presentasi wakaf_Uu nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

Post on 23-Jul-2015

429 views 1 download

Transcript of presentasi wakaf_Uu nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

UU NOMOR 41 TAHUN 2004

WAKAF

Agung Budiono, S.H, M.Kn.argo_dalem@yahoo.com

Wakaf : perbuatan hukum dari wakif, memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya, dimanfaatkan untuk selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah

Wakif : pihak yang mewakafkan harta benda miliknya

Ikrar wakaf : pernyataan kehendak wakif secara lisan dan/atau tertulis-tulisan ke nazhir

Nazhir : pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai peruntukkannya

(UU no.41/2004 – pasal 1)

Pasal 3 UU no.41/2004, menyebutkan wakaf yang telah di ikrarkan tidak dapat di batalkan

Secara sistem hukum yang berlaku, bila ada suatu pasal yang bertentangan dengan UU yang lain, maka masih bisa di batalkan meski secara kontestual disebutkan tidak bisa di batalkan

Contoh : jika setelah ikrar ternyata ada fakta hukum yang membuktikan bahwa ada keselahan dalam objek wakaf, seperti ada unsur penipuan, kebohongan, pencucian uang, maka dapat di batalkan lewat UU terkait (KUHP, UU TPPU, dsb)

Unsur Wakaf : Wakif Nazhir Harta benda wakaf Ikrar wakaf Peruntukkan harta benda wakaf Jangka waktu wakaf

(UU no. 41/2004 – pasal 6) Poin peruntukkan yang harus diperhatikan, karena

terkait akad di ikrar. Jika terjadi perubahan masih bisa lewat mekanisme BWI

Jangka waktu harus jelas disebutkan, karena tidak semua wakaf untuk selamanya

Wakif meliputi :1. Perseorangan

2. Organisasi

3. Badan hukum

Pasal 7Bisa WNI ataupun WNA, organisai lokal dan

asing, badan hukum indonesia dan asing

Syarat wakif perseorangan :DewasaBerakal sehatTidak terhalang melakukan perbuatan hukumPemilik sah harta benda wakaf

(pasal 8 ayat (1)) Tidak terhalang melakukan perbuatan

hukum berarti secara hukum memang id perbolehkan, hal ini terkait juga di poin “pemilik sah”

Wakif organisasi dan wakif badanhukum dapat melakukan wakaf jika memenuhi aturan organisasinya seusai dengan anggaran dasar organisasi

(pasal 8 ayat (2) dan (3))

Nazhir meliputi :PerseoranganOrganisasiBadan hukum(pasal 9)Perseorangan :

○ WNI○ Islam○ Dewasa○ Amanah○ Mampu jasmani & rohani○ Tidak terhalang perbuatan hukum (unsur kewenangan,

perbuatan hukum, dsb)pasal 10 (1)

Untuk organisasi dan badan hukum, bisa menjadi nazhir jika memenuhi persyaratan sebagaiman nazhir perseorangan dan di tambah lagi dengan sesuai dengan AD organisasi serta bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan dan/atau keagamaan islam

pasal 10 ayat (2) dan (3)

Tugas nazhir :a) Administrasi harta benda wakafb) Mengelolan, mengembangkan sesuai fungsi dan

peruntukkannyac) Mengawasi dan melindungid) Melaporkan pelaksanaan tugas ke Badan Wakaf

Indonesia (BWI) (pasal 11) Huruf d, ini bisa menjadi salah satu acuan

bahwa semua nazhir yang berbadan hukum harus mendaftarkan ke BWI, meski secara tertulis tidak ada aturan sanksi pidana

Nazhir berhak menerima imbalan dari hasil Bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta wakaf sebesar 10% (pasal 12)

Nazhir memperoleh pembinaan dari menteri dan BWI (pasal 13)

Terkait pembinaan, nazhir harus terdaftar di BWI (pasal 13 (1)

Nazhir berhak mendapatkan imbalan dari hasil yang didapat dari pengelolaan harta benda wakaf tersebut. Contoh : wakaf rumah sakit, maka diperbolehkan nazhir mendapatkan “imbalan”

Harta benda wakaf berupa :a. Benda tidak bergerakb. Benda bergerak

Pasal 16 (1) Definisi benda bergerak dan tidak bergerak

lebih jelas di buku karya : Prof. Subekti – “pokok-pokok hukum perdata”

Salah satunya adalah pembedaan terkait : Kedudukan kuasa (bezit) Penyerahan (levering) Pembebanan (Bezwaring) Daluwarsa (verjaring)

IKRAR WAKAF

Unsur – unsur :1) ikrar dilaksanakan wakif ke nazhir

2) Di hadapan PPAIW

3) Disaksikan 2 orang saksi

4) Lisan dan/atau tertulis

(Pasal 17 ayat (1) dan (2)

Unsur-unsur ikrar wakaf :Wakif bisa menunjuk kuasa dengan surat

kuasa yang diperkuat 2 saksi (pasal 18)Surat dan atau bukti kepemilikan sah atas

benda wakaf wajib diserahkan ke PPAIW (pasal 19)

Syarat saksi ikrar wakaf :a. Dewasab. Beragama islamc. Berakal sehatd. Tidak terhalang perbuatan hukum

(pasal 20) Huruf a, akan banyak penafsiran,

beberapa perundang-undangan berbeda dalam penentuan batas umur dewasa (KUHP, BW, UU 1/1974)

Isi minimal dari Akta Ikrar Wakaf (pasal 21(2)) :a. Nama dan identitas wakif

b. Nama dan identitas nazhir

c. Data dan keterangan harta benda wakaf

d. Peruntukkan harta benda wakaf

e. Jangka waktu wakaf

Peruntukkan harta benda wakaf

Peruntukkan utama (pasal 22) :a. Sarana dan kegiatan ibadah

b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan

c. Bantuan fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa

d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat

e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan

PERUNTUKKAN BENDA WAKAF

a. Wakif menentukan peruntukkan harta benda wakaf

b. Peruntukkan bisa ditentukan oleh nazhir jika wakif tidak menentukan

Pasal 23 (1) dan (2)

Wakaf wasiat1. Jumlah harta yang di wakafkan dengan wasiat adalah paling

banyak 1/3 dari jumlah harta warisan setelah dikurangi utang pewasiat

2. Kecuali dengan persetujuan ahli waris

Pasal 25 Poin kedua, barang yang diwakafkan bisa lebih besar

selama ada persetujuan dari semua ahli waris Diusahakan persetujuan dari ahli waris harus tertulis baik

dengan “perjanjian di bawah tangan” ataupun dengan “akta notaris”,

Hal ini untuk menghindari kekisruhan di kemudian hari Di negara ini, tidak ada yang menjamin keamanan dari

sebuah dokumen. Masih bisa ada dokumen ganda. Termasuk sertifikat tanah, akta waris, akta wakaf, surat pernyataan, dsb.

Wakaf wasiat (pasal 26 (1) dan (2):1. Wakaf dengan wasiat dilaksanakan oleh

penerima wasiat setelah yang bersangkutan wafat

2. Penerima wasiat sebagai wakif

Dalam hal wakaf wasiat tidak silaksanakan oleh penerima wasiat, atas permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan dapat memaksa penerima wasiat untuk melaksanakan wakaf wasiat tersebut (pasal 27)

Hal ini tentu harus ada bukti, salah satunya melalui ikrar wakaf

WAKAF UANG Wakif dapat mewakafkan uang melalui lembaga

keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri (pasal 28)

Hal ini berarti hanya lembaga tertentu sesuai ijin dari menteri yang boleh menerima wakaf uang

Dilaksanakan oleh wakif secara tertulis (pasal 29 (1))

Di terbitkan sertifikat wakaf uang oleh Lembaga yang dituju tersebut (pasal 29 (2))

Sertifikat tersebut akan ditembuskan ke wakif dan nazhir sebagai bukti (pasal 29 (3))

Untuk Lembaga Keuangan Syariah akan ditetapkan oleh kemenag langsung, jadi tidak semua bisa menerima wakaf uang (beda dengan wakaf yang dirupakan uang)

PENDAFTARAN & PENGUMUMAN

Dalam penjelasan pasal 32 :PPAIW mendaftarkan harta benda wakaf ke

instansi berwenang (pasal 32)Jika wakaf tanah ke BPNJika wakaf benda bergerak selain uang dan

selain tanah adalah instansi yang terkait tugas pokoknya

Jika benda bergerak selaian uang yang tidak terdaftar adalah BWI

Instansi yang berwenang menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf (pasal 34)

Maksudnya adalah surat keterangan dari instansi terkait (penjelasan pasal 34)

Surat keterangan tersebut harus disampaikan ke nazhir (pasal 35)

Jika ada perubahan atau penukaran peruntukkannya, nazhir melalui PPAIW mendaftarkan lagi ke instansi yang berwenang dan BWI (pasal 36)

Menteri dan BWI mengadministrasikan dan mengumumkan (pasal 37 – 38)

PENGELOLAAN & PENGEMBANGAN HARTA WAKAF1) Pengelolaan oleh nazhir dan berdasarkan prinsip

syariah (pasal 43 (1))2) Pengelolaan dilakukan secara produktif (pasal 43

(2))3) Jika diperlukan Penjamin. Maka digunakan

Lembaga Penjamin Syariah (pasal 43(3)) Angka 3 dan angka 2 saling bertautan, dan

mengarahkan bahwa harta benda wakaf harus bisa menghasilkan, baik secara profit maupun non-profit. Salah satunya harus produktif dan bisa memakai penjaminan.

Dengan penjaminan berarti ada unsur pinjam meminjam yang bersifat modal serta ujungnya adalah suatu profit

Produktif antara lain dengan :1. Pengumpulan2. Investasi3. Penanaman modal4. Produksi5. Kemitraan6. Perdagangan7. Agrobisnis8. Pertambangan9. Perindustrian10. Pengembangan teknologi11. Pembangunan gedung12. Apartemen13. Rumah susun14. Swalayan15. Pertokoan16. Perkantoran17. Saran pendidikan18. Sarana kesehatan19. Usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah

Penjelasan pasal 43 (2)

Nazhir dilarang merubah peruntukkan harta wakaf sesuai dengan ikrar tanpa ijin dari BWI (pasal 44 (1))

Hal di atas boleh jika peruntukannya sudah tidak dapat dipergunakan lagi (pasal 44 (2))

Poin di atas menegaskan lagi kewenangan dari BWI dalam hal pemberian ijin merubah peruntukkan harta benda wakaf

Hal ini, bila lembaga atau yayasan tidak terdaftar di BWI, rentan untuk mengalami kesulitan saat harus mengurus hal diatas

Pemberhentian / penggantian nazhir (pasal 45):

1. Meninggal dunia (bagi perseorangan)

2. Bubar atau di bubarkan (organisasi / badan hukum)

3. Permintaan sendiri

4. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai aturan

5. Dijatuhi hukum pidana (inkracht)

Hal diatas harus melalui BWI Peruntukkan tetap meski pergantian nazhir

BADAN WAKAF INDONESIA BWI merupakan lembaga independen

(pasal 47 ayat 2)) Tugas dan wewenang BWI :

a. Pembinaan terhadap nazhirb. Pengelolaan dan pengembanganc. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas

perubahan peruntukkan dan status beda wakafd. Memberhentikan dan mengganti nazhire. Persetujuan atas penukaran harta benda wakaff. Memberikan saran dan pertimbangan ke

pemerintah Pasal 49 (1)

PENYELESAIAN SENGKETA Penyelesaian sengketa melalui mufakat,

jika gagal maka melalui mediasi, arbitrase atau pengadilan (pasal 62 (1) dan (2))

Ada pilihan litigasi (pengadilan agama) atau Non-litigasi (mediasi, arbitrase)

Sekarang sudah ada arbitrase syariah (badan arbitrase syariah nasional – basyarnas)

Perbedaan keputusan saja, konsep kalah menang (litigasi) dan win-win solution (non litigasi)

SANKSI PIDANA Dalam pasal 67, Setiap orang sengaja :

1) Menjaminkan2) Menghibahkan3) Menjual4) Mewariskan5) Mengalihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya6) Tanpa izin menukar

Terkena pidana penjara 5 tahun dan denda 500.000.000,- Hal yang patut diwaspadai adalah pada angka 5 dan 6,

karena bisa saja nazhir tidak mempunyai itikad buruk, namun karena tidak melalui prosedur sesuai dgn aturan yang berlaku, justru dikenakan pidana

Mungkin dikarenakan kondisi benda wakaf dan peruntukkannya sudah tidak sesuai lagi

Setiap orang sengaja :1. Mengubah peruntukkan harta benda wakaf

tanpa izin – pasal 44 – di pidana penjara 4 tahun dan denda 400.00.000

Pasal 67 (2) Salah satunya jika merubah

peruntukkan tanpa pemberitahuan ke BWI maka akan terkena delik di atas

Dalam pasal 67 (3) Setiap orang sengaja :Menggunakan dan mengambil hasil

pengelolaan melebihi jumlah (pasal 12), di pidana penjara 3 tahun dan denda 300.000.000

Terutama bagi nazhir yang mendapat kafalah melebih dari aturan pasal 12

Hal ini harus diatur dengan jelas, bahkan sebisa mungkin tertulis

SANKSI ADMINISTRATIF Menteri akan memberi sanksi bila tidak

didaftarkannya harta benda wakaf oleh PPAIW dan Lembaga keuangan syariah – pasal 30 dan 32

Dalam pasal 68, Berupa :1. Peringatan tertulis2. Penghentian sementara dan pencabutan ijin kegiatan di

bidang wakaf bagi lembaga keuangan syariah3. Penghentian sementara dari jabatan PPAIW

Pasal ini lebih ke arah PPAIW dan LKS saja, bukan organisasi atau badan hukum

Justru sanksi pidana akan lebih mudah dikenakan ke organisasi / badan hukum karen sebagai pengelola - nazhir

Referensi

Rachmadi Usman, Hukum perwakafan UU nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf PP nomor 42 tahun 2006 tentang

pelaksanaan UU no. 4 tahun 2004 tentang wakaf

Hukumonline.com