perspektif modernisasi dalam perubahan sosial

Post on 12-Jan-2017

272 views 9 download

Transcript of perspektif modernisasi dalam perubahan sosial

Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si.Ir. Daru Retnowati, M.Si.

Pertemuan ke-10

(02)

Berdasarkan keragka teori dan metodepengkajiannya, teori modernisasi mampumenurunkan berbagai impliaksi kembijakanpembangunan yang perlu diikuti negara-negaradunia ketiga dalam usaha memodernisasikandirinya, yaitu:

1. Teori modernisasi membantu memberikansecara eksplisit pembenaran hubungankekuatan yang bertolak belakang antaramasyarakat tradisional dan modern.

2. Teori modernisasi menilai ideologikomunisme sebagai ancaman pembangunannegara dunia ketiga. Jika negara duniaketiga hendak melakukan modernisasi,mereka perlu menempuh arah yang telahdijalankan nnegara batrat dan AS, olehkarena itu hendaknya negara dunia ketigaberdiri jauh dari komunisme

3. Teori modernisasi mampu memberikanlegitimasi tentang perlunya bantuan asing,khususnya dari AS. Oleh karena yangdiperlukan negara dunia ketiga adalahkebutuhan investasi produktif danpengenalan nilai-nilai modern, maka ASdan negara barat membantu denganmengirimkan tenaga ahlinya, mendorongpara pengusaha untuk melakukan investasidan memberikan bantuan untuk negaradunia ketiga.

Implikasinya kemudian adalah munculnyagerakan modernisasi. Menurut Schrool (1980),pengertian modernisasi tergantung dari aspekmana menelaahnya:

1. Suatu proses transformasi yang berarti suatuperubahan masyarakat dalam segala aspeknya.

2. Tumbuhnya industrialisasi, berupamunculnya kawasan atau zona industri di manaproduksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi diadakan secara massal.

3. Penerapan pengetahuan ilmiah yag ada kepadasemua aktivitas atau semua bidang kehidupanatau kepada semua aspek masyarakat.

4. Suatu proses yang terjadi pada negara-negaramaju atau negara-negara berkembang,perbedaannya ialah bahwa proses modernisasidi negara berkembang bersifat suatu usahamengejar ketinggalan yang jauh, sertaperubahan radikal dari suatu keadaan sertapenyesuaian diri dengan perubahan sebagaisuatu gejala yang permanen.

5. Secara politik, modernisasi tampak daribertambah luas dan banyaknya tugas-tugasbirokrasi negara dan dalam rasionalismeorganisasinya

6. Secara sosiologis-antropologis, modernisasimengandung pengertian differensiasi danperbesaran skala. Differensisasi berartibertambahnya spesialisasi sesuai dengantuntutan situasi, sedangkan perbesaran skalaialah semakin besarnya jumlah relasi dan atauintensitasnya dalam satuan sosial tertentu.

Schrool melihat bahwa di negara-negaraberkembang relasi-relasi masyarakat desa yangtadinya terasing, dengan cepat bertambahjumlah dan intesnsitasnya, sebaliknya jumlahdan intensitas relasi-relasi di dalam desa-desa itusendiri semakin berkurang. Sifat relasi itu jugaberubah; semula bersifat perorangan dengantidak banyak spesialisasinya, menjadi kurangbersifat perorangan tetapi lebih banyakspesialisasinya.

Modernisasi dikatakan sebagai suatu proses yangterjadi di negara-negara sedang berkembang, olehkarena negara-negara barat telah lebih dulumengalaminya maka sering dikacaukan antarapengertian modernisasi dengan westernisasi,beberapa ahli berpendapat;

1. Koentjaraningrat (1975)Modernisasi = pengembangan sikap

mental berorientasi ke masa depan, berhasratmengeksploitasi lingkungan, menilai tinggikarya manusia dan sikap, lain yang sejenis

Westernisasi = usaha meniru gaya hiduporang barat, seperti; pesta-pesta, minum-minuman keras, gaya bicara dsb

2. Tjondronegoro (1978)Modernisasi = merubah tradisi dan

condong kepada pembaharuan kebudayaanmateriil dahulu (perubahan sikap dansistem nilai) mengikuti kemudian

Westernisasi = mengutamakanteknologi dari barat, Nilai-nilai asingditerima seiring dengan kedatanganteknologi itu.

3. Schrool, berpendapat bahwa pengertianmodernisasi lebih tepat dibandingkandengan westernisasi karena lebihmenampung bentuk-bentuk khusus dalamperkembangan masyarakat. Namun bersama-sama proses modernisasi berlangsungwesternisasi, karena perkembanganmasyarakat modern itu terjadi di daerahkebudayaan barat, sedang di barat itu seringdipandang sebagai satu-satunyakemungkinan yang ada.

Dalam kaitannya dengan pembanguna diperdesaan, modernisasi dipandang olehmasyarakat perdesaan sebagai suatu hal yangtidak menyenangkan, yang sedapat mungkiningin dihindari namun terpaksa diterimawalaupun merugikan kehidupan dan tatacaramereka sendiri. Akan tetapi karena kekuatannasional menghendaki usaha itu lebih kuatmaka masyarakat desa terpaksa menerimanya,di samping kenyataan bahwa usahamodernisasi itu banyak mengandung hal baruyang menarik.

1. Dalam hal gerak pembangunan

Teori evolusi tantang gerak dan arahperkembangan masyarakat disangsikantentang alasan-alasan yang disampaikanuntuk menjelaskan mengapa dunia ketigaharus mengikuti arah pembangunan yangpernah ditempuh negara barat.

Menurut pengkritik, hal ini terjadi karenapara peneliti yang menggunakan teorimodernisasi tersebut merupakan bangsa-bangsa Amerika dan Eropa yang memilikikepercayaan bahwa nilai-nilai budaya merekamerupakan nilai-nilai budaya yang alami danbaik di dunia, dan negara barat merupakanmodel yang diinginkan dan diimpikan olehnegar dunia ketiga. Menurut pengkritik,kepercayaan superioritas barat ini merupakangejala etnosentris.

2. Mengenai nilai tradisionalAsumsi Teori fungsionalisme tentang

pertentangan antara tradisi dan modern tidaktepat. Menurut pengkritik, negara dunia ketigamemiliki seperangkat nilai tradisional yangheterogen, bukan homogen. Sistem nilainegara dunia ketiga ternyata penuh denganelemen konflik, tidak terlalu damai dan stabilseperti yang menjadi asumsi teorifungsionalisme. Nilai-nilai trradisional tidakselalu menghambat modernisasi, contoh:

Nilai tradisional “loyalitas tanpa batas padakaisar”, akan dengan mudah diganti dengan“loyalitas tanpa batas pada perusahaan”,Kritik lain: di satu sisi, modernisasimempengaruhi hilangnya sebagian nilai-nilaiteradisional, tetapi di sisi lain, niali-nilaitradisional juga mempengaruhi modernisasidan terbentuknya nilai-nilai modern

3. Dalam hal metode kajian

Teori modernisasi memiliki kecenderunganuntuk melakukan analisis yang abstrak, tidakjelas periode sejarah dan wilayah negara yangdimaksud, teori modernisasi tidak memilikibatas ruang dan waktu dalam analisisnya.Sedangkan dari sudut pandang ideologis,khususnya Neo-Marxis, teori modernisasi tidaklebih hanya sebagai ideologi perang dinginyang digunakan untuk memberikan legitimasiintervensi AS ke negara dunia ketiga.

4. Dalam kerangka teoritisnya

Teori modernisasi lupa memeprhatikan unsurdominasi asing dalam kerangka teoretisnya,karena fokus analsisinya yang lebihmemperhatikan variabel item, seperti; nilai-nilai tradisional dan kurangnya investasiproduktif. Akibatnya, teori modernisasi hanyasedikit sekali memperhatikan pada dinamikaeksternal, seperti kolonialisme, perusahaanmultinasional, ketidakseimbangan nilai tukarperdagangan, dan ciri-ciri sistem internasional.

Dengan adanya kritik-kritik tersebut, parateoretisi modernisasi melakukan otokritik,dengan tidak segan-segan menghilangkanberbagai asumsi yang kurang atau tidak sahihpada teori modernisasi. Teori modernisasi yangmendapat kritik disebut dengan teorimodernisasi klasik, sedangkan teori yangsetelah mendapat kritik disebut teorimodernisasi modern (baru). Teori modernisasibaru dalam batas-batas teretntu berbeda denganteori modernisasi klasik, antara lain:

1. Teori modernisasi baru sengaja menghindariuntuk memperlakukan nilai-nilai tradisionaldan modern sebagai dua perangkat sistemnilai yang secara total bertolak belakang.Menurut teori modernisasi baru, dua perangkatsistem nilai tersebut bukan saja dapatberdampingan, tetapi dapat salingmempengaruhi dan bercampur satu sama lain.Nilai tradisional dapat memberikan sumbanganpositif, sehingga teori baru ini memberikanbanyak perhatian pada pengkajian nilai-nilaitradisional, seperti; familiisme, agama rakyat,budaya lokal dan sebagainya.

2. Secara metodologis, teori ini tidak lagibersandar teguh pada analisis yang abstrakdan tipologi, tetapi cenderung untukmemberikan perhatian yang seksama padakasus-kasus nyata. Karya baru ini lebih jernihmenanyakan berbagai kemungkinan dan sebabmengapa seperangkat paranata sosial yang samamemainkan peran yang berbeda pada negara yangberbeda.

3. Sebagai akibat dari perhatiannya terhadapsejarah dan analisis kasus nyata, hasil kajianteori baru ini tidak memiliki lagi anggapantentang gerak satu arah pembangunan yangmenjadikan barat sebagai salah satu model,sebagai gantinya, teori ini menerimakenyataan bahwa negara dunia ketiga dapatmemiliki kesempatan untuk menempuh arahdan menentukan model pembangunannyasendiri.

4. Teori modernisasi baru lebihmemperhatikan perhatian pada faktoreksternal (lingkungan internasional),sekalipun perhatiannya masih pada faktorinternal. Selain itu teori baru inimemperhatikan pada faktor konflik, bahkansering diintegrasikan dengan baik faktorkonflik, dominasi ideologi, dan perananagama.

Perbandingan antara teori modernisasi klasikdan teori modernisasi baru

TEORIModernisasi Klasik Modernisasi Baru

Persamaan:1. keprihatinan Negara dunia ketiga2. Tingkat analisis Nasional3. Variabel pokok Faktor internal: nilai-nilai budaya, pranata sosial4. Konsep pokok Tradisional dan modern5. Implikasi kebijaksanaan Modernisasi memberikan manfaat positifPerbedaan1. Tradisi Sebagai penghalang

pembangunanFaktor positifpembangunan

2. Metode Kajian Abstrak dan konstruksitipologi

Studi kasus dananalisis sejarah

3. Arah pembangunan Garis lurus dan AS sebagaimodel

Berarah dan bermodelbanyak

4. Faktor ekstern &konflik

Tidak memperhatikan Lebih memperhatikan