Post on 05-Aug-2020
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
(Studi Kasus Asuh Pada Ibu yang memiliki anak remaja putri)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Maria Imaculata Vetma Adventina S
NIM: 151114055
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHAMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important
thing is not to stop questioning”
~Albert Einstein~
Aku persembahkan karyaku untuk:
Tuhan Yesus Kristus untuk semua berkat yang telah diberikan kepadaku
Orangtuaku
Bapak Antonius S dan Ibu Paskalia Yani M
Terima kasih atas cinta dan dukungan yang telah memotivasi selama ini.
Adikku satu-satunya
Mathias Kevin Syah Putra terima kasih karena selalu mendukung dan mendoakan ku dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
Dosen pembimbing tercinta Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. yang selalu memberikan dukungan, doa, membantu dalam proses penyusunan skripsi
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL TERHADAP PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
(Studi Kasus Asuh Pada Ibu yang memiliki anak remaja putri)
Maria Imaculata Vetma Adventina S
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2019
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pemahaman ibu sebagai
orang tua tunggal mengenai pola asuh dan pola asuh jenis apa yang digunakan
dalam membimbing dan mengawasi perkembangan kepribadian anak. (2)
Mengetahui ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk perkembangan
kepribadian anaknya. (3) Mengetahui ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi
kekhawatiran yang ditemukan dalam menerapkan pola asuh. (4). Mengetahui
dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian anaknya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus.
Tempat penelitian di Baciro Yogyakarta. Sumber data penelitian ini terdiri dari
seorang ibu yang berstatus orang tua tunggal, beserta anak pertama dan anak
keduanya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Teknik
analisa data kualitatif yang digunakan adalah membuat verbatim, membuat koding
verbatim, kemudian mengelompokkan tema, menyaring data, dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemahaman subjek mengenai Pola
Asuh adalah sebuah cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya.. Pola
Asuh yang digunakan subjek untuk kepribadian anaknya adalah memberi
kebebasan untuk anaknya berperilaku, dan berbicara, namun tetap mengutamakan
mandiri dan sikap bertanggung jawab terhadap apapun. Alasan subjek memilih pola
asuh yang tepat untuk perkembangan kepribadian anaknya karena subjek merasa
nyaman menerapkannya, cocok dengan kondisinya dan kondisi anaknya. Subjek
mengungkapkan kekhawatiran yang dialami dalam proses menerapkan pola asuh
adalah kurangnya waktu untuk bertemu anak dan tidak ada dukungan secara fisik
maupun secara finansial dari keluarga besar dalam mengasuh anaknya. Cara subjek
mengatasi kekhawatiran yang dialaminya dengan mengurangi waktu bekerja di
luar. Subjek berpendapat ada dampak yang muncul pada anak bila orang tua tidak
menerapkan pola asuh secara optimal dan dampak tersebut dapat berpengaruh pada
psikis dan tingkah laku anak.
Kata Kunci: Pola Asuh, Ibu sebagai Orang Tua Tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
yang melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi
ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menyadari
bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dukungan
berbagai pihak.
Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik dari proses pengumpulan data selama
penelitian maupun dalam penulisanya. Untuk itu perlu menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si. dosen pembimbing yang sudah bersedia
membimbing saya dalam menyusun skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Retno, Ibu Indah,
Ibu Hayu, Bapak Sinurat, Bapak Nasar, Bapak Budi dan Bapak Agus yang telah
melimpahkan ilmunya.
6. Kedua orangtua saya Bapak Antonius S dan Ibu Paskalia Yani M yang selalu
mendukung, berdoa, memberikan kasih sayang, dan memperhatikan saya.
7. Adik saya satu-satunya Mathias Kevin Syah Putra yang selalu mendukung dan
mendoakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
8. Teman-teman Prisma, Rai, Sr. Lili, Olin yang selalu memberikan dukungan yang
tiada henti.
9. Mas Moko yang sudah bersedia disusahkan dalam mengurus semua berkas untuk
membuat skripsi.
10. Teman-teman Program Studi Bimbingan Konseling khususnya angkatan 2015
yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tiada henti.
11. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Ikeu, Mega, Kris, Damar, Lucy, Cici, Lerina,
Dian, Hastin, Sekar.
12. Semua pihak yang telah membantu dan tak dapat penyusun sebutkan satu-
persatu.
Peneliti menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
peneliti menerima saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan selanjutnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Yogyakarta, 23 Juli 2019
Peneliti
Maria Imaculata Vetma Adventina S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. ............. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………….. ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….. .......... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……………………….… ....... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………..… ...... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………….… ...... vi
ABSTRAK …………………………………………………………...…... ......... vii
ABSTRAC …………………………………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ......... ix
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ......... xi
DAFTAR TABEL …………………..…………...………………………… ...... xii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….... ......... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………..…………………………............ xiv
BAB I PENDAHULUAN ……………………..…………………………... ........ 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………..…………..... 6
C. Pembatasan Masalah ……………………………………..…………..... ... 7
D. Rumusan Masalah ………………………………………..……...……..... 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………..……..……..... .. 8
F. Manfaat Penelitian ………………………………………..…………..... .. 8
G. Batasan Istilah ………………………………………………………..... ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 10
A. Hakikat Pola Asuh ……………………………………………………… 10
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengasuhan Anak ………………… 18
C. Perkembangan Kepribadian Remaja …………………………………… 19
D. Hakikat Ibu Single Parent ……………………………………………… 23
E. Kerangka Pikir ………………………………………………………..... 32
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………... 33
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………….... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 33
C. Subjek Penelitian …………………………………………………….. 35
D. Teknik Instrumen Pengumpulan Data ……………………………….. 35
E. Keabsahan Data ……………………………………………………… 37
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 39
A. Deskripsi Data ……………………………………………………….. 39
B. Pelaksanaa Penelitian ……………………………………………….. 40
C. Hasil Penelitian ………………………………………………………. 41
D. Pembahasan ………………………………………………………...... 51
BAB V PENUTUP ………………………………………………………...... 56
A. Kesimpulan ………………………………………………………....... 56
B. Saran ……………………………………………………….................. 57
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 58
DAFTAR LAMPIRAN I …………………………………………………… 61
DAFTAR LAMPIRAN II ………………………………………………….. 72
DAFTAR LAMPIRAN III …………………………………………………. 82
DAFTAR LAMPIRAN IV …………………………………………………. 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka Pikir ….…..………………………………………………. 32
Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...…………. 34
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...……………………………...……………... 36
Tabel 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……….……………..………………. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Verbatim Wawancara …..………………………..………. 61
Lampiran 2. Lembar Koding Wawancara …..………………………..……....... 72
Lampiran 3. Lembar Kategorisasi Wawancara ………………………………… 82
Lampiran 4. Lembar Penyaringan Data ………………………………………... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sebuah keluarga, sosok ibu memiliki peran yang penting. Peran
penting tersebut dalam mendidik dan mengawasi perkembangan kepribadian
anaknya, terutama saat memasuki usia remaja, Semua urusan rumah tangga,
mendidik serta mengawasi perkembangan kepribadian anak menjadi penting
karena hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan sosial, dan pribadi
anak. Pendidikan yang pertama kali diterima anak sebelum mendapatkan
pendidikan formal di sekolah, ialah pada saat anak dirumah. Ahmadi (2005),
menjelaskan bahwa keluarga merupakan kelompok primer paling penting di
dalam masyarakat.
Seorang ibu dapat menjadi orangtua tunggal karena berbagai situasi
seperti perceraian, suami meninggal dunia, kehamilan diluar nikah, dan
menjadi ibu karena mengadopsi anak namun tidak menikah. Seorang ibu yang
menyandang status orangtua tunggal memikul beban berat karena harus
berperan sebagai ibu dan juga ayah. Memiliki banyak tugas dan tanggung jawab
yang harus dipikul sendiri tidaklah mudah. Akmalia (2010) mengatakan
terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi orangtua tunggal khususnya ibu,
kesulitan tersebut dapat menyebabkan stres antara lain karena beratnya beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
ekonomi, beban psikologis bagi dirinya dan anaknya. Orang tua tunggal yang
mengalami stress biasanya karena menemukan hambatan atau kurangnya
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah dalam menjalani tugas dan
tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Menjadi ibu tanpa hadirnya sosok ayah dapat menimbulkan masalah
psikologis bagi ibu dan anaknya. Sebagai orangtua memikul beragam tugas dan
tanggung jawab menjadi hal yang sewajarnya. Tugas dan tanggung jawab
seorang ibu sebagai orang tua tunggal tidak hanya mengasuh dan mendidik
anaknya, ibu sebagai orang tua tunggal masih harus mengurus rumah dan
mencari nafkah. Tidak semua ibu sebagai orang tua tunggal mampu memikul
tugas dan tanggung jawab. Ibu sebagai orang tua tunggal tetap akan
menjalankan semua tanggung jawabnya tersebut, namun yang dikhawatirkan
adalah perannya didalam keluarga terutama dalam perkembangan kepribadian
anaknya menjadi tidak maksimal.
Ibu harus menemukan cara mengasuh yang efektif dalam memenuhi
kewajiban mendidik dan mengawasi perkembangan anaknya. Ibu sebagai orang
tua tunggal harus tepat dalam memilih pola asuh yang digunakan karena dapat
mempengaruhi perkembangan anak dalam segala aspek. Ada berbagai cara
untuk mengetahui informasi mengenai pola asuh, seperti membaca buku,
melalui internet, tayangan di televisi yang berkaitan dengan pola asuh ibu
terhadap anaknya, pengalaman masa lalu yang pernah dilalui berkaitan dengan
pola asuh, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Terdapat beragam fenomena mengenai kehidupan ibu sebagai orang tua
tunggal. Jawa Pos 16 Juli 2017 memberitakan seorang ibu yang bernama Vivid
Sambas. Vivid berjuang untuk hidupnya setelah mengalami perceraian. Bagi
Vivid, tidak mudah untuk kembali bangkit setelah mengalami perceraian 9
tahun yang lalu. Vivid menangis, marah dan sedih, Namun sekarang ini ia
berhasil bangkit dan kembali melanjutkan hidupnya. Dengan kondisi
mengalami keterpurukan, perlahan Vivid kembali bangkit. Vivid bekerja
sebagai tenaga penjualan di Astra Group. Sembari menata perekonomiannya,
Vivid mampu bertahan pada proses pemulihan diri akibat dari perceraiannya,
mengasuh anak dan meraih impian. Jumat, 9 maret 2018; “Selama 14 tahun
menjadi orangtua tunggal, saya berjualan telur asin”. Seorang ibu sebagai orang
tua tunggal bernama Hera berjuang dengan menjual telur asin untuk menafkahi
keluarganya. Setiap hari, ia harus mendistribusikan telur asin sebanyak kurang
lebih 100 butir olahannya ke berbagai rumah makan di kawasan rumahnya.
Pada awalnya Hera mengalami putus asa, namun dengan keberaniannya untuk
memperjuangkan hidupnya akhirnya ia dapat kembali bangkit. Hera berpegang
teguh yakin bahwa dirinya mampu menghidupi anaknya (Tribunnews.com).
Problematika yang terjadi pada ibu sebagai orang tua tunggal tersebut,
dialami pula oleh seorang ibu sebagai orang tua tunggal asal kota Muntilan
dengan inisial nama yaitu BA. BA bukanlah ibu sebagai orang tua tunggal
karena bercerai secara resmi dipengadilan maupun ditinggal meninggal oleh
suaminya. Hingga saat ini, secara sipil BA masih berstatus seorang istri dari
bapak AB. BA dan AB menikah pada tahun 1994, menikah secara Katolik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
gereja. BA dan AB dikaruniai 2 orang anak, yaitu YA dan MA. Namun, sejak
tahun 2001 AB berhenti bekerja sehingga BA menjadi tulang punggung
keluarga. BA bekerja keras dengan berjualan nasi pecel. Selain tidak bekerja,
bapak AB mulai menjalin hubungan kembali dengan teman SMP nya yang
ternyata tinggal berdekatan dengan kediaman mereka. Sejak saat itu BA dan
AB terus-menerus terlibat konflik dan pada puncaknya di tahun 2003 mereka
berpisah. Mereka masih berstatus suami dan istri tapi sudah tidak tinggal
serumah dan sudah tidak ada komunikasi diantara mereka. Sejak saat itu AB
tinggal dirumah teman SMP nya.
Pada tahun 2004, AB menghubungi BA kembali. Hubungan mereka
kembali membaik, hingga akhirnya mereka dikaruniai anak yang ke 3 yaitu TA.
Ternyata hal tersebut tidak bertahan lama. AB kembali berhenti dari
pekerjaannya dan kembali berhubungan dengan teman SMP nya tersebut.
Akhirnya pada tahun 2008 AB dan BA kembali berpisah. Hingga saat ini BA
dan AB tidak ada komunikasi walaupun sering bertemu karena tempat tinggal
yang berdekatan.
Setelah menyandang status ibu sebagai orang tua tunggal BA berperan
menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga untuk ke tiga anaknya. BA
bekerja sebagai penjual nasi pecel dilingkungan tempat tinggalnya. Disisi lain
kesibukannya sebagai penjual nasi pecel, BA berusaha untuk tetap fokus pada
anak-anaknya. Terutama MA, anak kedua BA yang saat ini masih tergolong
remaja. BA benar-benar berjuang menghadapi dinamika dalam proses
menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya terutama MA. MA menjadi fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
utama bagi BA dalam penerapan pola asuh, karena usianya yang masih
tergolong remaja, dan MA satu-satunya anak perempuan. MA tidak memiliki
gambaran seorang ayah yang baik dalam kehidupan keluarganya, Sosok ayah
dimata MA adalah ayah yang pemarah, tidak menyayangi keluarga, dan pergi
meninggalkan keluarga. Menghadapi hal tersebut, BA memiliki tanggung
jawab untuk membimbing dan memberikan pengertian terhadap MA agar
pengalaman hidupnya melihat perilaku ayahnya tidak menjadi beban pikiran
maupun psikologis bagi MA.
Salah satu hambatan yang dialami BA dalam proses menerapkan pola
asuh adalah sulitnya mengatur waktu ditengah kesibukannya untuk mencari
nafkah. Disisi lain BA tidak ingin meninggalkan kegiatan gereja karena dengan
aktif mengikuti kegiatan gereja BA dapat menyembuhkan luka dihatinya karena
perilaku mantan suaminya. BA mengalami dilema dalam mengatur waktu, ia
sadar juga terhadap tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga tanpa hadirnya
sosok suami. Tanpa hadirnya suami baik secara fisik maupun psikologis dalam
mengasuh anaknya menjadi beban pikiran untuk BA. Luka yang diberikan
mantan suaminya masih harus BA sembuhkan sendiri, namun tanggung jawab
mengasuh anak tidak dapat ditunda.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka penulis memilih ibu BA
sebagai subjek penelitian. Peneliti tertarik untuk melihat pola asuh seorang ibu
sebagai orang tua tunggal dalam mendidik dan mengawasi perkembangan
kepribadian anaknya yang kedua yaitu MA, yang saat ini berada pada usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
remaja. Dalam kaitannya ibu sebagai orang tua tunggal dan perkembangan
kepribadian remaja putri.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan fenomena yang ditemui pada kehidupan keluarga dengan
orang tua tunggal khususnya ibu yang telah dijelaskan di atas terkait dengan
perkembangan kepribadian remaja usia putri maka dapat diidentifikasi berbagai
masalah sebagai berikut :
1. Menyandang status ibu sebagai orang tua tunggal harus membentuk diri
menjadi pribadi yang tangguh, sebagai panutan bagi anak-anaknya
sedangkan ibu masih berproses mengelola perasaan dan dirinya pasca
perpisahannya dengan mantan suami;
2. Ibu sebagai orang tua tunggal fokus bertanggung jawab dalam mencari
penghasilan sehingga sulit mengatur waktu mengasuh dan mengawasi
anaknya;
3. Ibu sebagai orang tua tunggal masih harus menyembuhkan luka di hati
akibat perilaku mantan suami, namun harus menjalankan tanggung jawab
sebagai orang tua dalam mengasuh anak dan urusan rumah tangga;
4. Ibu sebagai orang tua tunggal kesulitan memilih pola asuh yang tepat
terutama untuk perkembangan kepribadian anak agar dapat menghasilkan
anak yang berkepribadian tangguh;
5. Menjadi ibu sebagai orang tua tunggal gagal mengatasi kekhawatiran yang
muncul sebagai orang tua tunggal dalam menjalankan kewajiban mendidik
dan mengawasi perkembangan kepribadian remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Pembatasan Masalah
1. Ibu sebagai orang tua tunggal fokus bertanggung jawab dalam mencari
penghasilan sehingga sulit mengatur waktu mengasuh dan mengawasi
anaknya.
2. Ibu sebagai orang tua tunggal kesulitan memilih pola asuh yang tepat
terutama untuk perkembangan kepribadian anak agar dapat menghasilkan
anak yang berkepribadian tangguh.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pemahaman ibu sebagai orang tua tunggal mengenai pola
asuh dan pola asuh jenis apa yang digunakan dalam membimbing dan
mengawasi perkembangan kepribadian anaknya?
2. Bagaimanakah ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk
perkembangan kepribadian anaknya?
3. Bagaimanakah ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran yang
ditemukan dalam menerapkan pola asuh?
4. Apa sajakah dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan
kepribadian anaknya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pemahaman ibu sebagai orang tua tunggal mengenai pola asuh
dan pola asuh jenis apa yang digunakan dalam membimbing dan mengawasi
perkembangan kepribadian anaknya.
2. Mengetahui ibu memilih pola asuh yang tepat terutama untuk
perkembangan kepribadian anaknya.
3. Mengetahui ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran yang
ditemukan dalam menerapkan pola asuh
4. Mengetahui dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan
kepribadian anaknya.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi terhadap
pengembangan kajian teori keilmuan Bimbingan dan Konseling, khususnya
pada pendidikan dalam keluarga.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru BK, acuan untuk guru BK.
Penelitian ini diharapkan sebagai acuan pemberian bimbingan dan
layanan dalam hal ini pribadi-sosial yang relevan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Bagi orangtua
Menambah wawasan orangtua khususnya orang tua tunggal mengenai
pola asuh terhadap perkembangan kepribadian remaja usia 12-16 tahun.
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini sebagai inspirasi peneliti lain untuk menyusun
penelitian yang sesuai dengan tema pada penelitian ini. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain yang memiliki subjek yaitu ibu
sebagai orang tua tunggal sebagai informasi tentang pola asuh ibu
sebagai orang tua tunggal terhadap perkembangan kepribadian remaja
usia 12-16 tahun.
G. Batasan Istilah
1. Remaja adalah masa atau tahapan peralihan dari kanak-kanak menuju
dewasa.
2. Perkembangan Kepribadian adalah suatu perubahan menjadi bertambah
sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya dan
kepribadian yakni keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan
sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.
3. Single Parent adalah orang tua dalam keadaan tidak lengkap atau tanpa
pasangannya, baik itu istri tanpa suami maupun suami tanpa istri yang
terjadi karena berpisah, perceraian hidup dan perceraian mati, dll.
4. Pola Asuh adalah cara orang tua mendidik, melindungi dan merawat anak
sejak kecil hingga anak dewasa dan mampu mengurus dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hakikat pola asuh, hakikat
perkembangan kepribadian remaja, hakikat ibu single parent
A. Hakikat Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Keluarga merupakan kunci utama dalam pembentukan
kepribadian anak. Lingkungan dalam lingkup terkecil yang
berperan dalam pembentukan kepribadian anak yaitu keluarga.
Proses memberikan pendidikan pada anak terjadi melalui interaksi
antara orang tua dengan anak-anaknya. Pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua akan membentuk kepribadian anak. Maka dari itu
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
perkembangan kepribadian anak.
Pola asuh merupakan bentuk nyata dalam proses
pemeliharaan anak dengan menggunakan metode yang berpusat
pada pemberian kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam
dari orang tua kepada anak. Pola asuh tidak terlepas dari adanya
sebuah keluarga. Keluarga merupakan satuan tempat tinggal yang
ditandai oleh adanya kerja sama dan mempunyai fungsi untuk
melanjutkan keturunan sampai mendidik dan membesarkan anak
(W
idjaja dalam Ilahi Takdir, 2013:133).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pola pengasuhan anak sangat erat hubungannya dengan
kepribadiaan anak setelah dewasa. Hal ini karena ciri-ciri dan unsur
watak dari seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan
benih-benihnya kedalam jiwa seorang individu sejak sangat awal,
yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh
cara-cara ia waktu kecil diajarkan makan, diajar kebersihan,
disiplin, diajarkan bermain dan bergaul dengan anak-anak lain dan
sebagainya. (Koentjaraningrat, 1989:133).
Mengasuh anak adalah mendidik dan memelihara anak,
seperti mengurus makanannya, pakaiannya dan keberhasilannya,
dari kecil sampai dewasa. Mengasuh anak juga berkaitan dengan
proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan
baik, ketika dewasa menjadi bertanggung jawab. Pola asuh yang
baik menjadikan anak memiliki kepribadian yang kuat, tidak
mudah putus asa dan tangguh menghadapi tekanan hidup.
Sebaliknya pola asuh yang tidak tepat menjadikan anak rentan
terhadap stress, mudah terjerumus pada hal-hal yang negatif.
Pola asuh orang tua merupakan cara mendidik orang tua
kepada anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Cara
mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua
yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan
keterampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah,
larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sebagai alat pendidikan, sedangkan pendidikan secara tidak
langsung adalah merupakan contoh kehidupan sehari-hari baik
tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan
orang tua, keluarga, masyarakat dan hubungan suami istri. Akan
tetapi setiap orang tua juga mempunyai cara yang berbeda-beda
untuk mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Pola asuh dari
seorang ibu rumah tangga akan lebih maksimal untuk mengurus
dan mendidik anak-anaknya di rumah. Beda dengan pola asuh ibu
yang mempunyai peran ganda, selain menjadi ibu rumah tangga ia
juga disibukkan dengan mencari penghasilan.
Menurut kamus bahasa Indonesia, kata pola berarti model,
sistem, cara kerja, bentuk (struktur yang tetap), sedangkan asuh
mengandung arti menjaga, merawat, mendidik anak agar dapat
berdiri sendiri. Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa
berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran yang dipakai oleh
orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, atau mendidik)
anak. Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan,
sedangkan pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut Darling (1999) pola asuh adalah aktivitas kompleks
yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara
individual dan bersama-sama. Pola asuh orang tua adalah pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten
dari waktu ke waktu. Terdapat pengertian lain mengenai pola asuh
orang tua yaitu sebuah bentuk interaksi antara anak dengan orang
tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang
tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi
anak dalam mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.
Dari beberapa pemaparan diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa pola asuh merupakan sebuah metode atau
cara bagi orang tua mendidik anaknya melalui interaksi selama
masa pengasuhan guna membentuk kepribadian anak. Orang tua
perlu selektif dalam memilih pola asuh yang tepat untuk anaknya,
sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan anaknya, terutama pada
remaja.
2. Jenis-Jenis Pola Asuh
Ada 3 jenis pola asuh dan ciri-ciri yang dapat membedakan
ketiga pola asuh yaitu:
a. Pola Asuh Otoriter. Baumrind (dalam Santrock, 2007:167),
orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka
sebagai orang tua. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan
kendali yang tegas pada anak dan meminimalisir perdebatan
verbal.
1) Orang tua memukul anak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2) Memaksakan aturan secara kaku tanpa memberikan
penjelasan
3) Menunjukkan amarah pada anak. Baumrind (dalam Santrock
2002:257), “Anak-anak yang orang tuanya otoriter
seringkali cemas akan perbandingan sosial, gagal
memprakarsai kegiatan, dan memiliki keterampilan
komunikasi yang rendah”.
Menurut Boeree (2008:345-346), pola asuh Otoriter
sebenarnya berupa gaya pengasuhan tradisional yang ditemukan
hampir di seluruh dunia. Orang tua merupakan pemimpin dalam
keluarga, dan apa yang mereka katakan harus dijalankan.
Konsekuensi bila anak-anak melanggar bisa berupa hukuman fisik,
gerakan verbal, pengurungan. Meski hal ini juga bukan berarti tidak
ada kasih sayang.
b. Pola Asuh Demokratis
Berikut ini pemaparan para ahli mengenai ciri-ciri pola asuh
demokratis sebagai berikut :
1) Boeree (2008:345-346), berpendapat bahwa Pola asuh
Demokratis, yang berarti bahwa anak diberi kebebasan
dan diikutkan dalam pengambilan keputusan keluarga,
orang tua tetap saja orang tua. Aturan diterangkan
dengan sangat jelas dan tidak pernah semena-mena, dan
hukuman “setimpal dengan kesalahan”, namun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kejam secara fisik dan psikologis. Dimana para psikolog
yakin bahwa gaya ini paling memungkinkan untuk
mengarahkan anak pada perkembangan yang bagus
tentunya.
2) Baumrind (dalam Santrock, 2007:167) pola demokratis
ini mendorong anak untuk mandiri namun masih
menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.
Tindakan verbal memberi dan menerima dimungkinkan,
dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap
anak. Orang tua otoritatif cenderung merangkul anak-
anaknya dan mengajak berdiskusi untuk menyelesaikan
suatu masalah, orang tua menunjukkan kesenangan dan
dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif
anak. Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang
dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak yang
memiliki orang tua otoritatif seringkali ceria, bisa
mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada
prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan
hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja
sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Pola Asuh Permissif
Berkaitan dengan pola asuh permissif terdapat beberapa ciri-ciri
yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut, antara lain:
1) Boeree (2008:345) Pola asuh Permissif (Laissez-fairez),
pada pola ini, anak diperbolehkan melakukan apa saja yang
mereka suka, dan orang tua turun tangan hanya pada situasi-
situasi darurat. Jenis ini dianut pada sejumlah masyarakat
primitif dengan lingkungan yang relatif aman dan damai, dan
juga sering dijumpai dalam masyarakat modern saat ini.
Boeree (2008:346) Baumrind membagi pola asuh
permissif menjadi dua, yaitu permissif indifferent dan
permissif indulgent. Dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Permissif Indifferent yaitu dimana pola asuh ini
merupakan gaya orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak. Gaya ini biasanya mengakibatkan anak
tidak memiliki kemampuan sosial terutama kurang
mampunya anak untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Banyak orang tua menerapkan pola asuh ini dan memiliki
pengendalian diri yang buruk serta tidak mandiri. Mereka
sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa
dan mungkin terasing dari keluarga. (Santrock,
2007:167).
b) Permissif Indulgent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(1). Orang tua ini membiarkan anak melakukan apa
yang mereka inginkan.
(2). Anak tidak pernah belajar mengendalikan
perilakunya sendiri.
(3). Selalu berharap mendapatkan keinginannya. Anak
yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya
jarang belajar menghormati orang lain dan
mengalami kesulitan untuk mengendalikan
perilakunya. Mereka mungkin mendominasi,
egosentris , tidak menuruti aturan yang ada, dan
kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya. Ki
Hadjar Dewantara (dalam Santrock, 2007:167-168)
menyatakan bahwa keluarga merupakan “pusat
pendidikan” yang pertama dan terpenting karena
sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini,
keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi
pekerti tiap-tiap manusia. Disamping itu, orang tua
juga dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai
dengan kebatinannya sendiri ke dalam pribadi anak-
anaknya. Sehubungan dengan ini, disiplin diri
sangatlah diperlukan bagi anak-anak agar mereka
memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan yang
diberikan oleh orang tua adalah pendidikan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
disiplin diri. Tanpa pendidikan orang akan
menghilangkan kesempatan untuk hidup dengan
sesamanya (Shochib, 2010 : 10) Ditinjau dari
pendapat para ahli diatas peneliti mengambil bentuk-
bentuk pola asuh dari ahli George Boeree yaitu
terdapat tiga jenis pola asuh otoriter, permissif, dan
demokratis. Didasarkan karena kebanyakan tiga jenis
pola asuh tersebut yang sering digunakan oleh para
orang tua pada umumnya.
d. Pola asuh Single parent
Keadaan orang tua yang tidak lagi lengkap dapat berpengaruh
pada pola asuh yang digunakan. Menurut Yuni Retnowati pola
komunikasi interaksi berperan dominan; faktor lingkungan, usia,
jumlah anak, tingkat pendidikan; serta lingkungan anak seperti
keluarga, sekolah, media massa.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Anak
Menurut Wahyuni, orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak
dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu pengalaman masa lalu
yang berhubungan erat dengan pola asuh, nilai-nilai yang dianut oleh
orang tua, tipe kepribadian dari orang tua, kehidupan perkawinan orang
tua dan alasan orang tua mempunyai anak (Gunarsa, 1976: 144).
Selain itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh
orang tua terhadap anak, antara lain sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1. Jenis Kelamin.
Orang tua cenderung lebih keras terhadap anak laki-laki
dibanding anak perempuan.
2. Kebudayaan
Pola asuh yang berbeda pada setiap keluarga yang orang tua
berikan kepada anaknya dipengaruhi juga oleh latar budaya yang
berbeda. Dipengaruhi juga peran laki-laki dan wanita didalam suatu
kebudayaan.
3. Status Sosial
Pola asuh juga dipengaruhi oleh status sosial, status sosial
yang tinggi dengan tingkat perekonomian tinggi, pendidikan tingkat
tinggi akan berbeda pengaruh sosialnya terhadap pola asuh dengan
status perekonomian yang rendah.
C. Perkembangan Kepribadian Remaja
1. Pengertian Perkembangan Kepribadian
Pandangan para ahli biologi mengenai, istilah
“Perkembangan” menunjukan perubahan-perubahan dalam bentuk
atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagian tubuh dan integrasi
berbagai bagiannya kedalam suatu kesatuan yang fungsional. Dalam
perkembangan terdapat beberapa aspek diantaranya, seperti
perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral. Kepribadian
merupakan suatu kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Menurut McDougal dan kawan-kawannya berpendapat,
bahwa kepribadian adalah “tingkatan sifat-sifat dimana biasanya
sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang
menentukan”. Kepribadian adalah ciri dari individu yang satu dan
belum tentu sama dengan individu lainnya. Sedangkan Menurut
Abin Syamsuddin Makmun (1996), kepribadian dapat juga diartikan
sebagai “kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”.
Secara umum perkembangan kepribadian berarti
serangkaian perubahan yang berlangsung secara teratur. Perubahan
tersebut termasuk aspek pengetahuan, sifat sosial, moral, dan
sebagainya. Maka perubahan dapat diamati melalui bentuk tingkah
laku.
2. Pengertian Perkembangan Kepribadian Remaja
Kepribadian remaja merupakan sebuah ciri-ciri dan sifat-
sifat sebagai seseorang. Kepribadian remaja merupakan ciri-ciri dan
kemampuan yang dapat diukur oleh standar-standar masyarakat
dimana ia hidup. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa
perkembangan kepribadian remaja adalah perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri seseorang kemudian berlangsung atau
berkelanjutan seumur hidup.
3. Aspek-Aspek Kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Menurut Abin Syamsyudin Makmun (1996), kepribadian
dapat juga diartikan sebagai “Kualitas perilaku individu yang
tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
secara unik”. Keunikan penyesuaian diri tersebut sangat berkaitan
dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu:
a. Karakter, yaitu konsekuen atau tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, serta teguh atau tidaknya dalam memegang pendirian
atau pendapat.
1) Tempramen, yaitu disposisi reaktif seseorang atau gaya
perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan.
2) Sikap, sambutan terhadap objek yang bersifat positif,
negatif.
3) Stabilitas Emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi
emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
4) Tanggung jawab, kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
5) Sosiabilitas, kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Syamsu Yusuf (2002), kepribadian dipengaruhi
oleh berbagai faktor, baik pembawaan maupun lingkungan
seperti:
1) Fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Faktor fisik berupa postur tubuh (langsing, gemuk, tinggi,
pendek), cantik/tampan (cantik atau tidak, tampan atau
tidak), kesehatan (sehat atau sakit-sakitan), keutuhan tubuh
(utuh atau cacat), dan keberfungsian organ tubuh.
a) Inteligensi
Tingkat Inteligensi seseorang dapat mempengaruhi
kepribadiannya. Individu yang inteligensinya tinggi atau
normal mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b) Keluarga
Suasana di dalam keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian individu. Hubungan
individu dengan anggota keluarga atau pengasuhan
merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian: (a)
Teman Sebaya. Mulai bergaul dengan teman sebayanya
dan menjadi anggota kelompok. Pada saat inilah terjadi
pengalihan perhatian untuk mengembangkan sifat-sifat
atau perilaku yang cocok atau dikagumi teman-
temannya. (b) Kebudayaan. Setiap kelompok
masyarakat, memiliki tradisi, adat atau kebudayaan yang
khas. Tradisi atau kebudayaan suatu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap kepribadian setiap
anggotanya baik itu dalam hal pikiran, sikap atau cara
berperilaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
D. Hakikat Ibu Single Parent
1. Pengertian Ibu Single Parent
Istilah Orang tua tunggal menurut Hammer dan Turner
adalah orang tua yang tunggal dan masih tinggal satu rumah dengan
anaknya. Menurut Sager, orang tua tunggal adalah orang tua yang
secara sendirian atau tunggal membesarkan anak-anaknya tanpa
kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya, (Haryanto,
2012:32).
Rohayari Mohd Majzud (dalam Rahim 2006:34)
menyatakan bahwa lazimnya seorang ibu tunggal boleh dikatakan
ibu tunggal apabila wanita itu telah mengalami kematian suaminya
dan terpaksa meneruskan tugas membesarkan anak-anaknya atau
wanita yang telah bercerai dengan suaminya dan diberi hak
penjagaan atas anak-anaknya ataupun seorang wanita yang
digantung karena tidak diberi nafkah oleh suami untuk hidupnya dan
anak-anaknya. Rohayati menjelaskan bahwa seorang ibu bisa
dikatakan ibu tunggal apabila suaminya tinggal berjauhan
dengannya dan tidak memainkan peranan aktif sebagai ayah dalam
keluarga.
Dodson (dalam Rahim, 2006 : 34) menyatakan bahwa
keluarga dari ibu tunggal merupakan wujud akibat pembubaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ikatan perkawinan antara suami dan istri melalui cara perceraian
yang sah atau kematian. Selain itu, ibu tunggal juga termasuk wanita
yang mengambil anak angkat atau wanita yang mempunyai anak
diluar perkawinan yang sah.
Ibu single parent karena perceraian ataupun kematian
ternyata tetap memiliki problem/permasalahan yang kompleks.
Problem tersebut tidak terbatas dialami ibu saja, namun dirasakan
oleh anak-anaknya. Dengan status single parent seorang ibu harus
memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Secara psikis juga
segala kebutuhan rohani, keamanan keluarga ibu yang berupaya
mempertahankan. Kekuatan yang dimiliki ibu single parent
diperoleh dari ketebalan iman yang ada pada dirinya sendiri, juga
keberadaan anak-anak serta semangat dari saudara maupun teman-
temannya.
Permasalahan dalam keluarga dengan orang tua tunggal baik
wanita maupun pria yaitu merasa kesepian, tanggung jawab
mengasuh anak dan mencari sumber penghasilan, kekurangan waktu
untuk mengurus diri dan keluarga, kelelahan menanggung tanggung
jawab dan membesarkan anak sendiri, lebih banyak masalah
ekonomi yang muncul, menghadapi perubahan hidup yang lebih
menekan, lebih rentan terkena depresi, kurangnya dukungan sosial
dalam melakukan perannya sebagai orang tua, dan memiliki fisik
yang rentan terhadap penyakit. Berkaitan dengan dampak dari orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
tua tunggal; Goode (2007) mengatakan bahwa anak yang dibesarkan
dalam keluarga yang berbahagia akan tumbuh bahagia dan sehat
secara psikologis. Sebaliknya anak yang dibesarkan dalam keluarga
yang terpisah akan menghasilkan remaja nakal dua kali lebih tinggi
daripada rumah tangga utuh.
2. Faktor – Faktor Menjadi Ibu Single Parent
Beberapa faktor yang menyebabkan ibu single parent atau
ibu tunggal diantaranya adalah :
1) Perceraian
Beberapa penyebab perceraian yang dijelaskan oleh ahli,
diantara :
Dijelaskan oleh Cohen (1992 : 181) bahwa penyebab–
penyebab perceraian hampir tidak terbatas karena perkawinan
melibatkan dua individu dengan kepribadiannya masing–masing
dan latar belakang yang berbeda berusaha untuk hidup bersama.
Alasan pokok terjadinya perceraian adalah adanya harapan–
harapan yang berlebihan yang saling diharapkan dari masing–
masing pihak sebelum memasuki jenjang perkawinan. Harapan
– harapan ini dapat berupa status sosial pasangan tersebut di
masa depan, hubungan – hubungan yang bersifat seksual,
popularitas, jaminan kesehatan, jaminan pekerjaan, peranan
yang tepat sebagai suami istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
George Levinger (dalam Ihromi,1999 : 153) dengan
mengambil sampel 600 pasangan suami – istri yang mengajukan
perceraian dimana mereka ini paling sedikit mempunyai satu
orang anak dibawah usia 14 tahun menyusun 12 kategori
keluhan penyebab pasangan suami istri bercerai, diantaranya :
karena pasangan sering mengabaikan kewajiban terhadap rumah
tangga dan anak, masalah keuangan, adanya penyiksaan fisik
terhadap pasangan, pasangan sering berteriak dan mengeluarkan
kata – kata kasar serta menyakitkan, tidak setia (berselingkuh,
memiliki kekasih lain), ketidakcocokan dalam masalah
hubungan seksual, sering mabuk, adanya keterlibatan dan
tekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya, sering muncul
kecurigaan, kecemburuan dan ketidakpercayaan dari pasangan
serta adanya tuntutan yang dianggap terlalu berlebihan.
Menurut Hurlock mengenai pengaruh rumah tangga yang
pecah pada hubungan keluarga adalah rumah tangga yang pecah
karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan
keluarga daripada rumah tangga yang pecah karena kematian.
Terdapat dua alasan untuk hal ini, yaitu:
a) Periode penyesuaian terhadap perceraian lebih lama dan sulit
bagi anak daripada periode penyesuaian yang menyertai
kematian orangtua. Hozman dan Froiland menemukan
bahwa kebanyakan anak melalui lima tahap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
penyesuaian ini, yaitu : penolakan terhadap perceraian,
kemarahan yang ditujukan pada mereka yang terlibat dalam
situasi tersebut, tawar menawar dalam usaha mempersatukan
orangtua, depresi dan akhirnya penerimaan perceraian.
b) Perpisahan yang disebabkan perceraian itu serius sebab
mereka cenderung membuat anak berbeda dalam mata
kelompok teman sebaya. Jika anak ditanya dimana
orangtuanya atau mengapa mereka mempunyai orangtua
baru sebagai pengganti orangtua yang tidak ada, mereka
menjadi serba salah dan merasa malu. Di samping itu mereka
mungkin merasa bersalah jika menikmati waktu bersama
orangtua yang tidak ada atau jika mereka lebih suka tinggal
dengan orangtua yang tidak ada daripada tinggal dengan
orangtua yang mengasuh mereka.
2) Kematian
Seorang perempuan bisa menjadi ibu single parent ketika
suaminya meninggal, baik meninggal karena kecelakaan,
penyakit atau sebab – sebab lainnya.
Menurut Hurlock mengenai pengaruh rumah tangga yang
pecah karena sebab kematian pada hubungan keluarga bahwa
keretakan rumah tangga yang disebabkan oleh kematian dan
anak menyadari bahwa orangtua mereka tidak akan pernah
kembali lagi, mereka akan bersedih hati dan mengalihkan kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
sayang mereka pada orangtua yang masih ada. Masalah praktis
yang ditimbulkan rumah tangga yang tidak lengkap lagi, anak
merasa ditolak dan tidak diinginkan. Hal ini akan menimbulkan
rasa tidak senang dalam hubungan keluarga.
Ibu harus bekerja dengan beban ganda di rumah dan
pekerjaan di luar, ibu mungkin kekurangan waktu atau tenaga
untuk mengasuh anak sesuai dengan kebutuhan mereka. Jika ibu
tidak memberikan hiburan dan lambang status seperti yang
diperoleh teman sebayanya, maka perasaan tidak senang anak
akan meningkat. Bagi anak laki – laki yang lebih besar,
kehilangan ayah berarti bahwa mereka tidak mempunyai sumber
identifikasi (Hurlock, 1978 : 216).
3. Peran Ganda Ibu Single Parent
a. Peran Ibu Dalam Keluarga
Peran penting seorang ibu sudah terlihat sejak kelahiran
anaknya, dia harus memberikan ASI agar anak bisa
melangsungkan hidupnya. Mula – mula ibu memenuhi
kebutuhan fisik, fisiologis, agar anak dapat meneruskan
hidupnya. Baru sesudahnya terlihat bahwa ibu juga harus
memenuhi kebutuhan – kebutuhan lainnya, kebutuhan sosial,
kebutuhan psikis. Sebagai dasar suasana keluarga, ibu perlu
menyadari perannya dalam memenuhi kebutuhan anak
(Gunarsa, 2004 : 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Peran ibu dalam merawat dan mengurus keluarga dengan
sabar, mesra dan konsisten, ibu mempertahankan hubungan-
hubungan dalam keluarga. Ibu menciptakan suasana mendukung
kelangsungkan perkembangan anak dan semua kelangsungan
keberadaan unsur keluarga lainnya. Seorang ibu yang sabar
menanamkan sikap–sikap, kebiasaan pada anak, tidak panik
dalam menghadapi gejolak didalam maupun diluar diri anak.
Peran ibu sebagai pendidik yang mampu mengatur dan
mengendalikan anak. Ibu juga berperan dalam mendidik dan
mengembangkan kepribadian anak. Pendidikan juga menuntut
ketegasan dan kepastian dalam melaksanakannya. Biasanya ibu
sudah lelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga setiap hari, hal
tersebut menyebabkan cara mendidik ibu dipengaruhi oleh
emosi.
Ibu sebagai contoh dan teladan. Dalam mengembangkan
kepribadian dan membentuk sikap anak, seorang ibu perlu
memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima. Dalam
pengembangan kepribadian, anak belajar melalui peniruan
terhadap orang lain. Sering kali tanpa disadari, orang tua
memberi contoh dan teladan yang sebenarnya tidak diinginkan
oleh anak.
Ibu sebagai manajer yang bijaksana. Seorang ibu adalah
manajer di rumah. Ibu mengatur kelancaran rumah tangga dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Anak pada usia
dini sebaiknya sudah mengenal adanya peraturan – peraturan
yang harus diikuti. Adanya disiplin di dalam keluarga akan
memudahkan pergaulan anak didalam masyarakat kelak
(Gunarsa, 2004 : 34).
Ibu memberi rangsangan dan pelajaran. Seorang ibu juga
memberi rangsangan sosial bagi perkembangan anak. Sejak
masa bayi pendekatan ibu dan percakapan dengan ibu memberi
rangsangan bagi perkembangan anak, kemampuan bicara dan
pengetahuan lainnya. Setelah anak masuk sekolah, ibu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak
senang belajar di rumah, mengerjakan PR di rumah. Anak akan
belajar dengan lebih giat bila merasa nyaman daripada bila
diminta belajar dengan bentakan. Dengan didampingi ibu yang
penuh kasih sayang akan memberi rasa aman yang diperlukan
setiap anggota keluarga (Gunarsa, 2004 : 34).
b. Peran Ganda pada Ibu Single Parent
Dengan status sebagai ibu single parent atau ibu tunggal
maka otomatis seorang perempuan mengambil peran ganda di
dalam keluarga. Ibu single parent juga berperan sebagai ayah
untuk menggantikan sosok ayah yang tidak hadir dalam
keluarga. Salah satu peran ganda yang kemudian diambil oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
ibu single parent adalah mengenai pekerjaan atau memberi
nafkah bagi anak–anak yang ditanggungnya.
Peran ganda lainnya yang harus ditanggung oleh seorang ibu
single parent yaitu masalah pengasuhan. Disebutkan oleh Dagun
(2013 : 13) bahwa hasil penelitian terhadap perkembangan anak
yang tidak mendapat asuhan dan perhatian ayah menyimpulkan,
perkembangan anak menjadi pincangg. Kelompok anak yang
kurang mendapat perhatian ayahnya cenderung memiliki
kemampuan akademis menurun, aktivitas sosial terhambat dan
interaksi sosial terbatas. Bahkan bagi anak laki–laki, ciri
maskulinnya (ciri–ciri kelaki-lakian) bisa menjadi berkurang.
Meskipun seorang ibu single parent menerapkan
pengasuhan yang benar-benar baik dan memperhatikan sang
anak tetap saja ada beberapa hal yang tidak bisa dilewati oleh
batasan kodrat seorang perempuan, salah satunya mengenai
kenyataan bahwa perempuan memiliki lebih sedikit sifat
maskulin dari laki – laki. Seorang ibu single parent mengasuh
anak laki – laki yang seharusnya mempelajari sifat – sifat
maskulin dari sang ayah, sang anak hanya mempelajari dan
melihat bagaimana ibunya mengasuhnya, dimana sang ibu
tersebut sangat kurang memperlihatkan sisi maskulin, sehingga
kemungkinan sisi maskulin yang seharusnya dipelajari oleh sang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
anak kemudian menjadi tidak tersampaikan dan anak laki–laki
tersebut memiliki sedikit sifat maskulin.
E. Kerangka Pikir
Tabel 2.1
Pola Asuh Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal
Terhadap Perkembangan Kepribadian Remaja
Santrock, Boeree; terdapat jenis-jenis
Pola Asuh:
1. Otoriter
2. Permisif
3. Demokratis
1. Pemahaman Subjek mengenai Pola Asuh
2. Pola Asuh yang digunakan Subjek
Alasan Subjek memilih Pola Asuh
1. Hambatan
yang dialami
Subjek dalam
menerapkan
Pola Asuh
2. Cara Subjek
mengatasi
hambatan
dalam
menerapkan
Pola Asuh
Dampak yang
muncul
berkaitan
dengan
perkembangan
kepribadian
anak, dan
pengaruhnya
terhadap psikis
dan tingkah laku
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan jenis penelitian, subjek penelitian, tempat dan
waktu penelitian, teknik dan instrument pengumpulan data dan analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode
studi kasus. Menurut Deddy Mulyana (2006), studi kasus adalah uraian
dan penjelasan komprehensif mengenai beberapa aspek seorang
individu, suatu kelompok dan suatu organisasi. Dalam kasus ini peneliti
mengumpulkan data mengenai diri subjek dari keadaan masa
sebelumnya, masa sekarang dan lingkungan sekitarnya.
Peneliti melakukan studi kasus dengan landasan teori sebagai acuan
ketika peneliti akan menggali suatu hal yang berkaitan dengan subjek.
Peneliti memilih metode kualitatif ini dengan alasan ingin mengetahui
secara mendalam mengenai pola asuh ibu single parent dalam
perkembangan kepribadian anaknya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dalam kediaman subjek di daerah Bachiro
Yogyakarta, dengan meminta persetujuan dari subjek dan keluarga
subjek.
Tabel 3.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel Tempat dan Waktu Penelitian
Inisial
Responden Waktu Tempat Keterangan
BA
Kamis,
14 Maret 2019
17.10-18.20 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
09.10-10.15 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
10.10-11.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
16.20-17.00 WIB
Rumah BA Wawancara
YA
Kamis,
14 Maret 2019
16.15-16.40 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
17.30-18.10 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
18.30-19.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
17.30-18.05 WIB
Rumah BA Wawancara
MA
Kamis,
14 Maret 2019
15.00-16.00 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
16.30-17.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
18.30-19.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
18.30.19.00 WIB
Rumah BA Wawancara
C. Subjek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Inisial Nama : BA
Pekerjaan : Penjual nasi pecel
Data Anak : Ibu ini memiliki tiga orang anak. Anak pertama
berinisial nama YA berusia 24 tahun, anak kedua
berinisial nama MA berusia 16 tahun dan anak yang
ketiga berinisial TA berusia 12 tahun.
D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), dan teknik pengumpulan data
wawancara mendalam (in depth interview). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara.
Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang yang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu (Mulyana, 2006 : 180). Langkah-langkah yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menetapkan narasumber yang
akan diwawancarai, menentukan topik yang akan dibicarakan, menulis
hasil wawancara, kemudian mengidentifikasi hasil wawancara yang
telah diperoleh (Sugiyono : 2013). Hasil wawancara dituliskan dalam
bentuk verbatim yang ditulis kata per kata percakapan yang terdapat
dalam wawancara. Panduan wawancara dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel Pedoman Wawancara
Tabel 3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pertanyaan Penelitian Item Pertanyaan
1. Bagaimanakah pemahaman
ibu sebagai orang tua tunggal
mengenai pola asuh dan pola
asuh jenis apa yang
digunakan dalam
membimbing dan mengawasi
perkembangan kepribadian
anaknya?
a. Apa yang ibu pahami tentang pola
asuh?
b. Berdasarkan pemahaman ibu
mengenai pola asuh, pola asuh
seperti apa yang ibu terapkan pada
anak-anak ibu? Bisakah ibu
menceritakannya?
2. Bagaimanakah ibu memilih
pola asuh yang tepat
terutama untuk
perkembangan kepribadian
anaknya?
a. Atas dasar apa ibu memilih pola
asuh yang ibu pandang cocok untuk
mendampingi putri ibu?
b. Bagaimana ibu menilai / melihat
keberhasilan penerapan pola asuh
yang ibu gunakan?
3. Bagaimanakah ibu sebagai
orang tua tunggal mengatasi
kekhawatiran yang
ditemukan dalam
menerapkan pola asuh?
a. Apakah selama ini ibu mengalami
kekhawatiran dalam mengasuh
anak? Bisa tolong ibu jelaskan
kekhawatiran apa yang dialami?
b. Bagaimana cara mengatasi
kekhawatiran tersebut?
4. Apa sajakah dampak-dampak
pola asuh terhadap
perkembangan kepribadian
anaknya?
a. Dampak apa sajakah yang muncul
berkaitan dengan perkembangan
kepribadian remaja secara umum
jika ibu mengalami kesulitan
mengatur waktu mengawasi dan
mengasuh anak akibat berfokus
bertanggung jawab dalam mencari
penghasilan? Bisakah ibu
menjelaskannya?
b. Apakah hal tersebut mempengaruhi
secara psikis atau tingkah laku anak?
E. Keabsahan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Menurut Sugiyono (2013), Pengujian kredibilitas pada
triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber,
berbagai cara, dan waktu. Peneliti mencatat, dan menafsirkan jawaban
dari narasumber. Peneliti menggunakan teknik trianggulasi untuk
mengecek atau sebagai membandingkan data.
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data untuk
menggabungkan teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.
Teknik triangulasi terdiri dari dua jenis, yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber yaitu proses mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama.
F. Teknik Anailisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, kemudian
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilah
mana yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2011:335).
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Tahap membaca verbatim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Verbatim dibaca secara berulang-ulang agar memudahkan dalam
menemukan ide-ide pokok tentang penelitian.
2. Tahap membuat kode (koding)
Memberi kode pada tema atau tema yang muncul pada verbatim,
berdasarkan tujuan penelitian.
3. Tahap kategorisasi
Kategorisasi berarti memilah-milah tema-tema besar, sub-sub tema
dari semua data agar memudahkan dalam menemukan pola dari
verbatim.
4. Tahap menyaring data
Penyaringan data dilakukan dengan cara mencari gambaran besar
dari hasil penelitian, memilah pokok yang penting dan yang tidak
penting
5. Tahap interpretasi
Tahap ini menjelaskan makna dari data yang diperoleh. Ini adalah
tahap yang terakhir.
Tahap-tahap tersebut dapat dilakukan secara bersamaan atau
berurutan, atau simultan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan deskripsi data, pelaksanaan penelitian, hasil
penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini. Untuk menjaga privasi subjek,
maka nama dan beberapa informasi lainnya disamarkan oleh peneliti.
A. Deskripsi Data
a. Identitas Subjek BA
Nama : BA
Usia : 47 th
Pekerjaan : Penjual Nasi Pecel
Alamat Rumah : Bachiro
Penampilan Fisik : Berat badan (86kg), tinggi badan (159cm)
rambut ikal, kulit sawo matang
b. Identitas Subjek YA
Nama : YA
Usia : 24 th
Pekerjaan : Editor Sebuah Perusahaan Game
Alamat : Bachiro
Penampilan Fisik : Berat badan (54kg), tinggi badan (176cm)
rambut ikal, kulit putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
c. Identitas Subjek MA
Nama : MA
Usia : 16 th
Pendidikan : Pelajar SMP
Alamat : Bachiro
Penampilan Fisik : Berat badan (48kg), tinggi badan (155cm),
rambut ikal, kulit putih
B. Pelaksaan Penelitian
Tabel Tempat dan Jadwal Penelitian
Tabel 4.1
Inisial
Responden Waktu Tempat Keterangan
BA
Kamis,
14 Maret 2019
17.10-18.20 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
09.10-10.15 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
10.10-11.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
16.20-17.00 WIB
Rumah BA Wawancara
YA
Kamis,
14 Maret 2019
16.15-16.40 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
17.30-18.10 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
18.30-19.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
17.30-18.05 WIB
Rumah BA Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
MA
Kamis,
14 Maret 2019
15.00-16.00 WIB
Rumah BA Wawancara
Senin,
18 Maret 2019
16.30-17.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Jumat,
22 Maret 2019
18.30-19.05 WIB
Rumah BA Wawancara
Selasa,
26 Maret 2019
18.30.19.00 WIB
Rumah BA Wawancara
C. Hasil Penelitian
Peneliti mewawancarai Subjek yaitu BA, anak pertama Subjek yaitu YA
dan anak kedua Subjek yaitu MA di tempat tinggal Subjek. Dari hasil
wawancara, peneliti memperoleh hasil penelitian yang berkaitan dengan pola
asuh ibu sebagai orang tua tunggal terhadap perkembangan kepribadian remaja.
1. POLA ASUH ibu sebagai orang tua tunggal dalam membimbing dan
mengawasi perkembangan kepribadian anaknya
Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki jawaban yang
hampir sama mengenai pemahaman terhadap POLA ASUH secara umum.
Pemahaman mengenai POLA ASUH diartikan sebagai cara yang dilakukan
oleh orang tua dalam mengasuh anaknya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
hasil wawancara dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA.
“Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap orang tua pasti
punya cara ngasuh anak kan mbak, jadi tiap orang tua beda-
beda cara ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang
ngasuh anak harus ikutin aturan orang tuanya, enggak boleh
ini-itu, ada juga yang sebaliknya”.
(I.a.BA/003-007)
“Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik anaknya, ngajarin
hal-hal baik, ngajarin agama, ngelindungin anaknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ngurusin semua urusan anaknya mulai dari bangun pagi
sampe mau tidur malem”.
(I.a.YA/005-008)
“Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya cara ibu
ngasuh aku, mas sama adek”.
(I.a.MA/005-006)
Dari hasil wawancara dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek
MA dapat dipahami bahwa POLA ASUH secara umum adalah cara yang
digunakan orang tua untuk mengasuh anaknya. Selain itu, setiap orang tua
memiliki caranya masing-masing dalam mengasuh anaknya, dalam
pengertian lain, antara orang tua yang satu dengan yang lainnya belum tentu
memiliki cara mengasuh yang sama.
Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki pendapat yang
sama berkaitan dengan pola asuh yang digunakan BA untuk membimbing
MA. Namun Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki cara
penyampaian yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil
wawancara:
“POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke MA
mengutamakan tanggung jawab mbak. Sejak anak saya
kecil, saya latih tanggung jawab untuk diriya supaya enggak
bergantung sama orang tua, saya ajarin hal baik dan tidak
baik, selalu berkomunikasi dan saya menjadi pendengar
yang baik. Melatih MA supaya sadar tanggung jawab itu
penting disisi lain MA saat ini masih remaja. Buat saya anak
remaja yang terlibat pergaulan bebas, merokok, dll karena
rasa tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang, apalagi
buat orang tuanya atau orang lain. Buat MA makannya saya
menekankan rasa tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa
mempengaruhi perkembangan kepribadian MA jadi pribadi
yang bertanggung jawab, nantinya semua perkembangan
bisa mengarah ke hal-hal positif”.
(I.b.BA/012-026)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
“Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap ngutamain tanggung
jawab. Ibu ngajarin banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA
harus mandiri. Ibu didik anaknya utamain tanggung jawab
mau itu ke diri sendiri atau ke orang lain”. (I.b.YA/012-015)
“Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak banyak larang-
larang tapi aku dikasih tahu apa aja yang baik buat dilakuin,
apa aja yang enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu
ngutamain mandiri sama tanggung jawab terutama untuk
diriku sendiri. Megang erat tanggung jawab nantinya segala
hal yang aku lakuin bakalan hal-hal baik aja. Aku nangkep
maksud ibu sih kalau aku jadi pribadi yang bertanggung
jawab, aku bakal lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal baik,
karena kalau sampai aku ngelakuin hal buruk kaya mencuri,
atau pergaulan enggak bener misalnya aku tahu bakal ada
akibatnya, jadi aku harus tanggung jawab sendiri buat apa
yang mau aku lakuin atau aku omongin”.
(I.b.MA/010-022)
Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA mengungkapkan mengenai
POLA ASUH yang digunakan Subjek BA berdasarkan sudut pandangnya
masing-masing. Dari hasil wawancara diatas, POLA ASUH yang digunakan
oleh Subjek BA yaitu kebebasan yang bertanggung jawab. Subjek BA tidak
memberikan aturan-aturan ketat, maupun menerapkan sistem memberikan
hukuman bila melakukan kesalahan. Subjek BA memberikan kebebasan
kepada MA, namun mengutamakan sikap bertanggung jawab.
2. Ibu sebagai orang tua tunggal memilih POLA ASUH yang dipandang
tepat untuk perkembangan kepribadian anaknya
Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA mengungkapkan pendapat
yang sama mengenai Subjek BA memilih POLA ASUH yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
hingga saat ini. Ungkapan tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara
sebagai berikut:
“Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat hasilnya anak
tante saya baik semua. Semua anak saya, saya tegasin
benar-benar jadi orang yang bertanggung jawab. Tapi buat
MA saya lebih perhatian ke dia. Selain karna dia
perempuan, dia masih remaja, Jadi saya lebih lagi
pengertian tentang tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah saya
mencobanya. Awalnya saya hanya yakin karena melihat
anak-anak dari tante saya tumbuh dengan kepribadian
yang baik dan bertanggung jawab. Kemudian setelah saya
coba pada MA, selain mudah untuk diterapkan, MA bisa
dengan mudah juga memahami yang saya ajarkan dan
terapkan. Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar menerapkannya.
Dia melatih dirinya sendiri menjadi bertanggung jawab”.
(II.a.BA/032-047)
“Dari pengalaman ibu selama dirumah tantenya itu,
belajar ngasuh anak-anak, terus cocok sama cara-caranya,
liat juga anak-anak yang diasuh disana pada berhasil.
Makannya ibu pilih POLA ASUH yang kaya sekarang
dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.
(II.a.YA/020-024)
“Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh yang ibu gunain
cocok buat dirinya sama cocok buat anak-anaknya. Kalau
cocok pasti bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih
ngerasanya enggak ada masalah sama pola asuh yang ibu
terrapin. Aku nyaman ibu menerapkan berlatih tanggung
jawab. Aku pelan-pelan belajar jadi orang yang
bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet banyak
manfaat juga kak. Banyak dipercaya orang, aku lihatnya
temen-temen ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku
pribadi yang baik, bertanggung jawab itu tadi kak”.
(II.a.MA/027-037)
Melalui hasil wawancara, dapat dilihat bahwa Subjek BA, Subjek YA
dan Subjek MA memiliki pendapat yang sama. Dari pendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tersebut dapat dipahami alasan Subjek BA sebagai orang tua tunggal
memilih POLA ASUH yang digunakan saat ini adalah Subjek BA
telah memperoleh pengalaman berkaitan dengan POLA ASUH
tersebut sehingga sudah merasa nyaman. Subjek BA juga sudah
melihat anak yang akhirnya menjadi orang yang berhasil dan
bertanggung jawab dengan didikan POLA ASUH tersebut. Setelah
mencoba menerapkan POLA ASUH tersebut BA melihat bahwa
dampak positif terhadap perkembangan kepribadian MA secara
perlahan berproses berkembang baik menjadi pribadi bertanggung
jawab sesuai yang BA harapkan. Dari penerapan POLA ASUH pada
MA, bagi BA adalah nyaman, tidak ada kendala, dan bisa
menerapkan berlatih tanggung jawab dengan baik. Kemudian bagi
MA, mudah dipahami sehingga tidak ada kendala untuk menerapkan
ajaran dari BA. MA juga merasa nyaman, tidak merasa adanya
tekanan atau aturan. BA meneruskan POLA ASUH tersebut, BA
merasa POLA ASUH tersebut memang cocok untuk MA setelah
melihat dampak positif tersebut.
3. Ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran dalam
menerapkan POLA ASUH
Ibu sebagai orang tua tunggal mampu mengatasi kekhawatiran yang
ditemukan pada proses menerapkan pola asuh dalam mengawasi dan
membimbing perkembangan kepribadian remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ungkapan mengenai kekhawatiran yang dialami Subjek BA dan
cara yang digunakan Subjek BA untuk mengatasi kekhawatiran, dapat
dilihat dari jawaban Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA dalam hasil
wawancara:
“Menghadapi MA yang masih remaja, justru bukan MAnya
yang saya khawatirkan, kaya yang tadi saya bilang
kepribadian MA baik menurut saya. Tapi saya khawatir
temen-temennya, belum tentu baik. Mana saya sendirian
masih harus kerja cari uang dan aktif kegiatan digereja.
Yang jadi kekhawatiran kurangnya waktu buat ketemu anak.
Ditambah lagi saya bener-bener sendiri ngurusin semuanya.
Enggak ada dukungan atau bantuan ekonomi keluarga
besar. Fisiknya aja enggak nampak sama sekali buat bantu
saya ngurus anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
setelah saya memutuskan enggak sama suami lagi”.
(III.a.BA/057-068)
“Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita ke aku sekalian
kaya nitipin MA ke aku, aku anak yang paling gede kan
dirumah jadi tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan
atau kerja. Ibu tuh cerita kalau waktu ibu udah habis buat
cari uang sama kegiatan gereja. Ibu semuanya ngurus
sendiri, enggak ada bantuan dari keluarga besar sedikitpun.
Mau itu uang ya enggak ada. Datang kerumah atau kasih
kabar juga enggak”.
(III.a.YA/046-056)
“Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan gereja, kerja
sama ngasuh anak. Ibu paling aktif nanyain soal aku dan
komunikasi terus sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling
khawatir sama aku. Apalagi dia banyak kesibukan jadi susah
ngatur waktu. Ibu enggak pernah hubungan sama keluarga
besar. Enggak pernah dibantu apa-apa, jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang sama sekali
enggak, makannya ibu harus kerja sampe susah bagi waktu
ketemu sama aku”.
(III.a.MA/052-060)
Dari uraian hasil wawancara diatas yang menjadi kekhawatiran bagi
Subjek BA dalam menerapkan POLA ASUH adalah sulitnya Subjek BA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dalam mengatur waktu untuk bertemu anak karena bekerja, dan tidak
adanya dukungan finansial maupun moral dari keluarga besar.
Kekhawatiran tersebut berpengaruh terhadap proses menerapkan pola asuh
pada anak yang menjadi tidak maksimal.
Subjek BA mengambil sebuah keputusan dalam mengupayakan
jalan keluar untuk mengatasi kekhawatiran yang dialaminya. Berikut hasil
wawancara mengenai upaya yang dilakukan Subjek BA untuk mengatasi
kekhawatiran yang dialami:
“Saya mengambil keputusan ngurangi jam kerja saya. Saya
jualan sampai siang aja mbak. Sisanya saya ambil pesenan
pecel atau masakan buat gereja atau acara-acara deket
rumah. Biar perekonomiannya cukup. Enggak ada bantuan
dari keluarga juga bikin saya sampai sakit hati sendiri.
Saya ikut aktif digereja jadi cara buat saya enggak terpuruk
sendiri. Ikut kegiatan positif digereja bantu saya nyembuhin
luka dihati saya. kayak enggak dianggap punya saudara
besar tapi enggak nampak sama sekali. Pinter-pinternya
saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
keluarga saya tetep bisa cukup secara keuangan juga tetep
bisa ngasuh anak. Saya menuhin tanggung jawab nerapin
pola asuh ke MA disela-sela saya mengerjakan pesanan
makanan dirumah. MA satu-satunya anak perempuan saya
jadi dia yang paling punya kesadaran bantu-bantu saya
apalagi urusan masak. Selain hari sabtu sama minggu MA
enggak pernah main sama temennya, bukan karna saya
larang, dia sendiri yang menentukan main maunya cuma
sabtu sama minggu aja. Itu menguntungkan buat saya,
selain dia bisa bantu saya, saya jadi punya waktu lebih
ketemu dia. Pada saat kerja pesanan sama MA biasanya
saya sambil ngobrol sama dia, bisa kasih masukan, ajaran-
ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya bisa
nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi pegangan saya
buat ngasuh anak. Dengan saya ngerjain pesanan masakan
dirumah dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama
MA. Banyak yang bisa saya ajarin dan bicarain soal
perkembangan dia di waktu-waktu itu”. (III.b.BA/071-099)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
“Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion. Jadi yang
tadinya dari pagi sampe sore. Sekarang cuma sampe siang
aja. Karna ibu cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
sekali jadi ibu harus mikirin gimana caranya enggak
kesulitan ekonomi dan tetep bisa ngasuh anak. Saya rasa
ini cara yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak lancar
ekonomi juga cukup”.
(III.b.YA/052-058)
“Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu aktif mantau kita
lewat media sosial. Ibu juga ngurangin jam kerja, lebih
milih dirumah ambil pesenan nasi kotak buat gereja.
Kadang agak kasian lihat ibu apa-apa sendiri. Susah
sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak punya
keluarga besar, keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak pernah ngeluh dan
semua bisa dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu banyak
kalau aku bantu ibu masak. Kita biasa sambil ngobrol-
ngobrol. Ibu ngajarin banyak, yang enggak pernah lupa
soal tanggung jawab, terus soal nilai-nilai hidup juga.
Banyak deh yang aku dapet kalau ngobrol berdua sama ibu
sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis ngobrol gitu
sama ibu kaya pengen jadi orang yang lebih baik lagi, mau
lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal pribadi
bertanggung jawab.”.
(III.b.MA/063-079)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Subjek BA, Subjek YA dan
Subjek MA mengungkapkan bahwa Subjek BA mengambil keputusan
untuk mengurangi jam kerja pada saat berjualan nasi pecel. Agar kebutuhan
secara ekonomi tetap bisa terpenuhi, Subjek BA akhirnya mengambil
pesanan makanan dari gereja dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Hal
tersebut dimanfaatkan Subjek BA sebagai saat untuk banyak berbincang
dengan MA. BA membimbing MA mengenai tanggung jawab, dan nilai-
nilai hidup. MA merasa ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan
melakukan hal-hal baik yang diajarkan ibunya. Hal tersebut membuktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
bahwa keputusan BA mengurangi jam berjualan dan menerima pesanan di
rumah, merupakan keputusan yang tepat. BA memiliki waktu lebih untuk
membimbing MA disamping tetap mengerjakan pesanan masakannya. Hal
tersebut dilakukan agar Subjek BA memiliki waktu lebih untuk bertemu
dengan anak-anaknya, terlebih karena anaknya yang kedua tergolong masih
di usia remaja. Menurut Subjek BA dan subjek YA; MA memang
memerlukan perhatian lebih karena masih tergolong usia remaja.
4. Dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian
anaknya
Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA memiliki jawaban yang
hampir sama mengenai dampak-dampak pola asuh dari ibu yang muncul
pada perkembangan kepribadian anaknya. Pendapat subjek mengenai
dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian anaknya
bila ibu terlalu sibuk bekerja, penerapak pola asu kurang optimal ialah
pergaulan yang salah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara
dengan Subjek BA, Subjek YA dan Subjek MA:
“Seharusnya menurut saya dampaknya itu, anak saya bisa
saja kepribadiannya enggak sesuai harapan saya mbak.
Karna kan saya enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya
itu enggak terjadi mbak. Kepribadian anak saya sesuai
dengan harapan saya”.
(IV.a.BA/133-138)
“Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu ngasuh MA
dampaknya MA bisa salah gaul. Pribadinya enggak
bagus”.
(IV.a.YA/077-079)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“Soal perkembangan kepribadian ya kak. Dampaknya aku
bisa kepribadiannya enggak baik kak. Salah pergaulan
juga bisa kak”.
(IV.a.MA/103-105)
Dari uraian hasil wawancara diatas, dampak-dampak pola asuh dari
ibu yang muncul pada perkembangan kepribadian anaknya bila ibu terlalu
sibuk bekerja, tidak optimal dalam menerapkan pola asuh ialah kepribadian
anak bisa saja berkembang tidak sesuai harapan dari orang tuanya. Selain
itu juga anak bisa mengalami pergaulan yang salah.
Subjek mengungkapkan pendapat mengenai dampak-dampak yang
muncul berikaitan dengan pola asuh yang ibu berikan bila tidak maksimal
diterapkan karena ibu sibuk bekerja, dapat mempengaruhi secara psikis atau
tingkah laku anak. Berikut hasil wawancara mengenai upaya yang dilakukan
Subjek:
“Dampak tadi yang saya bilang kan kepribadian anak saya bisa
aja enggak sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi
tingkah laku. Misalnya kepribadiannya enggak bagus, cuek,
enggak bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya bakal
seenaknya mbak, enggak tahu aturan, enggak bertanggung
jawab”.
(IV.b.1.BA/148-155)
“Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul, ngerokok, ikutan
genk, pribadinya bakal berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis sama tingkah laku
juga ngaruh. Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak ada
tanggung jawabnya”.
(IV.b.YA/084-090)
“Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi dampak kaya yang
tadi disebutin, salah pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah
laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang tua, atau mencuri”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(IV.b.MA/110-114)
Subjek BA, subjek YA dan subjek MA mengungkapkan bahwa
dampak dari penerapan pola asuh yang tidak maksimal pada anak akibat
terlalu fokus bekerja dapat mempengaruhi secara psikis maupun tingkah
laku untuk anaknya.
D. Pembahasan
1. POLA ASUH ibu sebagai orang tua tunggal dalam membimbing dan
mengawasi perkembangan kepribadian remaja.
Berdasarkan hasil penelitian, POLA ASUH secara umum
merupakan sebuah cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh
anaknya. Subjek meyakini bahwa setiap orang tua pasti memiliki caranya
sendiri dalam mengasuh anaknya. Maka antara orang tua yang satu dengan
yang lainnya dapat menggunakan / memilih cara mengasuh yang berbeda.
Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Darling (1999) pola asuh adalah
aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja
secara individual dan bersama-sama. Pola asuh orang tua adalah pola
perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu
ke waktu. Terdapat pengertian lain mengenai pola asuh orang tua yaitu
sebuah bentuk interaksi antara anak dengan orang tua selama mengadakan
kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
POLA ASUH yang digunakan subjek untuk perkembangan
kepribadian remaja adalah dengan mendidik anak untuk mandiri dan
bertanggung jawab dalam segala hal. Subjek menjadikan dirinya sebagai
model dalam mendidik anaknya agar berkembang kepribadiannya
bertanggung jawab dan mandiri. Subjek memberikan contoh konkrit dan
benar-benar melakukan hal-hal yang diajarkan pada anaknya sehingga
anaknya dapat memahami dan melakukan hal yang sama.
Hal tersebut serupa dengan pendapat Singgih D. Gunarsa
berpendapat bahwa pola asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua
untuk mengasuh (merawat, menjaga, atau mendidik) anak. Subjek
berpendapat menerapkan kesadaran akan kemandirian dan bertanggung
jawab pada remaja sangat penting. Hal tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan kepribadian remaja menjadi pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab. Pembiasaan yang dilakukan oleh subjek tersebut secara
perlahan akan membentuk remaja menjadi pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab. Pembiasaan yang Subjek BA terapkan pada MA secara
perlahan telah membuahkan hasil. Menurut sudut pandang Subjek BA,
perkembangan kepribadian MA baik. MA menjadi pribadi yang mandiri dan
bertanggung jawab sesuai yang BA ajarkan.
2. Ibu memilih POLA ASUH yang tepat terutama untuk perkembangan
kepribadian anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, alasan subjek
memilih POLA ASUH yang tepat terutama untuk perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kepribadian anaknya yang berada pada tahap remaja karena POLA ASUH
tersebut sesuai untuk BA yang menerapkan dan untuk MA yang menerima
POLA ASUH tersebut. Adanya pengalaman masa lalu BA saat mempelajari
POLA ASUH tersebut juga semakin meyakinkan BA bahwa POLA ASUH
tersebut cocok untuk kondisinya dan kondisi anaknya.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wahyuni (dalam Gunarsa,
1976:144) , orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak dipengaruhi oleh
adanya beberapa faktor yaitu diantaranya dari pengalaman masa lalu yang
berhubungan erat dengan pola asuh, nilai-nilai yang dianut oleh orang tua,
tipe kepribadian dari orang tua, kehidupan perkawinan orang tua dan alasan
orang tua mempunyai anak.
3. Ibu sebagai orang tua tunggal mengatasi kekhawatiran dalam
menerapkan POLA ASUH.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat
kekhawatiran dalam menerapkan POLA ASUH yang dialami oleh subjek.
Kekhawatiran tersebut adalah kurangnya waktu untuk bertemu anak karena
sibuk mencari nafkah dan tidak adanya dukungan secara finansial maupun
kehadiran fisik dari keluarga besar. Kurangnya waktu untuk bertemu anak
menjadi kekhawatiran yang besar karena proses penerapan POLA ASUH
dapat dilakukan saat ibu bertemu dengan anaknya. Sehingga waktu bertemu
anak menjadi penting untuk proses penerapan POLA ASUH yang dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Cara Subjek BA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengatasi kekhawatiran adalah mengambil keputusan untuk mengurangi
jam kerja.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa ibu single parent
karena perceraian ataupun kematian ternyata tetap memiliki problem/
permasalahan yang kompleks. Problem tersebut tidak terbatas dialami ibu
saja, namun dirasakan oleh anak-anaknya. Dengan status single parent
seorang ibu harus memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri. Secara psikis
juga segala kebutuhan rohani, keamanan, ataupun hiruk pikuknya keluarga
ibulah yang berupaya mempertahankan.
4. Dampak-dampak pola asuh terhadap perkembangan kepribadian
anaknya
Subjek berpendapat bahwa terdapat kemungkinan bahwa ada
dampak yang muncul dalam perkembangan kepribadian anak bila dalam
menerapkan pola asuh ibu tidak maksimal. Ibu terlalu sibuk mencari nafkah.
Dampak tersebut muncul karena anak tidak mendapat pengawasan yang
cukup dari orang tua. Selain itu subjek juga mengungkapkan bahwa dampak
yang muncul tersebut dapat mempengaruhi psikis dan tingkah laku anak.
Hal tersebut karena perkembangan yang meliputi psikis dan pola tingkah
laku anak juga dipengaruhi oleh pola asuh yang optimal dari orang tua. Pola
asuh yang tidak optimal juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dapat
menghasilkan anak yang nakal. Hal tersebut sesuai dengan Goode (2007)
mengatakan bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berbahagia
akan tumbuh bahagia dan sehat secara psikologis. Sebaliknya anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dibesarkan dalam keluarga yang terpisah akan menghasilkan remaja nakal
dua kali lebih tinggi daripada rumah tangga utuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian, dan saran peneliti
terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat
disimpulkan beberapa hal berikut sebagai jawaban atas pokok pembahasan
dalam penelitian ini:
1. Ketiga Subjek memiliki pemahaman bahwa Pola Asuh merupakan
sebuah cara yang digunakan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Pola
Asuh yang digunakan Subjek adalah bebas bertanggung jawab, dalam
arti Subjek tidak menetapkan banyak aturan untuk anaknya, Subjek
memberikan kebebasan untuk anaknya dalam bertindak, memilih dan
berbicara. Namun dibalik kebebasan tersebut Subjek menegaskan untuk
mengutamakan tanggung jawab pribadi atas pilihan, tindakan dan setiap
perkataan anaknya.
2. Alasan Subjek memilih Pola Asuh yang digunakan karena Subjek
merasa Pola Asuh tersebut cocok untuk diterapkan setelah melihat hasil
kerabatnya yang berhasil menggunakan Pola Asuh tersebut. Setelah
mencoba menerapkan Pola Asuh tersebut Subjek melihat bahwa Pola
Asuh tersebut cocok untuk kondisi dan perkembangan kepribadian
anaknya terutama MA yang remaja.
3. Kekhawatiran yang alami Subjek dalam proses menerapkan Pola Asuh
pada anaknya adalah kesulitan dalam mengatur waktu untuk mengasuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
anaknya karena sibuk mencari nafkah. Subjek mengatasi kekhawatiran
tersebut dengan mengurangi jam bekerja. Subjek hanya berjualan
sampai siang hari, dan mengambil pesanan makanan untuk menambah
penghasilan. Subjek mengerjakan pesanan makanan dibantu dengan
anak perempuannya. Subjek mengambil kesempatan pada waktu
mengerjakan pesanan untuk lebih mendekati anak perempuannya,
berbicara banyak hal terutama yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian remaja. Mengajarkan banyak hal dan menjadi pendengar
bagi anak remajanya pada saat mengerjakan pesanan makanan.
4. Ada dampak yang muncul akibat dari pola asuh yang tidak optimal,
dapat mempengaruhi psikis dan tingkah laku anak. Dampak tersebut
tidak nampak pada anak dari subjek. Dampak tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dari subjek,
berkembang tidak sesuai dengan harapan subjek.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan saran-saran untuk
beberapa pihak:
1. Masih memerlukan penggalian informasi yang lebih mendalam.
2. Masih perlu ditambahkan dari pendapat para ahli.
3. Masih memerlukan tambahan teori yang berkaitan dengan Bimbingan
dan Konseling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmur. (1996). Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ahmadi.2005.Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar
mengajar.Bandung:Pustaka Setia.
Akmalia. (2010). Pengelolaan Stres Pada Ibu Single Parent. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Boeree, George. 2008. Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi dan
Periku. Yogyakarta: Prima Sophie.
Cohen Bruce J. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cita 1992.
Dagun, Save M (2013). Psikologi Keluarga. Jakarta: Obor
Duane Schultz, Psikologi Perkembangan Model-model Kepribadian Sehat,
(Yogyakarta, Kanisius, 2007), 31.
Elisabeth B. Hurlock. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gunarsa, S. D. (1976). Psikologi untuk keluarga. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Goode, W.J. (2007) Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock, Psikologi Perkembangan Sebagai suatu Pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 2004), 67.
Ihromi. (1999). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Obor.
Illahi, Takdir Moh 2013. Kiat Sukses Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas.
Jogjakarta: Kata Hati.
Koentjaraningrat. 1989. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Mulyana Deddy, (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rahim, dkk. 2006. Krisis dan Konflik Institusi Keluarga. Maziza SDN, BHD:
Kuala Lumpur.
Santrock, W John 2002. Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup.
Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Santrock, W John 2011. Masa Perkembangan Anak. Children. Edisi Kesebelas.
Jakarta: Salemba Humanika.
Santrock, W John. 2007. Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Satria Agus Prayoga dan Dewi Hidayati, “Pola Pengasuhan Anak Pada Keluarga
Single Parent “Jurnal Sosiologie” , vol.1, no.2: 106-113.
Shochib, Moh. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Singgih D Gunarsa (1975). Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Singgih D Gunarsa, (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai
Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Syamsu Yusuf, 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Yulia, Singgih D, Gunarsa (2002). Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 1
Lembar Verbatim Wawancara
A. Subjek BA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 16.20-17.00
Tempat : Rumah BA
Peneliti : “Apa yang ibu pahami tentang POLA ASUH? Bisa tolong ibu
jelaskan”.
BA : “Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap orang tua pasti punya
cara ngasuh anak kan mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara
ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang ngasuh anak harus
ikutin aturan orang tuanya, enggak boleh ini-itu, ada juga yang
sebaliknya”.
Peneliti : “Baik bu. Berdasarkan pemahaman ibu mengenai POLA ASUH,
POLA ASUH seperti apa yang ibu terapkan pada anak-anak ibu?
Bisakah ibu menceritakannya?”.
BA : “POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke MA mengutamakan
tanggung jawab mbak. Sejak anak saya kecil, saya latih tanggung
jawab untuk diriya supaya enggak bergantung sama orang tua, saya
ajarin hal baik dan tidak baik, selalu berkomunikasi dan saya
menjadi pendengar yang baik. Melatih MA supaya sadar tanggung
jawab itu penting disisi lain MA saat ini masih remaja. Buat saya
anak remaja yang terlibat pergaulan bebas, merokok, dll karena rasa
tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang, apalagi buat orang
tuanya atau orang lain. Buat MA makannya saya menekankan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa mempengaruhi perkembangan
kepribadian MA jadi pribadi yang bertanggung jawab, nantinya
semua perkembangan bisa mengarah ke hal-hal positif”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Peneliti : “Berdasarkan cerita ibu mengenai latar belakang POLA ASUH
yang ibu terapkan, atas dasar apa ibu memilih POLA ASUH yang
ibu pandang cocok untuk mendampingi anak ibu khususnya MA
yang tergolong remaja? Bisakah ibu menceritakannya?”.
BA : “Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat hasilnya anak tante
saya baik semua. Semua anak saya, saya tegasin benar-benar jadi
orang yang bertanggung jawab. Tapi buat MA saya lebih perhatian
ke dia. Selain karna dia perempuan, dia masih remaja, Jadi saya
lebih lagi pengertian tentang tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah saya mencobanya.
Awalnya saya hanya yakin karena melihat anak-anak dari tante saya
tumbuh dengan kepribadian yang baik dan bertanggung jawab.
Kemudian setelah saya coba pada MA, selain mudah untuk
diterapkan, MA bisa dengan mudah juga memahami yang saya
ajarkan dan terapkan. Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar menerapkannya. Dia
melatih dirinya sendiri menjadi bertanggung jawab”.
Peneliti : “Baik bu. Lalu bagaimana ibu menilai/melihat keberhasilan POLA
ASUH yang ibu terapkan?”.
BA : “Bagi saya anak saya nurut, baik, berhasil buat hidupnya sendiri
saya udah seneng mbak, berarti cara saya ngasuh udah cocok. Sama
kaya tante saya berhasil”.
Peneliti : “Baik bu. Kemudian kekhawatiran apa sajakah yang ibu temukan
pada proses mengawasi dan membimbing perkembangan
kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong remaja?”.
BA : “Menghadapi MA yang masih remaja, justru bukan MAnya yang
saya khawatirkan, kaya yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
menurut saya. Tapi saya khawatir temen-temennya, belum tentu
baik. Mana saya sendirian masih harus kerja cari uang dan aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kegiatan digereja. Yang jadi kekhawatiran kurangnya waktu buat
ketemu anak. Ditambah lagi saya bener-bener sendiri ngurusin
semuanya. Enggak ada dukungan atau bantuan ekonomi keluarga
besar. Fisiknya aja enggak nampak sama sekali buat bantu saya
ngurus anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari setelah saya
memutuskan enggak sama suami lagi”.
Peneliti : “Menyadari adanya kekhawatiran tersebut bagaimana cara ibu
mengatasi kekhawatiran tersebut?”.
BA : “Saya mengambil keputusan ngurangi jam kerja saya. Saya jualan
sampai siang aja mbak. Sisanya saya ambil pesenan pecel atau
masakan buat gereja atau acara-acara deket rumah. Biar
perekonomiannya cukup. Enggak ada bantuan dari keluarga juga
bikin saya sampai sakit hati sendiri. Saya ikut aktif digereja jadi cara
buat saya enggak terpuruk sendiri. Ikut kegiatan positif digereja
bantu saya nyembuhin luka dihati saya. kayak enggak dianggap
punya saudara besar tapi enggak nampak sama sekali. Pinter-
pinternya saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
keluarga saya tetep bisa cukup secara keuangan juga tetep bisa
ngasuh anak. Saya menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh ke
MA disela-sela saya mengerjakan pesanan makanan dirumah. MA
satu-satunya anak perempuan saya jadi dia yang paling punya
kesadaran bantu-bantu saya apalagi urusan masak. Selain hari sabtu
sama minggu MA enggak pernah main sama temennya, bukan karna
saya larang, dia sendiri yang menentukan main maunya cuma sabtu
sama minggu aja. Itu menguntungkan buat saya, selain dia bisa
bantu saya, saya jadi punya waktu lebih ketemu dia. Pada saat kerja
pesanan sama MA biasanya saya sambil ngobrol sama dia, bisa kasih
masukan, ajaran-ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya bisa
nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi pegangan saya buat
ngasuh anak. Dengan saya ngerjain pesanan masakan dirumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama MA. Banyak
yang bisa saya ajarin dan bicarain soal perkembangan dia di waktu-
waktu itu”.
Peneliti : “Dampak apa sajakah yang mucul berkaitan dengan perkembangan
kepribadian MA khususnya yang tergolong remaja, saat ibu
mengalami kesulitan mengatur waktu berkerja dan mengasuh
anak?”.
BA : “Seharusnya menurut saya dampaknya itu, anak saya bisa saja
kepribadiannya enggak sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya
enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu enggak terjadi mbak.
Kepribadian anak saya sesuai dengan harapan saya”.
Peneliti : “Kemudian bu, untuk dampak yang ibu sebutkan tadi apakah dapat
mempengaruhi psikis dan tingkah laku MA khususnya yang
tergolong remaja?”.
BA : “Iya jelas mempengaruhi mbak”.
Peneliti : “Bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi bu? Mungkin bisa
dijelaskan bu”.
BA : “Dampak tadi yang saya bilang kan kepribadian anak saya bisa aja
enggak sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi tingkah
laku. Misalnya kepribadiannya enggak bagus, cuek, enggak
bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya bakal seenaknya mbak,
enggak tahu aturan, enggak bertanggung jawab”.
Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak yang ibu sebutkan terlihat
pada MA yang tergolong remaja?”.
BA : “Enggak terlihat mbak. Untungnya kepribadian MA baik, sesuai
harapan saya. sibuk cari nafkah saya juga tetap mengawasi dan
mendidik anak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
B. Responden YA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 17.30-18.05
Tempat : Rumah BA
Peneliti : “Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai POLA ASUH yang
digunakan ibu BA, saya ingin bertanya apa yang mas pahami tentang
POLA ASUH? Bisa tolong jelaskan”.
YA : “Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik anaknya, ngajarin hal-hal
baik, ngajarin agama, ngelindungin anaknya, ngurusin semua urusan
anaknya mulai dari bangun pagi sampe mau tidur malem”.
Peneliti : “Baik mas. Dari jawaban mas tadi, kira-kira POLA ASUH seperti
apa yang ibu BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa diceritakan”.
YA : “Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap ngutamain tanggung jawab.
Ibu ngajarin banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA harus mandiri.
Ibu didik anaknya utamain tanggung jawab mau itu ke diri sendiri
atau ke orang lain”
Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA alasan ibu BA memilih
POLA ASUH yang dipandang cocok untuk mendampingi anaknya
khususnya MA yang tergolong remaja? Bisa dijelaskan mas”.
YA : “Dari pengalaman ibu selama dirumah tantenya itu, belajar ngasuh
anak-anak, terus cocok sama cara-caranya, liat juga anak-anak yang
diasuh disana pada berhasil. Makannya ibu pilih POLA ASUH yang
kaya sekarang dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.
Peneliti : “Baik mas. Lalu bagaimana mas YA menilai/melihat keberhasilan
POLA ASUH yang ibu BA sudah terapkan?”.
YA : “Mungkin kalau anak-anaknya berhasil kaya anak-anak tantenya,
atau paling untuk saat ini anak-anaknya ibu pada baik-baik,
tanggung jawab sama mandiri berarti ibu udah berhasil”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA kekhawatiran apa sajakah
yang ibu BA temukan pada proses mengawasi dan membimbing
perkembangan kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong
remaja? Menurut yang mas YA lihat aja sehari-hari”.
YA : “Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita ke aku sekalian kaya
nitipin MA ke aku, aku anak yang paling gede kan dirumah jadi
tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan atau kerja. Ibu tuh
cerita kalau waktu ibu udah habis buat cari uang sama kegiatan
gereja. Ibu semuanya ngurus sendiri, enggak ada bantuan dari
keluarga besar sedikitpun. Mau itu uang ya enggak ada. Datang
kerumah atau kasih kabar juga enggak”.
Peneliti : “Nah, dari kekhawatiran yang mas YA sebut tadi, kira-kira
menurut mas YA bagaimana cara ibu mengatasi kekhawatiran
tersebut?”.
YA : “Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion. Jadi yang tadinya dari
pagi sampe sore. Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu cuma
sendiri enggak ada yang bantu sama sekali jadi ibu harus mikirin
gimana caranya enggak kesulitan ekonomi dan tetep bisa ngasuh
anak. Saya rasa ini cara yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak
lancar ekonomi juga cukup”.
Peneliti : “Baik mas. Kemudian menurut mas YA dampak apa sajakah yang
muncul berkaitan dengan perkembangan kepribadian MA
khususnya yang tergolong remaja, saat ibu BA mengalami kesulitan
mengatur waktu berkerja dan mengasuh anak?”.
YA : “Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu ngasuh MA dampaknya
MA bisa salah gaul. Pribadinya enggak bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Peneliti : “Kemudian mas, apakah dampak tersebut dapat mempengaruhi
psikis dan tingkah laku MA khususnya yang tergolong remaja? Bisa
tolong dijelaskan mas”.
YA : “Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul, ngerokok, ikutan
genk, pribadinya bakal berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis sama tingkah laku juga
ngaruh. Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak ada tanggung
jawabnya”.
Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak tersebut terlihat pada diri MA
yang tergolong remaja?”.
YA : “Enggak terlihat. MA pribadinya bertanggung jawab. MA juga
enggak mudah kena pengaruh”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
C. Responden MA
Waktu : Selasa, 26 Maret 2019; 18.30-19.00
Tempat : Rumah BA
Peneliti : “Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai POLA ASUH yang
digunakan ibu BA, saya ingin bertanya apa yang MA pahami tentang
POLA ASUH? Bisa tolong jelaskan”.
MA : “Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya cara ibu ngasuh aku,
mas sama adek”.
Peneliti : “Baik cara ngasuh. Nah, kira-kira POLA ASUH seperti apa yang
ibu BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa diceritakan”.
MA : “Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak banyak larang-larang
tapi aku dikasih tahu apa aja yang baik buat dilakuin, apa aja yang
enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu ngutamain mandiri sama
tanggung jawab terutama untuk diriku sendiri. Megang erat
tanggung jawab nantinya segala hal yang aku lakuin bakalan hal-hal
baik aja. Aku nangkep maksud ibu sih kalau aku jadi pribadi yang
bertanggung jawab, aku bakal lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal
baik, karena kalau sampai aku ngelakuin hal buruk kaya mencuri,
atau pergaulan enggak bener misalnya aku tahu bakal ada akibatnya,
jadi aku harus tanggung jawab sendiri buat apa yang mau aku lakuin
atau aku omongin”.
Peneliti : “Kemudian menurut MA apa alasan ibu BA memilih POLA ASUH
yang dipandang cocok untuk mendampingi anaknya khususnya
yang tergolong remaja? Bisa tolong dijelaskan”.
MA : “Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh yang ibu gunain cocok
buat dirinya sama cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok pasti
bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih ngerasanya enggak ada
masalah sama pola asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menerapkan berlatih tanggung jawab. Aku pelan-pelan belajar jadi
orang yang bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet banyak
manfaat juga kak. Banyak dipercaya orang, aku lihatnya temen-
temen ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku pribadi yang baik,
bertanggung jawab itu tadi kak”.
Peneliti : “Saya setuju dengan jawabanmu. Lalu bagaimana MA
menilai/melihat keberhasilan POLA ASUH yang ibu BA sudah
terapkan?”.
MA : “Ibu pasti berharap anak-anaknya sukses dan baik-baik kaya anak-
anak tantenya. Jadi kalau anak-anak ibu baik-baik apalagi sukses
berarti ibu berhasil. Sekarang ibu juga udah berhasil, anak-anak ibu
baik-baik semua, enggak ada yang bermasalah”.
Peneliti : “Baiklah kalau begitu. Lalu menurut MA kekhawatiran apa sajakah
yang ibu BA temukan pada proses mengawasi dan membimbing
perkembangan kepribadian, khususnya pada MA yang tergolong
remaja? Sesuai dengan pengalaman dan yang MA lihat sehari-hari
saja”.
MA : “Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan gereja, kerja sama
ngasuh anak. Ibu paling aktif nanyain soal aku dan komunikasi terus
sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling khawatir sama aku. Apalagi
dia banyak kesibukan jadi susah ngatur waktu. Ibu enggak pernah
hubungan sama keluarga besar. Enggak pernah dibantu apa-apa, jadi
dari dulu ibu sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang sama sekali
enggak, makannya ibu harus kerja sampe susah bagi waktu ketemu
sama aku”.
Peneliti : “Lalu menurut MA bagaimana cara ibu mengatasi kekhawatiran
tersebut?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
MA : “Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu aktif mantau kita lewat
media sosial. Ibu juga ngurangin jam kerja, lebih milih dirumah
ambil pesenan nasi kotak buat gereja. Kadang agak kasian lihat ibu
apa-apa sendiri. Susah sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak
punya keluarga besar, keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak pernah ngeluh dan semua
bisa dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu banyak kalau aku
bantu ibu masak. Kita biasa sambil ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin
banyak, yang enggak pernah lupa soal tanggung jawab, terus soal
nilai-nilai hidup juga. Banyak deh yang aku dapet kalau ngobrol
berdua sama ibu sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis
ngobrol gitu sama ibu kaya pengen jadi orang yang lebih baik lagi,
mau lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal pribadi bertanggung
jawab”.
Peneliti : “Oke. Kemudian menurut MA dampak apa sajakah yang muncul
berkaitan dengan perkembangan kepribadian MA khususnya yang
tergolong remaja, saat ibu BA mengalami kesulitan mengatur waktu
berkerja dan mengasuh anak?”
MA : “Soal perkembangan kepribadian ya kak. Dampaknya aku bisa
kepribadiannya enggak baik kak. Salah pergaulan juga bisa kak”.
Peneliti : “Hm ya. Kemudian, apakah dampak tersebut dapat mempengaruhi
psikis dan tingkah laku remaja? Bisa tolong dijelaskan”.
MA : “Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi dampak kaya yang tadi
disebutin, salah pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah laku jadi
enggak baik. Bisa melawan orang tua, atau mencuri”.
Peneliti : “Kemudian apakah dampak-dampak tersebut kamu rasakan pada
dirimu sendiri yang tergolong remaja?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
MA : “Enggak terjadi sama aku kok kak. Ibu ngawasin terus. Dari akunya
sendiri bisa ngontrol diriku. Jadi walaupun ibu sibuk kerja aku tetep
bisa jaga diri. Dampak-dampak tadi enggak terjadi sama aku”.
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lembar Koding Wawancara
A. Subjek BA
No.
Urut Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
Apa yang ibu pahami tentang POLA
ASUH? Bisa tolong ibu jelaskan.
Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap
orang tua pasti punya cara ngasuh anak kan
mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara
ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua
yang ngasuh anak harus ikutin aturan orang
tuanya, enggak boleh ini-itu, ada juga yang
sebaliknya.
Baik bu. Berdasarkan pemahaman ibu
mengenai POLA ASUH, POLA ASUH
seperti apa yang ibu terapkan pada
anak-anak ibu? Bisakah ibu
menceritakannya?
POLA ASUH saya, cara ngasuh saya ke
MA mengutamakan tanggung jawab mbak.
Sejak anak saya kecil, saya latih tanggung
jawab untuk diriya supaya enggak
bergantung sama orang tua, saya ajarin hal
baik dan tidak baik, selalu berkomunikasi
dan saya menjadi pendengar yang baik.
Melatih MA supaya sadar tanggung jawab
itu penting disisi lain MA saat ini masih
remaja. Buat saya anak remaja yang terlibat
pergaulan bebas, merokok, dll karena rasa
tanggung jawab buat dirinya sendiri kurang,
apalagi buat orang tuanya atau orang lain.
Buat MA makannya saya menekankan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Itu bisa
mempengaruhi perkembangan kepribadian
MA jadi pribadi yang bertanggung jawab,
nantinya semua perkembangan bisa
mengarah ke hal-hal positif.
Berdasarkan cerita ibu mengenai latar
belakang POLA ASUH yang ibu
terapkan, atas dasar apa ibu memilih
POLA ASUH yang ibu pandang cocok
untuk mendampingi anak ibu khususnya
MA yang tergolong remaja? Bisakah ibu
menceritakannya?
I.a.BA
-Cara orang tua
ngasuh anaknya
-Tiap orang tua
beda-beda cara
ngasuh anaknya
I.b.BA
-Mengutamakan
tanggung jawab
II.a.BA
-Milih cara ngasuh
seperti itu karna
udah lihat hasilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083
084
085
086
087
Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat
hasilnya anak tante saya baik semua. Semua
anak saya, saya tegasin benar-benar jadi
orang yang bertanggung jawab. Tapi buat
MA saya lebih perhatian ke dia. Selain
karna dia perempuan, dia masih remaja,
Jadi saya lebih lagi pengertian tentang
tanggung jawab ke dia. Saya yakin cara
mengasuh ini sudah tepat untuk MA setelah
saya mencobanya. Awalnya saya hanya
yakin karena melihat anak-anak dari tante
saya tumbuh dengan kepribadian yang baik
dan bertanggung jawab. Kemudian setelah
saya coba pada MA, selain mudah untuk
diterapkan, MA bisa dengan mudah juga
memahami yang saya ajarkan dan terapkan.
Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima
sama MA, saya bisa lihat juga MA benar-
benar menerapkannya. Dia melatih dirinya
sendiri menjadi bertanggung jawab
Baik bu. Lalu bagaimana ibu
menilai/melihat keberhasilan POLA
ASUH yang ibu terapkan?
Bagi saya anak saya nurut, baik, berhasil
buat hidupnya sendiri saya udah seneng
mbak, berarti cara saya ngasuh udah cocok.
Sama kaya tante saya berhasil.
Baik bu. Kemudian kekhawatiran apa
sajakah yang ibu temukan pada proses
mengawasi dan membimbing
perkembangan kepribadian, khususnya
pada MA yang tergolong remaja?
Menghadapi MA yang masih remaja, justru
bukan MAnya yang saya khawatirkan, kaya
yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
menurut saya. Tapi saya khawatir temen-
temennya, belum tentu baik. Mana saya
sendirian masih harus kerja cari uang dan
aktif kegiatan digereja. Yang jadi
kekhawatiran kurangnya waktu buat
ketemu anak. Ditambah lagi saya bener-
bener sendiri ngurusin semuanya. Enggak
ada dukungan atau bantuan ekonomi
keluarga besar. Fisiknya aja enggak
nampak sama sekali buat bantu saya ngurus
anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
II.b.BA
-Anak nurut
-baik
-berhasil buat
hidupnya sendiri
III.a.BA
-Kurangnya waktu
buat ketemu anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
088
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
setelah saya memutuskan enggak sama
suami lagi.
Menyadari adanya kekhawatiran
tersebut bagaimana cara ibu mengatasi
kekhawatiran tersebut?
Saya mengambil keputusan ngurangi jam
kerja saya. Saya jualan sampai siang aja
mbak. Sisanya saya ambil pesenan pecel
atau masakan buat gereja atau acara-acara
deket rumah. Biar perekonomiannya cukup.
Enggak ada bantuan dari keluarga juga
bikin saya sampai sakit hati sendiri. Saya
ikut aktif digereja jadi cara buat saya
enggak terpuruk sendiri. Ikut kegiatan
positif digereja bantu saya nyembuhin luka
dihati saya. kayak enggak dianggap punya
saudara besar tapi enggak nampak sama
sekali. Pinter-pinternya saya ngelola
keuangan sih mbak. Jadi tanpa bantuan
keluarga saya tetep bisa cukup secara
keuangan juga tetep bisa ngasuh anak. Saya
menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh
ke MA disela-sela saya mengerjakan
pesanan makanan dirumah. MA satu-
satunya anak perempuan saya jadi dia yang
paling punya kesadaran bantu-bantu saya
apalagi urusan masak. Selain hari sabtu
sama minggu MA enggak pernah main
sama temennya, bukan karna saya larang,
dia sendiri yang menentukan main maunya
cuma sabtu sama minggu aja. Itu
menguntungkan buat saya, selain dia bisa
bantu saya, saya jadi punya waktu lebih
ketemu dia. Pada saat kerja pesanan sama
MA biasanya saya sambil ngobrol sama dia,
bisa kasih masukan, ajaran-ajaran, dengerin
cerita dia. Paling penting saya bisa nerapin
soal tanggung jawab, dll yang jadi
pegangan saya buat ngasuh anak. Dengan
saya ngerjain pesanan masakan dirumah
dibantu sama MA, itu jadi waktu khusus
saya sama MA. Banyak yang bisa saya
ajarin dan bicarain soal perkembangan dia
di waktu-waktu itu
Dampak apa sajakah yang mucul
berkaitan dengan perkembangan
III.b.BA
-Mengambil
keputusan
mengurangi jam
kerja
IV.a.BA
- Tidak sesuai
harapan, karna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
134
135
136
137
138
139
140
141
142
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
kepribadian MA khususnya yang
tergolong remaja, saat ibu mengalami
kesulitan mengatur waktu berkerja dan
mengasuh anak?
Seharusnya menurut saya dampaknya itu,
anak saya bisa saja kepribadiannya enggak
sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya
enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu
enggak terjadi mbak. Kepribadian anak
saya sesuai dengan harapan saya.
Kemudian bu, untuk dampak yang ibu
sebutkan tadi apakah dapat
mempengaruhi psikis dan tingkah laku
MA khususnya yang tergolong remaja?
Iya jelas mempengaruhi mbak.
Bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi bu? Mungkin bisa
dijelaskan bu.
Dampak tadi yang saya bilang kan
kepribadian anak saya bisa aja enggak
sesuai harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis
apalagi tingkah laku. Misalnya
kepribadiannya enggak bagus, cuek, enggak
bertanggung jawab. Nanti tingkah lakunya
bakal seenaknya mbak, enggak tahu aturan,
enggak bertanggung jawab.
Kemudian apakah dampak-dampak
yang ibu sebutkan terlihat pada MA
yang tergolong remaja?
Enggak terlihat mbak. Untungnya
kepribadian MA baik, sesuai harapan saya.
sibuk cari nafkah saya juga tetap
mengawasi dan mendidik anak.
enggak total
ngasuhnya
IV.b.BA
-Iya jelas
mempengaruhi
IV.b.1.BA
- Kepribadian tidak
sesuai harapan
ngaruh sama psikis,
tingkah laku
-kepribadian cuek,
tidak bertanggung
jawab, tingkah laku
juga tidak
bertanggung jawab.
IV.b.2.BA
-Enggak terlihat
-kepribadian MA
baik, sesuai
harapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
B. Responden YA
No.
Urut Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
042
043
Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai
POLA ASUH yang digunakan ibu BA,
saya ingin bertanya apa yang mas
pahami tentang POLA ASUH? Bisa
tolong jelaskan.
Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik
anaknya, ngajarin hal-hal baik, ngajarin
agama, ngelindungin anaknya, ngurusin
semua urusan anaknya mulai dari bangun
pagi sampe mau tidur malem
Baik mas. Dari jawaban mas tadi, kira-
kira POLA ASUH seperti apa yang ibu
BA terapkan pada anak-anaknya? Bisa
diceritakan
Ibu ngasih MA kebebasan tapi tetap
ngutamain tanggung jawab. Ibu ngajarin
banyak hal baik tapi ibu ngutamain MA
harus mandiri. Ibu didik anaknya utamain
tanggung jawab mau itu ke diri sendiri atau
ke orang lain
Baik mas. Kemudian menurut mas YA
alasan ibu BA memilih POLA ASUH
yang dipandang cocok untuk
mendampingi anaknya khususnya MA
yang tergolong remaja? Bisa dijelaskan
mas.
Dari pengalaman ibu selama dirumah
tantenya itu, belajar ngasuh anak-anak,
terus cocok sama cara-caranya, liat juga
anak-anak yang diasuh disana pada
berhasil. Makannya ibu pilih POLA ASUH
yang kaya sekarang dipake, apalagi buat
MA pasti cocok.
Baik mas. Lalu bagaimana mas YA
menilai/melihat keberhasilan POLA
ASUH yang ibu BA sudah terapkan?
Mungkin kalau anak-anaknya berhasil kaya
anak-anak tantenya, atau paling untuk saat
ini anak-anaknya ibu pada baik-baik,
tanggung jawab sama mandiri berarti ibu
udah berhasil
Baik mas. Kemudian menurut mas YA
kekhawatiran apa sajakah yang ibu BA
I.a.YA
-Cara orang tua
mengasuh anaknya
-Ngurusin semua
urusan anaknya
I.b.YA
-Kebebasan tapi
tanggung jawab
-Ngajarin banyak
hal baik
-Ngutamain mandiri
II.a.YA
-Dari pengalaman
ibu selama dirumah
tantenya ngasuh
anak-anak
-Cocok sama cara-
caranya
II.b.YA
-Anak-anaknya baik
-Tanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083
084
085
086
087
088
089
temukan pada proses mengawasi dan
membimbing perkembangan
kepribadian, khususnya pada MA yang
tergolong remaja? Menurut yang mas
YA lihat aja sehari-hari.
Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita
ke aku sekalian kaya nitipin MA ke aku,
aku anak yang paling gede kan dirumah jadi
tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada
kegiatan atau kerja. Ibu tuh cerita kalau
waktu ibu udah habis buat cari uang sama
kegiatan gereja. Ibu semuanya ngurus
sendiri, enggak ada bantuan dari keluarga
besar sedikitpun. Mau itu uang ya enggak
ada. Datang kerumah atau kasih kabar juga
enggak
Nah, dari kekhawatiran yang mas YA
sebut tadi, kira-kira menurut mas YA
bagaimana cara ibu mengatasi
kekhawatiran tersebut?
Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion.
Jadi yang tadinya dari pagi sampe sore.
Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu
cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
sekali jadi ibu harus mikirin gimana
caranya enggak kesulitan ekonomi dan
tetep bisa ngasuh anak. Saya rasa ini cara
yang terbaik versinya ibu buat ngasuh anak
lancar ekonomi juga cukup.
Baik mas. Kemudian menurut mas YA
dampak apa sajakah yang muncul
berkaitan dengan perkembangan
kepribadian MA khususnya yang
tergolong remaja, saat ibu BA
mengalami kesulitan mengatur waktu
berkerja dan mengasuh anak?
Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu
ngasuh MA dampaknya MA bisa salah
gaul. Pribadinya enggak bagus.
Kemudian mas, apakah dampak tersebut
dapat mempengaruhi psikis dan tingkah
laku MA khususnya yang tergolong
remaja? Bisa tolong dijelaskan mas.
Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul,
ngerokok, ikutan genk, pribadinya bakal
berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
III.a.YA
-Waktu ibu udah
habis buat cari uang
sama kegiatan
gereja
-Kurang bisa
ketemu langsung
sama MA.
III.b.YA
-Ngurangin jam
jualan
Tadinya dari pagi
sampe sore
sekarang sampe
siang
IV.a.YA
-Salah gaul
-Pribadi enggak
bagus
IV.b.YA
-Bisa
mempengaruhi
-Tingkah laku jadi
cuek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
090
091
092
093
094
095
096
097
bakal banyak bohong sama orang tua.
Psikis sama tingkah laku juga ngaruh.
Tingkah lakunya jadi males, cuek, enggak
ada tanggung jawabnya.
Kemudian apakah dampak-dampak
tersebut terlihat pada diri MA yang
tergolong remaja?
Enggak terlihat. MA pribadinya
bertanggung jawab. MA juga enggak
mudah kena pengaruh.
-Enggak ada
tanggung jawabnya.
IV.b.1.YA
-Enggak terlihat
-MA pribadi
bertanggung jawab
-Enggak mudah
kena pengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
C. Responden MA
No.
Urut Data Teks Koding
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
Sebelum masuk ke pertanyaan mengenai
POLA ASUH yang digunakan ibu BA,
saya ingin bertanya apa yang MA
pahami tentang POLA ASUH? Bisa
tolong jelaskan.
Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya
cara ibu ngasuh aku, mas sama adek.
Baik cara ngasuh. Nah, kira-kira POLA
ASUH seperti apa yang ibu BA terapkan
pada anak-anaknya? Bisa diceritakan
Ibu ngasuhnya enggak ribet, jadi enggak
banyak larang-larang tapi aku dikasih tahu
apa aja yang baik buat dilakuin, apa aja
yang enggak baik buat dilakuin. Ibu selalu
ngutamain mandiri sama tanggung jawab
terutama untuk diriku sendiri. Megang erat
tanggung jawab nantinya segala hal yang
aku lakuin bakalan hal-hal baik aja. Aku
nangkep maksud ibu sih kalau aku jadi
pribadi yang bertanggung jawab, aku bakal
lakuin hal-hal baik, sikap aku bakal baik,
karena kalau sampai aku ngelakuin hal
buruk kaya mencuri, atau pergaulan enggak
bener misalnya aku tahu bakal ada
akibatnya, jadi aku harus tanggung jawab
sendiri buat apa yang mau aku lakuin atau
aku omongin.
Kemudian menurut MA apa alasan ibu
BA memilih POLA ASUH yang
dipandang cocok untuk mendampingi
anaknya khususnya yang tergolong
remaja? Bisa tolong dijelaskan.
Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh
yang ibu gunain cocok buat dirinya sama
cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok
pasti bakalan berhasil. Dari akunya sendiri
sih ngerasanya enggak ada masalah sama
pola asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman
ibu menerapkan berlatih tanggung jawab.
Aku pelan-pelan belajar jadi orang yang
bertanggung jawab, aku rasa aku udah
I.a.MA
-Cara orang tua
ngasuh anak
I.b.MA
- Ngasih tahu apa
aja yang baik
dilakuin dan enggak
baik dilakuin
-Ngutamain mandiri
sama tanggung
jawab
II.a.MA
- Cara ngasuh cocok
-Kalau cocok pasti
bakalan berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
063
064
065
066
067
068
069
070
071
072
073
074
075
076
077
078
079
080
081
082
083
084
085
086
087
dapet banyak manfaat juga kak. Banyak
dipercaya orang, aku lihatnya temen-temen
ibu juga seneng sama aku, mereka nilai aku
pribadi yang baik, bertanggung jawab itu
tadi kak.
Saya setuju dengan jawabanmu. Lalu
bagaimana MA menilai/melihat
keberhasilan POLA ASUH yang ibu BA
sudah terapkan?
Ibu pasti berharap anak-anaknya sukses dan
baik-baik kaya anak-anak tantenya. Jadi
kalau anak-anak ibu baik-baik apalagi
sukses berarti ibu berhasil. Sekarang ibu
juga udah berhasil, anak-anak ibu baik-baik
semua, enggak ada yang bermasalah.
Baiklah kalau begitu. Lalu menurut MA
kekhawatiran apa sajakah yang ibu BA
temukan pada proses mengawasi dan
membimbing perkembangan
kepribadian, khususnya pada MA yang
tergolong remaja? Sesuai dengan
pengalaman dan yang MA lihat sehari-
hari saja.
Mungkin ibu susah bagi waktu antara
urusan gereja, kerja sama ngasuh anak. Ibu
paling aktif nanyain soal aku dan
komunikasi terus sama aku sih. Jadi aku
lihat ibu paling khawatir sama aku. Apalagi
dia banyak kesibukan jadi susah ngatur
waktu. Ibu enggak pernah hubungan sama
keluarga besar. Enggak pernah dibantu apa-
apa, jadi dari dulu ibu sendiri aja urus anak-
anaknya. Bantu uang sama sekali enggak,
makannya ibu harus kerja sampe susah bagi
waktu ketemu sama aku.
Lalu menurut MA bagaimana cara ibu
mengatasi kekhawatiran tersebut?
Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu
aktif mantau kita lewat media sosial. Ibu
juga ngurangin jam kerja, lebih milih
dirumah ambil pesenan nasi kotak buat
gereja. Kadang agak kasian lihat ibu apa-
apa sendiri. Susah sendiri enggak ada yang
bantu, kayak enggak punya keluarga besar,
keluarga tuh ya kayak cuma ibu sama anak-
anaknya aja. Untungnya ibu aku enggak
II.b.MA
- Kalau anak-anak
ibu baik-baik
apalagi berhasil
berarti ibu berhasil
III.a.MA
-Susah bagi waktu
antara urusan gereja,
kerja sama ngasuh
anak
III.b.MA
- Intens komunikasi
lewat hp, media
sosial, mengurangi
jam kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
089
090
091
092
093
094
095
096
097
098
099
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
pernah ngeluh dan semua bisa dia selesaiin
sendiri. Waktu aku buat ibu banyak kalau
aku bantu ibu masak. Kita biasa sambil
ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin banyak, yang
enggak pernah lupa soal tanggung jawab,
terus soal nilai-nilai hidup juga. Banyak
deh yang aku dapet kalau ngobrol berdua
sama ibu sambil bantu ibu. Aku ngerasanya
kalau habis ngobrol gitu sama ibu kaya
pengen jadi orang yang lebih baik lagi, mau
lakuin semua yang ibu ajarin terutama soal
pribadi bertanggung jawab.
Oke. Kemudian menurut MA dampak
apa sajakah yang muncul berkaitan
dengan perkembangan kepribadian MA
khususnya yang tergolong remaja, saat
ibu BA mengalami kesulitan mengatur
waktu berkerja dan mengasuh anak?
Soal perkembangan kepribadian ya kak.
Dampaknya aku bisa kepribadiannya
enggak baik kak. Salah pergaulan juga bisa
kak.
Hm ya. Kemudian, apakah dampak
tersebut dapat mempengaruhi psikis dan
tingkah laku remaja? Bisa tolong
dijelaskan.
Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi
dampak kaya yang tadi disebutin, salah
pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah
laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang
tua, atau mencuri.
Kemudian apakah dampak-dampak
tersebut kamu rasakan pada dirimu
sendiri yang tergolong remaja?
Enggak terjadi sama aku kok kak. Ibu
ngawasin terus. Dari akunya sendiri bisa
ngontrol diriku. Jadi walaupun ibu sibuk
kerja aku tetep bisa jaga diri. Dampak-
dampak tadi enggak terjadi sama aku.
IV.a.MA
- Kepribadiannya
enggak baik
-salah pergaulan
IV.b.MA
- Bisa
mempengaruhi
-Psikis terganggu
-Tingkah laku jadi
enggak baik
IV.b.1.MA
- Enggak terjadi
-Bisa ngontrol diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 3
Lembar Kategorisasi Wawancara
A. Responden BA
Kategorisasi Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA
ASUH ibu
sebagai orang
tua tunggal
dalam
membimbing
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
POLA ASUH
“Cara orang tua mengasuh anaknya. Tiap
orang tua pasti punya cara ngasuh anak kan
mbak, jadi tiap orang tua beda-beda cara
ngasuh anaknya. Semisal ada orang tua yang
ngasuh anak harus ikutin aturan orang tuanya,
enggak boleh ini-itu, ada juga yang
sebaliknya”.
(I.a.BA/003-007)
Ibu memilih
POLA ASUH
yang tepat
terutama
untuk
perkembangan
kepribadian
anaknya
Alasan ibu
memilih
POLA ASUH
yang
dipandang
cocok untuk
mendampingi
anaknya
“Saya milih cara ngasuh itu karna udah lihat
hasilnya anak tante saya baik semua. Semua
anak saya, saya tegasin benar-benar jadi orang
yang bertanggung jawab. Tapi buat MA saya
lebih perhatian ke dia. Selain karna dia
perempuan, dia masih remaja, Jadi saya lebih
lagi pengertian tentang tanggung jawab ke dia.
Saya yakin cara mengasuh ini sudah tepat
untuk MA setelah saya mencobanya. Awalnya
saya hanya yakin karena melihat anak-anak
dari tante saya tumbuh dengan kepribadian
yang baik dan bertanggung jawab. Kemudian
setelah saya coba pada MA, selain mudah
untuk diterapkan, MA bisa dengan mudah juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memahami yang saya ajarkan dan terapkan.
Setelah lihat pola asuh saya bisa diterima sama
MA, saya bisa lihat juga MA benar-benar
menerapkannya. Dia melatih dirinya sendiri
menjadi bertanggung jawab”.
(II.a.BA/032-047)
Ibu sebagai
orang tua
tunggal
mengatasi
kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
Kekhawatiran
Cara
mengatasi
kekhawatiran
“Menghadapi MA yang masih remaja, justru
bukan MAnya yang saya khawatirkan, kaya
yang tadi saya bilang kepribadian MA baik
menurut saya. Tapi saya khawatir temen-
temennya, belum tentu baik. Mana saya
sendirian masih harus kerja cari uang dan aktif
kegiatan digereja. Yang jadi hambatan
kurangnya waktu buat ketemu anak. Ditambah
lagi saya bener-bener sendiri ngurusin
semuanya. Enggak ada dukungan atau bantuan
ekonomi keluarga besar. Fisiknya aja enggak
nampak sama sekali buat bantu saya ngurus
anak-anak atau bantu kehidupan sehari-hari
setelah saya memutuskan enggak sama suami
lagi”.
(III.a.BA/057-068)
“Saya mengambil keputusan ngurangi jam
kerja saya. Saya jualan sampai siang aja mbak.
Sisanya saya ambil pesenan pecel atau
masakan buat gereja atau acara-acara deket
rumah. Biar perekonomiannya cukup. Enggak
ada bantuan dari keluarga juga bikin saya
sampai sakit hati sendiri. Saya ikut aktif
digereja jadi cara buat saya enggak terpuruk
sendiri. Ikut kegiatan positif digereja bantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
saya nyembuhin luka dihati saya. kayak
enggak dianggap punya saudara besar tapi
enggak nampak sama sekali. Pinter-pinternya
saya ngelola keuangan sih mbak. Jadi tanpa
bantuan keluarga saya tetep bisa cukup secara
keuangan juga tetep bisa ngasuh anak. Saya
menuhin tanggung jawab nerapin pola asuh ke
MA disela-sela saya mengerjakan pesanan
makanan dirumah. MA satu-satunya anak
perempuan saya jadi dia yang paling punya
kesadaran bantu-bantu saya apalagi urusan
masak. Selain hari sabtu sama minggu MA
enggak pernah main sama temennya, bukan
karna saya larang, dia sendiri yang
menentukan main maunya cuma sabtu sama
minggu aja. Itu menguntungkan buat saya,
selain dia bisa bantu saya, saya jadi punya
waktu lebih ketemu dia. Pada saat kerja
pesanan sama MA biasanya saya sambil
ngobrol sama dia, bisa kasih masukan, ajaran-
ajaran, dengerin cerita dia. Paling penting saya
bisa nerapin soal tanggung jawab, dll yang jadi
pegangan saya buat ngasuh anak. Dengan saya
ngerjain pesanan masakan dirumah dibantu
sama MA, itu jadi waktu khusus saya sama
MA. Banyak yang bisa saya ajarin dan
bicarain soal perkembangan dia di waktu-
waktu itu”.
(III.b.BA/071-099)
Dampak yang
muncul
berkaitan
Dampak
“Seharusnya menurut saya dampaknya itu,
anak saya bisa saja kepribadiannya enggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
dengan
perkembangan
kepribadian
remaja secara
umum jika ibu
berfokus
bertanggung
jawab dalam
mencari
penghasilan
sehingga sulit
mengatur
waktu
mengasuh dan
mengawasi
anak
Dampak
berpengaruh
pada psikis
anak
sesuai harapan saya mbak. Karna kan saya
enggak total ngasuhnya. Tapi untungnya itu
enggak terjadi mbak. Kepribadian anak saya
sesuai dengan harapan saya”.
(IV.a.BA/133-138)
“Dampak tadi yang saya bilang kan
kepribadian anak saya bisa aja enggak sesuai
harapan, Itu nanti ngaruh sama psikis apalagi
tingkah laku. Misalnya kepribadiannya enggak
bagus, cuek, enggak bertanggung jawab. Nanti
tingkah lakunya bakal seenaknya mbak,
enggak tahu aturan, enggak bertanggung
jawab”.
(IV.b.1.BA/148-155)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
B. Responden YA
Kategorisasi Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA
ASUH ibu
sebagai orang
tua tunggal
dalam
membimbing
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
POLA ASUH
“Cara orang tua ngasuh anak. Kaya didik
anaknya, ngajarin hal-hal baik, ngajarin
agama, ngelindungin anaknya, ngurusin semua
urusan anaknya mulai dari bangun pagi sampe
mau tidur malem”.
(I.a.YA/005-008)
Ibu memilih
POLA ASUH
yang tepat
terutama
untuk
perkembangan
kepribadian
anaknya
Alasan ibu
memilih
POLA ASUH
yang
dipandang
cocok untuk
mendampingi
anaknya
“Dari pengalaman ibu selama dirumah
tantenya itu, belajar ngasuh anak-anak, terus
cocok sama cara-caranya, liat juga anak-anak
yang diasuh disana pada berhasil. Makannya
ibu pilih POLA ASUH yang kaya sekarang
dipake, apalagi buat MA pasti cocok”.
(II.a.YA/020-024)
Ibu sebagai
orang tua
tunggal
mengatasi
kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
Kekhawatiran
“Paling soal waktu sih mbak. Ibu suka cerita
ke aku sekalian kaya nitipin MA ke aku, aku
anak yang paling gede kan dirumah jadi
tugasku jaga adek-adek kalau ibu ada kegiatan
atau kerja. Ibu tuh cerita kalau waktu ibu udah
habis buat cari uang sama kegiatan gereja. Ibu
semuanya ngurus sendiri, enggak ada bantuan
dari keluarga besar sedikitpun. Mau itu uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Cara
mengatasi
kekhawatiran
ya enggak ada. Datang kerumah atau kasih
kabar juga enggak”.
(III.a.YA/046-056)
“Ibu ngurangin jam jualannya dia di stadion.
Jadi yang tadinya dari pagi sampe sore.
Sekarang cuma sampe siang aja. Karna ibu
cuma sendiri enggak ada yang bantu sama
sekali jadi ibu harus mikirin gimana caranya
enggak kesulitan ekonomi dan tetep bisa
ngasuh anak. Saya rasa ini cara yang terbaik
versinya ibu buat ngasuh anak lancar ekonomi
juga cukup”.
(III.b.YA/052-058)
Dampak yang
muncul
berkaitan
dengan
perkembangan
kepribadian
remaja secara
umum jika ibu
berfokus
bertanggung
jawab dalam
mencari
penghasilan
sehingga sulit
mengatur
waktu
mengasuh dan
mengawasi
anak
Dampak
Dampak
berpengaruh
pada psikis
anak
“Kalau ibu sibuk kerja susah atur waktu
ngasuh MA dampaknya MA bisa salah gaul.
Pribadinya enggak bagus”.
(IV.a.YA/077-079)
“Bisa mempengaruhi. Kalau MA salah gaul,
ngerokok, ikutan genk, pribadinya bakal
berubah, enggak ada tanggung jawabnya,
bakal banyak bohong sama orang tua. Psikis
sama tingkah laku juga ngaruh. Tingkah
lakunya jadi males, cuek, enggak ada
tanggung jawabnya”.
(IV.b.YA/084-090)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
C. Responden MA
Kategorisasi Verbatim
Tema Subtema
Bentuk POLA
ASUH ibu
sebagai orang
tua tunggal
dalam
membimbing
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
POLA ASUH
“Cara orang tua ngasuh anak. Sama aja kaya
cara ibu ngasuh aku, mas sama adek”.
(I.a.MA/005-006)
Ibu memilih
POLA ASUH
yang tepat
terutama
untuk
perkembangan
kepribadian
anaknya
Alasan ibu
memilih
POLA ASUH
yang
dipandang
cocok untuk
mendampingi
anaknya
“Yang pasti karna cocok kak. Cara ngasuh
yang ibu gunain cocok buat dirinya sama
cocok buat anak-anaknya. Kalau cocok pasti
bakalan berhasil. Dari akunya sendiri sih
ngerasanya enggak ada masalah sama pola
asuh yang ibu terrapin. Aku nyaman ibu
menerapkan berlatih tanggung jawab. Aku
pelan-pelan belajar jadi orang yang
bertanggung jawab, aku rasa aku udah dapet
banyak manfaat juga kak. Banyak dipercaya
orang, aku lihatnya temen-temen ibu juga
seneng sama aku, mereka nilai aku pribadi
yang baik, bertanggung jawab itu tadi kak”.
(II.a.MA/027-037)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Ibu sebagai
orang tua
tunggal
mengatasi
kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
Kekhawatiran
Cara
mengatasi
kekhawatiran
“Mungkin ibu susah bagi waktu antara urusan
gereja, kerja sama ngasuh anak. Ibu paling
aktif nanyain soal aku dan komunikasi terus
sama aku sih. Jadi aku lihat ibu paling
khawatir sama aku. Apalagi dia banyak
kesibukan jadi susah ngatur waktu. Ibu enggak
pernah hubungan sama keluarga besar. Enggak
pernah dibantu apa-apa, jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus anak-anaknya. Bantu uang
sama sekali enggak, makannya ibu harus kerja
sampe susah bagi waktu ketemu sama aku”.
(III.a.MA/052-060)
“Ibu tetep intens komunikasi lewat hp. Ibu
aktif mantau kita lewat media sosial. Ibu juga
ngurangin jam kerja, lebih milih dirumah
ambil pesenan nasi kotak buat gereja. Kadang
agak kasian lihat ibu apa-apa sendiri. Susah
sendiri enggak ada yang bantu, kayak enggak
punya keluarga besar, keluarga tuh ya kayak
cuma ibu sama anak-anaknya aja. Untungnya
ibu aku enggak pernah ngeluh dan semua bisa
dia selesaiin sendiri. Waktu aku buat ibu
banyak kalau aku bantu ibu masak. Kita biasa
sambil ngobrol-ngobrol. Ibu ngajarin banyak,
yang enggak pernah lupa soal tanggung jawab,
terus soal nilai-nilai hidup juga. Banyak deh
yang aku dapet kalau ngobrol berdua sama ibu
sambil bantu ibu. Aku ngerasanya kalau habis
ngobrol gitu sama ibu kaya pengen jadi orang
yang lebih baik lagi, mau lakuin semua yang
ibu ajarin terutama soal pribadi bertanggung
jawab”.
(III.b.MA/063-079)
Dampak yang
muncul
berkaitan
dengan
perkembangan
kepribadian
remaja secara
umum jika ibu
berfokus
bertanggung
jawab dalam
Dampak
Dampak
berpengaruh
pada psikis
anak
“Soal perkembangan kepribadian ya kak.
Dampaknya aku bisa kepribadiannya enggak
baik kak. Salah pergaulan juga bisa kak”.
(IV.a.MA/103-105)
“Bisa mempengaruhi kak. Kan kalau terjadi
dampak kaya yang tadi disebutin, salah
pergaulan berarti psikis terganggu, tingkah
laku jadi enggak baik. Bisa melawan orang
tua, atau mencuri”.
(IV.b.MA/110-114)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mencari
penghasilan
sehingga sulit
mengatur
waktu
mengasuh dan
mengawasi
anak
Lampiran 4
Tabel Penyaringan Data
Kategori Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Bentuk POLA
ASUH ibu
sebagai orang
tua tunggal
dalam
membimbing
dan
mengawasi
perkembangan
kepribadian
remaja
POLA
ASUH
-Cara
orang tua
ngasuh
anaknya
-Tiap
orang tua
beda-beda
cara
ngasuh
anaknya
-Cara
orang tua
mengasuh
anaknya
“Cara orang tua
mengasuh
anaknya. Tiap
orang tua pasti
punya cara ngasuh
anak kan mbak,
jadi tiap orang tua
beda-beda cara
ngasuh anaknya.
Semisal ada orang
tua yang ngasuh
anak harus ikutin
aturan orang
tuanya, enggak
boleh ini-itu, ada
juga yang
sebaliknya”.
(I.a.BA/003-007)
“Cara orang tua
ngasuh anak.
Kaya didik
anaknya, ngajarin
hal-hal baik,
POLA ASUH
merupakan
cara orang tua
mengasuh
anaknya.
Setiap orang
tua memiliki
cara
mengasuhnya
masing-
masing.
POLA ASUH
adalah cara
orang tua
mengasuh
anaknya,
diantaranya
mendidik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
-Ngurusin
semua
urusan
anaknya
-Cara
orang tua
ngasuh
anak
ngajarin agama,
ngelindungin
anaknya, ngurusin
semua urusan
anaknya mulai
dari bangun pagi
sampe mau tidur
malem”.
(I.a.YA/005-008)
“Cara orang tua
ngasuh anak.
Sama aja kaya
cara ibu ngasuh
aku, mas sama
adek”.
(I.a.MA/005-006)
melindungi,
mengurus
semua
keperluan
anak.
POLA ASUH
adalah cara
orang tua
mengasuh
anak.
Kategori Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Ibu memilih
POLA ASUH
yang tepat
terutama
untuk
perkembangan
kepribadian
anaknya
Alasan ibu
memilih
POLA
ASUH yang
dipandang
cocok untuk
mendampingi
anaknya
-Milih cara
ngasuh
seperti itu
karna udah
lihat
hasilnya
“Saya milih cara
ngasuh itu karna
udah lihat
hasilnya anak
tante saya baik
semua. Semua
anak saya, saya
tegasin benar-
benar jadi orang
yang
bertanggung
jawab. Tapi buat
MA saya lebih
perhatian ke dia.
Selain karna dia
perempuan, dia
masih remaja,
Jadi saya lebih
lagi pengertian
tentang tanggung
Alasan
memilih
cara
mengasuh
yang
digunakan
saat ini
karena
sudah
melihat
dengan cara
itu orang
bisa
mengasilkan
anak yang
bertanggung
jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
-Dari
pengalaman
ibu selama
dirumah
tantenya
ngasuh
anak-anak
-Cocok
sama cara-
caranya
jawab ke dia.
Saya yakin cara
mengasuh ini
sudah tepat
untuk MA
setelah saya
mencobanya.
Awalnya saya
hanya yakin
karena melihat
anak-anak dari
tante saya
tumbuh dengan
kepribadian yang
baik dan
bertanggung
jawab.
Kemudian
setelah saya coba
pada MA, selain
mudah untuk
diterapkan, MA
bisa dengan
mudah juga
memahami yang
saya ajarkan dan
terapkan. Setelah
lihat pola asuh
saya bisa
diterima sama
MA, saya bisa
lihat juga MA
benar-benar
menerapkannya.
Dia melatih
dirinya sendiri
menjadi
bertanggung
jawab”.
(II.a.BA/032-
047)
“Dari
pengalaman ibu
selama dirumah
tantenya itu,
Alasan
memilih
cara
mengasuh
yang
digunakan
saat ini
karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
- Cara
ngasuh
cocok
-Kalau
cocok pasti
bakalan
berhasil.
belajar ngasuh
anak-anak, terus
cocok sama cara-
caranya, liat juga
anak-anak yang
diasuh disana
pada berhasil.
Makannya ibu
pilih POLA
ASUH yang
kaya sekarang
dipake, apalagi
buat MA pasti
cocok”.
(II.a.YA/020-
024)
“Yang pasti
karna cocok kak.
Cara ngasuh
yang ibu gunain
cocok buat
dirinya sama
cocok buat anak-
anaknya. Kalau
cocok pasti
bakalan berhasil.
Dari akunya
sendiri sih
ngerasanya
enggak ada
masalah sama
pola asuh yang
ibu terrapin. Aku
nyaman ibu
menerapkan
berlatih
tanggung jawab.
Aku pelan-pelan
belajar jadi
orang yang
bertanggung
jawab, aku rasa
aku udah dapet
banyak manfaat
juga kak.
cocok
dengan cara
tersebut.
Alasan
memilih
cara
mengasuh
yang
digunakan
saat ini
karena
cocok untuk
ibu dan
cocok untuk
anak-
anaknya.
Yakin bila
caranya
cocok pasti
akan
berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Banyak
dipercaya orang,
aku lihatnya
temen-temen ibu
juga seneng
sama aku,
mereka nilai aku
pribadi yang
baik,
bertanggung
jawab itu tadi
kak”.
(II.a.MA/027-
037)
Kategori Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Ibu sebagai
orang tua
tunggal
mengatasi
kekhawatiran
dalam
Kekhawatiran
-
Kurangnya
waktu buat
ketemu
anak
“Menghadapi
MA yang masih
remaja, justru
bukan MAnya
yang saya
khawatirkan,
Kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
adalah
kurangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menerapkan
POLA
ASUH
Mengatasi
Kekhawatiran
-Waktu ibu
udah habis
buat cari
uang sama
kegiatan
gereja
-Kurang
bisa
kaya yang tadi
saya bilang
kepribadian MA
baik menurut
saya. Tapi saya
khawatir temen-
temennya,
belum tentu
baik. Mana saya
sendirian masih
harus kerja cari
uang dan aktif
kegiatan
digereja. Yang
jadi hambatan
kurangnya
waktu buat
ketemu anak.
Ditambah lagi
saya bener-bener
sendiri ngurusin
semuanya.
Enggak ada
dukungan atau
bantuan
ekonomi
keluarga besar.
Fisiknya aja
enggak nampak
sama sekali buat
bantu saya
ngurus anak-
anak atau bantu
kehidupan
sehari-hari
setelah saya
memutuskan
enggak sama
suami lagi”.
(III.a.BA/057-
068)
“Paling soal
waktu sih mbak.
Ibu suka cerita
ke aku sekalian
waktu
bertemu anak.
Kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
adalah waktu
yang ibu
miliki sudah
habis untuk
mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
ketemu
langsung
sama MA.
-Susah
bagi waktu
antara
urusan
gereja,
kerja sama
ngasuh
anak
kaya nitipin MA
ke aku, aku anak
yang paling gede
kan dirumah jadi
tugasku jaga
adek-adek kalau
ibu ada kegiatan
atau kerja. Ibu
tuh cerita kalau
waktu ibu udah
habis buat cari
uang sama
kegiatan gereja.
Ibu semuanya
ngurus sendiri,
enggak ada
bantuan dari
keluarga besar
sedikitpun. Mau
itu uang ya
enggak ada.
Datang kerumah
atau kasih kabar
juga enggak”.
(III.a.YA/046-
056)
“Mungkin ibu
susah bagi
waktu antara
urusan gereja,
kerja sama
ngasuh anak. Ibu
paling aktif
nanyain soal aku
dan komunikasi
terus sama aku
sih. Jadi aku
lihat ibu paling
khawatir sama
aku. Apalagi dia
banyak
kesibukan jadi
susah ngatur
waktu. Ibu
enggak pernah
nafkah dan
aktif kegiatan
gereja
sehingga
kurang bisa
bertemu
langsung
dengan anak.
Kekhawatiran
dalam
menerapkan
POLA ASUH
adalah ibu
kesulitan
membagi
waktu antara
bekerja, aktif
kegiatan
gereja dan
mengasuh
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
hubungan sama
keluarga besar.
Enggak pernah
dibantu apa-apa,
jadi dari dulu ibu
sendiri aja urus
anak-anaknya.
Bantu uang
sama sekali
enggak,
makannya ibu
harus kerja
sampe susah
bagi waktu
ketemu sama
aku”.
(III.a.MA/052-
060)
Kategori Koding Verbatim Interpretasi
Tema Subtema
Dampak-
dampak pola
asuh terhadap
perkembanga
n kepribadian
anaknya
Dampak
yang
muncul
-Tidak
sesuai
harapan,
tidak
optimal
mengasuh
“Seharusnya
menurut saya
dampaknya itu,
anak saya bisa
saja
kepribadiannya
enggak sesuai
harapan saya
mbak. Karna
kan saya
enggak total
ngasuhnya.
Tapi untungnya
itu enggak
terjadi mbak.
Kepribadian
anak saya
sesuai dengan
harapan saya”
(IV.a.BA/133-
138)
- Tidak sesuai
harapan, karna
enggak total
ngasuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Dampak
berpengaru
h pada
Psikis dan
tingkah
laku anak
-Salah Gaul,
Pribadi
enggak
bagus
Kepribadian
enggak baik,
salah gaul
Kepribadian
tidak sesuai
harapan dan
cuek, ngaruh
sama psikis
dan tingkah
laku
“Kalau ibu
sibuk kerja
susah atur
waktu ngasuh
MA
dampaknya
MA bisa salah
gaul.
Pribadinya
enggak bagus”
(IV.a.YA/077-
079)
“Soal
perkembangan
kepribadian ya
kak.
Dampaknya
aku bisa
kepribadiannya
enggak baik
kak. Salah
pergaulan juga
bisa kak”
(IV.a.MA/103-
105)
“Dampak tadi
yang saya
bilang kan
kepribadian
anak saya bisa
aja enggak
sesuai harapan,
Itu nanti ngaruh
sama psikis
apalagi tingkah
laku. Misalnya
kepribadiannya
enggak bagus,
cuek, enggak
bertanggung
jawab. Nanti
tingkah lakunya
-Bisa salah
gaul
-Pribadi
menjadi
enggak bagus
Kepribadianny
a bisa enggak
baik,
bisa salah
pergaulan
- Kepribadian
tidak sesuai
harapan ngaruh
sama psikis,
tingkah laku
-kepribadian
cuek, tidak
bertanggung
jawab, tingkah
laku juga tidak
bertanggung
jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berpengaruh
, tingkah
laku cuek,
tidak ada
tanggung
jawab
Berpengaruh
, psikis
terganggu,
tingkah laku
tidak baik
bakal
seenaknya
mbak, enggak
tahu aturan,
enggak
bertanggung
jawab”
(IV.b.1.BA/148
-155)
“Bisa
mempengaruhi.
Kalau MA
salah gaul,
ngerokok,
ikutan genk,
pribadinya
bakal berubah,
enggak ada
tanggung
jawabnya,
bakal banyak
bohong sama
orang tua.
Psikis sama
tingkah laku
juga ngaruh.
Tingkah
lakunya jadi
males, cuek,
enggak ada
tanggung
jawabnya”
(IV.b.YA/084-
090)
“Bisa
mempengaruhi
kak. Kan kalau
terjadi dampak
kaya yang tadi
disebutin, salah
pergaulan
berarti psikis
terganggu,
tingkah laku
-Bisa
mempengaruhi
-Tingkah laku
jadi cuek
-Enggak ada
tanggung
jawabnya
- Bisa
mempengaruhi
-Psikis
terganggu
-Tingkah laku
jadi enggak
baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
jadi enggak
baik. Bisa
melawan orang
tua, atau
mencuri”
(IV.b.MA/110-
114)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI