Post on 14-Aug-2021
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Otentisitas Hadis Di Kalangan Syiah (Kajian Hadis-
hadis Akidah)” yang disusun oleh Abdullah Ma‟ruf dengan nomor induk
212410485 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh
pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang
munaqasyah.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Sahabuddin, MA Dr. Ahmad Fudhaili, MA
Tanggal : Tanggal :
ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul “Otentisitas Hadis di Kalangan Syiah (Kajian Hadis-hadis
Akidah)” yang disusun oleh Abdullah Ma‟ruf dengan nomor induk
212410485 telah diujikan di sidang munaqasyah Program Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta pada tanggal 14 Bulan Januari Tahun
2016. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Magister Agama (MA) dalam bidang Ilmu Agama Islam Konsentrasi
Ulum al-Qur`an dan Ulum al-Hadis.
Jakarta , 14 Januari 2016
Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Dr. KH.Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Panitia Ujian
Tanda tangan
(Dr. KH.Ahmad Munif Suratmaputra, MA) ...........................
Ketua Sidang
(Prof. Dr. KH. Said Agil Husen Al-Munawar, MA) ...........................
Penguji I
(Dr. H. Nadratuzzaman, M. Sc, M. Ec) ...........................
Penguji II
(Dr. Sahabuddin, MA ) ...........................
Pembimbing I
(Dr. Ahmad Fudhaili, MA) ...........................
Pembimbing II
(Dr. Ahmad Fudhaili, M. Ag.) ...........................
Sekertaris
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Abdullah Ma‟ruf
Tempat/tanggal lahir : Pati, 04 Mei 1985
NIM : 212410485
Jurusan/konsentrasi : Ilmu Al-Qur`an dan Hadis
Menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Otentisitas Hadis Di Kalangan
Syiah :Kajian Hadis-hadis Akidah” adalah benar-benar asli karya saya
kecuali kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam
karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 10 September 2015
Abdullah Ma‟ruf
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilâhî Rabbi al-„âlamîn Allah
subhânahu wa ta‟âlâ atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga sehingga
penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Tanpa izin-Nya pasti tesis ini
tidak akan terwujud.
Shalawat serta salam semoga selalu Allah limpahkan kepada kekasih
dan utusan-Nya Nabi Muhammad shalla Allah „alaihi wa sallam, junjungan
kita dan tauladan bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulliah dengan izin-Nya penulisan tesis ini telah selesai.
Meskipun pengerjaan tesis ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu
sekitar satu tahun, namun penulis yakin dalam tesis masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat memohon kasih
sayang dan rahmatnya serta maghfirah-Nya dengan sangat mengharapkan
keridhaan-Nya atas segala usaha dan ijtihad dalam penulisan tesis ini.
Dalam penyelasian tesis ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak baik yang bersifat moril maupun materiil baik secara langsung maupun
tidak, dengan rasa hormat saya haturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jaarta, Prof. Dr. Hj.
Huzaemah Tahido Yanggo, MA.
2. Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Dr.
K.H. Munif Suratmaputra, MA. beserta jajarannya.
3. Bapak Dr. Syahabuddin, MA dan Bapak Dr. Ahmad Fudhaili, MA
yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, arahan, motifasi serta saran kepada penulis sehingga
bisa menyelesaikan tesis ini.
4. Segenap dosen yang dengan sabar membimbing kami hingga
akhir kuliah yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
5. Khusus kepada Kedua orang tua kami yang sangat kami sayangi,
ayahanda Bapak Ahmad Suhaily Ya‟qub dan Ibunda Ibu Imronah,
kami sangat menantikan doa dan ridha dari keduanya.
6. Belahan jiwa penulis, istri tercinta Irsyadah Musthofiyah, yang
selalu mensuport dan membantu penulis hingga tesis ini selesai.
7. Tesis ini penulis persembahkan kepada buah hati penulis,
Muhammad Zakariyya al-Anshori, penulis sangat berharap kelak
dia akan menjadi orang shalih dan alim.
8. Semuat sahabat-sahabat di kelas pasca IIQ, terima kasih atas
segala bantuannya. Semoga sukses semua.
v
9. Semua pihak yang mungkin penulis lupa yang telah membantu
dan mendoakan penulis hingga tesis ini rampung
Semoga mereka semua selalu mendapatkan rahmat Allah swt, diampuni
dosa-dosanya, diangkat derajatnya, dilapangkan rizkinya dan dikumpulkan
kembali bersama kelak di dalam jannah-Nya, amiiin ya Rabb al-„âlamin.
Tangerang Selatan, 10 Agustus 2015
Penulis
Abdullah Ma‟ruf
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................iv
DAFTAR ISI .............................................................................................vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ...............................................................viii
ABSTRAK ................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan
Masalah..........................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……................…...……8
D. Tinjauan Pustaka…………………………...……….….8
E. Metodologi Penelitian………………....……………… 10
F. Sistematika pembahasan……………………………..…12
BAB II SEJARAH SYIAH DAN SEKTE-SEKTENYA
A. Pengertian Syiah …………..………............................. 14
1. Makna Syiah Secara Bahasa................................. 14
2. Makna Syiah Secara Istilah................................... 16
3. Makna Syiah Dalam Al-Qur`an............................. 18
B. Sejarah munculnya Syiah ….……………………..….. 23
C. Sekte-sekte dalam Syiah …………………………........ 29
BAB III HADIS DALAM SYIAH
A. Istilah-istilah Hadis Dalam Syiah ….……………….....49
B. Pembukuan Hadis Dalam Prespektif Syiah ……….…. 51
C. Ilmu Hadis Dalam Syiah ….……………...…………... 52
1. Klasifikasi Hadis Dalam Syiah ............................. 54
2. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitasnya........ 55
3. Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kualitasnya .......... 56
4. Macam-macam Hadis Secara Umum .....................64
5. Macam-macam Hadis Dha‟îf ................................. 71
D. Kitab-kitab Hadis Kaum Syiah ..................................... 75
1. Kitab Pokok Hadis Syiah ....................................... 75
a. Al-Kâfî Karya Al-Kulainî .................................. 75
2. Kitab Ilmu Hadis dan Ilmu Rijâl al-Hadis ............. 81
3. Kitab Rijâl Hadis .................................................. 81
E. Kaedah pentashihan Hadis dalam Syiah ..................... 83
vii
1. Kritik Sanad ......................................................... 83
2. Kritik Matan ......................................................... 89
BAB IV OTENTISITAS HADIS-HADIS AKIDAH SYIAH
TENTANG IMÂMAH BERDASARKAN KAIDAH HADIS
SYIAH
A. Pengertian Imâmah ......................................................92
B. Rukun Islam ............................................................... 98
C. Kewajiban Beriman Kepada Imam .............................117
D. Kewajiban taat kepada imam.......................................133
E. Imam sebagai Khalîfah Allah di Muka bumi ...............147
F. Imam Sebagai Tiangnya Bumi .................................... 151
G. Imam Ma‟shûm ...........................................................157
H. Kedudukan Imam Setara Dengan Rasulullah saw ........159
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………..……………………...…..162
B. Saran-saran……………………...………………..…..163
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 164
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Aksara
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif - tidak dilambangkan ا
Ba B Be ب
Ta T Te ت
Tsa Ts Te dan Es ث
Jim J je ج
Ha H حHa (dengan garis di
bawahnya)
Kha Kh Ka dan Ha خ
Dal D De د
Zal DZ ذZet dengan garis di
bawahnya
Ra R Er ر
Za Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan Ye ش
Shad Sh Es dan Ha ص
Dhad Dh De dan ha ض
Tha Th Te dan Ha ط
Zha Zh Zet dan Ha ظ
„ Ain„ عKoma terbalik di atas
Ghain Gh Ge dan Ha غ
Fa F Ef ف
Qaf Q Ki ق
ix
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha H Ha ه
Hamzah ` Apostrof ء
Ya y Ye ي
B. Vokal
1. Vokal Tunggal atau Monoftong
Volkal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat
ditrasliterasikan sebagai berikut:
Tanda
Vokal Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
Nama
-- -- A Harakat Fathah A
-- -- I Harakat Kasrah I
---- U Harakat Dhammah U
2. Vokal Rangkap atau Diftong
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antar
harakat dan huruf ditransliterasikan sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan Nama
”Au Huruf “A” dan “U -- --وFathah
dan wau
”Ai Huruf “A” dan “I -- --يFathah
dan ya
x
C. Maddah atau Vokal Panjang
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf
ditransliterasikan sebagai berikut:
Tanda
Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin keterangan Nama
……
ا… Â huruf “A” dengan topi
di atas Fathah dan Alif
….ي…
Î huruf “I” dengan topi
di atas Kasrah dan ya
…..و….
Û huruf “U” dengan topi
di atas Dhammah dan wau
xi
Abstrak
Ajaran Syiah disinyalir memiliki paham atau akidah yang berbeda
dengan umat Islam bahkan dianggap menyalahi atau bertentangan dengan Al-
Qur`an dan Hadis. Akidah Syiah tersebut semuanya bersumber kepada
Hadis-hadis Syiah yang sangat berbeda dengan Hadis Sunni. Hadis-hadis
yang dijadikan rujukan utama mereka berasal dari empat kitab induk, yaitu
al-Kâfî, karya Muhammad Ya‟qûb al-Kulaynî (w. 329 H), Man lâ
Yahdhuruhu al-Faqîh oleh Muhammad bin Bâbawaih al-Qummî (w. 381),
Kitâb at-Tahdzîb dan Kitâb al-Istibshâr, keduanya oleh Muhammad ath-
Thûsî (w. 460 H). Namun di antara empat kitab tersebut yang paling utama
adalah kitab al-Kâfî karya Muhammad Ya‟qûb al-Kulaynî, karena di
kalangan Syiah kitab ini dianggap paling otoritatif dalam bidang hadis
dibanding yang lain, dan kitab ini pula yang lebih banyak memuat tentang
akidah-akidah Syiah dari pada kitab yang lain. Hadis-hadis Syiah juga sangat
berbeda dengan Sunni karena Syiah memiliki pemahaman yang berbeda
dengan Sunni.
Karena perbedaan yang sangat mencolok tersebut, banyak pihak
Sunni yang menganggap Syiah sebagai ajaran yang sesat, dan kerap juga
dianggap bukan bagian dari Islam. Banyak pihak Sunni yang sudah
melakukan kritik terhadap ajaran Syiah. Para ulama dan akademisi Sunni
tersebut mengkritik habis ajaran Syiah dan menganggap ajaran tersebut sesat
dan banyak yang bertentangan dengan Al-Qur`an. Namun kritik tersebut oleh
orang Syiah tidak diterima dan dianggap tidak obyektif karena kritik tersebut
menggunakan sudut pandang dan metode Sunni, sedangkan dalam Syiah
memiliki metode tersendiri dalam menilai validitas suatu hadis.
Oleh karena itu, penulis menganggap perlu melakukan sebuah
penelitian atau kajian untuk menilai keotentikan hadis-hadis Syiah yang
berkaitan dengan akidah dan mengkaji problematika di dalam Hadis Syiah
dengan menggunakan metode kritik hadis yang digunakan dalam Syiah.
Penilitian ini bertujuan untuk semakin menguatkan kritik Sunni terhadap
Syiah yang mana ajarannya banyak dianggap telah keluar dari ajaran Islam.
Pengertian Hadis dalam Syiah adalah suatu kalam (cerita) yang di
dalamnya menceritakan tentang ucapan al-ma‟shûm, tindakannya, dan taqrîr-
nya. Adapun riwayat dari Rasulullah saw yang tidak melalui para imam tidak
dapat diterima. Oleh karena itu hadis-hadis Sunni tidak diterima oleh Syiah
karena banyak yang tidak melalui imam-imam Syiah. Pandangan mereka
terhadap sahabat juga berbeda dengan Sunni karena bagi Syiah tidak semua
sahabat adil. Berbeda dengan sunni yang menganggap semua sahabat adil
dalam meriwayatkan hadis. Bagi Syiah hanya beberapa sahabat saja yang
riwayatnya dapat diterima. Adapun pembagian hadis menurut Syiah terbagi
menjadi empat, yaitu sahih, hasan, muwatstsaq dan dha‟îf.
xii
Di antara akidah Syiah yang merupakan unsur dasar dalam ajaran ini
dan juga yang membedakannya dengan Sunni adalah masalah imâmah. Bagi
Syiah imâmah/wilâyah merupakan salah satu rukun Islam. Imâmah juga
dianggap wajib yang harus diayakini oleh umat Islam, dan bagi siapa yang
mengingkarinya maka orang tersebut dianggap kafir. Selain itu, bagi Syiah
juga wajib taat kepada imam selain taat kepada Allah swt dan rasul-Nya.
Kaum Syiah dalam menilai dan mensifatinya sangat berlebihan, mereka
menganggap para imam memiliki kedudukan yang sejajar dengan Rasulullah
saw bahkan sampai melebihinya. Kaum Syiah juga menganggap para imam
sebagai khalifah Allah, imam sebagai tiang bumi, dan juga ma‟shûm.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam tesis ini, penulis
menyimpulkan bahwa hampir semua hadis-hadis tentang hal tersebut
sanadnya bermasalah. Selain itu, hadis-hadis tersebut juga bertentangan
dengan Al-Qur`an. Oleh karena itu status hadis-hadis tersebut berdasarkan
kaidah kritik hadis Syiah hukumnya adalah dha‟îf.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hadis-hadis tentang
akidah Syiah tidak dapat digunakan sebagai argumen dalam akidah mereka.
Penelitian ini juga semakin menguatkan anggapan bahwa hadis-hadis Syiah
khususnya mengenai akidah hanyalah buatan kaum Syiah yang kemudian
disandarkan kepada imam-imam mereka. Selain itu, kaum Syiah yang
meyakini hadis-hadis tersebut sehingga menganggap kafir bagi umat Islam
yang tidak mempercayainya, maka sesungguhnya merekalah golongan yang
dianggap sesat oleh kaum Sunni.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Munculnya Syiah1 di Indonesia masih menjadi kontroversi di
kalangan masyarakat, ada yang menolak dan ada pula yang menerimanya.
Sunni2 sebagai golongan mayoritas di Indonesia masih belum bisa menerima
sepenuhnya keberadaan Syiah. Sumber kontroversi tersebut terletak pada
akidah yang mana menjadi dasar-dasar ajaran Syiah.
Salah satu yang menjadi perdebatan sengit antara Sunni dan Syiah
adalah masalah imâmah. Imâmah dalam akidah Syiah ada yang mengartikan
kepemimpinan dalam segenap urusan baik dalam agama maupun lainnya
yang diemban oleh seseorang yang mewakili atau menggantikan posisi Nabi
Saw.3 Pemimpin yang dimaksud disebut sebagai imam yang berjumlah dua
belas, mereka adalah Alî bin Abî Thâlib dan keturunannya yang dari istri
Fatimah binti Rasulillah.4 Keyakinan mereka ini berdasakan hadis sahih baik
dalam hadis Sunni maupun Syiah yang menyatakan bahwa khalifah setelah
Nabi saw. yang dapat membawa kejayaan Islam adalah dua belas khalifah.5
Dengan hadis inilah mereka menganggap bahwa ajaran mereka adalah benar.
1 Yaitu salah satu aliran dalam Islam yang menganggap Ali bin bin Abi Thalib
sebagai orang yang paling berhak menggantikan Rasulullah Saw. Mereka juga menamakan
dirinya sebagai Pecinta Ahlu Bait. Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya
pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Yaitu kelompok yang memihak kepada Ali dan sangat memuliakannya beserta keturunannya.
Lihat Joesoef Sou‟yb, Aliran-aliran Sekte Syiah, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1982), h. 9 2 Sunni adalah istilah lain untuk Ahlus Sunnah yaitu kelompok dalam Islam yang
mengikuti dan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dan
orang-orang yang mengikutinya baik dalam perkataannya, akidah maupun perbuatannya.
Mereka adalah kelompok mayoritas tetap istiqamah berpegang teguh kepada sunnah dan
mengikuti para sahabat dan akan tetap ada sampai hari kiamat, lihat Lihat Abdullah bin
Abdul Humaid al-Atsri, al-Wajîiz fi „Aqîdah as-Salaf as-Shâlih Ahlis-Sunnah wa al-
Jamâ‟ah,( Arab Saudi: Wazârah Syu‟ûn al-Islâmiyyah wa al-Auqâf wa ad-Da‟wah wa al-
Irsyâd, 1422 H), h. 25 3 Hasyim al-Musawi, The Syia Mazhab asal-usul dan keyakinannya, (Jakarta:
Lentera, 2008), cet. 1, h. 129 4 Adapun dua belas imam yang dimaksud adalah :1. Alî bin Abî Thâlib (w. 40 H), 2.
Hasan bin Alî (w. 50 H), 3. Husain bin Alî (w. 60 H), 4. Zain al-„Âbidin as-Sajjâd (w. 95 H),
5. Muhammad al-Bâqir (w. 114 H), 6. Ja‟far ash-Shâdiq (w. 148), 7. Mûsâ al-Kâzim (w.183),
8. Alî ar-Ridhâ (W. 203 H), 9. Muhammad at-Taqî (al-Jawâd) (W.220 H), 10. Alî al-Hâdî
(W. 254 H), 11. Hasan al-Askarî (W. 260 H), 12. Mahdi al-Muntazhar (sedang ghaib). Lihat
Tim penyusun, Ahl al-Bait; Maqâmuhum, Manhâjuhum, Masaruhum, (Teheran: al- Majma‟
al-Alamî li ahl al-Bait as., 1992) cet. III, h. 99-100. 5 Hadis “Dua belas khalifah” merupakan hadis yang sangat penting bagi akidah
kaum Syiah. Hadis ini diriwayatkan juga oleh Muslim dan diakui keshahihannya oleh Sunni,
hadisnya sebagaimana berikut :
2
Imâmah memiliki dampak yang besar dalam akidah Syiah. Karena
paham inilah banyak kalangan Syiah yang mencela para sahabat, bahkan
sampai mengkafirkannya. Mereka menganggap bahwa orang yang paling
berhak menduduki singgasana kekhakifahan adalah Alî bin Abî Thâlib,6
sehingga Abû Bakar, Umar bin Khattâb dan „Usmân bin „Affân yang
diangkat menjadi khalifah sebelum Alî bin Abî Thâlib dianggap telah
عت جات حشب قال س اك ت س ح ع سه اد ت خانذ الأصدي حذثا ح ذاب ت شج "حذثا س ش ت عت سسىل انه عشش خهفح » قىل -صه الله عه وسهى-قىل س لا ضال الإسلاو عضضا إن اث
ها فقهت لأت يا قال فقال «. ح نى أفه قشش » ثى قال كه «."كههى يLihat Muslim, Shahîh Muslim, Kitâb Imârah, Bâb an-Nâs Taba‟a li Quraysy wa al-Khilâfah
fi Quraysy, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah,2006) cet. IV, h. 730 6 Kisah Ghadîr Khum bagi Syî‟ah Ja‟fariyah (Itsnâ „Asyariyah) dianggap sebagai
landasan utama tentang imâmah. Mereka berpendapat bahwa Rasulullah Saw. ketika berada
di Ghadîr Khum setelah pulang dari haji wadâ‟, menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa
orang yang mendapatkan wasiat dan bakal menjadi khalifahnya adalah Alî bin Abî Thâlib.
Hadis Ghadîr Khum diriwayatkan dalam berbagai riwayat dengan redaksi yang berbeda-
beda. Di antaranya hadis panjang yang diriwayatkan oleh ath-Thabrânî, dan potongan
hadisnya sebagaimana berikut:
حانش ذثع ت شص اث اانق اجانس ح ت اشكص و يشضحان الله ذثع ت ذحي اثذح اءشىان هس ت ذعس اث شىجان ساوسي ت ىاسقان ت ذحأ اثذحو( ح) ت ذص اث اانق طاسىان ا قال :الق اسفغان ذسأ ت حفزح ع: مفانط تأ ع رىتشخ ت فوشعي اث اطأان سحان
، اناط أها" )سسىل الله صه الله عه وسهى( إ انه ؤيين يىن وأا ، يىلا تهى أون وأا ، ان ، أفسهى ي وال انههى ، عها ع ، يىلا فهزا يىلا كت ف وعاد ، والا ي : قال ثى عادا ي وإكى ، فشطكى إ ، اناط أها ا" واسدو يا أعشض حىض ، انحىض عه ، وصعاء تصشي ت قذحا انجىو عذد ف حين سائهكى وإ ، فضح ي تشدو عه ع تخهفى كف فاظشوا ، انثقه
ا كتاب الأكثش انثقم ، فه سثة ، وجم عض انه تذ طشف ، انه سكىا ، تأذكى وطشف فاست لا تم وعتشت ، تثذنىا ولا تضهىا ، تت أ فئ ا انخثير انهطف ثأ أه شدا حت قضا ن عه
" انحىضLihat Sulaimân bin Ahmad at-Thabrânî, al-Mu‟jam al-Kabîr, Bab Hâ`, Hudzayfah bin al-
Yamân Yuknâ Abâ „Abdillâh al-„Absî juz. 3, (Maushul: Maktabah al-„Ulûm wa al-Hikam,
1983) cet. 2, h. 180.
3
merampas hak „Alî, bahkan banyak juga yang mengkafirkan sahabat-sahabat
yang mulia tersebut.7
Mereka juga meyakini bahwa para Imam dua belas adalah ma‟shûm,8
sebagaimana para nabi.9 Selain itu mereka juga meyakini bahwa para imam
mendapatkan wahyu sebagaimana Nabi Muhammad saw. Dengan begitu
para imam memiliki posisi yang sejajar dengan Nabi Muhammad saw.
sebagai sumber syariat. Oleh karena itu, dalam ilmu hadis Syiah sumbernya
bukan hanya dari Nabi Muhammad saw. saja akan tetapi juga dari para imam
dua belas yang telah diyakini ke-ma‟shûm-annya sehingga terjaga dari
kesalahan dan dosa.10
Namun teori ilmu hadis seperti ini memunculkan dugaan bahwa
apabila hadis hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad saw saja maka
akan berakibat sedikitnya hadis yang menjadi rujukan kedua setelah Al-
7 Mereka menganggap para sahabat telah menentang perintah Rasulullah Saw. dan
menganiaya „Alî karena telah merampas haknya, begitu juga dengan keluarga Rasulullah
Saw. khususnya Fatimah karena tidak mendapatkan warisan dari Rasulullah saw, oleh karena
itu mereka semua adalah perampas, kafir, munafik dan pendusta. Begitu juga semua orang
yang menyetujuinya. Lihat Abdul Mun‟eim an-Nemr, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi‟a,
( t.k, Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988), h. 96. 8 Yang dimaksud dengan ma‟shûm adalah terpelihara dari segala maksiat, adapun
perinciannya mengenai empat hal, yaitu:
1. Masalah akidah, umat Islam sepakat bahwa para nabi terjaga dari kufur kecuali
golongan dari khawarij yang menganggap para nabi juga dapat menjadi kufur.
2. Masalah syariat dan hukum dari Allah. Umat Islam sepakat bahwa para nabi
tidak akan merubah dan berkhianat dengan sengaja maupun lupa.
3. Masalah fatwa, tidak mungkin para nabi salah dalam mengeluarkan keputusan
(fatwa).
4. Hal-hal yang berkaitan dengan tindakan dan ucapannya.
Lihat Fakhr ar-Râzî, „Ishmah al-Anbiyâ`, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1409 H), cet.
Ke 2, h. 26-27. 9 Bagi Sunni, yang memiliki sifat ma‟shûm hanyalah para nabi, namun menurut Syiah
para imam juga diyakini termasuk orang-orang yang ma‟shûm, bahkan menurut Syiah yang
ekstrim kedududkan para imam lebih tinggi dari pada para rasul kecuali Nabi Muhammad
saw. lihat Muhammad Hâris Suhaymî, Tautsîq as-Sunnah baina as-Syî‟ah al-Imâmiyah wa
Ahlu as-Sunnah fî Ahkâm an-Nikâh, (Singapur: Dâr as-Salâm, 2003), h. 7-8 10
Ja‟far as-Subhâni, Ushûl al-Hadîts wa Ahkâmuhu fî „Ilmi ad-Dirâyah (Qum:
Muassasah al-Imam Ash-Shâdiq, 1419 H), h.19. Hadis menurut Syiah adalah perkataan,
perbuatan dan taqrîr dari al-ma‟shûm, dan yang dimaksud dengan al-ma‟shûm adalah Nabi
Muhammad Saw. dan para imam dua belas. Bahkan menurut Syiah Imâmiyah tidak ada
perbedaan antara yang dikatakan para imam ketika kecil maupun ketika sudah baligh. ulama
kontemporer Syiah mengatakan “Sesungguhnya keyakinan akan kema‟shûman para imam
telah membuat hadis-hadis yang berasal dari mereka serta-merta menjadi sahih, tanpa
harus mempersyaratkan adanya persambungan sanad sampai Rasulullah saw, sebagaimana
yang dipersyaratkan di kalangan Ahl as-Sunnah.”lihat Fayyadh, Abdullah, Tarikh al-
Imâmiyah wa Aslâfihim min asy-Syiah (Beirut: Mu‟assasah al-A‟lamy li al-Mathbu‟ah, 1986
M). Cet. III. hal. 158
4
Qur`an. Hal ini diakibatkan kecerobohan mereka sendiri yang telah menolak
riwayat-riwayat para sahabat kecuali hanya beberapa sahabat saja yang
dianggap dekat dengan Alî bin Abî Thâlib.11
Tentu dengan hanya beberapa
sahabat saja yang diterima riwayatnya banyak hadis yang tidak terpakai dan
hanya sedikit saja yang diterima mereka. Dengan sedikit hadis pasti tidak
akan mencukupi kebutuhan referensi mereka dalam syariah. Oleh karena itu
untuk memenuhinya mereka membutuhkan sumber lain yang banyak dari
selain Nabi Muhammad Saw. maka dijadikanlah imam dua belas tersebut
sebagai sandaran akidah dan syariat mereka.
Pemahaman seperti ini bagi Sunni tentu dianggap sebagai
penyimpangan, namun bukan berarti Syiah tidak memiliki dasar, pemahaman
seperti ini dilandaskan kepada hadis-hadis yang tercantum dalam kitab-kitab
hadis Syiah.12
Adapun mengenai kitab hadis yang menjadi rujukan utama
kaum- Syiah, terdapat empat kitab utama yaitu:
1. Al-Kâfî (انكافي), karya Muhammad Ya‟qûb al-Kulainî (w. 328 H).
2. Man lâ Yahdhuruhu al-Faqîh (ي لا يحضش انفق) karya Muhammad
bin Bâbawaih al-Qummî (w. 381). 3. Tahdzîbal-Ahkâm (تهزة الاحكاو) karya Muhammad ath-Thûsî (w.
460 H) 4. Al-Istibshâr ( الاستثصاس) , karya Muhammad ath-Thûsî (w. 460 H).
11
Mereka menolak hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat-sahabat yang
memihak kepada Abû Bakar, „Umar dan „Utsmân. Begitu juga para tâbi‟în yang menyetujui
kekhalifahan Abû Bakar, „Umar dan „Utsmân tidak diterima riwayatnya. Kaum Syiah hanya
mengambil hadis-hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang jelas-jelas mendukung Ali
seperti al-Miqdâd, Abû Dzar, Salmân al-Fârisî dan „Ammâr. Lihat Abdul Mun‟eim al-Nemr,
Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi‟a, h. 97. 12
Bahkan hadis-hadis yang dijadikan dasar akidah Syiah juga terdapat dalam kitab-
kitab Sunni, Salah satunya adalah hadis yang menjadi dasar dijadikannya imam dua belas
sebagai landasan syariah dalam hadis ats-tsaqalain sebagaimana berikut:
حانش ذثع اثذح حانش ذثع ت شص ا: الق ىاتانص سحان ت سحان ت ذص ا: الق اءشانى ت ىتزخا ا اي ىكف تكشت ذق اطا انها قال شاتج ع ، تأ ع ، ذحي ت شفعج ع ، اطأان تت ما تشتعو الله ابتىا : كهضت ن
(Wahai para manusia sungguh telah aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang apabila
kalian mengambilnya maka kalian tidak akan tersesat: yaitu kitab Allah dan keturunan
keluargaku)
Lihat ath-Thabrânî, al-Mu‟jam al-Awsath, juz. 5, (Kairo: Dâr al-Haramain, tt), h. 89
5
Namun di antara empat tersebut yang paling utama adalah kitab al-Kâfî,13
karya Muhammad Ya‟qûb al-Kulainî, karena di kalangan Syiah kitab ini
dianggap paling otoritatif dalam bidang hadis dibanding yang lain. Adapun bagi Sunni kitab-kitab hadis Syiah tersebut tidak dapat
diterima karena metodologi ilmu hadisnya berbeda dengan Sunni.14
Bahkan
dalam konsep ilmu hadis Sunni apabila terdapat perawi yang beraliran Syiah
maka riwayatnya ditolak kecuali beberapa perawi Syiah yang dapat
dipercaya.15
Hal ini dikarenakan aliran Syiah termasuk aliran yang fasiq
sehingga riwayatnya ditolak.
Dengan begitu banyaknya perbedaan antara Sunni dan Syiah dalam
segala bidang, baik dalam akidah, tafsir hadis maupun yang lain, sering
menimbulkan gesekan antara keduanya. Bahkan banyak kalangan dari Sunni
yang menganggap bahwa Syiah merupakan golongan di luar Islam.16
13 Al-Kâfi merupakan kitab hadis Syiah yang ditulis oleh al-Kulainî. Dibagi menjadi
tiga bagian: Pertama, al-Ushûl, yaitu hadis-hadis mengenai dasar-dasar agama dan prinsip-
prinsip di mana hukum agama berpijak. Kedua, al-furû‟, yaitu hadis-hadis yang yang
memperinci hukum agama secara detail. Ketiga, ar-Raudhah. 14
Berbeda dengan pengertian hadis dalam Syiah, hadis dalam Sunni adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw baik mengenai ucapan, tindakan,
ketetapan atau sifatnya. Mahmûd al-Thahhan, Taisîr Musthalâh al-Hadîts, (t.k.: Dâr al-Fikr,
t.t.), hal. 14. Sedangkan hadis dapat dianggap sahih apabila memenuhi lima syarat, yaitu : 1.
Memiliki sanad muttashil, 2. Tidak syâdz, 3. Tidak ber-„illah. 4. Diriwayatkan oleh orang-
orang yang „âdil. 5. Berdaya ingat kuat serta dapat dipertanggungjawabkan. Lihat
Muhammad Zarqânî al-Mâlikî, Syarh Manzûmah al-Baiqûniyyah fî „Ilmi Musthalah al-
Hadîts, (Beirut: Dâr al-Masyâri‟, 2001), h. 13. 15
Perawi Syiah ditolak riwayatnya karena dianggap tidak adil, yang mana salah satu
syarat adil tidak boleh pelaku bid‟ah, dan penganut Syiah dianggap sebagai pelaku bid‟ah.
Namun Para ulama tidak begitu saja menolak riwayat Syiah, menurut imam adz-Dzahabi (w.
748 H), bid‟ah itu ada dua jenis; bid‟ah kecil seperti tasyayyu‟ yang tidak ekstrim dan
akidahnya masih lurus. Hal ini banyak terjadi pada kalangan tâbi‟în dan tâbi‟ at-tâbi‟în, akan
tetapi mereka tetap merupakan sosok yang agamis, wara‟ dan jujur. Maka riwayat-riwayat
mereka dapat diterima, karena jika hadis mereka ditolak maka akan banyak yang hilang dari
hadits-hadits Nabi saw dan tentunya ini merupakan kerusakan yang besar. Kemudian yang
kedua adalah bid‟ah yang besar seperti kaum Rafidhah yang menolak kekhilafahan Abu
Bakar dan Umar secara total, bersikap ekstrim dan melaknat keduanya. Maka
periwayatannya tidak bisa menjadi hujjah dan tidak ada kemuliaan bagi mereka. Kalangan
ini menjadikan dusta sebagai syi‟arnya dan taqiyah serta kemunafikan sebagai selimutnya.
Bagaimana bisa keadaan mereka yang seperti ini bisa diterima. Jelas tidak bisa. Lihat Adz-
Dzahabi, Mîzân al-I‟tidâl fiî Naqd ar-Rijâl, Juz. 1, (Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, tt), h. 5 16
Salah satu yang menganggap Syiah sesat adalah Forum Ulama Ummat Indonesia
(FUUI), MUI sendiri mengeluarkan fatwa pada tanggal 7 Maret 1984 yang isinya himbauan
kepada umat muslim supaya waspada terhadap ajaran Syiah karena perbedaan pokok dengan
ajaran Ahlussunnah Wal Jama‟ah, bahkan dalam satu forum yang dihadiri oleh berbagai
ormas-ormas Islam, menyatakan bahwa Syiah merupakan kelompok yang sesat, lihat Tim
penulis MUI Pusat, Mengenal dan mewaspadai Penyimpangan Syi‟ah di Indonesia, (t.k.:
Nâsir as-Sunnah, 2013), h. 119-120. NU sendiri sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia
secara kelembagaan menyatakan Syiah tidak sesat, namun fakta di lapangan berkata lain,
6
Tentunya tuduhan ini bukan tanpa landasan, banyak sumber rujukan Syiah
seperti hadis yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti kredibilitas hadis-
hadis Syiah yang menjadi dasar akidahnya dengan menggunakan metodologi
(kritik hadis) Syiah, dengan maksud untuk menegaskan kembali kritik
terhadap hadis-hadis Syiah namun dengan menggunakan mentode kritik
hadis Syiah, sehingga diharapkan penelitian ini akan menghasilkan sebuah
kajian yang obyektif dalam menilai hadis-hadis yang bermasalah bukan
karena apriori dan juga bukan berdasarkan fanatisme belaka. Dengan begitu,
diharapkan hasil dari penelitian ini dapat mengungkapkan kredibilitas hadis-
hadis Syiah yang dijadikan pedoman dalam akidahnya.
Adapun mengenai perkembangan ilmu hadis Syiah, pada masa
permulaan mereka belum menetapkan kaedah kritik hadis untuk menguji
kualitas hadis yang terdapat kitab hadis pegangan mereka, akan tetapi kaum
Syiah lebih cenderung untuk menguatkan dan menerima semua hadis-hadis
dalam kitab-kitab hadis yang menjadi pegangan mereka. Ulama Syiah baru
menerapkan kaedah kritik hadis setelah mendapatkan kritik dari Sunni bahwa
dalam hadis-hadis mereka banyak yang bermasalah sanadnya.17
Sehingga
akhirnya ulama syiah terbagi menjadi dua dalam menyikapi hadis mereka.
Kelompok yang pertama yaitu kelompok yang mensahihkan semua hadis-
hadis yang terdapat dalam kitab hadis mereka. Kedua, kelompok yang
mengkaji ulang kualitas hadis dalam kitab hadis mereka dan
mengkritisinya.18
Oleh karena itu, penulis dalam melakukan penelitian ini
mengacu kepada kelompok kedua yang bersikap obyektif dalam
menyikapinya hadisnya bukan kepada kelompok pertama.
Penelitian ini sangat penting karena isu tentang Syiah sampai saat ini
masih menjadi isu yang krusial. Di Indonesia sendiri Syiah masih sulit
diterima dan dianggap sebagai aliran yang sesat. Anggapan ini berdasarkan
banyak akidah-akidah Syiah yang bertentangan dengan ajaran Islam, dan
akidah-akidah ini bersumber dari hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab
hadis Syiah.
Dengan terbuktinya akan lemahnya hadis-hadis akidah Syiah tentu
akan mengungkapkan fakta-fakta sebenarnya mengenai keyakinan/akidah
Syiah yang selama ini yang mereka yakini. Jadi dalam penelitian ini penulis
bermaksud mengungkapkan validitas hadis-hadis akidah Syiah dengan
menggunakan metode ilmu kritik hadis dalam Syiah. Adapun judul mengenai
kerusuhan di Madura pada tahun 2012 membuktikan bahwa warga NU tidak menerima
kelompok Syiah. 17
Asyraf al-Jaizawî, „Ilm al-Hadîts baina Ashâlah Ahl as-Sunnah wa Inthâl asy-
Syî‟ah. (Mesir: Dâr al-Yaqîn, 2009), cet. Ke 1, h. 195 18
Ja‟far as-Subhânî, Kulliyyât fî „Ilm ar-Rijâl, (Qum: Muassasah an-Nasyr al-Islâmî,
1420 H), cet. Ke 6, h. 358-359.
7
penelitian ini adalah “Otentisitas Hadis di Kalangan Syiah (Kajian Hadis-
hadis Akidah)”.
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menemukan
beberapa hal yang menarik untuk diteliti, dan penulis mengidentifikasi
beberapa masalah berikut untuk kemudian diteliti lebih lanjut:
a. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kaedah ilmu Hadis
Syiah dan Sunni.
b. Kitab al-Kâfî dan beberapa kitab hadis Syiah lainnya yang menjadi
rujukan utama mereka tidak diterima oleh kalangan Sunni.
c. Banyak akidah dan keyakinan Syiah yang dianggap sesat dan
bertentangan dengan ajaran Islam bahkan Syiah dianggap bukan
bagian dari Islam yang mana ajaran-ajaran tersebut bersumber dari
kitab-kitab hadis Syiah.
d. Kitab al-Kâfî yang dikarang oleh al-Kulainî memberikan kontribusi
dan pengaruh yang cukup besar dalam akidah Syiah.
e. Banyak pihak yang meragukan kesahihan hadis yang terdapat dalam
dalam kitab-kitab hadis Syiah bahkan termasuk sebagian orang
Syiah sendiri juga meragukan hal tersebut.
f. Ditemukan banyak sanad yang terputus dalam periwayatan hadis
yang terdapat dalam kitab-kitab hadis Syiah karena tidak
bertemunya antar perawi.
g. Banyak perawi dha‟îf yang terdapat dalam sanad hadis kitab-kitab
hadis Syiah.
h. Sebagian ulama Syiah sendiri yang memiliki kapabilitas yang
memadai dalam hadis juga menganggap banyak hadis dha‟îf yang
terdapat di dalam kitab-kitab hadis Syiah.
i. Ada indikasi yang kuat bahwa banyak hadis-hadis dalam kitab-kitab
hadis Syiah isinya hanya berkutat pada fanatisme yang berlebihan
kepada Alî bin Abî Thâlib.
j. Hadis-hadis Syiah ini berkontribusi besar terhadap konflik antara
Sunni dan Syiah.
2. Pembatasan Masalah Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah tentang hadis-hadis
akidah Syiah. Namun karena sangat luasnya hadis Syiah yang terdapat dalam
berbagai kitab maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
sebagai berikut:
a. Hadis-hadis yang digunakan Syiah untuk melegetimasi akidah
mereka mengenai imâmah yang bersumber dari al-Kâfî.
8
b. Hadis-hadis akidah yang dikaji hanya mengenai rukun Islam,
kewajiban beriman kepada imam, kewajiban taat kepada para imam,
keutamaan imam sebagai khalifah Allah, imam sebagai tiang bumi,
anggapan bahwa para imam ma‟shûm dan para imam memiliki
kedudukan yang sejajar dengan Rasulullah saw.
c. Metodologi yang digunakan untuk mengungkapkan otentisitas hadis
akidah Syiah adalah dengan menggunakan metodologi Syiah dan
juga pendapat ulama mereka.
3. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka
pembahasan akan mengerucut kepada pertanyaan pokok yaitu:
a. Bagaimana metodologi kritik hadis dalam Syiah yang dijadikan
pedoman dalam menilai otentisitas sebuah hadis?
b. Bagaimana otentisitas hadis-hadis yang menjadi dasar akidah kaum
Syiah mengenai imâmah yang terdapat dalam kitab al-Kâfî?
c. Bagaimana pendapat ulama Syiah mengenai otentisitas hadis akidah
Syiah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama dari studi ini adalah untuk mengungkapkan otentisitas
hadis-hadis akidah Syiah yang terdapat dalam kitab-kitab hadis Syiah dengan
menggunakan metode penelitian yang telah menjadi standarisasi dalam kajian
ilmu hadis Syiah. Dengan begitu penelitian ini menjadi penelitian yang
obyektif dan ilmiah, sehingga sangat diharapkan dapat mengungkapkan
validitas akidah Syiah yang mana telah difatwakan sesat oleh MUI Jawa
Timur dan beberapa kelompok umat Islam lainnya. Penelitian ini juga
bertujuan untuk membeberkan fakta-fakta sebenarnya mengenai hadis akidah
Syiah kepada masyarakat yang mana selama ini dianggap sesat oleh sebagian
masyarakat.
Adapun manfaat/signifikansi yang bisa terealisasikan kaitannya
dengan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi dan
pemahaman kepada masyarakat mengenai problematika akidah Syiah yang
dilandaskan kepada hadis-hadis Syiah. Secara umum penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan.
D. Tinjauan Pustaka
Sebenarnya kajian mengenai Syiah sudah banyak dilakukan oleh
kelompok Sunni baik berupa karya ilmiah, buku maupun artikel dari berbagai
aspek. Di antaranya: Asy-Syî‟ah wa as-Sunnah, dan Asy- Syî‟ah wa at-
Tasyaayyu‟, karya Ihsan Ilahi Zhahir (w. 1987 H). Buku ini menjelaskan
9
mengenai sejarah munculnya Syiah yang mana kesimpulannya Syiah muncul
akibat pengaruh Abdullah bin Saba`.
Selain itu karya lain yang mengkaji kitab al-Kâfî ini adalah al-Kulainî
wa Ta`wîlâtuh al-Bâthiniyyah li al-Âyât Al-Qur`âniyyah fî Kitâbihi Ushûl al-
Kâfî karya Shalâh Abdul Fatah al-Khâlidî, menurut dia dalam al-Kâfî
pembahasan yang paling penting dan paling banyak mendapatkan perhatian
al-Kulainî adalah mengenai kitâb al-hujjah karena dalam kitab ini al-Kulainî
menyebutkan banyak riwayat tentang tafsir dengan tujuan memberikan hujjah
atau dalil atas keyakinan Syiah Imâmiyah mengenai wilâyah, imâmah
maupun wishâyah, begitu juga mengenai keyakinan bahwa Imam Ali dan
keturunannya adalah orang yang paling berhak menduduki kursi Khalifah
dan hal tersebut telah ditetapkan dalam Al-Qur`an dan ucapan Rasulullah
saw namun para sahabat menghapusnya dan lebih memilih Abû Bakar,
„Umar dan „Utsmân ketimbang Alî bin Abî Thâlib. Maka dari itulah,
kesalahan penafsiran dalam kitab hujjah lebih besar dibanding dalam kitab
lain.19
Karya-karya para akademisi terbaru mengenai Syiah khususnya di
Nusantara antara lain disertasi yang ditulis oleh H. M. Tamimy dengan judul
“Habib Husein al-Habsyi dan Perannya dalam perkembangan Syiah di
Bangil”, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009. Muhammad Baharun
dengan judul “Tipologi Pemahaman Doktrin Syiah di Jawa Timur”, IAIN
Sunan Ampel Surabaya, 2006 dan tesis yang ditulis oleh Fadhlullah Muh.
Nuh Said dengan judul “Konsep Hadis Shahih Menurut Sunni dan Syi‟i, UIN
Jakarta, 2004. Disertasi terakhir dengan tema yang sama ditulis oleh Zeid B.
Smeer. dengan judul “Kredibilitas Kritik Nashir al-Qifari Terhadap Hadis-
hadis Syiah Imamiyah”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Adapun mengenai karya Zeid B. Smeer, yaitu “Kredibilitas Kritik
Nashir Al-Qifari Terhadap Hadis-hadis Syia‟ah Imamiyah”, adalah sebuah
disertasi yang mengkritisi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nashir
bin Abdullah bin Ali bin al-Qifari pada tahun 1994 di Universitas Imam
Muhammad bin Sa‟ud al-Islamiyah. Dalam disertasinya, Zeid B. Smeer
mengkritisi al-Qifari dalam metode kritiknya terhadap Syiah yang dianggap
tidak tepat karena al-Qifari dalam kritiknya menggunakan metode Sunni.
Seharusnya dalam mengkritik Syiah khususnya mengenai validitas hadis-
hadis yang terdapat dalam kitab Syiah menggunakan metodologi kritik hadis
Syiah serta bagaimana pendapat para ulama Syiah mengenai hadis-hadis
tersebut.20
Namun dalam penelitiannya ini Zeid B. Smeer belum menjelaskan
19
Shalah Abdul Fatah al-Khalidi, Al-Kulayni wa Ta`wilatuhu al-Bathiniyyah lil ayath
al-Qur`aniyah fi kitabihi Ushul al-Kafi. (Amman: Dâr al-„Umar, 2007) h. 11 20
Zeid B. Smeer, Kredibilitas Kritik Nashir Al-Qifari Terhadap Hadis-hadis Syia‟ah
Imamiyah, (Jakarta: Arifa Publising, 2011), h. 7. Sebagaimana yang penulis ungkapkan
sebelumnya bahwa dalam tradisi ilmu Syiah memiliki metodologi yang sangat berbeda
10
secara rinci validitas hadis-hadis akidah Syiah. Zeid B. Smeer lebih
cenderung mengkritisi metode al-Qifari dalam menilai Syiah. Oleh karena itu
penulis bermaksud meneliti lebih lanjut mengenai kualitas dan validitas
hadis-hadis akidah Syiah berdasarkan ilmu hadis Syiah secara lebih rinci dan
bagaimana pendapat ulama-ulama Syiah mengenai kualitas hadis-hadis
tersebut. Jadi yang membedakan antara tesis ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah :
1. Tesis ini lebih menfokuskan pada penelitian keotentikan hadis
akidah Syiah baik secara matan maupun sanad.
2. Masalah akidah Syiah yang dikaji hanya masalah imâmah, yaitu
mengenai rukun Islam, kewajiban beriman kepada imam,
kewajiban taat kepada para imam, keutamaan imam sebagai
khalifah Allah, imam sebagai tiang bumi, anggapan bahwa para
imam ma‟shûm, para imam memiliki kedudukan yang sejajar
dengan Rasulullah saw selain itu juga dikaji akidah Syiah yang
mencela dan mengkafirkan para sahabat. 3. Penelitian hadis-hadis ini terbatas hanya yang besumber dari kitab
al-Kâfî.
4. Penelitian validitas hadis ini hanya berdasarkan kaidah hadis
Syiah dan juga pendapat ulama mereka, tidak menggunakan
kaidah Sunni dan juga tidak merujuk kepada pendapat ulama
Sunni.
E. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, oleh karena itu
penelitian ini akan menggunakan cara yang ilmiah yang didasarkan pada ciri-
ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.21
Untuk memudahkan
penulis melakukan penelitian ini, maka penulis akan mengikuti prosedur dan
alur penelitian sebagai berikut:
dengan Sunni yang mana mereka tidak menerima riwayat kecuali dari para imam, lihat Ja‟far
as-Subhani, Ushûl al-Hadîts wa Ahkâmuhu fi al-„ilmi al-Dirâyah, (Qum: Lajnah Idârah al-
Hawzat al-„Ilmiyyah, 1412 H), h. 58 21
Rasional berarti kegiatan penelitian ini masuk akal sehingga terjangkau oleh nalar
manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga yang lain dapat mengamati dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis
berarti proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis. Lihat Sugiyono, Metodologi Penelitian Kombinasi,(Bandung: AlfaBeta,
2013), cet. Ke 3, h. 3.
11
1. Jenis Penelitian Tesis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.22
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif karena permasalahan yang dikaji berupa teks dan naskah
yang berkaitan dengan Syiah beserta ilmu hadisnya yang tidak menggunakan
model-model matematik, statistik atau komputer.
Dalam pembahasannya, penelitian kualitatif ini akan menggunakan
kajian pustaka (library research).23
Karena obyek utama dalam penelitian ini
adalah kitab-kitab klasik maupun karya-karya ilmiyah kontemporer yang
berisi tentang Syiah. Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-
buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam pencarian teori,
peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh
dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan
sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).24
2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer
berupa kitab hadis Syiah, utamanya al-Kutub al-Arba‟ah (al-Kâfî karya karya
Muhammad Ya‟qub al-Kulainî (w. 328 H), Man lâ Yahdhuruhu al-Faqîh
karya as-Shadûq Abî Ja‟far al-Qummi (w. 381 H), at-Tahdhîb karya
Muhammad bin al-Hasan ath-Thûsi (w. 460 H), dan al-Ibtishâr juga karya
at-Thûsî, Bihâr al-Anwâr karya al-Majlisi (w. 1111 H). Selain itu juga kitab-
kitab rijâl Syiah yang utama seperti, Rijâl an-Najâsyî dan Rijâl ath-Thûsî
Ikhtiyâr ma‟rifah ar-Rijâl, al-Fahrasât karya Muhammad bin al-Hasan ath-
Thûsi (385-460 H). Mu‟jam Rijâl al-Hadîts karya Abu al-Qasim al-Khû‟î (w.
1412 H) dan beberapa kitab rijâl lainnya juga penulis jadikan sebagai sumber
primer.
22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004), h. 4. 23
Empat ciri utama studi kepustakan adalah: pertama: peneliti berhadapan langsung
dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan
atau saksi mata. Kedua; data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga ; data pustaka umumnya
adalah sumber sekunder, dalam arti bawa peneiliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan
bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan. Keempat ; kondisi data pustaka tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Peniliti berhadapan langsung dengan informasi statik. lihat
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), cet.
Ke 2, h. 4-5 24
M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003), cet. ke-5, h. 27.
12
Adapun sumber data sekunder yang akan digunakan untuk
melengkapi data-data primer yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti antara lain adalah kitab-kitab hadis seperti Syarh Ushûl al-Kâfî karya
Muhammad Shâlih al-Mazandarani (w. 1081 H), Wasâil asy-Syî‟ah al-
Imâmiyah dan kitab al-Fushûl fi Ushûl al-Aimmah karya al-Hur al-Amili
Muhammad bin al-Husayn (1033-1104 H) dan beberapa kitab lainnya.
Sumber sekunder lainnya seperti kitab-kitab Syiah dalam bidang
tafsir, sejarah, serta karya-karya kontemporer juga akan menjadi sumber
sekunder dalam penelitian ini. Begitu juga dengan kitab-kitab dan karya
ilmiah di luar Syiah yang masih berkaitan denga Syiah akan menjadi sumber
sekunder yang lain.
3. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis-
komparatif, yaitu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara
deskriptif data-data yang telah dikumpulkan (baik primer maupun sekunder)
berkenaan mengenai hadis dalam Syî‟ah. Kemudian sumber data yang telah
didapat akan dideskripsikan dan dianalisa dengan menggunakan metode
content analysis, yaitu menganalisa isi secara obyektif, teliti, dan ilmiah.
Selanjutnya penulis akan mengkomparasikan hasil penemuan mengenai
validitas hadis-hadis akidah Syiah dengan pendapat ulama-ulama mereka.
4. Teknik Penulisan
Teknik penulisan Tesis ini berpedoman pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta
Tahun 2011.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan pengaturan alur pembahasan
supaya runtut, ada keterkaitan yang harmonis antara pembahasan pertama
dengan pembahasan berikutnya, antara bab satu dengan bab-bab selanjutnya.
Untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman dan gambaran yang
utuh dan jelas tentang isi penelitian ini, maka pembahasan dalam tesis ini
akan disusun dalam sebuah sistematika pembahasan yang teratur, dimana
tesis ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab, satu bab pendahuluan dan
tiga bab isi, kemudian ditutup dengan satu bab penutup yang memuat
kesimpulan penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis membuat sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya
dijelaskan tentang latar belakang munculnya permasalahan penelitian ini.
Setelah itu, permasalahan yang muncul dibatasi dan menetapkan
13
permasalahan yang menjadi masalah utama serta arti penting dan manfaat
yang ingin dicapai dalam penelitian ini bagi studi Islam.
Karena penelitian ini bersifat ilmiah maka perlu diadakan tinjauan
pustaka dengan tujuan untuk memposisikan studi ini di antara studi-studi
terkait lainnya yang pernah dilakukan atau searah dengan penelitian ini,
selanjutnya di jelaskan juga mengenai kekhususan penelitian ini. Setelah
jelas posisi dan kekhususan penelitian ini kemudian diuraikan kerangka teori
dan metode penelitian yang akan penulis pakai untuk menyelesaikan
penelitian ini. Pada pembahasan terakhir dari bab pertama ini, akan
dijelaskan mengenai sistematika pembahasannya.
Kemudian dilanjutkan dalam bab kedua mengenai pengertian Syiah
baik secara bahasa maupun istilah dari berbagai pendapat para ulama, begitu
juga mengenai sejarah Syiah, bagaimana kronologi munculnya, selain itu
juga akan dibahas mengenai sekte-sekte dalam Syiah yang jumlahnya sangat
banyak sekali.
Bab ketiga akan membahas mengenai ilmu hadis Syiah yang akan
penulis gunakan sebagai acuan untuk meneliti validitas hadis-hadis dalam al-
Kâfî, bagaimana konsepnya dalam menentukan hadis sahih yang dapat
dijadikan sebagai dasar akidahnya, baik mengenai matannya, sanadnya
maupun perawinya. Dalam bab ini juga penulis bahas tentang kitab al-Kâfî
yang menjadi obyek penelitian.
Bab keempat merupakan bab analisa dan penilaian atas data-data
yang telah penulis kumpulkan. Hadis-hadis yang menjadi landasan akidah
Syiah akan penulis kaji dan teliti ketotentikannya dengan menggunakan
kaedah kritik hadis dalam Syiah baik yang berkaitan dengan matan maupun
sanadnya.
Bab kelima merupakan akhir pembahasan yang berisi tentang
kesimpulan sebagai jawaban dalam penelitian ini. Selain itu juga akan
disampaikan rekomendasi berdasarkan temuan dalam penelitian ini.
179
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi tesis ini meneliti dan mengkaji otentisitas hadis-hadis Syiah
khususnya hadis-hadis mengenai akidah. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode kritik Syiah yang sangat berbeda dengan metode kritik
hadis Sunni. Dalam menilai hadis-hadis ini penulis tidak menukil pendapat
ulama-ulama Sunni, akan tetapi murni pendapat ulama Syiah. Dengan
demikian penelitian ini diharapkan dapat menjawab kritik kaum Syiah yang
menolak dan menganggap kritik kaum Sunni terhadap hadis Syiah tidak
obyektif karena mengkaji hadis Syiah menggunakan metode ilmu hadis
Sunni, padahal di dalam Syiah memiliki kaedah ilmu hadis sendiri.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, tesis ini mampu
mengungkapkan bahwa :
1. Metodologi kritik hadis dalam Syiah mengalami perkembangan dari
semula yang menganggap bahwa semua hadis yang terdapat dalam
empat kitab hadis utama mereka semuanya sahih, namun akhirnya
mereka menganggap perlu mengkaji ulang ulang otentisitas hadis
mereka sehingga mereka merumuskan kaedah ilmu hadis sendiri yang
berbeda dengan Sunni, namun hakikatnya ilmu hadis mereka banyak
yang mengadopsi dari Sunni. Dalam menilai kesahihan sebuah hadis,
dapat melalui dua metode yaitu dengan menggunakan kritik sanad dan
kritik matan. Adapun dalam kritk sanad yang menjadi objek kajiannya
adalah, pertama tentang kriteria perawi, yaitu perawi harus orang
yang beragama Islam, baligh, berakal, beriman (Syiah) adil dan
dhâbith. Kedua, Ilmu ar-rijal, yaitu penilaian tentang keadilan dan
kelemahan perawi. Ketiga Itishâl as-sanad, yaitu sanadnya
bersambung kepada imam yang ma’shûm tanpa terputus. Sedangkan
tolak ukur untuk mengetahui kesahihan suatu hadis berdasarkan
matannya adalah dengan menggunakan Al-Qur’an, hadis Nabi
Muhammad saw, ijma’ dan akal.
2. Otentisitas hadis akidah imâmah yang penulis kaji yaitu mengenai
rukun Islam, kewajiban beriman kepada imam, kewajiban taat kepada
para imam, keutamaan imam sebagai khalifah Allah, imam sebagai
tiang bumi, anggapan bahwa para imam ma’shûm dan para imam
memiliki kedudukan yang sejajar dengan Rasulullah saw, hampir
semua hadis-hadis tersebut adalah dha’îf karena sanad-sanadnya dan
juga matannya bermasalah.
3. Pendapat ulama Syiah mengenai otentisitas hadis tentang akidah
Syiah terdapat perbedaan pendapat, suatu hadis terkadang dinilai
sahih oleh al-Majlisî (w.1111 H) namun menurut al-Bahbûdî (w.
180
2015) dha’îf, begitu juga sebaliknya, dan terkadang mereka juga
sepakat kesahihannya dan juga ke-dha’îf-annya. Namun secara
keseluruhan hadis akidah imâmah yang penulis teliti menurut ulama
Syiah kebanyakan dha’îf.
Dengan demikian hasil penelitian ini semakin menguatkan anggapan
bahwa hadis-hadis Syiah terutama yang berkaitan dengan akidah tentang
imâmah yang penulis kaji diragukan benar-benar berasal dan otentik
bersumber dari para imam. Oleh karena itu hadis-hadis tersebut tidak dapat
digunakan sebagai landasan bagi kaum Syiah dalam akidah mereka.
Penelitian ini juga menguatkan fatwa MUI Pusat yang menghimbau umat
Islam Indonesia terhadap ajaran Syiah yang bertentangan dengan ajaran
Ahlussunnah wal Jama’ah, begitu juga fatwa MUI Jawa Timur yang
menganggap Syiah merupakan ajaran yang sesat dan menyesatkan.
B. Saran-saran
Penelitian ini masih banyak kekurangan karena ruang lingkup yang
penulis bahas sangat kecil dan masih banyak sekali hadis-hadis Syiah yang
berkaitan dengan akidah maupun yang lain masih perlu dikaji dan diteliti.
Hadis-hadis yang menjadi obyek kajian penulis dalam tesis ini hanyalah
sebagian saja dari hadis-hadis akidah Syiah. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang lebih sempurna maka kajian mengenai
hal ini masih perlu dan patut untuk ditindak lanjuti.
Dari penelitian ini diharapakan dapat meluruskan akidah-akidah yang
menyimpang yang dianut oleh kaum Syiah, sehingga tidak ada klaim saling
mengkafirkan terhadap sesama orang Islam. Karena klaim saling
mengkafirkan tersebutlah yang menjadi pemicu ketegangan antara Syiah
dengan golongan lain.
Secara umum penelitian ini diharapan menambah khazanah keilmuan
yang bermanfaat bagi umat Islam. Dan akhirnya hanya kepada Allah kita
semua meminta petunjuk. Ihdinâ ash-shirâth al-mustaqîm, shirâth alladzîna
an’amta ‘alaihim ghair al-maghdhûbi ‘alaihim wa lâ adh-dhâllîn. Amîn.
181
Daftar Pustaka
Abd al-Hâdî, Ushûl al-Hadîts, Beirut: Muassasah Ummu al-Qur`ân, 1421 H.
Adz-Dzahabi, Mîzân al-I’tidâl fiî Naqd ar-Rijâl, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, t.t.
Adz-Dzahabî, Muhammad Husayn, at-Tafsîr wa al-Mufassirun, Kairo: Dâr
al-Hadîts, 2005
Ahmad as-Salus Ensiklopedi Sunnah Syiah studi perbandingan Hadits dan
Fikih, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011.
Al-„Âmilî, Al-Hur, Amal al-Âmil,Baghdâd: Maktabah al-Andalus, t.t.
Al-„Amili, Muhammad bin al-Hasan al-Hurr, Wasâ`il asy-Syiah ilâ Tahshîl
al-Masâ`il asy-Syarî’ah, Qum; Muassasah Âlu al-Bait as. li Ihyâ` al-
Turats, 1412 H.
Al-„Âmilî, Zayn ad-Dîn, al-Bidâyah fî ‘Ilm ad-Dirâyah, Qum: Intisyârat
Mahallâtî, 1421 H.
Al-„Âmilî, Zayn ad-Dîn, ar-Ri’âyah fî ‘Ilm ad-Dirâyah, Qum: Maktabah
Âyât Allâh al-„Uzhmâ, 2012.
Al-„Atsqalânî, Ahmad bin „Alî bin Hajar, Thabaqât al-Mudallisîn, „Ammân:
Maktabah al-Mannâr, 1983.
Al-„Atsqalâni, Ibn Hajar, Fath al-Bârî, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, 1379.
Al-„Atsqalânî, Tahdzîb at-Tahdzîb, t.k.: Dâr al-Fikr, 1984.
Al-Abthahî, Muhammad, Tahdzîb al-Maqâl, Qum: Ibn Al-Muallif as-Sayyid
Muhammad, 1417 H.
Al-Albânî, Muhammad Nâshir ad-Dîn, Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah wa
al-Mawdhû’ah wa Atsaruhâ as-Sayyi`fî al-Ummah, Riyâdh: Dâr al-
Ma‟ârif, 1992.
Al-Âmilî, Al-Hur, Wasâ`il asy-Syî’ah, Qum: Muassasah Âl al-Bayt Li Ihyâ`
at-Turâts, 1414 H.
182
Al-Anshârî, Murtadhâ, Farâid al-Ushûl, Qum, majma‟ Fikr al-Islâmî, 1419.
Al-Asy‟arî, Abû al-Hasan, Maqâlah al-Islamiyyin wa Ihkhtilaf al-Mu`minîn,
Beirut: Maktabah al-„Ashriyyah, 1990.
Al-Atsri, Abdullah bin Abdul Humaid, al-Wajîiz fi ‘Aqîdah as-Salaf as-
Shâlih Ahlis-Sunnah wa al-Jamâ’ah, Arab Saudi: Wazârah Syu‟ûn
al-Islâmiyyah wa al-Auqâf wa ad-Da‟wah wa al-Irsyâd, 1422 H.
Al-Azhari, Abu Manshûr Muhammad bin Ahmad, Tahdzîb al-Lughah,
Beirut: Dâr Ihyâ at-Turats al-„Arabî, 2001.
Al-Badawî, Abd ar-Rahmân, Madzâhib al-Islâmiyyîn, Beirut: Dar al-„Ilm lil
Malâyîn, 1997.
Al-Baghdâdî, Abû Bakar, al-‘Aqidah, Maktabah as-Syâmilah.
Al-Baghdâdî,Abd al-Qâhir, al-Farq bayn al-Firaq, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 2009.
Al-Bahrânî, Hâsyim, Hilyah al-Abrâr, Qum: Muassasah al-Ma‟ârif al-
Islâmiyyah, 1411 H.
Al-Bâjurdî, „Alî, Tharâ`if al-Maqâl, Qum: Maktabah Âyâtullâh akl-„Uzhmâ,
1410.
Al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Beirut: Dâr al-Fikr, 1995.
Al-Ghifârî, „Abdullah, al-Kulaynî wa al-Kâfî, Qum: Muasasah an-Nasyr al-
Islâmî, 1416 H.
Al-Ghithâ`, Muhammad al-Husayn Kâsyif Alî, Ashl as-Syî’ah wa Ushûluhâ
Muqâranatan ma’a al-Madzâhib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-Fikr,
1995.
Al-Habsyi, Husayn, Sunnah dan Syiah dalam Ukhuwah Islâmiyah, Malang:
Yayasan al-Kautsar, 1992.
Al-Hasanî, Hâsyim Ma‟rûf, Dirâsât fî al-Hadîts wa al-Muhadditsîn, Beirut:
Dâr at-Ta‟âruf lil Mathbû‟âh, t.t.
183
Al-Hasyimi, Muhammad, Hakikat Akidah Syiah Aqâ’idus Syiah fî al-Mîzân,
Jakarta: Bulan Bintang,1989.
Al-Hawâlî,Safar bin Abd ar-Rahman, Zhâhirah al-Irja` fi al-Fikr al-Islâmî,
Dâr al-Kalimah, 1999.
Al-Hullî, Ibn Dâwûd, Rijâl Ibn Dâwûd, an-Najaf: Mansyûrât al-Haydariyyah,
1972.
Al-Irdibilî, Jâmi’ ar-Ruwâh, Qum: Maktabah Âyât Allah al-„Azhamî, 1403
H.
Al-Irwânî, Muhammad Bâqir, Durûs Tamhîdiyyah fî al-Qawâid ar-
Rijâliyyah, Qum: Al-Qalam, 2007.
Al-Jawharî, Muhammad , al-Mufîd Min Mu’jam ar-Rijâl al-Hadîts, Qum: Al-
„Ilmiyyah, 1424 H.
Al-Jawzî, Jamâl ad-Dîn, al-Mawdhû’ât, Maktabah as-Syamilah.
Al-Jayzawî, Asyraf, ‘Ilm al-Hadîts bayn Ashâlah Ahl as-Sunnah wa intihâl
asy-Syî’ah, Mesir: Dâr al-Yaqîn, 2009.
Al-Juhnî, al-Mawsu'ah al-Muyassarah fi al-Madzâhib wa al-Ahzâb al-
Ma'ashirah, Maktabah as-Syamilah.
Al-Kâsyânî, Al-Faydh, At-Tafsîr ash-Shâfî, Qum: Muassasah al-Hâdî, 1416
H.
Al-Khalidi, Shalah Abdul Fatah, Al-Kulayni wa Ta`wilatuhu al-Bathiniyyah
lil ayath al-Qur`aniyah fi kitabihi Ushul al-Kafi, Amman: Dar al-
Umar, 2007.
Al-Khû‟î, Abû al-Qâsim al-Mûsâwî, al-Bayân fî Tafsîr al-Qur`an, Beirut:
Dâr az-Zahrâ`, 1975.
Al-Khûî, Abû al-Qâsim al-Mûsawî, Mu’jam Rijâl al-Hadîts watafshîl
Thabaqât ar-Ruwâh, t.k. Munaqqahah wa Mazîdah, 1992.
Al-Kulaynî, Ushûl al-Kâfî, Teheran: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 1388 H.
184
Al-Majlisî, Mir`ah al-‘Uqûl fî Syarh Akhbâr ar-Rasûl, Teheran: Dâr al-
Kutub, t.t.
Al-Mâlikî, Abû Muhammad Makkî bin Abî Thâlib, al-Hidâyah ilâ Bulûgh
an-Nihâyah fî ‘Ilmi Ma’âni Al-Qur`ân wa Tafsirihi wa Ahkâmih,
Al-Mâzandarânî, Muhammad Shâlih, Syarh Ushûl al-Kâfî li al-
Mâzandarânî, Beirut: Dâr Ihyâ` at-Turats, 2000.
Al-Mâzandarî, Muhammad bin Ismâ‟îl, Muntahâ al-Maqâl fî Ahwâl ar-Rijâl,
Qum: Muassasah Âlu al-Bayt, 1416 H.
Al-Mufîd, Awâ`il al-Maqâlât, Beirut: Dâr al-Mufîd, 1993.
Al-Musawî, Muhammad, Mazhab Syiah Kajian al-Qur`an dan Sunnah,
Bandung: Muthahhari Press, 2005.
Al-Mûsawî, Muhyî ad-Dîn, Qawâ’id al-Hadîts, Beirut: Dâr al-Adhwa`, 1986.
Al-Mûsâwî, Syaraf ad-Dîn, al-Murâja’ât, t.k.: Dâr al-Islâmiyyah, 1406.
Al-Musawi, Hasyim, The Syia Mazhab asal-usul dan keyakinannya, Jakarta:
Lentera, 2008.
Al-Qifârî, Nâshir bin Abdillâh, Ushûl Madzhab asy-Syî’ah al-Imâmiyyah al-
Itsnâ ‘Asyariyah, Jizah: Dâr ar-Ridhâ, 1998.
Al-Qummî, Abû Ja‟far, ‘Ilal asy-Syarâ`i’,an-Najaf: Maktabah al-Haydariyah,
1385.
Al-Qummî, Ibn Bâwabaih, Man lâ yahdhuruhu al-Faqîh, Beirut: Muassasah
al-A‟lamî lilmathbû‟ât, 1986.
Al-Qummî, Al-„Abbâs, al-Kunâ wa al-Alqâb, Qum: Maktabah ash-Shadr, t.t.
Al-Qurthubî, Abû „Abdillâh, al-Jâmi’ li Ahkam Al-Qur`ân (Tafsir al-
Qurthubi), Kairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyyah, 1964.
An_Nûrî ath-Thibrîsî, Khâtimah al-Mustadrak, Qum: Muassasah Âlu al-Bayt
Li Ihyâ` at-Turats, 1415 H.
185
An-Najasyî, Abû al-„Abbâs Ahmad bin „Alî, Rijâl an-Najâsyî, Qum:
Muassasah an-Nashr al-Islâmî, 1418 H.
An-Nasâi, Sunan an-Nasâi al-Kubrâ, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah,
1991.
An-Nemr, Abdul Mun‟eim, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’a, t.k,
Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988.
An-Nubkhatî, Al-Hasan bin Mûsâ, Kitâb Firaq as-Syî’ah, t.k: Dâr ar-Rasyâd,
1992.
Anwar, Moh. Dawam, “Inilah Hakikat Syiah”, Mengapa Kita Menolak Syiah,
Jakarta: LPPI,1998.
Ash-Shadr, Al-Hasan, as-Syî’ah wa Funûn al-Islâm, Qum: Muassasah as-
Sibthîn al-„Ilmiyyah, 1427.
As-Sijistânî, Abû Dâwûd, Sunan Abî Dâwûd, Kitâb as-Sunnah, Bâb fî al-
Qadar, Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2007.
As-Subhânî, Ja‟far, Kulliyyât fî ‘Ilm ar-Rijâl, Qum: Muassasah an-Nasyr al-
Islâmî, 1420 H.
_______, “Menimbang Hadis-Hadis Dalam Syî‟ah: Studi Atas Kitab Al-
Kâfî”, Jurnal Al-Huda Jakarta: 2002.
_______, Ushûl al-Hadîts wa Ahkâmuhu fî ‘Ilm ad-Dirâyah, Beirut: Dâr
Jawâd al-A`immah, 2012.
_______, Ushûl al-Hadîts wa Ahkâmuhu fî ‘Ilmi ad-Dirâyah, Qum:
Muassasah al-Imam Ash-Shâdiq, 1419 H.
As-Suyuthi, Jalal ad-Din, ad-Durr al-Mantsûr fi at-Ta’wîl bi al-Ma`tsur,
Maktabah Syamilah.
Asy-Syabastarî, Abd al-Husayn, Ashhâb Imâm ash-Shâdiq, Qum: Muassasah
an-Nasyr al-Islâmî, 1418 H.
Asy-Syahrastâni, al-Milal wa an-Nihal, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah,
2009.
186
Asy-Syâtibî,Ibrâhim bin Mûsâ, al-I’tisham, t.k, Dâr Ibn „Affân, 1992.
Ath-Thabâthabâî, Muhammad Husayn, Tafsîr al-Mîzân, t.k.: Muassasah
Ismâ‟îliyyân, 1412 H.
Ath-Thabrânî, Sulaimân bin Ahmad, al-Mu’jam al-Awsath, Kairo: Dâr al-
Haramayn, t.t.
________, al-Mu’jam al-Kabîr, Maushul: Maktabah al-„Ulûm wa al-Hikam,
1983.
Ath-Thahhan, Mahmûd, Taysîr Musthalâh al-Hadîts, Riyâdh: Dâr al-
Ma‟ârif, t.t.
Ath-Thahrânî,Aqâ Bazrak, adz-Dzarî’ah ilâ Tashânif as-Syî’ah, Birut: Dâr
al-Adhwâ`, t.t.
Ath-Thibrîsî, Husayn an-Nûrî, Mustadrak al-Wasâ`il wa Mustanbath al-
Masâ`il,Qum: Muassasah Âlu Bayt „Alayh as-Salam Li Ihyâ` at-
Turâts, t.t.
________, al-Ihtijâj, t.k.: Dâr an-Nu‟mân, 1966.
Ath-Thûsî, Abû Ja‟far Muhammad bin al-Hasan, al-Fahrasat, Qum:
Muassasah an-Nasyr al-Islâmî, 1417 H.
________, al-Istibshâr, Teheran: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 2000.
________, Ikhtiyâr Ma’rifah ar-Rijâl, Qum: Muassasah Âlu al-Bait, 1404 H.
________, Rijâl ath-Thûsî, Qum: Muassasah an-Nasyr al-Islâmî, 1415 H.
________, Tahdzîb al-Ahkâm, Teheran: Dâr al-Kutub al-Islâmiyyah, 1390
H.
At-Tafrisyî, Musthafa, Naqd ar-Rijâl, Qum: Muassasah Alu al-Bayt alaih as-
Salam Li Ihya`i at-Turats, 1418 H.
'Awaji, Ghalib bin 'Alî, Firaqun Mu’âshirah Tantasibu ilâ al-Islâm wa
Bayyanî Mauqif al-Islâm Minhâ, Jeddah: al-Maktabah al-„Ariyyah
adz-Dzahabiyyah, 2001.
187
Azami, M.M. Hadis Nabawi Dan Sejarah Kodifikasinya, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2012.
Az-Zarkalî, Khair ad-Dîn, al-I’lâm Qâmûs Tarâjum li Asyhur ar-Rijâl wa
an-Nisâ` min al-‘Arab wa al-Musta’ribîn wa al-Mustasyriqîn,
Beirut: Dâr al-„Ilmî lil Malâyîn, 1980.
Az-Zubaidi, Muhammad bin Muhammad, Tâj al-‘Urûs min Jawahir al-
Qâmûs, t.k.:Dâr al-Hidâyah, t.t.
Az-Zuhailî,Wahbah, Tafsîr Munîr, Damaskus: Dâr al-Fikr al-Ma‟âshir, 1418
H.
Fayyadh, Abdullah, Tarikh al-Imâmiyah wa Aslâfihim min al-Syiah, Beirut:
Mu‟assasah al-A‟lamy li al-Mathbu‟ah, 1986 M.
Ghifârî, „Alî Akbar, Dirâsât fî ‘îlm ad-Dirâyah, t.k. : Jâmi‟ah Imam ash-
Shâdiq, 1369 H.
Ibn „Asâkir, Târikh Madînah Dimasyqâ, Beirut: Dâr al-Fikr, 1995.
Ibn al-Masyhadî, Muhammad, al-Mizâr, Teheran: Muassasah an-Nasyr al-
Islâmî, 1419 H.
Ibn an-Nadîm, al-Fahrasât, Beirut: Dâr al-Ma‟rifah, t.t.
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal, t.k.: Muassasah ar-Risâlah,
2001.
Ibn Hazm, al-Fashl fî al-Milal wa al-Ahwâ` wa an-Nihal, Kairo: Maktabah
al-Khanjî, t.t.
Ibn Katsîr, Ismâ‟îl bin „Umar, Tafsîr Al-Qur`ân al-‘Azhîm, t.k.: Dâr
Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tawzî‟, 1999.
Ibn Khaldûn, Târîkh Ibn Khaldûn, Birut: Muassasah al-A‟lamî, 1971.
Ibn Mandzur, Muhammad, Lisân al-‘Arab, Beirut: Dâr ash-Shâdir, t.t.
Ibn Muhammad, Abû Hanîfah an-Nu‟mân, Tafsîr Ibn Hayyun, Maktabah asy-
Syamilah.
188
Ibn Taymiyyah, Majmû’ Fatâwâ, t.k.: Dâr al-Wafâ`, 2005.
_______, Manhâj as-Sunnah an-Nabawiyyah, Riyâdh: Jâmi‟ah al-Imâm Ibn
Sa‟ud, 1986.
Ibn Zayn ad-Dîn, Hasan, at-Tahrîr ath-Thâwûsî, Qum: Maktabah âyâtullâh
al-„Uzhmâ, 1411 H.
________, Muntaqâ al-Jumân, Qum: t.p., 1362 H.
Joesoef Sou‟yb, Aliran-aliran Sekte Syiah, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1982.
Lajnah At-Ta‟lif Muassasah Al-Balagh, Nama-nama Yang Terlupakan
Telaah Atas Fenomena: Metode dan Posisi Kesejarahan Keluarga
Nabi Muhammad saw. Teheran: Organisasi Budaya dan Komunikasi
Islam Republik Islam Iran, t.t.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004.
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.
Mahfûzh , Husayn „Alî, Pengantar dalam kitab Ushûl al-Kâfî karya al-
Kulaynî, Beirut: Dâr al-Adhwâ`, 1992.
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008.
Muaddab, Sayyid Ridha, Durûs fî ‘Ilm ad-Dirâyah, Qum: Mansyûrât al-
Markaz al-„Alami li al-Dirâsât al-Islâmiyâat, 1382 H.
Muslim, Shahîh Muslim, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2006.
Musthafa bin Muhammad, Ushûl wa Târikh al-Firaq al-Islâmiyyah, t.k. : t.p.
2003.
Nâshir bin „Alî, ‘Aqîdah Ahl as-Sunnah wa al-Jamâ’ah fi ash-Shahâbah al-
Kirâm, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 2000.
Ridhâ, Ghulâm, Masyâyîkh ats-Tsiqqât, Qum: Muassasah an-Nasr al-Islâmî,
1411 H.
189
Sachedina, Abdul Aziz A. Kepemimpinan Dalam Syiah Prespektif Syiah,
Bandung: Mizan, 1994.
Shihab, M. Quraish, Sunnah Syiah Bergandengan Tangan!
Mungkinkah?Kajian atas Konsep ajaran dan Pemikiran, Jakarta:
Lentera Hati, 2007.
Smeer, Zeid B. Kredibilitas Kritik Nashir Al-Qifari Terhadap Hadis-hadis
Syia’ah Imamiyah, Jakarta: Arifa Publising, 2011.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kombinasi,Bandung: AlfaBeta, 2013.
Suhaymî, Muhammad Hâris, Tawtsîq as-Sunnah bayna as-Syî’ah al-
Imâmiyah wa Ahlu as-Sunnah fî Ahkâm an-Nikâh, Singapur: Dâr as-
Salâm, 2003.
Syâfi‟, Muhammad, Tharâ`if al-Maqâl, Qum: Maktabah Âyâtullâh al-
„Uzhmâ, 1410 H.
Tim penyusun, Ahl al-Bait; Maqâmuhum, Manhâjuhum, Masaruhum,
Teheran: al- Majma‟ al-Alamî li ahl al-Bait as., 1992.
Tim penulis MUI Pusat, Mengenal dan mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di
Indonesia, t.k.: Nâsir as-Sunnah, 2013.
Zâhir, Ihsân Ilahî, as-Syî’ah wa as-Sunnah, Lahore: Idârah Tarjamân as-
Sunah, t.t.
Zâhir, Ihsân Ilahî, asy-Syî’ah wa at-Tasyayyu’ Firaq wa Târîkh, Lahore.: Dâr
Tarjamân as-Sunnah, 1995.
Zarqânî, Muhammad, Syarh Manzûmah al-Baiqûniyyah fî ‘Ilmi Musthalah
al-Hadîts, Beirut: Dâr al-Masyâri‟, 2001.