Post on 21-Dec-2015
description
9/5/2014 Portal Kementerian Agama Republik Indonesia
http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=81811www.metrotvnews.com 1/2
MENAG: RENCANA PEMINDAHAN MAKAM NABI HANYA ISU, BUKAN SIKAP RESMI PEMERINTAH ARAB SAUDI JADWAL PEMBERANGKATAN JAMAAH HAJI INDONESIA TAHUN 1435H/2014M BISA DIDOWNLOAD DI HTTP://KEMENAG.GO.ID/INDEX.PHP?A=ARTIKEL&ID=26497
Profil Unit Kerja Regulasi Pengaduan Kontak Kami Ketik Kata Kunci CARI
SETJEN DITJEN PENDIS DITJEN ISLAM DITJEN KRISTEN DITJEN KATOLIK DITJEN HINDU DITJEN BUDDHA DITJEN HAJI ITJEN LITBANG & DIKLAT
Tweet
0 0
Selasa, 27 Januari 2009 –
Fatwa MUI, Rokok Hukumnya Makruh dan Haram
Padang Panjang, 27/1 (Pinmas)- Setelah melalui persidangan yang alot, akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang rokok. Keputusan yangditetapkan dalam sidang pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III menyatakan bahwa merokok hukumnya “dilarang” antara haram dan makruh.
Namun demikian sidang yang dipimpin oleh Ketua MUI KH Maruf Amin di aula Perguruan Diniyyah Puteri, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Minggu sore (25/1)juga memutuskan, merokok haram hukumnya di tempat umum, untuk ibu-ibu hamil, dan anak-anak.
Sekretaris Komisi B1 Dr. Hasanuddin dalam sidang pleno melaporkan, bahwa komisi yang membahas masalah zakat, wakaf dan rokok tidak memperoleh kata sepakattentang benda berasap itu. Ada beberapa pendapat para ulama tentang rokok.
“Seluruh peserta sidang sepakat bahwa rokok hukumnya tidak wajib, sunnah maupun mubah,” katanya.
Selain itu lanjutnya, seluruh peserta sepakat bahwa rokok hukumnya dilarang. “Sebagian ada yang menyatakan dilarang karena makruh, dan sebagian lagimenyatakan dilarang karena haram,” ujarnya.
“Setuju kalau masalah rokok hukumnya khilaf (masih ada perbedaan pendapat)? kata pimpinan sidang pleno KH Maruf Amin disambut kata “setuju” oleh pesertaijtima. “Setuju kalau merokok haram di tempat umum, bagi anak-anak dan wanita hamil?,” kembali peserta menjawab serentak, “setujuu!”
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Dr Amin Suma yang menjadi anggota tim perumus komisi B1 mengatakan, umat tidak perlu bingung dengan fatwa MUItersebut.
“Hukum merokok itu sendiri telah jelas, dilarang antara makruh dan haram, palu sudah diketok,” katanya.
Ia meyakini umat akan cerdas memahami fatwa MUI tersebut, dan pemerintah daerah dapat mengeluarkan aturan terkait fatwa MUI tersebut.
Ia menambahkan, hukum merokok dapat kembali lagi dibahas dalam Ijtima Komisi Fatwa MUI IV yang bakal digelar dua tahun lagi.
Tergantung pertanyaan dari peminat fatwa kepada MUI maka pembahasan dengan topik yang sama, katanya.
“Tidak ada fatwa yang abadi namun fatwa itu bisa berubah, toh UUD 1945 saja bisa diamandemen,” katanya.
Ketua MUI Sumbar Prof Dr Nasroen Harun mengatakan, masalah rokok memang tidak terdapat dalam Alquran dan Hadits. Karena itu para ulama perlu melakukanijtihad secara hati-hati melihat maslahat dan kemudharatannya. “Ini seperti memutuskan soal Ahmadiyah,” kata pria yang juga Direktur Zakat Departemen Agama.(ks)
Berita Lainnya:
Prof. Anton Timur Jaelani Dimakamkan di Komplek UIN Jakarta
Prof. Anton Timur Jaelani Wafat
TPM Minta Bantuan Asing Tak Intervensi Kurikulum Sekolah
KPK Datangi Departemen Agama
Presiden: Sistem Syariah Menonjolkan Aspek Keadilan, Kejujuran dan Etika
23
Share
www.kemenag.go.id
Profil
Unit Kerja
Regulasi
Pengaduan
Kementerian Agama RI
@Kemenag_RI
Temukan kami FAQ Back to Top
Halaman ini diproses dalam waktu : 0.652925 detik
Diakses dari alamat : 10.1.7.64
Jumlah pengunjung: 12054198
Lihat versi mobile
Best Viewed with Mozilla Firefox 1280X768