Post on 09-Aug-2019
PREFERENSI MASYARAKAT KECAMATAN RETEH KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU DALAM MENYALURKAN ZAKAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
ILHAM SAYUTI
107046302026
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1435 H / 2014 M
PREFERENSI MAS YARAKAT KECAMATAN RETEH KABUPATEN INDRAGIRI
HILIR PROVINSI RIAU DALAM MENYALURKAN ZAKAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukumunfuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
ILHAM SAYUTI
107046302026
Di Bawah Bimbingan:
Dr. Hendra Kholid.M.A
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STT]DI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435H I 2014M
:rxno
l1
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Prefensi Masyarakat Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri
Hilir Provinsi Riau Dalam Menyalurkan Zakat,, telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Iakarta pada
tanggal 26 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 ( SI ).pada Program Studi Muamalat (
Ekonomi Islam ).
NIP : 19691216199603 1001
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : AM. Hasan Ali,M.A.NIP. 1975 120120050 1 1005
: Abdurrauf, Lc, M.ANIP. 1 973 t2t52005011002
Sekretaris
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A
Penguji I : Dr. Asmawi, M.ANrP. 1 95507 06t99203100r
: Djaka Badrayana S,Ag.M.ENIP. 1 977 053020070 i 1 08
Jakafia,26 Agustus 2014
Penguji II
LEMBAR PERIYYATAAI{
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.sy) di
Universitas Islam Negeri ruI.D Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua umber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OIIiD
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karyaini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri ODD Syarif
Hidayatullah Jat<arta-
Ciputat, 30 Syawal 1435H26 Agustus 2014M
lv
ABSTRAK
ILHAM SAYUTI Nim 107046302026. Preferensi Masyarakat Kecamatan Reteh
Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau Dalam Menyalurkan Dana Zakat .Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Manajemen Zakat dan Wakaf
(ZISWAF), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1434 H / 2014 M.
Isi: xiii + 71 halaman + 10 lampiran, 30 literatur (1997-2011).
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Preferensi Masyarakat Kecamatan
Reteh, dimana para muzakki di kecamatan Reteh membayar zakatnya apakah
membayar secara individu, kemudian membayar kepada LAZ atau membayar kepada
BAZ. Tujuannya yaitu sebesar mana preferensi masyarakat Kec. Rete dalam memilih
atau menentukan tempat pembayaran zakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. analisis Diskriptif . data
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner, Metode analisis yang digunakan adalah
dengan metode analisis deskriptif, dimana data-data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan cara tabulasi data, sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari variable yang
diteliti, kemudian dilakukan juga dalam bentuk analisis lain seperti : frekuensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, dalam menyalurkan zakat
Kecamatan Reteh lebih memilih menyalurkan zakat kepada individu dibandingkan
kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). faktanya, 40
responden memilih membayarkan zakatnya secara Individu, lalu 17 Responden
memilih membayar melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan 7 responden memilih
menyalurkan dana zakatnya kepada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA). kedua,
Dalam menentukan pembayaran zakat, aspek lokasi mempunyai dominan lebih besar
dalam menentukan tempat pembayaran Zakat. Faktanya, ketika responden ditanya
mengenai ke-empat aspek tersebut, 58 atau 89% responden lebih setuju terhadap
aspek lokasi, mengingat efisiensi waktu dan tenaga.
Kata Kunci: Preferensi, Masyarakat. Menyalurkan Dana Zakat.
Pembimbing : Dr. Hendra Kholid, M.A
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................. iii
LEMBAR PENYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B.. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8
D Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8
E. Kerangka Teori.............................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II ZAKAT DAN PREFERENSI
A. ZAKAT .................................................................................................. 15
1. Pengertian Zakat .............................................................................. 15
2. Dasar Hukum Zakat......................................................................... 16
3. Macam-Macam Zakat................................... ................................... 17
4. Golongan penerima Zakat ............................................................... 19
5. Manfaat Zakat ................................................................................. 29
xii
B. PREFERENSI ........................................................................................ 30
1. Pengertian ...................................................................................... 30
2. Macam-Macam Preferensi ............................................................. 31
3. Aspek-Aspek Yang mempengaruhi Preferensi ............................... 32
4. Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi ......................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup ..................................................................................... 38
B. Lokasi .................................................................................................... 38
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 39
D. Tehknik Pemgumpulan Data.................................................................. 39
E. Populasi Sampel ..................................................................................... 40
F. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 41
G. Metode Analisis Data ............................................................................. 43
BAB IV PREFERENSI MASYARAKAT DALAM MENYALURKAN
ZAKAT
A. Karakteristik Responden Masyarakat Kecamatan Reteh .............. 45
B. Preferensi Masyarakat Kecamatan Reteh Dalam Menyalurkan
Zakat ..................................................................................................... 51
C. Penentuan Aspek Lokasi, Kemudahan, Pelayanan dan Kepercayaan
dalam menyalurkan zakat ................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
LAMPIRAN ......................................................................................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara
fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah kemanusiaan. Zakat
juga merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, individual dan sosialis.
Secara individu merupakan wujud komitmen keimanan kepada Tuhan dan
merupakan ketaqwaan seorang muslim secara sosial, memberi kontribusi yang
nyata bagi peningkatan kesejahteraan ummat melalui pemerataan karunia Allah
dan penciptaan bagi modal pengembangan ekonomi ummat.1
Dalam Al-Quran zakat seringkali digandang penyebutan dengan shalat. Ini
menunjukkan bahwa antara zakat dan shalat mempunyai kaitan yang sangat
erat, meskipun terdapat perbedaan antara keduanya. Zakat adalah suatu Ibadah
maliyah yang menjurus kepada aspek sosial kemasyarakatan (itjimaliyah).
Untuk mengatur hubungan kehidupan manusia dan hubungannya dengan Allah
SWT. Serta dalam hubungan dengan sesame manusia. Sedangkan shalat lebih
menjurus kepada kepribadian yang bersifat mulia dan bersifat personal
(fardiyah).2
1 Masdar Helmi, Pedoman Praktis Memahami zakat dan Cara Menghitungnya, (Bandung:
Al-Maarif 2001) Cet.1 h.1 2 Fakhrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia.(Malang: UIN Malang Press, 2008)
h.8
2
Sebagai salah satu syari’at dan pilar Islam,Zakat juga merupakan ibadah
yang memiliki dimensi ganda, individu dan sosial. Secara individu merupakan
wujud komitmen keimanan kepada Tuhan dan merupakan ketaqwaan seorang
muslim. secara sosial, memberi kontribusi yang nyata bagi peningkatan
kesejahteraan umat.
Setiap tahun potensi Zakat di Indonesia selalu mengalami peningkatan,
menurut hasil penelitian Pusat Bahasa dan Kebudayaan UIN Syarif
Hidayahtullah pada tahun 2004, menyebutkan bahwa potensi zakat di
Indonesia sebesar Rp 19,3 triliun. Sementara pada tahun 2010, hasil riset
Islamic Development Bank (IDB) disebutkan jika potensi zakat di Indonesia
mencapai Rp 100 triliun.
Pada tahun 2011, Hasil kajian yang dilakukan ADB (Asian Development
Bank) dan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) menyatakan, potensi
pengumpulan dana zakat Indonesia dapat mencapai Rp 217 Triliun. Namun
kenyataannya, realisasi penyaluran zakat melalui Baznas dan lembaga amil
zakat lainnya pada 2010 baru Rp1,5 triliun atau belum mencapai 1% dari
potensi zakat yang ada. Data belum mencakup penyaluran zakat secara pribadi
langsung ke mustahik atau penerima zakat.
Memang potensi zakat tidak sebesar dengan potensi Pajak di Indonesia,
penerimaan pajak pada tahun 2012 sebesar Rp 835.255.12 triliun. Namun,
pada tahun 2013 penyaluran dana untuk bantuan sosial sebesar Rp 92,1 triliun.
Oleh karena itu, dengan anggaran dana bantuan sosial yang minim ini, dana
3
zakat diperlukan untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Jumlah tersebut amat signifikan untuk mengatasi kemiskinan. Namun
kenyataannya, realisasi penyaluran zakat melalui Baznas dan lembaga amil
zakat lainnya pada 2010 baru Rp1,5 triliun atau belum mencapai 1% dari
potensi zakat yang ada. Data belum mencakup penyaluran zakat secara pribadi
langsung ke mustahik atau penerima zakat.
Kemiskinan merupakan permasalahan sosial yang hadir di tengah-
tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS), jumlah penduduk miskin di Indonesia per bulan Maret 2009 sebesar
32,53 juta orang, atau 14,15% dari total penduduk Indonesia. Tingginya
jumlah penduduk miskin tersebut antara lain disebabkan oleh (1) penyebaran
pembangunan yang kurang merata terutama di pedesaan; (2) terbatasnya akses
terhadap layanan dasar (kesehatan, pendidikan, perumahan, permukiman,
infrastruktur, permodalan/kredit, dan informasi) dan bantuan sosial bagi
masyarakat miskin; serta; (3) rendahnya kapasitas dan produktivitas usaha
serta keterbatasan akses terhadap sumber-sumber pendanaan.3
Secara garis besar, zakat dapat bagi menjadi dua macam, yaitu zakat zakat
mal(zakat harta) dan zakat nafs (zakat jiwa) yang dalam masyarakat sering
dikenal dengan zakat fitrah.4 Zakat mal (harta) adalah bagian dari harta
3 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Perlindungan Masyarakat Miskin
Terhadap Akses Kesehatan Pada Konteks Desentralisasi, (Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah RI, 2009), h. 1.
4Hasanusdin AF dalam Enksillopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT. Ichiar Baru Van
Hoeve) h. 47
4
kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk
golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka waktu tertentu
dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran
wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai kemampuan keluarga
yang wajar pada malam atau hari raya idul fitri.5
Dari rangkaian sejarah pengelolaan zakat pada zaman Nabi Muhammad
saw, dan Khualafa Rasyidin, bahwa pengelolaan zakat di zaman Rasulullah dan
Sahabat empat(Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali Ra). Benar-benar
fungsional dan prosedural serta dikelola oleh lembaga amil yang benar-benar
profesional, transparan, dan amanah. Sehingga, zakat sebagai salah satu
sumber ekonomi umat benar-benar mampu mensejahterakan masyarakat.6
Pada masa penjajahan dan masa awal kemerdekaan RI, pengelolaan zakat
hanya ditangani oleh amil dalam pengertian “orang- perorang” (figur ulama).
Tidak dalam bentuk organisasi seperti dicontohkan Rasulullah. Pemikiran yang
semacam itulah yang dipahami sehingga membudaya di kalangan umat,
dimana amil tidak dikenal. Zakat dilaksanakan secara individual, langsung
kepada Mustahik atau melalui para Ulama, Kiyai atau Ustadz sehingga zakat
kurang fungsional dan tidak potensial. Kalaupun ada amil yang terlembaga
hanya berada di Mesjid-Mesjid (lembaga pendidikan) yang bersifat tradisional
5Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,( Jakarta : UI Press, 1988)
h. 42 6 Kuntarno Noor Aflah, Modh. Nasir Tajang (ed), Zakat & Peran Negara. (Jakarta: Forum
Zakat, 2006) h. 14
5
dan temporer (Musiman). Karena dibentuk dan melaksanakan tugasnya hanya
pada saat bulan suci Ramadhan menjelang Idul Fitri dan bersifat pasif.7
Institusi zakat di Indonesia, pengelolaan zakat berlangsung dalam
beberapa model dan tahap. Pertama, dilakukan oleh perorangan, seperti kiyai
dan ustad. Hal ini didasari oleh pemikiran masyarakat yang masih sangat
terbatas tentang tujuan dan potensi zakat, yang kedua dilakukan oleh amil
dalam bentuk panitia atau pengurus yang berfungsi dalam waktu tertentu.
Biasanya merupakan seksi atau pengurus Masjid, lembaga dakwah atau
organisasi Islam. Ketiga, pengelolaan ZIS oleh Lembaga semacam BAZIS.8
Melalui pelayanan yang baik yang diperoleh seorang muzakki, maka
diharapkan muzakki akan tetap menyalurkan dana ZIS kembali ke lembaga
zakat tersebut. Faktor lokasi juga diyakini sebagai pendorong masyarakat untuk
menyalurkan dana ZIS pada suatu lembaga zakat. Jarak dan akses menuju
lokasi lembaga zakat dari tempat tinggal/kegiatan masyarakat dalam hal ini
muzakki diyakini cukup berpengaruh dalam hal menyalurkan dana ZIS secara
langsung pada kantor lembaga zakat tersebut. Begitu juga dengan metode
pengumpulan dana ZIS sebagai faktor yang ikut mendorong masyarakat untuk
menyalurkan dana ZIS tersebut.
Sampai saat ini, tidak sedikit muncul Badan Amil Zakat, yang berada
ditingkat pusat, wilayah, daerah dan bahkan tingkat desa, baik yang dibentuk
oleh pemerintah maupun organisasi keagamaan. Namun dalam praktiknya
7 Ibid. h. 77
8 Muhtar Sadili, Amru (ed).Problematika Zakat Kontemporer Artikulasi Proses Sosial
Politik Bangsa, (Jakarta: Forum Zakat, 2003). h. 76
6
seringkali zakat kurang mencapai sasaran dan hasilnya pun tidak maksimal
dikarenakan dalam pengelolaannya tidak terorganisir dengan baik. Masyarakat
seringkali menyalurkan zakatnya secara langsung tanpa melalui amil, yang
dihadapi lembaga penerima adalah bahwa para muzakki lebih suka
menyerahkan zakatnya kepada mustahiq secara langsung. Mereka merasa
nyaman melakukan itu karena mereka memberikan langsung kepada yang
berhak. Jika diserahkan kepada lembaga, mereka ragu akan ke tersalurkan.
Namun dengan cara seperti itu justru tidak akan membantu kaum miskin,
karena lebih bersifat konsumtif, sehingga berapun uang yang dizakatkan akan
tidak bermanfaat banyak karena tidak produktif.
Untuk itu, rata-rata yang menjadi permasalahan dalam pemyaluran zakat
yaitu masalah aspek lokasi, kemudahan, pelayanan dan kepercayaan. Ke empat
aspek ini yang menjadi pertimbangan muzakki dalam menentukan tempat
penyaluran zakatnya. Jadi LAZ maupun BAZ harus membangun ke empat
aspek tersebut guna meratakan perkembangan zakat.
Reteh adalah salah satu Kecamatan di daerah kabupaten Indragiri Hilir
(Inhil) Riau dengan Ibukota Kecamatan yakni Pulau Kijang. Berada di aliran
sungai Gansal, memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Merupakan daerah
tempat tinggal masyarakat beraneka ragam suku, dimana suku pertama yang
mendiami Reteh yakni suku Melayu, kemudian ditempati oleh suku - suku lain
seperti suku Bugis, Jawa, Banjar, Minang dan Batak. Dengan jumlah penduduk
7
sekitar 17.000 Penduduk bermata pencarian Petani, Nelayan, Pedagang, dan
Pegawai Pemerintah. 9
Pada tahun 2010, pengumpulan dana zakat di kecamatan Reteh mencapai
Rp.25.525.0009.10
memang pencapaian dalam pengnumpulan dana zakat ini
belum maksimal. Dengan lokasi kecamatan Reteh yang berada jauh dari pusat
kota, menyulitkan masyarakatnya menyalurkan zakatnya, jadi masyarakat
disana kebanyakan menyerahkan langsung zakatnya ke fakir miskin, atau BAZ
dan jarang memberikan zakatnya ke LAZ.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
menganalisa permasalahan-pemasalahan yang di paparkan diatas dengan
melakukan penelitian yang mengangkat judul PREFERENSI MASYARAKAT
KECAMATAN RETEH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI
RIAU DALAM MENYALURKAN DANA ZAKAT.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Masalah yang akan diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika di teliti
secara menyeluruh, maka dari itu agar permasalahan bisa lebih terfokus dan
spesifik, serta untuk menghindari kemungkinan terjadi tumpang tindih,
maka penulis membatasi masalah dengan kajian tentang Preferensi
masyarakat dalam menyalurkan dana zakatnya. Dimana ada beberapa faktor
9 Profile Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri hilir, Provinsi Riau, di lihat pada www.
Reteh Online. Com, yang diakses pada tanggal 26 Mei 2014.
10 Penyuluhan dana zakat kementerian Agama Provinsi Riau, di lihat pada www. Kemenag
Riau.go.id pada tanggal 26 Mei 2014.
8
yang menpengaruhi keputusan dalam menyalurkan dana zakat. Faktor
tersebut adalah lokasi, kemudahan, pelayanan dan kepercayaan.
Ke empat faktor ini menjadi pembatasan permasalahan dalam skripsi ini
dimana setiap faktor mempunyai pengaruh muzakki dalam menyalurkan
zakatnya.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Preferensi Masyarakat Kecamatan Reteh untuk menyalurkan
zakat pada Individual atau lembaga?
2. Apakah aspek lokasi, kemudahan, pelayanan, dan kepercayaan
menentukan tempat menyalurkan dana zakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan preferensi masyarakat Kecamatan Reteh dalam
menyalurkan dana zakatnya.
2. Untuk menjelaskan aspek lokasi, kemudahan, pelayanan dan kepercayaan
dapat menentukan tampat menyalurkan zakat di masyarakat Kecamatan
Reteh.
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
9
a. Manfaat akademis
1. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai
Preferensi Masyarakat dalam menyalurkan zakatnya.
2. Sebagai kontribusi pemikiran bagi jurusan Manajemen Zakat, Infaq
Shodaqoh, dan Wakaf (ZISWAF) khususnya dalam
mensosialisasikan zakat kepada masyarakat
3. Sebagai tambahan literatur terutama yang berkaitan dengan masalah
Preferensi masyarakat dalam menyalurkan zakat. Dan Sebagai
kontribusi pemikiran bagi masyarakat kelurahan kenanga dalam
menyalurkan zakatnya.
b. Manfaat praktis
1. Sebagai acuan dalam menentukan penyaluran dana zakat yang di
lakukan masyarakat.
2. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pengelola zakat untuk
menyadarkan masyarakat dan untuk menyalurkan zakat kepada
lembaga.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi
bagi masyarakat yang ingin menyalurkan dana zakatnya.
D. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, merujuk dari beberapa penelitian yang telah ada,
berikut ini kajian pustaka dari penelitian dan perbedaan dari penelitian
sebelumnya
10
NO Nama Peneliti/
Judul Penelitian
Keterangan Penelitian/
Isi Penelitian
Perbedaan
1 Sebuah penelitian
yang berjudul
“Preferensi dan
Keputusan
Masyarakat dalam
Menyalurkan zakat
(studi pada
Kecamatan Karawaci
Tangerang)” , pada
tahun 2011. Yang
ditulis oleh Lisna Nety
Herawati mahasiswa
fakultas Syariah dan
Hukum Konsentrasi
Perbankan Syariah,
UIN Jakarta.
Isi dari
penelitian ini adalah
bagaimana preferensi
dan keputusan
masyarakat kecamatan
Karawaci, Tangerang,
dalam menentukan
tempat pembayaran
zakat apakah ke
mustahiq langsung, ke
LAZ (Lembaga Amil
Zakat) maupun
BAZ(Badan Amil
Zakat).
Yang Membedakan
Dengan Penelitian
Ini Adalah Lokasi
Penelitian, Dimana
Lokasi Penelitian
Ini Di Kecamatan
Reteh , Kabupaten
Indragiri Hilir, Riau
2 Sebuah penelitian
yang berjudul
“Analisis Faktor-
Faktor pendorong
Masyarakat dalam
Dalam penelitian ini
menjelaskan faktor-
faktor pendorong
masyarakat
menyalurkan dana ZIS
Yang membedakan
dari penelitian ini
adalah dimana
penelitian ini tidak
membahas tentang
11
Menyalurkan dana
Zakat melalui BAZDA
Sumatera Utara”
pada tahun 2012, yang
ditulis oleh Andi
Riswan Ritonga
Mahasiswa Fakultas
Ekonomi jurusan
ekonomi
pembangunan
Univesitas Sumatera
Utara.
mereka, faktor tersebut
yaitu lokasi, pelayanan,
dan teknik pengumpulan
(Fundraising) . serta
kendala-kendala baik
internal maupun
ekternal dari BAZDA.
strategi fundraising
BAZDA, penelitian
hanya mengetahui
preferensi
masyarakat dalam
menyalurkan dana
zakanya, apakah ke
mustahiq langsung,
LAZ dan BAZ
3 Sebuah penelitian
yang berjudul“
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Pengumpulan Zakat,
Infaq dan Shoddaqoh
pada Badan Amil
Zakat Daerah
SUMUT” yang ditulis
oleh Rahmadhani
pada tahun 2011
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah metode
deskriptif, yang
menunjukkan bahwa
perkembangan
pengumpulan zakat,
infaq dan shoddaqoh
mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Sedangkan faktor-
Yang membedakan
dengan penelitian
ini adalah Lokasi
Penelitian yang
berada di kota
Kecamatan Reteh,
juga yang
membedakan dari
penelitian ini
menggunakan aspek
lokasi, kemudahan,
12
Mahasiswa Fakultas
Ekonomi jurusan
ekonomi
pembangunan
Univesitas Sumatera
Utara.
faktor yang
mempengaruhi
pengumpulan tersebut
adalah moment bulan
keagamaan,pendapatan
dan usia muzakki.
pelayanan, dan
kepercayaan,
penelitian ini tidak
menggunakan aspek
moment bulan
keagamaan.
E. Kerangka Teori
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Preferensi adalah suatu pilihan,
kencenderungan atau kesukaan, dalam hal ini preferensi adalah
kencenderungan masyarakat dalam menentukan tempat pembayaran zakat.
Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat
oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, dalam hal ini, adalah
masyarakat yang mampu membayar zakatnya, atau yang sering disebut
Muzakki.
Zakat menurut bahasa berarti berkah, bersih dan berkembang. Dinamakan
berkah, karena dengan membayar zakat, hatinya akan bertambah baik,
sehingga akan menjadikan hartanya tumbuh laksana tunas – tunas pada
tumbuhan karena karunia dan keberkahan yang diberikan Allah SWT kepada
seorang muzakki.11
Reteh adalah salah satu Kecamatan di daerah kabupaten Indragiri Hilir
(Inhil) Riau dengan Ibukota Kecamatan yakni Pulau Kijang. Berada di aliran
11
Hikmah Kurnia, Panduan Pintar Zakat ( Jakarta : Qultum Media, 2008), Cet. Pertama,
h. 2
13
sungai Gansal, memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Merupakan daerah
tempat tinggal masyarakat beraneka ragam suku, dimana suku pertama yang
mendiami Reteh yakni suku Melayu, kemudian ditempati oleh suku - suku lain
seperti suku Bugis, Jawa, Banjar, Minang dan Batak. Dengan jumlah penduduk
sekitar 17.000 Penduduk bermata pencarian Petani, Nelayan, Pedagang, dan
Pegawai Pemerintah. 12
F. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan ini merujuk kepada buku pedoman skripsi
tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syraif
Hidayatullah, berikut ini adalah sistematika penulisan :
Bab I Berisi pendahuluan, yang mencakup latar belakang, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, Kajian
Pustaka, Kerangka Teori, dan sistematika penulisan .
Bab II Berisi tentang gambaran umum tentang pengetian Zakat, golongan
penerima zakat, dan pengertian tentang preferensi, serta pengertian
aspek lokasi, kemudahan, pelayanan dan kepercayaan.
12
Profile Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri hilir, Provinsi Riau, di lihat pada www.
Reteh Online. Com, yang diakses pada tanggal 26 Mei 2014.
14
Bab III Berisi tentang Metode Penelitian. Tentang Lokasi Penelitian ,
objek Penelitian Jenis Penelitian, teknik Pengumpulan Data, teknik
Pengambilan sample Metode Analisis data,
Bab IV Bab ini membahas tentang hasil penelitian. Preferensi masyarakat
dalam menentukan pilihan masyarakat untuk memilih tempat
pembayaran zakat, dan pengaruh aspek lokasi, kemudahan,
pelayanan dan kepercayaan dalam menentukan tempat pembayaran
zakat.
Bab V Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berarti berkah, bersih dan berkembang.
sedangkan Zakat menurut terminologi (syar‟i) adalah sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada orang
yang berhak menerima zakat (mustahiq) di dalam Al – Qur‟an.1
Sementara menurut Yusuf Al – Qaradhawi, Zakat dari segi bahasa
merupakan kata dasar dari zakat yang berarti berkah, tumbuh bersih dan
baik. Zakat berarti tumbuh dan berkembang dan apabila seseorang itu
berzakat, berarti orang itu baik.2 Zakat berarti menumbuhkan,
memurnikan, (mensucikan), memperbaiki, yang berarti pembersihan diri
yang didapatkan setelah pelaksanaan kewajiban membayar zakat.3
Jadi bisa disimpulkan antara pengertian zakat secara bahasa dan istilah,
yaitu setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci,
berkah besih dan berkembang.
1 Hikmah Kurnia, Panduan Pintar Zakat ( Jakarta : Qultum Media, 2008), Cet. Pertama,
h. 2-3 2 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat ( Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), Cet. Ke-6,
h. 34 3 Rahman Afzalu, Doktrin Ekonomi Islam ( jilid III ) ( Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 2002), Cet. Ke-2, h. 235.
16
2. Dasar Hukum Zakat
Perintah atau kewajiban membayar zakat disebutkan secara jelas dalam
al-Qur‟an. Setidaknya ada 33 kali ayat dalam al-Qur‟an berkaitan dengan
perintah zakat yang beriringan dengan perintah shalat. Seperti pada surat
al-Baqarah ayat 43 Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku”' ( QS 2: 43 )
Pada ayat lain Allah menjelaskan bahwasanya; dengan mengeluarkan
zakat dapat membersihkan dan mensucikan harta sebagaimana dalam
firmannya pada surat At-Taubah ayat 103. Allah berfirman:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui”( QS 9: 103 )
Pada ayat berikutnya dalam surat al-Baqarah ayat 110 Allah SWT
berfirman:
17
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha
melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. ( QS. 2: 110 )
Dengan demikian bisa kita simpulkan dari ketiga ayat di atas
pentingnya mengeluarkan zakat sebagai tanda rasa syukur dan ketaatan
kepada sang pencipta, selain itu zakat yang kita keluarkan sejatinya tidak
berkurang sedikitpun melainkan dapat tumbuh dan berkambang.
3. Macam-Macam Zakat
Zakat mempunyai dua macam jenisnya yaitu zakat fitrah (Zakat diri
sendiri) dan zakat mal (zakat harta). Berikut adalah uraian mengenai
macam-macam zakat:
a. Zakat Fitrah
Pengertian Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap
muslim yang dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah
diwajibkan pada tahun kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan
diwajibkan untuk mensucikan diri dari orang yang berpuasa dari
perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-minta pada
saat hari raya4.
4 Ali Muhammad Hasan, Zakat dan Infaq: Salah Satu Salusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia( Jakarta: Kencana predana Media Group, 2006) h.15
18
Syarat-Syarat dan Nishab Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah
kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum
muslimin tanpa membedakan antara orang merdeka dengan hamba
sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak dan orang
dewasa, dan antara orang kaya dan orang miskin. Maka jelas zakat
fitrah itu tidak terikat pada nishab.ada pun ada dua cara dalam
membayar zakat fitrah yaitu dengan cara ,5
1. Zakat fitrah diserahkan langsung oleh yang bersangkutan kepada
fakir miskin. Apabila ini dilakukan maka sebaiknya pada malam
hari raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari
sebelum shalat Idul Fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah
itu lebih melapangkan kehidupan mereka.
2. Zakat fitrah diserahkan kepada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu
dilakukan maka sebaiknya diserahkan beberapa hari sebelum hari
raya Idul Fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan
baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimanya.
b. Zakat Maal (Harta)
Pengertian Maal (Harta) menurut bahasa ialah segala sesuatu yang
diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan, memiliki dan
dimanfaatkan, sedangkan menurut syara‟ adalah segala sesuatu yang
dapat dimiliki dan dapat digunakan menurut kebiasaannya.6
5Kartika Elisa Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf,(Jakarta PT.Grasindo,
2006) h. 23 6Ibid h. 24
19
Harta yang wajib di keluarkan zakatnya Dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pada pasal 4 ayat (2)
harta yang wajib dikenakan zakat meliputi : Emas, perak, dan logam
mulia lainnya, Uang dan surat berharga lainnya. Perniagaan.
Pertanian, perkebunan, dan kehutanan.,Peternakan dan perikanan.
Pertambangan. Perindustrian;. Pendapatan dan jasa, dan Rikaz.
Zakat maal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan
serta penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah
mencapai nishab dan haulnya. Perhitungan zakat maal menurut
nishab, kadar, dan haul yang dikeluarkan ditetapkan berdasarkan
hukum agama.
Apapun macam-macam jenis zakat. namun, tidak mengurangi nilai
dan tujuan dari zakat yaitu membantu sesama kaum muslimin yang tidak
mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sedangkan untuk diri
kita sendiri bertujuan untuk membersihkan atau mensucikan harta kita.
4. Golongan Penerima Zakat
Di dalam Al-Quran telah jelas golongan orang yang berhak menerima
zakat, yaitu pada surat At-Taubah ayat 60 :
20
Artinya :”sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS At-Taubah :60)
Ayat diatas menerangkan bahwa terdapat delapan golongan (8
Ashnaf) yang berhak menerima zakat, karena telah tercantum di dalam Al-
quran, maka siapapun tidak boleh mengubah golongan penerima zakat ini,
berikut ini adalah penjelasan terhadap delapan ashnaf itu:
a. Fakir
Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang
halal, atau yang mempunyai harta yang kurang dari nishab zakat dan
kondisinya lebih buruk dari pada orang miskin.7
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hambali
mengenai tentang arti fakir: 8
1. Imam Hanafi, orang fakir adalah orang yang mempunyai harta kurang
dari satu nishab.
2. Imam Maliki, orang fakir adalah orang yang mempunyai harta,
sedangkanhartanya tidak mencukupi untuk keperluannya selama satu
tahun.
7 Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.
140 8 Abu bakar, Imam Taqiyudin bin Muhammad al Husaini.” Kifaytul Akhyar”. (Bina
Iman, 9 H) h. 441, dilihat di www. chamcoelfalah.blogspot.com, diakses pada tanggal 26 Agustus
2014.
21
3. Imam Syafi‟I orang fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta
dan usaha atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua)
keperluannya dan tidak ada orang yang menanggungnya.
4. Imam Hambali orang fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta
atau mempunyai harta kurang dari ½ (seperdua) keperluannya.
Dengan demikian, pengertian fakir adalah orang yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya atau tidak bisa memenuhi setengah dari
keperluan hidup mereka seperti sandang, pangan, dan papan.
b. Miskin
Miskin menurut mayoritas ulama adalah orang yang tidak memiliki
harta dan tidak mempunyai pencarian yang layak untuk memenuhi
kebutuhannya.9
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hambali
mengenai tentang arti miskin: 10
1. Menurut Imam Hanafi orang miskin adalah orang yang tidak
mempunyai sesuatu apapun.
2. Imam Maliki orang miskin ialah orang yang tidak mempunyai sesuatu
apapun.
3. Imam Syafi‟I orang miskin adalah orang yang mempunyai harta tetapi
tidak mencukupi kebutuhannya.
9 Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2008), h.
141 10
Makalah Syamsul Falah, “Mustahik Zakat” , dilihat di www. .
chamcoelfalah.blogspot.com, diakses pada tanggal 26 Agustus 2014
22
4. Terakhir menurut Imam Hambali orang miskin adalah orang yang
mempunyai harta tetapi tidak mencukupi kebutuhannya.
Melihat pengertian diatas, antara Mazhab Hanafi dan Maliki
mendefinisikan orang miskin ialah orang yang keadaan ekonominya
lebih buruk dari orang fakir. Sedangkan menurut Mazhab syafi‟I dan
Hambali sama orang yang mempunyai harta tetapi tidak mencukupi
kebutuhannya.
c. Amil
Amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan yang
berkaitan dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan,
penjagaan, pemeliharaan, pengelolaan sampai ke proses
pendistribusiannya serta tugas pencatatan masuk dan keluarnya dana
zakat tersebut.11
Amil menurut kesepakatan semua Imam Madzhab, adalah orang yang
bertugas mengurus dan membagikan zakat kepada yang berhak
menerimanya.12
Adil bin Yusuf al „Azazi berkata, “Yang dimaksud dengan amil zakat
adalah para petugas yang dikirim oleh penguasa untuk mengunpulkan
zakat dari orang-orang yang berkewajiban membayar zakat. Demikian
pula termasuk amil adalah orang-orang yang menjaga harta zakat serta
orang-orang yang membagi dan mendistribusikan zakat kepada orang-
11
Salim Segaff Al Jufri, “Fiqh Amil Zakat” artikel diakses pada 20 Januari 2012 dari
www.pkpu.or.id 12
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Madzhab.( Jakarta: Lentera Basritama,
2000). h.192
23
orang yang berhak menerimanya. Mereka itulah yang berhak diberi zakat
meski sebenarnya mereka adalah orang-orang yang kaya.13
Syeikh Muhammad bin Sholih Al „Utsaimin mengatakan, “Golongan
ketiga yang berhak mendapatkan zakat adalah amil zakat. Amil zakat
adalah orang-orang yang diangkat oleh penguasa untuk mengambil zakat
dari orang-orang yang berkewajiban untuk menunaikannya lalu menjaga
dan mendistribusikannya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar kerja
mereka meski mereka sebenarnya adalah orang-orang yang kaya.
Sedangkan orang biasa yang menjadi wakil orang yang berzakat untuk
mendistribusikan zakatnya bukanlah termasuk amil zakat. Sehingga
mereka tidak berhak mendapatkan harta zakat sedikitpun disebabkan
status mereka sebagai wakil. Akan tetapi jika mereka dengan penuh
kerelaan hati mendistribusikan zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan penuh amanah dan kesungguhan maka mereka
turut mendapatkan pahala. Namun jika mereka meminta upah karena
telah mendistribusikan zakat maka orang yang berzakat berkewajiban
memberinya upah dari hartanya yang lain bukan dari zakat.14
Oleh karena itu, amil zakat tidak bisa dikerjakan oleh sembarang
orang, petugas amil harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dapat
dipercaya, taat pada Agama dan mengerti tentang seputar zakat
d. Muallaf
13
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani,”Tamamul Minnah fi Fiqh al Kitab wa
Shahih al Sunnah” (terbitan Muassasah Qurthubah Mesir) h.2/290 14
Majalis Syahri Ramadhan, Syaikh Muhammad bin Sholih Al „Utsaimin, cet Darul
Hadits Kairo, hal 163-164.
24
Orang yang niat keislamanya masih lemah atau orang tersebut
mempunyai pengaruh kekuasaan jika orang tersebut di beri zakat maka
dapat di harapkan untuk bisa menarik anggota yang lainya untuk masuk
Islam.15
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan
Hambali mengenai tentang arti Muallaf:16
1. Imam Hanafi : Mereka tidak diberi zakat lagi sejak zaman kholifah
Abu Bakar As-Shiddiq.
2. Imam Maliki : Madzhab ini mempunyai dua pendapat tentang muallaf,
yaitu Orang kafir yang ada harapan masuk islam. Orang yang baru
memeluk islam.
3. Imam Syafi‟i : Mempunyai dua pengertian tentang muallaf, Orang
yang baru masuk islam dan masih lemah imannya. Orang islam yang
berpengaruh dalam kaumnya dengan harapan orang disekitarnya akan
masuk islam.
4. Imam Hambali : Muallaf adalah orang islam yang ada harapan
imannya akan bertambah teguh atau ada harapan orang lain akan
masuk islam karena pengaruhnya.
Pada intinya muallaf adalah seseorang yang baru masuk Islam, namun
imannya masih lemah, sehingga perlu diberi uang zakat untuk orang
tersebut focus untuk memperkuat imannya, tidak perlu mengurusi harta
orang tersebut.
e. Riqab
15
.Sayyid Al-al Bakrī, I‟anatuţālibīn,h. 215 16
Makalah Syamsul Falah, “Mustahik Zakat”, dilihat di www. . chamcoelfalah.blogspot.com, diakses pada tanggal 26 Agustus 2014
25
Istilah ini digunakan untuk suatu proses pelepasan atau pembebasan
perbudakan karena perbudakan bagi manusia merupakan belenggu.
Membebaskan budak belian artinya sama dengan menghilangkan atau
melepaskan belenggu tersebut.17
Karena perbudakan telah tiada maka
Perkembangan pengertian riqab dapat diartikan dengan golongan atau
bangsa yang sedang membebaskan diri dari eksploitasi pihak lain atau
bangsa yang masih dalam penjajahan bangsa lain.18
Berikut ini
pandangan Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hambali mengenai tentang
arti riqab:
1. Imam Hanafi Riqab adalah hamba yang telah dijanjikan oleh tuannya
bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang atau dengan harta
lainnya.
2. Imam Maliki : Riqab adalah hamba muslim yang dibeli dengan uang
zakat dan dimerdekakan
3. Imam Syafi‟i : Riqab adalah hamba (budak) yang dijanjikan oleh
tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya.
4. Imam Hambali : Riqab adalah hamba yang dijanjikan oleh tuannya
bahwa dia boleh menebus dirinya dengan uang yang telah ditentukan
oleh tuannya.19
Untuk itu, pada saat ini rasanya riqab sudah jarang terjadi, darimana
dana zakat ini digunakan untuk menebus orang yang menjadi korban
17
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h. 578 18
Ibid., h. 592 19
Makalah Syamsul Falah, “Mustahik Zakat” , dilihat di www. .
chamcoelfalah.blogspot.com, diakses pada tanggal 26 Agustus 2014
26
perbudakan sehingga asnaf ini jarang digunakan oleh lembaga atau
badan.
f. Gharimin
Ialah orang yang karena kesulitan hidupnya terlilit hutang sehingga
tidak dapat membayar hutangnya yang mana hutangnya tadi tidak untuk
perbuatan maksiat.20
Pengertian ini berkembang pada orang yang
dinyatakan pailit dalam usahanya sehingga ia dalam kesulitan memenuhi
keperluan hidupnya di samping kewajiban hutang yang harus di bayar.
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hambali
mengenai tentang arti gharimin:
1. Imam Hanafi : Ghorimin adalah orang yang mempunyai hutang,
sedangkan hartanya diluar hutang tidak cukup satu nishab. Dan ia
diberi zakat untuk membayar hutangnya.
2. Imam Maliki : Ghorimin adalah orang yang berhutang sedangkan
hartanya tidak mencukupi untuk membayar hutangnya. Dan diberi
zakat dengan syarat hutangnya bukan untuk sesuatu yang fasad
(jahat).
3. Imam Syafi‟i : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin
yaitu, orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang
berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri,
dan orang yang berhutang karena menjamin hutang orang lain.
20
Sayyid Al-al Bakrī, I‟anatuţālibīn, h. 216
27
4. Imam Hambali : Mempunyai beberapa pengertian tentang ghorimin
yaitu, orang yang berhutang untuk mendamaikan dua orang yang
berselisih. orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan
yang mubah atau haram tetapi dia sudah bertaubat.21
Dengan demikian, gharimin adalah orang yang mempunyai hutang
dan tidak mampu membayarnya atau bangkrut, sehingga orang tersebut
berhak mendapatkan dana zakat.
g. Fisabilillah
Berasal dari kata sabil/thariq yang berarti jalan. Jadi sabilillah artinya
jalan untuk menyampaikan pada ridho Allah, baik akidah maupun
perbuatan. golongan sabilillah sekarang ini adalah untuk menyiapkan
penyebar-penyebar agama Islam dan menyiapakan mereka ke daerah-
daerah yang minor agamanya termasuk didalamnya untuk membiayai
sekolah-sekolah yang mengajarkan pengetahuan agama dan lainya yang
dibutuhkan di masyarakat.22
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki,
Syafi‟I, dan Hambali mengenai tentang arti Fisabilillah:23
1. Imam Hanafi : Fisabilillah adalah bala tentara yang berperang pada
jalan Allah.
2. Imam Maliki : Fisabilillah adalah bala tentara, mata-mata dan
untukmembeli perlengkapan perang dijalan Allah.
21
Abu bakar, Imam Taqiyudin bin Muhammad al Husaini. Kifaytul Akhyar. (Bina Iman, 9
H). h. 446 22
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1996), jilid III, h.102 23
Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Madzhab.( Jakarta: Lentera Basritama, 2000).
h. 193
28
3. Imam Syafi‟i : Fisabilillah adalah bala tentara yang membantu dengan
kehendaknya sendiri dan tidak mendapat gaji serta tidak mendapatkan
harta yang disediakan untuk berperang.
4. Imam Hambali : Fisabilillah adalah bala tentara yang tidak mendapat
gaji dari pemerintah.
Secara garis besar, fisabilillah adalah orang berjuang untuk
mempertahankan dan memaju Agama Allah yaitu Islam, atau orang yang
berjuang dijalan Allah.
h. Ibnu Sabil
Menurut jumhur ulama adalah kiasan untuk musafir, yaitu orang yang
melintas dari satu daerah ke daerah yang lain.24
Sedang menurut
golongan Syafi‟i ibnu sabil itu ada dua macam pertama adalah orang
yang mengadakan perjalanan di negeri tempat tinggalnya, artinya di
tanah airnya sendiri. Kedua orang asing yang manjadi musyafir, yang
melintasi suatu negeri.25
Berikut ini pandangan Imam Hanafi, Maliki,
Syafi‟I, dan Hambali mengenai tentang arti Ibnu Sabil:
1. Imam Hanafi : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan,
yang putus perhubungan dengan hartanya.
2. Imam Maliki : Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan,
sedang ia butuh untuk ongkos pulang kenegerinya. Dengan syarat
perjalanannya bukan untuk maksiat.
24
Qardawi, Hukum Zakat, h. 645 25
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h. 103
29
3. Imam Syafi‟i : Ibnu Sabil adalah orang yang mengadakan perjalanan
yang bukan maksiat tetapi dengan tujuan yang sah.
4. Imam Hambali : Ibnu Sabil adalah orang yang keputusan belanja
dalam perjalanan yang halal.
Jadi, Ibnu Sabil adalah orang yang dalam perjalanan namun ditengah
perjalanannya orang tersebut kehabisan perbekalan, dengan niatan orang
tersebut melakukan perjalanan yang mulia seperti menuntut ilmu,
sehingga ia berhak menerima dana zakat.
Demikianlah, teori mengenai golongan orang penerimana
zakat(Mustahiq), seperti yang diketahui terdapat 8 golongan penerima zakat
yaitu, fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu
sabil. Secara garis besar, pendapat para imam empat mazhab adalah sama,
namun yang menbedakannya hanya kreteria-kreteria dari delapan asnaf ini.
5. Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat
Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat Zakat sebagai sumber
dana yang potensial yang dapat digunakan dalam menunjang kesejahteraan
masyarakat, jelas memiliki manfaat dan hikmah tersendiri. Menurut Heri
Sudarsono dalam bukunya Bank dan lembaga Keuangan Syariah, manfaat
dan hikmah zakat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :26
a. Menghindari kesenjangan antara aghniyah dan dhu‟afa.
b. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakaan orang jahat.
26
Heri Sudarsono,. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Yogyakarta Pres, 2007).h135
30
c. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam
distribusi. harta (social distribution) dan keseimbangan tanggung jawab
individu dalam masyarakat.
d. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas
prinsip-prinsip: ummat wahidan (umat yang satu), musawah
(persamaan derajat), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dan
takaful ijti‟ma (tanggung jawab bersama).
e. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa
dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).
Zakat adalah ibadah maliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial
ekonomi dan pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan
solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat
kebersamaan umat dan bangsa sebagai pengikat batin antara golongan kaya
dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan
yang kuat dengan yang lemah,
B. Preferensi
1. Pengertian Preferensi
Dalam kamus bahasa indonesia preferensi adalah hak untuk didahulukan
dan diutamakan dari pada lain : Prioritas, pilihan, kecenderungan,
kesukaan.27
27
Pusat Bahasa, kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramadia Pustaka Utama, 2008) h.
1100
31
Dalam penjelasan lain, preferensi adalah seperangkat objek yang dinilai
sesuai atau mendekati kesesuaian dengan persyaratan yang dikehendaki oleh
konsumen. 28
.
Preferensi juga didefinisikan sebagai sebuah konsep, yang digunakan
Ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan atas pilihan realitas
atau imajiner antara alternatif-alternatif dan kemungkinan dari peningkatan
alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan, kepuasaan, gratifikasi,
pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai sumber
motivasi. Di Ilmu Kognitif, Preferensi individual memungkin pemilihan
tujuan/ goal.29
Jadi preferensi adalah suatu kecenderungan atau perilaku seseorang
dalam memilih sesuatu baik barang, atau jasa yang dianggap baik untuk
mencapai tujuan mereka, atau kelompok dengan mempertimbangkan faktor-
faktor dan aspek-aspek tertentu.
2. Bentuk-Bentuk Preferensi
a. Preferensi Individu
Preferensi atas sekumpulan benda atau jasa apa saja itu terang saja
bisa berbeda-beda, di mana para ekonom (utamanya ekonom neoklasik)
dasar keputusan manusia atas pilihan –pilihan yang berbeda itu, adalah
sama.
28
Titis Shinta Dewi, “Analisis Penentuan posisi Merek Mobil Jenis City Car
Berdasarkan persepsi dan Preferensi konsumen di Kota Malang” Jurnal ekonomi dan Manajemen,
Oktober, 2005. 29
Pengertian Preferensi, Artikel diakses pada 18 April dari http//wikipedia org/wiki /
preferensi
32
Maksudnya, saat harus membuat atau mengambil keputusan,
manusia, baik tua atau muda,baik laki-laki atau perempuan, baik di kota
atau di desa, manusia hanya mengacu pada dirinya sendiri.
b. Preferensi Sosial
Kerjasama bersyarat itu patut digolongkan sebagai preferensi
sosial. Pokok yang disebut belakangan ini terkait dengan bagaimana
orang menyusun urutan atau ranking untuk dirinya sendiri dan untuk
orang lain, saat berhadapan dengan urusan pembagian materi yang
berbeda-beda. Dalam bahasa sehari-hari, ini soal bagi-membagi sesuatu
untuk diri seseorang dan untuk orang lain.30
Jadi preferensi bukan digunakan secara individu tapi juga secara
sosial atau masyarakat untuk menentukan pilihan, dan pada intinya
preferensi individu bermanfaat bagi diri sendiri seperti membeli barang
atau jasa, sedangkan preferensi sosial mengacu kepada diri sendiri dan
orang lain.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat
a. Lokasi
Lokasi memang berpengaruh terhadap dimensi-dimensi pemasaran
strategis, sedangkan bagi konsumen sendiri pemilihan lokasi
dimaksudkan untuk kemudahan akses dalam menjangkau perusahaan jasa
30
Preferensi sosial, dilihat www.individusosial.blogspot.com diakses pada tanggal 15
Agustus 2014.
33
tersebut.31
Faktor-faktor yang dianggap menjadi pertimbangan bagi
kedua belah pihak, yaitu :
1. Akses, misalnya lokasi yang dilalui mudah dijangkau oleh transportasi
umum.
2. Visibilitas, yaitu lokasi dan tempat dapat dilihat dengan jelas dari
jarak pandangan yang normal.
3. Lalu lintas (traffic), misalnya kepadatan dan kemacetan lalu lintas
yang menjadi hambatan seseorang untuk menjangkau lokasi
perusahaan.
4. Tempat parkir yang luas, aman, dan nyaman baik untuk roda dua
maupun roda empat.
Kemudahan dalam mencapai lokasi menjadi prioritas, dari akses
visibilitas, lalu lintas dan tempat parkir. Agar para konsumen menghemat
waktu dan tenaga untuk mencapai lokasi.
b. Pelayanan
Prinsip-Prinsip Pelayanan Untuk terus dapat meningkatkan pelayanan
organisasi pengelolaan zakat kepada masyarakat terutama kepada para
muzakki, maka harus dilaksanakan dan dikembangkan prinsip-prinsip
pelayanan kepada muzakki pada OPZ, yaitu : .32
1. Memberikan kemudahan dan tidak dipersulit.
2. Memberikan informasi yang diperlukan sebagaimana yang diketahui.
31
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa,( Jawa Timur.Bayumedia Publishing, 2005) h.147 32 Dirjen Bimas Islam Dan Haji, Manajemen Pengelolaan Zakat , (Jakarta
Departemen Agama RI, , 2007) h.82
34
3. Tidak menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi, kecuali atas
keinginan muzakki.
4. Jangan mendesak muzakki dengan sesuatu yang tidak disukai.
5. Jangan berjanji sesuatu yang diyakini tidak mudah untuk dipenuhi.
6. Jangan lupa mengucapkan terima kasih.
Inti dari konsep pelayanan bagi OPZ yaitu, pelayanan yang senan hati
melayani dengan ikhlas, tidak ada paksaan atau tekanan, para petugas juga
harus bersabar melayani muzakki yang menginginkan sesuai permintaan
mereka.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Preferensi
a. Faktor Budaya
Budaya adalah penyebab dasar dan perilaku konsumen. Perilaku
manusia sebagian besar merupakan hasil dari proses belajar. Sewaktu
tumbuh dalam masyarakat seorang anak belajar mengenai persepsi,
keinginan dan perilaku dasar dari keluarga dan lembaga penting
lainya. 33
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Budaya dapat didefinisikan sebagai
kreativitas manusia dari satu generasi berikutnya yang menentukan
bentuk perilaku dalam kehidupannya. Kebudayaan merupakan suatu
hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan,
33
Philip koster dan Gary Amstrong, “Dasar-Dasar Pemasaran Terjemahan” ( Jakarta :
PT Indeks, 2004) h. 200
35
seni, moral, adat, kebiasaan dan norma yang berlaku pada
masyarakat.34
b. Faktor Sosial
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status yang melingkupi seseorang
tersebut.
Kelompok adalah orang-orang di sekeliling kita, baik secara
langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi sikap dan perilaku.35
Kelompo dibagi menjadi dua, yaitu kelompok primer seperti keluarga,
teman, tetangga dan teman sejawat. Sedangkan kelompok sekunder
cenderung pada interaksi yang kurang berkesinambungan.
C. Faktor Personal
Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karateristik
pribadi seperti :
1) Umur dan tahap siklus hidup Perilaku seseorang dibentuk oleh
tahapan siklus hidup keluarga. Orang dewasa biasanya mengalami
perubahan tertentu ketika mereka menjalani hidupnya.
2) Pekerjaan misalnya pegawai pemerintahan, kebanyakan mereka
mendukung segala bentuk usaha pemerintahan demi kesejahteraan
rakyat, tak terkecuali tentang pengaturan zakat.
34
Murai dan kencana, Ekonomi Manajeral dan Strategi Bersaing ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002) h. 11 35
M. Tufiq Amir, Dinamika Pemasaran, Jelajahi dan Rasakan, ( Jakarta : PT. Grafindo
Persada , 2005) h. 50
36
3) Situasi Ekonomi yang dimaksud dengan ekonomi seseorang terdiri
dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya.
4) Gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan
lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial
seseorang.
5) Kepribadian dan konsep diri merupakan karateristik psikologis
yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya
terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
D. Faktor sikap dan Keyakinan
Sikap didefinisikan sebagai suatu penilaian seseorang terhadap
suka atau tidak, perasaan emosional yang dimana tindakannya lebih
cenderung pada objek atau ide. Sikap dapat pula diartikan sebagai
kesiapan seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitas.
Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, keyakinan berpengaruh pada
perilaku konsumen. Dimana sikap dan keyakinan sangat berpengaruh
menentukan suatu produk, merek dan pelayanan.
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi Preferensi Masyarakat
bisa terlihat bahwasanya mempunyai ikatan dengan perilaku-perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah teori-teori yang berkaitan dengan Zakat dan Preferensi. Teori-
teori ini diharapkan mampu menunjang metode penelitian dan hasil penelitian di
sub bab selanjutnya.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan
data atau informasi empiris yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dan
menguji hipotesis penelitian. Akan tetapi tidak semua penelitian mempunyai hipotesis
sehingga pengujian tersebut tidak diperlukan.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui preferensi masyarakat
dalam menyalurkan dana zakat. Dimana aspek-aspek yang mempengaruhi
preferensi masyarakat dalam menyalurkan zakat yaitu, aspek lokasi, aspek
kemudahan, aspek pelayanan, dan aspek kepercayaan. Dimana untuk mengetahui
seberapa besar aspek tersebut dapat mempengaruhi keputusan membayar zakat
serta menjelaskan alasan mereka memilih lokasi pembayaran zakat.
B. Lokasi Penelitian
Adapun tempat penelitian ini berada Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri
Hilir Provinsi Riau. Reteh berbatasan dengan daerah Kecamatan Tanah Merah di
sebelah Utara, Kabupaten Tanjung Jabung Jambi di sebelah Timur dan Selatan,
dan Kecamatan Siberida di sebelah Barat.
39
C. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.1 merupakan data yang
diperoleh dari wawancara secara langsung yaitu kepada para masyarakat
Kecamatan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir melalui daftar Pertanyaan atau
kuesioner yang telah disediakan.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan.2 Dalam hal ini merupakan literatur ilmiah terdahulu dan data
dokumen organisasi yang diperlukan dan mendukun dalam penelitian.
Adapun untuk data sekunder, diperoleh dengan mengutip literatur ilmiah
terdahulu dan data dokumen organisasi yang diperlukan dengan mencantumkan
sumber data tersebut diperoleh.
D. Tehknik Pengumpulan Data
Tehknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Wawancara dan Kuesioner. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan
data dan informasi dengan mewawancarai muzakki. Jawaban atas pertanyaan
tersebut digunakan sebagai data utama dalam mendukung kebenaran data-data
yang ada.
1Muhammad.Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2008). h. 101.
2Muhammad.Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. h. 103.
40
2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang
akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke Masyarakat kuala tungkal
Kecamatan Reteh, untuk mengetahui perkembangan data jumlah muzakki,
jumlah dana ZIS yang berhasil dihimpun dan yang disalurkan oleh Masyarakat
Kecamatan Reteh.
3. Library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan
data-data melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah,
jurnal, artikel. laporan penelitian, dan data elektronik yang bersifat online
(Internet) yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
E. Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi adalah sekumpulan satuan pengamatan yang terdiri dari objek dan
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.3Sedangkan sampel adalah
sebagian anggota populasi yang dipilih menggunakan prosedur tertentu sehingga
diharapkan dapat mewakili populasinya.4
Dalam penentuan sampel dikemukakan bahwa “apabila subjeknya kurang dari
100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang maka dapat
diambil persentase antara 10%-15%, 20%-25%.5 Besarnya populasi dalam
3Sugiyono.Metode Penelitian Bisnis.(Bandung: Alfabeta, 2009). h. 57.
4Sugiyono.Metode Penelitian Bisnis. h. 57.
5Suharini Arikunto.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000). Edisi Revisi cet. 12, h. 104
41
penelitian ini berjumlah 100 orang, yaitu masyarakat Kecamatan Reteh Kabupaten
Indragiri Hilir, yang sudah memiliki penghasilan yang memenuhi nisab dan haul
mengeluarkan zakat. peneliti mengambil sampel sebesar 10%, sehingga jumlah
sampelnya sebanyak 100 orang responden.
Dalam menentukan sampel, digunakan metode pengambilan sampel dengan
Simple Random Sampling yaitu salah satu metode sampel probabilitas dilakukan
dengan cara acak sederhana, sehingga setiap populasi memiliki kemungkinan yang
sama untuk dipilih sebagai sampel 6.
Dalam penelitian ini cara memilih sampel adalah dengan menggunakan
kelipatan ke-10 pada daftar muzakki yang tersedia, Sedangkan metode
pengumpulan data untuk variable di atas menggunakan self administered survey,
yaitu responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan. Perihal
Keterbatasan waktu dan untuk meringankan beban penulis, populasi yang dipilih
oleh penulis yaitu para masyarakat Kecamatan Reteh , di Desa Pulau Kijang, Desa
seberang Pulau Kijang, Desa Sanglar dan sekitarnya.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data adalah suatu alat yang dipakai dalam sebuah
penelitian yang berguna untuk memperoleh data yang nantinya akan dianalisis.
Data yang diperoleh akan dikumpulkan menggunakan skala model likert.7
digunakan untuk mengetahui Preferensi Masyarakat dalam membayar zakat.
6 Muhammad Teguh,. Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1999) h.160 7 Saifudin Azwar, “Penyusunan Skala Psikologi”(Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 2006) h.97
42
dengan menggunakan skala model likert yang dibuat berdasarkan teori Soerkanto
tentang indikator Preferensi yang terdri dari :
Di setiap karateristik dibuat indikator perilaku kemudian dibuat pernyataan
yaitu pernyataan yang memihak dan memberi isyarat dukungan permasalahan
yang sedang diteliti (favorabel).
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan melalui
studi dokumentasi dan literatur lainnya. Untuk mendukung kelengkapan data
sekunder dilakukan kegiatan:
a. Wawancara, merupakan salah satu teknik pengambilan data dan informasi
melalui percakapan langsung kepada responden dengan menggunakan
format tanya jawab yang terencana.
b. Kuesioner, merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup
kepada Masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai Preferensi
Masyarakat dalam menyalurkan zakat. Kuesioner dalam penelitian ini
merujuk pada ”Skala Likert” sebagai alternatif jawaban. Skala Likert
adalah suatu pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap
seseorang responden terhadap suatu pernyataan. Skala ini dikembangkan
oleh Rensis Linkert, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:8
8 Imam Ghazali,Analisis Aplikasi multivariate dengan Program IBM SPSS, ( Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005) h.41
43
Table 1.1
Skala Liker
Alternative Jawaban Bobot/Nilai item
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
G. Metode Analisis dan Pengelolaan Data
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengelolaan data dengan
menggunakan program komputer SPSS 16,0 descriptive analysis. Metode analisis
yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, dimana data-data yang
diperoleh kemudian dianalisis dengan cara tabulasi data, sehingga diperoleh
jumlah dan persentase dari variable yang diteliti, kemudian dilakukan juga dalam
bentuk analisis lain seperti : tabulasi silang (cross tab), table, frekuensi, dan grafik,
Demikianlah metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis data yang
diperoleh dari objek peneltian, sehingga mendapatkan hasil penelitian yang akurat
44
dan relevan. Dan selajuntnya penulis akan membahas tentang preferensi Masyarakat
Kecamatan Reteh dalam menyalurkan zakat.
45
BAB IV
Preferensi Masyarakat
Dalam Membayar Zakat
Dalam bab ini, penulis menyajikan karakteristik responden yang diteliti,dan
preferensi masyarakat dalam membayar zakat ,dan memaparkan hasil analisis
penelitian dan berdasarkan dari analisis data yang telah diperoleh, sehingga dapat
membahas uraian mengenai temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian.
A. Karakteristik Responden
Di dalam Karakteristik responden ini berisi tentang gambaran umum
Kecamatan Reteh, kemudian identitas responden terdiri dari Jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, gaji dan tempat penyaluran zakat. Berikut uraiannya.
1. Gambaran Umum Kecamatan Reteh
Reteh adalah salah satu Kecamatan di daerah kabupaten Indragiri Hilir
(Inhil) Riau dengan Ibukota Kecamatan yakni Pulau Kijang. Berada di aliran
sungai Gansal, memiliki potensi pertanian dan perkebunan Jumlah penduduk
Kecamatan 17.000 sampai 18.000 jiwa. Terdiri dari 18 Kelurahan dan 173 desa.
Berikut Perbatasan Wilayah Kecamatan Reteh :
Sebelah Utara : Kecamatan Tanah Merah
Sebelah Selatan : Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi
Sebelah Barat : Kecamatan Seberida
46
Sebelah Timur : Kabupaten Tanjubg Jabung Barat, Jambi
Kecamatan Reteh merupakan daerah tempat tinggal masyarakat beraneka
ragam suku, dimana suku pertama yang mendiami Reteh yakni suku Melayu,
kemudian ditempati oleh suku - suku lain seperti suku Bugis, Jawa, Banjar,
Minang dan Batak.
Para Penduduknya bermata pencarian sebagai Petani, Pedagang, Pegawai
Pemerintah dan guru. Kehidupan masyarakat Reteh terkesan biasa - biasa saja,
teknologi hanya sebatas telekomunikasi, ekonomi di hidupkan dengan
berdagang, bertani padi, berkebun kelapa dan sawit. Namun tidak sedikit
penduduk menjadi tenaga pendidik.1
Kecamatan ini memamg tidak terlalu di kenal dimasyarakat luas, namun
potensi ekonomi yang ada disana cukup besar, seperti perkebunan, perikanan
atau perdagangan.
2. Indentitas Responden
Dari 100 kuesioner yang disebarkan, 64 orang yang memenuhi kriteria
sebagai responden. Sebanyak 22 orang tidak mengembalikan kuesioner dan 14
orang tidak lengkap mengisi kuesioner. kepada 64 orang responden maka
dilakukanlah indentifikasi terhadap responden yang sebagai berikut
:
1Profile Kecamatan Reteh, dilihat Pada www.Retehonline.com diakses pada tanggal 26 juni
2014.
47
a. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar, maka jenis kelamin di
kelompok an menjadi dua yaitu Jenis Kelamin Laki-Laki dan Jenis Kelamin
Perempuan, tabel di bawah ini menjelaskan indentitas berdasarkan jenis
kelamin:
Tabel 4.1 Karateristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Pria 37 57,8
Wanita 27 42,2
Total 64 100
Dapat di lihat pada table 4.1 bahwa responden berdasarkan jenis kelamin
didominasi oleh pria sebesar 37 atau 57,8 % ,sedangkan wanita 27 atau
42,2%.
b. Tingkat Pendidikan
Melihat dari hasil kuesioner, membagi tingkat pendidikan berdasarkan
jenjang pendidikan yang responden tempuh, yaitu tidak sekolah, Tamat SD,
SMP, SMU dan Penguruan tinggi, Berikut hasil frekuensinya:
Tabel 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persen
Tidak sekolah 2 3,1
Tamat SD/Sederajat 5 8
Tingkat SMP/Sederajat 7 11,2
48
Tamat SMA/ Sederajat 32 51,2
Penguruan Tinggi 18 28,7
Total 64 100
Melihat tabel 4.2 di atas bahwa responden berdasarkan tingkat pendidikan
didominasi oleh pada tingkat pendidikan SMA atau Sederajat sebesar 32
atau 51,2% kemudian yang tingkat pendidikan Penguruan Tinggi sebesar
18 atau 28,7 , lalu yang tingkat pendidikan SMP/ sederajat sebesar 7 atau
11,2 %. Sedangkan yang tingkat pendidikan SD/ Sederajat sebesar 5 atau
8%, dan yang tidak sekolah sebesar 2 atau 3,1%.
c. Umur
Mengingat umur para responden yang berbeda-beda, maka penulis
mengelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu umur 20-29, 30-39, 40-49 dan
50 tahun keatas, berikut hasil uraiannya
Tabel 4.3 karateristik responden berdasarkan Umur
Status Frekuensi Persen
20-29 18 28.1
30-39 6 9.4
40-49 14 21.9
50 keatas 26 40.6
Total 64 100
Melihat tabel 4.3 di atas terlhat responden berdasarkan umut di dominasi
oleh kelompok 50 keatas dengan 26 atau 40,6% responden, lalu kelompok
umur antara 20-29 tahun dengan 18 atau 28,1%, kemudian kelompok umur
49
40-49 tahun sebanyak 14 atau 21.9% , dan terakhir kelompok umur 30-39
tahun sebanyak 6 atau 9,4% responden.
d. Pekerjaan
Melihat dari pekerjaan responden maka penulis membagi kelompok
pekerjaan sesuai dengan kuesioner yaitu wiraswasta, petani, guru, karyawan,
PNS dan penyiar radio. Berikut uraiannya
Tabel 4.4 karrateristik responden berdasarkan perkerjaan
Perkerjaan Frekuensi Persen
Wiraswasta 10 15,6
Pegawai 17 26,6
Petani 17 26,6
Guru 14 21,8
PNS 5 7,8
Penyiar radio 1 1,6
Total 64 100
Berdasarkan tabel 4.4 yang terlihat perkerjaan didominasi oleh pegawai
dan petani sebesar 17 atau 17%, disusul oleh yang bekerja sebagai Guru
sebesar 14 atau, 21,8%, lalu yang bekerja sebagai Wiraswasta yaitu 10 atau
15,6%, Kemudian yang bekerja sebagai PNS sebesar 5 atau 7,8%, dan yang
terakhir adalah penyiar radio sebesar 1 atau 1.6%.
e. Gaji
Berdasarkan dari gaji atau penghasilan responden dari kuesioner, maka
gaji dibagi menjadi empat kelompok, yaitu penghasilan antara Rp 2.000.000-
50
Rp3.000.000, antara Rp 3.000.001-Rp 4.000.000, antara Rp 4.000.001-Rp
5.000.000 dan Rp 5.000.001 keatas. Berikut adalah hasil uraiannya:
Tabel 4.5 karateristik responden berdasarkan penghasilan dalam sebulan
Penghasilan Frekuensi Persen
Rp 2.000.000,00-Rp3.000.000,00 10 15,6
Rp 3.000.001,00 – Rp 4.000.000,00 19 29,7
Rp 4.000.001,00 – Rp 5.000.000,00 9 14,1
≤ Rp 5.000.001,00 26 40,6
Total 50 100
Pada tabel 4.5 responden berdasarkan penghasilan per-bulan dengan
penghasilan Rp 2.000.000,00- Rp 3.000.000,00 /sebulan, sebesar 10 atau
15,6%, kemudian Rp3.000.001,00 –Rp 4.000.000,00 /bulan, sebesar 19 atau
29,7%. Lalu oleh yang berpenghasilan Rp 4.000.001,00/bulan sebesar 9 atau
14.1%. Dan yang terakhir adalah muzakki berpenghasilan ≤ Rp 5.000.000,00
sebesar 26 atau 40,6%
B. Preferensi Masyarakat Kecamatan Reteh Dalam Menyalurkan Zakat
Dalam Penelitian ini, ada beberapa Aspek-Aspek yang dapat mempengaruhi
para Muzakki dalam menyalurkan dana zakatmya, seperti aspek lokasi, aspek
kemudahan, aspek pelayanan dan aspek Kepercayaan. Sebelum membahas
mengenai ke empat aspek tersebut terlebih dahulu kita mengetahui tempat
pembayaran dan alasan responden dalam menyalurkan zakat.
51
1. Preferensi Dan Alasan Masyarakat Dalam Menyalurkan Zakat.
a. Preferensi
Berikut ini pilihan responden dalam menentukan lokasi penyaluran
zakat, tempat penyaluran zakat dibagi menjadi tiga tempat, yaitu individu,
LAZ dan BAZ.
Tabel 4.6 Preferensi Masyarakat Dalam Pemilihan Tempat Penyaluran
Zakat
Tempat penyaluran zakat Frekuensi Persen
Individual 40 62.5
LAZ Swasta 17 26,6
Badan Amil zakat/ pemerintah 7 10,9
Total 64 100
Dari Tabel 4.6 kita mengetahui bahwa responden yang memilih tempat
penyaluran zakat didominasi oleh yang membayar zakat langsung ke Mustahiq
sebesar 40 atau 62,5%, kemudian yang menyalurkan zakat kepada BAZ
Pemerintah sebesar 7 atau 10.9 %. Dan yang terakhir yang menyalurkan zakat
ke LAZ Swasta sebesar 17 atau 26,6%.
b. Alasan - Alasan Responden Dalam Menentukan Tempat Penyaluran Zakat
Di dalam kuesioner terdapat pertanyaan mengenai alasan – alasan responden
dalam memilih tempat penyaluran zakatnya jawaban mereka beragam,
diantaranya :
1. Alasan responden yang membayar zakat langsung ke mustahiq :
52
a. Sudah menjadi tradisi setiap mengeluarkan zakat
b. Lebih dekat dari tempat tinggal
c. Lebih Familiar karena di daerah sendiri
d. Lebih percaya diserahkan langsung , karena sudah jelas orangnya.
e. Lebih mudah dari pada lembaga, karena bayar langsung tidak rumit.
f. Lebih enak langsung ke orangya karena tahu bahwa zakat itu benar-benar
sampai kepada yang berhak (mustahiq).
2. Alasan responden yang membayar zakat melalui LAZ Swasta.
a. Lebih professional dalam menyalurkan zakat dan amanah
b. Perhitungan zakatnya lebih jelas.
c. Dampak bantuan dan penyaluran dana zakat terasa kepada masyarakat.
d. Pencatatan dan perhitungan zakatnya lebih jelas.
e. Lebih mudah pembayarannya, tidak memakan waktu banyak.
f. Lebih Transparans dalam pengelolaan dana zakat.
3. Alasan responden yang membayar melalui BAZ.
a. Profesi sebagai pejabat pegawai pemerintah yang mempunyai tuntutan
untuk selalu mendukung segala bentuk usaha pemerintah dalam
menwujudkan kesejahteraan rakyat.
b. Jika bayar perorangan dikhawatirkan tumpang tindih dan hanya berpusat
pada beberapa mustahiq saja.
c. Lebih percaya karena berada dalam naungan hukum.
d. Percaya sama amil karena mereka sudah mempunyai data-data mustahiq.
53
1. Preferensi Masyarakat dalam menyalurkan zakat Pada Aspek Lokasi
Dari 64 responden yang menjadi sampel memiliki preferensi yang berbeda
dalam menyalurkan, preferensi tersebut akan dijelaskan secara rinci dalam tabel
berikut :
Tabel 4.7 Preferensi Masyarakat Terhadap Aspek Lokasi Pembayaran
Zakat
NO PERTANYAAN
FREKUENSI Jumlah
Responden Tidak
Setuju
Ragu-
Ragu Setuju
1 Lokasi Pembayaran Zakat Dekat
Dengan Tempat Tinggal 15 1 48
64
2
Angkutan Umum Menuju Lokasi
Pembayaran Zakat Mudah
Diperoleh.
5 9 50
64
3 Lokasi Strategis Sehingga mudah
di jangkau oleh kendaraan 4 6 54
64
Melihat tabel 4.7 Mengenai preferensi masyarakat pada aspek lokasi
pembayaran zakat, responden setuju apabila lokasi tempat tinggal mereka
sebanyak 48 atau (75%) responden, sedangakan yang tidak setuju sebanyak 15
atau (23,4%) bahwa lokasi tempat pembayaran zakat berdekatan dengan tempat
tinggal. Sedangkan 1 atau 1,6% masih ragu-ragu.
Kemudian ketika ditanya mengenai lokasi tempat pembayaran zakat mudah
ditemui angkutan umum ketempat pembayaran zakat, sebanyak 50 atau (79.1%)
54
responden setuju, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 5 atau (%) bahwa
lokasi tempat pembayaran zakat mudah di temui angkutan umum. Sedangkan 9
atau % masih ragu-ragu
Setelah itu, para responden juga ditanya mengenai lokasi strategis yang
mudah di jangkau untuk membayar zakat, responden tersebut menjawab, 54
atau (84,4%) responden setuju, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 4 atau
(6,2%) bahwa lokasi tempat pembayaran zakat mudah di jangkau. Sedangkan 6
responden atau 9,4 % masih ragu-ragu.
Untuk itu bahwa aspek lokasi dapat berpengaruh terdapat pilihan masyarakat
dalam menyalurkan dana zakatnya semakin dekat dengan masyarakat tentu
akan semakin menjadi mudah di kenal oleh masyarakat.
2. Preferensi Masyarakat Pada Aspek Kemudahan
Aspek kemudahan dapat mempengaruhi responden dalam menentukan
tempat pembayaran, berikut frekuensi responden ketika ditanya seputar aspek
kemudahan untuk membayar zakat. Berikut uraian :
Tabel 4.8 Preferensi Masyarakat Dalam Menyalurkan Zakat Dari Aspek
Kemudahan
NO PERTANYAAN
FREKUENSI Jumlah
Responden Tidak
Setuju
Ragu-
Ragu Setuju
4
Mekanisme Pembayaran Zakat
Tidak Sulit 6 4 54 64
5 Pembayaran Zakat bisa 23 13 28 64
55
melalui Transfer via Bank,
ATM, dan e- Banking.
6
Tidak perlu birokrasi yang
rumit dalam membayar zakat. 3 4 57 64
Melihat tabel 4.8 diatas, menjelaskan tentang frekuensi masyarakat dalam
menyalurkan zakat dengan mempetimbangkan aspek kemudahan membayar
zakat. Responden yang setuju mengenai mekanisme pembayaran zakat yang
tidak sulit, sebanyak 54 atau 84,4% menyatakan setuju, sedangkan 6 atau 9,4%
menyatakatan tidak setuju, dan 4 atau 6,2 % menyatakan masih ragu-ragu
Pembayaran dana zakat melalui transfer via bank, ATM, dan E- banking,
responden yang memilih individual menilai tidak setuju, mungkin sebagian dari
mereka menganggap kurang afdhol, apabila membayar lewat Bank, ATM, atau
E- Banking. Jumlah responden yang setuju sebanyak 28 atau 43,7%. Sedangkan
23 atau 35,9% menyatakan tidak setuju apabila membayar zakat melalui bank,
sedangkan 13 atau 20,3% menyatakan masih ragu-ragu.
Dan terakhir mengenai tidak perlu rumit dalam birokrasi nya, 57 responden
atau 89,2 % mengatakan setuju apabila tidak ada birokrasi rumit dalam
menyalurkan dana zakat, sedangkan 3 responden atau 4,7% tidak setuju, perlu
ada sedikit birokrasi agar dana zakat tepat sasaran. Sedangkan 4 atau 6,2%.
Memang aspek kemudahan bisa menjadi pertimbangan untuk muzakki
dalam menyalurkan zakat, apabila rumit dalam menyalurkan dana zakatnya
56
dikhawatirkan para muzakki yang memiliki kegiatan padat, lupa membayar
zakatnya, karena ketidak waktunya.
3. Preferensi Masyarakat Terhadap Aspek Pelayanan
Aspek pelayanan yang prima harus menjadi prioritas untuk lembaga, atau
BAZ. Berikut ini uraian terhadap pelayanan tempat pembayaran zakat:
Tabel 4.9 Preferensi Masyarakat Terhadap Aspek Pelayanan Di Tempat
Pembayaran Zakat
NO PERTANYAAN FREKUENSI Jumlah
Responden Tidak Setuju
Ragu-Ragu Setuju
7
Pelayanan Di Tempat Pembayaran
Zakat Sopan Dan Ramah 1 4 59 64
8
Informasi Perihal Zakat Yang
Senantiasa Disampaikan Dengan Baik 10 12 32 64
9
Pelayanan Di Tempat Pembayaran
Zakat Cepat 12 14 38 64
Melihat tabel 4.9 mengenai preferensi masyarakat terhadap aspek pelayanan
pelayanan sopan dan ramah, memang harus ada pada setiap lembaga. Dari hasil
responden 59 atau 92,2% memilih setuju apabila pelayanan di lembaga atau
badan pengelola zakat harus baik , sopan dan ramah. Hanya 1 atau 1,6%
responden yang tidak setuju, sedangkan 4 atau 6,4%
57
mengenai penyampaian informasi seputar zakat. 42 atau 65,6% mengatakan
setuju bila informasi seputat zakat harus jelas, sedangkan 24 atau 34,4% tidak
setuju karena zakat merupakan yang familiar kita dengar, sehingga kita sudah
tahu makna dan tujuan dari zakat.
Terakhir mengenai pelayanan cepat dan tepat hasil dari responden yang
mengatakan 38 atau 59,4 % setuju, sedangkan 12 atau 18,7% tidak setuju, ini
karena pelayanan cepat belum begitu dilihat oleh muzakki. Sedangkan 14 atau
21,9% menyatakan masih ragu-ragu.
Aspek pelayanan, memang harus dipunyai oleh setiap lembaga atau badan
untuk melayani muzakki ataupun mustahiq, karena dari aspek pelayanan
lembaga atau badan akan membangun image baik untuk lembaga itu sendiri.
4. Preferensi Masyarakat Pada Aspek Kepercayaan
Aspek kepercayaan merupakan hal penting, karena percuma apabila semua
aspek mendukung namun tidak percaya mengenai amanah, akuntabilitas, dan
transparansi. Berikut ini uraian kepercayaan responden terhadap tempat
pembayaran zakat :
Tabel 4.10 Preferensi Masyarakat Terhadap Aspek Kepercayaan
Terhadap Tempat Pembayaran Zakat
NO PERTANYAAN FREKUENSI
Jumlah Responden
Tidak Setuju
Ragu-Ragu Setuju
10 Pengelola Zakat Memiliki Sikap
19 14 31 64
58
Amanah
11
Pengelola Zakat Transparansi Pada
Laporan Penyaluran Zakat 18 15 31 64
12
Pengelola Zakat Senantiasa Menjaga
kepercayaan terhadap muzakki 17 15 32 64
Melihat tabel 4.18 mengenai preferensi masyarakat terhadap aspek
kepercayaan terhadap lembaga atau badan pengelola zakat yang amanah.
Responden setuju sebanyak 31 responden atau 49,4%. Sedangkan 19 atau
29,7% menyatakan tidak setuju sikap, dan terakhir 14 atau 21,9% responden
menyatakan masih ragu-ragu.
Mengenai transparansi lembaga terhadap pengelolaan zakat. Sebanyak 31
responden atau 49,4% responden percaya mengenai transparansi lembaga
dalam mengelola dana zakat. Sedangkan responden 18 atau 28,1% masih tidak
percaya mengenai transparansi pengelolaan dana zakat, dan sebanyak 15 atau
23,4% menyatakan masih ragu-ragu.
Pertanyaan terakhir senantiasa lembaga menjaga kepercayaan muzakki,
sebanyak 32 atau 50% tidak setuju mengenai lembaga yang senantiasa menjaga
kepercayaan muzakki, sedangkan 17 atau % 26,4 percaya bahwa lembaga
senantiasa menjaga kepercayaan muzakki, yang terakhir adalah sebanyak 15
atau 24,6% menyatakan masih ragu-ragu.
59
Aspek Kepercayaan mempunyai peran yang sangat penting, apabila
masyarakat tidak lagi percaya dengan LAZ dan BAZ, maka akan menimbulkan
image buruk kepada lembaga atau badan tersebut, dengan demikian
masyarakat lebih memilih menyalurkan zakat secara individu.
C. Penentuan Aspek Lokasi, Kemudahan, Pelayanan dan Kepercayaan
menentukan tempat muzakki dalam menyalurkan zakat
a. Aspek Lokasi
Mengenai preferensi masyarakat pada aspek lokasi pembayaran zakat,
responden setuju apabila lokasi tempat tinggal mereka sebanyak 48 atau
(75%) responden, sedangakan yang tidak setuju sebanyak 15 atau (23,4%)
bahwa lokasi tempat pembayaran zakat berdekatan dengan tempat tinggal.
Sedangkan 1 atau 1,6% masih ragu-ragu.
Kemudian ketika ditanya mengenai lokasi tempat pembayaran zakat
mudah ditemui angkutan umum ketempat pembayaran zakat, sebanyak 50
atau (79.1%) responden setuju, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 5 atau
(%) bahwa lokasi tempat pembayaran zakat mudah di temui angkutan umum.
Sedangkan 9 atau % masih ragu-ragu
Setelah itu, para responden juga ditanya mengenai lokasi strategis yang
mudah di jangkau untuk membayar zakat, responden tersebut menjawab, 54
atau (84,4%) responden setuju, sedangkan yang tidak setuju sebanyak 4 atau
(6,2%) bahwa lokasi tempat pembayaran zakat mudah di jangkau. Sedangkan
6 responden atau 9,4 % masih ragu-ragu.
60
Dari aspek lokasi, ketika responden ditanya mengenai lokasi dekat
dengan tempat tinggal, lokasi mudah di jangkau oleh angkutan umum, dan
lokasi yang strategis, maka responden memilih lokasi srtategis untuk lokasi
tempat pembayaran zakat, responden yang setuju sebesar 84,4 % .
b. Aspek Kemudahan
Mengenai aspek kemudahan membayar zakat. Responden yang setuju
mengenai mekanisme pembayaran zakat yang tidak sulit, sebanyak 54 atau
84,4% menyatakan setuju, sedangkan 6 atau 9,4% menyatakatan tidak
setuju, dan 4 atau 6,2 % menyatakan masih ragu-ragu
Pembayaran dana zakat melalui transfer via bank, ATM, dan E-
banking, responden yang memilih individual menilai tidak setuju, mungkin
sebagian dari mereka menganggap kurang afdhol, apabila membayar lewat
Bank, ATM, atau E- Banking. Jumlah responden yang setuju sebanyak 28
atau 43,7%. Sedangkan 23 atau 35,9% menyatakan tidak setuju apabila
membayar zakat melalui bank, sedangkan 13 atau 20,3% menyatakan
masih ragu-ragu.
Dan terakhir mengenai tidak perlu rumit dalam birokrasi nya, 57
responden atau 89,2 % mengatakan setuju apabila tidak ada birokrasi rumit
dalam menyalurkan dana zakat, sedangkan 3 responden atau 4,7% tidak
setuju, perlu ada sedikit birokrasi agar dana zakat tepat sasaran. Sedangkan
4 atau 6,2%.
61
Dari ketiga pertanyaan mengenai aspek kemudahan, maka responden
memilih tidak sulit birokrasinya, dengan sebanyak 89,2 % responden yang
menyatakan setuju apabila birokrasi tidak dipersulit.
c. Aspek Pelayanan
Mengenai preferensi masyarakat terhadap aspek pelayanan pelayanan
sopan dan ramah, memang harus ada pada setiap lembaga. Dari hasil
responden 59 atau 92,2% memilih setuju apabila pelayanan di lembaga atau
badan pengelola zakat harus baik , sopan dan ramah. Hanya 1 atau 1,6%
responden yang tidak setuju, sedangkan 4 atau 6,4%
Mengenai penyampaian informasi seputar zakat. 42 atau 65,6%
mengatakan setuju bila informasi seputat zakat harus jelas, sedangkan 24
atau 34,4% tidak setuju karena zakat merupakan yang familiar kita dengar,
sehingga kita sudah tahu makna dan tujuan dari zakat.
Terakhir mengenai pelayanan cepat dan tepat hasil dari responden yang
mengatakan 38 atau 59,4 % setuju, sedangkan 12 atau 18,7% tidak setuju,
ini karena pelayanan cepat belum begitu dilihat oleh muzakki. Sedangkan 14
atau 21,9% menyatakan masih ragu-ragu.
Dari tiga pertanyaan tersebut mengenai aspek pelayanan, responden
memilih pelayanan LAZ dan BAZ yang baik, sopan, dan ramah, sebanyak
92,2% responden menyatakan setuju pelayanan LAZ dan BAZ harus ramah
dan sopan.
.
62
d. Aspek Kepercayaan
Mengenai preferensi masyarakat terhadap aspek kepercayaan terhadap
lembaga atau badan pengelola zakat yang amanah. Responden setuju
sebanyak 31 responden atau 49,4%. Sedangkan 19 atau 29,7% menyatakan
tidak setuju sikap, dan terakhir 14 atau 21,9% responden menyatakan masih
ragu-ragu.
Mengenai transparansi lembaga terhadap pengelolaan zakat. Sebanyak
31 responden atau 49,4% responden percaya mengenai transparansi lembaga
dalam mengelola dana zakat. Sedangkan responden 18 atau 28,1% masih
tidak percaya mengenai transparansi pengelolaan dana zakat, dan sebanyak
15 atau 23,4% menyatakan masih ragu-ragu.
Pertanyaan terakhir senantiasa lembaga menjaga kepercayaan muzakki,
sebanyak 32 atau 50% tidak setuju mengenai lembaga yang senantiasa
menjaga kepercayaan muzakki, sedangkan 17 atau % 26,4 percaya bahwa
lembaga senantiasa menjaga kepercayaan muzakki, yang terakhir adalah
sebanyak 15 atau 24,6% menyatakan masih ragu-ragu.
Dari ketiga pertanyaan mengenai aspek kepercayaan, responden
memilih lembaga atau badan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat.
Sebanyak 50% responden menyatakan setuju lembaga atau badan harus
menjaga kepercayaan masyarakat.
Demikianlah hasil pembahasan mengenai preferensi masyarakat Kecamatan Reteh
dalam menyalurkan zakat, hasilnya tempat pembayaran zakat yang paling dominan
63
yaitu secara individu, sebanyak 40 muzakki memilih menyalurkan secara individu.
Namun, harapan muzakki terhadap Lembaga atau Badan pengelola Zakat tinggi,
muzakki mengharapkan lokasi, kemudahan, pelayanan dan kepercayaan harus tetap
ditingkatkan, sehingga kedepannya muzakki dapat berubah pikiran untuk
menyalurkan dana zakat kepada Lembaga atau Badan pengelola zakat.
64
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan terhadap Preferensi Masyarakat Kecamatan
Reteh Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau dalam menyalurkan zakat,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil kuesioner yang disebar, terpilih 64 responden terdiri dari 37
responden berjenis kelamin laki-laki dan 27 orang responden berjenis
kelamin perempuan. Dari 64 responden tersebut, 40 responden
memilih membayarkan zakatnya secara Individu, lalu 17 Responden
memilih membayar melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan 7
responden memilih menyalurkan dana zakatnya kepada Badan Amil
Zakat Daerah (BAZDA).
2. Dari keempat aspek yang digunakan, Aspek Lokasi, mempunyai
pengaruh besar dalam menentukan tempat pembayaran Zakat. aspek
yang digunakan, aspek Lokasi, kemudahan, pelayanan dan
kepercayaan. Dalam menentukan pembayaran zakat, aspek lokasi
mempunyai dominan lebih besar dalam menentukan tempat
pembayaran Zakat. Faktanya, ketika responden ditanya mengenai ke-
empat aspek tersebut, 58 atau 89% responden lebih setuju terhadap
65
aspek lokasi, mengingat efisiensi waktu dan tenaga dalam
menyalurkan zakat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka penulis mencoba
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Meski telah banyak perhatian terhadap zakat, dari pemerintah dan
Ormas (organisasi masyarakat ), organisasi keagamaan, dan
perusahaan-perusahaan. Namun kurangannya sosialisasi kepada
masyarakat sehingga tidak mengetahui bahwa telah adanya lembaga
atau badan pengelola zakat yang dibuat pemerintah dan maupun
swasta. Selain baru berkembangnya BAZ dan LAZ. Namun
masyarakat kurang percaya masyarakat terhadap lembaga atau badan
pengelola zakat, sehingga masyarakat lebih memilih menyalurkan
zakatnya langsung kepada mustahiq, karena dinilai bisa langsung bisa
dirasakan oleh yang berhak. Untuk itu, selain harus meningkatkan
sosialisasi, juga meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan harus
sering menyalurkan bantuan di tempat sekitar wilayah muzakki,
sehingga muzakki dapat melihat eksentensi Lembaga atau Badan
pengelola zakat.
2. Bagi peneliti lain yang sekiranya belum puas dengan hasil penelitian
ini, diharapkan dapat memaklumi untuk kemudian melakukan
66
penelitian terkait dengan variabel yang dibahas ini secara seksama
sehingga mampu menyajikan hasil temuan yang lebih kondusif
sehingga mampu membantu dalam upaya pengetasan kemiskinan di
Indonesia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qura’n dan Terjemahan.
Al-Khasanah, Ala al-Din Abu Bakar bin Mas’ud al-Hanafi, Bada’i, al-Sana’fi
Tartib al-Shari, vol,2 (Kairo; Al-Asimah,)881-882. Dalam buku Problem Matika
Dalam Zakat Profesi dan Solusinya, sebuah tinjauan sosiologi hukum islam’
Muhamad Hadi,M.HI.
Arikunto Suharsimi “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta
:CV. Teruna Grafica, 2004)
Abdurrahman al-jaziri, al-Fiqih ala al-Madhahib al-Araba’ah, vol. 1 (kairo;
Al-Istiqamah, t.th)
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2005).
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Moderen, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2002)
Dede Abdullah Fatah, Preferensi Para Wajib Zakat Profesional Sebuah
Analisis pada Baituzzakah Pertamina,(Jakarta: Program Pasca sarjana UI, 2006).
Dede Abdullah Fatah, Preferensi Para Wajib Zakat Profesi Sebuah Analisis
Pada Baituzzakah Pada Pertamina, Tesis Ekonomi Keuanagan Syariah Program
Studi Timur Tengah Dan Islam, (Jakarta : Program Pasca Sarjana Indonesia, 2006)
Ety Rocchaety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS.
68
G.Consuelo Sevilla, “Pengantar Metode Penelitian (Jakarta:Universitas
Indonesia,1999)
Hasjim Abbas, Zakat Penghasilan dan Jasa Profesi, seputar jawaban atas
pertanyaan Gubernur Jawa Timur perihal zakat profesi kepada MUI (surabaya; MUI
Jawa Timur, 2007)
Indrijatiningrum, Mustikorino, Zakat Sebagai Alternative Penggalangan
Dana Masyarakat Untuk Membangunan, ,Tesis Ekonomi Keuangan Syariah Program
Studi Timur Tengah dan Islam,(Jakarta : Program Paska Sarjana Indonesi, 2005)
Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
(Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005).
Jalaludin Rahmat, Islam Aktual (bandung; Mizan, 1998)
Lexi, J Moloengi, Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung: PT. Remaja Rosada
Karya, 2005) cet. 2.
M. jamal, menggagas pengelolaan zakat oleh negara, (Jakarta : nuansa
madani, 2005).
Malik bin Anas, al-Muatta, vol, 1 (Bairul: Dar al-kutub al-Ilmiyah, 2002),
Muhamad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya, sebuah tinjauan
Sosiologi Hukum Islam, vol, 1 )
Muhamad Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, terj. Nastangin
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1997).
69
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf
(Jakarta:Universitas Indonesia Press, 1988)
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia,(Jakarta : UI-perss, 2009)
Pirak & Ford Foundation, Kedermawan KaumMuslimin : potensi dan Realita
Zakat Masyarakat di Indonesia (Hasil Survai di Sepuluh Kota), Jakarta : Pustaka
Adina, 2004
Ronny Kountour, “Metode Penelitian Untuk penulisan Skripsi dan Tesis”
(Jakarta : PT Rineka Cipta 2006)
Sarjono Soekanto dan Sri Marmudj, Penelitian Hukum Normotif, ( Jakarta:
PT. Raja Grafido Persada 2004) cet ke 8
Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabika, 2006)
Syarifudin abdullah, zakat profesi (jakarta; Moyo Segoro, 2003),
Saifudin Azwar, “Penyusunan Skala Psikologi”(Yogyakarta: PT Pustaka
Pelajar, 2006)
W Lawrence neuman, Social Research Methods : Qualitative and
Quantitative Approachhes (USA : Allyn and Bacon,1999)
Wabah al-Zauhaili, al-Fiqih al-Islami, wa dillatuh, vil. 2 (Damaskus; Dara-
alfkr,1989)
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera AntarNusa, cet 10. 2007)
70
Yulius Dharma, Potensi dan Realisasi zakat PNS Dilingkungan Pemerintah
Kab. Aceh Utara, (Jakarta : Pasca Sarjana UI, 2007)