Post on 02-Oct-2021
PERAN PENDIDIKAN GEOGRAFI DALAM MENGHADAPI
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Oleh: Sukma Perdana Prasetya1
Universitas Negeri Surabaya
Email: danaprasetya80@gmail.com
Abstrak
Geografi mempunyai kemanfatan dalam dunia modern terutama menghadapi era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana ruang regional ASEAN semakin terbuka.
Interkoneksi antara wilayah di ASEAN semakin cepat maka kebutuhan praktis dari
pengetahuan geografi semakin kritis. Seorang yang mempunyai pengetahuan geografi luas
akan lebih bijaksana dalam memecahkan isi lokal, regeonal dan global, karena kebijakan
tersebut diambil berdasarkan pertimbangan sebaik-baiknya dengan mengkaji segala aspek
dalam ruang secara komprehensif. Pemahaman tentang dunia, dalam hal lingkungan,
ekonomi global memerlukan kompetensi geografi tingkat tinggi, karena geografi
mengemukakan suatu sensitivitas terhadap lokasi, skala, gerakan, pola, sumber daya dan
konflik, peta dan geo-grafik. Dalam menghadap MEA, perspektif spasial dan perspektif
ekologikal untuk mempersiapkan ahli geograf yang memiliki daya saing perlu dilengkapi
dengan perspektif dari disiplin ilmu lainnya, antara lain perspektif kesejarahan (historical)
dan perspektif ekonomi. Terbukanya pasar ASEAN tersebut memberikan peluang untuk
semakin terbukanya akses bagi masyarakat kepada sumber-sumber potensi wilayah, tidak
saja di dalam negeri tetapi juga pasar internasional. Atas dasar tersebut untuk menghadapai
MEA, standard pendidikan geografi perlu memperhatikan subjek material geografi, keahlian
geografi dan perspektif geografi. Perspektif spasial dan perspektif ekologikal merupakan
perspektif utama, namun dalam menghadapi pasar ASEAN dan pasar bebas nantinya harus
dilengkapi dengan perspektif kesejarahan dan perspektif ekonomi.
Kata Kunci: Pendidikan Geografi, Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pendahuluan
Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), negara-negara yang berada di Asia
Tenggara menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, akan diberlakukan aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil, dan modal. Negara yang sumberdaya
manusianya memiliki pengetahuan luas tentang kondisi geografiss wilayah, maka negara
tersebut akan dapat menguasai potensi wilayahnya. Dalam mengahadapi MEA, penduduk
Indonesia terutama pada usia kerja harus mempunyai kualifikasi kompetensi tertentu sesuai
dengan bidang kerjanya. Dalam bidang kerja tertentu telah diberlakukan standard
1 Staf pengajar Prodi Pendidikan Geografi FIS UNESA
kompetensinya, artinya apabila seseorang tidak memenuhi kualifikasi standard kompetensi
tersebut yang bersangkutan tidak akan memperoleh pekerjaan, meskipun memiliki ijazah
sarjana dalam bidang yang dimaksud.
Sebelum dibahas tentang peran Pendidikan Geografi dalam menghadapi MEA,
terlebih dahulu akan ditinjau tentang konsep geografi, komponen pendidikan geografi, subjek
geografi, kemampuan dan perspekttif geografi.
Konsep geografi yang terkait dengan pendidikan geografi yaitu: Geography for life,
Nasional Geography Standard , Geography Education Standard Project yang dikembangkan
oleh: Amerikan Geography Society Association of American Geographers. Beberapa konsep
geografi adalah2:
1. Geography is a field of study that enables us to find answers to questions about
the world around us-abaout where things are and why they got there.
2. Geography is an integrative disciple that brings together the physical and human
dimension of the world in the study of people, place, and environment.
Subjek material dari geografi adalah permukaan bumi dan proses pembentuknya,
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, serta hubungan antara manusia
dengan tempatnya. Hal ikhwal yang dipelajari geografi tersebut dalam masa mendatang akan
semakin kompleks dan ruwet, lingkungan fisikal akan semakin mengancam, dan ekonomi
global semakin kompetitif dan interkonektif. Pemahaman tentang dunia, dalam hal
lingkungan, ekonomi global memerlukan kompetensi geografi tingkat tinggi, karena geografi
mengemukakan suatu sensitivitas terhadap lokasi, skala, gerakan, pola, sumber daya, dan
konflik, peta dan geo-grafik.
Semua individu sebenarnya memerlukan pengetahuan geografi, yang mereka perlukan
adalah pemahaman terhadap konteks spasial antara manusia, tempat, dan lingkungan di
permukaan bumi ini. Satu fakta geografis yang terisolir/terpisah bukan merupakan kajian
geografi. Gunungapi Semeru sebagai gunungapi tertinggi di Jawa Timur, selama tidak
dikaitkan dengan konteks spasial terhadap fenomena geografis lainnya tidak mempunyai arti
geografi. Gunungapi tersebut baru mempunyai arti geografi apabila dikaitkan dengan
bagaimanakah aktivitas erupsinya, berapa jumlah penduduk yang tinggal, dan bagaimana
distribusinya, bencana alam apa yang mungkin timbul, dan sebagainya. Pandangan
kebanyakan orang bahwa geografi itu ilmu tentang nama tempat, jelas merupakan pandangan
yang menyesatkan.
2 Anonim. 2010. Geografi for Life. National Geography Standard. Geography Education Standard Project. Washington D.C:
National Geographic Research and Exploration.
Pemahaman tentang geografi sebagai ilmu pengetahuan terkandung muatan
intelektual dan praktikal. Muatan intelektual tercermin pada pengetahuan bahwa bumi itu
dihuni oleh berbagai suku bangsa yang berbeda adat istiadatnya, beserta isu-isu lokal,
regional, dan global. Dengan mengetahui tempat di bumi dengan baik maka manusia akan
berpandangan lebih luas, tidak picik, dan tidak pula etnosentris. Seandainya pengetahuan
geografi bagi seluruh rakyat Indonesia pada tingkat menengah keatas dapat dipahami secara
nyata, maka konflik daerah/propinsi, yang menjurus pada perpecahan republik ini tidak akan
terjadi.
Pengetahuan geografi yang menekankan pada kajian fenomena interelasi tentang
penduduk, tempat-tempat dan lingkungannya yang menarik di bumi ini, memungkinkan
manusia untuk mencintai bumi beserta isinya sehingga akan membuat keputusan yang
bijaksana dalam bertindak dan memanfaatkan bumi ini3.
Geografi mempunyai kemanfatan dalam dunia modern terutama menghadapi era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana ruang regional ASEAN semakin terbuka.
Interkoneksi antara wilayah di ASEAN semakin cepat maka kebutuhan praktis dari
pengetahuan geografi semakin kritis. Muatan praktikal dari geografi tersebut tidak hanya
berguna bagi geografi saja, tetapi bermanfaat juga bagi semua pihak yang memerlukan.
Seorang pengusaha (pelaku ekonomi) perlu mengetahui daerah penghasil bahan baku dan
daerah potensial pemasaran, seorang dokter perlu mengetahui kondisi lingkungan untuk
menangani wabah penyakit pada suatu daerah, Negara Indoensia harus mengetuhui kekuatan
dan kelemahan sumberdaya-sumberdaya negara-negara Asia Tenggara untuk menyusun
strategi persaingan, sehingga Indonesia dalam MEA tidak hanya sebagai market potensial
saja bagi negara lain tetapi harus mampu mengembagkan dan mengekspor komoditinya ke
negara lain berdasarkan optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya. Seorang yang
mempunyai pengetahuan geografi luas akan lebih bijaksana dalam memecahkan isi lokal,
regeonal dan global, karena kebijakan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan sebaik-
baiknya dengan mengkaji segala aspek dalam ruang secara komprehensif.
Atas dasar arti penting intelektual dan praktikal dari geografi maka sudah selayaknya
pendidikan geografi menjadi mata pelajaran utama dalam kurikulum nasional. Amerika
Serikat telah menetapkan bahwa geografi menjadi mata pelajaran inti sejajar dengan ilmu
pengetahuan dan matematika (National Research Council, 2007)4. Prinsip dasar yang dianut
oleh Amerika Serikat mengapa geografi dijadikan mata pelajaran inti adalah agar semua
3 Sutmaatmadja, N, S. 2005. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. 4 Anonim. 2007. Rediscovering Geography. Washington, DC: National Research Council.
warganya memiliki pemahaman/wawasan global tentang ruang di muka bumi yang di
dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara manusia, tempat, dan lingkungan.
Perspektif Pendidikan Geografi dalam Mengahdapi MEA
Dalam pendidikan geografi terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan, yaitu:
subjek material, keahlian (skill), dan perspektif. Subjek material merupakan pondasi untuk
standard geografi, dan sebagai subjek materialnya adalah geosfer yang terdiri atas atmosfer,
litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Subjek material geografi tersebut
menjadi dasar untuk menghasilkan keahlian geografi. Keahlian geografi mencakup: 1)
mengemukakan pertanyaan geografi, 2) memperoleh informasi geografi, 3)
mengorganisasikan informasi geografi, 4) menganalisis informasi geografi, 5) menjawab
pertanyaan geografi. Pengetahuan dan keahlian geografi harus dipandang dari dua perspektif:
spasial dan ekologikal5.
Ahli dalam salah satu komponen geografi tidak sama dengan ahli geografi, ketiga
komponen dalam geografi tersebut harus dimiliki oleh ahli geografi. Pengetahuan tentang
kecepatan pertumbuhan penduduk Indoensia saja tidak cukup dijadikan ukuran ahli geografi
dalam mengambil keputusan kependudukan, kecuali bila dikaitkan dengan sumberdaya alam,
ketersediaan sstem transportasi dalam aliran kebutuhan pokok, potensi wilayahnya, dan
sebagainya.
Perspektif spasial dan perspektif ekologikal merupakan dua perspektif geografi
khusus yang dapat menjadi bingkai dalam pemahaman pola spasial dan proses-proses di bumi
dan pemahaman bumi itu tersusun oleh elemen hidup dan tidak hidup yang saling
berinteraksi dalam jaringan yang kompleks di dalam alam dan antara alam dan masyarakat.
Pemahaman terhadap pola spasial dan proses penting untuk menilai bagaimana orang
bertempat tinggal di bumi ini.
Orang yang ingin tahu tentang dimana kegiatan atau peristiwa itu terjadi, maka orang
tersebut telah memiliki perspektif spasial. Pemahaman tentang kompleksitas dari bumi yang
tersusun oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan interdependensi
penting bagi umat manusia, karena manusia tergantung pada ekosistem yang berbeda-beda
untuk memperoleh makanan, air dan sumberdaya lainnya. Orang yang secara teratur ingin
tahu tentang koneksi dan hubungan timbal balik antara makhluk hidup, ekosistem, dan
masyarakat, maka mereka mempunyai perspektif ekologikal.
5 Sutikno. 2002. Implementasi Kurikulum Geografi Dalam Otonomi Pendidikan Geografi. Surabaya: Seminar Nasional
Geografi Universitas Negeri Surabaya.
Gambar 1. Tujuan, peluang dan tantangan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN
Dalam menghadap MEA, perspektif spasial dan perspektif ekologikal untuk
mempersiapkan ahli geograf yang memiliki daya saing perlu dilengkapi dengan perspektif
dari disiplin ilmu lainnya, antara lain perspektif kesejarahan (historical) dan perspektif
ekonomi. Perspektif kesejarahan akan memperkaya perspektif geografis dengan
menambahkan pertanyaan kapan (when), mengapa demikian dan mengapa itu penting.
Pertanyaan tersebut akan memberikan penjelasan tetang kronologi proses yang terjadi pada
suatu tempat dan mengapa proses atau peristiwa tersebut terjadi pada tempat tersebut.
Perpaduan perspektif geografis dan perspektif kesejarahan akan memberikan pemahaman
bahwa objek material geografi tidaklah statis tetapi dinamis, selalu mengalami perubahan-
perubahan baik oleh aktivitas alam, oleh manusia atau kombinasinya.
Tujuan utama dalam meepelajari geografi adalah untuk kemaslahatan manusia, salah
satu kepentingan utama dari manusia adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi, oleh sebab itu
perspektif ekonomi penting dalam kajian geografi. Fokus dari kajian ekonomi adalah
bagaimana manusia memproduksi dan tukar menukar barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan hidup seperti bahan makanan, tempat tinggal, transportasi, perdagangan dan
lainnya6.
6 Prasetya, S. P. 2010. Pembentukan Karakter Dalam Pembelajaran Geografi. Seminar Nasional Pendidikan Karakter.
Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Surabaya, 18 Desember 2010
Pencarian nafkah, pengembangan dan perdagangan sumberdaya, memproduksi dan
mendistribusikan produk barang dan jasa menjadi kegiatan utama dalam kegiatan ekonomi.
Kegiatan tersebut sangat tergantung pada kondisi lokal dan global. Pemahaman integrasi
ekonomi lokal, regional (seperti MEA) dan ekonomi global penting untuk mengetahui
bagaimana manusia itu berinteraksi. Perspektif ekonomi dari seseorang tercermin dari
keingintahuan tentang bagaimana orang yang berbeda memperoleh nafkah dan bagaimana
orang-orang yang berbeda tersebut saling berhubungan melalui perdagangan barang dan jasa
baik antar manusia, antar daerah, bahkan antar negara.
Pemberlakuan MEA 2015 bagi Negara Indonesia menjadi kendala apabila
sumberdaya manusianya masih rendah baik kemampuan skill dan pengetahuan sehingga
tidak mampu mengelola potensi sumberdaya alam yang dimilikinya. Ini merupakan tantangan
besar bagi pendidikan untuk mampu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui
pengembangan wawasan kegeografian agar pembangunan yang dilaksanakan tetap
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Atas dasar tersebut untuk menghadapai MEA, standard pendidikan geografi perlu
memperhatikan subjek material geografi, keahlian geografi dan perspektif geografi.
Perspektif spasial dan perspektif ekologikal merupakan perspektif utama, namun dalam
menghadapi pasar Asia Tenggara dan pasar bebas nantinya harus dilengkapi dengan
perspektif kesejarahan dan perspektif ekonomi.
Potensi Geografis Indoensia dalam Menghadap MEA
Khusus dalam kerangka ASEAN, maka potensi geografis di negara-negara ASEAN
akan dikelola seoptimal mungkin agar kompetitif untuk menghadapi era baru liberalisasi,
termasuk liberalisasi pasar, yang dicanangkan sebagai salah satu tujuan dalam ASEAN
Economic Community (AEC) atau MEA pada tahun 2015. Dengan MEA 2015 maka
diharapkan ASEAN akan memiliki 4 karakteristik utama yaitu sebagai7:
1.Pasar tunggal dan kesatuan basis produksi;
2. Kawasan ekonomi yang berdaya saing;
3. Pertumbuhan ekonomi yang merata; dan
4. Meningkatnya kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global.
7 Kuntadi, E. 2015. Peran Pengusaha Dalam Menghadapi MEA 2015. Jakarta: Kadin DKI Jakarta.
Gambar 2. Peta Potensi Sumberdaya Wilayah di Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015
Menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, akan diberlakukan aliran bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil, dan modal. Di pasar keuangan, liberalisasi
sektor jasa keuangan dilakukan secara bertahap, yaitu pada tahun 2015 dan 2020. Pada
2015, Indonesia berkomitmen untuk melakukan liberalisasi di subsektor asuransi dan
pasar modal. Pada tahun 2020, diharapkan liberalisasi seluruh sub sektor pada sektor jasa
dan barang dapat terlaksana8.
Terbukanya pasar ASEAN tersebut memberikan peluang untuk semakin
terbukanya akses bagi masyarakat kepada sumber-sumber potensi wilayah, tidak saja di
dalam negeri tetapi juga pasar internasional. Di sisi lain, potensi sumberdaya di negara
ASEAN menghadapi tantangan yang cukup berat, karena persaingan yang semakin ketat.
Mengingat belum setaranya kondisi ekonomi di masing – masing negara, maka diharapkan
setiap negara, termasuk Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya agar dapat mengambil
manfaat dari liberalisasi. Sebagai bagian terbesar dari pelaku ekonomi di Indonesia, kiranya
pengembangan potensi wilayah juga perlu mendapatkan perhatian dalam menyongsong era
liberalisasi mendatang.
8 Kuntadi, E. 2015. Peran Pengusaha Dalam Menghadapi MEA 2015. Jakarta: Kadin DKI Jakarta.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat beruntung diantara bangsa-bangsa lain
di dunia ini. Hal ini terlihat dari karunia Sang Maha Pencipta dalam bentuk potensi
sumberdaya yang berlimpah. Kekayaan sumberdaya tersebut meliputi sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia. Sumberdaya alam di Indonesia adalah segala
potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi.
Proses terbentuknya sumberdaya alam di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain :
1. Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah tropik dengan curah hujan tinggi
menyebabkan aneka ragam jenis tumbuhan dapat tumbuh subur. Oleh karena itu
Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan.
2. Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan
pegunungan muda menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumberdaya mineral yang
potensial untuk dimanfaatkan.
3. Wilayah lautan di Indonesia dengan kedalam sebagian besar zona neritik (kurang dari
200 m), dimana sinar matahari mampu menyentuh dasar laut, membuat wilayah lautnya
banyak mengandung berbagai macam sumberdaya nabati, hewani, dan mineral antara lain
ikan laut, rumput laut, mutiara serta tambang minyak bumi.
Persebaran Sumberdaya alam hayati terdiri dari sumberdaya alam hewani dan nabati
yang tersebar di darat dan laut selain hutan yang luas, Indonesia memiliki perkebunan dan
pertanian tersebar hampir di seluruh Indonesia. Jumlah dan kualitas sumberdaya alam sangat
banyak dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia selain itu kualitasnya-pun sangat bagus
sehingga dapat diekspor di berbagai negara sehingga dapat memenuhi devisa negara.
Jenis sumberdaya alam yang diekspor seperti minyak bumi, gas alam dan bahan
tambang lainnya serta hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata
selain itu hasil industri juga dapat diekspor keluar negeri.
Wilayah Republik Indonesia ini sangat bervariasi karakteristik lingkungan,
sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya, baik perpulau, perpropinsi maupun
perkabupaten. Dalam perencanaan pengembangan potensi wilayah untuk menghadapi MEA
perlu ketersediaan data wilayah yang dapat dipercaya dan dikukung oleh sumberdaya
manusia yang berkemampuan. Sudah barang tentu timbul kekhawatiran terhadap kemampuan
Indonesia dalam menghadapi persaingan di region Asia Tenggara, karena dua hal: 1)
Sumberdaya wilayah belum diketahui secara seksama, 2) sumberdaya manusia yang ada
belum diketahui kemampuan optimalnya.
Tuntutan kebutuhan pendidikan yang memperkenalkan wilayah tanah air semakin hari
semakin mendesak ketika banyak masalah tentang perbatasan dan pulau-pulau terluar. Kasus
perbatasan yang sempat terangkat luas misalnya reklamasi pantai Singapura, penutupan 4
pintu perbatasan darat di Belu, dan Blok Ambalat. Sejumlah siswa disinyalir tidak mengenal
pulau-pulau kecil di perbatasan seperti Miangas, Rote, atau lainnya. Bahkan di antara siswa
juga banyak yang tidak mengetahui jumlah negara tetangga yang berbatasan dengan
Indonesia. Belum lagi masalah ketiadaan data inventarisasi tentang kekayaan Indonesia
seperti jumlah kekayaan mineral, barang tambang, hutan, keanekaragaman hayati, potensi
perikanan, potensi pertanian, perkebunan dan lain-lain menjadi keprihatinan yang mendalam.
Ketiadaan data inventaris tentang kekayaan Indonesia mencuat pada Lokakarya
Nasional dan Sosialisasi UU nomor 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Institut Teknologi Bandung pada 2 – 3 November 2010. Sesuatu yang sangat ironis,
sebuah bangsa tidak mengenal kekayaannya sendiri. Kiranya pantas, jika bangsa Indonesia
dianggap kurang peduli terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Kondisi ini jelas sangat
memprihatinkan dan harus segera dilakukan upaya yang lebih serius. Pada bidang
pendidikan, perlu dilakukan penegasan arah kurikulum nasional pada sejumlah mata
pelajaran. Pada mata pelajaran geografi perlu dilakukan peninjauan kembali akan arah dan
tujuan pembelajaran geografi yang lebih berpihak kepada kepentingan nasional sebagaimana
yang diharapkan oleh para tokoh geografi sejak berdirinya negara ini9.
Tenaga ahli memanfaatkan sumberdaya alam dengan teknologi yang canggih. Tenaga
ahli yang bermutu akan menghasilkan bibit yang bermutu dan menghasilkan tanaman yang
berkualitas dan menghasilkan industri yang berkualitas. Teknologi yang digunakan beserta
alat-alatnya yang berkembang dengan pesat dapat mempercepat dan mempermudah
produktivitas alat-alat yang digunakan. Tenaga ahli Indonesia masih kurang canggih seperti
di negara-negara maju inilah tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
MEA.
Menghadapi MEA Indonesia masih berkutat dengan keterbatasan kemampuan negara
baik dari segi permodalan, teknologi maupun sumberdaya manusia menyebabkan
pengelolaan sumberdaya alam membutuhkan bantuan pihak asing. Pada umumnya
pengelolaan sumberdaya mineral dan geologi dilaksanakan oleh perusahaan asing dengan
sistem kontrak bagi hasil.
9 Yani, A. 2010. Geografi = Cinta Tanah Air Usulan Dalam Penataan Ulang Kurikulum Nasional 2010 – 2014. Pertemuan
Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Geograf Indonesia (IGI). Universitas Negeri Surabaya, 10-11 Desember 2010
Sumberdaya alam dikelola oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat dan integritas
bangsa. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan luas-sempitnya negara, bentuk negara serta
lokasi dari sumberdaya alam vital yang banyak dicari, hal ini berpengaruh terhadap strategi
dan pertahanan (defensiasi). Komunitas suatu masyarakat kurang lebih terikat pada wilayah
geografi dengan sosiokultur yang tumbuh secara alami tumbuh dalam jiwa mereka dengan
rasa kepemilikan terhadap sumberdaya alam yang ada di wilayahnya, sehingga secara
progresif manusia cenderung untuk menguasai alam dari pada dikuasai oleh alam.
Indonesia kaya akan tambang minyak bumi dan barang – barang tambang lainnya
yang menjadi andalan untuk menjadi komoditas ekspor dan penghasil devisa negara.
Kelimpahan sumberdaya alam akan muncul sebagai sumber kekuasaan dengan
perkembangan sosial dan politik sebagai senjata andalannya10.
Berdasarkan teori fisis determinisme, Indonesia dengan kondisi tanahnya yang subur
dan kelimpahan sumberdaya alamnya menyebabkan mereka cenderung memiliki etos kerja
yang rendah sehingga kualitas penduduknya kalah jauh dengan negara – negara yang terletak
pada lintang tinggi dengan kondisi perubahan cuaca yang cukup ekstrim, menyebabkan
mereka rajin, kerja keras, perkasa dan cocok untuk berperang. Dilihat dari perbandingan
kualitas sumberdaya manusianya Indonesia telah kalah start.
Dengan dibukanya pasa MEA dan perkembangan internasional dan industrialisasi,
masalah bahan mentah menjadi penting, karena untuk mendapatkannya telah terjadi banyak
konflik, aliansi – aliansi dan intrik internasional. Kadang politik dalam negeri pada suatu
Negara juga mencerminkan kebijaksanaan luar negerinya yang didorong oleh keinginan
untuk memiliki bahkan menguasai bahan mentah.
Kekuatan negara atau power adalah suatu hak dinamis seperti halnya tubuh manusia,
kadang sehat dan kadang sakit. Power sebuah negara adalah mekanisme yang sangat rumit
dan saling tergantung antar berbagai unsur. Polical Power mengandung pengertian suatu
kekuatan, kemampuan dan ketangguhan dalam membina, mengembangkan dan
mempertahankan kehidupan politik dari suatu negara.
Kekuatan politik ada dua jenis, yaitu kemampuan untuk membuat dan memaksakan
keputusan di dalam batasan-batasan Negara, dan kedua adalah kekuatan itu terdiri dari
kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan menerapkannya dalam kehidupan
negara.
10 Prasetya, S.P. 2015. Geografi Politik Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan. Jogyakarta: Ombak.
Dilihat dari jenisnya, power dapat dibagi menjadi dua, yaitu:1) power individu, 2)
power kelompok. Kedua power ini mempunyai faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu
kepemilikan sumberdaya, kemampuan memanfaatkan sumberdaya tersebut untuk tujuan-
tujuan politik dalam sumberdaya, kelompok memiliki peluang untuk tumbuh power yang
lebih besar. Individu – individu yang di dalam kelompok tersebut secara akumulatif akan
menggunakan kekuatannya untuk kekuatan kelompok.
Jika power kelompok adalah kumpulan power tiap individu, dan power negara adalah
kumpulan dari power negara, maka membina kekuatan induvidu dan kekutan kelompok pada
dasarnya membina kekuatan negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin besar
power individu di suatu negara, maka semakin besar pula power negara tersebut.
Untuk kehidupan politik di Indonesia muncul istilah ketahanan nasional yang
mempunyai pengertian hampir sama dengan power, yaitu kondisi dinamis suatu bangsa,
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, di dalam menghadapi segala macam tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan
baik yang datang dari dalam dan luar. Ancaman yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mengejar tujuan perjuangan nasionalnya. Dari berbagai pengertian yang telah di sebutkan
diatas, dapat ditarik garis merah bahwa sangat pentingnya suatu negara memiliki kekuatan
atau power dalam melangsungkan pemerintahannya, karena tanpa kekuatan yang cukup
sangat riskan sekali akan keberlangsungan negeri tersebut.
Power atau kekuatan Negara mempunyai sembilan unsur, yaitu: geografi, sumber
pendapatan alami untuk makanan dan bahan mentah, kemampuan industri, Kekuatan militer,
populasi, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi, dan kualitas pemerintahan.
Dengan demikian untuk menghadapi MEA yang penuh kompetisi regeonal, eksistensi
bahan mentah dalam wilayah bangsa Indoensia, menjadi salah satu faktor penting di dalam
politiknya, dan tidak langsung di dalam politik bangsa-bangsa lain, terutama bangsa-bangsa
industri.
Sumberdaya Alam dalam Mengahadapi MEA
Sumberdaya alam merupakan keadaan lingkungan alam (natural enviroment) baik
berupa benda mati maupun benda hidup yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Unsur – unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati, diperlukan manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup.
Manusia dapat hidup dan menjalani kehidupan di dunia ini sangat bergantung
keberadaan sumberdaya alam. Terlebih lagi sumberdaya alam yang menguasai hajat hidup
orang banyak. Keberadaan sumberdaya ini sudah dapat disejajarkan dengan kebutuhan
primer manusia yang lain, contohnya seperti sumberdaya air, sumberdaya energi, sumberdaya
hutan, dan sebagainya. Oleh karena itu, jika dalam masyarakat manusia terjadi kelangkaan
sumberdaya alam ini, maka akan menyebabkan manusia mengalami kesulitan hidup. Hal itu
akan dapat memaksa manusia untuk berpindah tempat atau melalang buana ke tempat-tempat
lain demi memperoleh sumberdaya ini.
Dalam menghadapi MEA, sumberdaya alam menjadi salah satu modal dasar
pembangunan bagi negara Indonesia. Sebagai modal dasar, sumberdaya alam harus
dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu,
cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar
modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa datang. Dalam
teori psikologis, disebutkan bahwa kelimpahan sumberdaya alam akan muncul sebagai
sumber kekuasaan, dari sisi alat perkembangan sosial dan politik. Akan tetapi kekayaan ini
menyebabkan energi manusia cenderung melemah.
Dengan perkembangan MEA, pasar internasional dan industrialisasi, masalah bahan
mentah menjadi penting. Kompetisi dan perseteruan juga timbul di kalangan bangsa-bangsa
industri yang maju dan besar seperti antara Jepang, Eropa, dan Amerika dengan negara-
negara pemilik bahan mentah. Dengan demikian eksistensi bahan mentah dalam wilayah
suatu negara menjadi faktor penting dalam politiknya.
Perlombaan untuk mendapatkan bahan mentah ini menjelaskan banyak peran, aliansi-
aliansi dan intrik internasional. Kadang-kadang politik dalam negeri suatu negara juga bisa
mencerminkan kebijaksanaan luar negerinya. Selain itu, untuk memperoleh bahan mentah
juga mempengaruhi stuktur politik negara-negara atau berlaku sebagai titik pusat bagi
persaingan nasional.
Dalam abad kedelapan belas misalnya, setelah terjadi revolusi industri di Inggris,
negara ini berubah menjadi ”indutri raksasa’ yang mengolah bahan mentah dari penjuru dunia
menjadi barang material yang dibutuhkan manusia. Amerika Serikat mengkonsumsi lebih
dari 50 persen bahan mentah dunia dan akses kepada bahan mentah adalah fundamental
untuk mendukung kegiatan industrinya. Kompetisi dan perseteruan juga timbul dikalangan
bangsa-bangsa industri yang besar seperti antara Amerika, Jepang, Eropa yang membutuhkan
bahan mentah dan pasar yang besar. Dengan demikian eksistensi bahan mentah dalam
wilayah suatu negara merupakan faktor penting di dalam politiknya, dan secara tidak
langsung di dalam politik negara-negara lain, terutama negara-negara industri sendiri.
Dalam hubungan antara sumberdaya alam dengan ukuran dan pertumbuhan
sumberdaya manusia (penduduk), telah menjadi perdebatan pokok yang intensif. Kebanyakan
perdebatan berkisar pada kelangkaan sumberdaya alam dan apakah kelangkaan sumberdaya
alam itu menipis atau digunakan secara boros, akibat pesatnya perubahan penduduk. Terdapat
empat pengertian yang berkaitan erat dengan analisis masalah ini11.
Pertama, untuk sumberdaya alam yang diperdagangkan dalam pasar yang berfungsi
dengan baik, harga sumberdaya alam ini merupakan penilaian tunggal yang baik atas
kelangkaannya. Kelangkaan tidak boleh diukur begitu saja dengan jumlah sumberdaya alam
yang masih ada atau harus ditemukan, tapi lebih pada pertimbangan permintaan atau nilai
guna bagi pengguna akhir. Sumberdaya alam yang sedikit persediannya dan tidak ada
permintaan berarti tidak langka. Sumberdaya alam yang besar persediannya dan
permintaannya besar bisa menjadi langka.
Kedua, dengan ukuran harga, dan didasarkan pada bukti historis dan harga riil yang
relatif konstan atau turun bersama waktu. Tidak berarti sumberdaya alam yang paling tidak
bisa diperbarui menjadi paling langka, atau semakin menjadi langka. Ekspansi suplai dan
atau berkurangnya permintaan lebih dari cukup untuk mempertahankan keseimbangan
jangka penggunaan sumberdaya alam. Perubahan-perubahan dalam permintaan dan suplai
sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh penemuan-penemuan baru dan perubahan-
perubahan dalam teknologi yang menyebabkan berkurangnya sumberdaya alam yang relatif
langka.
Ketiga, secara historis penyebab utama dari besarnya permintaan akan sumberdaya
alam bukannya pesatnya pertumbuhan penduduk, tetapi lebih karena naiknya pendapatan.
negara-negara makmur, dimana pertumbuhan populasinya lambat, mengkonsumsi
sumberdaya alam dalam jumlah yang sangat besar. Di masa mendatang, ketika negara-negara
dunia ketiga menjadi lebih makmur dan karena besarnya pertumbuhan penduduk yang pesat
dalam dekade mendatang, tekanan kedepan pada harga sumberdaya alam menjadi jelas lebih
kuat. Kelangkaan sumberdaya alam ini akan semakin sulit dihindari.
Keempat, penggunaan berlebihan sumberdaya alam akibat tekanan penduduk atau
pendapatan sangat mungkin terjadi dimana harga pasar tidak cukup mencerminkan
kelangkaan yang sebenarnya dimasa kini maupun dimasa mendatang, dan pemerintah tidak
11 Prasetya, S.P. 2015. Geografi Politik Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan. Jogyakarta: Ombak
mampu atau tidak mau menyediakan regulasi yang tepat untuk menyeimbangkannya. Hutan,
perikanan, air bersih dan bahkan tanah adat merupakan daerah-daerah dimana pasar dan
harga tidak bisa mengalokasikan sumberdaya alam dengan baik. Ini karena hak properti
dalam keadaan tertentu sedikit ditegakkan, dipantau dan diterapkan. Bagaimanapun,
seseorang tidak bisa menjual sesuatu yang tidak dipunyai untuk menentukan harga. Jadi,
harga tidak tersedia untuk menandai kelangkaan dalam kasus seperti itu. Lebih dari itu,
permintaan atau nilai yang sebenarnya dari sumberdaya alam tertentu memang tidak
menentu. Contoh penting adalah nilai yang ditetapkan orang atau masyarakat pada tanaman
atau spesies binatang dan keanekaragaman biologi. Meski tekanan penduduk bukan
penyebab utama, tapi penggunaan berlebihan sumberdaya alam dimana pasar dan kebijakan
pemerintah tidak memadai, tekanan penduduk benar-benar merupakan penyebab yang
memperburuk, dan kadang-kadang penyebab yang penting.
Sangat sulit diketahui secara operasional tentang kuantitas penduduk yang optimal
dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumberdaya alam, meskipun ada banyak diskusi
mengenai tingkat populasi yang berkelanjutan. Perkiraan-perkiraan tentang daya tampung
bumi untuk berbagai sumberdaya alam penting (terutama tanah dan air untuk produksi
makanan) terentang antara 5 milyar sampai 30 milyar penduduk. Perkiraan mengenai
kapasitas sistem biologi dan ekologis untuk meregenerasi dalam jangka waktu panjang, sama
tidak jelasnya. Menurut prediksi yang ada sekarang, populasi penduduk dunia akan mencapai
9 sampai 12 milyar pada akhir abad 21. Apakah ukuran penduduk ini berkelanjutan ? Apakah
cadangan sumberdaya alam terpelihara secara memadai sepanjang masa ? tidak diketahui
dengan derajat kepastian apapun.
Sumberdaya alam terutama energi, tanah, hutan, pertanian dan perikanan telah
menarik perhatian para ekonom semenjak Adam Smith, tapi baru-baru ini dikembangkan
teori-teori khusus mengenai pembedaan sumberdaya alam ini, yakni:
1. Dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan alam dan pengaruh lingkungan alam
terhadap kegiatan manusia, misalnya pencemaran air dan udara, tempat pembuangan
sampah dan pengawetan biodiversitas. Pembedaan ini kemudian menjadi kabur
karena keseimbangan setiap ton material yang berasal dari lingkungan alam bisa
didaur melalui kegiatan ekonomi yang akhirnya kembali sebagai satu ton material ke
lingkungan alam itu. Misalnya, batu bara yang berada di bawah tanah masih
merupakan bagian dari sistem ekonomi, tapi tidak setelah dibakar. Kemudian batu
bara kembali ke lingkungan alam sebagai emisis-emisi atmosferik karbon dioksida,
dan sebagai abu serta kotoran. Bisa dikatakan, lingkungan alam mengandung sedikit
limbah pembuangan, dan karena iru disebut sumberdaya alam. Populasi penduduk,
tumbuhan dan binatang adalah bagian dari lingkungan alam.
2. Pembedaan antara sumberdaya alam yang bisa diperbarui dan yang bisa habis dipakai.
sumberdaya alam yang bisa diperbarui, seperti hutan, ikan dan udara atau air bersih,
dicirikan dengan cadangan sumberdaya alam yang mampu memperbaharui sendiri.
Tingkat pembaharuan itu tergantung pada besarnya cadangan, karakteristik
lingkungan dan intervensi. Sedangkan sumberdaya alam habis dipakai adalah
sumberdaya alam yang tidak bisa diperbarui atau habis sama sekali seperti bijih besi,
minyak bumi, logam mulia atau lahan-lahan liar yang belum diolah tangan-tangan
manusia, dicirikan dengan adanya sumberdaya yang tidak dapat diperbarui sendiri.
Baik sumberdaya alam yang dapat dan tidak dapat diperbarui, cadangannya membatasi
tingkat maksimum penggunaannya. Salah satu masalah terpenting adalah kapan
seharusnya sumberdaya alam itu dimanfaatkan, sebab pemanfaatan ini berarti
mengurangi ketersediaan cadangan untuk masa selanjutnya. Sehingga pemanfaatan ini
menimbulkan biaya kesempatan (oppurtunity cost), yang mencerminkan nilai
ekonomi dari pengurangan ketersediaan cadangan dimasa depan. Masalah itu tampak
jelas terutama pada sumberdaya alam yang habis dipakai, yang hanya bisa dipungut
sekali saja.
3. Pembedaan sumberdaya alam yang dikelola sebagai milik bersama, bisa diambil oleh
semua orang, atau sebagai milik pribadi yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Para
pengguna sumberdaya alam milik bersama biasanya mengabaikan biaya kesempatan,
sehingga cenderung menggunakannya secara berlebihan. Sebaliknya, hak milik
perusahaan cenderung membuat para pengguna potensial memperhitungkan biaya-
biaya kesempatan dan karena itu berusaha menggunakan sumberdaya alam itu dengan
sebaik-baiknya.
Pengelolaan sumberdaya alam secara inheren bersifat interdisipliner. Kajian tentang
sumberdaya alam memerlukan informasi dari geografi, fisika, teknik, kimia, biologi, politik,
hukum dan ekonomi. Teori-teori mutakhir mencerminkan realitas interdisipliner ini,
misalnya model-model dinamika penduduk (yang diambil dari biologi dan ekologi) yang
saling mempengaruhi dengan model-model ekonomi untuk menganalisis sumberdaya alam
yang bisa diperbarui.
Orientasi pendidikan geografi berwawasan lingkungan global juga merupakan
masalah tersendiri yang perlu diperhatikan. Dalam rangka menghadapi MEA peran geografi
dalam pemahaman karakteristik, potensi sumberdaya dan masalah di suatu wilayah
merupakan dasar pijakan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Simpulan
Dalam mempersiapkan masa depan bangsa dalam menghadapi MEA dan globalisasi
internasional, seharusnya geografi menjadi kurikulum inti mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Mengapa geografi masuk dalam kurikulum inti, karena lulusannya akan
mampu menjadi pengambil kebijaksanaan dan keputusan, sehingga harus memiliki perspektif
nasional dan internasional serta mempunyai kompetensi terhadap pembangunan lingkungan.
Misalnya setelah lulus dari perguruan tinggi menjadi pengusaha kehutanan yang justru
hutannya dibabat habis, atau menjadi direktur tekstil yang bertaraf internasional tetapi
membuat kebijakan yang salah dalam membuang limbah, atau menjadi kepala daerah tetapi
tidak mengetahui potensi sumberdaya daerahnya dan tidak mengetahui permasalahan
ligkungan fisikal dan sosial dengan baik dari wilayahnya.
Geografi adalah mata pelajaran yang diberi amanat untuk memperkenalkan keadaan
tanah air Indonesia. Siapa pun yang menjauhkan bangsa Indonesia dari mengenal tanah
airnya sendiri, termasuk pihak yang merongrong NKRI, dan geografi adalah mata pelajaran
yang memperkenalkan sumberdaya negara sekaligus memberi wawasan tentang tata cara
pengelolaan dan melestarikan lingkungan hidup, karena itu perlu terus didukung dengan
sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai agar warga bangsa dapat hidup dengan
mengolah tanah airnya sendiri sehingga secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan
dari negara lain terutama untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Rediscovering Geography. Washington, DC: National Research Council.
Anonim. 2010. Geografi for Life. National Geography Standard. Geography Education
Standard Project. Washington D.C: National Geographic Research and Exploration.
Gunawan, T. 2005. Penyegaran Dan Penyamaan Persepsi Substansi Geografi Dalam
Pembelajaran Ilmu Geografi. Workshop Menuju Pembelajaran Geografi Di Era
Global, Dalam Rangka Dies Natalis Ke-42 Fakultas Geografi UGM Yogyakarata. 2
September 2005.
Khafid, S. 2011. Problematika Penanaman Wawasan Kegeografian, Pada Pertemuan Ilmiah
Tahunan (PIT) Ikatan Geograf Indoesia (IGI). Universitas Pendidikan Ganesha, Bali,
11-12 November 2011.
Kuntadi, E. 2015. Peran Pengusaha Dalam Menghadapi MEA 2015. Jakarta: Kadin DKI
Jakarta
Prasetya, S.P. 2015. Geografi Politik Sebagai Penguatan Wawasan Kebangsaan. Jogyakarta:
Ombak.
Prasetya, S. P. 2010. Pembentukan Karakter Dalam Pembelajaran Geografi. Seminar
Nasional Pendidikan Karakter. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Surabaya, 18
Desember 2010.
Sutikno. 2002. Implementasi Kurikulum Geografi Dalam Otonomi Pendidikan Geografi.
Surabaya: Seminar Nasional Geografi Universitas Negeri Surabaya.
Sutmaatmadja, N, S. 2005. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Tilbury, D dan Williams, M. 1997. Teaching and Learning Geography. Routledge. London
and New York.
Yani, A. 2010. Geografi = Cinta Tanah Air Usulan Dalam Penataan Ulang Kurikulum
Nasional 2010 – 2014. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ikatan Geograf Indonesia
(IGI). Universitas Negeri Surabaya, 10-11 Desember 2010.