meningkat
lagi menjadi 66,3 pada tahun 2007. Meningkatnya umur harapan hidup ini
secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya kemungkinan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
24
peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat sehingga dapat
menurunkan angka kematian
peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat
sehingga dapat menurunkan angka kematian.
TABEL 3.3
PRAKIRAAN UMUR HARAPAN HIDUP SULAWESI TENGAH TAHUN 1980-2004
PENDUDUK SP
1980
SP
1990
SP
2000
2003 2004
2006 SDKI
207
1. Laki-laki
2. Perempuan
3. Rata-Rata
46,85
49,74
48,34
53,9
57,01
57,47
59,10
62,78
61,0
-
-
63,3
-
-
64,6
-
-
-
-
-
66,3
Sumber : BPS Sulawesi Tengah
f. Angka Kematian Kasar.
Angka Kematian Kasar (AKK) menurut data dari BPS (Statistik
Lingkungan Hidup tahun 2000) diperoleh data AKK Sulawesi Tengah tahun
1998, 1999 dan 2000 adalah sama yaitu sebesar 7 per 1000 penduduk,
sementara AKK tahun 2004 belum tersedia datanya.
GAMBAR III.1
ANGKA KEMATIAN KASAR PER 1.000 PENDUDUK TAHUN 1998 – 2000
2550 2600 2650 2700 2750 2800
1998
1999
2000
Angka Kelahiran Total Angka Kematian Kasar
Sumber : BPS, Statistik Lingkungan Hidup 2000
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
25
B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)
ngka kesakitan penduduk Sulawesi Tengah di dapat dari data yang
berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang
diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Dari data pasien rawat jalan di Rumah Sakit selama tahun 2007
diperoleh gambaran/pola sepuluh penyakit terbanyak dimana penyakit
Diabetes YTT menempati ranking teratas (terbanyak) kemudian Infeksi
saluran pernafasan bagian atas dan Gangguan Daya Lihat. Sedangkan yang
terendah adalah penyakit telinga dan proseus mastoid. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.4 berikut.
TABEL 3.4 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN
DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007
NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH KASUS
PERSENTASE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10 11
Diabetes YTT Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas Akut lainnya Gangguan Daya Lihat Bronchitis, Emfisema dan Penyakit Paru Obstruktif Hypertensi Essensial Promer Gastritis dan Duodenitis TB Paru BTA(+) dgn/tanpa kuman biakan kuman TB Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) Penyakit telinga dan proseus mastoid Penyakit lainnya
4.688 4.480 4.265 3.544 3.544 3.534 3.094 2.854
2.593
2.468
39.437
6,43 6,14 5,85 4.86 4,84 4,24 3,91 3,55
3,38
2,75 54,05
Jumlah 72.962 100 Sumber : Subdin Yanmed
Dari data pasien rawat inap di rumah sakit selama tahun 2007 diperoleh
gambaran/pola sepuluh besar penyakit terbanyak dimana ranking teratas
(terbanyak) adalah penyakit Diare dan gastroenteritis, kemudian Demam
Berdarah Dengue dan Malaria, sedangkan yang terendahadalah Skizoprenia,
gangguan skizotipal, psikotik akut. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5
diatas.
A
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
26
TABEL 3.5 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT INAP
DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007 NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH
KASUS PERSENTASE
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
11.
Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi Tertentu (kolitis infeksi) Demam Berdarah Dengue Malaria Gastritis dan Duodenitis Demam Tipoid dan Paratipoid Dispepsia TB Paru BTA (+) dengan tanpa kuman Cedera YDT dan daerah badan multiple Infeksi saluran bagian atas akut lainnya Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara Penyakit lainnya
4.304
1.176 943 935
8325 800 560 554 496 490
11.102
19,39
5,30 4,25 4,21 3,76 3,60 2,52 2,50 2,23 2,21
50,01
Jumlah 22.195 100 Sumber : Subdin Yanmed
Selain dari data sepuluh besar penyakit rawat jalan dan rawat inap di
RSU juga juga diperoleh data sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas
selama tahun 2007 seperti tabel 3.6 berikut ini.
TABEL 3.6
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS TAHUN 2007
NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH
KASUS PERSENTASE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian atas Malaria tanpa pemeriksaan laboratorium Gastritis (Maag) Penyakit pada sistem otot dan jaringan penyekat Diare Hipertensi Kecelakaan dan ruda paksa Penyakit Kulit Infeksi Anemia Malaria Tertiana (P.Vivax)
53.179 27.794 25.326 22.051 20.423 18.927 12.586 6.679 4.337 1.506
27,58 14,41 13,13 11,43 10,59 9,81 6,53 3,46 2,25 0,78
Jumlah 192.808 100 Sumber : Subdin Yanmed
Dari laporan sepuluh besar penyakit terbanyak tersebut diatas baik
rawat jalan maupun rawat inap di RS dan di Puskesmas ternyata penyakit
ISPA dan Diare menempati urutan teratas (kasus terbanyak) oleh karena itu
kesehatan lingkungan perlu di tingkatkan.
TABEL 3.7
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
27
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RAWAT INAP DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007
NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH K PERSENTASE 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11
Diare dan Gastroenteritis Tuberculosis (TB) Paru BTA (+) dgn/tanpa biakan kuman TB TB Paru lainnya Demam Berdarah Dengue Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya Pendarahan Infrakranial Strock tak menyebut perdarahan Pneumonia Penyakit Jantung Iskemik lainnya Malaria (Include All Malaria) Penyakit Lainnya
87 38
25 18 14 14 13 11 11 10 282
16,63 7,27
4,78 3,44 2,68 2,68 2,49 2,10 2,10 1,91 53,92
Jumlah 523 100 Sumber : Subdin Yanmed Untuk melengkapi gambaran pola penyakit di Sulawesi Tengah,
berikut ini disajikan gambaran Morbiditas yang didasarkan data dari
kabupaten/kota dan dari masing-masing program di propinsi.
a. Penyakit Malaria
Untuk menggambarkan angka kesakitan, disajikan beberapa angka
prevalensi dan insiden dari beberapa penyakit antara lain penyakit Malaria,
Demam Berdarah Dengue, Campak, penyakit Zoonotik, AIDS dan HIV, dan
penyakit Diare.
Pada tahun 2007 tercatat kasus malaria positif sejumlah 9.379 kasus
dengan angka kesakitan 3,91 kasus per 1.000 penduduk, terjadi sedikit lebih
rendah bila dibandingkan pada tahun 2006 yaitu 3,99 untuk jelasnya dapat
dibaca pada lampiran tabel 11.
Dari program dilaporkan bahwa pada tahun 2007 terjadi KLB dengan
jumlah penderita 209 (penduduk terancam 18.271), tanpa ada kematian
dengan Attack Rate 1,14% dan CFR 0% , untuk jelasnya dapat dibaca pada
lampiran tabel 31.
b. Penyakit TB Paru. Sulawesi tengah merupakan daerah ujicoba P2 TB-Paru terpadu,
sehinggapemberantasan Penyakit TB-Paru terpadu telah dilaksanakan di
Semua Puskesmas.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
28
Prevalensi penyakit Tuberkulosis (TB) Paru belum diketahui secara
pasti. Data terakhir yang diperoleh dari kabupaten/kota adalah jumlah kasus
BTA+ yang diobati dan angka kesembuhannya. Pada tahun 2007 jumlah
kasus baru BTA positif yang ditemukan sebesar 1.954 orang dan angka
kesembuhan tahun 2006 sebesar 86,46%. Dari Program dilaporkan bahwa
jumlah kematian penyakit TB Paru adalah 38 kasus dan menempati peringkat
kedua teratas penyebab kematian di Rumah Sakit. Gambaran penderita
TB Paru BTA positif yang terdeteksi disarana pelayanan kesehatan menurut
kabupaten/kota pada tahun 2007 disajikan pada lampiran tabel 9.
c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual (PMS).
Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun
2002 yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2007
sudah terdapat 63 kasus yang menyebar di 8 kabupaten/kota (Lihat tabel 10)
dengan kasus terbanyak di kota Palu 34 kasus dan terendah di kabupaten
Poso 1 kasus. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,
menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,
meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya
penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah
memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena
gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh
lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa
jumlah penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum
diketahui dengan pasti.
d. Acute Flaccid Paralysis.
Kasus Acute Paralysis (AFP) yang ada di masyarakat Sulawesi
Tengah pada tahun 2007 oleh program dilaporkan bahwa selama tahun 2007
terdapat kasus sebanyak 17 yang tersebar 7 kabupaten/kota, kausu
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
29
terbanyak terjadi di kabupaten Parigi Moutong dan Kota Palu masing-masing
4 kasus. Gambaran kasus AFP menurut kabupaten/kota pada tahun 2007
disajikan pada lampiran tabel-9.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD) DBD mulai ditemukan di Sulawesi Tengah sejak tahun 1992 dengan
kasus suspect DBD sebanyak 8 orang, pada tahun 1993 meningkat menjadi
17 orang dan meningkat lagi menjadi 44 orang pada tahun 1994. Mulai tahun
1996, keadaan di Sulawesi Tengah cukup memprihatinkan karena dari 50
kasus suspect ditemukan 16 penderita yang positif DBD dan terjadi kematian
pada 4 penderita (CFR = 25 %)
Pada tahun 2007 jumlah kasus yang dilaporkan sejumlah 1.336 0rang
dari 8 kabupaten/kota (Banggai, Morowali, Poso, Dongala, Tolitoli, Parigi
Moutong, Buol dan Kota Palu) sedang pada kabupaten lainnya tidak
ditemukan kasus. Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue
adalah 55,75per 100.000. Pada tahun 2007 terjadi KLB dengan jumlah
penderita sebanyak 675 kasus, jumlah penduduk terancam 59.192 dengan
kematian 19 orang , Attack Rate 1,14% dan CFR 2,81%.
f. Penyakit Pneumonia Penyakit Pneumonia merupakan penyakit yang harus diperhatikan
secara serius mengingat tingginya kematian dan kesakitan penyakit ini
terutama pada balita.
Angka kesakitan penyakit Pneumonia masih cukup tinggi, berdasarkan
laporan Surveilans Terpadu penyakit berbasis Puskesmas tahun 2007
diperoleh data jumlah kunjungan Penyakit Pneumonia adalah sebanyak
13.466 kunjungan Balita dan menempati urutan ke 8 penyebab kematian (11
kematian) dari 10 penyakit penyebab kematian yang dilaporkan,
Hasil pengumpulan data profil kesehatan kabupaten/kota selama
tahun 2007, jumlah penderita balita adalah sebesar 13.466 orang. Kabupaten
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
30
kota dengan balita penderitaa pneumonia terbanyak adalah di Donggala
(3.393, Palu (2.507) dan Banggai (2.478). sedangkan yang terendah adalah
di Tojo Unauna (169), dan Poso (498). Data Pneumonia Balita perkabupaten
secara lengkap disajikan pada tabel 9.
g. Penyakit Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Sulawesi Tengah dan
sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data
dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit Diare pada
Baklita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 23.666
penderita dengan angka kesakitan penyakit Diare 20,38 per 1.000 penduduk.
Angka ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu
18, per 1.000 penduduk.
Pada tahun 2007 terjadi KLB Diare yang tersebar di 15 kecamatan
dengan total penderita 715 orang dan kematian 35 orang (CFR 4,9%).
Diare merupakan penyakit yang harus diwaspadai, artinya
penanganan yang tepat di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya
seperti Puskesmas dan lain-lain, sangat penting peranannnya dalam
mencegah kematian akibat Diare. Gambaran KLB, Attack Rate dan CFR
Diare dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.
TABEL 3. 7 KLB DIARE MENURUT JUMLAH KASUS, ATTACK RATE DAN CFR
TAHUN 2003 – 2007
Tahun
Yang diserang Jumlah Penduduk Terancam
Jumlah Penderita
Jumlah Kematian
Attack Rate
CFR %
Jmlh Kecamatan
Jmlh Desa
2003
2004
2005
2006
2007
5
8
10
25
15
6
11
48
39
20
3.923
17.211
7.685
64.240
26.906
129
379
1.278
1.120
715
11
18
70
27
35
3,29
2,20
16,63
1,74
2,66
8,53
4,75
5,48
2,41
4,9
Sumber : Subdin P2PL
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
31
h. Penyakit Rabies Penyakit Zoonotik terutama Rabies sering terjadi, merupakan salah
satu penyakit yang ditularkan binatang melalui gigitan anjing atau hewan lain
seperti anjing dan kera (binatang piaraan). Pada umumnya penyakit ini
memiliki risiko kematian yang sangat tinggi terhadap manusia bila tidak
dilakukan pencegahan sedini mungkin terhadap kasus gigitan, karena bila
terlambat penanganannya hingga timbul gejala penyakit, maka angka
kefatalannya (CFR) bisa mencapai 100 0/0 . Kasus penyakit rabies di Sulawesi
Tengah pada tahun 2006 adalah 95 kasus yang tersebar di 2 kabupaten yang
dilaporkan oleh Program PPM & PL, jumlah kematian 12 orang (CFR
12,63%)
i. Penyakit Kusta
Prevalensi Kusta di Sulawesi Tengah cenderung menurun setiap tahun
. Pada tahun 1990 prevalensi kusta 1,2%0 dan menurun pada tahun 1998
menjadi 0,33%O dan 0,22 o/oo pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi
0,17 %0. Jumlah penderita Kusta yang diobati di Puskesmas disajikan pada
lampiran tabel 12.
j. Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah
menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja
dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk
diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles,
dan Culex.
Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei
sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada
desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
32
garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka
diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2006 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak
764 orang dan yang ditangani 269 orang (35%).
k. Penyakit Schistosomiasis
Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di
Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini
di tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang
merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan
penyakit Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japanicum. Kegiatan
pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada
awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya
yakni pengobatan penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan
penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja
penduduk, pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin.
Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai
< 1%.
Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I
0,68% dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I
0,72% dan pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan
secara lintas program dan lintas sektor untuk pengembangan wilayah
endemis Schistosomiasis.
Pada tahun 2007 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi
schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 1,40 dan cyclus II tidak ada
data sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,14 dan cyclus II 1,84.
Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
secara jelas dapat dilihat pada Bab IV :
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
33
l. Penyakit Menular Lainnya. Beberapa penyakit menular lain yang perlu diwaspadai adalah
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu Tetanus
Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis.
1). Tetanus Neonatorum. Pada tahun 2007 berdasarkan laporan KLB kasus Tetanus Neonatorum yang
ditemukan sebanyak 4 kasus yang tersebar di 4 desa dan meninggal 3 orang
(CFR 75%). Dari jumlah kasus tersebut diadakan pelacakan penderita namun
hasilnya belum diketahui
Dari hasil pelacakan kasus Tetanus Neonatorum tahun sebelumnya
rata-rata tidak di imunisasi TT Ibu Hamil dan juga pertolongan persalinannya
oleh dukun tidak terlatih dan masih tingginya kepercayaan melahirkan
dengan pertolongan dukun, sehingga diperkirakan kasus pada tahun 2007
masih terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari kasus di atas
menunjukkan bahwa perlu dilaksanakannya pembekalan pada tenaga bidan
yang akan ditempatkan di desa.
Gambaran jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum selama 5
tahun erakhir dapat dilihat pada gambar III.3 berikut, sedangkan jumlah kasus
Tetanus Neonatorum selama tahun 2007 disajikan pada lampiran Tabel 31. GAMBAR III.2
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM TAHUN 2002 – 2007
0
1
2
3
4
5
0
20
40
60
80
100
120
Kasus 2 3 4 3 3 4
Meninggal 2 3 4 3 3 3
CFR 100 100 100 100 100 75
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin P2PL
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
34
Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa setiap kasus penderita
Tetahus Neonatorum semuanya terjadi kematian (CFR : 75-100%), ini diduga
karena masih tingginya kepercayaan masyarakat kepada dukun.
2). Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama tahun 2007 frekuensi KLB Campak
menempati urutan kedua, setelah KLB Diare. KLB Campak selama tahun
2007 terjadi sebanyak 10 kali yang tersebar di 9 kecamatan dengan jumlah
kasus sebanyak 482 dan 2 kematian (CFR : 0,41%) TABEL 3. 9
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 2002 – 2007
Tahun Frekuensi KLB
Jumlah Penderita
Jumlah Kematian
CFR (%)
2002
2003
2004
2005
2006
2007
19
3
1
-
24
10
345
96
1`9
-
1.040
482
8
3
2
-
5
2
2,3
3,13
10,53
-
0,48
0,41
Sumber : Subdin P2PL
m. Penyakit Tidak Menular Arus globalisasi di segala bidang semakin meningkat dan telah banyak
membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk
dalam pola konsumsi makanan. Tanpa disadari perubahan tersebut telah
memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin
meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit Jantung,
Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal dan sebagainya.
Dari program dilaporkan bahwa jumlah penderita rawat jalan di RS
penyakit Diabetes dan Hipertensi, menempati urutan 1 dan 5 dari 10 besar
penyakit terbanyak tetapi tidak termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap,
sedangkan jantung, Tumor, dan gagal ginjal tidak masuk pada 10 besar
penyakit baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
35
C. STATUS GIZI
tatus gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan
kesehatan individu, karena disamping merupakan faktor predisposisi
yang dapat memperparah penyakit infeksi, juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin yang
masih berada dalam kandungan dan bayi yang masih menyusui sangat
dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator yaitu
status gizi bayi yang diukur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
status gizi balita, status gizi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana diuraikan
berikut ini.
a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Secara umum, Propinsi Sulawesi Tengah belum mempunyai angka
untuk BBLR yang diperoleh berdasarkan survei. Pada tahun 2007 proporsi
BBLR diketahui berdasarkan laporan dari program yang melaporkan kasus
BBLR dengan jumlah 537 kasus dan yang ditangani 439 (81,75%).
Gambaran kasus BBLR dari kab/kota disajikan pada lampiran Tabel 15.
GAMBAR III. 3 JUMLAH BAYI LAHIR BBLR DAN DITANGANI
TAHUN 2005 – 2007
520432
792 765
537439
0
500
1000
BBLR 520 792 537
Ditangani 432 765 439
2005 2006 2007
Sumber : subdin Binkesmas
S
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
36
GAMBAR III. 4 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA
PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007
Sumber Data : Subdin Binkesmas (LaporanPSG)
buruk; 5,3lebih; 2
kurang; 2
baik; 68,9
b. Gizi Balita Dari hasil pemantauan status gizi (PSG) selama tahun 2007 dari 30.817
Balita yang di ukur terlihat bahwa 1.624 (5,3%) yang mengalami gizi buruk,
6.241 (20,3%) gizi kurang, 21.234 (68,9%) gizi baik dan 615 (2%) balita yang
mempunyai gizi lebih.
Dari hasil pemantauan status gizi
dari tahun 2001 sampai dengan 2006
diperoleh prevalensi status gizi buruk
dan kurang sebagaimana disajikan
pada gambar dibawah ini.
GAMBAR III.5 PREVALENSI BALITA STATUS GIZI BURUK DAN GIZI KURANG MENURUT INDEKS BERAT BADAN-UMUR, TAHUN 2001-2007
3,531,77 1,66 1,95 1,96 1,7
5,3
11,7913,28
12,3614,24
12,94 13,5
20,3
0
5
10
15
20
25
Gizi Buruk 3,53 1,77 1,66 1,95 1,96 1,7 5,3
Gizi Kurang 11,79 13,28 12,36 14,24 12,94 13,5 20,3
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Bina Kesmas
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
37
c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Prevalensi GAKY di Provinsi Sulawesi Tengah selama kurun waktu 5
tahun terakhir telah mengalami penurunan sebesar 34 % dari keadaan
sebelumnya yaitu 16,5% pada tahun 1998 menjadi 10,8% pada tahun 2003,
sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yaitu
11%. Pada tahun 2007 belum terseda data mengenai GAKY.
Tabel 3. 10 PREVALENSI GAKY MENURUT KAB/KOTA
TAHUN 1998-2003
No.
Kabupaten/Kota
Prevalensi GAKY
1998 2003
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Palu Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Banggai Banggai Kepulauan Tolitoli Buol
14,27 19,59
- 21,77
- 8,30
- 13,34
-
9,0 8,8 3,7 27,1 9,8 6,5 14,8 3,0 -
Sumber Data : Subdin Binkesmas/Sie Gizi
Walaupun secara provinsi terjadi
penurunan prevalensi GAKY,
namun keadaan ini belum merata
untuk semua kabupaten, seperti
terlihat pada tabel diatas,
penurunan prevalensi GAKY tidak
terjadi di kabupaten Poso,
malahan cenderung meningkat
dari keadaan sebelumnya yaitu
dari 21,77% menjadi 27,1%.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
38
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
alam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai
upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan
gambaran situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2007.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
paya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah sudah dapat
diatasi.
Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu
yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan
hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai
D
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
39
pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
Promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan
K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapat
pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Gambaran cakupan ibu
hamil K1 dan K4 dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut
ini.
GAMBAR IV.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007
Sumber : Subdin Binkesmas
Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil selama tahun
2006, dapat dilihat pada Gambar IV.2 dibawah ini.
0
20
40
60
80
100
120
Pers
en
K1 91,19 88,06 86,2 95,64
K4 85,92 77,71 74,67 78,8 82,54
2003 2004 2005 2006 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
40
GAMBAR IV. 2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
52,99
70,32
71,99
72,5
75,87
84,29
84,99
88,85
93,96
103,5
0 20 40 60 80 100 120
Banggai Kepulauan
Poso
Morowali
Tojo Una-Una
Toli-Toli
Donggala
Parigi Moutong
Buol
Palu
Banggai
PERSENTASE
Sumber : Subdin Binkesmas
Gambaran diatas menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan
persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Banggai (103,50%), Palu
(93,96%) sedangkan cakupan terendah adalah di Banggai Kepuylauan (52,99%),
Poso (70,32%),
Gambaran persentase cakupan pelayanan ibu hamil K4 menurut
kabupaten/kota pada tahun 2007, secara rinci disajikan pada Lampiran Tabel 17.
b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan
meningkat sekitar 21,15% yaitu 57,97% pada tahun 2002 dan 79,12% pada
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
41
tahun 2007. Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2002-
2007 dapat dilihat pada gambar IV.3 berikut ini . GAMBAR IV.3
PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2002-2007
57,96
81,71 77,871,02
78,51 79,12
0102030405060708090
2002 2003 2004 2005 2006 2007
PER
SEN
TASE
Sumber : Subdin Binkesmas Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota
dapat dilihat pada gambar IV.4 berikut .
GAMBAR IV. 4
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2007
45,48
53,09
63,53
65,77
73,07
87,47
87,64
87,73
92,5
94,59
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Banggai Kepulauan
Poso
Tojo Una-Una
Toli-Toli
Morowali
Buol
Palu
Donggala
Parigi Moutong
Banggai
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota
Pada gambar IV. 4 tersebut diatas terlihat bahwa beberapa kabupaten dengan
cakupan tertinggi yaitu Banggai (94,59%), Parigi Moutong (92,50%), sedang
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
42
kabupaten dengan cakupan terendah adalah Banggai Kepulauan (45,48%) dan
Poso (53,09%).
c. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang dirujuk
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan
Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memeiliki risiko tinggi (Risti) dan
memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam
memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan
keunit pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil
dengan kondisi risiko tinggi yang dirujuk pada tahun 2007 mengalami kenaikan
menjadi 21,24% bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2006 sebesar
20,07%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar IV. 5 berikut ini.
GAMBAR IV. 5
PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI YANG DIRUJUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
6,89
6,94
7,04
7,22
12,42
19,6
25,13
27,71
29,82
42,09
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Poso
Morowali
Palu
Banggai Kepulauan
Tojo Una-Una
Parigi Moutong
Banggai
Toli-Toli
Buol
Donggala
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
43
Sumber : Subdin Binkesmas Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa kabupaten/kota yang dengan
cakupan tertinggi adalah di kabupaten Donggala (42,09%), Buol (29,82%),
sedangakan kabupaten dengan cakupan terendah adalah Poso (6,89%) dan
Morowali (6,94%). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel. 28.
d. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali
lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan
konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama
periode tahun 2002-2007 dapat dilihat pada gambar IV.6 berikut ini.
GAMBAR IV. 6
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN 2003-2007
80,06 87,34 80,22 85,69 83,47
0
30
60
90
120
150
2003 2004 2005 2006 2007
PER
SEN
TASE
Sumber : Subdin Binkesmas
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
44
Hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari
kabupaten/kota tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan
neonatus adalah sebesar 83,47%, turun 2,22% dari tahun sebelumnya yaitu
85,669% pada tahun 2006. Cakupan kunjungan neonatus menurut
kabupaten/kota tahun 2006 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 15.
GAMBAR IV. 7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
46,8566,7
70,5872,9873,09
78,3789,71
95,2997,7998,79
0 20 40 60 80 100Banggai Kepulauan
Tojo Una-UnaPoso
MorowaliToli-ToliBanggai
BuolPalu
DonggalaParigi Moutong
PER
SEN
TASE
Sumber Data : Subdin Binkesmas
e. Kunjungan Bayi
Hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari
kabupaten/kota tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan
bayi secara provinsi sebesar 58,25%. Kabupaten dengan cakupan kunjungan
bayi tertinggi adalah Parigi Moutong (77,14%), Donggala (71,19%) sedangkan
yang terendah adalah di kabupaten Banggai Kepulauan (38,03%), Poso
(39,44%). Rincian cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota dapat dilihat
pada lampiran tabel 15.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
45
GAMBAR IV. 8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
38,03
39,44
47,96
49,42
50,24
55,26
57,38
64,19
71,19
77,14
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Banggai Kepulauan
Poso
Buol
Banggai
Palu
Toli-Toli
Morowali
Tojo Una-Una
Donggala
Parigi Moutong
PER
SEN
TASE
Sumber Data : Profil Kesehatan Kab/Kota 2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan
pemantauan terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak prasekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan
kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun
peranserta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter
kecil. Menurut hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari
kabupaten/kota tahun 2007, dibandingkan dengan tahun 2006, cakupan
pelayanan kesehatan anak balita (prasekolah) serta pelayanan kesehatan anak
siswa SD/MI menunjukkan adanya peningkatan. Sedangkan pelayanan
kesehatan anak siswa SMP/SMU tidak tersedia data. Dalam pelayanan
kesehatan kelompok balita dan anak pra sekolah selama tahun 2007, kabupaten
dengan cakupan tertinggi adalah di Poso (94,14%) dan yang terendah adalah
Buol (71,13%).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
46
Untuk pelayanan kesehatan kelompok Siswa SD/MI dan kelompok usia
remaja tidak tersedia data.
Data lengkap terkait dengan pelayanan kesehatan kelompok anak
balita/pra sekolah, kelompok anak sekolah dasar/MI dan kelompok anak usia
remaja (SMP/SMU) dapat dilihat pada lampiran tabel 18.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator,
pencapaian target KB Baru, cakupan peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia
Subur (PUS), dan persentase peserta KB Aktif Metoda Kontrasepsi Efektif
Terpilih (MKET).
1). Pelayanan Peserta KB Baru
Pencapaian target peserta KB baru dari tahun 2003-2007 mengalami
penurunan yaitu 22,55% pada tahun 2003 menjadi 10,96% pada tahun 2007.
Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 2007, persentase
peserta KB Baru tertinggi di kabupaten Tolitoli (17,79%), Banggai (12,73%) dan
terendah di Banggai Kepulauan (5,53%) dan Tojo Unauna (7,63%).
Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Baru di
Sulawesi Tengah tahun 2002 – 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
TABEL 4. 1 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
PESERTA KB BARU TAHUN 2002-2007 Tahun Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi
IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tab. Vagina
2002 2,37% 51,48% 42,97% 0,26% 2,31% 0,70% 0,09 % 2003 6,32% 44,62% 43,33% 0,12% 4,74% 0,83% 0,04% 2004 2,15% 52,16% 40,10% 0,65% 4,40% 0,54% 0 2005 1,53% 49,00% 44,05% 0,65% 4,34% 0,42 0 2006 1,68% 48,69% 40,90% 0,73% 7,57% 0,43% 0 2007 2,08% 46,65% 41,49% 0,87% 8,57% 0,33 0
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
47
Dari tabel tersebut pada tahun 2007 tampak adanya penurunan
persentase penggunaan alat kontrasepsi Suntik, dan MOP/Mow sedangkan alat
kontrasepsi lainnya mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya.
2). Pelayanan Peserta KB Aktif Perkembangan Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS selama 2001-
2007 dapat dilihat pada gambar IV.9 sebagai berikut :
GAMBAR IV.9.
PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF TERHADAP PASANGAN USIA SUBUR 2001-2007
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Dari gambar tersebut diatas tampak persentase cakupan peserta KB Aktif
terhadap PUS terlihat berfluktuasi, dan menjadi 63,74% pada tahun 2007.
Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 20067,
persentase cakupan peserta KB Aktif terhadap PUS menurut kabupaten/kota
menunjukkan bahwa persentase cakupan tertinggi terdapat di Poso (69,50%),
sedangkan yang terendah berada di Buol yakni 59,66% . Untuk jelasnya dapat
dibaca pada lampiran tabel 19.
Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Aktif
tahun 2002 – 2007 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
61,6771,9 63,57 63,74
71,37 67,6870,16
0
30
60
90
120
150
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
48
TABEL 4.2 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
PESERTA KB AKTIF TAHUN 2002-2007
Tahun Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tab.
Vagina 2002 8,15% 38,37% 45,49% 0,08% 8,03% 2,31% 0,09 % 2003 8,76% 38,01% 43,06% 0,12% 7,31% 2,70% 0,04% 2004 7,84% 37,74% 43,79% 0,10% 7,91% 2,60% 0 2005 8,39% 39,20% 42,32% 0,12% 7,16% 1,71% 0 2006 8,27% 39,51% 43,03% 0,12% 7,32% 1,75% 0 2007 7,67% 39,26% 42,85% 0,25% 7,76% 2,21% 0
Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng
Dari tabel tersebut tampak adanya peningkatan persentase penggunaan alat
kontrasepsi Pil KB, Suntik, Implant dan MOP/MOW, pada tahun 2006 sedangkan
alat kontrasepsi IUD terjadi penurunan sementara penggunaan Kondom tetap
seperti tahun sebelumnya.
3). Pelayanan Kontrasepsi Efektif Terpilih
Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) merupakan suatu metode
yang efektif dalam upaya menjarangkan kehamilan karena mempunyai daya
ungkit besar dalam upaya menurunkan total fertility rate (TFR). Yang termasuk
dalam MKET ini antara lain IUD, metode operasi, dan implant. Persentase
cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2007
dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
TABEL 4. 3 JUMLAH DAN PERSENTASE KB AKTIF METODE MKET
MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
No
Kabupaten/Kota
JUMLAH PESERTA KB-MKET
JUMLAH
% IUD MOP/MOW IMPLANT
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Parigi Moutong Tolitoli Buol Palu Tojo Una-una
0 178
6 142 368 87 2
80 18
273
0 13 18 10 38 2 5
14 4
80
85 208 408 342
1.523 484 114 729 436 416
85 399 432 494
1.929 573 121 823 458 769
1,4 6,55 7,10 8,12
31,71 9,42 1,96
13,53 7,53
12,64 Provinsi 1.154 184 4.745 6.083 100%
Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
49
Dari data tersebut diatas dapat digambarkan Persentase Cakupan peserta
KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2006 sebagai berikut :
GAMBAR IV. 10
PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF DENGAN MKET MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007
Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng
Persentase cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut
kabupaten/kota selama tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan
tertinggi terdapat di Donggala yaitu 31,71% kemudian disusul dengan Kabupaten
Parigi Moutong (13,53%) dan kota Palu (12,64%). Sedangkan yang terendah
adalah di kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 1,40%.
4. Pelayanan Imunisasi
Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari
Departemen Kesehatan yang dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian
Indonesia Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai “Universal Child
Immunization” (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan
imunisasi Campaknya ≥ 80%. Dari sejumlah desa/kelurahan yang melapor pada
tahun 2006, sebanyak 72,59% mencapai UCI. Cakupan UCI yang relatif masih
Bangkep; 1,4
Touna; 7,53Palu; 12,64
Buol; 1,99
Tolitoli; 9,42
Pamong; 13,53
Donggala; 31,71
Poso; 8,12
Morowali; 7,1
Banggai; 6,56
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
50
rendah antara lain akibat tingginya angka drop out (DO). Hal ini tampak dari
masih adanya beberapa kabupaten dengan angka DO DPT1-Campak yang
melebihi batas toleransi (>10%).
Data pencapaian UCI menurut kabupaten tahun 2007 dapat dilihat pada
lampiran tabel 22.
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4
Kali), Hepatitis-B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali), yang dilakukan melalui
pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2003-2006 dapat dilihat pada
Gambar IV. 11 berikut ini.
GAMBAR IV. 11
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN 2003 – 2007
0
50
100
150
PER
SEN
TASE
DPT-1 100,57 102,8 86,2 108,54 94,23
CAMPAK 84,16 89,46 78,94 97,09 93,49
DO 16,3 12,98 8,43 10,5 0,78
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin P2PL
Pada gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa angka drop out (DO)
DPT 1 – Campak selama 5 tahun terakhir berkisar antara 16,30% - 0,78%.
Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2007 yang diukur dari
imunisasi Campak, cakupan tertinggi dicapai kota Palu (108,16%), Tojo Unauna
(105,04%), sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah kabupaten
Morowali (71,11%) dan Parigi Moutong (85,05%). Rincian cakupan imunisasi
bayi menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 23.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
51
Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2003 – 2006 dapat
dilihat pada Gambar IV. 12 berikut ini. Cakupan TT ibu hamil tahun 2007 tidak
ada data.
GAMBAR IV. 12 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2003 – 2006
0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%
100,00%
TT-1 82,85% 78,81% 76,11% 76,74%
TT-2 75,48% 71,49% 70,08% 67,07%
2003 2004 2005 2006
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa pada kurun waktu 2003-2005
cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil mengalami penurunan, dan
pada tahun 2006 cakupan imunisasi TT-1 sedikit mengalami kenaikan
sedangkan TT-2 tetap menurun dari tahun sebelumnya. Cakupan imunisasi TT-2
pada tahun 2003 sebesar 75,48% menurun menjadi 67,07% pada tahun 2006.
Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi pada tahun 2006 adalah di Parigi
Moutong (98,82%) dan kota Palu (86,02%), sedangkan yang terendah adalah di
Poso (15,92%) dan Morowali (47,92%), sementara kabupaten Buol tidak ada
data. Data selengkapnya tentang cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 ibu hamil
dapat dilihat pada lampiran tabel 25.
5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra
Usia Lanjut dan Usia Lanjut , dimana pada kelompok ini biasanya banyak
mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
52
Gambaran pencapaian pelayanan kesehatan kelompok Pra Usia Lanjut dan Usia
Lanjut hasil pengumpulan data/pemutakhiran data dalam dua tahun terakhir
dapat dilihat pada Gambar IV. 13 berikut ini.
GAMBAR IV. 13
PERSENTASE KELOMPOK PRA USILA DAN USILA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
TAHUN 2004-2007.
5,76
14,26
24,3419,98
0
5
10
15
20
25
30
2004 2005 2006 2007
PERSENTASE
Sumber : Subdin Binkesmas Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa presentase kelompok Pra
Usila dan Usila yang mendapat pelayanan kesehatan selama tahun 2004-2006
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yakni 5,76% pada tahun 2004, 14,26%
pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 menjadi 24,34%.
Persentase cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dan Usila menurut
kabupaten/kota disajikan pada lampiran tabel 38.
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
paya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara
rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan ringan
dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui
rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan
sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas
dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
53
rawat jalan sedangkan Rumah Sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di
samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga
melayani untuk kunjungan rawat jalan.
Gambaran pencapaian pelayanan kunjungan rawat jalan dan pasien rawat
inap hasil pengumpulan data dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar IV. 14.
GAMBAR IV. 14
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN PASIEN RAWAT INAP DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2004 - 2007
1.609.826
70.224
1.749.407
133.815
2.110.401
73.187
1.794.027
84.078
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
2004 2005 2006 2007
Rawat Jalan Rawat Inap
Sumber : Seksi Rumah Sakit Berdasarkan gambar tersebut diatas terlihat bahwa pelayanan kesehatan
untuk rawat jalan selama tahun 2007 turun menjdi 1.794.027 dibanding tahun
2006 sebanyak 2.110.401, sedangkan rawat Inap terjadi peningkatan dari 73.187
pada tahun 2006 menjadi 84.078 pada tahun 2007.
Sedangkan secara rinci jumlah kunjungan rawat jalan dan pasien rawat
inap di sarana pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota selama tahun 2007
disajikan pada lampiran tabel 42.
1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indicator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
54
hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang
waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal
(GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan
(NDR).
a. Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Angka penggunaan tempat tidur (BOR) adalah indikator yang digunakan
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Rata-rata BOR
rumah sakit di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah 52,7% dengan kisaran
terendah 7% (RS Kabelota Donggala) dan tertinggi RSU Undata dan RSU
Anutapura masing-masing (78,%) dfan 76,8%.
b. Rata-Rata Lama Perawatan (LOS)
Rata-rata lama perawatan di Rumah Sakit (LOS = Length Of Stay)
merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah
sakit . Rata-Rata LOS pada RSU di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah
sebesar 4,7 hari. LOS tertinggi terdapat di RSJ Madani yaitu 9,7 hari perawatan
dan yang terendah di RS Kabelota Donggala yaitu 2,6 hari perawatan.
c. Interval Penggunaan Tempat Tidur (TOI/Turn Over Interval) Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata jumlah hari TT tidak terpakai dari
saat kosong sampai saat terisi berikutnya. Angka ini merupakan salah satu
indikator tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Standard TOI adalah 1 – 3 hari.
Rata-rata TOI di RSU Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah 4,2 hari, TOI di RSU
Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah berkisar 1,3-34,2 hari, TOI terendah di RSU
Anutapura dan RSU Mokopido Tolitoli (1,3) kemudian RSU Undata (1,5) dan
yang tertinggi adalah RSU Kabelota Donggala (34,2) hari hari. Bila dibandingkan
dengan standard TOI maka keadaan RSU di Sulawesi Tengah menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi RSU masih rendah.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
55
d. Angka Kematian Umum (GDR/Gross Death Rate)
Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian total pasien rawat inap
yang keluar RS per 100 penderita keluar hidup dan mati. Indikator ini
menggambarkan kualitas pelayanan suatu RS secara umum, meskipun GDR
dipengaruhi juga oleh angka kematian ≤ 48 jam yang umumnya merupakan
kasus gawat darurat. Rata-rata GDR di RSU Sulawesi Tengah pada tahun 2007
adalah 27,2%0 GDR tertinggi di RSU Luwuk (37,6%0 ) dan yang terendah di RSB
Tinatapura (12,1%o).
e. Angka Kematian Netto (NDR/Nett Death Rate)
Nett Death Rate (NDR) adalah angka kematian ≥ 48 jam pasien rawat
inap per 100 penderita keluar (hidup + mati). Indikator ini berguna untuk
mengetahui kualitas pelayanan rumah sakit.
Rata-rata NDR di RSU Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah 11,4 %o , dengan
NDR tertinggi di RSU Sinar Kasih Tentena (27,8%o) dan yang terendah di RS
Mokopido Tolitoli (6,7 %o)
Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.15 berikut ini. GAMBAR IV.15
PENCAPAIAN INDIKATOR BOR, GDR, NDR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT TAHUN 2005-2007
64
47,352,7
10
27,5 27,2
4
11,2 11,45 4,3 4,7 6 4,8 4,2
0
10
20
30
40
50
60
70
BOR GDR NDR LOS TOI
2005 2006 2007
Sumber : Seksi Rumah Sakit
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
56
Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa pemakaian
tempat tidur di rumah sakit selama tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu 47,3
pada tahun 2006 menjadi 52,7 pada tahun 2007, hal ini terjadi karena mungkin
disebabkan adanya beberpa RS yang baru operasional pada tahun 2006 sudah
operasional penuh pada tahun 2007. Banyak faktor yang mempengaruhi angka
BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit
dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari
pelayanan tidak terlalu tinggi perkembangannya atau perlu adanya pemisahan
perhitungan BOR pada Rumah Sakit Khusus.
Meningkatnya angka GDR dan NDR pada tahun 2007, perlu ditindaklanjuti
dengan strategi baru dalam pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan termasuk prosedur rujukan.
Sedangkan indikator pemakaian tempat tidur (TOI) dan lamanya hari
rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur tidak banyak
mengalami perubahan. Gambaran secara rinci indikator pelayanan kesehatan di
RS menurut kabupaten/kota tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 63.
2. Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi Hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan
kabupaten/kota menunjukkan bahwa Cakupan pelayanan ibu hamil risiko tinggi
yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2007
menunjukkan sedikit kenaikan menjadi 21,24% dibandingkan tahun 2006
sebesar 20,07%. Kabupaten yang cakupannya tertinggi adalah kabupaten
Donggala (42,09%), Buol (29,82%), sedangkan yang terendah adalah kabupaten
Poso (6,89%).
Untuk pelayanan neonatus memiliki risiko tinggi yang dirujuk dan
mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2007 menunjukkan
kenaikan menjadi 36,55% dibandingkan cakupan tahun 200 (26,57%).
Persentase ibu hamil risiko tinggi dan neonatus risiko tinggi yang dirujuk dan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
57
mendapat pelayanan kesehatan dalam dua tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar IV. 16.
GAMBAR IV. 16
PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI DIRUJUK DAN MENDAPAT PENANGANAN KESEHATAN
TAHUN 2005 – 2007
93,22
2,65
20,07 26,5721,24
36,55
0102030405060708090
100
PER
SEN
TASE
2005 2006 2007
Bumil Risti Dirujuk&Ditangani Neonatus Risti Dirujuk&Ditangani
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Persentase cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok ibu hamil dan
neonatus dengan risiko tinggi yang dirujuk menurut kabupaten/kota selama tahun
2007 disajikan tabel 28.
3. Pemanfaatan Obat Generik
Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas.
Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi
oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di
fasilitas kesehatan.
Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan
kabupaten/kota penulisan resep obat generik selama tahun 2006 adalah
sejumlah 469.226 lembar (91,01%) dari total jumlah resep yaitu 515.551 lembar.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
58
Angka ini masih kasar karena laporan dari apotek-apotek Swasta masih banyak
yang belum menyampaikan laporannya, khususnya apotek di kota Palu belum
ada yang menyampaikan laporannya. Dan pada tahun 2007 tidak tersedia data.
C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
paya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada
pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan
penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara
cepat melalui pengobatan penderita.Di samping itu pelayanan lain yang diberikan
adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan
faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta
peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit
menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai
upaya tersebut seperrti berikut ini.
1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulang Kejadian Luar Biasa
(KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit
berpotensi wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang
dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi
dampak negatif yang dapat ditimbulkan.
Persentase desa/kelurahan yang terkena KLB dan mendapat penanganan
dalam kurun waktu < 24 jam selama tahun 2007 terjadi penurunan menjadi
81,17% dibandingkan laporan pada tahun 2006 sebesar 91,12%. Gambaran
desa terkena KLB dan penanganan < 24 jam menurut kabupaten/kota selama
tahun 2007 disajikan dalam lampiran tabel 30.
Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil dari
kabupaten/kota selama tahun 2005-2007 jumlah desa/kelurahan yang
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
59
melaporkan terkena KLB dan yang mendapatkan penanganan kurang dari 24
jam dapat dilihat pada Gambar IV. 17 berikut.
GAMBAR IV. 17
JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG TERKENA KLB DAN MENDAPATKAN PENANGANAN < 24 JAM
TAHUN 2005 – 2007
9066
169154 154
125
0
50
100
150
200
2005 2006 2007
Desa KLB Ditangani < 24 Jam
Sumber : Profil Kes Kab/kota
Sedangkan Subdin P2PL mencatat jumlah kasus KLB selama tahun 2007
sebanyak 11 jenis penyakit dengan jumlah 2.361 penderita dan 67 kematian
(CFR 2,84%). Beberapa penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi adalah
penyakit Diare (715 penderita) dengan 35 kematian (CFR 4,90%), dan penyakit
Demam Berdarah Dengue (675 penderita) dengan 19 kematian (CFR 2,81%).
CFR tertinggi terjadi pada penyakit Tetanus Neonatorum (CFR 75%) dari
4 penderita (kasus) yang terjadi.
Jumlah penderita dan kematian, CFR KLB menurut jenis KLB pada tahun
2007 disajikan pada lampiran tabel 31.
2. Pemberantasan Penyakit Polio. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan
melalui gerakan imunisasi Polio. Upayah ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan
surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid
Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu,
untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
60
masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan surveilans, akan dilakukan
pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang
menyerang masyarakat. Dari hasil pemeriksaan selama tahun 2007 tidak
ditemukan adanya infeksi virus Polio Liar pada kasus AFP yang ditemukan.
Sementara itu cakupan imunisasi Polio pada bayi selama tahun 2007 sebesar
91,84%. Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah di Banggai Kepulauan
(108,43%), Poso (106,81%), Tojo Unauna (104,50%), sedangkan yang terendah
adalah di Morowali (71,11%) dan Tolitoli (80,32%). Rincian cakupan imunisasi
Polio-4 menurut kabupaten/kota tahun 2007 disajikan pada Lampiran Tabel 23.
3. Pemberantasan TB - Paru Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan
dengan pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcource) atau
pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan
Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan
pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan
paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2007
ditemukan TB Paru Klinis sebesar 19.800 penderita dengan BTA+ sebanyak
1.954 penderita dan tingkat kesembuhan tahun 2006 sebesar 86,46%.
Persentase TB Paru sembuh dapat dilihat pada lampiran tabel 9.
4. Pemberantasan Penyakit ISPA
Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Ifeksi Saluran Pernafasan
Akut (P2-ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata
laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang
ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam
penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang lebih
dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan
MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
61
namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan
peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas
pelayanan yang lebih lengkap. Dari hasil pertemuan pemutahiran
data/pengumpulan data profil dari kabupaten/kota selama tahun 2004-2007
terlihat bahwa persentase cakupan penemuan dan pengobatan Pneumonia pada
balita seperti terlihat pada Gambar IV. 19 berikut.
GAMBAR IV. 18
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN) KASUS PNEUMONIA PADA BALITA
TAHUN 2004-2007
97,46 91,84 97,19 100
0
30
60
90
120
150
2004 2005 2006 2007
PER
SEN
TASE
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
5. Penanggulangan Penyakit HIV/AID dan PMS
Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit
HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan
juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara
dini.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap
darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular
Seksual (PMS), seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan
suntikan (IDU), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan).
Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun 2002
yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2005 sudah
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
62
terdapat 22 kasus dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 38 kasus dan pada
tahun 2007 meningkat lagi menjadi 64 kasus yang menyebar di 8 kabupaten/kota
dengan kasus terbanyak di kota Palu (34 kasus) dan kabupaten Tolitoli 15 kasus
dan terendah di kabupaten Poso 1 kasus.
Dari program dilaporkan bahwa berdasarkan golongan umur, pengidap
infeksi HIV yang ditemukan terbanyak pada kelompok umur 25-29 tahun (16
kasus) kemudian disusul pada kelompok umur 20-24 tahun (14 kasus), Jumlah
pengidap infeksi HIV secara rinci diuraikan pada tabel Iv.4 berikut. TABEL 4.4
JUMLAH PENGIDAP INFEKSI HIV BERDASARKAN GOLONGAN UMUR YANG DITEKUMAKAN DAN MELAPORKAN TAHUN 2002-2007
NO. KABUPATEN/KOTA GOLONGAN UMUR 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 JUMLAH
1 Banggai Kepulauan - - - - - - 2 Banggai - - - - - - 3 Morowali 0 0 0 1 0 1 4 Poso 0 1 0 0 0 1 5 Donggala 1 2 1 0 0 4 6 Perigi Moutong 0 0 1 0 0 1 7 Tolitoli 1 4 3 2 1 11 8 Buol 0 0 0 0 0 0 9 Tojo Una-una 0 0 0 0 0 0
10 Palu 0 7 11 1 1 20 Total 2 14 16 4 2 38
Sumber : Subdin P2PL
Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya
sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku
seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui
suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran
HIV/AIDS. TABEL 4.5
JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV YANG DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2007
NO KABUPATEN/KOTA AIDS HIV1 Palu 3 21 2 Donggala 1 4 3 Morowali 1 0 4 Tolitoli 0 11 5 Parigi Moutong 1 1 6 Poso 0 1 7 8
Total 6 38 Sumber : Subdin P2PL
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
63
Sedangkan kabupaten/kota yang melaporkan dan menemukan kasus AIDS dan
infeksi HIV dapat dilihat pada tabel IV.5 berikut.
Dari 6 kasus AIDS tersebut diatas semuanya ditemukan di Rumah Sakit
karena adanya 10 infeksi oportunistik pada penderita. Dari 6 kasus tersebut, 4
diataranya sudah meninggal dunia.
Kasus AIDS yang ditemukan semuanya pada laki-laki, sedangkan infeksi
HIV lebih banyak ditemukan pada perempuan (63,16%), sedangkan yang
ditemukan pada laki-laki lebih rendah (36,84%). Kasus AIDS dan infeksi HIV
menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut.
TABEL 4.6 JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV BERDASARKAN JENIS KELAMIN
DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2006
NO. Kabupaten/Kot
a A I D S H I V
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
1 2 3 4 5 6
Palu Donggala Morowali
Tolitoli Parigi Moutong
Poso
3 1 1 0 1 0
0 0 0 0 0 0
3 1 1 0 1 0
21 4 0
11 1 1
Total 6 0 6 38 Sumber : Suibdin P2PL
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es
(iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil
daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah
penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum diketahui
dengan pasti.
6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi
masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang nyamuk
(gerakan 3 M), Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau angka
bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah
tangga,
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
64
Menurut laporan dari Subdin P2PL pada tahun 2007 terjadi KLB dengan
jumlah penderita 675 , jumlah penduduk terancam 59.192 (attack rate 1,14%),
CFR = 2,81%.Sedangkan menurut hasil pemutahiran data profil dari
kabupaten/kota diperolah data jumlah kasus selama tahun 2007 sebesar 1.336
kasus yang terjadi di 8 kabupaten/kota yaitu di Palu, Parigi Moutong, Toli-toli,
Donggala, Poso, Morowali, Banggai dan Buol (79,27% ditangani). Kasus
terbanyak terjadi di Palu (828 kasus) dan Donggala (96 kasus), dan yang
terendah di Buol (2 kasus) sedangkan Banggai Kepulauan, dan Tojo Una-una
dilaporkan tidak ada kasus. Gambaran penemuan dan penanganan penderita
DBD menurut hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari pemegang program
selama dua tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar IV.20 berikut ini. GAMBAR IV .9
JUMLAH KASUS DBD DITEMUKAN DAN DITANGANI TAHUN 2005 – 2007
800
620 658 658
1336
1059
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
2005 2006 2007
Kasus Ditemukan Kasus Ditangani
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
7. Pemberantasan Penyakit Malaria Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat
merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit
malaria disamping pengendalian vektor potensial.
Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari
kabupaten/kota data penderita klinis ditemukan tahun 2007 adalah sebesar
73.284 kasus dan diobati 70.179 (95,76%). Jumlah kasus malaria positif adalah
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
65
9.379 dengan angka kesakitan 3,91 per 1.000 penduduk, terjadi sedikit
penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 3,99 per 1000 penduduk.
Dari program dilaporkan bahwa selama tahun 2007 terjadi KLB malaria
dengan jumlah penderita sebesar 209 orang orang (CFR 0%). Rincian jumlah
penderita malaria yang diobati oleh institusi pelayanan kesehatan pada tahun
2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 11.
8. Pemberantasan Penyakit Kusta Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit kusta antara lain adalah
melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei
kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan
dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta
Semua pendereita yang ditemukan langsung diberikkan pengobatan paket
MDT yang terdiri atas Rifampicin, Klampren, dan DDS selam kurun waktu
tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah
akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayuanan kesehatan memiliki
fasilitas pelayanan lebih lengkap.
Sedangkan berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil
kabupaten/kota diperoleh data bahwa jumlah penderita yang ditemukan selama
tahun 2007 adalan 112 penderita dan Release From Treatment 93 (RFT
83,04%).
9. Pemberantasan Penyakit Filaria Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah
menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan
produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan
sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles, dan Culex.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
66
Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei
sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada
desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan
garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka
diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2007 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 764
orang dan yang ditangani 269 orang (35%). Rincian jumlah kasus Filariasis yang
ditangani pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 13.
10. Penyakit Schistosomiasis
Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di
Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini di
tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang
merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan penyakit
Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japanicum. Kegiatan pemberantasannya
secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada awalnya dititik
beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni pengobatan
penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan,
pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk,
pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin.
Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1%.
Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I 0,68%
dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I 0,72% dan
pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan secara lintas
program dan lintas sektor untuk pengembangan wilayah endemis
Schistosomiasis.
Pada tahun 2006 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi
schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 0,52 dan cyclus II adalah 0,23
sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,55 dan cyclus II 1,21 dan Sulawesi
Tengah cyclus I adalah 1,19 dan cyclus II 0,76. Pada tahun 2007 terjadi
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
67
peningkatan pada daerah Napu, karena adanya pembukaan lahan baru, sedang
pada daerah Lindu tidak ada data tentang cyclus II karena tidak ada dana untuk
melakukan kegiatan tersebut.
Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini :
TABEL 4.7
PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2003-2007
No.
Lokasi
2003 2004 2005 2006 2007
Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cyc I Cycl II
1.
2.
3.
Lindu
Napu
Sulteng
0,57
0,69
0,66
0,54
0,63
0,61
0,17
0,52
0,40
O,17
1,28
1,01
0,66
1,02
0,93
0,40
0,64
0,57
0,52
1,55
1,19
0,23
1,21
0,76
1,40
1,14
1,20
-
1,84
-
Sumber : Subdin P2M-PL Dinkes Prop. Sulteng
Dari data tersebut diatas gambaran prevalensi Schistosomiasis di Lindu dan
Napu dapat dilihat pada gambar IV.20 dan IV.21 sebagai berikut :
Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes
Sedangkan gambaran prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi
Tengah tahun 2001-2006 dapat dilihat pada Gambar IV.22 berikut.
1,4
0,220,33 0,29
0,520,66
0,17
0,570,23
0,40,17
0,540,75
00,20,40,60,8
11,21,41,6
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cycle I Cycle II
1,14
1,84
0,69
1,021,55
0,520,960,73
0,63
1,28
0,64
1,211,138
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
2
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Cycle I Cycle II
GAMBAR IV.20 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS
DI LINDU TAHUN 2001 - 2007
GAMBAR IV.21 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS
DI NAPU TAHUN 2001 - 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
68
GAMBAR IV. 22 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2001-2006
Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes
D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
aktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses
timbulnya gangguan kesehatan baik secara individu maupun
masyarakat umum. Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil atau
meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat
dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam
peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan pembinaan kesehatan
lingkungan pada masyarakat dan institusi, saurveilans vektor dan pengawasan
Tempat-Tempat Umum (TTU).
1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan
institusi yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang
dilakukan secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya
pemantauan, penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek
penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah,
sirkulasi udara, pencahayaan , dan lain-lain.
F
0,86
0,660,40
0,931,19
0,760,95
0,85 0,61
1,01
0,570,76
00,20,40,60,8
11,21,4
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Cycle I Cycle II
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
69
Hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan dari
kabupaten/kota selama dua tahun terakhir dalam kaitan pembinaan kesehatan
lingkungan pada institusi dapat dilihat pada Gambar IV. 23 berikut. GAMBAR IV. 23
JUMLAH INSTITUSI TERDAFTAR DAN DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA
TAHUN 2005- 2006
27.068
15.44112.755 11.215
05.000
10.00015.00020.00025.00030.000
2005 2006
Terdaftar Dibina
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa jumlah institusi yang dibina
selama tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 72,63% dibanding cakupan
2005 sebesar 47,12%. Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya
menurut kabupaten/kota tahun 2007 tidak dapat diuraikan disini karena banyak
data yang tidak tersedia dapat dilihat pada lampiran tabel 51.
2. Surveilans Vektor Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial
dalam menularkan penyakit antara lain nyamuk. Kegiatan yang dilakukan
meliputi survei vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi
pengendaliannya. Hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari
kabupaten/kota menunjukkan bahwa pada tahun 2007 hanya satu
kabupaten/kota yang melaporkan data pengamatan vektornya sehingga tidak
dapat diuraikan disini karena tidak dapat mewakili data kapupaten/kota (10
kabupaten/kota).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
70
3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi
oleh banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran
penyakit. TTU meliputi hotel, restauran, bioskop, pasar terminal dan lain-lain.
Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengawasan terhadap TTU dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dilakukan
untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang
memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain
meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala,
bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan
yang sehat.
Hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari kabupaten/kota selama
tahun 2007 dari 5.055 fasilitas TUPM yang dilaporkan sebanyak 4.850 (95,9%)
telah dilakukan pemeriksaan dan 3.093 (61,2%) yang memenuhi syarat (sehat).
Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi TUPM sehat adalah Parigi Moutong
(65,5%), Banggai (64,1%) sedangkan yang terendah adalah di Morowali (52,3%)
sedangkan Banggai Kepulauan, Tolitoli, Buol, Tojo Una-una dan Palu tidak ada
data.
E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
paya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa
permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah
kekurangan kalori protein, kekurangan vit A, gangguan akibat kekurangan
Yodium, dan anemi gizi besi.
1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui
pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
71
kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan
langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan
kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan dari
kabupaten/kota gambaran dari pemantauan balita tahun 2007 dapat dilihat
dalam Gambar IV. 24 berikut ini. GAMBAR IV. 24
JUMLAH BALITA DITIMBANG, BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM TAHUN 2005 – 2007
121.458
88.175
8.490
109.799
78.163
6.668
118.065
83.821
7.669
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2005 2006 2007
Balita Ditimbang BB Naik Balita BGM
Sumber : Seksi Gizi
Melihat gambar diatas , cakupan terhadap balita yang ditimbang selama
tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 118.065 dibanding tahun 2006
sebesar 109.799. Dari jumlah balita ditimbang hanya 71% yang menunjukkan
kenaikan berat badan, kondisi tersebut mengalami penurunan dibanding dengan
tahun 2006 sebesar 72,2%. Sedangkan balita dengan berat badan di Bawah
Garis Merah (BGM) selama tahun 2007 terlihat mengalami sedikit kenaikan
menjadi 6,5% dibanding tahun 2006 sebesar 6,07%. Gambaran secara rinci hasil
penimbangan balita menurut kabupaten/kota selama tahun 2007 dapat dilihat
pada Lampiran tabel 16.
2. Pemberian Kapsul Vitamin A.
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang
diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
72
melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang
diberikan sebanyak dua kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada
ibu nifas diberikan satu kali
Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat
dilihat pada Gambar IV.25 berikut,
GAMBAR IV.25
JUMLAH BALITA MENDAPAT KAPSUL VITAMIN ”A” DUA KALI TAHUN 2005 – 2007
252.660
204.999
238.691
207.765
262.835
230.823
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
2005 2006 2007
Jumlah Balita Mendapat Vit. A 2X
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa jumlah balita pada tahun 2007
mengalami kenaikan (10,11%) dibandingkan dengan tahun 2006, sedangkan
cakupan pemberian vitamin A selama tahun 2007 juga mengalami kenaikan
11,09% . Gambaran secara rinci hasil cakupan balita yang diberi vitamin A dua
kali menurut kabupaten/kota selama tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran
tabel 24.
3 Pemberian Tablet Besi.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
73
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia
serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang
dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Gambar IV.26
berikut ini.
GAMBAR IV. 26 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2003-2007
0102030405060708090
PER
SEN
TASE
Fe-1 39,53 72,47 81,42 73,05 85,65
Fe-2 52,82 66,39 72,54 63,82 76,1
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa tren cakupan pemberian
tablet besi (Fe-1 dan Fe-3) dari tahun 2003-2007 mengalami kenaikan dan pada
tahun 2007 terjadi kenaikan cakupan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu
hamil menurut kabupaten kota tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 25.
4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi
kekurangan yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan
yodium dan untuk mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada
kelompok khusus baik diberikan secara individual maupun secara massal.
Hasil pemberian kapsul minyak beryodium pada kelompok wanita usia
subur di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama dua tahun terakhir
dapat dilihat pada Gambar IV.27 dibawah ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
74
GAMBAR IV. 27
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL BERYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA/KELURAHAN ENDEMIS
TAHUN 2005-2007
80,13 75,8392,68
0
20
40
60
80
100
PERSENTASE
2005 2006 2007
Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota
Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa cakupan pemberian kapsul
beryodium pada WUS di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama
tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 92,68% dibandingkan pada tahun 2006
sebesar 75,83%. Menurut hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota ternyata
hanya 6 kabupaten yang mempunyai data pemberian kapsul beryodium,
kabupaten/kota tersebut adalah Morowali, Poso, Donggala, Buol, Palu dan
Banggai Kepulauan sedangkan kabupaten lainnya tidak ada data. Gambaran
secara rinci hasil pemberian kapsul beryodium menurut kabupaten/kota selama
tahun 2007 dapat dilihat pada pada Lampiran tabel 40.
F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
paya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang
bermutu bagi masyarakat, (2)mempromosikan penggunaan obat yang rasional
dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian serta
pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan
alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan .
U
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
75
Perkembangan jumlah sarana distribusi obat dan perbekalan kesehatan di
provinsi sulawesi tengah tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel.4.8 Perkembangan Jumlah Sarana Distribusi obat
Dan Perbekalan Kesehatan di Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2007
No.
JenisSarana T a h u n
2003 2004 2005 2006 2007 1 2 3 4 5 6
Toko Obat Apotek Pedagang Besare Farmasi Pedagang Besar Alkes Sub Pedagang Alkes GF/Instalasi Farmasi
124 69 25 2
17 5 -
124 72 24 2
33 5 -
138 92 24 2
33 11
145 102 24 3
47 11
156 122 25 3
60 11
Sumber : Seksi Farmasi
G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA etiap Kejadian bencana yang melanda suatu kawasan selalu
menimbulkan berbagai masalah kehidupan masyarakat hingga
menimbulkan banyak korban termasuk gangguan kesehatan dan
kematian.
Bencana alam yang terjadi di semua kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tengah telah banyak menimbulkan korban meninggal, hilang dan pengungsi.
Jenis dan lokasi kejadian bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah
selama tahun 2007 dapat di lihat pada tabel 4.8
Dari data tersebut terlihat bahwa Bencana Banjir paling banyak terjadi
yaitu terjadi di 16 lokasi di 8 kabupaten/kota dengan frekuensi sebanyak 12 kali
kejadian. Bencana yang paling banyak menimbulkan korban (meninggal, hilang
dan pengungsi) adalah Bencana Banjir dan Longsor yang terjadi di Kabupaten
Morowali pada tanggal 22 Juli 2007.
S
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
76
TABEL 4.9
JENIS DAN LOKASI KEJADIAN BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2007
No.
Jenis Bencana
Kejadian Bencana
Kabupaten Lokasi Kejadian
1 Banjir Banggai Desa Sinorang
Morowali Kec. Petasia
Donggala Disa Sidondo
Tolitoli Tuweley Kel. Baru
Buol Momunu, Boilan, Modo, Tiloan, Bukal
Parigi Moutong Bantaya, Desa Lemusa
Tojo Una-Una Dataran Bugi, Ulubongka,
Dataran Bulan, Wanasari
Palu Kota Palu
2. Banjir dan Longsor Morowali Bungku Utara
Parigi Moutong Petapa
Donggala Labuan Bajo Kec. Banawa
3. Gangguan
Kamtibmas
Banggai
Kepulauan
Banggai
Poso Gebang Rejo
Palu Kel. Nunu dan Kel. Tavanjuka
4 Kebakaran Poso Pasar Tentena
PPalu Palu, Kel. Baru
5 Tanah Longsor Tojo Una-Una Siatu Kec. Una-Una
6. Angin Puting
Beliung
Donggala Desa Tongoa, Desa Berdikari,dan
Desa Banpres Kec. Palolo
7. Gempa Bumi Poso Poso
Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra
Jumlah korban meninggal, hilang dan pengungsi akibat bencana yang
terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2007 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007
77
TABEL 4.10
JUMLAH KORBAN MENINGGAL, HILANG DAN PENGUNGSI AKIBAT BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAHUN 2007
No Kabupaten K o r b a n Meninggal Hilang Pengungsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Tolis Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una Palu
4 2
78 17 3 2 0 2 4 0
0 0
12 0 0 0 0 0 0 0
0 905
6.055 0
652 0
1.882 843 216
3.734 Jumlah 112 12 14.287
Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra Sedangkan jumlah luka para dan luka ringan yang telah mendapat
pelayanan kesehatan rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
TABEL 4.11 JUMLAH KORBAN YANG DIRAWAT DI FASILITAS KESEHATAN
AKIBAT BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007
No. Kabupaten K o r b a n Rawat Inap Rawat Jalan
1 2 3 4
Banggai Kepulauan Morowali Poso Donggala
0 57 0 0
5 7 5 1
Jumlah 57 18 Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Institusi yang
bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan menyelenggarakan upaya
penanganan masalah kesehatan akibat bencana dengan kegiatan-kegiatan
antara lain ; Pembentukan Pos Pelayanan Kesehatan, Mobilisasi sarana dan
prasarana dan tenaga kesehatan, pengiriman bahan logistik (obat-obatan dan
bahan habis pakai), berkoordinasi dengan : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK),
Dinas Kesehatan Kab/kota dan Rumah sakit, dan upaya-upaya penanggulangan
bencana lainnya.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 78
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
ambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan
menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan
kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut :
A. SARANA KESEHATAN ada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya
Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan
alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersuimber Masyarakat
(UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
Pada periode tahun 2002 – 2007, jumlah puskesmasm (termasuk
Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 132 unit pada tahun 2002 menjadi
149 unit pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 161 pada tahun 2007.
Pada periode tahun itu, ratio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk cenderung
meningkat dari 6,24 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 6,72 per
100.000 penduduk pada tahun 2007. Ini berarti pada periode tahun itu setiap
100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 6-7 unit Puskesmas.
Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja
Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas
rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada
tahun 2007 rata-rata 2,02 unit, mengalami sedikit kenaikan bila dibandingkan
dengan tahun 2006 yaitu sebesar 1,91 unit per 30.000 penduduk.
Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung
menurun dari 761 unit pada tahun 2002 menjadi 716 unit pada tahun 2006 dan
turun sedikit menjadi 715 karena adanya peningkatan Pustu menjadi
Puskesmas. Sementara itu rasio Puskesmas Pembantu terhadap 100.000
G
P
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 79
penduduk juga cenderung menurun dari 35,97 per 100.000 penduduk pada
tahun 2002 menjadi 29,80 per 100.000 penduduk pada tahun 2006 dan naik
sedikit menjadi 29,84 pada tahun 2007. Ini berarti setiap 100.000 penduduk
dilayani oleh 29-30 unit Puskesmas Pembantu.
Jumlah Puskesmas dan rasionya terhadap 100.000 penduduk selama
tahun 2002-2007 dapat dilihat pada gambar V. 1 berikut.
GAMBAR V.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002 - 2007
0
50
100
150
200
Jum
lah
PKM
012345678
Ras
io
Jumlah PKM 133 135 137 144 149 161
Rasio 6,24 6,1 6,09 6,19 6,2 6,72
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmed
Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas
Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2002-2007 dapat dilihat pada
Gambar V.2 berikut ini.
GAMBAR V.2 JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2007
0100200300400500600700800
Jum
lah
Pust
u
0510152025303540
Ras
io
JumlahPustu
761 711 709 710 716 715
Rasio 35,97 32,17 31,55 31,08 29,8 29,84
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmed
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 80
Berdasarkan jumlah Puskesmas dan jumlah Puskesmas Pembantu pada
tahun 2002-2007, maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-
rata 5:1, artinya setiap Puskesmas rata-rata didukung oleh 4-5 Puskesmas
Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas,
sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas
dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini berlokasi jauh dari rumah
sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-
pulau yang terpencil. Pada tahun 2002-2007 perkembangan jumlah Puskesmas
Perawatan cenderung bertambah , yaitu dari 56 unit pada tahun 2002 dan 60
unit pada tahun 2003 menjadi 62 unit pada tahun 2004 dan 66 unit pada tahun
2005 dan turun menjadi 64 unit pada tahun 2006 dan 2007. Terjadinya
penurunan jumlah Puskesmas Perawatan ini karena adanya pembangunan
rumah sakit baru di daerah pemekaran sehingga puskesmas perawatan yang
dekat dengan rumah sakit tersebut dialihkan statusnya menjadi Puskesmas Non
Perawatan. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada
tahun 2002-2007 dapat dilihat pada Gambar V.3 berikut .
GAMBAR V.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2002 – 2007
Sumber : Subdin Yanmed
Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling baik puskesmas keliling
kendaraan roda empat (R4 mobil) maupun puskesmas keliling perahu bermotor
0255075
100125150175
Jum
lah
Puskesmas 133 135 137 144 149 161
PKMPerawatan
56 60 62 66 64 64
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 81
(PB) pada tahun 2003-2006 cenderung menurun dari 121 unit pada tahun 2003
dan 116 unit pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 153 unit pada tahun 2005
dan menjadi 158 unit pada tahun 2006 dan 183 pada tahun 2007. Untuk
Puskesmas Keliling R-4 tercatat sebanyak 106 unit pada tahun 2003 dan 97 unit
pada tahun 2004 menjadi 138 unit pada tahun 2005 dan 142 unit pada tahun
2006 meningkat lagi menjadi 165 pada tahun 2007, sedangkan puskesmas
keliling (PB) tercatat 15 unit pada tahun 2003 dan 19 unit pada tahun 2004 dan
turun menjadi 15 unit pada tahun 2005 dan naik lagi menjadi 16 unit pada tahun
2006 dan meningkat lagi menjadi 18 pada tahun 2007. Jumlah Puskesmas
Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun tahun 2003-2007
disajikan pada Gambar V.4 berikut ini.
GAMBAR V.4
JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2003-2007
0
25
50
75
100
125
150
175
Jum
lah
Pusl
ing
(PB
& R
-4)
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Ras
io
Pusling PB 15 19 15 16 18
Pusling R-4 106 97 138 142 165
Rasio 0,91 0,85 1,06 1,06 0,88
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yadmed
Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas cenderung menurun dari
0,91 pada tahun 2003 menjadi 0,85 pada tahun 2004 dan naik menjadi 1,06
pada tahun 2005 kemudian tetap menjadi 1,06 pada tahun 2006 dan 0,88 pada
tahun 2007.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 82
2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah
sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang
biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya
terhadap jumlah penduduk.
Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) tahun 2002-2007
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM DAN KHUSUS) DAN KEPEMILIKANNYA TAHUN 2002-2007
Pengelola/kepemilikan
JUMLAH//T A H U N
2002 2003 2004 2005 2006 2007
- Pemerintah
- TNI/POLRI
- Swasta
10
1
4
10
1
4
10
1
4
12
2
4
13
2
5
13
2
7
JUMLAH 15 15 15 18 20 22
Sumber : Subdin Yanmed
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode
tahun 2002 – 2007 cenderung meningkat yaitu dari 15 unit pada tahun 2002,
2003 dan 2004 menjadi 18 unit pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 20
unit pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi 22 pada tahun 2007
Selain rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit.
Pada tahun 2002–2004 ada kenaikan tempat tidur rumah sakit. Situasi
perkembangan jumlah tempat tidur rumah sakit secara ringkas dapat dilihat pada
gambar V. 5 sebagai berikut. GAMBAR V. 5
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 2002-2007
1.145 1.162 1.2411.369
1.5911.796
0
400
800
1.200
1.600
2.000
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmedik
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 83
Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per
100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur
baik tempat tidur rumah sakit umum maupun tempat tidur rumah sakit khusus.
Pada tahun 2002–2007, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk
cenderung meningkat dari 54,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan
52,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 55,2 per 100.000
penduduk pada tahun 2004 dan 59,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2005
kemudian naik lagi menjadi 66,2 per 100.000 penduduk pada tahun 2006
meningkat lagi menjadi 74,96 pada tahun 2007. Pada tahun 2002-2007 rata-rata
setiap tempat tidur rumah sakit melayani 1.510-1901 penduduk. Jumlah tempat
tidur Rumah Sakit (RS) dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2002-
2007 disajikan pada gambar V.6 dibawah ini.
GAMBAR V. 6
JUMLAH TEMPAT TIDUR RS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2007
0200400600800
1.0001.2001.4001.6001.8002.000
Jum
lah
TT
01020304050607080
Ras
io/1
00.0
00 P
ddk
Jumlah TT 1.145 1.162 1.241 1.369 1.591 1.796
Rasio/100.000Pddk
54,1 52,6 55,2 59,9 66,2 74,96
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmedik 3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 84
Farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan Alat
Kesehatan (ALKES) tidak dapat diuraikan disini karena tidak tersedia datanya.
Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut
jenis tahun 2002-2006 disajikan pada gambar V.7 dibawah ini. GAMBAR V.7
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALKES TAHUN 2003-2007
020406080
100120140160
Pedagang Besar Farmasi 25 24 24 24 25
Apotek 69 72 92 102 122
Toko Obat 124 124 138 145 156
Penyalur Perbekalan ALKES 2 2 2 3 3
Sub Penyalur PerbekalanALKES
17 33 33 47 60
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi)
Di kabupaten/kota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik
pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat, yang disebut sebagai Gudang
Farmasi kabupaten/kota. Perkembangan jumlah unit pengelolan obat dan
sediaan farmasi (gudang farmasi) kabupaten/kota pada tahun 2003-2007 dapat
dilihat pada Gambar V.8 sebagai berikut. GAMBAR V.8
JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2003-2007
56
810
11
02468
1012
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi)
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 85
4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masysrakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),
Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos
Obat Desa), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5(lima) program prioritas,
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi,
dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu
dikelompokkan kedalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2007 jumlah Posyandu
sebanyak 2.863 buah. Jumlah posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah
Posyandu tahun 2006 yaitu 2.804 buah. Perkembangan jumlah Posyandu
selama tahun 2003–2007 dapat dilihat pada Gambar V.9 berikut. GAMBAR V.9
PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU TAHUN 2003 – 2007
26582818 2642 2804 2863
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2003 2004 2005 2006 2007
Sumber : Subdin Binkesmas ( Profil UKBM ) Pada tahun 2007 rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 1,71
atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 1-2 Posyandu. Rasio Posyandu
terhadap desa/kelurahan terbesar adalah kota di Palu (5) kemudian disusul
Donggala (2,49) dan Tolitoli (2,46). Sedangkan yang terkecil adalah di
Kabupaten Buol (1,25) dan Morowali (0,85).
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 86
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk
Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata atau
tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama. Polindes Madya, Polindes
Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2007 jumlah Polindes sebanyak 844
buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,50. Rasio Polindes
terhadap desa/kelurahan terbesar di kabupaten Poso (0,97) dan Banggai(0,63).
Sedangkan rasio terkecil di kabupaten Parigi Moutong (0,25) dan Buol (0,34).
Pos Obat Desa (POD) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
hal pengobatan sederhana, terutama untuk penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat setempat. Pos Obat Desa ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata
atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama
dan Mandiri. Pada tahun 2007 Rasio Pos Obat Desa terhadap desa/kelurahan
adalah 0.52.
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan
ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat. Pendididkan tenaga kesehatan
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi
pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga
kesehatan(Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab
Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang
dikelompokkan kedalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi
Diknakes non Poltekkes.
Pada tahun 2007 jumlah Poltekkes pemerintah di Sulawesi Tengah hanya
1 buah yang menyelenggarakan 3 jenis jurusan atau program studi, yaitu
Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Lingkungan. Sedangkan lainnya
adalah akademi yang dikelola oleh pemda (3 buah) dan swasta (2 buah) dan 2
buah akademi farmasi yang dikelola oleh swasta.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 87
B. TENAGA KESEHATAN
ebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak
hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh swasta.
Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik
yang bekerja di sektor pemerintah maupun yang bekerja di sektor swasta perlu
diketahui. Namun sampai saat ini data tenaga kesehatan baik yang bekerja di
sektor pemerintah maupun di sektor swasta sangat sulit diperoleh.
1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Data yang diperoleh dari Subdin Bina Pengembangan Tenaga Kesehatan
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di seluruh Rumah
Sakit (RS) di semua kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada tahun 2006
adalah sebanyak 1.907 orang. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang
bekerja di Puskesmas, Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, dan unit-
unit kesehatan lainnya adalah sebanyak 4.136 orang. Dengan demikian jumlah
seluruh tenaga kesehatan di provinsi sulawesi tengah pada tahun 2006 adalah
6.043 orang. Gambaran jumlah dan rasio tenaga kesehatan dapat dilihat pada
tabel 5.2 berikut.
TABEL 5.2 JUMLAH DAN RATIO TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005-2006
No.
Jenis Tenaga
Tahun 2005 Tahun 2006
Jumlah Ratio Jumlah Ratio
1. Medis 511 21,98 483 20,11
2. Perawat dan Bidan 3.794 163,22 4.175 173,79
3. Farmasi 179 7,70 241 10,03
4. Gizi 129 5,55 134 5.58
5. Teknisi Medis 184 7,92 164 6,82
6. Sanitasi 448 19,27 474 19,73
7. Kesehatan Masyarakat 284 12,22 372 15,48
Jumlah 5.529 237,86 6.043 251,55
Sumber : Subdin Bina Nakes
S
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 88
Sedangkan jumlah, persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga
kesehatan berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.
TABEL 5.3
JUMLAH, PERSENTASE, DAN RATIO PER 100.000 PENDUDUK TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2006
No. Jenis Tenaga Jumlah Persentase Rasio/100.000 penduduk
1. 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Dokter Umum Dokter Gigi Doikter Soesialis Perawat Bidan S1 Farmasi/Apoteker/Ass.Apt Kesmas Sanitarian Gizi Teknisi Medis
350 60 73
2.567 1.608 241 372 474 134 164
5,79 0,99 1,21
42,48 26,61 3,99 6,16 7,84 2,22 2,71
14,57 2,50 3,04
106,86 66,94 10,03 15,48 19,73 5,58 6,83
Jumlah 6.043 100 251,55 Sumber : Subdin Nakes
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk sebesar 251,55. Ini berarti
bahwa setiap 100.000 penduduk sulawesi tengah dilayani oleh 251 - 252 tenaga
kesehatan. Rasio masing-masing jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk
menunjukkan bahwa rasio jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk
terbesar adalah rasio tenaga keperawatan dan rasio bidan yaitu masing-masing
sebesar 42,48 per 100.000 penduduk dan 26,61 per 100.000 penduduk.
Kabupaten dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah kota Palu
(28,41%) kemudian disusul kabupaten Donggala (11,50%) sedangkan yang
terendah adalah di kabupaten Buol (3,92%) dan Banggai kepulauan (4,42%).
Namun, jika dilihat rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, rasio tertinggi
adalah kota Palu (555,01), kemudian kabupaten Poso (347,79 sedangkan yang
terendah adalah Donggala 148,23 dan Parigi Moutong 156,96. Jumlah dan rasio
tenaga kesehatan per 100.000 penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2006
disajikan pada Gambar V.10 dan Gambar V.11 berikut :
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 89
GAMBAR V.10 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
TAHUN 2006
237267
312395
586
602605627
6951717
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000
BuolBangkep
Tojo Una-UnaMorowali
Parigi MoutongToli-ToliBanggai
PosoDonggala
Palu
Sumber : Subdin Nakes
GAMBAR V. 11
RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006
148,23156,96167,07
201,6210,68221,57
253,1
306,38347,79
555,01
0 100 200 300 400 500 600 700
DonggalaParigi Moutong
BangkepBanggai
BuolMorow ali
Tojo Una-UnaToli-Toli
Poso Palu
Sumber : Subdin Nakes
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit tahun 2006
adalah sebanyak 1.907 orang. Kabupaten/kota dengan jumlah tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit terbanyak adalah Palu (989 orang), kemudian Tolitoli
(238 orang), sedangkan yang terendah adalah Bangkep (21 orang) dan
Donggala (25 orang). Rumah Sakit Bangkep dan Rumah Sakit Donggala baru
operasional pada tahun 2006 sehingga jumlah tenaga kesehatannya masih jauh
dari yang diharapkan.
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 90
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi adalah sebanyak 3.882 orang,
sedangkan yang bekerja di Institusi Diklat Diknakes dan sarana kesehatan
lainnya adalah sebanyak 254 orang, Untuk jelasnya dapat dibaca pada lampiran
tabel 54.
2. Pendidikan Tenaga Kesehatan 1). Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Perkembangan jumlah Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan di Propinsi
Sulawesi Tengah sampai tahun 2000/2001 mengalami perubahan, dimana status
Diploma III atau jenjang pendidikan tinggi (JPTD III) berubah menjadi Politeknik
Kesehatan (Poltekes). pada tahun 1999/2000 SPK dikonversi menjadi Diploma
III atau Jenjang Pendidikan Tinggi (JPTD III), di Sulawesi Tengah jumlah Institusi
Pendidikan Tenaga Kesehatan sebanyak 8 institusi hal ini disebabkan karena (1)
adanya kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan yang semakin berkembang, sehingga memerlukan jumlah dan jenis
tenaga kesehatan yang meningkat pula, (2) kebijakan pemerintah untuk
meningkatan kualitas tenaga kesehatan yang lebih profesional, sehingga perlu
dilakukan konversi dari institusi Diknakes jenjang pendidikan menengah ( JPM )
menjadi jenjang pendidikan tinggi ( JPT ), dan (3) kebutuhan jenis tenaga
kesehatan yang baru, memerlukan pendirian institusi yang baru pula. Jumlah
Institusi Diknakes dan kepemilikannya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.
TABEL 5. 4 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES MENURUT JENJANG STATUS KEPEMILIKAN DAN JUMLAH PESERTA DIDIK
TAHUN 2003-2006 NO NAMA INSTITUSI STATUS
MILIK Jumlah Peserta Didik
2003 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Politeknik Kesehatan Palu Akper Pemda Donggala Akper Pemda Luwuk Akper Pemda toli-toli Akper Justitia Palu Akper RSU Woodward Palu Akfar Bina Farmasi Palu Akfar Tadulako Farma Palu
P D D D S S S S
776 154 154 148 154 178 34 118
904 209 177 196 157 218 42
145
994 255 212 185 184 204 41 129
….. 353 293 227 129 141 88
215 Jumlah 1.716 2.048 2.204
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 91
Jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah dikonversi dari JPM ke
JPTD sampai tahun 2002 sejumlah 6 institusi. Adapun institusi yang dikonversi
adalah SPK menjadi AKPER/AKBID , SPPH menjadi AKL.
2). Tenaga Kesehatan yang mengikuti Tugas Belajar Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga keseha
tan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma sehat, Yang mengutamakan upaya peningkatan. pemeliharaan
kesehatan, dan pencegahan penyakit.
Secara umum jumlah tenaga kesehatan yang megikuti tugas belajar dari
tahun ketahun mengalami peningkatan, jumlah tenaga kesehatan terbanyak
mengikuti tugas belajar adalah jenjang strata satu. Tenaga kesehatan tersebut
berasal dari unit-unit kesehatan, seperti puskesmas, Rumah Sakit, Dinas
kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Propinsi.
TABEL 5.5 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TUGAS BELAJAR
TAHUN 2000 – 2006
TAHUN D III D IV S1 S2 JUMLAH
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
5 4
80 31 - -
40
3 2 1 1 3 - 2
38 32 24 35 39 4 39
26 10 31 20 16 4
27
72 48 136 87 58 8
108 Jumlah 160 12 211 134 517
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes
Dari data tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2000 s.d 2006 tenaga
kesehatan terbanyak mengikuti jenjang pendidikan S1 yaitu sudah mencapai 211
orang (40,81%), kemudian disusul D III sebanyak 160 orang (30,95%), S2
sebanyak 134 orang (25,91%) dan yang terendah adalah D-IV sebanyak 12
orang (2,32%). Persentase Jumlah tenaga kesehatan yang sudah mengikuti
tugas belajar dari tahun 2000 s.d 2006 dapat dilihat pada Gambar V.12 berikut :
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 92
GAMBAR V.12 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN YANG SUDAH
MENGIKUTI JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2000-2006
S-1; 40,81%
S-2; 25,91% D-III; 30,95%
D-IV; 2,32%
Sumber : Subdin Bina Nakes
3). Distribusi Tenaga Kesehatan menurut Jenis Tenaga Jumlah tenaga kesehatan di Sulawesi Tengah untuk tahun 2006
sebanyak 6.043 jiwa dari 7 kategori tenaga kesehatan. Jumlah terbanyak adalah
tenaga Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%) kemudian disusul dengan tenaga
medis 483 (7,99%) dan tenaga sanitasi 474 (7,84%) sedangkan yang terendah
adalah tenaga gizi 134 (2,4%). Lebih jelas lihat gambar IV.11 berikut.
GAMBAR V. 13 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TERSEBAR DI 10 KABUPATEN/KOTA
DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
483
4175
241 134 164474 372
0250500750
100012501500175020002250250027503000325035003750400042504500
Medis Perawat& Bidan
Farmasi Gizi TeknisiMedis
Sanitasi Kesmas
Medis Peraw at & Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesmas
Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 93
4). Penyebaran Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori
Dalam penyajian data ketenagaan ini, tenaga kesehatan dikelompokkan
menjadi 7 kategori. Jumlah dan proporsi tenaga kesehatan menurut 7 kategori
tersebut adalah medis 483 (9,99%), Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%), tenaga
sanitasi 474 (7,84%), kesehatan masyarakat 372 (6,16%), farmasi 241 (3,99%).
tenaga teknisi medis 164(2,71%), tenaga gizi 134 (2,22%), Tenaga non medis
tidak diuraikan disini karena tidak ada data yang mendukung. Gambaran secara
rinci dapat dilihat pada gambar IV.12 sebagai berikut.
GAMBAR V. 14 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI
DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006
Gizi; 2,22
Sanitasi; 7,84Teknisi Medis;
2,71
Farmasi; 3,99
Kesmas; 6,16 Medis; 7,99
Peraw at & Bidan; 69,09
Sumber : Subdin Bina Nakes
C. PEMBIAYAAN KESEHATAN
alam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan diperlukan
pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun
masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber
dari pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi dan
APBD Kabupaten/Kota, (2) APBN Kesehatan meliputi APBN Propinsi dan
kabupaten/kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (Hibah) DAKdan Tuban).
D
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 94
Pada tahun 2007 total anggaran kesehatan untuk Sulawesi Tengah
Rp.532.973.598.111.- dengan rincian APBD kjesehatan pvovinsi Rp.
56.316.584.977, APBD kesehatan kabupaten/kota Rp. 295.342.862.061.- dan
Dekonsentrasi (APBN) Rp. 43.315.697.000, Tugas Pembantuan (Tuban) Rp.
41.073.993.000, Dana Alokaso Khusus (DAK) Rp. 94.883.885.973 dan Dana
Hibah Rp. 2.040.575.100.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung anggaran kesehatan
perkapita pada tahun 2007 dengan membandingkan jumlah penduduk dengan
total anggaran kesehatan pada tahun 2007. Dari jumlah penduduk Sulawesi
Tengah pada tahun 2007 sebesar 2.396.224 jiwa dan anggaran kesehatan pada
tahun 2007 sebesar Rp.532.973.598.111.- maka anggaran kesehatan perkapita
pertahun Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah Rp. 222.422.-, Persentase total APBD kesehatan (APBD Provinsi + APBD kabupaten/kota)
terhadap total APBD (total APBD Provinsi dan total APBD Kabupaten/Kota) tidak
dapat dihitung karena tidak semua kabupaten/kota menyampaikan datanya
tentang total APBD Kabupaten/Kota masing-masing, tetapi laporan
Perkembangan Pembangunan Kesehatan tahun 2007 di peroleh data bahwa
alokasi anggaran kesehatan terhadap total APBD kabupaten/kota tahun 2007
adalah sebesar 8-12%..
TABEL 5.6
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2007
SUMBER DANA ALOKASI PROPORSI
A
B C
APBD KESEHATAN :1. APBD Kesehatan Propinsi 2. APBD Kesehatan Kabupaten/kota APBN KESEHATAN : 1. DEKONSENTRASI 2. Tuban 3. DAK Hibah
351.659.447.038.- 56.316.584.977.- 295.342.862.061.- 220.202.456.329.- 43.315.697.000.- 41.073.993.000.-
94.883.885.973.-
2.040.575.100.-
65,98%
33,66%
0,38%
Total Anggaran Kesehatan 483.117.589.329.- 100 Sumber Data : Laporan Perkembangan Pemb.Kes.Provinsi
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 95
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa APBD Kesehatan (Propinsi
+ Kabupaten/kota) tahun 2007 menunjukkan 2 kali lebih besar dari pada
anggaran APBN.
Persentase anggaran kesehatan menurut sumbernya dapat digambarkan
sebagai berikut :
GAMBAR V. 15
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN PROP.SUL.TENGAH MENURUT SUMBERNYA TAHUN 2006
Sumber Data : Subdin Program & PSK
Dekonsentrasi; 8,13%
APBD Keshatan Kab/Kota; 55,41%
HibaH; 0,38%
TUBAN; 7,71%APBD Kesehatan
Prop; 10,57%
DAK; 17,80%
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 96
BAB VI P E N U T U P
erbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak
pertengahan tahun 1977, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
program-program kesehatan khususnya di dalam penyediaan sumberdananya.
Namun demikian, pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan tetap
dilakukan dengan melalui berbagai reformasi program-program pembangunan di
bidang kesehatan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi di bidang
kesehatan.
Disadari, di dalam pelaksanaan desentralisasi khususnya di dalam
mendapatkan data dan informasi yang bersumber dari kabupaten/kota
mengalami kesulitan. Oleh karena itu, data dan informasi yang ditampilkan dalam
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006 yang diterbitkan saat ini tidak
lengkap sebagaimana yang diharapkan (ada yang menggunakan data tahun
sebelumnya).
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar tentang
kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah dan dapat ditingkatkan untuk tahun
berikutnya baik kelengkapan data infomasinya maupun pemanfaatnya.
Harapan tersebut sejalan dengan maksud dan tujuan dari Profil
Kesehatan yaitu selain untuk menggambarkan kesehatan masyarakat Sulawesi
Tengah juga sebagai bahan untuk evaluasi tentang kinerja pembangunan
kesehatan dan dasar untuk melakukan evaluasi pencapaian visi “Indonesia
Sehat 2010”.
Sesungguhnya data dan informasi sangat dibutuhkan bagi para penentu
kebijakan dan perencana pembangunan kesehatan di segala tingkat
administrasi. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan untuk menilai pencapaian program di setiap
kabupaten/kota. Dengan adanya penyajian data dan informasi di dalam Profil
B
Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 97
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dalam bentuk narasi dan lampiran
diharapkan dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan dari
setiap program, sehingga hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam
bentuk pelayanan kesehtan yang bermutu dan terjangkau.
Data dan informasi yang terdapat dalam Profil Kesehanan Provinsi
Sulawesi Tengah ini adalah berdasarkan pencapaian Indikator Indonesia Sehat
2010 dan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
sebagai penilaian kinerja pembangunan kesehatan kabupaten/kota di Provinsi
Sulawesi Tengah.
Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu
terbit dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dibutuhkan adanya
komitmen bersama, keseriusan dan dukungan dari segala pihak khususnya unit-
unit di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah agar penyajian
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah baik substansi penyajian maupun
waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya,
sehingga tujuan agar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi
salah satu sumber data dan informasi dapat tercapai.
Demikianlah penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun
2006, walaupun masih jauh dari yang diharapkan semoga narasi dan lampiran ini
dapat memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan untuk melihat
seberapa jauh perubahan yang telah dicapai dari tahun ke tahun terhadap
pembangunan kesehatan secara menyeluruh.