Post on 03-Dec-2015
OLEH :
I MADE BAYU WISNU WARDHANA, S.KED
Hukum Kesehatan
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Definisi Hukum kesehatan
•Van Der Mijn, pengertian dari hukum kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan secara langsung dengan pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara
•Leenen Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
•Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Subjek dan Objek Hukum Kesehatan
Subjek Hukum
Kesehatan
Pasien
Tenaga kesehatan termasuk institusi
Objek Hukum
Kesehatan
Perawatan
kesehatan
Tujuan Hukum Kesehatan
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
tujuan hukum kesehatanpun tidak banyak menyimpang dari tujuan umum hukum.
Hal ini dilihat dari bidang kesehatan sendiri yang mencakup aspek sosial dan kemasyarakatan dimana banyak kepentingan harus dapat diakomodir dengan baik
Azas Hukum Kesehatan
Azas perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Azas manfaat berarti memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara
Azas usaha bersama dan kekeluargaan berarti berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui kegiattan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat
Azas adil dan merata berarti bahwa penyelengaraan kesehatan harus dapatmemberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat
Azas perikehidupan dalam keseimbangan berarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus dilaksanakan seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, antara materiel dan spiritual
Asas kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan sendiriberarti bahwa penyelenggaraan kesehatan harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri dengan memanfaatkan potensi nasional seluas-luasnya.
Ruang Lingkup Hukum Kesehatan
Hukum Keperawatan (Nurse Law)
Hukum Rumah Sakit
(Hospital Law)
Hukum Pencemaran Lingkungan
(Environmental Law)
Hukum peralatan yang memakai X-ray
Hukum Limbah
Hukum Keselamatan
Kerja;
Hukum Medis (Medical Law)
Latar belakang Hukum Kesehatan
Pengaturan pemberian jasa keahlian
Tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
Keterarahan
Pengendalian Biaya
Perlindungan hukum pasien
Kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya
Perlindungan hukum tenaga kesehatan
Perlindungan hukum pihak ketiga
Perlindungan hukum bagi kepentingan umum
Fungsi Hukum Kesehatan
Menjaga ketertiban di dalam masyarakat
Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di
bidang kesehatan).
Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat
menghalang-halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap
penjahat yang luka karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya
keliru dan perlu diluruskan
Sejarah Hukum KesehatanSalah satu filosofi yunani HIPPOCRATES (bapak
ilmukedokteran) telah menyusun landasan bagi sumpah dokter serta etika kedokteran, yaitu:
adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat dari penipuan dan praktek kedokteran yang bersifat coba-coba
adanya keharusan dokter untuk berusaha semaksimal mungkin bagi kesembuhan pasien serta adanya larangan untuk melakukan hal-hal yang dapat merugikannya.
Adanya penghormatan terhadap makhluk insani melalui pelarangan terhadap euthanasia dan aborsi
Menekankan hubungan terapetik sebagai hubungan di mana dokter dilarang mengambil keuntungan.
Adanya keharusan memegang teguh rahasia kedokteran bagi setiap dokter.
Sumber Hukum Kesehatan
Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber pada hukum tertulis saja tetapi juga yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin, konsensus dan pendapat para ahli hukum maupun kedokteran.
Hukum tertulis, traktat,
Konvensi atau yurisprudensi
•mempunyai kekuatan mengikat (the binding authority)
doktrin, konsensus
atau pendapat para ahli
•tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu menemukan hukum baru.
Sumber Hukum dapat dibedakan ke dalam
1. Sumber hukum materil
2. Sumber hukum formal
sumber hukum formal
Undang-undang (UU)
Kebiasaan
Yurisprudensi
Traktat (Perjanjian
antar negara);
Perjanjian
Doktrin
Penerapan Hukum Kesehatan dengan Hukum Lain
1. Hukum Perdata Yaitu : hubungan antara dokter dengan pasien bisa merupakan relasi medis, relasi hukum yang biasa disebut dengan perjanjian medis dalam hal penyembuhan pasien disebut dengan Kontrak Terapeutis.
Pasal-pasal yang dapat diterapkan:Pasal 1320 BW (KUH PERDATA)
tentang syarat-syarat sahnya perjanjian.
Pasal 1365 BW (KUH PERDATA).Perlu diketahui bahwa kontrak medis bisa tertulis dan bisa juga tidak tertulis. Dan bila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya bisadisebut dengan wan-prestasi
II. Hukum PidanaPasal – pasal yang dapat diterapkan adalah
Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan kematian
Pasal 360 KUHP kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat.
III. Hukum Administrasi Negara
Izin yang dikeluarkan oleh pihak Depkes harus dimiliki oleh dokter
Perizinan Rumah sakit dan Apotek harus melalui Depkes.
Rahasia Medik
Segala sesuatu yang dianggap rahasia oleh pasien yang terungkap dalam hubungan medis dokter-pasien baik yang diungkapkan secara langsung oleh pasien (subjektif ) maupun yang diketahui oleh dokter ketika melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang
Perlindungan terhadap hak rahasia medis ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan antara lain:
Pasal 57 UU No.36/ 2009 tentang Kesehatan mengatakan bahwa setiap orang berhak atas kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan
Pasal 48 UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran mengatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokterannya wajib menyimpan rahasia kedokteran
Pasal 32 (i) UU No,44 Tentang Rumah Sakit mengatakan bahwa hak pasien untuk mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya
Informed Consent
persetujuan yang diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan penjelasan atau informasi.
Diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
Setiap Tindakan Kedokteran terhadap pasien harus mendapat persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan penjelasan lengkap
Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :
Diagnosis dan tatacara tindakan medis Tujuan tindakan medis dilakukan Alternatif tindakan lain dan resikonya Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.