Post on 14-Nov-2020
i
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG
KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Maria Susana
NIM: 091124019
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orangtuaku yaitu Bapak Makarius dan Ibu Fransiska Astina serta
saudara-saudaraku Marselinus Ade, Triponius Anggel, dan Vebryanus Verry
yang telah memberi motivasi, semangat, dan dukungan finansial kepada saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Para pembimbing dan dosen yang telah membimbing, memotivasi, dan selalu
sabar selama mendampingi saya dalam belajar di Kampus IPPAK.
Para guru dan siswa SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk saya
mengadakan penelitian dalam penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak,
ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah”
(Amsal 9:9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT. Judul ini dipilih berdasarkan kesan dari penulis melalui pengamatan sepintas terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang masih bersifat monoton. Hal ini mengakibatkan masih ada siswa yang malas mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik pada saat di kelas.
Persoalan pokok dari skripsi ini adalah menemukan jawaban sejauh mana peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dalam membantu perkembangan iman siswa. Masalah ini ditanggapi oleh penulis pertama-tama dengan menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang meliputi: hakikat, tujuan, konteks, model, dan pelaku Pendidikan Agama Katolik. Selanjutnya supaya jawaban terhadap persoalan semakin jelas dan sungguh bertolak dari kenyataan, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi partisipatif, penyebaran kuesioner, dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik sudah cukup berperan dalam membantu perkembangan iman siswa sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan Gereja. Akan tetapi Pendidikan Agama Katolik di sekolah masih perlu ditingkatkan karena tujuan Pendidikan Agama Katolik belum tercapai sepenuhnya sehingga masih ada siswa yang malas mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Oleh sebab itu, penulis mengusulkan program berupa matrik program yang bisa dipahami sebagai silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Melalui program ini diharapkan tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat tercapai dan proses pembelajaran di kelas terlaksana secara kreatif dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa semakin berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis was entitled THE ROLE OF RELIGIOUS EDUCATION IN CHATOLIC SHOOL ON THE DEVELOPMENT OF FAITN IN EIGHT GRADE OF SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, WEST KALIMANTAN. This title was chosen by the impression of the writer through casual observation of the situation of Chatolic religious education implementation at SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, West Borneo. Their learning processes are very bored. That process influence many student became lazy to study in the class.
The main issue of this thesis is to find answer the important role of religious education in the school in helping their progress to develop the student faith. The problem addresses by the writer with used the basic method that includes: the nature, purpose, context, models, and the teacher of religious education school. Then to solve the problem and clear the answer, the writer conducted a studying using participant observation, distribute questionnaires, and interviews with Catholic religious education teacher.
The results of this study showed that Chatolic religious education has been quite effective in the development of faith in students and students are more active to take part in church activities. But Chatolic religious education needs to be more improved because the purpose of Chatolic religious education has not been achieved so that there is some student still lazy to attend classes at time of Chatolic religious education class. Therefore, the writer proposes a matrix program that can be understood as the syllabus and lesson plans. This program is expected to achieve the goal of Catholic religious education in the school and the learning processes in the classroom are fun and creative as well in accordance with the needs of the student. So, the student can be more develop in their mind, act, and faith.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT.
Penulis menyadari bahwa banyaknya dukungan dan dorongan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. FX. Heryatno W. W., S.J., M. Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma dan sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang selalu
sabar mendampingi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji kedua penulis yang telah membimbing serta memberi arahan untuk
memeriksa dan menguji skripsi ini serta membimbing penulis selama kuliah di
Kampus IPPAK.
3. Drs. L. Bambang Hendarto., Y. M. Hum. selaku dosen penguji ketiga yang telah
berkenan mendampingi dan menguji skripsi ini.
4. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma yang secara tidak langsung telah memberikan dorongan kepada penulis
5. Keluarga tercinta: bapak, mama, adik, dan pacar yang selalu memberikan
motivasi, semangat, arahan, serta mendokan penulis selama menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 9
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 10
E. Metode Penulisan .............................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
BAB II. PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI TERWUJUDNYA PERKEMBANGAN
IMAN SISWA ................................................................................ 13
A. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ....................... 14
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ....................................... 14
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ............................................. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah: Inti Segala
Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ..................... 20
b. Tujuan Formal Jangka Panjang: Kedewasaan Iman ............. 21
c. Iman yang Dihayati Membebaskan Manusia ........................ 21
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik ........................................... 22
a. Sosialisasi Menuju Pribadi yang Lebih Matang.................... 22
b. Sosialisasi Menuju Hidup Beriman yang Dewasa ................ 23
c. Proses Sosialisasi Memerlukan Edukasi yang Bersifat
Kritis ..................................................................................... 24
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik .................................. 25
a. Tiga Unsur Pokok Pendidikan Agama Katolik ..................... 25
1) Pengalaman Hidup Peserta Didik.................................... 25
2) Visi dan Kisah Kristiani (Harta Kekayaan Iman Gereja) 26
3) Komunikasi Hidup Konkret Peserta dengan Visi dan
Kisah/Tradisi Kristiani .................................................... 27
b. Beberapa Model Pendidikan Agama Katolik ........................ 28
1) Model Transmisi/Transfer .............................................. 28
2) Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ..................... 28
5. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik Memandang Siswa
Sungguh Baik, Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Tuhan .. 29
a. Antropologi Kristiani: Manusia Sungguh Baik ..................... 29
b. Implikasi Antropologi Positif bagi Pengembangan Sikap
Hidup Para Guru .................................................................... 30
1) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Siswa ........................ 30
2) Tetap Yakin dan Penuh Harapan pada Siswa .................. 30
3) Mengasihi Siswa .............................................................. 31
4) Menghormati Siswa Sebagai Subjek ............................... 32
5) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggungjawab
Siswa................................................................................ 32
B. Perkembagan Iman ............................................................................ 33
1. Pengertian Perkembangan ........................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Iman ............................................................................................ 36
a. Pengertian Iman ..................................................................... 36
b. Iman Kristen dalam Tiga Dimensi ........................................ 38
1) Iman Sebagai Kegiatan Meyakini .................................. 38
2) Iman Sebagai Kegiatan Mempercayakan ....................... 39
3) Iman Sebagai Kegiatan Melakukan ................................ 40
c. Iman: “Kepercayaan-tanpa-jaminan” ................................... 40
1) Allah Serentak Sebagai Tujuan Sasaran Iman dan
Dasar/Alasan Iman ........................................................ 40
2) Mencapai Kepastian dengan, dalam dan karena
Peng-amin-an .................................................................. 41
3) Iman Kepercayaan yang Bertanya-tanya ........................ 41
3. Perkembangan Remaja ................................................................ 42
a. Masa Remaja ......................................................................... 42
b. Perkembangan Sosial Remaja ............................................... 43
c. Perkembangan Moral Remaja ............................................... 43
d. Perkembangan Iman Remaja ................................................. 44
C. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah yang
Mendukung Terwujudnya Perkembangan Iman Siswa .................... 45
BAB III. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT DAN PERANANNYA
TERHADAPPERKEMBANGAN IMAN SISWA ................... 49
A. Gambaran Umum Keadaan SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat .............................................. 50
1. Sejarah, Visi, dan Misi SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........................................ 50
a. Sejarah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten sintang,
Kalimantan Barat dan Perkembangannya ............................. 50
b. Visi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Kalimantan Barat ................................................................... 52
c. Misi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat ................................................................... 52
B. Gambaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........ 54
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, kalimantan Barat ... 54
2. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........................................ 56
C. Penelitian Tentang Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Iman Siswa .................. 57
1. Desain Penelitian ......................................................................... 57
a. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 57
b. Tujuan Penelitian ................................................................... 59
c. Jenis Penelitian ...................................................................... 59
d. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 61
e. Responden ............................................................................. 62
f. Waktu Pelaksanaan dan Cara Pengumpulan Data ................. 62
g. Variabel Penelitian ................................................................ 63
h. Kisi-kisi Instrumen ................................................................ 63
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................. 64
a. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui
Kuesioner ............................................................................... 64
1) Laporan Penelitian Melalui Kuesioner ............................. 64
2) Pembahasan Hasil Penelitian Melaui Kuesioner .............. 74
b. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui
Wawancara ............................................................................ 88
3. Kesimpulan Penelitian ................................................................. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT ........................................................... 96
A. Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat .............................................. 97
B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat .............................................................................. 100
1. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ................................. 100
2. Model Praksis ............................................................................. 100
3. Model Naratif Eksperiensial ...................................................... 101
C. Usulan Program Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
di Sekolah ......................................................................................... 102
1. Latar Belakang ............................................................................ 102
2. Tujuan Program ........................................................................... 103
3. Materi Program ........................................................................... 103
4. Matrik Usulan Program ............................................................... 105
5. Pengembangan Program ............................................................. 110
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 116
A. Kesimpulan ....................................................................................... 116
B. Saran .................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 119
LAMPIRAN ................................................................................................. 121
Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian ................................................. (1)
Lampiran 2 : Surat Untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk .............. (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 3 : Surat Sudah Melaksanakan Penelitian .................................... (3)
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian ............................................................... (4)
Lampiran 5 : Pertanyaan wawancara Guru Pendidikan Agama Katolik ...... (7)
Lampiran 6 : Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Katolik .............. (12)
Lampiran 7 : Nama-nama Siswa-Siswi SMP Negeri 1 Sepauk .................... (13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,
21 November 1964
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen yang dikeluarkan pada tanggal 7 Desember 1965
B. Singkatan Lain
Hal. : Halaman
PAK : Pendidikan Agama Katolik
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SMP : Sekolah Menengah Pertama
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Kis : Kisah Para Rasul
OMK : Orang Muda Katolik
PIR : Pembinaan Iman Remaja
PIA : Pembinaan Iman Anak
C. Istilah
Hakikat : Hal yang mendasar
Konteks : Ruang lingkup
Model : Pendekatan atau Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Liturgia : Peribadatan
Diakonia : Pelayanan Kemasyarakatan
Koinonia : Persekutuan
Kerygma : Pewartaan
Paguyuban : Komunitas
Apostolik : Bersifat Rasuli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Heryatno (2008: 14) berpendapat Pendidikan Agama Katolik harus bervisi
spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik
secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalam hidup peserta didik,
memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik
juga berusaha membantu peserta didik memperkembangkan jiwa dan interioritas
hidup mereka. Jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam dan karena itu
membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya.
Sedang interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup
yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan
kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan, dan hati nurani peserta didik.
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik (1991) sebagaimana
dikutip oleh Dapiyanta mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan
batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah
negeri maupun swasta Katolik. Secara langsung maksudnya di dalam Pendidikan
Agama Katolik iman kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama. Di sekolah
negeri Pendidikan Agama Katolik merupakan satu-satunya sarana perwartaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
secara langsung bagi perserta didik yang percaya kepada Kristus. Adapun di
sekolah swasta Katolik Pendidikan Agama Katolik merupakan satu kemungkinan
pewartaan secara langsung, di samping pewartaan tidak langsung kepada seluruh
peserta didik di sekolah itu. Pewartaan tidak langsung itu ialah pengajaran agama
yang dipadukan ke dalam seluruh pelajaran dan kehidupan komunitas sekolah
Katolik.
Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan penting.
Agama diyakini dapat membantu manusia mempunyai tujuan hidup yang jelas,
oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam memeluk
agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut agama,
karena agama dipercaya agar orang bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam
agama Katolik, ada banyak hal yang perlu dilakukan agar iman umat berkembang,
misalnya mengikuti doa bersama pada bulan Rosario dan bulan Maria,
mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti Misa di Gereja, serta
memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada
Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan.
Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia
merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih
terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup
sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling
menghargai antara satu dengan yang lainnya.
Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Kalimantan Barat
khususnya kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang di mana masyarakat aslinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
adalah suku Dayak. Pada awalnya masyarakat disana belum mengenal agama dan
sangat kental dengan hal-hal mistis. Oleh sebab itu, banyak para misionaris
terutama misionaris yang datang dari luar negeri tertarik untuk menyebarkan
agama Katolik disana sehingga pada akhirnya masyarakat Dayak mempunyai
kesadaran dalam dirinya dan menganut agama Katolik. Agama Katolik menjadi
agama mayoritas. Setelah masyarakat mempunyai kepercayaan dalam hidupnya,
banyak perubahan positif yang terjadi pada masyarakat Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat
bergotong-royong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada
hari-hari tertentu khususnya Natal dan Paska sehingga rasa persaudaraan semakin
terjalin di antara masyarakat Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Selain itu, para misionaris juga membangun biara, paroki, dan gedung untuk
pertemuan Orang Muda Katolik (OMK), Pembinaan Iman Anak (PIA), dan
Pembinaan Iman Remaja (PIR) agar membantu perkembangan iman anak sejak
dini dan sebagai generasi penerus Gereja di masa mendatang.
Perkembangan iman anak sejak dini berawal dari agama yang berkembang
di dalam keluarga. Seorang anak akan mengenal agama yang menjadi
kepercayaannya dari orangtua. Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya
tentang agama sejak dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang serta
mempunyai kepercayaan yang dapat membantu anak tersebut untuk terus beriman
kepada Tuhan. Perkembangan iman seorang anak akan semakin berkembang
ketika anak tersebut semakin percaya kepada Tuhan dan mengamalkannya di
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saling mengasihi, bekerjasama, serta saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
meghargai antar pemeluk agama. Pendidikan Agama Katolik di dalam keluarga
yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya merupakan kewajiban orangtua dan
hak bagi anaknya. Kewajiban orangtua selain memberi nafkah juga mendidik
anaknya agar semakin berkembang baik dalam berperilaku juga dalam iman.
Seorang anak dapat berkembang baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
karena anak tersebut juga merasakan kasih di dalam keluarga. Orangtua sangat
berperan penting dalam perkembangan iman anak karena orangtua merupakan
pendidik utama dalam keluarga sehingga apa yang sudah diajarkan oleh orangtua
kepada anaknya akan terus melekat dalam diri anak tersebut dimanapun ia berada.
Supriyati (2013: 10-16) berpendapat bahwa masa remaja adalah transisi ke
taraf kedewasaan. Masa remaja adalah suatu periode transisi sebagai perluasan
dari masa individu menjadi matang secara seksual sampai mencapai kematangan
secara legal. Masa ini berawal dari masa pra remaja pada usia antara 10-11 tahun
untuk putri dan 11-12 tahun untuk putra. Masa remaja berlangsung antara usia 11-
12 tahun sampai dengan 18-19 tahun. Masa pubertas lebih menunjuk pada masa
kematangan seksual, sedangkan masa remaja menunjuk pada seluruh fase
kematangan. Remaja sering dicap irreligious atau kurang beriman. Secara umum
beriman dapat dilihat dari kesetiaan atau keyakinan yang didasari kepercayaan.
Kesadaran beragama remaja lebih berkaitan dengan pertambahan minat beragama
yang dapat membimbing seseorang pada suatu kesadaran merekonstruksi kembali
tingkah laku dan keyakinan beragamanya. Dalam hal kesadaran beragama bagi
remaja, ada dua macam, ialah kesadaran secara bertahap dan kesadaran secara
mengejutkan. Kesadaran pertama biasanya dialami oleh kelompok masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, sedangkan kesadaran ke dua dialami
golongan sosial ekonomi rendah. Pada kesadaran yang mengejutkan, remaja
mengalami badai atau goncangan atau pengalaman tidak sehat.
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 156) mengungkapkan
bahwa munculnya pubertas membawa serta suatu revolusi dalam kehidupan fisik
dan emosional. Remaja membutuhkan suatu cermin untuk mengawasi
pertumbuhan dalam minggu-minggu ini, cermin untuk menjadikan terbiasa
dengan perubahan baru pada tubuh. Perubahan yang terjadi pada laki-laki adalah
raut muka menjadi agak persegi, tidak montok lagi, kasar tidak mulus; dan pada
perempuan rupa tubuhnya semakin elok dan bagian-bagian tertentu menonjol.
Tetapi dengan satu cara baru (secara kualitatif), orang muda juga mencari cermin-
cermin jenis yang lain. Remaja, laki-laki atau perempuan, membutuhkan mata dan
telinga orang lain yang dapat dipercayai. Mata untuk melihat gambaran
kepribadian yang sedang muncul dan telinga untuk mendengarkan perasaan,
pengertian, kecemasan dan komitmen baru yang sedang terbentuk dan yang
sedang mencari pengungkapannya.
Siswa kelas VIII dapat dikelompokkan sebagai usia tahap remaja, dimana
tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman sebayanya. Pada masa remaja
ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun mental. Melalui teman sebayanya,
siswa akan mendapat banyak tantangan baik tantangan dari dalam dirinya maupun
dari luar dirinya, misalnya siswa tersebut melakukan hal-hal atau perbuatan di luar
kehendak dirinya agar dapat diakui oleh teman-teman dalam kelompoknya.
Tantangan yang dilalui inilah merupakan proses perjalanan hidup serta akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mempengaruhi perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai kepercayaan
yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk dalam
pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan remaja
karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai pengaruh
bagi orang lain.
Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat secara rutin melibatkan siswa
dalam kegiatan Gereja misalnya tugas koor, lektor, dan mazmur pada hari
minggu. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam
kegiatan menggereja serta menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat
berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pengalaman yang telah dilalui membantu iman siswa akan terus berkembang.
Iman yang berkembang tidak akan terbentuk tanpa adanya bimbingan dari
orangtua dan sekolah serta masyarakat luas. Siswa belajar dari pengalamannya
dan akan terus dikembangkan baik fisik maupun mentalnya. Dalam kehidupan
menggereja, iman yang berkembang sangat berguna bagi pertumbuhan Gereja,
karena di dalam kehidupan menggereja, umatlah yang menjadi pusat utama
Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan berkembang. Supaya siswa dapat menjadi
generasi penerus Gereja, maka sangat pentinglah perkembangan iman setiap siswa
agar Gereja terus berkembang.
Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus
dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang
berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan mahkluk yang saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Melalui perbuatan yang dilakukan
oleh siswa baik di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat, maka iman
yang ada dalam diri siswa akan menjadi penopang hidupnya. Agama yang dianut
dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya mengarah
kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama Katolik
yang telah diberikan orangtua di rumah dan guru di sekolah serta pengetahuan lain
di Gereja. Setiap siswa mempunyai peranannya masing-masing, sehingga
perkembangan iman siswa juga berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan
pengendalian dari orang lain di sekitarnya.
Buku Iman Katolik (1996: 129) mengungkapkan bahwa dalam iman,
manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan
memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman
berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang
menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri
kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan
pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti
penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah,
pertemuan dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal
Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus.
“Tidak seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang kepadanya Anak
berkenan menyatakan-Nya” (Mat 11:27).
Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat di sekitar, Gereja juga
berperan penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
iman remaja melalui Pembinaan Iman Remaja (PIR), dengan adanya Pembinaan
Iman Remaja (PIR) ini para remaja Katolik akan terlibat aktif di dalam kegiatan
Gereja, misalnya koor, lektor, menjadi pembina Pembinaan Iman Anak (PIA),
serta menjadi panitia Natal dan Paska. Kegiatan tersebut secara langsung akan
membentuk iman para remaja menjadi berkembang karena para remaja
mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui pengaruh yang positif
dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam Pembinaan Iman Remaja (PIR)
merupakan generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini
berawal dari bayi yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi
Katolik. Ketika anak tersebut sudah memasuki usia anak-anak, maka Gereja
membina anak-anak dengan Pembinaan Iman Anak (PIA), sampailah pada masa
remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan komuni pertama.
Komuni pertama akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman Katolik
yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan
dikuatkan dalam iman.
Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Agama Katolik yang diberikan
kepada siswa di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat luas dalam
meningkatkan perkembangan imannya dapat membantu mereka mencapai
kepercayaan sejati di dalam dirinya. Selain itu Pendidikan Agama Katolik juga
mempengaruhi tingkah laku siswa. Iman yang ada pada diri siswa membuat siswa
bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih dan telah diniatkan.
Oleh karena itu, skripsi ini dibatasi pada “Peranan Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah Terhadap Perkembangan Iman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat”. Dengan demikian, skripsi ini akan lebih
melihat pengaruh yang ditimbulkan dari peranan Pendidikan Agama Katolik
terhadap perkembangan iman siswa khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis dalam uraian di atas, penulis
merumuskan 3 masalah skripsi sebagai berikut:
1. Apa hubungan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah dengan
perkembangan iman?
2. Sejauh mana Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat telah sungguh membantu perkembangan
iman siswa dan apa yang menjadi faktor pendukung serta penghambatnya?
3. Apa yang perlu diusahakan agar Pendidikan Agama Katolik sungguh
membantu perkembangan iman siswa?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah dan
perkembangan iman siswa
2. Menggambarkan sejauh mana Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat telah sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
membantu perkembangan iman siswa dan seberapa besar faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat
3. Menemukan usaha agar Pendidikan Agama Katolik sungguh membantu
perkembangan iman siswa
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini antara lain:
1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik
Skripsi ini diharapkan membantu guru Pendidikan Agama Katolik dalam
proses belajar mengajar di kelas serta bisa meningkatkan mutu Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah.
2. Bagi Siswa
Skripsi ini diharapkan membantu siswa dalam mengembangkan imannya agar
lebih percaya kepada Tuhan, mandiri, dan berahlak mulia.
3. Bagi Penulis
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan penulis bisa lebih
berkembang dalam pemahaman dan pengetahuan serta bisa menjadi bekal ketika
sudah menjadi guru Agama Katolik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif
analitis. Melalui metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana peranan tujuan
Pendidikan Agama Katolik, keadaan Pendidikan Agama Katolik, pokok-pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Dari metode yang
digunakan, penulis juga mencoba untuk memahami peranan Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah terhadap perkembangan iman siswa. Untuk mengetahui
peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah terhadap perkembangan iman
siswa, penulis menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas VIII, melakukan
wawancara dengan 1 orang guru Pendidikan Agama Katolik, pengamatan,
penelitian kualitatif, dan studi pustaka. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis
guna mengetahui peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah terhadap
perkembangan iman siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi ini,
penulis akan menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut:
Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan tentang pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
sekolah yaitu hakikat, tujuan, konteks, model, dan pelaku Pendidikan Agama
Katolik untuk membantu perkembangan iman siswa.
Bab III membahas tentang gambaran sejauh mana Pendidikan Agama
Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
telah sungguh membantu perkembangan iman siswa. Dalam bab ini terdapat dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bagian yaitu pertama, gambaran umum keadaan SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang meliputi sejarah singkat, visi-misi,
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dan sosok guru Pendidikan Agama
Katolik. Kedua, mencakup penelitian yaitu latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, jenis penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penelitian,
waktu pelaksanaan dan cara pengumpulan data, variabel penelitian, kisi-kisi
instrumen, dan pembahasan serta kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV menguraikan spiritualitas guru Pendidikan Agama Katolik dan
upaya meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan mengenai peranan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah terhadap perkembangan iman siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang meliputi
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI TERWUJUDNYA PERKEMBANGAN IMAN SISWA
Pada bab II ini penulis menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik di sekolah yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab
sebelumnya. Penulis melihat bahwa Pendidikan Agama Katolik di Sekolah belum
terlaksana secara maksimal, karena guru lebih mengutamakan perkembangan
kognitif (pikiran) daripada perkembangan iman siswa, sehingga siswa yang
kurang mendapat pendampingan dari orangtua di rumah, imannya tidak
berkembang secara maksimal sehingga mudah dipengaruhi secara negatif oleh
teman sebayanya di sekolah. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah haruslah
mengutamakan perkembangan iman siswa karena remaja akan banyak
menghadapi persoalan untuk mencapai proses pendewasaan diri. Jika dibekali
iman yang tangguh maka siswa dapat menghadapi berbagai persoalan dengan
baik. Tetapi Pendidikan Agama Katolik di Sekolah tidak begitu saja melupakan
segi kognitif (pikiran) karena hal ini bisa membantu pengetahuan siswa dengan
wawasan yang luas. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik di sekolah
diharapkan mampu memberikan secara seimbang segi koginitif, afeksi, dan
praksis sehingga mampu membantu perkembangan iman siswa.
Bab II merupakan kajian pustaka. Pada bab ini penulis membagi uraian
menjadi tiga bagian, yaitu pada bagian pertama penulis menjelaskan pengertian
pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Pada bagian kedua penulis
menjelaskan perkembangan iman siswa di sekolah sebagai salah satu tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pendidikan Agama Katolik. Pada bagian ketiga penulis menjelaskan pokok-pokok
Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang mendukung terwujudnya
perkembangan iman siswa.
A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik dari para
ahli yakni Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 15) yang
menyatakan bahwa “hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi
iman, bukan pengajaran agama”. Komunikasi iman dapat menumbuhkembangkan
kepercayaan dalam diri manusia sedangkan pengajaran agama hanya sebagai
pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk menerapkannya. Sangat
perlulah komunikasi iman antar sesama melalui sharing pengalaman. Sharing
pengalaman dapat membantu seseorang agar imannya berkembang.
Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa:
Sebagai komunikasi iman Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus.
Refleksi tidak dapat dipisahkan dari komunikasi iman karena dengan
adanya refleksi yang dilakukan oleh siswa di sekolah, maka siswa dapat
melakukan komunikasi iman dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Refleksi juga membantu siswa dalam menghayati pengalaman imannya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
siswa semakin percaya kepada Tuhan. Perkembangan iman siswa dibantu melalui
pengalaman iman yang direfleksikan karena dengan refleksi siswa mampu
menemukan pengalaman imannya sehingga siswa bisa melakukan komunikasi
iman terhadap sesama serta semakin mengimani Kristus sebagai Anak Allah.
Siswa yang percaya kepada Tuhan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih menekankan tindakan nyata daripada
teori karena Pendidikan Agama Katolik bertujuan untuk mengembangkan iman
siswa secara konkrit dalam hidup siswa, hal ini dimaksudkan agar perkembangan
iman siswa bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri tetapi juga berguna bagi
orang-orang yang ada di sekitarnya.
Senada dengan pemikiran Mangunwijaya, Jacobs sebagaimana dikutip
oleh Dapiyanta (2011: 4) mengungkapkan bahwa “Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi unsur
pengetahuan, pergumulan, dan penghayatan dalam pelbagai bentuk”. Komunikasi
iman yang meliputi unsur pengetahuan dimaksudkan bahwa Pendidikan Agama
Katolik di sekolah tidak begitu saja melupakan pengetahuan karena dengan
pengetahuan yang dimiliki, siswa mampu melakukan tindakan nyata. Pengetahuan
juga membantu siswa memahami apa yang harus mereka lakukan dan tidak
merugikan diri sendiri serta orang lain. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga
merupakan bentuk komunikasi berupa pergumulan dan penghayatan berbagai
bentuk. Hal ini diartikan bahwa siswa tidak hanya mengetahui atau memahami
saja tetapi siswa diharapkan mampu menghayati serta merangkul sesama dalam
iman dan perbuatan, sehingga siswa semakin terbantu dalam mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
imannya dan mengimani Kristus sebagai sumber kehidupan. Heryatno (2008: 14-
15) berpendapat bahwa:
Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Dengan bervisi spiritual, Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat
membantu perkembangan iman siswa melalui kepercayaan yang ada dalam diri
siswa. Hal ini sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa di sekolah agar
siswa mendapatkan nilai-nilai yang bisa menopang kepercayaan yang terkandung
di dalam Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat
membantu siswa dalam menghadapi berbagai masalah pada masa remajanya.
Pendidikan Agama Katolik mengajarkan kepada siswa agar pengetahuan dapat
diterapkan dalam perbuatan nyata dan keduanya haruslah seimbang.
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana
dikutip oleh Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama
Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus”. Sarana
merupakan alat agar manusia menjadi pewarta Kristus di dunia. Setiap orang
mempunyai cara yang berbeda sebagai pewarta misalnya berbuat baik dan saling
mengasihi sesama. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana agar
siswa dapat mengenal Kristus sebagai pewarta iman yang sejati. Sarana yang
diberikan guru terhadap siswa berupa pengetahuan dari materi yang disampaikan
serta pekerjaan rumah (PR) agar siswa dapat menerapkannya di tengah keluarga,
Gereja, dan masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lokakarya mengenai tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino sebagaimana dikutip oleh
Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Katolik
merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat
menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani”. Katekese merupakan
pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda yang
dilakukan melalui pengajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah diupayakan
dapat membantu siswa menemukan jati dirinya serta beriman kepada Kristus.
Siswa yang beriman kepada Kristus akan senantiasa melayani sesama dengan
sepenuh hati.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana dikutip oleh
Dapiyanta yakni Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau
pelaksanaan pewartaan Kristus. Sarana merupakan alat, dimana alat tersebut dapat
digunakan guru di sekolah untuk mendidik siswanya menjadi berkembang, baik
berkembang dalam rohani maupun jasmani. Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah membantu siswa agar mampu mengenal dan mencintai Kristus. Sarana
juga membantu siswa agar mewartakan kasih Allah. Selain itu, Pendidikan Agama
Katolik menjadi tolak ukur siswa dalam perkembangan imannya. Berbagai cara
dapat dilakukan dalam melaksanakan pewartaan Kristus, misalnya berdoa. Berdoa
merupakan sarana agar manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam
Pendidikan Agama Katolik di sekolah, berdoa juga diajarkan guru kepada para
muridnya, bahkan sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan selalu diawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan berdoa. Semuanya merupakan sarana agar manusia dekat dengan Tuhan
serta mewartakan kasih Kristus.
Suradibrata (1984: 2) mengungkapkan bahwa “mendidik adalah kegiatan
untuk membantu sesama agar “jadi orang”, dengan segala keterbatasannya, secara
berangsur-angsur, dalam kebersamaan dengan orang lain”. Guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah menempatkan diri sebagai guru yang mempunyai jiwa
pendidik yang sepenuh hati mendidik siswanya agar siswa tersebut mendapat
pengetahuan dan perkembangan iman yang utuh dan penuh sehingga dapat
berguna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Guru Pendidikan Agama
Katolik di sekolah mempunyai keunikan masing-masing dalam mendidik
siswanya agar dapat berkembang. Berbagai macam cara dilakukan agar siswa
dapat memahami materi yang disampaikan dan dapat mewujudnyatakan dalam
kehidupannya di tengah masyarakat luas. Groome (2010: 37) mengungkapkan
bahwa:
Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita. Pada jaman dahulu Yesus menjadi guru bagi para murid-Nya dan
mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Tentu saja Yesus tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada para murid-Nya tetapi memberikan harapan
agar para murid-Nya dapat menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.
Begitu pula Pendidikan Agama Katolik di sekolah, guru memberikan pengetahuan
kepada siswa dengan harapan siswa mampu melaksanakan nilai-nilai Kerajaan
Allah dalam kehidupan sehari-hari. Silabus (2010: 1) menyatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan agar siswa mampu
memahami dan melakukan kegiatan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, kegiatan
yang dilakukan dapat membantu mengembangkan iman dan kepercayaan siswa.
Siswa juga diajarkan untuk menghargai dan menghormati agama lain sejak dini
baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah agar siswa dapat
menjalin komunikasi yang baik antar sesama. Guru terlibat aktif dalam proses
perkembangan siswa di sekolah agar siswa melakukan kegiatan secara terarah dan
mempunyai dorongan yang kuat dari guru tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 23) mengungkapkan bahwa “tujuan Pendidikan Agama
Katolik bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik,
tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi
dan praksis”. Segi kognitif (pikiran), afeksi (perasaan), dan praksis (tindakan)
tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dalam perkembangan siswa,
sehingga ketiganya diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama
Katolik kepada masing-masing siswa. Kemampuan siswa di kelas sangatlah
beragam, oleh sebab itu guru Pendidikan Agama Katolik haruslah mempunyai
kemampuan dalam mendidik siswanya, misalnya memberikan materi Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Agama Katolik dengan cara yang mudah ditangkap dan menyenangkan oleh
semua siswa, sehingga kreativitas guru sangat penting dalam mendidik. Berikut
ini disampaikan 3 tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu 1) demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah, 2) tujuan formal jangka panjang: kedewasaan iman, 3) iman yang
dihayati membebaskan manusia.
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Heryatno (2008: 25) mengungkapkan bahwa: Sifat holistik tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat lebih konkret kalau diletakkan pada inti dari segala tujuan proses penyelenggaraannya, yang sering disebut metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam sabda, karya dan seluruh hidup-Nya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan serta mewujudkan kerajaan Allah. Dapat juga dikatakan bahwa Yesus adalah kerajaan Allah. Yesus telah bersabda dalam hidup manusia. Yesus diutus Allah ke dunia
dengan sabda, karya, serta menyerahkan seluruh hidup-Nya untuk manusia. Nilai-
nilai Kerajaan Allah yang ditanamkan Yesus kepada manusia adalah nilai-nilai
kebaikan, cinta kasih, saling menghargai, serta melayani sesama. Selama hidup di
tengah dunia, Yesus berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah, melalui
sabda dan karya-Nya. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah mengajarkan
tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai Yesus.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik dalam proses penyelenggaraannya
dimaksudkan tidak hanya untuk mengetahui dan memahami saja tetapi tindakan
nyata merupakan salah satu cara untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Tujuan Formal Jangka Panjang: Kedewasaan Iman
Heryatno (2008: 29) mengungkapkan bahwa “iman yang dewasa juga
diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan
bersifat holistik karena mencakup segi pemikiran, hati, dan praksis.” Siswa yang
memasuki masa remajanya membutuhkan proses untuk mencapai iman yang
dewasa. Iman yang dewasa diartikan sebagai iman yang berkembang karena
mencakup segi pemikiran, hati, dan praksis, artinya setiap siswa yang mempunyai
keinginan untuk berkembang dalam iman akan mengandalkan pemikiran, hati,
dan perasaan karena ketiganya merupakan penunjang agar siswa mampu
melaksanakan sesuatu didasari oleh dorongan dalam diri mereka. Jika segi
pemikiran, hati, dan perasaan berjalan secara seimbang, maka siswa akan lebih
terbantu dalam proses pendewasaan iman serta mampu mengendalikan dirinya.
Seseorang yang dianggap dewasa dalam iman adalah seseorang yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri dari hal-hal negatif atau yang merugikan dirinya
sendiri serta orang di sekitarnya.
c. Iman yang Dihayati Membebaskan manusia
Heryatno (2008: 33) mengungkapkan bahwa “kebebasan merupakan
kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya.
Hanya di dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan
mewujudkan imannya”. Melakukan pekerjaan tanpa adanya paksaan dari orang
lain sangat menyenangkan bagi manusia, hal inilah yang dimaksud dengan
kebebasan. Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dan memperkembangkan imannya. Hal ini dimaksudkan bahwa suasana hati yang
bebas sangat dibutuhkan oleh semua orang karena manusia melakukan sesuatu
berdasarkan kehendak dari diri sendiri bukan karena adanya paksaan dari orang
lain. Tentu saja bebas tidak diartikan secara individualitas karena bebas disini
adalah bebas untuk mengasihi sesama, bebas untuk melaksanakan nilai-nilai
Kerajaan Allah, bebas menanggapi cinta kasih Allah. Iman manusia akan
berkembang menjadi lebih baik dengan adanya kebebasan.
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 40) mengungkapkan bahwa “para guru Pendidikan
Agama Katolik diharapkan mengenal dengan baik keadaan hidup peserta didiknya
dan memiliki perhatian personal kepada mereka.” Guru di sekolah diharapkan
mampu untuk mengenal siswa secara personal agar dapat membantu proses
perkembangan siswa baik rohani maupun jasmani. Guru tidak hanya memberikan
materi di kelas, tetapi guru juga memberikan dorongan atau motivasi sehingga
siswa dapat berkembang di masa remajanya. Guru Pendidikan Agama Katolik di
sekolah memiliki perhatian personal bagi para siswa, artinya dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang siswa miliki, guru senantiasa membantu siswa
untuk berkembang.
a. Sosialisasi Menuju Pribadi yang Lebih Matang
Heryatno (2008: 41) mengungkapkan bahwa: Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup di mana seseorang memasukkan diri atau dimasukkan ke dalam etos hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bersama. Di dalam proses tersebut sebagai manusia kita menghadapi dan menanggapi pengaruh konteks sosial yang berupa tatanan hidup, nilai yang dianut, corak tingkah laku yang diharapkan, dll. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, artinya
sepanjang hidupnya manusia akan terus melakukan sosialisasi karena manusia
selalu berinteraksi dengan sesama. Dalam lingkungan keluarga anak mulai belajar
bersosialisasi dengan orangtua dan saudaranya, jika anak tersebut mampu
melakukan sosialisasi dengan keluarganya maka kebiasaan tersebut akan
membawa dampak yang baik ketika sudah berada atau berinteraksi di lingkungan
sekolah serta masyarakat luas. Anak menjadi pribadi yang lebih matang ketika
anak mampu menyesuaikan diri di tengah masyarakat luas maka nilai-nilai yang
sudah ditanamkan oleh orangtuanya di rumah terus melekat dalam dirinya.
Sosialisasi menjadi suatu kebutuhan bagi hidup manusia karena dengan adanya
sosialisasi setiap manusia menjumpai banyak orang yang dapat mengubah dirinya
menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
b. Sosialisasi Menuju Hidup Beriman yang Dewasa
Heryatno (2008: 43) mengungkapkan bahwa: Untuk menjadi lebih Kristiani kita membutuhkan komunikasi dengan sesama umat Kristiani. Di dalam komunikasi dengan sesama umat Kristiani tersebut kita menjumpai cara hidup umat, harta kekayaan dan pengakuan iman mereka. Di dalam proses yang sama itu, kita mempelajari harta kekayaan iman Gereja, kita berkenalan dan mengambil bagian di dalam cara hidup umat sehingga kita makin mencintai, meyakini dan menghayati iman umat. Sosialisasi terhadap sesama umat Kristiani dengan cara menjalin relasi
yang baik dengan sesama, secara tidak langsung membantu proses pendewasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
iman seseorang. Hal ini dapat dilakukan melalui keterlibatan atau partisipasi umat
dalam kehidupan menggereja, misalnya mengikuti pendalaman iman di
lingkungan. Setiap mengikuti pendalaman iman di lingkungan, umat bisa saling
bertukar pengalaman iman mereka dengan cara mensharingkannya, dari sharing
tersebut umat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain, pada akhirnya
iman umat semakin diperkuat dan dipersatukan dalam nama Yesus. Untuk
menjadi lebih Kristiani kita membutuhkan komunikasi dengan sesama umat
Kristiani, artinya menjalin komunikasi antar umat Kristiani akan membantu setiap
umat untuk berkembang.
c. Proses Sosialisasi Memerlukan Edukasi yang Bersifat Kritis
Heryatno (2008: 47) mengungkapkan bahwa: Dalam membantu memperkembangkan iman siswa Pendidikan Agama Katolik secara serentak memerlukan baik proses sosialisasi maupun edukasi yang bersifat kritis. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memang harus bersifat kontekstual dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman siswa dan menanggapi kebutuhan mereka baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam membantu memperkembangkan iman siswa Pendidikan Agama
Katolik secara serentak memerlukan baik proses sosialisasi maupun edukasi yang
bersifat kritis, hal ini dimaksudkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik di
sekolah membantu siswa dengan cara memberikan pendidikan kepada siswa,
dimana pendidikan tersebut mampu membantu siswa untuk menemukan sendiri
apa yang menjadi kebutuhan mereka berdasarkan hati nurani siswa. Edukasi yang
bersifat kritis sangat diperlukan dalam bersosialisasi, artinya Pendidikan Agama
katolik di sekolah membantu siswa untuk berkembang dalam iman dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dibekali pendidikan agar siswa mampu menjadi dirinya sendiri sehingga tidak
terjadi keseragaman antar siswa. Siswa dapat saling melengkapi dengan segala
perbedaan yang ada dalam diri mereka.
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 49) mengungkapkan bahwa “istilah model perlu
dimengerti sebagai suatu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka yang
tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman
dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap.” Pendidikan Agama Katolik di
sekolah menempatkan siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator. Model
perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan hal ini dimaksudkan bahwa ada banyak
cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru agar siswanya dapat
memahami apa yang disampaikan guru di kelas sehingga membantu siswa untuk
berkembang, perkembangan tersebut tentu saja berasal dari dorongan yang ada
dalam diri siswa sehingga guru dengan berbagai cara pula membantu dan
mengarahkan siswanya dalam bertindak.
a. Tiga Unsur Pokok Pendidikan Agama Katolik
1) Pengalaman Hidup Peserta Didik
Heryatno (2008: 50) mengungkapkan bahwa “pengalaman hidup
mencakup seluruh kenyataan hidup peserta. Melalui refleksi terhadap pengalaman
hidupnya peserta didik mengenali kehadiran Allah yang melimpahkan rahmat-
Nya dan mengundang mereka untuk menanggapinya.” Pengalaman hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
refleksi memang tidak dapat dipisahkan karena dalam kehidupan sehari-hari setiap
orang akan mengalami banyak hal yang membuat manusia merefleksikannya baik
pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan.
Hal ini merupakan suatu proses pembelajaran hidup menuju suatu perkembangan
iman manusia. Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, guru selalu
membiasakan siswanya agar merefleksikan semua pengalaman yang sudah siswa
dapatkan baik dalam pelajaran maupun dalam kegiatan siswa sehari-hari. Refleksi
melatih siswa agar mampu memperbaiki yang menjadi kekurangannya dan
mempertahankan apa yang menjadi kelebihan atau bakatnya serta menanggapi
kehadiran Allah dalam hidupnya. Pengalaman hidup membawa setiap orang untuk
berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman sehingga seseorang semakin
percaya dan mengimani Kristus di tengah dunia.
2) Visi dan Kisah Kristiani (Harta Kekayaan Iman Gereja)
Heryatno (2008: 51) mengungkapkan bahwa “visi dan kisah hidup
Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman hidup konkret peserta,
agar peserta menyadari makna pengalamannya dan dihantar untuk sampai pada
pengakuan iman Katolik yang lebih personal dan otentik.” Visi dan kisah hidup
Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman hidup konkret peserta,
artinya setiap orang pasti mengalami pengalaman iman dalam hidupnya. Dari
pengalaman iman tersebut seseorang menyadari makna pengalaman imannya
bahwa pengalaman iman mampu mengubah hidup manusia menjadi lebih baik.
Dalam kehidupan menggereja setiap umat yang sudah dibaptis percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tuhan selalu hadir di tengah hidup manusia. Pengalaman dibaptis merupakan
pengalaman iman karena manusia menyadari akan kehadiran Tuhan melalui
baptisan tersebut. Setelah dibaptis setiap orang akan semakin diperteguh imannya
dan hidup dalam nama Yesus sebagai Anak Allah. Hal inilah yang dimaksud
dengan pengakuan Katolik yang lebih personal dan otentik karena setiap orang
yang memutuskan dirinya untuk dibaptis maka orang tersebut siap dengan segala
konsekuensinya mengikuti Kristus.
3) Komunikasi Hidup Konkret Peserta dengan Visi dan Kisah/Tradisi Kristiani
Heryatno (2008: 51) mengungkapkan bahwa “salah satu tugas utama
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah mendialogkan atau mempertemukan
pengalaman hidup dengan harta kekayaan iman Katolik.” Dialog membantu siswa
semakin menghayati imannya sebagai pribadi yang mengimani Krsitus. Tujuan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah mendialogkan pengalaman hidup
dengan harta kekayaan iman Katolik. Hal ini dimaksudkan agar Pendidikan
Agama Katolik sungguh-sungguh membantu siswa agar mampu memaknai
pengalaman hidupnya sehingga mampu menghayati dirinya sebagai anggota
Gereja Katolik. Pengakuan dirinya sebagai anggota Gereja Katolik diwujudkan
dalam kehidupannya sehari-hari yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah hidup manusia dan menghayati semangat injili dalam
dirinya. Dialog diharapkan dapat memperkembangkan hidup siswa artinya siswa
menyadari dan memaknai pengalaman hidupnya sehingga mampu membantu
dirinya untuk mewujudnyatakan pengalaman hidup secara kontekstual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Beberapa Model Pendidikan Agama Katolik
1) Model Transmisi/Transfer
Heryatno (2008: 55) mengungkapkan bahwa “model ini berpusat pada
guru yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada siswa dengan
menerapkan relasi guru dengan siswa.” Model transmisi/transfer merupakan cara
lama yang digunakan para guru dalam mengajar. Model ini kurang efektif karena
tidak melibatkan siswa dalam kegiatan mengajar/memberikan materi. Dalam
mengikuti pelajaran di kelas ada jarak antara guru dan siswa sehingga guru tidak
kreatif dalam menyampaikan materi dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran di
kelas. Hal ini tidak membantu perkembangan siswa baik secara kognitif maupun
dalam iman karena guru tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswa.
2) Model yang Berpusat pada Hidup Peserta
Heryatno (2008: 57) mengungkapkan bahwa “model pendidikan yang
berpusat pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model
pendidikan yang bersifat dogmatis.” Pada jaman era globalisasi seperti saat ini,
para guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah hanya sebagai fasilitator dengan
berpusat pada hidup peserta/peserta didik. Model ini diyakini mampu
memperkembangkan pengetahuan dan iman siswa secara utuh. Siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pengajaran di kelas dengan cara tanya jawab dan kerja
kelompok/sharing pengalaman, pada akhir pelajaran siswa diajak untuk
merefleksikan pengalaman mereka selama mengikuti pelajaran di kelas berkaitan
dengan pengalaman hidup mereka secara konkrit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kedua model di atas masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihan, oleh sebab itu kedua model di atas saling melengkapi. Guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi guru juga
memberikan pengetahuan/informasi sehingga membantu perkembangan kognitif
siswa dan memfasilitasi siswa agar siswa aktif di kelas serta membantu
perkembangan iman mereka.
5. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik Memandang Siswa Sungguh Baik, Diciptakan Menurut Gambar Dan Rupa Tuhan
a. Antropologi Kristiani: Manusia Sungguh Baik
Heryatno (2008: 101) mengungkapkan bahwa “manusia diciptakan supaya
dapat mengasihi Allah dan sesamanya. Manusia selalu berada di dalam relasinya
dengan Tuhannya, sesamanya dan seluruh alam semesta lingkungannya.” Manusia
diciptakan agar saling mengasihi Allah, sesamanya dan alam semesta, artinya
setiap umat manusia harus saling mengasihi sebagaimana Allah mengasihi
manusia serta menjaga alam semesta yang diciptakan Allah untuk manusia agar
manusia hidup berkecukupan di dunia ini. Manusia diciptakan Allah dengan
segala keunikannya, artinya manusia diciptakan Allah dengan segala perbedaan
agar manusia saling melengkapi dan bekerjasama dengan sesama serta menjalin
hubungan yang baik dengan sesama, karena Allah menciptakan manusia menurut
citra-Nya maka Allah memandang manusia sungguh baik. Walaupun manusia
dapat berdosa dan berbuat jahat akan tetapi Allah selalu mengampuni manusia.
Hal inilah bukti bahwa Allah sungguh mengasihi manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Implikasi Antropologi Positif bagi Pengembangan Sikap Hidup para Guru
1) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Siswa
Heryatno (2008: 104) menyatakan bahwa “sikap dasar guru Pendidikan
Agama Katolik, yang meneguhkan dan menghormati lebih-lebih siswanya yang
bermasalah, lemah dan nakal, diharapkan dapat mendorong dan memberdayakan
siswa agar mereka (sendiri) dapat memperkembangkan hidupnya.” Manusia
diciptakan Tuhan dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki setiap orang.
Sikap dasar guru Pendidikan Agama Katolik, yang meneguhkan dan menghormati
siswanya yang bermasalah, lemah, dan nakal dimaksudkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik mampu mengenal siswa secara personal, sehingga
guru dapat mendorong dan memberdayakan siswanya dengan cara memahami
kebutuhan siswa tanpa memandang latar belakang mereka. Guru Pendidikan
Agama Katolik membantu siswa berkembang dengan melihat bakat-bakat yang
mereka miliki. Melalui bakat-bakat yang ada dalam diri siswa tersebut maka guru
dengan kerendahan hatinya mendampingi siswa, menaruh harapan dan
kepercayaan agar siswa berkembang menjadi lebih baik serta bersikap lembut dan
murah hati apabila menghadapi siswa yang bermasalah, lemah, dan nakal serta
berusaha mendampingi para siswa untuk berkembang.
2) Tetap Yakin dan Penuh Harap pada Siswa
Heryatno (2008: 104) menyatakan bahwa: Sebagai guru kita tidak pernah kehilangan pengharapan dan keyakinan bahwa semua siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mereka terima dari Allah mereka; karena kebaikan dan kemurahan hati-Nya semua siswa dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup. Sebagai pendidik guru tidak pernah kehilangan pengharapan dan
keyakinan terhadap siswanya, artinya guru tidak hanya melihat kekurangan yang
siswa miliki tetapi guru percaya bahwa di balik kekurangan ada kelebihan dalam
diri siswa. Melalui kepercayaan tersebut guru sungguh-sungguh mempunyai
keinginan yang tulus untuk membantu siswa dalam berkembang. Guru membantu
siswa untuk menemukan bakat-bakat yang ada dalam diri siswa serta membantu
siswa untuk mengembangkan bakat tersebut. Guru meyakini bahwa setiap anak
bisa berkembang menjadi lebih baik ketika ia tersebut mempunyai keyakinan
yang kuat bahwa dirinya mampu dan bisa melakukan apa yang menjadi cita-
citanya.
3) Mengasihi Siswa
Heryatno (2008: 105) menyatakan bahwa “beriman, berharap dan
mengasihi hidup siswa itulah yang menjadi sikap, tekad dan kesadaran yang wajib
mereka wujudkan di dalam menunaikan tugas panggilan mereka sebagai guru
Pendidikan Agama Katolik.” Guru mengasihi siswanya seperti Yesus mengasihi
para murid-Nya. Guru mengasihi siswa dengan tulus hati mendampingi siswa dan
rela berkorban demi terwujudnya perkembangan iman siswa. Beriman, berharap
dan mengasihi hidup siswa menjadi sikap dasar sebagai guru Pendidikan Agama
Katolik. Hal ini dimaksudkan bahwa iman dilandasi dengan pengharapan dan
diwujudnyatakan melalui kasih seorang guru kepada siswa. Guru memadukan
keutamaan sifat-sifat ayah dan ibu, sifat ayah yang selalu tegar, kuat, serta rela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berkoban dan sifat ibu yang lemah lembut, sabar, serta rendah hati. Sifat-sifat
inilah yang membantu seorang guru dalam meperkembangkan hidup siswa.
4) Menghormati Siswa Sebagai Subjek
Heryatno (2008: 106) menyatakan bahwa “dengan memperlakukan mereka
sebagai subjek, para guru Pendidikan Agama Katolik juga akan memberdayakan
mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif serta realistis.” Guru
Pendidikan Agama Katolik memberdayakan siswa sebagai pelaku pendidikan
yang aktif, kreatif, serta realistis artinya guru memfasilitasi siswa di kelas dengan
penuh kepercayaan memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
menemukan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Guru juga memotivasi serta
mempermudah siswa sehingga siswa mempunyai kreativitas dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. Hal ini secara
realistis membantu perkembangan iman siswa secara utuh.
5) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggungjawab Siswa
Heryatno (2008: 107) menyatakan bahwa “kebebasan terwujud kalau para
guru Pendidikan Agama Katolik menghormati hidup siswa sebagai pribadi di
dalam totalitasnya dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasar
hati nuraninya.” Setiap orang perlu menentukan pilihan dalam hidupnya
berdasarkan hati nurani. Kebebasan terwujud apabila guru Pendidikan Agama
Katolik menghormati hidup siswa sebagai pribadi serta bertindak berdasarkan hati
nurani, artinya bahwa guru berkewajiban mendidik siswa tetapi guru tidak berhak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menentukan pilihan dalam hidup siswa. Siswa hanya dimotivasi dan difasilitasi
agar siswa mampu menetukan pilihannya sendiri secara kontekstual, dengan
penuh kesadaran bahwa apa yang menjadi pilihannya adalah yang terbaik dalam
hidupnya. Kebebasan yang dimiliki oleh siswa berdasarkan kesadaran dan hati
nurani tanpa adanya paksaan dari guru atau orang lain.
B. Perkembangan Iman
1. Pengertian Perkembangan
Nagel sebagaimana dikutip Singgih (1981: 29) mengemukakan bahwa
“perkembangan merupakan struktur yang teroganisasikan dan mempunyai fungsi-
fungsi tertentu, dan karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam
organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi”.
Perkembangan yang dimaksud di atas diibaratkan dengan anggota tubuh manusia
yang mempunyai satu kesatuan. Jika anggota tubuh yang satu sakit atau tidak
berfungsi lagi maka akan berakibat pada anggota tubuh yang lain. Suatu
perkembangan dalam hidup manusia dimulai dari sebuah kemauan atau tekat yang
besar dari diri sendiri. Dalam berkembang, manusia mempunyai banyak faktor
dari dalam dan luar dirinya, baik faktor yang mendukung maupun faktor yang
kurang mendukung. Oleh sebab itu setiap orang harus mampu mengendalikan diri
sehingga dapat mencapai sesuatu yang diinginkan dalam hidupnya.
Scbneirla sebagaimana dikutip Singgih (1981: 29) mengungkapkan bahwa
“perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi pada
organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor, yakni
kematangan dan pengalaman”. Kematangan dan pengalaman menjadi faktor
dalam perkembangan karena setiap orang yang tumbuh baik jasmani dan rohani
akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Berkembang melalui berbagai
proses sehingga seseorang akan banyak mengalami pengalaman dan membantu
proses kematangan dalam dirinya.
Senada dengan Scbneirla sebagaimana dikutip oleh Singgih, Hurlock,
(1989: 2) mengungkapkan bahwa “perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.”
Semakin banyak pengalaman yang dilalui oleh setiap orang maka semakin matang
dan berkembang orang tersebut, karena setiap pengalaman mempunyai nilai atau
kesan tersendiri bagi setiap orang sehingga mengajak orang tersebut untuk
merefleksikannya sebagai proses pendewasaan diri serta secara perlahan
mengajak seseorang tersebut untuk berubah.
Siti Rahayu (1989: 2) mengungkapkan bahwa “perkembangan juga
berhubungan dengan proses belajar. Terutama isinya, yaitu mengenal apa yang
akan berkembang berkaitan dengan tingkah belajar.” Perkembangan berhubungan
dengan proses belajar artinya dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan
mengalami berbagai pengalaman sehingga pengalaman tersebut dapat membantu
menuju pada perkembangan dalam diri seseorang. Hal inilah yang disebut dengan
proses belajar karena dalam berproses setiap orang mengalami pengalaman yang
berbeda sehingga ada yang cepat mengalami perkembangan dan ada yang lama
mengalami perkembangan. Tentu semua itu tergantung dari setiap individu serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
orang-orang yang berada disekitarnya. Setiap orang yang sedang berproses akan
cepat mengalami perkembangan apabila mendapat dukungan dari orang sekitar.
Oleh sebab itu, setiap orang yang berkembang mengenal isinya, yaitu mengenal
apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah belajar. Hal ini
dimaksudkan bahwa setiap orang yang mempunyai keinginan untuk berkembang
mempunyai tujuan agar hidupnya menjadi lebih baik.
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 24) mengungkapkan
bahwa “kepercayaan eksistensial bukanlah sekedar kegiatan pemberian arti, tetapi
juga proses dinamis pemberian arti itu sendiri. Proses tersebut terwujud dalam
urutan sejumlah tahap perkembangan kepercayaan.” Setiap orang yang
mempunyai kemauan untuk berkembang pasti ada kepercayaan yang kuat dalam
dirinya. Kepercayaan inilah yang mendorong orang tersebut untuk terus maju.
Manusia merupakan mahkluk yang dinamis atau berubah-ubah sehingga akan
dimudahkan dalam berkembang jika dimotivasi untuk berubah menjadi lebih baik.
Berdasarkan ungkapan para ahli di atas tentang pengertian perkembangan,
penulis lebih tertarik pada pendapat Siti Rahayu yang mengungkapkan bahwa
perkembangan berhubungan dengan proses belajar. Hal ini dimaksudkan bahwa
jika seseorang mengalami perkembangan dalam hidupnya berarti seseorang
tersebut sudah melalui berbagai macam pembelajaran. Masing-masing individu
mempunyai tingkatan kesulitan yang berbeda dalam perkembangan karena
berkembang berdasarkan kebutuhan dari individu tersebut. Pengalaman seseorang
mampu mengubah orang tersebut untuk berkembang karena melalui
pengalamanlah manusia bisa merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Selain itu kepercayaan yang ada dalam diri kita juga membawa perubahan yang
baik bagi kita karena percaya diri sangat membantu setiap orang untuk
berkembang.
2. Iman
a. Pengertian Iman
Buku Iman Katolik (1996: 127) mengungkapkan bahwa: Dilihat dari pihak manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan dengan Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. Dalam kegiatan menggereja setiap umat yang beriman kepada Tuhan
menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Penyerahan diri seutuhnya kepada
Tuhan karena manusia mempunyai kepercayaan dalam dirinya bahwa hanya
Tuhanlah jalan keselamatan bagi manusia. Setiap orang beriman pasti mempunyai
pengalaman iman yang berbeda-beda sehingga mereka sungguh-sungguh percaya
bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup manusia. Melalui Yesus Kristus umat
Kristen mengenal Allah sebagai Bapa. Yesus yang kita sambut melalui Ekaristi
merupakan bukti nyata bahwa Allah bersemayam di dalam hati semua umat
manusia yang percaya kepada-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 8) mengungkapkan bahwa
“iman adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta menemukan
atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya.”
Ketika manusia dihadapkan dengan berbagai persoalan hidup, manusia yang
beriman hanya bersandar kepada Tuhan sehingga dapat menyelesaikan atau
melalui masalah dengan baik dan mendapat pengalaman yang berharga dari
persoalan tersebut. Banyak pengalaman yang membuat manusia lebih dewasa
dalam iman dan semakin percaya kepada Tuhan.
Banawiratma (1991: 49) mengungkapkan bahwa “beriman Kristiani berarti
memilih makna kehidupan yang ditentukan oleh Yesus Kristus dengan
keprihatinan tunggal Kerajaan Allah. Penghayatan iman Kristiani terjadi dalam
paguyuban atau persekutuan iman dengan ajaran maupun ibadahnya.” Banyak hal
yang dapat dilakukan untuk memperkuat iman manusia misalnya dengan
mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Dalam pendalaman iman, ada sharing
pengalaman iman dan refleksi, keduanya mampu membantu manusia untuk
berkembang dalam imannya. Begitu pula pada saat mengikuti kegiatan Gereja
misalnya koor, umat dapat ambil bagian dalam kemajuan Gereja. Semuanya
dilakukan karena umat percaya kepada Tuhan sang pemberi hidup.
Suradibrata (1984: 2) mengungkapkan bahwa “iman sebagai kegiatan
manusiawi menyangkut potensi manusia untuk mengerti, maka iman mengarah
pada kegiatan pemahaman. Intellectualitas merupakan kebutuhan penyempurnaan
dan aktualisasi tindak beriman.” Iman tidak hanya semata-mata mengandalkan
perasaan manusia saja tetapi juga menyangkut pengetahuan manusia. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
manusia yang beriman mengetahui kepada siapa ia percaya dan mampu menjalin
relasi yang baik dengan sesama.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa iman merupakan
penyerahan diri manusia secara utuh dan penuh kepada Allah. Dengan iman dan
kepercayaan itulah manusia dapat mencintai Allah melalui sesama. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah mengajarkan kepada siswa agar mempunyai iman yang
tangguh sehingga tidak mudah terpengaruh oleh masalah apapun yang ada di
dalam maupun di luar diri kita. Setiap orang beriman percaya bahwa hanya
kepada Tuhanlah segala masalah dapat terselesaikan dengan baik, sehingga
manusia hanya bisa berpasrah diri dan berusaha. Iman seseorang memang tidak
dapat diukur tetapi iman dapat diamati dari kepercayaan yang ada dalam diri
seseorang. Orang yang beriman tidak akan mudah putus asa jika dihadapkan
dengan situasi yang sulit. Seseorang termotivasi oleh orang lain agar menjadi
lebih baik merupakan suatu perkembangan iman.
b. Iman Kristen Dalam Tiga Dimensi
Groome (2010: 81) mengungkapkan bahwa iman Kristen sebagai realitas
yang hidup memiliki tiga dimensi yang esensial: 1) keyakinan, 2) hubungan yang
penuh kepercayaan, dan 3) kehidupan agape yang hidup.
1) Iman sebagai Kegiatan Meyakini
Groome (2010: 82) berkeyakinan bahwa:
Dalam mentalitas Barat, iman (faith) dan keyakinan (belief) sering dianggap sama. akan tetapi, meskipun iman Kristen lebih luas daripada kepercayaan, tentu saja ada dimensi kepercayaan dalam iman Kristen ketika iman Kristen diwujudkan dalam kehidupan manusia. David Tracy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
menyatakan “keyakinan” (belief) adalah simbol yang menjelaskan “pernyataan kognitif, moral, atau historis tertentu yang terkandung dalam sikap ‘iman’ tertentu”.
Keyakinan menjadi tolak ukur dari iman itu sendiri, dengan beriman
berarti manusia yakin akan keberadaan Tuhan di dunia ini. Manusia yang
mempunyai keyakinan memaknai keberadaan Tuhan melalui sesama, misalnya
saling mengasihi dan meneguhkan. Setiap manusia mempunyai batasan-batasan
kemampuan dalam menjalani hidupnya, ketika mendapat suatu cobaan, orang
yang mempunyai keyakinan kepada Tuhan akan berdoa kepada Tuhan memohon
berkat-Nya agar masalah yang menimpanya dapat diselesaikan.
2) Iman sebagai Kegiatan Mempercayakan
Groome (2010: 87) menyatakan bahwa:
Beriman mengandung arti kegiatan mempercayakan. Jika kegiatan iman Kristen “percaya” (believing) terutama menunjuk pada tindakan kognitif, maka kegiatan iman Kristen mempercayakan (trusting) terutama bersifat afektif. Kegiatan iman Kristen mempercayakan adalah dimensi iman yang berdasarkan kepercayaan. Dimensi iman Kristen yang bersifat afektif/kepercayaan ini mengambil bentuk hubungan pribadi yang penuh kepercayaan dengan Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus Kristus; dan mempercayakan (trust) diekspresikan dalam kesetiaan, kasih, dan kelekatan. Karena Allah adalah setia, kita dapat menyerahkan diri kita dengan penuh kepercayaan.
Iman sebagai kegiatan mempercayakan artinya manusia mempercayakan
seluruh hidupnya ke dalam tangan-Nya. Pada perjamuan Ekaristi, manusia
menerima tubuh dan darah Kristus. Tubuh dan darah Kristus merupakan tanda
bahwa Allah selalu hadir dalam hidup manusia melalui perantaraan Yesus Kristus
Putra-Nya. Ketika manusia menerima tubuh dan darah Kristus, manusia
mempercayakan seluruh hidupnya kepada Allah. Bukti kesetiaan Allah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
manusia adalah Allah tidak meninggalkan manusia pada saat manusia jatuh ke
dalam dosa bahkan Allah datang untuk menyelematkan manusia dari dosa.
3) Iman sebagai Kegiatan Melakukan
Groome (2010: 90) mengungkapkan bahwa:
Iman Kristen sebagai respons terhadap Kerajaan Allah dalam Kristus harus mencakup melakukan kehendak Allah. Secara lebih khusus, melakukan kehendak Allah harus diwujudkan dalam kehidupan agape yang hidup mengasihi Allah dengan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Panggilan hidup mengasihi di dalam dunia begitu penting dalam tradisi Kristen sehingga kita dapat dengan mudah menganggap sudah secara otomatis demikian atau berhenti memperhatikan sentralitasnya.
Melakukan kehendak Allah harus diwujudkan dalam kehidupan agape
yang hidup mengasihi Allah dengan mengasihi sesama seperti mengasihi diri
sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa manusia yang beriman kepada Tuhan
mewujudnyatakan kasih mereka melalui perbuatan nyata misalnya peduli terhadap
sesama yang membutuhkan serta mencintai sesama dengan segala kerendahan
hatinya. Melakukan kehendak Allah merupakan salah satu cara manusia mencintai
Allah bahwa manusia mempercayakan seluruh hidupnya kepada Allah.
c. Iman: “kepercayaan-tanpa-jaminan”
1) Allah serentak sebagai tujuan sasaran iman dan dasar/alasan iman
Syukur Dister (1989: 126-131) mengungkapkan bahwa: Dalam iman, seorang manusia berkeyakinan bahwa ia berhubungan dengan Allah sendiri. Tuhan sendiri tujuan dan isi iman kepercayaan. Maka dari itu “objek” iman bukanlah pengertian-pengertian, gagasan-gagasan atau ide-ide mengenai Allah melainkan Tuhan Allah sendiri. Tuhanlah yang dipercayai manusia, Tuhan dalam kepribadian dan dalam manifestasi pribadi: bagi orang beriman, Tuhan menjadi tujuan hasrat-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hasratnya yang intim, tetapi sekaligus penolong yang diandalkannya dalam mengejar kesempurnaan eksistensinya. Oleh karena itu tindakan “percaya” merupakan kenyataan yang kompleks. Di dalamnya termasuk keyakinan intelektual, ketaatan yang takwa dan hubungan cinta kasih.
Jika manusia mencintai Tuhan berarti manusia tersebut percaya akan
adanya Tuhan dalam hidupnya. Ia akan menyerahkan seluruh hidupnya kepada
Tuhan dalam semua karyanya di dunia. Seringkali manusia berdoa untuk
berkomunikasi kepada Tuhan agar mendapat rahmat dari-Nya. Rahmat yang
dilimpahkan kepada manusia melalui perantara cinta kasih dari sesama.
2) Mencapai kepastian dengan, dalam dan karena peng-amin-an
Syukur Dister (1989: 126-131) mengungkapkan bahwa: Kepercayaan beragama (yang ditunjukkan dengan istilah “iman”) termasuk lapangan hubungan antar pribadi. Oleh karena itu iman tidak memiliki jaminan-jaminan yang dimiliki oleh akal yang menganalisis, yaitu jaminan-deduksi dan jaminan-induksi. Namun demikian orang beriman mempunyai kepastian juga: “Aku tahu kepada siapa aku percaya”. Tetapi kepastian iman ini baru diperoleh di dalam tindakan percaya itu sendiri.
Walaupun manusia mengarahkan diri kepada Tuhan, seringkali manusia
ingin mengetahui lebih dahulu kepada siapa ia percaya, namun hal itu baru
diketahuinya dengan dan karena percaya. Manusia tidak mengetahui akan adanya
Tuhan yang tinggal di dalam hati setiap orang jika manusia tidak percaya.
Manusia diberikan godaan atau masalah dalam hidupnya agar manusia semakin
dekat dan percaya kepada Tuhan.
3) Iman kepercayaan yang bertanya-tanya
Syukur Dister (1989: 126-131) mengungkapkan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Selain kepastian terdapat juga ketidakpastian dalam iman. Iman juga selalu bertanya-tanya. Adapun sebabnya kiranya jelas. Objek iman memang sungguh-sungguh nyata bagi orang beriman, tetapi tidak pernah seluruhnya nyata. Kenyataan-kenyataan iman tidak memaksakan diri kepada akal budi, seperti misalnya kenyataan-kenyataan ilmu eksakta. Dalam kehidupan manusia, seringkali manusia bertanya-tanya apakah
Tuhan itu nyata. Bagi orang yang tidak mempunyai kepercayaan hal ini sangat
tidak mungkin karena Tuhan tidak kelihatan hanya dapat dirasakan dalam hati dan
perantara manusia saja, tetapi sebaliknya bagi orang yang percaya Tuhan itu ada
dan selalu tinggal di hati manusia dalam iman dan perbuatan.
3. Perkembangan Remaja
a. Masa Remaja
Supriyati (2013: 10) berpendapat bahwa: Masa remaja adalah masa transisi ke taraf kedewasaan. Lamanya masa transisi dipengaruhi oleh derajat ketergantungan, konflik dengan tuntunan orang tua, guru dan teman sebaya, status ambigue dalam kelompok, aspirasi yang tidak realistik dan motivasinya untuk membuat masa transisi. Adapun kesulitan yang dialami pada masa transisi ini dapat disebabkan karena kesulitan remaja dalam menduga peran barunya, ketergantungan secara ekonomi, status orang tua dan ada tidaknya kesempatan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan.
Setiap orang pasti merasakan atau melalui masa remajanya. Dalam masa
remaja, banyak siswa yang perlu mendapat pendampingan dari orangtua dan guru
secara khusus agar tidak salah langkah. Masa remaja sangatlah menyenangkan
bagi siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena
banyak mendapat pengalaman dan suasana yang baru. Hal ini tentu saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mendukung perkembangan masa remajanya agar semakin didewasakan dalam
perkataan dan perbuatan.
b. Perkembangan Sosial Remaja
Supriyati (2013: 12) berpendapat bahwa: Sosialisasi berarti belajar tingkah laku sesuai dengan harapan kelompok. Sosialisasi dapat dipandang secara subjektif dan objektif. Sosialisasi secara subjektif berkaitan dengan perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu, sedangkan sosialisasi secara objektif lebih berkaitan dengan tingkah laku nampak dari diri seseorang. Tanda-tanda sosialisasi dapat dilihat dari keinginan remaja untuk memilih kawan-kawannya sendiri, memilih jumlah kawan yang dikehendaki, kualitas kawan dan keinginan untuk mempunyai kawan dari jenis kelamin yang berbeda.
Di lingkungan sekolah setiap siswa pasti berkeinginan mempunyai teman
yang banyak agar tidak merasa kesepian, akan tetapi tidak semua siswa mampu
bersosialisasi dengan teman sebayanya di sekolah karena setiap siswa mempunyai
perilaku yang berbeda. Pada masa remaja, siswa cenderung membentuk kelompok
agar dianggap paling kuat dari siswa yang lain dan lebih menonjol, sehingga ada
kepuasan yang dirasakan oleh siswa tersebut. Siswa memilih teman bermain
sesuai dengan kesamaan yang dimilikinya, misalnya kesamaan hobby atau
kegemaran.
c. Perkembangan Moral Remaja
Supriyati (2013: 14) berpendapat bahwa: Bermoral artinya dapat menyesuaikan diri dengan aturan atau hukum di masyarakat. Meskipun tidak setuju, remaja sering dihadapkan pada kenyataan bahwa ini satu-satunya cara yang tepat untuk bertingkahlaku. Remaja yang gagal menyelaraskan diri dengan norma kelompok disebut tidak bermoral (immoral). Remaja ini sebenarnya mampu tetapi tidak mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
menyelaraskan diri dengan standar kelompok. Ada juga remaja yang mau tetapi tidak mampu menyelaraskan diri dengan kelompok (unmoral). Kesulitan dalam penyesuaian dengan moral orang dewasa biasanya berkaitan dengan nilai-nilai moral yang dianut sejak kanak-kanak tidak sesuai dengan kebutuhan remaja, untuk itu dibutuhkan nilai moral baru.
Masa remaja merupakan masa yang banyak dihadapkan dengan peraturan
baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Setiap siswa
mempunyai cara yang berbeda dalam melalui peraturan tersebut, ada siswa yang
taat dengan peraturan dan ada siswa yang tidak mentaati peraturan, semuanya
tergantung pada kepribadian masing-masing siswa. Peraturan yang ada membantu
siswa agar siswa terbiasa dengan kedisiplinan dan bertanggungjawab dalam
segala hal. Jika siswa mampu beradaptasi dengan peraturan yang ada maka siswa
tersebut berkembang dalam kepribadiannya. Semuanya memerlukan proses yang
lama dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, orangtua dan guru saling
bekerjasama dalam perkembangan siswa secara kognitif, afeksi dan praksis agar
siswa mempunyai moral yang baik.
d. Perkembangan Iman Remaja
Fowler (1995: 31) dalam tahap ketiga sebagaimana dikutip oleh Supratiknya
mengungkapkan bahwa:
Agamalah yang menciptakan kerangka makna eksistensial yang terdalam dan terakhir, dengan menempatkan orang dalam relasinya dengan lingkungan akhir. Sang remaja berjuang menciptakan suatu sintesis dari berbagai keyakinan dan nilai religius yang dapat mendukung proses pembentukan identitas diri dan memungkinkan munculnya rasa bersatu dengan orang-orang lain dalam suasana kesetiakawanan afektif.
Agamalah yang menciptakan kerangka makna eksistensial yang terdalam
dan terakhir, dengan menempatkan orang dalam relasinya dengan lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
akhir artinya setiap manusia yang meyakini suatu agama maka manusia tersebut
akan terus berusaha menjalin relasi yang baik dengan sesama dan Tuhan karena
agama mampu membawa manusia kepada kehidupan yang kekal. Begitu pula para
remaja, sang remaja menciptakan suatu sintesis dari berbagai keyakinan dan nilai
religius yang dapat mendukung proses pembentukan identitas diri. Hal ini
dimaksudkan bahwa agama yang diyakini siswa membuat siswa berproses dalam
hidupnya sehari-hari. Siswa belajar dari nilai-nilai religius melalui pengalaman
iman mereka sehingga siswa mampu membentuk identitas diri dan bersatu dengan
sesama.
C. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah yang Mendukung Terwujudnya Perkembangan Iman Siswa
Pendidikan Agama Katolik di sekolah berperan penting membantu
perkembangan iman siswa. Oleh sebab itu, para guru Pendidikan Agama Katolik
di sekolah memandang siswa sungguh baik. Hal ini diwujudnyatakan guru dengan
cara mendidik siswanya agar menjadi lebih baik. Guru Pendidikan Agama Katolik
di sekolah tidak hanya memberikan materi pelajaran saja tetapi guru Pendidikan
Agama Katolik membantu siswa untuk berkembang dalam iman. Guru membantu
iman siswa berkembang dengan cara meneguhkan pribadi dan jati diri siswa.
Sikap dasar guru Pendidikan Agama Katolik, yang meneguhkan dan menghormati
siswanya yang bermasalah, lemah dan nakal merupakan dasar seorang guru agar
lebih mengenal siswa secara personal. Pada saat guru Pendidikan Agama Katolik
sudah mengenal siswa secara personal maka guru tersebut yakin dan menaruh
harapan kepada siswa bahwa siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mereka miliki. Guru memotivasi dan mengasihi siswa dengan penuh kerendahan
hati agar siswa mampu mengembangkan bakat-bakat mereka. Mengasihi siswa
merupakan sikap dasar guru Pendidikan Agama Katolik. Hal ini dimaksudkan
bahwa iman dilandasi dengan pengharapan dan diwujudnyatakan melalui kasih
seorang guru kepada siswa. Guru yang mengasihi siswa mampu menghormati
siswa sebagai subjek dan memberi kebebasan, hak serta tanggungjawab kepada
siswa, sehingga siswa sungguh-sungguh berkembang dalam imannya melalui
tindakan nyata seorang guru di sekolah (Heryatno, 2008: 104-107)
Dalam perkembangan iman siswa, sosok guru yang memperhatikan siswa
secara personal dengan kekurangan dan kelebihan yang siswa miliki tentu saja
guru mempunyai cara atau model agar siswa sungguh-sungguh merasa
diperhatikan dan dibantu oleh guru tersebut untuk berkembang. Guru sebagai
fasilitator siswa berusaha dengan penuh kerendahan hati agar siswa mampu
berkembang secara kognitif, afeksi, dan praksis. Guru memberikan kesempatan
agar siswa aktif dan kreatif dalam mencari serta menemukan apa yang menjadi
kebutuhan mereka. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga memberikan
berbagai pengetahuan agar siswa juga memahami materi yang disampaikan oleh
guru di kelas sehingga tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat
terlaksana dengan baik (Heryatno, 2008: 57). Tujuan Pendidikan Agama Katolik
di sekolah dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh suasana yang
dijiwai oleh Roh cinta kasih dan kebebasan Injili. Heryatno (2008: 17)
mengungkapkan bahwa:
Pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud kalau suasana sekolah-sekolah Katolik dijiwai oleh cinta kasih dan kebebasan Injili (bdk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Dimensi Religius Sekolah-sekolah Katolik, a.25). Cinta kasih yang dimaksud di sini adalah cinta kasih yang dihayati oleh Yesus sendiri: yang mencintai semua murid-Nya dengan cara yang sehabis-habisnya sampai memberikan nyawa-Nya sendiri demi keselamatan mereka (bdk. Yohanes 15:13) Seorang guru sangat berperan penting dalam perkembangan siswa di
sekolah. Semangat Injili yang dimiliki oleh seorang guru menghasilkan benih-
benih yang baik di dalam diri siswa. Guru yang mempunyai semangat cinta kasih
dalam mengajar dengan tulus membantu siswanya untuk berkembang, sehingga
sangat senang melihat anak didiknya berhasil dengan baik. Oleh sebab itu,
Pendidikan Agama Katolik sangat mengutamakan perkembangan siswa dalam
iman dan kepercayaannya melalui tindakan nyata. Vugts (1968: 16) menyatakan
bahwa:
Ajaran Yesus disebut Injil. Injil yang dimaksud berisi kabar gembira. Isi kabar gembira itu ialah berita bahwa Yesus datang untuk mendirikan Kerajaan Allah. Maka waktu Yesus mengajar, Ia selalu bercerita tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu berarti bahwa Allah sendiri akan turun tangan dalam sejarah manusia dan membimbing kita kepada keselamatan. Kabar gembira yang diterima oleh manusia adalah kabar bahwa Allah
senantiasa akan terus menyertai manusia di setiap langkah hidupnya. Misalnya
saja ketika kita merasa sendirian, Allah hadir untuk menghibur melalui orang-
orang yang ada di sekitar kita. Allah mencintai umat-Nya tanpa memandang
apapun sehingga semua manusia dapat merasakan kasih Allah. Semua manusia
diselamatkan dari dosa karena kasih Allah yang tak berkesudahan, sehingga Allah
mengirim putra-Nya Yesus Kristus datang ke dunia dan menyerahkan seluruh
hidup-Nya untuk manusia. KWI (1990: 11) menyatakan bahwa:
Misi Gereja adalah mewartakan kabar gembira, demi perubahan batin dan pembaruan manusia. Bagi kaum muda, sekolah merupakan salah satu jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
terlaksananya pewartaan kabar gembira tersebut. Cinta Kristiani bukan dorongan perasaan dan juga bukan dorongan rasa perikemanusiaan: cinta Kristiani adalah kenyataan baru, yang lahir dari iman. Kaum muda sebagai generasi penerus Gereja diharapkan mampu
mewartakan kabar gembira di mana pun mereka berada. Mewartakan kabar
gembira haruslah dibekali iman yang kuat dalam hidup kaum muda, mengingat
kaum muda masih banyak mengalami perubahan dalam dirinya. Sekolah
merupakan tempat para kaum muda untuk mewartakan kabar gembira karena
mereka mendapat dukungan dari para guru, fasilitas yang memadai, serta
keinginan yang kuat dalam diri kaum muda untuk berkembang.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan iman
siswa didasari oleh ketulusan hati guru dalam mendampingi siswa di sekolah.
Seorang guru Pendidikan Agama Katolik haruslah mempunyai iman yang kuat
serta wawasan yang luas agar mampu memperkembangkan iman siswa. Guru
yang mengutamakan perkembangan iman siswa tentu saja lebih kreatif pada saat
mengajar karena kreativitas guru membawa suasana yang nyaman dan
menyenangkan bagi siswa sehingga siswa mampu terlibat aktif di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT DAN PERANANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA
Bab II telah menguraikan Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah demi terwujudnya perkembangan iman siswa. Secara teori pokok-pokok
Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah dipahami dan dijelaskan melalui
dokumen-dokumen Gereja serta pendapat para ahli. Hal ini diharapkan dapat
membantu guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
sehingga mampu mewujudkan perkembangan iman siswa.
Dalam bab III penulis membahas tentang pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
dan peranannya terhadap perkembangan iman siswa. Pada bab III ini penulis
memberikan gambaran tentang sejarah, Visi, dan Misi SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bagian selanjutnya menyampaikan
gambaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Hal ini meliputi pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik dan sosok guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
Kemudian penulis menjelaskan metodologi penelitian yang nantinya akan
dilaksanakan. Setelah melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat penulis membahas hasil penelitian yang
sudah diperoleh dalam laporan penelitian. Penulis berharap hasil penelitian yang
telah penulis laksanakan di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat khususnya kelas VIII dapat membantu penulis untuk
mengetahui peranan Pendidikan Agama Katolik SMP Negeri 1 Sepauk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dan pengaruhnya terhadap perkembangan
iman siswa.
A. Gambaran Umum Keadaan SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
1. Sejarah, Visi, dan Misi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
a. Sejarah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dan perkembangannya
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat didirikan
pada tahun 1983. SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
didirikan oleh pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pemerintah
terutama dinas pendidikan sangat prihatin dengan keadaan masyarakat sekitar
terutama masyarakat di daerah Sepauk, kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Hal
ini disebabkan karena masyarakat Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
belum menyadari pentingnya pendidikan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Selain itu, biaya sekolah dan jarak antara rumah ke sekolah yang berada di
Kabupaten Sintang juga menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan
pendidikan di Sepauk. Oleh sebab itu, pemerintah daerah bekerja sama dengan
masyarakat sekitar untuk membangun SMP Negeri 1 Sepauk yang letaknya di Jl.
Tanjung Ria kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Tentu saja dari tahun ke tahun SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat mengalami peningkatan terutama siswa/siswi yang terus
bertambah jumlahnya. Sampai saat ini, siswa SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat berjumlah 455 orang. Melihat minat siswa yang terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
bertambah untuk mencari ilmu di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat serta mendapat dukungan dari para orangtua siswa, pemerintah
memenuhi berbagai sarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas
misalnya komputer, lapangan olahraga, ruang IPA, perpustakaan dan ruang
kesenian. SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat memiliki
13 ruang kelas. Kelas VII memiliki 5 ruang kelas dengan jumlah siswa laki-laki
71 orang dan jumlah siswa perempuan 100 orang. Pada kelas VIII terdapat 4
ruang kelas dengan jumlah siswa laki-laki 68 orang dan jumlah siswa perempuan
83 orang. Sedang pada kelas IX terdapat 4 ruang kelas dengan jumlah siswa laki-
laki 50 orang dan jumlah siswa perempuan 83 orang.
Sekarang usia SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat sudah 30 tahun. Selama 30 tahun SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat sudah 6 kali mengalami pergantian kepala sekolah.
Pada tahun 1983-1989 kepala sekolahnya adalah bapak Chapis Rusdi BA.
Selanjutnya pada tahun 1989-1993 kepala sekolahnya adalah bapak Bakrie
Nurddin. Pada tahun 1993-2000 kepala sekolahnya adalah ibu Lussia. Pada tahun
2000-2009 kepala sekolahnya adalah bapak Constan Tinus dan pada tahun 2009-
2010 ibu Lussia menjadi kepala sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat untuk menunggu pergantian kepala sekolah yang baru.
Pada tahun 2010 SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
dipimpin oleh bapak Sargio Kocanius. Dari tahun ke tahun SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat semakin berkembang, tentu saja
perkembangan tersebut karena kepemimpinan kepala sekolah yang terus berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
semaksimal mungkin dalam meningkatkan perkembangan sekolah. Hal inilah
yang membuat pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat terus
membangun sekolah-sekolah di daerah-daerah agar orangtua dan siswa semakin
menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia.
b. Visi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Membentuk siswa berprestasi, disiplin, berbudaya, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan serta ramah lingkungan. Siswa yang berprestasi berawal dari
kedisiplinan dalam mengatur waktu untuk belajar. Disiplin menjadi suatu budaya
yang terus dilestarikan dalam kehidupan siswa sehingga siswa terus berusaha
dalam meningkatkan prestasi di sekolah. Tentu saja semua ini didasari oleh iman
yang kuat kepada Tuhan. Siswa yang beriman mampu menghadapi semua
rintangan yang ada di hadapannya karena iman berasal dari kepercayaan yang ada
dalam diri siswa. Pada akhirnya siswa mampu mewujudnyatakan imannya dengan
cara mencintai dan memelihara lingkungan sekitar. Sejak awal berdirinya SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1983 hingga
saat ini, Visi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat tidak
mengalami perubahan karena masih relevan dengan keadaan siswa pada saat ini.
Tentu saja agar sekolah dan siswa saling berkerjasama dalam mengharumkan
nama sekolah serta mengembangkan prestasi sekolah menjadi lebih baik.
c. Misi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
1) Melaksanakan pembelajaran efektif dan tepat waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Guru memanfaatkan waktu mengajar dengan sebaik-baiknya sehingga
siswa tidak dirugikan dan guru sungguh-sungguh mengemban tugasnya dalam
mengajar secara profesional.
2) Melaksanakan remedial, pengayaan atau pembelajaran tambahan
Guru membantu siswa agar mampu mendapatkan nilai sesuai dengan
tingkat kelulusan yang telah ditentukan setiap mata pelajaran dengan mengadakan
remidial bagi siswa yang tidak lulus dalam ujian semester serta memberikan jam
tambahan agar siswa mampu memperbaiki nilainya dengan menambah
pengetahuan siswa serta mengulangi kembali mata pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya.
3) Meningkatkan minat baca siswa dengan program wajib kunjung perpustakaan
Guru mewajibkan siswa untuk membaca buku di perpustakaan, hal ini
dimaksudkan agar siswa mempunyai banyak pengetahuan di luar pelajaran yang
diberikan oleh guru.
4) Melaksanakan tertib kehidupan sekolah
Sekolah memberikan tata tertib kepada siswa agar siswa belajar
mematuhinya sehingga siswa terbiasa dengan semua tata tertib yang ada baik di
keluarga, sekolah dan masyarakat luas.
5) Melaksanakan bimbingan olahraga prestasi dan pembangunan karakter bangsa
Guru membimbing siswa bukan hanya berprestasi di dalam kelas
khususnya di bidang akademik, akan tetapi guru juga membantu siswa dalam
membangun karakter siswa melalui prestasi olahraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
6) Melaksanakan peningkatan penghayalan kehidupan keagamaan
Guru mendidik siswa supaya mempunyai iman yang kuat terhadap
agamanya karena agama diyakini seseorang sebagai sarana pengarahan diri
kepada Tuhan. Hal ini diharapkan mampu membantu siswa agar terus memegang
teguh keyakinannya dimanapun mereka berada.
7) Melaksanakan kebersihan dan penataan lingkungan
Guru dan semua warga sekolah saling bekerja sama dalam menjaga
lingkungan sekitar agar tetap bersih sehingga semua anggota sekolah merasa
nyaman jika berada di sekolah.
8) Meningkatkan persaudaraan dan kebersamaan warga sekolah
Seluruh warga sekolah menjalin persaudaraan dan kebersamaan yang erat
agar mampu menciptakan kerukunan dan kerjasama dalam lingkungan sekolah.
Hal ini sangat berperan penting dalam membantu kemajuan sekolah karena semua
warga sekolah mempunyai perannya masing-masing dalam mengharumkan serta
menjaga nama baik sekolah.
B. Gambaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah mengajar siswa kelas VIII pada hari
Selasa. Kelas VIII terdiri dari 4 ruang kelas. Pada saat pelajaran Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Agama Katolik, kelas VIII A dan B disatukan dalam satu ruang kelas, begitu juga
dengan kelas VIII C dan D. Guru Pendidikan Agama Katolik mengajar di kelas
selama 2 jam pelajaran dalam 1 kali pertemuan. Berikut ini tabel jumlah siswa
kelas VIII secara keseluruhan:
No Kelas Jumlah
Siswa
Agama
Katolik
Agama
Islam
Agama
Protestan
1 VIII A 38 Siswa 16 Siswa 12 Siswa 10 Siswa
2 VIII B 38 Siswa 20 Siswa 8 Siswa 10 Siswa
3 VIII C 36 Siswa 16 Siswa 9 Siswa 11 Siswa
4 VIII D 38 Siswa 17 Siswa 11 Siswa 10 Siswa
Jumlah Total 150 Siswa 69 Siswa 40 Siswa 41 Siswa
Dari tabel di atas, siswa kelas VIII yang beragama Katolik lebih banyak
dari pada siswa yang beragama lain. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
guru Pendidikan Agama Katolik dalam mendidik siswa di kelas serta membantu
perkembangan iman mereka. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah
khususnya kelas VIII menggunakan buku ajar yang berjudul “Membangun
Komunitas Murid Yesus”. Pelajaran Pendidikan Agama Katolik secara konkrit
mengajarkan kepada siswa tentang perjalanan hidup Yesus dan mengenalkan
karya-karya Yesus di tengah dunia dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
Karya-karya Yesus di dunia diwujudnyatakan siswa dalam mengikuti kegiatan
Gereja misalnya mengikuti kegiatan Orang Muda Katolik (OMK), mendampingi
anak-anak sekolah minggu, mengikuti koor dan menjadi lektor pada hari minggu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
serta mengadakan kemping rohani. Tentu saja kegiatan tersebut mendapat
bimbingan, arahan serta motivasi dari guru Pendidikan Agama Katolik. Guru
Pendidikan Agama Katolik tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa
pada saat di kelas, tetapi juga membantu siswa untuk melakukan aksi konkrit
yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gereja.
2. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat terdiri dari 2 orang, yaitu ibu Seravina dan ibu Yuli
Kristi. Ibu Seravina mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk
kelas VIII. Pada saat proses belajar mengajar di kelas, guru Pendidikan Agama
Katolik memfasilitasi siswa dengan berbagai pengetahuan agar siswa mampu
menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka. Selain itu, guru
Pendidikan Agama Katolik juga mendekati siswa pada saat jam istirahat sehingga
guru dapat mengenal siswa secara personal. Guru Pendidikan Agama Katolik
dengan rendah hati menerima siswa yang ingin berkunjung di luar jam sekolah
tanpa memandang latar belakang siswa sehingga tidak ada jarak antara guru dan
siswa. Guru Pendidikan Agama Katolik bertujuan memperkembangkan iman
siswa dengan berbagai kegiatan di sekolah dan di Gereja. Oleh sebab itu, menjadi
guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sebuah panggilan. Guru
Pendidikan Agama Katolik di sekolah mendidik siswa dengan penuh kerendahan
hati dan mempunyai semangat sebagai seorang pendidik yang mampu memotivasi
siswa agar siswa sungguh-sungguh berkembang dalam imannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
C. Penelitian Tentang Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Iman Siswa
1. Desain Penelitian
a. Latar Belakang Penelitian
Penulis memilih SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat sebagai tempat penelitian karena SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat terletak di daerah tempat tinggal penulis. Selain itu penulis
ingin mengenal SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
secara keseluruhan, mengingat dari tahun ke tahun sudah banyak mengalami
perubahan. Tentu saja perubahan menjadi lebih baik dan semakin berkembang
dalam bidang akademik, mempunyai fasilitas yang memadai, serta sistem
pengajaran yang lebih menyenangkan. Penelitian ini dikhususkan untuk siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Penulis
memilih SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sebagai
subjek penelitian karena siswa kelas VIII merupakan siswa yang sedang
memasuki masa remaja. Masa remaja sangat rentan dengan berbagai persoalan,
misalnya pergaulan bebas, kenakalan remaja, pengaruh dari teman sebaya dan
kurangnya percaya diri untuk berubah menjadi lebih baik. Dalam hal inilah,
keluarga terutama orangtua menjadi pendidik utama bagi para siswa khususnya
kelas VIII. Melalui pendekatan dari orangtua di rumah, para siswa akan lebih
terbantu dalam perkembangan iman mereka sehingga berbagai persoalan tersebut
dapat teratasi dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah berfungsi untuk meneruskan
apa yang sudah orangtua berikan kepada anaknya di rumah. Seperti yang sudah
diuraikan secara singkat di atas bahwa pendidik utama siswa adalah orangtua.
Apabila orangtua mempunyai waktu yang cukup untuk anaknya di rumah dan
memberikan arahan kepada anaknya maka anak tersebut akan berkembang
menjadi lebih baik. Sekolah membantu orangtua agar siswa mendapat
pengetahuan baru dan tetap belajar dari pengalaman yang sudah dialami siswa
baik di rumah maupun di sekolah. Guru Pendidikan Agama Katolik membantu
siswa untuk semakin mengembangkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 15) menyatakan
bahwa “hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman,
bukan pengajaran agama”. Komunikasi iman dapat menumbuhkembangkan
kepercayaan dalam diri manusia sedangkan pengajaran agama hanya sebagai
pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk menerapkannya. Sangat
perlulah komunikasi iman antar sesama melalui sharing pengalaman. Sharing
pengalaman dapat membantu seseorang agar imannya berkembang. Oleh sebab
itu, guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah memfasilitasi siswa agar siswa
mampu mengkomunikasikan iman mereka dengan cara mensharingkan
pengalaman siswa sehari-hari.
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat mengetahui sejauh mana
Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat membantu perkembangan iman siswa dan apa yang menjadi
faktor pendukung dan penghambatnya. Tentu saja melalui penelitian ini penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
berharap memberikan sumbangan pemikiran untuk SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat khususnya Pendidikan Agama Katolik di
sekolah.
b. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaaan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat telah berperan membantu perkembangan iman
siswa
2) Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambatnya
c. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.
Alasan penulis memilih penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik sehingga penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi
(memfokuskan diri pada budaya dari sekelompok orang) serta meneliti tentang
hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian. Latar belakang
subjek sangat bermanfaat dalam penelitian karena membantu peneliti dalam
menemukan fakta untuk mendukung teori yang ada. Peneliti juga ikut serta dalam
penelitian sehingga penulis bisa berproses bersama responden. Selain itu, penulis
mendapat banyak pengalaman dalam melaksanakan penelitian sehingga
membantu penulis untuk berkembang menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Oleh sebab itu, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan observasi partisipatif melalui wawancara guru Pendidikan Agama
Katolik di sekolah serta kuesioner tertutup untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Melalui penelitian ini, penulis
mengajak guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah agar lebih mengutamakan
perkembangan iman siswa di sekolah. Moelong (2012: 6) mengungkapkan bahwa:
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti
mengamati responden secara langsung dengan cara melihat perilaku, persepsi, dan
motivasi. Melalui perilaku, persepsi, dan motivasi peneliti mendapat jawaban
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sugiyono (2013: 1)
mengungkapkan bahwa:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Peneliti adalah sebagai instrumen kunci dimana teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif sehingga hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Menurut pendapat para ahli di atas, penelitian kulitatif merupakan
penelitian yang berdasarkan keadaan nyata. Semua data diperoleh dari kondisi
objek yang alamiah. Artinya objek yang diteliti menjadi jawaban atas pelaksanaan
dalam penelitian. Pada akhirnya data yang diperoleh merupakan data yang
sungguh-sungguh terjadi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
d. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen observasi
partisipatif, kuesioner dan wawancara. Instrumen observasi partisipasif ini
melibatkan peneliti secara langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono,
2013: 64). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009: 199). Penulis menggunakan
kuesioner tertutup untuk siswa SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat. Keusioner tertutup adalah kuesioner yang jawabannya sudah
disediakan. Responden tinggal memilih di antara alternatif yang tersedia
(Dapiyanta, 2011: 23). Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden lebih mendalam (Sugiyono, 2013: 72). Penulis
menggunakan wawancara terpimpin untuk guru Pendidikan Agama Katolik SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Wawancara terpimpin
adalah pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah disiapkan lebih dahulu
oleh peneliti sehingga terarah (Dapiyanta, 2011: 25).
Sugiyono (2013: 2) mengungkapkan bahwa “kriteria data dalam penelitian
kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya
terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data
yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut”. Terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
e. Responden
Penelitian ini mengambil populasi siswa kelas VIII SMP negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Jumlah siswa kelas VIII secara
keseluruhan adalah 150 siswa. Siswa kelas VIII yang beragama Katolik berjumlah
69 siswa. Dari 69 siswa tersebut, penulis melaksanakan penelitian untuk 2 kelas,
yaitu kelas VIII A dan VIII B berjumlah 30 siswa. Alasan penulis tidak
menjadikan 69 siswa sebagai responden penelitian karena penulis memandang 30
siswa sudah mewakili suara yang lain dan pada saat pembahasan hasil penelitian
lebih praktis. Penulis juga mewawancarai 1 orang guru Pendidikan Agama
Katolik yang mengampu kelas VIII yaitu ibu Seravina.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sample.
Purposive sample merupakan sampel bertujuan karena dalam penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak (Moleong, 2012: 224). Dalam purposive sampling,
pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat populasi
yang sudah diketahui sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004: 91).
f. Waktu Pelaksanaan dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sepauk, kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat pada bulan Januari 2014. Dengan proses pelaksanaan
sebagai berikut: pertama, penulis menentukan kelas yang akan dijadikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
responden penelitian. Kedua, penulis membagikan angket untuk 30 siswa kepada
kelas yang sudah ditentukan dan menunggu di kelas pada saat pengisian angket
berlangsung sampai selesai. Ketiga, penulis mewawancari 1 orang guru
Pendidikan Agama Katolik yang mengampu kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
g. Variabel Penelitian
1) Pelaksanaan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik di sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
2) Faktor-faktor pendukung dan penghambatnya
h. Kisi-Kisi Instrumen
No Variabel Indikator Jumlah
Item
(1) (2) (3)
1. Pelaksanaan proses belajar
mengajar Pendidikan
Agama Katolik di sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat
Tersedianya gambaran
pelaksanaan data Pendidikan
Agama Katolik di sekolah
14
2. Faktor pendukung dan
penghambatnya
Tersedianya data faktor
pendukung dan
penghambatnya
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Laporan dan pembahasan hasil penelitian akan dipersempit oleh penulis
dengan membagi dua opsi pilihan yaitu positif dan negatif. Opsi pilihan bagian
positif adalah sangat setuju dan setuju. Opsi pilihan bagian negatif adalah tidak
setuju dan sangat tidak setuju, sedangkan siswa yang menjawab netral pada
beberapa item tidak dihitung karena dianggap tidak mempunyai jawaban yang
pasti. Dalam beberapa pernyataan ada beberapa item yang merupakan pernyataan
negatif yaitu no. 4, 5, 13, 14, 18, 19, 20 sehingga jawaban siswa lebih dominan
pada opsi pilihan bagian negatif. Dalam pernyataan negatif tersebut, penulis
mengganti opsi pilihan bagian positif dengan jawaban negatif sedangkan opsi
pilihan negatif dengan jawaban positif. Cara ini dimaksudkan agar mempermudah
penulis dalam pengolahan dan pembahasan data hasil penelitian yang sudah
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Laporan dan pembahasan hasil penelitian ini diawali penulis dengan menjelaskan
identitas responden, dilanjutkan dengan uraian pelaksanaan Pendidikan Agama
Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
serta diakhiri dengan faktor pendukung dan penghambatnya.
a. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui Kuesioner
1) Laporan Penelitian Melalui Kuesioner
Hasil penilaian dari 30 siswa yang terdiri dari 15 siswa kelas VIII A dan
15 siswa kelas VIII B untuk dijadikan responden penelitian yang tertera pada tabel
berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 1: Identitas Responden
(N= 30)
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1 VIII A 5 Siswa 10 Siswa 15 Siswa 50
2 VIII B 4 Siswa 11 Siswa 15 Siswa 50
Tabel 2: Hasil Penelitian Melalui Kuesioner
(N= 30)
No Pernyataan Jumlah Siswa
Positif Netral Negatif
A. Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat telah sungguh membantu perkembangan iman siswa
SS % S % N % TS % STS %
1. Materi Pendidikan Agama Katolik disampaikan oleh guru dengan penuh kreativitas
19 63,3
%
7 23,3
%
3 10% 1 3,3%
2. Guru Pendidikan Agama Katolik Mengajarkan tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin
28 93,3
%
2 6,6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mengenal dan mencintai Yesus
3. Guru Pendidikan Agama Katolik Mendampingi siswa dengan senang hati
18 60% 12 40%
4. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman mereka
1 3,3% 5 16,6
%
3 10% 18 60% 3 10%
5. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak memperlakukan siswa sebagai subjek pada saat mengajar di kelas
2 6,6% 11 36,6
%
5 16,6
%
11 36,6
%
1 3,3%
6. Pendidikan Agama Katolik merupakan komunikasi iman
21 70% 9 30%
7. Pendidikan Agama Katolik membantu Perkembangan iman siswa menjadi lebih matang
20 66,6
%
6 20% 3 10% 1 3,3%
8. Pendidikan Agama Katolik membantu siswa semakin mengimani Yesus sebagai anak Allah
28 93,3
%
2 6,6%
9. Siswa mengenali kehadiran Allah melalui refleksi pengalaman hidupnya
7 23,3
%
20 66,6
%
2 6,6% 1 3,3%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
10. Pengalaman hidup membawa siswa untuk berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman
20 66,6
%
10 33,3
%
11. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja sehingga mampu membantu perkembangan iman menjadi lebih matang
19 63,3
%
7 23,3
%
2 6,6% 1 3,3% 1 3,3%
12. Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan siswa melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari
9 30% 16 53,3
%
4 13,3
%
1 3,3%
13. Pada saat proses belajar mengajar di kelas ada jarak antara guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa
3 10% 9 30% 3 10% 12 40% 3 10%
14. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak mengenal siswa secara personal
13 43,3
%
2 6,6% 8 26,6
%
7 23,3
%
B. Faktor Pendukung dan penghambatnya
SS % S % N % TS % STS %
15. Guru Pendidikan Agama Katolik menyampaikan materi pelajaran dengan jelas pada saat
26 86,6
%
4 13,3
%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mengajar 16. Tersedia fasilitas
yang memadai pada saat proses belajar mengajar berlangsung
11 36,6
%
12 40% 3 10% 3 10% 1 3,3%
17. Guru Pendidikan Agama Katolik memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif pada saat belajar di kelas
23 76,6
%
6 20% 1 3,3%
18. Proses penyampaian materi Pendidikan Agama Katolik di kelas kurang menyenangkan
2 6,6% 3 10% 4 13,3
%
11 36,6
%
10 33,3
%
19. Suasana kelas waktu pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kurang mendukung pada saat proses pembelajaran
3 10% 6 20% 15 50% 6 20%
20. Siswa malas mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
1 3,3% 1 3,3% 2 6,6% 9 30% 17 56,6
%
(a) Identitas Responden
Jumlah rata-rata responden kelas VIII A yang terdiri dari 5 siswa laki-laki
dan 10 siswa perempuan adalah 15 orang dengan jumlah prosentase 50%.
Jumlah rata-rata responden kelas VIII B yang terdiri dari 4 siswa laki-laki
dan 11 siswa perempuan adalah 15 orang dengan jumlah prosentase 50%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(b) Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Pada variabel pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dari tabel no 2 di atas,
pada item no. 1 diketahui sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase 86,6%
menyatakan pilihan positif bahwa materi Pendidikan Agama Katolik disampaikan
oleh guru dengan penuh kreativitas. Ada juga siswa yang menyatakan pilihan
negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 3,3%. Responden sebanyak 3
orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan netral dalam pernyataan
tersebut.
Pada item no. 2, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mengajarkan tentang
karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai Yesus.
Pada item no. 3, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mendampingi siswa
dengan senang hati.
Pada item no. 4, responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase
20% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik belum
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman
mereka. Ada 21 orang yang menyatakan tidak setuju dengan jumlah prosentase
70% dalam pernyataan tersebut karena guru Pendidikan Agama Katolik sudah
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman
mereka. Ada juga siswa yang menyatakan netral sebanyak 3 orang dengan jumlah
prosentase 10%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pada item no. 5, responden sebanyak 13 orang dengan jumlah prosentase
43,3% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik masih
memperlakukan siswa sebagai objek pada saat mengajar di kelas. Responden
sebanyak 12 orang dengan jumlah prosentase 40% menyatakan tidak setuju dalam
pernyataan tersebut karena guru Pendidikan Agama Katolik sudah
memperlakukan siswa sebagai subjek pada saat mengajar di kelas. Ada 5 orang
dengan jumlah prosentase 16,6% menyatakan netral dalam pernyataan tersebut.
Pada item no. 6, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan komunikasi
iman.
Pada item no. 7, responden sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase
86,6% menyatakan pilihan positif bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu
perkembangan iman siswa menjadi lebih matang. Responden sebanyak 1 orang
dengan jumlah prosentase 3,3% menyatakan pilihan negatif bahwa Pendidikan
Agama Katolik membantu perkembangan iman siswa menjadi lebih matang. Ada
juga yang menyatakan netral dalam pernyataan tersebut sebanyak 3 orang dengan
jumlah prosentase 10%.
Pada item no. 8, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu siswa semakin
mengimani Yesus sebagai anak Allah.
Pada item no. 9, responden sebanyak 27 orang dengan jumlah prosentase
90% menyatakan pilihan positif bahwa siswa mengenali kehadiran Allah melalui
refleksi pengalaman hidupnya. Siswa sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3,3% menyatakan pilihan negatif terhadap pernyataan ini. Responden sebanyak 2
orang dengan jumlah prosentase 6,6% menyatakan netral.
Pada item no. 10, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa pengalaman hidup membawa siswa untuk berkembang
dalam pikiran, perbuatan, dan iman.
Pada item no. 11, responden sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase
86,6% menyatakan pilihan positif bahwa siswa terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja sehingga mampu membantu perkembangan iman menjadi lebih matang.
Responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 6,6% menyatakan pilihan
negatif bahwa siswa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja membantu
perkembangan iman menjadi lebih matang. Ada juga siswa yang menyatakan
netral sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 6,6%.
Pada item no. 12, responden sebanyak 25 orang dengan jumlah prosentase
83,3% menyatakan pilihan positif bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu
perkembangan siswa melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari. Ada siswa menyatakan pilihan negatif sebanyak 1 orang
dengan jumlah prosentase 3,3%. Responden sebanyak 4 orang dengan jumlah
prosentase 13,3% menyatakan netral dalam pernyataan ini.
Pada item no. 13, responden sebanyak 12 orang dengan jumlah prosentase
40% menyatakan setuju bahwa pada saat proses belajar mengajar di kelas ada
jarak antara guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa. Responden sebanyak 15
orang dengan jumlah prosentase 50% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan
tersebut karena pada saat proses belajar mengajar di kelas tidak ada jarak antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa. Ada juga siswa menyatakan netral
sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 10% dalam pernyataan tersebut.
Pada item no. 14, responden sebanyak 13 orang dengan jumlah prosentase
43,3% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik tidak mengenal
siswa secara personal. Ada 15 orang dengan jumlah prosentase 50% menyatakan
tidak setuju dalam pernyataan tersebut. Responden sebanyak 2 orang dengan
jumlah prosentase 6,6% menyatakan netral bahwa guru Pendidikan Agama
Katolik tidak mengenal siswa secara personal.
(c) Faktor pendukung dan penghambatnya
Pada item no. 15, responden sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik menyampaikan materi
pelajaran dengan jelas pada saat mengajar.
Pada item no. 16, responden sebanyak 23 orang dengan jumlah prosentase
76,6% menyatakan pilihan positif bahwa tersedianya fasilitas yang memadai pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Responden sebanyak 4 orang dengan
jumlah prosentase 13,3% menyakan pilihan negatif dalam pernyataan ini. Ada
juga siswa yang menyatakan netral sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase
10%.
Pada item no. 17, responden sebanyak 29 orang dengan jumlah prosentase
96,6% menyatakan pilihan positif bahwa guru Pendidikan Agama Katolik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif pada saat belajar di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kelas. Ada siswa yang menyatakan pilihan negatif sebanyak 1 orang dengan
jumlah prosentase 3,3%.
Pada item no. 18, responden sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase
16,6% menyatakan setuju bahwa proses penyampaian materi Pendidikan Agama
Katolik di kelas kurang menyenangkan. Responden sebanyak 21 orang dengan
jumlah prosentase 70% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan tersebut karena
proses penyampaian materi Pendidikan Agama Katolik di kelas menyenangkan.
Responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 13,3% menyatakan netral
dalam pernyataan ini.
Pada item no. 19, responden sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase
10% menyatakan setuju bahwa suasana kelas waktu pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik kurang mendukung pada saat proses pembelajaran. Responden
sebanyak 21 orang dengan jumlah prosentase 70% menyatakan tidak setuju dalam
pernyataan tersebut. Ada juga siswa yang menyatakan netral sebanyak 6 orang
dengan jumlah prosentase sebanyak 20%.
Pada item no. 20, responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase
6,6% menyatakan setuju bahwa siswa malas mengikuti pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Responden sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase 86,6%
menyatakan tidak setuju dalam pernyataan tersebut karena siswa rajin mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Responden sebanyak 2 orang dengan
jumlah prosentase 6,6% menyatakan netral dalam pernyataan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
2) Pembahasan Hasil Penelitian Melalui Kuesioner
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan di SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dengan menyebarkan kuesioner
berupa angket kepada 30 responden, penulis akan membahas hasil penelitian
dengan menguraikan masing-masing variabel dari data yang sudah diperoleh.
Dalam pembahasan ini penulis mengelompokkan ke dalam 3 bagian yaitu:
identitas responden, pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat serta faktor pendukung
dan penghambatnya.
(a) Identitas Responden
Tabel 1 menyampaikan identitas responden yaitu 30 orang. Dimana 30
orang tersebut diambil dari masing-masing kelas VIII A terdiri dari 5 siswa laki-
laki dan 10 siswa perempuan sehingga jumlah keseluruhannya adalah 15 orang
dengan prosentase 50%. Kelas VIII B terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan, jumlah keseluruhannya adalah 15 orang dengan prosentase 50%. 30
siswa tersebut dipilih langsung oleh guru Pendidikan Agama Katolik berdasarkan
kemampuan pengetahuan dan keaktifan mereka di sekolah serta di Gereja. Hal ini
dimaksudkan agar 30 siswa tersebut dapat mewakili jumlah keseluruhan siswa
kelas VIII yaitu 69 orang siswa SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(b) Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh gambaran tentang pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
Pada variabel pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dari tabel no 2 di atas,
pada item no. 1 diketahui sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase 86,6%
menyatakan pilihan positif bahwa materi Pendidikan Agama Katolik disampaikan
oleh guru dengan penuh kreativitas. Kreativitas guru dalam menyampaikan materi
sangat dibutuhkan, misalnya guru Pendidikan Agama Katolik menggunakan
media cerita atau gambar dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama
Katolik. Tentu saja hal ini sangat membantu guru dalam menyampaikan materi.
Selain itu, siswa akan merasa senang dan lebih mudah memahami materi yang
diberikan oleh guru Pendidikan Agama Katolik di kelas. Ada juga siswa yang
menyatakan pilihan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 3,3%. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak tertarik dengan cara guru
menyampaikan materi Pendidikan Agama Katolik di kelas sehingga siswa
tersebut tidak mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan baik.
Responden sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 10% menyatakan netral
dalam pernyataan tersebut. Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak
memahami apa yang guru Pendidikan Agama Katolik sampaikan di kelas.
Pada item no. 2, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mengajarkan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai Yesus. Data ini
dapat disimpulkan bahwa materi Pendidikan Agama Katolik yang disampaikan
oleh guru mampu dipahami oleh siswa di kelas. Pusat dalam pelajaran Pendidikan
Agama Katolik adalah Yesus sendiri, oleh sebab itu sangat pentinglah guru
memberikan materi dan mengajak siswa untuk mengenal serta mencintai Yesus.
Karya-karya Yesus di dunia diharapkan mampu memotivasi siswa agar mereka
mempunyai kesadaran dalam melaksanakan kewajiban mereka sebagai generasi
penerus Gereja.
Pada item no. 3, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik mendampingi siswa
dengan senang hati. Menjadi guru Pendidikan Agama Katolik merupakan sebuah
panggilan, oleh sebab itu guru Pendidikan Agama Katolik harus mempunyai
spiritualitas yang teguh agar mampu mendampingi serta mencintai siswa dengan
sepenuh hati. Sebagai orang yang berspiritualitas dengan murah hati guru
Pendidikan Agama Katolik mendengarkan, menghormati, mengasihi, dan
mempercayai mereka (Heryatno, 91). Guru Pendidikan Agama Katolik berusaha
secara sungguh-sungguh membantu memperkembangkan iman siswa sehingga
mampu bertindak menjadi lebih baik.
Pada item no. 4, sebanyak 6 orang responden dengan jumlah prosentase
20% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik belum
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum terbiasa berbicara di
depan guru dan teman di kelas sehingga mereka masih malu pada saat diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kesempatan untuk mensharingkan pengalaman mereka. Kepada siswa yang belum
terlibat aktif mensharingkan pengalaman mereka harus dilakukan pendekatan oleh
guru Pendidikan Agama Katolik agar mereka mendapat motivasi. Ada 21 orang
yang menyatakan tidak setuju dengan jumlah prosentase 70% dalam pernyataan
tersebut karena guru Pendidikan Agama Katolik sudah memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman mereka. Data ini
menunjukkan bahwa siswa tersebut terlibat aktif dalam proses pembelajaran di
kelas. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik dengan rendah hati
mendengarkan sharing pengalaman siswa sehingga siswa merasa nyaman dalam
mensharingkan pengalaman mereka. Ada juga siswa yang menyatakan netral
sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 10%. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa tersebut tidak mempunyai jawaban yang pasti dan masih ragu-ragu dalam
menjawab pertanyaan yang tersedia.
Pada item no. 5, sebanyak 13 orang responden dengan jumlah prosentase
43,3% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik masih
memperlakukan siswa sebagai objek pada saat mengajar di kelas. Data ini
menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik tidak sepenuhnya
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak aktif pada saat
di kelas. Hal ini perlu diperhatikan karena guru Pendidikan Agama Katolik dan
siswa sama-sama mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran
sehingga saling bertukar pengetahuan dan pengalaman. Responden sebanyak 12
orang dengan jumlah prosentase 40% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan
tersebut karena guru Pendidikan Agama Katolik sudah memperlakukan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sebagai subjek pada saat mengajar di kelas. Berdasarkan data yang sudah
diperoleh lebih banyak siswa yang menjawab setuju daripada siswa menjawab
tidak setuju dalam pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
menempatkan siswa sebagai subjek pada saat di kelas dengan cara menghormati
dan memberi kepercayaan terhadap siswa untuk mengembangkan bakat-bakat
mereka. Ada 5 orang dengan jumlah prosentase 16,6% menyatakan netral dalam
pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak memahami
apa yang disampaikan oleh guru di kelas sehingga mareka tidak mempunyai
jawaban.
Pada item no. 6, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik merupakan komunikasi
iman. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memahami inti Pendidikan Agama
Katolik bagi kehidupan mereka sehari-hari. Sebagai komunikasi iman guru
Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya
bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi
menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik (Heryatno, 16). Melalui
Pendidikan Agama Katolik di sekolah siswa merasa terbantu dalam
perkembangan iman mereka. Iman siswa berkembang apabila tindakan nyata
dapat siswa refleksikan menjadi pengalaman iman sehingga iman mereka
diteguhkan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan untuk membantu
iman siswa berkembang. Oleh sebab itu, setiap materi pelajaran Pendidikan
Agama Katolik diakhiri dengan refleksi. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar
merefleksikan apa yang sudah mereka dapatkan dan alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Pada item no. 7, sebanyak 26 orang responden dengan jumlah prosentase
86,6% menyatakan pilihan positif bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu
perkembangan iman siswa menjadi lebih matang. Data ini menunjukkan bahwa
siswa tersebut terbantu dengan adanya pelajaran Pendidikan Agama Katolik di
sekolah untuk mengembangkan iman mereka menjadi lebih matang. Tentu saja
perkembangan tersebut berasal dari dalam diri siswa sehingga mereka dengan
mudah diarahkan guru Pendidikan Agama Katolik kepada hal-hal yang positif
agar membantu perkembangan iman menjadi lebih baik. Selain itu, siswa diajak
untuk terlibat aktif dalam kegiatan Gereja, aktif dalam kegiatan pembelajaran di
kelas, dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kegiatan tersebut dengan
sendirinya membantu siswa mempunyai arahan yang baik dalam hidup mereka.
Responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 3,3% menyatakan pilihan
negatif bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan iman siswa
menjadi lebih matang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum merasa
terbantu dengan adanya pengajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Tentu
saja ini menjadi kewajiban guru Pendidikan Agama Katolik agar membantu siswa
menjadi lebih baik serta mampu mengembangkan iman mereka secara pribadi.
Ada juga yang menyatakan netral dalam pernyataan tersebut sebanyak 3 orang
dengan jumlah prosentase 10%. Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut perlu
pendekatan secara personal dari guru Pendidikan Agama Katolik agar mereka
memahami pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan membantu iman mereka
berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Pada item no. 8, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu siswa semakin
mengimani Yesus sebagai Anak Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan
Agama Katolik sangat dibutuhkan masing-masing siswa karena materi Pendidikan
Agama Katolik banyak menceritakan tentang Yesus sehingga siswa mengenal
Yesus sebagai Anak Allah. Guru Pendidikan Agama Katolik memberikan
pengetahuan kepada siswa bukan hanya untuk mengenal Yesus saja, akan tetapi
siswa diajak untuk mencintai Yesus dan percaya kepada-Nya.
Pada item no. 9, sebanyak 27 orang responden dengan jumlah prosentase
90% menyatakan pilihan positif bahwa siswa mengenali kehadiran Allah melalui
refleksi pengalaman hidupnya. Data ini menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan refleksi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari siswa dihadapkan
dengan berbagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan menjadi bermakna
apabila siswa mampu merefleksikan pengalaman mereka. Melalui refleksi siswa
merasakan kehadiran Allah dalam hidup mereka sehingga refleksi mampu
membantu siswa mempunyai pondasi yang kuat jika mengalami masalah dalam
hidupnya. 1 orang siswa dengan jumlah prosentase 3,3% menyatakan pilihan
negatif terhadap pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum
secara mendalam melakukan refleksi sehingga masih sulit mengenali kehadiran
Allah dalam hidupnya. Responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase
6,6% menyatakan netral. Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum
memahami arti refleksi bagi hidup mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Pada item no. 10, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa pengalaman hidup membawa siswa untuk berkembang
dalam pikiran, perbuatan, dan iman. Data ini menunjukkan bahwa setiap siswa
mempunyai pengalaman hidup yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, semua
tergantung bagaimana cara siswa tersebut menyikapinya. Apabila semua
pengalaman suka maupun duka dapat disikapi dengan baik, maka akan membantu
perkembangan pikiran, perbuatan, dan iman siswa. Begitu juga sebaliknya,
apabila pengalaman tersebut tidak disikapi dengan baik maka pikiran, perbuatan,
dan iman tidak akan berkembang. Perkembangan siswa dalam pikiran, perbuatan,
dan iman dapat terjadi karena mereka dapat menyikapi dengan baik.
Pada item no. 11, sebanyak 26 orang responden dengan jumlah prosentase
86,6% menyatakan pilihan positif bahwa siswa terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja sehingga mampu membantu perkembangan iman menjadi lebih matang.
Data ini menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya
memberikan materi saja, akan tetapi mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan Gereja. Kegiatan Gereja membantu siswa agar mampu bersosialisasi
dengan sesama umat dan teman sebaya baik di sekolah maupun di rumah sehingga
mereka bisa belajar dari pengalaman. Dari kegiatan Gereja inilah siswa belajar
untuk bertanggungjawab dengan tugasnya serta mampu mengendalikan diri dalam
sikap. Tentu saja pengendalian diri tersebut membantu perkembangan iman
menjadi lebih matang. Responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase
6,6% menyatakan pilihan negatif bahwa siswa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja
membantu perkembangan iman menjadi lebih matang. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bahwa siswa tersebut tidak tertarik dengan kegiatan yang diadakan oleh Gereja
sehingga mereka belum secara mendalam untuk terlibat aktif di Gereja. Ada juga
siswa yang menyatakan netral sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 6,6%.
Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak terlibat aktif dalam kegiatan
Gereja.
Pada item no. 12, sebanyak 25 orang responden dengan jumlah prosentase
83,3% menyatakan pilihan positif bahwa Pendidikan Agama Katolik membantu
perkembangan siswa melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari. Data ini menyimpulkan bahwa siswa tersebut mampu
berbaur dengan lingkungan sekitar. Selain itu, siswa juga bisa membawa diri
dalam berbicara sopan dan menjaga sikap dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Tentu saja siswa semakin berkembang menjadi lebih baik karena
lingkungan mampu mengubah orang menjadi lebih baik apabila disikapi dengan
baik. Ada siswa menyatakan pilihan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah
prosentase 3,3%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut masih menutup diri
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Responden sebanyak 4 orang
dengan jumlah prosentase 13,3% menyatakan netral dalam pernyataan ini. Data
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum memahami materi Pendidikan
Agama Katolik sehingga tidak mempunyai jawaban yang pasti dalam pernyataan
yang tersedia.
Pada item no. 13, sebanyak 12 orang responden dengan jumlah prosentase
40% menyatakan setuju bahwa pada saat proses belajar mengajar di kelas ada
jarak antara guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa. Data ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bahwa siswa tersebut belum merasa nyaman dan akrab dengan guru Pendidikan
Agama Katolik sehingga mereka merasa ada jarak dengan guru pada saat di kelas.
Responden sebanyak 15 orang dengan jumlah prosentase 50% menyatakan tidak
setuju dalam pernyataan tersebut karena pada saat proses belajar mengajar di kelas
tidak ada jarak antara guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa tersebut sudah merasa nyaman dengan cara guru
Pendidikan Agama Katolik mengajar di kelas sehingga mereka merasa tidak ada
jarak antara guru dan siswa. Sebagai pendidik guru Pendidikan Agama Katolik
tidak pernah kehilangan pengharapan dan keyakinan bahwa semua anak didik
dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari Allah
(Heryatno, 104). Oleh sebab itu, sangatlah penting kepercayaan guru terhadap
siswa agar siswa mampu menemukan apa yang menjadi kebutuhan mereka dan
mengembangkan bakat yang mereka miliki. Ada juga siswa menyatakan netral
sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 10% dalam pernyataan tersebut. Data
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut merasa biasa-biasa saja dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas.
Pada item no. 14, sebanyak 13 orang responden dengan jumlah prosentase
43,3% menyatakan setuju bahwa guru Pendidikan Agama Katolik tidak mengenal
siswa secara personal. Data ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama
Katolik belum secara merata melakukan pendekatan terhadap siswa sehingga ada
siswa yang merasa tidak diperhatikan. Ada 15 orang dengan jumlah prosentase
50% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa tersebut sudah merasa diperhatikan oleh guru Pendidikan Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Katolik sehingga mereka dengan senang hati mensharingkan pengalaman mereka
pada saat di sekolah. Melakukan pendekatan secara personal sangat perlu
dilakukan oleh guru agar guru mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh
siswa pada saat di kelas. Responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase
6,6% menyatakan netral bahwa guru Pendidikan Agama Katolik tidak mengenal
siswa secara personal. Hal ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama
Katolik perlu melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut.
(c) Faktor Pendukung dan Penghambatnya
Pada item no. 15, sebanyak 30 orang responden dengan jumlah prosentase
100% menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik menyampaikan materi
pelajaran dengan jelas pada saat mengajar. Data ini menunjukkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik sudah mempunyai kesiapan yang matang sebelum
mengajar sehingga pada saat mengajar dapat menyampaikan materi pelajaran
dengan jelas. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik juga menggunakan
berbagai macam media misalnya LCD, gambar, dan cerita untuk menunjang
kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung
agar siswa dengan mudah memahami materi Pendidikan Agama Katolik.
Pada item no. 16, sebanyak 23 orang responden dengan jumlah prosentase
76,6% menyatakan pilihan positif tersedia fasilitas yang memadai pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Data ini menunjukkan bahwa sekolah sudah
menyediakan fasilitas yang memadai agar menunjang kegiatan pembelajaran di
kelas sehingga guru Pendidikan Agama Katolik memanfaatkan fasilitas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tersedia di sekolah dengan baik untuk mengajar di kelas. Melalui fasilitas yang
ada siswa merasa terbantu dalam proses pembelajaran. Tentu saja fasilitas tersebut
membuat sistem pembelajaran sangat menyenangkan sehingga siswa dengan
senang hati dan tertarik untuk mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 13,3% menyatakan
pilihan negatif dalam pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut
tidak menyukai fasilitas yang digunakan oleh guru pada saat menyampaikan
materi sehingga mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik. Ada juga siswa
yang menyatakan netral sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 10%. Data
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mempunyai jawaban yang pasti
dalam pernyataan ini.
Pada item no. 17, sebanyak 29 orang responden dengan jumlah prosentase
96,6% menyatakan pilihan positif bahwa guru Pendidikan Agama Katolik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif pada saat belajar di
kelas. Data ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik tidak
menempatkan siswa sebagai objek pada saat proses pembelajaran. Siswa diajak
untuk berani berbicara di depan kelas agar mereka terbiasa tampil di kelas. Guru
Pendidikan Agama Katolik dengan senang hati mendengarkan sharing dari siswa
dan memberi peneguhan agar siswa semakin berkembang. Ada siswa yang
menyatakan pilihan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 3,3%.
Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum mempunyai keberanian untuk
sharing dan terlibat aktif pada saat di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada item no. 18, sebanyak 5 orang responden dengan jumlah prosentase
16,6% menyatakan setuju bahwa proses penyampaian materi Pendidikan Agama
Katolik di kelas kurang menyenangkan. Data ini menunjukkan bahwa siswa
tersebut tidak tertarik dengan cara penyampaian guru dalam memberikan materi.
Hal ini dikarenakan berbagai faktor misalnya kurangnya media yang digunakan
oleh guru dan suasana kelas yang kurang mendukung. Responden sebanyak 21
orang dengan jumlah prosentase 70% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan
tersebut karena proses penyampaian materi Pendidikan Agama Katolik di kelas
menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut dengan senang hati
mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga suasana kelas sangat
mendukung pada saat proses pembelajaran berlangsung. Responden sebanyak 4
orang dengan jumlah prosentase 13,3% menyatakan netral dalam pernyataan ini.
Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak tertarik mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di kelas.
Pada item no. 19, sebanyak 3 orang responden dengan jumlah prosentase
10% menyatakan setuju bahwa suasana kelas waktu pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik kurang mendukung pada saat proses pembelajaran. Data ini
menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung ada siswa yang
tidak memperhatikan guru di kelas sehingga suasana kelas menjadi tidak
kondusif. Tentu saja hal tersebut membuat guru kesulitan mengendalikan situasi
kelas menjadi nyaman untuk belajar. Responden sebanyak 21 orang dengan
jumlah prosentase 70% menyatakan tidak setuju dalam pernyataan tersebut. Data
ini menunjukkan bahwa siswa tersebut merasa nyaman dengan suasana di kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Ada juga siswa yang
menyatakan netral sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase sebanyak 20%.
Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak mempunyai jawaban dalam
pernyataan yang tersedia.
Pada item no. 20, sebanyak 2 orang responden dengan jumlah prosentase
6,6% menyatakan setuju bahwa siswa malas mengikuti pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik
harus melakukan pendekatan secara personal agar mengetahui kesulitan-kesulitan
pada siswa tersebut. Selain itu, guru juga memberi motivasi kepada siswa agar
mereka mempunyai gambaran dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
sehingga tidak malas mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Responden sebanyak 26 orang dengan jumlah prosentase 86,6% menyatakan tidak
setuju dalam pernyataan tersebut karena siswa rajin mengikuti pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Data ini menunjukkan bahwa siswa tersebut
menyadari bahwa Pendidikan Agama Katolik sangat penting bagi perkembangan
iman mereka sehingga mereka dengan senang hati mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Tentu saja siswa yang rajin mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik lebih banyak daripada siswa yang malas. Hal ini
membuktikan bahwa siswa antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan
Agama Katolik. Responden sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 6,6%
menyatakan netral dalam pernyataan tersebut. Data ini menunjukkan bahwa siswa
tersebut perlu dorongan yang kuat dari guru agar mereka tidak malas mengikuti
pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
b. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis juga mewawancarai 1 orang guru yang
mengampu pelajaran Pendidikan Agama Katolik khususnya kelas VIII yaitu ibu
Seravina. Penulis memberikan 8 pertanyaan kepada guru Pendidikan Agama
Katolik. Berikut ini akan dipaparkan laporan dan pembahasan hasil wawancara
penulis dengan responden:
1) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 1 menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Katolik di sekolah sudah dilaksanakan guru secara maksimal sesuai
dengan kebutuhan siswa pada saat di kelas. Hal ini terbukti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dilaksanakan rutin setiap minggunya
selama 2 jam pelajaran yaitu kelas VII, VIII, dan IX. Guru Pendidikan Agama
Katolik juga memberi tugas berupa pekerjaan rumah (PR) agar siswa semakin
memahami materi Pendidikan Agama Katolik yang telah disampaikan oleh
guru sehingga siswa semakin terbantu dalam perkembangan iman mereka.
Data ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah sudah dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Katolik sesuai
dengan kebutuhan siswa di kelas. Guru Pendidikan Agama Katolik secara
rutin memberikan pelajaran Pendidikan Agama Katolik setiap minggunya dan
memfasilitasi siswa agar mereka semakin berkembang menjadi lebih baik
sehingga Pendidikan Agama Katolik di sekolah terlaksana secara maksimal.
Tentu saja agar siswa semakin terbantu dan memahami pentingnya
Pendidikan Agama Katolik dalam kehidupan mereka. Selain itu, guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pendidikan Agama Katolik dengan sepenuh hati membantu siswa untuk
berkembang menjadi lebih baik melalui materi yang diberikan.
2) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 2 menyimpulkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah tercapai yaitu membantu
memperkembangkan iman siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu pertama, pada saat memberikan materi Pendidikan Agama Katolik guru
menggunakan media gambar, cerita, dam film sehingga siswa memahami
materi yang diberikan. Kedua, sekolah bekerjasama dengan Gereja untuk
melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja misalnya koor, mazmur, lektor, dan
misdinar. Kedua faktor tersebut mampu membantu iman siswa berkembang
sehingga tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah terlaksana dengan
baik. Wawancara menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah
bertujuan untuk membantu perkembangan iman siswa. Terlihat jelas bahwa
tidak hanya materi saja yang disajikan secara menarik akan tetapi sekolah
juga melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan Gereja. Tentu saja
pemahaman siswa tentang Pendidikan Agama Katolik diterapkan melalui
kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. Keduanya saling mendukung
dalam perkembangan iman siswa.
3) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 3 menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Katolik di sekolah lebih mengutamakan perkembangan iman siswa
daripada penguasaan materi karena perkembangan iman siswa tidak hanya
dilihat dari perkembangan akademik saja tetapi juga dilihat dari sikap dan
perbuatannya sehari-hari. Pendidikan Agama Katolik diharapkan membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
siswa untuk berkembang menjadi lebih baik terutama dalam sikap dan
perbuatan terhadap teman di sekolah dan orangtua di rumah. Hal ini
menunjukkan bahwa iman siswa berkembang tidak hanya di sekolah tetapi
juga di rumah. Pada saat di rumah perkembangan iman siswa terlihat dari cara
siswa tersebut berperilaku kepada orangtua. Siswa bersikap hormat dan
berbicara sopan kepada orangtua serta taat terhadap peraturan yang ada di
rumah. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih
mengutamakan perkembangan iman daripada penguasaan materi. Akan tetapi
bukan berarti materi Pendidikan Agama Katolik diabaikan karena materi
Pendidikan Agama Katolik dapat mendukung proses perkembangan iman
siswa.
4) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 4 menyatakan bahwa ada perbedaan
antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang beragama lain. Hal
ini terlihat jelas pada saat mereka berada di lingkungan sekolah. Siswa yang
beragama Katolik mempunyai kepekaan yang kuat apabila melihat guru yang
membutuhkan bantuan mereka. Selain itu, siswa yang beragama Katolik
sudah mempunyai kesadaran dari dalam dirinya untuk menghormati orang
yang lebih tua dan bersikap sopan apabila berbicara dengan orang lain. Tentu
saja ini dilatarbelakangi oleh keluarga di rumah terutama orangtua. Orangtua
memberi nasehat dan membantu siswa agar mampu berperilaku baik.
Wawancara menunjukkan bahwa siswa yang beragama Katolik sudah
mempunyai pondasi yang kuat dari dalam dirinya. Ketika mereka berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
lingkungan sekolah, siswa tersebut bisa mengendalikan diri dalam bersikap
terutama dengan teman dan guru.
5) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 5 menunjukkan bahwa siswa sudah
terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu pertama, kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja menarik bagi siswa
sehingga mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kedua,
dalam setiap kegiatan Gereja siswa dilibatkan langsung misalnya pada saat
dekorasi sehingga mereka mempunyai pengalaman yang mengesankan. Siswa
sangat perlu untuk terlibat aktif dalam kegiatan Gereja karena siswa akan
menjadi tulang punggung Gereja sehingga mereka diajarkan bagaimana
bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan. Data ini menunjukkan
bahwa sekolah dan Gereja saling berkerjasama dalam membantu siswa untuk
berkembang baik dalam pikiran, perbuatan, dan iman. Kegiatan tersebut
melatih siswa agar mempunyai pengalaman bagi masa depan mereka sebagai
generasi penerus Gereja.
6) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 6 menunjukkan bahwa guru Pendidikan
Agama Katolik memotivasi siswa dengan berbagai cara agar siswa terlibat
aktif dalam kegiatan Gereja. Pertama, siswa diberikan gambaran tentang
karya-karya Yesus di dunia agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam
kegiatan Gereja. Kedua, guru Pendidikan Agama Katolik memberikan
penghargaan berupa rosario kepada siswa yang mempunyai prestasi misalnya
juara lomba koor dan lomba Kitab Suci. Ketiga, guru mendekati siswa secara
personal apabila ada siswa yang belum terlibat aktif dalam kegiatan Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
serta memberikan arahan. Hal ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan
Agama Katolik sungguh-sungguh berusaha untuk membantu siswa agar
mereka mempunyai kesadaran dari dalam dirinya bahwa sangat penting
melibatkan diri dalam kegiatan Gereja. Selain itu, guru Pendidikan Agama
Katolik juga memberikan kesempatan untuk siswa mengembangkan bakat-
bakat mereka. Bakat yang siswa miliki sangat bermanfaat bagi kemajuan
Gereja misalnya koor, mazmur, lektor, dan misdinar.
7) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 7 menunjukkan bahwa ada 4 faktor
pendukung dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah
yaitu pertama, 70% siswa di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat beragama Katolik sehingga sangat mendukung untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Kedua, 50% guru-guru SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat beragama Katolik
jadi tidak mengalami kesulitan apabila melakukan kegiatan. Ketiga, sekolah
melaksanakan Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang rutin dilaksanakan setiap hari
jumat sebelum masuk kelas jam 06.30. Keempat, tugas-tugas siswa tidak
hanya tugas sebagai murid di sekolah tetapi mereka juga mendapat tugas
untuk koor di Gereja, membaca Kitab Suci, dan misdinar di Gereja. Data ini
menunjukkan bahwa banyak faktor yang mendukung dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik sehingga siswa sangat terbantu untuk
berkembang. Sekolah tidak hanya memberikan materi Pendidikan Agama
Katolik tetapi juga mengadakan kegiatan agar siswa terlibat langsung dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kegiatan tersebut. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik juga mendapat
dukungan dari guru-guru yang lain dalam melaksanakan kegiatan di sekolah.
8) Hasil wawancara dari pertanyaan no.8 menyatakan bahwa ada 2 faktor
penghambat dalam proses pembelajaran yaitu pertama, kurangnya minat
siswa dalam proses pembelajaran artinya ada sebagian siswa menganggap
bahwa pelajaran Pendidikan Agama Katolik hanya sebatas belajar di sekolah.
Kedua, siswa kurang terlibat aktif sehingga hanya beberapa orang saja tetapi
siswa yang kurang terlibat aktif bukan berasal dari daerah Sepauk sehingga
merekapun dalam menjalankan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik di sekolah hanya sebatas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik perlu melakukan pendekatan secara personal
terhadap masing-masing siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu berbagai
kesulitan baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Mengingat tidak
semua siswa berasal dari daerah Sepauk sehingga mereka perlu dilakukan
pendekatan.
3. Kesimpulan Penelitian
Dari hasil penelitian melalui kuesioner untuk siswa kelas VIII A dan VIII
B, peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sudah membantu perkembangan iman
siswa. Hal ini terlihat dari pilihan jawaban pada tiap item pernyataan yang
terdapat dalam variabel peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat kebanyakan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
memilih jawaban positif. Siswa terbantu dengan adanya peranan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah. Pendidikan Agama Katolik di sekolah membantu
siswa untuk memperkembangkan imannya. Perkembangan iman siswa dapat
terlihat dari perilaku mereka sehari-hari. Siswa mampu berperilaku sopan, hormat,
dan bersikap jujur terhadap teman sebaya, guru-guru, orangtua, serta masyarakat
sekitar. Hal ini juga didasari oleh keinginan dari dalam diri siswa untuk
berkembang menjadi lebih baik sehingga mereka terlibat aktif di kelas dan di
Gereja serta mendapat dukungan dari orangtua di rumah dan guru di sekolah.
Melihat data yang diperoleh ada faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Faktor pendukungnya adalah pertama,
fasilitas yang diberikan oleh sekolah dimanfaatkan guru Pendidikan Agama
Katolik dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Katolik di kelas
sehingga siswa dengan senang hati mengikutinya. Kedua, sekolah mengadakan
banyak kegiatan yang berkerjasama dengan Gereja untuk melibatkan siswa secara
langsung dalam kegiatan tersebut. Sedangkan faktor penghambatnya adalah ada
beberapa siswa yang malas mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
sehingga mereka tidak mengikuti pelajaran dengan baik dan membuat situasi
kelas menjadi tidak kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah berusaha
membantu siswa untuk berkembang akan tetapi ada beberapa siswa yang malas
mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas sehingga guru perlu
melakukan pendekatan agar mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Dari hasil penelitian melalui wawancara penulis dengan guru Pendidikan
Agama Katolik yang mengampu kelas VIII penulis menyimpulkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik sudah membantu siswa untuk berkembang baik dalam
pikiran, perbuatan, dan iman. Hal ini terlihat bahwa guru Pendidikan Agama
Katolik sudah memfasilitasi siswa pada saat di kelas. Selain itu, sekolah juga
mengadakan kegiatan rutin Iman dan Taqwa (IMTAQ) serta melibatkan siswa
dalam kegiatan Gereja pada hari minggu misalnya koor, mazmur, lektor, dan
misdinar. Tentu saja penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu
ditingkatkan lagi karena masih ada beberapa siswa yang malas mengikuti
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas. Penyelenggaraan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah akan berjalan dengan baik apabila guru Pendidikan
Agama Katolik dan siswa saling mendukung agar tujuan Pendidikan Agama
Katolik sungguh-sungguh terwujud karena tujuan Pendidikan Agama Katolik
adalah memperkembangkan iman siswa bukan mengutamakan materi pelajaran.
Kesimpulan dari penelitian ini akan menjadi titik tolak dalam penyusunan
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disumbangkan
untuk SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat dalam rangka
membantu perkembangan iman siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB IV
UPAYA MENINGKATKAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH DEMI PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT
Pada bab III penulis telah menguraikan hasil penelitian dan pembahasan
tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat serta faktor pendukung dan
penghambatnya. Hasil penelitian dan pembahasan tersebut menunjukkan bahwa
Pendidikan Agama Katolik sudah dilaksanakan guru dengan cara memberikan
materi menggunakan media serta melibatkan siswa dalam kegiatan di sekolah dan
Gereja. Hal ini menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru, akan tetapi kegiatan tersebut perlu
ditingkatkan lagi agar pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
sungguh-sungguh terwujud dalam membantu perkembangan iman siswa.
Dalam bab IV ini, penulis memaparkan upaya meningkatkan pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Tentu saja peningkatan pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah ditujukan kepada guru Pendidikan Agama
Katolik agar semakin membantu siswa berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan
iman. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil penelitian yang sudah penulis
laksanakan di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
penulis memberikan sumbangan pemikiran berbentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pemilihan silabus dan Rencana Pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pembelajaran (RPP) tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dalam membantu perkembangan iman
siswa.
Penulis akan menjelaskan dalam 3 bagian yaitu pertama, spiritualitas guru
Pendidikan Agama Katolik dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Kedua,
upaya meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pada bagian ini, penulis
menjelaskan usaha dalam meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
di sekolah dengan menggunakan model yang berpusat pada hidup peserta, model
praksis dan model naratif eksperiensial. Ketiga, penulis akan menyampaikan
usulan program dalam bentuk matrik program yang bisa dipahami sebagai silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat.
A. Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Spiritualitas guru Pendidikan Agama Katolik sangat penting dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah karena dengan adanya
spiritualitas tersebut guru Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh
membantu siswa dalam mewujudkan perkembangan iman mereka. Heryatno
(2008: 91) mengungkapkan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Berkat sakramen baptis, guru Pendidikan Agama Katolik diangkat menjadi anak-anak Allah yang dirahmati sekaligus dipanggil untuk mengambil bagian di dalam tugas pengutusan Yesus Kristus membangun kerajaan kasih Allah. Panggilan-Nya dapat ditanggapi dengan berbagai macam bentuk pelayanan kemuridan. Panggilan-Nya itu ditanggapi oleh guru Pendidikan Agama Katolik dengan meneguhkan, mengasihi, menyemangati, memperhatikan, mendampingi, dan membantu hidup para siswa yang dipercayakan kepada pengabdian guru. Hal ini dimaksudkan bahwa pada saat di kelas guru Pendidikan Agama
Katolik tidak hanya mengajar, melainkan guru Pendidikan Agama Katolik
tersebut mempunyai kesadaran dalam tugas pelayanannya di sekolah yaitu
membantu perkembangan iman siswa. Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama
Katolik dengan sepenuh hati meneguhkan, mengasihi, menyemangati,
memperhatikan, mendampingi, dan membantu hidup para siswa. Tentu saja hal itu
bisa dilakukan guru Pendidikan Agama Katolik melalui berbagai macam cara
pada saat mengajar di kelas misalnya guru dengan sabar mendampingi siswa yang
mengalami kesulitan pada saat belajar di kelas. Guru Pendidikan Agama Katolik
menyadari bahwa tugas pelayanannya menjadi guru Pendidikan Agama Katolik
merupakan pengabdiannya sebagai murid Yesus. Mintara Sufiyanta (2011: 344)
menyatakan bahwa:
Menjadi guru bukan sekedar profesi. Menjadi guru sudah mendarah-daging dan menjadi panggilan hidup. Tidak ada persembahan hidup yang lebih mulia dan harum mewangi kepada Tuhan selain tetap setia menemani orang-orang muda menapaki jalan hidup mereka. Tanda jasa lahiriah yang paling sejati sebagai bukti kesetiaan dan perjuangan guru tiada lain adalah pribadi para murid sendiri. Jumlah dan kualitas para murid yang pernah ditemani perjalanannya itulah jumlah dan kualitas tanda jasa sejati seorang guru. Guru Pendidikan Agama Katolik menyadari bahwa menjadi seorang guru
bukan sekedar profesi tetapi merupakan panggilan hidup. Panggilan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
tersebut dimaknai dengan pengabdian diri seorang guru dengan sungguh-sungguh
untuk mendampingi, membimbing, dan memotivasi siswa agar mereka
mempunyai masa depan yang baik. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik
tidak pernah mengenal rasa lelah dalam mendampingi dan membimbing siswa
karena bagi guru yang terpenting adalah siswa mampu berkembang menjadi lebih
baik dalam hidup mereka. Keberhasilan seorang siswa merupakan kebanggaan
bagi guru karena guru menyerahkan sebagian hidupnya untuk mendampingi siswa
di sekolah.
Guru yang berkualitas dan efektif memperhatikan pribadi siswa dengan cara mendengarkan, memahami, dan mengenal siswa. Guru yang efektif mampu mendengarkan penuh empatik, tidak hanya mendengarkan apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi terlebih tentang kehidupan siswanya secara umum. Oleh sebab itu, siswa sangat menghormati guru yang memahami apa yang menjadi masalah dan pertanyaan mereka. Guru yang efektif dan peduli mengenal sungguh siswanya secara formal maupun informal (Mintara Sufiyanta, 2010: 218). Guru Pendidikan Agama Katolik tidak hanya mempunyai kemampuan
dalam mengajar, tetapi guru Pendidikan Agama Katolik juga harus mempunyai
kualitas dalam dirinya agar sungguh-sungguh mampu mendengarkan, memahami,
serta mengenal siswa. Dengan mendengarkan, guru mengetahui apa yang menjadi
kebutuhan siswa sehingga dapat memberikan solusi yang baik bagi siswa. Selain
itu, guru juga memahami keterbatasan yang siswa miliki dan menjadikan
keterbatasan tersebut sebagai kelebihan sehingga siswa mempunyai kepercayaan
dalam dirinya. Apabila guru sungguh-sungguh mendengarkan dan memahami
siswa, maka guru tersebut mengenal siswa baik secara formal maupun informal.
Tentu saja hal tersebut sangat membantu guru untuk meningkatkan perkembangan
iman siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru menggunakan berbagai cara
atau motode agar siswa memahami materi yang telah disampaikan. Ada tiga
model yang membantu guru dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Model yang Berpusat pada Hidup Peserta
Model pendidikan yang berpusat pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan subjektif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya (Heryatno, 2008: 57). Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru menyampaikan informasi agar
siswa mendapat arahan yang baik serta mempunyai tujuan yang jelas dalam
belajar. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan
pengalaman mereka dengan cara memfasilitasi siswa agar terlibat aktif di kelas
dan mampu menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhan mereka. Hal ini
bertujuan agar siswa semakin berkembang baik dalam pikiran, perbuatan, dan
iman.
2. Model Praksis
Heryatno (2008: 60) mengungkapkan bahwa:
Model praksis merupakan penggabungan dari model yang hanya memberikan siswa informasi pada saat di kelas dan model yang berpusat pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai kalau hanya menjejali peserta dengan sebongkah infornasi atau memenuhi pikiran mereka dengan sikap-sikap kedewasaan iman. Pendidikan harus memperluas wawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
konseptual mereka, meningkatkan kesadaran diri mereka dan sekaligus memberdayakan mereka untuk ikut memperjuangkan terwujudnya kehidupan bersama yang sejahtera, adil dan manusiawi. Hal ini menyatakan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik membantu
siswa dengan memberikan berbagai informasi yang mereka butuhkan serta
memberi kesempatan agar siswa mempunyai kesadaran dari dalam diri mereka
untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan baik di lingkungan sekolah maupun
masyarakat luas. Tentu saja model ini lebih menekankan pada tindakan nyata dari
siswa agar mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Model Naratif Eksperiensial
Hofmann (1994: 1) menyatakan bahwa:
Dalam kurikulum 1994 untuk Pendidikan Agama Katolik di indonesia digunakan pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat naratif eksperiensial. Naratif berarti bahwa pola tersebut berdasarkan ceritera, sedangkan kata eksperiensial menunjukkan pada hubungannya dengan pengalaman. Dengan pola naratif eksperiensial guru Pendidikan Agama Katolik mengharapkan siswa akan memperoleh ceritera yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri. Guru Pendidikan Agama Katolik mengajak siswa untuk menggali
pengalaman mereka melalui media ceritera. Siswa akan terbawa suasana yang
nyaman dan santai pada saat guru berceritera di depan kelas sehingga siswa
dengan sendirinya mengungkapkan pengalaman mereka secara pribadi. Pola
naratif eksperiensial ini dapat membantu perkembangan iman siswa karena pola
tersebut mengkomunikasikan iman siswa melalui pengalaman mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
C. Usulan Program Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Dalam usulan program ini, penulis membuat silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang
telah penulis laksanakan di SMP negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini diharapkan dapat
meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah sehingga iman
siswa semakin berkembang. Mengkomunikasikan iman tidak terutama berarti
menyampaikan rumusan-rumusan indah, melainkan ikut ambil bagian dalam
keprihatinan dan gerakan Yesus sendiri, yakni gerakan Kerajaan Allah
(Banawiratma, 1991: 22). Hal ini dimaksudkan bahwa Yesus telah bersabda dalm
hidup manusia. Yesus diutus Allah ke dunia dengan sabda, karya, serta
menyerahkan seluruh hidup-Nya untuk manusia. Nilai-nilai Kerajaan Allah yang
ditanamkan Yesus kepada manusia adalah nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, saling
menghargai, serta melayani sesama. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik di
sekolah lebih menekankan tindakan nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari agar
apa yang sudah diberikan oleh guru berguna bagi perkembangan siswa demi
kehidupan masyarakat luas.
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia mempunyai kepercayaan
sebagai sandaran bagi manusia dalam melakukan tindakan. Melihat kenyataan
inilah, orangtua mulai mendidik dan mengarahkan anaknya agar mempunyai
kepercayaan dalam dirinya kepada Tuhan. Hal ini dimaksudkan agar anak tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
mendapat arahan yang baik sehingga mereka mampu melakukan tindakan yang
baik pula. Selain itu, sekolah sebagai lembaga yang formal membantu para
orangtua dalam perkembangan iman siswa yang sudah siswa dapatkan dari
orangtua di rumah. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan di SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat diketahui bahwa
Pendidikan Agama Katolik sudah dilaksanakan guru sesuai dengan kebutuhan
siswa. Akan tetapi, masih ada siswa yang malas mengikuti Pendidikan Agama
Katolik di kelas sehingga pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu
ditingkatkan.
2. Tujuan Program
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas para guru haruslah
mempunyai kesiapan terlebih dahulu agar semua yang disampaikan dapat
dipahami oleh siswa. Tujuan program ini yakni agar guru Pendidikan Agama
Katolik sungguh-sungguh membantu perkembangan iman siswa dengan cara atau
metode yang kreatif di kelas. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik
mempunyai kesiapan yang baik sehingga pada saat mengajar tujuan Pendidikan
Agama Katolik dapat tercapai untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
3. Materi Program
Materi pokok dalam usulan program ini yaitu Gereja. Penulis membagi
materi pokok menjadi tiga sub materi yakni 1) Gereja sebagai komunio, 2) Gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
sebagai sakramen keselamatan, 3) Gereja dan kegiatan pelayanannya. Materi
tersebut akan dibagi menjadi dua bagian yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini ditujukan untuk guru
Pendidikan Agama Katolik kelas VIII SMP semester II. Penulis memilih tema
tersebut agar dapat membantu guru dalam meningkatkan pelaksanaan Pendidikan
Agama Katolik di sekolah bagi perkembangan iman siswa. Materi program ini
hanya sebagai usulan dari penulis, akan tetapi guru Pendidikan Agama Katolik
dapat mengembangkan sendiri sesuai dengan situasi kelas serta kreativitas dari
guru Pendidikan Agama Katolik tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4. Matrik Usulan Program
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/Semester : VIII/II
Tema Umum : Gereja
Tujuan Umum : Memahami Gereja sebagai komunio serta kegiatan pelayanannya demi terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah sehingga dapat membantu perkembangan iman siswa dalam kehidupan sehari-hari
No Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
1. Gereja Sebagai Komunio
- Siswa dapat menceritakan pengalaman keterlibatan mereka sebagai anggota suatu persekutuan
- Menyebutkan kegiatan umat Gereja
- Pembukaan Doa pembukaan Pengantar memasuki
pelajaran - Langkah I:
Guru mengajak siswa untuk melakukan dinamika kelompok melalui permainan “Merangkai Gambar Kegiatan Gereja”
- Dinamika Kelompok
- Diskusi - Pembahasan
bersama - Tanya jawab - Refleksi - Informasi
- Gambar Kegiatan Gereja
- Kertas HVS
- Amplop - Lem - Teks
Kitab Suci
- LCD
- Kitab Suci Kis 2: 41-47
- Komisi Kateketik (KWI). (2010). Membangun Komunitas Murid Yesus: Pendidikan Agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
perdana seperti dikisahkan dalam Kitab Suci (Kis 2: 41-47)
- Menjelaskan ciri-ciri Gereja sebagai persekutuan berdasarkan interpretasi terhadap Kis 2: 41-47
- Siswa menyebutkan contoh pembaharuan sikap yang mau diwujudkan sebagai persekutuan Gereja di masa sekarang
- Langkah II: Siswa diajak untuk berdiskusi bersama teman sebangkunya untuk mendalami makna permainan “Merangkai Gambar Kegiatan Gereja”
- Mengungkapkan hasil diskusi yang sudah didiskusikan dengan teman sebangkunya
- Langkah III: Mendialogkan buah-buah refleksi pengalaman siswa dengan teks Kitab Suci
- Langkah IV dan V: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi konkrit siswa
- Penutup: Doa penutup
- Laptop Katolik untuk SMP, Buku teks kelas VIII. Yogyakarta: Kanisius
- Komisi Kateketik (KWI). (2007). Persekutuan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku Guru 2
No Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Gereja Sebagai Sakramen Keselamatan
- Dapat menyebutkan berbagai macam simbol dalam hubungan antar-manusia dan hubungan antara manusia dan Allah
- Dapat menjelaskan makna sakramen
- Dapat menguraikan pengertian Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan berdasarkan L. G. 1 dan 8
- Dapat menjelaskan aspek-aspek simbolis
- Pembukaan: Doa pembukaan Pengantar memasuki
pelajaran - Langkah I:
Guru memberikan informasi tentang macam-macam sakramen serta maknanya bagi hidup manusia
- Langkah II: Mengungkapkan pengalaman hidup siswa melalui teks cerita “Warga Baru”
- Mendalami pengalaman hidup siswa
- Langkah III: Siswa diminta untuk mendialogkan buah-buah refleksi pengalaman siswa pada saat pertama kali menerima sakramen ekaristi
- Langkah IV dan V: Menerapkan iman
- Informasi - Sharing
Pengalaman - Refleksi - Tanya Jawab - Penugasan
- Power Point
- Teks Cerita “Warga Baru”
- LCD - Laptop
- Komisi Kateketik (KWI). (2010). Membangun Komunitas Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku teks kelas VIII. Yogyakarta: Kanisius
- Komisi Kateketik (KWI). (2007). Persekutuan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku Guru 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
dalam sakramen: antropologis dan kristologis
- Dapat menyebutkan tujuh sakramen dalam Gereja Katolik
Kristiani dalam situasi konkrit siswa
Siswa diberi PR membuat cerita pengalaman yang paling mengesankan pada saat menerima sakramen ekaristi
- Penutup: Doa penutup
No Judul Pertemuan
Tujuan Pertemuan
Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
3. Gereja dan Kegiatan Pelayanannya
- Dapat menyusun laporan hasil pengamatan tentang kehidupan umat di lingkungannya
- Dapat mengelompokkan kegiatan pelayanan yang dilakukan umat ke dalam empat fungsi
- Pembukaan: Doa pembukaan Pengantar memasuki
pelajaran - Langkah I:
Guru memberikan informasi tentang Gereja dan kegiatan pelayanannya
- Langkah II: Siswa diminta berdiskusi dalam kelompok: Mengelompokkan
macam-macam kegiatan pelayanan
- Informasi - Diskusi - Sharing
Pengalaman - Penugasan
- Power Point
- LCD - Laptop
- Komisi Kateketik (KWI). (2010). Membangun Komunitas Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku teks kelas VIII. Yogyakarta: Kanisius
- Komisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
pelayanan Gereja
- Dapat menjelaskan empat fungsi pelayanan Gereja: liturgia, diakonia, koinonia, dan kerygma, serta hubungan satu sama lain
- Dapat menjelaskan kaitan antara karya Gereja dan tugas perutusan Yesus
Gereja Apa saja bentuk
keterlibatan siswa dalam karya pelayanan Gereja
- Langkah III: Mensharingkan hasil diskusi kelompok
- Mendalami pengalaman hidup siswa
- Langkah IV dan V: Menerapkan iman
Kristiani dalam situasi konkrit siswa
Siswa diberi PR untuk mengadakan wawancara dengan umat tentang kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di lingkungan atau paroki
- Penutup Doa penutup
Kateketik (KWI). (2007). Persekutuan Murid-Murid Yesus: Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku Guru 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
5. Pengembangan Program
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I
I. Identitas
Sekolah : SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/Semester : VIII/II
Materi Pokok : Gereja sebagai Komunio
Alokasi Waktu : 2x45 Menit
II. Standar Kompetensi
Memahami Gereja sebagai komunio serta kegiatan pelayanannya demi
terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah sehingga dapat membantu perkembangan
iman siswa dalam kehidupan sehari-hari
III. Kompetensi Dasar
Memahami Gereja sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang terdiri
atas rupa-rupa anggota, dan kita sendiri mulai menghayati Gereja sebagai
persekutuan
IV. Indikator
1. Siswa dapat menceritakan pengalaman keterlibatan mereka sebagai
anggota suatu persekutuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
2. Dapat menyebutkan kegiatan umat Gereja Perdana seperti dikisahkan
dalam Kitab Suci (Kis 2:41-47)
3. Menjelaskan ciri-ciri Gereja sebagai persekutuan berdasarkan interpretasi
terhadap Kis 2: 41-47
4. Siswa menyebutkan contoh pembaharuan sikap yang mau diwujudkan
sebagai persekutuan Gereja di masa sekarang
V. Metode Pembelajaran
Dinamika Kelompok, Diskusi, Pembahasan Bersama, Tanya Jawab,
Refleksi, Informasi
VI. Sarana
Lima gambar kegiatan Gereja, Kertas HVS, Amplop, Lem, Teks Kitab
Suci, Laptop, dan LCD
VII. Sumber Bahan
1. Kitab Suci Kis 2: 41-47
2. Komisi Kateketik (KWI). (2010). Membangun Komunitas Murid Yesus:
Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku teks kelas VIII.
Yogyakarta: Kanisius
3. Komisi Kateketik (KWI). (2007). Persekutuan Murid-Murid Yesus:
Pendidikan Agama Katolik untuk SMP, Buku Guru 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
4. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Waktu Indikator
Pembukaan:
Sebelum memulai pelajaran di kelas guru meminta
salah satu siswa untuk memimpin doa
Guru memberi pengantar tentang pelajaran hari ini
yaitu tentang “Gereja sebagi komunio”
Kegiatan Inti:
Langkah I
Guru mengajak siswa untuk melakukan dinamika
kelompok melalui permainan “Merangkai Gambar
Kegiatan Gereja”
Siswa dibagi menjadi 5 kelompok
Setiap kelompok diberi satu amplop yang berisi
potongan-potongan gambar kegiatan Gereja, lem, dan
kertas HVS
Begitu aba-aba dimulai, setiap kelompok boleh
merangkai gambar, bila ditemui potongan gambar
yang lain, kelompok boleh memberikan kepada
kelompok lain
Kelompok yang sudah selesai boleh memberi tanda,
misalnya dengan mengucapkan “Yes” bersama-sama
atau bertepuk tangan tiga kali sesuai dengan
kesepakatan kelompok
Hanya ada dua larangan, yaitu kelompok tidak boleh
meminta potongan gambar kepada kelompok lain dan
tidak boleh berbicara
5 menit
25 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Langkah II
Setelah permainan selesai, guru meminta siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangkunya dengan
pertanyaan sebagai berikut:
1. Pengalaman apa yang paling menarik dalam
permainan “Merangkai Gambar Kegiatan
Gereja”?
2. Bagaimana keterlibatan teman-teman dalam
anggota kelompok?
3. Perasaan apa saja yang muncul dalam dirimu
selama mengerjakan tugas kelompok tersebut?
4. Apakah ada hubungan permainan “Merangkai
Gambar Kegiatan Gereja” denga materi pelajaran
yaitu gereja sebagai komunio? Mengapa?
Guru meminta perwakilan dari beberapa siswa untuk
mengungkapkan hasil diskusinya
Inti pokok dari permainan “Merangkai Gambar
Kegiatan Gereja” adalah: melalui permainan tersebut
setiap kelompok diajak untuk bersatu dengan cara
bekerjasama, menjalin komunikasi yang baik dengan
teman-teman didalam kelompok serta terbuka untuk
kelompok yang lain. Hal inilah yang dimaksud dengan
Gereja sebagai komunio, dimana umat dipanggil untuk
mengembangkan persekutuan, yang bersifat terbuka.
Oleh karena itu Gereja mengembangkan persatuan
dengan saudara-saudara yang ada dalam Gereja itu
sendiri, serta terbuka terhadap semua orang dengan
beragam latarbelakang sosial budayanya.
20 menit
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Langkah III
Guru membagikan teks Kitab Suci Kis 2: 41-47
Guru memberi kesempatan untuk siswa membaca dan
merenungkan isi Kitab Suci secara pribadi
1. Apa unsur-unsur yang siswa temukan dari cara
hidup Jemaat Perdana?
2. Sikap-sikap apa saja yang ingin ditanamkan Yesus
kepada Jemaat Perdana?
Guru memberikan rangkuman singkat: Jemaat perdana
sering juga disebut Gereja Perdana menampakkan cara
hidup yang khas. Oleh sebab itu sikap-sikap yang
ingin ditanamkan Yesus kepada Jemaat perdana yaitu
bertekun dalam berdoa dan beribadat bersama karena
melalui doa dan ibadat, mereka merayakan
penyelamatan umat manusia yang dilakukan oleh
Yesus Kristus (pemecahan roti). Di dalam doa dan
ibadat pula, mereka bersyukur, memuji, dan
memanjatkan permohonan kepada Tuhan. Bertolak
dari itu semua, kesadaran bahwa segala kepunyaan
pribadi adalah kepunyaan bersama maka mereka
saling memperhatikan kebutuhan atau kesulitan
anggota keluarga lain.
Langkah IV dan V
Guru meminta siswa untuk merefleksikan kehidupan
persekutuan dalam Gereja sekarang dan
mengungkapkannya secara tertulis dengan
merenungkan pertanyaan berikut ini:
1. Sikap apa yang kamu lakukan untuk
memperkembangkan hidup dalam persekutuan
Gereja?
20 menit
15 menit
2 3 dan 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2. Apa kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
meningkatkan partisipasimu sebagai anggota
Gereja?
3. Bagaimanakah kamu dapat mewujudkan ciri-ciri
Gereja dalam hidupmu sehari-hari?
Penutup
Guru mengakhiri pelajaran hari ini dengan memimpin
doa penutup
5 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
BAB V
PENUTUP
Bab V merupakan bab terakhir dalam skripsi ini. Penulis menyampaikan
dua pokok uraian yaitu kesimpulan dan saran. Pada bagian kesimpulan, penulis
menguraikan tentang gagasan-gagasan pokok dari keseluruhan penulisan skripsi
ini. Bagian saran, penulis menyampaikan usaha yang diharapkan untuk
meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah khususnya kelas
VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah tentu saja
pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik menjadi pedoman bagi guru untuk
membantu siswa dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Ada lima pokok-
pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah yaitu hakikat, tujuan, konteks,
model, dan pelaku dalam Pendidikan Agama Katolik. Hakikat Pendidikan Agama
Katolik adalah sarana dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dengan
mengkomunikasikan iman melalui refleksi pengalaman iman siswa dan bervisi
spiritual. Tujuan Pendidikan Agama Katolik untuk membantu siswa mewujudkan
nilai-nilai Kerajaan Allah melalui kedewasaan iman siswa dan kebebasan
manusia. Konteks Pendidikan Agama Katolik adalah situasi sosial dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas dalam komunitas sesama umat
Kristiani. Model Pendidikan Agama Katolik ada tiga yaitu model yang berpusat
pada hidup peserta, model praksis, dan model naratif eksperiensial. Pelaku dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Pendidikan Agama Katolik adalah orangtua, guru, siswa, Gereja, serta lingkungan
sosial.
Bertolak dari pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah tersebut
dan hasil penelitian yang sudah penulis laksanakan di SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat menunjukkan bahwa sebagian dari pokok-
pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah dipahami dan dilaksanakan
guru Pendidikan Agama Katolik pada saat proses belajar mengajar di kelas VIII
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Peranan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah membantu perkembangan iman
siswa. Melalui peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah guru membantu
siswa dengan memfasilitasi siswa pada saat menyampaikan materi di kelas dan
mengadakan banyak kegiatan di sekolah serta berkerjasama dengan Gereja
sehingga dapat membantu memperkembangkan iman siswa. Akan tetapi peranan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah perlu ditingkatkan mengingat masih ada
siswa yang malas mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik pada saat di
kelas.
Untuk menanggapi hal ini penulis mengusulkan matrik usulan program
yang bisa dipahami sebagai silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Hal ini bertujuan agar pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah
semakin kreatif serta tidak ada lagi siswa yang malas mengikuti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik pada saat di kelas. Melalui silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah sehingga Pendidikan Agama Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
sungguh-sungguh membantu perkembangan iman siswa dan siswa mampu
mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik di sekolah tidak hanya dipandang sebagai teori saja tetapi diharapkan
sungguh-sungguh dipahami dan terlaksana oleh guru Pendidikan Agama Katolik
di sekolah. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik mengadakan kemping
rohani yang dilaksanakan setiap akhir semester agar siswa mensharingkan
pengalaman mereka selama mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik di
kelas dengan suasana nyaman dan santai. Guru Pendidikan Agama Katolik juga
membentuk suatu paguyuban untuk siswa kelas VIII agar mereka semakin aktif
dalam kegiatan Gereja misalnya kelompok koor, mazmur, Pembinaan Iman Anak
(PIA). Oleh sebab itu, penulis mengusulkan agar silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bisa menjadi salah satu contoh pembelajaran
yang bisa diterapkan di kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Dariyono. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi
Banawiratma, J. B. (1991). Iman, Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Kanisius
Dapiyanta, FX. (2011). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah.Yogyakarta: USD
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education. Jakarta: Gunung Mulia
Heryatno Wono Wulung, FX. (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta: USD
Hofmann, Ruedi. (1994). Naratif Eksperiensial. Yogyakarta: Komisi Kateketik KWI
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga KWI. (1990). Berita Komisi Kateketik KWI. Yogyakarta: Ekawarta ____ (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius ____ (2007). Persekutuan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk
SMP Buku Guru 2. Yogyakarta: Kanisius ____ (2010). Pendidikan Agama Katolik Membangun Komunitas Murid Yesus
untuk SMP Kelas VIII. Yogyakarta: Kanisius Mintara Sufiyanta, A. (2010). Sang Guru Sang Penziarah, Spiritualitas Guru
Kristiani.Jakarta: Obor ____ (2012). Jalan Sang Guru, Spiritualitas Guru Kristiani. Jakarta: Obor Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Posdakarya Singgih Gunarsa, D (1981). Perkembangan Anak. Jakarta: Gunung Mulia Siti Rahayu Haditono. (1989). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press Syukur Dister, Nico. (1989). Psikologi Agama. Jakarta: B. P. K. Gunung Mulia Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Supratiknya, A. (1995). Teori Perkembangan Kepercayaan Karya-Karya Penting
James W. Fowler. Yogyakarta: Kanisius Suradibrata. P. (1984). Pelayanan Iman Melalui Pendidikan. Yogyakarta: Kolese
St. Ignasius Sumarno DS, M. (2008). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki. Yogyakarta:
USD Supriyati, Yulia. (2013). Psikologi Umum. Yogyakarta: USD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Vugts. J. C. (1968). Pokok-Pokok Pengajaran Agama Katolik. Bogor: Sekolah Grafika Jatna Juana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2 : Surat Untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
Lampiran 3 : Surat Sudah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian
1. Identitas Responden :
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal :
2. Petunjuk Pengisian Angket
a) Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan siswa/i untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang tersedia.
b) Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang tersedia sebelum
anda menjawab
c) Berilah tanda lingkar (O) pada kolom yang siswa/i pilih sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Misalnya :
NO PERTANYAAN SS S TS N STS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik di sekolah
sangat menyenangkan
5 4 3 2 1
3. Ada lima (5) alternatif jawaban yang tersedia untuk menjawab pertanyaan
yang terdapat dalam tabel, yaitu :
SS : Sangat Setuju N : Netral
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
NO PERTANYAAN SS S TS N STS (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Materi Pendidikan Agama Katoli
disampaikan oleh guru dengan penuh kreativitas
5 4 3 2 1
2 Guru Pendidikan Agama Katolik mengajarkan tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai Yesus
5 4 3 2 1
3 Guru Pendidikan Agama Katolik mendampingi siswa dengan senang hati
5 4 3 2 1
4 Guru Pendidikan Agama Katolik tidak memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mensharingkan pengalaman mereka
5 4 3 2 1
5 Guru Pendidikan Agama Katolik tidak menempatkan siswa sebagai subjek pada saat mengajar di kelas
5 4 3 2 1
6 Pendidikan Agama Katolik merupakan komunikasi iman
5 4 3 2 1
7 Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan iman siswa menjadi lebih matang
5 4 3 2 1
8 Pendidikan Agama Katolik membantu siswa semakin mengimani Yesus sebagai anak Allah
5 4 3 2 1
9 Siswa mengenali kehadiran Allah melalui refleksi pengalaman hidupnya
5 4 3 2 1
10 Pengalaman hidup membawa siswa untuk berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman
5 4 3 2 1
11 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan Gereja sehingga mampu membantu perkembangan iman menjadi lebih matang
5 4 3 2 1
12 Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan siswa melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari
5 4 3 2 1
13 Pada saat proses belajar mengajar di kelas ada jarak antara guru Pendidikan Agama Katolik dan siswa
5 4 3 2 1
14 Guru Pendidikan Agama Katolik tidak mengenal siswa secara personal
5 4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
15 Guru Pendidikan Agama Katolik menyampaikan materi pelajaran dengan jelas pada saat mengajar
5 4 3 2 1
16 Tersedianya fasilitas yang memadai pada saat proses belajar mengajar berlangsung
5 4 3 2 1
17 Guru Pendidikan Agama Katolik memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif pada saat belajar di kelas
5 4 3 2 1
18 Proses penyampaian materi Pendidikan Agama Katolik di kelas kurang menyenangkan
5 4 3 2 1
19 Suasana kelas waktu pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kurang mendukung pada saat proses pembelajaran
5 4 3 2 1
20 Siswa malas mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
5 4 3 2 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 5 : Pertanyaan Wawancara Guru PAK
Soal Wawancara Untuk Guru PAK
1. Apakah menurut anda PAK di sekolah sudah terlaksana dengan baik? Jelaskan jawaban anda!
2. Apakah menurut anda tujuan PAK di sekolah sudah tercapai atau belum? Apa sebab-sebabnya?
3. Mengapa PAK di sekolah perlu lebih mengutamakan perkembangan iman siswa daripada penguasaan materi PAK?
4. Menurut pengamatan anda adakah perbedaan sikap antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang beragama lain? Mengapa demikian?
5. Apakah anda melihat bahwa siswa sudah aktif dalam kegiatan menggereja? Apakah penyebabnya? Apa perlunya anak-anak aktif?
6. Bagaimana cara guru PAK memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan Gereja?
7. Apa saja faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran PAK di sekolah?
8. Apa yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran PAK di sekolah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
Lampiran 6: Hasil wawancara Guru Pendidikan Agama Katolik
HASIL WAWANCARA GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
1) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 1 menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Katolik di sekolah sudah dilaksanakan guru secara maksimal sesuai
dengan kebutuhan siswa pada saat di kelas. Hal ini terbukti pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dilaksanakan rutin setiap minggunya
selama 2 jam pelajaran yaitu kelas VII, VIII, dan IX. Guru Pendidikan Agama
Katolik juga memberi tugas berupa pekerjaan rumah (PR) agar siswa semakin
memahami materi Pendidikan Agama Katolik yang telah disampaikan oleh
guru sehingga siswa semakin terbantu dalam perkembangan iman mereka.
Data ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah sudah dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Katolik sesuai
dengan kebutuhan siswa di kelas. Guru Pendidikan Agama Katolik secara
rutin memberikan pelajaran Pendidikan Agama Katolik setiap minggunya dan
memfasilitasi siswa agar mereka semakin berkembang menjadi lebih baik
sehingga Pendidikan Agama Katolik di sekolah terlaksana secara maksimal.
Tentu saja agar siswa semakin terbantu dan memahami pentingnya
Pendidikan Agama Katolik dalam kehidupan mereka. Selain itu, guru
Pendidikan Agama Katolik dengan sepenuh hati membantu siswa untuk
berkembang menjadi lebih baik melalui materi yang diberikan.
2) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 2 menyimpulkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah sudah tercapai yaitu membantu
memperkembangkan iman siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu pertama, pada saat memberikan materi Pendidikan Agama Katolik guru
menggunakan media gambar, cerita, dam film sehingga siswa memahami
materi yang diberikan. Kedua, sekolah bekerjasama dengan Gereja untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja misalnya koor, mazmur, lektor, dan
misdinar. Kedua faktor tersebut mampu membantu iman siswa berkembang
sehingga tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah terlaksana dengan
baik. Wawancara menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah
bertujuan untuk membantu perkembangan iman siswa. Terlihat jelas bahwa
tidak hanya materi saja yang disajikan secara menarik akan tetapi sekolah
juga melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan Gereja. Tentu saja
pemahaman siswa tentang Pendidikan Agama Katolik diterapkan melalui
kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. Keduanya saling mendukung
dalam perkembangan iman siswa.
3) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 3 menyatakan bahwa Pendidikan
Agama Katolik di sekolah lebih mengutamakan perkembangan iman siswa
daripada penguasaan materi karena perkembangan iman siswa tidak hanya
dilihat dari perkembangan akademik saja tetapi juga dilihat dari sikap dan
perbuatannya sehari-hari. Pendidikan Agama Katolik diharapkan membantu
siswa untuk berkembang menjadi lebih baik terutama dalam sikap dan
perbuatan terhadap teman di sekolah dan orangtua di rumah. Hal ini
menunjukkan bahwa iman siswa berkembang tidak hanya di sekolah tetapi
juga di rumah. Pada saat di rumah perkembangan iman siswa terlihat dari cara
siswa tersebut berperilaku kepada orangtua. Siswa bersikap hormat dan
berbicara sopan kepada orangtua serta taat terhadap peraturan yang ada di
rumah. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih
mengutamakan perkembangan iman daripada penguasaan materi. Akan tetapi
bukan berarti materi Pendidikan Agama Katolik diabaikan karena materi
Pendidikan Agama Katolik dapat mendukung proses perkembangan iman
siswa.
4) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 4 menyatakan bahwa ada perbedaan
antara siswa yang beragama Katolik dengan siswa yang beragama lain. Hal
ini terlihat jelas pada saat mereka berada di lingkungan sekolah. Siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
beragama Katolik mempunyai kepekaan yang kuat apabila melihat guru yang
membutuhkan bantuan mereka. Selain itu, siswa yang beragama Katolik
sudah mempunyai kesadaran dari dalam dirinya untuk menghormati orang
yang lebih tua dan bersikap sopan apabila berbicara dengan orang lain. Tentu
saja ini dilatarbelakangi oleh keluarga di rumah terutama orangtua. Orangtua
memberi nasehat dan membantu siswa agar mampu berperilaku baik.
Wawancara menunjukkan bahwa siswa yang beragama Katolik sudah
mempunyai pondasi yang kuat dari dalam dirinya. Ketika mereka berada di
lingkungan sekolah, siswa tersebut bisa mengendalikan diri dalam bersikap
terutama dengan teman dan guru.
5) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 5 menunjukkan bahwa siswa sudah
terlibat aktif dalam kegiatan Gereja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu pertama, kegiatan yang diselenggarakan oleh Gereja menarik bagi siswa
sehingga mereka sangat antusias dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kedua,
dalam setiap kegiatan Gereja siswa dilibatkan langsung misalnya pada saat
dekorasi sehingga mereka mempunyai pengalaman yang mengesankan. Siswa
sangat perlu untuk terlibat aktif dalam kegiatan Gereja karena siswa akan
menjadi tulang punggung Gereja sehingga mereka diajarkan bagaimana
bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan. Data ini menunjukkan
bahwa sekolah dan Gereja saling berkerjasama dalam membantu siswa untuk
berkembang baik dalam pikiran, perbuatan, dan iman. Kegiatan tersebut
melatih siswa agar mempunyai pengalaman bagi masa depan mereka sebagai
generasi penerus Gereja.
6) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 6 menunjukkan bahwa guru Pendidikan
Agama Katolik memotivasi siswa dengan berbagai cara agar siswa terlibat
aktif dalam kegiatan Gereja. Pertama, siswa diberikan gambaran tentang
karya-karya Yesus di dunia agar siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam
kegiatan Gereja. Kedua, guru Pendidikan Agama Katolik memberikan
penghargaan berupa rosario kepada siswa yang mempunyai prestasi misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
juara lomba koor dan lomba Kitab Suci. Ketiga, guru mendekati siswa secara
personal apabila ada siswa yang belum terlibat aktif dalam kegiatan Gereja
serta memberikan arahan. Hal ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan
Agama Katolik sungguh-sungguh berusaha untuk membantu siswa agar
mereka mempunyai kesadaran dari dalam dirinya bahwa sangat penting
melibatkan diri dalam kegiatan Gereja. Selain itu, guru Pendidikan Agama
Katolik juga memberikan kesempatan untuk siswa mengembangkan bakat-
bakat mereka. Bakat yang siswa miliki sangat bermanfaat bagi kemajuan
Gereja misalnya koor, mazmur, lektor, dan misdinar.
7) Hasil wawancara dari pertanyaan no. 7 menunjukkan bahwa ada 4 faktor
pendukung dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah
yaitu pertama, 70% siswa di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat beragama Katolik sehingga sangat mendukung untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Kedua, 50% guru-guru SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat beragama Katolik
jadi tidak mengalami kesulitan apabila melakukan kegiatan. Ketiga, sekolah
melaksanakan Iman dan Taqwa (IMTAQ) yang rutin dilaksanakan setiap hari
jumat sebelum masuk kelas jam 06.30. Keempat, tugas-tugas siswa tidak
hanya tugas sebagai murid di sekolah tetapi mereka juga mendapat tugas
untuk koor di Gereja, membaca Kitab Suci, dan misdinar di Gereja. Data ini
menunjukkan bahwa banyak faktor yang mendukung dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik sehingga siswa sangat terbantu untuk
berkembang. Sekolah tidak hanya memberikan materi Pendidikan Agama
Katolik tetapi juga mengadakan kegiatan agar siswa terlibat langsung dalam
kegiatan tersebut. Selain itu, guru Pendidikan Agama Katolik juga mendapat
dukungan dari guru-guru yang lain dalam melaksanakan kegiatan di sekolah.
8) Hasil wawancara dari pertanyaan no.8 menyatakan bahwa ada 2 faktor
penghambat dalam proses pembelajaran yaitu pertama, kurangnya minat
siswa dalam proses pembelajaran artinya ada sebagian siswa menganggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
bahwa pelajaran Pendidikan Agama Katolik hanya sebatas belajar di sekolah.
Kedua, siswa kurang terlibat aktif sehingga hanya beberapa orang saja tetapi
siswa yang kurang terlibat aktif bukan berasal dari daerah Sepauk sehingga
merekapun dalam menjalankan proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik di sekolah hanya sebatas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik perlu melakukan pendekatan secara personal
terhadap masing-masing siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu berbagai
kesulitan baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Mengingat tidak
semua siswa berasal dari daerah Sepauk sehingga mereka perlu dilakukan
pendekatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
Lampiran 7 : Nama-nama siswa-siswi Kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
1. Leni Marlina
2. Margareta Ita
3. Fransiska Nika
4. Priska Leberta Idot
5. Gabrilia Domita Sari
6. Veronika Alda
7. Ayek Sina
8. Natalia Nita Sasmita
9. Veronika Lena Melinda
10. Sumi Yati
11. Hendro
12. Crishtopy Dugarry
13. Indi Hermanto
14. Alexsander Candrawati
15. Blasius Yodi Diatamas
16. Sabina Balon
17. Elma Tiana
18. Yosepha Rani
19. Mida
20. Yuliana
21. Mega
22. Devensius Hengky
23. Meriyani
24. Martina Sugiarti
25. Supardi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
26. Donius Niko
27. Yanki
28. Sudirman
29. Silvanus Anes Andry
30. Petrus Cuuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI