Post on 22-Nov-2021
PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK LOWBED TRAILER 80 DENGAN METODE
QFD DI PT. X
Oleh
Abdul Majib NIM: 004201505069
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Teknik Program
Studi Teknik Industri
2019
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk
Lowbed Trailer 80 dengan Metode QFD di PT. X ” yang disusun
dan diajukan oleh Abdul Majib sebagai salah satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik telah
ditinjau dan dianggap memenuhi persyaratan sebuah skripsi. Oleh
karena itu, Saya merekomendasikan skripsi ini untuk maju sidang.
Cikarang, Indonesia, 17 Januari 2019
Ir. Adi Saptari, M.Sc., Ph. D.
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Perancangan dan
Pengembangan Produk Lowbed Trailer 80 dengan Metode QFD di
PT. X )” merupakan hasil dari pekerjaan saya dan seluruh ide,
pendapat atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara
penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan
ini tidak sesuai dengan kenyataan maka saya bersedia menanggung
sanksi yang akan dikenakan pada saya.
Cikarang, Indonesia, 17 Januari 2019
Abdul Majib
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK LOWBED TRAILER 80 DENGAN METODE QFD DI PT. X
Oleh
Abdul Majib
ID No. 004201505069
Disetujui Oleh :
Ir. Adi Saptari, M.Sc., Ph. D.
Pembimbing 1
Ir. Andira Taslim, M.T.
Ketua Program Studi Teknik Industri
iv
ABSTRAK
Di era industri 4.0 sekarang ini persaingan antar perusahaan manufaktur
meningkat menuntut perusahaan untuk mengembangkan produknya sesuai dengan
kebutuhan konsumen (voice of customer), karena kebutuhan dari konsumen yang
selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini menuntut PT. X untuk
meningkatkan inovasi dan kreatifitas terhadap produk yang dibuat.Penelitan ini
dilakukan dalam rangka pengembangan produk Lowbed Trailer 80 yaitu produk
semi trailer yang berfungsi sebagai pengangkut alat berat dari tempat satu ke
tempat yang lainnya. Dalam hal ini, konsumen adalah customer yang mempunyai
masalah untuk pengangkutan unit Excavator/Digger dengan dimensi lebar 6 meter
dan melewati akses jalan berupa jembatan yang mempunyai lebar 5 meter. Alat
pengangkut Lowbed Trailer80 hanya mempunyai lebar 4 meter. Sehingga harus
ada pengembangan produk terhadap Lowbed Trailer 80 agar dapat mengangkut
Excavator dan melewati jembatan nasional. Metode Quality Function Deployment
(QFD) digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan dan keinginan customer serta
memberikan solusi sesuai kapasitas yang dapat dipenuhi oleh PT. X. Dalam
pengambilan data dilakukan observasi, wawancara dan Focus Group Discussion
(FGD). Beberapa tools yang digunakan pada penelitian ini untuk mempermudah
analisis data seperti mudge diagram, screening & scoring. Hasil akhir dari
penelitian ini adalah produk jadi dari pengembangan produk Lowbed Trailer 80
dengan penambahan lebar Mainframe menggunakan lengan geser yang sesuai
dengan kebutuhan customer.
Kata Kunci : Perancangan produk, QFD, HOQ, Lowbed Trailer 80, Screening
methode, Scoring methode.
v
ABSTRACT
In the current 4.0 industrial era, competition among manufacturing companies is
increasing. The companies are demanded to develop their products in accordance
with consumers’ needs (voice of customers) which are constantly changing from
time to time. This requires PT. X to create and innovate on products they made.
This research was carried out in order to develop Lowbed Trailer 80 product,
which is a semi-trailer product which functions as a transporter of heavy
equipment from one place to another. In this case, customers are those who have
problems while transporting Excavator / Digger units with dimensions of 6 meters
wide and passing road access in the form of bridges which have a width of 5
meters. Therefore, there must be a development towards Lowbed Trailer 80
product in order to transport Excavators / Digger cross the national bridges. The
Quality Function Deployment (QFD) method is used to interpret customers’ needs
and also to provide solutions according to the capacity which can be fulfilled by
PT. X. Data collection was carried out by observations, interviews and Focus
Group Discussion (FGD). Some tools used in this study to are to facilitate data
processing such as mudge diagrams, screening & scoring. The final result of this
research is a finished product from the development of Lowbed Trailer 80
products using sliding arm for Mainframe width that are in accordance with
customer needs.
Keywords: Product Design, QFD, HOQ, Lowbed Trailer 80, Screening Methode,
Scoring Methode.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan
hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan baik.
Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana teknik industri di Fakultas Teknik Universitas Presiden. Dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan skripsi ini penulis banyak
mendapat bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Siti Asiyah dan Bapak Tahyo yang telah mendukung penulis
dalam menyelesaikan studi S1 di Universitas Presiden.
2. Bapak Ir. Adi Saptari, M.Sc., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan
laporan skripi ini. Terimakasih banyak atas bimbingan yang diberikan.
3. Ibu Ir. Andira Taslim, M.T., selaku Kepala Program Studi Teknik
Industri di Universitas Presiden.
4. Semua dosen Universitas Presiden yang telah memberi arahan dan
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan pembelajaran yang
berharga selama waktu perkuliahan.
5. Rekan-rekan kerja, keluarga dan teman-teman angkatan 2015 yang
telah mendukung penulis dalam menyelesaikan studi S1 di Universitas
Presiden.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik, pendapat dan saran yang membangun dari pembaca sangat
dinantikan. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.
Cikarang, 17 Januari 2019
Abdul Majib
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 3
1.5 Asumsi ............................................................................................ 3
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Produk ............................................................................................. 5
2.1.1 Kualitas Produk ........................................................................ 5
2.1.2 Jenis Produk ............................................................................. 7
2.2 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk ............................ 8
2.2.1 Pengertian Pengembangan Produk .......................................... 8
2.2.2 Proses Pengembangan Produk ................................................. 9
2.2.3 Proses Pengembangan Konsep .............................................. 10
viii
2.3 Quality Function Deployment (QFD) ........................................... 13
2.3.1 Sejarah metode Quality Function Deployment (QFD) .......... 15
2.3.2 Empat Fase QFD .................................................................... 16
2.4 House of Quality (HOQ) ............................................................... 18
2.4.1 Suara Konsumen (Voice Of Costomers) ................................ 19
2.4.1.1 Tahap Pengumpulan Suara Konsumen (VOC) ............... 19
2.4.2 Planning Matrix ..................................................................... 21
2.4.3 Technical Responses .............................................................. 24
2.4.4 Relationship Matrix / Matrik Hubungan ................................ 24
2.4.5 Technical Correlation / Hubungan Teknis ........................... 25
2.4.6 Technical Target / Target teknis ............................................ 25
2.4.7 Absolute Importance .............................................................. 26
2.4.8 Relative Importance ............................................................... 26
BAB III METODOLOGI ........................................................................ 27
3.1 Kerangka Penelitian ...................................................................... 27
3.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 28
3.3 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 28
3.4 Pengumpulan Data ........................................................................ 28
3.5 Analisis Data ................................................................................. 30
3.5.1 Analisis data dengan metode QFD ........................................ 30
3.6 Kesimpulan dan Saran .................................................................. 31
BAB IV DATA DAN ANALISA ........................................................... 32
4.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 32
4.1.1 Data Voice Of Customer (VOC) ............................................ 32
4.1.2 Technical Data Lowbed Trailer 80 ........................................ 36
4.1.3 Data Excavator dan akses jalan ............................................. 39
ix
4.1.4 Tim pengembangan ................................................................ 42
4.2 Analisis Data ................................................................................. 43
4.2.1 Identification Customer Needs ............................................... 43
4.2.1.1 Pernyataan Misi .............................................................. 43
4.2.1.2 Diagram Afinitas ............................................................. 44
4.2.1.3 Interpretasi kebutuhan customer ..................................... 45
4.2.2 Product Specifications ........................................................... 45
4.2.2.1 Menentukan Kepentingan Relatif (Mudge Diagram) .... 45
4.2.2.2 Spesifikasi Perencanaan Produk ..................................... 49
4.2.3 Concept Generation ............................................................... 56
4.2.4 Concept Selection................................................................... 57
4.2.4.1 Konsep 1 ......................................................................... 57
4.2.4.2 Konsep 2 ......................................................................... 60
4.2.4.3 Konsep 3 ......................................................................... 64
4.2.4.4 Produk Pembanding ........................................................ 65
4.2.4.5 Screening Concept .......................................................... 67
4.2.4.6 Scoring Concept .............................................................. 69
4.2.5 Desain Produk ........................................................................ 72
4.2.5.1 HOQ Desain Produk ....................................................... 72
4.2.5.2 Desain Produk ................................................................. 76
4.2.5.2.1 Analisis struktur ....................................................... 78
4.2.5.3 Bill of Material ................................................................ 80
4.3 Prototype ....................................................................................... 81
4.4. Proses Uji Coba............................................................................ 82
BAB V Kesimpulan dan Saran ............................................................... 83
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 83
x
5.2 Saran ............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Fase QFD........................................................................................... 17
Gambar 2.2 House Of Quality ............................................................................... 18
Gambar 2.3 Planning Matrix dan Phase 1 QFD ................................................... 22
Gambar 2.4 Correlation Matrix and Tradeoff between Technical Requirments .. 25
Gambar 4.1 Spesifikasi Lowbed Trailer 80 .......................................................... 37
Gambar 4.2 Penunjukan bagian dari LBT 80........................................................ 38
Gambar 4.3 Gambar Teknis .................................................................................. 40
Gambar 4.4 Dimensi Jembatan ............................................................................. 41
Gambar 4.5 Tim Pengembangan ........................................................................... 42
Gambar 4.6 Swing Arm ......................................................................................... 58
Gambar 4.7 Cara kerja swing arm ........................................................................ 58
Gambar 4.8 Hydraulic Double Acting .................................................................. 59
Gambar 4.9 Cara kerja Hydraulic Double Acting ................................................. 59
Gambar 4.10 Inner Tube ....................................................................................... 61
Gambar 4.11 Outer Tube....................................................................................... 61
Gambar 4.12 Cara kerja sliding arm ..................................................................... 62
Gambar 4.13 Mixing Arm ...................................................................................... 64
Gambar 4.14 Produk pembanding......................................................................... 66
Gambar 4.15 Chart perbandingan konsep ............................................................ 70
Gambar 4.16 House Of Quality 1 .......................................................................... 71
Gambar 4.17 House Of Quality 2 .......................................................................... 74
Gambar 4.18 Simulasi Produk LBT Customer ..................................................... 76
Gambar 4.19 Simulasi Plat Bordes ....................................................................... 77
Gambar 4.20 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Outer) .............................. 77
Gambar 4.21 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Inner) .............................. 77
Gambar 4.22 Simulasi Komponen Landing Ramp ............................................... 78
Gambar 4.23 Finite Element Analysis ................................................................... 79
xii
Gambar 4.24 Hasil dari FEA ................................................................................. 79
Gambar 4.25 Simulasi Uji Coba ........................................................................... 80
Gambar 4.26 Prototype ......................................................................................... 81
Gambar 4.27 Uji Coba .......................................................................................... 82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Produk dalam Pengembangan Generik .......................................... 7
Tabel 4.1 Anggota Focus Group Discussion ........................................................ 33
Tabel 4.2 Resume FGD ......................................................................................... 35
Tabel 4.3 Kesimpulan customer needs.................................................................. 36
Tabel 4.4 Dimensi LBT 80.................................................................................... 37
Tabel 4.5 Keterangan Komponen LBT ................................................................. 39
Tabel 4.6 Dimensi Excavator Libher 934C .......................................................... 40
Tabel 4.7 Dimensi Jembatan ................................................................................. 41
Tabel 4.8 Pernyataan Misi .................................................................................... 43
Tabel 4.9 Anggota Tim Teknikal .......................................................................... 44
Tabel 4.10 Pengelompokan Kebutuhan ................................................................ 44
Tabel 4.11 Anggota FGD ...................................................................................... 46
Tabel 4.12 Perbandingan tingkat kebutuhan ......................................................... 47
Tabel 4.13 Mudge Diagram .................................................................................. 49
Tabel 4.14 Technical Responses ........................................................................... 50
Tabel 4.15 Matrix Correlation .............................................................................. 53
Tabel 4.16 Technical Correlation ......................................................................... 55
Tabel 4.17 Jenis Karakteristik Teknis ................................................................... 57
Tabel 4.18 Pemenuhan kriteria konsep 1 .............................................................. 60
Tabel 4.19 Pemenuhan kriteria konsep 2 .............................................................. 63
Tabel 4.20 Pemenuhan kriteria konsep 3 .............................................................. 65
Tabel 4.21 Pemenuhan kriteria pada produk kompetitor ...................................... 67
Tabel 4.22 Screening ............................................................................................. 68
Tabel 4.23 Scoring ................................................................................................ 69
Tabel 4.24 Technical Responses dan Technical Target ........................................ 72
Tabel 4.25 Bill Of Materials ................................................................................. 80
xiv
DAFTAR ISTILAH
Stock material adalah sekumpulan komponen yang tersedia di gudang
yang dapat digunakan untuk membuat produk.
Painting style adalah dokumen untuk permintaan spesifikasi untuk
pengecetan. Di dalam painting style akan didetailkan terkait penggunaan
cat, tipe cat, ketebalan cat hingga permintaan sticker. Painting style dibuat
oleh team Production Engineering (PE) melalui permintaan Marketing
staff & Busineness Consultant staff.
Mass customization adalah sistem produksi untuk menciptakan suatu
produk high variatif dengan harga yang relatif lebih murah dibanding
harga produk yang sama. Mass customize mampu memenuhi spesifikasi
produk yang diinginkan oleh customer atau nasabah dengan penyesuaian
build to order, produk yang dihasilkan juga dapat diproduksi secara
massal.
Job order adalah pekerjaan pembuatan produk yang berdasarkan pesanan
dari konsumen.
Mainframe adalah komponen frame utama yang berfungsi sebagai
penopang alat berat yang diangkut oleh Lowbed Trailer 80.
Landing ramp adalah komponen pada Lowbed Trailer 80 yang berfungsi
sebagai landasan utama untuk naik dan turunnya alat berat yang diangkut.
Korosi merupakan kerusakan yang terjadi pada material logam yang
diakibatkan oleh reaksi redoks yang dihasilkan oleh lingkungan
sekitarnya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era industri 4.0 sekarang ini persaingan antar perusahaan meningkat menuntut
industri manufaktur untuk mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Karena kebutuhan setiap konsumen selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Hal ini menuntut inovasi dan kreatifitas terhadap produk yang
dibuat.
Produk merupakan suatu barang atau jasa (service) yang disediakan dan
dihasilkan oleh produsen yang bertujuan dalam pemenuhan kebutuhan konsumen
atau customer. Menurut Scherkenbach (2004), suatu proses pengembangan
produk yang baik dimulai dari kebutuhan konsumen (customer needs), pada
kondisi aktualnya, jika hal itu tidak dimulai dari kebutuhan konsumen, maka akan
terdapat banyak waktu yang pada akhirnya menyebabkan ketidakpuasan
konsumen. Tingkat kebutuhan konsumen bertolak belakang dengan tingkat usaha
produsen, karena konsumen menginginkan manfaat yang maksimal dalam
pemenuhan kebutuhannya, namun produsen mempunyai keterbatasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dari konsumen. Hal ini merupakan fungsi pengembangan
produk, yaitu memberikan solusi terhadap keinginan konsumen dan keterbatasan
produsen dalam membuat produk untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen.
Keberhasilan industri manufaktur dalam menghadapi persaingan berkaitan
langsung dengan kemenangan perusahaan tersebut pada kompetisi pasar (market
competition). Faktor yang mempunyai peran dalam mempertahankan kompetisi
pasar antara lain kualitas desain produk yang menyesuaikan permintaan dari
konsumen. Metode qulity function deployment merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengembangkan kualitas desain sesuai dengan kebutuhan dari
konsumen. Metode ini mampu menerjemahkan permintaan konsumen menjadi
target desain dan menjadi poin utama kualitas jaminan untuk digunakan pada
2
tahap produksi. Fokus utama QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses
pengembangan produk dari awal, karena konsumen tidak akan puas dengan suatu
produk meskipun produk yang dihasilkan tersebut sempurna (Akao, 1990).
PT. X dengan brand JAYA, didirikan pada tanggal 18 februari 1983. Untuk
memenuhi meningkatnya permintaan pembangunan industri di Indonesia. Sebagai
salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dalam bidang manufaktur alat berat
dan rekayasa, produk yang dihasilkan yaitu : Concrete Mixer, Iowbed Trailer 80,
Trailer SST 74 , HD Vessel, Tower Lamp, dsb.
Lowbed Trailer 80 adalah jenis truck trailer yang mempunyai lantai chassis yang
rendah dan dilengkapi dengan jembatan besi bertujuan untuk mengangkut barang
- barang atau alat berat supaya bisa naik sendiri ke chassis tanpa bantuan alat
berat lain untuk mengangkatnya. Produk ini digunakan khusus untuk mengangkut
alat erat seperti Buldozer, Excavator, kendaraan berat industri ataupun kebutuhan
khusus lainnya yang mempunyai kapasitas maksimal berat 80 ton.
Pada awal tahun 2018 PT. X mendapat pemesanan produk Lowbed Trailer 80 dari
customer sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang pertambangan
emas dan batubara. Kondisi saat ini produk LBT yang dimiliki PT. X tidak bisa
diaplikasikan untuk mengangkut alat berat sesuai yang dibutuhkan oleh konsumen
karena lebar penampang LBT 80 adalah 4000 mm sedangkan alat berat yang akan
diangkut adalah 6000 mm. Kemudian akses jalan untuk menuju lokasi tujuan
melewati jembatan, diketahui bahwa lebar jembatan tersebut 5000 mm. Atas
permasalah tersebut, perlu adanya perancangan dan pengembangan produk LBT
80 yang fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan dan pengembangan produk
lowbed trailer 80 dengan metode Quality Function Deployment (QFD)
dikombinasikan dengan metode Fenite Element Analysis (FEA). Penelitian
meliputi : voice of customer, quality meeting, perancangan produk, desain proses
manufaktur dan produk jadi.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka
maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam, yaitu :
• Bagaimana merubah desain produk Lowbed Trailer 80 yang mampu
mengangkut alat berat (Excavator Libheer 943 series) yang memenuhi
kebutuhan konsumen dan kendala yang ada?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
• Memberikan solusi desain pengangkutan alat berat (Excavator Libheer
934 series) yang efektif dengan Lowbed Trailer 80 dan memenuhi desain
yang ada.
1.4 Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
• Perancangan dan pengembangan produk hanya untuk memenuhi keinginan
pelanggan yang dituangkan dalam customer needs dari produk Lowbed
Trailer 80 yang telah diproduksi oleh PT. X.
• Modifikasi desain dari produk Lowbed Trailer 80 memperhatikan
kemampuan produksi yang ada.
1.5 Asumsi
Untuk mendukung kelancaran penelitian ini, maka menggunakan
beberapa asumsi, yaitu :
• Permintaan konsumen atau customer requirments dianggap sebagai
requirement yang harus dipenuhi.
• Technical requirments atau keperluan teknis dikembangkan berdasarkan
customer requirments dan kemampuan yang dimiliki oleh PT. X.
4
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi tentang teori-teori dan kepustakaan
yang menjadi landasan dalam pengamatan terhadap
masalah yang dihadapi. Landasan teori yang dijelaskan
meliputi perancangan dan pengembangan produk.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi kerangka pemikiran penelitian dalam
menganalisis masalah yang dihadapi.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Dalam bab ini berisi data-data yang didapat selama
penelitian yang digunakan sebagai bahan analisis masalah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari serangkaian
pembahasan serta saran-saran yang perlu untuk
disampaikan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produk
Segala sesuatu yang bisa ditawarkan terhadap pasar (market) yang bertujuan
untuk menarik perhatian, penggunaan, akuisisi, atau konsumsi yang memberikan
kepuasan terhadap keinginan atau kebutuhan konsumen merupakan definisi dari
produk (Kotler dan Amstrong, 2014).
Sedangkan menurut Tjiptono (2010), produk merupakan semua hal yang dapat
ditawarkan pada suatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, dan dikonsumsi
oleh konsumen sehingga kepuasan konsumen tercapai. Jadi ada dua kata kunci
yang perlu diperhatikan bagi produsen ialah memenuhi keinginan konsumen dan
memberi kegunaan terhadap customer.
2.1.1 Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan suatu hal yang dapat dijadikan pegangan untuk
menilai tingkat kemampuan suatu produk terhadap kebutuhan customer. Menurut
Kotler dan Amstrong (2014), kualitas produk merupakan suatu kemampuan pada
produk dalam memperagakan fungsi dari produk tersebut. Sesuatu yang
mencakup semua hal seperti durabilitas, realibitas, kemudahan pengopersian
produk, ketepatan dan reparasi pada produk serta semua atribut produk yang
lainnya.
Jika menginginkan keunggulan dalam persaingan pasar, perusahan wajib
mengetahui parameter atau aspek yang digunakan oleh customer dalam menilai
suatu produk untuk memberikan perbedaan dengan produk yang lainnya. Aspek
parameter tersebut menurut Mullins dkk (2001) terdiri dari :
a) Aspek kinerja (performance), aspek ini merupakan hubungan dari
karakteristik operasi dasar dari suatu produk.
b) Aspek daya tahan (durability), merupakan aspek yang mencakup umur
produk untuk bertahan pada pasar sebelum produk tersebut diganti dengan
6
produk yang lainnya. Semakin besar frekuensi penggunaan produk
tersebut oleh customer maka semakin kuat pula produk tersebut bersaing
pada kompetisi pasar.
c) Aspek kesesuaian dengan spesifikasi produk (conformance to
specifications product), merupakan kesesuain dasar karakter suatu produk
yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi atau kriteria dari
konsumen dan pada produk tersebut tidak ditemukan cacat.
d) Aspek features atau fitur, merupakan karakteristik dari suatu produk yang
didesain sebagai penyempurna dari fungsi produk dan juga memberikan
nilai tambah dari ketertarikan customer kepada produk tersebut.
e) Aspek reabilitas (reability), merupakan aspek dimana suatu produk dapat
memuaskan atau tidak pada periode tertentu. Semakin kecil peluang
rusaknya suatu produk maka dapat dinilai bahwa produk tersebut bisa
diandalkan.
f) Aspek estetik (aestetics), dimana aspek dapat dinilai melalui
bentuk,warna, bau yang mempengaruhi terhadap penampilan pada suatu
produk.
g) Aspek kesan kualitas (perceived quality), adalah hasil penggunaan pada
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung, hal ini dikarenakan
kurangnya informasi penggunaan produk oleh customer. Sehingga,
gambaran produk oleh customer didapat melalui price, brand, promotion,
& reputation.
7
2.1.2 Jenis Produk
Menurut Karl T Ulrich & Steven D. Eppinger (2008), penggolongan perancangan
dan pengembangan produk dapat dijabarkan pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Jenis Produk dalam Pengembangan Generik
(diadopsi dari Ulrich dan Eppinger, 2008)
Jenis
Produk
Deskripsi Perbedaan proses Contoh
Generic
(Market-
Pull)
Products
Diawali dari kebutuhan
konsumen kemudian
pemilihan teknologi yang
digunakan merupakan
langkah dari perusahaan
untuk memenuhi
kebutuhan konsumen
Perencanaan,
pengembangan konsep,
sistem level desain,
detail desain, pengujian
dan penyempurnaan
dan fase peningkatan
produksi
Peralalatan
olahraga dan
furniture
Technology-
Push
Products
Diawali dari teknologi
terbaru kemudian
dilanjutkan dengan
penemuan pasar yang
sesuai dengan produk
yang dihasilkan
Kesesuaian teknologi
dan pasar dilakukan
pada tahap
perencanaan,
diasumsikan
bahwasanya teknologi
yang digunakan telah
tersedia
Jas hujan Gore-
Tex, amplop
Tyvek
Platform
Products
Perusahaan berasumsi
bahwa produk baru akan
dilengkapi dengan suatu
teknologi subsystem yang
ada
Konsep pengembangan
berasumsi adanya suatu
teknologi platform
Peralatan
konsumen
elektronik,
komputer
Process-
Intensive
Products
Proses produksi yang
membatasi dari
karakteristik produk yang
dihasilkan
Proses produksi yang
dilakukan sekarang
harus menjadi spesifikasi
awal, atau antara
produk dan proses
dikembangkan bersama
sejak awal.
Makanan ringan,
makanan
sarapan, sereal,
kimia, peralatan
semi konduktor.
Customized
Products
Sedikit variasi pada model
yang telah ada
sebelumnya untuk
menghasilkan produk baru
Kesamaan projek
memungkinkan untuk
efisiensi dan
peningkatan proses
pengembangan yang
terstruktur.
Motor, Saklar,
baterai,
kontainer
8
2.2 Proses Perancangan dan Pengembangan Produk
2.2.1 Pengertian Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan studi tentang suatu produk yang dikembangkan
lebih lanjut sehingga mereka memiliki tingkat kegunaan yang lebih tinggi dan
lebih disukai oleh customer. Penelitian ini bisa menjadi penelitian lapangan
(survei konsumen) dan juga bisa menjadi penelitian laboratorium (di laboratorium
perusahaan) atau bisa juga keduanya. Dalam penelitian lapangan, data akan
ditemukan pada produk yang akan dikembangkan. Pengembangan di sini bisa
mencakup pengembangan kualitas, penggunaannya, dan lainnya. Hal ini
disesuaikan dengan selera customer. Sedangkan permasalahan yang menyangkut
dengan penelitian laboratorium dalam penerapan masalah pengembangan produk,
utamanya untuk produk jenis obat dan produk lainnya. Aktivitas penelitian dan
pengembangan produk ini diharapkan oleh perusahaan untuk selalu dapat
menyesuaikan terhadap produk yang disukai oleh customer (Nasution, 2003).
Tujuan dari penelitian dan pengembangan produk yaitu hasil dari produk yang
dihasilkan oleh produsen selalu sesuai dengan kebutuhan dan selera masyarakat.
Sehingga, produk barang dan jasa yang dihasilkan akan selalu menarik dan
dibutuhkan oleh masyarakat. Tujuan dari semua itu adalah peningkatan penjualan
yang akan berdampak terhadap kelangsungan hidup dari perusahaan seiring
tumbuh dan meningkatnya laba perusahaan (Nasution, 2003).
Pengembangan produk adalah aktivitas lintas disiplin yang memerlukan
kontribusi penuh dari semua fungsi dari perusahaan, tetapi dari semua fungsi
tersebut terdapat 3 fungsi utama untuk proyek pengembangan produk (Cross,
1994) adalah sebagai berikut:
1. Marketing (Pemasaran)
Fungsi dari marketing adalah sebagai penyambung informasi dan interaksi
timbal balik informasi antara perusahaan dengan customer. Peran lain dari
marketing adalah sebagai fasilitator proses identifikasi kebutuhan dan
keinginan customer, mendefinisikan segmen pasar, dan juga ikut dalam
proses mengidentifikasi kebutuhan customer. Departemen pemasaran ini
juga mempunyai fungsi untuk mendesain komunikasi antara perusahaan
pembuat produk dengan customer, penetapan target harga (price) dan
9
merancang peluncuran produk ke masyarakat dan promosi produk
tersebut.
2. Design (Perancangan)
Tugas dari departemen perancangan ini mencakup desain industri
(estetika, ergonomi, user interface) dan desain engineering (mekanik,
elektrik, dan lainnya). Fungsi dari perancangan memiliki kontribusi yang
penting dalam pembentukan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
3. Manufacture (Pembuatan)
Fungsi utama dari bagan ini adalah merancang operasi produksi dalam
proses pembuatan suatu produk. Lingkup dari bagian ini adalah
pembelian, instalasi dan distribusi.
2.2.2 Proses Pengembangan Produk
Menurut Ulrich-Epping (2001) ada 6 fase atau tahapan dalam proses
pengembangan produk, diantaranya yaitu :
• Perencanaan Produk
Kegiatan dari perancangan produk ini disebut juga “zero fase”. Dimana pada
aktivitas ini mendahului dari proses persetujuan proyek dan proses dari
pengembangan produk aktual.
• Pengembangan Konsep
Pada fase ini pengembangan ide atau konsep dilakukan identifikasi terhadap
kebutuhan pasar, alternatif pilihaan dari konsep awal produk diberikan dan
dilakukan evaluasi terhadap konsep produk tersebut. Kemudian dari beberapa
alternatif yang diberikan dipilih salah satu konsep terbaik untuk dikembangkan
dan dijadikan hingga prototipe.
• Perancangan Tingkat Sistem
Cakupan dari tahapan perancangan tingkat sistem yaitu definisi arsitektur produk
dan uraian dari produk menjadi suatu subsistem banyak beserta komponennya.
10
• Perancangan Detail
Pada tahapan perancangan detail meliputi banyak hal diantaranya spesifikasi
material yang digunakan, bentuk dan toleransi dari semua komponen unik pada
produk yang dibuat serta mengidentifikasi semua komponen standar yang perlu di
beli ke supplier.
• Uji dan Perbaikan
Pada tahapan pengujian dan perbaikan melibatkan struktur produk dan evaluasi
dari macam-macam versi produksi awal produk. Pada tahap ini menganalisa dari
struktur yang dibuat dengan Fenite Element Analysis dengan software tertentu
sehingga dapat mengetahui struktur terbaik dari desain yang dibuat.
• Prototype
Pada tahap prototype, pembuatan produk dengan menggunakan sistem produksi
yang nyata. Peralihan dari prototype menjadi produksi biasanya tahap demi tahap.
Tujuan dari prototipe ini yaitu untuk melatih para tenaga kerja dalam pemecahan
masalah yang timbul pada proses produksi. Pada masa peralihan produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan kepada customer.`
2.2.3 Proses Pengembangan Konsep
Menurut Nasution (2003) proses pengembangan mencakup tahapan sebagai
berikut :
1. Identifikasi kebutuhan konsumen
Sasaran atau target pada tahapan atau aktivitas ini adalah memahami kebutuhan
konsumen dan komunikasi yang efektif terhadap tim pengembangan. Output dari
aktivitas ini adalah sekumpulan pernyataan dari daftar kebutuhan konsumen yang
telah disusun rapi dan mempunyai hirarki serta bobot dari kepentingan pada
kebutuhan customer.
Tujuan dari metode identifikasi kebutuhan konsumen adalah sebagai berikut :
11
a) Meyakinkan bahwasanya produk telah difokuskan terhadap customer
needs.
b) Mengidentifikasi customer needs yang tidak terucapkan dan
tersembunyi seperti kebutuhan eksplisit.
c) Sebagai dasar dalam penyusunan spesifikasi produk yang akan
diproduksi.
d) Jaminan tidak ada kebutuhan konsumen yang terlupakan.
e) Memberikan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen
diantara anggota tim pengembangan.
2. Penetapan spesifikasi target
Penerjemahan kebutuhan konsumen menjadi kebutuhan teknis merupakan
pengertian dari tahapan penetapan spesifikasi target. Output pada tahapan ini
adalah daftar spesifikasi target. Proses pada tahapan ini dibagi dalam 3 langkah,
diantaranya adalah :
a) Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan menggunakan tingkat
kepentingan yang telah diturunkan dan direfleksikan dari tingkat
kepentingan kebutuhan customer.
b) Pengumpulan tentang informasi mengenai kompetitor dan
membandingkan tingkat kepuasan customer terhadap produk kompetitor.
c) Penetapan nilai marginal dan target ideal yang mampu dicapai untuk tiap
metrik.
3. Penyusunan konsep
Menggali lebih dalam area konsep produk yang kemungkinan ada kesesuaian
dengan kebutuhan konsumen merupakan sasaran dari tahapan ini. Definisi dari
konsep produk yaitu gambaran suatu produk mengenai prinsip kerja, teknologi
dan bentuk dari sebuah produk yang akan dihasilkan. Konsep produk ini
merupakan gambaran ringkas dalam pemenuhan customer needs.
Proses untuk penyusunan konsep terdiri dari 4 langkah, yaitu :
a) Pemaparan masalah dengan menggunakan diagram fungsi.
b) Pencarian eksternal perusahaan.
12
c) Pencarian internal perusahaan
d) Pendalaman yang sistematis dengan menggunakan pohon klasifikasi dan
tabel kombinasi.
4. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan tahapan dimana konsep produk, ide atau gagasan
dianalisis secara berturut-turut, selanjutnya dilakukan eliminasi untuk identifikasi
konsep terbaik. Dalam tahap pemilihan konsep ada dua tahapan, antara lain :
a. Penyaringan konsep atau screening concept
Tujuan dari aktivitas ini adalah mempersempit dari total jumlah konsep yang
diajukan. Kemudian dilakukan analisa dengan cepat dan juga memperbaiki
konsep yang ada untuk lebih baik.
b. Penilaian konsep atau scoring concept
Pada aktivitas ini tim pengembangan melakukan penilaian kepentingan relative
dari masing-masing kriteria yang diseleksi dan difokuskan pada hasil dari
perbandingan yang lebih baik lagi dengan penekanan terhadap setiap kriteria.
5. Pengujian konsep
Pengujian konsep ini bertujuan untuk mengetahui apakah customer needs telah
terpenuhi, melakukan identifikasi terhadap kelemahan yang perlu diperbaiki
selama proses pengembangan yang berkelanjutan dan memperkirakan potensial
market dari produk tersebut.
6. Penentuan spesifikasi akhir
Penentuan kembali spesifikasi target pada awal proses dan ditinjau ulang setelah
proses dipilih dan diuji. Pada tahapan ini, tim harus konsisten dengan nilai besaran
spesifik yang mencerminkan batasan pada konsep produk tersebut, batasan yang
di identifikasi melalui permodelan dengan software secara teknis, serta pilihan
antara biaya dan kinerja yang ada.
13
7. Perencanaan proyek
Pada tahapan dari pengembangan konsep, tim membuat jadwal pengembangan
secara detail dan terperinci, menentukan strategi yang bertujuan untuk efisiensi
waktu pengembangan, dan melakukan identifikasi resources yang digunakan
untuk menyelesaikan proyek tersebut.
8. Analisis ekonomi
Pada tahapan analisis ekonomi yang digunakan sebagai kepastian dalam
kelanjutan program pengembangan secara keseluruhan dan memberikan solusi
terhadap penawaran spesifikasi produk, sebagai contoh antara cost manufaktur
dan cost pengembangan. Analisis ekonomi merupakan salah satu tahapan dalam
pengembangan produk.
9. Analisis produk kompetitor
Pemahaman dan pengetahuan tentang produk kompetitor sangatlah penting
sebagai penentu dari penentuan segmentasi dan posisi new product yang berhasil
dan bisa menjadi sumber gagasan yang kaya untuk perancangan produk dan
proses produksi. Analisa kompetitor ini dilakukan untuk mendukung banyaknya
dari awal hingga akhir.
10. Permodelan dan prototipe
Beberapa bentuk model dan prototipe. Cakupan dalam hal ini meliputi
permodelan dalam pembuktian konsep yang akan membantu tim pengembangan
produk dalam pembuktian dari kelayakan model ‘hanya bentuk’ di pertunjukan
kepada customer yang bertujuan untuk evaluasi nilai ergonomi dan style,
sedangkan model lembar kerja merupakan pilihan teknis yang dibuat.
2.3 Quality Function Deployment (QFD)
Identifikasi customer needs dapat ditentukan dengan menggunakan konsep QFD.
Dimana mengidentifikasi dari customer needs sangat berguna pada proses product
development yang bertujuan sebagai pendekatan terhadap sasaran hal apa yang
sebenarnya di inginkan oleh customer..
14
Konsep dari QFD pertama kali dikemukakan oleh Dr. Yoji Akao di jepang tahun
1966. Akao mengartikan bahwa QFD digunakan sebagai metode untuk
mendefinisikan perancangan kualitas dengan ekspektasi dari customer. Setelah itu
menerjemahkannya dalam bentuk desain target dan critical point pada kualitas
sehingga bisa digunakan tahapan pengembangan jasa produksi. QFD merupakan
alat pengolahan dan pengaturan yang sangat efektif, yang dilandaskan pada
ekspektasi customer, pada umumnya digunakan sebagai pengendalian proses
pengembangan produk atau pengembangan jasa dalam suatu industri. (Besterfield
dkk. 2003).
Fungsi dari QFD adalah menerjemahkan kualitas subjektif dari customer menjadi
kualitas objektif yang dapat diukur kemudian dapat dikembangkan menjadi
sebuah produk. Fungsi lain dari QFD adalah dapat menerjemahkan dari voice of
customer (suara pelanggan) menjadi spesifikasi produk dimana QFD sebagai titik
temu seberapa besar perusahaan dapat mewujudkan dari kebutuhan tersebut.
QFD sebagai tool pengembangan produk dan perbaikan yang berkelanjutan dan
telah diterapkan pada banyak perusahaan. Projek mini-vans Toyota pada tahun
1977 merupakan salah satu contoh dari kesuksesan penggunaan metode QFD.
Dimana metode QFD mampu mengurangi 20% dari setup cost, dan berkelanjutan
mengalami peningkatan setelah setahun kemudian menjadi 38 %.
Pada penerapan metode QFD, ada tiga alasan digunakannya metode QFD dalam
product development, diantaranya adalah:
1. Metode QFD mampu menerjemahkan berdasarkan data kebutuhan
customer yang terungkap maupun yang tidak terungkap oleh customer.
2. Metode QFD dapat menerjemahkan kebutuhan customer ke dalam
karakteristik dan spesifikasi produk yang dibutuhkan.
3. Metode QFD mampu memberikan kualitas layanan produk dengan
memfokuskan dari setiap aktivitas proses pengembangan terhadap
kepuasan customer.
Dalam hal penerapan metode QFD, ada 3 alasan metode ini digunakan dalam
proses product development (Davis dkk. 2004) :
15
1. Fokus terhadap customer, hal ini dikarenakan data pengolahan pada
tahapan QFD didapatkan sesuai data dari kebutuhan dan keinginan
customer terhadap pengembangan produk yang dilakukan.
2. Efisiensi terhadap waktu proses pengembangan produk. Metode QFD
dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk
karena fokus terhadap identifikasi kebutuhan customer yang jelas.
Sehingga waktu lebih efisien dimana waktu tidak terbuang untuk
pengembangan komponen atau fitur yang tidak di inginkan oleh customer.
3. Orientasi terhadap teamwork, metode QFD merupakan metode dengan
pendekatan kerjasama tim, dimana semua proses yang dilakukan
berdasarkan konsensus melalui proses diskusi dan brainstorming atau
Focus Group Discussion (FGD).
4. Orientasi terhadap dokumentasi yang jelas dan rapi, dimana produk yang
dihasilkan menggunakan metode QFD akan mempunyai dasar
dokumentasi yang jelas dan rapi, bukan hanya dilakukan berdasarkan
insting dan skill dari setiap peserta diskusi. Isi dari dokumen tersebut
adalah identifikasi kebutuuhan konsumen, alasan, pertimbangan dan
spesifikasi akhir dari proses diskusi dengan metode QFD. Pembaharuan
terhadap dokumen akan dilakukan secara berkelanjutan jika ditemukan hal
yang tidak relevan.
2.3.1 Sejarah metode Quality Function Deployment (QFD)
Ditemukannya metode Quality Functin Deployment (QFD) sesaat setelah industri
Jepang sedang jatuh pasca Perang Dunia II (PD II). Ketika itu, terjadi transformasi
pengembangan konsep produk dari cara menyalin dan imitasi, mulai beralih ke
konsep produk asli atau originalitas. QFD mulai diperkenalkan di Jepang ketika
industri mobil pada negara tersebut berada pada pertumbuhan yang cepat dan
membutuhkan pengembangan produk baru dan dibutuhkannya perubahan model
secara berkelanjutan di era 1960-1965.
Hal yang dilakukan oleh Yoji Akao yaitu mengumpulkan konsep dan pengalaman
dalam sebuah publikasi, dimana pendekatan ini dijelaskan dengan istilah
16
“Hinshitsu Tenkan” (Quality Deployment – QD) pada tahun 1972. Kata yang
diambil tersebut memiliki tiga makna, yaitu :
a. Hinshitsu yang bermakna feature atau qualities.
b. Kino yang bermakna function atau mechanization.
c. Tenkai yang bermakna deployment atau diffusion.
Penerbitan buku yang dilakukan oleh Japanese Standart Association (JSA)
dimana berfokus pada studi kasus QFD pada tahun 1987. Kemudian buku itu
diartikan dan diterbitkan oleh lembaga JUSE. Buku tersebut masih digunakan
oleh banyak perusahaan saat ini.
2.3.2 Empat Fase QFD
Aplikasi perancangna dan pengembangan produk dengan metode QFD dapat
dibagi dalam beberapa fase atau tahapan (Besterfield dkk, 2003):
Fase 1: Perencanaan Produk
Untuk data awal berasal dari kebutuhan konsumen. Tahapan ini dilakukan
pengumpulan data kebutuhan konsumen yang dipimpin oleh bagian pemasaran
(marketing), meskipun pada beberapa fokus telah melibatkan ahli teknis produk
maupun ahli teknis manufaktur. Data yang akurat, baik dan terukur penting
dilakukan untuk keberhasilan keseluruhan proses dalam metode QFD. data
tersebut kemudian di terjemahkan ke dalam jawaban teknis (technical responses)
dimana pada buku lain disebut juga quality characteristics. Pada fase ini akan
menjawab seperti apakah sebuah produk yang baik bagi pelanggan. Fase ini yang
biasa dikenal dengan menyusun rumah kualitas (house of quality). Empat fase dari
QFD dapat dilihat pada Gambar 2.1.
17
Gambar 2.1 Fase QFD
(diadopsi dari Dooley, 2002)
Fase 2: Desain Produk (Perancangan Produk)
Secara umum tahapan ini diketuai oleh bagian teknis atau rekayasa produk.
Dibutuhkan ide yang kreatif dan inovatif pada tim perancangan produk.
Dijelaskan secara terperinci konsep atau ide produk tersebut. Kemudian
terdokumentasi dengan baik. Pada tahapan ini technical responses pada fase 1
dijabarkan menjadi part characteristics.
Fase 3: Perencanaan Proses
Pada tahap ini perencanaan proses dipimpin oleh rekayasa proses manufaktur,
karena pada tahap ini rekayasa manufaktur yang terlibat langsung dalam proses
produksi produk. Proses produksi ditampilkan dalam bentuk diagram alir. Hal ini
unuk membantu proses desain. Part Characteristics pada fase 2 terdefinisi
menjadi process parameters.
18
Fase 4: Perencanaan Produksi
Pada tahapan ini brtujuan untuk melihatproses produksinya, perencanaan
perawatan, pelatihan keterampilan bagi operator, dan hambatan yang terjadi saat
proses produksi, sehingga pada tahapan ini dibuatlah indikator kinerja. Tahap ini
juga ditentukan proses yang dapat menimbulkan dampak risiko tertinggi terhadap
kegagalan dan kontrol produksi diletakkan pada suatu tempat supaya tidak terjadi
kegagalan. Kemudian didefinisikan lagi menjadi production plans & input pada
process parameters tahap 3 ini.
2.4 House of Quality (HOQ)
Metodologi QFD ditampilkan pada sebuah matrik. Pengaplikasian dari matrik ini
disebut juga House Of Quality (HOQ). Dikatakan sebagai “rumah” karena bentuk
dari matrik ini mirip dengan rumah yang mempunyai bagian badan dan atap.
Fungsi dari HOQ ni untuk mengidentifikasi dari kebutuhan konsumen. Bagian
dari HOQ bisa dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 House Of Quality
( diadopsi dari Johnson dkk, 2003)
19
2.4.1 Suara Konsumen (Voice Of Costomers)
VOC merupakan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dapat
memberikan hal yang spesifik sebagai contoh “Saya membutuhkan pengiriman
dalam 3 hari” dapat juga memberikan hal yang ambiguous “Pengiriman lebih
cepat”. VOC ini juga dapat sebagai pembanding dengan data internal (“voice of
the process”) untuk memberikan penilaian proses performance maupun process
capability pada saat ini. Diagram Kano juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
tingkat kepentingan sebuah spesifikasi. Diagram kano ini mengelompokan
spesifikasi menjadi 3 jenis, harus ada atau must be, kemampuan atau performance
dan pemuas atau delighter, serta membandingkan terhadap tingkat keberadaan
spesifikasi (Wignjosoebroto, 2008).
2.4.1.1 Tahap Pengumpulan Suara Konsumen (VOC)
Dilakukan survei pada tahap ini yang digunakan untuk memproleh suara
pelanggan (VOC) yang pasti membutuhkan keterampilan dan waktu untuk
mendengarkan keluahan dari customer. Proses ini membutuhkan data dari
customer untuk dijadikan atribut dari produk atau jasa. Setiap masing-masing
atribut produk mempunyai data numerik yang mempunyai hubungan dengan
kepentingan relatif atribut untuk customer serta tingkat performansi kepuasan
pelanggan dari produk yang dihasilkan berdasarkan atribut dari produk tersebut
(Nasution, 2003).
Data dari customer bisa memberikan petunjuk dari variasi pola hubungan yang
mugkin tergantung dari pengumpulan performansi kepuasan pelanggan. Diberikan
perhitungan interpretasi data apakah customer yang disurvei menggunakan satu
atau banyak produk , kemudian apakah sampel dari customer terdiri dari seluruh
konsumen dari berbagai tipe atau segmentasi. Tahapan pada proses ini dapat
dijelaskan sebagai berikut (Nasution, 2003) :
a. Mengklasifikasi kebutuhan customer
Penggunaan revealed importance dan stated importance sebagai model klien tiap
atribut untuk mengklasifikasikan customer needs menjadi 4 kategori, yaitu :
20
• Kebutuhan yang diharapkan atau expected needs. : High stated
importance dan low revealed importance.
• Kebutuhan impact rendah atau low-impact needs : Low stated
importance dan low revealed importance.
• Kebutuhan impact tinggi atau high-impact needs : High stated
importance dan high revealed importance.
• Kebutuhan yang tersembunyi atau hidden needs : Low stated
importance dan high revealed importance.
b. Pengumpulan data kualitatif
Dalam pengambilan keputusan perancangan yang disesuaikan dengan customer
needs maka produsen wajib mengetahui kebutuhan sesungguhnya dari pelanggan.
Solusi teknis yang digunakan harus dapat dibedakan dengan kebutuhan
sesungguhnya pelanggan. Pengumpulan data kualitatif dapat dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya yaitu :
• Interview / wawancara
• Contexual Inquiry (CI) / permintaan kontekstual
• Focus Group Discussion (FGD) / diskusi grup
c. Menganalisa data pelanggan
Hasil dari proses menganalisa data pelanggan ini adalah diagram afinitas, dimana
tahapannya adalah sebagai berikut :
• Identifikasi frasa yang mewakili kebutuhan pelanggan menggunakan
kalimat pernyataan dari pengalaman nyata.
• Memilih tingkatan perwakilan dari keinginan dan kebutuhan
konsumen pada HOQ.
• Pembuatan diagram afinitas, dimana diagram ini sebagai alat yang
digunakan untuk identifikasi semua informasi kualitatif dan terstruktur
secara hirarki (bottom up).
• Mengurutkan frasa-frasa menjadi suatu kebutuhan pelanggan
sesungguhnya dengan menggunakan suara konsumen (VOC). Pada
21
proses pengembangan ini semua pertanyaan dan masalah yang
dihadapi harus diberikan solusi serta ide konsep dari pengembangan
produk.
d. Kuantifikasi data
Hal yang perlu dilakukan selanjutnnya adalah kuantifikasi data. Data yang
dibutuhkan untuk prose QFD, diantaranya yaitu :
• Kepentingan reatif dari semua kebutuhan.
• Tingkat performansi kepuasan pelanggan terhadap masing-masing
kebutuhan pelanggan.
Secara umum diwakili dengan menggunakan angka lima sebagai tingkat
kepentingan tinggi dan angka 1 tingkat kepentingan yang rendah. Penentuan
proses kepentiingan relative bisa dilakukan dengan penggunaan metode rata-rata,
mudge diagram, standar deviasi, AHP dan sebagainya.
2.4.2 Planning Matrix
Pada bagian ini berisikan tentang informasi penting mengenai penilaian
perancangan yang akan dikembangkan dan setelahnya berdasarkan keinginan dan
kebutuhan pelanggan pada saat ini. Bagian terpenting pada planning matrix ini
menurut Kai Yang dan Basem El-Haik (2009) :
22
Gambar 2.3 Planning Matrix dan Phase 1 QFD
(diadopsi dari Yang dan El-Haik, 2003)
23
a. Row Weight / Absolute Importances
Pada kolom ini berisikan tentang data berdasarkan hasil dari perhitungan data
serta keputusan yang dibuat di dalam planning matrix. Perhitungan row weight ini
dapat mengetahui tingkatan kepentingan dari setiap kriteria pelanggan dan
keuntungan dengan pertimbangan hal penting seperti importance ratio, (rasio
kepentingan). Semakin penting customer needs tersebut bagi organisasi /
perusahaan semakin besar pula nilai row weight. Maka dalam memenuhi tingkat
kepuasan pelanggan menggunakan rumus berikut:
��� = ��� � �� � ��� ……………………………………………………..(2.1)
Keterangan :
RWi = Row Weight atribut i
Iwi = Bobot / nilai tingkat kepentingan untuk atribut konsumen i
SPi = Sales Point atribut i
IRi = Importance Ratio atribut i
b. Sales Point / Rank Oraders
Sales point adalah nilai yang diberikan oleh perusahaan berdasarkan kemampuan
dari fungsi daya jual tersebut. Sales Point dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
1 = fungsi mempunyai daya jual rendah
1,2 = fungsi mempunyai daya jual sedang
1,3 = fungsi mempunyai daya jual tinggi
c. Normalized Row Weight/ Relative Importances
Merupakan persentase dari nilai row weight. Penunjukan nilai normalized raw
weight menggunakan urutan pembobotan suatu kriteria customer needs and
benefit secara menyeluruh. NRW ini digunakan sebagai pertimbangan pemilihan
prioritas technical responses yang digunakan untuk rencana peningkatan kualitas
produk. Perhitungan NRW adalah sebagai berikut :
�� =��
�ⁿᵢ��(���)…………………………………………...........……........... (2.2)
24
Keterangan :
NRW = Normalized Row Weight
RWi = Row Weight atribut i
2.4.3 Technical Responses
Technical response disebut juga dengan matrik How’s berisikan data teknis yang
digunakan oleh perusahaan untuk menggambarkan kinerja dari produk atau jasa
yang disediakan. Matrik ini adalah translasi dari kriteria kebutuhan pelanggan ke
dalam suatu gambaran produk atau jasa yang dikembangkan. Salah satu cara yang
bisa digunakan dalam penentuan isi dari matrik ini yaitu dengan menentukan
dimensi dan cara pengukurannya, dan juga dengan melihat fungsi dari produk atau
jasa tersebut beserta subsistemnya. Untuk pengukuran kinerja di bidang jasa bisa
menggunakan pendekatan proses atau jalannya proses melalui pelayanan jasa
tersebut dari awal hingga akhir ke customer.
2.4.4 Relationship Matrix / Matrik Hubungan
Relationship matrix memberikan pernyataan tentang relasi yang terjadi antara
kebutuhan pelanggan dengan jawaban teknis (technical responses). Setiap
hubungan memberikan petunjuk dari kekuatan hubungan antara masing-masing
technical response terhadap masing-masing VOC. Kekuatan relasi itu disebut juga
pengaruh (impact) dari technical response terhadap VOC. Probabilitas pada
matrik hubungan ini akan digambarkan oleh angka-angka untuk memudahkan
pembacaan dengan pembagian atribut respon teknis menjadi sangat kuat (9), kuat
(3), sedang (1), atau tidak saling terhubung sama sekali (0).
25
Gambar 2.4 Correlation Matrix and Tradeoff between Technical Requirments
(diadopsi dari Dieter dan Schmidt, 2009)
2.4.5 Technical Correlation / Hubungan Teknis
Hubungan teknis mengartikan bahwa hubungan yang terjadi pada setiap bagian
rekayasa teknis dinyatakan dengan matrik korelasi. Penjelasan mengenai tingkat
kepentingan hubungan atau ketertarikan antara design requirment, dijelaskan
menggunakan simbol khusus yang memberi pengertian bahwa hubungan tersebut
sangat positif, positif, negatif, sangat negatif atau tidak ada hubungan sama sekali
antara hubungan teknis.
2.4.6 Technical Target / Target teknis
Secara umum ditentukan dengan nilai tertentu dan dilengkapi dengan satuan
pengukuran yang jelas. Bagian ini juga berisikan tentang beberapa informasi
mengenai tingkat kepentingan dari setiap technical responses berdasarkan
penilaian perusahaan yang dapat diukur dan ditentukan dengan jelas.
26
2.4.7 Absolute Importance
Yaitu nilai ukuran yang memberikan petunjuk tingkat kepentingan technical
responses yang akan dilaksanakan dengan melihat hubugan antara customer
requirement, customer importance dan technical responses. Absolute importance
dapat dihitung sebagai berikut :
�������� � !�"�#$%� (�&) = Σⁿᵢ‗₁(M(i, j)����) ……………................... (2.3)
Keterangan :
M = Relationship Matrik
IR = Relative Importance of Customer Requirment
2.4.8 Relative Importance
Nilai absolute importance yang dinyatakan dengan persentase kumulatif disebut
relative importance. Dapat dinyatakan sebagai berikut:
���#��.� � !�"�#$%� (��) =/0
1/0�100% ……………………….………… (2.4)
Keterangan :
AI = Absolute Importance
27
BAB III
METODOLOGI
Metodologi penelitian merupakan kerangka kerja atau kerangka berpikir secara
sistematis yang akan dilakukan untuk mengidentifikasi, merumuskan,
menganalisa, memecahkan, dan menyimpulkan suatu masalah pada pembahasan
yang diangkat sebagai suatu penelitian sehingga lebih fokus dan beraturan dengan
tujuan pada penyelesaian yang telah ditentukan.
3.1 Kerangka Penelitian
Dalam hal ini penulis mencoba berpikir secara sistematis dengan membuat
kerangka kerja penelitian. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut :
Gambar 3.1 Kerangka Metodologi
Kesimpulan dan Saran
Analisis Data
Pengumpulan Data
Tinjauan Pustaka
Identifikasi Masalah
Mulai
Selesai
28
3.2 Identifikasi Masalah
Metode yang dilakukan adalah melalui interview dan meeting terhadap
permasalahan yang dialami responden atau customer dalam proses sarana-
prasarana pengangkutan Excavator. Langkah selanjutnya dilakukan pengambilan
data kuantitatif terhadap pendapat beberapa responden melalui hasil meeting atau
Focus Group Discussion (FGD).
3.3 Tinjauan Pustaka
Peneliti akan fokus terhadap literatur tentang perancangan dann pengembangan
produk dengan metode Quality Function Deployment (QFD). Tinjauan pustaka
telah dibahas pada bab 2.
3.4 Pengumpulan Data
Sesuai metode QFD yang telah dijelaskan pada bab 2, tahapan pengumpulan dan
pengolahan data mengikuti House of Quality sebagaimana gambar 3.2.
Gambar 3.2 House Of Quality
(diadopsi dari Dieter dan Schmidt, 2009)
29
Produk yang menjadi objek penelitian adalah Lowbed Trailer Jaya 80. Untuk
mengumpulkan data keinginan pelanggan atau Customer Requirments (CR),
beberapa tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Data Voice Of Customer (VOC)
Untuk mendapatkan data voice of customer dilakukan dengan cara
mengundang customer dari produk yang akan menggunakan Trailer 80 Jaya.
Kemudian dibentuk Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan
teknisi dari produk Lowbed Trailer 80.
b. Data Lowbed Trailer 80
Selain data voice of customer, diperoleh juga data produk yang akan didesain.
Data ini dapat diperoleh dari data tim pengembangan internal perusahaan.
c. Data Excavator dan Jalan
Hal lain yang dibutuhkan oleh tim pengembangan adalah data Excavator
sebagai unit yang akan diangkut dan data jalan yang akan dilewati. Data ini
diperoleh dengan pengukuran actual dilapangan yang dilakukan oleh tim
Aplication Engineering (AE). Selain itu juga diperoleh data teknis dari
customer.
d. Data Tim Pengembangan
Untuk mencapai keberhasilan project maka perlu dibentukanya tim
pengembangan yang bertanggung jawab atas project tersebut sehingga dapat
memuaskan customer. Pada project ini dibentuk dari 3 departemen yang
diwakilkan oleh beberapa staff. Departemen tersebut adalah RnD
departement, Parts Marketing and Sales departement, Engineering
departement.
30
3.5 Analisis Data
3.5.1 Analisis data dengan metode QFD
Tahap-tahap pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik kebutuhan dan keinginan customer
Kebutuhan dan keingininan customer dilihat dari diagram afinitas dan
screening.
b. Menentukan kepentingan relatif
Metode yang digunakan adalah scoring dan mudge diagram.
c. Perencanaan Produk
Dari data kebutuhan konsumen serta tngkat kepentingan relatif, dapat
dibentuk house of quality fase 1. Pada tahapan ini tim pengembangan
membuat technical responses untuk menjawab kebutuhan customer.
Penentuan technical responses didapat dari anggota focus group yang
sudah memiliki keahlian tentang produk Lowbed Trailer 80. Pada fase ini
menghasilkan QFD.
d. Desain Produk
Menentukan karakteristik dan spesifikasi produk yang akan dihasilkan.
70% anggota tim pengembangan adalah engineer. Pada tahap ini akan
dilakukan analisa terhadap desain yang dibuat. Metode yang digunakan
adalah Finite Elements Analysis (FEA). Pada metode ini menganalisa
struktur desain yang dibuat dimana simulasi modelling dijadikan dalam
bentuk node-node partikel kecil yang dapat menganlisa tegangan stress
yang terjadi pada struktur. Hasil yang keluar dari analisa FEA adalah
warna yang berbeda pada struktur, jika warna yang dihasilkan adalah
warna merah menunjukan bahwa area tersebut terjadi tegangan yang kuat
sehingga dibutuhkan perbaikan terhadap struktur yang buat. Warna yang
dihasilkan biru menjukkan struktur area tersebut sudah cukup kuaat utuk
menahan beban yang diberikan. Pembebanan yang dilakukan menyerupai
kondisi dilapangan. Pada penelitian ini struktur akan disimulasikan
menahan beban dari berat Excavator. Pada tahap ini customer akan
dilibatkan terhadap persetujuan desain yang dibuat.
31
Gambar 3.3 Metode Finite Element Analysis
(diadopsi dari Hutton, 2004)
3.6 Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian yang didapat maka peneliti akan memberikan kesimpulan
dan saran yang berguna untuk perusahaan sehingga akan memberikan solusi
terbaik.
32
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1 Pengumpulan Data
Data yang lengkap dan valid akan sangat membantu pada proses analisa dan
pengambilan keputusan. Selain itu metode pengumpulan data mempunyai banyak
pengaruh terhadap hasil analisa. Pada penelitian ini dilakukan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan Focus Group Discussion
(FGD). Sebagai langkah awal dari tahap pengumpulan data diberikan data
terhadap permintaan dari costumer. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut :
4.1.1 Data Voice Of Customer (VOC)
Sebagaimana dijelaskan dalam metodologi tahap pertama pertama yang harus
diperoleh adalah VOC. Pada pengambilan data VOC ini dilakukan dengan
wawancara dan focus group bersama pihak customer yang diwakili oleh
karyawan/teknisi perusahaan yang memerlukan produk Lowbed Trailer 80. Wakil
customer ini mengetahui masalah teknis dan hal lain yang dibutuhkan dan
diinginkan pengguna langsung produk Lowbed Trailer 80.Tim technical ini
beranggotakan 9 orang yang mempunyai cukup kompetensi dalam bidangnya.
Produsen dalam hal ini PT. X diwakili oleh bussiness consultance staff, marketing
staff dan application engineering staff dapat dilihat pada Tabel 4.1 menunjukan
anggota dari focus group discussion.
33
Tabel 4.1 Anggota Focus Group Discussion
Anggota FGD Customer Produsen Jumlah
Engineering Manager ✓ 1 Orang
Engineering Staff ✓ 2 Orang
Asset Engineer ✓ 1 Orang
Technical Staff ✓ 2 Orang
Bussiness Consultance Staff ✓ 1 Orang
Marketing Staff ✓ 1 Orang
Application Engineering Staff ✓ 1 Orang
Total 6 Orang 3 Orang 9 Orang
Pertemuan yang dilakukan berdurasi antara 4 sampai 5 jam. Diskusi yang
dilakukan berfokus pada keinginan dan kebutuhan customer untuk membantu
kendala teknis yang dihadapi oleh customer. Pendekatan dasar adalah menerima
informasi yang diberikan oleh pelanggan dan menghindari sikap konfrontasi atau
sifat defensif. Dalam kebanyakan kasus, interaksi customer akan bersifat verbal,
dimana diajukan pertanyaan dan customer menjawab. Beberapa pertanyaan
dipersiapkan untuk mendapatkan kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Apa kelemahan dari produk LBT 80 dibanding brand lain?
b. Masalah apa yang anda hadapi sekarang ?
c. Apa yang dapat dibantu oleh PT. X untuk membantu permasalahan yang
dihadapi ?
d. Ide perbaikan apa yang akan anda usulkan terhadap produk LBT 80 ?
Dari pertanyaan yang diajukan oleh anggota PT. X sehingga mendapat tanggapan
dari pihak customer, beberapa tanggapan yang berhasil dirangkum diantaranya
sebagai berikut :
34
a. Kelemahan dari produk LBT 80 adalah permukaan pada mainframe yang
ada sekarang licin karena material kayu sehingga ketika hujan akan
berbahaya kepada operator. Hal ini menjadi kondisi tidak aman untuk
operator. Dan kelemahan lainnya adalah mahalnya harga yang ditawarkan
untuk pembeliaan 1 unit LBT 80 dibanding brand lain. Beberapa
kekurangan yang lain adalah terdapat korosi disebagian permukaan saat
pengiriman ke customer. Kualitas pengelasan pada bagian sudut belum
rapi.
b. Masalah yang dihadapi oleh customer adalah pengangkutan unit Excavator
yang mempunyai lebar undercarrige 6000 mm dan akses jalan yang harus
melewati jembatan nasional yang mempunyai lebar 5000 mm.
c. Hal yang menjadi kendala customer dalam pengangkutan unit Excavator.
Dimana hal ini perlu pengembangan dan penyesuaian produk LBT 80.
d. Pengembangan dimensi Mainframe karena tidak cukup untuk mengangkut
Excavator. Penambahan panjang yang dilakukan juga harus dapat
melewati jembatan nasional. Kemudian pengembangan pada komponen
Landing Ramp karena sebagai akses penghubung unit Excavator naik ke
Mainframe. Lalu warna dari LBT 80 yang akan dibuat harus
menyesuaikan dengan warna identitas customer.
Dari pertanyaan diatas maka dibutuhkan penafsiran dari tanggapan customer
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan data. Berikut ini tabel 4.2
yang menyajikan resume dari hasil diskusi FGD.
35
Tabel 4.2 Resume FGD
Pertanyaan Pernyataan Customer Kesimpulan Kebutuhan
Alasan penggunaan Produk
Dimensi dari produk LBT 80 lebih panjang dan
kuat dibanding LBT 60. Dan Jika menggunakan
LBT 120 terlalu besar sehingga pilihan terbaik
adalah LBT 80.
a. Dimensi dan
kekuatan lebih baik
dibanding LBT 60
b. Dimensi LBT 120
terlalu besar
Keunggulan Keunggulan dari PT. X adalah adanya product
warranty yang mendukung operasional customer
jika produk terjadi masalah.
c. Product warranty
Kelemahan Kelemahan dari produk LBT 80 adalah permukaan
pada mainframe yang ada sekarang licin karena
material kayu sehingga ketika hujan akan
berbahaya kepada operator. Hal ini menjadi
kondisi tidak aman untuk operator. Dan
kelemahan lainnya adalah mahalnya harga yang
ditawarkan untuk pembeliaan 1 unit LBT 80
dibanding brand lain. Beberapa kekurangan yang
lain adalah terdapat korosi disebagian permukaan
saat pengiriman unit ke customer. Kualitas
pengelasan pada bagian sudut belum rapi.
d. Permukaan
mainframe licin
e. Kondisi tidak aman
digunakan
f. Harga tidak mahal
g. Korosi
h. Kualitas
pengelasan
Masalah Masalah yang dihadapi oleh customer adalah
pengangkutan unit Excavator yang mempunyai
lebar undercarrige 6000 mm dan akses jalan yang
harus melewati jembatan nasional yang
mempunyai lebar 5000 mm.
i. Dapat mengangkut
Excavator
j. Dapat melewati
jembatan nasional
Solusi Hal yang dapat dibantu oleh PT. X adalah
memberikan solusi pengangkutan unit Excavator.
Dimana hal ini perlu pengembangan produk LBT
80.
k. Memberikan solusi
pengangkutan unit
Exavator Libheer
943 series
Saran Pengembangan dimensi Mainframe karena tidak
cukup untuk mengangkut Excavator. Penambahan
panjang yang dilakukan juga harus dapat melewati
jembatan nasional. Kemudian pengembangan pada
komponen Landing Ramp karena sebagai akses
penghubung unit Excavator naik ke Mainframe.
Lalu warna dari LBT 80 yang akan dibuat harus
menyesuaikan dengan warna identitas customer.
l. Dimensi
mainframe tidak
cukup untuk
mengangkut
Excavator/Digger
m. Dapat melewati
jembatan nasional
n. Warna
menyesuaikan
identitas konsumen
o. Komponen
Landing Ramp
harus bisa dilewati
Excavator/Digger
Banyak hal kendala teknis yang diperlukan customer yang harus dipenuhi oleh
tim PT. X untuk merancang dan mengembangkan produk Lowbed Trailer 80.
Berdasarkan tanggapan yang diberikan saat meeting yang sudah dilakukan
bersama tim customer maka didapat kesimpulan kebutuhan sebagai Tabel 4.3.
36
Tabel 4.3 Kesimpulan customer needs
No Customer Needs
1 Dimensi mainframe yang ada tidak cukup untuk
mengangkut Excavator/Digger
2 Dapat melewati jembatan nasional sebai akses jalan menuju
tambang
3 Kuat untuk mengangkut Excavator/Digger
4 Aman digunakan oleh operator
5 Tidak mudah rusak
6 Mudah digunakan oleh operator
7 Warna menyesuaikan identitas konsumen
8 Harga Lowbed tidak mahal
9 Berkualitas
10 Tidak cepat korosi dan rapuh
11 Lantai lowbed tidak licin
12 Komponen Landing Ramp harus bisa dilewati
Excavator/Digger
Data pada tabel diatas merupakan ringkasan dari tanggapan konsumen yang harus
dipenuhi oleh PT. X.
4.1.2 Technical Data Lowbed Trailer 80
Setelah pengumpulan kebutuhan dan keinginan konsumen maka hal yang
dilakukan adalah pengumpulan data terhadap produk yang akan dikembangkan.
Untuk mengetahui dimensi produk yang dimiliki oleh PT. X maka dilakukan
pengambilan data dengan cara observasi dan pengumpulan dokumen teknis yang
menyangkut produk Lowbed Trailer 80. Sehingga didapatkan spesifikasi produk
Lowbed Trailer 80 sebagai berikut :
37
Gambar 4.1 Spesifikasi Lowbed Trailer 80
Tabel 4.4 Dimensi LBT 80
Model LBT 80 Semi Trailer
Overall Length 18,000 mm
Overall Width 4,000 mm
Overall Height 4,300 mm
King Pin Setting 450 mm
King Pin to Landing Gear 2,600 mm
Wheell Span 10,800 mm
Axle Spacing 1,662 mm
Deck Height 1,192 mm
Tare Weight 10,059 kgs
Payload 70 tonnes*
Tire Type 12R 22,5 Tubeless
38
Data pada tabel diatas merupakan data awal sebelum dilakukan pengembangan
pada produk LBT 80. Data ini sangat penting dalam pengembangan karena
sebagai acuan dimensi dan spesifikasi produk untuk dilakukan perbaikan.
Sehingga Engineer mengetahui komponen mana yang perlu dipertahankan dan
komponen mana yang harus ada perbaikan sehingga dapat memenuhi permintaan
customer.
Pada Tabel 4.5 menunjukan keterangan dari penunjukan nama perkomponen dari
penomoran pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Penunjukan bagian dari LBT 80
39
Tabel 4.5 Keterangan Komponen LBT
4.1.3 Data Excavator dan akses jalan
Data lain yang diperlukan oleh Engineer adalah data teknis seperti panjang, lebar,
tinggi dan berat dari alat berat yang akan diangkut. Pada kasus ini alat berat yang
akan diangkut adalah Excavator. Sehingga dilakukan pengumpulan data teknis
dari alat berat tersebut. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi
langsung dilapangan dan pengumpulan dokumen teknis. Observasi dilakukan oleh
tim Application Engineer dari pihak customer. Gambar 4.3 memperlihatkan
gambar teknis Excavator dan Tabel 4.6 menunjukan dimensi.
40
Gambar 4.3 Gambar Teknis
Untuk mempermudah pembacaan data pada Excavator maka dapat ditampilakan
pada tabel dibawah :
Tabel 4.6 Dimensi Excavator Libher 934C
Model Libheer 934 C
Overall Length 15,600 mm
Overal Width 9,440 mm
Overal Height 4,260 mm
Pontoon Height 2,030 mm
Pontoon Width 5,970 mm
Pontoon Length 11,840 mm
Total Weight 60,740 Tonnes*
Setelah pengumpulan data Excavator dan Lowbed Trailer 80 lengkap. Langkah
selanjutnya adalah pengambilan data akses jalan. Akses jalan yang dilewati dalam
pengangkutan alat berat terjadi penyempitan lebar jalan saat melalui jembatan.
Metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara observasi langsung
kelapangan. Setelah dilakukan observasi lapangan, maka didapatkan data
jembatan sebagaimana Gambar 4.4.
41
Gambar 4.4 Dimensi Jembatan
Untuk mempermudah pembacaan data, maka diberikan Tabel 4.7 sebagai
penunjukan dimensi jembatan.
Tabel 4.7 Dimensi Jembatan
Dimensi Jembatan
Tinggi 5.62 m
Lebar 5 m
Panjang 19 m
Dalam Fondasi 2.5 m
Bahan Baja WF 600
42
4.1.4 Tim pengembangan
Untuk melaksanakan implementasi pengembangan produk dibutuhkan status tim
yang jelas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi antar departemen.
Dalam pengembangan produk Lowbed Trailer 80 dilakukan oleh tim Parts and
Marketing Department, Design Department dan RnD Department. Pada beberapa
tahapan proses dilibatkan tim Process Engineer (PE) untuk memudahkan
pengambilan keputusan. Namun tim PE tidak dilibatkan secara menyeluruh
karena terbatasnya mainpower pada department tersebut sehingga tidak
memunginkan untuk melibatkan secara keseluruhan tahapan pengembangan
produk. Gambar 4.5 menunjukan skema tim pengembangan produk Lowbed
Trailer 80. Pada Gambar 4.5 terlihat Team Frame terdiri dari bagian struktur,
bagian PSD Support, Technical Support.
Gambar 4.5 Tim Pengembangan
43
4.2 Analisis Data
Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data.
Pada tahapan pengolahan data banyak dilakukan oleh tim internal PT. X hal ini
karena menyangkut kapasitas dan kemampuan PT. X dalam memenuhi kebutuhan
customer. Namun dalam beberapa tahapan juga dilakukan focus group discussion
bersama Tim customer untuk menentukan tingkat kepentingan kebutuhan dan
keinginan customer. Tingkat kepentingan dilakukan untuk menentukan prioritas
utama sebagai fokus pengembangan produk. Beberapa tahapan pengolahan data
akan dirinci dibawah ini.
4.2.1 Identification Customer Needs
4.2.1.1 Pernyataan Misi
Dalam proses pengembangan produk yang dilakukan harus mempunyai misi yang
terarah bertujuan untuk memberi sasaran yang jelas dalam mengembangkan
produk Lowbed Trailer 80. Sasaran yang diberikan sebagai acuan keberhasilan
tim pengembangan. Pernyataan misi yang diberikan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Pernyataan Misi
Pernyataan Misi : Proyek Pengembangan Lowbed Trailer 80
Deskripsi Produk Dimensi Mainframe lebih lebar dan tinggi , Kapasitas angkut muatan
besar dan fleksibel
Tujuan Utama Sarana pengangkutan Excavator Libheer 943 C
Pasar Utama Mining area
Pasar Tersembunyi On-Road area
Asumsi Produk
• Produk kuat dan fleksibel
• Menambah kapasitas angkut
• Spesifikasi tidak melanggar aturan jalan raya
Stakeholder • Team Partner (Private, Chief Engineer, Engineer)
• PT. X (Marketing, PSD Engineer, Structure Engineer-RnD)
44
4.2.1.2 Diagram Afinitas
Dari data customer needs maka dibuatlah pengelompokan terhadap kebutuhan
yang serupa menggunakan diagram afinitas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
tim teknikal dalam menjawab kebutuhan customer. Pengelompokan Kebutuhan
dilakukan oleh tim PT. X dengan metode Focus Group Discussion (FGD). FGD
ini diikuti oleh tim teknikal sebagaimana terlihat di Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Anggota Tim Teknikal
Anggota Team Jumlah
Engineering Design staff 2 orang
RnD staf 1 orang
Engineering Process staff 1 orang
Engineering Application staff 1 orang
Total 5 orang
Dari hasil diskusi Tim Teknikal, diperoleh diagram afinitas pengelompokan
customer needs sebagaimana Tabel 4.10. Diagram afinitas yang dihasilkan adalah
sebagai berikut berikut :
Tabel 4.10 Pengelompokan Kebutuhan
No Customer Needs Pengelompokan Kebutuhan
1 Dimensi Mainframe tidak cukup untuk
mengangkut Excavator/Digger
Penambahan dimensi
mainframe
2 Dapat melewati jembatan nasional sebagai akses
jalan menuju tambang
Melewati jembatan
nasional
3 Kuat untuk mengangkut Excavator/Digger Desain kuat menahan
beban 4 Tidak mudah rusak
5 Aman digunakan oleh operator Aman digunakan
6 Lantai Lowbed tidak licin
7 Tidak cepat korosi dan rapuh Tahan korosi
8 Warna menyesuaikan identitas Customer Warna sesuai
identitas Customer
9 Harga Lowbed tidak mahal Harga kompetitif
45
10 Berkualitas Kualitas
11 Mudah digunakan oleh operator Mudah digunakan
12 Komponen Landing Ramp harus bisa dilewati
Excavator/Digger
Penambahan dimensi
Landing Ramp
Permintaan customer pada point no.3 dan 4 dapat dikelompokan menjadi satu
point yaitu “desain kuat untuk menahan beban”. Kemudian pada point no. 5 dan 6
juga dapat dikelompokan menjadi satu point “aman digunakan”.
4.2.1.3 Interpretasi kebutuhan customer
Dari data diagram afinitas dan hasil observasi, maka dibuat daftar kebutuhan
customer dalam pengembangan produk Lowbed Trailer 80, Kode A digunakan
sebagai penomoran data yang bertujuan untuk mempermudah tim dalam
menentukan kepentingan, Sehingga didapat sebagai berikut :
A.1 Penambahan dimensi Mainframe
A.2 Melewati jembatan nasional
A.3 Desain kuat untuk menahan beban
A.4 Aman digunakan
A.5 Tahan korosi
A.6 Warna sesuai identitas customer
A.7 Harga kompetitif
A.8 Kualitas
A.9 Mudah digunakan
A.10 Penambahan dimensi Landing Ramp
4.2.2 Product Specifications
4.2.2.1 Menentukan Kepentingan Relatif (Mudge Diagram)
Mudge diagram merupakan metode untuk menentukan skala prioritas kebutuhan
customer.Kepentingan relatif biasa diukur dengan angka 5 sampai 1. Angka 5
mewakili angka skala prioritas paling penting dan angka 1 mewakili angka skala
prioritas tidak penting. Namun menggunaan skala 1 sampai 5 tidak bisa
menentukan prioritas secara tepat karena kemungkinan nilai sama antar
kepentingan kebutuhan. Oleh karena itu kepentingan relatif digunakan metode
46
Mudge Diagram, dimana tingkat kepentingan suatu fungsi dilawankan dengan
tingkat kepentingan fungsi yang lain.
Mudge diagram bisa mengkomparasi antara satu fungsi dengan fungsi yang
lainnya. Pemberian skor dilakukan oleh tim customer dibantu oleh tim PT. X
untuk memberikan arahan teknis. Pada Tabel 4.11 daftar anggota yang mengikuti
FGD.
Tabel 4.11 Anggota FGD
Anggota Team Customer Produsen Jumlah
Marketing staff ✓ 1 orang
Engineering Design staff ✓ 2 orang
RnD staf ✓ 1 orang
Engineering Process staff ✓ 1 orang
Engineering Application staff ✓ 1 orang
Bussinees Consultan ✓ 1 orang
Engineering Manager ✓ 1 orang
Engineering Staff ✓ 1 orang
Asset Engineer ✓ 1 orang
Technical Staff ✓ 2 orang
Total 6 orang 7 orang 13 orang
Tabel 4.12 memperlihatkan beberapa pertanyaan pembanding yang diberikan
untuk mempermudah pemberian skor adalah sebagai berikut :
47
Tabel 4.12 Perbandingan tingkat kebutuhan
Penentuan Prioritas Kebutuhan
Pilihlah kebutuhan paling penting dari kebutuhan kiri dengan kebutuhan dikanan
Tandi (√) dikolom kotak. Angka 3 bersifat lebih penting dari pada angka 1.
Contoh :
A.1
3 2 1 x 1 2 3
Isian di atas mempunyai arti bahwa Fungsi A.1 mempunyai tingkat kepentingan yang lebih
penting dari fungsi A.2 dan diberi nilai 2
3 2 1 1 2 3
A.1 Penambahan
dimensi Mainframe
√ x Melewati jembatan
nasional A.2
√ x Desain kuat
menahan beban A.3
√ x
Aman digunakan A.4
√ x Tahan korosi A.5
√ x Warna sesuai
identitas Customer A.6
√
x
Harga kompetitif A.7
√ x
Zero defect A.8
√
x Mudah digunakan A.9
√ x
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.2 Melewati jembatan
nasional
√ x
Desain kuat
menahan beban A.3
√
x Aman digunakan A.4
√ x Tahan korosi A.5
√ x Warna sesuai
identitas Customer A.6
√ x
Harga kompetitif A.7
√
x Zero defect A.8
√
x Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.3 Desain kuat
menahan beban
√
x Aman digunakan A.4
√ x Tahan korosi A.5
√ x Warna sesuai
identitas Customer A.6
√ x Harga kompetitif A.7
48
√ x
Zero defect A.8
√
x Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.4 Aman digunakan
√ x Tahan korosi A.5
√ x Warna sesuai
identitas Customer A.6
√
x Harga kompetitif A.7
√ x Zero defect A.8
√
x Mudah digunakan A.9
x
√
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.5 Tahan korosi
√ x Warna sesuai
identitas Customer A.6
x
√ Harga kompetitif A.7
x √ Zero defect A.8
x √ Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.6 Warna sesuai
identitas customer
√ x Harga kompetitif A.7
x √ Zero defect A.8
x √ Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.7 Harga kompetitif
x √ Zero defect A.8
√ x Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.8 Zero defect
√ x Mudah digunakan A.9
x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
A.9 Mudah digunakan x √
Penambahan
dimensi Landing
Ramp
A.1
0
49
Dari skor yang diberikan kemudian ditotal dan dipersentase sehingga didapat
skala prioritas. Dari tahapan ini maka didapat data Tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.13 Mudge Diagram
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai % Rank
1 A
1
A2.
2
A1.
2
A1.
2
A1.
3
A1.
3
A1.
3
A1.
3
A1.
3 A1.1 21 19% 2
2 A2 A3.
2
A2.
2
A2.
3
A2.
3
A2.
3
A2.
3
A2.
3
A10.
1 19 17% 3
3 A3 A3.
2
A.3.
3
A.3.
3
A3.
2
A3.
2
A3.
2
A10.
3 14 13% 4
4 A4 A4.
3
A4.
3
A4.
2
A4.
2
A4.
2
A10.
3 12 11% 5
5 A5 A5.
2
A7.
2
A8.
2
A9.
2
A10.
3 2 2% 9
6 A6 A6.
2
A8.
3
A9.
2
A10.
3 2 2% 10
7 A7 A8.
2
A7.
2
A10.
3 4 4% 8
8 A8 A8.
1
A10.
3 6 6% 6
9 A9 A10.
3 4 4% 7
1
0 A10 25 23% 1
109 100
%
4.2.2.2 Spesifikasi Perencanaan Produk
Setelah kebutuhan konsumen (what’s) serta level kepentingan sudah diketahui,
sehingga bisa dibentuk House of Quality QFD. Pada pembahasan ini dilakukan
Focus Group Discussion sebagaimana daftar anggota yang menghadiri FGD telah
dijelaskan pada Tabel 4.11. Focus Group ini membahas tentang Technical
Responses terhadap kebutuhan Customer. Detail pembahasan dapat dilihat pada
Tabel 4.14 berikut :
50
Tabel 4.14 Technical Responses
Costomer Needs Technical Responses Technical Target
A.1 Penambahan
dimensi
Mainframe
B.1 Penambahan Sisi kanan
1 meter & Sisi kiri 1
meter
Dimensi total
Mainframe 6 meter
A.2 Melewati
jembatan
nasional
B.2 Menggunakan metode
swing arm
Adjustable arm
A.3 Desain kuat
untuk menahan
beban
B.3 Material Medium
Tensile Steel (Grade
350)
Factor of Safety > 2
A.4
Aman
digunakan
B.4
Material lantai
Mainframe
menggunakan plat baja
bordes 6 mm
Zero Accident
B5 2. Chain spectrum 8 Safety Chain
A.5 Tahan korosi B.6 Pelapisan cat Standart ISO12944
A.6
Warna sesuai
identitas
Customer
B.7
Warna putih, merah dan
Stripping hijau
Signal White RAL 9003
Traffic Red RAL 3020
Turquoise green RAL
6016
A.7
Harga
kompetitif
B.8
Menggunakan stock
komponen yang tersedia
-Tidak merubah struktur
Landing Ramp &
Mainframe
-Menggunakan
Mounting tipe Coil
Spring
A.8
Kualitas
B.9
Kontrol kualitas
pekerjaan dilakukan
oleh tim Quality Control
Zero defect
B10 Pekerja tenaga ahli
A.9
Mudah
digunakan
B.11
Penambahan 2 tuas
pengontrol Hydraulic
System
Beban maksimum
Operator < 20 Kg
A.10
Penambahan
dimensi
Landing Ramp
B12
Menggunakan
Hydraulic Double
Acting
Penerapan Sliding
Mechanism
Penentuan technical response dilakukan oleh tim technical yang sudah kompeten
dan berpengalaman pada produk Lowbed Trailer 80. Untuk penambahan dimensi
Mainframe yaitu penambahan sisi kanan dan kiri masing-masing 1 meter.
Penambahan dimensi ini mengacu pada lebar Excavator yang akan diangkut yaitu
6 meter sesuai pada data observasi yang telah dilakukan oleh tim.
51
Namun penambahan yang dilakukan oleh tim harus bisa melewati jambatan
nasional yang berdimensi lebar 5 meter sehingga hal yang harus dilakukan adalah
menggunakan Rectangular Tube (Outer Tube & Inner Tube). Pembuatan
komponen ini dilakukan oleh PT. X sendiri dengan menggunakan Bending
Machine.Tujuan pembuatan komponen ini sebagai lengan penambah yang dapat
diatur (Adjustable Arm) sehingga ketika melewati jembatan nasional tidak
menabrak jembatan tersebut.
Untuk mampu mengangkat Excavator desain produk harus kuat sehingga material
menggunakan Medium Tensile Steel dengan Grade 350 dimana material ini
sebagai struktur kekuatan dari produk Lowbed Trailer 80 yang mempunyai Yield
Strength 325 N/mm². Target penggunaan material ini adalah Factor of Safety > 2.
Hal ini sesuai dengan tegangan luluh yang terjadi pada produk dimana produk
digunakan pada kondisi jalan yang tidak terlalu ekstrim dan beban sudah
diketahui.
Dalam perancangan produk harus ada jaminan faktor keamanan untuk pengguna
produk tersebut dan lingkungan sekitar, sehingga tidak ada acccident (Zero
Accident) yang mengakibatkan luka atau kematian. Maka dari itu tim technical
memberikan solusi penggunaan plat bordes dimana material ini mempunyai
permukaan kasar yang sangat cocok untuk lantai pijakan. Untuk keamanan
lingkungan pada produk ini juga dilengkapi Safety Chain sebagai jaminan
keamanan jika Hydraulic System bermasalah saat unit berjalan sehingga Landing
Ramp tidak menimpa kendaraan lain dibelakangnya.
Produk yang menggunakan 80% material logam juga harus tahan dari korosi hal
ini untuk menjaga kekuatan material logam tersebut. PT. X menerapkan standar
proses pengecatan sesuai Standar ISO12944. Proses pengecatannya adalah
persiapan permukaan material bersih dari kotoran dan korosi dengan
Sandblasting. Kemudian penggunaan cat dasar (Primer) sebagai lapisan pertama.
Setelah itu Cat Build Coat sebagai lapisan kedua. Lalu cat antara (Sealer) sebagai
penyambungan dua jenis cat yang berbeda masa jenisnya. Lapisan terluar adalah
Top Coat, selain memberikan nilai estetika juga melindungi cat bagian dalam dari
pengaruh lingkungan secara langsung. Hal ini akan melindungi logam dari korosi.
52
Untuk memberikan identitas kepada Customer maka dipilihlah warna yang
memberikan kesan kepemilikan produk yaitu warna putih, merah dan hijau.
Dalam industri manufaktur PT. X mengacu pada RAL Colour standart system
yaitu Signal white RAL 9003 untuk warna putih, Traffic Red RAL 3020 untuk
warna merah, dan Torquise green RAL 6016 untuk warna hijau.
Untuk menekan biaya pengembangan produk maka menggunakan komponen
yang sudah ada stock sehingga mengurangi proses fabrikasi. Selain itu, juga tidak
merubah struktur dasar dari Lowbed yang sudah pernah diproduksi.
PT. X memberikan kualitas terbaik untuk semua produknya mulai dari proses
pengadaan barang dari Suppliers hingga proses fabrikasi melalui pengecekan tim
Quality Control. Proses fabrikasi dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah
berpengalaman lebih dari 5 tahun.
Penambahan 2 tuas pengontrol hidrolik memberikan kemudahan kepada pengguna
untuk mengontrol gerak Landing Ramp kearah kanan, kiri, atas dan bawah.
Penempatan tuas ini berada dibagian bawah sehingga tenaga yang dikeluarkan
oleh pengguna kurang dari 20 kg. Hal ini sesuai dengan standar ergonomi
manusia.
Penambahan dimensi Landing Ramp dengan cara penerapan Sliding Mechanism
dimana Landing Ramp dapat bergeser kearah kanan dan kiri sehingga Excavator
dapat melewatinya dan dapat naik ke Mainframe.
Melalui diskusi tim yang sudah dilakukan maka disusunlah Matric Correlation
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.15.
53
Tabel 4.15 Matrix Correlation
Pada Importance Weight Factor diambil dari hasil Mudge Diagram (lihat Tabel
4.13) dimana rank pertama adalah penambahan Landing Ramp dengan nilai
Weight Importance(%) 23. Kemudian rank kedua adalah penambahan dimensi
Mainframe dengan nilai Weight Importance 19. Lalu rank ketiga adalah desain
kuat menahan beban dengan nilai Weight Importance 17. Dan seterusnya hingga
rank kesepuluh yaitu warna sesuai dengan idantitas customer dengan nilai Weight
Importance 1.
Setelah memasukan nilai Weight Importance maka langkah selanjutnya adalah
penilaian terhadap hubungan antara Customer Requirments dengan Technical
Correlations. Penilaan dilakukan dengan menggunakan angka diantaranya 9, 3, 1
dan kosong. Sel yang kosong menunjukan tidak ada hubungan antara demand
(permintaan konsumen) dengan spesifikasi produk (Quality Characteristic).
54
Angka 1 menunjukkan ada hubungan anatara demand (permintaan konsumen)
dengan spesifikasi produk (Quality Characteristic) meskipun hubungan itu lemah.
Angka 3 menunjukkan hubungan kuat antara demand (permintaan konsumen)
dengan Spesifikasi Produk (Quality Characteristic). Angka 9 menunjukan
hubungan yang sangat kuat keduanya, angka ini merupakan jawaban utama dari
kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi.
Hasil dari pengolahan Matrix Correlation adalah Raw Score, Relative Weight dan
Rank Order. Dilihat pada Tabel 4.12 bahwasanya Raw score terbaik adalah swing
arm/lengan ayun dengan nilai 216. Nilai ini didapat dari ∑ 19(9 + 9 + 9) = 441.
Nilai Relative Weight % sebesar 22%, nilai ini didapat dari 99:
;;;< � 100% =
19.8%. Sedangkan nilai Rank Oder 1 didapat dari pengurutan nilai terbesar Raw
Score mulai dari yang terbesar hingga terkecil. Kemudian Technical Requirmens
tebaik kedua adalah menggunakan Hydraulic Double Acting. Dengan nilai Raw
Score 402, Relative Weight 18.1% dan Rank Order 2. Dan seterusnya hingga nilai
terkecil adalah warna putih, merah dan stripping hijau. Detail hasil perbandingan
dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Setelah Matrix Correlation dibuat maka langkah selanjutnya adalah pembuatan
Technical Correlation.
55
Tabel 4.16 Technical Correlation
Sesuai pada Tabel 4.16 dapat diketahuai bahwa hubungan antara Technical
Responses berbeda. Perbedaan ini disimbolkan dengan lima simbol yaitu strong
positive correlation (++) menunjukan bahwa hubungan sangat kuat. Positive
correlation (+) menunjukan hubungan kuat. Simbol negative correlation (-)
menunjukan hubungan yang kurang baik sehingga dibutuhkan perbaikan pada
buhungan tersebut. Strong negative correlation (▼) menunjukan hubungan
negatif yang kuat. Pada baris dibawah penilaian hubungan teknikal terdapat baris
nomor urut teknikal respon. Kemudian dibawah baris itu terdapat simbol (X) dan
simbol (▲) kedua simbol ini menjukan bahwa perlu adanya perbaikan dan tidak
adanya perbaikan antara hubungan teknikal. Simbol (▲) dibutuhkan perbaikan
pada hubungan tersebut kemudian simbol (X) menunjukan tidak perlu adanya
perbaikan, dimana dapat diartikan bahwa hal tersebut sudah dilakukan pada saat
ini.
56
Penilian ini dilakukan oleh tim teknikal dengan mempertimbangkan keadaan
sekarang. Beberapa hubungan kuat ditunjukan antara penambahan sisi kanan dan
kiri 1 meter dengan metode swing arm. Simbol potitif dapat dilihat pada
hubungan penambahan sisi kanan dan kiri 1 meter dengan material lantai
Mainframe plat baja bordes 6 mm, dimana hubungan tidak terlalu kuat namun
masih ada hubungan karena penambahan yang akan dilakukan membutuhkan plat
baja bordes sebagai pijakan pekerja pada unit. Dan beberapa kombinasi simbol
yang ditunjukan pada Tabel 4.16. Penggabungan antara Matrix Correlation dan
Technical Correlation dapat dibuat house of quality.
Penilain ini merupakan hasil diskusi dengan konsumen (sudut pandang
konsumen), fokus perbaikan atau spesifikasi produk yang harus ada pada produk
pengembangan menyesuaikan dengan bobot Weight/Importance. Namun beberapa
spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen harus dievaluasi oleh tim
pengembangan dengan melihat kapasitas PT. X untuk memenuhi spesifikasi oleh
konsumen.
4.2.3 Concept Generation
Setelah menentukan spesifikasi produk yang sudah disepakati, hal yang perlu
dilakukan adalah menentukan konsep produk yang akan dikembangkan. Pada
tahapan ini dilakukan brainstorming. Setiap orang memberikan gagasan untuk
pengembangan konsep yang diberikan untuk mencapai efisien dan efektif desain.
Pada FGD kali ini dilakukan oleh tim yang sama pada Tabel 4.9.
Pada FGD ini didapat 2 konsep pembanding yang diajukan untuk diberikan
penilaian. Konsep yang diberikan oleh tim teknikal adalah pengembangan
berdasarkan nilai tertinggi pada Matrix Correlations.
57
Tabel 4.17 Jenis Karakteristik Teknis
Karakteristik Mekanisme
Konsep 1 a. Mekanisme swing pada Mainframe
(manual)
b. Hydraulic Double Acting pada Landing
Ramp
Konsep 2 a. Mekanisme geser pada Mainframe
(manual)
a. Hydraulic Doubel Acting pada Landing
Ramp
Konsep 3 a. Mekanisme campuran dari Swing dan
geser.
b. Hydraulic Doubel Acting pada Landing
Ramp
4.2.4 Concept Selection
Setelah dilakukan pengembangan konsep maka dilakukan seleksi konsep. Untuk
menyeleksi konsep yang terbaik, maka dilakukan metode Screening dan Scooring.
4.2.4.1 Konsep 1
Konsep 1 merupakan penerangan Swing Arm, dimana penambahan panjang yang
dilakukan adalah dengan menambahkan lengan ayun yang bisa diatur kesamping
dan belakang. Berikut gambar dari konsep Swing Arm.
58
Gambar 4.6 Swing Arm
Pada bagian yang lubang diberikan pin sebagai pivot point pada lengan ayun.
Untuk aplikasi pada LBT 80 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.7 Cara kerja swing arm
Warna merah menunjukan lengan ayun saat digunakan. Warna biru menunjukan
saat lengan ayun tidak digunakan. Sehingga dapat dilihat aplikasi di unit LBT 80.
Hal ini memenuhi dari point fleksible yang diinginkan oleh konsumen.
Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp. Pada
pengembangan ini dilakukan pembelian dari supplier.
59
Gambar 4.8 Hydraulic Double Acting
Penggunaan komponen ini untuk penggerak dari Landing Ramp kesamping.
Sehingga dimensi Landing Ramp dapat diatur. Berikut gambar aplikasi Hydraulic
Double Acting.
Gambar 4.9 Cara kerja Hydraulic Double Acting
60
Warna biru menunjukan pergerakan dari Landing Ramp ke samping. Dibawah ini
matrix korelasi dari konsep 1.
Tabel 4.18 Pemenuhan kriteria konsep 1
Matrix Correlation
Pen
am
ba
ha
n l
eng
an
ka
na
n d
an
kir
i 1
met
er
Mek
an
ism
e le
ng
an
ay
un
Ma
teri
al
med
ium
ten
sile
(g
rad
e 3
50
)
Ma
teri
al
lan
tai
Ma
infr
am
e p
lat
ba
ja b
ord
es 6
mm
Men
gg
un
ak
an
Ch
ain
Sp
ectr
um
8
Pel
ap
isa
n c
at
Wa
rna
pu
tih
, m
era
h &
Str
ipp
ing
hij
au
Men
gg
un
ak
an
Sto
ck k
om
po
nen
ya
ng
ter
sed
ia
Ko
ntr
ol
ku
ali
tas
pek
erja
an
ole
h t
im Q
C
Pek
erja
ten
ag
a a
hli
Pen
am
ba
ha
n 2
tu
as
pen
go
ntr
ol
Hy
dra
uli
c S
yst
em
Men
gg
un
ak
an
Hy
dra
uli
c D
ou
ble
Act
ing
Penambahan dimensi mainframe
√
Dapat melewati jembatan nasional
√
Desain kuat menahan beban
√
Aman digunakan √ √
Tahan korosi √
Warna sesuai identitas customer
√
Harga kompetitif √
Berkualitas √ √
Mudah digunakan √
Penambahan dimensi landing Ramp
√
Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukan konsep 1 telah memenuhi kriteria dari
Customer Requirments, sehingga konsep 1 bisa dibandingkan dengan konsep yang
lain.
4.2.4.2 Konsep 2
Konsep 2 menerapkan metode Sliding Arm, dimana penambahan panjang yang
dilakukan adalah dengan menambahkan lengan geser yang bisa diatur kesamping
61
(pergerakan masuk dan keluar). Berikut gambar dari konsep lengan geser (Outer
Tube dan Inner Tube).
Gambar 4.10 Inner Tube
Komponen Outer Tube ini adalah komponen yang berbentuk kotak yang berfungsi
sebagai lintasan geser dari komponen Inner Tube.
Gambar 4.11 Outer Tube
Komponen Inner Tube merupakan komponen yang berbentuk kotak dimana
dimensi nya lebih kecil dibanding komponen Outer Tube yang berfungsi sebagai
perpanjangan Mainframe. Aplikasi komponen ini dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
62
Gambar 4.12 Cara kerja sliding arm
63
Warna merah menunjukan lengan geser (Inner Tube) posisi 50% dari panjang
keluar dari Outer Tube. Warna biru menunjukan lengan geser saat pengoperasian.
Sehingga dapat dilihat aplikasi di unit LBT 80. Hal ini memenuhi dari point
fleksible yang diinginkan oleh konsumen.
Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp sama dengan
konsep 1 yaitu pembelian komponen dari supplier.
Tabel 4.19 Pemenuhan kriteria konsep 2
Matrix Correlation
Pen
am
ba
ha
n l
eng
an
ka
na
n d
an
kir
i 1
met
er
Mek
an
ism
e g
eser
Ma
teri
al
med
ium
ten
sile
(g
rad
e 3
50
)
Ma
teri
al
lan
tai
Ma
infr
am
e p
lat
ba
ja b
ord
es 6
mm
Men
gg
un
ak
an
Ch
ain
Sp
ectr
um
8
Pel
ap
isa
n c
at
Wa
rna
pu
tih
, m
era
h &
Str
ipp
ing
hij
au
Men
gg
un
ak
an
Sto
ck k
om
po
nen
ya
ng
ter
sed
ia
Ko
ntr
ol
ku
ali
tas
pek
erja
an
ole
h t
im Q
C
Pek
erja
ten
ag
a a
hli
Pen
am
ba
ha
n 2
tu
as
pen
go
ntr
ol
Hy
dra
uli
c S
yst
em
Men
gg
un
ak
an
Hy
dra
uli
c D
ou
ble
Act
ing
Penambahan dimensi mainframe
√ Dapat melewati jembatan nasional
√
Desain kuat menahan beban
√
Aman digunakan √ √
Tahan korosi √
Warna sesuai identitas customer
√
Harga kompetitif √
Berkualitas √ √
Mudah digunakan √
Penambahan dimensi Landing
Ramp
√
64
Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukan konsep 2 telah memenuhi kriteria dari
Customer Requirments, sehingga konsep 2 bisa dibandingkan dengan konsep yang
lain.
4.2.4.3 Konsep 3
Konsep 1 merupakan penerangan konsep campuran dari konsep Swing Arm dan
Sliding Arm, dimana penambahan panjang yang dilakukan adalah dengan
menambahkan lengan ayun yang bisa diatur kesamping dan belakang dan
penambahan panjang lengan dengan digeser pada ujung Swing Arm. Berikut
gambar dari konsep 3.
Gambar 4.13 Mixing Arm
Aplikasi Hydraulic Double Acting pada komponen Landing Ramp sama halnya
dengan konsep 1 yaitu pembelian komponen dari supplier.
65
Tabel 4.20 Pemenuhan kriteria konsep 3
Matrix Correlation
Pen
am
ba
ha
n l
eng
an
ka
na
n d
an
kir
i 1
met
er
Mek
an
ism
e ca
mp
ur
(ay
un
da
n g
eser
)
Ma
teri
al
med
ium
ten
sile
(g
rad
e 3
50
)
Ma
teri
al
lan
tai
Ma
infr
am
e p
lat
ba
ja b
ord
es 6
mm
Men
gg
un
ak
an
Ch
ain
Sp
ectr
um
8
Pel
ap
isa
n c
at
Wa
rna
pu
tih
, m
era
h &
Str
ipp
ing
hij
au
Men
gg
un
ak
an
Sto
ck k
om
po
nen
ya
ng
ter
sed
ia
Ko
ntr
ol
ku
ali
tas
pek
erja
an
ole
h t
im Q
C
Pek
erja
ten
ag
a a
hli
Pen
am
ba
ha
n 2
tu
as
pen
go
ntr
ol
Hy
dra
uli
c S
yst
em
Men
gg
un
ak
an
Hy
dra
uli
c D
ou
ble
Act
ing
Penambahan dimensi Mainframe
√
Dapat melewati jembatan nasional
√
Desain kuat menahan beban
√
Aman digunakan √ √
Tahan korosi √
Warna sesuai identitas customer
√
Harga kompetitif √
Berkualitas √ √
Mudah digunakan √
Penambahan dimensi Landing Ramp
√
Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukan konsep 3 telah memenuhi kriteria dari
Customer Requirments, sehingga konsep 3 bisa dibandingkan dengan konsep yang
lain.
4.2.4.4 Produk Pembanding
Sebagai pembanding konsep yang telah diajukan maka dipilihlah produk
pembanding yang mempunyai konsep sama. Produk yang dipilih adalah LBT 80
yang diusung pabrikan China. Konsep yang diusung mirip dengan pengembangan
yang dilakukan oleh PT. X namun ada beberpa fitur yang tidak ada di produk
66
pembanding ini. Pada produk ini ada penambahan penjang yang dilakukan yaitu
model Swing Arm. Berikut gambar produk pembanding yang dipilih.
Gambar 4.14 Produk pembanding
67
Tabel 4.21 Pemenuhan kriteria pada produk kompetitor
Matrix Correlation
Pen
am
ba
ha
n l
eng
an
ka
na
n d
an
kir
i 1
/2 m
eter
Mek
an
ism
e le
ng
an
ay
un
Ma
teri
al
med
ium
ten
sile
(g
rad
e 3
50
)
Ma
teri
al
lan
tai
Ma
infr
am
e p
lat
ba
ja b
ord
es 4
mm
Men
gg
un
ak
an
Ch
ain
Sp
ectr
um
8
Pel
ap
isa
n c
at
Wa
rna
pu
tih
, m
era
h &
Str
ipp
ing
hij
au
US
$9
9.6
00
– 1
50.0
00
/ S
et
Ko
ntr
ol
ku
ali
tas
pek
erja
an
ole
h t
im Q
C
Pek
erja
ten
ag
a a
hli
Pen
gg
un
aa
n 2
tu
as
pen
go
ntr
ol
Hy
dra
uli
c S
yst
em
Men
gg
un
ak
an
Hy
dra
uli
c D
ou
ble
Act
ing
Penambahan dimensi Mainframe
√
Dapat melewati jembatan nasional
√
Desain kuat menahan beban
√
Aman digunakan √ √
Tahan korosi √
Warna sesuai identitas customer
√
Harga kompetitif √
berkualitas √ √
Mudah digunakan √
Penambahan dimensi Landing Ramp
√
Dapat dilihat pada tabel diatas menunjukan produk pembanding telah memenuhi
kriteria dari Customer Requirments, sehingga produk pembanding ini dapat
digunakan sebagai acuan penilaian terhadap konsep pembanding yang telah
diajukan oleh tim teknikal.
4.2.4.5 Screening Concept
Screening Concept didasarkan pada metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh
di akhir 1980-an dan sering disebut pemilihan konsep Pugh (Pugh, 1990). Tujuan
dari tahap ini adalah untuk mempersempit jumlah konsep dengan cepat dan untuk
meningkatkan konsep.
68
Tabel 4.22 Screening
Screening Konsep
I II III Pembanding
Penambahan dimensi mainframe + + + 0
Dapat melewati jembatan nasional + + + 0
Desain kuat menahan beban + + 0 0
Aman digunakan + + + 0
Tahan korosi + + + 0
Warna sesuai identitas customer + + + 0
Harga kompetitif 0 + - 0
Berkualitas + + + 0
Mudah digunakan + 0 0 0
Penambahan dimensi Landing Ramp + + + 0
Total 9 9 6 0
Rank 1 1 2
Lanjut ? Ya Ya Tidak
Penilain pada produk pembanding diberikan angka nol sebagai tolak ukur
penilaian pada konsep alternatif satu, dua dan tiga. Pada masing-masing baris
pada kolom alternatif diberikan tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukan
bahwasanya nilai positif alternaif yang diberikan sudah memenuhi kebutuhan
customer dan nilai negatif menunjukan bahwa konsep yang diberikan belum
memnuhi kriteria dari kebutuhan customer.
Dapat dilihat pada tabel diatas setelah dilakukan screening, konsep tiga
tereliminasi karena mempunyai nilai lebih kecil dibanding konsep yang lain.
Sehingga pada proses selanjutnya pebandingan dapat fokus pada konsep 1 dan
konsep 2.
69
4.2.4.6 Scoring Concept
Tabel 4.23 Scoring
Scoring
Weight
Konsep
I II Pembanding
Rating Weighted
Score Rating
Weight
Score Rating
Weight
Score
Penambahan dimensi Mainframe
19 5 95 5 95 3 57
Dapat melewati jembatan nasional
17 4 68 4 68 3 51
Desain kuat menahan beban
13 3 39 4 52 3 39
Aman digunakan 11 3 33 3 33 3 33
Tahan korosi 2 3 6 3 6 3 6
Warna sesuai identitas customer
1 3 3 3 3 3 3
Harga kompetitif 4 1 4 2 8 3 12
Berkualitas 6 3 18 3 18 3 18
Mudah digunakan 4 3 12 3 12 3 12
Penambahan dimensi Landing
Ramp
23 5 115 5 115 3 69
Total 393 410 300
Rank
2 1
Lanjut ?
Tidak Ok
Pada kolom Weight merupakan hasil dari pengolahan pada Tabel 4.13 Mudge
Diagram, dimana bobot terbaik adalah penambahan dimensi Landing Ramp
kemudian penambahan dimensi Mainframe dan seterusnya dapat dilihat pada
Tabel 4.23. Penilain dilakukan dengan cara mengalikan nilai kolom Weight
dengan nilai kolom Rating, dimana dapat dihitung pada poain penambahan
dimensi Landing Ramp dengan konsep 1 yaitu 19x5 = 95. Nilai yang didapat
dimasukan pada kolom Weighted Score, sama halnya dengan konsep 2 dan produk
pembanding. Hasil akhir dari Weighted Score kemudian dijumlah dan
dibandingkan antara konsep satu dan konsep dua.
Setelah dilakukan scoring terpilihlah konsep terbaik yaitu konsep dua, dimana
konsep dua ini mengusulkan ide penerapan Sliding Arm dengan nilai 410.
Diketahui bahwa pada sebelumnya tim teknikal menerapkan Swing Arm setelah
dilakukan analisa screening dan scooring ada penerapan ide yang lebih baik. Hasil
70
dari metode ini sebagai acuan untuk house of quality pada design produk sehingga
tidak lagi menggunakan konsep satu.
Dari proses screening dan scoring dapat digambarkan dengan chart seperti
berikut.
Gambar 4.15 Chart perbandingan konsep
Pada konsep 3 cenderung tidak stabil sehingga pada proses screening konsep
tersebut tereliminasi. Kemudian konsep 2 terlihat lebih unggul dibanding konsep
lain. Competitior digunakan sebagai acuan penilain sehingga nilai nya stabil.
Chart ini akan dimasukan pada HOQ sebagai gambaran proses screening dan
scoring.Setelah dilakukan analisa diatas, hal selanjutnya adalah menggambarkan
HOQ secara keseluruhan.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Konsep 3
Konsep 2
Konsep 1
Competitior
71
Gambar 4.16 House Of Quality 1
72
4.2.5 Desain Produk
4.2.5.1 HOQ Desain Produk
Pada tahapan ini menentukan karakteristik dan spesifikasi produk yang akan
dihasilkan. Tahap ini dilakukan oleh tim internal PT. X. Dapat dilihat pada Tabel
4.9. Technical Responses tahap 1 menjadi Quality Characteristic pada HOQ
desain produk. Berikut detail Technical Responses dan Technical Target :
Tabel 4.24 Technical Responses dan Technical Target
Quality
Characteristic
Technical Responses Technical Target
B.1 Penambahan Sisi
kanan 1 meter & Sisi
kiri 1 meter
C.1 Penambahan sisi
kanan dan kiri 1000
mm +- 10 mm
Dimensi total Mainframe 6000
mm
B.2 Swing Arm C.2 Sliding Arm Rectangular Tube (Outer &
Inner)
B.3 Material Medium
Tensile Steel (Grade
350)
C.3 SM490Y Factor of Safety > 2
B.4 1. Material lantai
Mainframe
menggunakan plat
baja bordes 6 mm
2. Chain spectrum 8
C.4 1. Aplikasi plat
bordes model lipat
2. Panjang +- 2000
mm
1. Zero Accident
2. Safety Chain
B.5 Pelapisan cat C.5 Menggunakan cat
yang tersedia
Standart ISO12944
B.6 Warna putih, merah
dan Stripping hijau
C.6 Warna putih untuk
Mainframe dan
Landing Ramp ,
warna merah untuk
batas Adjustable Arm
dan hijau untuk
stripping
1. Signal White RAL
9003
2. Traffic Red RAL 3020
3. Turquoise green RAL
6016
B.7 Menggunakan stock
komponen yang
tersedia
C.7 Prioritas stock
komponen 1. Tidak merubah
struktur Landing Ramp
& Mainframe
2. Menggunakan
Mounting tipe Coil
Spring
B.8 1. Kontrol kualitas
pekerjaan dilakukan
oleh tim Quality
Control
2. Pekerja tenaga ahli
C.8 1. tim Quality
Control
2. Pekerja tenaga ahli
Zero defect
B.9 Penambahan 2 tuas
pengontrol Hydraulic
System
C.9 Penambahan tuas
pengontrol
Beban maksimum Operator <
20 Kg
B10 Menggunakan
Hydraulic Double
Acting
C.10 Hydraulic Double
Acting
Penerapan Sliding Mechanism
73
Pada tahapan ini tidak banyak perubahan yang telah disepakati pada HOQ
perencanaan dengan customer. Beberapa Responses Technic mengalami
pengembangan konsep supaya produk bisa dibuat pada proses fabrikasi.
Penambahan sisi kanan dan kiri adalah 1000 mm dengan toleransi 3 mm. Dimana
panjang komponen jadi adalah 997-1003 mm. Hal ini sesuai dengan toleransi
umum yang berlaku di PT. X. Hal ini dilakukan karena proses pemotongan
material membutuhkan toleransi supaya komponen bisa dibuat.
Pengunaan lengan ayun (Swing Arm) digantikan dengan lengan geser (Sliding
Arm). Aplikasi Sliding Arm dengan komponen Rectangular Tube dilakukan
dengan manual handling. Hal ini dilakukan untuk efisiensi dan efektifitas
komponen karena beban yang dikeluarkan oleh pengguna masih dalam level
ringan. Sehingga tidak perlu adanya penambahan hydraulic pada Rectangular
Tube.
Pada pemasangan plat bordes pada Mainframe digunakan model lipat. Dimana
ketika Rectangular Tube diatur panjang maka plat bordes akan menutup dan
menjadi alas pijak Excavator, lalu ketika Excavator turun maka Rectangular Tube
didorong kedalam kemudian plate bordes dilipat. Hal ini dilakukan supaya
Lowbed dapat melewati jembatan.
Pelapisan cat untuk produk LBT ini masing menggunakan bahan cat yang biasa
digunakan oleh PT. X karena sudah teruji dan terbukti kualitasnya. Cat yang
digunakan adalah cat besi khusus.
Untuk painting style, produk banyak menggunakan warna putih. Hal ini sesuai
dengan identitas customer.
Perancangan produk ini memprioritaskan komponen yang sudah ada stock
digudang, hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas.
Beberapa Technical Respons tidak mengalami perubahan sehingga tidak perlu
diulang pembahasanya pada tahap ini. Pada tahapan ini akan disimulasikan
dengan aplikasi 3D Simulation yaitu Pro-Engineer dan ZW-CAD. Berikut ini
HOQ pada desain produk :
74
Gambar 4.17 House Of Quality 2
Demand Quality
Imp
ort
an
ce W
eig
ht
Fa
cto
r
Pe
na
mb
ah
an
sis
i ka
na
n d
an
kir
i 10
00
mm
to
lera
nsi
3 m
m
Slid
ing
Arm
de
ng
an
M
an
ua
l ha
nd
ling
Pla
te b
esi
sp
esi
fik
asi
SM
49
0Y
A
Ap
lika
si p
lat
bo
rde
s m
od
el l
ipa
t
Pa
nja
ng
ra
nta
i +-
20
00
mm
Me
ng
gu
na
ka
n c
at
ya
ng
te
rse
dia
Ma
infr
am
e &
lan
din
g r
am
p w
arn
a p
uti
h,
ad
just
ab
le a
rm w
arn
a m
era
h &
hij
au
str
ipp
ing
Pri
ori
tas
sto
ck k
om
po
ne
n
Pe
ng
ece
ka
n d
ilak
uk
an
ole
h t
im Q
C
Pe
ke
rja
an
lap
an
ga
n d
ilak
uk
an
ole
h t
en
ag
a a
hli
Pe
na
mb
ah
an
2 t
ua
s p
en
go
tro
l b
ag
ian
kir
i un
it
Me
ng
gu
na
ka
n H
yd
rau
lic d
ou
ble
act
ing
po
sisi
dib
aw
ah
lan
din
g r
am
pPenambahan sisi kanan dan kiri 1 m 14,8 9 1 9 1 9
Swing Arm/ Lengan ayun 19,7 3 9 3 1 1
Material medium tansile steel (Grade 350) 12,9 3 9 3
Material lantai mainframe plat baja bordes 6 mm 4,96 9 3
Menggunakan chain spektrum 8 2,01 9 3
Pelapisan cat 2,24 9 3
Warna putih, merah dan stripping hijau 0,8 3 9
menggunakan stock komponen yang tersedia 10,9 9 3 3
kontrol kualitas pekerjaan oleh tim QC 2,41 9 3
Pekerja tenaga ahli 1,34 9
Penambahan 2 tuas pengotrol hidraulic system 10,1 9 9
Menggunakan hydraulic double acting 18 9
Raw Score 1316 231 192 308 45 18 23 34 157 22 19 79 189
Relative Weight % 100 18 15 23 3,4 1,4 1,7 2,6 12 1,7 1,5 6 14
Rank Order 2 3 1 7 12 9 8 5 10 11 6 4
75
Dari hasil analisa HOQ yang telah dibuat maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Desain produk memprioritaskan penggunaan stock material SM490Y
dengan nilai Weight/ Importance 308.
2. Penambahan sisi kanan dan kiri 1000 milimeter dengan toleransi +- 3
milimeter dengan nilai Weight/Importance 231.
3. Desain Lowbed Trailer 80 menggunakan metode Sliding Arm dengan
manual handling pada penambahan panjang Mainframe dengan nilai
Weight/Importance 192.
4. Desain komponen Landing Ramp menggunakan komponen Hydraulic
Double Acting dengan nilai weight/importance 189.
5. Komponen pembentuk produk harus memprioritaskan stock komponen
yang tersedia dengan nilai Weight/ Importance 157.
6. Penambahan 2 tuas pengontrol sistem hidrolik dengan nilai
weight/importance 79.
7. Penggunaan plat bordes model lipat yang digunakan pada pijakan operator
dan sebagai Cover Mainframe dengan nilai Weight/Importance 45.
8. Painting Style untuk produk Lowbed Trailer 80 ketentuannya adalah
sebagai berikut : Warna putih untuk Mainframe & Landing Ramp, warna
merah digunakan pada batas Adjustable Arm, dan hijau untuk Stripping.
Nilai Weight/Importance pada Painting Style adalah 34.
9. Penggunaan cat warna putih, merah dan logo customer warna hijau
menggunakan cat yang tersedia digudang dengan nilai Weight/Importance
23.
10. Terkait proses fabrikasi harus ada inspeksi dan pengecekan tim Quality
Control dari awal hingga akhir, nilai Weight/Importance adalah 22.
11. Proses persiapan komponen, fabrikasi dan pengecatan dikerjakan oleh
tenaga ahli, nilai Weight/Importance adalah 19.
12. Penggunaan komponen Chain Spectrum 8 dengan panjang +-2000
milimeter, tidak ada perubahan dengan desain Lowbed Trailer untuk
komponen ini pada sebelumnya hal ini terbukti dengan nilai
Weight/Importance 18. Sehingga tidak perlu ada perbaikan untuk desain
76
baru. Namun harus dacantumkan dalam spesikasi untuk memenuhi
spesifikasi produk yang dibutuhkan.
Pada HOQ ini merupakan kapasitas tim technical PT. X dalam memenuhi
spesifikasi dari customer. Ada beberapa poin yang mengalami perubahan tingkat
prioritas pemenuhan kebutuhan produk.
4.2.5.2 Desain Produk
Setelah dilakukan HOQ desain produk maka dilakukan proses desain dengan
Software Pro-Engineer. Desain produk mengacu pada HOQ yang telah dibuat
sebelumnya. Semua kebutuhan yang telah dianalisa akan disimulasikan pada
software. Berikut ini perancangan produk sesuai dengan HOQ :
Gambar 4.18 Simulasi Produk LBT Customer
Lebar pada Mainframe adalah 6020 x 6722 mm, panjang total adalah 18061.
Dimensi yang sudah dirancang sudah cukup untuk mengangkut Excavator.
77
Gambar 4.19 Simulasi Plat Bordes
Plat bordes disimulasikan dengan pemberian warna hitam.Warna yang digunakan
pada simulasi Software untuk mempermudah Engineer dalam mengidentifikasi
komponen yang telah dibuat. Meskipun pada produk jadi warna painting style
berbeda yaitu dominan warna putih.
Gambar 4.20 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Outer)
Komponen Rectangular Tube (Outer) dengan dimensi 4000 mm telah
disimulasikan dengan Software Pro-Engineer material yang digunakan adalah
SM490Y.
Gambar 4.21 Simulasi Komponen Rectangular Tube (Inner)
78
Gambar 4.22 Simulasi Komponen Landing Ramp
Penambahan dimensi dengan menerapkan mekanisme geser pada komponen
Landing Ramp juga telah disimulasikan. Dengan menggunakan hidrolik double
acting komponen Landing Ramp dapat bergeser kekanan dan kekiri sejauh 200
mm. Sehingga dapat menambah dimensi lebar total Landing Ramp adalah 6000
mm. Hal ini dilakukan supaya unit Excavator dapat naik ke Mainframe.
4.2.5.2.1 Analisis struktur
Analisis struktur menggunakan Finite Element Analysis (FEA), hal ini digunakan
untuk memastikan bahwa struktur yang dibuat kuat dan memenuhi spesifikasi
produk. Input data dalam menganalisa meliputi beban vertikal seharga berat unit
excavator yaitu 60 ton yang dibagi pada 6 struktur balok sehingga setiap balok
mendapat beban 10 ton. Kemudian dikali dengan nilai kondisi jalan yaitu 1.75.
lalu dikalikan dengan perubahan satuan dari Newton ke Kilonewton dengan
dikalikan 1000 sehingga didapati gaya vertical adalah 171.65 kN. Berikut
simulasi FEA yang telah dianalisa dengan safety of factor 2.207 atau 2.2.
79
Gambar 4.23 Finite Element Analysis
Lengan penambah diberi gaya vertikal searah sumbu Y dengan total gaya 171.675
kN. Maximum stress yang terjadi adalah 277.5 Mpa. Maka dapat dikalkulasi
dengan yield point dari material yang digunakan adalah 350 Mpa. Kemudian
dikali dengan nilai kondisi jalan 1.75. Sehingga didapat nilai factor of safety
adalah 2.207. Nilai ini melebihi dari target yang diberikan oleh tim teknikal yaitu
factor of safety adalah 2.
Gambar 4.24 Hasil dari FEA
Simulasi pengangkutan Excavator juga dilakukan pada tahapan ini. Berikut
simulasinya.
80
Gambar 4.25 Simulasi Uji Coba
Semua spesifikasi produk yang dibutuhkan dan diinginkan customer sudah
dirancang dalam bentuk simulasi Pro-Engineer.
4.2.5.3 Bill of Material
Setelah desain produk dilakukan hal yang perlu diberikan kepada tim proses
adalah Bill of Material (BOM). BOM ini digunakan sebagai acuan oleh tim proses
untuk pembelian barang dan pembuatan komponen fabrikasi.
Tabel 4.25 Bill Of Materials
No Part
Number
Description Qty
1 111 Frame 1
2 112 Suspensi 2
3 113 Tyre 4
4 114 Landing Gear 2
5 115 Outer Tube 8
6 116 Inner Tube 8
7 117 Landing Ramp 2
8 118 Mounting 16
9 119 Hydraulic Double Acting 2
10 11A Tuas 4
81
11 11B Lamp 2
12 11C Bolt 120
13 11D Nut 120
14 11E Washer 240
15 11F Hose 12
16 11G Kabel 10
17 11H Grip 8
18 11J Pin 2
19 11K Grease 1
20 11L Penguat 8
4.3 Prototype
Setelah desain dilakukan hal selanjutnya adalah tahapan prototype, dimana semua
simulasi yang dilakukan akan direalisasikan dalam bentuk produk.
Gambar 4.26 Prototype
Dapat dilihat pada foto diatas bahwa produk LBT melalui proses pembuatan
prototype.
82
4.4. Proses Uji Coba
Setelah desain dan produksi prototipe LBT 80 selesai, dilakukan uji coba untuk
melihat apakah produk yang telah di desain dapat memenuhi objektif yang telah
ditargetkan yaitu dapat mengangkut Excavator yang baik dan aman. Gambar 4.27
memperlihatkan prototype LBT 80 yang telah dibuat dan mampu mengangkut unit
Excavator.
Gambar 4.27 Uji Coba
Setelah proses pembuatan selesai. Pada tahapan ini proses uji coba pengangkutan
Excavator. Terlihat bahwa prototype yang dilakukan berhasil. Unit Excavator
dapat diangkut oleh unit LBT 80. Dapat dilihat pada gambar diatas.
83
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwasanya solusi desain
pengangkutan alat berat (Excavator Libher 934 series) yaitu dengan spesifikasi
produk sebagai berikut :
a. Penggunaan bahan material pelat besi SM490Y pada Outer Tube dan
Inner Tube.
b. Lebar Lowbed Trailer adalah 6020 mm, dimana penambahan sisi kanan
dan kiri adalah 1000 milimeter dengan toleransi +- 3 milimeter.
c. Penggunaan mekanisme Sliding Arm dengan manual handling pada
penambahan dimensi Mainframe.
d. Penggunaan komponen Hydraulic Double Acting sebagai penggerak ke
kanan dan kekiri pada desain Landing Ramp yang akan dibuat.
e. Penambahan 2 tuas pengontrol sistem hidrolik.
f. Penggunaan pelat besi bordes model lipat.
g. Painting Style : Warna putih untuk Mainframe & Landing Ramp, warna
merah digunakan pada batas Adjustable Arm, dan hijau untuk Stripping.
h. Penggunaan komponen Chain Spectrum 8 dengan panjang +-2000
milimeter.
Finite Element Analysis dengan software Pro-Engineer digunakan untuk
pengujian rangka atau struktur yang akan dibuat. Uji coba pengangkutan unit
Excavator 943 series oleh produk Lowbed Trailer 80 telah dilakukan diarea kerja
customer.
84
5.2 Saran
Metode QFD telah diterapkan dalam desain produk LBT 80 agar memenuhi
permintaan konsumen. Namun pada perjalanannya metode QFD saja tidaklah
cukup untuk menjawab agar keinginan konsumen terlaksana dan akhirnya
kepuasan didapat.
Diperlukan metode-metode extension (tambahan) agar metode QFD dapat
diterjemahkan kedalam produk desain seperti metode Finite Element Analysis
(FEA) yang diterapkan dalam proses desain LBT. Metode ini dapat dikembangkan
lagi untuk mencapai kesempurnaan, maka penelitian lebih lanjut diperlukan agar
dapat lebih sempurna.
85
DAFTAR PUSTAKA
Akao, Y. (1997). QFD: Past, Present, dan Future, International Symposium on
QFD. Chicago.
Besterfield, D. H., Michna, B. C., Besterfield, G. H., Sacre, M. B., Urdhwareshe,
H., & Urdhwareshe, R. (2003). Total Quality Management (3rd ed.).
Dorling Kindersley, India: Pearson Education.
Crane, F., & Furness, J. (1997). Selection and Use of Engineering Materials (3rd
ed.). Elsevier Science & Technology Books.
Davis, R. A., Markland, R. E., & Vickery, S. K. (2004, USA). Operations
management-Concepts in Manufacturing and service. West Publising
Company, 164-171.
Dieter, G. E., & Schmidt, L. C. (2009). Engineering Design (5th ed.). New York:
McGraw-Hill.
Dooley, K. J. (2002). Adoption Rates and Patterns of Best Practice in New
Product Development. International Journal of Innovation Management,
85-103.
Engineering, U. T. (2018). Company Profile. Divisi Part And Service. Bekasi: PT.
United Tractors Pandu Engineering.
Johnson, G., Tapke, J., Muller, A., & Sieck, J. (2003). Steps in Understanding the
House of Quality. House of Quality, 7.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2004). Principles of Marketing (2nd ed.). New York:
Pearson Education.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2014). Principles of Marketing (14th ed.). New York:
Pearson Education.
86
Mullins, J., Walker, O. C., & Boyd, H. W. (2001). Marketing Management: A
Strategic Decision-making Approach (6th ed.). New York: McGraw-Hill.
Nasution, A. H. (2003). Manajemen Industri. Yogyakarta: Andi.
Purnomo, B., & Purnomo, B. R. (2017). Pengembangan Produk dan Inovasi
Produk pada Teh Hijau Cap Pohon Kurma (Studi pada PT Panguji Luhur
Utama). Jurnal Maksipreneur, VI, 27-35.
Surya, W. (2011). Pengembangan Produk Komponen Cylinder Head Dengan
Pendekatan Quality Function Deployment Dan Value Analysis. Skripsi, UI
, Fakultas Teknik, Depok.
Tjiptono, F. (2010). Strategi Pemasaran (3rd ed.). Yogyakarta: Andi.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2001). Product Design and Development (2nd
ed.). New York: McGraw-Hill.
Ulrich, K. T., & Eppinger, S. D. (2008). Product Design and Development (5th
ed.). New York: McGraw-Hill.
Vinayak, K., & Kodali, R. (2013). Bencmarking the quality fuction deployment
models. An International Journal, XX(6), 825-854.
Vonderembse, M. A., & Raghunathan, T. S. (1997). Quality function
deployment’s impact on product development. International Journal of
Quality Science, Vol. 2(No. 04), hal. 253 - 271.
Wignjosoebroto, S. (2008). Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan
Produk. Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja.
Yang, K., & Heik, B. E. (2009). Design for Six Sigma (4th ed.). New York:
McGraw-Hill.