Post on 03-Feb-2018
POLA PERSEBARAN KERUANGAN PROSES EROSI PERMUKAAN SEBAGAI RESPON LAHAN TERHADAP HUJAN
DI DAERAH ALIRAN SUNGAI SECANG, KABUPATEN KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh: Suprapto Dibyosaputro
Seminar Nasional "Restorasi DAS: Mencari Keterpaduan di Tengah
lsu Perubahan lklim” Kerjasama BPTKPDAS, UNS dan UMS Surakarta
25 Agustus 2015
I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Geografi mempelajari hubungan sebab akibat, gejala, dan peristiwa yang terjadi di muka Bumi baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta per-masalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks kewilayahan
Geomorfologi mendeskripsikan (secara genetik)
bentuklahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya bentuklahan oleh tenaga-tenaga geo-morfologi, diantaranya berupa limpasan permukaan (Overland flow)dan aliran permukaan (Run off) yang menyebabkan terjadinya erosi (erosi permukaan dan linier)
Bentuklahan dicirikan oleh oleh relief, lereng, batuan
penyusun, dan proses geomorfologi. Sejalan dengan pergantian waktu, batuan mengalami lapuk, terjadi perkembangan tanah, tumbuhnya vegetasi alami maupun budidaya tanaman oleh manusia, dan akhirnyaberbagai unit lahan,
Lanjutan: Latar Belakang
• Hujan yang jatuh pada lahan dinamika pergerakan air, mengisi pori-pori tanah tanah menjadi jenuh, limpasan permukaan (overland flow) aliran permu-kaan (run off).
• Perbedaan karakeristik lahan menyebabkan respon
lahan terhadap hujan yang jatuh padanya perbedaan limpasan permukaan dan aliran permukaan terjadi erosi permukaan,
• Respon lahan terjadi akibat adanya interaksi antar
parameter lahan (internal dan eksternal), dan akan berpengaruh terhadap jarak awal terjadinya limpasan permukan (JLP) dan erosi permukaan (JEP) dari puncak /igir lereng lahan. Demikian pula terhadap waktu awal terjadinya limpasan permukaan (WLP) dan erosi permukaan (WEP) dari waktu mulainya hujan berlangsung.
Lanjutan: LATAR BELAKANG (DAS Secang)
• DAS Secang di atas Waduk Sermo tersusun atas beberapa formasi geologi meliputi Formasi Nanggulan, Formasi Andesit Tua, Formasi Andesit, dan Formasi Jonggrangan.
• Akibat proses eksogen (hujan, temperatur) proses geomorfologi variasi relief, kemiringan lereng, morfologi berbeda (dataran, perbukitan dan pegunungan) bentuklahan
• Adanya interaksi antar parameter fisik bentuklahan (relief, batuan, tanah, iklim, air permukaan dan bawah permukaan) dan parameter non fisik (vegetasi baik hasil campur tangan manusia (budidaya) dalam memanfaatkan lahan maupun vegetasi non budidaya terbentuklah unit-unit lahan
Lanjutan: Latar Belakang (DAS Secang) • DAS Secang mempunyai luas sekitar 2.092,05 ha,
denbgan macam tanah yang telah berkembang adalah Latosol Coklat Kemerahan dan Kompleks Litosol dan Latosol.
• Jenis dan luas masing-masing penggunaan lahan : hutan (36,31 ha), semak belukar (15,64 ha), kebun campuran (1.643,32 ha), lahan tegalan (182,65 ha), permukiman (57,25 ha), padang rumput (3,13 ha), dan genangan air waduk (134,46 ha).
• Kebun campuran dan tegalan (seluas 1,825,97 Ha) pada berbagai kemiringan lereng mempunyai tingkat bahaya erosi yang besar sekitar 85,7 ton/ha/tahun.
• Tetapi dimana JLP dan JEP terjadi, serta kapan WLP
dan WEP terjadi, tidak diketahui.
aliran pipa
A
B
C
Tu
Dp
s
H
So
h u j a n
Catatan:
Ho : Limpasan permukaan Horton
(Horton overlandflow)
So : Limpasan permukaan pada tanah
jenuh (Saturated overland flow)
F : Infiltrasi (infiltration)
Tu : Aliran bawah permukaan tanah
pada tanah tak jenuh (Unsaturated
throughflow)
Ts : Aliran bawah permukaan tanah
pada tanah jenuh (Saturated
throughflow)
Dp : Perkolasi yang dalam (deep
percolation)
A, B, C : Lapisan tanah atas, tengah dan
bawah (horison).
m.a.t : muka air tanah
: Lapisan tanah
DINAMIKA GERAKAN
AIR DI TANAH
Alasan DAS Secang dipilih sebagai daerah penelitian:
1) Luas Latosol Coklat Kemerahan mendominasi tanah yang ada di dalam DAS Secang,
2) Latosol Coklat Kemerahan merupakan hasil pelapukan batuan vulkanik (Andesit) sebagai bahan induknya,
3) Sebaran batuan vulkanik (Andesit) mendominasi dalam DAS Secang sebgai bahan induk tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol.
4) Secara umum di Indonesia tanah tersebut sangat luas, mencapai luas ± 17.856.000 ha (9,36% luas Indonesia),
5) Solum tanah tebal hingga sangat tebal, 6) Kepekaan tanah terhadap erosi sedang hingga tinggi, 7) Pada umumnya tanah berkembang di daerah berbukit
hingga bergunung dengan kemiringan lereng bervariasi dari miring hingga terjal, dan
8) Tanah berkembang di daerah beriklim tropik basah dengan curah hujan 2000-5000 mm/tahun.
Dasar teori
Tipe lahan
(lahan
dengan
lereng yang
mempunyai
puncak
berupa igir
sebagai
pemisah
arah aliran
air/wataer
devide)
Tetes hujan
langsung
jatuh ke
permukaan
tanah
Tetes hujan tidak lansung jatuh ke per- mukaan tanah(dari tajuk pohon)
Erosi percik
Intersepsi
oleh daun
pohon,
semak
Tetes hujan dari
dedaunan pohon
Aliran batang (stem flow)
Sebagian air
meresap dan
mengisi pori-
pori tanah
Limpasan:
(JLP dan JEP
pada bidang
lereng suatu
lahan)
Mengisi ledokan di permuka-an terisi
air
Tanah menjadi jenuh air
Erosi permu kaan
Tipe erosi, tebal
erosi, kenam-
pakan hasil
proses erosi
Variasi Tipe
Lahan
Pola keruangan persebaran JLP dan JEP serta fenomena hasil
proses erosi permukaan pada
lereng suatu lahan
HUJAN
(durasi, tebal
dan inten-
sitas hujan)
1. Bentuklahan: kesan
topografi (relief), ekspresi topografi (lereng), material (batuan dan tanah) dan proses geomorfologi
2 Tanah (macam tanah,
tekstur, permeabilitas,
kelembapan, tebal solum,
kandungan bahan organik
tanah)
3 Vegetasi (vegetasi penutup
alami/budidaya dan
penggunaan lahan)
II. PERMASALAHAN PENELITIAN (dirumuskan dalam tiga pertanyaan penelitian
1. Parameter-parameter lahan apa saja yang menjadi faktor pengontrol dan mempengaruhi perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP sebagai respon lahan yang mempunyai karakteristik tertentu terhadap hujan,
2. Parameter lahan apa yang mempunyai pengaruh pa-
ling besar terhadap terjadinya perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP diantara parameter lahan lainnya sebagai respon lahan terhadap hujan,
3. Bagaimana pola persebaran keruangan JLP dan JEP,
dan kenampakan-kenampakan hasil erosi serta jaraknya dari puncak lereng suatu lahan (water devide) sebagai respon lahan terhadap hujan.
III. TUJUAN PENELITIAN
1. Mempelajari parameter-parameter lahan dan hujan yang relevan sebagai variabel bebas yang mem-pengaruhi terhadap perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP,
2. Menentukan parameter lahan dan hujan yang paling
berpengaruh terhadap perbedaan JLP dan JEP, serta WLP dan WEP pada lahan sebagai respon lahan terhadap hujan,
3. Menganalisis pola persebaran keruangan JLP dan JEP, pada lahan sebagai respon lahan terhadap hujan,
IV. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survai
Tiga tahapan dalam penelitian
- tahap persiapan,
- tahap kerja lapangan,
- tahap pasca kerja lapangan
Kegiatan setiap tahapan
1.Tahap persiapan:
1). Pemilihan daerah penelitian dan lokasi sampel, 2). Penetapan variabel penelitian, 3). Penyiapan bahan dan materi penelitian, 4). Interpretasi foto/citra untuk pembuatan bentuklahan, 5). Pembuatan peta-peta tentati (bentuk lahan, lereng, dan satuan lahan), 6). Penyiapan alat-alat untuk pengukuran dan pengumpulan data di lapangan.
Lanjutan: Tahapan penelitian
2.Tahap kerja lapangan: Pengumpulan (observasi, pengukuran dan pencatatan) data primer & data sekunder di lapangan.
3.Tahap pasca kerja lapangan: 1) Interpretasi ulang foto udara, citra, peta, dan penggambaran kembali peta-peta bentuk lahan, lereng, dan satuan lahan, 2) Analisis data di laboratorium, 3) Analisis data primer dan sekunder, dan 4) Penulisan laporan penelitian
PETA ADMINSTRASI DAN LOKASI TIPE
LAHAN PEWAKIL
Sayarat Lahan yang ditetapkan sebagai daerah sampel observasi (Tipe Lahan)
1) Hanya lahan yang berada pada tanah yang sama yaitu Latosol Coklat Kemerahan,
2) Lahan mempunyai puncak lereng berupa igir memanjang alami, atau berupa gundukan tanah baik alami maupun buatan manusia, dengan lebar minimal 0,5 meter;
3) Igir tersebut berfungsi sebagai batas/garis pemisah limpasan permukaan (water devide) saat hujan jatuh pada igir dan gundukan;
4) masing-masing lahan mempunyai nilai parameter-parameter lahan yang berbeda satu sama lain.
Variabel Penelitian Variabel tergantung (V.T) 1. Jarak awal kejadian limpasan permukaan (JLP) 2. Waktu awal kejadian limpasan permukaan (WLP) 3. Jarak awal kejadian erosi permukaan (JEP) 4. Waktu awal kejadian erosi permukaan (WEP) Variabel bebas (V.B)
1. Intensitas hujan (Ih); 2. Komponen fisik lahan (kemiringan lereng (Kl), tebal
solum tanah (St), permeabilitas tanah (Pt), kelembapan tanah (Kt), kandungan bahan organik tanah (Bo)
3. komponen non fisik lahan terdiri dari variabel kerapatan penuutp lahan (gabungan kerapatan tajuk/kanopi pohon/tumbuhan dan tumpukan daun-daun/seresah (Kt), tinggi tanaman /pohon (Tp);
Catatan:
Y = Dapat berupa: YJLP, YJEP, YWLP, atau YWEP
X1 = Intensitas hujan (Ih) (mm/jam) X2 = Kemiringan lereng (Kl) (...o) X3 = Kelembapan tanah (Kt) (%) X4 = Ketebalan solum tanah (St) (cm) X5 = Permeabilitas tanah (Pt) (cm/jam) X6 = Kandungan bahan organik tanah (Bo) (%) X7 = Tekstur tanah (Tt) X8 = Kerapatan penutupan lahan oleh tajuk /kanopi, seresah dan rumput (Pl) (%) X9 = Tinggi pohon (Tp) (m) b1 .. b9 = Koefisien regresi masing-masing variabel bebas ( V.B) a = Konstante yang diperoleh dari perhitungan regresi.
Persamaan Umum Regresi Linier Ganda
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6V6+ b7X7+ b8X8 + b9X9
1. Persamaan Regresi Linier Ganda 1). 4 (empat) variabel tergantung (V.T)
masing-masing: JLP, JEP, WLP, WEP) 2). 9 (semblan) variabel bebas (V.B.) yang diusulkan yaitu: intensitas hujan (Ih);
kemiringan lereng (Kl), tebal solum tanah (St), permeabilitas tanah (Pt), kelembapan tanah (Kt), kandungan bahan organik tanah (Bo), tekstur tanah (Tt), permeabilitas tanah (Pt); kerapatan penutupan lahan (Pl), dAn tinggi pohon (Tp).
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tipe Lahan
Unsur 1 (Sungapan 1) 2 (Hargorejo) 3 (Sermo 3) 4 (Klepu) 5 (Hargowilis) 6 (Sungapan 2) 7 (Tegalrejo) 8 (Nganti)
Jenis batuan Andesit Andesit Andesit Andesit,
Breksi Andesit
Andesit, Breksi
Andesit Andesit Andesit Andesit
Pelapukan batuan Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut Sudah lanjut
Tanah Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Latosol coklat
kemerahan
Tebal solum (cm) 85 80 65 75 85 110 120 130
Tekstur Geluh Geluh Geluh pasiran Geluh
lempung Geluh pasiran Lempung Geluh Geluh
Struktur Gumpal Gumpal Gumpal agak
menyudut Gumpal
Gumpal agak
menyudut Gumpal-masif Gumpal Gumpal
Bahan organik (%) 1,41 0.36 1,48 14,00 0,343 0,36 0,704 0,21
Permeabilitas
(cm/jam) 0,058 1,62 11,19 21,23 15,19 2,92 1,42 1.99
Pengguaan lahan Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Hutan
(budidaya)
Perkebunan
campuran dan
tegalan
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Perkebunan
campuran
Jenis tanaman Durian, kelapa,
petai, cengkih,
Mangga, kelapa,
sengon laut,
belinjo, petai , ubi
kayu
Dominan kayu
putih dan
rumput
Dominan
pohon mahoni
Sengon laut,
mahoni , ubi
kayu
Kelapa, sengon
tahun, semak,
garut, mahoni
Kelapa, petai,
sengon tahun,
ubi kayu
Kelapa,
mahoni, petai,
sengon laut,
durian, dan
garut
Tinggi pohon rerata
(m) 20 15 7,5 . 25
Pohon 20
Semak 2,5 10 20 25
Kerapatan penutup
lahan (tajuk pohon/
semak/ perdu/
rumput)
Tajuk pohon =
60%, daun perdu
dan ketela 15%
rumput dan
seresah 50%
Tajuk pohon
=40%, tajuk
daun ketela=
25%), sampah
dan rumput 40%
Tajuk pohon
kayu putih
=30%, rumput
10-15 cm
dengan
kerapatan 90%)
Tajuk pohon
=75%, dan
seresah
sampah
dengan tebal
15-20 cm
dengan
kerapatan
penutupan
±90%
75% (75% tajuk
pohon dan
perdu, 20%
ketela, 40%
tumpukan
seresah)
90% (garut dan
semak 90%,tajuk
pohon 15%)
85% (tajuk
pohon 85%,
semak dan
ketela 20%)
Rerata 90%
(Tajuk pohon
85%, perdu/
semak 15%,
tumpukan
seresah 30%)
Sumber: Observasi lapangan, 2009
Tabel. Ringkasan hasil observasi parameter-parameter lahan masing-masing tipe
lahan di DAS Secang, Kabupaten Kulonprogo
No Fenomena Sungapan 1 Hargorejo SD Sermo 3 Klepu Hargowoilis Sungapan 2 Tegalrejo Nganti
1 Intensitas rata-2
(mm/jam) 13,12 21,81 14,43 13,53 14,79 14,00 17,96 16,30
2 Kelembapan tanah
rerata (%) 59.4 60,38 68,00 59,28 63,00 63,19 68,52 62,93
3 JLP rerata (m) 2,68 2,31 1,96
tidak ada
limpasan
permukaan
1,37 1,64 1,80 2,10
4 WLP rerata (menit) 26,66 23,29 20,68 - 22,73 24,74 19,24 14,07
5 JEP rerata (m) 3,14 2,82 2,63 tidak terjadi 2,31 3,52 2,49 2.79
6 WEP rerata (menit) 30,46 25,30 22,29 - 25,19 28,21 21,03 16,21
7 Erosi Alur (meter
dari igir)
6,75; 10,0;
15,25-18,0 3,0; 10,15 15,25; 16,15
15,0-21,0 ke
arah bawah
lereng
8,0-9,0; 8,0; 6,0; 10,0-
11,0
6,15-8,5;
13,0-14,0;
19,0-20,0
8
Deposisi material
(hasil erosi, seresah
dll)
3,0-4,0; 5,0-
9,0; 15-16.
material
kasar dan
seresah
4,0-5,25;
3,0-6,0; 4,0-
11,0; 11-15;
(mate rial
kasar &
seresah)
11,0-15,0;
0 - ujung
profil
(seresah
dari daun
setebal 15-
20 cm)
4,0-5,50;
8,0-9,0
(material
kasar dan
seresah)
3,0-5,0
(material
kasar)
8.0-90; 11,0;
6,25-8,15; 4;
10
(material da
n seresah)
12,0-13,0;
20,0-21,0
(material
dan
seresah)
9 Armour (meter dari
igir) 1,0; 3,5; 6;
7,0-7,5
bercampura
n seresah
tidak dijumpai
armour
13,0-14,0;
19,0-
-20,0; 22,0;
29,0.
8,0-9,0; 6,0 4,0-4,5 4,0-5,15;
tidak
dijumpai
armour
10 Akar muncul (meter
dari igir) 11 6,5
tidak ada akar
muncul
10, 15, 19,
ujung profil
tidak ada
akar
muncul
tidak ada
akar muncul
tidak ada
akar muncul
tidak ada
akar
muncul
11 Pedestal (meter dari
igir)
27,0; 28,0 6,0; 8,0 - sekitar ujung
profil lereng
(135,5;
136,0)
3,25; 4,15; 4; 11 sekitar ujung
profil (16,0;
15,5 )
2,0; 3,0;
90.
Tabel. Ringkasan data intensitas hujan, kelembapan tanah , JLP, JEP, WLP, WEP dan
fenomena proses dan hasil proses erosi masing-masing tipe lahan di DAS Secang,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo
No
Var. Tgt
(Y)
Persamaan Regresi Linier Ganda
Variabel Bebas (V.B) = X
Bobot Pengaruh
V.B
(%)
Jmlh V.B diteri-ma sbg predik-tor
Paling besar Perannya (koef. regresi / (b)
Paling besar pengaruh-nya (koef. terbakukan/ Beta (ß =)
V,B Nilai V.B Nilai ß
1. JLP YJLP = 6,16-0,07 Kt+0,03 Kl+
+0,002Tt+0,02Tp-0,39 Bo+
-0,03 Pt-0,01 Ih
7
Bo
–0,37
Kp
–74
74
2. JEP YJEP = 6,89-0,07 Kt+0,001 Pl +
+0,06 tP+0,02 St–0,02 Ih
5
Tp
+0,06
Kp
–52
59
3. WLP YWLP = 74,72-0,62 Kt+ 0,28 St +
–0,95 Pt+ 0,21Pl+0,19Kl+
–0,08 Ih+3,30 Tt–4,72 Bo
8
Bo
–4,72
St
0,89
79
4. WEP YWEP = 85,87-0,76 Kt+0,29 St+
–1,01 Pt+0,22 Pl+0,21Kl+
–0,10 Ih–3,68 Tt–4,91 Bo.
8
Bo
–4,91
St
0,78
78
Tabel. Hasil analisis statistik Persamaan Regresi Linier Ganda
Untuk JLP, JEP, WLP daan WEP
Tabel . Variabel bebas yang diterima dan tidak diterima dalam persamaan regresi linier ganda
No
Variabel tergantung (V.T)
Variabel Bebas
Entrance
Diterima
Removed
Nilai toleran minimal kolinieritas statistik
1
Jarak kejadian JLP (m)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, Kl, Tt, Tp,
Bo, Pt, Ih
Pt
St
0,367
0,349
2
Waktu kejadian WLP (menit)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, Pl, Tp, St, Ih,
Kl
Pt
Tp
Bo
0,422
0,488
0,398
0,352
3
Jarak kejadian JEP (m)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl, Kl, Ih, Tt, Bo
Kt 0,396
4
Waktu kejadian WEP (menit)
Kl, St, Pt, Kt, Bo, Tt, Pl, Tp, Ih
Kt, St, Pt, Pl, Kl, Ih, Tt, Bo
Kt 0,398
Tabel. Perbedaan jarak awal kejadian antara JLP dengan JEP, dan perbedaan waktu awal kejadian antara WLP dengan WEP masing-masing tipe lahan pewakil
No Tipe lahan
Beda jarak rerata kejadian JLP dan JEP
Beda waktu rerata kejadian WLP dan WEP
JLP (m)
JEP (m)
Beda jarak (m)
WLP (menit)
WEP (menit)
Beda waktu (menit)
1 Sungapan 1 2,68 3,14 0,46 26,64 30,46 3,82
2 Hargorejo 2,31 2,82 0,51 23,29 25,90 2,01
3 S.D.N. Sermo 3 1,96 2,63 0,67 20,68 22,29 1,61
4 Klepu*) tidak
terjadi tidak
terjadi tidak
terjadi tidak
terjadi tidak
terjadi tidak
terjadi
5 Hargowilis 1,37 2,31 0,94 22,73 25,19 2,46
6 Sungapan 2 1,64 3,52 1,88 24,74 28,21 3,47
7 Tegalrejo 1,80 2,49 0,69 19,24 21,03 1,79
8 Nganti 2,10 2,79 0,69 14,07 16,21 2,14
Rerata 1,73 2,46 0,90 18,92 21,16 2,25
Catatan: *) Tidak terjadi limpasan permukaan maupun erosi permukaan
Hasil Analisis Data 1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusul
kan sebagai V.B, diterima sebagai V.B. dalam per-samaan regresi linier ganda dengan JLP, JEP, WLP dan WEP sebagai VT.
2. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat
persamaan regresi linier ganda tersebut dinyatakan layak dan valid digunakan dalam penelitian ini dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar 95%c.
3. Beda Nilai (residual value) antara data lapangan dan
data hasil prediksi menggunakan persamaan regresi linier ganda adalah sangat kecil (JLP lap & regresi =-0,02 m, JEP lap & regresi =-0,05 m, WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan WEP lap & regresi=-0,15 mnt)
Lanjutan: Persamaan Regresi Linier Berganda
4. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap variabel tergantung:
a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan/standardized coefficient (Beta) = -0,74) , b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = -0,52), c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = +0,89), d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan /standardized coefficient (Beta) = +0,78). 3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP: a. Pola mengelompok b. Pola memencar
Tipe lahan
Selisih nilai rerata V.T. Hasil Pengukuranb Lapangan dan Prediksi V.T.
No
Lokasi
JLP (meter) JEP (meter) WLP (menit) WEP (menit)
Lap Pre
d
Slh. Lap Pred. Slh. Lap Pred. Slh. Lap Pred. Slh.
1 Sungapan 1 1,69 1,74 0,05 2,30 2,33 0,03 22,48 23,24 0,76 29,20 30,25 0,31
2 Hargorejo 2,30 2,25 0,05 2,82 2,96 0,15 22,57 23,63 1,06 25,90 26,62 0,72
3 SD. Sermo 3 1,93 1,88 0,05 2,83 2,56 0,07 20,68 20,27 0,41 21,94 21,67 0,27
4 Klepu *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *) *)
5 Hargowilis 1,37 1,41 0,05 2,13 2,32 0,29 22,83 2240 0,43 25,13 24,88 0,03
6 Sungapan 2 1,64 1,75 0,11 3,25 3,34 0,09 25,67 25,63 0,04 28,21 28,25 0,04
7 Tegalrejo 1,80 1,82 0,02 2,49 2,44 0,05 19,44 19,44 0,20 21,03 21,04 0,01
8 Nganti 2,10 2,11 0,01 2,79 2,80 0,01 21,43 21,00 0,43 16,21 16,65 0,44
Perbedaan nilai rerata JLP, JEP, WLP, dan WEP hasil pengukuran
lapangan dengan prediksi menggunakan regresi linier ganda
IV. KESIMPULAN 1. Tidk semua dari 9 (sembilan) variabel yang diusulkan sebagai V.B,
diterima sebagai V.B. dalam persamaan regresi linier ganda dengan JLP, JEP, WLP dan WEP sebagai VT.
a. Persamaan regresi linier berganda: YJLP = 6,16-0,07Kt+0,03Kl+0,002Tt+0,02Tp–0,37Bo-0,03Pt+ -0,01Ih YJEP = 6,89-0,07Kt+0,001Pl+0,06Tp+0,02St-0,02Ih, YWEP = 74,72-0,62Kt+0,28St-0,95Pt+0,21Pl+0,19Kl-0,08Ih+ +3,30Tt-4,72Bo YWEP = 85,80-0,76Kt+0,29St-1,01Pt+0,22Pl+0,21Kl- 0,10Ih+ -3,68Tt-4,91Bo b. Hasil uji asumsi klasik statistik terhadap keempat persamaan regresi
linier ganda tersebut dinyatakan layak dan valid digunakan dalam penelitian ini dengan derajat kepercayaan tinggi yakni sebesar 95%c.
c. Beda Nilai (residual value= Rv) antara data lapangan dan data hasil prediksi dengan persamaan regresi linier ganda adalah sangat kecil (RV. JLP lap & regresi =-0,02 m, Rv. JEP lap & regresi =-0,05 m, Rv. WLP lap & regrresi=-0,17 mnt, dan Rv. WEP lap & regresi=-0,15 mnt)
Lanjutan: Kesimpulan
2. Variabel bebas yang paling besar berpengaruh terhadap variabel tergantung: a. JLP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = -0,74) , b. JEP adalah kelembapan tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = -0,52), c. WLP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = +0,89), d. WEP adalah ketebalan solum tanah (nilai koefisien terbakukan (Beta) = +0,78). 3. Pola persebaran keruangan JLP dan JEP adalah: a. Pola mengelompok b. Pola memencar
Gambar Peta Pola Persebaran JLP dan JEP Setiap Tipe Lahan Pewakil di DAS Secang,Kecamatan Kokap, Kabaputen Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
Seresah/sampah (15-20 cm) Pasir kasar, kerikil, kerakal. Rembesan (seepage)
Tanah