Post on 23-Dec-2015
PERTEMUAN 5
RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL
KELOMPOK 2
ANGGOTA KELOMPOK :
ZEYKISAN PERANGIN – ANGIN ( 18 )
I.G.A. RAMA SIDHIMANTRA ( 21 )
AJENG SARASWATI ( 22 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
REGULER
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................I
SKEMA / PETA KONSEP....................................................................................................................II
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................1
1. JENIS SAHAM...............................................................................................................1
1.1 SAHAM PREFEREN................................................................................................1
1.1.1 Karakteristik Saham Preferen..............................................................................1
1.1.2 Macam Saham Preferen.......................................................................................1
1.2 SAHAM BIASA.........................................................................................................2
1.2.1 Hak Pemegang Saham Biasa................................................................................2
1.3 SAHAM TREASURI.................................................................................................3
2. NILAI SAHAM...................................................................................................................................4
2.1 NILAI BUKU DAN NILAI – NILAI LAIN YANG BERHUBUNGAN.......................4
2.1.1 Nilai Nominal.......................................................................................................4
2.1.2 Agio Saham..........................................................................................................4
2.1.3 Nilai Modal Disetor..............................................................................................4
2.1.4 Laba Ditahan........................................................................................................5
2.1.5 Nilai Buku............................................................................................................5
2.2 NILAI PASAR...........................................................................................................6
2.3 NILAI INTRINSIK....................................................................................................6
2.3.1 Pendekatan nilai sekarang (present value approach)...........................................6
2.3.1.1 Pembayaran Dividen Tidak Teratur..............................................................7
2.3.1.2 Dividen Konstan Tidak Bertumbuh..............................................................8
2.3.1.3 Pertumbuhan Dividen Yang Konstan...........................................................8
2.3.1.4 Harga Jual Akhir...........................................................................................9
2.3.2 Pendekatan PER...................................................................................................9
KESIMPULAN..........................................................................................................................................11
REFERENSI
i
SKEMA / PETA KONSEP
( SAP PERTEMUAN KE-3 )
ii
PEMBAHASAN
1. JENIS SAHAM
1.1 SAHAM PREFEREN
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa.
1.1.1 Karakteristik Saham Preferen
1. Preferen terhadaap Dividen
a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
b. Saham preferen juga umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-
tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham saham
biasa menerima dividennya. Jika saham preferen disebutkan memberikan
hak dividen kumulatif , maka dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum
dibayarkan disebut dividends in arrears.
2. Preferen pada Waktu Likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibandingkan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadinya likuidasi.
Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham
preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.
Karena karakteristik ini, investor umumnya menganggap saham preferen lebih kecil
resikonya dibandingkan dengan saham biasa. Akan tetapi jika dibandingkan dengan
obligasi, saham preferen dianggap lebih beresiko, karena klaim dari pemegang
saham preferen dibawah klaim dari pemegang obligasi.
1.1.2 Macam Saham Preferen
1. Convertible Preferred Stock
Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa
saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya
menukarkan saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah
ditentukan. Pertukaran dari saham preferen ke saham biasa tidak menimbulkan
keuntungan (gain) atau kerugian (loss) di perusahaan emiten, nilai yang dicatat
1
untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan selisih yang diterima
berbeda dengan nilai nominalnya dicatat di rekening Agio Saham (Paid-in Capital in
Excess of Par Value). Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat
penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran tersebut
dilakukan langsung dengan perusahaan.
2. Callable Preferred Stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada
perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang
saham pada tanggal tertentu dimasa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga
tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.
3. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)
Saham preferen ini merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat
yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen
secara tetap tetapi tingkat dividen yang dibayarkan tergantung dari return dari
sekuritas t-bill (treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup popular sebagai
investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan kas.
1.2 SAHAM BIASA
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
1.2.1 Hak Pemegang Saham Biasa
1. Hak Kontrol
Pemegang saham biasa memiliki hak untuk memilih dewan direksi. Ini
berarti pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan
memimpin perusahannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya untuk
memveto dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau memveto
pada tindakan-tindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
2. Hak Menerima Pembagian Keuntungan
Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat
bagian keuntungan dari perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earnings)
merupakan sumber daya intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan
dalam bentuk dividen. Tidak semua perusahaan membayar dividen. Keputusan
2
perusahaan membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam bebijaksanaan
dividennya (dividend policy). Jika perusahaan memutuskan membagikan
keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham bisa mendapatkan
haknya yang sama. Pembagian dividen saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan
sudah membayarkan dividen untuk saham preferen.
3. Hak Preemptif
Hak preemptif (preemptive right) merupakan hak untuk mendapatkan
presentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar
saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham, maka jumlah saham
yang beredar akan lebih banyak dan akibbatnya presentase kepemilikan pemegang
saham yang lama kan turun. Hak preemptif member prioritas kepada pemegang
saham lama untuk membeli tambahan saham yang baru, sehingga presentase
kepemilikannya tidak berubah. Hak ini mempunyai dua tujuan. Tujuan pertama
adalah untuk melindungi hak control dari pemegang saham lama. Tujuan kedua
adalah untuk melindungi pemegang saham lama dari nilai yang merosot.
1.3 SAHAM TREASURI
Saham Treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaan yang sudah
pernah dikeluarkan dan beredar dan kemudia dibeli kembali oleh perusahaan untuk
dipensiunkan tetapi disimpan sebagai trasuri. Perusahaan emiten membeli kembali
saham yang beredar sebagai sahamtreasuri dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Akan digunakan dan diberikan kepada manajer-manajer atau karyawan-karyawan
di dalam perusahaan sebagai bonus atau kompesasi dalam bentuk saham
2. Meningkatkan volume perdagangan di pasar modal dengan harapan
meningkatkan nilai pasarnya
3. Menambahkan jumlah lembar saham yang tersedia untuk digunakan menguasai
perusahaan lain
4. Mengurangi jumlah lembar saham yang beredar untuk menaikan laba per
lembarnya
5. Alasan khusus lainnya yaitu dengan mengurangi jumlah saham yang beredar
sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan lain untuk menguasai
jumlah saham secara mayoritas dalam rangka pengambilan alih tidak bersahabat
(hostile takeover)
3
2. NILAI SAHAM
2.1 NILAI BUKU DAN NILAI – NILAI LAIN YANG BERHUBUNGAN
Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan
dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai ini yaitu:
2.1.1 Nilai Nominal
Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah
untuk kaitanya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang
secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak
dapat diambil oleh pemegang saham. Kadang kala suatu saham tidak mempunyai
nilai nominal (no-par value stock). Untuk saham yang tidak memiliki nilai nominal,
dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri (stated value) perlembarnya. Jika
tidak ada nilai yang ditetapkan, maka yang dianggap sebagai modal secara hukum
adalah semua penerimaan bersih (proceed) yang diterima oleh emitmen pada waktu
mengeluarkan saham bersangkutan.
2.1.2 Agio Saham
Agio saham (additional paid-in capital atauin excess of par value) merupakan
selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal
sahamnya. Misalnya nilai nominal saham biasa per lembar adalah Rp 5.000 dan
saham ini dijual sebesar Rp 8.000 per lembar, maka agio saham per lembar adalah
sebesar Rp 3.000,. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai totalnya yaitu agio
per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual.
2.1.3 Nilai Modal Disetor
Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada perusahaan emitmen untuk ditukarkan dengan saham
preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total
nilai nominal ditambah dengan agio saham. Jika perusahaan mengeluarkan dua kelas
saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, saham preferen disajikan terlebih
dahulu diikuti oleh saham biasa di neraca untuk menunjukkan urutan haknya.
4
2.1.4 Laba Ditahan
Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada
pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan
sebagai sumber data internal. Laba ditahan dalam penyajiannya di neraca menambah
total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa
keuntungan tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik
saham di neraca.
2.1.5 Nilai Buku
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net
assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham.
Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai
buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang
beredar.
Jika perusahaan mempunyai dua macam kelas saham, yaitu saham preferen
dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing-masing
kelas saham ini lebih rumit dibandingkan ji,a hanya mempunyai saham biasa saja.
Perhitungan nilai buku per lembar saham untuk dua macam kelas saham adalah
sebagai berikut.
1. Hitung nilai ekuitas saham preferen
Nilai ekuitas dihitung dengan mengalikan nilai tebus (cail price) ditambah
dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar.jika
nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan. Di dalam
perhitungan ini,agio saham untuk saham preferen tidak di masukkan, karena
pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini walaupun berasal
dari saham preferen, sehingga nilai agio ini di masukkan sebagai tambahan nilai
ekuitas saham.
2. Hitung nilai ekuitas saham biasa.
Nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas
dengan nilai ekuitas saham preferen.
3. Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa
dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
5
2.2 NILAI PASAR
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar
adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
bersangkutan di pasar bursa.
2.3 NILAI INTRINSIK
Nilai fundamental (fundamental value) atau nilai intrinsik (intrinsic value)
yaitu nilai seharusnya dari suatu saham. Sering diajukan pertanyaan berapa nilai
sebenarnya dari harga saham yang diperdagangkan di pasar, nilai sebenarnya itulah yang
disebut nilai intrinsik. Terdapat dua macam analisis yang sering dipergunakan untuk
menentukan nilai intrinsik suatu saham, yaitu:
- Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis)
Pada analisis fundamental, digunakan data fundamental atau data yang berasal
dari keuangan perusahaan (laba, dividen yang dibayarkan, penjualan, dan sebagainya)
dan biasa digunakan oleh akademisi. Analisis fundamental terbagi lagi menjadi dua
pendekatan, yaitu:
o Pendekatan nilai sekarang (present value approach)
o Pendekatan PER (P/E ratio approach)
- Analisis teknis (technical analysis)
Pada analisis teknis, menggunakan data pasar dari saham (harga dan volume
transaksi saham) dan biasa digunakan oleh para praktisi untuk menentukan harga
saham.
Dalam kesempatan ini, akan dibahas mengenai dua jenis pendekatan yang
dilakukan untuk menentukan nilai intrinsik saham menggunakan analisis sekuritas
fundamental (fundamental secutity analysis).
2.3.1 Pendekatan nilai sekarang (present value approach)
Present value approach sering kali disebut dengan metode kapitalisasi laba
(capitalization of income method), hal ini dikarenakan dalam pendekatan ini meliputi
proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan suatu saham yang didiskontokan menjadi nilai
6
sekarang. Karena nilai perusahaan ditentukan oleh prospek perusahaan, dan prospek
perusahaan itu sendiri merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan aliran kas di
masa mendatang, maka nilai perusahaan dapat ditentukan dengan mendiskontokan
nilai-nilai cash flow.
Gambar 1.1 Model diskonto arus kas
Po* = nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)
t = periode waktu ke t dari t=1 sampai dengan
k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan
(required rate of return).
Sebagai alternatif dari arus kas, laba perusahaan (earnings) juga dapat
digunakan dalam menghitung nilai suatu perusahaan karena earnings yang diperoleh
oleh perusahaan dapat ditahan sebagai sumber dana internal (retained earnings) atau
dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan alasan bahwa dividen merupakan arus
pendapatan yang diterima oleh investor, maka arus dividen dapat dianggap sebagai arus
kas yang diterima oleh investor, sehingga dapat pula digunakan untuk menghitung nilai
intrinsik saham dengan mendiskontokan arus dividen masa depan ke nilai sekarang.
Gambar 1.2 Model diskonto dividen (dividend discount model)
Dt = dividen yang dibayarkan untuk periode ke-t
2.3.1.1 Pembayaran Dividen Tidak Teratur
Dividen setiap periode tidak memiliki pola yang jelas, bahkan pada periode
tertentu perusahaan tidak membayar dividen sama sekali, misalnya pada saat periode
kerugian atau periode kesulitan likuiditas). Untuk menentukan nilai instrinsik saham
pada kondisi seperti ini, maka:
Gambar 1.3 Model pembayaran dividen tidak teratur
7
2.3.1.2 Dividen Konstan Tidak Bertumbuh
Banyak ditemui kejadian suatu perusahaan membayar dividen yang konstan dari
waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan berada dalam
keadaan stabil. Untuk menentukan nilai intrinsik saham pada kondisi seperti ini, maka:
Gambar 1.4 Model pertumbuhan nol (zero-growth model)
D = dividen yang dibayarkan
k = bunga diskonto
2.3.1.3 Pertumbuhan Dividen Yang Konstan
Pada kasus dividen yang bertumbuh secara konstan sebesar g dan periode awal
yaitu D0, maka dividen pertama yaitu D0 (1+g) dan periode kedua yaitu D0 (1+g) (1+g)
atau D0 (1+g)2 dan seterusnya. Untuk menentukan nilai intrinsik saham pada kondisi
seperti ini, maka:
Gambar 1.4 Model pertumbuhan dividen yang konstan (Model Gordon)
D1 = dividen per lembar
g = tingkat pertumbuhan dividen
k = bunga diskonto
Asumsi dalam kasus pertumbuhan dividen yang konstan yaitu k (suku bunga
diskonto) harus lebih besar dari g (tingkat pertumbuhan dividen). Model Gordon
tersebut menunjukkan bahwa:
- Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan dividen per
lembar adalah positif, yaitu semakin besar dividen yang dibayarkan maka semakin
besar harga dari saham tersebut.
- Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan pertumbuhan
dividen (g) adalah positif, yaitu semakin besar pertumbuhan dividen maka
semakin besar harga dari saham tersebut.
8
- Hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan tingkat bunga
diskonto (k) adalah negatif, yaitu semakin besar tingkat bunga diskonto maka
semakin kecil harga dari saham tersebut.
2.3.1.4 Harga Jual Akhir
Tidak semua investor menyukai dividen dan berpikiran untuk memegang saham
selamanya. Investor seperti ini pada umumnya mementingkan capital gain
dibandingkan dengan dividen. Capital gain itu sendiri merupakan selisih antara harga
jual saham dengan harga beli nya, jadi dapat dikatakan bahwa capital gain merupakan
keuntungan penjualan saham. Jika investor menjual sahamnya pada periode ke-n
sebesar Pn maka untuk menghitung nilai instrinsik sahamnya yaitu:
Gambar 1.5 Model harga jual akhir
Pn = nilai harga jual dari saham (nilai terminal = nilai akhir yang diterima
investor)
2.3.2 Pendekatan PER
Selain menggunakan arus kas ataupun arus dividen dalam menentukan nilai
fundamental atau nilai intrinsik suatu saham, alternatif lain yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan nilai laba perusahaan (earnings). Untuk menentukan nilai
instrinsik menggunakan nilai earnings, cara yang populer digunakan yaitu pendekatan
PER (price earnings ratio) atau pendekatan earnings multiplier. Pendekatan PER ini
menunjukkan rasio harga saham terhadap earnings, sehingga menyatakan seberapa
besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.
Gambar 1.6 Rumus PER (price earnings ratio)
Gambar 1.7 Rumus PER (price earnings ratio)
P0* = nilai intrisik saham
= PER
9
= Laba bersih per lembar saham yang diestimasi untuk periode selanjutnya
Gambar 1.8 Hasil derivasi rumus PER
D1 = pembayaran dividen
E1 = earnings
k = tingkat pengembalian yang diinginkan
g = tingkat pertumbuhan dividen
Pada persamaan hasil derivasi rumus PER tersebut dapat diketahui faktor-
faktor yang menentukan besarnya PER, yaitu:
- PER berhubungan positif dengan rasio pembayaran dividen terhadap earnings (D1/E1)
- PER berhubungan negatif dengan tingkat pengembalian yang diinginkan (k)
- PER berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan dividen (g)
10
KESIMPULAN
Saham terbagi menjadi tiga jenis yaitu saham preferen, saham biasa, dan saham
treasuri. Saham preferen merupakan saham yang memiliki sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa. Saham yang pada umumnya dikeluarkan oleh suatu perusahaan yaitu saham
biasa. Sedangkan saham treasuri adalah saham yang dibeli kembali oleh perusahaan yang
mengeluarkannya yang kemudian disimpan sebagai treasuri perusahaan dan dapat dijual
kembali oleh perusahaan.
Nilai saham terbagi pula menjadi tiga, yaitu nilai buku dan nilai-nilai lain yang
berhubungan, nilai pasar, dan nilai intrinsik. Untuk menghitung nilai buku suatu saham,
diperlukan juga beberapa nilai yang berhubungan yang perlu diketahui yaitu nilai nominal,
agio saham, nilai modal disetor, laba ditahan, dan nilai buku itu sendiri. Nilai pasar
merupakan harga saham di pasar bursa yang besarannya ditentukan oleh para pelaku pasar.
Dan nilai intrinsik merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Untuk menentukan nilai
intrinsik suatu saham dapat dilakukan dengan dua analisis, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknis. Dalam analisis fundamental digunakan dua pendekatan, antara lain
pendekatan nilai sekarang dan pendekatan price earnings ratio.
11
REFERENSI
Hartono, Jogiyanto. 2014. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kesembilan.
Yogyakarta: BPFE