Post on 26-Apr-2020
i
PERAN PEMBINA ASRAMA DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI RELIGIUS
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL
ISLAM TENGARAN TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh:
SRI MULYANI
NIM. 23010150041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
PERAN PEMBINA ASRAMA DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI RELIGIUS
MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL
ISLAM TENGARAN 2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd )
Oleh:
SRI MULYANI
NIM. 23010150041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Dra. Ulfa Susilawati, M. SI
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 eksemplar
Saudara : Sri Mulyani
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,
kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari :
Nama : Sri Mulyani
NIM : 23010150041
Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PERAN PEMBINA ASRAMA DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI RELIGIUS MELALUI KEGIATAN
KEAGAMAAN PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN
NURUL SILAM TENGARAN 2019
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/ saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Salatiga, 17 Mei 2019
Pembimbing,
Dra. Ulfah Susilawati, M. SI
NIP. 19660407 199403 2001
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
PERAN PEMBINA ASRAMA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI
RELIGIUS MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN PADA SANTRI PUTRI
PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM TENGARAN TAHUN 2019
disusun oleh
SRI MULYANI
NIM : 23010--15-0041
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 02 Juli 2019 dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dra. Siti Asdiqoh,M.SI.
Sekretaris Penguji : Dra. Ulfah Susilawati,M.SI.
Penguji I : Siti Rukhayati,M.Ag
Penguji II : Jaka Siswanta, M.Pd.
Salatiga, 02 Juli 2019
Dekan
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag,
NIP. 196806 13 199403 100
vi
PERNYATAAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Mulyani
Nim : 23010150041
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh perpustakaan
IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga , 17 Mei 2019
Yang Menyatakan
Sri Mulyani
NIM. 23010150041
vii
MOTTO
Suatu kebiasaan kecil yang baik,
akan menghasilkan kualitas pada jiwa yang baik pula.
Ucapkan kalimat istighfar setiap saat,
Walau hanya sekedar ucapan hati. (Sri Mulyani : 2019)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah dan Ibuku tercinta, Muhkuat dan Markhamah, yang telah memberi
dukungan, do‟a serta motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis.
2. Kakak dan adikku, Saifudin, Maulana Firdaus, Lailatul Fitriyani dan Sifa
Auliya. Terimakasih telah menjadi keluarga yang rukun, selalu
mendukung setiap langkah yang penulis ambil.
3. Keluarga besar Pondok Pesantren Putri Nurul Islam Tengaran, yang telah
memberikan waktu dan tempat sebagai penelitian kami sehingga skripsi
ini selesai dengan baik.
4. Calon Suamiku, Nursyah Bani Prakoso, yang telah memberikan dukungan,
kasih sayang, selalu menemani dan memberikanku arti kehidupan.
5. Keluarga Asrama immawati 2, yang selalu memberikan motivasi dan
support sehingga penulis merasakan indahnya berjuang.
6. Keluarga besar Organisasi Ikatan mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota
Salatiga baik Cabang maupun Komisariat, yang telah memberi ruang
kepada penulis untuk aktif berorganisasi.
7. Kepada Mamnukha Kholiq, Ika Triyanti dan Lina Widyawati, sudah
menjadi sahabat terbaik selama menempuh ilmu di kampus tercinta ini.
Dan semoga selalu menjadi sahabat sampai kapan pun.
8. Kelas B (BOV) yang sudah menjadi teman sekaligus keluarga penulis
selama kuliah, semoga selalu diberi lindungan Allah SWT.
ix
9. Teman-teman PAI angkatan 2015 IAIN Salatiga yang telah membantu dan
memberikan motivasi serta dorongan kepada penulis.
x
KATA PENGANTAR
السال م عليكن ورحمةهللا وبركاته
Alhamdulillah Robil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-
Nya yang lemah tiada daya dan kekuatan kecuali atas ijin dari-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Peran
Pembina Asrama dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius Melalui
Kegiatan Keagamaan Pada Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Islam
Tengaran”.
Shalawat berbingkai salam semoga senantiasa tercurah kepada
seorang tokoh revolusioner, seorang pemimpin yang tak berdasi, beliau
adalah habibana wanabiyana Muhammad saw, sebagai nabi akhir zaman
yang mampu memberikan syafa‟at kepada seluruh umatnya. Besar harapan
agar dapat menjadi salah satu golongan umat yang mendapat syafa‟atnya
di hari kiamat nanti. Amin.
Dalam penulisan skripsi ini, banyak sekali ujian dan cobaan yang
penulis hadapi. Namun berkat dorongan, bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag, Ketua Dekan Tarbiyah IAIN
Salatiga
xi
3. Ibu.Dra. Siti Asdiqoh M.Si, Dosen Ketua Program Studi PAI IAIN
Salatiga
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik,
yang membimbing penulis dari semester awal sampai semester akhir.
5. Ibu Dra. Ulfa Susilawati, M. SI selaku Pembimbing Skripsi, yang telah
mencurahkan segala ilmu, waktu, dan tenaganya dalam membimbing.
6. Seluruh Dosen IAIN Salatiga yang telah berbagi ilmu dan
pengetahuannya yang tak ternilai kepada penulis.
Penulis menyadari skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati memohon kritik dan
saran dari pembaca dan seluruh pihak yang berkompeten dengan skripsi
ini. Penulis berharap dari sumbangsih kritik dan saran yang diberikan
mampu membuat skripsi ini menjadi lebih baik dan sempurna.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan dan memberi kontribusi
bagi pecinta imu serta bermanfaat bagi kita semua.
Amiin.
Salatiga,17 April 2019
Penulis
Sri Mulyani
2301015004
xii
ABSTRAK
Mulyani, Sri. 2019. Peran Pembina Asrama dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Islam Tengaran 2019. Skripsi. Jurusan Tarbiyah.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilowati, M. SI .
Kata Kunci: Nilai- Nilai Religius dan Kegiatan Keagamaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Pembina
Asrama Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan
Keagamaan Pada Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Islam
Tengaran. Tujuan ini penulis ambil berdasarkan latar belakang santri
putri tersebut yang karakternya masih kurang jika dilihat dari perilaku
mereka sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1)
Apa peran pembina dan bagaimana cara pembina asrama dalam
menerapkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan terhadap
santri putri. (2) Apa saja kegiatan yang terkait dengan peningkatan
religiusitas santri. (3) Hambatan apa saja yang dialami.
Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan metode kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian
adalah pembina asrama dan santri putri.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) peran pembina
asrama dalam penanaman nilai-nilai religius melalui kegiatan
keagamaan yaitu pembina berperan sebagai orang tua, kakak, teman,
dan guru/ ustadzah. Pembinaanya dilaksanakan melalui beberapa
metode yaitu, Melalui metode keteladanan (Uswah Hasanah), Melalui
pemebiasaan, Melalui nasihat, dan memberi perhatian, Metode reward
dan punishment. (2) berbagai jenis kegiatan keagamaan diantaranya
yaitu sholat tahajud, dhuha, sholat berjamaah, kajian kiab,
muhadlhoroh, tahsinul qur‟an, MABIT, halaqoh tarbawiyah,
bacaalma‟surat pagi dan sore, baca hadist, dan tahfidzul Qur‟an.
Semua kegiatan tersebut masuk dalam nilai religius, baik nilai ibadah,
nilai ruhul jihad,dan nilai akhlak. (3) Hambatan bagi pembina adalah
anak yang sulit diatur dengan latar belakang yang berbeda baik dari
orang tua, lingkungan maupun orang lain, maka pembina bertindak
tegas bagi siapapun, terutama dalam pemberian hukuman bagi mereka
yang menghambat menuju kebaikan.
xiii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... I
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. Ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ..
Iii
Iv
PENGESAHAN KELULUSAN................... ......................... ................... V
PERNYATAAN DEKLARASI DAN PUBLIKASI SKRIPSI................. Vi
MOTTO ........................................................................................................ Vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ Viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. X
ABSTRAK ................................................................................................... Xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ Xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ Xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
E. Penegasan Istilah................................................................................
F. Sistematika Penulisan ....................................................................
7
10
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 12
A. Peran Pembina Asrama ........................................................... 12
xiv
B. Nilai-Nilai Religius dan Ruang Lingkupnya .................................. 14
C. Penanaman Nilai-Nilai Religius ...................................................... 20
D. Kegiatan Keagamaan………………………………………………
E. Tinjauan Pustaka………………………………………………......
32
38
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 41
A. Jenis dan Pendekatan………………................................................ 41
B. Lokasi dan Waktu…………………..…........................................... 42
C. Kehadiran Peneliti……… ……………………………………........ 43
D. Sumber Data….…………................................................................ 43
E. Prosedur Pengumpulan Data……..................................................... 44
F. Analisis Data…………………………............................................. 47
G. Pengecekan Keabsahan Data............................................................
H. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................... ..
49
49
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…… .................................... 51
A. Paparan Data ……………………………....................................... 51
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Islam......................
a. Letak Geografis ………………………………………........
51
51
b. Visi dan Misi …………….................................................... 51
c. Struktur Kepengurusan......................................................... 52
d. Sarana dan Fasilitas............................................................... 54
e. Daftar Pembina …………………………............................ 55
f. Jadwal Harian …………………........................................... 57
g. Jadwal Piket.......................................................................... 59
xv
2. Hasil Temuan ............................................................................
a. Peran Pembina Asrama dan Pembinaan yang di Terapkan
dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius.............................
b. Macam-Macam Kegiatan Keagamaan Terkait Dengan
Peningkatan Religiusitas Santri.............................................
c. Hambatan dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius............
B. Analisis Data……………………………........................................
63
63
67
69
70
1. Peran Pembina Asrama Dan Pembinaan Yang Di Terapkan
Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius.................................. 70
2. Macam-Macam Kegiatan Keagamaan Terkait Dengan
Peningkatan Religiusitas Santri..................................................
80
3. Hambatan dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius................. 90
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 92
A. Kesimpulan ....................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dokumentasi
Lampiran 3 : Surat Perizinan selesai Penelitian dari Pondok Pesantren
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 : Transkrip Wawancara
Lampiran 7 : Tata Tertib
Lampiran 8 : Dokumentasi
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan
manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan, manusia
dikaruniai akal pikiran, sehingga proses belajar mengajar merupakan
usaha manusia dalam masyarakat yang berbudaya, dan dengan akal
manusia akan mengetahui segala hakekat permasalahan dan sekaligus
dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk (Sahlan, 2010: 1).
Dalam upaya mewujudkan budaya religius di kalangan remaja saat ini,
siswa perlu mendapatkan bimbingan dan lingkungan yang baik.
Pergaulan remaja saat ini sangat menghawatirkan dikarenakan
perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral
dan akhlak remaja/ siswa. Untuk itu perlu adanya peran orang tua dalam
memperhatikan akhlak dan moral siswa. Salah satunya dengan
memberikan pendidikan disebuah lembaga islam. Pendekatan yang bisa
dilakukan seorang guru ataupun orang tua yang paling utama adalah
keteladanan. Sebagaimana firman Allah swt:
لقد كان لكم ف رسول الله أسوة حسنة لمن كان ي رجو الله والي وم الخر وذكر
االله كثير
2
Artinya: “ sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dalam perspektif ayat ini, tujuan seorang pendidik adalah
memberikan keteladanan yang baik kepada siswa nya agar bisa dijadikan
cerminan dalam kehidupan sehari-hari. Anak adalah amanah Allah dan
harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan
mendekatkan diri kepada Allah. Secara kodrati anak memerlukan
pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa.
Salah satu faktor membentuk moral dan akhlak santri/ siswa yaitu
dengan kegiatan-kegiatan yang posistif yang mengandung nilai religius.
Budaya religius yang merupakan budaya organisasi sangat menekankan
peran nilai. Bahkan nilai merupakan pondasi dalam mewujudkan budaya
religius. Tanpa adanya nilai yang kokoh, maka tidak akan terbentuk
budaya religius (Fathurrahman, 2015: 54-55). Banyak lembaga pendidikan
yang menerapkan nilai-nilai religius seperti pondok pesantren, asrma,
yayasan, panti asuhan, dan lain-lain.
Salah satu lembaga pendidikan adalah Yayasan Pendidikan Islam
Sabilul Khoirot pondok pesantren SMPIT-MA Nurul Islam Tengaran,
yaitu yang didirikan oleh KH.Zainal Mahmud pada tahun 1974. YPI
Sabilul Khoirot terletak di jalan raya Salatiga – Solo KM.8, RT.11 /
RW.03, Kaligandu, Klero, Tengaran, Kabupaten Semarang. Pondok
3
pesantren ini berada dibawah yayasan YPI Sabilul Khoirot yang dipimpin
oleh KH M.As‟ad Mahmud, Lc.
SMP IT Nurul Islam adalah termasuk salah satu sekolah menengah
pertama yang berbasis islam terpadu terbaik di kabupaten semarang,
karena terbukti belum lama ini memiliki predikat nilai tertinggi dalam try
out. Menurut survey msyarakat SMP IT Nurul Islam Tengaran secara
kuantitas dan kualitas sudah terbukti ternama. Bahkan satu satu nya yang
sudah memiliki tingkat lanjutan menengah ke atas di lingkup kabupaten
semarang.
Sangat miris sekali melihat kelakuan remaja zaman sekarang.
Bahkan di era serba media sosial ini banyak remaja yang salah kaprah
dalam penggunaan media sosial. Sangat jelas kita lihat pola tingkah laku
para remaja, apalagi di dukung dengan tayangan televisi yang lebih
banyak merugikan remaja zaman sekarang. Menyebabkan degradasi moral
anak-anak muda terutama dalam bertutur kata, berperilaku hingga adab
sopan santun yang kian terkikis.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk malakukan observasi pada
pondok pesantren putri nurul islam tengaran, karena beberapa dari
santriwati yang karakternya kurang baik, tutur kata nya kurang santun dan
perilakunya kurang sopan. Seperti halnya maraknya saling bully mem-
bully antar santriwati, perilaku mengambil hak orang lain yang kalau di
biarkan akan berdampak buruk pada santriwati itu sendiri, lingkungan,
bahkan pondok pesantren, kemudian kurangnya sikap ta‟dzim atau kurang
4
bisa menghargai kepada ustadzah terutama yang belum dikenalinya, dan
itu menimbulkan rasa acuh, sikap keras kepala, hingga sulit untuk
dinsehati oleh ustadzah. Bagaimana karakter baik santriwati akan timbul
dan berkembang jika nasehat ustadzah saja tidak didengarkan, bagaimana
akhlak ini akan tumbuh dan berkembang jika sikap ta’dzim kepada
ustadzah belum muncul.
Maka harapan besar dari peneliti, agar skripsi ini dapat
berpengaruh dalam meningkatkan karakter santriwati dan
mengembangkan nilai-nilai religius melalui program-program keagamaan
di pondok pesantren putri nurul islam tengaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
menyelesaikan masalah melalui penelitian yang di lakukan peneliti dengan
judul “ PERAN PEMBINA ASRAMA DALAM MENANAMKAN
NILAI-NILAI RELIGIUS MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN
PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL ISLAM
TENGARAN TAHUN 2019 ’’.
B. Fokus Penelitian
1. Apa peran pembina dalam menanamkan nilai-nilai religius melalui
kegiatan keagamaan terhadap santri putri di Pondok pesantren putri
Nurul Islam Tengaran tahun 2019 ?
2. Bagaimana cara pembina asrama dalam menerapkan nilai-nilai
religius melalui kegiatan keagamaan terhadap santri putri di Pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran tahun 2019 ?
5
3. Apa saja kegiatan yang terkait dengan peningkatan religiusitas santri di
Pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran tahun 2019 ?
4. Apa hambatan pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius
santri putri di Pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran tahun
2019 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan peran pembina asrama dalam menerapkan nilai-nilai
religius melalui kegiatan keagamaan terhadap santri putri di Pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran tahun 2019.
2. Mendiskripsikan cara pembina asrama dalam menerapkan nilai-nilai
religius melalui kegiatan keagamaan terhadap santri putri di Pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran tahun 2019.
3. Mendiskripsikan macam-macam kegiatan terkait dengan peningkatan
religiusitas santri di Pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran
tahun 2019.
4. Mendiskripsikan hambatan pembina asrama dalam menanamkan nilai-
nilai religius santri putri di Pondok pesantren putri Nurul Islam
Tengaran tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
pembaca baik secara teoritis maupun secara praktis.
6
1. Secara teoritis
a. Sebagai tambahan pengetahuan tentang peran pembina asrama
dalam menanamkan nilai-nilai religius santri putri di Pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran untuk meningkatkan kualitas
pendidikan formal maupun informal.
b. Sebagai bacaan atau referensi bagi santri putri Nurul Islam
Tengaran terkait nilai-nilai religius.
c. Sebagai sumbangan pemikiran bagi mahasiswa atau dunia
pendidikan.
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti mengenai wacana tentang
nilai pendidikan khususnya pendidikan keagamaan atau religius
untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam bersikap dan
berperilaku.
b. Bagi pembina
Mendapatkan pengetahuan bagaimana cara membentengi
atau memperbaiki perilaku santri yang kurang baik.
c. Bagi santri
Memberikan pengetahuan atau wawasan mengenai nilai-
nilai religius untuk menjadikan pedoman dalam berperilaku.
7
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami judul
diatas, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah yang digunakan
pada judul penelitian tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Peran pembina asrama
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyog,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.
Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu yang berdaarkan status dan fungsi
sosialnya.
2. Menanamkan nilai religius
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Menanamkan
mempunyai beberapa arti diantaranya proses, cara, perbuatan
menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman secara etimologis
berasal dari kata “tanam” yang berarti menabur benih, yang semakin
jelas jika mendapatkan awalan me-dan akhiran-kan menjadi
“menanamkan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanam,
mananami, atau penanaman.
Nilai merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang menjadi
dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih
8
tindakannya atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna
bagi kehidupannya (Fathurrohman,2015: 54). Religius adalah sistem
kepercayaan yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan
sesuai dengan tingkat kognisi seseorang (Nuruddin,2003: 126).
Jadi nilai religius adalah nilai yang memiliki dasar kebenaran yang
paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini
bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan dan
ruang lingkup nilai ini sangat luas dan mengatur seluruh aspek dalam
kehidupan manusia.
3. Kegiatan keagamaan
Kalau dilihat dari aspek sosiologi, kegiatan dapat diartikan dengan
dorongan atau perilaku dan tujuan yang terorganisasikan atau hal-hal
yang dilakukan oleh mansia (soekamto,2000: 9). Sedangkan
keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala
sesuatu mengenai agama (poerwadarminta,1986: 18).
Jadi, kegiatan keagamaan merupakan segala bentuk kegiatan yang
terencana dan terkendali berhubungan dengan usaha untuk
menanamkan bahkan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan. Untuk
pelaksanaannya bisa dilakukan peroranga atau kelompok.
4. Santri putri
Santri putri adalah murid-murid yang berjenis kelamin perempuan
yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok
pesantren untuk mempelajari ilmu-ilmu agama islam (Dhofier,1977:
9
51). Santri Putri yang penulis maksud disisni adalah santri-santri putri
yang berada di pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran.
5. Nurul Islam Tengaran
Pondok pesantren Nurul Islam Tengaran ini terletak di jalan raya
Salatiga – Solo KM.8, RT.11 / RW.03, Kaligandu, Klero, Tengaran,
Kabupaten Semarang. Pondok pesantren ini berada dibawah yayasan
YPI Sabilul Khoirot yang dipimpin oleh KH M.As‟ad Mahmud, Lc.
Pondok pesantren ini terletak persis bersebrangan dengan pondok
pesantren Al- Irsyad. Di tepi jalan raya semarang – solo sehingga akses
anak untuk pulang kerumah sangat praktis.
Pondok pesantren Nurul Islam Tengaran menerapkan model
pendidikan yang berdasarkan pembentukan karakter manusia
berakhlakul karimah. Hal ini karena Pondok pesantren Nurul Islam
Tengaran bertekad memajukan pendidikan islam di Indonesia agar
masyarakat makmur, madani dan berkepribadian muslim.
Dengan demikian yang dimaksud denga judul di atas adalah
menanamkan nilai religius melalui kegiatan keagamaan, dengan cara
yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan yang disengaja
oleh pembina asrama untuk mengajarkan atau menanamkan nilai-nilai
religius pada santri putri Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran
Kabupaten Semarang.
10
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam membaca dan memahami penelitian
ini, maka penulis memberikan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bgian awal meliputi judul, lembar berlogo, halaman nota
pembimbing, pernyataan keaslian tulisan, pengesahan kelulusan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
BAB 1 : PENDAHULUAN
Meliputi pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional,
dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Meliputi landasan teori, pengertian nilai dan religius, macam-
macam nilai religius, pengertian penanaman nilai-nilai religius, dasar dan
tujuan penanaman nilai-nilai religius, metode dalam penanaman nilai
religius, definisi kegiatan keagamaan, macam-macam kegiatan
keagamaan, tinjauan pustaka.
BAB III : METODE PENELITIAN
Meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kehadiran
peneliti, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data.
BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Meliputi paparan data dan analisis data
BAB V : PENUTUP
11
Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir
meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Pembina Asrama
Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu yang berdaarkan status dan fungsi sosialnya.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru profesional, Al-Ghazali
menyebutkan beberapa peran pembina asrama sebagai berikut
1. Pembina sebagai orang tua
Seorang guru akan berhasil melaksanakan tugasnya apabila
mempunyai rasa tanggung jawab dan kasih sayang terhadap muridnya
sebagaimana orang tua terhadap anaknya sendiri. Sebuah hadits
menyatakan: “Sesungguhnya aku ini bagimu adalah seumpama
seorang ayah bagi anaknya (HR. Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban, dari
Abu Hurairah)”. Hadits diatas menuntut seorang guru agar tidak hanya
menyampaikan pelajaran semata tetapi juga berperan seperti orang tua.
Jika setiap orang tua senantiasa memikirkan nasib anaknya agar kelak
menjadi manusia yang berhasil, dapat melaksanakan tugas hidupnya,
bahagia dunia akhirat, seorang pembina pun seharusnya demikian juga
perhatiannya terhadap muridnya (Abidin Ibnu Rusn,1998 :67).
2. Pembina Sebagai Pengajar
13
Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun,
dan memberikan penilaian setelah program itu dilaksanakan (Abidin
Ibnu Rusn,1998 :67).
3. Pembina Sebagai Pembimbing Akademik
Berdasarkan keikhlasan dan kasih sayangnya, pembina asrama
selanjutnya berperan sebagai pembimbing akademik dalam
mempelajarai dan mengkaji pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.
Hendaknya seorang guru tidak segan-segan memberikan pengetahuan
kepada muridnya agar mempelajari ilmu secara runtun, setahap demi
setahap. Hal ini mengingat bahwa manusia tidak mampu merangkum
ilmu pengetahuan secara serempak dalam satu masa perkembangannya
(Abidin Ibnu Rusn,1998 :67).
4. Pembina Sebagai Teladan
Di Indonesia, pendidikan diarahkan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur. Maka pembina sebagai subyek dalam
pendidikan yang paling berperan, sebelum melaksanakan tugasnya
yakni mendidik dan mengajar haruslah menjadi orang yang beriman,
bertaqwa dan berbudi luhur. “Untuk itulah wahai pendidik amalkan
ilmumu jangan berlainan kata dengan perbuatanmu”. Jadi, dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik atau pembina asrama adalah
14
seorang tokoh yang menjadi panutan dan mempunyai kewajiban
rohani. Begitu juga halnya dengan pembina asrama bahwa mereka
dipandang sebagai orang yang punya kelebihan, memiliki tanggung
jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat,
keserdasan, akhlak, moral, pengalaman, wawasan, dan keterampilan
santri (Abidin Ibnu Rusn,1998 :67).
B. Nilai-Nilai Religius dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Nilai- Nilai Religius
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai berarti sifat-sifat (hal-
hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Sugono,2008 :963).
Nilai berasal dari bahasa latin vale’re yang mempunyai arti berguna,
mampu, dan berdaya, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik, bermanfaat, dan paling benar menurut keyakinan
seseorang (Adisusilo,2012 :56).
Menurut Milton Rokeach dan Jamaes Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam lingkup sistem kepercayaan dimana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan (Sukardi,1984 :60). Nilai
akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebijaksanaan dan keluhuran
budi serta akan menjadi suatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta
dikejar oleh seseorang.
Menurut Raths, et al yang dikutip dari Sutarjo Adisusilo (2012)
nilai adalah :
15
a. Nilai memberi tujuan atau arah (goals or purposes).
b. Nilai memberi aspirasi (aspiration) atau inspirasi kepada seseorang
untuk hal yang berguna dan positif bagi kehidupan.
c. Niai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes), atau
bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai memberi
pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus bertingkah laku.
d. Nilai itu menarik (interest), memikat hati seseorang untuk berfikir,
untuk direnungkan, untuk dimiliki, untuk diperjuangkan dan untuk
dihayati.
e. Nilai mengusik perasaan (feelings), hati seseorang ketika sedang
mengalami berbagai perasaan, atau suasana hati, seperti: senang ,sedih,
tertekan, bergembira, bersemangat dan lain sebagainya.
f. Nilai terkait dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and
conviction) seseorang.
g. Suatu nilai menuntut akan adanya aktivitas (activities) perbuatan
tertentu sesuai dengan nilai tersebut. Jadi nilai tidak berhenti pada
pemikiran , tetapi mendorong atau menimbulkan niat untuk melakukan
sesuatu sesuai dengan nilai tersebut.
h. Nilai muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran seseorang
ketika bersangkutan dalam situasi kebingungan, mengalami
kebingungan, mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan
hidup (worries, problems, obstacles) (Adisusilo,2012 :58).
16
Nilai merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang menjadi
dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya
atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi
kehidupannya.
Religius berasal dari kata religi atau sama dengan agama.
Perkataan religi berasal dari bahasa latin yang tersusun dari dua kata yaitu
“re” yang berarti “kembali” dan “ligere” yang berarti “terkait atau terikat”.
Maksudnya adalah bahwa manusia dalam hidupnya tidak bebas menurut
kemauannya sendiri, tetapi harus menurut ketentuan hukum karena perlu
adanya hukum yang mengikatnya. Kemudian perkataan religi berkembang
ke seluruh penjuru Benua Eropa dengan lafal yang berbeda, seperti religie
(Belanda), religion, dan religious, (Inggris) dan sebagainya
(Yusuf,2003:15).
Pengertian agama atau religi secara terminologis menurut pendapat
ahli adalah:
a. Emile Durkheim mengartikan suatu kesatuan sistem kepercayaan dan
pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian kepercayaan dan
pengalaman tersebut menyatu kedalam suatu komunitas.
b. Ulama islam mengartikan sebagai undang-undang kebutuhan manusia
dari tuhanya yang mendorong mereka untuk berusaha agar tercapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
17
c. Frans Dahler mengartikan hubungan manusia dengan sesuatu kekuatan
suci yan lebih tinggi daripada manusia itu sendiri, sehingga ia berusaha
mendekatinya dan memiliki rasa ketergantugan kepadanya.
d. John R. Bennet mengartikan penerimaan atas tata aturan terhadap
kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan-kekuatan yang
dimiliki oleh manusia sendiri (Yusuf,2003: 18).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa religi atau
religius merupakan suatu sistem tata keimanan atau tata keyakinan atas
adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia, dan sistem tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan alam lainya sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata kepribadatan.
Religius adalah sistem kepercayaan yang senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan tingkat kognisi seseorang
(Nuruddin,2003: 126). Kata dasar religius berasal dari bahasa latin
religare yang berarti menambatkan atau mengikat. Dalam bahasa Inggris
disebut dengan religi dimaknai dengan agama. Dapat dimaknai bahwa
agama bersifat mengikat, yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan-nya. Dalam ajaran Islam hubungan itu tidak hanya sekedar
hubungan dengan Tuhan-nya akan tetapi juga meliputi hubungan dengan
manusia lainnya, masyarakat atau alam lingkungannya (Yusran,1997: 2).
Dengan kata lain, agama mencakup totalitas tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari yang dilandasi dengan iman kepada Allah,
sehingga seluruh tingkah lakunya berlandaskan keimanan dan akan
18
membentuk sikap positif dalam peribadi dan perilakunya sehari-hari.
Religius ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Muhammad,2013 : 190).
Penciptaan suasana religius berarti menciptakan suasana kehidupan
keagamaan. Dalam konteks pendidikan agama islam di
sekolah/madrasah/pondok pesantren berarti penciptaan suasana kehidupan
keagamaan islam yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan
hidup yang bernafaskan oleh ajaran dan nilai-nilai agama islam, yang
diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga
sekolah/madrasah/pondok pesantren.
Jadi nilai religius adalah nilai yang memiliki dasar kebenaran yang
paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang lainnya. Nilai ini
bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan dan ruang
lingkup nilai ini sangat luas dan mengatur seluruh aspek dalam kehidupan
manusia.
2. Macam- macam Nilai Religius
Penanaman nilai –nilai karakter religius yang dapat diterapkan di
pendidikan pesantren diantaranya :
1. Religius : Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia
menunjukan bahwa pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang
yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan
ajaran islam (Sukardi,2014 :1).
19
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain
(Sukardi,2014 :11).
3. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Sukardi,2014 :19).
4. Hidup sehat : Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan
kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan (Sukardi,2014
: 27).
5. Disiplin : Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan (Sukardi,2014 :35).
6. Kerja keras : Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Sukardi,2014 :43).
7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Sukardi,2014 :77).
8. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisiki/sosial, budaya, ekonomi dan
politik bangsa.
20
9. Peduli sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
(Maimun, 2012 : 319).
10. Peduli alam : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
11. Percaya diri : Kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang
memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan suatu tindakan.
Dari ke-11 deskripsi nilai-nilai religius diatas, dapat
diambil beberapa nilai yang dapat diterapkan pada diri
siswa/santri. Pada umumnya nilai yang sering digunakan di pondok
pesantren antara lain: religius, jujur, disiplin, tanggung jawab,
mandiri. Diharapkan dapat membentuk sikap akhlakul karimah
guna bekal santri terjun di dalam lingkungan masyarakat.
C. Penanaman Nilai – Nilai Religius
1. Pengertian Penanaman Nilai – Nilai Religius
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Menanamkan
mempunyai beberapa arti diantaranya proses, cara, perbuatan
menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman secara etimologis
berasal dari kata “tanam” yang berarti menabur benih, yang semakin
jelas jika mendapatkan awalan me-dan akhiran-kan menjadi
21
“menanamkan” yang berarti proses, cara, perbuatan menanam,
mananami, atau penanaman. Dalam hal ini, penanaman berarti sebuah
upaya atau strategi untuk menanamkan sesuatu. Bagaimana usaha
seorang pembina asrama menanamkan nilai-nilai dalam hal ini adalah
nilai-nilai religius. Penanaman merupakan tahap ditanamkanya nilai-
nilai kebaikan agar menjadi suatu kebiasaan.
2. Dasar dan Tujuan Penanaman Nilai-Nilai Religius
Untuk memperkuat suatu tujuan, maka perlu adanya suatu landasan
atau dasar, dasar yang penulis maksud disini yaitu yang mengatur
secara langsung tentang perlunya upaya penanaman nilai-nilai religi
bagi anak, adapun dasar tersebut dapat ditinjau dari 3 segi, yaitu:
a. Religius
Yang dimaksud dasar religius dalam hal ini adalah dasar-
dasar yang bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadist, yang
merupakan sumber ajaran agama utama agama islam.
1). Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan sumber ajaran agama islam yang
pertama dan utama. Dalam hubunganya dengan kitab-kitab Allah
yang terjaga kebenarannya hingga sekarang, bahkan sampai kiamat
nanti, Al-Qur‟an menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat
manusia dalam hidup dan kehidupanya mencapai kesejahteraan di
dunia dan akhirat kelak. Dalam Al-Qur‟an juga Allah telah
membimbing manusia serta menunjukkan jalan untuk memperoleh
22
kebahagiaan yang hakiki. Maka dengan mengikuti petunjuk Al-
Qur‟an manusia dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki, yaitu
kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu komitmen manusia dalam mengambil nilai-nilai keimanan
sebagai suatu cara manusia tetap berpegang teguh di jalan Allah
serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
2). Al-Hadist
Hadits merupakan sumber ajaran agama islam yang kedua
setelah Al-Qur‟an. Dalam kedudukannya, hadits lebih banyak
berfungsi menjelaskan dan atau merinci firman-firman Allah SWT
yang terdapat dalam Al-Qu‟an, disamping dapat juga berfungsi
menetapkan hukum-hukum tertentu yang tidak dibahas dalam Al-
Qur‟an (Darajat,2006 :316).
b. Yuridis / hukum
Secara yuridis/hukum terdapat dalam pancasila sila
pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Terdapat pula dalam UUD
1945 pasal 29 ayat 2 yang disebutkan sebagai berikut:
a. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agam dan kepercayaan masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaan itu (Zuhairi,1993 :21).
Dasar ideal yaitu filsafat Negara pancasila, dasar tersebut
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus
23
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain
beragama. Sebagai wujud pelaksanaan hal tersebut, maka perlu
adanya pembinaan agama yang bertujuan untuk membentuk mental
individu yang beragam sesuai nilai-nilai ajaran agama tersebut.
Sebab tanpa adanya pembinaan akan sulit mewujudkan sila
pertama pancasila tersebut.
c. Sosial psikologis
Adapun dasar sosial psikologis disini memiliki arti bahwa
setiap manusia dalam hidupnya di dunia selalu membutuhkan
adanya pegangan hidup yaitu agama. Mereka merasakan bahwa
dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat
Yang Maha Kuasa tempat mereka berserah diri, berlindung dan
tempat mereka memohon pertolongan. Sebagai orang muslim,
mereka akan merasa dapat mendekatkan diri dan mengabdi kepada
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Ar-Ra‟du
ayat 28 (Departemen Agama :201)
أل بذكر ٱلله تطمئن ٱلقلوب وتطمئن ق لوب هم ب ذكر ٱلله ٱلذين ءامنوا
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟du:28).
Itu sebabnya setiap individu muslim diperlukan adanya
penanaman dan pembinaan nilai-nilai agama/ religi agar dapat
24
mengarahkan fitrahnya kearah yang benar sehingga akan dapat
mengabdikan diri dan beribadah sesuai ajaran agama islam.
Tujuan penanaman nilai religius dalam pembahasan ini
tentunya tidak terlepas dari tujuan pendidikan. Adapun tujuan
pendidikan Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang
agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
(Marasudin,1998 :181).
Tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia
berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus,
jalan yang telah digariskan oleh Allah. Menurut Chabib Thoha
secara umum tujuan penanaman nilai-nilai religius dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1). Tujuan Umum
Menurut Barmawy Umary (2006) bahwa tujuan penanaman
nilai-nilai akhlaq secara umum meliputi :
a) Supaya terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji
serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
b) Terpeliharanya hubungan yang baik dan harmonis dengan
Allah SWT dan sesama makhlukNya.
25
Sedangkan menurut Ali Hasan tujuan pokok akhlaq adalah
agar setiap orang berbudi (berakhlaq), bertingkah laku (tabiat),
berperangai atau beradat istiadat yang baik dan sesuai dengan
ajaran Islam. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan penanaman nilai-nilai akhlaq secara
umum adalah agar setiap orang mengetahui tentang baik
buruknya suatu perbuatan, sehingga dapat mengamalkan dan
membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Tujuan Khusus
Adapun secara spesifik penanaman nilai-nilai akhlaq di
sekolah bertujuan :
a) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlaq mulia dan
beradat kebiasaan yang baik
b) Memantapkan rasa keagamaan dengan membiasakan diri
berpegang pada akhlaq mulia.
c) Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat yang dapat
membantu mereka berinteraksi sosial dengan baik, suka
menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang
lain.
d) Membiasakan siswa untuk sopan santun dalam berbicara dan
bergaaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
26
e) Membiasakan siswa untuk selalu tekun dan mendekatkan diri
kepada Allah dan bermuamalah yang baik (Thoha,1999 :135-
136).
Selain itu, upaya penanaman nilai-nilai religi ini
diharapakan mampu menciptakan manusia yang senantiasa
mengakui dirinya sebagai hamba Allah, dan mengabdikan
seluruh jiwa raganya untuk menyembah kepada-Nya.
Sebagaimana yang telah disampaikan Allah dalam QS adz-
Dzariyat : 56.
نس إل لي عبدون وما خلقت الن وال “Dan Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS adz- Dzariyat : 56).
(Departemen agama :417).
3. Metode dalam Penanaman Nilai-Nilai Religius
Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya metode-
metode dalam prosesnya. Metode pendidikan islam secara garis besar
terdiri dari lima, yaitu metode keteladanan (uswatun khasanah),
metode pembiasaan, metode nasehat, metode memberi
perhatian/pengawasan, dan metode hukuman. Abdullah Nashih Ulwan
(2013) menjelaskan dalam bukunya mengenai metode-metode yang
digunakan dalam menanamkan akhlaq, yaitu sebagai berikut:
27
a. Metode Keteladanan (Uswah Hasanah)
Metode ini merupakan metode paling ungul dan paling jitu
dibanding dengan metode-metode lainya. Melalui metode ini para
orang tua, pendidik, atau da‟i memberi contoh atau teladan
terhadap anak/ santrinya bagaimana cara berbicara, berbuat,
bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah, dan
sebagainya.
Melalui metode ini maka anak/ santri dapat melihat,
menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya sehingga mereka
dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.
Metode keteladanan ini sesuai dengan abda Rasulullah :
ابدأ بن فسك
“Mulailah dari diri sendiri”
Maksud hadit ini adalah dalam hal kebaikan dan kebenaran
apabila kita menghendaki orang lain juga mengerjakanya, maka
mulailah dari diri kita sendiri untuk mengerjakanya
(Muchtar,2008:19).
Pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak
dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan meniru baik
akhlaknya, perkataannya, perbuatannya dan akan senantiasa
tertanam dalam diri anak. Secara psikologis seorang anak itu
memang senang untuk meniru, tidak hanya hal baik saja yang
28
ditiru oleh anak bahkan terkadang anak juga meniru yang buruk
(Gunawan,2014 :256).
Dalam hal ini timbulnya sikap dan perilaku santri karena
meniru perilaku dan sikap pembina, guru, tenaga pendidikan
disekolah bahkan perilaku seluruh warga sekolah yang deasa lainya
sebagai model, termasuk contohnya petugas kantin, satpam
sekolah, penjaga sekolah dan sebagainya. Dalam hal ini akan
dicontoh oleh siswa contohnya kerapihan baju para pembina,
kebiasaan para warga pondok pesantren untuk disiplin, tidak
merokok, tertib dan teratur,saling peduli dan kasih sayang, perilaku
yang sopan santun, jujur, dan biasa bekerja keras. Oleh karena itu
metode keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan
baik dan buruknya kepribadian anak.
Dalam mendidik anak tanpa adanya keteladanan,
pendidikan apapun tidak berguna bagi anak dan nasihat apapun
tidak berpengaruh untuknya. Mudah bagi pendidik untuk
memberikan satu pelajaran kepada anak, namun sangat sulit bagi
anak untuk mengikutinya ketika orang yang memberikan pelajaran
tersebut tidak mempraktikkan apa yang diajarkannya.
b. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah cara yang dilakukan untuk
mebiasakan anak didik berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai
dengan tuntunan ajaran agama Islam. Pembiasaan merupakan
29
proses pembentukan sikap dan perilaku yang relative menetap
melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.
Pendidikan hanya akan menjadi angan-angan belaka,
apabila sikap ataupun prilaku yang ada tidak diikuti dan didukung
dengan adanya praktik dan pembiasaan pada diri. Pembiasaan
mendorong dan memberikan ruang kepada anak didik pada teori-
teori yang membutuhkan aplikasi langsung, sehigga teori yang
pada mulanya berat menjadi lebih ringan bagi anak didik bila
seringkali dilaksaakan (syafri,2014 :139-140).
Pembiasaan dalam hal ini merupakan kegiatan yang
dilasanakan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten
setiap saat. Misalnya hafalan al-qur‟an setiap pagi, membaca al-
ma‟surat pagi dan sore, tahajud, sholat dhuha, puasa senin kamis
dan lain-lain. Oleh karena itu pembiasaan merupakan cara yang
sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai akhlaq ke dalam jiwa
santri.
c. Metode Nasehat
Nasehat merupakan metode yang efektif dalam membentuk
keimanan anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya, hal
ini dikarenakan nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk
membuat anak mengerti tentang hakikat sesuatu dan memberinya
kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam (Ulwah,2013 :394).
30
Memberi nasihat sebenarnya merupakan kewajiban kita
selaku muslim seperti tertera antara lain dalam Q.S Al-„asr ayat 3,
yaitu agar kita senantiasa memberi nasihat dalamhal kebenaran dan
kesabaran. Rasulullah SAW bersabda :
الدين النصيحة
“Agama itu adalah nasihat”.
Maksudnya adalah agama itu berupa nasihat dari Allah
untuk umat manusia melalui para Nabi dan Rasul-Nya agar
manusia hidup bahagia, selamat dan sejahtera di dunia serta di
akhirat. Selain itu menyampaikan ajaran agama pun bisa dilakukan
melalui nasihat (Muchtar,2008 :20).
Fungsi nasehat adalah untuk menunjukkan kebaikan dan
keburukan, karena tidak semua orang bisa menangkap nilai
kebaikan dan keburukan. Metode nasehat akan berjalan baik pada
anak jika seseorang yang memberi nasehat juga melaksanakan apa
yang dinasehatkan yang dibarengi dengan teladan atau uswah. Bila
tersedia teladan yang baik maka nasehat akan berpengaruh
terhadap jiwanya dan akan menjadi suatu yang sangat besar
manfaatnya dalam pendidikan rohani.
d. Metode Perhatian/Pengawasan
Maksud dari pendidikan perhatian adalah senantiasa
mencurahkan perhatian penuh, mengikuti perkembangan anak dan
31
mengawasinya dalam membentuk akidah, akhlak, mengawasi
kesiapan mental, rasa sosialnya dan juga terus mengecek
keadaannya dalam pendidikan fisik maupun intelektualnya.
Metode perhatian dapat membentuk manusia secara utuh
yang mendorong untuk menunaikan tanggung jawab dan
kewajibannya secara sempurna. Metode ini merupakan salah satu
asas yang kuat dalam membentuk muslim yang hakiki sebagai
dasar untuk membangun pondasi Islam yang kokoh
(Ulwah,2013:421).
e. Metode Hukuman
Metode ini sebenarnya berhubungan dengan pujian dan
penghargaan. Imbalan atau tanggapan terhadap orang lain itu
terdiri dari dua, yaitu penghargaan (reward/ targhib) dan hukuman
(punishment/ tarhib). Hukuman dapat diambil sebagai metode
pendidikan apabila terpaksa atau tak ada alternatif lain yang bisa
diambil.
Agama islam memberi arahan dalam memberi hukuman
(terhadap anak/ santri) hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Jangan menghukum ketika marah. Karena pemberian hukuman
ketika marah akan lebih bersifat emosional yang dipengaruhi
nafsu syaithaniyah.
32
2) Jangan sampai menyakit perasaan dan harga diri anak atau
orang yang kita hukum.
3) Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang yang
bersangkutan, misalnya dengan menghina atau mencaci maki di
depan orang lain.
4) Jangan menyakiti secara fisik, misalnya menampar mukanya
atau menarik kerah bajunya, dan sebagainya.
5) Bertujuan mengubah perilakunya yang kurang/ tidak baik. Kita
menghukum karena anak berperilaku tidak baik (Muchtar,2008
:22).
Karena itu yang patut kita benci adalah perilakunya, bukan
orangnya. Apabila anak/santri yang kita hukum sudah
memperbaiki perilakunya, maka tidak ada alasan kita untuk tetap
membencinya. Semoga kita bisa memilih metode pendidikan mana
yang tepat untuk digunakan, dan itu bergantung pada situasi dan
kondisinya.
D. Kegiatan Keagamaan
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Kalau dilihat dari aspek sosiologi, kegiatan dapat diartikan dengan
dorongan atau perilaku dan tujuan yang terorganisasikan atau hal-hal yang
dilakukan oleh mansia (Soekamto,2000: 9). Sedangkan keagamaan adalah
sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama
(Poerwadarminta,1986: 18).
33
Jadi, kegiatan keagamaan merupakan segala bentuk kegiatan yang
terencana dan terkendali berhubungan dengan usaha untuk menanamkan
bahkan menyebarluaskan nilai-nilai keagamaan. Untuk pelaksanaannya
bisa dilakukan perorangan atau kelompok.
2. Macam – Macam Kegiatan Keagamaan
a. Shalat Tahajud
Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan di
malam hingga menjelang waktu subuh. Jumlah rakaat paling
sedikit dalam shalat tahajud yaitu dua rakaat, sementara jumlah
rakaat paling banyak tidak ada bataanya. Shalat tahajud dikerjakan
setelah bangun tidur, walaupun tidurnya hanya sebentar saja
(Sutanto,2015 : 244).
b. Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah adalah perkara yang sangat penting dalam
shalat fardu. Karena shalat berjamaah merupakan simbol persatuan
umat islam, menjadi sarana menjalin silaturahmi, dan mempererat
hubungan sesama muslim. Selain itu, di dalam shalat berjamaah
terkandung banyak manfaat. Abdullah bin Umar meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“shalat berjamaah lebih baik daripada shalat sendirian sebanyak
dua puluh tujuh derajat” (HR.Muslim,Nasa’i,dan lainya).
Dari hadist di atas, kita bisa melihat bahwa pahala shalat
berjamaah dilipatgandakan sebanyak 27 derajat. Hal ini tentu
34
merupakan suatu anugrah besar dari Allah SWT. Serta merupakan
suatu kerugian besar bagi orang-orang yang enggan mendatangi
masjid untuk sholat berjamaah (Sutanto,2015 : 220).
c. Sholat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada
waktu matahari sedang naik. Jumlah rakaat shalat minimal 2 rakaat
dan maksimal 12 rakaat. Lebih tepatnya, waktu pealaksanaan
shalat duha yaitu ketika matahari sedang naik setinggi tujuh hasta
atau pukul tujuh sampai waktu zuhur (Sutanto,2015 : 316).
d. Membaca Al-Qur‟an (Tadarus)
Sudah di maklumi bahwa Al-Qur‟an adalah kitab Allah
yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Yang dengan membacanya dihitung
ibadah (Abu faris,2005 : 80). Sebagai kitab suci terakhir, Al-
Qur‟an merupakan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin
ilmu dan permasalahan sepanjang hidup manusia. Al-Qur‟an
merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan Mulia serta dapat
di tuntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan
menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin
canggih (Syafi‟i,2008 : 53). Membaca Al-Qur‟an adalah ibadah.
Dengan itu seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah.
Bahkan, membaca Al-Qur‟an terhitung amal kepada Allah yang
maha agung, meskipun bukan yang paling agung. Membacanya di
35
dalam shalat adalah ibadah. Dan membacanya di luar shalat pun
juga ibadah(Abu faris,2005 : 80).
Kata lain dari membaca Al-Qur‟an adalah Tadarus.
Tadarus menurut bahasa berarti belajar. Istilah ini diartikan dan
digunakan dengan pengertian khusus, yaitu membaca Al-Quran
semata-mata untuk ibadah kepada Allah dan memperoleh
pemahaman terhadap ajaran Al-Quran (Hafidz,2006 : 280). Selain
itu tadarus juga berarti membaca, mempelajari dan
mengaktualisasikan kandungan isi Al-Quran. Hal itu merupakan
ibadah yang sangat mulia di sisi Allah Swt. Tadarus Al-Quran
adalah membaca dan mempelajari ayat-ayat Al-Quran yang
dilakukan bersama-sama secara bergantian. Dengan cara ini akan
terjaga kebenaran dan ketartilan dalam membaca ayat-ayat Al-
Quran (Putra,2010 : 99).
e. Khitobah
Khitobah secara bahasa berarti ucapan, ceramah, pidato,
menyampaikan ceramah atau pidato. Khitobah secara istilah yaitu
orang yang membicarakan cara-cara berbicara di depan massa
dengan tutur bicara yang baik agar mampu mempengaruhi
pendengar untuk mengikuti paham atau ajaran yang di peluknya.
Dari pengertian di atas khitobah berarti ceramah atau pidato yaitu
pesan-pesan illahi yang di sampaikan melalui media mimbar
kepada sasaran dakwah (objek dakwah). Oleh karena itu,
36
penguasaan keterampilan bicara di depan orang banyak merupakan
hal pokok untuk mempengaruhi para pendengar agar menerima,
mengikuti dan mengamalkan isi pesan yang di sampaikan oleh
khotib (Syukir,1893 : 104).
Khitobah atau pidato adalah salah satu wujud kegiatan
berbahasa lisan. Oleh sebab itu, berpidato memerlukan dan
mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan
menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek non bahasa,
seperti ekspresi wajah, kontak pandang, dan intonasi suara (Arifin
dan Tasa‟i,2008 :228). Pidato adalah perbuatan “ melahirkan” isi
hati atau mengutarakan buah pikiran dalam bentuk kata di hadapan
khalayak. Orang yang pandai berbicara belum tentu pandai
berpidato, sebab pidato merupakan keterampilan tersendiri.
Sesorang yang luas ilmu pengetahuannya belum tentu mampu
mengutarakan dalam pidato yang baik dan menarik, sebab pidato
memerlukan pengorganisasian pesan dan informasi yang harus
diutarakan (Muhyiddin,2014 :128).
Jadi yang di maksud khitobah adalah kegiatan
menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan
penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek non kebahasaan
yang mendukung daya guna dan tepat guna pengungkapan gagasan
kepada banyak orang dalam suatu acara tertentu. Yang pada
dasarnya para khatib berhadapan dengan publik, dan berusaha
37
mengalihkan pandangan padanya dengan cara penampilan dan
alunan suaranya, keelokan mimiknya dan keindahan uraiannya.
f. Zakat
Zakat berasal dari bentukan kata zaka yang berarti suci,
baik, berkah, tumbuh dan berkembang. Menurut terminologi, zakat
adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan
dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin,1998 :13). Sedangkan zakat
menurut istilah artinya tumbuh, berkat atau kebaikan. Menurut
istilah (ahli fiqih) artinya kadar harta tertentu yang harus diberikan
kepada kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai syarat.
Dinamakan demikian karena harta itu tumbuh (berkembang) sebab
diberikannya pada orang dan doa penerima (Idris dan
Ahmadi,2004 : 98).
Sebagai salah satu ibadah yang pokok, zakat termasuk salah
satu rukun Islam ke lima, zakat juga mengandung pendidikan
akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat
membersihkan dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri
dan membersihkan hartanya dari hak orang lain. Muhammad al-
Ghazali mengatakan bahwa zakat adalah untuk membersihkan jiwa
dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia (Al-
Gazhali,1993 :12).
38
g. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) adalah kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan
hari-hari besar Islam sebagaimana biasanya diselenggarakan oleh
masyarakat Islam di seluruh dunia berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa besar bersejarah, seperti peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW peringatan Isra’ Mi’raj, peringatan 1 Muharram
dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut diharapkan berdampak
positif terhadap penanaman nilai keimanan di hati seseorang.
Kegiatan PHBI merupakan upaya memperkenalkan berbagai
peristiwa penting dan bersejarah. Peringatan dan perayaan hari
besar Islam bertujuan untuk melatih seseorang untuk selalu
berperan serta dalam upaya-upaya menyemarakkan syi‟ar Islam
dalam kehidupan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang
positif dan bernilai baik bagi pengembangan internal ke dalam
lingkungan masyarakat Islam maupun dalam lingkungan
masyarakat yang lebih luas (Departemen agama,2005 :24).
E. Tinjauan Pustaka
Pertama, skripsi Irma Sulistiyani (1323301107) Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto yang berjudul: “ Penanaman
Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Siswa DI SMP
PGRI 1 Sempor Kebumen”. Hasil temuan penelitian diatas dapat
39
disimpulkan bahwa penanaman nilai religius di lakukan melalui
pendidikan adat atau kebiasaan dengan berbagai kegiatan yang diterapkan
di SMP PGRI I Sempor Kebumen.
Kedua, tesis Muflikh Najib Program Studi Agama Pendidikan
Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta yang berjudul:” Penanaman Nilai Religius dalam
Pembentukan Karakter Guru dan Siswa”. Dalam tesis ini dikemukakan
bahwa penanaman nilai-nilai religius sangat efektif terlihat pada guru dan
siswa yang melakukan sebuah tindakan dan perilaku berdasarkan nilai-
nilai tersebut.
ketiga, skripsi Wahyu Sabilal Rosyad jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Purwokerto yang berjudul,” Penanaman Nilai Religius Melalui Kegiatan
Keagamaan di MTS Ma’arif NU Ajibarang, Banyumas”. Dalam skripsi ini
dikemukakan bahwa dengan penanaman nilai religius melalui kegiatan
keagamaan telah berhasil membawa sikap dan perilaku peserta didik
kearah yang lebih baik dengan metode pembiasaan nelalui kegiatan-
kegiatan yang ada di MTS Ma‟arif NU Ajibarang, Banyumas.
Setelah menelaah penelitian diatas maka penelitian yang dilakukan
oleh peneliti memiliki persamaan yakni menanamkan nilai-nilai religius
melalui kegiatan keagamaan. Sedangkan perbedaan judul peneliti dengan
penelitian terdahulu yakni belum ada yang membahas tentang peran
pembina asrama dalam sebuah pondok pesantren, lokasi penelitian, fokus
40
penelitian maupun subyek dari penelitian. Sedangkan penelitian yang akan
dilaksanakan peneliti lebih memfokuskan pada peran pembina asrama
dalam menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan pada
santri putri pondok pesantren Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya (KBBI W.J.S Poerwadinata, 1982: 362).
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2016: 13) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini
lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya;disebut
sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih
bersifat kualitatif. Dalam pendekatannnya, penelitian ini menggunakan
metode penelitian lapangan (field research).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistic, dan dengan
cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong,
1988: 6).
42
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian
ini merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005: 234).
Penilitian ini yang akan diamati adalah pembina asrama dan santri
putri guna menggambarkan fakta tentang peran pembina asrama dalam
menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan pada santri putri
Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan
penelitiannya yaitu di Pondok Pesantren Putri Nurul Islam terletak di jalan
raya Salatiga – Solo KM.8, RT.11 / RW.03, Kaligandu, Klero, Tengaran,
Kabupaten Semarang.
Adapun peneliti memilih tempat penelitian ini adalah berdasarkan
permasalahan yang timbul di lembaga tersebut berbeda dengan yang
seharusnya terjadi. Menurut peneliti permaslahan yang ada di lembaga ini
menarik untuk diteliti karena hal yang terjadi tidak sebagaimana mestinya.
b. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah saat dimana peneliti melakukan penelitian
pada waktu yang ditentukan hingga selesai.
43
3. Kehadiran Peneliti
Penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,
artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan
pengumpulan data, adapun karakterstik dalam penelitian ini adalah: Pertama,
peneliti menggunakan sistem wawancara tidak terstruktur, sehingga
memungkinkan peneliti untuk mengembangkan pertanyaan untuk wawancara
lebih mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi dengan objek
dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih mudah dipahami,
sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan informan. Ketiga,
peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci dengan hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
4. Sumber Data
Salah satu hal yang penting dalam penelitian adalah sumber data.
Sumber data dalam penelitian adalah dari mana data-data diperoleh.
a. Sumber data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,
baik dari individu maupun perorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti (Sugiarto dkk,
2003:16). Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari informan
atau tempat objek penelitian yang dilakukan. Informan utama dalam
penelitian ini adalah pembina asrama dan santri putri di Pondok
Pesantren Nurul Islam Tengaran.
44
Informan digunakan sebagai sumber data dan aktor atau pelaku
yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan
informasi yang diberikan oleh informan tersebut. Informan dalam
penelitian ini adalah pembina asrama, yang dijadikan sebagai responden
yaitu santri putri di Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran yang
berperan untuk mengklarifikasi kebenaran peran pembina asrama dalam
menanamkan nilai-nilai religius santri putri. Data yang dimaksud yaitu
berupa transkip wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Sumber data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumbernya. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku , jurnal,
internet, artikel, majalah atau koran serta hasil penelitian lainnya.
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan
dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Ia bisa berupa rekaman
atau dokumen tertulis seperti arsip data base, surat-surat, atau gambar
benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa
(Suprayogo, 2001: 163). Dalam penelitian ini sumber data sekunder yang
digunakan adalah data pondok pesantren.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
45
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan secara langsung (Arikunto, 2006: 156). Pada teknik ini
peneliti menggunakan observasi partisipatif yaitu pengamatan akan manusia pada
habitatnya. Menurut Wolcott (2005) dalam Samiaji (2012: 56) dalam studi
lapangan (observasi partisipatif), peneliti berusaha menemukan “habitat” asli para
partisipan. Peneliti juga harus “tinggal” bersama para partisipan dan berperan
dalam dinamika kehidupan sehari-hari para partisipan. Dengan demikian
terlibatnya peneliti untuk hidup bersama dan memiliki fungsi sosial yang sama
maka peneliti akan dianggap sebagai sesama atau teman. Hal ini akan
memudahkan peneliti untuk mengamati perilaku dan kehidupan sehari-hari para
partisipan tanpa mengganggu.
Dalam hal ini penulis akan melakukan observasi di Pondok
Pesantren Nurul Islam Tengaran mengenai peran pembina asrama dalam
menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagaman pada santri
putri. Observasi ini dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui
bagaimana cara pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius
melalui kegiatan keagaman pada santri putri Pondok Pesantren Nurul
Islam Tengaran Kabupaten Seamarang.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak , yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2009:186).
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
responden (Gulo, 2002: 119). Wawancara ini dilakukan dengan
46
menggunakan telepon maupun media elektronik lain. Wawancara adalah
salah satu alat yang paling sering digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian kualitatif.
Peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur dalam
mencari data dari informan. Sehingga dalam memberikan pertanyaan akan
lebih meluas dengan tujuan bisa mendapatkan informasi yang lebih
lengkap.
c. Dokumen
Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu (Gulo, 2002: 123). Dokumen yang
dimaksud adalah segala catatan baik dalam catatan kertas maupun catatan
elektronik. Dokumen sudah lama digunkan dalam penelitian sebagai
sumber data yang dapat digunakan untuk menguji, menafsirkan maupun
meramalkan.
Dalam hal ini peneliti akan mencari dokumen-dokumen apapun
yang berkaitan dengan penelitian baik itu dari pembina, ustadzah, maupun
dari santri putri Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran. Dengan harapan
dari berbagai dokumen yang terkumpul bisa dijadikan sebagai sumber data
yang bisa mengantarkan penelitian ini menjadi valid.
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982) dalam
Moleong (2009: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
47
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Dalam sebagian besar pendekatan kualitatif, analisis data tidak
dilakukan dalam satu tahap saja, setelah data terkumpul. Analisis data
kualitatif merupakan proses sistematis yang berlangsung terus-menerus,
bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1984)
dalam Sugiyono (2016: 334) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas
analisis data model Miles dan Huberman, yaitu data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification.
a. Reduksi Data (data reduction)
Memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-
potongan yang lebih teratur dengan mengcoding, menyusunnya menjadi
katagori, dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana
(Rhenald, 2008: 369).
b. Penyajian Data (data display)
Setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan bahwa
48
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2016: 339). Dengan
menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa
yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya sesuai dengan apa yang
dipahami.
Peneliti mendiskripsikan kembali data-data yang telah direduksi
mengenai peran pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius,
bagaimana peran dan proses dalam menanamkan nilai-nilai religius dan
hasil bagi santri di pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing/verification)
Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kegiatan ini
adalah menarik kesimpulan dari data yang telah tersaji dan
memverifikasinya dengan cara menelusuri kembali data yang diperoleh.
Karena data kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan
berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
tahap pengumpulan data berikutnya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2009: 324) untuk menetapkan keabsahan data ada
empat kriteria yang digunakan, yaitu derajad kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
49
Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data menggunakan teknik
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan
triangulasi (bandingan data hasil wawancara antar narasumber serta
membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen). Mencocokkan
antara data, dokumen dan observasi lapangan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada tiga tahap yaitu: tahap pra-lapangan, tahap
pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Dalam penelitian ini tahap
yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tahap pra-lapangan
Tahap ini meliputi penyusunan rancangan penelitian, mengurus
perizinan, menjajaki lapangan, menilai lapangan, dan menyiapkan
perlengkapan penelitian.
2. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan peran pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius
melalui kegiatan keagamaan pada santri putri pondok pesantren Nurul
Islam Tengaran. Data yang telah ada tersebut diperoleh dengan
observasi, wawancsra dan dokumentasi.
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data, pada tahap ini penelitian menganalisis data
yang diperoleh dari hasil dokumen, wawancara dan observasi
mendalam tentang peran pembina asrama dalam menanamkan nilai-
50
nilai religius melalui kegiatan keagamaan pada santri putri pondok
pesantren Nurul Islam Tengaran. Kemudian dilakukan penafsiran data
sesuai dngan konteks permasalahan yang ditelitiselajutnya melakukan
pengecekan keabsahan data agar data yang didapat benar-benar valid.
(Moleong, 2008: 127-150)
51
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran
a. Letak Geografis
Letak sebuah pondok pesantren sangat berpengaruh
terhadap proses kegiatan belajar mengajar, karena hal ini dapat
menciptakan suatu situasi dan kondisi edukatif dan nyaman, aman
dan tentram dengan prinsip dan efisien serta efektifitas yang dapat
menumbuhkan motivasi belajar pada santri.
Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran adalah Salah satu
lembaga pendidikan di yayasan Pendidikan Islam Sabilul Khoirot
pondok pesantren SMPIT-MA Nurul Islam Tengaran, terletak di
jalan raya Salatiga – Solo KM.8, RT.11 / RW.03, Kaligandu,
Klero, Tengaran, Kabupaten Semarang. Terletak persis
berseberangan dengan Pondok Pesantren Al-Irsyad. Ditepi jalan
raya Semarang- Solo sehingga akses anak untuk pulang kerumah
sangat praktis.
b. Visi dan Misi
Visi
Membina santri kearah terbentuknya pribadi yang islami yang
tercermin dalam pola pikir, pola sikap dan perilaku sehari-hari.
Misi
52
1. Menjadikan lingkungan ma‟had sebagai bo‟ah sholihah
2. Mewujudkan budaya ma‟had yang disiplin dan bertanggung jawab
3. Menumbuhkan semangat ibadah santri
4. Menumbuhkan budaya berbahasa Inggris dan Arab di lingkungan
ma‟had
5. Mewujudkan ma‟had yang sehat, bersih dan rapi
6. Menumbuhkan budaya akhlakul karimah dengan senyum, salam
dan sapa.
c. Struktur Kepengurusan
Tabel 4.1 Struktur Pondok Pesantren Putri Nurul Islam Tengaran Kab
Semarang
MUDIR MA‟HAD
PPEPEPEPEPPEPPENG
URUS PANTI ASUHAN
KOORDINATOR
TAHFIDZ SMP
KOORDINATOR
TAHFIDZ MA
TATA USAHA
KEPALA ASRAMA
PUTRI
PUNGURUS
KAMTIB BAHASA KEBERSIHAN DAN
OLAHRAGA IBADAH TARBAWY
53
Mudir Ma‟had : Muh. Sa‟dulloh Mahmud, S.PdI
Kepala Asrama : Nur Rochmah, S.Pd
Tata Usaha : Triyanah, S.Ag
Koordinator Tahfidz MA : Anis Cholisatul Masruroh, S.PdI
Koordinator Tahfidz SMP : Wahyu Nur Hidayah
KAMTIB : Eva Fitriyaningsih
Hajar Nur Rohmah
1. Suci Rohma Ayu S
2. Uswatun Hasanah
BAHASA : Sukma Cahyanti C
1. Ima Nurul Safitri
2. Nurul Hikmah
3. Eni Dewi Lestari
4. Ahyan mayanti
5. Ofita Fitriyani
6. Maria Ulfa
7. Alivia Zhia Arginia
Kebersihan & Olah Raga : Sofin Nur Khosiah
1. Ika Rohmiyanti
2. Nada Trisnawati
3. Fatma Qowiyya Alfianti
IBADAH : Rani Dwi Pujianti
1. Aisyah Yasmin
2. Rifatul Birroh
54
Tarbawy : Siti Muawwanah
Wiwin Prehati ( KAJIAN MA )
d. Sarana dan Fasilitas
Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran termasuk lembaga yang
sudah berdiri lama, sejak tahun didirikan pada tahun 1974 hingga
sekarang yang berumur 45 tahun. Dengan seiring berkembangnya
zaman sarana dan prasarana di lembaga ini sudah bisa dikatakan cukup
memadai, baik dari segi bangunan maupun yang lain. Sehingga santri
bisa melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran dengan
sebagaimana mestinya. Adapun sarana prasarana Pondok Pesantren
Putri Nurul Islam Tengaran antara lain:
Tabel 4.2 Sarana Prasarana Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran
No Nama Jumlah
1 Kamar Pembina 5
2 Kamar santri putri 45
3 Ruang kantor 1
4 Ruang TU 1
5 Masjid 1
55
6 Dapur 1
7 Koperasi 1
8
Ruang OPNI 1
9 Kantin 1
10 Toilet atau kamar mandi 57
11 Lapangan bermain 1
12 Sumber (air sumur bor) 3
13 Air Minum (Suling) 2
14 Tempat Jemuran 3
15 Tempat Parkir 1
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
e. Daftar Pembina
Data Pembina Pondok Pesantren Putri Nurul Islam Tengaran
seluruhnya berjumlah 22 pembina. Dari 22 pembina ini memegang
kamar-kamar santri yang berbeda sesuai yang telah di tetapkan.
Berikut data pembina asrama, yaitu:
56
Tabel 4.3 Daftar Pembina
NO NAMA PEMBINA JENIS KELAMIN
1
Usth. Anis Kholisatul Masruroh,
S.PdI PEREMPUAN
2 Usth. Rani Dwi Pujianti PEREMPUAN
3 Usth. Hajar Nur Rohmah PEREMPUAN
4 Usth. Fatma Qowiya Alfianti PEREMPUAN
5 Usth. Nurul Hikmah PEREMPUAN
6 Usth. Rifatul Birroh PEREMPUAN
7 Usth. Agustina Ridho Utami PEREMPUAN
8 Usth. Zulaekha Prahesti PEREMPUAN
9 Usth. Suci Rokhma Ayu PEREMPUAN
10 Usth. Shofin Nur Khosiah PEREMPUAN
11 Usth. Muntasiroh PEREMPUAN
12 Usth. Sukma Cahyanti PEREMPUAN
13 Usth. Uswatun Kasanah PEREMPUAN
14 Usth. Afifah Nenditarini PEREMPUAN
15 Usth. Triyanah PEREMPUAN
16 Usth. Eva Fitriyaningsih PEREMPUAN
17 Usth. Ahyan Mayanti PEREMPUAN
57
18 Usth. Aisyah PEREMPUAN
19 Usth. Ika Ayu Rohmiyanti PEREMPUAN
20 Usth. Alivia Zhia Arginia PEREMPUAN
21 Usth. Ofita Fitriyani PEREMPUAN
22 Usth. Fuilal Wirdiyah PEREMPUAN
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
f. Jadwal Harian
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Harian
No Waktu Kegiatan
1 03.00 Bangun pagi dan persiapan tahajud (memutar
murotal)
2 04.00 Persiapan sholat subuh
3 04.15 Semua santri berada di masjid, untuk sholat
fajar dan subuh
4 06.30 Bersih kamar, teras dan masjid
5 07.00 Berangkat sekolah
6 07.15 Tidak ada santri yang berada diasrama (daur
komplek)
58
7 11.45 Persiapan sholat duhur
8 14.00 Tutorial
9 15.00 Persiapan dan berangkat sholat Ashar
(memutar murotal)
10 15.45 Persiapan kajian dan muhadhoroh
11 16.00 Kajian dan muhadhoroh (semua santriwati
berada ditempatnya masing-masing)
12 17.00 Santri sudah diasrama dan bersih kamar
(memutar murotal dan daur komplek)
13 17.30 Persiapan dan sholat maghrib
14 17.45 Semua santri berada di masjid
15 18.30 Tahsin
16 19.00 Persiapan dan berangkat sholat isya‟, dilanjut
sholat isya‟
17 19.45 Driling
18 20.15 Belajar malam diluar kamar (daur komplek)
19 21.15 Belajar malam selesai
59
20 21.30 Masuk kamar masing-masing dan tidur
21 22.00 Yang piket daur kompek (tidak ada bel maupun
pengunguman)
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
g. Jadwal Piket
Tabel 4.5 Jadwal Piket Harian Pembina Asrama Putri
NO HARI USTADZAH
1 Senin Us Rani
Us Shofin
Us Ima
2 Selasa Us Hajar
Us Eni
Us Fatma
Us Ulfa
3 Rabu Un Yanti
Us Uswah
Us Maya
4 Kamis Us Rifa
Us Moon
Us Nada
Us Eva
60
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
Tabel 4.6 Jadwal Piket Pekanan Pembina Asrama Putri
NO PEKAN 1 PEKAN 2 PEKAN 3 PEKAN 4
1 Us Rani Us Shofin Us Hajar Us Suci
2 Us Fatma Us Eni Us Ulfa Us Rifa
3 Us Ima Us Uswah Us Yanti Us Nada
4 Us Eva Us Moon Us Wahyu Us Hikmah
5 Us Maya Us Sukma Us Ovi Us Zhia
6 Us Hesti Us Aizyah
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
Ket : Mulai piket pada pukul 14.00-07.00 (senin- kamis)
11.00-07.00 (jum‟at- sabtu)
08.00-07.00 (Ahad)
5 Jumat Us wahyu
Us Hikmah
Us Zhia
Us Ovi
6 Sabtu Us Suci
Us Sukma
Us Hesti
Us Aisyah
61
Tabel 4.7 Jadwal Pengecekan Kebersihan Ustadzah
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ahad
Us Ima Us Rani Us Hajar Us Eva Us
Maya
Us Rifa Us ovi
Us
Zhia
Us
Shofin
Us
Uswah
Us
Yanti
Us
Sukma
Us
Aisyah
Us
Hesti
Us
Nada
Us
wahyu
Us
Hikmah
Us
Fatma
Us Ulfa Us Eni Us
Suci
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
Tugas :
1. Mengecek kebersihan dan kerapian kamar santri
2. Mencatat/ cheklist pada kertas yang telah disediakan (di depan
kamar santri)
3. Melaporkan hasil pengecekan di grup.
Tabel 4.8 Jadwal Imam dan Pengondisian Sholat Wajib
Jadwal imam
HARI SUBUH ASHAR MAGHRIB ISYA’
SENIN Ukh Hasna Us Tri Us Aisyah Ukh Zahra
SELASA Us Wahyu Us Rani Ukh Ieqma Us Uswah
RABU Ukh Aisyah Us Rifa Us Eva Ukh Izzatin
KAMIS Us Hikmah Us Hesti Ukh Yumna Us Zhia
62
JUM‟AT Ukh Risma Us Ulfa Us Anis Ukh Nafisa
SABTU Ukh Farhan Us Yanti Ukh Azza Us Aisyah
AHAD Us Anis Us Eni Ukh Latifa Ukh Latifah
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
Pengondisian Sholat Wajib
Sholat Subuh Sholat Ashar Sholat
Maghrib
Sholat Isya’
Koordinator :
Ustdh Anis
Koordinator :
Ustdh Triya
Koordinator :
Ustdh Rani
Koordinator :
Ustdh Rifa
Anggota :
Us Ulfa
Us Hesti
Us Uswah
Us Nada
Us Zhia
Anggota :
Us Fatma
Us Ima
Us Moon
Us Shofin
Us Maya
Anggota :
Us Wahyu
Us Eni
Us Eva
Us Suci
Us Ovi
Anggota :
Us Hikmah
Us Aisyah
Us Sukma
Us Hajar
(Sumber: Data pengurus TU Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran)
Keterangan :
1. Untuk imam sholat dhuhur hari sabtu dan ahad bisa bergilir
ustadzah yang piket kantor.
63
2. Bila sedang berhalangan silahkan mencari pengganti teman
sekamar.
2. Hasil Temuan Penelitian
a. Peran Pembina Asrama dan Pembinaan yang diterapkan dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Keagamaan
Pada Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Islam
Peran pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius
santri adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan apa yang sudah ada menjadi lebih baik atau sempurna
baik dengan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, pembinaan atau
pemeliharaan mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak,
mental, susila pada santri yang tinggal di pondok pesantren tersebut.
Adapun hasil temuan penelitian mengenai Peran pembina
asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius yang diterapkan oleh
para pembina asrama yang di kepalai/ diketuai oleh Ustadzah
Nurrohmah SP.d di pondok pesantren putri Nurul islam Tengaran
dapat digambarkan melalui hasil wawancara kepada salah satu santri
MA di pondok pesantren putri Nurul islam Tengaran, dengan
pertanyaan Menurut saudara, apa peran pembina asrama di pondok
pesantren Nurul Islam Tengaran sebagai berikut:
“Menurut saya pembina disini tu kadang bersikap sebagai
orang tua bagi kita kadang sebagai kakak kadang juga sebagai
64
teman yang mana bisa di ajak curhat dan memberi solusi pada
masalah yang kami hadapi. Tapi pembina juga lebih sering
bersikap sebagai ustadzah / guru yang selalu membimbing
kami setiap waktu. Dan juga memberi teladan sebab kita perlu
teladan apalagi orang yang lebih tua itu akan lebih ahli gitu.
karena pengalamanya akan lebih banyak jadikan kita tinggal
mencontoh dan melakanakan aja. Jadi kita perlu adanya
teladan yang baik-baik dari ustadzah”.(W/IDR/10-04-2019)
Sedangkan dari informan yang lainya menambahkan data
sebagai berikut :
“Bagaimanapun juga para pembina asrama berperan sebagai
orang tua, kakak, serta ustadzah atau guru bagi kita para santri.
Peran pembina dipondok itu buat contoh bagi para santri apalagi
untuk santri baru yang mau dibentuk akhlak-akhlak nya jadi itu
penting banget untuk membentuk santri yang lebih baik”.
(W/AINS/10-04-2019)
b. Pembinaan yang diterapkan dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Islam
Adapun pembinaan yang diterapkan dalam menanamkan
nlai-nilai religius pada santri putri Nurul Islam Tengaran dapat
diketahui hasil melalui wawancara sebagai berikut :
“Dalam penerapan tugas kalau disini sudah devisi-devisi
masing-masing ya supaya terfokuskan dan hasinya lebih baik
lagi. Untuk yang pertama akhlak ya, kita nanti ya diantaranya
akhlak sama teman, ustadzah seperti salam sapa salim gitu.
Jadi setiap ketemu ustadzah harapanya anak-anak bisa
menyapa salam salim seperti itu. Kemudian juga sama kakak
kelas harus menghormati sama adeknya juga yang kakak kelas
itu juga manggilnya juga adek, ukhti gitu. Selanjutnya yaitu
pembinaan ibadah, ibadah ini dalam satu pekan itu ada secara
khusus tahajud berjamaah. Puasa senin kamis yang kita tekan
kan tapi alhamdulillah sih anak-anak banyak juga yang puasa
65
daud tapi tidak kita wajibkan ya seperti itu. Kemudian kalau
pembinaan yang lain masih banyak ya misalkan dalam hal
kebersihan. Kita mencoba mengerahkan anak-anak supaya
menjaga kebersihan. Tiap hari juga ustadzahnya juga ngecek
dalam hal piket juga”. (W/UN/12-04-2019)
Kemudian USCC menambahkan dalam paparan
penuturanya sebagai berikut :
“Kalau beberapa anak kan terlahir dari keluarga yang akhlaknya
kurang, jadi semisal orang tua nya sibuk kalau sama anak nya
dimarah-marahin terus kan ada , jadi apa ya untuk anaknya itu
ya harus dikasih tau bahwasanya emang penting untuk
berakhlak terutama kepada orang tua ,orang yang lebih tua dan
gurunya. Kadang kan ada beberapa anak yang sudah paham
yang nggak perlu di kasih tahu. Tapi ada juga yang harus
dikasih tau dulu gitu. Selain akhlak juga mental itu penting
untuk bekal sang anak hidup dengan teman-teman nya yang
beda akan latar belakang, seperti daerah, bahasa dan lain-lain.
Jadi disini tu ada kegiatan yitu muhadhoroh / khitobah. Na
dalam berpidato ini kan setiap anak pasti akan mendapatkan
giliran untuk bertugas, la ketika mendapatkan giliran anak-anak
ini harus bisa belajar ngomong di depan umum/ teman-temanya
tanpa harus menatap teks terus. Jadikan kalau seperti itu lama-
lama anak akan terbiasa dan bisa menjadi kebiasaan jadi udah
gak malu lagi di depan orang banyak. Kemudian selian akhlak,
mental juga anak di ajarkan untuk cinta alam. Semisal seperti
kemaren di semester pertama anak itu di suruh membawa satu
pot tanaman kemudian pot itu di taruh di depan asrama sini
ataupun didepan masjid. Supaya anak itu emang punya rasa
kepemilikan terhadap apa yang dia punya di dalam asrama gitu,
asrama sebelumnya kan emang dalam keadaan kering kurang
banyak pohonya jadi tujuannya unutk menanamkan kepada anak
itu lebih mencintai alam. (W/USCC?10-04-2019)
Sedangkan salah seorang informan yaitu NH menambahkan
data sebagai berikut :
66
“Ya saya menerapkan sesuai dengan peraturan dan kebijakan
yang ada, semisal tentang adab ya para ustadzah biasanya
menghimbau kalau semisal ada halaqoh, pertemuan atau
apapun itu pasti mereka ngasih ilmu-ilmu tentang adab seperti
tegur sapa gitu dan lain-lain. kalau untuk metode ? kalau
metode sih itu masing-masing setiap ustadzah pasti memiliki
metode sendiri-sendiri misalkan tahfidz merek membuat
kebijakan sendiri contohnya apabila santri tidak setoran tahfidz
tiga kali maka di kasih hukuman berdiri ketika muroja‟ah. Dan
kalau untuk pelanggaran yang lain biasanya ada point-point
nya. Selain punishment ada juga reward bagi santri yang hafal
lima jus maka akan di kasih jilbab rabbani oleh ustadzahnya”.
(W/NH/10-04-2019)
1). Metode dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius
Adapun metode yang diterapkan oleh pembina asrama
dalam menanamkan niai-nilai religius yang di jabarkan sebagai
berikut :
“Kalau metode mungkin ini ya lewat aturan dan iqob, jadi
misalkan kita ngikutin aturan misalkan contoh ke masjid na
kalau misalkan nggak ke masjid nanti iqob nya atau
hukumannya ya kalau nggak jalan jongkok kalau nggak nanti
namanya di catat terus di panggil. Untuk metode uswah
hasanah pasti ya , karna para ustadzahlah yang harus kita
contoh, ketika ustdzah berangkat ke masjid jamaah kita juga
demikian namun jika kita diwajibkan sholat berjamaah
dimasjid akan tetapi ustadzahnya sholat dikamar kita jadi
kurang ikhlas untuk mengerjakan perintahnya. Tapi di setiap
waktu pasti ada ustadah yang berjamaah di masjid dan
mengawasi kita. Untuk metode yang lain para ustadzah
membiasakan kalau dari segi pakaian ya, pakaian itu harus
minimal 5 jengkal diatas lutut trus sama kerudungnya minimal
tiga jari diatas siku”. (W/IDR/10-04-2019)
Kemudian juga diperoleh informasi terkait metode yang
digunakan dalam menanamkan nilai-nilai religius ada santri putri
67
Nurul Islam Tengaran, AINS juga menambahkan dalam
penuturanya sebagai berikut :
“Metode kedisiplinan, ustadzah tu mementingkan kedisiplinan
kita banget misalkan kalau berangkat kemasjid seperti
mewajibkan kita berangkat setengah 6 jadi harus sudah ada
dimasjid jam setengah 6 itu kalau jam setengah 6 belum
sampai masjid ya nanti bakal kena hukuman sama seperti kalau
subuh itu wajib banget ke masjid. Sama biasanya hukuman
seperti jalan jongkok dan membaca Qur‟an/ murojaah di depan
masjid”.(W/AINS/10-04-2019)
Mengenai metode nasehat dan pengawaan dalam proses
menanamkan nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam
Tengaran, dijabarkan oleh informan dalam penuturanya sebagai
berikut:
“Ya selain kita ikat dengan peraturan juga dengan pembiaasaan
– pembiasaan seperti hal nya dengan kegiatan-kegiatan yang
wajib di ikuti oeh santri. ya memang kita minta pembina
asrama itu untuk mengawasi dan memberi teladan yang baik.
Kita juga ada muttaba‟ah pekanan, ya misalkan yang dari
bagian ibadah sendiri itu di pantau sekurang-kurangnya itu
data dikumpulkan gitu. Selain itu kita juga memantau anak dan
ketika ada yang kurang pas ya kita nasehati. Dalam hal
pendidikan baik akhlak maupun kedisiplinan saya selalu
menerapkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment).
Anak yang mendapat prestasi di pondok dan berakhlak baik
akan mendapat hadiah dari pembina dan pengurus, sebaliknya
anak yang nakal tidak taat pada aturan akan diberikan
hukuman”. (W/UN/12-04-2019)
c. Macam – Macam Kegiatan Keagamaan Terkait dengan
Peningkatan Religiusitas di Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran
68
Untuk mengetahui apa saja kegiatan keagamaan yang diterapkan di
pondok pesantren Nurul Islam Tengaran dalam meningkatkan
religiusitas santri putri, berikut adalah informasi yang dipaparkan :
“Kegiatan sih banyak, yang bernilai agama terumata sholat
berjamaah, tahfidz, sholat duha, sholat tahajud, mabit (malam
bina iman dan taqwa), kajian kitab, muhadloroh (khitobah),
tahsinul qur‟an, baca al-ma‟surat pagi dan sore, halaqoh
(liqo‟), baca hadist dan lain-lain”. (W/UNH/10-04-2019)
Sedangkan dari informan yang lainnya menambahkan data sebagai
berikut :
“Kalau kegiatan itu banyak ya, ya selain sholat berjamaah,
sholat duha, tahajud, ada juga kegiatan mentoring / halaqoh/
liqo‟ ini biasanya dilaksanakan di hari jum‟at setelah anak-
anak pulang sekolah. Kemudian ada juga tahfidz biasanya di
pagi hari sehabis sholat subuh lalu ada pembacaan alma‟surat
pagi dan shore, muhadlhoroh/khitobah ini biasanya di hari
jumat sore/ ba‟da asar. Trus ada juga mabit (malam bina iman
dan taqwa) kalau ini biasanya sebulan sekali. Ada juga kajian
kitab, dan tahsinul qur‟an yang biasanya di laksanakan habis
sholat maghrib dan ada kultum hadis supaya anak lebih
mengenal hadist-hadist setiap hari sehingga lebih menambah
keimanan”. (W/UN/12-04-2019)
Senada dengan yang disampaikan oleh UN, USCC menambahkan
terkait kegiatan-kegiatan yang di terapkan dalam menanamkan nilai-
nilai reigius di pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran, yaitu
sebagai berikut :
“Beberapa sih seperti sholat wajib yang emang harus
dikerjakan dimasjid na itu kan emang yang paling utama ya,
selain itukan juga dari setiap wali kamar kan membina setiap
santri misalkan di pagi hari dimana wali kamar itu yang
memberi tahu ke santri untuk melakukan sholat duha ataupun
mengingatkan puasa selain itu juga ada pembacaan al-ma‟surat
69
di masjid pada waktu pagi dan sore dimana itu jika semakin
mendekatkan anak itu kepada sang maha pencipta agar gak
lupa gitu”. (W/USCC/10-04-2019)
d. Hambatan dalam Penanaman Nilai-Nilai Religius
Adapun dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai religius pada
santri putri, terdapat problematika atau hambatan di pondok pesantren
Nurul Islam Tengaran yang dijabarkan sebagai berikut:
“Ada dua hambatan intern dan ekxtern. Hambatan intern kalau
saya sendiri karena saya kepala asrama yaitu dari pembina
asrama sendiri sering gonta-ganti. Saya merasakan sendiri ya
hampir 13 tahun saya disini, setiap tahunya pasti ada yang
ganti musrifahnya / pembina nya jadi kita itu kekurangan di
SDM nya untuk pembinaan asrama sendiri. Selain itu
hambatan esktern nya yaitu dari segi wali murid dalam arti
pengertian wali murid kadang menjadi kendala bagi kita.
Kadang wali murid tidak faham dengan pembinaan disini.
Misakan anak disini sudah di tanamkan hal-hal baik contoh
kecil itu yang masih menjadi masalah kadang tentang jilbab
sudah dikatakan di hadist itu wajib untuk menutup aurat, tapi
kadang ada orang tua yang ketika anak pulang bilang udah gak
papa gak usah pakai jilbab yang besar-besar ada juga orang tua
yang membiarkan anak tidak menutup aurat secara sempurna
contohnya tidak memakai kaos kaki ketika keluar rumah udah
pakai celana aja gitu. Kemudian ada juga orang tua yang
membebaskan anak nya main hp di rumah dan itu membuat
kita kesusahan, begitu kita bin lama di asrama satu minggu
pulang sudah dibebaskan membawa hp seharian penuh,
ahirnya ketika mereka kembali kesini ya gitu kenal ya macem-
macem lah susah juga kadang. Kemudian juga kita disini sudah
membatasi tidak boleh menyetel lagu-lagu yang baik tapi
setelah anak pulang ya mereka tau lagu-lagu lain yang ber
gaya-gaya korea ya itu menjadi hambatan bagi kita. Tapi hanya
beberapa santri tidak semuanya. Ahamduillah walaupun ada
yang beberapa kurang baik tapi masih banyak dari santri dan
70
orang tua yang bisa diajak bekerja sama demi menjadikan
santri kearah yang lebih baik lagi”. (W/UN/12-04-2019)
Kemudian infromasi juga di peroleh dari USCC, adapun
penuturanya sebagai berikut:
“Hambatanya seperti mungkin kaya bermuka dua ya. Seperti
misal di depan kita santri itu bilang “iya ustadzah kita akan
melakukan nya” tapi ketika di belakang ternyata gak dilakuin
jadi seperti kaya kebersihan, dari ustadzah atau pembina
menghimbau untuk selalu menjaga kebersihan dari santri akan
menjawab iya tapi tanpa di ketahui malah gak dilakuin malah
kadang dikotori lagi gitu. Jadi emang harus di tungguin emang
harus bener-bener di perhatiin”. (W/USCC/10-04-2019)
Sedangkan dari informan yang lainya menambahkan data sebagai
berikut:
“Hambatan pasti ada ya, seperti ketika ada anak yang susah
dinasehati dan malah kadang ketika dikasih punishment bilang
sama orang tua sehingga nanti orang tua lapor kesini. Kadang
tu mereka berlebihan contohnya kemaren ketika dibangunin
untuk sholat subuh ustadzahnya gedor pintu, santri bilang ke
orang tuanya di bangunin dengan di gebukin la itu kan
berlebihan, ya namanya juga masih anak-anak ya kita harap
maklumi dan dikasih pengertian aja.”. (W/UNH/10-04-2019)
B. Analisis Data
1. Peran Pembina Asrama dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius
Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Islam
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”
mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada
71
permainan makyog, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan di masyarakat.
Menurut Abu Ahmadi (1982) peran adalah suatu kompleks
pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu yang berdaarkan status dan fungsi
sosialnya.
Pengertian peran menurut soerjono (2002:243), yaitu peran
merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seeorang
melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukannya,
maka ia menjalankan suatu peranan.
Dalam sebuah lembaga pasti ada satu pemimpin yang bertugas
memimpin lembaga tersebut demi mewujudkan tujuan dari sebuah
lembaga itu. Begitu pula di pondok pesantren putri Nurul Islam
Tengaran, yaitu Ustadzah Nurrohmah selaku kepala asrama putri
yang bergerak memimpin para pembina asrama dan seluruh santri
tentu memiliki peran yang sangat penting. Maka kepala asrama
diperlukan yang sekiranya mampu untuk mengelola pondok pesantren
putri Nurul Islam Tengaran ini dengan sesuai tujuan dari pondok
pesantren tersebut.
Dari pembinaan pembina asrama di pondok pesantren putri
Nurul Islam Tengaran peneliti menemukan gambaran bagaimana
peran pembina asrama. Data diperoleh dari sumber wawancara kepada
72
santri. Dari semua data yang diperoleh dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:
Pembina asrama berperan sebagai orang tua, kakak, teman,
guru / ustadzah. Dari hasil wawancara dan pengamatan dapat dilihat
bahwasanya pembina berperan sebagai orang tua yaitu mereka
memberikan kasih sayang, mendidik santri memberi nasehat-nasehat
selayaknya orang tua sendiri. Karena pada hakikatnya ketika santri
berada di pondok pesantren maka pembinanya lah yang menjadi orang
tua. Karena sudah menjadi kewajiban pembina asrama dan orang tua
untuk mendidik anak supaya menjadi pribadi yang berakhlakul
karimah.
Pembina berperan sebagai kakak yaitu pembina asrama
menyayangi adek-adek santrinya dam memberikan bimbingan.
Sebagai tempat konsultasi ketika santri mendapatkan masalah baik
masalah sosial atau masalah pribadi. Sehingga pembina yang berperan
sebagai kakak dapat memberikan solusi dan motivasi.
Peran pembina sebagai teman yaitu secara alamiah seorang
anak membutuhkan teman. Disini pembina berperan sebagai teman
untuk bergurau, untuk berdialog, dan mencurahkan hati ketika ada
beberapa masalah. Disini pembina memberikan saran-saran, serta
masukan agar dalam menghadapi masalah bisa terselesaikan dengan
baik. Peran pembina sebagai guru / ustadzah yaitu peran ini adalah
tugas utama pembina berada di pondok pesantren Nurul Islam
73
Tengaran. Yaitu sebagai ustadzah bagi para santri. Tugas utama yaitu
mendidik santri, menjadikan santri yang berakhlak mulia. Kemudian
pembina bertugas membimbing, mengarahkan, melatih , menilai dan
mengevaluasi santri supaya terbentuknya pribadi santri yang islami
yang tercermin dalam pola pikir, pola sikap dan perilaku sehari- hari
sesuai dengan visi pondok pesantren.
2. Pembinaan yang diterapkan dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Religius Melalui Kegiatan Keagamaan Pada Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Islam
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Menanamkan
mempunyai beberapa arti diantaranya proses, cara, perbuatan
menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman secara
etimologis berasal dari kata “tanam” yang berarti menabur benih,
yang semakin jelas jika mendapatkan awalan me-dan akhiran-kan
menjadi “menanamkan” yang berarti proses, cara, perbuatan
menanam, mananami, atau penanaman.
Penanaman nilai-nilai religius adalah suatu proses
memasukkan nilai agama secara penuh ke dalam hati, sehingga
ruh dan jiwa bergerak berdasarkan ajaran agama. Internalisasi nilai
agama terjadi melalui pemahaman ajaran agama secara utuh, dan
diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya ajaran agama, serta
ditemukannya posibilitas untuk merealisasikannya dalam
kehidupan nyata. (Alim,2011 :10)
74
Dari hasil wawancara yang peneliti peroleh. Menurut peneliti,
pembina asrama menerapkan peran pembinaanya dengan berbagai
metode dan sesuai dengan devisi-devisi yang dipegang. Namun secara
global mereka menerapkan metode-metode seperti metode
keteladanan, metode pengawasan, metode hukuman, metode
pembiasaan dan metode nasehat. Hal ini diterapkan oleh pembina
kepada santri dalam menanamkan nilai-nilai religius, karena lembaga
memiliki otoritas untuk santri agar memiliki kepribadian yang
berkualitas. Pembina asrama menekankan santrinya untuk selalu
berakhlak yang baik dan disiplin dalam berbagai hal. Seperti yang
paparkan oleh salah satu informan contoh kecil dalam berakhlak di
lingkungan pondok pesantren yaitu akhlak baik terhadap teman dan
ustadzah. Harapanya setiap beretemu ustadzahnya anak-anak bisa
menyapa salam salim
Pembinaan yang lain yaitu dengan menerapkan kegiatan-
kegiatan yang akan mendukung terbentuknya santri yang berakhlak
mulia dan memiliki nilai-nilai religius. Seperti kegiatan muhadhorol,
MABIT, halaqoh, tahsin dan lain sebagainya.
Selain itu. Hubungan baik dengan orang tua atau wali santri
sangat di perlukan dan itu yang pembina lakukan untuk kelangsungan
pendidikan santri dalam membenahi akhlak. Keterlibatan orang tua
sangat berpengaruh karena apabila santri tidak bisa dinasehati oleh
pembinanya maka orang tua bisa melunakan hati santri. Sehingga
75
kedepannya santri bisa patuh dan nurut oleh pembina asrama. Karena
pada hakikatnya ketika santri berada di pondok pesantren maka
pembinanya lah yang menjadi orang tua. Karena sudah menjadi
kewajiban pembina asrama dan orang tua untuk mendidik anak supaya
menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.
a. Metode dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius
Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya metode-
metode dalam prosesnya. Metode pendidikan islam secara garis
besar terdiri dari lima, yaitu metode keteladanan (uswatun
khasanah), metode pembiasaan, metode nasehat, metode memberi
perhatian/pengawasan, dan metode hukuman (Ulwah :2013).
1) Pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan
contoh yang baik di mata mereka. Anak akan meniru baik
akhlaknya, perkataannya, perbuatannya dan akan senantiasa
tertanam dalam diri anak. Secara psikologis seorang anak itu
memang senang untuk meniru, tidak hanya hal baik saja yang
ditiru oleh anak bahkan terkadang anak juga meniru yang
buruk (Gunawan,2014 :256).
Metode yang pertama yang diterapkan dalam menanamkan
nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran
yaitu metode Uswatun khasanah. Seperti yang peneliti peroleh
dari hasil wawancara bahwasanya pembina/ ustadzah adalah
uswah hasanah bagi para santrinya. Karna para ustadzahlah
76
yang dijadikan contoh, ketika ustdzah berangkat ke masjid
sholat jamaah, maka santri akan mengikuti apa yang pembina
lakukan namun apabila ustadzahnya sholat dikamar, santri akan
merasa kurang ikhlas untuk mengerjakan perintahnya. Pembina
juga memberikan contoh dalam hal berpakaian yaitu
membiasakan bajunya harus minimal 5 jengkal diatas lutut.
Kemudian untuk ukuran kerudungnya minimal tiga jari diatas
siku. Menurut peneliti, peran pembina sebagai ustadzah atau
guru sudah bagus dengan menerapkan metode uswatun
hasanah. Melalui metode ini maka anak/ santri dapat melihat,
menyaksikan dan meniru contoh yang baik sehingga mereka
dapat melaksanakannya dengan lebih baik dan lebih mudah.
2) Pendidikan hanya akan menjadi angan-angan belaka, apabila
sikap ataupun prilaku yang ada tidak diikuti dan didukung
dengan adanya praktik dan pembiasaan pada diri. Pembiasaan
mendorong dan memberikan ruang kepada anak didik pada
teori-teori yang membutuhkan aplikasi langsung, sehigga teori
yang pada mulanya berat menjadi lebih ringan bagi anak didik
bila seringkali dilaksaakan (syafri,2014 :139-140).
Metode yang kedua yang diterapkan dalam menanamkan
nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran
yaitu metode pembiasaan. Seperti yang peneliti peroleh dari
hasil wawancara bahwasanya pembina asrama mewajibkan
77
bagi setiap santri untuk mengikuti setiap kegiatan-kegiatan
yang ada di asrama/ pondok pesantren. Dengan begitu maka
akan anak akan terbiasa dengan pembiasaan kegiatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan sangat membantu dalam menanamkan nilai-
nilai religius pada santri. Sehingga metode ini sangat penting
diterapkan supaya santri bisa menjadi pribadi yang baik.
3) Nasehat merupakan metode yang efektif dalam membentuk
keimanan anak, mempersiapkan akhlak, mental dan sosialnya,
hal ini dikarenakan nasihat memiliki pengaruh yang besar
untuk membuat anak mengerti tentang hakikat sesuatu dan
memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam
(Ulwah,2013 :394).
Metode yang ketiga yang diterapkan dalam menanamkan
nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran
yaitu metode nasihat. Seperti yang peneliti peroleh dari hasil
wawancara bahwasanya peran pembina sebagai orang tua dari
santri selama berada di pondok pesantren adalah hal yang
wajib untuk menasehati santri. Ketika santri melakukan
kesalahan lebih baik dengan menasihati secara halus daripada
menegur nya. Karena akan berdampak pada mental santri.
Menurut peneliti, nasihat-naseihat yang baik akan lebih bagus
apabila diberikan kepada anak setiap hari. Karena akan
membuat santri selalu berfikir dan berperilaku baik.
78
4) Metode perhatian dapat membentuk manusia secara utuh yang
mendorong untuk menunaikan tanggung jawab dan
kewajibannya secara sempurna. Metode ini merupakan salah
satu asas yang kuat dalam membentuk muslim yang hakiki
sebagai dasar untuk membangun pondasi Islam yang kokoh
(Ulwah,2013 :421).
Metode yang keempat yang diterapkan dalam menanamkan
nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran
yaitu metode perhatian/ pengawasan. Seperti yang peneliti
peroleh dari hasil wawancara bahwasanya ustadzah
Nurrohmah selaku kepala asrama, selalu menghimbau
pembina-pembina asrama untukselalu memperhatikan dan
mengawasi para santrinya. Seperti adanya muttaba‟ah
pekanan, yaitu misalkan devisi ibadah mengawasi kegiatan
jamaah sholat lima waktu. Pembina akan mencatat kegiatan
santri yang berjamaah atau yang bolos berjamaah.kemudian
data dikumpulkan sekurang- kurang nya satu minggu sekali
untuk di evaluasi.
5) Metode hukuman sebenarnya berhubungan dengan pujian dan
penghargaan. Imbalan atau tanggapan terhadap orang lain itu
terdiri dari dua, yaitu penghargaan (reward/ targhib) dan
hukuman (punishment/ tarhib). Hukuman dapat diambil
79
sebagai metode pendidikan apabila terpaksa atau tak ada
alternatif lain yang bisa diambil. (Muchtar,2008 :22).
Metode yang kelima yang diterapkan dalam menanamkan
nilai-nilai religius di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran
yaitu metode hukuman. Seperti yang peneliti peroleh dari hasil
wawancara bahwasanya pembina asrama dalam melaksanakan
tugasnya membina santri-santri putri kadang menerapkan
metode hukuman supaya santri semakin tahu dan sadar bahwa
jika ia melakukan hal yang dilarang maka akan mendapat
hukuman. Seperti yang di contohkan dari hasil wawancara
yaitu apabila anak datang terlambat ketika sholat berjamaah,
maka santri mendapat hukuman jalan jongkok.
Menurut peneliti, hadiah dan hukuman memang sangat
diperlukan dalam sebuah kependidikan. Karena dengan adanya
hadiah anak akan semakin semangat dalam yang ia lakukan,
begitu pula dengan hukuman anak akan semakin tahu dan sadar
bahwa jika ia melakukan hal yang dilarang maka akan
mendapat hukuman. Dapat disimpulkan bahwa usaha yang
dilakukan pembina dalam menanamkan nilai-nilai religius pada
santri adalah dengan menerapkan dua hal yaitu mempertegas
peraturan dan menerapkan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Dalam prosesnya pembina menerapkan hukum reward dan
80
punishment sebagai tolak ukur keberhasilan dalam
pembinaanya.
3. Macam – Macam Kegiatan Keagamaan Terkait dengan
Peningkatan Religiusitas di Pondok Pesantren Putri Nurul Islam
Tengaran
Kalau dilihat dari aspek sosiologi, kegiatan dapat diartikan dengan
dorongan atau perilaku dan tujuan yang terorganisasikan atau hal-hal
yang dilakukan oleh mansia (Soekamto,2000: 9). Sedangkan
keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala
sesuatu mengenai agama (Poerwadarminta,1986: 18).
a. Macam-Macam Kegiatan Keagamaan di Pondok Pesantren
Nurul Islam Tengaran
Melalui hasil wawancara dan pengamatan peneliti, maka
peneliti dapat menjabarkan macam-macam kegiatan keagamaan
yang membantu dalam menanamkan nilai-nilai religius santri puti
di pondok pesantren Nurul Islam Tengaran sebagai berikut :
1) Tahajud
Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan di
malam hari atau sepertiga malam setelah terjaga dari tidur. Karena
shalat tahajud merupakan sunah mua‟akad (yang di kuatkan oleh
syara‟) maka di pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran ini
menjadi program wajib yang harus dilakukan oleh santri.
81
2) Shalat Berjamaah
Shalat berjamaah adalah aktivitas shalat yang dilakukan
secara bersama-sama. Shalat ini dilakukan minimal dua orang
dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainya
menjadi makmum.
Dengan semangat bahwa shalat akan mampu mencegah
yang keji dan mungkar, maka pondok pesantren putri Nurul Islam
Tengaran menerapkan gerakan tertib dan khusu‟ shalat berjamaah.
Program ini berupa pengkondisian santri dimulai sejak adzan
dikumandangkan sampai wirid dan dzikir setelah shalat. Tata cara
shalat diajarka kepada santri ketika mereka menjadi santri baru.
Harapanya dengan tertib dan khusu‟ dalam shalat berjamaah akan
tercipta pribadi santri yang disiplin dan bertanggung jawab.
3) Sholat Dhuha
Shalat dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan seorang
muslim ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak
terbitnya hingga waktu zuhur. Jumlah rakaat shalat minimal 2
rakaat dan maksimal 12 rakaat. Program ini harapanya santri dapat
menjaga ke istiqomahan dan kedisiplinan.
4) Kajian kitab
Kajian kitab diselenggarakan dalam rangka memberikan
wawasan tambahan kepada santri, dilaksanakan setiap senin
sampai kamis jam 16.00 untuk tingkat SMP dan malam hari untuk
82
tingkat MA. Mengangkat tema akhlaq, fiqih, hadist, tafsir atau
tema-tema yang berkaitan langsung dengan kehidupan santri.
Program ini harapanya santri dapat menjaga dan selalu
memperbaiki akhlaknya terutama akhlak dengan teman, kakak
kelas dan para pembina asrama. Bersikap jujur dan takut untuk
berbuat hal-hal yang dilarang agama.
5) Muhad1horoh/ khitobah
Muhadlhoroh adalah suatu kegiatan yang membicarakan
suatu masalah dengan cara berpidato atau berdiskusi yang dihadiri
oleh orang banyak. Muhadlhoroh yang dilakukan di pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran adalah pelatihan pidato dua
bahasa yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris yang dilaksanakan
pada hari jum‟at jam 16.00 (Ba‟da Shalat Asar). Program ini
harapanya santri dapat belajar percaya diri, membangun mental,
dan melatih kefasihan dalam menyampaikan dakwah atau
berbicara di depan orang banyak. Sehingga menjadi bekal kelak
ketika sudah terjun ke masyarakat.
6) Tahsinul Qiro‟ah
Dalam bahasa arab tahsin berarti memperbaiki,
meningkatkan, atau memperkaya. Tahsin dalam islam mengandung
makna bahwa tuntutan agar dalam membaca Al-Qur‟an harus
benar dan tepat sesuai dengan kaidahnya . Program ini
dikhususkan untuk memperbaiki bacaan Al-Qur‟an santri.
83
Mengambi waktu setiap hari setelah shalat maghrib, santri duduk
bersama dengan disertai seorang ustadzahnya.
7) Mabit (malam bina iman dan taqwa)
Mabit (malam bina iman dan taqwa), menjadi program
pengawal aspek spiritual santri yang lain. Diawali dengan kajian
dilanjutkan dengan qiyamullail dan diakhiri sholat shubuh
berjamaah. Waktu pelaksanaanya adalah satu bulan sekali untuk
setiap jenjang yang berbeda. Program ini harapanya santri dapat
menjaga ke imanan dan ketaqwaan kepada Allah AWT. Serta
menjaga nilai religius / nilai karakter dalam hubunganny dengan
Tuhan.
8) Baca al-ma‟surat pagi dan sore
Al-Ma‟surat adalah kumpulan wirid yang disusun oleh
Imam Syahid Hasan Al-Bana. Di dalamnya terdiri dari ayat-ayat
pilihan dan lafal-lafal hadist Rasulullah SAW yang biasa beliau
amalkan dalam wiridnya. Kata Matsur sendiri artinya yang
dituntunkan (ada riwayatnya) oleh Rasulullah SAW. Al-Ma‟surat
bisa kita amalkan setiap hari pada pagi dan petang hari.
Keutamaan dan manfaat membacanya adalah sebagaimana
yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah SAW bersabda “
siapa yang mengucapkan ketiga pagi hari, „Allahumma inni
asbahtu minka fi ni‟matin...‟ tiga kali ketika pagi dan tiga kali
ketika sore, Allah menyempurnakan nikmatnya atasnya.”(HR.Ibnu
84
Saunni). Program ini harapanya selain mengasah kedisiplinan
santri juga supaya lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
9) Baca hadist
Baca hadist setiap habis maghrib sebelum tahsin, kegiatan
ini dilakukan oleh salah satu santriwati yang mendapat giliran
bertugas untuk menyampaikan didepan teman-teman nya dan para
ustadzah. Yaitu menyampaikan hadist beserta isinya (maksud dari
hadist itu) dengan posisi berdiri menggunakan mikrofon. Hadist
yang di gunakan yaitu dari kitab Arbain Nawawi. Harapan dari
program ini yaitu supaya lebih memahami hadist selain itu untuk
melatih mental santri saat berbicara di depan umum.
10) Halaqoh tarbawiyah /Liqo‟ / mentoring
Program wajib bagi seluruh santri, sebagai wahana
menggembleng santri menuju pribadi yang berkarakter. Adapun
karakter yang hendak diwujudkan melalui halaqoh adalah : Aqidah
yang bersih (Salimul Aqidah), Ibadah yang benar (Shohihul
Ibadah), Akhlak yang mulia (Matinul Khuluq), Berbadan sehat
(Qawiyyul Jismi), Berwawasan luas (Mutsaqqoful Fikri),
Bersungguh-sungguh (Mujahidun li nasfihi), Disiplin waktu
(Harishun „ala Waqtihi), Teratur (Munadzdzomun fi Syuunihi),
Mandiri (Qodirun „ala kasbi), dan berguna (Nafi‟un li ghoirihi).
Untuk pondok putri halaqoh dilaksanakan pada hari jumat siang.
11) Tahfidzul Qur‟an
85
Program regular tahfidzul Qur‟an merupakan program wajib
bagi seluruh santri selama berada di pondok pesantren putri Nurul
Islam tengaran, dengan target santri mampu menghafal 1,5 juz
setiap tahunya. Waktu pelaksanaan program tahfidzul Qur‟an
adalah setelah subuh untuk setoran hafalan. Santri dibagi menjadi
beberapa halaqoh dan setiap halaqoh dibimbing seorang musyrifah
tahfidz. Di ahad pagi dilaksanakan agenda Tasmi‟ (simaan hafalan)
secara berkala dan terjadwal. Harapanya lulusan pondok pesantren
putri Nurul Islam tengaran sudah mempunyai bekal hafalan dan
menciptakan pribadi yang sabar dan ikhlas.
b. Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan dan Pengaruhnya
Terkait dengan adanya kegiatan keagamaan, harus ada bagaimana
dengan pelaksanaan kegiatan tersebut dan pengaruhnya dalam
menanamkan nilai-nilai religius terhadap santri putri Nurul Islam
Tengaran, pelaksanaan kegiatan tersebut meliputi pelaksanaan kegiatan
sholat tahajud, sholat dhuha, sholat berjamaah, kajian kitab,
muhadlhoroh / khitobah, tahsinul Qur‟an, Mabit, baca al-ma‟surat pagi
dan sore, baca hadist, halaqoh /Liqo‟, dan tahfidzul Qur‟an, dengan
penjelasan seperti di bawah ini:
a. Tahajud
Shalat tahajud dilaksanakan oleh pembina dan santri setiap
hari yaitu dikerjakan pada malam hari setelah bangun tidur.
Biasanya di lakukan sekitar jam 03.00 WIB. Pembina biasanya
86
menyetel/ membunyikan murrotal untuk membangunkan para
santri. Kegiatan shalat tahajud ini menjadikan santri melatih
kejujuran, tanggung jawab, ikhlas karena pelaksanaanya di malam
hari dan banyak halangan yang bisa membuat malas dalam
bertahajud seperti ngantuk, dingin dan lain-lain.
b. Shalat Berjamaah
Program ini berupa pengkondisian santri dimulai sejak
adzan dikumandangkan sampai wirid dan dzikir setelah shalat.
Biasanya setengah jam sebelum waktu sholat harus sudah berada
di dalam masjid. Dan untuk melatih kedisiplinan apabila yang
terlambat tanpa alasan yang mendesak maka akan di beri sanksi
jalan jongkok. Tata cara shalat diajarka kepada santri ketika
mereka menjadi santri baru. Harapanya dengan tertib dan khusu‟
dalam shalat berjamaah akan tercipta pribadi santri yang disiplin
dan hidup sehat karena gerakan sholat merupakan olahraga yang
membuat tubuh menjadi lebih sehat.
c. Sholat Dhuha
Shalat dhuha dilakukan sebelum brangkat sekoalah atau di
kerjakan di sekolah bersama guru-gurunya. Karena pembiasaan
program ini, santri melakukan sholat duha tanpa harus di oprak-
oprak. Kegiatan shalat dhuha menjadikan santri dapat menjaga ke
istiqomahan dan kedisiplinan. Selain itu menjadikan santri lebih
mandiri karena kegiatan sholat duha adalah kegiatan yang pembina
87
tanpa harus mengoprak-opran santri harus sudah sadar akan
pembiasaan tersebut.
d. Kajian kitab
Kajian kitab dilaksanakan setiap senin sampai kamis jam
16.00 untuk tingkat SMP dan malam hari untuk tingkat MA.
Ketika sore biasanya dilakukan setelah asar untuk SMP dan ba‟da
isya‟ untuk santri MA. Dalam pelaksanaanya setiap santri berada di
kelas dan ada satu pembina yang menjadi pengajar kajian kitab.
Kegiatan kajian kitab ini menjadikan santri dapat menjaga dan
selalu memperbaiki akhlaknya serta peduli sosial terutama sosial
dengan teman, kakak kelas dan para pembina asrama. Bersikap
jujur dan takut untuk berbuat hal-hal yang dilarang agama.
e. Muhad1horoh/ khitobah
Muhadlhoroh dilaksanakan pada hari jum‟at jam 16.00
(Ba‟da Shalat Asar). Kegiatan ini di wajibkan bagi semua santri.
Dalam pelaksanaanya setiap santri mendapatkan giliran untuk
berpidato di depan teman-temannya. Dan di dengarkan oleh teman-
temanya serta di pantau oleh para pembina. Kegiatan muhadlhoroh
ini menjadikan santri dapat belajar percaya diri, membangun
mental, dan melatih kefasihan dalam menyampaikan dakwah atau
berbicara di depan orang banyak. Sehingga menjadi bekal kelak
ketika sudah terjun ke masyarakat.
f. Tahsinul Qiro‟ah
88
Program ini dikhususkan untuk memperbaiki bacaan Al-
Qur‟an santri. Mengambil waktu setiap hari setelah shalat maghrib,
santri duduk bersama dengan disertai seorang ustadzahnya. Dalam
kegiatan ini menjadikan santri belajar lebih kerja keras lagi dalam
memperbaiki bacaan al-Qur‟an. Karena sebaik-baik membaca al-
qur‟an ketika membacanya dengan benar sesuai tajwid dan
makhrojnya.
g. Mabit (malam bina iman dan taqwa)
Dalam pelaksanaan kegiatan MABIT ini diawali dengan
kajian dilanjutkan dengan qiyamullail dan diakhiri sholat shubuh
berjamaah. Waktu pelaksanaanya adalah satu bulan sekali untuk
setiap jenjang yang berbeda. Kadang di lakukan di dalam pondok
kadang juga dilakukan di luar pondok. Kegiatan MABIT ini
menjadikan santri untuk selalu menjaga ke imanan dan ketaqwaan
kepada Allah AWT. Serta menjaga nilai religius / nilai karakter
dalam hubungannya dengan Tuhan.
h. Baca al-ma‟surat pagi dan sore
Kegiatan membaca al-ma‟surat ini di lakukan wajib setiap
pagi dan sore. Ketika pagi maka di baca setelah setoran tahfidz
dan sore dibaca waktu menunggu sholat maghrib. Dilakukan
secara bersama-sama di masjid. Program membaca al-ma‟surat
pagi dan sore harapanya selain mengasah kedisiplinan santri juga
supaya lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.
89
i. Baca hadist
Baca hadist setiap habis maghrib sebelum tahsin, kegiatan
ini dilakukan oleh salah satu santriwati yang mendapat giliran
bertugas untuk menyampaikan didepan teman-teman nya dan para
ustadzah. Yaitu menyampaikan hadist beserta isinya (maksud dari
hadist itu) dengan posisi berdiri menggunakan mikrofon. Harapan
dari program ini yaitu supaya lebih memahami hadist dan
menjadikan santri lebih melatih mental saat berbicara di depan
umum.
j. Halaqoh tarbawiyah /Liqo‟ / mentoring
Program wajib bagi seluruh santri putri halaqoh / loqo‟
dilaksanakan pada hari jumat siang. Biasanya dilakukan ba‟da
sholat duhur. Kegiatan ini di lakukan secara berkelompok dan
didampingi oleh satu ustadzah dalam setiap kelompok. Sebagai
wahana menggembleng santri menuju pribadi yang berkarakter.
Kegiatan ini menjadikan santri lebih memantapkan diri menuju
pribadi yang baik.
k. Tahfidzul Qur‟an
Waktu pelaksanaan program tahfidzul Qur‟an adalah
setelah subuh untuk setoran hafalan. Santri dibagi menjadi
beberapa halaqoh dan setiap halaqoh dibimbing seorang
musyrifah tahfidz. Di ahad pagi dilaksanakan agenda Tasmi‟
(simaan hafalan) secara berkala dan terjadwal. Harapanya lulusan
90
pondok pesantren putri Nurul Islam tengaran sudah mempunyai
bekal hafalan dan menciptakan pribadi santri yang sabar dan
ikhlas.
4. Hambatan Pembina Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius
Pada Santri Putri Di Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran.
Bagi seorang santri, pembina merupakan orang tua kedua
setelah orang tua kandungnya yang membina mereka selama di
pondok pesantren Nurul Islam Tengaran. Oleh karena itu, hubungan
antara pembina dengan santri sangatlah erat dan orang tua atau wali
dari santri sangat percaya pada pembina asrama di pondok pesantren
Nurul Islam Tengaran. Dalam berbagai hal banyak orang tua atau wali
menyerahkan “nasib” anaknya kepada pembina, mulai dari kehidupan
sehari-hari, masalah belajar bahkan masa depan santri.
Untuk membina karakter santri yang bermacam-macam latar
belakang dan usia ini tentu pembina memiliki problem dan hambatan
dalam prosesnya. Tetapi bagi pembina tidak menjadi masalah yang
berat dalam melaksanakannya, karena sudah terbiasa dalam
menangani berbagai masalah santri. Begitu pula kepala asrama putri
yang sudah 13 tahun berada di lembaga tersebut sehingga mengetahui
dan memahami betul bagaimana sifat dan karakter santri di pondok
pesantren Nurul Islam Tengaran tersebut.
Hambatan yang sering dialami oleh pembina adalah dari
sebagian kecil santri yang belum bisa taat pada aturan, disiplin dan
91
berakhlak mulia yang disebabkan oleh latar belakang santri. Sudah
berbagai cara dan usaha yang dilakukan mulai dari penerapan reward
dan punishment, pendekatan dari hati ke hati, pemberian motivasi, dan
menerapkan kegiatan-kegiatan keagamaan. Jika anak belum bisa
diatur, jalan terakhir yang pembina gunakan adalah bermusyawarah
dengan kepala asrama guna memberikan keputusan terbaik bagi santri.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan laporan yang tersaji dalam skripsi ini
penulis mengambil kesimpulan:
1. Peran pembina asrama dalam penanaman nilai-nilai religius melalui
kegiatan keagamaan yaitu pembina berperan sebagai pembimbing
sebagaimana orang tua dengan menggunakan metode uswatun
hasanah, pembina berperan sebagai kakak yang memberikan perhatian
dan pengawasan, pembina menggunakan metode pembiasaan seperti
halnya seorang teman yang membersamai dalam proses belajar seperti
mengingatkan ketika temannya salah, dan pembina berperan sebagai
guru/ ustadzah dengan menggunakan metode Nasihat dan hukuman
dalam mendidik santrinya seperti halnya menasihati disaat santri
melakukan kesalahan dan memberikan hukuman untuk kebaikan
santri. Hubungan baik dengan orang tua atau wali santri sangat penting
karena keterlibatan orang tua sangat berpengaruh pada pendidikan
santri di pondok pesantren. Karena sudah menjadi kewajiban pembina
asrama dan orang tua untuk mendidik anak supaya menjadi pribadi
yang berakhlakul karimah.
93
2. Pembinaan yang diterapkan dalam menanamkan nilai-nilai religius
melalui kegiatan keagamaan pada santri putri pondok pesantren nurul
islam yaitu dengan menerapkan beberapa metode diantaranya yaitu
metode keteladanan (uswatun hasanah), metode pembiasaan, metode
nasihat, metode perhatian/ pengawasan, dan metode hukuman.
3. Terkait dengan macam-macam kegiatan keagamaan dalam
menanamkan nilai-nilai religius, yaitu meliputi kegiatan sholat tahajud,
sholat dhuha, sholat berjamaah, kajian kitab, muhadlhoroh / khitobah,
tahsinul Qur‟an, Mabit, baca al-ma‟surat pagi dan sore, baca hadist,
halaqoh /Liqo‟, dan tahfidzul Qur‟an. Pengaruh kegiatan keagamaan
dalam menanamkan nilai-nilai religius pada santri putri
a. Tahajud : kejujuran, tanggung jawab, ikhlas
b. Shalat Berjamaah : disiplin dan hidup sehat
c. Sholat Dhuha : istiqomahan, kedisiplinan, dan mandiri
d. Kajian kitab : akhlaknya dan peduli sosial
e. Muhad1horoh/ khitobah : percaya diri dan membangun mental
f. Tahsinul Qiro‟ah : kerja keras
g. MABIT : religius
h. Baca al-ma‟surat pagi dan sore : kedisiplinan
i. Baca hadist : melatih mental
j. Halaqoh tarbawiyah /Liqo‟ : religius
k. Tahfidzul Qur‟an : sabar dan ikhlas
94
4. Hambatan pembina asrama dalam menanamkan nilai-nilai religius di
pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran adalah anak yang sulit
diatur. Pembina tetap memberikan hukuman kepada mereka yang
menjadi penghambat menuju kebaikan. Hambatannya yaitu latar
belakang anak baik dari orang tua maupun lingkungan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam pembinaan tentu harus
memiliki kesungguhan agar terwujud visi misi bersama dari sebuah
lembaga. Adapun saran untuk santri yaitu:
1. Hubungan antara pembina dan santri merupakan hubungan dialektika
dimana di atara keduanya saling memberikan pengaruh dan akibat.
Bagaimana santri berdialektika dengan pembina dengan baik supaya
tercipta lingkungan yang harmonis.
2. Santri harus patuh terhadap pembina asrama demi keberhasilan
pembentukan karakter.
3. Apabila melakukan pelanggaran, santri hendaknya sadar bahwa
sikapnya salah dan tidak mengulanginya lagi.
Adapun saran untuk pengasuh dan pengurus yaitu:
1. Sebagai upaya menanamkan niai-nilai religius, maka antar pembina
meningkatkan hubungan dengan memberikan perhatian dan pembinaan
demi tercapainya keberhasilan yang sesuai dengan harapan pondok
pesantren putri Nurul Islam Tengaran.
95
2. Pembina asrama merupakan cermin dan teladan bagi santri, oleh
karena itu hendaknya lebih memperhatikan hal-hal yang bisa diambil
contoh dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwah. 2013. Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta:
Khatulistiwa Press.
Abdul Muhammad Qadir Abu Faris. 2005.Menyucikan Jiwa. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ahsin W. Al Hafizd. 2006. Kamus Ilmu Al-Quran. Jakarta: Amzah.
Aji Bramma Putra.2010. Berpuasa Sunnah Senikmat Puasa Ramdhan. Yogyakrta:
Wahana Insani.
Al-Ghazali Muhammad. 1993. Akhlak Seorang Muslim. Semarang: Wicaksana.
Ali Anwar Yusuf. 2003. Studi Agama Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Arifin Zainal Dan Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmuni Yusran. 1997. Dirasah Islamiah 1. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Chabib Thoha, dkk. 1999. Metodologi Pembelajaran Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Dendy Sugono. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bhasa Edisi IV.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Agama RI. 2005. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Dhofier Zamakhsyari. 1980. Tradisi Pesantren. Jawa Timur: LP3ES.
Didik Sukardi. 2014. Nilai Karakte rrefleksi Untuk Pendidikan. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Fatah Abdul Idris dan Abu Ahmadi. 2004. Fikih Islam Lengkap. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Fathurrohman Muhammad. 2015. Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hafidhuddin Didin. 1998. Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, dan Sedekah,.
Jakarta: GemaInsani.
Heru Gunawan. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teori dan Pemikiran Tokoh.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Jauhari Heri Muchtar. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kasali, Rhenald. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations &
Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang.
Kencana Inu Syafiie. 2008. Al-Qur’an dan Filsafat. Jakarta: PT. Perca.
Naim Ngainun. 2012. Character Building. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Nuruddin. 2003. Agama Tradisional. Yogyakarta: LKIS.
Marasudin seregar. 1998. “Pengelolaan pengajaran: suatu dinamika profesi
keguruan”, dalam M. chabib thoha dan abdul mu‟ti (eds), PBM_PAI di
sekolah. Yogyakarta: pustaka pelajar.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Bandung:
Rosda Karya.
Muhyiddin Asep,Dkk.2014. Kajian Dakwah Multiperspektif: Teori, Metodologi,
Problem, dan Aplikasi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Sahlan Asmaun. 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN
Maliki Press.
Sutanto Teguh. 2015.Panduan Shalat dari Shalat Wajib Hingga Shalat Sunah.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sutarjo Adisusilo. 2012. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter: Konstruktivisme dan
VCT sebagai Inoasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta:Raja
Grafindo Persada.
Ulil Amri Syafri. 2014. Pendidikan Karakter Berbasisi Al Qur‟an. Jakarta:
Rajawali Press.
W.J.S., Poerwadarminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Zuhairi Dkk. 1993. Metodik Khusus Pendidikna Agama. Surabya:Usaha Nasional.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Sri Mulyani Fakultas : FTIK
NIM : 23010-15-0041 Jurusan : Pendidikan Agama
Islam
Dosen PA : Jaka Siswanta, M.Pd.
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Status Skor
1 Seminar Nasional “ Geliat
Masyarakat Urban”
25 Maret 2016 Peserta
8
2 Seminar Nasional
“Pemberdayan Perempuan
dan Pemuda dalam Upaya
Pencegahan Terorisme dan
Radikalisme di Jawa Tengah”
4 Oktober 2015 Peserta 8
3 Seminar Nasional “Pemuda,
Peradaban Islam dan
Kemandirian”
2 September
2015
Peserta 8
4 Seminar Nasional dan Masa
Ta‟aruf “ Membumikan
Gerakan Mahasiswa Berilmu
Amaliyah, Amal Ilmiah”
12 September
2015
Panitia 8
5 Seminar Nasional
“Epistemologi Tafsir
Kontemporer; Integrasi
Hermeneutika dalam Metode
Penafsiran Al-Qur‟an”
30 September
2015
Peserta 8
6 Seminar Nasional “
Kompetensi Guru di Era
Revolusi Industri
27 November
2018
Panitia 8
7 Seminar Nasional dan Masa
Ta‟aruf “Membangun
10 September
2016
Panitia 8
Intelektualitas Mahasiswa
Melalui Budaya Literasi Di
Era Virtual “
8 Seminar Nasional
“Entrepreneur Muda
Membangun Bangsa”
1 Mei 2018 Peserta 8
9 Seminar Nasional “ Bunga
Rampai Untuk Ibu: Rezim
Gender Indonesia dalam
Kilas Balik 2018”
18 Desember
2018
Peserta 8
10 Seminar Sehari dalam
Rangka Kunjungan Studi “
Peran Masyarakat dalam
Mewujudkan Pendidikan
Islam yang Rahmatalil
Alamin “
17 Desember
2017
Peserta 8
11 Seminar Nasional “
Mengembangkan Layanan
Kemanusiaan Berbasis
Kearifan Lokal Komunitas”
17 Desember
2016
Peserta 8
12 Seminar Nasional “Islamisasi
Nusantara ataukah
Menusantarakan Islam”
8 November
2015
Peserta 8
13 Seminar Nasional
“Perempuan Indonesia di
Mata Hukum dan HAM”
21 Desember
2016
Peserta 8
14 Surat Keputusan (SK)
Tentang Pengesahan
Pimpinan Komisariat Ahmad
Dahlan Ikatan Mahasiswa
1 tahun Sekertaris
Bidang
Organisasi
6
Muhammadiyah Kota
Salatiga 2016/ 2017
15 Surat Keputusan (SK)
Tentang Pengangkatan
Dewan Mahasiswa Fakultal
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
2017
1 tahun Devisi
Keagamaan
6
16 Surat Keputusan (SK)Tentang
Pengesahan Pimpinan Cabang
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah 2018-2019
1 tahun Sekertaris
Bidang Riset
dan
Pengembangan
Keilmuan
6
17 UPTPB Certificate of
Completion (Pendidikan
Bahasa Inggris)
22 Februari – 10
juni 2016
Peserta 6
18 UPTPB Syahadah (
Pendidikan Bahasa Arab )
22 Februari – 10
juni 2016
Peserta 6
19 Syahadah Darul Arqam
Madya “islam dan politik
dalam Bingkai Kebhinekaan
untuk Indonesia Berdaulat”
16-20 Mei 2017 peserta 5
20 Latihan Instruktur Dasar
(LID)
24- 27 Agustus
2017
Peserta 4
21 Pelatihan Kepramukaan FTIK
IAIN Salatiga
19-21 Juli 2018 Peserta 4
22. Rapat Koordinasi Daerah,
DPD IMM Jawa Tengah
10 Desember
2015
Panitia 4
23 Pelatihan Iqra‟ Kibar SD
Muhammadiyah Plus Salatiga
23 – 25 Juli
2016
Peserta 3
24 OPAK Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan 2015
“Integrasi Pendidikan
Karakter Mahasiswa Melalui
Kampus Edukatif Humanis
dan Religius”
13 Agustus
2015
Peserta 3
25 OPAK IAIN SALATIGA
2015
“Penguatan Nilai-Nilai Islam
Indonesia Menujju Negara
yang Aman dan Damai”
Agustus 2015 Peserta 3
26
Pelatihan Desain Grafis-Corel
Draw
23-25 Desember
2017
Panitia 3
27 UPT PERPUSTAKAAN
“Library User Education
(Pendidikan Pemustaka)”
21 Agustus
2015
Peserta 2
28 Take Me Som HMJ “
Realisasi Mahasiswa PAI
Sebagai Cendekiawan
Muslim yang Multitalent dan
Profesional”
29-30 April
2017
Peserta 2
29 Pekan Ilmiah Gelar Budaya
dalam Rangka HARDIKNAS
FTIK IAIN Salatiga
9 Mei 2018 Peserta 2
JUMLAH 164
Salatiga, 8 Maret 2019
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan
Kerjasama
Dr. Achmad Maimun, M.Ag.
NIP: 19700510 199803 1 003
Lampiran 6 Transkrip Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Nurrohmah SP.d
Umur : 36
Jenis kelamin : Peremuan
Status : Kepala Asrama Putri
Hari/tanggal : Jum‟at, 12 April 2019
Pukul : 10.00 WIB
Fokus : Peran Pembina Asrama
B. Butir – butir pertanyaan
1. Menurut saudara seberapa penting pembinaan di Lembaga ini?
Jawab:
Kalau di tanya penting pasti penting ya terutama kami sebagai
penanggung jawab di asrama putri merasa sangat penting untuk
membina anak terutama kami di bidang akhlaknya, ibadah, bahasa dan
kebersihan ini yang kita pegang. Dan ini kita turunkan menjadi
program-program yang kita atur sedemikian rupa, harapanya sih anak-
anak dengan pembiasaan-pembiasaan yang selama ini kita jadwalkan
bisa tebiasa dengan pembiasaan-pembiasaan yang telah kita
laksanakan ini.
2. Bagaimana saudara menerapkan pembinaan di Pondok Pesantren Putri
ini ?
Jawab:
Dalam penerapan tugas kalau disini sudah devisi-devisi masing-
masing ya supaya terfokuskan dan hasinya lebih baik lagi. Untuk yang
pertama akhlak ya, kita nanti ya diantaranya akhlak sama teman,
ustadzah seperti salam sapa salim gitu. Jadi setiap ketemu ustadzah
harapanya anak-anak bisa menyapa salam salim seperti itu. Kemudian
juga sama kakak kelas harus menghormati sama adeknya juga yang
kakak kelas itu juga manggilnya juga adek, ukhti gitu. Selanjutnya
yaitu pembinaan ibadah, ibadah ini dalam satu pekan itu ada secara
khusus tahajud berjamaah. Puasa senin kamis yang kita tekan kan tapi
alhamdulillah sih anak-anak banyak juga yang puasa daud tapi tidak
kita wajibkan ya seperti itu. Kemudian kalau pembinaan yang lain
masih banyak ya misalkan dalam hal kebersihan. Kita mencoba
mengerahkan anak-anak supaya menjaga kebersihan. Tiap hari juga
ustadzahnya juga ngecek dalam hal piket juga.
3. Apa saja yang saudara ketahui tentang kegiatan-kegiatan terkait
dengan peningkatan religiusitas santri di pondok pesantren ini?
Jawab:
Kalau kegiatan itu banyak ya, ya selain sholat berjamaah, sholat duha,
tahajud, ada juga kegiatan mentoring / halaqoh/ liqo‟ ini biasanya
dilaksanakan di hari jum‟at setelah anak-anak pulang sekolah.
Kemudian ada juga tahfidz biasanya di pagi hari sehabis sholat subuh
lalu ada pembacaan alma‟surat pagi dan shore, muhadlhoroh/khitobah
ini biasanya di hari jumat sore/ ba‟da asar. Trus ada juga mabit (malam
bina iman dan taqwa) kalau ini biasanya sebulan sekali. Ada juga
kajian kitab, dan tahsinul qur‟an yang biasanya di laksanakan habis
sholat maghrib dan ada kultum hadis supaya anak lebih mengenal
hadist-hadist setiap hari sehingga lebih menambah keimanan.
4. Bagaimana cara saudara menanamkan nilai-nilai religius pada santri
putri di lembaga ini ?
Jawab:
Ya selain kita ikat dengan peraturan juga dengan pembiaasaan –
pembiasaan seperti hal nya dengan kegiatan-kegiatan yang wajib di
ikuti oeh santri. ya memang kita minta pembina asrama itu untuk
mengawasi dan memberi teladan yang baik. Kita juga ada muttaba‟ah
pekanan, ya misalkan yang dari bagian ibadah sendiri itu di pantau
sekurang-kurangnya itu data dikumpulkan gitu. Selain itu kita juga
memantau anak dan ketika ada yang kurang pas ya kita nasehati.
Dalam hal pendidikan baik akhlak maupun kedisiplinan saya selalu
menerapkan hadiah (reward) dan hukuman (punishment). Anak yang
mendapat prestasi di pondok dan berakhlak baik akan mendapat hadiah
dari pembina dan pengurus, sebaliknya anak yang nakal tidak taat pada
aturan akan diberikan hukuman
5. Bagaimana respon santri putri terhadap penerapan pembinaan
saudara?
Jawab:
Kalau respon tentunya banyak, ya alhamdulillah banyak yang manut
ya meskipun ada juga yang kurang sengaja melanggar. Apalagi dari
segi latar belakang santri yang kurang maksut saya dari keluarga yang
tidak utuh. Jadi ada beberapa yang dari rumah nya sendiri ada yang
broken orang tuanya pisah. Dan ada juga yang tinggalnya tidak sama
orang tuanya. Akhirnya membuat anak tersebut tu ini apanamanya
entahlah ya setelah kita melihat dari beberapa tahun ini anak-anak
yang bermasalah itu mereka dari rumah ya kurang support / kurang
perhatian terutama itu. Kedua karena wali murid yang kurang diajak
kerjasama sehingga peraturan-peraturan yang sebelumnya sudah kita
sepakati itu dilanggar seperti bawa hp. Ada yang seharusnya kalau
keluar asrama itu harus ijin tapi ya masih ada orang tua yang sengaja
keluar asrama tidak ijin pada saat penjengukan ya ada responya yang
seperti itu. Tapi juga ada buanyak sekitar 80% yang wali santri dan
santri nya baik dan nurut. Mungkin ya 20% memang agak special
butuh lebih di perhatikan lagi gitu.
6. Bagaimana saudara menyelesaikan masalah yang timbul dari santri
putri ?
Jawab:
Ya kalau masalahnya yang timbul kita lihat ya dia masalahnya di apa
kemudian kita cari kenapa kira-kira bagaimana solusinya, pasti kita
runtut dulu misalkan santri mengambil uang milik orang lain ya kita
kroscek dulu kenapa sampai seperti itu jajan nya banyak enggak
berapa uang sakunya gitu. Kita berusaha mencari solusi jadi tidak
hanya menyalahkan ya kita juga harapanya anak bisa berubah dan
membangun karakter yang sesuai dengan al-qur‟an dan sunnah dan
sesuai denga peraturan yang sudah kita sepakati bersama gitu. Yang
jelas kalau ada masalah pasti kita kroscek ya masalahnya apa,
sebabnya apa dan bagaimana kita sama-sama untuk membantu anak
tersebut supaya lebih baik lagi.
7. Bagaimana hubungan sosial santri putri terhadap pembina asrama?
Jawab:
Kalau hubungan sosial selama ini ya secara umum baik ya ada sedikit
seperti yang sudah saya katakan tadi ya walaupun sedikit pasti ada
yang kurang.
8. Hambatan apa saja yang saudara alami dalam proses menanamkan
nilai-nilai religus pada santri putri ?
Jawab:
Ada dua hambatan intern dan ekxtern. Hambatan intern kalau saya
sendiri karena saya kepala asrama yaitu dari pembina asrama sendiri
sering gonta-ganti. Saya merasakan sendiri ya hampir 13 tahun saya
disini, setiap tahunya pasti ada yang ganti musrifahnya / pembina nya
jadi kita itu kekurangan di SDM nya untuk pembinaan asrama sendiri.
Selain itu hambatan esktern nya yaitu dari segi wali murid dalam arti
pengertian wali murid kadang menjadi kendala bagi kita. Kadang wali
murid tidak faham dengan pembinaan disini. Misakan anak disini
sudah di tanamkan hal-hal baik contoh kecil itu yang masih menjadi
masalah kadang tentang jilbab sudah dikatakan di hadist itu wajib
untuk menutup aurat, tapi kadang ada orang tua yang ketika anak
pulang bilang udah gak papa gak usah pakai jilbab yang besar-besar
ada juga orang tua yang membiarkan anak tidak menutup aurat secara
sempurna contohnya tidak memakai kaos kaki ketika keluar rumah
udah pakai celana aja gitu. Kemudian ada juga orang tua yang
membebaskan anak nya main hp di rumah dan itu membuat kita
kesusahan, begitu kita bin lama di asrama satu minggu pulang sudah
dibebaskan membawa hp seharian penuh, ahirnya ketika mereka
kembali kesini ya gitu kenal ya macem-macem lah susah juga kadang.
Kemudian juga kita disini sudah membatasi tidak boleh menyetel lagu-
lagu yang baik tapi setelah anak pulang ya mereka tau lagu-lagu lain
yang ber gaya-gaya korea ya itu menjadi hambatan bagi kita. Tapi
hanya beberapa santri tidak semuanya. Ahamduillah walaupun ada
yang beberapa kurang baik tapi masih banyak dari santri dan orang tua
yang bisa diajak bekerja sama demi menjadikan santri kearah yang
lebih baik lagi.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Nurul Hikmah
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Pembina Asrama Putri
Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
Pukul : 15.00 WIB
Fokus : Peran Pembina Asrama
B. Butir – butir pertanyaan
1. Menurut saudara seberapa penting pembinaan di Lembaga ini?
Jawab:
Sangat penting, karena dengan pembinaan yang di lakukan para
ustadzah bertujuan menjadikan anak yang islami dan ber ahklakul
karimah.
2. Bagaimana saudara menerapkan pembinaan di Pondok Pesantren Putri
ini ?
Jawab:
Ya kalau disini sih segala peraturan sudah ada dari atasan, kecuali
kalau semisal ada kasus-kasus baru kemudian kita membuat kebijakan-
kebijakan baru la itu sesuai dengan kesepakatan kita dan yayasan juga.
Karna kan kita ini apa ya istilahnya bekerja di bawah lembaga atau
lingkup yayasan jadi ya apapun keputusannya ya yayasan yang bisa
memutuskan kita ya Cuma mengusulkan.
3. Apa saja yang saudara ketahui tentang kegiatan-kegiatan terkait
dengan peningkatan religiusitas santri di pondok pesantren ini?
Jawab:
Kegiatan sih banyak, yang bernilai agama terumata sholat berjamaah,
tahfidz, sholat duha, sholat tahajud, mabit (malam bina iman dan
taqwa), kajian kitab, muhadloroh (khitobah), tahsinul qur‟an, baca al-
ma‟surat pagi dan sore, halaqoh (liqo‟), baca hadist dan lain-lain.
4. Bagaimana cara saudara menanamkan nilai-nilai religius pada santri
putri di lembaga ini ?
Jawab:
Ya saya menerapkan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada,
semisal tentang adab ya para ustadzah biasanya menghimbau kalau
semisal ada halaqoh, pertemuan atau apapun itu pasti mereka ngasih
ilmu-ilmu tentang adab seperti tegur sapa gitu dan lain-lain.
kalau untuk metode ? kalau metode sih itu masing-masing setiap
ustadzah pasti memiliki metode sendiri-sendiri misalkan tahfidz merek
membuat kebijakan sendiri contohnya apabila santri tidak setoran
tahfidz tiga kali maka di kasih hukuman berdiri ketika muroja‟ah. Dan
kalau untuk pelanggaran yang lain biasanya ada point-point nya. Selain
punishment ada juga reward bagi santri yang hafal lima jus maka akan
di kasih jilbab rabbani oleh ustadzahnya.
5. Bagaimana respon santri putri terhadap penerapan pembinaan
saudara?
Jawab:
Kalau respond mereka para santri terhadap saya baik-baik aja sih kalau
emang anak nya bukan tipe yang membangkang, dan itu juga adanya
musrifah / wali kamar seperti saya tentunya ya sangat membatu untuk
mereka misalkan ketika mereka sakit atau ada masalah atau keperluan
sesuatu kita sebagi tempat konsultasi buat mereka. Kalau untuk anak
yang agak susah di atur pasti ada ya disetiap lembaga manapun
misalkan kabur pada saat penjengukan, dan sebagai pembina asrama
kita bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan santri.
6. Bagaimana saudara menyelesaikan masalah yang timbul dari santri
putri ?
Jawab:
Ya biasanya saya panggil anak nya, saya tanya sebenere kenapa kok
melakukan pelanggaran ? itu tu pasti mereka punya alasan sendiri trus
di kasih pengertian. Kemudian bagaimana baiknya kalau semisal perlu
punishment turunkan punishment kemudian orang tua dikasih tau
seperti itu. Untuk masalah yang ringan biasanya saya tangani sendiri
misalkan anak kamar saya membuat masalah namun kalau saya sudah
gak bisa atau istilahnya sudah give up ya saya serahkan ke ustdzah
yang lain. Dan orang tua pasti dikasih tau.
7. Bagaimana hubungan sosial santri putri terhadap pembina asrama?
Jawab:
Ya baik sih, mereka juga respon nya baik dan ramah-ramah. Kalau
ada ustdzah baru emang kadang santri kurang menyapa atau cuek ya
mungkin karna belum kenal dan belum beradaptasi ya seperti itu dan
solusinya ya harus saling mengenal dan mencoba untuk saling tegur
sapa. Selain itu kan juga ada pembelajaran dalam kajian kitab di kitab
akhlakul banat itu di berikan ilmu tentang adab dan perilaku baik yang
harus di lakukan seorang guru/ ustadzah dan santri dalam bersosial.
8. Hambatan apa saja yang saudara alami dalam proses menanamkan
nilai-nilai religus pada santri putri ?
Jawab:
Hambatan pasti ada ya, seperti ketika ada anak yang susah dinasehati
dan malah kadang ketika dikasih punishment bilang sama orang tua
sehingga nanti orang tua lapor kesini. Kadang tu mereka berlebihan
contohnya kemaren ketika dibangunin untuk sholat subuh ustadzahnya
gedor pintu, santri bilang ke orang tuanya di bangunin dengan di
gebukin la itu kan berlebihan, ya namanya juga masih anak-anak ya
kita harap maklumi dan dikasih pengertian aja.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Sukma Cahyanti Cokrodyah
Umur : 19 tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Status : Pembina Asrama Putri
Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
Pukul : 16.00 WIB
Fokus : Peran Pembina Asrama
B. Butir – butir pertanyaan
1. Menurut saudara seberapa penting pembinaan di Lembaga ini?
Jawab:
Ya kalau penting sudah pasti penting, kenapa soalnya kan dalam
sebuah lembaga itu dibutuhkan pembentukan karakter ya tentunya
sangat berguna dalam sebuah pembinaan. Selain itu kan pendidikan
karakter tidak hanya orang tua saja akan tetapi di sekolah madrasah
ataupun pondok pesantren seorang siswa pun berhak mendapatkan
pendidikan biar lebih terbentuk lagi karakternya.
2. Bagaimana saudara menerapkan pembinaan di Pondok Pesantren Putri
ini ?
Jawab:
Mungkin untuk pertama kalinya kita harus mengetahui karakter dulu
ya dari seorang santri karna gak semua karakter santri itu sama, jadi
untuk pertama-tama kita tu harus melakukan pendekatan dulu sama
anak apalagi anak-anak yang bermasalah. Semisalkan anaknya itu
susah buat di nasehati berarti kita deketin dulu dia tu ada masalah apa
sebenarnya. Kenapa kok sampai dia tu susah dinasehati gitu.
3. Apa saja yang saudara ketahui tentang kegiatan-kegiatan terkait
dengan peningkatan religiusitas santri di pondok pesantren ini?
Jawab:
Beberapa sih seperti sholat wajib yang emang harus dikerjakan
dimasjid na itu kan emang yang paling utama ya, selain itukan juga
dari setiap wali kamar kan membina setiap santri misalkan di pagi hari
dimana wali kamar itu yang memberi tahu ke santri untuk melakukan
sholat duha ataupun mengingatkan puasa selain itu juga ada
pembacaan al-ma‟surat di masjid pada waktu pagi dan sore dimana itu
jika semakin mendekatkan anak itu kepada sang maha pencipta agar
gak lupa gitu.
4. Bagaimana cara saudara menanamkan nilai-nilai religius pada santri
putri di lembaga ini ?
Jawab:
Kalau beberapa anak kan terlahir dari keluarga yang akhlaknya kurang,
jadi semisal orang tua nya sibuk kalau sama anak nya dimarah-marahin
terus kan ada , jadi apa ya untuk anaknya itu ya harus dikasih tau
bahwasanya emang penting untuk berakhlak terutama kepada orang
tua ,orang yang lebih tua dan gurunya. Kadang kan ada beberapa anak
yang sudah paham yang nggak perlu di kasih tahu. Tapi ada juga yang
harus dikasih tau dulu gitu. Selain akhlak juga mental itu penting untuk
bekal sang anak hidup dengan teman-teman nya yang beda akan latar
belakang, seperti daerah, bahasa dan lain-lain. Jadi disini tu ada
kegiatan yitu muhadhoroh / khitobah. Na dalam berpidato ini kan
setiap anak pasti akan mendapatkan giliran untuk bertugas, la ketika
mendapatkan giliran anak-anak ini harus bisa belajar ngomong di
depan umum/ teman-temanya tanpa harus menatap teks terus. Jadikan
kalau seperti itu lama-lama anak akan terbiasa dan bisa menjadi
kebiasaan jadi udah gak malu lagi di depan orang banyak. Kemudian
selian akhlak, mental juga anak di ajarkan untuk cinta alam. Semisal
seperti kemaren di semester pertama anak itu di suruh membawa satu
pot tanaman kemudian pot itu di taruh di depan asrama sini ataupun
didepan masjid. Supaya anak itu emang punya rasa kepemilikan
terhadap apa yang dia punya di dalam asrama gitu, asrama sebelumnya
kan emang dalam keadaan kering kurang banyak pohonya jadi
tujuannya unutk menanamkan kepada anak itu lebih mencintai alam.
5. Bagaimana respon santri putri terhadap penerapan pembinaan
saudara?
Jawab:
Respon nya ya ? respon nya baik sih mungkin beberapa masih ada
yang membangkang gitu, karna kan emang gak setiap anak itu bisa di
bilangin terutama pada santri yang merasa paling bener, tapi ada
beberapa juga yang langsung nurut mungkin dari keluarganya sudah di
biasakan untuk seperti ini-seperti ini gitu. Ya yang namanya anak
memang banyak karakter dan ini menjadi tugas pembina untuk
membenahi karakter santri.
6. Bagaimana saudara menyelesaikan masalah yang timbul dari santri
putri ?
Jawab:
Untuk menyelesaikan masalah itu pertama kalau dari saya sendiri tak
tanya dulu, sebab dan penyebabnya itu kenapa dia melakukan seperti
ini. Nanti kalau emang alasanya kurang masuk akal pertama kita perlu
ngasih tau dulu ke orang tuanya karena orang tua kan berhak tau apa
yang terjadi pada anak nya. Untuk masalah yang ringan biasanya saya
tangani sendiri misalkan anak kamar saya membuat masalah namun
kalau saya sudah gak bisa saya serahkan ke pihak asrama. Untuk lapor
ke orang tua pertama ketika ada masalah yang kecil dulu mislkan kaya
anak yang beberapa kali tidak sholat ke masjid karna emang ada
beberapa pelanggaran yang akan membuat santri memakai kerudung
pelanggaran seperti gak pernah setoran tahfidz na itu mendapatkan
kerudung pelanggaran. Nanti kita kasih tau dulu keorang tuanya “maaf
pak buk, ini anak nya seperti ini jadi terpaksa harus mengguakan
kerudung pelanggaran” jadi kan biar orang tua memaklumi jadi gak
papa karna itukan juga sebuah penidikan karakter buat anak. Tapi
misalkan ada pelanngaran yang serius seperti pacaran, kabur, bawa hp,
mencuri, ketemuan la itu nanti orang tua langsung di panggil apa lagi
kalau pelanggaran itu sudah dilakukan berali-kali dan berulang-ulang.
7. Bagaimana hubungan sosial santri putri terhadap pembina asrama?
Jawab:
Kalau hubungan sosial kan mungkin agak berbeda, mungkin kalau
santri yang kelas 7 atau 8 itu mungkin masih bisa dibilang deket kalau
sama wali/ pengurus kamarnya karena mereka masih butuh perhatian.
Tapi beda lagi kalau sama dengan kelas 9 mungkin semua itu hampir
udah cuek.
8. Hambatan apa saja yang saudara alami dalam proses menanamkan
nilai-nilai religus pada santri putri ?
Jawab:
Hambatanya seperti mungkin kaya bermuka dua ya. Seperti misal di
depan kita santri itu bilang “iya ustadzah kita akan melakukan nya”
tapi ketika di belakang ternyata gak dilakuin jadi seperti kaya
kebersihan, dari ustadzah atau pembina menghimbau untuk selalu
menjaga kebersihan dari santri akan menjawab iya tapi tanpa di
ketahui malah gak dilakuin malah kadang dikotori lagi gitu. Jadi
emang harus di tungguin emang harus bener-bener di perhatiin.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Ieqma Dikta Rachmi
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Santri Putri MA
Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
Pukul : 16.30 WIB
Fokus : Peran Pembina Asrama
B. Butir - butir pertanyaan
1. Menurut saudara pembinaan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pembina asrama/ ustadzah ?
Jawaban:
Kalau menurut saya sendiri kaya pondok kebanyakan ya jadi,kami kan
disini ada devisi-devisi yang ngatur na disitu ada ustadzah yang jadi
pembina nya, kaya devisi amen devisi rohis jadi seluruh kegiatan
seluruh ruang lingkup hidup kami disini itu ya di bina di atur oleh para
pembina/ ustadzah. Selain itu juga setiap seminggu diadakan
muttaba‟ah oleh para pembina untuk menimbang dan mengevaluasi
pembelajaran di pondok pesantren putri Nurul Islam Tengaran.
2. Apa saja metode pembinaan yang diterapkan oleh pembina asrama
dalam mendidik santri putri Nurul Islam ?
Jawab:
Kalau metode mungkin ini ya lewat aturan dan iqob, jadi misalkan kita
ngikutin aturan misalkan contoh ke masjid na kalau misalkan nggak ke
masjid nanti iqob nya atau hukumannya ya kalau nggak jalan jongkok
kalau nggak nanti namanya di catat terus di panggil. Untuk metode
uswah hasanah pasti ya , karna para ustadzahlah yang harus kita
contoh, ketika ustdzah berangkat ke masjid jamaah kita juga demikian
namun jika kita diwajibkan sholatberjamaah dimasjid akan tetapi
ustadzahnya sholat dikamar kita jadi kurang ikhlas untuk mengerjakan
perintahnya. Tapi di setiap waktu pasti ada ustadah yang berjamaah di
masjid dan mengawasi kita. Untuk metode yang lain para ustadzah
membiasakan kalau dari segi pakaian ya, pakaian itu harus minimal 5
jengkal diatas lutut trus sama kerudungnya minimal tiga jari diatas siku
3. Menurut saudara, apa peran pembina asrama di pondok pesantren
Nurul Islam Tengaran?
Jawab:
Menurut saya pembina disini tu kadang bersikap sebagai orang tua
bagi kita kadang sebagai kakak kadang juga sebagai teman yang mana
bisa di ajak curhat dan memberi solusi pada masalah yang kami
hadapi. Tapi pembina juga lebih sering bersikap sebagai ustadzah /
guru yang selalu membimbing kami setiap waktu. Dan juga memberi
teladan sebab kita perlu teladan apalagi orang yang lebih tua itu akan
lebih ahli gitu karena pengalamanya akan lebih banyak jadikan kita
tinggal mencontoh dan melakanakan aja. Jadi kita perlu adanya teladan
yang baik-baik dari ustadzah.
4. Bagaimana saudara melaksanakan perintah pembina?
Jawaban:
Biasanya kalau ada aturan baru atau di tetapkan ya kita tinggal
ngelaksanain aja.
5. Bagaimana cara saudara melaksanakan nasehat dari pengasuh?
Jawaban:
Ya kalau dikasih nasehat oleh yang lebih tua ya harus di hormati di
dengarkan dan dilaksanain selagi itu dalam hal kebaikan.
6. Bagaimana respond saudara terhadap peran pembina asrama di Pondok
Pesantren Putri Nurul Islam? Apakah peran pembina berdampak pada
sikap dan perilaku saudara?
Jawaban:
Respon ya baik-baik aja mungkin ada beberapa teman yang kurag
baik, tergantung diri masing-masing tapi kebanyakan respon baik sih.
Kalau berdampak pada perilaku pasti berdampak ya, seperti senyum
sapa salam yang dilakukan oleh pembina setiap bertemu santri itu akan
membuat hati santri semakin dekat dengan pembina, dan ketika sudah
merasa dekat jika akan melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan
maka akan segan dan malu. Akhirnya anak bisa berperilaku dan
bersikap baik gitu.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Alfa Intaningrum Najma Syiradj
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Santri Putri SMP
Hari/tanggal : Rabu, 10 April 2019
Pukul : 17.10 WIB
Fokus : Peran Pembina Asrama
B. Butir - butir pertanyaan
1. Menurut saudara pembinaan yang seperti apa yang diterapkan oleh
pembina asrama/ ustadzah ?
Jawaban:
Pembinaan nya ustadzah tu kalau bagi kita ya baik. Para pembina itu
juga ada devisi-devisi masing-masing yang mengatur, membina dan
mengarahkan kita kepada hal yang lebih baik. karna ustadzah
memberikan teladan yang baik juga bagi para santri, mengawasi kita
setiap hari nyuruh kita buat sholat berjamaah dimasjid, mewajibkan
kita mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang bisa membantu
proses dalam pembinaanya. ya pokoknya ustadzah tu membina kita
agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
2. Apa saja metode pembinaan yang diterapkan oleh pembina asrama
dalam mendidik santri putri Nurul Islam ?
Jawab:
Metode kedisiplinan, ustadzah tu mementingkan kedisiplinan kita
banget misalkan kalau berangkat kemasjid seperti mewajibkan kita
berangkat setengah 6 jadi harus sudah ada dimasjid jam setengah 6 itu
kalau jam setengah 6 belum sampai masjid ya nanti bakal kena
hukuman sama seperti kalau subuh itu wajib banget ke masjid. Sama
biasanya hukuman seperti jalan jongkok dan membaca Qur‟an/
murojaah di depan masjid.
3. Menurut saudara, apa peran pembina asrama di pondok pesantren
Nurul Islam Tengaran?
Jawab:
Bagaimanapun juga para pembina asrama berperan sebagai orang tua,
kakak, serta ustadzah atau guru bagi kita para santri. Peran pembina
dipondok itu buat contoh bagi para santri apalagi untuk santri baru
yang mau dibentuk akhlak-akhlak nya jadi itu penting banget untuk
membentuk santri yang lebih baik.
4. Bagaimana saudara melaksanakan perintah pembina?
Jawaban:
Ya melaksanakan perintahnya sami‟na waatho‟na aja.
5. Bagaimana cara saudara melaksanakan nasehat dari pengasuh?
Jawaban:
Caranya ya kalau saya pribadi kalau ustadzah menasehati apa ya saya
melakukan tapi sebisa dan semampu saya.
6. Bagaimana respond saudara terhadap peran pembina asrama di Pondok
Pesantren Putri Nurul Islam? Apakah peran pembina berdampak pada
sikap dan perilaku saudara?
Jawaban:
Respon saya baik. Ya di ushakan temen-temen juga memberikan
respon baik karna ustadzah sudah memberikan yang terbaik juga bagi
kita. Kalau saya pribadi ya sangat berdampak, tapi kalau untuk pribadi
masing-masing ya urusanya mereka mau berubah apa ndak gitu. Niat
itu dari diri sendiri tambah motivasi dari ustadzah ya jadi lebih baik
lagi dalam bersikap dan berperilaku.
Lampiran 7 Tata Tertib
BAB IV (AKHLAQ)
Pasal 6
Adab Sopan Santun
1. Santri diwajibkan menjaga adab ta‟dzim kepada Ustadz/ ah, karyawan dan
tamu. (B)
2. Santri dilarang bergaul bebas, berpacaran, janjian/ ketemuan, kontak fisik
atau perbuatan sejenisnya yang tidak dibenarkan oleh pondok. (C)
3. Santri dilarang menjalin komunikasi melalui media sosial, surat menyurat,
telepon, tukarkado/ hadiah atau perbuatan sejenisnya yang tidak
dibenarkan oleh pondok pesantren. (B)
4. Santri dilarang berbicara kotor, mengejek, mencemooh dan segala
ungkapan negatif. (B)
5. Santri dilarang berkelahi, menganiaya dan tindakan-tindakan pendzoliman
kepada santri lain. (C)
6. Santri dilarang membuat agenda album kenangan dan sejenisnya antar
putra dan putri (B)
7. 7. Santri dilarang memanggil temannya dengan panggilan yang negatif.
(B)
8. 8. Santri dilarang mengadakan pesta/ perayaan ulang tahun. (B)
9. 9. Santri dilarang mengadakan pertemuan putra dan putri seperti rapat
pengurus, kepanitiaan dan sejenisnya tanpa (izin) pengasuh/pendamping.
(B)
10. 10. Santri dianjurkan membiasakan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan
Santun). (A)
Pasal 7
Pakaian dan Rambut
1. Santri diwajibkan berpakaian yang menutup aurat. (B)
2. Santri diharuskan berpakaian sopan, rapi dan sederhana. (A)
3. Santri dilarang memakai pakaian yang bergambar dan/ bertulisan negatif.
(B)
4. Santriwati diwajibkan berbusana muslimah, kerudung syar‟i, dan berkaos
kaki setiap keluar kamar. (B)
5. Santri diharuskan berpakaian sesuai dengan ketentuan Pondok Pesantren
waktu keluar komplek. (B)
6. Santriwan diharuskan berambut pendek, rapi dan sopan. (B)
7. Santri dilarang berpenampilan menyerupai lawan jenis (tasyabbuh). (B)
8. Santri diharuskan memberi nama pada semua jenis pakaian yang dimiliki.
(A)
9. Santri dilarang memakai perhiasan dan aksesoris yang berlebihan. (A)
10. Santri dilarang memakai pakaian ketat/ model pensil. (B)
11. Santri dilarang menggunakan celana pendek. (B)
12. Santri dilarang membuat seragamkelas, angkatan dan sejenisnya tanpa
seizin pondok pesantren. (B)
13. Santri dilarang mewarnai rambut. (B)
BAB V
(PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN)
Pasal 11
Buku Bacaan
1. Santri dianjurkan memiliki dan membaca buku-buku dan bahan bacaan
yang menunjang pendidikan dan islami. (A)
2. Santri dilarang membawa, memiliki, menyimpan dan/ membaca buku-
buku dan bahan-bahan bacaan yang tidak menunjang pendidikan dan tidak
islami. (B)
BAB IX
(KEBERSIHAN, KEINDAHAN, KERAPIHAN, KENYAMANAN,
KEAMANAN, KETERTIBAN, KEKELUARGAAN, KESEHATAN
DAN ROLLING PENGHUNI KAMAR)
Pasal 20
Keamanan dan Ketertiban
(1) Santri dilarang :
a. Membocorkan atau memanfaatkan rahasia pondok pesantren untuk
kepentingan pribadi, golongan maupun pihak lain. (C)
b. Mencemarkan nama baik pondok pesantren / lembaga. (C)
c. Menyalahgunakan barang, peralatan, uang, dokumen atau surat berharga
milik pondok pesantren dan atau membawanya keluar dari lingkungan
pondok pesantren tanpa seizin tertulis dari Pimpinan Pondok pesantren
atau yang berwewenang (C)
d. Menolak dan/ melawan perintah program pengurus OPNI, Pengasuh,
Ustadz/Ustadzah dan pimpinan pondok pesantren (B)
e. Menganiaya kepada sesama santri, karyawan, ustadz/ustadzah dan
Pimpinan Pondok pesantren beserta keluarganya, dalam bentuk apapun
(C)
f. Menghina dan mengancam/ meneror kepada sesama santri, karyawan,
ustadz/ustadzah dan Pimpinan Pondok pesantren beserta keluarganya, baik
berupa tulisan, isyarat, gerak-gerik dalam bentuk apapun. (B)
g. Melakukan kegiatan sendiri maupun secara bersama-sama, baik didalam
maupun di luar Pondok pesantren dengan tujuan untuk kepentingan
pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan pondokpesantren. (B)
h. Membawa, memiliki, menyimpan, menggunakan senjata api, senjata
angin, senjata tajam, obat-obatan terlarang, minuman keras (khamar) dan
sejenisnya. (C)
i. Membawa, menyimpan, dan menghisap rokok. (C)
Membawa barangelektronikseperti: radio, tape,music box, TV, HP,
flashdisk, mp3, kamera, laptop, setrika dan sejenisnya di Pondokpesantren,
kecuali seizin pihak pondok pesantren/ sekolah. (B)
j. Membawa alat musik. (B)
k. Memberikan keterangan palsu. (B)
l. Membuat dan atau mengikuti kelompok-kelompok gelap (gank),
perkelahian dan perbuatan sewenang-wenang. (C)
m. Melakukan perbuatan yang mengarah pada perjudian, perzinahan dan
kemusyrikan dalam bentuk apapun. (C)
Mencuri, menipu, menggelapkan dan melakukan kejahatan lain yang
sejenisnya. (C)
n. Sengaja atau tidak sengaja melakukan pengrusakan atau mengakibatkan
rusaknya barang milik pondokpesantren. (B)
o. Melakukan segala bentuk kerja sama dalam kejahatan/kenakalan. (B)
p. Membawa kendaraan milik pribadi. (B)
q. Meminjam serta menyewa kendaraan dari orang di luar Pondok
Pesantren. (B)
r. Naik atau bermain di atas genteng. (B)
s. Membawa orang dari luar sekolah tanpa seizin sekolah/ asrama. (B)
(2) Santri diharuskan :
a. Melaporkan hal-hal yang diduga dapat menimbulkan gangguan
keamanan. (B)
b. Segera melapor kepada pengasuh atau bagian keamanan apabila
kehilangan atau menemukan barang milik orang lain. (A)
BAB X
(KEUANGAN DAN KOPERASI)
Pasal 23
1. Santri dilarang menyalahgunakan uang syahriyah dalam bentuk apapun.
(C)
2. Santri dilarang membawa uang saku atau uang tunai melebihi yang sudah
ditentukan oleh pondok pesantren sebesar Rp. 20.000,-. (A)
3. Seluruh transaksi keuangan santri harus melalui bagian keuangan/ pihak
yang ditunjuk resmi oleh Pondok Pesantren/ sekolah. (A)
4. Santri diwajibkan menunjukkan kartu pelajar saat pengambilan uang di
Kossuma. (A)
Pasal 24
Simpan Pinjam Uang
1. Santri harus menitipkan uangnya di Kossuma Nurul Islam (A)
2. Santri dilarang pinjam-meminjam uang baik di dalam maupun di luar
pondok pesantren. (A)
BAB XI (PERIZINAN)
Pasal 25
Perizinan dan Waktu
1. Santri diharuskan keluar masuk pondok pesantren melalui pintu gerbang
dan mengenakan seragam yang sudah ditentukan. (A)
2. Santri diharuskan meminta surat ijin keluar, mengisi buku perizinan dan
infaq ketika hendak meninggalkan komplek pondok pesantren. (B)
3. Santri diharuskan menunjukkan surat izin kepada petugas keamanan di
security office untuk distempel. (B)
4. Santri diharuskan datang tepat waktu sesuai dengan izin dan
mengembalikan surat izin kepada Bagian Pembinaan Pondok pesantren
(B)
5. Izin yang diperkenankan: (B)
a. Walimah saudara kandung, paman dan bibi kandung
b. Takziah kerabat dekat ( orang tua, paman, bibi, adik, kakak, kakek,
nenek )
c. Mengantar atau menyambut kedatangan haji atau umroh orang tua,
kakek, nenek, paman, bibi .
d. Kelahiran atau Aqiqah
e. Khitanan saudara kandung
f. wisuda (Ayah/Ibu/Kakak)
g. sakit.
Pasal 26
Masa Libur
1. Pada waktu liburan, santri diharuskan dijemput/diantar oleh orang
tua/wali. (A)
2. Santri yang bermukim di pondok pesantren ketika masa liburan harus
mendaftarkan diri terlebih dahulu kepada pondok pesantren dan mematuhi
tata tertib (A)
3. Santri dilarang datang ke Pondok Pesantren sebelum habis masa liburan
(A)
BAB XII (ASRAMA)
Pasal 28
Tidur
1. Santri diharuskan tidur malam selambat-lambatnya pukul 22.00 WIB. (A)
2. Santri diharuskan tidur dikamar masing-masing dan ditempat tidurnya
sendiri. (B)
3. Santri dilarang melakukan perbuatan mengganggu orang yang sedang
tidur/ istirahat. (A)
4. Tidur memakai pakaian yang aman dari terbukanya aurat. (A)
BAB XIII (HAK MILIK)
Pasal 29
Pinjam Meminjam Barang
1. Santri diharuskan berlaku amanah atas hak milik orang lain dan hak milik
Pondokpesantren. (A)
2. Santri diharuskan mengembalikan pinjaman sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan, dan apabila rusak/hilang harus mengganti. (A)
3. Santri dilarang memakai hak orang lain tanpa seizin pemiliknya (ghosob).
(B)
4. Santri dilarang pinjam meminjam barang antara santriwan dengan
santriwati tanpa seizin pembinaan. (B)
5. Santri dilarang menggunakan barang-barang Pondokpesantren tanpa seizin
Pondokpesantren. (B)
6. Santri dilarang tukar menukar pakaian. (A)
Lampiran 8 Dokumentasi
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Kepala Asrama Putri
Wawncara dengan pembina asrama (Ustadzah)
Wawncara dengan pembina asrama (Ustadzah
Wawancara dengan santri putri MA
Wawancara dengan santri putri SMP
Kegiatan Tahsinul Qur‟an
Kegiatan Baca Hadist Arbain Nawawi
Kegiatan Sholat Berjamaah di Masjid
Kegiatan Sholat Sunnah Rawatib
Kegiatan Sholat Tahajud Berjamaah
Kegiatan Sholat Duha (Sebelum berangkat sekolah)
Kegiatan MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
Kegiatan Muhadloroh (Khitobah)
Kegiatan Kajian Kitab
Kegiatan Halaqoh / Liqo‟
Kegiatan Setoran Tahfidz
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Sri Mulyani
NIM : 23010150041
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 14 Agustus 1997
Alamat : Bletukan Sumurarum Grabag Magelang
E-mail : srimuryani47@yahoo.co.od
Riwayat Pendidikan
1. SDN Sumurarum Grabag : Tahun 2003-2009
2. MTsN Grabag Magelang : Tahun 2009-2012
3. SMK Diponegoro Depok Sleman Yogyakarta : Tahun 2012-2015
4. S1 IAIN Salatiga : Tahun 2015-2019
Riwayat Organisasi
1. 2015-2018 : Komisariat Ahmad Dahlan IMM Kota Salatiga
2. 2018-2019 : Cabang IMM Kota Salatiga
3. 2017-2018 : Dema Fakultas IAIN Salatiga