Post on 13-Nov-2021
i
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN
PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KECAMATAN BARRU
KABUPATEN BARRU
Di Susun Dan Di Usulkan Oleh :
MUSTAHIR
(105641143611)
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKSSAR
2015
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Mustahir
Nomor Stambuk : 105641143611
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 2015
Yang Menyatakan,
MUSTAHIR
v
ABSTRAK
Mustahir. Peran Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Peredaran
Minuman Beralkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. (dibimbing
oleh Abdul Kadir Adys dan Rudi Hardi).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Pemerintah dalam
Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol di Kecamatan Barru Kabupaten
Barru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini
berlokasi di Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Dalam penelitian menggunakan
Informan sebagai sampel sebanyak delapan orang diantaranya 1 orang pegawai
Kecamatan, Kepala Desa, 1 orang personil kepolisian, 3 masyarakat dan 2 orang
tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara. Tehnik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskripsi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa 1) Upaya
pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Barru dan aparat
setempat terhadap pihak-pihak yang terkait tepat mengenai sasaran yang dituju,
namun karena kurangnya kerjasama dan partisipasi dari masyarakat sehingga
upaya yang dilakukan menjadi kurang efektif. 2) Pengawasan yang dilakukan
terhadap distributor dan pengedar minuman keras telah diatur dengan peraturan
daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539 secara
eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya tidak diterapkan
secara optimal dan kurang dipahami oleh masyarakat sehingga menyulitkan aparat
keamanan untuk mengambil tindakkan tegas. Dan 3) Penindakan tegas terhadap
pengguna dan penjual miras seperti pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
tempat-tempat penjualan minuman beralkohol illegal yang melanggar
ketentuan dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban,
Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol akan
diberikan tindakan kurungan dan denda. Hal tersebut telah dilakukan terhadap
beberapa kasus di tahun 2015.
Kata kunci: Peranan Pemerintah, Miras.
vi
KATA PENGANTAR
Tak ada kata ataupun kalimat yang pantas terucap selain ungkapan syukur
Alhamdulillahi Robbil Alamin, penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena
atas petunjuk dan bimbingan-Nya jugalah sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan
penulisannya, meskipun pembahasannya masih jauh dari kesempurnaan, baik isi
maupun teknik penulisannya. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan
kepada para pembaca yang budiman, agar dapat memberikan masukan dan
kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan
Skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih pula
kepada Abdul Kadir Adys, SH., MM. dan Rudi Hardi, S. Sos., M.Si.yang telah
mengarahkan dan membimbing penulis sejak pengusulan judul sampai kepada
penyelesaian Skripsi ini.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada:
1. DR. H. Irwan Akib, M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. DR. H. Muhlis Madani, M. Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang
senantiasa memberikan arahan
3. A. Luhur Prianto, S. IP, M. Si, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah
membina jurusan Ilmu Pemerintahan ini.
4. Dosen Ilmu Pemerintahan, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu
penulis selama menempuh pendidikan di kampus ini.
vii
5. Kepada kedua orang tuaku ayahanda dan ibunda yang selalu memberikan
semangat dan nasehat kepada penulis selama menempuh perkuliahan dan
sampai pada tahap akhir penyelesaian studi penulis.
6. Kepada keluargaku yang tercinta yang selalu memberikan semangat dan
dorongan agar penulis tak pernah berputus asa dalam menghadapi kemelut
hidup dan selalu mengigatkan agar senantiasa berdoa kepada sang pencipta.
7. Terima kasih pada teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatku yang tak dapat
kusebutkan satu persatu.
Semoga bantuan semua pihak senantiasa mendapatkan pahala yang
berlipat ganda di sisi Allah Rabbil Alamin. Amin
Makassar, , 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................. ii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
A. Pengertian Pemerintah.......................................................................... 8
B. Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol ...... 13
C. Konsep Minuman Beralkohol (Minuman Keras) ............................... 19
D. Kerangka Pikir.................................................................................... 25
E. Fokus Penelitian ................................................................................. 26
F. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
A. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................. 28
B. Jenis dan Tipe Penelitian .................................................................... 28
C. Sumber Data ....................................................................................... 28
D. Informan Penelitian ............................................................................ 29
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 29
F. Teknik Analisa Data ........................................................................... 30
G. Keabsahan Data .................................................................................. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 32
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 32
B. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman
Beralkohol di Kecamatan Barru ......................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59
A. Kesimpulan......................................................................................... 59
ix
B. Saran ................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memang sungguh dilematis di negeri kita ini. Dalam konstitusi
menegaskan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
namun dalam menyikapi perkembangan tentang minuman beralkohol
pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa. Perkembangan minuman beralkohol
tidak hanya menjadi ancaman bagi umat Islam yang secara tegas
mengharamkan di dalam kitab sucinya, namun minuman beralkohol juga
merupakan ancaman bagi hidup dan kehidupan manusia dimuka bumi ini,
khususnya di kabupaten barru.
Salah satu program pembangunan nasional adalah meningkatkan
mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung
dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabiitasi
sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Dan untuk mencapai hal
tersebut, diperlukan pengaturan tentang pengendalian dampak minuman keras
terhadap kesehatan. Salah satu masalah yang sangat memprihatinkan dan harus
mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah minuman beralkohol
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Pengawasan MMEA(Minuman Mengandung Etil Alkohol ) di Indonesia
tidak hanya dilakukan oleh DJBC(Direktorat Jenderal Bea dan Cukai) namun juga
oleh pemerintah daerah. Bahkan Perda Miras memiliki landasan hukum yang
kuat. Perda Miras tidak bisa dianulir dan direvisi begitu saja oleh Kementerian
2
Dalam Negeri (Kemendagri), dikarenakan Perda Miras tidak bertentangan dengan
landasan hukum tertinggi Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Fenomena ini begitu meresahkan karena miras dan minol bukan saja
merusak kesehatan bagi yang meminumnya tetapi juga mengakibatkan keresahan
sosial yaitu mengganggu dan mengancam ketertiban bahkan keselamatan
masyarakat.bagaimana peredaran dan penjualan bebas miras dan minol yang tidak
mengenal batasan umur dan lokasi ternyata begitu banyak menimbulkan
keresahan sosial terutama memicu tindakan kriminal hingga penghilangan nyawa
anak manusia. Masih banyak peristiwa-perisitiwa memilukan lain akibat miras
dan minol yang menimpa remaja, hanya saja tidak ter-cover media.
Menjamurnya mini market terutama di kota-kota besar salah satunya Di
Kabupaten Barru menjadi salah satu faktor mudahnya anak-anak remaja yang juga
pelajar dan mahasiswa ini mendapatkan miras.Tempat mini market dan warung-
warung di pinggir jalan ini dengan bebas menjual miras dan minol, mulai dari
aneka jenis bir, minuman vodka, sampai yang berkandungan alkohol minimal 4
persen.Aneka miras beraneka warna dengan harga cukup terjangkau menarik hati
para remaja yang berkantong pas-pasan untuk mencoba.Parahnya lagi, beberapa
minimarket meletakkan miras dan minol di rak-rak yang begitu mudah dilihat dan
dijangkau konsumen. Bahkan ada mini market yang memajang miras dan minol
satu display dengan minuman anak-anak seperti susu. Dampak lain dari bebasnya
tempat minimarket dan warung-warung di pinggir jalan ini menjual miras dan
minol adalah semakin maraknya keberadaan komunitas-komunitas „peminum‟
yang sebagian besar dari mereka adalah remaja yang masih menjadi pelajar dan
mahasiswa di Kabupaten Barru. Nongkrong secara berkelompok di mini market
3
dan warung yang ada di sepanjang jalan kabupaten Barru sambil menenggak
miras dan minol malah sudah menjadi gaya hidup. Bahkan muncul stigma kalau
remaja atau anak muda yang tidak ikut „minum‟ dianggap cemen dan tidak bisa
masuk atau bergaul dalam sebuah komunitas.Namun jika melihat apa yang terjadi
saat ini, sepertinya regulasi-regulasi yang mengatur peredaran miras sama sekali
tidak diindahkan.
Masih banyak toko-toko dan minimarket yang leluasa menjual miras
walaupun lokasi mereka berada di sekitar pemukiman, dekat sekolah, maupun
tempat ibadah. Mereka juga bebas menjual miras kepada remaja usia dibawah 21
tahun yang belum begitu paham dampak buruk dari mengonsumsi miras.Di lain
sisi, pemerintah daerah yang berusaha mengawasi dan mengatur peredaran miras
di wilayahnya, dalam implementasinya malah dianggap tidak sesuai dengan
peraturan yang lebih tinggi.
Masalah miras saat ini bukan hanya menjadi masalah bagi pemerintah
melainkan juga menjadi masalah bagi kita semua. Sebagai individu dan
masyarakat sosial kita mempunyai tanggungjawab sosial atas apa yang terjadi
disekitar kita.Mengkonsumsi minuman beralkohol yang berlebihan sangat besar
pengaruhnya terhadap sikap dan tindakan pelaku yang mengarah kepada deviasi,
seperti kebut-kebutan di jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas, membuat
keributan dan kekacauan, dan mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Hal
itu disebabkan kontrol diri menjadi berkurang karena mengkonsumsi minuman
beralkohol secara berlebihan.
Penyalahgunaan minuman beralkohol dengan mengkomsumsinya di luar
batas kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan
4
diri sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat.
Kebiasaan minum-minuman beralkohol yang melebihi batas yang wajar dapat
menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan
kepentingan orang lain.
Penyalahgunaan alkohol dapat membawa pengaruh yang sedemikian
rupa, menyebabkan yang bersangkutan dapat berperilaku yang bertentangan
dengan norma baik itu norma hukum maupun norma sosial yang hidup didalam
masyarakat. Minuman keras atau miras adalah bagian dari NAPZA (Narkotika,
Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) yang sering menimbulkan
permasalahan di masyarakat maupun gangguan kesehatan kepada masyarakat
Kabupaten Barru.Umumnya miras dibedakan menjadi tiga, yaitu golongan A yang
berkadar alkohol 1-5% (contoh: Bir), golongan B yang berkadar alkohol 5-20%
(contoh: Wine), dan golongan C yang berkadar alkohol 20-45% (contoh: Arak,
Whiskey atau Vodka). Miras yang melalui cara pengolahan tradisional dapat
diperoleh dari hasil fermentasi atau peragian madu, gula, sari buah, atau umbi-
umbian dengan menggunakan bantuan mikroorganisme tertentu.
Saat ini penggunaan minuman beralkohol di luar batas kewajaran banyak
sekali terjadi di Kabupaten Barru, salah satunya di kecamatan Barru yang dimana
masyarakatnya banyak yang menjadi peminat mengkonsumsi minuman
Beralkohol. Gejala ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat-tempat yang
menjual minuman beralkohol. Dengan banyaknya para penjual minuman
beralkohol tersebut maka menjadi hal yang sangat mudah / gampang menjangkau
kalangan para remaja.konsep idealnya penanggulangan peredaran minuman
5
beralkohol yang mestinya harus di lakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten
Barru adalah
1. Mensosialisasikan bahaya miras kepada seluruh masyarakat.
2. Mendidik masyarakat tentang bahaya miras dangan berbagai cara.
3. Melakukan kajian tentang dampak miras.
4. Mengajak dan membina masyarakat untuk mendukung GeNAM (Gerakan
Nasional Anti Miras).
Namun konsep yang tertera di atas tidak pernah terlaksana di Kabupaten
Barru sehingga peredaran Minuman beralkohol sangat gampang di lakukan oleh
penjual Miras.Seringkali kita lihat, terjadinya peningkatan angka kriminalitas
yang terjadi didalam masyarakat terutama tindak pidana umum / konvensional
yang terjadi di Kabupaten Barru seperti pencurian, perampokan, penodongan,
penganiayaan, serta pengrusakan fasilitas umum, yang dimana tidak sedikit
pelakunya berada dibawah pengaruh minuman beralkohol.
Hal tersebut itulah yang menguatkan adanya pernyataan serta opini
masyarakat bahwa minuman beralkohol dapat memicu tindak kejahatan, oleh
karena itu dikaitkan dengan akibat negatif dari penyalahgunaan minuman
beralkohol, maka perlu untuk ditindaklanjuti dengan peran pemerintah dalam
penangulangan peredaran minuman beralkohol. Hal ini juga ditegaskan pada
Peraturan Daeraah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 tentang pengawasan,
pengendalian, dan penjualan minuman beralkohol.
Peredaran minuman beralkohol yang tidak terkendali berdampak pada
alkoholisme dalam masyarakat dan kejahatan yang terkait dengan minuman
beralkohol. Alkoholisme adalah suatu keadaan yang dimana seseorang tidak
6
mampu lagi mengontrol banyaknya jumlah alkohol yang diminumnya. Hal
tersebut sekarang yang menjadi tugas dari pemerintah daerah untuk selalu
senantiasa aktif dalam mengatasinya. Dengan demikian, peran dari pemerintah
daerah sangat dibutuhkan supaya bekerja lebih ekstra lagi dengan cara menindak
secara tegas para penjual minuman beralkohol tersebut untuk dapat memberikan
efek jerah agar keamanan dan ketertiban masyarakat dapat selalu terjaga.
Berdasarkan dari uraian yang ada di atas, maka saya selaku penulis
dalam hal ini akan membahas tentang “ Peran Pemerintah Daerah Dalam
Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol Di Kecamatan Barru
Kabupaten Barru ‘’
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah
yaitu ”Bagaimana peran pemerintah dalam penanggulangan peredaran minuman
beralkohol di Kabupaten Barru?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam penanggulangan
peredaran minuman beralkohol di kebupaten barru.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis
Memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai penanggulangan peredaran
minuman beralkohol
2. Kegunaan praktis
7
a. Bagi pemerintah
Memberikan jawaban atas permasalahan yang di teliti.
b. Bagi mahasiswa
c. Untuk memenuhi kewajiban utama sebagai mahasiswa serta menambah
wawasan pengetahuan dan keilmuan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pemerintah
Istilah pemerintah berasal dari kata “Perintah” yang berarti menyuruh
melakukan seseuatu sehingga dapat di katakan bahwa pemerintah adalah
kekuasaan yang memerintah suatu Negara atau badan tertinggi yang
memerintah suatu Negara, seperti kabinet. Istilah pemerintahan diartikan
dengan perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah (Sri Soemantri
dalam pamudji, 1980: 45) secara etemologis, dapat diartikan sebagai tindakan
yang terus menerus atau kebijaksanaan dengan menggunakan suatu rencana
maupun akal dan tata cara tertentu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
(Pamudji, 1980: 50)
Istilah pemerintahan adalah suatu ilmu seni. Disebut sebagai suatu
disiplin ilmu pengetahuan karena memenuhi syarat-syaratnya, yaitu dapat
dipelajari dan diajarkan, memiliki objek material maupun formal, sifatnya
unversal, sistematis serta spesifik dan dikatakan sebagai seni, karena banyak
pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan pemerintahan maupun berkiat
serta dengan karismatik menjalankan roda pemerintahan (Syafie Dkk,
2002:11). Dalam kata perintah “perintah” tersebut, ada dua pihak yang
terkandung dan saling memiliki hubungan, yaitu pihak yang memerintah
memiliki wewenang dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan. Jika kata
ilmu dirangkai dengan kata “pemerintahan” menjadi “ilmu pemerintahan”.
pemerintahan adalah ilmu yang mengeluti studi tentang penunjukkan cara kerja
9
ke dalam dan ke luar struktur dan proses pemerintahan umum (Syarifin,
2005:17).
Ilmu pemerintahan adalah sebagai ilmu yang mempelajari tentang cara
bagaimana lembaga pemerintahan secara umum itu disusun dan difungsikan
baik secara ke dalam maupun ke luar terhadap warganya untuk menjalankan
tugasnya untuk pencapaian tujuan organisasi. (Syarifin,2005:18)
Secara luas ilmu pemerintahan merupakan suatu aparatur atau alat
perlengkapan Negara dalam rangka menjalankan segaa tugas dan
wewenang/kekuasaan Negara, baik kekuasaan Legislatif, Eksekutif maupun
Yudikatif. Apabila kita dilahat dari negara Indonesia saat ini dengan mengacu
pada undang-undang dasar 1945 sebagai peraturan perundang-undangan yang
tertinggi, pemerintahan dalam arti luas tersebut mencakup MPR, Presiden,
DPR, MK, DPD, BPK, dan MA. Pemerintahan dalam arti sempit yaitu
aparatur/alat kelembagaan Negara yang hanya mempunyai tugas dan
wewenang/kekuasaan eksekutif saja, dengan kata lain pemerintahan dalam arti
sempit ini tidak lain adalah pemerintah (Syarifin, 2005:19).
1. Pengertian Pemerintah Daerah
Pemerintahan Daeah, menurut pasal 1 huruf b UU Nomor 22 tahun
1999, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah
berserta perangkat daerah Otonom (Pasal 60 Undang-Undang) Nomor 22 tahun
1999) yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian pemerintah daerah
ini apabila kita kaji dengan pengertian-pengertian pemerintah sebagai mana
10
yang telah diuraikan sebelumnya dapatlah diartikan sebagai pemerintah dalam
arti sempit.
Hal demikian dikerenakan arti pemrintah pada ketentuan undang-
undang diatas menunjukan pada badan eksekutif daerah semata. Pemerintahan
daerah menurut Pasal 1 huruf d UU Nomor 22 tahun 1999 di artikan sebagai
penyelenggaraan pemerintahan Daerah Otonom oleh pemerintah Daerah dan
DPRD menurut asas desentralisasi. Adapun arta secara yuridis menurut UU
Nomor 32 tahun 2004 dalam pasal 1 angka 2, pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 (Syarifin, 2005:20).
Pamudji (1980:139), mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan
Pemerintahan Daerah adalah daerah otonom diselenggarakan secara bersama-
sama oleh seorang kepala wilayah yang sekaligus merupakan kepala daerah
otonom.
Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, yaitu Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
11
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah
dikemukakan diatas,maka yang dimaksud pemerintahan daerah disini adalah
penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah. Sedang Pasal 18 ayat
(5) UUD 1945 menyebutkan bahwa,pemerintah daerah merupakan daerah
otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan dengan seluas-luasnya
serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan pemerintahan kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintahan pusat.
Menurut Syarifin (2005:20).pemerintah daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonom dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.
2. Tugas Dan Fungsi Pemerintah
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 adalah :
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.
12
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki
hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana
hubungan tersebut meliputi wewenang, keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.
Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam
kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap
kelompok termasuk dalam keluarga. Masyarakat sebagai suatu gabungan dari
system social, akan senantiasa menyangkut dengan unsur-unsur pemenuhan
kebutuhan dasar manusia seperti keselamatan, istrahat, pakaian dan makanan.
Dalam memenuhi kebutuhan dasar itu, manusia perlu bekerjasama dan
berkelompok dengan orang lain, bagi kebutuhan sekunder maka diperlukan
bahasa untuk berkomunikasi menurut makna yang disepakati bersama, dan
institusi social yang berlaku sebagai control dalam aktivitas dan
mengembangkan masyarakat. Kebutuhan sekunder tersebutadalah kebutuhan
untuk bekerjasama, menyelesaikan konflik, dan interaksi antara sesama warga
masyarakat.
Osbarne dan Ted Gaebler (1996:192) bahkan meyatakan bahwa
pemerintahan yang demokratis lahir untuk melayani warganya dan karena
itulah tugas pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan warganya.
Dengan demikian lahirnya pemerintah memberikan pemahaman bahwa
kehadiran suatu pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak masyarakat
yang bertujuan untuk berbuat baik bagi kepentingan masyarakat. Ndraha
(2001:85), fungsi pemerintah ada 2 macam
13
a. Pemerintah mempunyai fungsi primer atau fungsi pelayanan (service),
sebagai provider jasa publik yang baik diprivatisasikan dan layanan civil
termasuk layanan birokrasi.
b. Pemerintah mempunyai fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan
(empowerment), sebagai penyelenggara pembangunan danmelakukan
program pemberdayaan.
Dengan begitu luas dan kompleksnya tugas dan fungsi
pemerintahan,menyebabkan pemerintah harus memikul tanggung jawab yang
sangat besar.Untuk mengemban tugas yang berat itu, selain diperlukan
sumberdaya,dukungan lingkungan, dibutuhkan institusi yang kuat yang
didukung oleh aparatyang memiliki perilaku yang sesuai dengan nilai dan
norma yangberlaku didalam masyarakat dan pemerintahan.
Langkah ini perlu dilakukan olehpemerintah, mengingat dimasa
mendatang perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat
akansemakinmenambah pengetahuan masyarakat untukmencermati segala
aktivitaspemerintahan dalam hubungannya denganpemberian pelayanan
kepada masyarakat.
B. Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol
1. Pengawasan
Suatu organisasi yang efektif dapat didefinisikan sebagai kelompok
individu yang bekerjasama untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang
digunakan untuk mencapai suatu tujuan. membentuk suatu tim akuntansi
yang dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan manajemen secara tepat waktu.
Pengawasan setidak-tidaknya memenuhi 3 faktor berikut :
14
a. Struktur Organisasi, yaitu pengelompokan yang wajar dari berbagai
fungsi untuk dapat melaksanakan tugas-tugas dengan efektif, penetapan
hubungan-hubungan yang wajar didalam kelompok yang bersangkutan
dan dalam organisasi secara keseluruhan dan menjamin adanya unsur-
unsur pengendalian yang wajar.
b. Pendelegasian tanggung jawab dan kewenangan yang wajar kepada
setiap tingkat organisasi dari setiap bagian
c. Seleksi individu-individu yang tepat untuk setiap pekerjaan. (Abdul
salam, 2003:89)
Untuk lebih jelasnya, berikut ini ada beberapa definisi pengawasan
yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya oleh Ulbert Silalahi
mengutip pendapat Koonzt dan O‟Donnel, mengatakan bahwa :
“Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan kegiatan-kegiatan
bawahan untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan”. (2002 : 175)
Sementara itu pengertian Pengawasan sebagai berikut:
“Pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui
apakah pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan oleh bawahannya
sesuai dengan rencana, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah
ditetapkan”.( Soewarno Handayadiningrat , 2002: 143)
Secara konseptual dan filosofis, pentingnya pengawasan berangkat
dari kenyataan bahwa manusia penyelenggara kegiatan operasional merupakan
makhluk yang tidak sempurna dan secara inheren memiliki keterbatasan, baik
dalam interpretasi makna suatu rencana, kemampuan, pengetahuan maupun
keterampilan. Artinya, dengan itikad yang paling baik, dedikasi dan loyalitas
yang tinggi dan pengarahan kemampuan mental dan fisik sekalipun, para
15
penyelenggara kegiatan operasional mungkin saja berbuat khilaf dan bahkan
mungkin kesalahan.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua anggota organisasi yang
selalu menampilkan perilaku demikian. Sengaja atau tidak, perilaku negatif ada
kalanya muncul dan berpengaruh pada kinerja seseorang yang faktor-faktor
penyebabnya pun beraneka ragam. Menghadapi kemungkinan demikianlah
pengawasan mutlak perlu dilakukan. Terdapat banyak fungsi pengawasan yang
telah berkembang dari tahun ke tahun. Suatu tinjauan dari berbagai definisi
tersebut menunjukkan bahwa fungsi pengawasan bukanlah suatu fungsi yang
mudah dilaksanakan.
Pengawasan terutama merupakan seorang staf yang fungsi utamanya
adalah mengembangkan suatu organisasi dan sistem perkiraan, kebijaksanaan,
catatan dan prosedur yang akan menyediakan data yang dapat dianalisa dan
diinterpretasikan oleh para pemimpin fungsional dalam mengambil keputusan
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan harus memiliki kesanggupan untuk menterjemahkan
fakta dan data statistik kedalam bentuk trend, dan hubungan-hubungannya.
Pengawasan juga harus cermat dalam temuan dan pelaporannya. Terlepas dari
teknik mana yang dianggap paling tepat untuk digunakan, manfaat terpenting
dari pengawasan menurut Sondang P. Siagian (2005:107) sebagai berikut :
a. Tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata dimana
organisasi itu ada.
b. Dikenalinya faktor-faktor pendukung terjadinya operasionalisasi rencana
dengan efektif dan efisien.
16
c. Pemahaman tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam
penyelenggaraan berbagai kegiatan operasional.
d. Langkah-langkah apa yang segera dapat diambil untuk menghargai kinerja
yang memuaskan.
e. Tindakan preventif apa yang segera dapat dilakukan agar deviasi dari
standar tidak terus berlanjut.
2. Pengendalian
Pengertian Pengendalian menurut Malayu S.P. Hasibuan adalah
pengendalian adalah proses pengaturan berbagai factor dalam suatu
perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam
rencana”. (Malayu S.P. Hasibuan , 2005 : 241)
Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan
kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara”. (Malayu S.P. Hasibuan,
2005: 242)
Teknik dan sistem pengendalian pada pokoknya sama untuk uang
tunai, prosedur kantor, moral, kualitas produk atau apa saja proses dasar
pengendalian, dimanapun penerapannya atau apa saja yang diawasi,
menurut Siswanto (2005 :140), meliputi 4 langkah, yaitu :
a. Menetapkan Standar dan metode untuk pengukuran kinerja (establish
standard and methods for measuring performance)
b. Mengukur Kinerja (measure the performance)
c. Membandingkan Kinerja sesuai dengan standar (compare the
performance match with the standard)
17
d. Mengambil Tindakan koreksi (take correcticve action)
3. Aturan yang Terkait Peredaran Minuman Beralkohol
Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 Tentang
Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol
pada pasal 5 yaitu
(1) Pengawasan dan pengendalian dilakukan terhadap:
a) Penjualan langsung untuk diminum minuman beralkohol golongan A,
golongan B dan golongan C terhadap perizinan, tempat/lokasi
peredaran dan penjualannya;
b) Perizinan, importir minuman beralkohol, distributor, sub distributor;
c) Tempat lokasi peredaran dan penjualan minuman beralkohol golongan
A, golongan B, dan golongan C; dan orang dan/atau badan yang
menguasai minuman beralkohol.
(2) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Tim
Pengawas dan Penertiban dari instansi terkait yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
(3) Tim Pengawas dan Penertiban wajib melaporkan kegiatan pengawasan
dan pengendaliannya kepada Bupati.
Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012
Pengendalian Peredaran, Minuman Beralkohol juga dijelaskan pada bab 5
yang menerankan bahwa:
Pasal 6 tentang Pemerintah Daerah berwenang melakukan
pengendalian peredaran Miras dengan ketentuan labelisasi dan perizinan.
18
(1) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha peredaran
dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan A wajib memiliki
SIUP.
(2) Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha peredaran
dan/atau penjualan minuman beralkohol golongan B, dan golongan C
wajib memiliki SIUP-MB.
(3) SIUP-MB terdiri dari:
- SIUP-MB penjual eceran minuman beralkohol golongan B;
- SIUP-MB penjual eceran minuman beralkohol golongan C;
- SIUP-MB untuk diminum di tempat minuman beralkohol golongan B;
dan
- SIUP-MB untuk diminum di tempat minuman beralkohol golongan C.
(4) Ketentuan dan tata cara pemberian SIUP dan SIUP-M sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
(5) SIUP-MB berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
kembali.
(6) SIUP-MB tidak dapat dipindahtangankan.
(7) Pasal 5-7 RUU ini melarang setiap orang, baik pribadi maupun
kelompok, memproduksi, menyimpan, mengedarkan, menjual, dan
bahkan mengonsumsi minuman berakohol golongan A (kadar rendah,
1-5%), golongan B (kadar sedang 5-20%), golongan C (20-55%),
tradisional, dan campuran, kecuali untuk kepentingan terbatas.
(8) Kepentingan terbatas tersebut mencakup kepentingan adat, ritual
keagamaan, wisatawan, farmasi, yang diizinkan oleh peraturan UU.
19
a) Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP-MB wajib
menyampaikan laporan pengadaan dan penyaluran/ penjualan setiap
3 (tiga) bulan sekali secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala
SKPD yang membidangi perindustrian dan perdagangan.
b) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.
C. Konsep Minuman Beralkohol (Minuman Keras)
1. Pengertian Alkohol
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
282/KEMENKES/SK/II/1998 mendefinisikan minuman keras adalah minuman
yang mengandung etanol yang diproses dari bahan pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilisasi atau fermentasi tanpa
destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak,
menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman
mengandung etanol
Fermentasi adalah proses berubahnya zat tepung di dalam bahan
menjadi gula, yang kemudian berubah menjadi alkohol. Lama proses
fermentasi tergantung pada jenis minuman yang akan dibuat. Untuk wine,
proses fermentasi bisa menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
(proses fermentasi yang tidak main-main ini salah satu faktor yang membuat
harga wine sangat wow dan beresiko menyebabkan kanker alias kantong
kering).
20
2. Jenis - Jenis Minuman Keras
Menurut Darmono (2005), jenis alkohol yaitu minuman beralkohol
biasanya dipisah menjadi tiga jenis: Bir, wine, dan spirit.
1. Bir
Bir adalah minuman paling terkenal ketiga di dunia (di belakang teh
dan air putih), dan hampir semua orang, mulai dari tukang sayur sampai
Homer Simpson, kenal dengan minuman yang satu ini.Bir terbuat dari biji-
bijian gandum barley yang direndam di dalam air dan dikeringkan,
dibumbui dengan tanaman hop yang menambah rasa pahit khas bir, lalu
diproses dan difermentasikan dengan ditabur ragi, untuk kemudian
dibiarkan selama beberapa hari atau beberapa minggu sampai proses
fermentasi, di mana ragi mengubah kandungan gula di dalam campuran itu
menjadi alkohol dan karbon dioksida.
Bir sendiri adalah salah satu minuman tertua di dunia. Di mana ada
bahan sejenis gandum, maka di situ ada sejenis bir, walaupun pada awalnya
bir hanya difermentasikan selama satu atau dua hari saja. Gandum
digunakan sebagai bahan baku bir di Mesopotamia kuno, nasi dipakai di
Asia, sementara Mesir menggunakan barley sebagai bahan baku dari bir
versi mereka.
2. Wine
Enology adalah sebuah bidang ilmiah tersendiri yang khusus
mempelajari cara membuat wine yang enak. Para penggila wine ini rupanya
sangat serius dengan minumannya.Tapi bukannya tidak beralasan. Wine
sudah bukan barang baru dalam peradaban manusia, dan bukti-bukti
21
arkeologis berusia lebih dari 8,000 tahun yang ditemukan di Georgia
menunjukkan ditemukannya beberapa tempat pembuatan wine. Kandungan
alkohol ethanol di dalam wine terbilang ampuh menumpas bakteri-bakteri
dan mikroorganisme sumber penyakit, dan karena itu, dulu wine lebih aman
diminum daripada air maupun susu. Di masa-masa sebelum adanya rumah
sakit, asuransi kesehatan, dan kontroversi soal menteri Kesehatan, tidak
berlebihan kalau wine sempat dianggap sebagai hadiah dari Dewa-Dewa.
3. Spirits
Spirits adalah istilah yang diberikan untuk minuman-minuman keras
yang dibuat dari proses penyulingan. Hasil fermentasi tertentu disuling, dan
proses penyulingan ini mengkonsentrasikan kandungan alkoholnya serta
menghilangkan rasa-rasa yang dianggap tidak enak.
3. Dampak Minuman Keras
Minuman keras adalah salah satu minuman yang mengandung zat
adiktif (alkohol). Penyalahgunaan minuman keras akan membawa dampak
yang tidak baik buat kesehatan fisik dan psikis seseorang. Menurut Anang
Syah (2000: 8-9) akibat atau dampak dari penyalahgunaan zat adiktif bagi
pemakai adalah:
1) Kepribadian rusak
2) Tingkah laku (bohong, manipulasi)
3) Pola pikir khas (serba mau cepat)
4) Pelanggaran norma
5) Fisik (gemetaran, siang tidur malam begadang)
22
4. Faktor Penyebab Penggunaan Minuman Keras/Alkohol
Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk
penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan remaja
tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau faktor
pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang, sedangkan faktor
pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut (Bagja Waluya, 2007).
Lebih lanjut Bagja Waluya (2007) memaparkan bahwa
penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat sosialisasi yang tidak
sempurna baik pergaulan di masyarakat maupun kehidupan di dalam keluarga
yang dianggapnya tidak memuaskan. Sehingga anak mencari pelarian di luar
rumah dengan mencari teman yang dapat memberikan perlindungan dan
pengakuan akan keberadaan dirinya. Pada penyimpangan yang dilakukan
melalui penyalahgunaan narkoba dan minuman keras, biasanya seseorang tidak
akan langsung melakukannya, akan tetapi diajak oleh teman sekelompoknya
untuk mencoba lebih dahulu untuk membuktikan bahwa mereka telah menjadi
orang dewasa, lama kelamaan seseorang akan mendapatkan pengakuan dari
kelompoknya dan menjadi bagian dari kelompok tersebut.
5. Upaya Penanggulangan Terhadap Minuman Keras (MIRAS)
Menurut Supratiknya (1995) Ada beberapa cara untuk menolong
seorang alkoholik menghantikan kebiasaan buruknya. Secara biologis dapat di
gunakan obat-obatan tertentu untuk mendetoksifikasi (menghilangkan
karacunan) orang-orang yang maabuk kronik berat. Sedangkan secara
psikososial, salaah satu cara pendekatan yang efektif adalah terapi kelompok.
23
Dalam situasi kelompok, para alkoholik di ajak menghadapi masalah-masalah
hidupnyaa, menyadari akibat-akibat merusak dari masalah-masalahnya itu, dan
di tolong menemukan kemungkinan-kemungkinan untuk mengatasinya.
Penangulangan terhadap minuman keras dapat dilakukan dengan cara:
1) Tampaknya miras ini sulit apabila harus dibasmi/dihilangkan sama sekali.
Mungkin dari sisi agama masalah miras tidak ada toleransi, namun kita
perlu juga melihatnya dari sisi lain yaitu kepentingan adat dan kepentingan
Pariwisata. Dengan demikian yang penting bukan membasmi miras, tapi
memperhatikan perangkat hukum untuk mengaturnya dan kemudian
menegakkan peraturannya.
2) Distributor dan Pengedar minuman keras harus diatur dengan peraturan
daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan 539
secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya
pasal-pasal tersebut perlu direvisi kembali karena banyak yang kurang tegas
dan kurang mengenai substansi (masih bisa) tentang miras itu sendiri,
sehingga menyulitkan aparat keamanan untuk mengambil tindakkan tegas.
3) Distributor dan pengedar harus memilki izin, demikian juga penjualnya.
Tempat-tempat tertentu seperti hotel, diskotik, karaoke dan took khusus
penjual miras harus diatur oleh peraturan daerah. Izin untuk menjadi
distributor, pengedar dan penampung miras harus ketat. Artinya agar
mereka tidak terlalu gampang melakukan bisnis miras dengan tanpa melihat
usia konsumennya.
4) Penyalahgunaan terhadap izin dan peraturan Daerah tentang miras ini harus
ditindak tegas dengan cara menghukum pelakunya, bukan memusnahkan
24
mirasnya. Legalisasi dan lokalisasi miras ini tentunya akan menambah
penghasilan asli daerah (PAD). Razia rutin harus dilakukan untuk
mengontrol apakah para distributor, penjual dan penampung tetap konsisten
pada peraturan yang ada dan sesuai dengan izin yang diberikan kepada
mereka.
5) Dalam hal penanggulangan miras ini kita perlu memperhatikan dua hal :
a) Kita juga menerima pemasukkan dari para turis mancanegara dan juga
turis domestic. Oleh sebab itu persediaan miras tetap harus ada yaitu di
hotel-hotel berbintang, restoran, diskotik, club malam lainnya. Namun
kebijakkan ini harus disertai dengan perangkat hukum yang jelas dan
tegas, agar tidak disalah gunakan dikemudian hari.
b) Jangan lupa bahwa miras untuk kepentingan adat. Hal ini perlu segera
dipertegas legalisasinya dengan Undang-Undang atau peraturan Daerah,
agar penggunaan miras pada saat acara adat betul-betul disiplin hanya
untuk keperluan acara adat dan bukan untuk acara mabuk-mabukan atau
kompetensi antara anak-anak muda.
Peraturan Mentri Perdagangan Republic Indonesia NO>20/M-
DAG/PER/4/2014 Tentang Pengendalian Pengawasan Terhadap Pengadaan
Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol, menyatakan dalam pasal 32
pengendalian pengawasan peredaran dan penjualan minuman beralkohol
dilakukan terhadap IT-MB,distributor, sub distributor,pengecer dan penjualan
langsung.
Peraturan minuman beralkohol pada umumnya disebut sebagai
minuman beralkohol, terdapat pada peraturan menteri kesehatan tentang
25
minuman beralkohol nomor 86/Men/Kes/Per/IV/77. Di dalam peraturan
tersebut minuman beralkohol digolongkan sebagai berikut :
a) Golongan A : kadar etanol 1-5 %
b) Golongan B : Kadar etanol 5-20 %
c) Golongan C : kadar etanol 20-55 %
D. Kerangka Pikir
Penanggulangan peredaran minuman beralkohol pemerintah harus
dapat menemukan, memahami, menjelaskan dan memperoleh gambaran
permasalahan tentang upaya penanggulangan minuman beralkohol di
Kecamatan barru. Peran Pemerintah daerah dalam penanggulangan peredaran
minuman beralkohol diantaranya kehidupan masyarakat barru memiliki dua
tradisi yang selalu lekat pada kehidupannya Diantaranya adalah suatu tindakan
atau perilaku negatif dalam mengkonsumsi minuman keras.
Oleh karena itu sangat di butuh kan upaya yang di lakukan oleh
pemerintah seperti Dalam Peraturan Mentri Perdagangan Republic Indonesia
NO>20/M-DAG/PER/4/2014 Tentang Pengendalian Pengawasan Terhadap
Pengadaan Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol, menyatakan dalam
pasal 32 pengendalian pengawasan peredaran dan penjualan minuman
beralkohol dilakukan terhadap IT-MB, distributor, sub distributor,pengecer dan
penjualan langsung.upaya yang di lakukan oleh pemerintah seperti
penanggulangan dan pengawasan peredaran akan berdampak besar sehingga
nantinya akan menghasilkan berkurangnya peradaran minuman beralkohol,
Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk penyimpangan sosial.
Penyimpangan sosial yang terjadi di kalangan remaja tidak akan begitu saja
26
muncul apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik
berada di luar diri seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam
diri atau keluarga yang memungkinkan seseorang untuk melakukan
penyimpangan tersebut
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
E. Fokus Penelitian
Berdasarkan dari teori yang digunakan, maka fokus penelitian yang
akan diteliti yaitu kantor Kecamatan Barru untuk melihat bagaimana Peran
pemerintah dalam penaggulangan peredaran minuman beralkohol.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan dari kerangka pikir di atas maka deskripsi fokus
penelitiannya adalah:
1. Peran pemerintah Daerah dalam penanggulangan peredaran minuman
beralkohol merupakan keikutsertaan pemerintah dalam pengendalian
peredaran minuman beralkohol di Masyarakat dan toko yang menjual
Peran pemerintah daerah dalam penaggulangan
peredaran minuman beralkohol
Terkendalinya peredaran
Minuman beralkohol
Pengendalian Pengawasan Penindakan
27
minuman beralkohol yang tidak menaati peraturan serta tidak memiliki izin
penjualan.
2. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang
hams dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan
sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.
3. Pengawasan.
Adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
4. Penindakan adalah suatu bentuk keputusan pemerintah dalam menindak
lanjuti suatu kasus minuman beralkhohol yang melakukan penjualan barang
tersebut yang tidak mentaati peraturan yang ada dan melanggar izin yang
telah di berikan oleh pemerintah, maka pibak Pemerintah berhak menindak
lanjuti dengan melakukan penangkapan, rehabilitasi, atau penjara.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian 2 bulan dan lokasi penelitian penulis memilih tempat
penelitian di kantor Kecamatan Barru. Alasan mengambil tempat tersebut,
untuk mengetahui seperti apa Peran pemerintah dalam penaggulangan
peredaran minuman beralkohol di Kabupaten Barru.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan
mengunakan pedoman wawancara, dokumentasi observasi, dan melihat
fenomena yang terjadi.
2. Tipe penelitian
Peniliti mengunakan tipe penelitian deskriftif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan sesuatu secara jelas berdasarkan pengalaman informan
dalam penyebaran minuman beralkohol di sekitarnya.
C. Sumber Data
Sehubungan dengan permasalahan peneliti maka data yang
diperlukaan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primeryaitu sumber data yang diperoleh pertama kali dan merupakan
segala informasi yang diperoleh dari informasi observasiyang dicatat oleh
peneliti secara langsung dari objek penelitian.
29
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung kepada
obyek penelitian yang dapat berupa dokumen, buku, catatan-catatan dan
lain-lain, terutama yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
D. Informan Penelitian
Adapun informan penelitian mengenai peran pemerintah dalam
penanggulangan peredaran minuman beralkohol adalah :
Tabel 1. Informan Penelitian
No Jabatan Keterangan
1 Camat 1
2 Kepala Desa 1
3 Kepolisian 1
4 Masyarakat (Penjual dan distributor) 3
5 Tokoh Masyarakat 2
Jumlah 8
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkahyang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan
data agar mendapat data yang valid.Pengumpulan data adalah produser yang
sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperoleh.
1. Observasi adalah cara pengambilan data dengan mengunakan mata tanpa
ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut yaitu dengan
melihat fenomena yang terjadi di Kantor Kecamatan Barru..tujuan
30
menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal perilaku perkembangan
dan sebagai tentang perilaku kebiasaan tentang perang dalam
penanggulangan peredaran minuman beralkohol di kabupaten barru.
2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si
penjawab dengan mengunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk
memperoleh data secara jelas dan kongret tentang perang pemerintah dalam
penangulangan peredaran minuman beralkohol di kabupaten barru.
3. Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,
pengumuman, instruksi, majalah, pernyataan, aturan suatu lembaga
masyarakat dan berita yang disiarkan kepada media massa yaitu seperti
artikel yang dituliskan oleh masyarakat setempat dan berita dalam bentuk
spanduk yang disampaikan oleh Kantor Kecamatan Barru . Tujuan
digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan kongret
tentang peran pemerintah dalam penangulangan peredaran minuman
beralkohol di kabupaten barru.
F. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa datayang diperoleh tentang Peran Pemerintah
Daerah Dalam Penanggulangan Peredaran Minuman Beralkohol, maka
menggunakan metode teknik deskriptif kualitatif. Dimana cara menganalisa
data dilakukan dengan manganalisa hasil olahan data tersebut diinterpretasikan
dalam bentuk narasi untuk diambil suatu kesimpulan hasil penelitian dan
31
selanjutnya mengemukakan beberapa saran untuk direkomendasikan kepada
pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini.
G. Keabsahan Data
Pengujian pengabsahan data, peneliti menggunakan validitas data
sebagai alat pembuktian bahwa benar-benar terjadi dilapangan. Untuk menguji
validitasdata maka peneliti menggunakan metode triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kreabilitas data dilakukan degan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kreabilitas data dilakukan dengan cara
mengecek kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kreabiliatas data dilakukan dengan
pengecekan data melalui wawancara,observasi, dan teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada bab ini menyajikan gambaran-gambaran umum mengenai
Kabupaten Barru serta Badan Kepegawaian Daerah di Kabupaten Barru.
Gambaran umum Kabupaten Barru sendiri mencakup sejarah singkat,
pemerintahan, ketenagakerjaan dan Kepegawaian secara umum Kabupaten
Barru. Sedangkan, gambaran umum Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Barru mencakup visi dan misi, tujuan dan sasaran jangka menengah, tugas
pokok dan fungsi serta struktur organisasinya.
Kabupaten Barru lahir berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan.
Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan. Sebelum
dibentuk sebagai suatu Daerah Otonom berdasarkan UU No. 29 Tahun1959
pada tahun 1961, Daerah ini terdiri dari 4 Wilayah Swapraja di dalam
kewedanaan Barru Kabupaten Pare-Pare lama, masing-masing Swapraja Barru,
Swapraja Tanete, Swapraja Soppeng Riaja dan bekas Swapraja Mallusetasi.
Ibu Kota Kabupaten Barru sekarang bertempat di bekas ibu Kota Kewedanaan
Barru.
Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan
kecil yang masing - masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu Kerajaan Berru
(Barru), Kerajaan Tanete, Kerajaan Soppeng Riaja, dan Kerajaan Mallusetasi.
Di masa pemerintahan Belanda dibentuk Pemerintahan Sipil Belanda dimana
wilayah Kerajaan Berru, Tanete dan Soppeng Riaja dimasukkan dalam wilayah
33
Onder Afdelling Barru, yang bernaung dibawah Afdelling Pare-Pare sebagai
kepala Pemerintahan Onder Afdelling diangkat seorang control Belanda yang
berkedudukan di Barru, sedangkan ketiga bekas kerajaan tersebut diberi status
sebagai Self Bestuur (Pemerintahan Kerajaan Sendiri) yang mempunyai hak
otonom untuk menyelenggarakan pemerintahan sehari-hari baik terhadap
eksekutif maupun di bidang yudikatif.
Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah Swapraja pada
permulaan kemerdekaan bangsa Indonesia, keempat wilayah Swapraja ini
merupakan bekas Selfbestuur di dalam Afdeling Pare-Pare masing-masing
bekas Selbesteuur Mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi Kecamatan
mallusetasi dengan Ibu Kota Palanro, adalah penggabungan bekas-bekas
Kerajaan Lili dibawah kekuasan Kerajaan Ajattapareng oleh Belanda sebagai
Selfbestuur,yakni Kerajaan Lili Bojo dan Lili Nepo.
Bekas selfbestuur Soppeng Riaja yang merupakan penggabungan
empat Kerajaan Lili dibawah bekas Kerajaan Soppeng (Sekarang Kabupaten
Soppeng) sebagai satu Selfbestuur, ialah bekas Kerajaan Lili Siddo, LiliKiru-
Kiru, Lili Ajakkang, dan lili Balusu. Kemudian bekas Selfbestuur Barru yang
sekarang menjadi Kecamatan Barru dengan ibu kotanya Sumpang Binangae
yang sejak semula memang merupakan suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri
sendiri. Selanjutnya bekas dengan pusat pemerintahannya di Pancana
daerahnya sekarang menjadi tiga kecamatan masing-masing Kecamatan Tanete
Rilau, Kecamatan Tanete Riaja, dan Kecamatan Pujananting.
Seiring dengan perjalanan waktu, maka pada tanggal 24 Pebruari 1960
yang merupakan tongkak sejarah yang menandai awal kelahiran Kabupaten
34
Daerah TK.II Barru dengan Ibukota Barru berdasarkan Undang-Undang
Nomor 229 Tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di
Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 kecamatan dan 54
desa/kelurahan.
Penanggulangan peredaran minuman keras di Kecamatan Barru
Kabupaten Barru tentu sangat erat kaitannya dengan penerapan aturan
peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan
539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini. Adapun upaya aparat
Polsek terjun langsung ke masyarakat untuk tiada bosan memberikan
penyuluhan melalui kewenangannya. Melalui penindakan. Artinya, baik
peminum maupun penjual ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
Percuma saja kalau yang ditindak hanya pengguna, sedangkan penjualnya luput
dari jerat hukum. Sebenarnya kalau digambarkan antara produsen, distributor,
penjual, dan pengguna ada mata rantai yang terus berputar. Untuk
menghentikan peredaran miras sampai ke akar-akarnya, maka mata rantai
tersebut harus diputus.
Tindak pidana minuman keras diatur didalam KUHP Pasal 300, 492,
536, 537, 538 dan 539, yang memiliki unsur pidana yaitu membuat mabuk,
mabuk di muka umum, dan menjual minuman keras serta didalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 282/MENKES/SK/II/1998
Tentang standar mutu produksi minuman beralkohol, Standarisasi minuman
beralkohol sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan di bagi menjadi 3
golongan, yaitu :
35
1. Golongan A Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) 1%
(SatuPersen) sampai dengan 5% (Lima Persen);
2. Golongan B Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) lebih
dari5% (Lima Persen) sampai dengan 20% (Dua Puluh Persen);
3. Golongan C Minuman Beralkohol dengan kadar etanol (C2H5OH) lebih dari
20% (Dua Puluh Persen) sampai dengan 55% (Lima Puluh Lima Persen);
Jika melewati standarisasi diatas maka pembuat akan di jerat hukuman
sesuai di dalam bab V tentang sanksi pasal 12 ayat 1 dan 2 yang intinya bagi
siapa yang memproduksi atau mengedarkan tidak memenuhi standar mutu
minuman beralkohol dan bagi siapa saja dengan sengaja mengedarkan
minuman beralkohol yang tidak mencantumkan tanda atau label dan bahkan
memalsukan label maka di pidana sesuai dengan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan atau Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996
Tentang Pangan.
Ketika kita berbicara tentang minuman keras, sama dengan berbicara
masalah yang bersifat dilematis. Disalah satu pihak, minuman keras
menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan sosial. Dibidang
kesehatan minuman keras menyebabkan turunnya produktifitas serta
meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan, dibidang sosial menyebabkan
keadaan keluarga tidak harmonis, bertambahnya jumlah kecelakaan lalu lintas
dan meningkatnya angka kejahatan yang diakibatkan dari mengkonsumsi
minuman keras serta yang lebih menyedihkan pengguna minuman keras adalah
generasi muda. Disisi lain pemerintah mengharapkan sebagai sumber
penghasilan yang besar, sekalipun dalam hal peredaran atau pemakaiannya
36
diawasi dan dibatasi. Pemerintah membatasi peredaran minuman beralkohol
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
282/MENKES/SK/II/1998 tentang Standar Mutu Produksi Minuman
Beralkohol dengan maksud untuk melakukan pencegahan dalam menghasilkan
produk yang aman bagi kesehatan manusia.
Konsepsi tindak pidana minuman keras menurut KUHP, sebagai mana
tertuang dalam pasal 300 yang diartikan sengaja menjual, membikin mabuk
dan ancaman kekerasan memaksa meminum-minuman yang memabukan serta
pasal 492 yang diartikan keadaan mabuk mengganggu ketertiban umum 536
perbuatan tersebut dilakukan tempat umum pasal 537 menjual atau
memberikan minuman keras diluar kantin tentara pasal 538 menjual minuman
keras kepada seorang anak dibawah umur pasal 539 menyediakan secara cuma-
cuma minuman keras pada saat pesta keramaian untuk umum atau pertunjukan
rakyat. Pengertian tersebut hanyalah memberikan penjelasan tentang tindak
pidana minuman keras yang terangkum di dalam KUHP.
Peran penyidik Polri untuk melakukan penyidikan dalam rangka
menimalisir peredaran minuman keras di masyarakat, serta peran masyarakat
diharapkan bisa membantu tugas penyidik Polri dengan memberikan informasi
tentang adanya tindak pidana minuman keras didaerahnya yang diharapkan
dengan peran serta masyarakat dalam membantu tugas Polri tersebut maka
peredaran minuman keras dapat diminimalisir.
Karena itu polisi bertujuan untuk mengayomi masyarakat, hendaknya
dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam undang-undang, agar pelaksanaan tugas kepolisian tidak
37
menyimpang sehingga masyarakat tidak selalu menyalahkan petugas
kepolisian apabila ada hal-hal yang sifatnya berada diluar dari fungsi dan
wewenang polisi itu sendiri.
Minuman beralkohol merupakan suatu masalah yang sangat
meresahkan masyarakat utamanya bagi generasi muda khususnya yang ada
di Kab. Barru yang dimana peredarannya sangat cepat kemasyarakat sehingga
membuat masyarakat menjadi waspada.
Masalah minuman beralkohol keberadaannya merupakan suatu fakta
yang tidak dapat dipungkiri dan bahkan menjadi bahan pembahasan yang
menarik serta dilema yang saat ini menjadi fenomena sosial. Minuman
keras/minuman beralkohol tentunya dapat menimbulkan berbagai macam
dampak negatif dalam masyarakat.
Misalnya dapat menimbulkan atau meningkatkan angka kriminalitas,
merusak kesehatan masyarakat, dan lain-lain sebagainya. Untuk mengetahui
sejauh mana tingkat perkembangan penyalahgunaan minuman beralkohol yang
dilakukan oleh anak di Kab. Barru, maka berikut ini penulis akan menganalisis
data dari Polres Barru selama kurang waktu 4 (empat) tahun terakhir yakni dari
tahun 2010-2013. Untuk itu peneliti memaparkan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.Data Jumlah Penyalahgunaaan Minuman Beralkohol Yang
Dilakukan Oleh Anak Di Kab. Barru
Tahun Kasus yang dilaporkan Umur Keterangan
2010 -
2011 2 13 dan 15 Pengangguran
2012 1 17 Siswa SMA
2013 1 14 Siswa SMP
Jumlah 4
38
Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah
penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak yang terjadi di
Kecamatan Barru Kab Barru dari tahun 2010-2013 sebanyak 4 (empat) kasus.
Namun fakta di lapangan membuktikan bahwa masih banyak anak yang
mengkomsumsi minuman beralkohol tetapi tidak dilaporkan kepihak berwajib
yaitu pihak Kepolisian, sehingga termasuk kejahatan yang terselubung
(hidden crime).
Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian dari masyarakat dan
tidak adanya kesadaran pelaku terhadap apa yang dilakukan itu melanggar
hukum lebih lagi dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur. Berikut
tabel penelitian di lapangan dan hasil wawancara.
Tabel 3. Data Anak yang Mengkonsumsi Minuman Alkohol di Kecamatan Barru
Kabupaten Barru
Mulai Mengkonsumsi
Tahun Inisial Nama Pelaku Umur Keterangan
2010 LM 15 Pengangguran
AR 15 Siswa SMP
NB 14 Pengangguran
2011 WW 16 Siswa SMA
BR 16 Siswa SMA
HN 15 Pengangguran
AG 17 Pengangguran
AI 13 Pengangguran
2012 AL 16 Pengangguran
RI 15 Pengangguran
AP 12 Pengangguran
EL 17 Siswa SMA
IR 14 Siswa SMP
2013 EK 15 Siswa SMP
RD 16 Siswa SMA
AN 14 Pengangguran
WD 15 Pengangguran
CM 13 Pengangguran
NW 15 Siswa SMP
39
Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa banyaknya
kasus Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Yang Dilakukan Oleh Anak di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang tidak dilaporkan oleh pihak berwajib
atau hidden crime yang banyak dilakukan oleh anak atau remaja yang
dimana rata-rata berumur antara 12-17 tahun pada tahun 2010-2013 yang
berjumlah 19 pelaku.
Tabel 4. Data Umur Pelaku penyalahgunaan Minuman Alkohol di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru
Umur Pelaku Jumlah Persen (%)
13-14 3 15
14-15 9 45
16-17 7 40
Jumlah 19 100
Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa pelaku yang berumur
12-13 tahun terdapat 3 orang atau sekitar 15%, yang berumur 14-15 tahun
terdapat 9 orang atau sekitar 45%, yang berumur 16-17 tahun terdapat 7
orang atau sekitar 40%. Dari data di atas dapat disimpulkan umur pelaku Anak
yang mengkomsumsi minuman beralkohol yang paling banyak dilakukan di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru yaitu umur 14-15 tahun.
Tabel 5. Data Tingkat Pendidikan Pelaku penyalahgunaan Minuman
Alkohol di Kecamatan Barru Kabupaten Barru
Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
SD - -
SMP 3 15
SMA/SMK 9 45
Pengangguran 7 40
Jumlah 19 100
40
Berdasarkan data tabel 4 di atas, maka diketahui dari pelaku
penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan Oleh Anak di Kecamatan
Barru Kabupaten Barru terdapat tingkat pendidikan pelaku adalah pelajar SMP
dan SMA. Dengan rincian sebagai berikut jumlah pelaku pendidikan SMP ada
3 orang atau sekitar 15%, yang berpendidikan SMA atau SMK ada 9 orang
atau sekitar 45%, danatau sekitar 40%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada
umumnya pelaku Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Yang Dilakukan Oleh
Anak di Kecamatan Barru Kabupaten Barru Setengahnya adalah orang
berpendidikan.
Berdasarkan penelitian di atas bahwa sebenarnya masih banyak yang
belum terungkap disebabkan sulitnya peneliti untuk mencari pelaku (anak)
untuk mengungkap kasus-kasus semacam ini karena adanya beberapa faktor.
B. Peran Pemerintah dalam Penanggulangan Peredaran Minuman
Beralkohol di Kecamatan Barru
Adapun upaya penangulangan terhadap minuman keras yang
dilakukan oleh pemerintah setempat seperti menciptakan suatu kondisi dimana
sipecandu sibuk dengan suatu urusan (sebaiknya urusan yang memang
disukainya/hobinya yang positif), sehingga waktunya untuk mengingat barang
tersebut sedikit demi sedikit dapat dilupakannya.
1. Pengawasan
Menciptakan suatu kondisi agar sipecandu sendiri yang bertekad
untuk meninggalkan dunia yang selama ini digelutinya, dan ini merupakan hal
yang terbaik dan terpenting. Jika sipecandu sering bermabuk-mabukan dengan
teman-temannya, maka sipecandu harus dijauhkan dari pergaulannya.
41
Jika seorang muslim, maka sering-seringlah berjamaah dimasjid,
mendengarkan ceramah-ceramah agama dan bergaul dengan para ulama.
Keluarga harus lebih sering menasehatinya/mengingatkannya dengan lemah
lembut, tentang bahaya minuman keras/narkoba. Jangan memakai kekerasan,
mengejek atau memarahinya.
Hasil wawancara dengan DW (tokoh masyarakat) penulis peroleh
bahwa:
“…Tampaknya miras ini sulit apabila harus dibasmi/dihilangkan sama
sekali. Mungkin dari sisi agama masalah miras tidak ada toleransi,
namun kita perlu juga melihatnya dari sisi lain yaitu kepentingan
adapt dan kepentingan Pariwisata. (Wawancara DW, 16 September
2015)
Dengan demikian yang penting bukan membasmi miras, tapi
memperhatikan perangkat hukum untuk mengaturnya dan kemudian
menegakkan peraturannya.
Hasil wawancara dengan SP (Satuan Polisi) yang bertugas di
Kecamatan Barru yang berinisial “SP” pada Tanggal 15 September 2015
penulis peroleh bahwa:
“…dalam melakukan pengawasan, pihak-pihak yang terkait dalam
tugasnya selain menjalankan Peraturan Daerah dan penegakkan
terhadap Peraturan Daerah, juga melakukan pengawasan terhadap
pihak-pihak yang terkait di dalam Peraturan Daerah tersebut. Salah
satunya yaitu SATPOL PP (Satuan Polisi Pamong Praja) juga
melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat penjualan minuman
beralkohol yang illegal di Kec Barru.” (Wawancara SP, 15 September
2015)
Pengawasan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pemantauan,
pemeriksaan dan evaluasi terhadap suatu kondisi yang dihasilkan oleh
SATPOL PP (Satuan Polisi Pamong Praja) di Kecamatan Barru. Proses itu
42
secara keseluruhan berlangsung sebagai suatu system pengawasan yang
merupakan pelaksanaan perencanaan dan hasil pengawasan.
Hasil wawancara Kepala Desa di Kecamatan Barru yang berinisial
“AJ” pada Tanggal 17 September 2015 penulis peroleh bahwa:
“…upaya pemerintah dalam mengurangi peredaran dengan melakukan
razia sekali dalam seminggu.” (Wawancara AJ, 17 September 2015)
Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Satuan Polisi di
Kecamatan Barru yang tugas pokoknya adalah melakukan penertiban dan
pengawasan, sehingga bersama-sama bertanggung jawab dalam
pelaksanaannya diperlukan mekanisme yang dapat menjamin tingkat
efesiansi dan efektivitas yang tinggi bagi terwujudnya pengawasan yang
dapat menjangkau sebanyak-banyaknya. Mekanisme pengawasan itu harus
dilaksanakan secara terpadu dan saling menunjang.
Hasil wawancara yang lainnya juga diberikan oleh salah seorang
informan yang berinisial “SE” yang sebagai penjual mengatakan bahwa:
“…saya juga menjual minuman yang mengandung alkohol, tapi
minuman yang saya sediakan itu tidak melebihi batas kandungan
alcohol yang diiisinkan seperti minuman kaleng bir.” (Wawancara SE,
17 September 2015)
Wilayah Kecamatan Barru di adakan tempat penjualan minuman
beralkohol dengan syarat wajib mendapat ijin dari Kepala Daerah , ijin tersebut
sebelum diterbitkan harus terlebih dahulu ada persetujuan dari Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan sebelum diterbitkan terlebih dahulu
dilakukan peninjauan terhadap lokasi yang akan dijadikan tempat usaha, yang
sudah di tentukan dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
43
2003 Tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman
Keras/ Beralkohol Dalam Wilayah Kecamatan Barru, yaitu;
(1) Ijin tempat penjualan minuman keras/beralkohol hanya diberikan untuk
: Hotel – hotel Berbintang, Restoran Hotel Berbintang, Klub Malam, Bar,
Pub, Diskotik, Karaoke dan sejenisnya, Supermarket dan Lokalisasi.
(2) Minuman keras/beralkohol tidak boleh dijual ditempat umum seperti :
Toko, Rumah Makan, Wisma, Warung, Gelangang Remaja, Kantin, Kaki
Lima, Terminal, Stasiun, Kios – Kios Kecil dan tempat usaha lainnya.
Pernyataan juga diberikan oleh salah seorang informan “RS” mengatakan
bahwa:
“…peradaran minuman alcohol sudah dietapkan pelarangannya tanpa
jika tanpa izin.” (Wawancara RS, 19 September 2015)
Dalam Pasal 16 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol
Dalam Wilayah kota, yang berbunyi; “ Walikota membatasi jumlah dan jenis
minuman beralkohol yang dapat diedarkan di daerah-daerah mendengar
pertimbangan dari Tim pengawasan dan Penertiban.”
Hasil wawancara kepada salah seorang informan (camat) memberikan
keterangan bahwa:
“kami sudah memberikan wewenang kepada apparat setempat untuk
bertugas secara umum melakukan penegakkan terhadap jalannya
Peraturan Daerah, bentuk- bentuk penegakkan terhadap Peraturan
Daerah khususnya pengawasan yang dilakukan SATPOL PP (Satuan
Polisi Pamong Praja) Kota Kecamatan Barru seperti : pengawasan
secara internal dan eksternal”. (Wawancara AF, 18 September 2015)
Peredaran minuman berlkohol mengingat sangat membahayakannya
pengaruh minuman beralkohol terhadap kesehatan manusia dan keamanan
44
masyarakat Kecamatan Barru, maka pemerintah membatasi pemberian ijin
peredaran dan penjualan Miras hanya beberapa Distributor dan Sub Distributor
saja, hal ini dimaksudkan untuk lebih memudahkan pengawasan peredaran
serta pengontrolan penggunaan minuman beralkohol itu sendiri.
Hasil wawancara kepada salah seorang informan (kepala desa)
memberikan keterangan bahwa:
“…ada beberapa penjual yang memiliki izin menjual minuman
beralkohol, namun lebih banyak yang tidak memiliki izin”.
(Wawancara AJ, 18 September 2015)
Wawancara yang sama juga diberikan oleh salah seorang informan
(tokoh masyarakat) memberikan keterangan bahwa:
“…penjual yang memiliki izin biasanya akan berhati-hati dalam
menjual, mereka biasanya tidak menjual jika anak-anak dibawah umur
yang membeli. Namun hanya sedikit penjual yang memiliki izin,
sebagian besarnya tidak memili izin”. (Wawancara IU, 20September
2015)
Dalam melakukan pengawasannya di perlukan adanya koordinasi
agar kerja sama dan kemampuan aparat Pemerintah Kecamatan Barru makin
dimantapkan untuk lebih meningkatkan keserasian, kelancaran, efesiensi, dan
efektivitas serta keterpaduan pelaksanaan tugas dalam melakukan pengawasan
terhadap tempat penjualan minuman beralkohol yang di sinyalir melakukan
penyimpangan.
2. Pengendalian Minuman Beralkohol
Distributor dan Pengedar minuman keras harus diatur dengan
peraturan daerah. Kendatipun dalam KUHP khususnya pasal 536,537,538 dan
539 secara eksplisit sudah mengatur tentang miras ini, namun kelihatannya
pasal-pasal tersebut perlu direvisi kembali karena banyak yang kurang tegas
45
dan kurang mengenai substansi (masih bisa) tentang miras itu sendiri, sehingga
menyulitkan aparat keamanan untuk mengambil tindakkan tegas.
Hasil wawancara kepada salah seorang informan (tokoh masyarakat)
di Kecamatan Barru memberikan keterangan bahwa:
“..di Kecamatan Barru ini memang ada beberapa masyarakat yang
menjual miras yang melanggar aturan, tapi berkat kerjasama warga
masyarakat maka persoalan ini sudah beberapa kali dibicarakan dalam
rapat dibalai desa”. (Wawancara UI, 18 September 2015)
Pernyataan juga diberikan oleh salah seorang informan yang
memberikan keterangan bahwa:
“..berkat kerja sama warga untuk memberikan informasi kepada
apparat, maka beberapa masyarakat yang menjual miras tanpa isin
sudah mendapat peringatan dan penyitaan barang tersebut, semoga
tindakan ini memberikan efek jera kepada masyarakat yang menjual
untuk tidak mengulangi dan menyediakan miras lagi”. (Wawancara
AJ, 17 September 2015)
Distributor dan pengedar harus memilki izin, demikian juga
penjualnya. Tempat-tempat tertentu seperti hotel, diskotek, karaoke dan took
khusus penjual miras harus diatur oleh peraturan daerah. Izin untuk menjadi
distributor, pengedar dan penampung miras harus ketat. Artinya agar mereka
tidak terlalu gampang melakukan bisnis miras dengan tanpa melihat usia
konsumennya.
Penyalahgunaan terhadap izin dan peraturan Daerah tentang miras ini
harus ditindak tegas dengan cara menghukum pelakunya, bukan memusnahkan
mirasnya. Legalisasi dan lokalisasi miras ini tentunya akan menambah
penghasilan asli daerah ( PAD ). Razia rutin harus dilakukan untuk mengontrol
apakah para distributor, penjual dan penampung tetap konsisten pada peraturan
46
yang ada dan sesuai dengan izin yang diberikan kepada mereka. Dalam hal
penanggulangan miras ini kita perlu memperhatikan dua hal :
“Kita juga menerima pemasukkan dari para turis mancanegara dan
juga turis domestic. Oleh sebab itu persediaan miras tetap harus ada
yaitu di hotel-hotel berbintang, restoran, diskotek, club malam
lainnya. Namun kebijakkan ini harus disertai dengan perangkat hukum
yang jelas dan tegas, agar tidak disalah gunakan dikemudian hari”
(Wawancara AL, 28 September 2015)
Jangan lupa bahwa miras untuk kepentingan adapt. Hal ini perlu
segera dipertegas legalisasinya dengan Undang-Undang atau peraturan Daerah,
agar penggunaan miras pada saat acara adapt betul-betul disiplin hanya untuk
keperluan acara adapt dan bukan untuk acara mabuk-mabukan atau kompetensi
antara anak-anak muda.
Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh salah seorang informan
yang sebagai penjual bahwa:
“..keuntungan yang diperoleh dari penjualn minuman keras terhitung
cukup besar, dibandingkan menjual kebutuhan pokok lainnya, tapi jika
tertangkap oleh aparat maka kami juga akan mengalami kerugian yang
cukup besar. Belum lagi ditambah pemeriksanaan tambahan lainnya. ”
(Wawancara RS, 29 Agustus 2015)
Pendapat yang senada juga diberikan oleh tokoh masyarakat
Kecamatan Barru menyatakan bahwa:
“..jika dilihat dari segi keuntungan memang banyak tapi dampak yang
ditimbulkan saat mengkonsumsi miras. Paling sedikit mental dan
kebiasaan buruk anak-anak yang pada umumnya banyak meresahkan
masyarakat lainnya terutama para orang tua. Tapi beberapa bulan
terakhir ini Petugas Satpol PP saat melakukan rasia, banyak penjual
yang kedapatan menjual miras, sehingga diberikan teguran tidak
membuka warungnya selama 3 hari sebagai sanksi peringatan”
(Wawancara ID, 29 Agustus 2015)
Pendapat yang cukup berbeda diberikan pula oleh seorang informan
yang berprofesi sebagai penjual menanggapi bahwa:
47
“..sejak meningkatnya kasus criminal yang terjadi di sekitar
Kecamatan Barru, para petugas satpol PP ssecara rutin melalkukan
rasia pada jualan kami” (Wawancara SE, 29 Agustus 2015)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas diperoleh informasi bahwa
aparat pemerintah setempat sudah melakukan upaya mengatasi
penyalahgunaan minuman keras yang saat ini marak beredar.
Adapun hambatan yang ditemui oleh para aparat dalam melaksanakan
tugas diterangkan oleh apparat kepolisian bahwa:
“..hambatan yang ditemui berasal dari internal petugas yakni jumlah
para personil di dalam jajaran Satuan Polisi Pamong Praja yang
masih kurang dalam menyusuri Kecamatan Barru” (Wawancara SP,
15 September r 2015).
Selain itu pendapat yang lain juga dikemukakan oleh Camat
Kecamatan Barru bahwa:
“..Fasilitas pelaksanaan operasional yang masih kurang seperti
kendaraan yang dipergunakan sebagai alat transportasi dalam
melakukan razia-razia rutin yang sudah terjadwal dan yang tidak
terjadwal, dan juga sebagai alat transportasi untuk membawa
barang-barang sitaan yang di dapat dari razia tersebut. (Wawancara
AF, 18 September 2015)
Beberapa tanggapan juga diberikan oleh masyarakat mengenai
hambatan dalam mengendalikan peredaran miras di masyarakat yaitu:
“..masih ada beberapa masyarakat yang tidak mau bekerja sama
dalam memberikan kesaksian di dalam proses penegakan hukum
terhadap tempat-tempat penjualan minuman beralkohol illegal yang
dianggap telah menggangu ketertiban umum. (Wawancara DW, 20
September 2015)
Berdasarkan beberapa pernyataan informan diperoleh bahwa
pemerintah setempat cukup keras dalam melakukan upaya penanggulangan
peredaran miras diklangan masyarakat terutama pada anak-anak usia remaja.
Jadi menurut penulis, pengawasan yang di programkan cukup baik. Tetapi di
48
dalam pelakasaanannya, terutama pelakasanaan di lapangan yang masih kurang
dan tidak dapat menanggulangi semakin berkembang pesatnya tempat-tempat
penjualan minuman beralkohol illegal saat ini.
Hal ini juga dikarenakan hambatan–hambatan yang sampai sekarang
belum bisa terealisisasikan oleh Pemerintah Kecamatan Barru, sehingga
pengawasan yang dilakukan belum sepenuhnya efektif dalam melakukan
monitoring terhadap tempat –tempat penjualan minuman beralkohol terutama
yang ilegal.
3. Penindakan Pelaku Penyalahgunaan Minuman Keras
Dalam melakukan upaya penegakan hukum Pemerintah Daerah,
pihak-pihak yang ditugaskan untuk melakukan penegakkan terhadap
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tempat-tempat penjualan
minuman beralkohol illegal yang melanggar ketentuan dari Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban, Pengawasan, Peredaran
dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol Dalam dimana para petugas
yang melakukan penegakkan hukum Peraturan Daerah memiliki hambatan-
hambatan secara khusus seperti yang dikemukakan seorang masyrakat yang
berprofesi sebagai satuan polisi bahwa:
“..Kurangnya kerja sama yang baik atau kemitraan yang baik dari
pihak-pihak ke tiga seperti, Polisi Militer, dan juga Kejaksaan
negeri, yang mana dalam pelaksanaan tugas sering tidak bisa bekerja
sama dengan maksimal dan penuh rasa tanggung jawab terhadap
tugasnya masing-masing. (Wawancara SP, September 2015)
Adapun pendapat yang diberikan oleh seorang informan yang
berprofesi sebagai penjual bahwa:
49
“.. saat penertiban yang dilakukan oleh SATPOL PP (Satuan Polisi
Pamong Praja) yaitu dengan melakukan penyitaan terhadap penjualan
minuman beralkohol ilegal. (Wawancara AL, 20 September 2015)
Hal tersebut dilakukan dalam rangka penegakan hukum. Hal ini
dilakukan kepada penjualan minuman beralkohol ilegal, sehingga perlu adanya
sanksi yang tegas. Sanksi tegas tersebut dapat berupa sanksi administrasi yang
meliputi peringatan, penjara atau kurungan yang dikenakan kepada pihak yang
masih menjual minuman beralkohol ilegal sesuai ketentuan-ketentuan yang
diatur di dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban,
Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Adapun pendapat yang diberikan oleh Camat setempat mengenai
pengedaran minuman beralkohol bahwa:
“.. setiap dilakukan rasia dan ada masyarakat yang masih menjual dan
menyediakan miras tanpa isin dari pemerintah setempat, maka akan
dianggap sebagai pelanggaran dan tentunya selain penyitaan barang
tersebut juga diberikan sanksi berupa kurungan. Jika tercatat telah
melakukan beberapa kali pelanggaran maka pihak kepolisisan akan
memproses dan menyerahkan catatan pelanggarannya untuk
disidangkan. (Wawancara AF, 20 September 2015)
Upaya tersebut dilakukan agar para penjual minuman beralkohol
illegal tidak mengulangi lagi permasalahan hukum yang sama, yang nantinya
diharapkan tempat-tempat penjualan minuman beralkohol dapat berjalan
sebagaimana tujuannya.
Pendapat yang berbeda diberikan oleh kepala desa yang mengatakan
bahwa:
“…beberapa kali rasia yang dilakukan oleh apparat polisi setempat,
tapi masih saja ada beberapa penjual yang tidak jera. (Wawancara AJ,
21 September 2015)
50
Untuk menertibkan, membuat efek jera dan pembelajaran bagi para
pengedar dan atau penjual minuman beralkohol yang ilegal, serta memberikan
rasa aman di masyarakat yang diakibatkan dari penjualan dan perederan
minuman beralkohol tersebut, Pemerintah Kabupaten Barru melakukan proses
hukum. Hal ini dibuktikan dengan Amar Putusan Pengadilan Negeri terhadap
pelaku yang mengedarkan miras illegal dengan hukuman denda masing-masing
sebesar Rp. 300.000,- ( tiga ratus ribu rupiah ) subsidair kurungan selama
1 bulan kurungan, dan semua barang bukti berupa botol miras dirampas untuk
dimusnahkan.
Pendapat juga diberikan oleh Satuan polisi mengenai sanksi bagi yang
mengedarkan miras tanpa dilengkapi izin bahwa:
“.. setiap pelanggaran pasti ada sanksinya, demikian juga bagi para
masyarakat yang masih menjual miras tanpa isin, apalagi jika
menyediakan tempat dan menjual miras secara sembarangan dengan
tidak memperhatikan usia pembeli maka akan diberikan hukuman
berlapis. (Wawancara SP, 20 September 2015)
Pendapat juga diberikan oleh penjual bahwa:
“…karena seringnya dilakukan razia maka kami penjual yang
menyediakan minuman beralkohol harus memiliki izin, namun masioh
banyak juga penjual selain kami yang menjual bahkan tidak memiliki
izin, sehingga saat razia kami juga ikut kena dampaknya. (Wawancara
SE, 19 September 2015)
Pendapat yang berbeda juga diberikan oleh tokoh masyarakat bahwa:
“…semua yang menyangkut masalah penyalahgunaan minuman
beralkohol sudah diatur dalam peraturan daerah, namun masih banyak
saja penjual maupun remaja yang menyalahgunakan minuman
beralkohol untuk keuntungan dan kesenangan masing-masing, padahal
dampak dari penyalahgunaan alcohol akan mendapatkan sanksi baik
pengguna maupun penjual. (Wawancara DW, 18 September 2015)
Adapun sanksi Administrasi dan Ketentuan Pidana, menurut pasal 19
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban, Pengawasan,
51
Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol, yang berbunyi;
(1) Para penjual yang melanggar ketentuan yang mengatur Pasal
2,3,4,5,6,7,8,9, dan Pasal 11 akan dikenakan sanksi administratif, berupa
denda maksimal sebesar Rp. 1.000.000 ( satu juta rupiah).
(2) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) di setorkan ke kas Daerah
melalui Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Barru.
Sedangkan ketentuan pidana di atur dalam pasal 20 ayat (1)
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban, Pengawasan,
Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol, yaitu;” Barang siapa
yang melanggar ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7,
Pasal 8, Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 11 diancam dengan pidana kurungan
selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah)”.
Pendapat juga diberikan oleh seorang informan (masyarakat) bahwa:
“…sanksinya sudah jelas tapi mau bagaimana yang melanggar juga
masih sangat banyak, terutama bagi pengguna yang masih berada pada
usia sekolah. (Wawancara RS, 18 September 2015)
Tindakan hukum tersebut diambil pemerintah untuk menjaga
pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Penertiban,
Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/ Beralkohol, sebagai
penerapan sanksi dimana penjual minuman beralkohol illegal tersebut perlu
adanya ketertiban umum dan kestabilan di Kabupaten Barru khususnya.
Hasil penelitian penulis melalui monitoring situasi dan wawancara
dengan anggota Reskrim Polres Barru bahwa ada beberapa hambatan atau
kendala-kendala sering yang dialami oleh pemerintah yaitu:
52
1. Kurangnya kerjasama antara aparat Kepolisian Polres Kec Barru dengan
masyarakat sekitarnya.
Hambatan ini muncul dari pihak masyarakat sekitar karena
masyarakat seringkali beranggapan bahwa Polisi merupakan institusi yang
secara kelembagaan bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban serta
melindungi dan mengayomi masyarakat.
Pendapat juga diberikan oleh seorang informan yang berprofesi
sebagai tokoh masyarakat setempat bahwa:
“… kadangkala tidak mau menyampaikan informasi yang berkaitan
dengan terjadinya tindak pidana termasuk salah satunya
penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak di
Kabupaten Barru”. (Wawancara UI, 19 September 2015)
Salah satu alasan sehingga apparat terhambat dalam bertindak yaitu
karena beberapa ,masyarakat yang melihat tidak ingin menjadi saksi karena
hal tersebut dapat menyita waktu, biaya dan tenaga serta dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka terutama ancaman yang datangnya dari pelaku
tindak pidana penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak
di Kab. Barru apabila sudah hilang kesadaran.
2. Pelaku kadang-kadang berusaha menghilangkan jejak atau barang bukti.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis menemukan bahwa
tidak sedikit dari mereka pelaku tindak pidana penyalahgunaan minuman
beralkohol yang dilakukan oleh anak di Kab. Barru.
Pendapat juga diberikan oleh seorang informan yang berprofesi
sebagai tokoh masyarakat setempat bahwa:
“…kadang sipelaku menghilangkan jejak agar terbebas dari
penangkapan oleh aparat dan ancaman hukuman dengan cara
53
menghilangkan barang bukti berupa botol-botol minuman keras pada
waktu akan dilakukan penggeledahan, memberikan keterangan yang
berbelit-belit, pelaku meninggalkan wilayah hukum Polres dan lain
sebagainya”. (Wawancara ID, 19 September 2015)
Adanya keterbatasan ini maka apparat lebih sulit menindaki para
pelaku pengguna minuman keras. Sehingga dampak negative sangat minim
dapat diatasi.
3. Adanya keterbatasan sumber daya manusia (Pemerintah) untuk mengungkap
pelaku tindak pidana penyalahgunaan minuman beralkohol yang
dilakukankan oleh anak di Kab. Barru
Pesatnya kemajuan dalam berbagai bidang terutama terjadinya tindak
pidana penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak di Kab.
Barru, maka pemerintah dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan
penyelidikan maupun penyidikan yang semakin sulit dideteksi, dicegah dan
diselesaikan dengan baik dalam waktu yang singkat akibat pada umumnya
tenaga penyidik pada Polres Kab. Barru sebagian besar belum memiliki
pengalaman atau wawasan yang luas sebelum diangkat menjadi penyidik
dalam menangani tindak pidana tersebut.
Senada dengan pendapat seorang informan yang memberikan
pernyataan bahwa:
“...para pengguna biasanya karena telah banak pengalaman kena rasia
menjadi semakin lincah dalam bertindak ketika rasia dilakukan, hal ini
berakibat pada polisi yang bertugas pada saat itu kadang-kadang
terkecoh, apalagi jika yang turun kelapangan adalah polisi baru”
(Wawancara, SP, 18 September 2015)
4. Terbatasnya Sarana dan Prasarana
Terbatasnya sarana dan prasarana ini termasuk di dalamnya adalah
54
kurangnya fasilitas kendaraan dinas yang dimiliki oleh Polres untuk
mengadakan kegiatan patroli secara rutin pada setiap wilayah hukum yang
dianggap rawan dan memerlukan pengawasan setiap saat. Akibatnya daerah-
daerah tertentu tidak dapat dijangkau sehingga penyelidikan maupun
penyidikan terhadap tindak pidana penyalahgunaan minuman beralkohol yang
dilakukan oleh anak tidak berjalan secara optimal. Kondisi seperti ini
menyebabkan para petugas kepolisian tidak dapat bertindak secara tepat untuk
melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap pelaku dalam menghadapi
kasus kejahatan penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh
anak ini tidak semudah yang dibayangkan.
Sesuai dengan teori mungkin bisa diselesaikan dengan tepat dan
cepat, serta secara pasti, tetapi tidak demikian. Banyak sekali kendala-kendala
yang mesti dihadapi.
”..Kendala yang pertama adalah dari masyarakat itu sendiri.
Kurangnya pengetahuan tentang akibat dari minuman beralkohol
tersebut yang akhirnya membuahkan sesuatu yang tidak diinginkan
Masyarakat yang menganggap hal tersebut tidak terlalu
dipermasalahkan”. (Wawancara, AF, 18 September 2015)
Padahal dari tindakan tersebut tidak sedikit anak yang menjadi
korban atas peredaran minuman beralkohol yang sangat meresahkan dan
sangat tidak menguntungkan bagi masyarakat khususnya anak. Kendala yang
lain yang mungkin menjadi penyebab sulitnya mengungkap kasus
penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak adalah
pihak kepolisian sering sekali sulit mengidentifikasi tempat perkumpulan
anak yang sedang mengkomsumsi minuman yang mengandung alkohol
karena mereka mengetahui tempat-tempat yang jauh dari jangkaun aparat.
55
Adapun kendala peneliti bahwa penelitian ini sangat merasa
kesulitan untuk mendapatkan data pelaku Karena kurangnya informasi
disebabkan minuman beralkohol dilarang untuk dikomsumsi terutama bagi
anak, jadi peneliti mempuyai keterbatasan untuk mendapatkan data tersebut.
Adapun data yang diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan
dan wawancara, maka dapat diterangkan faktor-faktor penyebab terjadinya
penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak sebagai
berikut:
1. Rasa ingin tahu
Kemajaun zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat
pergaulan diantara masyarakat terutama anak muda semakin tidak terkontrol.
Perlakuan dan tingkah negatif yang dilarang dalam norma-norma dalam
masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak muda saat ini. Salah satunya
adalah mabuk-mabukan diantara anak muda yang nantinya akan menyebabkan
rusaknya benerasi muda. Salah satu faktor karena tingginya rasa ingin tahu
terhadap minuman yang dapat merusak kesehatan tersebut.
Menurut salah satu anggota unit Reskrim Polres Kabupaten Barru
bahwa:
“..faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak mengkomsumsi
minuman beralkohol adalah karena faktor rasa ingin tahu dari
anak yang terlalu tinggi sehingga ingin mencoba. (Wawancara SP, 15
September 2015)
2. Ikut-ikutan teman
Faktor ini masih berkaitan erat dengan faktor sebelumnya yaitu jika
seeorang orang anak yang ingin mencoba, juga karena faktor ikut-ikutan
oleh teman. Dan akan terpengaruh dengan teman-teman serta terus penasaran
56
dengan minuman beralkohol. Faktor ini didukung oleh salah seorang
informan yang merupakan pegawai Kantor Kecamatan Barru dan beberapa
pelaku yang mengkomsumsi minuman beralkohol yang penulis wawancarai.
Salah seorang tokoh masyarakat yang memberikan keterangan bahwa:
“..sebenarnya banyak anak-anak yang mengkonsumsi miras bukan
karena kemauannya, akan tetapi karena ajakan teman yang sulit untuk
ditolak. (Wawancara ID, 15 September 2015)
3. Lingkungan pergaulan
Anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang salah juga sangat
berpengaruh sehingga anak mengkomsumsi minuman beralkohol karena
dengan bergaul dengan orang yang sering mengkomsumsi minuman
beralkohol lambat laun akan terpengaruh dengan lingkungan sekitar
disebabkan anak sangat cepat beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru
yang belum pernah dilakukannya.
Pendapat yang senada juga diberikan seorang informan yang
merupakan penjual mengatakan bahwa:
“..biasanya anak-anak baru yang mulai bergaul dengan anak yang suka
minum, awalnya hanya sebagai kurir dimintai untuk membeli miras,
akhirnya dipaksa minum dan ketagihan. (Wawancara RS 15
September 2015)
4. Lingkungan keluarga
Faktor ini masih berkaitan erat dengan faktor sebelumnya yaitu
seseorang anak apabila kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dari
orang tuanya secara tidak langsung anak akan lebih dekat dengan teman
bergaulnya.
57
Anak itu akan terpengaruh mengkomsumsi minuman beralkohol
karena faktor kedekatan dengan temannya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan, bimbingan dan pesan dari orang tuanya untuk tidak
mengkomsumsi minuman beralkohol, yang dimana anak apabila sering
mendapat bimbingan dan nasehat dari orang tua untuk tidak mengkomsi
minuman beralkohol akan menjadi pertimbangan bagi anak tersebut untuk
tidak melanggar perkataan orang tuanya.
Pendapat juga diberikan seorang informan yang \\ mengatakan bahwa:
“..Peristiwa ini terjadi karena kesibukan orang tua yang terlalu
banyak sehingga waktu yang diberikan untuk anaknya berkurang.
Peristiwa tersebut dibenarkan oleh seorang informan yang berinisial
AR. (Wawancara AJ, 20 September 2015).
5. Penjualan secara bebas
Disamping itu sering ditemukan dalam lingkungan pergaulan kita
sehari-hari, pelaku yang mengkomsumsi minuman beralkohol dan tak jarang
kita temui juga sebagian dari pelaku adalah anak dibawah umur dalam
mengkomsumsi minuman tersebut sehingga dengan kadar yang berlebihan
maka akan mengurangi tingkat kesadaran seseorang yang meminumnya.
Menurut salah seorang informan, bahwa minuman keras (beralkohol)
bahwa:
“..di Kab. Barru sudah dilarang mengkomsumsi minuman keras
(beralkohol) atau dengan seringnya dilakukan penggerebekan terhadap penjual
minuman keras (beralkohol) yang tidak memiliki izin penjualan khususnya
penjualan bebas namun anjuran dan larangan tersebut tetap tidak dihiraukan
oleh para penjual/pelaku. (Wawancara SP, 15 September 2015)
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri yaitu dengan adanya tempat-
tempat yang menyediakan atau menjual minuman keras yang lebih dikenal
58
dengan restauran, bar, diskotik, kios-kios karaoke disekitar wilayah Kab.
Barru, maka secara langsung maupun tidak langsung dengan sendirinya orang-
orang tertentu dapat memanfaatkan kesempatan seperti anak dengan beberapa
alasan sehingga anak juga mengkomsumsinya.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan secara menyeluruh pembahasan tentang Peranan
Pemerintah dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Minuman Beralkohol di
Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Maka dapat disimpulkan bahwa a)
Upaya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Barru dan
aparat setempat dalam melakukan rasia terhadap penjual tyang duduga menjual
miras, namun karena kurangnya kerjasama dan partisipasi dari masyarakat
sehingga upaya yang dilakukan menjadi kurang efektif. b) Pengendalian yang
dilakukan terhadap distributor dan pengedar minuman keras dengan mencabut
izin usaha maupun mengambil barang bukti berjalan cukup baik, namun
kurangnya kerjasama sebagian besar masyarakat menyulitkan aparat keamanan
untuk mengambil tindakkan tegas. c) Penindakan tegas terhadap pengguna dan
penjual miras seperti melakukan penahanan, mengenakan denda terhadap
penjual yang membandel tetap menjual minuman keras masih belum optimal.
B. Saran
Adapun saran Pengawasan terhadap tempat penjualan minuman
beralkohol illegal di Kecamatan Barru Kabupaten Barru sebaiknya
memerlukan dukungan dari tiap-tiap masyarakat menimalisir yang ada di
sekitar, Agar lebih memantapkan system pengawasan yang dilakukan
Diperindustrian dan Perdagangan dan Satuan Polisi Pamong Praja, yang
bertugas khusus untuk mengawasi peredaran Miras Legal dan Miras Ilegal,
hal ini dimaksudkan agar Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 Tentang
60
Penertiban, Pengawasan, Peredaran dan Penjualan Minuman Keras/Beralkohol
dapat ditegaskan dengan baik.
Perlu adanya Penjatuhan Sanksi berupa denda dan kurungan terhadap
tempat-tempat penjualan minuman beralkohol illegal di Kecamatan Barru
Kabupaten Barru, Agar Penerapan Sanksi dapat berjalan secara efektif dan
memberikan efek jera, mengingat efek dari minuman keras ini sangat
berbahaya bagi generasi muda khususnya yang berada di Kecamatan Barru
Kabupaten Barru.
61
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, 2005.Toksikologi Narkoba dan Alkohol.Jakarta : Ui-Press
OsbornerDavid dan Ted Gaebler, 1996.Mewirausahakan Birokrasi,Jakarta:
Pustaka Binaman Pressindo,.
Pamudji. S. 1980..Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia.Jakarta, IIP Deodagri.
Soewarno Handayadiningrat , 2002. Aspek – aspek Pengawasan di Indonesia,
Sinar Grafika, Jakarta.
Syarifin, pipin, 2005:17 Pemerintahan Daerah Di Indonesia Dilengkapi Undang-
Undang No.32 Tahun 2004. Pustaka Setia, Bandung.
, pipin, 2005:18 Pemerintahan Daerah Di Indonesia Dilengkapi Undang-
Undang No.32 Tahun 2004. Pustaka Setia, Bandung.
, pipin, 2005:19 Pemerintahan Daerah Di Indonesia Dilengkapi Undang-
Undang No.32 Tahun 2004. Pustaka Setia, Bandung.
, pipin, 2005:20 Pemerintahan Daerah Di Indonesia Dilengkapi Undang-
Undang No.32 Tahun 2004. Pustaka Setia, Bandung.
Syafiie, dkk, 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka, Cipta, Jakarta.
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Supratiknya, A. 1995.Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis.
Yogyakarta: Kanisius
Syah,Anang 2000. INABA. Metode Penyadaran Korban Penanggulangan
NAPZA. Tasikmalaya: Pondok Pesantren Suryalaya.
Taliziduhu Ndraha.2001..Fungsi Pemerintah.jakarta:IIP
Utrecht, 1983. Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Ichtiar Baru, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Waluya Bagya. 2007. Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat.
Bandung: Setia Purna Inver.
Peraturan Daerah Kabupaten Barru Nomor 7 Tahun 2012 pasal 5 dan pasal 6
Tentang Pengawasan, Pengendalian Peredaran, dan Penjualan Minuman
Beralkohol
62
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
282/KEMENKES/SK/II/1998 mendefinisikan minuman keras
Peraturan Mentri Perdagangan Republic Indonesia NO>20/M-DAG/PER/4/2014
pasal 32 Tentang Pengendalian Pengawasan Terhadap Pengadaan
Peredaran Dan Penjualan Minuman Beralkohol
UU Nomor 22 tahun 1999 pasal 1 , yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah
UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, yaitu
Pemerintahan Daerah
UUD 1945 Pasal 18 ayat (5) menyebutkan bahwa,pemerintah daerah merupakan
daerah otonom yang dapat menjalankan urusan pemerintahan